Media Komunikasi Paroki St. Stefanus, Cilandak - Jakarta Selatan
130Th.XIII
#
Juni 2015
Hidup Sehati Maria, 20 Bersama Bahagia Sertamu Sahabat!
Hati 30 Satu Satu Tujuan
Hati 43 Intronisasi Kudus Dalam Keluarga
ImagoDeiSERAPHIM CHOIR RemajaKatolik Orang Muda
Katolik
OMK
Suka Cita Maria Minggu, 31 Mei 2015
Foto Paul, dok MP
DAFTAR ISI SEPUTAR PAROKI 5 : Komuni Pertama 6 : Syukur Bagimu Tuhan, Engkau Menjadikan Kami Berkat Bagi Sesama 12: Demi Raga yang Sehat dan Iman yang Mantap 16: Berjuma Allah dalam Keheningan 18: Makin Beriman, Makin Bersaudara, Makin Berbelarasa
21
PROFIL
19: SANTO SANTA; Emma Gurk ORBITAN UTAMA 23: Buah Terlarang, Buah Simalakama 35: OPINI Bagaimana Menghadapi Pasangan yang Berbeda Agama? ORBITAN LEPAS 39: Peran Sekolah Katolik di Indonesia 42: Cinta Sejati 45: Pernikahan Beda Agama di Indonesia
“Bersyukur atas Semua KaruniaNya”
13
SEPUTAR PAROKI
48: PSIKOLOGI, Berbohong atau Tidak Lihat Matanya 49: KESEHATAN Penanganan Gegar Otak 54: POJOK KOMSOS, Pernikahan 55: POTRET GEREJA, Marriage Encounter
Maukah Engkau Sembuh
37
ORBITAN LEPAS
56: TUNAS STEFANUS & ONGKOS CETAK, Keluargaku Pendampingku 57: MENGGAMBAR & MEWARNAI Pernikahaan KANAAN 59: DANA PAROKI, Mei 2015
Tips Pacaran Bagi Kristiani
4. KERLING
SeHati, SeHidup dan SeMati Keluarga yang harmonis dan sejahtera bertumbuh dari pasangan pria dan wanita yang saling mencintai satu sama lain dan dipersatukan dalam satu ikatan resmi melalui sakramen perkawinan. Konsekuensinya adalah pria dan wanita yang dengan bebas dan cinta mengikatkan diri dalam panggilan hidup berkeluarga. Mereka harus hidup bersama saling menguduskan dan tak terceraikan; sehati, sehidup dan semati. Dan itu hanya mungkin, melalui komitmen kesetiaan. Memang, perjalanan menuju dan setelah pernikahan merupakan perjuangan yang tidaklah mudah dilewati; ada banyak cobaan, rintangan, suka dan duka yang dijalani, dan itu semua demi sebuah cinta sejati yang mewujud dalam bentuk satu hati dalam keharmonisan. Mempertahanan kehidupan satu hati (sehati) adalah dengan buka hati, saling percaya, saling mengenal dan menerima, men-sinergis-kan kepribadian dan pandangan hidup. Masalah dalam keluarga bukan menjadi halangan, apalagi menjadi alasan untuk berpisah atau tidak setia. Semua itu harus terevaluasi sebagai kehidupan bersama yang dimulai sejak pertama kali bertemu, sampai keinginan untuk menikah kemudian berkeluarga. Cara lainnya yang tidak boleh dilupakan yaitu menghadirkan Allah di dalam keluarga, juga di dalam setiap permasalahannya. Maka keluarga akan terpanggil sebagai “Gereja” kecil, tempat dimana iman dan cinta sejati bertumbuh. Pada edisi ini, kita diajak agar sadar pentingnya setia terhadap pasangan dan keluarga mampu berkonstribusi esensial bagi Gereja yang hidup. Persekutuan umat beriman akan Kristus ada di tangan keluarga. Hanya melalui keluarga yang sehati, sehidup, dan semati-lah, gereja akan berdiri kokoh, tak akan roboh oleh badai taufan sekali pun. Begitu juga sebaliknya, jika keluarga tidak harmonis maka gereja akan rapuh dan tidak menarik. Semoga edisi ini menginspirasi kita membangun keluarga dan benar-benar bersaksi akan cinta kasih Allah.*** Pimpinan: A. Setyo Listiantyo Creative Design: Agung E. W, Yohanes Triasputro B, Benny Arvian, Redaksi: Paulus Sihombing, Adiya W. S, Constantine J. N, Kornelius Jemada, Felicia Nediva, Agung Pradata, Veronica Putri Larosa Liputan/Artikel : redaksimediapass@ yahoo.com/
[email protected]/081328130513 Facebook:
[email protected] Iklan & Donasi : Dian Wiardi (0818 183 419) No rekening Komsos: BCA dengan no 731 0278879 an. Mirjam Anindya Wiardi atau R. Prakoso Penerbitan Majalah MediaPASS dibawah perlindungan Dewan Paroki St. Stefanus Cilandak melalui Seksi Komunikasi Sosial Ketua Dewan Paroki: Antonius Sumardi, SCJ Penasehat KOMSOS: Dauddy Bahar Ketua Seksi KOMSOS: Agustinus Sonny Prakoso Sekretaris: Alberta S. Listiantrianti Bendahara: Dian Wiardi Koord. Unit Kerja: A. Setyo Listiantyo Koord. Unit Media: Dian Wiardi Koord. Unit Teknologi Informasi (IT): Sukiahwati Hartanto Web Page: www.st-stefanus.or.id Email:
[email protected] twitter: @ ParokiStefanus Redaktur: Sukiahwati Hartanto Programmer: Yorren Handoko Administrator: Patricia Utaminingtyas, Dian Wiardi, Sukiahwati Hartanto, Irene, Susan J Warta Paroki: Dian Wiardi, Yohanes Ledo Radio/Video/TV: Yohanes Triasputro B, Benny Arvian Mading : Kornelius Jemada Facebook : Constantine J. N Twiter: Susan J, Irene
Komuni Pertama Minggu, 7 Juni 2015 “Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seseorang yang menyerahkan nyawanya bagi sahabat-sahabatnya” (‘Yoh 15:13)
Foto Fefe, Dian, Tyo, dok MP
6. SEPUTAR PAROKI
KONFERENSI WANITA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA CABANG ST. STEFANUS 2015
“Syukur Bagimu Tuhan, Engkau Menjadikan Kami Berkat Bagi Sesama” -Humas WKRI-
H
ari masih pagi dan jam menunjukan pukul 06.30 WIB pada tanggal 23 Mei 2015, ketika kesibukan sudah terlihat di lantai 4, Gedung Leo Dehon, Paroki St. Stefanus, Cilandak, Jakarta Selatan, Ibu-ibu berseragam biru lengkap dengan jasnya sudah duduk di meja pendaftaran. Mereka adalah Seksi Pendaftaran dalam rangka acara Konferensi Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) Cabang St. Stefanus, Cilandak yang sebentar lagi akan digelar. Konferensi Cabang WKRI atau Rapat Paripurna Tingkat Cabang merupakan forum musyawarah tertinggi di tingkat cabang bagi seluruh anggota ranting, dalam satu wilayah kerja cabang dapat dengan sistem perwakilan. Konferensi ini wajib dilaksanakan sekali dalam tiga tahun oleh Dewan Pengurus Cabang, dalam mengakhiri masa baktinya. Konferensi Cabang dipimpin oleh Dewan Pengurus Cabang, dibantu Dewan Pengurus Ranting yang ditunjuk. Meskipun sudah melakukan persiapan beberapa bulan sebelumnya bahkan sudah melakukan gladi bersih tetapi tetap saja di dalam acara
resmi seperti ini, masih terlihat beberapa anggota Panitia Pelaksana agak gugup ketika acara akan dimulai, maka Ketua Pelaksana, Ibu Aloysia Maria Yunianti atau yang biasa dipanggil Ibu Wies, mengajak semua yang sudah hadir saat itu untuk berdoa bersama, memohon kepada Yesus agar acara dapat berjalan lancar sesuai rencana dan semua anggota dalam keadaan sehat wal’afiat sampai acara berakhir nanti. Ibu Anastasia Anie Heppy, selaku pembawa acara membacakan Jadwal Acara Konferensi dan mengumumkan bahwa Upacara Pembukaan akan segera dimulai tepat pukul 08.19 pagi dengan kata sambutan oleh Wakil Ketua I Wanita Katolik RI yaitu Ibu D. Dyah Setiyowati, lalu dilanjutkan dengan sambutan dari Penasehat Rohani yaitu Romo Antonius Sumardi, SCJ dan disusul oleh kata sambutan berikutnya dari Ibu Aloysia Maria Yunianti selaku Ketua Pelaksana Konferensi WKRI Cabang St. Stefanus, Cilandak dan diakhiri dengan kata sambutan dari Dewan Pengurus Daerah, yaitu Ibu Yanti Paulus yang mempunyai harapan, hendaknya pengurus baru menjadi berkat bagi sesama. Anggota yang hadir pada saat itu berjum-
7
lah 103 orang plus para undangan dari Anggota Pengurus Cabang WKRI Paroki lain dan beberapa anggota Dewan Pengurus Daerah. Setelah Acara Pembukaan selesai dilanjutkan dengan acara pokok yaitu sidang-sidang yang ada dalam Konferensi WKRI Cabang St. Stefanus, Cilandak dan dipimpin oleh masing-masing Ketua. Sidang terbagi atas: Sidang Pleno, Sidang Komisi dan Sidang Tim.
b. Sidang Komisi adalah Sidang yang dihadiri utusan yang mewakili Ranting dalam Konferensi Cabang. • Jumlah peserta untuk setiap Komisi ditetapkan oleh Panita Pengarah (Panrah) guna menjaga keseimbangan dan demi kelancaran jalannya sidang. • Ketua dan sekretaris Sidang Komisi dipilih dari anggota Komisi pada saat akan memulai Sidang Komisi. • Sidang Komisi didampingi Panitia Pengarah (Panrah) dan Kelompok Kerja (Pokja) terkait
Foto Fefe dok MP
a. Sidang Pleno adalah sidang yang dihadiri segenap peserta Konferensi Cabang, dipimpin oleh penanggung jawab Konferensi Cabang.atau peserta Konfercab yang telah ditunjuk dan disahkan dalam Sidang Pleno I.
c. Sidang Tim adalah Sidang yang dihadiri peserta Konferensi Cabang, yang ditunjuk dan disahkan pada Sidang Pleno I • Ketua dan sekretaris Sidang Tim dipilih berdasarkan kesepakatan
8
anggota Tim tersebut pada saat akan memulai Sidang Tim. • Sidang Tim didampingi Panrah/ Ketua Pokja terkait. • Khusus Sidang Tim Pemilihan selain didampingi Panrah, jika perlu didampingi Penasihat Rohani Dewan Pengurus Cabang. Tepat pukul 08.51 Sidang Pleno I (Pertama) dimulai yang diketuai oleh Ibu D. Dyah Setiowati dan Sekretaris Cabang. Di dalam Sidang Pertama ini membahas masalah pertama adalah Pembacaan dan Pengesahan Kuorum, yaitu jumlah yang hadir adalah 42 orang utusan dari surat Mandat sejumlah 42 lembar yang dikeluarkan, sehingga memenuhi kuorum dan sah Konferensi Cabang ini dilaksanakan. Lalu hal kedua dan seterusnya adalah Pembacaan dan Pengesahan Rancangan Jadwal Acara, Rancangan Tata Tertib, Penetapan dan Pengesahan keanggotaan Tim Pemeriksa Keuangan, Tim Rencana Kerja dan yang terakhir adalah Penetapan dan Pengesahan Pimpinan Sidang Pleno II. Semua point dalam Sidang Pertama ini dinyatakan bisa diterima dan tanpa koreksi. Masuk kepada Sidang Pleno II (kedua) pada pukul 09.17 tepat yang diketuai oleh Ibu Nita Moningka. Pembacaan Laporan Pertanggung Jawaban Dewan Pengurus Cabang masa bakti 2012 – 2015 oleh Ibu D. Dyah Setiyowati dibantú
oleh Pengurus Inti dan sesi tanya jawab dalam pandangan umum serta tanggapan atas laporan pertanggung jawaban tersebut. Ada poin yang harus dikerjakan untuk para pengurus terpilih untuk masa bakti yang akan datang adalah kegiatan Rapat Koordinasi Ranting yang dalam setahun terakhir ini agak tersendat dengan pindahnya Ketua Cabang terpilih masa bakti 2012 – 2015 yaitu ibu Ignasia Nandari yang mengundurkan diri karena harus pindah Paroki, dan yang kedua adalah meninggalnya sekretaris I yaitu Ibu Rosalia Arisavitri karena menderita sakit, maka kegiatan tersebut harus digiatkan lagi. Karena dengan adanya Rapat Koordinasi Ranting (RKR) tersebut, maka seluruh kegiatan yang ada di Ranting-ranting dapat terlihat jelas pelaksanaannya. Dan hal itu menjadi salah satu Laporan kegiatan Cabang pada pertanggung jawaban berikutnya. Dengan diterimanya Laporan pertanggungjawaban Dewan Pengurus Cabang (DPC) St. Stefanus, Cilandak pada hari Sabtu tanggal 23 Mei 2015 pukul 10.35, maka Kepengurusan Dewan Pengurus Cabang (DPC) St. Stefanus, Cilandak untuk masa bakti 2012 – 2015 dinyatakan DEMISIONER. Ketua Cabang/Dewan Pengurus Cabang menyerahkan kepemimpinan (berupa vandel, palu dan cap) kepada Pemimpin Sidang yang selanjutnya diserahkan kepada Presidium. Dalam keadaan demisioner kepengurusan DPC
9
masih menjalankan fungsi untuk menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya, namun tidak memiliki wewenang untuk pengambilan keputusan atau kebijakan yang sifatnya prinsipiil.
Ada 4 Tim yang harus menggelar sidangnya sebelum masuk pada Sidang Pleno III. 4 Tim tersebut adalah Tim Rencana Kerja (Renja) membahas tentang Program Kerja untuk masa bakti tahun 2015 – 2018. Tim Pengembangan Kualitas Organisasi (PKO) membahas tentang rencana kebijakan-kebijakan yang telah disusun dengan memperhatikan tentang perkembangan keadaan dan situasi kondisi ranting, kebutuhan anggota, dan kemampuan (situasi dan kondisi) yang ada. Tim Verifikasi (Keuangan) bertugas meneliti bukti-bukti keuangan DPC selama masa bakti yang lalu, dan Bendahara DPC wajib hadir pada saat pemeriksaan oleh tim, dan yang terakhir adalah Tim Panitia Pemili-
han (Panlih) yang bertugas mempersiapkan pelaksanaan pemilihan Pimpinan Cabang dengan mengacu pada tata cara dan tata tertib pemilihan, serta meneliti biodata dari para calon berdasarkan laporan hasil kerja Pokja Pencalonan, menyiapkan sarana pemilihan antara lain: kartu suara, kotak suara, papan tulis untuk perhitungan suara serta pengaturan ruangan (berkoordinasi dengan Panlak), Tim Pemilihan terdiri dari beberapa orang Peninjau dan menentukan beberapa orang saksi yang dipilih dari peserta Konfercab untuk Sidang Pemilihan. Ada 7 Calon yang dipersiapkan untuk menjadi Ketua Cabang WKRI St. Stefanus, Cilandak yaitu: Ibu Aloysia Maria Yunianti, Ibu D. Dyah Setiyowati, Ibu Bernadetta Indraningsih Purwanto, Ibu Dr. F. Wati Dadi, Ibu Anastasia Erna Suwarsih, Ibu Pudentiana Rr R.E dan Ibu Margaretha Wardha Ardiani. Ada satu Tim yang bertanggung jawab dalam Pembuatan Buku Laporan Pertanggungjawaban sudah bekerja lebih dahulu (Tim LPJ – Laporan Pertanggungjawaban). Pengumpulan dan penyusunan data-data, kegiatan cabang dan ranting se-wilayah kerja DPC serta pertanggungjawaban keuangan selama masa bakti telah dilaporkan dalam bentuk tertulis dan dijadikan buku yang telah digandakan untuk peserta Konfercab. Jam sudah menunjukkan pukul 11.08 ketika Sidang Pleno III dige-
10
lar. Sidang dipimpin oleh Ibu M.M. Tientje Tungari didampingi oleh ketua Kelompok Kerja (Pokja). Dalam Sidang ini membahas masalah Laporan Hasil Sidang Tim Rencana Kerja (Renja), Laporan Hasil Sidang Tim Pengembangan Kualitas Organisasi (PKO), Laporan Hasil Sidang Tim Verifikasi (Keuangan), dan Laporan Hasil Sidang Pemilihan. Dan semua hasil sidang Tim-tim tersebut dituangkan dalam Berita Acara Hasil-hasil Sidang Tim dan telah dinyatakan sah dan ditanda tangani oleh Ketua Sidang Pleno III.
Sidang Penentuan dari seluruh rangkaian Sidang yang digelar dalam Konfercab ini adalah Sidang Pleno IV yang dimulai dari pukul 11:38 s.d. 12:40. Sidang Pemilihan Calon Ketua Cabang ini dipimpin oleh Ibu Chatarina Damenak Tobing dan dibantu oleh Saksi-saksi yaitu Ibu Sandra Suharso dan Ibu Peggy Karim, keduanya dari Ranting Sta. Elisabeth.
Tim Pemilihan menjelaskan tata cara dan prosedur pemilihan, serta memperkenalkan ke tujuh calon ketua yang ada. Dilanjutkan dengan pemilihan berdasarkan surat mandat yang masuk ke Panitia dari utusan 8 Ranting dan hasilnya adalah Ibu D. Dyah Setiyowati (23 suara), Ibu Aloysia Maria Yunianti (33 suara), Ibu Bernadetta Indraningsih Purwanto (31 suara), Ibu Margaretha Wardha Ardiani (10 suara), Ibu F.Wati Dadi (20 suara), Ibu Pudentiana Rr, RE (3 suara), dan Ibu Anastasia Erna Suwarsih (3 suara). Dan hasil akhir menentukan bahwa Ibu Aloysia Maria Yunianti sebagai Ketua Cabang, Ibu Bernadetta Indraningsih Purwanto sebagai Wakil Ketua I dan Ibu D. Dyah Setiyowati sebagai Wakil Ketua II. Tampaknya kegiatan sidang sudah mulai membuat para peserta kelelahan, untuk itu Panitia Konsumsi sudah menyediakan makan siang sebagai waktu untuk bersantai sejenak selama 30 menit sambil menyaksikan tayangan video tentang aneka kegiatan Cabang dan Ranting selama masa bakti 2012 - 2015. Setelah rehat selama 30 menit, acara dimulai lagi pada pukul 13.12 WIB s.d. pukul 13.25 dengan sessi yang terakhir yaitu Sidang Pleno V. Dalam Sidang ini berisi tentang Pengesahan Hasil Konferensi Cabang. Sidang dipimpin oleh Ibu Dina Sidik didampingi oleh Sekre-
11
taris Cabang, Ibu Tiarman Rantauli. Sekretaris Konfercab membacakan satu persatu Surat Keputusan Konfercab (SKEP) yang ditandatangani oleh Ketua Panitia Pengarah (Panrah), Ibu Atty sebagai Penanggung Jawab Konferensi dan disahkan oleh Ketua Sidang, SKEP tersebut berisi tentang Keabsahan Konfercab, Kuorum, Tata tertib dan Jadwal Acara, Pengesahan pertanggungjawaban Pengurus DPC, Rencana Kerja 3 tahun ke depan, Pengangkatan Pimpinan Cabang dan Hasil Keputusan Pengembangan Kualitas Organisasi (PKO).
Acara yang terakhir adalah Upacara Pelantikan Ketua Cabang terpilih dengan Pembacaan Surat Keputusan tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Pimpinan DPC oleh Ibu Dina Sidik, Pelantikan oleh Pimpinan DPD, yaitu Ibu Yanti Paulus, Janji Pengurus dipandu oleh yang melantik, Pemberkatan oleh Romo Antonius Sumardi, SCJ dilanjutkan dengan menyanyikan Lagu Mars
WKRI dan Sambutan dari Ketua Cabang terpilih, yaitu Ibu Aloysia Maria Yunianti. Dilanjutkan dengan acara serah terima sebagai berikut: pembacaan naskah serah terima jabatan dan naskah serah terima kekayaan, oleh Sekretaris Konferensi Cabang; penandatanganan kedua naskah tersebut oleh pimpinan lama dan baru, serta oleh saksi; penyerahan kepemimpinan secara simbolis dengan vandel, palu dan cap, oleh Presidium DPD kepada Ketua Cabang terpilih; penyerahan kekayaan organisasi dari pimpinan lama kepada pimpinan terpilih, disaksikan oleh Presidium DPD. Upacara ini berakhir pada pukul 13.53 diiringi doa penutup dan berkat dari Romo. Selanjutnya ucapan selamat kepada Ketua Cabang WKRI terpilih, Ibu Aloysia Maria Yunianti sampai selesai. Demikian rangkaian acara Konferensi WKRI Cabang St. Stefanus, Cilandak ini digelar. Semoga dengan terpilihnya para pengurus yang baru, dapat menjadi berkat bagi sesama sesuai dengan tema yang diambil dalam Konfercab 2015 ini. Selamat Berkarya untuk para Pengurus Cabang yang baru dalam Kepengurusan Organisasi WKRI Cabang St. Stefanus, Cilandak masa bakti 2015 – 2018. Dan semoga Organisasi WKRI tetap solid seiring dengan perjalanan dan dinamika peziarahan hidup Paroki St. Stefanus, Cilandak. ***
12. SEPUTAR PAROKI JALAN PAGI BERSAMA Demi Raga yang Sehat dan Iman yang Mantap -Eddy Ramli-
T
atkala sinar surya mulai menyeruak ke angkasa, terbitlah pagi yang cerah. Dalam kecerahan dan keceriaan sinar pagi yang tercatat dalam kalender merupakan awal hari Sabtu, 6 Juni 2015, beberapa warga wilayah V dalam lingkup Paroki St. Stefanus, bergegas menuju Bundaran Perumahan Bukit Golf; ada yang berjalan kaki, ada pula yang mengendarai mobil. Wah ada apa ya? Wilayah V rupanya mempunyai acara yang unik dan menarik. Untuk pertama kalinya, warga wilayah V ingin berolahraga (jalan pagi) bersama. Tepat pukul 06.00 dengan diawali
Foto; dok Pribadi
doa singkat yang dipimpin oleh Ibu Ellen selaku Koordinator Wilayah, warga yang hadir mulai berjalan pagi sehat bersama mengelilingi kawasan Bukit Golf di bawah naungan pohon-pohon rambutan yang teduh. Kegiatan bersama ini diikuti sekitar 30 warga, tua dan muda, pria dan wanita. Warga menyambut hangat undangan untuk jalan sehat ini, karena kegiatan ini merupakan olahraga yang murah meriah, namun memberikan manfaat bagi kesehatan. Tidak sekedar demi kesehatan raga, jiwa pun ikut disegarkan. Dengan berjalan kaki bersama, mereka bisa ngobrol dan bercanda dengan rileks,
13. SEPUTAR PAROKI menjernihkan pikiran, dan mengurangi stress. Dan yang lebih penting lagi, diharapkan kegiatan ini dapat mempererat rasa persatuan dengan sesama saudara seiman. Dengan demikian, sekali merengkuh dua pulau terlampaui; sehat badan dan imannya pun semakin dipermantap atau diperteguh. Melihat antusias para warga, Ibu Ellen Darsana memberitahukan bahwa kegiatan ini akan rutin dilaksanakan dan diharapkan partisipasi warga akan semakin bertambah banyak dengan upaya meningkatkan sosialisasi adanya kegiatan jalan pagi sehat ini.
Usai mengitari kawasan sebanyak dua-tiga kali, warga kembali berkumpul di bundaran, beristirahat dan bercengkerama satu sama lain selama kurang lebih 20 menit. Tepat pukul 07.15 warga mulai membubarkan diri, kembali ke rumah masing-masing dan memulai aktivitas hari itu. Semoga keceriaan pagi dalam kegiatan ini memberi warna positif bagi aktivitas lainnya di sepanjang hari. Sampai jumpa di Jalan Pagi selanjutnya.***
“MAUKAH ENGKAU SEMBUH?” KEBANGUNAN ROHANI KATOLIK -Endang Surastri-
“Maukan
engkau
sembuh?”
adalah tema yang dipilih oleh Panitia Kebangunan Rohani Katolik. Tema ini lahir dari suatu kebutuhan,
karena banyak umat membutuhkan dan merindukan kesembuhan baik secara jasmani dan rohani.
14
Setelah melalui berbagai pertimbangan dan keterbatasan yang kami miliki, akhirnya dengan percaya penuh akan penyelenggaraan Roh Kudus, maka kami bersatu hati untuk menyelenggarakan acara tersebut pada tanggal 30 Mei 2015, bertepatan dengan hari raya Pentakosta. Kami membentuk panitia kecil yang diketuai oleh Bapak Jono. Sebulan sebelum acara ini diadakan, panitia kecil atau team inti dijadwalkan untuk berdoa dan berpuasa secara bersinambung tanpa putus, dengan hati yang penuh kesadaran akan manfaat dari doa dan puasa. Tibalah acara yang dinanti-nantikan. Acara dimulai pukul 08.30, meskipun pukul 07.00 sudah ada beberapa umat yang sudah hadir dan kami sempat bertanya, “Mengapa pagi sekali sudah datang?” Jawaban mereka menunjukkan antusiasme yang luar biasa dan kerinduan yang mendalam untuk kesembuhan, yakni dengan mengatakan, “Supaya mendapat tempat di depan.” Sebelum acara dimulai, semua anggota team dan beberapa sahabat dari komunitas lain yang membantu, berkumpul untuk berdoa bersama. Tepat pukul 09.00 acara dimulai dengan kata sambutan oleh Pastor Paulus Setiadi, SCJ. Kemudian dilanjutkan dengan acara “Praise and Worship” selama 45 menit yang dipimpin oleh Irena, seorang yang diberi multi talenta luar biasa oleh Tuhan. Selama 45 menit memuji
Tuhan, hampir seluruh peserta ikut memuji dengan penuh suka cita dan hikmat. Setelah memuji dan berdoa, kemudian para peserta diajak untuk mempersiapkan diri menerima dan mendengarkan Sabda Tuhan. Dari pukul 10.00 - 11.00 Bapak Benyamin Ratu menaburkan Sabda Tuhan. Beliau adalah sosok yang sering dipakai Tuhan untuk melakukan karyakarya besarNya. Pukul 11.15 adalah acara puncak, dimana Bapak Benyamin mendoakan seluruh umat yang hadir. Dan juga mendoakan secara pribadi umat-umat yg sakit secara jasmani dan juga rohani. Begitu banyak umat yang haus minta didoakan dan Roh Allah sungguh bekerja menjamah yang perlu pertolongan dan sungguh dahsyat gerakan Roh Kudus saat itu. Bapak Benyamin dengan dibantu seluruh team melayani umat yang hadir sekitar 400 jiwa. Syukur kepada Allah hampir seluruhnya terlayani dan bila ada 1 dan 2 jiwa terlewatkan itu semata-mata karena keterbatasan kami. Pukul 12.30 - 13.00 diisi dengan kesaksian perjalanan hidup rohani dan pujian oleh Delon. Pada pukul 13.00 acara selesai dengan ditutup satudua kata oleh Koordinator PDKK St. Stefanus malam. Puji Tuhan akhirnya kami boleh menjadi ber-
15
Foto Dok PDKK Malam
kat dengan terselenggaranya acara Kebangunan Rohani Katolik (KRK) tersebut. Untuk terselenggaranya acara tersebut kami mengucapkan terimakasih kepada; Pastor Paroki atas dukungannya sehingga acara KRK terselenggara dengan baik. Koordinator Keamanan sehingga me-
mungkinkan umat untuk memarkir kendaraan dengan lancar, nyaman, dan aman. Seluruh sahabat-sahabat dari kelompok kategorial lain yang membantu dan memungkinkan acara ini terselenggara. Sie Kebersihan yang berkat tanggungjawabnya membantu kami dapat menyelenggarakan acara KRK dengan nyaman dan baik.***
16. SEPUTAR PAROKI
BERJUMPA ALLAH DALAM KEHENINGAN Seminar Doa Kontemplatif Melisa
P
ada hari Selasa, 2 Juni 2015. Bertepatan dengan hari libur Waisak, PDKK St. Stefanus Pagi meng-adakan seminar dengan tema “Doa Kontemplatif” di gedung Leo Dehon. Lantai 3, dengan nara sumber Romo Tan Thian Sing, MSF. Seminar yang dimulai pada pukul 09:15 dan dihadiri oleh 175 orang ini, dibuka dengan doa dan berkat oleh Romo Paulus Setiadi, SCJ dan kata sambutan oleh koordinator PDKK St. Stefanus-Pagi, yaitu Ibu Lenny Anwar. Romo Tan Thian Sing menjelaskan dan sekaligus membimbing para peserta untuk mengetahui tujuan bermediatasi dan bagaimana cara bermeditasi. Bahkan dalam seminar ini pula, pembicara mengajak para peserta untuk langsung praktek bermeditasi dalam dua tahap, selama 15 menit dan 20 menit. Secara garis beras, penyampaian Romo Tan bisa disimpulkan sebagai berikut. Pada dasarnya ada tiga unsur utama meditasi, yaitu silence (hening), stillness (diam) dan simplicity (sederhana). Pertama, “Silence by paying attention.” Hening merupakan sikap batin
yang mengungkapkan tanda saling mengenal, saling percaya, saling menerima, dan saling mencinta. Keheningan itu sendiri adalah bahasa Allah. Dan Allah bersabda di dalam keheningan. Hanya kalau kita bisa masuk ke dalam keheningan, kita dimungkinkan untuk berkomunikasi dan berjumpa dengan Allah. Kedua, “Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah” (Mzm 46:11). Diam fisik membantu kita untuk menyadari bahwa tubuh kita adalah bait Allah (lihat 1Kor 6:19). Sikap “diam” adalah sebentuk usaha untuk menyiapkan suasana dan tempat yang tepat untuk berjumpa dengan Allah. Ladang sebelum disemai benih-benih, dipersiapkan dulu tanahnya supaya lebih gembur dan subur. Dengan diam, kita menyiapkan dan membuka hati supaya siap untuk ditaburi dan menerima kehadiran Allah. Ketiga, “Miskin dihadapan Allah” (Mat 5:3). Kesederhanaan merupakan unsur yang penting untuk masuk ke dalam keneningan dan relasi cinta dengan Allah, karena sesungguhnya Allah itu Sederhana, cinta itu sederhana dan tentunya meditasi itu juga sederhana.
17
Buah-buah meditasi adalah: • KASIH: Ditempatkan pertama karena kasih adalah “Karunia Terbesar.” • KEDAMAIAN: Karunia yang diberikan kepada kita melalui Roh Yesus. • KESABARAN: Mengatasi letupan-letupan perasaan dan segala cara yang kita lakukan untuk menguasai dan memiliki orang lain. • KEBAIKAN: Bukanlah milik kita, tetapi diri kita pada hakekatnya adalah baik, dan kodrat manusiawi kita adalah ilahi. • PENGUASAAN DIRI: Diperlukan untuk menikmati hidup dalam
kebebasan Roh, menjaga keseimbangan di tengah-tengah segala sesuatu yang berlebihan. Setelah penyampaian materi dan praktek, diadakan sesi tanya jawab. Para peserta terlihat sangat antusias dengan adanya banyak sharing, komentar dan pertanyaan. Seminar ini ditutup pada pukul 15:30. Semoga berkat seminar tentang Doa Kontemplatif ini, kita dapat lebih mendekatkan diri kepada Tuhan dan semakin dimampukan untuk membiarkan Allah hadir dan berkarya di dalam kehidupan kita sehari-hari. Tuhan memberkati kita semua!***
Foto Dok PDKK Pagi
18. SEPUTAR PAROKI
Makin Beriman, Makin Bersaudara, Makin Berbelarasa Susan J
pun sangat hangat. Pengurus setempat menyambut dan mengantarkan kami ke tempat akan diadakan misa Minggu pagi. Jalan menuju tempat misa, kami melewati ruangan makan dimana beberapa dari oma dan opa menyambut dengan senyuman dan obrolan. Beberapa dari oma dan opa mengatakan sangat terhibur apabila ada tamu datang berkunjung; Mungkin karena beberapa dari mereka sudah tidak pernah dikunjungi oleh anak atau pun sanak saudara.
T
Foto Susan J
ergerak oleh kata-kata diatas, lingkungan Elias dan Dionisius dari Wilayah 12 berinisiatif mengadakan gerakan Bakti Sosial pada akhir bulan Maria, yaitu pada tanggal 24 Mei 2015, hari Minggu. Pilihan untuk gerakan Bakti Sosial ini pun jatuh pada Panti Werdha/ Panti Jompo Yayasan Bina Bhakti, Serpong. Kami melihat begitu banyak oma dan opa yang perlu mendapat perhatian dan acara ini disambut baik dari warga kami untuk berbagi dan berbelarasa dalam kasih persaudaraan. Sambutan yang kami rasakan ketika kami sampai di Panti Werdha
Pada kesempatan ini, kami mendapat bantuan dari Romo Ary Dianto, Wacana Bakti Pejaten untuk mengadakan misa Minggu pagi di Panti Werdha. Oma dan opa sangat antusias mendengarkan dan terhibur oleh cerita-cerita dan godaan yang dilontarkan oleh Romo Ary; Percakapan dua arah antara Romo Ary dan oma opa pun berlangsung diselingi dengan banyak senyuman di wajah oma dan opa. Misa ditutup dengan nyanyian “ Hati yang gembira” adalah obat dari seorang oma yang sudah berumur 90an dan duduk di kursi roda. Setelah misa, kami berbagi dengan menyediakan snacks dan makan siang untuk oma opa. Sambil mengobrol dengan oma opa, kami pun banyak mendengarkan kisah kehidupan
19
yang sangat menarik: semasa muda, pekerjaan dan pengalaman mereka, tidak lupa juga bercerita mengenai anak dan cucu tercinta Belajar dari pengalaman hari itu, kami semua dari umat lingkungan Elias dan Dionisius dapat merasakan bahwa benar jika kita berbagi, kita pun merasakan makin beriman, makin bersaudara dan makin berbelarasa membawa kebahagiaan tersendiri. Landasan utama dari kegiatan bakti sosial ini pun adalah suatu kewajiban untuk berbagi dan membantu sesama seperti ditulis dalam: Galatia 6:10***
Santa Emma, Gurk
(Pengaku Imam)
27 Mei
E
mma, yang juga dipanggil Hemma, lahir pada tahun 980 dan meninggal pada tahun 1045. Wanita ningrat ini dikenal sebagai pendiri sebuah biara dan Gereja di desa Gurk, Austria Selatan. Keputusannya untuk menjalani hidup bakti kepada Tuhan ditempuhnya setelah suaminya meninggal
dan kedua puteranya dibunuh. Diceritakan bahwa kedua puteranya dibunuh karena menggantung seorang karyawan yang bekerja di rumah mereka. Suaminya meninggal ketika dalam perjalanan ke Roma. Semenjak itu, Emma giat melakukan berbagai karya amal cinta kasih. Bukti yang paling mengagumkan dari niatnya yang suci ialah usahanya untuk mendirikan sebuah biara dan gereja di Gurk, Austria Selatan. Biara yang kemudian dijadikan Biara Benediktin di Admont ini dimulai pembangunannya pada tahun 1072 setelah kematiannya. Diceritakan bahwa Emma sendiri sebagai biarawati setelah kematian suami dan anak-anaknya itu. Oleh gereja ia digelari sebagai ‘Santa’.***
20. SEPUTAR PAROKI BERSAMA MARIA, BAHAGIA SERTAMU SAHABAT! “...Dan kuucapkan keraskeras dalam hati. “Selamat pagi Maria, bagaimana kabar mu pagi ini?”
K
utipan babak yang menjadi pembuka dari sebuah kisah yang sederhana karya rekan-rekan OMK St. Stefanus. Sebagai penutupan bulan Maria di hari Minggu tanggal 31 Mei 2015 Pk. 18:30, mereka mengadakan kegiatan yang tidak pada umumnya. Sebuah pertunjukkan yang di selingi dengan beberapa nyanyian dari kelompok Imago Dei dan Paduan Suara Sera-
Tim Produksi Suka Cita Maria
phim serta pembacaan puisi oleh Remaja Katolik, acara yang cenderung sederhana ini menjadi sangat hangat dan erat. ‘Suka Cita Maria’ sendiri sebagai tema dasarnya merupakan sebuah puncak kegembiraan Maria menanggapi karya roh kudus yang diserahkan Tuhan kepada Nya. Bagaimana kemudian dalam acara tersebut secara peka OMK mengambil kegelisahan akan sebuah panggilan bahwa Orang Muda Katolik, selayaknya gembira menerima panggilannya sebagai orang muda yang berperan serta bagi kemajuan gereja. Cerita ini mampu mencerminkan karakter anak muda yang gelisah, ingin tahu, penuh cinta, bebas dan kreatif. Seorang pengusaha yang jatuh cinta dengan biarawati itu malahan menjadi sesuatu isu yang menarik untuk dikupas. Biarawati yang dijadikan obyek cerita bernama Maria, adalah tokoh yang diceritakan sangat keras kepala, tegas, pintar, pemberani dan penyayang. Dan akhirnya drama monolog yang berdurasi kurang lebih sekitar 30 menit itu berakhir dengan membawa sebuah kesan yang terbaik atas sebuah pilihan. Tim produksi yang dipimpin oleh Constantine John Neno, telah berhasil menciptakan acara yang mencitrakan kerinduan atas semangat kebersamaan, semoga kebahagiaan Maria akan selalu bersama kita, sahabat!***
21. PROFIL
Bersyukur Atas Semua KaruniaNYA Tyo - Komsos & sumber Bpk Ruddy
Keluarga Rudy Naroryo & Iswara Rini beserta ketiga anaknya; Danis, Sekar & Yayi, Foto Dok Pribadi
Masa kecil hingga dewasa Bapak Ruddy Kebersamaan keluarga Bapak Ruddy Nararyo Saroyo/Ruddy- ibu Isworo Rini/Dupi dimulai tanggal 28 Desember 1986, setelah memperoleh pemberkatan oleh romo Smith, SJ di gereja Santo Antonius Purbayan Solo. 2 tahun sebelumnya mereka dipertemukan dalam kegiatan Koor Lingkungan, yang kebetulan berlatih di rumah kakak dari ibu Isworo Rini. Sempat berpandang-pandangan
dan berkenalan, pada kesempatan tersebut bapak Ruddy segera mengajak Ibu Isworo Rini (yang saat itu masih sebagai pendatang baru di rumah tersebut) untuk bergabung dalam kegiatan Mudika. Akhirnya perkenalan lebih lanjut dan langkah pendekatan pun dilakukan seiring pelbagai kegiatan doa, olahraga, maupun koor dari Mudika Wilayah VI/ Chrismadona, dimana Bapak Ruddy Nararyo sebagai Ketuanya. Seiring keinginannya
22
untuk membentuk keluarga dengan dasar agama seiman, bapak Ruddy tidak ragu melakukan pendekatan kepada anggotanya, meski saat itu beberapa rekan menggoda usahanya tersebut. Sebab baginya, kegiatan gereja merupakan salah satu cara dirinya mengembangkan pergaulan dengan rekan seiman di samping mengasah ketrampilan berorganisasi. Kebetulan, sebagai 'anak pendatang' bapak Ruddy yang berasal dari Solo mengontrak rumah bersama rekan-rekannya di H. Muhi, lingkungan Sta. Maria Goretti, sementara, ibu Isworo Rini yang saat itu masih menyelesaikan studinya di Fak. Psikologi UI juga ‘pindah’ mengikuti kakaknya di H. Goden, di lingkung-an yang sama. Memulai hubungan di tahun 1984, bapak Ruddy Nararyo yang lahir 12 Januari 1957 sesungguhnya saat itu baru memulai karirnya di Kompas Gramedia Group, setelah menyelesaikan pendidikannya sebagai Sarjana dari Fak. Psikologi UGM dan memperoleh beasiswa untuk program pasca sarjana Wijawiyata Manajemen LPPM. Meski di awal hubungannya dengan ibu Isworo Rini mereka telah mencanangkan tujuan untuk mencapai tahap 'pernikahan', namun dalam prosesnya mereka memutuskan untuk 'bertunangan' terlebih dahulu, sebagai upaya memberi ruang untuk mengenal lebih dekat keluarga besar dan karakter masing-masing di samping mengumpulkan ‘modal’ untuk pernikahan dan memulai hidup bersama.
Di akhir tahun 1985, setelah ibu Isworo Rini menyelesaikan pendidikan Sarjana Psikologi UI dan mulai bekerja, mereka pun melaksanakan pertunangan di Solo, mengingat orangtua bapak Ruddy Nararyo yaitu Ibu R.Aj. Sadiana Liesdina dan bapak RM. Soenaryo Pringgokusumo, serta orangtua ibu Isworo Rini, yaitu bapak R.G. Soekadijo dan ibu Soegiarti bertempat tinggal di kota tersebut. Menyadari dirinya adalah anak tertua dari 11 bersaudara yang membawa 'gerbong' keluarganya (baik : eyang, bapak-ibu, saudara sekan-dung, maupun sepupu) mengimani agama Katolik, bapak Ruddy Nararyo memiliki komitmen tinggi untuk menjadikan pernikahannya sebagai kesaksian bagi keluarga maupun masyarakat di lingkup yang lebih luas. Oleh karena itu, proses pendalaman relasi selama 1 tahun sebelum menikah dimanfaatkan sebagai waktu untuk membuka diri dan memberi kesempatan calon pasangan mengenal karakter 'asli' masing-masing. Masa pacaran pun lebih banyak diisi dengan duduk bersama di rumah, tukar pikiran dan pengalaman, dan terutama lebih mengenal ‘perbedaan’, bukan ‘kesamaan’ dari mereka berdua dan bagaimana mengelola perbedaan tersebut. Meski usaha untuk tampil terbuka dan apa adanya terkadang menimbulkan konflik dan tantangan tersendiri bagi pasangan ini, namun kesadaran bahwa hal ini adalah ‘proses’ mendorong mereka untuk menyerahkan semuanya kembali kepada petun-
23
jukNya, sehingga mereka mampu bertahan. Bagi bapak Ruddy Nararyo, sikap ibu Isworo Rini yang ramah, tulus dan menerima dirinya apa adanya menjadi catatan dan acuannya untuk mempertahankan hubungan, sementara dari ibu Isworo Rini sikap bapak Ruddy yang ulet, beriman, sederhana dan apa adanya membuat hal-hal yang dinilai kurang prinsip dapat diabaikan. Kesepakatan awal pacaran yang telah menetapkan tujuan akhir membentuk keluarga, juga membuat pasangan ini memiliki arah yang jelas dalam meningkatkan hubungan personal mereka. Perjalanan bersama pasangan hidup dalam keluarga Setelah menikah, mereka memulai perjuangan hidup mandiri mereka di Jakarta dengan kembali tinggal mengontrak rumah di H. Muhi, Pondok Pinang, di lingkungan gereja yang sama. (lingkungan Sta. Maria Goretti, Santo Stefanus). Meski saat kanonik sempat dipertanyakan romo Mark Fortner, SCJ mengenai beberapa adik yang harus tinggal bersama keluarga baru ini, namun sebagai keluarga, pasangan baru ini tidak menemui kesulitan berarti dalam menjalaninya. Keterbukaan saat pacaran membuat pasangan ini saling memahami dan saling toleran terhadap peran dan kebutuhan pasangannya. Dalam kesederhanaan memulai rumah tangga, mereka tetap merasa nyaman. Kendaraan Vespa, maupun rumah kontrakan,
sudah dirasakan sebagai berkah melimpah. Apalagi setahun kemudian mereka mulai mampu membeli rumah di lingkungan yang sama dengan fasilitas pinjaman kantor. Keteguhan iman mereka berdua baru terasa diuji saat kondisi kesehatan fisik ibu Isworo Rini ternyata agak sulit untuk mempertahankan kandungan dalam proses kehamilannya. Sempat mengalami keguguran kehamilan di awal pernikahan, ia juga harus beristirahat total dan absen dari pekerjaannya selama 9 bulan untuk mempertahankan kehamilan kedua, yang kemudian lahir menjadi putra pertama mereka. Demikian juga saat hamil anak kedua, ibu Isworo Rini juga membutuh-
24
kan waktu 4 bulan istirahat total di rumah sebelum diijinkan untuk bekerja kembali. Sekalipun demikian, 'kepercayaan dan harapan' selalu menjadi pegangan mereka. Semuanya mereka pasrahkan pada kehendakNya. Puji Tuhan, dalam kondisi demikian, selama 5 tahun tahun kehidupan berumah tangga, mereka dikaruniai 3 orang anak, yaitu seorang putra bernama Danis dan 2 orang putri yakni Sekar dan Yayi. Anak pertama dan kedua telah bekerja sementara yang bungsu baru saja lulus dan sedang mencari peruntungan. Sejalan pasang surut kehidupan rumah tangga yang dilalui, bapak Ruddy Nararyo pun terus berusaha mengembangkan karirnya. Bersama beberapa rekannya sesama lulusan Wijawiyata Manajemen LPPM diberi kepercayaan pihak Gramedia sebagai Project Officer untuk mendirikan PT. Artamedia Bank di tahun 1990. Sejalan krisis moneter yang terjadi, pada akhirnya ia bergabung (melalui proses merger) di bank Permata. Pensiun dini dari bank tersebut di tahun 2007 ia kemudian mengabdikan dirinya ke bank ICB Bumiputera sampai purna bakti di tahun 2012. Meski bercita-cita untuk melanjutkan hobby melukisnya di masa pensiun, pada akhirnya ia tetap menerima tawaran untuk membantu mengajar program Sertifikasi Risk Management di salah satu bank swasta. Berhenti dari kegiatan tersebut, saat ini ia aktif sebagai
Komisaris salah satu bank perkreditan rakyat. Sementara ibu Isworo Rini yang semula bekerja tetap di sebuah universitas swasta, di tahun 1994 akhirnya memutuskan untuk berhenti dan bekerja part-time di Konsultan Sumber Daya Manusia, sesuai dengan bidangnya. Langkah demikian dilakukan supaya ia dapat berbagi waktu untuk mendampingi putra putri mereka yang saat itu masih TK dan SD, dalam pelbagai kegiatan mereka. Sebab, menyadari beratnya beban sekolah anak-anak usia SD yang masih membutuhkan banyak waktu untuk ‘bermain’, sebagai orangtua mereka coba memperkenalkan pelbagai kegiatan luar sekolah (musik, tari daerah, balet, olahraga) sebagai salah satu cara untuk menurunkan ‘tekanan’ pada anak. Kegiatan sekolah yang terlalu menekankan pada aspek kognitif coba diimbangi dengan pengembangan dari sisi afektif. Rasa pusing berhadapan dengan pelajaran sekolah coba diatasi dengan rasa senang dan riang entah dengan menari Bali, ballet, atau bermain piano, gitar. Yang diutamakan adalah anak ‘enjoy’ dengan kegiatannya. Oleh karena itu ia pun tidak berkeberatan pada saat anak pertamanya meninggalkan piano untuk hanya fokus di gitar, sementara 2 orang adik wanita meninggalkan piano, tari bali, biola dan cellonya untuk menekuni ballet. Kesibukan mereka dalam mengelola keluarga dan pekerjaan mem-
25
buat keaktifan di lingkungan gereja kurang maksimal, meski bapak Ruddy Narayo sempat tercatat sebagai wakil ketua lingkungan di tahun 1990 dan menjadi lektor di gereja. Sekalipun demikian, sesungguhnya, dalam kesibukan kerjanya kerinduan akan aktivitas menggereja tetap ada. Kondisi demikian mendorong bpk Ruddy Nararyo untuk membentuk komunitas karyawan Katolik di lingkungan kerjanya, di Bank Permata yang saat itu baru saja terbentuk menjadi bank merger. Komunitas ini tidak saja menyelenggarakan misa Jumat pertama, tetapi juga ibadat sabda, doa rosario, jalan salib, retret, bahkan pengakuan dosa sebelum Paskah dan Natal, serta perayaan Natal oikumene bersama rekan dari komunitas Kristen. Kegiatan kerohanian ini seakan menjadi oase dirinya dan rekan-rekannya di tengah kesibukan kerja di kawasan Sudirman. Sementara sebagai pendamping anak-anak ibu Isworo hanya mampu menyempatkan diri setiap pagi memulai hari dengan berdoa di gereja Blok B sesudah mengantar anak ke sekolah. Suasana kapel yang tenang, patung Yesus dalam ukuran besar di gereja, selalu mampu memberi ketenangan bagi ibu ini. Sempat tergabung dalam kepengurusan Wanita Katolik Cabang Stefanus selama 1 periode di akhir tahun 1990an, pada akhirnya kesibukannya kembali pada pendampingan anak-anak –terutama perempuan- yang saat itu mulai SMP dan mengikuti kegiatan koor
maupun ‘cheerleaders’ sekolah, sementara pementasan ballet juga cukup menyita waktu. Di luar itu, untuk mengupayakan kedekatan anak-anak dengan gereja, dari semenjak bayi mereka telah diperkenalkan untuk 'sowan Gusti' di hari minggu. Meski usia 3 anak yang saling berdekatan kadang memberi kerepotan tersendiri, namun sikap anak-anak yang tidak rewel cukup membantu. Biasanya , kebersamaan mengikuti misa jam 6 pagi mereka lanjutkan dengan makan pagi di luar, meski dengan menu 'jalanan' yang sederhana. Di luar itu, kesempatan libur sekolah sedikit banyak juga membuat anakanak terbiasa dengan gereja dan
26
kunjungan ke gua Maria, mengingat saat menengok eyang di Solo mereka ikut terlibat dengan kegiatan eyang mereka yang rutin ke gereja pagi dan sering berkunjung ke Gua Maria seputar Solo dan Jawa Tengah. Sayangnya, saat ini, dengan semakin meningkatnya usia anakanak, berkembang pula kegiatan mereka, sehingga dengan kesibukan mereka, kegiatan bersama keluarga seperti dahulu agak sulit dilakukan. Apalagi, saat ini bapak Ruddy telah memberanikan diri untuk menerima tugas sebagai prodiakon, setelah sebelumnya beberapa kali menolak karena merasa belum/kurang pantas. Mengenai kesediaannya untuk menjadi prodiakon, bapak Ruddy percaya, bahwa dengan iman dan bakti, Tuhan sendiri yang akan menyempurnakan pelayanannya. Menurutnya, ini bukan mengenai ‘saya’ yang melayani, melainkan mengenai ‘Dia’ yang saya layani. Kegiatan pelayanan sebagai prodiakon membuat misa yang diikuti bapak Ruddy Nararyo selalu berbedabeda pada tiap minggunya, sesuai jam tugas. Hal yang sama juga terjadi di beberapa anggota keluarga ini. Ibu Isworo Rini yang saat ini mengikuti beberapa kelompok koor ternyata juga memiliki jadwal tugas tersendiri. Demikian pula putra sulungnya yang mengikuti kelompok koor lain. Sekalipun demikian, rasa syukur tetap mengalir, karena, meski bukan melalui karya besar dan istimewa, saat ini mereka mulai coba ikut terlibat lebih aktif dalam
kehidupan menggereja. Menggenapi usahanya untuk melayani, secara paruh waktu bapak Ruddy Nararyo juga membantu bapak Blasius Eko Bambang di seksi Hubungan Antar Agama dan Kemasyarakatan (HAAK) Paroki. Makna hidup sehati bagi keluarga Bapak Ruddy Sebagai pribadi, pengalaman bapak Ruddy yang tumbuh dalam keluarga Islam abangan dan mampu mengajak keluarganya untuk mengimani Yesus mendorongnya untuk terus memperdalam pemahamannya akan kehidupan beriman itu sendiri, sementara, ibu Isworo Rini yang tumbuh dalam keluarga katolik 'zaman dulu' dengan ayah seorang bekas frater, hanya berusaha menjalani hidupnya sesuai bekal pemahaman iman yang selama ini telah diyakininya dengan bulat. Bagi pasangan ini, semua perbedaan maupun ombak-ombak yang muncul dalam pernikahan dan hidup sehari-hari adalah tetap sebagai karunia besar patut disyukuri. Seperti yang disampaikan bapak Ruddy; ‘Kami menyadari bahwa keluarga adalah tempat persemaian iman, sekalipun terjadi dinamika, keluarga harus tetap memelihara kesatuan iman, sebagaimana dikehendaki Paulus (1 Kor 1:10) ‘tetapi aku menasehatkan kamu saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan diantara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir.’***
27. ORBITAN UTAMA
BUAH TERLARANG, BUAH SIMALAKAMA
K
Agustinus Guntoro, SCJ
ita diundang oleh majalah MediaPass untuk merenungkan tema Hidup Sehati. Dengan tema itu, kita diajak untuk merefleksikan nilai-nilai kekatolikan, khususnya dalam rangka menjaga hidup perkawinan, agar hidup perkawinan tetap terjaga kesuciannya dan menjadi sarana untuk menjadi berkat bagi sesama.
Berbicara mengenai keluarga yang sehidup semati dan sehati, Sabda Tuhan berikutnya ini sangatlah tepat dan mendalam untuk direflesikan, “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.” (Kej 2:24) Hidup berkeluarga adalah usaha untuk hidup dalam satu daging. Daging disini tidak
28
hanya dimengerti secara fisik, tetapi meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Oleh karenanya, proses menuju satu daging, termasuk di dalamnya untuk “Hidup Sehati” adalah bukanlah proses yang tidak mudah. Tetapi tidak mudah bukan berarti kemudian tidak diusahakan sepenuh hati. Karena itu mari kita melihat nilai-nilai kekatolikan yang perlu diperjuangkan oleh setiap keluarga. Pernikahan di Gereja Katedral Jakarta
Keluarga kristiani adalah keluarga yang dibangun dan diikat berdasarkan pada saling menerimakan Sakramen Perkawinan. Pria dan wanita di antara mereka membentuk kebersamaan seluruh hidup; yang dari sifat kodratinya terarah pada kesejahteraan suami-isteri serta kelahiran dan pendidikan anak-anak (lihat Kan.1055).
Sakramen perkawinan ini mempunyai sifat yang hakiki, yakni monogam dan tidak terceraikan. Allah menciptakan Adam dan Hawa untuk saling menolong, membantu dan saling menyempurnakan satu dengan yang lain. Dengan tegas pula kita diingatkan bahawa, “Apa yang telah dipersatukan oleh Allah, janganlah diceraikan oleh manusia.” Dengan Sakramen Perkawinan, laki-laki dan perempuan dipanggil untuk mendagingkan sabda Tuhan, “ .... tidak baik kalau manusia itu sendirian saja” (Kej.1:18). Saling menerimakan Sakramen Perkawinan adalah kesepakatan yang mulia, suci dan luhur. Saling menerimakan Sakramen Perkawinan adalah kehendak Allah, bukan hanya keinginan kedagingan manusia. Dengan demikian laki-laki dan perempuan yang membentuk keluarga merupakan tanggapan manusia akan sabda Allah, khususnya sabda berikut ini, “Aku akan menjadikan penolong yang sepadan dengan dia.” Kesadaran akan sabda itu menegaskan bahwa keluarga menghadirkan firdaus yang baru. Pengorbanan Kristus yang dinyatakan dalam perayaan Ekaristi diwujudkan dalam keluarga yang saling menyempurnakan satu sama lain hingga hadirnya firdaus
SEKSI KOMUNIKASI SOSIAL (KOMSOS) “Memberitakan pekerjaan tanganNYA” ST. STEFANUS Membutuhkan tenaga muda yang berkomitmen untuk pelayanan gereja, sebagai wartawan, designer dan fotografer. Bagi yang berminat menghubungi Sdr. Tyo (HP: 081328130513)
29
yang baru. Maka diharapkan orang yang saling menerimakan Sakramen Perkawinan bukan saja menerima Sakramen Baptis tapi juga menerima Sakramen Penguatan, karena keluarga menjadi saksi Kristus yang mencintai umat-Nya. Dengan segala yang luhur dan mulia itu, umat kristiani yang dipanggil untuk membangun hidup berkeluarga sungguh-sungguh diingatkan bahwa kehendak Allah harus menjadi yang utama di antara kehendak dua orang yang berbeda dan kadang tidak bisa disatukan. Hidup sehati tidak menafikan adanya perbedaan dan keunikan. Dua orang yang mengikat diri dalam perkawinan, tidak lantas melebur seluruh kehendak, pikiran dan keperibadiannya. Mereka tetap berbeda dan unik. Dan justru karena berbeda dan unik, semestinya mereka saling melengkapi, menyempurnakan dan memperkaya.
Patung Lilin Adam dan Hawa
Dengan hidup sehati, mereka juga diundang untuk menciptakan Firdaus yang baru. Setelah gagal dalam Firdaus yang lama, yang diwakili oleh Adam dan Hawa, kita, khususnya yang berkeluarga, diminta untuk menikmati kebersamaan dan kebahagiaan keluarga, persis seperti Adam dan Hawa yang menikmati Firdaus dengan asyik, mesra dan penuh dengan cinta kasih. Tetapi Adam dan Hawa menjadi lupa diri kepada komitmen dan batasan hidup (aturan tentang buah terlarang), sehingga Firdaus yang indah telah menghilang. Oleh karenanya, para keluarga dipanggil untuk menjaga Firdaus yang baru agar tetap indah dan terjaga kesuciannya, yakni dengan tetap menjaga komitmen kesetiaan masing-masing. Ingat buah terlarang, ingat buah simalakama! Hidup berkeluarga, bukan hanya komitmen antara suami-istri, tetapi termasuk dalam pendidikan anak dengan segala tetek-bengeknya, selalu ingat bahwa buah terlarang selalu menghasilkan buah simalakama, buah yang membuat kita masuk dalam dilemma; di lingkaran dosa dan rapuhnya kesetiaan. Maka belajar dari Adam dan Hawa, janganlah sekali-sekali bermain api dengan buah terlarang, kalau tidak ingin Firdaus yang indah dan kaya berlimpah-ruah itu menjauh dari keluarga kita.***
30. PESONA SABDA
SATU HATI, SATU TUJUAN Belajar Melakukan Prinsip Yesus P. Tino Ulahayanan, MSC
S
aya mengenal sepasang suami-istri yang sungguh hidup dalam suasana bahagia. Saat saya masih sebagai seorang frater yang menjalani tahun orientasi pastoral, tahun 2000, saya sudah mengenal pasangan ini. Bertahuntahun lamanya, ibu dan bapak tersebut mendidik anak-anak mereka dalam suasana dan pendidikan kristiani yang kental. Seorang anak dari keluarga ini akhirnya memilih jalan hidup sebagai biarawan-imam. Sementara yang lainnya membangun hidup keluarga yang memegang teguh nilai-nilai keluarga Kristen. Pada tahun 2012, suami-istri itu merayakan perkawinan emasnya. Dan keduanya masih kuatnya pancaran cinta sejati yang terungkap dari kehangatan relasi sebagai suami-istri. Sungguh indah dan sangat membahagiakan!
Sedikit lebih jauh dari lingkungan kita, betapa masih terkenangnya perjalanan hidup pasangan Bapak BJ. Habibie dan Ibu Ainun. Sebuah kisah tentang keindahan cinta yang kemudian dikisahkan secara dramatis dalam film layar lebar. Begitu pun banyaknya kesaksian hidup suami-istri yang setia mempertahankan relasi cinta sejatinya, di tengah tantangan dan perjuangan hidup yang berat. Bila cermat disimak dan bila lebih dalam dikenal, maka keindahan cinta dan kebahagiaan yang tercipta bukannya tidak ada tantangan dan persoalan. Sebaliknya, di balik keindahan yang tersaji, ada kisah-kisah heroik dan ada saat-saat suram atau dalam bahasa agama kita: jalan salib, jalan kesengsaraan (via dolorosa) yang telah dilalui dengan tetesan air mata dan curahan keringat per-
31
juangan. Senyum kebahagiaan yang kini mereka ekspresikan disarikan dari sebuh perjalanan yang berliku dan menantang. Mereka tetap setia, walau melalui banyak rintangan dan halangan. Sebagai seorang imam, tentu saja saya tidak mengalami langsung perjuangan kehidupan sebagai suamiistri. Tapi hampir dipastikan bahwa setiap imam dihadapkan pada aneka kisah seputar suka-duka, bahagiaderitanya hidup sebagai suami-istri dalam bahtera rumah tangga. Dan sampai kapanpun, kisah-kisah beratnya kehidupan suami-istri dalam keluarga akan hadir dalam keseharian hidup kita. Pada suatu pemenungan, Bunda Teresa dari Kalkuta menulis, “Kebahagiaan kita tidak terletak dari sedikit dan banyaknya persoalan hidup kita, melainkan justru terletak pada cara bagaimananya kita menghadapi dan menyelesaikan setiap persoalan.” Kata-kata Yesus dalam Injil Markus 10:8 yang berbunyi: “demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu”, tidak hanya menjadi sebuah prinsip hidup penting bagi keluarga tapi juga merupakan penegasan yang tiada kompromi atas kenyataan pengalaman manusia yang sering merelativir nilai-nilai kesatuan dalam hubungan suami-istri. Orangorang Farisi mengangkat cerita sikap Musa yang memberi Ijin ber-
cerai (Mrk. 10:4), sebagai sebuah argumen untuk melawan prinsip kesatuan dalam relasi suami-istri (baca: satu daging – Mrk. 10:8). Hal ini dilatabelakangi pula kenyataan dalam masyarakat banyak sudah begitu banyak suami-istri yang dengan gampangnya mengambil keputusan untuk melepaskan sakramen perkawinan yang telah diterima. Tapi, sekali lagi, bagi Yesus, prinsip tetaplah sebuah prinsip nilai yang harus dipertahankan. Dengan demikian, Yesus menegaskan bahwa “apa yang telah dipersatukan Allah TIDAK BOLEH diceraikan manusia” (Mrk. 10:9). Prinsip ini tidak bisa diganti hanya karena fakta perilaku manusia yang sudah bercerai atau ketidakmampuannya untuk terus bertahan dalam kesatuan cinta sebagai suami-istri. Yesus menggunakan istilah: “karena kedegilan hati” (Mrk. 10:5). Dalam pastoral, kita berhadapan dengan semacam ‘ketegangan’ antara semangat mempertahankan sebuah prinsip nilai dengan kenyataan peng-alaman manusia yang seakan sudah melumrahkan dan menganggap biasa perceraian. Bahkan saya sendiri dihadapkan dengn kata-kata seperti ini: “Romo sih tidak mengalami! Kalau mengalami, akan tahu betapa beratnya melestarikan nilai kesatuan dalam perkawinanan.” Atau juga, saya pernah mendapat ungkapan ini dari seorang umat: “bagaimana mau menyatukan lagi,
32
ketika suami maupun istri sudah tidak cocok lagi?” Ada seribu satu macam argumen yang bisa dibahasakan sebagai bentuk ekspresi semangat “menghalalkan” nilai kesatuan suami-istri dalam kehidupan bersamanya. Saya menyadari bahwa saya semacam dijebak dalam cara berpikir banyak orang dengan hanya menggumuli masalah ketidak-cocokan yang terjadi dalam hubungan suami-istri setelah perkawinannya dihadang masalah. Saya sangat menyadari bahwa saya sering dihantar pada sebuah semangat menyerah terhadap “sudah sulitnya” sepasang suami-istri bersatu kembali. Saya menyadari bahwa saya dihantar untuk hanya berkutat pada problem keluarga yang ditimbulkan setelah perkawinan itu.
Padahal, Perkawinan Katolik (sebagai sakramen) selalu dipersiapkan dengan baik dan matang. Setelah melewati pembinaan dan pendidikan iman yang mendalam, Pastor Paroki harus membuat penyelidikan kanonik atas pasangan yang hendak menikah. Tujuannya adalah supaya perkawinan yang akan dilangsungkan benar-benar terhindar dari halangan apapun. Artinya, perkawinan yang akan terjadi benar-benar merupakan keputusan bebas suami-istri untuk mencintai sampai kematian memisahkan. Lalu mengapa setelah terjadi masalah dalam hubungan suami-istri barulah orang dengan mudah menyebut: tidak cocok! Atau tidak saling mencintai lagi!” Marilah kita belajar dari Yesus dan dari banyak orang lain untuk melaksanakan prinsip nilai kesatuan dalam keluarga. Pertama, problem Pernikahan di Yogyakarta menuju ke tempat pernikahan bersama-sama, Foto: Teakdoor
33
keluarga sering terjadi karena seperti kata-kata Yesus: kedegilan hati. Kedegilan hati bisa berupa seperti uraian Santo Paulus tentang perbuatan daging, yaitu: “percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percederaan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya.” (Gal 5:19-21). Jika kita menuruti perbuatan daging ini dan bahkan menguasai hidup kita, maka yakinlah prinsip kesatuan dan nilai cinta sejati dalam hubungan suamiistri pasti rusak dan menuju kehancuran. Sebaliknya, bila kita berjuang untuk tidak membiarkan diri kita dikuasai olehnya, walaupun tawaran dan pengaruh sangat besar, maka yakinlah bahwa kita akan menang dalam mempertahanan kesatuan cinta suami-istri. Kedua, kita harus belajar mengolah setiap persoalan dan masalah yang dihadapi dengan sikap iman yang kuat. Refleksi Bunda Teresa dari Kalkuta sangat menguatkan kita, yakni kebahagiaan kita bukan terletak dari sedikit atau banyaknya persoalan yang kita hadapi, tapi dari bagaimana caranya kita menyikapi setiap persoalan itu. Jika kita melihat persoalan dan masalah sebagai sebuah beban, bahkan sebagai kutukan, maka kita akan selalu berusaha menghindar dari persoalan itu. Sebaliknya bila kita melihat persoalan sebagai jalan
kemenangan kita, maka kita akan berusaha belajar untuk membuat discernment (pembedaan roh) yang tepat dan mulai berusaha bangkit untuk sebuah masa hidup yang membahagiakan. Ingatlah bahwa kesuksesan atau kebahagiaan sejati adalah ketika kita mampu melewati pelbagai ujian dan menjadi seorang pemenang! Bagi Yesus, Jalan Salib adalah Jalan Keselamatan! Suami istri india memegang foto mother teresa, photo credit ; tradition in action
Ketiga, belajar untuk selalu satu hati dan satu tujuan hidup. Kata-kata Yesus yang tegas bahwa “mereka bukan lagi dua melainkan SATU,” tidak bisa mentolerir kebiasaan dan praktek perceraian yang mungkin sudah lumrah dilakukan manusia. Dalam relasi suami-istri, setiap pasangan mungkin bisa berbeda pikiran atau pandangan dan berbeda perasaan, namun harus tetap SATU HATI dalam mencintai. Satu hati berarti cinta sejati sebagai suami-istri itu tidak bisa terbagi-bagi kepada yang lain. Bila suami atau
Persidangan Cerai
istri sudah mulai membagi hatinya pada yang lain, sekalipun secara sembunyi-sembunyi, maka keduanya sudah menginjakkan kaki pda malapetaka rumah tangga. Jangan pernah menciptakan peluang akan adanya WIL atau PIL! Keempat, selalu memelihara hidup dengan semangat kebersamaan. Yesus mendidik murid-muridNya untuk selalu bermisi dalam semangat komuniter. Ia mengutus murid pergi berdua-dua (Mrk. 6:7). Dalam peristiwa-peristiwa penting sampai pada kebangkitan, Yesus melakukan perjamuan bersama-sama para murid. Pada saat perjamuan malan, itu, pesan misi disampaikan. Maka, dalam rangka memelihara nilai-nilai hidup perkawinan dan keluarga, aspek kebersamaan ini jangan sampai terabaikan. Keluarga dibiasakan untuk mengadakan perjamuan makan di rumah, setidaknya sekali dalam sehari. Sering kesibukan menjadi alasan atau bahkan menjadi kambing hitam, ketika aspek makan bersama ini jarang dilakukan. Jika dalam setiap hal, aspek kebersamaan dan komu-
nitas itu dipakai sebagai keutamaan yang dipegang, maka yakinlah bahwa masalah yang berat sekalipun akan sama-sama dipikul dan diselesaikan. Namun sebaliknya, ketika suami-istri atau anak-anak secara pribadi menggumuli masalahnya secara sendiri sementara yang lain tidak mengetahui pergumulannya, maka keluarga sudah masuk dalam bahaya perpecahan. Demikianlah, baik dalam suka maupun dalam duka; baik dalam sukses maupun dalam kegagalan secara bersama dihadapi, maka suami-istri dan keluarga akan menikmati kebahagiaan sejati. Saya berdoa agar keluarga-keluarga Katolik jaman ini menjadi pondasi Gereja kita. Kekuatan dan keberhasilan suami-istri dapat membawa bahagia semua pihak, termasuk Gereja Universal. Marilah kita menciptakan keluarga yang kokoh kuat, yang tahan diterpa badai dan memiliki pondasi Iman, Harapan dan Cinta Kasih Sejati.*** Ambon, 10 Juni 2015
35. OPINI
Bagaimana Menghadapi Pasangan yang Berbeda Agama? “Pada prinsipnya harus seagama jadi, kalaupun tidak berarti siapapun pasangan untuk saya harus ikut dengan saya. Bagaimanapun juga harus dipikirkan tanggapan keluarga, bahkan saudara terdekat, dan mempertimbangan reaksi mereka. Pada intinya harus dibicarakan baikbaik. Paling terpenting adalah belajar beradaptasi serta berkomunikasi dengan baik antar keluarga inti nantinya, sehingga tidak kaget saat berlanjut ke pernikahan.”
Yunia Anggun Kumala Dewi Paroki Sta. Helena Karawaci
Andrea Laksmi GPIB SILO, Jakarta barat aktif di kepemudaan gereja
“Kita harus bisa menjalaninya dengan meningkatkan toleransi. Terutama adalah saling menghormati agama masing-masing, Kalau bisa saling berdiskusi untuk mengenal ajaran agama masing-masing.”
“Mungkin yang bisa dilakukan adalah menyelaraskan dulu pandangan hidup kita dan pasangan. Saling respek dengan tata cara agama masingmasing, karena pada pada dasarnya agama itu, selalu mengajarkan yang baik. Selama hubungan dibangun dengan cinta kasih suci murni dan tak bernoda, silakan diteruskan saja.”
Tutur Wibowo Paroki Sta. Bernadete Ciledug
36 “Tidak masalah memiliki pasangan beda agama walaupun idealnya adalah seagama. Karena kita menjalin hubungan itu berdasarkan kenyamanan kita. Selama masih bisa untuk saling menghormati, menghargai pastinya
kita akan aman-aman saja karena keyakinan iman itu tidak dapat dipaksakan, itu semua kan tanggung jawab masing-masing ke Tuhan. Sebagai sesame manusia kita harus saling mengasihi dan seharusnya agama bukan penghalang tetapi pemersatu.”
Rolentina Limbong Paroki St. Stefanus Cilandak “Kalaupun harus berbeda agama sepertinya akan sulit ketika sudah memiliki anak, karena anak akan bingung memilih yang mana untuk dijalankan sebagai agamanya kelak. Lagipula jika satu agama pastinya akan menjalankan ibadah bersama-sama dan itu lebih menyenangkan.”
Gabriela Andita Mayang Wardhani Paroki St. Leo Agung
Rani Hendrianti Paroki St. Stefanus “Komitmen itu yang terpenting! Kemudian saling menghormati walaupun berbeda.”
Cicilia Xaverin Primasari Paroki Kristus Salvator “Sebetulnya saling menghargai saja, Kalau memang ada perbedaan dalam hal-hal prinsip sebaiknya dibicarakan dan kalau tidak bisa dilanjutkan berarti memang tidak perlu diteruskan.”
37. ORBITAN LEPAS
Tips Pacaran Bagi Kristiani 1. Belajarlah untuk mengutamakan Tuhan dalam hidup! Persiapkan diri untuk sebuah pernikahan Kristiani! “menjadi pasangan yang seimbang” (2 Korintus 6 :14) 2. Kenali diri sendiri! Ambillah waktu untuk membuat perubahan apapun yang kita butuhkan untuk dapat menjadi pasangan yang baik bagi seseorang. Kita TIDAK dapat menjadi bahagia dalam pernikahan MANAPUN tanpa bahagia terlebih dahulu dengan diri kita sendiri! 3. Mengetahui apa yang kita butuhkan! Kita harus mengetahui kebutuhan-kebutuhan tersebut, dengan demikian kita mampu mengkomunikasikannya dengan pasangan di masa depan. Ini adalah hal yang tidak dapat di kompromikan! Tanyakan juga kepada pasangan kita apa yang dia butuhkan. Kemudian carilah tahu apakah dengan berpasangan nantinya akan dapat saling memenuhi kebutuhan satu sama lain.
4. Belajarlah untuk peka terhadap tanda-tanda. Petunjuk yang kita rasakan selama berpacaran harus mampu disadari karena seseorang yang sedang menjalin hubungan tidak hanya “seseorang yang spesial” tetapi juga separuh dari perjuangan anda. Sederhananya adalah kita layak menghormati kita sendiri dan pasangan kita siap menerima jika akhirnya harus mengakhiri hubungan. Bahwa yang nantinya harus dikedepankan adalah kita layak memiliki hidup bahagia. 5. Jangan hidup dalam ketakutan. Ketika sebuah kemungkinan bahwa kita akan hidup sendiri seumur hidup, ketakutan tersebut akan menumbuhkan kegilaan. Kebutuhan kita seolah-olah menjadi tidak berarti sama sekali bagi diri kita, bagaimana tidak, kita bahkan dapat membuat keputusan-keputusan bodoh ketika ketakutan ini mengambil alih diri sendiri. Isilah kehidupan kita dengan hal-hal yang dapat membuat kita merasa gembira. Serahkan semuanya kepada Tuhan dan TINGGALKAN itu (ketakutan) di sana!
38
6. Tegas dalam mencari hubungan yang berkomitmen. Apakah kita hidup dalam kebiasaan Minum-minum yang berlebihan (alkoholik, pesta minuman keras di akhir pekan, dll), mudah bertindak dengan kekerasan dan sejenisnya, jikalau memang seperti itu, maka kita “TIDAK MAMPU” membangun komitmen. Bahwa kemudian akhirnya kita tergolong sebagai orang yang membutuhkan penyembuhan dan “penyakitpenyakit” ini akan membuat kita tidak mampu berpikiran sehat karena bukanlah Allah menjadi sumber pertolongannya. 7. Carilah pendamping terbaik bagi hubungan kita dan pasangan. Karena pernikahan adalah KOMITMEN untuk SEUMUR HIDUP. Kita bertanggung jawab terhadap diri sendiri untuk membuat keputusan terbaik yang bisa kita buat. Menemukan pasangan yang tepat dan membuat komitmen untuk seumur hidup dengan orang tersebut adalah sebuah anugerah yang luar biasa dari Tuhan. Maka sebuah dukungan haruslah berjalan seiring dengan kekuatan cinta yang nantinya akan tumbuh. Sumber: kumpulan info Agama sesungguhnya bukan dimaksudkan untuk memecah-belah dan mengotak-ngotakkan manusia. Akan tetapi, dalam hal memilih calon pendamping hidup, sebaiknya tiap-tiap orang mempertimbangkan agama kepercayaan calon, supaya kelak di dalam kehidupan rumah tangganya akan bisa seiring sejalan dan tidak menghadapi permasalahan serius yang berdampak pada keharmonisan rumah tangga akibat perbedaan keyakinan.
39. ORBITAN LEPAS
Peran Sekolah Katolik di Indonesia A. Kosasih Kartaraharja
G
ereja Katolik memberikan perhatian yang sangat besar terhadap pendidikan, dengan dikeluarkannya : (1) Deklarasi Pendidikan Kristen (Gravissimum Educationis) yang merupakan salah satu hasil dari Konsili Vatikan II. (2) Konggregasi Suci untuk pendidikan Katolik (Sejenis Departemen Pendidikan Nasional di Indonesia) pada tahun 1977 menerbitkan sebuat dokumen yang berjudul : “Sekolah Katolik” Dalam dokumen ini konggregasi mengaskan kembali secara tegas tentang “nilai-nilai pendidikan di sekolah Katolik yang merupakan suatu ciri khasnya. (3) Tahun 1982 Konggregasi Suci juga menerbitkan dokumen yang berjudul: “Awam Katolik di Sekolah Saksi-saksi Iman”. Dokumen ini bermakud memberikan perhatian istimewa kepada peranan guru Katolik, khususnya awam Katolik baik yang berkarya di sekolah Katolik maupun yang berkarya di luar sekolah Katolik. Kemudian pada tahun 1988 Konggregasi Suci juga menerbitkan dokumen yang berjudul: “Dimensi Religius Pendidikan di Sekolah Katolik”, sebagai pedoman khusus
untuk berefleksi dan mengadakan pembaharuan. Dari dokumen ini disimpulkan bahwa yang membedakan sekolah Katolik dengan sekolah yang lain adalah dimensi religiusnya. Dimensi religius yang demikian hendaknya terdapat dalam kehidupan peserta didik, guru dan karyawan, pengelola sekolah, iklim/ suasana/sistem sekolah, kehidupan dan karya sekolah dan dalam keseluruhan proses pendidikan. Tugas Gereja itu diterima dari pendiri Gereja yaitu Kristus sendiri menjelang wafat-Nya memberikan pesan: “Pergilah, jadikanlah semua bangsa menjadi murid-Ku, dan baptislah mereka dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus, dan ajarilah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu (Mat 28: 19-20) dan ingatkah bahwa Aku menyertai kamu sampai akhir jaman. A. Fungsi Sekolah Katolik dalam masyarakat Indonesia Konsepsi dan persepsi tentang peranan pelajaran agama Katolik di sekolah tidak dapat dilepaskan dengan konsepsi dan persepsi tentang peranan sekolah Katolik dalam masyarakat Indonesia. Da-
40
lam lokarya di Malino (Sulawesi) 1981 dirumuskan mengenai fungsi dan peranan sekolah Katolik di masyarakat Indonesia sebagai berikut: 1. Gereja menyelenggarakan sekolah Katolik untuk berkontak dengan masyarakat agar tugas Gereja, yaitu mewartakan kabar keselamatan dapat dilaksanakan. 2. Gereja menyelenggarakan sekolah Katolik untuk membantu orangtua Katolik. Maka sekolah menyesuaikan diri dengan kebutuhan anak didik Katolik. Kalau siswa dan orangtua tidak beragama Katolik, maka harus dengan tahu dan mau menerima sifat sekolah Katolik. 3. Gereja menyelenggarakan sekolah Katolik untuk membantu anak dan orangtua apapun agamanya. Sekolah dengan model ini merupakan tempat pertemuan semua aliran masyarakat dengan Gereja. Kebutuhan masyarakatlah yang menentukan bentuk pelayanan, bukan melulu kepentingan Gereja. Kesaksian Gereja justru menjadi sumbangan cinta kasih murni terhadap masyarakat. B. Sekolah sebagai bentuk kehadiran/pelayanan Gereja secara Institusional. Secara institusional, kehadiran dan pelayanan Gereja di tengah masyarakat antara lain dalam bentuk lembaga seperti: karya pendidikan (sekolah-sekolah), karya kesehatan (rumah sakit dengan unit-unitnya), karya-karya sosial
kemasyarakatan lainnya (PSE, politik, HAK, dsb). Melalui karya-karya tersebut, institusi yang berciri khas Kristiani itu hendaknya mengusahakan pelaksanaan tugas mewartakan hak-hak manusia, mengakui dan menjunjung tinggi dinamisme jaman, yang dimana-mana mendukung pelaksanaan hak asasi manusia (Bdk. Gaudium et Spes, art 41). Selain pelayanan secara institusional, kehadiran Gereja juga dapat terwujud melalui pelayanan pribadi-pribadi anggota Gereja. Artinya semakin banyak jumlah (kuantitas) pribadi-pribadi dan institusi yang didukung oleh kualitas pelayanan, maka bobot Gereja di masyarakat semakin nyata. C. Dimensi Religius Pendidikan di Sekolah Katolik Konsili Vatikan II menyatakan bahwa yang membedakan sekolah Katolik dari sekolah yang lain adalah dimensi religiusnya. Dimensi religius itu harus nampak dalam: 1. Suasana/iklim/sistem pendidikan yang dikembangkan oleh sekolah Katolik 2. Perkembangan positif dari pribadi masing-masing penghuni sekolah 3. Hubungan yang terjalin antara kebudayaan/kebiasaan/sistem/suasana dengan Injil suci. 4. Injil menjadi inspirasi dan pencerahan dalam segala ilmu, pengetahuan dan ketrampilan. Penulis adalah kolumnis untuk Gereja Katolik di Sragen
42. ORBITAN LEPAS
cinta sejati
P
enuh Kedamaian, Lemah Lembut dan Baik Hati! Cinta yang sejati menenangkan hati kita dari kekacauan, membuat hati kita merasa lebih santai dan bahagia serta memberikan kehangatan dan kedamaian bagi jiwa kita. Cinta sejati adalah cinta yang rendah hati. Orang yang rendah hati akan menjadi pasangan yang terbaik. Kerendahan hati diri mereka akan menjadi dasar dari kemampuan mereka untuk mencintai. Cinta sejati selalu ingin untuk menjadi jujur setiap waktu, dan ini adalah satu-satunya cara agar cinta sejati dapat bertahan. Kejujuran akan membangun kepercayaan dan kepercayaan adalah tulang punggung dari sebuah pernikahan yang baik. Tanpa kepercayaan maka kita tidak dapat membuat diri kita menjadi diri kita yang sebenarnya. Apabila kepercayaan gagal, maka semuanya akan berakhir.
Cinta sejati adalah seorang “pemberi”. Masing-masing dari pasangan itu menyadari kebutuhan satu sama lain, dan ingin memberi kepada satu sama lain. Pasangan yang tidak mementingkan diri sendiri tahu bahwa mereka harus mencintai satu sama lain seperti Kristus mengasihi gereja-Nya, dengan sikap seorang hamba. Cinta sejati mengikatkan diri mereka yang satu kepada yang lain untuk seumur hidup! Inilah apa yang Tuhan maksudkan untuk sebuah pernikahan. Tidak ada satupun alasan yang cukup kuat untuk mengkhianati “cinta” yang Tuhan sedang berikan bagi kita. Kesetiaan adalah satu-satunya cara untuk menguatkan kepercayaan yang dibutuhkan untuk membangun sebuah pernikahan dari tahun ke tahun! Cinta sejati selalu menginginkan apa yang terbaik bagi orang lain. Kecemburuan ataupun iri hati tidak pernah masuk ke dalamnya karena
43. ORBITAN LEPAS
cinta sejati hanya peduli untuk melihat yang lain menjadi yang terbaik dari apa yang mereka bisa. Cinta sejati tidak pernah terburu-buru, selalu mengambil waktu untuk melihat melalui setiap situasi. Cinta se-
jati menunggu satu sama lain, tidak peduli apapun yang terjadi, untuk apapun, dan kapanpun.*** Sumber: kumpulan info
”Intronisasi Hati Kudus Dalam Keluarga” Martin van Ooij SCJ
P
eristiwa antara Yesus dan Petrus yang saling memandang, pada saat dimana Petrus menyangkal Yesus memiliki sebuah kesan yang sangat mendalam dalam diri Petrus untuk bertobat. Memandang adalah kata kuncinya. Kata itu pula yang menjadi titik tolak kita dalam berdevosi kepada Hati Kudus Yesus, sebagaimana Injil Yohanes mencatat, ”Mereka memandang kepada Dia yang telah mereka tikam.” (19:37).
Yesus dari sisi kemanusiaan Yesus. Menyoroti kemanusiaan Yesus dimana tampak sekali kemanusiaan Yesus yang menyentuh dimensidimensi hidup manusia. Kita diajak berani untuk membawa kemanusiaan Yesus dan membawanya masuk dalam dimensi hidup kita yang sangat dekat dan sangat relevan dengan kehidupan manusia, bukan hanya sekedar melihat keilahian Yesus yang begitu jauh dari hidup manusia.
Melalui tulisan ini, penulis mengajak semua saja yang menghidupi devosi Hati Kudus Yesus, untuk mengaitkannya dengan kehidupan keluarga-keluarga kristiani. Dengan judul ”Intronisasi Hati Kudus Yesus dalam keluarga,” kita diundang untuk membawa cinta Hati Kudus Yesus ke dalam keluarga dan sebaliknya membawa keluarga kepada Hati Kudus Yesus.
Dalam buku pegangan Legio hal. 256 diungkapkan dengan tegas sebuah tugas perutusan untuk membawa keluarga pada pengalaman akan Yesus dan sebaliknya membawa Yesus pada hidup keluarga yang kongkret.
Bagaimana proses ini bisa terjadi? Kita harus belajar merefleksikan
Jantung Yesus adalah sumber iman, inspirasi, dan kekuatan. Dari jantung Yesus yang terbuka, keluarlah seluruh sumber hidup manusia. Dalam dokumen-dokumen Gereja diungkapkan dengan tegas bahwa
44
Hati Kudus Yesus menjadi sumber yang tidak pernah kering untuk hidup kita. Maka kepada para devotee, penulis menawarkan secara kongkret bentuk devosi Hati Kudus Yesus kepada umat. ”Intronisasi Hati Kudus Yesus kepada keluarga” menjadi langkah konkret bagi kita untuk membawa Hati Kudus Yesus pada keluarga dan membawa keluarga kepada Hati Kudus Yesus. Misalnya, setiap keluarga kristiani hendaknya
luarga. Dengan menciptakan suasana yang demikian, semoga keluarga terisnpirasi untuk berdoa, berpasrah kepada Hati Kudus Yesus. Bentuk devosi ini dalam konteks budaya Indonesia sangat aktual dan kongkret. Devosi merupakan gerakan rohani yang harus menyetuh sampai di hati umat, terlebih ini adalah devosi Hati Kudus Yesus, yang pada intinya berbicara dengan kasih. Dan kasih itulah yang semestinya menjadi pusat dan sekaligus kekuatan bagi setiap keluarga untuk
Berdoa Bersama Keluarga
menempelkan gambar atau patung Hati Kudus Yesus di rumah dalam keluarga masing-masing. Di sekeliling patung atau gambar Hati Kudus Yesus ada hiasan dan juga ada lampu-lampu yang menjadikan gambar atau patung sebagai pusat hidup ke-
menjalani kehidupan ini. Semoga Hati Kudus Yesus meraja dalam setiap hati dan setiap keluarga, untuk menghantarkan keluarga-keluarga kepada persembahan hidup yang berkenan bagi kemuliaanNya.***
“Ampunilah kami yang senantiasa melukai Hati KudusMu. Aku dengan semua kelemahan diriku...” devosi kepada hati kudus Yesus
45. ORBITAN LEPAS
Pernikahan Beda Agama di Indonesia (perspektif Katolik)
Latar Belakang: Semangat ekumenis Gereja Katolik untuk merangkul dan bekerjasama dengan pihak Kristen dan Non Kristen atau Katolik, serta kesadaran akan kebebasan beragama, telah mendorong Gereja Katolik sampai pada pemahaman akan realita terjadinya perkawinan campur. Gereja memberi kemungkinan untuk perkawinan campur karena membela dua hak asasi, yaitu hak untuk menikah dan hak untuk memilih pegangan hidup (agama) sesuai dengan hati nuraninya. Dua jenis Perkawinan Campur: a. Perkawinan campur beda gereja (seorang baptis Katolik menikah dengan seorang baptis non-Katolik) perkawinan ini membutuh kan ijin. b. Perkawinan campur beda agama (seorang dibaptis Katolik menikah dengan seorang yang tidak dibaptis) untuk sahnya dibutuhkan dispensasi DISPENSASI adalah: ijin dari Gereja Katolik untuk pernikahan beda agama. Dispensasi utk Katolik non Kristiani (islam, buddha, hindu) adalah: Disparitas Cultus sedang-
kan untuk Katolik - Protestan/Orthodox adalah Mixta Religio. Syarat untuk melakukan pernikahan beda agama di Gereja Katolik: 1. Mengikuti KURSUS PERNIKA HAN ( sertifikat yang didapat sesudahnya berlaku 6 bulan) 2. Mendapatkan surat DISPENSASI Calon mempelai bersama-sama menghadap Pastor, untuk melakukan penyelidikan persiapan sebelum pernikahan sesuai hukum Gereja Katolik (Kanonik), sekaligus membawa dua orang terpercaya yang akan disumpah utk memberi kesaksian bahwa pihak non-Katolik berstatus bebas atau tidak terikat perkawinan. Mempersiapkan foto pasangan, fotocopy sertifikat kursus perkawinan, surat baptis terbaru paling lama 6 bulan & surat pengantar dari ketua lingkungan (bagi pihak katolik). Surat janji dan surat kesaksian status bebas akan dibuat bersama pastor. Pastor akan membantu mengirim surat permohonan dispensasi ke Keuskupan (terutama untuk KAJ). Surat DISPENSASI dida-
46
patkan biasanya paling cepat sekitar satu (1) bulan setelah dimohon. Dan untuk mendapatkan itu, harus dilampirkan sertifikat KURSUS PERNIKAHAN.
model, atau yang budhis memakai Budha atau orang tuanya sebagai model. Yang berbeda antara upacara sakramen (calon mempelai keduanya Ka-
Pernikahan Massal saat mengantri
Apabila sudah memenuhi syaratsyarat pernikahan secara Katolik, maka bisa melakukan pemberkatan perkawinan di Gereja. Di dalam pemberkatan perkawinan di Gereja, ada janji perkawinan yaitu saling diberikan dan dilaksanakan oleh seorang dibaptis dan tidak dibaptis (non-Katolik) di hadapan dua saksi awam dan seorang imam. Inti isi janjinya sama: setia sampai mati memisahkan, saling mencintai dan menghormati, hanya modelnya yang berbeda karena yang Katolik akan memakai model Jesus yang mencintai, sedang yang Islam memakai Muhammad atau orang tuanya sebagai
tolik) dengan pemberkatan (calon mempelai Katolik dan Non Katolik) adalah pertanyaan penyelidikan atas kesediaan pasangan, rumusan janji, doa dari imam, juga pihak non katolik tidak diwajibkan untuk berdoa secara katolik tentu saja. Tatacara pemberkatan pernikahan akan dijelaskan dalam Kursus Persiapan Perkawinan. Tidak ada tatacara yang membuat orang non-katolik menjadi orang katolik secara tidak langsung, karena orang non-katolik bersama yang katolik akan menyusun teks upacara perkawinan dan pihak non-
47
katolik tidak harus mengucapkan doa-doa orang katolik. Maka tatacara itu tidak akan mengganggu iman masing-masing. Untuk jadi orang katolik tidak mudah, harus pelajaran minimal sekitar setahun, harus ujian tertulis, tes wawancara dengan pastor, melakukan beberapa latihan, dan kalau dianggap tidak lulus ya tidak akan dibaptis. Perkawinan adalah peristiwa sadar dan terencana, maka tidak ada yang disembunyikan dari pihak Katolik. Bahkan orang Katolik yang berjanji mendidik anak secara katolik pun janjinya diketahui pihak non-Katolik. Setelah menerima pemberkatan pernikahan, lalu Pencatatan Sipil (bisa dibantu koordinasinya dengan sekretariat Paroki Gereja dimana akan melangsungkan pemberkatan pernikahan, bisa juga utk mengurus sendiri dgn Catatan Sipil, tapi yg lazim adalah setelah pemberkatan di Gereja, prosesi dengan Catatan Sipil dilakukan di ruangan lain di lingkungan Gereja, jadi petugasnya datang). Agama yang akan tercantum di buku nikah akan tertulis sesuai kenyataan, yaitu Katolik dan Islam atau Buddha atau Kristen atau Hindu. Tidak keduanya katolik. Yang hadir dalam pemberkatan pernikahan adalah: (a) calon mempelai pria dan wanita (tidak boleh diwakilkan),
(b) dua orang saksi. Saksi dalam pemberkatan perkawinan ada lah orang yang menyaksikan berlangsungnya perkawinan yang diakui sebagai saksi kalau ada masalah hukum di kemudian hari, sekaligus yang berperan untuk menjadi penasehat (yang didengarkan dan dipercaya pasangan baru) jika ada masalah keluarga pada pasangan baru. Kalau saksinya keluarga campur beda agama, sebaiknya juga pasangan yang memang berhasil mengatasi perbedaan agama dalam damai. Jadi saksi adalah suami istri, yang disetujui oleh pasangan baru yang mau menikah. Bersama-sama mencari saksi ini juga bisa menjadi latihan bagi pasangan baru untuk membiasakan mencapai tujuan bersama: yaitu kesejahteraan suami istri sesuai dengan kehendak Tuhan yang maha kasih. (c) seorang imam. (d) orang tua pun tidak wajib hadir, karena dianggap sudah dewasa. Untuk konsultasi mengenai pencatatan sipil dengan petugas sekretariat Paroki Gereja dimana pemberkatan perkawinan akan berlangsung, sedang-kan untuk pengurusan dispensasi dan pemberkatan pernikahan dengan Pastor.*** Sumber: http://nikahbedaagama.org/, http:// www.kaj.or.id/dokumen/kursus-persiapanperkawinan-2/hukum-gereja-mengenaipernikahan-katolik
48. PSIKOLOGI
Berbohong atau Tidak
B
LIHAT MATANYA
eberapa orang memiliki kemampuan untuk menipu orang lain dengan mudah. Namun, saat seseorang berbohong, biasanya bisa dilihat dari fisiknya. Salah satunya adalah dengan mengamati mata lawan bicara Anda. Mengapa demikian? Ketika menjawab pertanyaan dan bola mata orang tersebut bergerak ke arah kiri kemungkinan jawabannya jujur. Sedangkan bila bergerak ke arah kanan kemungkinan orang itu sedang mengatakan sesuatu yang bohong atau berbohong. Hal ini karena bagian otak kiri berfungsi sebagai Auditory Memory, sedangkan otak kanan untuk kreatifitas. Maka bila bola mata ke kiri, berarti dia berusaha mengingat sedangkan sebaliknya jika bola mata ke arah kanan berarti dia sedang menyusun atau menggambarkan sesuatu sebagai jawaban yang lain. Hal ini karena bagian kreatifit-
asnya sedang bekerja untuk mengarang suatu cerita bohong. Ciri fisik lainnya ketika seseorang sedang berbohong antara lain: • Badan berkeringat. • Napas mulai berat. • Nada suara berbeda seperti me.ninggi atau monoton. • Badan dan wajah terlihat kaku khususnya bagian dahi dan bibir. • Tangan banyak bergerak misalnya memegang sesuatu, saling meng gosok-gosokkan tangan, menggosok hidung, atau menutup mulut. • Si pembohong tanpa disadari akan meletakkan benda-benda seperti cangkir, kertas, bolpen, atau benda lain sebagai pembatas. • Coba ubah topik pembicaraan, jika ekspresinya terlihat lega, berarti ia sedang berbohong. Namun jika ia mengembalikan ke topik semula, berarti ia sedang berkata jujur. Sumber : Kumpulan info
49. KESEHATAN
Penanganan Gegar Otak
A
pakah pernah mengalami benturan kepala? Jika pernah, jangan anggap remeh. Ada beberapa hal yang perlu anda ketahui perihal benturan kepala. Apalagi kepala merupakan bagian tubuh yang sangat rawan karena di dalam tulang tengkorak kepala tersimpan aset kehidupan yang sangat penting, yaitu otak dan sistem saraf pusat lain. Benturan pada kepala dari cukup ringan hingga lebih berat potensial menimbulkan berbagai gangguan kesehatan. Cedera kepala adalah penyebab kematian utama dari kecelakaan lalu lintas, khususnya kecelakaan pengendara motor yang tidak memakai helm. Dalam istilah medis, benturan kepala disebut Trauma capitis. Benturan yang keras bisa menyebabkan gegar otak. Dalam bahasa awam, gegar otak adalah bergeraknya jaringan otak dalam tengkorak. Pada kecelakaan lalu lintas atau trauma fisik lainnya, benturan yang relatif keras pada kepala dapat menimbulkan berbagai gangguan seperti retak dan patah tulang tengkorak, pendarahan dalam tengkorak, dan tidak jarang berbuntut pada koma serta efek benturan kepala yang lebih ringan yang dapat menimbulkan benjol (hematoma). Benturan kepala juga ser-
ing terjadi gegar otak (commotion serebri). Benturan kepala rentan menyebabkan terjadinya gegar otak. Gejala gegar otak sendiri jika tidak ditangani baik, bisa menimbulkan komplikasi yang lebih parah. Salah satunya penyakit epilepsi.
Namun tidak semua benturan yang mengenai kepala bisa menyebabkan gegar otak. Itu karena otak dilindungi tengkorak yang kokoh ditambah selaput otak sendiri. Karena itu tidak semua benturan langsung bisa menyebabkan terjadi gegar otak itu sendiri. Salah satu cedera yang sering dialami korban kecelakaan lalu lintas adalah gegar otak yang dipicu oleh benturan di kepala. Gejalanya sangat beragam dan sangat tergantung oleh tingkatannya. Kenali, agar tidak salah mengambil tindakan. Geger otak dibagi 3 tingkatan dilihat dari tingkat kesa-
50
darannya pada 2 jam pertama. Geger otak ringan, sedang, berat. Gegar otak kedengarannya menyeramkan, meskipun terkadang hal itu bisa benar maupun salah. Gegar otak sendiri merupakan cedera sementara yang menghambat kinerja otak. Pada beberapa kasus, gegar otak membuat kepala memar, pembuluh darah pecah, dan kerusakan saraf. Penyakit gegar otak adalah jenis penyakit mematikan yang bekerja secara diam diam dan merupakan pembunuh no 2 di dunia karena memang penyakit ini sudah mewabah terutama di negara indonesia 25% penduduk indonesia mengidap penyakit gegar otak di mana penyakit gegar otak ini mengalami penyumbatan pada jaringan sistem jaringan otak sehingga tidak mampu menjalankan sebagaimana tugasnya karena jaringan otak mengalami pembekuan hal ini di sebabkan karena faktor genetik, adanya benturan kecelakaan kepala belakang, kelainan saraf otak, stress, obat obatan terlarang dan mengkonsumsi alkohol. Penyebab Gegar Otak Gegar otak biasanya disebabkan oleh benturan yang keras terhadap kepala. Entah karena jatuh atau sengaja memukulkan kepala terhadap objek tertentu, misalnya pintu atau lemari.
Gejala Gegar Otak Beberapa gejala umum dari gegar otak adalah adanya rasa sakit pada kepala, pusing, telinga berdengung, pingsan, hingga amnesia. Dalam kasus yang lebih parah, gegar otak juga menyebabkan penderita sulit berbicara, mual, muntah, lelah berlebihan, hilang ingatan, ketidakmampuan untuk berkonsentrasi, Sakit kepala hebat, dan separuh badan jadi lumpuh seperti stroke.
Dr. Andrew Tucker, MD
Fakta Tentang Gegar Otak Berikut adalah beberapa fakta yang harus diketahui tentang gegar otak melalui salah satu sumber yaitu Dr. Andrew Tucker, MD, direktur medis dari MedStar Union Memorial
51
Sports Medicine Program di Kolumbia: 1. Gejala gegar otak kadang tidak terdeteksi dengan baik, sehingga kita tidak tahu bahwa itu gejalanya. Maka, sebaiknya konsultasi kan dengan dokter tentang kon disi Anda. 2. Jangan terburu-buru ketika masa pemulihan. Pasien gegar otak sering melanggar jadwal istira hat mereka dan kembali ke ak tivitas semula. Itulah mengapa banyak dari mereka akhirnya memperparah penyakit tersebut. 3. Anak-anak dan perempuan mem butuhkan waktu lebih banyak untuk pemulihan. Sebuah penelitian juga menunjukkan bahwa otak anak-anak sembuh lebih lambat dari otak dewasa. 4. Pasien gegar otak harus memiliki waktu tidur malam yang berkualitas, yakni delapan jam. Tidur yang tepat dan istirahat yang baik sangat penting untuk pemu lihan otak. 5. Pasien gegar otak harus jeli dalam memilih obat anti-nyeri. Untuk gegar otak ringan atau sedang, para ahli medis biasanya menyarankan penggunaan acetaminophen, seperti Tylenol, bukan obat anti-inflamasi non steroidal, seperti ibuprofen atau aspirin, yang berpotensi dapat meningkatkan risiko perdarahan. 6. Gejala gegar sakit kepala men-
Acetaminophen
cakup perubahan aktivitas mental, kebingungan, kesulitan dalam koordinasi, dan sakit kepala yang memburuk. Jika anda mengalami gejala-gejala tersebut, segera ke UGD untuk mendapat perawatan intensif. Pertolongan Pertama Pada Cedera Kepala 1. Pendarahan di Kepala Pendarahan kepala akan lebih berbahaya apabila terjadi di daerah di atas telinga atau di belakang kepala Tindakan Pertolongan: • Perhatikan apakah ada tulang
52
kepala retak atau gangguan pada otak • Bila tidak ada tanda-tanda tulang kepala retak/gangguan otak hentikan pendarahan dengan jalan menekannya langsung di tempat luka • Bila ada tanda-tanda tulang kepala retak/gangguan otak tekanan langsung akan berbahaya. Cara untuk menghentikan pendarahan: • Dengan 3 jari tangan, nadi leher ditekan ke belakang ibu jari tangan yang menekan diletakkan ditengkuk • Nadi ditekan ke arah ibu jari • Nadi yang ditekan adalah nadi yang terletak pada sisi yang sama dengan letak pendarahan 2. Luka Terbuka di Kepala Tindakan Pertolongan: • Hentikan pendarahan seperti di atas • Jika tidak disertai patah tulang kepala • Gunting rambut sekitar luka • Bersihkan luka dengan cairan steril • Tutup luka dengan kasa steril lalu balut • Bawa penderita ke dokter atau RS 3. Memar Kepala Memar dapat disebabkan oleh pukulan benda tumpul. Tindakan Pertolongan:
• Perhatikan ada gegar otak/ patah tulang • Jika tidak, baringkan penderita dengan bantal agak tinggi • Kompres bagian yang memar dengan air dingin • Jika pembengkakan semakin besar, bawa ke dokter atau RS • Obat pelawan rasa sakit bisa diberikan untuk mengurangi sakitnya. 4. Gegar Otak Tanda-tanda gegar otak pada kasus kecelakaan bermotor diantaranya ialah pingsan setelah terbentur. Setelah sadar, penderita lupa peristiwa yang terjadi sebelum kecelakaan Tindakan Pertolongan: • Bersihkan mulut dan saluran nafas dari kotoran, lendir/muntahan • Baringkan kepala menghadap kesamping • Penderita tidak boleh terlalu sering diangkat • Penderita yang sudah sadar, harus tapi berbaring dan dicegah agar tidak gelisah • Kirim ke Rumah sakit Jika gegar otak sudah menunjukkan gejala pingsan, muntah atau masalah mental (seperti kesulitan berbicara), sebaiknya segera hubungi dokter. Selain itu, jangan sekali-kali mencoba untuk mengonsumsi aspirin, ibuprofen, atau obat-obatan anti inflamasi non-steroid lain karena bisa memicu pendarahan yang lebih parah. Tera-
53
Terapi tidur
khir, jangan tidur selama beberapa jam agar bisa lebih memahami gejala gegar otak yang dialami. Beristirahat selama sepekan dari semua kegiatan fisik dan mental — termasuk menonton televisi, menelepon dan bertemu teman — dapat membuat kinerja mental menjadi lebih baik dan meredakan gejala pada penderita gegar otak, demikian hasil sebuah penelitian. Menurut sebuah laporan penelitian dari ‘Journal of Pediatrics’, beristirahat selama sepekan penuh masih memiliki manfaat bahkan berbulanbulan setelah orang mengalami cedera. “Hal itu sangat penting karena kita sering mendapati pasien dengan gejala pasca-gegar otak berbulan-bulan setelah meng-alami cedera,” kata Direktur Pusat Gegar Otak Olahraga dari New Jersey Rosemarie Moser, yang juga penulis utama dalam penelitian tersebut.
Gejala pasca-gegar otak meliputi sakit kepala, gangguan mental, kelelahan, sulit konsentrasi dan sulit tidur. Biasanya, istirahat merupakan jenis perawatan yang utama tapi bukan yang sistematis dan komprehensif, kata Moser. Beristirahat dapat dilakukan secara beragam sesuai dengan bagaimana para praktisi mendefinisikannya. Penelitian tersebut bertujuan untuk menguji hasil dari ber-istirahat secara intensif.*** Sumber: kelompok pecinta pengobatan alami
Menurut Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, jumlah penderita cedera kepala tercatat 1.2 juta kasus setiap tahunnya. Angka kematian akibat trauma kepala kurang lebih sekitar 100.000 per tahun. 50 % penyebab utamanya adalah kecelakaan lalu lintas. Menurut data Kantor Kepolisian Republik Indonesia pada tahun 2008 jumlah kecelakaan 59.164, korban meninggal 20.188, luka berat 23.440 yang menderita luka ringan 55.731 orang. Tahun 2009 jumlah kecelakaan 62.960, korban meninggal 19.979, luka berat 23.469, dan luka ringan 62.936. (Media Indonesia)
54. POJOK KOMSOS
-Garis MataMenegaskan betapa cantiknya dirimu saat nanti melihatmu di pelaminan. Dan nantinya engkau akan bersamaku dalam satu Photo credit; BIP photography
-SungkemTak tertahankan air mata ini pun berlinang di atas kulit yang sudah di penuhi dengan keriput karena termakan usia. Tak terasa juga harus melepaskan mu untuk menjalin rumah tangga dengan wanita pilihanmu. Aku berharap kau mendapatkan yang terbaik.
- Umat dapat berpastisipasi dalam Pojok Komsos sebagai media ekspresi, sebagai bagian dari ruang diskusi dan informasi-
Photo credit; BIP photography
YaFeT RaBe -24062011MaRia Kristiana
SELAMAT
SeTYo LiSTiaNTYo -26062011-
CaTHaRiNa RiSTa
“
ULANG TAHUN PERNIK AHAN
Cinta adalah hadiah. Anda tidak bisa membelinya, Anda tidak dapat menemukannya, seseorang harus memberikan kepada Anda. belajar untuk menerima hadiah itu.
JoHaNNes TeGuH -25062011DeWi aFRiaNi
55. KESEHATAN
Daniel Utomo & Sanny; foto dok PGDP
MARRIAGE ENCOUNTER
W
WME (World Wide Marriage Encounter) merupakan salah satu gerakan yang ada di dalam Gereja Katolik, yang telah tersebar ke seluruh penjuru dunia. Didirikan di Barcelona, Spanyol pada tahun 1962 dan masuk ke Indonesia tahun 1975. Pemrakarsa gerakan ME di Indonesia adalah Mgr. Leo Soekoto, SJ, Uskup Agung Jakarta. Penerimaan anggota baru ME selalu diawali dengan suatu acara di akhir pekan yang disebut dengan WeekEnd ME (WEME) dan kemudian dilanjutkan dengan pertemuan-pertemuan untuk memperdalam penghayatan perkawinannya dalam kehidupan sehari-hari. Weekend Marriage Encounter adalah suatu pengalaman yang unik, yang dirancang bagi suami-isteri untuk lebih mengenal satu sama lain melalui komunikasi yang mendalam, berbagi perasaan dan impian mereka melalui suatu teknik, yang dapat mereka pergunakan seumur hidup. Suatu pengalaman yang mendekatkan mereka pada Tuhan. Suasana dalam WeekEnd, memungkinkan pasangan suami- isteri dapat saling memusatkan perhatian “hanya” kepada pasangan,
yang selama ini tidak dapat dilakukan karena keterbatasan waktu dan terjebak oleh rutinitas kehidupan sehari-hari. Setelah mengikuti WeekEnd ME pasutri secara langsung menjadi anggota kategorial ME Paroki. Dikarenakan tujuan ME berfokus pada relasi yang erat dan hangat suami-isteri (keluarga), maka ME di Paroki St. Stefanus berada dalam pendampingan Seksi Kerasulan Keluarga/ SKK. Dan salah satu Program Kerja ME St. Stefanus adalah berkolaborasi dan membantu seluruh Program Kerja SKK. Program ME Stefanus yang rutin berjalan adalah Koor ME "AMORE" yang telah belasan tahun melayani liturgi paroki maupun kegiatan intern ME. Februari 2015 telah diadakan gathering untuk merayakan Valentine bersama. Menyusul sedang dipersiapkan acaraacara lain untuk mengaktifkan anggota. Pada saat ini Koodinator Marriage Encounter Paroki St. Stefanus adalah pasutri Daniel Utomo & Sanny.***
Sumber: Buku PGDP St. Stefanus Cilandak & Pengurus ME
56. TUNAS STEFANUS tuanya. Anak yang ceria dan pemberani, itulah kesan pertama yang muncul bertemu dengannya.
Audra; foto dok pribadi
Keluargaku Pendampingku Susan J “Audra!” jawabnya dengan gembira dan senyum ketika ditanya siapa namanya. Gadis kecil pemilik nama Audra Marizella Jani pun dengan senyum mendekati dan memeluk orang-
Audra adalah anak bungsu dari keluarga Bapak Setiawan dan Ibu Ida, umat lingkungan Dionisius Wilayah XII. Aktivitas harian Audra sangat padat, dari kegiatan di sekolah maupun diluar jam sekolah. Sebagai pelajar dari TK B Tirta Marta, Audra memilih menari sebagai kegiatan extrakurikuler. Akan tetapi, karena Audra juga memiliki suara yang merdu, Audra pernah ikut dalam lomba paduan suara kelompok untuk rayon Pondok Indah dan mendapatkan penghargaan yang membanggakan untuk sekolah nya. Audra juga aktif berpartisipasi dalam kegiataan sekolah; Pada hari International Day Audra berhasil memenangkan juara 3 di kategori Best Dressed. Dalam mempersiapkan Audra memasuki jenjang pendidikan Sekolah Dasar, kedua orangtua Audra pun sangat sigap. Audra pun sudah mengambil beberapa kursus seperti Kumon, Piano dan renang. Bravo Audra! Tuhan memberkati.***
DONASI PENGGANTIAN BIAYA CETAK MAJALAH MEDIAPASS JUNI 2015
1 Lingk. St. Paulus (April s/d Juni 2015) 600.000 2 Lingk. St. Thomas Aquino (Des 2014 s/d Jun 2015) 650,000 3 Lingk. Sta. Maria Fatima 100.000 Total 1.350.000
Terima kasih atas donasi yang telah diberikan, kami menunggu kontribusi Anda di edisi-edisi berikutnya. Harap memberitahukan apabila donasi dikirim melalui transfer. Untuk setiap penerimaan donasi, akan diberikan bukti penerimaan resmi. Iklan & Donasi : Dian Wiardi (0818 183 419) No rekening Komsos: BCA dengan no 731 0278879 an. Mirjam Anindya Wiardi atau R. Prakoso
Ling/Wil :
HP/ No Telp. :
Kelas :
Nama :
Tema menggambar bulan Juni 2015 adalah Perkawinan di KANAAN,
Gambar Bebas
BIODATA
Mewarnai
BIODATA Nama : Ling/Wil : HP/ No Telp. :
Kelas :
59. DANA PAROKI
MEI - 2015 No
Wil
Lingkungan
Kode
1 2 3 4
1 1 1 1
HBS YPE GRR YTA
5 6 7 8
2 2 2 2
9 10 11 12 13
3 3 3 3 3
14 15 16
4 4 4
17 18 19 20
5 5 5 5
21 22 23
6 6 6
24 25 26 27 28
7 7 7 7 7
29 30 31
8 8 8
32 33 34
9 9 9
35 36 37 38
10 10 10 10
39 40 41
11 11 11
42 43 44
12 12 12
St.Hubertus St.Yoh.Pemandi St.Gregorius St.Yudas Tadeus Total Wil I Sta. Theresia Sta.M.Immaculata Sta.Maria Fatima Sta.M. Bernadette Total Wil II St.Markus St.Nicodemus St.Oktavianus St.Paulinus St.Quirinus Total Wil III St.Antonius St.Clementus Sta. Faustina Total Wil IV-A Sta.Angela St.Bartholomeus Emmanuel Sta.Ursula Total Wil V St.M.Magdalena St.Aloysius St.Thomas Aquino Total Wil VI Sta.Helena Romo Sanjoyo St.Simeon Sugiyopranoto St.Theodorus Total Wil VII St.Paulus St.Timotius Sta.Veronica Total Wil VIII St.Bonaventura St.Bonifacius Keluarga Kudus Total Wil IXA St.Yoh Don Bosco St.Kristoforus Sta. Maria Goretti Sta.Maria B.Setia Total Wil X Sta.Felicitas Sta.Anastasia Maria Ratu Damai Total Wil IXB St.Bernadus St.Dionisius St.Elias Total Wil IV-B TOTAL MINGGUAN
THE MIM MFA BDE MKI NDS OTS PLN QRS ATS CLS FSA AGE BTS EML URS MMA ALS TAQ HLN RSO SMN SGO THO PLS TTS VRA BVA BFS KKS DBD CRS MGI MBS FSE ANS MRD BDS DNS ELS
Perhit. 5-Mei15
Perhit. 11-Mei15
Perhit. 18-Mei15
Amplop RP Amplop RP Amplop 6 1,020,000 1 200,000 3 4 70,000 3 3 30,000 1 100,000 12 3 50,000 2 25,000 1 16 1,170,000 4 325,000 19 9 892,000 5 55,000 5 1 24,000 2 2 40,000 4 20,000 5 4 260,000 4 145,000 14 16 1,216,000 13 220,000 26 1 50,000 1 100,000 11 2 260,000 5 180,000 1 20,000 7 2 100,000 2 5 250,000 3 8 490,000 9 470,000 23 25 2,625,000 1 100,000 3 3 220,000 3 170,000 6 28 2,845,000 4 270,000 9 8 1,000,000 3 160,000 8 5 2,100,000 8 1 500,000 10 1 150,000 6 10 1,650,000 8 2,260,000 32 6 120,000 9 10 625,000 3 125,000 1 5 100,000 2 15 725,000 9 245,000 12 4 1 10,000 3 2 25,000 6 2 3 15,000 5 4 25,000 2 25,000 20 5 85,000 17 6 235,000 1 10,000 27 2 70,000 5 11 320,000 3 80,000 49 9 350,000 1 50,000 8 1 50,000 1 5 202,000 3 90,000 4 15 602,000 4 140,000 13 4 150,000 1 20,000 2 30,000 2 40,000 2 2 200,000 2 9 440,000 2 70,000 3 15 620,000 7 330,000 7 4 1 50,000 2 4 180,000 2 120,000 7 4 180,000 3 170,000 13 4 90,000 1 30,000 4 1 100,000 9 4 90,000 2 130,000 13 146 9,933,000 68 4,665,000 236
Perhit. 25-Mei15
RP Amplop 265,000 1 150,000 4 475,000 6 100,000 8 990,000 19 345,000 4 100,000 7 222,000 1 365,000 8 1,032,000 20 410,000 4 1 520,000 1 150,000 1 250,000 2 1,330,000 9 295,000 5 275,000 2 1 570,000 8 510,000 1 1,100,000 3 990,000 2 500,000 3,100,000 6 332,000 4 100,000 150,000 11 582,000 15 20,000 8 15,000 2 24,000 9 10,000 42 45,000 9 114,000 70 750,000 559,000 5 95,000 2 1,404,000 7 220,000 4 10,000 3 260,000 4 490,000 11 2 40,000 6 250,000 11 120,000 3 410,000 22 255,000 2 25,000 1 335,000 1 615,000 4 250,000 3 300,000 3 550,000 6 11,187,000 197
Perhit. 31-Mei15
RP Amplop 50,000 1 220,000 6 155,000 4 370,000 10 795,000 21 125,000 5 290,000 1 10,000 6 790,000 5 1,215,000 17 110,000 2 100,000 9 100,000 3 50,000 2 100,000 2 460,000 18 220,000 3 150,000 6 20,000 15 390,000 24 100,000 3 450,000 6 2,600,000 1 1 3,150,000 11 220,000 5 1 635,000 2 855,000 8 64,000 1 15,000 2 52,000 5 479,000 1 165,000 6 775,000 15 37 130,000 4 100,000 2 230,000 43 110,000 4 276,000 1 230,000 5 616,000 10 25,000 1 170,000 5 280,000 4 300,000 1 775,000 11 130,000 3 20,000 4 100,000 2 250,000 9 140,000 2 118,000 6 1 258,000 9 9,769,000 196
RP 100,000 150,000 140,000 851,000 1,241,000 90,000 100,000 47,000 95,000 332,000 150,000 300,000 280,000 25,000 15,000 770,000 220,000 470,000 795,000 1,485,000 600,000 600,000 100,000 50,000 1,350,000 220,000 50,000 100,000 370,000 5,000 25,000 70,000 15,000 45,000 160,000 1,037,000 90,000 110,000 1,237,000 180,000 6,000 205,000 391,000 2,000 165,000 180,000 50,000 397,000 300,000 220,000 130,000 650,000 115,000 570,000 100,000 785,000 9,168,000
"Melalui Krisma orang dikuatkan sebagai pejuang Kristus"
MISA KRISMA
05.06.2015 Mgr.Ignatius Suharyo Pr