HIGH ORDER THINKING PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI TEKNIK MAKE - A MATCH DI SEKOLAH DASAR Asdiana Guru Sekolah Dasar 01 Sayap
[email protected] To the effect this research is subject to be know make's tech implement a. match to increase high thinking's order student on natural sciences learning about living thing fitting material. Executed research at Tana Tidung's Regency Elementary School, with subjek student research brazes 5 total one 32 students. This research constitute action research by use of model kemmis and McTaggart, one that is done in two cycles. Each cycle consisting of planning phase, performing, watch, and reflection. Process data collecting via essays high thinking's order in write, and non essays as result of tech performing observation make a. match, utilizing activity observation sheet learns and student, field note and documentation result. Result observationaling to point out marks sense peingkatan high thinking's order student on natural sciences learning, notably about living thing fitting, by applying tech make a. match. It proved by point essays high thinking's order student on i. cycle which is 56% complete student, worked up on cycle II. up to 84% complete student. Activity learns and student accord this tech steps up to 100% (mastery learning) at the early cycle II. Key word: Make's tech a. match, high orders thinking on adjusted natural sciences learning living thing, action research. Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan teknik make- a match untuk meningkatkan high order thinking siswa pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tentang materi penyesuaian makhluk hidup.Penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Kabupaten Tana Tidung, dengan subjek penelitian siswa kelas 5 yang berjumlah 32 siswa. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan dengan menggunakan model Kemmis dan McTaggart, yang dilakukan dalam dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Proses pengumpulan data melalui tes high order thinking secara tertulis, dan non tes berupa hasil observasi pelaksanaan teknik make- a match, menggunakan lembar observasi kegiatan guru dan siswa, catatan lapangan dan hasil dokumentasi.Hasil penelitian menunjukkan adanya peingkatan high order thinking siswa pada pembelajaran IPA, khususnya tentang penyesuaian makhluk hidup, dengan menerapkan teknik make- a match. Hal ini dibuktikan dengan nilai tes high order thinking siswa pada siklus I yaitu 56% siswa yang tuntas, meningkat pada siklus II mencapai 84% siswa yang tuntas. Kegiatan guru dan siswa sesuai langkah-langkah teknik ini mencapai 100% (mastery learning) pada akhir siklus II. Kata kunci: Teknik make-a match, high order thinking, natural science, penelitian tindakan.
202
JURNAL PENDIDIKAN DASAR Volume 6 Edisi 2 Desember 2015
Era globalisasi saat ini, pemerintah sangat
sendiri dan alam sekitar, serta melihat
memperhatikan
ilmu
masa depan dengan pengembangan lebih
pengetahuan dan teknologi. Hal ini terlihat
lanjut menerapkannya dalam kehidupan
dari kebijakan yang dikeluarkan oleh
sehari-hari.
pemerintah
menekankan pada pemberian pengalaman
perkembangan
tentang
percepatan
Proses
pembelajarannya
pembangunan nasional yaitu pembangunan
langsung
di bidang pendidikan yang bertujuan untuk
kompetensi agar memahami alam sekitar
meningkatkan mutu SDM Indonesia di
secara ilmiah.
bidang IPTEK
agar mampu bersaing
IPA
untuk
mengembangkan
diperlukan
dalam
kehidupan
secara global. Salah satu percepatan
sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan
tersebut yaitu memberikan pembelajaran
manusia melalui pemecahan masalah-
IPA di setiap jenjang pendidikan di
masalah yang dapat
Indonesia termasuk jenjang Sekolah Dasar.
Implementasi pembelajaran IPA perlu
Hal ini dikarenakan pendidikan IPA pada
dilakukan secara bijaksana agar tidak
tingkat dasar akan memberikan konstribusi
berdampak buruk terhadap lingkungan. Di
yang sangat berarti bagi keseluruhan
tingkat
proses
penekanan
pendidikan
siswa
dan
perkembangan individu selanjutnya.
(Sains,
Dalam perkembangan teknologi dan
diidentifikasikan.
Sekolah Dasar diharapkan ada pembelajaran
lingkungan,
masyarakat)
Salingtemas
teknologi,
yang
diarahkan
dan pada
informasi di era sekarang, mata pelajaran
pengalaman belajar untuk merancang dan
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Sekolah
membuat suatu karya melalui penerapan
Dasar akan memberikan kontribusi yang
konsep
sangat berarti bagi peserta didik karena
ilmiah secara bijaksana.
IPA dan kompetensi bekerja
Proses
dalam pembelajaran IPA berhubungan
pembelajaran
terlepas
dari
berhasil
secara sistematis, sehingga IPA bukan
keberhasilan guru dalam mendidik siswa
hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
di sekolah. Maka, tidak heran guru
yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,
dikatakan ujung tombak dalam pendidikan.
atau
Agar keberhasilan dalam mengajar dapat
merupakan Pembelajaran
suatu mata
saja proses
tetapi
juga
terwujud
penemuan.
pelajaran
tentunya
tidak
akan
dengan cara mencari tahu tentang alam
prinsip-prinsip
tentunya
IPA
guru
harus
mengaktifkan proses belajar siswa
IPA
dapat dan
diharapkan dapat menjadi wahana bagi
membuat proses belajar siswa menjadi
peserta didik untuk mempelajari diri
efisien. Hal ini dapat dilakukan dengan 203
High Order Thinking Pada Pembelajaran Asdiani
memilih
teknik
yang
tepat
untuk
memahami, mengaplikasi, menganalisis
digunakan dalam proses pembelajaran.
serta mencipta. Proses berpikir sangat
Sehingga diharapkan pembelajaran IPA
dibutuhkan dalam belajar. Proses berpikir
tidak lagi monoton tetapi menjadi lebih
terus menerus akan melahirkan pemikiran
aktif, efisien,
yang
menyenangkan dan lebih
bermakna.
berkualitas
serta
menjadikan
seseorang dapat berpikir tingkat tinggi atau
Setiap individu membutuhkan proses
disebut juga high order thinking(HOT).
belajar untuk merubah diri seseorang.
Stein dan Lane dalam Thompson (2008)
Belajar merupakan sebuah proses yang
HOT isthe use of complex, nonalgorithmic
natural untuk merubah pribadi seseorang.
thinking to solve a task in which there is
Tentu hal ini juga yang terjadi pada siswa
not
di sekolah. Gagne dalam Pribadi(2009),
approach or pathway explicitly suggested
menyatakan bahwa belajar dipandang
by the task, task instruction, or a worked
sebagai proses alami yang dapat membawa
out example”.
a
predictable,
well-rehearsed
perubahan pada pengetahuan, tindakan,
Dalam kesempatan lain McDavitt,
dan perilaku seseorang (A natural process
(1993) dalam FJ. King, dkk menyatakan
that leads to changes in what we know,
higher order skills include analysis,
what we can do, and how we behave).
synthesis, and evaluation and require
Hasil
dari
proses
belajar
siswa
mastery of previous levels, such as
merupakan kemampuan-kemampuan atau
applying routine rules to familiar or novel
kompetensi yang termuat dalam tiga ranah
problems.
yaitu kognitif, afektif serta psikomotorik.
Sejalan dengan hal tersebut dalam
Di antara ketiga ranah tersebut, penilaian
meningkatkan berpikir tingkat tinggi perlu
hasil belajar lebih sering dilakukan pada
ditetapkan tujuannnya. Ball & Garton
ranah kognitif. Sebagaimana dinyatakan
(2005) dalam Barbara. L Dkk mengatakan:
oleh Sudjana(2010), di antara ketiga ranah
The development of well-written objectives
itu, ranah kognitif yang paling banyak
will
dinilai oleh para guru di sekolah karena
movement
berkaitan dengan kemampuan para siswa
thinking.”Artinya pengembangan tujuan
dalam menguasai isi bahan pelajaran.
yang ditulis dengan baik akan sangat
Dimensi kognitif dalam taxonomi
mempercepat
Bloom oleh Anderson dan Krathwohl (2001)
meliputi
proses
greatly
accelerate into
gerakan
berpikir tingkat tinggi.
mengingat, 204
a
higher
pelajar
learner's level
dalam
JURNAL PENDIDIKAN DASAR Volume 6 Edisi 2 Desember 2015
Aly dan Rahma(2010) mengatakan
melalui skor yang didapat oleh siswa
bahwa IPA adalah suatu pengetahuan yang
setelah menjawab soal-soal yang dibuat
teoritisyang diperoleh/disusun dengan cara
oleh peneliti sebagai instrument untuk
yang
mengukur variabel high order thinking
khas/khusus,
yaitu
melakukan
observasi eksperimentasi, penyimpulan,
pada
penyusunan
penyesuaian
observasidan
teori,
eksperimentasi,
demikian
pembelajaran makhluk
IPA
tentang
hidup.
Adapun
seterusnyakait
indikator yang digunakan untuk menyusun
mengait antara cara yang satu dengan cara
butir soal pada intrumen adalah 1)
yang lain. Cara untuk memperoleh ilmu
Mengamati cara hewan atau tumbuhan
secara demikian ini terkenal dengan nama
menyesuaikan diri dengan lingkungannya,
metode ilmiah.Sedangkan menurut Carin
2) Membandingkan kekuatan jenis hewan
dan Sund(1998) IPA merupakan suatu cara
tertentu berdasarkan bentuk kakinya, 3)
untuk mengetahui tentang alam melalui
Mengklasifikasikan hewan berdasarkan
kumpulan data yang diperoleh melalui
jenis makanannya dan hewan buas dengan
pengamatan dan penelitian yang terkontrol
hewan
yang didalamnya memuat proses, produk
penyebab
kelangkaan
dan sikap manusia.
tumbuhan
tertentu,
tidak
buas,
4)
Meramalkan hewan
atau
Agar siswa dapat berhasil dalam
5) Mengkomunikasikan kesesuaian cara
kemampuan berpikir tingkat tinggi atau
hewan atau tumbuhan menyesuaikan diri
high order thinking dalam pembelajaran
dengan lingkungannya, 6) Menyimpulkan
IPA maka dibutuhkan keterampilan proses.
penyebab hewan atau tumbuhan dapat
Semiawan, Dkk(1998) yang dimulai dari
bertahan hidup pada lingkungan tertentu,
kegiatan observasi sampaikan dengan
7)
mengkomunikasikan. Keterampilan proses
penyesuaian diri makhluk hidup (hewan
tentu
dan tumbuhan) dalam kehidupan sehari-
tidak
disesuaikan
semua dengan
dapat
diterapkan
kemampuan
dan
Menerapkan
pengetahuan
tentang
hari.
materi yang diajarkan.
Penelitian ini dalam pembelajaran
Berdasarkan pemaparan di atas maka
menggunakan metode kooperatif. Menurut
kemampuan berpikir tingkat tinggi atau
Slavin (2009) mengatakan pembelajaraan
high order thinking dalam pembelajaran
kooperatif merujuk pada berbagai metode
IPA meliputi kemampuan menganalisis
pengajaran dimana para siswa bekerja
dan mengevaluasi melalui ketrampilan
dalam kelompok-kelompok kecil untuk
proses.Kemampuan tersebut dapat dilihat
saling membantu satu sama lainnya dalam 205
High Order Thinking Pada Pembelajaran Asdiani
mempelajari materi pelajaran. Jelas bahwa hal
ini
menunjukakn
metode
digunakan dalam mengajar siswa sekolah
memanfaatkan
dasar terutama siswa kelas V. Seperti
pembelajaran kooperatif artinya dalam
diketahui bahwa usia anak sekolah dasar
kelompok dan juga dapat digunakan dalam
khususnya kelas V telah mencapai tahap
berbagai materi pelajaran di sekolah
kognitif sosial.Dikutip oleh Husamah dan
pengajaran
segala
Teknik make- a match sangat sesuai
dapat
Suatu metode dalam pembelajaran
Yanur (2013) dari teori Lev. S. Vygotsky
tidak akan berrhasil bila tidak ada cara
mendasari
yang
ketercapaian
berperan dalam belajar seseorang. Budaya
metode tersebut dalam hal ini adalah
adalah penentu perkembangan sehingga
teknik.
(2013)
proses belajar individu dipengaruhi oleh
mengatakan bahwa teknik adalah cara
lingkungan utama budaya keluarga.Dalam
yang dilakukan orang dalam rangka
hal ini berarti pada saat belajar sesorang
mengimplementasikan suatu metode yaitu
melakukan interaksi dengan lingkunganya,
cara yang harus dilakukan agar metode
agar seseorang dapat berkembang dalam
yang
dan
proses belajarnya. Lingkungannya dalam
yang digunakan dalam
hal ini yaitu ligkungan sekolah, baik
pembelajaran ini yaitu teknik make- a
interaksi dengan guru maupun interaksi
match.
dengan teman-teman di kelas.
digunakan
untuk
Rohman
dilakukan
efisien.Teknik
dan
berjalan
Amri
efektif
Keunggulan dari teknik make- a
pemikiran
Berdasarkan
bahwa
budaya
penjelasan di atas,
match yaitu berguna untuk meningkatkan
metode kooperatif dengan teknik make- a
partisipasi dan keaktifan siswa dalam
match
kelas. Hal ini dikarenakan seluruh aktifitas
dimaksudkan dengan teknik pembelajaran
pembelajaran berpusat pada siswa (student
make-a match adalah sistem pembelajaran
centered), guru hanya sebagai motivator,
yang
maupun fasilitator.Teknik pembelajaran
kemampuan sosial terutama kemampuan
make a match atau mencari pasangan
bekerjasama, kemampuan berinteraksi di
dikembangkan oleh Lorna Curran yang
samping
dikutip Lie (2014) yaitu Salah satu
melalui permainan yang dibantu kartu,
keunggulan
yaitu
tehnik
ini
adalah
siswa
peneliti
menyimpulkan
mengutamakan
kemampuan
kartu
yang
yang
penanaman
berpikir
berisi
soal
cepat atau
mencari pasangan sambil belajar mengenai
permasalahan kartu jawaban kemudian
suatu konsep atau topik dalam suasana
siswa mencari pasangan kartunya. Dengan
yang menyenangkan.
memperhatikan prinsip-prinsip dari teknik 206
JURNAL PENDIDIKAN DASAR Volume 6 Edisi 2 Desember 2015
pembelajaran make-a match yaitu anak
pencapaian tujuan pembelajaran, yaitu
belajar melalui berbuat, panca indera,
sampai mencapai ketuntasan belajar 100%
bahasa dan gerak.
(mastery learning). Setelah
METODE
semua
data
penilaian
Penelitian ini merupakan Classromm
dikumpulkan, baik data kuantitatif maupun
Action Research atau penelitian tindakan
data kualitatif, maka langkah selanjutnya
kelas yang dilakukan dalam bentuk siklus.
adalah melakukan teknik validasi hasil
Rancangan
penelitian.
tindakan
penelitian
yang
Pelaksanaan
validasi
hasil
digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian didasarkan pada kriteria derajat
model
kepercayaan
Kemmis
and
McTaggart
(credibility)
dengan
menggunakan sistem spiral yang dimulai
menggunakan teknik triangulasi. Data
dari perencanaan (planning), tindakan
yang dikumpulkan kemudian
(acting), pengamatan (observing), refleksi
analisis
(reflecting),
ke
mencakup teknik analisis kualitatif dan
perencanaan kembali (replanning) sebagai
data kuantitatif. Setelah dilakukan analisis
dasar untuk strategi pemecahan masalah.
data pada akhir tindakan, selanjutnya
Hubungan antara keempat tahap dalam
peneliti menginterpretasikan hasil analisis
sistem ini dipandang sebagai satu siklus.
mengenai high order thinking IPA siswa,
dan
dilanjutkan
lagi
Kisi-kisi instrumen yang ditetapkan
data
dalam
. Teknik
penelitian
dan proses pembelajaran
ini
dengan
dalam penelitian ini, yaitu instrumen high
menggunakan teknik pembelajaran make-a
order thinking pada pembelajaran IPA
match.
yang
menggunakan
data
kuantitatif,
Interpretasi
hasil
merupakan
diperoleh
dari
hasil
menggabungkan hasil dengan pernyataan,
Sedangkan
data
nontes
berupa
data
kriteria,
atau
observasi kegiatan guru dan siswa, berupa
menemukan
kalimat-kalimat
dikumpulkan,
atau
data
yang
kegiatan
data
sehingga data ini berupa angka yang pengukuran.
suatu
analisis
standar makna
tertentu dari
untuk
data
yang untuk yang
menjawab
dikategorikan berdasarkan kualitas objek
permasalahan pembelajaran mengenai high
yang diteliti yang disebut juga dengan data
order thinking IPA siswa yang sedang
kualitatif. Khusus untuk data dari lembar
diperbaiki. Apabila semua indikator yang
observasi kegiatan guru dan siswa (data
ditetapkan dalam instrumen high order
kualitatif), akan diubah dalam bentuk data
thinking IPA telah dikuasai siswa, maka
kuantitatif,
dapat diinterpretasikan bahwa high order
untuk
melihat
persentase 207
High Order Thinking Pada Pembelajaran Asdiani
thinking
IPA
telah
mengalami
yaitu 80% dari keseluruhan siswa belum
peningkatan. Selanjutnya apabila semua
mencapai KKM, dimana nilai rata-rata
indikator yang ditetapkan dalam lembar
kelas hanya mencapai 69, pembulatan dari
pemantau tindakan telah mencapai 100%,
68,6. Gambaran secara visual khususnya
maka dapat diinterpretasikan bahwa proses
berkenaan dengan nilai tes high order
pembelajaran telah berhasil dan tuntas
thinking siswa pada pembelajaran IPA
(mastery learning).
tentang penyesuaian makhluk. Analisis tindakan siklus II dilakukan
HASIL Jumlah siswa dalam penelitian ini
sama seperti analisis data pada tindakan
adalah 32 orang dengan jumlah butir soal
siklus I. Berdasarkan hasil analisis tersebut
tes uraian adalah 20 soal. Aktivitas guru
dapat disuimpulkan bahwa telah terjadi
pada siklus I tindakan ke-1 sebesar 80%
peningkatan yang signifikan. Tindakan
dan
pembelajaran yang dilakukan telah tuntas
tindakan
ke-2
sebesar
85%.
Sedangkan aktivitas siswa pada siklus I
mencapai
tindakan ke-1 sebesar 65%, dan tindakan
dimana kelemahan- kelemahan pada siklus
ke-2 sebesar 75%. Presentasi nilai aktivitas
I sudah teratasi. Pada siklus II ini
guru dan siswa pada siklus I tersebut
presentase nilai aktivitas guru dan siswa
menunjukkan bahwa hasil yang dicapai
pada tindakan ke-2 telah mencapai 100%.
belum
memuaskan
beberapa
tindakan
100%
(mastery
learning),
karena
terdapat
Untuk memperoleh data high order
yang
belum
thinking siswa pada pembelajaran IPA
dilaksanakan oleh guru dan siswa dalam
tentang
pembelajaran dengan teknik make- a
sebagai dampak pelaksanaan pembelajaran
match.
dengan teknik make- a match, make
Berdasarkan hasil siklus 1 dapat
peneliti
penyesuaian
makhluk
melaksanakan
evaluasi.
hidup
Nilai
dideskripsikan bahwa siswa yang belum
evaluasi tersebut setelah dioleh (terdapat
tuntas mendapat nilai kurang dari 75
pada lampiran) tertera pada tabel distribusi
sebanyak 14 siswa (43,8%). Sedangkan
nilai tes high order thinking siswa pada
sebanyak 18 siswa (56,3%) dikategorikan
pembelajaran IPA tentang penyesuaian
sudah
makhluk hidup berikut ini:
tuntas.
Data
tersebut
belum
menunjukkan adanya peningkatan high
Berdasarkan tebel di atas maka,
order thinking siswa pada pembelajaran
dapat dideskripsikan bahwa siswa yang
IPA tentang penyesuaian makhluk hidup,
belum tuntas ada 5 orang (15,6%) karena
karena belum mencapai standar minimal
belum 208
mencapai
KKM.
Sedangkan
JURNAL PENDIDIKAN DASAR Volume 6 Edisi 2 Desember 2015
sebanyak 27 siswa (84,4%) dikategorikan
dapat dilihat peningkatan yang signifikan
sudah tuntas. Hal ini berarti pencapaian
pada nilai 85 –90 dan 91 - 96 terdapat 13
nilai high order thinking siswa pada
siswa (bandingkan pada siklus I tidak ada
pembelajaran IPA tentang penyesuaian
siswa yang memperoleh nilai sampai 96).
makhluk hidup dengan nilai rata-rata kelas
PEMBAHASAN
81 pembulatan dari 80,8 telah mencapai
Dari perbandingan nilai tes high
target (melebihi 80% jumlah siswa yang
order thinking siswa pada pembelajaran
mencapai KKM).
IPA tentang penyesuaian makhluk hidup,
Untuk
mendapatkan
gambaran
maka
dapat
dipresentasikan
bahwa
secara visual mengenai nilai tes high order
peningkatan telah terjadi pada setiap
thinking siswa pada pembelajaran IPA
siklus, tetapi peningkatan yang signifikan
tentang
hidup.
terjadi pada siklus II. Hal ini digambarkan
Selain itu, perbandingan dari perolehan
dari pola kenaikan nilai siswa antar siklus
nilai tes high order thinking siswa pada
yang mengalami peningkatan dan saling
pembelajaran IPA tentang penyesuaian
berkorelasi.
makhluk hidup pada siklus I dan siklus II.
Teknik Make - A Match menuntut siswa
Pada siklus I jumlah siswa yang mendapat
untuk berperan aktif/ mencari pasangan
nilai rendah (dibawah nilai 75) cukup
kartu dalam proses pembelajaran, sehingga
banyak
pembelajaran menjadi menyenangkan.
penyesuaian
yaitu
makhluk
sebanyak
14
siswa.
Selanjutnya siswa yang mendapat nilai 73
Penggunaan
teknik
bagi
ini
guru
sangat
– 78 yaitu sebanyak 12 siswa. Sedangkan
bermanfaat
jumlah siswa yang mendapat nilai 79 – 84
mengembangkan
hanya 7 siswa. Selanjutnya tidak ada siswa
inovatif,
yang memperoleh nilai 85 – 90 dan 91 -
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di
96.
kelas V SD, khususnya materi penyesuaian
pembelajaran
kontekstual
dan
dalam yang
terintegrasi.
Sebaliknya pada siklus II, siswa
makhluk hidup, dengan mengembangkan
yang mendapat nilai di bawah 75 turun
materi yang terintegrasi menjadi salah satu
drastis yaitu sebanyak 5 siswa, sedangkan
cara
pada nilai 73 – 78ada penurunan yaitu dari
kemampuan untuk menigkatkan high order
12 siswa yang memperoleh nilai tersebut
thinking mereka, sehingga siswa akan
turun menjadi 11 siswa, sedangkan jumlah
lebih mudah dalam menganalisis dan
siswa yang mendapat nilai 79 – 84
mengevaluasi pada setiap
menurun menjadi
pelajaran pelajaran.
3 siswa seterusnya 209
untuk
membekali
mereka
mata
satu
High Order Thinking Pada Pembelajaran Asdiani
Penerapan teknik make - a match
order thinking siswa pada pembelajaran
berdampak bagi guru dan siswa. Dengan
IPA.
penerapan
bisa
diperintahkan guru. Melalui permainan
mempelajari karakteristik siswa secara
menemukan pasangan kartu, secara
menyeluruh, hal ini disebabkan karena
tidak sadar mereka belajar. Hal ini
teknik ini menuntut keaktifan siswa, yang
membuat
mampu
untuk
menjadi menyenangkan, menarik dan
bereksplorasi sesuai dengan perkembangan
tidak membosankan bahkan membuat
siswa. Selain itu, guru bisa lebih fokus
siswa dapat bekerja sama dengan baik.
untuk berperan sebagai fasilitator yang
2. Proses pembelajaran IPA di kelas V
membimbing dan mengarahkan siswa
SD, khususnya materi Penyesuaian
dalam
Makhluk Hidup dengan menggunakan
teknik
ini
guru
mengkondisikan
proses
siswa
pembelajaran,
dan
Siswa
merespon
kegiatan
pembelajaran
teknik
dengan
mengembangkan
meningkatkan efesiensi pembelajaran.
melalui
pembelajaran
Sedangkan
bagi
yang
dapat
Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru dan siswa, hasil catatan lapangan,
mempunyai potensi yang sangat besar
hasil dokumentasi dan wawancara,
untuk mengaktifkan para siswa karena
maka langkah-langkah pembelajaran
situasi
dengan menggunakan teknik make- a
kelas
teknik
Match,
ini
dalam
siswa,
inovatif.
A
yang
memotivasi guru untuk melengkapi diri pengetahuan
Make-
apa
memang
hidup,
memberi kesempatan kepada siswa untuk
match
menemukan
pembelajarn
merekatentang
sendiri materi
pemahaman yang
dipelajari
yang diterapkan dalam proses terus
mengalami
kemajuan, sehingga pada akhir siklus II
dengan menyenangkan.
proses pembelajaran telah berhasil dan
SIMPULAN
tuntas yaitu telah mencapai 100%
1. Pembelajaran
IPA
dengan
(mastery learning)
menggunakan teknik Make- A Match
3. Keberhasilan pembelajaran IPA di kelas
membuat siswa cepat memahami apa
V SD, khususnya materi penyesuaian
yang diajarkan guru. Mereka tidak
makhluk
dipaksa menghafal, tetapi secara tidak
peningkatan high order thinking siswa
langsung mereka menganalisis dan
pada pembelajaran IPA. Dilihat dari
mengevaluasi
kartu
hasil evaluasi siklus I dan siklus II, high
berpasangan. Selain itu, teknik make- a
order thinking siswa pada pembelajaran
matchefektif dalam meningkatkan high
IPA ini terus mengalami peningkatan.
melalui
210
hidup,
ditandai
dengan
JURNAL PENDIDIKAN DASAR Volume 6 Edisi 2 Desember 2015
Peningkatan yang signifikan terjadi Pribadi dan Benny. 2009, Model Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta: Dian Rakyat. Rohman Muhammad dan Sofan Amri. 2013 Strategi dan Desain Pengembangan Sistem Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustaka.
pada siklus II, dimana nilai rata-rata kelas telah melampaui nilai KKM yaitu 80,8 (KKM = 75), dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 27 siswa (84,4% dari jumlah keseluruhan siswa). DAFTAR RUJUKAN
Slavin Robert E. 2013, Cooperative Learning:Teori,Riset dan Praktik, Bandung: Nusa Media.
Abdulah Aly dan Eny Rahma. 2010, Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta: Bumi Aksara,
Sudjana Nana. 2005, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Anderson Lorin. W. and David R. Krathwohl. 2001, A Taxonomy For Learning, Teaching, and Assessing: A revision of Bloom’s Taxonomy of Education Objective, New York :Addision Wesley Longman, Inc
Thompson, Tony. 2008.” Mathematics Teachers’ Interpretation Of Higher-Order Thinking In Blomm’s Taxonomy. (International Electronic Journal of Mathematics Education Vol.3 No. 2 July 2008). ] Wiriaatmadja Rochiati, 2012. Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Remaja Rosdakarya.
Carin Arthur. A. dan Robert B. Sund, 1998, Teaching science Through Discovery, Columbus, Ohio: Merril Publishing Company. Husamah dan Yanur Satyaningrum, 2013. Desain Pembelajaran Berbasis Pencapaian Kompetensi. Malang: Prestasi Pustaka. King FJ, Ludwika Goodson, Faranak Rohani, High Order Thinking (Definition,Teaching Strategies, Assessment), (A publication of the Educational Services Program, now known as the Center for Advancement of Learning and Assessment www.cala.fsu.edu). Lie Anita. 2014, Cooperative Learning:Mempraktekkan Cooperative Learning DiruangRuang Kelas, Terjemahan, Jakarta: Gramedia. L. Barbara & Wendi. W, Developing higher level thinking Chadron State College: Journal of Instructional Pedagogies. 211