LAPORAN AKHIR
HIBAH PENUGASAN PENELITIAN UNGGULAN Academic Leaderships Grant (ALG) (PROGRAM 1-1-6)
MODEL PEMBERDAYAAN WIRAUSAHA PEREMPUAN DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAYA SAING USAHA KECIL MENENGAH (UKM) DI JAWA BARAT Tahun ke 2 dari rencana 4 tahun
Ketua : Prof. Dr. Yuyus Suryana, SE.,MS. (0027035003) Anggota : 1. Dr. Dra Hj. Yevis Marty Oesman, MP. (0014125702) . 2. Dr. Drs. Sutisna, M.Si. (0006095808) 3. Dr. R. Rina Novianty Ariawati, SE.,M.Si. (0008116403) 4. Dr. Rachmat Sudarsono, SE.,M.Si. (0026027205) 5. Dr. R. Thomas Budhyawan Yudha, Ir.,MM. (0024077002) 6. Dr.Rita Komaladewi, SP.,MM. (0026037105)
UNIVERSITAS PADJADJARAN DESEMBER 2016
1
2
KATA PENGANTAR Ahamdulillah, kami panjatkan puji dan Syukur ke Khadirat Illahi Robby, yang telah memberikan Taufik dan Hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penelitian beserta laporannya dengan judul penelitian “Model Pemberdayaan Wirausahaan Perempuan dalam Meningkatkan Daya Saing Usaha Kecil Menengah di Jawa Barat”, pada Tahun pertama dapat dilaksanakan dengan lancar sesuai target yang telah ditetapkan. Laporan hasil penelitian ini berisikan pendahuluan, tinjauan pustaka, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, hasil dan pembahasan, rencana tahapan penelitian berikutnya serta kesimpulan dan saran. Mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai penyusunan laporan hasil penelitian ini, kami mendapat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami menghaturkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam peneltian ini. Mudahmudahan amal baik dari berbagai pihak ini mendapat imbalan yang setimpal dari Allah SWT. Amiin.
Bandung, Desember 2016
Penyusun
3
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ...................................................................................
i
DAFTAR ISI .................................................................................................
ii
DAFTAR TABEL .........................................................................................
v
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
ix
BAB I.
PENDAHULUAN ......................................................................
1
1.1
Latar Belakang ..................................................................
1
1.2
Rekam Jejak Kerjasama Penelitian dan Penelitian yang
Telah
Dilaksanakan .....................................................................
4
1.3
Urgensi (Keutamaan) Penelitian ......................................
5
1.4
Peta Jalan (Road Map) Penelitian .....................................
6
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................
8
2.1
Pemberdayaan ...................................................................
8
2.2
Kewirausahaan Perempuan ...............................................
9
2.3
Konsep Daya Saing ...........................................................
10
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ..............................
12
3.1
Tujuan Penelitian ..............................................................
12
3.2
Keluaran (Output) Hasil Penelitian ...................................
12
3.3
Manfaat Penelitian ............................................................
14
METODE PENELITIAN ...........................................................
15
4.1
Metode Pendekatan ...........................................................
15
4.2
Metode Penelitian..............................................................
15
4.2.1 Metode yang Digunakan .......................................
15
4.2.2 Jenis, Sumber dan Cara Pengumpulan data...........
15
4.2.3 Lokasi Metode Penarikan Sampel .........................
17
4.2.4 Rancangan Analisis dan Pengolahan Data ............
18
Desain dan Kerangka Pemikiran Studi .............................
18
BAB II.
BAB III.
BAB IV.
4.3
4
BAB V.
HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................
20
5.1
Keragaan Ekonomi Jawa Barat .........................................
20
5.1.1 Sumber Daya Alam ...............................................
20
5.1.2 Sumber Daya Manusia ..........................................
22
5.1.3 Indikator Ekonomi .................................................
25
5.1.4 PDRB dan Pertumbuhan Ekonimi .........................
40
5.1.5 Inflasi dan Income Per-Capita ...............................
29
UMKM dan Hakikat Kewirausahaan ................................
31
5.2.1 Potensi UMKM di Jawa Barat...............................
31
5.2.2 Watak dan Perilaku Wirausaha Perempuan ..........
36
5.2.3 Wirausaha Perempuan UMKM di Jawa Barat ......
38
5.2
5.2.4 Transformasi Nilai-nilai Kewirausahaan dalam Proses
5.3
Pembangunan di Jawa Barat..................................
39
Keragaan UMKM Perempuan di Jawa Barat ....................
41
5.3.1 Kondisi Lingkungan Usaha ...................................
41
5.3.2 Manajemen Keuangan ...........................................
44
5.3.3 Strategi Pemasaran UMKM Perempuan ...............
51
5.3.4 Faktor-faktor yang Mendorong dan Menghambat Usaha UMKM Perempuan ............................................................. 5.4
57
Langkah-langkah Strategis Pemberdayaan dan Peningkatan Daya Saing Produk UMKM Perempuan ..............................................
60
5.4.1 Peran Pemerintah kepada UMKM Perempuan ....
60
5.4.2 Pemerintah Pusat ...................................................
62
5.4.3 Pemerintah Provinsi Jawa Barat ............................
63
5.4.4 Pemerintah Kabubaten / Kota................................
63
5.4.5 Insentif yang Perlu Diberikan................................
64
5.4.6 Pengembangan Jejaring UMKM ...........................
66
RENCANA TAHAPAN PENELITIAN BERIKUTNYA..........
69
BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................
74
BAB VI.
7.1
Kesimpulan .......................................................................
74
7.2
Saran-saran ........................................................................
76 5
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
78
6
DAFTAR TABEL Tabel 1.
Kegiatan Penelitian yang Telah di Laksanakan ..........................
4
Tabel 2.
Luaran Penelitian yang akan Dihasilkan ....................................
13
Tabel 3.
(5-1-2) Jumlah Penduduk Jawa Barat per Kabupaten Kota........
23
Tabel 4.
(5-1-3) Indikator Ekonomi Makro Regional Jawa Barat ............
25
Tabel 5.
(5-1-4) Penduduk Domestik Regional Bruto (PDRB) per Kapita atas dasar Harga Berlaku ............................................................................. 27
Tabel 6.
(5-2) Perkembangan Unit Usaha dan Serapan Tenaga Kerja di UMKM Jawa Barat ............................................................................................ 34
Tabel 7.
(5-3) Lingkungan Usaha UMKM Perempuan ............................
42
Tabel 8.
Aspek Permodalan UMKM Perempuan .....................................
46
Tabel 9.
Aspek Pemasaran UMKM Perempuan .......................................
53
Tabel 10. Faktor yang Mendorong/Mendukung Keberhasilan UMKM Perempuan ................................................................................. Tabel 11. Hambatan dalam Pengembangan Usaha .....................................
58 59
Tabel 12. Rencana Jadwal Penelitian Lanjutan (Tahun 2017) ...................
70
Tabel 13. Rencana Jadwal Kegiatan Tahun Kedua (Tahun 2018) ..........
71
Tabel 14. Rencana Jadwal Kegiatan Tahun Ketiga (Tahun 2019) .............
72
Tabel 15. Jadwal Kegiatan Tahun Keempat (Tahun 2020) .......................
73
7
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.
Peta Jalan (Road Map) Kegiatan Penelitian..........................
7
Gambar 2.
Desain dan Kerangka Pikir Penelitian ...................................
19
Gambar 3.
Peta Provinsi Jawa Barat ........................................................
21
Gambar 4.
Grafik Laju Pertumbuhan Penduduk Jawa Barat ...................
24
Gambar 5.
Langkah Strategis Pemberdayaan dan Peningkatan Daya Saing Produk UKM Perempuan ................................................................... 61
8
BAB I. PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Perkembangan wirausaha perempuan
sangat berpotensi sebagai motor utama
pendorong proses pemberdayaan perempuan dan transformasi sosial, yang pada akhirnya bisa berdampak positif terhadap penurunan tingkat kemiskinan. Indonesia termasuk negara di dunia yang punya komitmen penuh dalam mencapai Tujuan tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals atau MDGs), yang dua diantaranya adalah pemberdayaan perempuan dan mengurangi kemiskinan ekstrim hingga tingkat lebih rendah tertentu pada Tahun 2015. Namun demikian, potensi yang dimiliki perempuan tersebut masih belum terealisasi sepenuhnya. Tingkat perkembangan kewirausahaan perempuan yang masih rendah di pengaruhi oleh banyak faktor, baik bersifat langsung maupun tidak langsung. Faktor-faktor determinan langsung adalah termasuk tekanan-tekanan ekonomi (keuangan) dan latar belakang sosial dan budaya, sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi secara tidak langsung adalah termasuk kebijakan-kebijakan pemerintah dan stabilitas dari lingkungan sosial-ekonomi domestik. Sebagian dari kedua kelompok faktor tersebut saling terkait satu dengan yang lainnya dalam mempengaruhi keputusan atau keinginan seorang perempuan untuk menjadi pengusaha dan kemampuannya bertahan sebagai pengusaha (Firdausy, 1999).
Latar
belakang sosial dan budaya yang mempengaruhi keberadaan wirausaha perempuan adalah terutama agama, tingkat pendidikan formal dan keahlian, umur, etnis dan kebiasaan, status perkawinan, dan lokasi geografi (Creevey, 1996). Perhatian terhadap perkembangan kewirausahaan perempuan Indonesia semakin besar. Meningkatnya perhatian tersebut datang dari kesadaran bahwa penciptaan kewirausahaan perempuan, khususnya di perdesaan, akan sangat membantu upaya-upaya pemerintah selama ini dalam memerangi kemiskinan, selain itu juga sangat penting sebagai salah satu motor penggerak pembangunan ekonomi dan kemajuan sosial di perdesaan. Usaha kecil dan menengah (UKM), berkaitan erat antara pengembangan perempuan sebagai pengusaha dan keberadaan atau perkembangan UKM. Oleh karena itu, UMM di Indonesia punya dua peran penting sekaligus, yakni, sebagai suatu titik awal yang bagus bagi mobilisasi bakat perempuan sebagai pengusaha, terutama di perdesaan yang hingga saat ini masih sebagai pusat kemiskinan, dan sebagai suatu tempat untuk pengujian dan pengembangan kemampuan kewirausahaan perempuan. 9
Keberadaan wirausahawan perempuan dalam Usaha Kecil, dan Menengah (UKM) adalah realitas kehidupan ekonomi sebagian besar masyarakat Indonesia. Peran perempuan pelaku usaha mikro dalam perekonomian Indonesia lambat laun ternyata makin menjadi “penjaga gawang” perekonomian rakyat. Data kepemilikan UMKM menunjukkan secara rinci bahwa sebanyak 44,29% usaha mikro dikelola oleh perempuan, demikian pula di sektor usaha kecil sebanyak 10,28% (BPS, 2005). Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia Pada 2012 sekitar 60% UKM dikelola oleh perempuan. Hal ini tanpa disadari bahwa perempuan memiliki peranan penting dalam meningkatkan perekonomian negara. Lebih dari 70 persen usaha usaha baru perempuan memiliki usaha lebih dari 8.5
juta usaha kecil dan
mempekerjakan lebih dari 17 juta orang dimana hal ini berarti terjadi peningkatan lebih dari 45 Persen sejak era tahun 1990. Perempuan memiliki 36 persen dari semua bisnis sekitar 7,7 juta di Amerika dan menghasilkan penjualan sekitar $1,4 trilliun per tahun. Meskipun bisnis perempuan cenderung tumbuh lebih lambat dari perusahaan yang dimilki pria, tetapi perempuan pemilik bisnis memiliki kelangsungan bisnis yang lebih tinggi dibandingkan keseluruhan bisnis di Amerika. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa ketahanan bisnis kaum perempuan selama tiga tahun adalah 72,2 persen dibandingkan 66.6 persen untuk keseluruhan bisnis. Peranan pengusaha perempuan dapat meningkatkan 5% PDB di AS, 9% di Jepang, 12% di Uni Emirat Arab, dan 34% di Mesir. Partisipasi perempuan dalam pertumbuhan ekonomi sangat penting, tidak hanya untuk menurunkan tingkat kemiskinan di kalangan perempuan, tetapi juga sebagai langkah penting menuju peningkatan pendapatan rumah tangga dan mendorong pembangunan ekonomi negara secara keseluruhan Namun, masih banyak tantangan yang dihadapi oleh perempuan pengusaha untuk maju. Pada dasarnya, terdapat tiga tantangan besar yang dihadapi oleh perempuan di Indonesia ketika memasuki dunia usaha, yaitu rendahnya pendidikan dan kurangnya kesempatan pelatihan bagi perempuan, keterbatasan dalam budaya dan kurangnya akses ke layanan akses pembiayaan serta daya saing produk UMKM yang kurang kompetitif. Provinsi Jawa Barat memiliki potensi perkembangan perekonomian yang cukup besar dengan potensi alam yang sangat kaya dan beragam (SDA), potensi sumber daya manusia (SDM) yang cukup banyak, dan ditunjang oleh fasilitas infrastruktur dasar yang cukup memadai, serta keberadaan geografis yang cukup dekat dengan Ibukota Negara, sehingga kondisi tersebut menjadikan faktor keunggulan komparatif bagi UKM Jawa 10
Barat. Kondisi di Propinsi Jawa Barat pada tahun 2013, terdapat sekitar 8,6 juta UMKM. Namun kontribusi terhadap PDRB Jawa Barat sebagai tolok ukur pembangunan ekonomi wilayah masih berkisar 54,20 persen. Sementara, usaha besar termasuk BUMN yang berjumlah kurang dari 1 persen menyumbang 45,80 persen PDRB. Hal tersebut menggambarkan bahwa potensi dan kondisi eksisting yang besar dari UMKM masih belum dapat memberikan kontribusi yang sepadan dengan kuantitasnya. Peningkatan pemberdayaan perempuan diperlukan untuk memperjuangkan kesetaraan gender melalui pelatihan dan pemberdayaan ekonomi, demi menciptakan kemandirian di kalangan kaum perempuan. Selain tantangan dalam bentuk pengembangan SDM perempuan, budaya dan pembiayaan usaha, juga tantangan bagi perempuan dalam membangun dan mengembangkan usahanya, termasuk jaringan pemasaran. Meskipun demikian masih dibutuhkan pengetahuan dan keterampilan pengelolaan usaha yg meliputi managemen produksi, pemasaran, dan keuangan. Kendala terbesar saat ini adalah penerimaan pasar terhadap produk usaha dan variasi produk. Karena meskipun produksi bagus tapi pasaran lesu tentunya akan berpengaruh pada kelancaran usaha.
Namun
Pendampingan dan upaya pemberdayaan terhadap wirausaha perempuan tidak bisa dilakukan sendiri, membutuhkan kerja sama dengan pemerintah pusat, daerah bahkan pemerintahan desa maupun swasta. Peran strategi wirausaha perempuan sangat penting dalam menumbuhkembangkan kewirausahaan, maka semua pihak terutama pemerintah provinsi Jawa Barat yang lagi gencar dalam penciptaan wirausaha baru, perlu melakukan upaya-upaya dan terobosan untuk mendukung berkembangnya wirausaha perempuan di Jawa Barat. Namun untuk pembengan tersebut supaya lebih efektif dan efisien maka diperlukan suatu model pemberdayaan wirausaha perempuan yang tepat. Model pemberdyaan wirausaha perempuan ini diperlukan karena wirausaha perempuan memiliki karakteristik yang spesifik yang berbeda dengan wirausaha laki-laki. Dengan model pemberdayaan yang tepat, maka diharapkan potensi
dan karakter kewirausahaan perempuan dapat tergali dan dapat
dikembangkan untuk menjadi wirausaha yang handal, sehingga wirausaha perempuan akan dapat mendukung dalam peningkatakn kemampuan daya saing UKM di Jawa Barat. Untuk melakukan pemberdayaan tersebut memang tidak mudah diperlukan waktu dan keuletan serta kelahlian yang cukup. Namun jika potensi dan karakteris wirausahaan perempuan tidak dikembangkan dan masalah-masalahnya tidak dapat ditanggulangi maka upaya peningkatan daya saing UKM akan tetap rendah. Oleh karena itu penelitian mengenai Model 11
pemberdayaan wirausaha perempuan dalam meningkatkan kemampuan daya saing UKM di Jawa Barat sangat penting untuk segera dilaksnakan. 1.2
Rekam Jejak Kerjasama Penelitian dan Penelitian yang Telah Dilaksanakan Beberapa penelitian yang telah dilakukan dalam mendukung penelitian yang akan
dilaksanakan seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Kegiatan Penelitian yang Telah di Laksanakan No. Nama dan Judul Kegiatan 1. Model Pengentasan kemiskinan Secara Berkelanjutan Melalaui Pengembangan Produktivitas Ekonomi Lokal Sebagai Pusat pertumbuhan Ekonomi di Wilayah pedesaan. (2009) 2.
3
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Hasil Yang diperoleh Teridentifikasinya karakterisktik rumah tangga miskin, Potensi untuk Meningkatkan pendapatan, model peningkatan produktivitas Rumah tangga miskin dengan memanfaatkan potensi ekonomi lokal. Pengembangan Wirausaha Untuk Teridentifikasinya program-program Perluasan Lapangan pekerjaan Pedesaan kewirausahaa dan Pembinaannya, Peluang Berbasis Pemuda dan Perempuan usaha di daerah pedesaan untuk pemuda (2010) dan peremuan masih belum dimanfaatkan secara optimal. Model Pengembangan Lembaga Teridentifikasinya Potensi usaha Usaha Keuangan Mikro (LKM) Lokal sebagai Mikro, dan LKM yang ada di pedesaan, Alternatif Sumber Pembiayaan Bagi diperolehnya model pengembangan LKM Usaha Mikro dan Kecil di Pedesaan di pedesaan. (2010-2011). Model Pemasaran dan Promosi UMKM Teridentifikasinya jenis usaha UMKM, melalui E-Commerce (2012-2013) Diperoleh model-model pemasaran, dan promosi, di perolehnya e-Commerce sebagai sarana untuk pemasaran dan promosi produk UMKM. Pemberdayaan Lembaga Keuangan Peningkatan pengetahuan dan Mikro Sebagai sumber Permodalan keterampilan SDM pengelola LKM Bagi Usaha Mikro Kecil (2012) sebagai sumber permodalan bagu usaha Mikro dan Kecil di pedesaan. Penguatan SDM Kreatif Melalui Diperoleh macam-macam komptensi Kompetensi Pelaku Industri Kreatif SDM para pelaku usaha industri Kreatif (2012) Buku “Kewirausahaan dengan Buku yang berisikan konsep dan, Pendekatan Karakteristik Wirausaha implementasi tentang karakteristik yang berhasil” (2011, 2013) wirausaha yang berhasil. Pemetaan Potensi Perluasan kesempatan Diperolehnya beberapa program perluasan Kerja Sektor Informal kesempatan kerja di pusat dan daerah dan potensi usaha sektor informal. Pengembangan Potensi dan Potensi dan karakteristik Wirausaha Karakteristik Wirausaha Perempunan ( perempuan 2015) 12
1.3
Urgensi (Keutamaan) Penelitian
1. Jumlah penduduk perempuan cukup besar dan memiliki potensi untuk di tingkatkan melalui pemberdayaan wirausaha perempuan secara optimal 2. Perempuan memiliki Potensi untuk berperan dalam menunjang ekonomi keluarga, implikasinya
terhadap perekonomian negara melalui Usaha Mandiri dengan
penumbuhan dan perkuatan Jiwa wirausaha. 3. Potensi SDA di Jawa Barat cukup berlimpah untuk dimanfaatkan sebagai peluang usaha bagi wirausaha perempuan 4. Karakter wirausaha perempuan yang Ulet, rajin, teliti, dan pekerja keras merupakan modal dasar untuk penumbuhan dan pengembangan jiwa kewirausahaan. 5. Banyak bidang usaha yang dapat dilakukan dan diakses oleh wirausaha perempuan. 6. Persaingan Usaha semakin ketat, oleh karena itu peningkatan daya saing wirausaha perempuan mutlak diperlukan, sehingga pengusaha perempuan akan mampu bersaing baik di tingkat nasional maupun internasional.
1.4
Peta Jalan (Road Map) Penelitian Penelitian ini adalah penelitian lanjutan dari berbagai penelitian yang telah dilakukan
oleh pengusul. Sejauh ini penelitian tentang potensi wirausaha telah banyak dilakukan, tetapi yang meneliti tentang model pemberdayaan wirausaha perempuan yang khusus belum banyak dilakukan. Dalam penelitian ini akan diteliti bagaimana melakukan pemberdayaan bagi wirausahaa Perempuan untuk meningkatkan daya saing UKM baik di tingkat nasional maupun internasional Pengusul telah melakukan serangkaian kegiatan riset pendahuluan yang menginisiasi lahirnya penelitian ini. Peta Jalan penelitian Pemberdayaan Wirausaha perempuan dalam Meningkatkan Kemampuan Daya Saing UKM di Jawa Barat disajikan pada Gambar 1.
13
Gambar 1. Peta Jalan (Road Map) Kegiatan Penelitian Kegiatan yag Status Penelitian telah dilakukan (ThPenelitian 2015-2018) Gambar 2. Peta Jalan (Road Map) Kegiatan
Kondisi Awal
Potensi Wirausaha Perempuan belum berkembang
Model Pengentasan Kemiskinan secara Berkelanjutan
Wirausaha perempuan masih termarginalkan
Pengembangan Wirausaha berbasis Pemuda dan perempuan Jabar (2010)
Pemberdayaan Wirausaah Perempuan belum Optimal Kemampuan Daya Saing Produk UKM Perempuan masih rendah Model peningkatan Daya Saing belum jelas
Model Pemasaran dan Promosi UMKM melalui E-Commerce (2012-2013 Pemberdayaan LKM di Pedesaan (2011-2012)
Penguatan SDM Melalui Kompetensi Kreatif (2012) Kewirausaan, karakteristik wirausha Sukses (2010,2011 2013
Karaktersitik Wirausaha perempuan
Potensi Wirausaha Perempuan
Daya Saing Produk UMKM Perempuan Model Pemberdayaan Kewirausahaan Perempuan Model Peningkatan Daya Saing Produk UMKM Perempuan
WAKTU
Jangka Panjang (5-10 Thn)
Tumbuh dan Berkembangnya Wirausaha Perempuan
Sasaran
Penguatan kelembagaan penunjang kewirausahaan
1. Tumbuhnya dan berkembangn ya Wirausaha perempuan 2. Program Pemberdayaan Wirausaha perempuan tepat sasaran
Daya Saing Produk UKM Perempuan meningkatkan
3. Tingkat pengangguran dan kemiskinan menurun
Penerapan Model Pemberdayaan wirausaha Perempuan
4. Tersedianya alternative model Pemerdayaan Kewirausahaa n perempuan
Jumlah dan Kualitas Wirausaha perempuan meningkat
5. Tersedianya Model peningkatan daya saing Produk UMKM perempuan
Tujuan Akhir
1.
2.
Terciptanya Wirausaha perempuan yang handal Potensi Perluasan kesempatan kerja bagi Perempuan dapat di manafaatkan secara optimal
3.
Pengangguran dan kemiskinan dapat dikurangi
4.
Terciptanya lapangan pekerjaan baru bagi perempuan
5.
Proses pemebrdayaan kewirausahaan di lakukan secara tepat
6. Produk UMKM perempunan memeliki daya saing tinggi dan Berkelanjutan
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Pemberdayaan Paradigma pemberdayaan adalah pemberian kesempatan kerja kepada
masyarakat dalam merencanakankan dan melaksanakan program pembangunan yang mereka
pilih
sendiri.
kemampuan,
Maksud dari
kemandirian,
pemberdayaan itu dan
adalah
Keberdayaan
meningkatkan masyarakat
merupakan unsur utama/dasar yang memungkinkan suatu masyarakat itu dapat bertahan dan mengembangkan diri dalam mencapai tujuan. Upaya untuk meningkatkan kemampuan
perempuan dengan orientasi
pembangun-an yang berpusat pada perempuan antara lain dapat dilakukan melalui pendekatan kelembagaan Pendekatan pembangunan seperti ini diartikan sebagai peningkatan
kemampuan orang untuk
mempengaruhi
masa
depannya dengan implikasi capacity, empowerment, dan sustanable (Brynt dan White, 1987). Pembangunan arti
yang
harus memiliki visi pemberdayaan
seluas-luasnya,
perempuan
dalam
sebab sepanjang jaman keswadayaan merupakan
sumberdaya kehidupan yang abadi dan manusia menjadi inti atau fokusnya, partisipasi merupakan
perwujudan
optimalnya.
Keberdayaan
merupakan
modal utama
perempuan untuk mengembangkan diri serta mempertahankan keberadaannya ditengah masyarakat lainnya. Model Pemberdayaan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: 1. Secara individual 2. Secara kolektif/kelompok Proses pemberdayan dengan pendekatan individual akan lebih lambat berkembang dan cakupannya lebih sempit dibanding dengan pendekatan secara kolektif dan kelompok. Hal ini disebabkan karena didalam kelompok terjadi proses interaksi yang menumbuhkan dan memperkuat kesadaran dan solidaritas. Disamping itu pula perubahan pola pikir perempuan melalui aktifitas individu biasanya lebih lambat dibanding dengan petani yang aktif dalam kegiatan kelompok. Dalam penerapan inovasi baru melalui aktifitas kelompok akan lebih cepat dan lebih meluas dibanding jika disampaikan melalui pendekatan individu. Ikatan dalam kelompok terbentuk karena adanya pandangan dan kebutuhan yang sama yang
hendak dicapai. Untuk memperkuat kesadaran dan solidaritas maka kelompok harus menumbuhkan identitas keseragaman
dalam mengenali kepentingan dan tujuan
mereka bersama. Bila anggota kelompok belum seragam mengenali yang hendak dicapai bahkan sering samar, tidak jelas atau tidak diketahui maka kelompok itu tidak dinamis bahkan lambat laun akan bubar dengan sendirinya. Ada lima misi utama program pemberdayaan perempuan yang menjamin tercapainya hasil yang baik yaitu Penyadaran, Pengorganisasian, Kaderisasi pendampingan, Dukungan teknis dan Pengelolaan Sistem Pendampingan sosial sebaiknya lebih dahulu dilakukan sebelum
kegiatan
pendampingan yang lain, dalam rangka pemberdayan kelompok yang mandiri dalam mengelolah sumberdaya. Dalam proses pemberdayaan juga belajar
bersama
dan
berusaha
masalah yang dihadapi wirausaha
bersama
perempuan.
adalah proses pendampingan yang dapat dilakukan
terjadi proses
memecahkan
masalah
Berikut
ini
dalam rangka pember-dayaan
masyarakat yang mandiri yaitu Membangun kedekatan, Membangun pertemanan, Membangun kepercayaan, Membangun keterbukaan, Membangun kerjasama, Membangun kelompok dan Membangun kelembagaan
2.2
Kewirausahaan Perempuan Keterlibatan perempuan dalam wirausaha, menjadi kajian beberapa peneliti, di
antaranya Ardhanari (2007), yang meneliti profil dan hambatan wirausaha perempuan di Indonesia untuk berkembang. Temuannya sangat menarik karena disebutkan hambatan wirausaha perempuan adalah karakteristik personal yang diakibatkan oleh beban kerja akibat peran ganda seorang perempuan dan karakteristik struktural, yaitu hambatan terhadap akses permodalan (syarat dan agunan) dan akses pemasaran di mana perempuan memiliki akses informasi pemasaran yang rendah. Disimpulkan bahwa hambatan perkembangan wirausaha perempuan adalah akibat gender stereotype (stereotip gender) antara perempuan dan laki-laki dalam lingkungan patriarkhi. Wilson et al., 2007 penekanan penelitian pada faktor personal (personality characteristic), yaitu self-efficacy. Hasil penelitiannya memberikan data bahwa kaum perempuan memiliki self-efficacy dan self-confidence yang lebih rendah dari kaum laki-laki di bidang matematika, keuangan, pembuatan keputusan, dan problem solving. Padahal hal ini adalah faktor utama yang berhubungan dengan keterampilan dan
keahlian laki-laki dan bahkan menjadi determinan dalam mendorong kesuksesan sebagai seorang wirausaha. Selaras dengan Kickkul et al., (2004) yang menyatakan bahwa self-efficacy kaum laki- laki lebih tinggi daripada perempuan. Padahal, selfefficacy ini menjadi faktor penting bagi wirausaha dalam mengembangkan dan menguasai skill yang dibutuhkan dan pada akhirnya akan berdampak terhadap kesuksesan karir. Peneliti lain, Engko (2006) memberikan kesimpulan bahwa ada hubungan yang positif signifikan antara tingkat self-efficacy dan kinerja individual. Jika seseorang yang memiliki self-efficacy tinggi akan memiliki dorongan kinerja yang lebih baik pada semua bidang pekerjaan, termasuk di dalamnya pilihan karir (intensi) sebagai wirausaha. Self-efficacy akan meningkatkan optimisme seseorang untuk selalu berubah lebih baik dan terus berusaha mencapai tujuan tertentu. Zulminarni (2004) menemukan bahwa faktor penting yang mempengaruhi perkembangan kewirausahaan adalah faktor manusia yang meliputi: kepribadian pelaku usaha, pendidikan, lingkungan, pengalaman, dan kemampuan memperoleh uang, nilai sosial, budaya, dan peluang yang ditentukan oleh lingkungan, rangsangan ekonomi seperti peluang pasar, keuntungan yang diperoleh, permintaan yang bersifat elastis, iklim usaha dan peraturan pemerintah. Kajian Hayati (2007) menemukan bahwa kepribadian entrepreneur merupakan faktor utama, menyusul sesudahnya faktor kemampuan, factor teknologi, dan faktor lain.
2.3
Konsep Daya Saing Keunggulan kompetitif (Competitiveadvantage) dapat dicapai oleh suatu
perusahaan dengan menciptakan customervalue yang lebih baik daripada kompetitor dengan harga yangsama atau menciptakan customervalueyang sama dengan kompetitor tetapi harga lebih rendah. Customervalue adalah selisih antara sesuatu yang diterima konsumen dengan sesuatu yang telah dikorbankan oleh konsumen. Sumber keunggulan kompetitif suatu perusahaan adalah aset atau sumber daya yang dapat menyediakan efisiensi dan pengurangan biaya serta perolehan pasar termasuk didalamnya adalah biaya relatif dan pengendalian bahan baku, tenaga kerja ahli, lini produk yang terdeferensiasi dengan baik, pengendalian distribusi, konsumen yang layak, reputasi perusahaan, serta teknologi yang lebih maju.
Untuk mencapai keunggulan bersaing, dapat dilakukan dengan menemukenali nilai tambah dari aktivitas yang dilakukan suatu usaha melalui analisis rantai nilai, analisis rantai pasokan, analisis kemitraan atau analisis sistem kinerja kolaborasi. Keempat pendekatan tersebut akan dijelaskan satu persatu pada paragraf selanjutnya. Rantai nilai atau valuechain adalah suatu alat untuk mengidentifikasi cara-cara untuk menciptakan lebih banyak nilai pelanggan (customervalue).Setiap suatu usaha merupakan kumpulan atau kegiatan yang dilakukan untuk merancang, menghasilkan, memasarkan, memberikan dan mendukungnya.Rantai nilai tersebut mengidentifikasi sembilan kegiatan yang secara strategis menciptakan nilai dan biaya dalam setiap usaha yang dilakukan dalam suatu bisnis tertentu. Kegiatan-kegiatan utama (primary activities) mencerminkan urutan dari membawa bahan mentah ke perusahaan (inbound logistics), mengubah menjadi produk jadi (operations), mengirim produk jadi (outbound logistics), memasarkannya (marketing and sales), dan melayaninya (services). Kegiatan-kegiatan penunjang (support activities) terdiri dari kegiatan infrastruktur perusahaan, manajemen sumber daya manusia, pengembangan teknologi dan pengadaan (procurement). Kegiatan infrastruktur perusahaan terdiri dari biaya-biaya manajemen umum; perencanaan; sistem pencatatan keuangan dan akuntansi, hukum; dan urusan pemerintahan. Keberhasilan suatu usaha tergantung dari masing-masing departemen dalam menjalankan tugasnya serta mengkordinasikan berbagai kegiatan departemen tersebut. Selain itu, tugas setiap usaha adalah mengkaji biaya dan kinerja di masing-masing kegiatan penciptaan nilai dan mencari cara memperbaikinya. Cara untuk mencapai kinerja terbaik adalah dengan membandingkan dengan pesaingnya (benchmarks) agar perusahaan dapat menghasilkan marginyang lebih baik.
BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian mengenai Model pemberdayaan Wirausaha Perempuan
dalam mendukung Daya saing UMKM sebagai berikut : 1.
Memperoleh potensi kewirauhaan perempuan yang dapat dikembangkan sehingga mempunyai kemampuan untuk bersaing.
2.
Mengidentikasi Faktor-Faktor yang menyebabkan perempuan menjadi pengusaha
3.
Memperoleh karakteristik Wirausaha yang berhasil dan karakteristik mana yang paling besar pengarughnya terhadap Keberhasilan usaha
4.
Menguji faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan karakter wirausaha
5.
Profil Usaha yang dimiliki wirausaha perempuan pada bidang permodalan, produksi, pengeloalan keuangan, pemasaran
6.
Potensi dan Prospek Usaha yang dimiliki oleh wirausaha perempuan di Jawa Barat.
7.
Kondisi Daya saing Produk wirausaha perempuan Jawa Barat baik di tingkat Nasional maupun Internasional
8.
Model Pemberdayaan Wirausaha perempuan
9.
Model Peningkatan Kemampuan daya saing UKM perempuan.
10. Model Pembinaan dan Pemberdayaan Wirausaha perempuan yang berkelanjutan. 11. Diperoleh Standar Operasional Prosedure (SOP) Pemberdayaan Wirausaha Perempuan dan SOP Peningkatan Kemampuan daya saing UKM di Jawa Barat
3.2
Keluaran (Output) Hasil Penelitian Keluaran penelitian mengenai Model pemberdayaan Wirausaha Perempuan
dalam mendukung Daya saing UMKM disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Luaran Penelitian yang Akan Dihasilkan Luaran penelitian Seminar Internasional
Tahun ke-1 Tahun ke-2 (2015) (2016) Draft Pemakalah Makalah dalam Seminar Internasional (YS, dan YM, RS ) Publikasi Draft Draft 2 artikel Internasional di artikel Ilmiah Submi di Jurnal Terindeks Ilmiah Terima Buku Teks HKI
Draft Buku
Rekayasa Sosial Proses pengajuan LK
Persiapan (RS, RN, TBY)
Proses Pengajuan GB
Persiapan (YM, ST)
Proses Fak Univ. dan Dikti ((YM, ST
Tahun ke-3 (2017) Pemakalah dalam Seminar Internasional (3 Peneilti : TBY, ST Artikel diterbitkan (YM, TBY dan YS) Draft Buku Draft Pendaftaran HKI Desiminasi dan Uji coba 3 Lektor Kepala (RS, RN, TBY) Proses dikti (YM, ST)
Tahun ke-4 (2018) Pemakalah dalam Seminar Internasional (RK dan RN) Artikel diterbitkan ST, RK dan RN Buku teks Terbit Pendaftaran HKI
Penerapan
Proses Fakultas 2 Guru Besar dan Universitas (YM, ST) ((YM, ST) Keterangan : YS ; Yuyus Suryana, TBY : Thomas Budhyawan Yuda, ST ; Sutisna, RS : Rachmat Sudarsono, RN : Rina Novianty Ariawaty, dan RK : Rita K Penjelasan: Luaran dari penelitian ini adalah Artikel Konferensi Internasional, Jurnal Internasional dan Buku Teks dan jumlah peneliti yang menjadi Guru besar dan lektor kepala. Setiap Artikel dan Jurnal Internasional disesuaikan dengan bidang keilmuan (kompetensi) meliputi manajemen pemasaran, Manajemen keuangan (Pembiayaan dan Pengelolaan Keuangan), Manajemen Sumber Daya Manusia, Kelembagaan usaha. Peneliti akan bergantian mengikuti konferensi internasional di luar negeri sebelum melanjutkannya penyerahan (submit) ke jurnal internasional, hal ini dilakukan untuk memperoleh masukan dan kritikan dari peserta konferensi. Dengan demikian diharapkan tulisan dalam bentuk jurnal sudah lebih lengkap, mendalam, dan komperehensif sehingga siap untuk dikirim (submit) ke penerbit jurnal internasioanal yang bereputasi dan terindeks di SCOPUS. Pada tahun ke 4, kelompok ALG akan menerbitkan buku teks Dengan
demikian pada akhir tahun ke 4 Kelompok ALG akan menghasilkan 6 Jurnal Internasional dan 1 buku teks dan 1 HKI. Pada Tahun ke tiga akan dilakukan diseminasi dan uji coba model dialnjutkan pada Tahun ke-4 akan dilakukan penerapan model kepada wirausaha perempuan. Pada tahun ke 4 akan menghasilkan 2 Guru besar dan dan 3 Lektor kepala dan 1 Lektor.
3.3
Manfaat Penelitian Hasil penelitian mengenai Model pemberdayaan Wirausaha Perempuan
dalam mendukung Daya saing UMKM diharapkan bermanfaat bagi : (1) Bagi kalangan akademisi, berupa bahan rujukan dalam melakukan penelitianpenelitian lanjutan dalam rangka penumbuhan dan pengembangan kewirausahaan bagi perempuan (2) Bagi para pelaku usaha, merupakan bahan dan panduan dalam mengembangkan usahanya sehingga memiliki keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif yang tinggi. (3) Bagi Calon wirausaha sebagai bahan acuan dan bahan pertimbangan untuk melakukan atau memulai usaha. (4) Bagi pemerintah :
Bahan evaluasi dan perbaikan-perbaikan terhadap program pengembangan kewirausahaan perempuan
Sebagai pendorong untuk mempercepat pengembangan kewirausahaan perempuan untuk menanggulangi pengangguran dan kemiskinan di pedesaan.
Memberikan alternatif model pengembangan cara penumbuhan wirausaha baru bagi perempuan
Sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam mengeluarkan kebijakan untuk pengembangan kewirausahaan perempuan
(5) Bagi masyarakat luas, dengan adanya model pengembangah potensi dan karakter wirausaha perempuan, sehingga dapat lebih banyak lagi masyarakat/perempuan yang inggin membuka usaha sendiri secara mandiri.
BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1
Metode Pendekatan Metode pendekatan dalam penelitian ini dilaksanakan dengan beberapa
pendekatan sebagai berikut : 1. Pendekatan lapangan, yang dilakukan guna memperoleh data-data dan informasi primer melalui observasi/survey lapangan, wawancara langsung dengan responden. 2. Pendekatan instansional yang dilakukan untuk memperoleh data-data dan informasi sekunder yang dilanjutkan dengan koordinasi dan konsultasi serta pembahasan konsep
pengembangan
model wirausaha peremuan
dalam
pengembangan produk yang berdaya saing kepada pihak-pihak terkait. 3. Pendekatan kepustakaan yang dilakukan melalui kajian literatur (desk study) yang memuat ketentuan baik yang bersifat peraturan dan perundang-undangan, kebijaksanaan, hasil studi penelitian, dan pemikiran/konsep lain yang terkait dengan penelitian ini.
4.2
Metode Penelitian
4.2.1
Metode yang digunakan Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, tipe penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif (descriptive research). penelitian verifikatif (verificative research) dan Penelitian Terapan (Applied Research). Unit analisis dalam penelitian ini adalah wirausaha perempuan yang telah berhasil dalam wirausaha. Penentuan lokasi sampel dilakukan dengan cluster random sampling, sedangkan penentuan unit analisis dilakukan dengan rancangan acak sederhana (Stratified random sampling). Data yang dianalisis berdasarkan dimensi waktu dan ruang pengumpulan merupakan data suatu waktu tertentu (cross sectional).
4.2.2
Jenis, Sumber dan Cara Pengumpulan data Jenis data yang dikumpulkan untuk dianalisis terdiri atas data Primer dan data
Skunder. Sumber data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden yang menggunakan kuisioner dan melakukan observasi lapangan. Sumber
data Skunder diperoleh dari hasil studi pustaka, Review dokumenter, dan data-data dari Instansi, lembaga, badan, dan Biro yang terkait dengan studi ini. A. Data Primer Data primer dikumpulkan dengan 4 cara yaitu melalui pendekatan PRA (Participatory Rural Appraisal), Focus Group Discusion (FGD) dan survey yaitu melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner, serta pengamatan langsung (observasi). 1. Metode PRA Metode PRA (Participatory Rural Appraisal) yaitu suatu pendekatan studi untuk lebih mengaktifkan wirausaha menengah
(UKM)
untuk
perempuan sebagai
ikut
perpartisipasi
pelaku usaha kecil dan
dalam
menyusun
model
pengembangan wirausaha perempuan dalam menciptakan produk yang berdaya saing tinggi baik ditingkat Nasional maupun Internasional. 2. Metode FGD Metode FGD (Focus Group Discussion) yaitu suatu metode pendekatan untuk menggali masukan-masukan dari berbagai pihak yang terkait untuk memecahkan persoalan yang diteliti dan untuk menyempurnakan hasil penelitian. 3. Metode Wawancara Wawancara dilakukan kepada responden wirausaha perempuan, sebagai pelaku usaha kecil dan menengah (UKM), masyarakat informan (tokoh-tokoh masyarakat), serta pejabat dari instansi terkait. Wawancara dilaksanakan dengan berpedoman pada kuesioner atau daftar pertanyaan yang sudah disiapkan. 4. Uji Coba (Treatment) Uji coba dilakukan kepada wirausaha perempuan mengenai model-model pemberdayaan dan model peningkatan kemampuan daya saing UKM 4. Metode Observasi (Pengamatan) Pengamatan langsung dilakukan berdasarkan pokok-pokok identifikasi yang meliputi: 1. Kegiatan wirausaha perempuan 2. Kegiatan Perempuan baik sebagai Ibu Rumah Tangga maupun kegiatan sebagai pengusaha
3. Kondisi Sosial ekonomi ekonomi di wilayah studi.
4. Keadaan Proses produksi Usaha Perempuan 5. Kondisi SDM pada perusahaan yang dimiliki perempuan 6. Kondisi Fisik bangunan perusahaan 7. Kondisi peralatan/mesin perusahaan 8. Kondisi manajemen usaha yang dilaksanakan
B. Data Sekunder Data skunder yang akan dikumpulkan melalui studi pustaka, Review Dokumenter dan hasil-hasil kajian sebelumnya. Data Skunder yang akan dikumpulkan diantaranya sebagai berikut : 1. Data-data Jumlah Penduduk perempuan 2. Data-Data Jumlah Pengusaha perempuan 3. Data-Data Potensi Usaha di sekitar penduduk 4. Data-data Program Pemberdayaan Masyarakat dan pemberdayaan perempuan 5. Data kondisi daya saing Produk UKM Jawa Barat
4.2.3
Lokasi Metode Penarikan Sampel Penenelian ini dilaksanakan di Wilayah Provinsi Jawa Barat yang dibagi
berdasarkan Wilayah Pembangunan (WP) di Jawa Barat yaitu wilyah Bogor, Wilayah Purwakarta, Wilayah Cirebon, Wilayah Priangan Timur dan Wilayah Bandung Raya. Untuk setiap Wilayah pembangunan akan diwakili satu Kabupaten/Kota sebagai sampel. Metode penarikan sampel yang digunakan untuk menentukan lokasi Kabupaten setiap wilayah yang akan dijadikan studi adalah metode Cluster Random Sampling (CRS) Three Stage dengan langkah sebagai berikut : 1. Memilih Kabupaten/Kota yang ada di Wilayah Pembangunan Jawa Barat yang akan dijadikan sampel 2. Memilih Kabupaten yang akan dijadikan lokasi (daerah) sampel. 3. Memilih Kecamatan dari Kabupaten terpilih untuk dijadikan lokasi sampel 4. Untuk penyebaran unit sampel dan adanya keterwakilan setiap Kecamatan , pada Kabupaten sampel, maka dilakukan pembagian wilayah.
Sedangkan Untuk menentukan ukuran sampel Responden wirausaha perempuan sebagai pelaku usaha Kecil dan menengah (UKM) dilakukan dengan teknik rancangan acak sederhana (Sample Random sampling).
4.2.4
Rancangan Analisis dan Pengolahan Data Setelah data terkumpul, maka dilakukan tabulasi, penyusunan dan pemilihan
data, sehingga data yang akan dipakai untuk keperluan analisis merupakan data yang benar dan relevan. Pemilihan data dilakukan sesuai dengan jenis dan tingkat kepentingan informasi yang dibutuhkan melalui serangkaian proses pemilihan data, agar didapatkan suatu data yang valid dan akurat yang dapat dipakai sebagai bahan analisis, sesuai dengan sasaran yang akan di capai dalam kajian ini, dijabarkan sebagai berikut : 1. Untuk menganilis Profil dan pemetaan Wirausaha perempuan akan dianalisis secara deskriptif kuantitaif dan deskriptif kualitatif. 2. Untuk menganalisis daya saing produk usaha perempuan akan dianalisi dengan analisis daya saing 3. Untuk menganlisis hubungan dan keterkaitan dari berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan wirausaha perempuan dan kemampuan daya saing akan menggunakan analisis SEM 4. Untuk menganalisis Model Pemberdayaan Wirausaha dan model Peningkatan daya saing akan di analisis dengan model dinamik.
4.3
Desain dan Kerangka Pemikiran Studi Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan metode penelitian
deskriptif, penelitian verifikatif dan penelitian tindakan (action research) untuk menjawab tahap-tahap penelitian dan tujuan penelitian. Penelitian dilaksanakan selama 4 tahun. Desain dan kerangka pikir seperti pada Gambar 2.
Gambar 2. Desain dan Kerangka Pikir Penelitian Kondisi Awal Lingkungan Ekstrnal : Peluang Ancaman
Lingkunag Internal * Kekuatan * Kelemahan
Wirausaha perempuan
Pemerintah : Kebijakan Program
Potensi dan Peluang : * Teknis * Ekonomi * Sosial
Daya saing rendah
Kebijakan Program : 1. Dukungan Permodalan 2. Peningkatan Kemampuan SDM 3. Peningkatan Penguasaan Pasar 4. Kemitraan 5. Peningkatan Investasi 6. Penguasaan Teknologi
Kebutuhan Daya saing Produk
Terjadi Kesenjangan (Gap)
PENELITIAN Survey, Observasi Gap Analyisais dan, SEM PRA, FGD Statistik, analsisi Deskrptif dan AHP FGD, Uji Kelayakan Statistik, analsisi Deskrptif dan FGD, AHP , analsisi Deskrptif Model Dinamik Program Pemberdayaan Wirausaha perempuan dg baik dan tepat sasaran
Metode
TAHUN 1 (Tahun 2015) Metode
Metode
Metode
TAHUN 2 (Tahun 2016) TAHUN 3 (Tahun 2017) TAHUN 4 (Tahun 2018)
Model Pemberdayaan dan Kemampuan daya saing UKM Meningkat
Hasil
Hasil
Hasil
Hasil
- Potensi kewirausahaan - Daya saing Produk - Profil Manajemen usaha perempuan Konsep model pemberdayaan Konsep Model Peningkatan Daya Saing Alternatif Model Pemberdayaan Alternatif Model peningkatan Daya saing Model Pemberdayaan Model peningkatan Daya saing SOP pemberdayaan dan Peningkatan daya saing
Wirausaha Perempuan yang Handal
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keragaan Ekonomi Jawa Barat Secara yuridis, dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Propinsi Jawa Barat 2005-2025, serta Rencana Pembangunan jangka menengah (RPJMD) Propinsi Jawa Barat 2013-2018, pembangunan sektor UMKM merupakan sebuah sekenario untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Keseimbangan antara pembangunan infrastruktur dengan pembangunan manusia, merupakan sebuah keharusan untuk mengantarkan peradaban masyarakatnya agar lebih terhormat. Untuk itu, potensi yang ada di Jawa Barat dimanage secara optimal guna percepatan keberhasilan pembangunannya. Pembangunan sumber daya manusia, merupakan kunci keberhasilan pembangunan bangsa. Sejarah mencatat, banyak negara yang mempunyai sumber daya alam melimpah, namun hanya menjadi penonton dipinggir lapangan. Namun tidak sedikit pula negara yang tidak mempunyai sumber daya alam, tetapi mempunyai sumber daya manusia yang berkualitas, bisa menjadi negara terhormat, dan negara maju. 5.1.1 Sumber Daya Alam Berdasarkan wilayah administrasi, Propinsi Jawa Barat memiliki dataran seluas 3.709.528.44 hektar dan daerah pesisir serta laut sepanjang 12 mil dari garis pantai seluas 18.153 kilometer persegi. Propinsi Jawa Barat terdiri dari 17 Kabupaten dan 10 kota, yakni Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Subang, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Karawang, Kabupaten Bekasi, dan Kabupaten Pangandaran. Sedangkan daerah perkotaan terdiri dari : Kota Bogor, Kota Sukabumi, Kota Bandung, Kota Cirebon, Kota Bekasi, Kota Depok, Kota Cimahi, Kota Tasikmalaya dan Kota Banjar.
Gambar 5.1 Peta Propinsi Jawa Barat
Sumberdaya alam Propinsi Jawa Barat sangatlah berlimpah.Baik sumberdaya alam yang telah dimanfaatkan, maupun yang belum di eksplorasi. Potensi sumber daya alam ini telah banyak memberikan kontribusi terhadap pembangunan bangsa. Dengan kelebihan sumber daya alam itu, pemerintah memanfaatkan posisi penting untuk mendorong berbagai negara untuk meningkatkan bantuannya dalam ikut membangun infrastruktur di Jawa Barat. Pola pola kerjasama investasi mampu mempercepat pemanfaatan sumberdaya alam yang ada. Berbagai proyek yang ditawarkan pemerintah Jawa Barat, pihak asingpun memberikan financial investmentatauloan kepada Jawa Barat. Seperti pelaksanaan pembangunan jalan tol, waduk PLTA dan lainnya. Salah satu negara yang melakukan kerjasama adalah Cina. Alasan pemerintah Propinsi Jawa Barat memilih negara tersebut dalam membangun infrastruktur, karena melihat pembangunan di negaranya relatif baik, dan mampu mendorong perekonomian negaranya. Kedepan, proyek2 besar yang didukung sumber daya alam akan terus dilakukan. Jawa Barat yang terkenal dengan sumber daya alamnya, baik tanah yang subur, mineral yang ada, bibir pantai yang panjang, serta potensi lautnya merupakan daya tarik tersendiri bagi para investor. Banyak lagi sumberdaya alam yang dapat dikembangkan, seperti alam yang indah dan sejuk untuk pariwisata. Lahan lahan perkebunan yang luas serta garis pantai yang panjang dan potensial untuk pengembangan sektor perikanan. Dengan kekuatan sumber daya alam dapat diolah dari sektor industri pengolahan yang semuanya merupakan peluang untuk kepentingan pembangunan Jawa Barat. Investasi tersebukti tidak serta merta mengabaikan posisi UMKM. Bahkan sebaliknya, UMKM dilibatkan dalam setiap aktivitas pembangunan, karena UMKM banyak memberikan kesempatan kerja pada masyarakat, yang pada gilirannya akan mengangkat peradabannya. Dukungan sumberdaya alam yang melimpah di Jawa Barat, sebenarnya akan menjadi modal dasar bagi peningkatan
peradaban manusia. Berbagai produk hasil UMKM di sektor primer seperti : sayuran dataran tinggi, hasil laut baik tangkapan maupun budidaya, perkebunan rakyat, produk potensial yang didukung oleh sumber daya alam. Air yang melimpah, mampu menggerakkan turbin, mengairi pesawahan, sumber mata air untuk perikanan darat, jala terapung (Jatiluhur, Cirata). Bagi pembangunan fisik, berbagai sirtu (pasir dan batu), terdapat di Jawa Barat. Penambangan ini ditata sedemikian rupa, agar tidak mengganggu lingkungan. Sumber panas bumi seperti Kamojang juga merupakan anugerah Tuhan untuk Jawa Barat. 5.1.2 Sumber Daya Manusia Berdasarkan hasil sensus penduduk (SP 2010), jumlah penduduk Jawa Barat sebanyak 43. 053.732 jiwa. Terdiri dari 21.907.040 laki2 dan 21.146.692 perempuan. Rasio penduduk 104, ini berarti jumlah penduduk laki2 lebih banyak 4 persen dibandingkan penduduk perempuan, atau setiap 100 perempuan, terdapat 104 laki2. Para ahli demografi memperkirakan jumlah penduduk Jawa Barat tahun 2015 berkisar pada angka 46.709.000, jiwa. Jumlah ini diperkirakan sekitar 18 persen dari seluruh penduduk Indonesia, yang saat ini sekitar 254,9 juta jiwa. Lebih separuhnya bermukim di Pulau Jawa yakni sebesar 57,99 persen yang hanya luas 6,77 persen saja. Penduduk Jawa Barat jumlahnya 31 persen dari penduduk pulau Jawa. Laju pertumbuhan penduduk Jawa Barat (LPP) menurut sensus penduduk 2010 sebasar 1,9 persen setahun. Jika dilihat dari LPP sejak tahun 1961, LPP Jabar terus menurun dari 2,37 persen pada periode 1961-71 menjadi 1,90 persen pada periode 2000-2010. LPP pada 26 Kabupaten/Kota tidak merata dan yang terendah di Kabupaten Majalengka (0,4 persen), sampai yang tertingi sebesar 4,70 persen di Kabupaten Bekasi. Jika dibandingkan dengan LPP di provinsi lainnya di Indonesia, Jawa Barat berada pada posisi ke 17. LPP Jawa Barat masih lebih tinggi dari LPP nasional sebesar 1,49 persen. Sebagai propinsi dengan jumlah penduduk yang besar, peningkatan jumlah penduduk akan sangat terasa dibandingkan dengan propinsi lainnya di Pulau Jawa yang LPP nya berada dibawah Jawa Barat, kecuali Banten yang LPP nya lebih tingggi (2,79 persen).
Tabel 5-1-2 Jumlah Penduduk Jawa Barat per Kabupaten Kota. Sumber : BKKBN Perwakilan Jawa Barat (diolah kembali). Laju pertumbuhan penduduk Jawa Barat ini bukan hanya dipicu oleh kelahiran ProyeksiPenduduk 2010-2016 (Jiwa) Wilayah Jawa Barat 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Bogor 4,813,876 4,943,746 5,073,116 5,202,097 5,331,149 5,459,668 5,587,390 Sukabumi
2,358,418
2,376,495
2,393,191
2,408,417
2,422,113
2,434,221
2,444,616
Cianjur
2,186,794
2,201,003
2,213,889
2,225,313
2,235,418
2,243,904
2,250,977
Bandung
3,205,121
3,272,828
3,339,684
3,405,475
3,470,393
3,534,114
3,596,623
Garut
2,422,326
2,450,430
2,477,114
2,502,410
2,526,186
2,548,723
2,569,505
Tasikmalaya
1,687,776
1,699,583
1,710,426
1,720,123
1,728,587
1,735,998
1,742,276
Ciamis
1,135,724
1,142,230
1,148,782
1,155,471
1,162,102
1,168,682
1,175,389
Kuningan
1,023,907
1,030,205
1,036,494
1,042,789
1,049,084
1,055,417
1,061,886
Cirebon
2,044,181
2,060,400
2,076,615
2,093,075
2,109,588
2,126,179
2,142,999
Majalengka
1,153,226
1,158,882
1,164,724
1,170,505
1,176,313
1,182,109
1,188,004
Sumedang
1,101,578
1,110,083
1,117,919
1,125,125
1,131,516
1,137,273
1,142,097
Indramayu
1,645,024
1,654,119
1,663,397
1,672,683
1,682,022
1,691,386
1,700,815
Subang
1,449,207
1,464,901
1,480,708
1,496,886
1,513,093
1,529,388
1,546,000
859,186
872,599
885,386
898,001
910,007
921,598
932,701
Karawang
2,144,185
2,172,289
2,199,394
2,225,383
2,250,120
2,273,579
2,295,778
Bekasi Bandung Barat Pangandaran
2,656,884
2,769,180
2,884,300
3,002,112
3,122,698
3,246,013
3,371,691
1,522,076
1,545,118
1,567,398
1,588,781
1,609,512
1,629,423
1,648,387
379,518
381,729
383,915
386,129
388,320
390,483
392,817
Kota Bogor Kota Sukabumi Kota Bandung Kota Cirebon Kota Bekasi
958,077
976,791
995,081
1,013,019
1,030,720
1,047,922
1,064,687
301,014
304,704
308,405
311,822
315,001
318,117
321,097
2,412,093
2,429,176
2,444,617
2,458,503
2,470,802
2,481,469
2,490,622
293,206
295,981
298,825
301,728
304,584
307,494
310,486
2,356,100
2,427,075
2,498,598
2,570,397
2,642,508
2,714,825
2,787,205
Kota Depok
1,755,612
1,823,182
1,891,981
1,962,182
2,033,508
2,106,102
2,179,813
Purwakarta
Kota Cimahi 545,505 554,175 562,721 570,991 579,015 586,580 594,021 Kota 639,987 644,305 648,178 651,676 654,794 657,477 659,606 Tasikmalaya Kota Banjar 176,506 177,587 178,728 179,706 180,515 181,425 181,901 ProvinsiJawa 43,227,107 43,938,796 44,643,586 45,340,799 46,029,668 46,709,569 47,379,389 Barat alamiah saja. Namun akselerasi pertumbuhannya didorong oleh tingginya arus in-
migration ke Jawa Barat. Dengan laju pertumbuhan sektor industri pengolahan yang tinggi, maka akan mengundang para pendatang untuk mencari pekerjaan di Jawa Barat. Kantong kantong industri seperti Bodebek, Kabupaten Bandung, merupakan tujuan utama para pendatang. Selain itu, sektor informal juga menjadi pilihan. Akselerasi pertumbuhan penduduk yang tinggi ini perlu diantisipasi secara cermat. Karena menyangkut daya dukung alam.Daya dukung alam relatif terbatas. Kalau pertumbuhan penduduk di Jawa Barat tidak bisa ditekan, maka keseimbangan ekologis akan terganggu. Ini menyulitkan bagi pembangunan karena “social cost”, yang harus dibayar demikian tingginya. Gambar : 5-1-2 Grafik Laju Pertumbuhan Penduduk Jawa Barat.
Provinsi Jawa Barat 47.379.389 46.709.569 46.029.668 45.340.799 44.643.586 43.938.796
Jumlah Penduduk
43.227.107
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
Dilihat dari aspek IPM, maka Indek Pembangunan Manusia Jabar yang digunakan BPS tahun 2015 mencapai 69,49 poin. Meningkat dibandingkan tahun 2014 sebesar 68,80 poin. Angka harapan hidup (AHH) meningkat dari 68,85 tahun 2014 menjadi 72,52 tahun 2015. Peningkatan aspek IPM ini terus dilakukan dari tahun ke tahun. Hanya variasi besaran IPM tiap Kabupaten/Kota sangat mencolok. Ini sebuah pertanda bahwa pembangunan di Jawa Barat masih belum merata. Untuk itulah ada konsep pembangunan Jabar Utara dan Jabar Selatan. 5.1.3. Indikator Ekonomi Indikator ekonomi, merupakan salah satu ukuran keberhasilan pembangunan di Jawa Barat. Seperti tingkat inflasi, laju pertumbuhan GNP dan lainnya. Perubahan indikator indikator ekonomi Jawa Barat, merupakan refleksi hasil pembangunan yang dilakukan selama ini. Indikator ekonomi juga dapat melihat kemajuan pembangunan di satu daerah. Lebih jauh ia juga dapat menggambarkan dan menceritakan jurang pemisah antara yang kaya dan miskin.. Pemerintah perlu secara cermat memperhitungkan indikator-indikator ekonomi yang ada guna mengantisipasi persoalan kedepan. Namun sayangnya tidak semua
pemerintah propinsi bisa membaca dengan cermat angka-angka indikator ekonomi ini dan selanjutnya mengambil kebijakan untuk mengatasi semua masalah-masalah yang berkembang. Mendeteksi persoalan lebih awal jauh lebih baik. Beberapa indikator ekonomi Jawa Barat antara lain. Tabel : 5-1-3 Indikator Ekonomi Makro Regional Jawa Barat
5.1.4 PDRB Dan Pertumbuhan Ekonomi. Struktur ekonomi Jawa Barat, berubah dari tingginya kontribusi sektor pertanian, bergeser pada sektor industri pengolahan. Artinya, kontribusi sektor industri terhadap proses pembangunan di Jawa Barat terus meningkat. Pertumbuhan sektor industri di daerah simpul-simpul ekonomi seperti Cirebon, Bodebek, Bandung Raya, telah memicu pertumbuhan PDRB meningkat. Kemudahan-kemudahan investasi membuat para investor berdatangan ke Jawa Barat. PDRB per capita tahun 2015 atas dasar harga konstan mencapai 25,84 juta rupiah. Ini peningkatan dibanding tahun 2014 sebesar 24,
94 juta. Perubahan ini tentu akan mendorong lebih cepat kepada laju pertumbuhan PDRB Jawa Barat. Secara rinci dapat dilihat ditabel berikut :
Tabel 5-1-4 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Barat, 2010-2015 (Juta Rupiah)
Wilayah Provinsi
2010
2011
2012
2013
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
ProvinsiJawa Barat Kab Bogor KabSukabumi KabCianjur Kab Bandung KabGarut KabTasikmalaya KabCiamis KabKuningan Kab Cirebon KabMajalengka KabSumedang KabIndramayu
2014*) [6]
2015* *) [7]
20.97 23.25 25.27 27.77 30.12
32.65
19.30 21.13 23.72 26.12 28.38
30.79
12.13 13.19 14.18 15.97 17.55
19.28
9.01
10.74 11.91 12.94
14.42
15.11 16.45 17.98 19.93 22.01
24.28
10.51 11.47 12.26 13.46 14.68
15.96
9.39
10.33 11.13 12.37 13.44
14.79
12.08 13.37 14.60 16.16 17.55
19.58
9.59
10.55 11.53 12.91 14.30
16.10
10.52 11.56 12.66 14.05 15.44
16.81
11.17 12.20 13.47 14.99 16.32
17.98
13.33 14.77 16.23 18.01 19.75
21.83
29.09 32.74 35.70 37.85 40.20
38.66
9.89
KabSubang KabPurwakarta KabKarawang KabBekasi Kab Bandung Barat KabPangandaran Kota Bogor Kota Sukabumi Kota Bandung Kota Cirebon Kota Bekasi Kota Depok Kota Cimahi Kota Tasikmalaya Kota Banjar
13.67 15.27 15.57 16.52 17.72
19.16
32.61 35.77 40.20 45.22 49.99
54.41
46.47 52.10 56.50 63.64 69.47
73.51
58.09 62.26 65.24 68.64 72.88
75.80
12.69 13.81 15.40 17.24 19.06
20.85
13.12 14.32 15.59 17.32 18.74
20.92
19.60 21.26 23.37 25.75 28.28
30.88
17.68 19.44 21.11 23.44 25.84
28.18
42.35 47.43 53.99 61.74 69.89
78.91
34.43 37.77 41.11 45.11 49.37
54.32
17.52 19.01 20.69 22.45 24.26
26.10
15.15 16.23 17.59 19.69 21.54
23.05
24.88 26.94 29.32 32.20 35.52
38.61
14.52 15.70 17.10 18.87 20.81
23.17
11.48 12.69 13.80 15.36 16.68
18.36
Catatan : Tahun 2010 adapergantianhargakonstandari 2000 menjadi 2010 *) AngkaSementara **) AngkaSangatSementara Sumber : Bank Indonesia (diolah kembali) Perubahan tingginya kontribusi sektor industri, dikarenakan faktor investasi yang strategis. Perkembangan investasi yang cukup signifikan, dengan jaminan keamanan, kepastian hukum, tarnsparansi dalam pengurusan dokumen, izin ketenagakerjaan, pertanahan, bahan baku, lingkungan, dll, membuat investasi terus meningkat. Laju pertumbuhan ekonomi Jabar tahun 2015 sebesar 5,03 persen. Pada saat yang sama, laju pertumbuhan ekonomi nasional 4,79 persen. Target pertumbuhan ekonomi Jabar tahun 2016 sebesar 6,3-6,9 persen. Pemerintah pusat memberi target LPE Jabar 6,6 persen. Target tersebut diharapkan dapat tercapai, dengan berpegang dari beberapa isu seperti kemampuan menekan pengangguran terbuka, menaikkan produktivitas tenaga kerja, terutama sektor pertanian, memperbaiki belanja modal, dan lainnya. Jawa Barat yang pada tahun 2009- 2010 PDRB nya berada di bawah rata2 nasional, namun pada tahun 2011-2012 diatas rata2 nasional.Tahun 2013 PDRB Jabar mencapai
5,07pesen. Pada tahun yang sama, PDRB nasional hanya 5,02 persen.Peningkatan yang signifikan ini adalah hasil kerja kerasnya. Sumbangsih sektor industri pengolahan berada pada kisaran 34,56 persen di tahun 2013 meningkat menjadi 44,46 persen di tahun 2014, menjadi daya dorong tingginya PDRB Jabar. Namun yang disayangkan, sumbangsih sektor pertanian menjadi kecil, yang membawa dampak terhadap penyerapan tenaga kerjanya, hanya 3,85 juta orang. Untuk lebih meningkatkan PDRB Jabar ini, maka upaya pengembangan kewirausahaan terus ditingkatkan. 5.1.5. Inflasi dan Income Per-Capita. Kenaikan harga BBM selalu menjadi pemicu akan tingginya inflasi. Karena efek dari kenaikan BBM tersebut berdampak pada kenaikan bahan pokok. Pada gilirannya akan memicu laju inflasi. Efek turunan ini memang sulit sekali untuk dikendalikan. Walaupun pemerintah berusaha mengatur komoditas bahan makanan yang harganya diatur oleh pemerintah (administrated price), namun harga tetap sulit dikendalikan. Terlebih bila kebijakan kenaikan harga BBM tersebut terjadi tatkala ekonomi makro tidak membaik.Begitu juga dengan kebijakan penyesuaian tarif listrik dan tarif listrik industri. Pada bulan Januari- Desember 2015 inflasi Jawa Barat tercatat 2,73 persen, sedangkan pada Desember 2015 index harga konsumen di 7 kota di Jabaryakni Bandung, Sukabumi, Bogor, Depok, Bekasi, Cirebon dan Tasikmalaya, inflasinya sebesar 0,79%. Ada kenaikan indek harga konsumen dari 120,08 pada November 2015 menjadi 121,03 pada Desember 2015. Sebanyak 6 kelompok pengeluaran pada Desember 2015 mengalami inflasi yakni kelompok bahan makanan sebesar 2,98 persen, makanan jadi, minuman rokok dan tembakau 0,40 persen. Kemudian kelompok perumahan, air listrik gas dan bahan bakar sebanyak 0,34 persen. Inflasi juga pada kelompok kesehatan 0,18 persen. Pendidikan, rekreasi, dan olah raga 0,05 persen. Dan kelompok transportasi komunikasi serta jasa keuangan 0,11 persen. Sedangkan untuk kelompok pengeluaran sandang menjadi satu satunya yang mengalami deflasi pada Desember 2015 sebesar 0,06%. Khusus pada akhir 2015 inflasi juga dipicu oleh kenaikan harga bawang merah dan cabe merah yang cukup berpengaruh terhadap inflasi. Inflasi di 7 kota di Jabar yakni Bogor 0,76 persen, Sukabumi 0,51 persen, Bandung 0.78 persen, Bekasi 0.91 persen, Depok 0,84 persen dan Tasikmalaya 0,65 persen. September 2015 indek harga konsumen gabungan Jawa Barat yang meliputi 7 kota yakni Kota Bogor, Sukabumi, Bandung, Cirebon, Bekasi, Depok dan Tasikmalaya mengalami kenaikan dari 122,86 di Agustus 2016 menjadi 123,13 di September 2016. Dengan demikian terjadi inflasi sebesar 0,22 persen. Dari 7 kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi yaitu makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,50 persen. Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,24 persen, kelompok sandang 0,24 persen, kesehatan 0,61 persen pendidikan rekreasi dan olah raga 0,30 persen. Kelompok transportasi 0,43 persen. Sedangkan deflasi kelompok bahan makanan 0,31 persen. Dari ke 7 kota di Jawa Barat, September 2016 seluruhnya mengalami inflasi. Kota Bogor 0,09 persen, Kota Sukabumi 0,10 persen Bandung 0,14 persen, Cirebon 0,28 persen, Bekasi 0,26 persen, Depok 0,37 persen, dan Tasikmalaya 0,12 persen. Pendapatan perkapita Jawa Barat pada bulan Maret 2015 sampai September 2015 mengalami kenaikan dari 9,53 persen menjadi 9,57 persen. Ini terjadi karena kebanyakan Propinsi di Indonesia mengalami penurunan kemiskinan. Pada periode tersebut Jawa Barat adalah satu satunya propinsi di pulau Jawa yang mengalami kenaikan kemiskinan. Peningkatan ketimpangan di Jawa Barat terjadi karena
banyaknya penduduk miskin di Jawa Barat yang bertambah sekitar 4,4 juta orang yang sebelumnya sudah miskin. Pendapatan perkapita Jawa Barat relatif rendah. Tahun 2014 Jawa Barat tercatat sebagai Propinsi 1 dari 13 propinsi dengan pendapatan perkapita terendah di Indonesia.
5.2 UMKM DAN HAKIKAT KEWIRAUSAHAAN 5.2.1 Potensi UMKM di Jawa Barat Ekonomi kecil dan kerakyatan yang akrab disebut UMKM merupakan sebuah kekuatan pembangunan saat ini. Ditengah geliat ekonomi skala besar sesuai dengan perkembangan zaman, UMKM tetap bertahan. Disinilah terlihat betapa menonjolnya jiwa kewirausahaan UMKM. Bahkan beberapa UMKM menjadi “lokomotif” dilingkungannya. Menjadikan UMKM sebagai “katup pengaman” ketika fluktuasi ekonomi terjadi sudah terbukti. Dengan akses pasar yang terbatas, dan kemampuan modal yang sering tertinggal, UMKM menjadi tumpuan kehidupan jutaan orang di Jawa Barat. Sulit dibayangkan apabila jumlah yang banyak ini tidak mempunyai jiwa wirausaha yang mumpuni. Dengan segmentasi pasar lokal, regional, nasional, bahkan tidak sedikit yang menjalin bisnis dengan mancanegara (ekspor), ditengah konstelasi bisnis yang semakin ketat. Jawa Barat juga dkenal dengan ekonomi kreatifnya sangat mendukung perkembangan UMKM. Pengembangan ekonomi kreatif sejalan dengan jiwa wirausaha UMKM perempuan. Karena sentuhan UMKM perempuan mempunyai nilai budaya tinggi dan kearifan lokal. Namun kreativitas ini tidak boleh berhenti ditengah jalan. Besarnya jiwa kewirausahaan di Jawa Barat telah menumbuhkan begitu banyak UMKM yang potensial dan mampu menghadapi berbagai tantangan. Ada beberapa ciri khas UMKM di Jawa Barat antara lain (Soeroso Dasar, Dinas KUKM Jabar 2015) : Menyerap tenaga kerja (katup pengaman) Pada umumnya UMKM terutama yang ada di perdesaan bergerak di sektor primer. Namun, pada dekade belakangan ini dengan tuntutan dan perkembangan zaman, UMKM di perdesaan Jawa Barat tumbuh dengan cepat di sektor sekunder. Pergulatan sektor primer yang terbentur pada aspek lahan, membuat pertumbuhan sektor sekunder UMKM di perdesaan Jawa Barat demikian cepat, tidak sepesat sektor primer.
Sentra terdapat di perdesaan Jawa Barat Walaupun daerah perkotaan banyak UMKM (terutama sektor tersier), namun perkembangan UMKM di perdesaan lebih terkonsentrasi pada sentra2 yang ada.Ini lebih memudahkan untuk dilakukan pembinaan dan pemberdayaan. Secara terminologi, UMKM identik dengan sektor tradisional. Sektor yang dibingkai oleh format dan norma kehidupan perdesaan relegius dan kekeluargaan. Penyerapan Tenaga Kerja Daerah Sekitar
Tenaga kerja yang diserap juga dari daerah sekitar, dengan tingkat pendidikan dan keahlian yang terbatas. Biasanya terdiri dari kelompok2 keluarga atau kerabat dekat. Bahkan pola pola maklun juga berkembang secara ideal. Bahan baku dari daerah setempat Potensi bahan baku (sektor primer) dari daerah setempat, membuat kaitan kebelakang (backward linkages) terpenuhi. Karena apabila sebuah proses produksi yang tidak didukung oleh kontinuitas bahan baku secara teratur, akan berbahaya bagi kegiatan UMKM itu. Bahan baku dapat diperoleh dari daerah lain. Namun biaya produksi akan meningkat dengan bertambahnya biaya transportasi bahan baku. Belakangan ini, dengan teknologi transportasi yang maju, persoalan aliran bahan baku tidak menjadi hambatan. UMKM yang menggunakan bahan baku dari daerah setempat, pada umumnya mempunyai nilai tambah (added value) yang tinggi, dan bersaing di kancah bisnis saat ini. Memberikan Devisa Untuk Negara. Tidak sedikit UMKM di Jawa Barat yang produknya di ekspor. Kegiatan tersebut pada gilirannya akan mendatangkan devisa bagi negara. Katakanlah seperti UMKM udang dan ikan2 tambak, kepiting, dan lainnya yang diproduksi oleh para UMKM ekspor Kab Cirebon dan Indramayu. Pada umumnya produk tersebut diekspor ke Jepang dan Cina. Demikian pula dengan mangga gedong gincu. Produk sektor sekunder seperti bola sepak dari Majalengka di ekspor ke beberapa negara Eropa. Produk2 UMKM border Tasikmalaya di ekspor ke Saudi Arabia, Timur Tengah dan beberapa negara Afrika. Bahkan produk fasion dari Kota dan Kabupaten Bandung sudah familier di negara2 tetangga. Nilai devisa dari ekspor non migas ini relatif lebih abadi dan tidak mengganggu lingkungan, bila dibandingkan dengan ekspor migas (renewable resources).Bahkan kecenderungan ekspor produk produk migas terus menurun nilainya, kendati ladang2 minyak yang baru terus di eksplorasi dan ditemukan. Melibatkan Tenaga Kerja Wanita Perubahan orientasi dalam kehidupan modern saat ini, telah membuat UMKM banyak dijalankan oleh perempuan atau wanita. Tenaga kerja wanita yang merupakan sumber daya manusia dikembangkan secara optimal kemampuannya untuk lebih berprestasi. Terlebih UMKM industri pengolahan dalam bentuk panganan ringan dan lainnya, potensi keterlibatan tenaga kerja wanita tinggi sekali. Dengan tingginya keterlibatan wanita di Indonesia terhadap UMKM baik langsung maupun tidak, telah mampu menahan tenaga kerja wanita untuk menjadi TKW diluar negeri. Seperti kita ketahui, kontribusi TKW dari Jawa Barat adalah yang tertinggi di Indonesia. Disamping tenaga kerja wanita, juga tumbuh menjamur wirausaha2 perempuan.Umumnya mereka bergerak dibidang yang sesuai dengan harkatnya. Menahan arus urbanisasi Berkembangnya UMKM di perdesaan Jawa Barat, paling tidak telah membuat “social cost”, di perkotaan menjadi rendah, dan penataan pembangunan kota lebih cepat. Karena salah satu sebab perkembangan pembangunan kota yang tidak ideal tingginya arus urbanisasi. UMKM perdesaan merupakan bentuk konkrit dari upaya membangun potensi desa.
Secara demografi, keseimbangan penduduk di desa dan kota merupakan situasi kependudukan yang ideal. Karena ketimpangan jumlah penduduk antara desa dan kota dapat menghambat proses pembangunan itu sendiri. Untuk itu, mobilitas manusia ditata sedemikian rupa agar ideal dan proporsional. Mempertahankan nilai budaya UMKM produk tertentu mampu mempertahankan kearifan lokal dan budaya daerah setempat.Seperti batik trusmi, batik khas Tasikmalaya, makanan khas Sumedang seperti opak Oded, tahu, bolet dan lainnya. Makanan khas Kuningan seperti peyeum mempunyai sejarah panjang, yang dikaitkan dengan nilai budaya bangsa. Apabila patung2 yang dibuat di Kabupaten Sumedang, tidak terbatas oleh pesanan dari Bali, maka patung patung tersebut akan muncul dalam bentuk tokoh2 pewayangan dari Jawa Barat. Sayangnya, para pengrajinnya masih terbelenggu dengan pesanan dari daerah luar Jawa Barat. Mobilitas Yang Tinggi. UMKM Jabar mempunyai mobilitas yang tinggi. Artinya, keluar masuk dalam berusaha relatif cepat.Karena UMKM tidak membutuhkan pendidikan formal sehingga keluar masuk dalam berusaha tidak ada aturan formal.Usaha dibangun dengan berbagai pertimbangan, dan melihat peluang pasar yang menguntungkan. Potensi daerah juga sering menjadi salah satu pertimbangannya. Tingginya mobilitas di UMKM, menyulitkan kita untuk mengukur jam kerja mereka. Bahkan identifikasi jumlah tenaga kerjanyapun sulit.Ada yang bekerja full, ada paruh waktu, dan ada yang musiman. 5-2 Perkembangan Unit Usaha dan Serapan Tenaga Kerja di UMKM Jawa Barat
Jumlah Unit Usaha
Serapan Tenaga Kerja (Jiwa)
Tahun
Mikro
Kecil
Menengah
Besar
Total
2012
9.042.519
115.749
8.235
1.853
9.168.356
2013
9.223.369
118.063
8.399
1.890
9.351.721
2014
9.407.830
118.110
8.566
1.927
9.536.433
Tahun
Mikro
Kecil
Menengah
Besar
2012
13.861.814
623.556
522.325
2.374.805
17.382.500
2013
14.139.050
636.027
532.771
2.422.301
17.730.149
2014
14.421.831
648.747
543.426
2.470.747
18.084.751
Total
Sumber: Dinas UMKM Jabar diolah kembali Bila dilihat dari tabel diatas, semakin jelas terlihat bagaimana peran UMKM dalam penyerapan tenaga kerja di Jawa Barat. Peran ini sangat menonjol, karena sektor UMKM telah terbukti mampu bertahan dalam kondisi apapun. Untuk itulah, pemerintah Propinsi Jawa Barat mempunyai perhatian yang tinggi terhadap pembangan UMKM di wilayahnya.
Walaupun mempunyai potensi besar, beberapa catatan menurut Nunuy Nur Afiah, Unpad, dkk , dalam tulisannya Analisis Ekonomi Jawa Barat , teridentifikasi ada beberapa kekuatan dan kelemahan UMKM di Jawa Barat yang harus diperhatikan antara lain : Nilai Strategis UMKM Banyaknya produk tertentu yang dikerjakan oleh perusahaan kecil. Perusahaan besar dan menengah banyak yang bergantung pada perusahaan kecil. Kalau dikerjakan perusahaan besar atau perusahaan menengah, marginnya relatif tidak ekonomis. UMKM merupakan pemerataan konsentrasi dan kekuatan ekonomi dalam masyarakat. Kelebihan dan Daya Tarik UMKM Jawa Barat Pemilik UMKM merangkap manajer perusahaan, serta merangkap semua fungsi managerial seperti marketing, finance, dan administrasi. Dalam pengelolaannya, mungkin tidak memiliki keahlian yang handal. Sebagian besar membuat lapangan kerja baru, inovasi, sumber daya baru, serta barang dan jasa baru. Risiko usaha menjadi beban pemilik. Pertumbuhan lambat dan tidak teratur, tetapi kadang-kadang terlalu cepat dan bahkan prematur. Fleksibel terhadap bentuk fluktuasi jangka pendek, namun tidak memiliki rencana jangka panjang. Bebas menentukan harga produksi atas barang dan jasa. Prosedur hukumnya sederhana. Pajak relatif ringan karena yang dikenakan pajak adalah pribadi/pengusaha bukan perusahaannya. Komunikasi kepada pihak luar bersifat pribadi. Mudah dalam proses pendirian. Mudah dibubarkan setiap saat bila dikehendaki. Pemilik mengelola secara mandiri dan bebas waktu. Pemilik menerima semua laba. Umumnya mampu untuk survive. Cocok untuk mengelola produk, jasa atau proyek perintisan yang sama sekali baru, atau yang belum pernah ada mencobanya, sehingga memiliki sedikit pesaing. Memberikan peluang dan kemudahan dalam peraturan dan kebijakan pemerintah demi berkembangnya usaha kecil. Diversifikasi usaha terbuka luas sepanjang waktu dan pasar konsumen senantiasa tergali melalui kreativitas pengelola. Relatif tidak membutuhkan investasi terlalu besar, tenaga kerja tidak berpendidikan tinggi, dan saran produksi lainnya relatif tidak terlalu mahal.
Mempunyai ketergantungan secara moril dan semangat usaha dengan pengusaha kecil lainnya. Hanya sedikit menggunakan bahan baku impor. Daya saing produk relatif tinggi. Dari sekian banyak kelebihan dan daya tarik UMKM, melekat juga kelemahan2 pada dirinya. Pada umumnya kelemahan2 itu terdapat pada faktor internal UMKM. Kelemahan UMKM di Jawa Barat Terlalu banyak biaya yang dikeluarkan, utang yang tidak bermanfaat, tidak mematuhi ketentuan pembukuan standar. Pembagian kerja yang tidak proporsional dan karyawan sering bekerja diluar. Batas jam kerja standar. Tidak mengetahui secara tepat berapa kebutuhan modal kerja karena tidak adanya perencanaan kas. Persediaan barang kadang kala terlalu banyak, sehingga beberapa jenis barang ada yang kurang laku. Sering terjadi mis-management dan ketidak pedulian pengelolaan terhadap prinsip-prinsip manajerial. Sumber modal yang terbatas pada kemampuan pemilik. Perencanaan dan program pengendalian sering tidak ada, atau belum pernah merumuskan. Sedangkan kelemahan2 UMKM Jabar yang menyangkut faktor eksternal adalah : Risiko dan utang kepada pihak ketiga ditanggung kekayaan pribadi pemilik. Sering kekurangan informasi bisnis, hanya mengacu pada intuisi dan ambisi pengelola, serta lemah dalam promosi. Tidak pernah melakukan studi kelayakan usaha, penelitian pasar, analisis lainnya.
5.2.2 Watak Dan Prilaku Wirausaha Perempuan Banyak yang menafsirkan bahwa kewirausahaan identik dengan mereka yang berdagang atau sering disebut wirausaha. Sekalipun syarat bagi keberhasilan sebuah bisnis harus menggusung jiwa wirausaha yang tinggi. Namun pandangan demikian tidaklah seluruhnya benar. Jiwa kewirausahaan tidak harus dimiliki oleh pedagang saja, tetapi oleh mereka semua yang ingin maju, berfikir kreatif dan inovatif kedepan, dan selalu berani menghadapi tantangan. Peluang peluang untuk menjadi sukses dalam tatanan kehidupan , memang banyak dimulai dari seberapa jauh dan dalam jiwa kewirausahaan . Keengganan seseorang untuk mewujudkan jiwa kewirausahaan, memang tidaklah mudah untuk diatasi. Terutama ketika mulai mengihutung risiko yang akan ditanggung, Padahal, kehidupan ini semuanya mempunyai risiko. Guna menumbuhkan sebuah pemikiran yang kreatif, beserta tindakan yang inovatif pada diri seseorang, bersumber dari hakikat dan kodrat manusia. Manusia didalamnya
terdapat jiwa dan akal, asa dan karsa dalam kesatuan raganya. Bagaimana sebuah proses kreatif itu muncul dalam diri seseorang, pada umumnya hadir ketika terjadi dorongan emosional yang ingin membuat sebuah kebaikan. Ide2 itu muncul dalam berbagai aktivitas kegiatan, baik dalam skala yang kecil maupun yang besar.Intinya adalah, memunculkan sebuah ide inovatif atau apapun bentuknya untuk sebuah perubahan bagi peradaban manusia. Disinilah keberhasilan mengembangkan idea kreatif dan inovatif menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda yang mampu meningkatkan nilai tambah (added value) terhadap barang dan jasa yang menjadi sumber unggulan. Adapun sesuatu yang baru dan berbeda dapat berupa (output/outcome) tidak harus selamanya dalam bentuk produk. Tetapi apapun itu ketika ia merupakan hal yang baru dan berbeda, merupan sebuah temuan yang berharga dan itulah yang dinamakan jiwa wirausaha. Nilai yang terdapat dalam kewirausahaan merupakan suatu yang melekat pada diri seseorang dalam bentuk watak dan perangai.Ia merupakan sebuah sistem nilai kewirausahaan, juga bisa melekat pada lainnya wirausaha tidak dapat diajarkan. Namun sebenarnya wirausaha dapat diajarkan dan merupakan sebuah ilmu pengetahuan. Dengan demikian, kewirausahan dapat berkembang dan diajarkan di bangku sekolah. Geogffery G Maredith (1996) mengemukakan watak dan ciri2 kewirausahaan antara lain : a) Percaya diri. Wataknya adalah keyakinan, ketidak ketergantungan, individualitas dan optimis. b) Berorentasi pada tugas dan hasil. Wataknya adalah : kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi laba, ketekunan dan ketabahan, tekad, bekerja keras, mempunyai dorongan kuat, energik dan insiatif. c) Pengambil Risiko dan Suka Tantangan. Wataknya : kemampuan mengambil risiko yang wajar. d) Kepemimpinan. Wataknya : perilaku sebagai pemimpin, bergaul dengan orang lain menanggapi saran2 dan kritik. e) Keorsinilan : Inovatif dan kreatif serta fleksibel. f) Berorientasi ke masa depan. Wataknya, pandangan jauh ke depan. Perspektif. Dengan demikian, watak wirausaha adalah watak seorang yang terpuji. Karena hidupnya penuh dengan kreativitas, mempunyai pemikiran yang positif dan jauh kedepan. Teruji, berani mengambil risiko, penuh dengan inovatif. Namun tidak semua orang mampu mempunyai jiwa wirausaha ini.Ditengah badai kehidupan yang keras dan tidak pasti, jiwa kewirausahaan tumbuh dengan begitu banyak tantangan. Pendapat Arthur Kurilof dan Jhon M Mempil (1993), mengatakan bahwa karakteristik kewirausahaan dalam bentuk nilai dan prilaku. a) Berkomitmen. Prilakunya selalu berkomitmen terhadap tugasnya sampai berhasil, sehingga berprilaku tekun, ulet, dan pantang menyerah. b) Pengambil risiko moderat. Tindakannya tidak didasarkan pada spekulasi tinggi, tetapi berdasarkan perhitungan matang dengan risiko yang moderat. c) Memanfaatkan peluang. Berprilaku selalu mencari peluang untuk mencapai hasil yang nyata.
d) Orentasi tujuan jelas dan nyata. Memiliki tujuan terhadap hasil dan tujuan yang jelas atas pertimbangan objektivitas. e) Umpan balik lancar. Berprilaku kemampuan analisis umpan balik terhadap peformance data dan waktu sebagai pedoman beraktivitas. f) Optimis. Memiliki optimism tinggi akan hasil yang diperoleh. g) Orientasi uang. Memperlakukan uang bukan tujuan akhir, tetapi sebagai sumberdaya dalam kelancaran usahanya. h) Manajemen pro-aktif. Berprilaku manajemen yang pro-aktif berdasarkan kenyataan dan suatu hasil perencanaan yang matang. Bahasa yang sangat sederhana, jiwa kewirausahaan memang melekat pada manusia unggul. Manusia yang nyaris sempurna, akan mempunyai potensi bagi penggerak pembangunan bangsa. Jiwa seperti inilah yang dibutuhkan dalam proses pembangunan di Indonesia, terutama dalam menghadapi tantangan pasar global yang transparan dan keras. Mutu sumberdaya manusia yang terus menerus diasah, agar menjadi manusia unggul. Tidak mungkin sebuah peradaban bangsa akan berubah kepada yang lebih baik, bila diserahkan kepada kualitas manusia yang rendah, tidak bisa menerima tantangan, dan bukan pekerja keras. 5.2.3. Wirausaha Perempuan UMKM di Jawa Barat Pertumbuhan wirausaha di Jawa Barat terus meningkat dari tahun ke tahun. Pertumbuhan ini seirama dengan pertumbuhan ekonomi Jawa Barat yang ditopang kuat oleh sektor industri pengolahan. Sebagai kawasan yang berbatasan dengan ibukota negara, Jawa Barat juga menjadi tujuan utama untuk mencari penghasilan.Inmigration yang tinggi (termasuk perempuan), menjadi tantangan besar pemerintah daerah. Kantong2 bisnis seperti Bodebek, Bandung Raya dimana sektor industri tumbuh dengan pesatnya adalah kawasan yang dituju para pendatang. Semula, para pendatang perempuan di Jawa Barat hanya mengkonsentrasikan untuk berusaha atau mencari kehidupan di sektor industri pengolahan saja. Menjadi dorongannya adalah perempuan bekerja di sektor pertanian di Jawa Tengah, memperoleh penghasilan yang relatif rendah. Sementara di Jawa Barat, UMR sektor industri cukup menjanjikan. Namun belakangan ini, pendatang perempuan bukan hanya mengkonsentrasikan diri di sektor industri pengolahan saja, tetapi merambah ke sektor jasa dan perdagangan. Inilah sebenarnya yang menjadi tantangan besar bagi UMKM perempuan di Jawa Barat. Pada saat yang sama, perempuan Jawa Barat yang menjadi TKW diluar negeri terus meningkat jumlahnya. Pada sisi lain, masih rendahnya wirausaha perempuan dikarenakan faktor agama, pendidikan formal, status perkawinan, etnis dan kebiasaan, keahlian, dll (Creevey, 1996). Walaupun demikian, wirausaha UMKM perempuan di Indonesia menurut data Kementerian KUKM pada tahun 2012 jumlahnya sudah mencapai 60 persen. Rata2 nasional itu belum tentu mencerminkan kondisi wirausaha UMKM perempuan Jawa Barat. Terutama harus dibedakan antara wirausaha dengan yang bekerja di wirausaha. Mencermati dinamika bisnis dan ketenagakerjaan di Jawa Barat, potret wirausaha UMKM perempuan cenderung berada di perdesan.Bergelut dengan hasil sektor pertanian, dan kearifan lokal. Sedangkan yang berada di perkotaan lebih memilih di sektor perdagangan dan jasa.Bila diteliti lebih jauh, antara UMKM perempuan di perdesaan dan perkotaan, ada sebuah benang merah yang sangat jelas.Sebagian produk2 dari perdesaan dijual oleh UMKM di perkotaan. Apabila mata rantai ini bisa
dipertahankan bahkan ditingkatkan, maka keberadaan UMKM perempuan di Jawa Barat semakin tangguh dan mandiri. Disini diperlukan semacam pemahaman betapa pentingnya membuka jejaring didalam bisnis. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa minat masyarakat untuk menjadi wirausaha masih rendah. Lulusan Perguruan Tinggi yang berniat hanya 6,4 persen saja, dan SLTA 32,4 persen. Padahal, menurut David Mc Clelland, jumlah wirausaha yang ideal adalah 2 persen dari jumlah penduduknya.Artinya, keinginan untuk menjadi wirausaha perempuan di Jawa Barat lebih banyak diminati oleh lulusan SLTA.Lulusan Perguruan Tinggi lebih memilih menjadi pekerja dari pada berbisnis. Padahal peluang usaha menjadi UMKM perempuan cukup menjanjikan dan menantang. Perkembangan UMKM perempuan di Jawa Barat akan memasuki babak baru. Sejauh yang diketahui UMKM perempuan mampu meredam hasrat perempuan untuk menjadi TKW diluar negeri. Pilihan menjadi TKW tidak lain adalah untuk mencari penghasilan dan terbatasnya kesempatan kerja di dalam negeri. Padahal tantangan bekerja diluar negeri mempunyai tantangan yang besar. Bahkan meninggalkan kampung halaman, suami, anak, orang tua dan lainnya. Namun dengan pesatnya UMKM perempuan di Jawa Barat, ini merupakan sinyal positip terhadap upaya pemerintah membuka lapangan kerja baru, yang lokasinya tidak jauh dari kampung halaman. 5.2.4. Transformasi Nilai2 Kewirausahaan Dalam Proses Pembangunan di Jawa Barat. Nilai2 kewirausahaan yang diwarnai dengan nilai2 positip dalam kehidupan bangsa, sebenarnya merupakan warisan leluhur budaya bangsa. Menurut Firdaus Saleh (2011), orientasi kewirausahaan merupakan suatu kemampuan dalam upaya menciptakan nilai tambah, melalui sebuah proses pengelolaan sumber daya dengan cara baru yang berbeda. Adapun proses tersebut melalui : (i) Pengembangan teknologi baru, (ii) penemuan pengetahuan ilmiah baru, (iii) perbaikan produk dan jasa yang ada, (iv) penemuan cara2 baru untuk menghasilkan barang dan jasa lebih banyak dengan sumberdaya yang lebih efisien yang dibutuhkan konsumen. Proses pembangunan di Jawa Barat yang terus berkelanjutan dan penuh dengan tantangan itu, membutuhkan sebuah transformasi nilai2 kewirausahaan yang tinggi disegala bidang kehidupan. Tidak hanya dilingkungan bisnis saja, tetapi disemua lini kehidupan diperlukan sebuah pemikiran yang jauh kedepan dalam bentuk berbagai inovasi. Akselerasi pembangunan yang semakin tinggi, sangat mustahil bias digerakkan dengan pola2 lama dan tradisinal. Pola2 baru yang dikendalikan oleh SDM yang mumpuni, dengan pandangan jauh kedepan tanpa meninggalkan akar budaya, itulah SDM yang dibutuhkan saat ini. Transformasi nilai2 kewirausahaan dapat dijadikan sebuah gerakan masyarakat modern untuk meningkatkan peradaban bangsanya. Ditengah persaingan global yang tajam, nilai kewirausahaan bisa tampil sebagai “kekuatan penggerak” menghadapi tantangan global. Sebenarnya nilai2 kewirausahaan tersesebut sudah ada dan identik dengan nilai2 peradaban bangsa yang menjadi warisan dari leluhur. Namun seiring dengan perkembangan zaman, nilai2 itu tergerus sehingga warna aslinya semakin pucat. Masyarakat kita dikenal dengan masyarakat pejuang dan pantang menyerah. Disiplin tinggi serta punya tingkat toleransi yang baik. Masa penjajahan, telah merusak nilai2 ini sehingga yang muncul adalah masyarakat adu domba dan boros. Nilai inilah seharusnya perlu dihilangkan dalam proses pembangunan bangsa. Tantagan global yang dihadapi, membuat Jawa Barat terus memicu akselerasi pembangunan daerahnya. Sebagai propinsi yang terbuka, terus didatangi oleh pekerja dan wisatawan dari mancanegara, nilai dan budaya wirausaha initetap harus tegak. Dia
tidak mungkin bisa terkontaminasi oleh budaya luar yang belum tentu cocok dengan nilai itu. Walaupun nilai wirausaha sifatnya dinamis dan berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, namun jiwa wirausaha yang ketimuran dan menjunjung tinggi adat istiadat serta agama, merupakan nilai yang tidak tergantukan. Nilai ini sangat cocok dengan budaya Jawa Barat yang dikenal agamis. Sehingga nilai wirausaha disini sejalan dengan norma2 etika bisnis yang berlaku. Wirausahawan (entrpreneurship), nilainya dapat ditransformasikan setiap saat dan dimana saja. Karena setiap produk dan jasa akan dapat mempunyai nilai tambah (added value) yang menguntungkan bagi proses pembangunan. Sejalan dengan pengembangan UMKM perempuan di Jawa Barat, transformasi nilai kewirausahaan seperti wujud kerja keras dengan disiplin yang tinggi, tetap tidak mencabut akar budayanya. Sinergitas inilah yang dikembangkan untuk menjadi seorang pebisnis yang ulung dan sukses, namun tetap berpijak di akar budaya. Dalam proses pendidikan baik formal maupun tidak, transformasi budaya wirausaha ini dengan mudah dapat ditularkan. Karena nilai2 wirausaha dapat dijadikan materi bagi peserta didik. Dengan demikian, transformasi nilai wirausaha dilakukan disegala lini, tingkatan kehidupan, secara terus menerus dan berjenjang.
5.3 KERAGAAN UMKM PEREMPUAN DI JAWA BARAT Keragaan adalah tampilan saat dilakukan penelitian (existing condition) untuk sesuatu objek penelitian. Keragaan UMKM perempuan adalah “potret” UMKM perempuan di daerah sampel penelitian (Bandung, Tasikmalaya, Subang, dan Sukabumi.) Mulai dari lingkungan usahanya, persoalan permodalan, pemasaran, dilihat secara tajam dalam penelitian ini. Begitu juga dengan faktor2 yang mendukung dan menghambat usahanya selama ini. Mengetahui lebih jauh akan persoalan2 yang ada di lapangan, guna mempermudah upaya penguatan dan pemberdayaan wirausaha perempuan. Kombinasi antara data sekunder, primer, melalui observasi dan kuesioner, menjadikan potret tersebut lebih sempurna. Pencocokan data sekunder (cros cek), di lapangan agar perubahan sedini mungkinpun bisa terditeksi. 5.3.1 Kondisi Lingkungan Usaha Lingkungan usaha bagi UMKM perempuan, merupakan salah satu pra syarat bagi keberhasilan usahanya. Karena dengan lingkungan usaha yang baik dapat membentuk dan menstimuli seseorang itu menjadi pengusaha yang tangguh.Lingkungan terdekat adalah keluarga. Hasil survai yang dilakukan, pengusaha UMKM perempuan lahir jumlah tertinggi dilingkungan keluarga yang orang tuanya sebagai buruh tidak tetap ada 30 responden. Sedangkan yang dilahirkan dari keluarga pengusaha hanya 11 orang. Namun walaupun demikian, tidak ada penekanan dalam memilih kehidupan. Pada umumnya mereka lahir dari keluarga petani (28 responden), walaupun ada 17 orang yang berwirausaha masyarakat setempat.Hanya 1 orang saja yang menganggur. Dengan demikian, lingkungan UMKM perempuan tersebut relatif cukup tinggi aktivitasnya. Sehingga image masyarakat setempat terhadap wirausaha baik. Semua responden yang ditemukan menjawab demikian. Image masyarakat yang positif terhadap wirausaha perempuan, bisa menjadi daya dorong bagi perkembangan wirausaha. Sebaliknya, bila kesan masyarakat negatif, tentu akan menjadi penghambat. Mungkin kajian ini dilakukan di Jawa Barat, yang masyarakatnya sudah
berpandangan maju. Perempuan bebas berusaha dan keluar beraktivitas. Kalau kajian dilakukan diluar Pulau Jawa, jawaban responden bisa lain. Sedangkan pengaruh kerja tempat orang lain sebelumnya, dianggap cukup dan mendukung. Bahkan ada 14 orang yang sangat mendukung. Begitu juga dengan pengalaman usaha yang pernah dilalui. Paling tidak, pengalaman ini merupakan bakat untuk berwirausaha. Walaupun tantangannya saat ini lebih berat. Pada umumnya renponden yang ditemukan mengemukakan pengalaman kerja sebelumnya sangat positip dalam mendukung usahanya hari ini. Hal ini juga terbukti, bagaimana sikap masyarakat terhadap kegiatan wirausaha. Ditambah lagi dengan dorongan keluarga (40 responden), membuat mereka yakin pilihan menjadi wirausaha UMKM perempuan.Perlakuan masyarakatpun positif terhadap mereka yang berwirausaha. Ketika ditelusuri apakah ada perasaan kebanggaan mereka menjadi pengusaha perempuan? Ternyata 39 responden menyatakan bangga, dan 25 responden menyatakan sangat bangga. Hanya 4 responden saja yang mengatakan kurang bangga. Masalah kebanggan ini dapat menjadi “modal dasar” untuk mengembangkan spirit jiwakewirausahaan. Dukungan pendidikan formal dan informal yang dimiliki oleh pengusaha UMKM perempuan menurut mereka relatif mendukung. Bagaimanapun juga, pendidikan apapun namanya tentu dapat mendudukung usaha. Karena pendidikan dapat membentuk karakter, ataupun membuka wawasan yang luas. Tabel 5-3 Lingkungan Usaha UMKM Perempuan N0
Pekerjaan orang tua a. b. c. d. e.
2.
3.
4.
Karyawan Swasta Buruh tidak tetap Pengusaha PNS Tidak memiliki pekerjaan tetap Dorongan orang tua untuk bekerja a. Karyawan swasta b. PNS c. Pengusaha d. Terserah anaknya Mata pencaharian masyarakat sekitar a. Karyawan swasta/BUMN b. Buruh c. Petani d. Wirausaha e. Pengangur
Image masyarakat terhadap wirausaha
SUKABUMI
SUBANG
6 17 8 8 8
1 13 3 6 3
2 2 14 31
1 3 23
9 16 11 1
2 7 12 6 -
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
a. Cukup b. Baik c. Sangat baik Pengaruh kerja pada orang lain a. Tidak mendukung b. Kurang mendukung c. Cukup d. Mendukung e. Sangat mendukung Pengalaman usaha sebelumnya untuk mendukung usaha sekarang a. Kurang mendukung b. Cukup c. Mendukung d. Sangat mendukung Sikap masyarakat terhadap wirausaha a. Biasa-biasa saja b. Positif c. Sangat positif Pihak yang mendorong untuk berwirausaha a. Keluarga b. Teman c. Masyarakat d. Keinginan Perlakuan masyarakat terhadap yang melakukan usaha sendiri a. Baik b. Sangat baik Perasaan sebagai wirausaha a. Kurang bangga b. Biasa saja c. Bangga d. Sangat Bangga Dukungan pendidikan Formal dalam mendukung usaha a. Tidak mendukung b. Cukup c. Mendukung d. Sangat mendukung
Dukungan pendidikan informal dalam mendukung usaha
7 26 18
5 18 5
2 2 12 7 7
1 8 12 7
3 16 9 17
3 12 5 7
7 27 5
5 20 4
23 11
17 11
34 5
13 5
2 4 23 19
2 12 16 6
9 13 3
2 10 13 3
a. Kurang mendukung b. Cukup c. Mendukung d. Sangat mendukung Sumber : Diolah dari kuesioner.
2 7 4 9
1 2 7 4
Secara keseluruhan, aspek lingkungan usaha sangat mendukung UMKM wirausaha perempuan. Baik aspek image masyarakat, pengalaman kerja ditempat terdahulu, dan lainnya. Artinya, tidak ada persoalan bagi pengembangan UMKM perempuan di Jawa Barat. Bila eksternal faktor yang menyangkut persoalan sosial sudah mendukung, perlu dicarikan masalah2 internal. Karena bagaimanpun juga persoalan internal ini relatif dominan dalam upaya memberikan warna terhadap pengembangan UMKM perempuan.Jauh sebelum hari ini, penerimaan masyarakat terhadap aktivitas perempuan diluar rumah sangatlah terbatas. Perempuan mengurus urusan “dalam negeri” seperti mencuci, memasak, mengasuh anak, mengurus rumah tangga.Karena itulah kodrat wanita. Tetapi dengan bergulirnya waktu, norma dan nilai itupun tergerus, perempuan tidak bermasalah beraktivitas diluar. Keluarnya perempuan dari rumah untuk beraktivitas, bukan tidak membawa risiko. Fungsi2 ibu dari anaknya, istri dari suaminya, dll bisa saja tergantikan dengan orang lain seperti pembantu atau asisten rumah tangga. Waktu dan perhatianpun menjadi terbatas, sehingga ekses negatif bisa saja muncul. Terlebih bila perempuan itu mempunyai jabatan dan kewenangan yang tinggi di kantor atau perusahaannya. Namun dengan UMKM perempuan dimana aktivitas tidak terlalu jauh dari rumah dan bahkan dirumah sendiri, membuat kehadiran perempuan untuk menjalankan fungsi2nya sebagai ibu dan istri tidaklah terganggu.Inilah sisi keunggulan UMKM perempuan bila terus dikembangkan. 5.3.2 Manajemen Keuangan Posisi keuangan UMKM perempuan juga diteliti dalam penelitian ini, karena posisi kinerja keuangan bisa juga mencerminkan bagaimana keuangan itu dilola secara baik dan efisien. Salah satu kunci bagaimana usaha UMKM perempuan berputar dengan baik dengan melihat tata kelola keuangannya. Sebagian besar responden yang ditemukan menggunakan modal sendiri, dan modal sendiri lebih besar dari modal pinjaman.Hanya ada 4 responden yang seluruhnya dari modal pinjaman. Posisi modal sendiri yang lebih besar itu, sangat memungkinkan UMKM perempuan tidak terjebak kepada masalah permodalan. Namun mereka pada umumnya ( 88 responden) masih memerlukan tambahan permodalan untuk pengembangan usahanya. Namun sangat disayangkan, kemudahan untuk memperoleh pinjaman dari luar dirasakan sulit, bahkan 20 responden menyatakan sangat sulit. Hanya 4 responden saja yang mengatakan sangat mudah.Untuk itulah sebagian besar mereka tidak menggunakan pinjaman modal dari luar. Ada juga yang masih dalam proses. Yang menarik adalah sebagian besar UMKM perempuan yang ditemui menggunakan laba perusahaan untuk pengembangan usahanya. Ini mempunyai nilai positip, karena penggunaan laba berarti efisiensi dan jiwa wirausahanya relatif tinggi. Namun masih ada 27 responden yang menyatakan penggunaan modal kerjanya kurang. Pemilikan aktiva tetap untuk operasional dirasakan cukup oleh 54 responden, sedangkan 24 responden mengatakan kadang2 tidak cukup.UMKM perempuan di Sukabumi, Subang, Tasikmalaya dan Bandung pada umumnya mencatat kegiatan keuangan secara rutin (54 responden). Ada yang dicatat oleh petugas khusus, ada juga
yang tidak. Namun walaupun transaksi keuangan itu dicatat, responden menjawab pencatatan itu dirasakan sulit. Dan sebagian besar mereka belum menggunakan teknologi informasi yang memadai. Namun ada juga yang sedang merintis kearah sana. Jawaban untuk fungsi manajemen keuangan sangat bervariatif.Ada yang menjawab cukup kompeten dan ada yang mengatakan tidak kompeten. Jumlahnya relatif berimbang tentang jawaban itu. Secara operasional, UMKM perempuan sebagian besar belum melakukan sistem yang sesuai dengan prosedur (lihat tabel diatas). Sedangkan untuk pembuatan neraca keuangan persentase tertinggi ada di jawaban tidak pernah, atau tidak rutin. Namun banyak juga yang membuat secara rutin, jumlahnya ada 40 responden. Sebaliknya, untuk masalah piutang secara rutin dilakukan dan ada juga yang tidak harian. Begitu juga dengan tagihan tagihan perusahaan, setiap harinya dicatat. Persediaan barang merupakan salah satu cara mengatur “manajemen produksi”, sehingga persediaan barang tidak terlalu berlebih dan juga kurang. Karena bila berlebih merupakan kerugian, sebaliknya kekurangan juga kerugian.Pada umumnya persediaan barang rutin dilakukan, demikian pula dengan upaya menghitung harga pokok.
Tabel 5-3 Aspek Permodalan UMKM Perempuan 1.
2.
Proporsi besarnya penggunaan modal sendiri dibandingkan dengan modal pinjaman a. Seluruhnya modal sendiri b. Modal sendiri lebih besar dari pada modal pinjaman c. Modal sendiri sama besarnya dengan modal pinjaman d. Modal sendiri lebih sedikit dari pada modal pinjaman e. Seluruhnya modal pinjaman Usaha mencapai skala perusahaan yang ekonomis a. Masih memerlukan tambahan modal yang besar b. Masih memerlukan tambahan modal yang kecil c. Belum memerlukan tambahan modal
SUKABUMI
SUBANG
23 12
22 12
4
3
5
5
2
2
44
44
1
1
2
2
-
-
3.
4.
5.
d. Kadang-kadang terjadi adanya modal yang iddle (menganggur) e. Sering sekali terjadi adanya modal yang iddle (menganggur) Kemudahan dalam memperoleh modal pinjaman dari luar a. Sangat mudah untuk mendapatkannya b. Mudah untuk mendapatkannya c. Cukup mudah untuk mendapatkannya d. Agak sulit untuk mendapatkannya e. Sangat sulit untuk mendapatkannya
Menggunakan modal pinjaman dari luar a. Sudah lama (lebih dari 3 tahun) menjadi nasabah lembaga keuangan bank b. Baru 1 – 3 tahun menjadi nasabah lembaga keuangan bank c. Sedang dalam proses menjadi nasabah lembaga keuangan bank d. Baru proses rintisan menjadi nasabah lembaga kuangan bank e. Belum memiliki akses menjadi nasabah lembaga keuangan bank Menggunakan laba perusahaan a. Sepenuhnya digunakan untuk menambah modal perusahaan b. Sebagian besar digunakan untuk menambah modal perusahaan
2
-
2
2
7
8
6
6
18
17
10
10
3
5
12
9
2
2
1
19
27
11
8
12
14
23
6.
7.
8.
c. Digunakan untuk tambahan modal sama besar dengan untuk keperluan pribadi d. Sebagian kecil digunakan untuk menambah modal perusahaan e. Sepenuhnya digunakan untuk keperluan pribadi Penggunaan dana untuk aktiva lancar / modal kerja a. Penyediaan modal kerja dalam jumlah yang optimal (tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil) b. Penyediaan modal kerja dalam jumlah yang melebihi sedikit diatas kebutuhan c. Penyediaan modal kerja dalam jumlah yang melebihi banyak di atas kebutuhan d. Penyediaan modal kerja dalam jumlah yang kurang sedikit dari kebutuhan e. Penyediaan modal kerja dalam jumlah yang sangat kurang dari kebutuhan Penggunaan dana untuk aktiva tetap perusahaan a. Perusahaan memiliki aktiva tetap yang optimal untuk kegiatan operasional b. Perusahaan memiliki aktiva tetap yang kadang-kadang tidak tergunakan secara penuh c. Perusahaan memiliki aktiva tetap yang sering tidak tergunakan secara penuh d. Perusahaan memiliki aktiva tetap yang kadang-kadang kurang mencukupi e. Perusahaan memiliki aktiva tetap yang seringkali tidak mencukupi Kegiatanpencatatankeuangan a. Dilakukan secara rutin
21
7
4
3
-
19
32
15
3
3
4
3
2
2
4
23
27
27
2
5
4
8
10
14
2
2
32
22
9.
10.
11.
b. Dilakukan tetapi tidak rutin c. Dilakukan apabila akan mengajukan pinjaman kepada bank d. Hanya mencatat utang piutang saja e. Tidak pernah melakukan pencatatan keuangan Petugas khusus yang menangani pencatatan keuangan a. Ada dan sebagain besar proporsi waktunya fokus pada kegiatan pencatatan keuangan b. Ada dan proporsi untuk melaksanakan pencatatan keuangan lebih besar dibandingkan tugas lainnya c. Ada dan proporsi untuk melaksanakan pencatatan keuangan sama dibandingkan tugas lainnya d. Ada dan proporsi untuk melaksanakan pencatatan keuangan lebih kecil dibandingkan tugas lainnya e. Tidak ada yang ditugaskan khusus untuk mencatat laporan keuangan Tingkat kesulitan yang dirasakan/dihadapi dalam proses pencatatan dan pelaporan keuangan a. Sangat mudah b. Mudah c. Cukup mudah d. Sulit e. Sangat sulit Fungsi pencatatan keuangan apakah sudah menggunakan teknologi informasi yang memadai a. Memiliki teknologi informasi dan digunakan secara penuh b. Memiliki teknologi informasi tetapi belum digunakan secara penuh
5 1
5 1
5
5
3
3
9
10
5
4
5
5
4
4
20
4
2 7 4 13 11
21 2 13 11 13
2
2
7
7
4
4
c.
12.
13.
14.
15.
Memiliki teknologi informasi dan penggunaannya tidak rutin d. Sedang merintis untuk memiliki teknologi informasi e. Belum memiliki teknologi informasi Fungsi manajemen keuangan sudah ditangani oleh orang yang kompeten a. Sangat kompeten b. Kompeten c. Cukup kompeten d. Kurang kompeten e. Tidak kompeten Pengelolaan kegiatan operasional perusahaan sudah memiliki sistem dan prosedur yang memadai a. Sudah memiliki sistem dan prosedur yang memadai b. Sudah memiliki sistem dan prosedur namun belum sepenuhnya c. Sudah memiliki sistem dan prosedur namun baru diaplikasikan atau dilaksanakan pada sebagian kecil d. Sedang dalam proses perancangan sistem dan prosedur e. Belum diterapkan sistem dan prosedur Perusahaan membuat laporan keuangan Neraca a. Rutin bulanan b. Rutin tetapi semesteran c. Rutin tetapi tahunan d. Tidak rutin e. Tidak pernah membuat laporan keuangan neraca Perusahaan membuat laporan keuangan Rugi Laba a. Rutin bulanan b. Rutin tetapi semesteran c. Rutin tetapi tahunan d. Tidak rutin
13
13
11
20
2 5 9 9 13
2 5 17 9 12
3
3
8
9
9
8
8
8
17
16
15 2 3 12 13
15 2 3 11 13
20 4 1 12
19 5 1 12
16.
17.
18.
19.
20.
e. Tidak pernah membuat laporang keuangan rugi laba Perusahaan mencatat transaksi kas a. Rutin harian b. Rutin tetapi tidak harian c. Mencatat transaksi kas apabila sedang menyusun laporan d. Sesekali mencatat transaksi kas e. Belum pernah mencatat transaksi kas Perusahaan mencatat utang-utang a. Rutin harian b. Rutin tetapi tidak harian c. Mencatat utang-utang apabila sedang menyusun laporan d. Sesekali mencatat utangutang e. Belum pernah mencatat utang-utang Perusahaan mencatat piutang (tagihan-tagihan) a. Rutin harian b. Rutin tetapi tidak harian c. Mencatat piutang apabila sedang menyusun laporan d. Sesekali mencatat piutang e. Belum pernah mencatat piutang Perusahaan mencatat persediaan barang a. Rutin harian b. Rutin tetapi tidak harian c. Mencatat persediaan barang apabila sedang menyusun laporan d. Sesekali mencatat persediaan barang e. Belum pernah mencatat persediaan barang Perusahaan menghitung harga pokok a. Rutin secara periodik b. Tidak rutin
9
9
20 8 4
20 8 4
7
7
6
6
22 12 1
25 12 1
3
1
4
3
26 9 2
26 9 2
3 5
6 5
30 12 1
29 11 1
1
1
1
1
28 4 3
29 4 3
c. Dilakukan hanya apabila ada pesanan khusus d. Dilakukan tetapi tidak dengan akurat e. Tidak pernah menghitung harga pokok Sumber : Diolah dari kuesioner
7
7
2
3
5.3.3. Strategi Pemasaran UMKM Perempuan Sasaran atau segmentasi dari produk UMKM perempuan sangat bervariasi bila dilihat dari aspek wilayah, pekerjaan, dan lainnya. Produk2 UMKM perempuan Jawa Barat bisa diterima disetiap kalangan. Sedangkan keinginan UMKM adalah agar produk2nya dapat diingat, sangat setuju sekali. Produk2 UMKM ini juga berfariasi dapat ditemukannya. Baik di warung, outlet pribadi, atau lainnya. Bahkan juga bisa ditemukan di supermaket2. Dengan demikian, bila dihubungkan dengan kualitas produk tampaknya dapat diterima di segala tingkatan. Tentu yang tidak kalah pentingnya adalah peranan media promosi. Dari responden yang ditemukan, terbanyak mereka menggunakan internet untuk mempromosikan produknya. Disini terlihat UMKM perempuan tersebut sudah menggunakan teknologi yang mutakhir dalam upaya memasarkan produk. Menarik bila diamati tentang kualitas produk UMKM perempuan ini. Dari pernyataannya, mereka mengatakan kualitasnya jauh diatas kualitas rata2 produk pesaing. Hal ini bisa menjadi sebuah keunggulan untuk merebut posisi pasar. Kualitas yang baik, adalah upaya terus menerus untuk meningkatkan posisi pasar. Dari responden yang ditemukan hanya ada 3 orang yang menyatakan kualitasnya lebih rendah dari pesaing. Baiknya kualitas produk, ternyata diikuti dengan upaya produk disesuaikan dengan permintan pasar. Semua responden yang ditemukan mengatakan demikian, hanya 1 saja yang mengatakan tidak. Realitas ini cukup menggembirakan, karena UMKM perempuan sudah dapat menerapkan filosofi Marketing yakni : “Bukan apa yang bisa dibuat, tetapi apa yang diminta oleh pasar”. Hanya 3 produk saja yang dipasarkan tidak dikenal Merknya, selebihnya merk produk sudah sangat dikenal. Begitu juga dengan desain produk, ternyata sangat menjadi perhatian para pelanggan. Untuk itu, UMKM perempuan memberikan tekanan perhatian kepada masalah desain ini. Biasanya, sentuhan desain oleh perempuan lebih artistik dan punya nilai seni yang tinggi. Implikasinya, tentu akan berakibat pada variasi produk. Sebagian besar UMKM perempuan melakukan variasi produk. label menunjukkan produk yang diinginkan. Dengan label juga mempertaruhkan kualitas produk yang ditawarkan. Sejalan dengan itu, maka produk UMKM perempuan memberikan garansi atau jaminan. Seluruh responden yang ditemukan, menjamin produk2 yang ditawarkannya. Ini menjadi penting, karena dengan adanya jaminan para konsumen menjadi lebih yakin. Persaingan yang semakin meningkat diantara sesama UMKM perempuan membuat berbagai strategi bisnis harus diluncurkan. Salah satu strategi itu adalah discount atau potongan harga. Ternyata sebagian besar UMKM perempuan di lokasi penelitian memberikan diskon untuk produknya. Bahkan sekitar 25 responden mengatakan cukup sering memberikan diskon. Sementara 29 responden mengatakan sering. Sementara itu, untuk promosi sebagian besar mengatakan efektif, dan lokasi penjualan juga dirasakan cukup efektif.
5-3 Aspek Pemasaran UMKM Perempuan
1.
2.
3.
4.
5.
I. Segmenting Targetting Positioning (STP) Membedakan konsumen SUKABUMI berdasarkan a. Jenis kelamin 3 b. Usia 3 c. Pendapatan 6 d. Wilayah 6 e. Pekerjaan 1 f. Dan lainnya (model) 4 Memilih konsumen berdasarkan a. Jenis kelamin 5 b. Usia 4 c. Pendapatan 5 d. Wilayah 5 e. Pekerjaan f. Dan lainnya Ingin konsumen mengingat produk/jasa a. SS b. S c. CS d. TS e. STS Produk yang dipasarkan terdapat di a. Pasar tradisional b. Warung c. Supermarket d. Outlet pribadi tidak melalui perantara e. Lainnya Media promosi produk selama ini a. Radio b. Surat kabar c. Majalah d. Internet e. Media lain
SUBANG 3 3 6 6 1 5 5 4 6 5 3
17 7 1 1
18 7 1 1
16
10
14 3 16
14 3 17
11
10
18 15
18 -
II. MARKETING MIX 6. Kualitas Produk/jasa yang dihasilkan perusahaan lebih baik dibandingkan dengan rata – rata para pesaing a. Jauh lebih baik b. Lebih baik c. Sama dengan pesaing d. Lebih rendah e. Jauh lebih rendah 7. Perusahaan selalu menyediakan Produk/jasa sesuai permintaan pasar a. Sangat sesuai b. Sesuai c. Cukup sesuai d. Tidak sesuai e. Sangat tidak sesuai
8.
9.
10.
Merk produk/jasa sudah banyak dikenal oleh pelanggan a. Sangat dikenal b. Dikenal c. Cukup dikenal d. Tidak dikenal e. Sangat tidak dikenal Tingkat perhatian pelanggan terhadap desain Produk/jasa yang ditawarkan a. Sangat menjadi perhatian pelanggan b. Menjadi perhatian pelanggan c. Cukup menjadi perhatian pelanggan d. Kurang menjadi perhatian pelanggan e. Sangat kurang menjadi perhatian pelanggan
Kemasan dari produk menjadi perhatian pelanggan a. Pelanggan sangat memperhatikan kemasan
SUKABUMI
SUBANG
8 23 9 1 1
12 30 1
12 29 1 -
11 15 21 -
11 14 21 -
14 11 20 3 -
14
15
10 18
10 20
3
3
-
-
10
9
b. Pelanggan memperhatikan kemasan c. Pelanggan cukup memperhatikan kemasan d. Pelanggan kurang memperhatikan kemasan e. Pelanggan sangat kurang memperhatikan kemasan 11.
12.
13.
14.
15.
Banyaknya variasi produk yang dihasilkan a. Produk sangat bervariasi b. Produk bervariasi c. Produk cukup bervariasi d. Produk tidak bervariasi e. Produk sangat tidak bervariasi
12
12
10
10
7
12
1
1
15 16 8 3 1
15 16 10 3 1
11 6 20 6 1
10 6 17 6 1
25 11 5
25 11 5
-
-
29 13 4 -
29 13 4 -
13
13
12
12
Tingkat perhatian pelanggan terhadap label dari produk/jasa a. Sangat menjadi perhatian b. Menjadi perhatian c. Cukup menjadi perhatian d. Kurang menjadi perhatian e. Sangat kurang menjadi perhatian Memberikan jaminan terhadap Produk/jasa yang ditawarkan a. Seluruhnya dijamin b. Sebagian besar dijamin c. Sebagian dijamin sebagain tidak d. Sebagian kecil dijamin e. Tidak dijamin Harga produk/jasa dapat dijangkau oleh konsumen a. Sangat dapat dijangkau b. Dapat dijangkau c. Cukup dapat dijangkau d. Kurang dapat dijangkau e. Sangat kurang dapat dijangkau Harga produk/jasa lebih murah dari pesaing a. Sangat lebih murah dari pesaing b. Lebih murah dari pesaing
16.
17.
18.
c. Cukup murah dari pesaing d. Kurang murah dari pesaing e. Sangat kurang murah dari pesaing sering memberikan diskon a. Sangat sering memberikan diskon b. Sering memberikan diskon c. Cukup sering memberikan diskon d. Kurang sering memberikan diskon e. Sangat kurang memberikan diskon Keefektifan media promosi yang telah digunakan untuk mempromosikan produk/jasa a. Sangat efektif b. Efektif c. Cukup Efektif d. Kurang efektif e. Sangat kurang efektif
Keefektifan tempat menjual produk/jasa a. Sangat efektif b. Efektif c. Cukup Efektif d. Kurang efektif e. Sangat kurang efektif
18 2 -
17 2 -
9
10
9 20
20 5
5
5
-
-
12 12 13 4 1
12 12 13 3 1
17 16 8 -
15 16 9 -
Padangan UMKM perempuan yang diteliti tentang efektivitas iklan bagi sebuah usaha, merupakan sebuah kemajuan besar bagi pandangan UMKM perempuan. Bagaimanapun juga salah satu faktor marketing mix atau bauran pemasaran sudah disadari. Cara mengkomunkasi sebuah produk yang sangat efektif dari produsen ke konsumen. Secara teori, berbagai cara promosi dilakukan seperti melalui ; media cetak, elektronik, audio visual, dan media luar ruang. Namun responden UMKM perempuan sudah sangat familier dengan internet. Kita ketahui menggunakan media sosial untuk iklan ada yang berbayar dan ada yang tidak berbayar. Tentu saja UMKM perempuan lebih memilih yang tidak berbayar.
Sebenarnya promosi yang paling efektif adalah bila keluar dari mulut ke mulut. Promosi ini adalah yang terbaik karena sebuah testimoni dari seorang konsumen. Tetapi untuk sampai ke tahap itu tidaklah mudah. Produsen harus menjaga kualitas produk dan membuat customer satisfaction bagi pelanggannya. 5.3.4 Faktor-faktor Yang Mendorong dan Menghambat Usaha UMKM Perempuan Akselerasi pembangunan yang demikian cepat di Jawa Barat, tentu ditopang oleh pembangunan sektor bisnis, termasuk didalamnya UMKM perempuan. Tingkat persaingan yang semakin ketat baik sesama UMKM perempuan maupun sesama UMKM, menjadikan bisnis ini semakin tinggi tingkat kesulitannya. Pada sisi lain, customer behavior, demikian cepat sehingga perubahan perubahan permintaan (demand)produk terus diantisipasi. Tentu tidak semua UMKM perempuan menyadari dan bahkan mampu mengantisipasi hal ini. Apabila hal itu terjadi, sudah pasti UMKM tersebut akan terpinggirkan dalam dinamika bisnis yang demikian cepat. Butuh jiwa kewirausahaan yang tinggi untuk bisa unggul dan memenangkan persaingan. Ditengah berbagai masalah itu, faktor2 yang mendorong dan menghambat diukur. Responden yang ditemukan, tampaknya masih tetap bertumpu pada masalah “klise” yakni pemasaran dan keuangan yang baik akan bisa mendorong usahanya. Bagi UMKM perempuan, bahkan bagi UMKM secara keseluruhan, dua masalah ini tetap menjadi perhatian utama. Masalah pemasaran sebenarnya bisa diatasi dengan kemampuannya membaca pasar, sedangkan persoalan keuangan tentu dicari jalan keluar kepada lembaga2 yang memberi pinjaman. Kesulitannya adalah, para UMKM perempuan tersebut dihadapkan pada kendala untuk bisa memperoleh bantuan keuangan yang memadai. Bagaimana gambaran faktor2 yang mendukung/mendorong bagi keberhasilan usaha UMKM perempuan, dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 5-3-4 Faktor yang mendorong/mendukung Keberhasilan usaha UMKM Perempuan
No 1. 2. 3. 4. 5.
Tidak penting 1 2
Variabel Kepribadian /Wirausaha Kemampuan Berkomunikasi Kemampuan mengatur Pengelolaan Pemasaran Pengaturan Keuangan
Sangat penting 4 5 6 7
3
8
9
-
-
-
1
1
5
8
9
29
-
-
-
1
-
4
10
13
23
-
-
-
1
1
3
9
15
23
-
-
-
1
2
2
5
10
32
-
-
-
1
1
3
4
5
39
Sumber : Diolah dari kuesioner.
Masalah kepribadian dari responden yang ditemukan juga mengatakan sangat strategis dalam mendukung usahanya.Karena jiwa kewirausahaan mencakup segala hal, terutama yang terpenting adalah “fighting spirit” atau semangat juang dari para UMKM perempuan tersebut. Semangat juang dan pantang menyerah inilah yang dirasakan membawa mereka pada jenjang kesuksesan. Karena tantangan dalam dunia bisnis UMKM perempuan, kedepan semakin rumit.Jiwa kewirausahaan sebenarnya mencakup keseluruhan. Baik dalam hal merencanakan bisnis, membaca peluang pasar, keinginan konsumen, dan berani mengambil risiko. Kemampuan berkomunikasi (ability to communication), walaupun penting tetapi menempati skor yang terendah pada penilaian responden untuk pengembangan usahanya. Mungkin responden UMKM perempuan belum memahami betapa pentingnya berkomunikasi. Bahkan banyak kajian2 yang memunculkan bahwa komunikasi merupakan syarat utama keberhasilan seluruh aktivitas. Suatu hari, ketika usaha UMKM perempuan semakin besar, peran kamunikasi akan menjadi lebih strategis. Karena semakin besar usaha, tentu hubungan juga akan semakin banyak. Selain faktor2 pendorong, dilihat juga bagaimana faktor2 yang menghambat pengembangan usaha UMKM perempuan.Dari 6 pertanyaan yang diajukan, ternyata 30 respenden menyatakan ketersediaan modal yang menjadi penghambat. Selanjutnya, 25 responden mengatakan akses pasar untuk menjual produk yang menghambat. Sedangkan yang terendah (10 responden) adalah ketersediaan bahan baku. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut Tabel : 5-3-5 Hambatan dalam pengembangan usaha Ketersediaan SDM 15
Ketersediaan bahan baku 10
Ketersediaan inform pasar 12
Ketersediaan modal 30
Akses pasar 25
Peraturan berpihak 12
Sumber : Diolah dari kuesioner Sebenarnya kalau mau didalami lebih jauh, banyak sekali faktor2 penghambat bagi pengembangan UMKM perempuan. Namun semuanya akan bermuara pada kualitas SDM nya. Semua kealpaan yang ada sebenarnya sangat tergantung pada kualitas SDM.Kedepan, semakin tinggi tingkat persaingan usaha, maka tuntutan kualitas SDM pun semakin tinggi. Semuanya ini hanya bisa diselesaikan dengan kesadaran UMKM perempuan itu sendiri. Persoalan motivasi usaha menjadi penting dan strategis bila dihubungkan dengan konteks hambatan usaha. Pandangan usaha dapat berkembang dengan instan tanpa tantangan, tentunya harus dibuang jauh. Bila dikaji lebih jauh, apakah benar UMKM perempuan sejak awal pendiriannya akan benar2 berjuang untuk mengembangkan wirausaha? Atau berwirausaha karena kesempatan kerja di jalur formal sudah tertutup rapat. Informasi pasar ini menjadi strategis bagi UMKM perempuan. Karena untuk mengetahui permintaan konsumen harus mengetahui informasi pasar. Bagaimana produk akan dipasarkan apabila pasarnya sendiri tidak diketahui dan diditeksi. Kedepan masalah informasi pasar harus dicermati dengan baik apabila UMKM
perempuan ingin merebut pasar. Potensi pasar yang besar saja tidak cukup, bila tidak diketahui secara mendalam hal lainnya. Pola pengelolaan usaha UMKM perempuan, sebanyak 28 responden manyatakan dikelola sendiri, 10 responden dikelola oleh keluarga, dan 8 oleh orang lain. Angka ini menunjukkan UMKM perempuan ternyata juga telah mampu menyerahkan usahanya untuk dikelola oleh orang lain. Namun angka tertinggi tetap dikelola sendiri. Sedangkan produk yang dihasilkan, setengah dari UMKM perempuan mempunyai produk sampingan.Pada umumnya mereka adalah UMKM perempuan yang bergerak di bidang usaha busana.
5.4 Langkah-Langkah Strategis Pemberdayaan Dan Peningkatan Daya Saing Produk UMKM Perempuan. Pemberdayaan UMKM perempuan ditengah persaingan bisnis yang demikian ketat tidak dapat dilakukan secara parsial dan sendiri2. Diperlukan kebersamaan dan sinergitas untuk membangun sebuah UMKM perempuan yang kuat, tangguh, dan mandiri. Mengapresiasi betapa strategisnya kehadiran UMKM perempuan di Jawa Barat tentulah dengan tindakan nyata, baik dari konsep hingga aplikasinya. Terlebih upaya pemerintah Propinsi Jawa Barat bertekad untuk mencetak 100.000 wirausaha baru, dan membuka 2 juta lapangan kerja baru, peran UMKM perempuan sangat diperhitungkan. Strategi pembangunan yang dirancang, tetap melihat realitas yang ada dan tujuan yang ingin dicapai. Pembangunan Jawa Barat selatan (didalamnya termasuk Sukabumi), memberi peluang baru bagi pengembangan UMKM perempuan, baik dibidang produksi, distribusi, dan pemasaran. Pembangunan infrastruktur untuk mempercepat perkembangan ekonomi dan peningkatan peradaban masyarakat Jawa Barat, seperti jalan bebas hambatan, waduk, dll dapat dijadikan peluang yang sangat berharga. Karena bisnis akan berkembang ketika bertemunya antara suplly dan demand. Pemerintah melakukan autonomous investment, yang akan Diikuti dengan induced investment, dalam bentuk tumbuh dan berkembangnya dunia wirausaha. Disinilah UMKM perempuan dapat berperan dan mengambil peluang maju dan berkembang. 5.4.1 Peran Pemerintah Kepada UMKM Perempuan Agar memiliki keunggulan komperatif, maka setiap produk UMKM perempuan harus mempunyai kekuatan daya saing.Untuk itu, perlu keterlibatan berbagai pihak guna terjadi peningkatan daya saing produk. Keberpihakan, bukanlah berarti memanjakan. Namun keberpihakan perlu diterjemahkan agar suatu saat UMKM akan dilepas dan “bertarung” di alam bebas dengan kompetiternya yang jauh lebih kuat di era pasar bebas ini. Keberpihakan juga untuk meningkatkan “percaya diri” para UMKM tersebut. Pemerintah tidak dengan serta merta bisa melepas UMKM perempuan ditengah rimba pertarungan bisnis yang semakin keras. Dengan mengingat nilai positif yang begitu banyak dari kehadirannya, maka pemerintah hadir disana. Pada sisi lain, amanat Undang2 juga mengatakan demikian. Untuk itulah, disetiap tingkatan pemerintah mempunyai peran masing2 agar tidak terjadi tumpang tindih, dan kontra produktif.
Perhatian yang demikian serius dan terstruktur, akan dapat mengangkat daya saing produk UMKM perempuan. Diperlukan berbagai langkah strategis untuk meningkatkan pemberdayaan dan kinerja daya saing produk UMKM perempuan.
Gambar 5-4 Langkah Strategis Pemberdayaan dan Peningkatan Daya Saing Produk UKM Perempuan
Guna melakukan langkah-langkah strategis untuk meningkatkan pemberdayaan UMKM perempuan, memerlukan dukungan penuh pihak pemerintah.Baik pemerintah pusat, propinsi, maupun kabupaten/kota.Tentu saja dengan kekuatan dan wewenangnya masing-masing, tanpa melanggar Undang-Undang yang berlaku, pembinaan dapat dilakukan. Bagaimanapun juga, persoalan pembinaan ini merupakan amanat undang2 yang harus dipatuhi oleh semua pihak. Apalagi, keterlibatan masyarakat dari pemberdayaan UMKM perempuan sangatlah dominan.
5.4.2 Pemerintah Pusat Pemerintah Pusat yang dalam hal ini leading sektornya Kementrian Koperasi dan UMKM, mempunyai kewajiban merancang pembinaan yang lebih makro dan strategis. Cakupan wilayah binaannya luas dan majemuk, pemerintah pusat sifatnya lebih umum dalam upaya pembinaan UMKM. Kemajemukan potensi, sifat, jenis, besaran UMKM yang harus menjadi perhatian, menjadi satuan-satuan binaan dirancang sedemikian rupa agar bisa diterjemahkan secara mudah pada level Propinsi dan Kabupaten/Kota.Informasi kebutuhan secara berjenjang (buttom-up), diperlukan guna kesuksesan rancangan konsep pembinaan UMKM di tingkat pusat. Peta kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman (SWOT) UMKM di Indonesia yang di-update setiap saat hendaknya dimiliki oleh pemerintah pusat. Dengan begitu, kebijakan-kebijakan yang diambil dan bantuan yang akan diberikan akan tepat sasaran. UMKM dikenal sangat dinamis perubahannya, disinilah tingkat kesulitan yang tinggi dalam mengidentifikasi data tersebut. Namun betapapun tingkat kesulitan itu ditemukan, pemerintah pusat tetap memberikan perhatian serius untuk pembinaan UMKM. Adapun bentuk-bentuk peran dan pembinaannya antara lain : Kementerian Koperasi dan UMKM membuat dan mengajukan anggaran yang ideal untuk pembangunan UMKM di Indonesia. Membantu menggelar pameran produk UMKM di luar negeri melalui ITPC, baik secara mandiri maupun kelompok usaha. Membantu kontak-kontak dagang luar negeri, agar produk UMKM dari Indonesia dikenal secara luas. Membuat strategi pemasaran produk UMKM secara makro, agar dapat memenangkan persaingan di pasar bebas. Mencermati setiap langkah dan kebijakan yang dilakukan berbagai negara, yang pada gilirannya dapat melemahkan UMKM di Indonesia. Melalui pencermatan ini dapat diberikan solusi pemecahannya. Meningkatkan promosi produk UMKM di ITPC yang ada seperti Eropa, Amerika, Jepang dll. Menempatkan pejabat atas perdagangan di luar negeri yang menguasai produk UMKM. Membantu barang-barang modal, terutama untuk proses produksi UMKM di Indonesia. Secara terus menerus memberikan pencerahan kepada semua pihak (DPR, Pemerintah Propinsi, Bappenas, dll), tentang betapa strategisnya peran UMKM dalam proses pembangunan bangsa.
5.4.3 Pemerintah Provinsi Jawa Barat Peran pemerintah Propinsi Jawa Barat guna lebih memberdayakan UMKM perempuan mempunyai nilai strategis.Karena pemerintah propinsi jauh lebih mengetahui permasalahan di daerahnya bila dibandingkan dengan pemerintah pusat. Begitu juga dengan kultur daerah Jawa Barat yang bisa berpengaruh terhadap pengembangan usaha UMKM perempuan. Kearifan lokal dan potensi
daerah inilah yang hendaknya dapat menjadi pijakan utama dalam menentukan arah pembangunannya. Skala prioritas dalam pembinaan usaha sudah muncul ditingkat propinsi. Pemilahan ini menjadi penting, agar pola2 pembinaan akan lebih terarah dan terstruktur. Data yang lebih detail dan lengkap ada di tingkat propinsi. Sehingga strategi apa yang harus dijalankan akan kelihatan. Sekalipun era otonomi daerah kebijakan ada di Kabupaten/Kota. Tetapi matarantai bisnis UMKM perempuan tetap harus dilihat pada tatanan lintas Kabupaten/Kota. Untuk itu, langkah2 pembinaannya antara lain : Membina UMKM dalam bentuk Pelatihan. Bantuan mesin produksi. Kemudahan memperoleh permodalan Bantuan melalui SKIM kredit Memberikan ruang yang lebih luas kepada UMKM untuk masuk ke perdagangan pasar bebas ASEAN. 5.4.4 Pemerintah Kabupaten/Kota Pemerintah Kabupaten/Kota mempunyai data “by name by adress” yang sangat mengetahui persoalan pengembangan UMKM perempuan. Walaupun sayangnya, data tersebut tidak selalu segar karena dinamika UMKM yang demikian dinamis. Disamping itu ada keterbatasan dari pihak Dinas yang menanganinya. Beberapa hal yang dapat dilakukan di tingkat Kabupaten/Kota antara lain: Memberikan bantuan atas prioritas agar UMKM dapat masuk ke pasar bebas ASEAN. Promosi produk2 UMKM Memberikan kemudahan dalam perizinan Pelatihan dan pendampingan Bantuan permodalan Kemudahan izin usaha Instansi terkait terus mengamati dan memberikan masukan tentang bankwash lingkages dan forward lingkages dari usaha UMKM. Terutama forward lingkages yang dinamikanya cepat berubah. Namun dengan adanya pasar bebas ASEAN, akan mendorong peningkatan penjualan produk UMKM, karena aspek forward lingkages, bisa terjawab disini. Pasar produk UMKM perempuan diharapkan akan terbuka luas dengan peningkatan daya saing produknya. 5.4.5 Insentif yang Perlu Diberikan. Insentif atau “keberpihakan” yang diberikan oleh berbagai pihak untuk pengembangan UMKM perempuan, bukan “memanjakan” UMKM perempuan yang pada gilirannya menjadi ketergantungan. Tetapi berbagai insentif atau kemudahan kemudahan yang selama ini diberikan dan akan diberikan, merupakan sebuah tanggung jawab pemerintah dalam upaya mengembangkan ekonomi nasional. Terlebih, UMKM tempat berjuta masyarakat Indonesia menggantungkan hidupnya. Dan sudah terbukti menjadi “katup pengaman” ketika terjadi krisis ekonomi yang berkepanjangan dan pelambatan ekonomi nasional akibat dari berbagai masalah yang ada. Insentif tersebut adalah upaya pemerintah baik ditingkat pusat, propinsi, maupun
Kabupaten / Kota untuk memberdayakan ekonomi kemasyarakatan tempat berjuta masyarakat Indonesia menggantungkan hidupnya. Memposisikan UMKM berhadapan dengan kekuatan ekonomi besar merupakan suatu hal yang tidak mungkin. Karena dengan kekuatan modal yang kuat, perusahaan besar akan menguasai pasar (market leaders). Sedangkan perusahaan kecil (UMKM), akan kalah dalam persaingan bisnis yang semakin ketat. Karena perusahaan skala besar memiliki berbagai kekuatan untuk “menghabisi” perkembangan UMKM yang ada di Propinsi Jawa Barat terutama UMKM perempuan. Ditengah era perdagangan bebas, keberpihakan terhadap UMKM menjadi sebuah keharusan.Bahkan “roh” sistem ekonomi Pancasila, adalah sebuah pemikiran jenius untuk mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat. Sistem ekonomi Pancasila, yang hakikatnya tidak memihak kepada Sistem Ekonomi Kapitalis, dan juga tidak mendekat ke Sistem Ekonomi Sosialis. Sistem Ekonomi Pancasila ada di tengah-tengah, maka semangat kebersamaan dan membangun UMKM perempuan serta Koperasi sangat menonjol disana. Ketika pasar bebas berhembus masuk, kekuatan sistem ekonomi Pancasila akan teruji. Disinilah kehadiran pemerintah dituntut, karena itu adalah amanat undang-undang.Perhatian selama ini yang dilakukan pemerintah telah ditunjukkan antara lain : a. Kelembagaan Kelembagaan yang membidangi dan mengayomi masalah Koperasi dan UMKM sudah jelas. Di tingkat pusat ada Kementrian Koperasi dan UMKM. Di tingkat Propinsi ada Dinas Koperasi dan UMKM. Sedangkan di tingkat Kabupaten / Kota ada SKPD yang membidanginya. b. Finansial / Keuangan dan Skim Kredit Berbagai bantuan keuangan baik untuk modal usaha maupun pengembangan usaha sudah diberikan. Walaupun bantuan tersebut masih sangat terbatas, mengingat kemampuan pemerintah juga terbatas, namun paling tidak langkah ini menunjukkan adanya upaya pemerintah untuk memperhatikan pengembangan UMKM. c. Bantuan Alat2 Produksi Bantuan modal dalam bentuk alat2 produksi baik skala ringan maupun medium secara terbatas dan berkala telah diberikan. Bantuan ini bukan hanya diberikan melalui anggaran APBN dan APBD saja, namun beberapa SKPD terkait juga memberikan bantuan modal dalam bentuk alat alat mesin produksinya. Seperti Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang memberikan mesin jahit, dan sebagainya. d. Pelatihan pelatihan Berbagai pelatihan baik manajemen maupun teknis, dilakukan oleh pemerintah. Pelatihan manajemen menekankan tentang upaya peningkatan manajemen usaha. Silabinya antara lain : Motivasi, Keuangan Sederhana, Perencanaan Usaha, Strategi Pemasaran, Proses Produksi, dan lainnya. Sedangkan pelatihan2 yang bersifat teknis, lebih banyak kepada teknis produksi itu sendiri. Materi pelatihan teknis tergantung bidang usaha yang akan dijalankan. e. Promosi Dagang, baik dalam negeri maupun luar negeri Mengingat keterbatasan dana yang dimiliki oleh UMKM, pemerintah mengambil inisiatif untuk membuka jaringan pemasaran seluas luasnya melalui pameran. Pameran tersebut bisa dalam bentuk pameran umum,
maupun dagang. Spesifikasi barang2 produk UMKM perempuan yang akan dipamerkan, tentu dipilah sesuai dengan segmen pasar yang akan dituju. f. Memasukkan UMKM dalam Setiap Perencanaan Pembangunan Setiap perencanaan pembangunan (Bappenas, Bapeda Tingkat Propinsi, atau Bapeda Tingkat Kabupaten / Kota), selalu memasukkan aspek UMKM dalam naskah perencanaan pembangunannya. Hal ini dikandung maksud agar setiap SKPD atau instansi memberikan ruang yang cukup luas untuk bergeraknya UMKM. g. Komitmen Politis untuk Memberdayakan UMKM Peran Dewan Perwakilan Rakyat maupun DPD di tingkat daerah, secara terus menerus memberi perhatian terhadap pengembangan UMKM.Baik dalam produk undang2 nya, maupun persetujuan anggaran setiap tahunnya. h. Kajian Ilmiah Untuk mengetahui perkembangan UMKM dan tantangan yang terus bergulir di era pasar bebas, maka berbagai kajian dilakukan. Kajian2 ini lebih banyak dilakukan oleh pihak ketiga, yakni para ahli dari Perguruan Tinggi. Hasil kajian atau penelitian dijadikan rujukan untuk pengambilan keputusan dan langkah2 strategis selanjutnya. Namun semua perhatian itu akan menjadi tidak optimal, apabila dilakukan paruh waktu dengan tidak fokus serta berkesinambungan. Sedangkan tuntutan untuk pengembangan UMKM dan pemberdayaannya di era pasar bebas saat ini sangatlah berat. Sehingga keberpihakan pemerintah harus diwujudkan dalam dunia nyata. Disinilah peran perencanaan yang terintegrasi menjadi kata kunci keberhasilannya. 5.4.6 Pengembangan Jejaring UMKM Setelah era industrilisasi berlalu, maka era teknologi informasi menguasai dunia. Demikian pula dengan dunia bisnis yang lebih mengedepankan masalah jejaring atau network dalam mengembangkan bisnisnya. Situasi global yang sulit di deteksi, membuat persoalan bisnis tidak sesederhana yang dibayangkan. Menurut Robert Metcalf, bisnis dengan menggunakan jejaring nilai ekonomisnya adalah pangkat 2. Namun masih sedikit UMKM yang memanfaatkan jaringan bisnis secara maksimal. Bahkan langkah menggunakan jaringan bisa dianggap pemborosan dan membuang waktu saja. Pengetahuan tentang pentingnya membangun jaringan bisnis dilingkungan UMKM perempuan hendaknya terus dilakukan. Pemahaman ini tidaklah mudah, karena bisnis menggunakan jaringan memerlukan aspek kepercayaan, teknologi, dan kemampuan untuk mendengar serta berkomunikasi. Sementara ini UMKM perempuan cenderung bermain secara “one man show”, tanpa bergandengan tangan dengan sesama. Pemain lain dianggap pesaing yang tidak perlu diraih. Padahal, potensi kebersamaan bagi UMKM perempuan akan mampu memperkuat posisi UMKM perempuan itu sendiri. Membangun jejaring juga untuk memperluas pasar. Produk tidak harus terhenti di pasar yang itu saja. Membangun dan memperluas pasar, memerlukan sebuah format kerjasama dengan para jejaring. Jejaring inilah nantinya akan memberikan informassi pasar secara utuh dan perubahan prilaku konsumen (customer behavior). Hanya UMKM perempuan yang berpandangan jauh kedepan, selama ini memanfaatkan
jejaring dalam bisnisnya. UMKM perempuan yang mampu mengembangkan usahanya, senantiasa terus mengikuti perkembangan bisnis yang mutakhir. Beberapa keunggulan dalam bisnis yang menggunakan jaringan antara lain : Sistem pemasaran jaringan seperti piramida terbalik, yang puncaknya terbuka untuk siapa saja. Jaringan membuat orang pada kuadran B (bisnis owners), sekaligus berada pada kuadran E (employee). Rancangan dengan pemasaran bisnis bagus untuk membangun karakter. Jaringan membidik orang bergabung untuk menjadi pemimpin. Jaringan tidak akan pernah membuat kita menjadi sendirian. Risiko investasi dengan jaringan lebih kecil bila dibandingkan dengan bisnis konvensional dan mandiri. Semakin banyak jaringan maka akan semakin kaya. Nilai bisnis jaringan sama seperti deret ukur. Dunia sudah berubah dimana bisnis dengan menggunakan jaringan merupakan primadona di era teknologi informasi. Mencermati beberapa pointers diatas yang berguna bagi pengembangan bisnis UMKM perempuan di Jawa Barat, hendaknya berbagai pihak yang mempunyai keperdulian tinggi terhadap UMKM perempuan perlu memperhatikan secara seksama perihal diatas. Terlebih menghadapi pasar bebas ASEAN, seiringan dengan itu pasar untuk UMKM pun terbuka luas. Apabila peluang ini tidak dimanfaatkan secara optimal, tentu akan masuk pihak lain yang mengisi jejaring ini. Membangun jejaring bisnis UMKM perempuan di Sukabumi, Tasikmalaya, Bandung dan Subang tidaklah mudah. Skat2 geografis sudah tidak ada lagi. Bagaimana kebersamaan UMKM perempuan tersebur dengan kepentingan berbeda bisa menjalin kebersamaan tadi ditengah era otonomi daerah. Peran pemerintah daerah Propinsi Jawa Barat sangat menonjol. Walaupun jejang bisnis UMKM perempuan dalam bentuk “channel of distribution” relatif tidaklah panjang. Tidak seperti perusahaan besar, apalagi produk-produk farmasi. Saluran distribusi untuk UMKM perempuan paling terbatas atau maksimum pada D - 3 saja. Sekalipun jejaring secara vertical maupun horizontal pendek, namun ini tetap harus dipelihara .Apalagi jangan sampai terjadi konflik antara sesama jejaring. Role of the game atau aturan main pada jejaring hendaknya ditata secara jelas dan terbuka. Tahap tertentu bermain di tataran apa dan akan memperoleh apa. Bila kebersamaan itu bisa dibangun, maka fungi jejaring akan maksimal dan mendatangkan keuntungan yang nyata. Stephanie Speisman dalam bukunya 99 Tips For Succesful Bussines Networking mengatakan ada 10 langkah atau strategi yang harus dilakukan 1. Jejaring adalah ketulusan dan kejujuran 2. Apa tujuan dalam mengikuti jejaring 3. Kungjungi sebanyak mungkin kelompok 4. Pegang posisi relawan dalam organisasi 5. Pertanyaan mendalam pada jejaring, apa, siapa, dimana 6. Dikenal sebagai sumber yang dipercaya 7. Miliki pemahaman yang sama 8. Utarakan kebutuhan
9. Laksanakan rekomendasi orang lain 10. Nikmati hubungan itu. Membangun jaringan bisnis UMKM perempuan di Jawa Barat memerlukan waktu yang relatif lama, bagi mereka yang belum berkembang.Namun tidak untuk produk2 unggulan yang sudah ada.Hal ini dikarenakan, UMKM perempuan unggulan di kawasan Jawa Barat, sudah menggunakan jejaring bisnis secara optimal selama ini. Yang perlu diinformasikan adalah pola2 jejaring yang mutakhir, sehingga para UMKM perempuan di wilayah penelitian akan tetap mampu bertahan ditengah persaingan bisnis yang demikian keras. Pemahaman pentingnya jejaring pada UMKM perempuan di Jawa Barat tidak akan sama di setiap sektor pembangunan. Sektor primer, sekunder, dan tersier, mempunyai pola pola jejaring yang relatif berbeda, walaupun ada juga persamaannya. Sektor Primer (Pertanian, Peternakan, Perikanan, dll): Membangun jejaring konsumen akhir Membangun jejaring kepada pemasok Membangun jejaring ke pasar industri Sektor Sekunder (Industri Pengolahan): Membangun jejaring konsumen akhir (outlet) Membangun jejaring ke saluran distribusi Sektor Tersier ( Jasa dan Perdagangan): Konsumen akhir (perdagangan) Jasa, membangun jaringan yang lebih luas baik kelompok maupun perorangan Pola pola jaringan ini akan menjadi luasnya pasar yang dibangun oleh UMKM perempuan. Bahkan dengan kehadiran era pasar bebas ASEAN, sudah dapat diprediksi pasar UMKM perempuan akan banyak yang menembus ke luar mancanegara. Saat itu terjadi, peran jejaring semakin menonjol dan tetap menjaga kualitas produk, serta memberikan kepuasan kepada konsumen (costomer satisfaction).
BAB VI. RENCANA TAHAPAN PENELITAN BERIKUTNYA Rencana tahapan Penelitian selanjutnya dalam penyeleasian penelitian tahun Pertama (Tindak lanjutan Tahun 2015) sebagai berikut : 1.
Survey Lapangan (Pengumpulan Data Primer).
2.
Maintable (Entry) data primer hasil survey lapangan lanjutan
3.
Pemilihan, Coding dan Edting data
4.
Pengolahan data deskriptif (Kualitatif)
5.
Analisis dan pengolahan data dengan menggunakan AHP
6.
Analisis dan Pengolahan data
7.
Melakukan Intrepretasi data hasil analisis dan pengolahan.
8.
Pembahasan hasil analisis dan pengolahan data
9.
Penyusunan Konsep Model Penumbuhan Wirausaha Baru
10. Penyusunan Konsep Pembinaan dan pemberdayaan wirausaha baru 11. Penyusunan Draft laporan Akhir 12. Seminar Draft Laporan Akhir 13. Finalisasi Laporan Akhir 14. Penggandaan laporan akhir. Rencana jadwal kegiatan selanjutnya dalam pelaksanaan Penelitian Model Pemberdayaan Kewirausahaan Perempuan dalam mendukung Daya Saing Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Jawa Barat seperti disajikan pada Tabel 62.
Tabel 6.2. Jadwal Kegiatan Tahun Ketiga (Tahun 2017) No
Uraian kegiatan
1 2 3
Rapat persiapan dan Koordinasi Penyusunan Laporan pendahuluan Penyusunan Alternatif Model Pemberdayaan Wirausaha Perempuan Penyusunan alternatif Model Peningkatan Kemampuan daya saing UKM Persiapan Uji Coba Lapangan (Treatment) Pelaksanaan Uji Coba Lapangan Disemininasi Model Penyusunan Laporan Antara Pengolahan dan analisis data Intrepertasi dan pembahasan hasil pengolahan data Penyusunan Laporan Akhir Seminar Internasional (Pemakalah) Penyempurnaan Draft Buku Teks Penerbitan artikel Ilmiah pada Jurnal Internasional
4
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
I
II
III
Bulan Ke V VI IV
VI I
VII I
Tabel 6.3. Rencana Jadwal Kegiatan Tahun Ketiga (Tahun 2017)
No
Uraian kegiatan
1 2 3
Rapat persiapan dan Koordinasi Penyusunan Laporan pendahuluan Penyusunan Alternatif Model Pemberdayaan Wirausaha Perempuan Penyusunan alternatif Model Peningkatan Kemampuan daya saing UKM Persiapan Uji Coba Lapangan (Treatment) Pelaksanaan Uji Coba Lapangan Disemininasi Model Penyusunan Laporan Antara Pengolahan dan analisis data Intrepertasi dan pembahasan hasil pengolahan data Penyusunan Laporan Akhir Seminar Internasional (Pemakalah) Penyempurnaan Draft Buku Teks Penerbitan artikel Ilmiah pada Jurnal Internasional
4
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
I
II
III
Bulan Ke V VI IV
VI I
VII I
Tabel 6.4. Rencana Jadwal Kegiatan Tahun Ketiga (Tahun 2017) Bulan Ke No
Uraian kegiatan I
1
Rapat persiapan dan Koordinasi
2
Penyusunan Laporan pendahuluan
3
Penyusunan Alternatif Model Pemberdayaan Wirausaha Perempuan
4
Penyusunan alternatif Model Peningkatan Kemampuan daya saing UKM
5
Persiapan Uji Coba Lapangan (Treatment)
6
Pelaksanaan Uji Coba Lapangan
7
Disemininasi Model
8
Penyusunan Laporan Antara
9
Pengolahan dan analisis data
10
Intrepertasi dan pembahasan hasil pengolahan data
11
Penyusunan Laporan Akhir
12
Seminar Internasional (Pemakalah)
13
Penyempurnaan Draft Buku Teks
14
Penerbitan artikel Ilmiah pada Jurnal Internasional
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
Tabel 6.5. Jadwal Kegiatan Tahun Keempat (Tahun 2018) Bulan Ke No
Uraian kegiatan I
1
Rapat persiapan dan Koordinasi
2
Penyusunan Laporan pendahuluan
3
Penyusunan Prioritas Model pemberdayaan Wirausaha perempuan
4
Penyusunan Prioritas Model Peningkatan kemampuan Daya saing UKM
5
Penyusunan Standar Operasional (SOP) Pemberdayaan Wirausaha perempuan
6
Penyusunan Standar Operasional (SOP) Peningkatan kemampuan Daya Saing
7
Penerapan SOP Model pemberdayaan Wirausaha Perempuan
8
Penerapan SOP Model peningkatan kemampuan Daya Saing
9
Penyusunan Laporan Antara
10
Analisis dan pengolahan data
11
Intrepretasi dan Pembahasan
12
Penyusunan Laporan Akhir
13
Seminar Internasional (Pemakalah)
14
Pendaftaran HKI
15
Penerbitan Artikel Ilmiah pada Jurnal Internasional
16
Penerbitan Buku Teks
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Setelah melakukan langkah2 yang lazim dilakukan dalam sebuah penelitian, dimulai rancangan model, kuesioner, mempelajari data2 sekunder, survei lapangan, analisis data, penulisan laporan penelitian maka dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain : 1. Kehadiran UMKM pada umumnya dan UMKM perempuan pada khususnya, telah mampu bertahan dalam berbagai situasi baik resesi ekonomi maupun pelambatan ekonomi.Kemampuan UMKM dalam menyerap tenaga kerja sehingga menjadi “katup pengaman” ditengah sektor lainnya mengalami stagnan. Beberapa keunggulan UMKM selama ini adalah : a. b. c. d. e. f. g. h.
Menjadi “katup pengaman” dalam penyerapan tenaga kerja. Umumnya sentra terdapat di perdesaan Bahan baku dari daerah setempat Memberikan devisa untuk negara Banyak melibatkan tenaga kerja wanita Menahan arus urbanisasi Mempertahankan nilai budaya Mobilitas yang tinggi.
2. UMKM mempuyai beberapa kelemahan, yang melekat pada dirinya. Baik kelemahan itu berasal dari faktor internal, maupun faktor eksternal. Namun secara umum kelemahannya dominan melekat pada faktor2 internal UMKM itu sendiri. Sekalipun berbagai upaya telah dan pernah dilakukan, namun ada semacam kesulitan bagi UMKM. Adapun kelemahan UMKM antara lain : a. Terlalu banyak biaya yang dkeluarkan, dan utang banyak yang tidak bermanfaat. b. Pembagian kerja belum proporsional. c. Tidak mengetahui secara tepat berapa kebutuhan modal usaha d. Persediaan barang sering terlalu banyak e. Sering terjadi mis-management f. Sumber modal terbatas g. Perencanaan usaha sering tidak ada. h. Faktor eksternal antara lain : risiko utang ditanggung pribadi, kurangnya informasi bisnis, tidak melakukan studi kelayakan. 3. Lingkungan usaha UMKM perempuan relatif mendukung. Hal ini penting karena lingkungan usaha dapat dijadikan stimuli untuk menjadi pengusaha tangguh. Lingkungan yang baik juga memberikan kenyamanan usaha. Dari hasil kajian ditemukan hanya 1 orang saja dilingkungan usaha UMKM
perempuan yang tidak bekerja. Dukungan keluarga cukup baik, bahkan 14 responden mengatakan sangat baik. Pengalaman bekerja sebelumnya dan pendidikan formal yang dimiliki juga mendukung kegiatan usaha. Namun ada 4 responden yang merasa kurang bangga menjadi UMKM perempuan. Padahal kebanggan ini merupakan “spirit” dan modal dasar bagi jiwa kewirausahaan. 4. Tata kelola keuangan UMKM perempuan dapat mencerminkan seberapa jauh UMKM perempuan tersebut melaksanakan kaidah keuangan secara baik. Pada umumnya mereka menggunakan modal sendiri. Bila ada modal pinjaman, modal sendiri tetap jumlahnya lebih besar. Namun upaya pinjaman modal dari luar masih tetap dirasakan sulit, bahkan 20 responden menyatakan sangat sulit. Kesulitan aktiva tetap untuk operasional usaha juga dirasakan. Pencatatan lalu lintas keuangan usaha ini dilakukan dengan sistem informasi yang sederhana. Sayangnya sebagian besar UMKM perempuan belum membuat neraca keuangan usahanya.
5. Aspek pemasaran menjadi salah satu sorotan dalam penelitian ini. Karena pemasaran selalu menjadi penghambat utama keberhasilan UMKM. Produk UMKM perempuan dapat ditemukan di berbagai tempat, seperti warung, outlet pribadi, pasar tradisional, supermarket, dan lainnya. Artinya, produk2 UMKM perempuan mudah diperoleh diberbagai tempat. Desain produk dengan menggunakan label juga dilakukan. Tingginya tingkat persaingan usaha, mengharuskan UMKM perempuan memberikan discount harga. Promosi2 juga dilakukan, pada umumnya UMKM perempuan cukup familier dengan promosi yang menggunakan internet. Umumnya produk2 UMKM perempuan juga mempunyai kualitas rata2 lebih baik dari produk pesaing.
6. Masalah keuangan dan pemasaran masih tetap menjadi masalah klise yang menghambat kemajuan usaha UMKM perempuan. Ketersediaan modal dinyatakan oleh 30 responden, dan akses pasar serta informasinya dinyatakan 37 responden. Namun masih ada UMKM perempuan yang menyatakan peraturan pemerintah yang tidak memihak. Jumlahnya sebanyak 12 responden. Dihubungkan dengan faktor2 yang mendorong, tetap ada benang merahnya dengan masalah keuangan dan pemasaran. Untuk pemasaran dinyatakan oleh 32 resonden bahwa pengelolaan pemasaran yang baik akan bisa memajukan usaha. Sedangkan pengaturan keuangan yang baik dinyatakan oleh 39 responden.
7.2 Saran-saran 1. Melihat potensi yang selama ini dimiliki oleh UMKM perempuan, maka tidaklah keliru apabila pemerintah memberikan perhatian guna penguatan pembinaannya. Terutama kemampuannya dalam menyerap tenaga kerja. Seperti diketahui tingkat pengangguran saat ini relatif tinggi, akibat terjadinya kelambatan pertumbuhan ekonomi. Investasi yang diharapkan juga belum memenuhi target yang telah ditetapkan. Apabila pemberdayaan wirausaha perempuan dilaksanakan secara tepat sesuai dengan kebutuhannya, maka ia bukan hanya sekedar menjadi “katup pengaman”, tetapi merupakan sektor yang strategis dalam menyerap tenaga kerja secara permanen. 2. Masalah klise yang selama ini dirasakan oleh UMKM perempuan yakni pemasaran dan keuangan dapat diselesaikan dengan berbagai cara atara lain : a. Pelatihan2 yang dilakukan lebih memberikan penekanan materi pelatihan tentang aspek keuangan dan pemasaran. b. Motivasi untuk hidup hemat dan bekerja keras terus menerus dikomunikasikan kepada UMKM perempuan, sebagai pra syarat keberhasilan pembangunan. c. Keberadaan modal yang ideal bagi UMKM perempuan memang penting, tetapi itu bukan segala galanya. d. Kelembagaan bagi UMKM perempuan (seperti kelompok Koperasi) di sentranya, dibentuk guna menghadapi berbagai masalah, termasuk didalamnya masalah keuangan dan pemasaran. e. Menjaga kualitas produk, membuka jaringan bisnis yang baru, dengan strategi pengembangan pasar atau pengembangan produk harus dilakukan. f. Dana CSR diperuntukkan bagi pengembangan UMKM perempuan. 3. Lingkungan kerja yang cukup kondusif dapat dijadikan modal dasar bagi pengembangan UMKM perempuan. Nilai positif ini harus dipertahankan agar atmosfir wirausaha terus mendukung. Benih nilai2 kewirausahaan yang selama ini telah ada, perlu dikembangkan lebih jauh sebagai aset yang sangat berharga bagi UMKM perempuan. Kajian2 ilmiah tentang UMKM, studi banding ke daerah lain bila memungkinkan, pendekatan2 motivasi bisnis yang modern, adalah menu tambahan bagi pengembangan UMKM perempuan. Usaha tidak harus bertumpu pada kekuatan dan potensi daerah. Karena dalam bisnis yang penting adalah added value, atau nilai tambah. 4. Menghadapi MEA (perdagangan bebas masyarakat Asia), penguatan dan pemberdayaan UMKM perempuan segera harus dilakukan secara terstruktur dan periodik. Setelah diidentifikasi kelemahan2nya pemerintah perlu memberikan uluran tangan.Disini sangat penting adalah “komitmen politis”. Tanpa adanya komitmen politis yang sungguh2, mustahil semua perencanaan
pembinaan untuk pemberdayaan UMKM perempuan bisa dilaksanakan. Setelah komitmen politis diperoleh, barulah dilihat bagai mana aplikasi dari semua perencanaan untuk pemberdayaan UMKM perempuan itu dilakukan. 5. Strategi marketing UMKM perempuan sudah tidak bisa lagi menggunakan skat2 geografis dan administrasi pemerintahan. Era pasar bebas yang ditandai dengan gugurnya skat2 tersebut, UMKM perempuan harus melihat segmen pasarnya lebih luas. Keberanian melakukan langkah pengembangan pasar, dan inovasi2 pengembangan produk merupakan sebuah keharusan. 6. Keunggulan kompetitif dan komperatif UMKM perempuan sangat diperlukan ditengah tingginya tingkat persaingan usaha, pasar bebas ASEAN, peran pemerintah menjadi strategis untuk mengawal pemberdayaan UMKM perempuan. Ditengah terbatasnya anggaran pemerintah, peran pemerintah baik di tingkat pusat, Propinsi, dan Kabupaten/Kota diatur sesuai dengan kewenangannya agar tidak terjadi tumpang tindih, dan kontra produktif.Pembagian wilayah kerja secara terstruktur dapat membangun akselerasi dan memberi daya ungkit produk2 UMKM perempuan.
DAFTAR PUSTAKA Alma, Buckhari, 2004, Kewirausahaan. CV Alfabeta, Bandung, Badan Pembina Citra (BPC) Siliwangi. Arman Hakim Nasution, Bustanul Aripin, dan Mokh. Suef. 2007. Entrepreunership membangun Spirit Teknopreneurship. Yogyakarta : Andi. Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Jawa Barat, Grand Design Kependudukan Jawa Barat, 2011-2035. Badan Pusat Statistik. 2013. Statistik ketenagakerjaan. Badan Pusat Statistik, Jakarta. BPEN Depperindag RI dan LMFE Unpad, Studi Pengembangan Dan Pembinaan Calon Pengusaha Eksportir Di Lingkungan Pontern BPS, 2014, Statistik ketenagakerjaan. Badan Pusat Statistik. Buchari Alma. 2006. Kewirausahaan untuk Mahasiswa dan Umum. Bandung, Alfabeta. Bygrav William D, 1994, The Portable MBA in Entrpenurship, by John Willey Son Inc, Canada USA. Caralie Bryant, Louise G White, Managing Development in The Third Wofld, Wesviev Press, Inc, 2001. Cautler, Mary, 2009, Entrpeneurship In Action. USA Pretice Hall. Ciputra. 2009. Ciputra Quantum. PT. Elex Media Komputindo, Jakarta. Clements, P. 1996. Bersikap Positif. Panduan Bagi Para Manajer. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama,. Coulter, Mary. 2000. Entrepreneurship in Action. USA : Prentice Hall Drucke, Peter F, 1985. Innovation and Entrpeneurship Practice and Principle, Erlangga Jakarta. Drucker, Peter F, 2002. The Diciplin of Innovation, Harvard Bisnis School Press Drucker, Peter F. 2002. The Diciplin of Innovation in HRB on the Innovative Enterprise. Boston : Harvard Business School Press. Igor Ansoff, 2002, Implanting Strategic Management. Iversen, Tor and Hilde Luras. 2000. Economic motive and Profesional Norms : the Case of General Medical Practise. Journal of Economic & Organization Vol. 43 (2000) 447 – 470. melalui
(02/23/2000). Kao, Raymond W.Y. 1997. An Entrepreneurial Approach to Corporate Management, Singapore : Prentice Hall. Klimchuk, Marianne Rosner dan Krasovoc, 2006, Desain Kemasan (Perencanaan Merk Produk yang berhasil mulai dari konsep sampai penjualan)Jakarta, Erlangga.
Kliser Grenville, 1986, Membina Kepribadian Wirausaha, Pioner Jaya, Bandung. Kotler dan Amstrong, 2012, Principles of Marketing, Preason Education Limited. Kotler, P dan Keller, 2013, Marketing Manajemen, Preason Education Limited, Kuratno, Donald F. and Richard M. Hodgetts. 2004. Entrepreneurship : Theory, Process and Practice. Six Edition USA: South Western a devision at Thomson Learning. Kuriloff. Athur H, Johan Memphie, and Doglas Cloud. 1993. Starting and Managing to small Business. Third Edition. New York : McGraw. Leete, Laura. 2000. Wage Equity and Employee Motivation in Non Profit and For Profit Organization. Journal of Economic & Organization Vol. 43 (2000) 423 – 446. melalui (07/05/2000) Lester R Brown, Erick P Eckhln, 1997 By Bead Alone, ODC. Longnecker, Justin G., Carlos W. Moore dan J. William Petty. 2001. Kewirausahaan Manajemen Usaha kecil. Tejemahan Thomson Learning. Jakarta, Salemba Empat. Melchers, J. M. 1994. Dibutuhkan Suatu Perubahan Sikap. Majalah Prisma Nomor 9 Bulan Oktober 1994. 8 -12. Meredith, Geoffrey, G. 2005. The Practice of Entreprenership. Genewa : Internatinal labor Organization. Michel Torado, 1993, The Struggle For Economic Development Reading in problem and Politics, New York, Longman. Mueller, Daniel J. 1996. Mengukur Sikap Sosial. Terjemahan Eddy Suwardi Kartawidjaja, Jakarta : Bumi Aksara. Nathan Keifitz, 1986, Word Resources And The World Middle Class, Scientific American. Pilar Analisis Ekonomi dan Bisnis. Kemitraan dalam bentuk lain. Dalam Majalah Pilar Ekonomi dan Bisnis No. 20 Tahun I 20 Oktober 1998 Hal 50 – 52. Porter, Michael E, 1994. Keunggulan Bersaing Menciptakan dan memper-tahankan Kinerja Unggul. Terjemahan Tim Penerjemah Binarupa Aksara. Jakarta : Binarupa Aksara. Rambat Lupiyoadi dan Jero Wacik. 1998. Wawasan Kewirausahaan. Cara Mudah menjadi Wirausaha. Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Ropke, J. 2004. On Creating Entrepreneurial Energy in the Ekonomi Rakyat the case of Indonesian Cooperatives. (ISEI, Bandung) Jurnal Ekonomi Kewirausahaan. Volume III. No. 2. bulan Juli 2004. : 43 – 61. Sadono Sukirno, 2000, Makro Ekonomi Modern, Perkembangan Pemikiran Dari Klasik Hingga Keynessan Baru, Raja Grafindo. Schwartz, David J. 2002. Berpikir dan Berjiwa Besar. Binarupa Aksara, Batam. Shaw, Marvin E.dan Philip R. Costanzo. 2006. Teori-Teori Psikologi Sosial. Terjemahan Sarlito Wirawan Sarwono. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Soeroso Dasar, 2016, Motivasi Usaha, Makalah, Transmigrasi Jawa Barat.
Dinas Tenaga Kerja Dan
Suryana. 2003. Kewirausahaan. Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses. , Jakarta : Salemba Empat. Thoby Muthis. 1995. Kewirausahaan yang Berproses. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Tri Dayakisni dan Hudaniah. 2003. Psikologi Sosial. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang. Yuyus Suryana dan Kartib Bayu. 2013. KEWIRAUSAHAAN Pendekatan Karakteristik Wirausahawan Sukses. Edisi II. Penerbit PT. Kencana Prenada Media Group, Bandung
Lampiran 3. Biodata Ketua dan Anggota 1. BIODATA KETUA TIM PENELITI A. IDENTITAS DIRI 1. Nama Lengkap 2 Jenis Kelamin 3 Jabatan Fungsional 4 NIP 5 NIDN 6 Tempat Tanggal lahir 7 Email 8 9 10
Nomor Telepon/HP Alamat Kantor No. Telp/Faks
Prof. Dr. Yuyus Suryana, SE.,MS Laki - laki Pembina Utama Madya/ IV d/ Guru Besar 195003271985031 001 0027035003 Bandung, 27 Maret 1950 [email protected] / [email protected] 0818203857 Jl. Dipati Ukur No. 35 Bandung 40132 022-2509055 / 022-2533814
B. RIWAYAT PENDIDIKAN Nama Perguruan Tinggi Bidang Ilmu Tahun Masuk-Lulus C.
S-1 Universitas Padjadjaran Ekonomi Perusahaan 1976-1982
S-2 Universitas Padjadjaran Perusahaan Pertanian 1986-1989
S-3 Universitas Padjadjaran Manajemen 1996-2000
PENGALAMAN PENELITIAN (5 tahun Terakhir) (Bukan Skripsi, Tesis maupun Disertasi)
No
Tahun
1
2012
2
2012
3
2010
4
2010
5
2009
6
2009
Judul Penelitian Pemberdayaan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Sebagai Sumber Permodalan Bagi Usaha Mikro Kecil Model Promosi dan Pemasaran Produk Usaha Kecil dan Menengah Melalui ECommerce Survey Kepuasaan dan Loyalitas Pelanggan Semen Gresik di Pulau Jawa Periode Survey Juni 2009 Model Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Lokal sebagai Alternatif Sumber Pembiayaan Usaha Mikro dan Kecil di Pedesaan (Lanjutan). Kajian Eksistensi Jasa Raharja dalam Pengelolaan Asuransi Wajib / Sosial Berdasarkan Undang – Undang No. 33 Tahun 1964 dan Undang – Undang No. 34 Tahun 1964. Survey Kepuasan Pelanggan dan Loyalitas Pelanggan Semen di Pulau Jawa
D.
PENGALAMAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (5 Tahun Terakhir) No Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat 1
2013
2
2013
3
2013
4
2013
5
2012
6
2012
7
2012
8
2010
9
2010
10
2010
Kegiatan Gerakan Penanggulangan Pengangguran (GPP) Tingkat Nasional. Rangkaian kegiatannya Seminar Nasional : Perempuan Mandiri di Negeri Sendiri. Yang diselenggarakan oleh Kemenakertrans RI bekerjasama dengan Fatayat NU. .(Narasumber 30 November 2013, Jawa Timur) Training of Trainer Pemandu Wirausaha Tahun 2013, Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I, Medan 21-30 Juni 2013 (Instruktur) Training of Trainer Pemandu Wirausaha Tahun 2013, Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I, Makassar 12-22 Mei 2013 (Instruktur) Training of Trainer Pemandu Wirausaha Tahun Anggaran 2013, Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I, D.I Yogyakarta 8-17 April 2013 (Instruktur) Training of Trainer Pemandu Wirausaha Tahun Anggaran 2012, Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I, Batam 29 Oktober – 7 November 2012 (Instruktur) Training of Trainer Pemandu Wirausaha Tahun Anggaran 2012, Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I, Yogyakarta (Instruktur) Workshop Pengelolaan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Sebagai Sumber Permodalan Bagi Usaha Mikro dan Kecil (UMK), LPPM dan MM Unpad, Sumedang 9-11 Oktober 2012 (Instruktur) Pembekalan Pemandu Wirausaha, Direktorat Pengembangan Kesempatan Kerja, Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I, Cipayung, Bogor-Jawa Barat 22 November – 1 Desember 2013 (Instruktur) Pembekalan Lanjutan Pemandu Wirausaha (TOT), Direktorat Pengembangan Kesempatan Kerja, Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I, Hotel Ever Green Cisarua, Bogor-Jawa Barat 19-29 Oktober 2010 (Instruktur) Pendidikan dan Pelatihan Penumbuhan dan Pengembangan Kewirausahaan di Kalangan Para Pemuda Melalui Usaha Agroindustri, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Pijar Keadilan, Bekasi (Nara Sumber)
E. PEMAKALAH SEMINAR ILMIAH (Oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir No. Nama Pertemuan Ilmiah/Seminar Judul Artikel Ilmiah 1 Seminar Nasional dan Call For Paper Forum Kajian Standarisasi Usaha Mikro dan Manajemen Indonesia 6 dengan Tema : Kecil Mitra Binaan PT. Telekomunikasi “Entrepreneurial Management”,2014 Indonesia, Tbk
2
3
4
5
6
7
8
Seminar Nasional “ Perempuan Mandiri di Negeri Sendiri”, Sidoarjo, 30 November 2013 International Journal Conference on Business, Marketing, Management and Economics (IJCBMME’13),2013 International Istanbul Finance Congress 2013 (IIFC),2013
Perempuan Mandiri di Negeri Sendiri
How To Gain Patient Trust in Hospital Evidence : in West Java, Indonesia
Empowerment of Microfinance Institution (MFI) As A Financing Source For Micro and Small Enterprises (MSEs) Seminar Nasional APMMI I dengan Tema : Standar Kompetensi, Path-Way “Tren dan Inovasi Dalam Pendidikan Kurikulum dan inovasi Metoda Manajemen dan Bisnis”,2012 Pembelajaran Dalam Pendidikan Manajemen dan Bisnis International Conference on Education and The Role of Micro Finance Institutions in rd Management Technology 3 2012 (ICEMT Supporting Small 2012),2012 Businesses in Village: Evidence from West Java Indonesia Simposium Kebudayaan Indonesia-Malaysia Development Model of Micro Finance (SKIM) XII,2011 Institutions (MFIs) As an Alternative Source of Financing for Micro and Small Business in the District of Sumedang. Seminar Nasional dengan Tema : “peran Mengembangkan Kewirausahaan dalam Kewirausahaan Dalam Mendorong Hilirisasi Meningkatkan Strategi Daya Saing Industri di Indonesia”,2011 Industri
F. PUBLIKASI ILMIAH DALAM JURNAL (5 Tahun Terakhir) No 1
2
3
4
Judul Artikel Ilmiah How to gain patient trust in hospital evidence : in west java, indonesia Promotion and Product Marketing Models of Small and Medium Enterprises (SMEs) Through E-Commerce Integrated Model of Micro Financial Institutions and Micro Small Enterprises Service Innovation in Banking Industry : A Literature Survey
Nama Jurnal International Journal of Humanities and Management Sciences Advances in Management & Applied Economics, Scienpress Ltd
Volume/Nomor/tAHUN Vol 1, Issue 3, Juni 2013, ISSN : 23204044, tahun 2013 Vol. 3 No. 4, Mei 2013 ISSN : 1792-7544, tahun 2013
International Journal of eEducation, e-Business, eManagement and e-Learning World Journal of Social Science
Vol. 2, No. 5, Oktober 2012 ISSN 2010-3654, tahun 2012 Vol. 2 No. 7, November 2012, ISSN : 18383785, tahun 2012
G. PENGALAMAN PENULISAN BUKU (5 Tahun terakhir) No 1
2
3
Judul Buku Kewirausahaan Pendekatan Karakteristik Wirausahawan Sukses Edisi kedua, cetakan 3 Kewirausahaan Pendekatan Karakteristik Wirausahawan Sukses, Edisi kedua, cetakan 2 Kewirausahaan Pendekatan Karakteristik
Tahun 2013
Penerbit Kencana Prenada Media Grup
2011
Kencana Prenada Media Grup
2010
Kencana Prenada Media
BIODATA ANGGOTA TIM PENELITI A. Identitas Diri 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama Lengkap (dengan gelar) Jenis Kelamin Jabatan Fungsional NIP/NIK NIDN Tempat dan Tanggal Lahir E-mail Nomor Telepon/HP Alamat Kantor Nomor Telepon/Faks
Dr. Yevis Marty Oesman, SE., MP Perempuan Pembina Tk. I/ IV/b/Lektor Kepala 195712141985032001 0014125702 Bandung, 14 Desember 1957 [email protected] 0811227444 Jl. Dipati Ukur No. 35 Bandung 40132 022-2509055/022-2533814
B. RIWAYAT PENDIDIKAN Nama Perguruan Tinggi Tahun Lulus Judul Tugas Akhir
S-1 Universitas Padjadjaran 1983 Peranan Product Development Dalam Meningkatkan Penjualan Handuk pada Perusahaan Industri Kecil ATBM Guna Mekar di Majalaya
S-2 Universitas Padjadjaran 1995 Pengaruh Pelayanan Distribusi Kedelai Terhadap Pendapatan dan Kepuasan Perajin Tempe dan Tahu Anggota Prim KOPTI di Propinsi Jawa Barat
S-3 Universitas Padjadjaran 2008 Pengaruh Kinerja Bauran Pemasaran dan Manajemen Kerelasian Pelanggan Terhadap Nilai Pelanggan dan Keterkaitan Pelanggan Bisnis Jasa Sewa Toko PAda Belanja di Kota Bandung
C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir (Bukan Skripsi, Tesis dan Disertasi) No.
Tahun
Judul Penelitian
1
2009
Pembinaan dan Pengembangan Industri Kreatif Melalui Pola Kemitraan
2
2009
3
2007
4
2007
5
2000
Model Pengentasan Kemiskinan Secara Berkelanjutan Melalui Pengembangan Produktivitas Ekonomi Lokal Sebagai Pusat Pertumbuhan Ekonomi di Wilayah Pedesaan Pengaruh Kinerja Bauran Pemasaran Jasa dan Manajemen Kerelasian serta Nilai Terhadap Keterikatan Pelanggan Jasa Sewa Toko Pada Pusat Belanja di Kota Bandung Memberdayakan Potensi Sektor Wisata dan UKM di Ranah Minang Kabupaten Solok Sumatera Barat Analisis Investasi Hubungannya dengan Pemberian Pinjaman pada IKM di Tasikmalaya
BIODATA ANGGOTA TIM PENELITI A. Identitas Diri 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama Lengkap (dengan gelar) Jenis Kelamin Jabatan Fungsional NIP/NIK NIDN Tempat dan Tanggal Lahir E-mail Nomor Telepon/HP Alamat Kantor Nomor Telepon/Faks
Dr. H. Sutisna, SE., M.Si Laki - laki Pembina/ IV/a/Lektor Kepala 19580906 198703 1 002 0006095808 Ciamis, 6 September 1958 [email protected] 08156265070 Jl. Dipati Ukur No. 35 Bandung 40132 022-2509055/022-2533814
B. RIWAYAT PENDIDIKAN Nama Perguruan Tinggi Tahun Masuk-Lulus
S-1 Universitas Pasundan 1987-1990
S-2 Universitas Padjadjaran 1995-1997
S-3 Universitas Padjadjaran 2008-2013
C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir (Bukan Skripsi, Tesis dan Disertasi) No.
Tahun
Judul Penelitian
1
2004
Evaluasi Centra KUKM yang Menerima Bantuan Peralatan dari Dinas KUKM
2
1997
Penyusun Program Aksi Penanggulangan Pengangguran di Jawa Barat
3
1994
Evaluasi Program Pelatihan Pejabat Pemberian Kredit Usaha Kecil dan Perumusan Peranan Bank Indonesia di Masa Depan
D. Publikasi Ilmiah Dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir No. 1
Judul Artikel Ilmiah
Nama Jurnal
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Penerapan Akuntansi pada Perusahaan Kecil Mandiri di Kodya dan Kabupaten Bandung dan Hubungannya dengan Aksesibilitas Perusahaan
Volume/Nomor/Tahu
Vol. IV. No. 4, Septemb 2004.
E. Pengabdian KepadaMasyarakat dalam 5 Tahun Terakhir No. Tahun 1 2015 2 2015 3 2009
Pengabdian KepadaMasyarakat Tim Seleksi Calon Wirausaha Baru Pelatihan Pencetakan Calon Wirausaha Baru Sektor Kehutanan Pelatihan Bisnis “ Create and Build Enterpreneurs in Campus Unpad”
4
2005
Aspek Keuangan dan Akuntansi Biaya pada Program Persiapan Masa Purna Karya (PMPK) Tingkat Madya
BIODATA ANGGOTA TIM PENELITI A. IDENTITAS DIRI 1
Nama Lengkap (dengan gelar)
2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jenis Kelamin Jabatan Fungsional NIP/NIK NIDN Tempat dan Tanggal Lahir E-mail Nomor Telepon/HP Alamat Kantor Nomor Telepon/Faks
Dr. R. Rina Novianty Ariawaty, S.E,M.Si. Perempuan Penata/III/c/Lektor 196411081990012001 0008116403 Bandung, 8 November 1964 [email protected] 081220687878 Jl. Dipati Ukur No. 35 Bandung 022-2509055/022-2533814
B. RIWAYAT PENDIDIKAN Nama Perguruan Tinggi Bidang Ilmu
S-1 Universitas Padjadjaran Manajemen
Tahun Lulus
1988
S-2 Universitas Padjadjaran Ekonomi Perusahaan Pertanian 2000
S-3 Universitas Padjadjaran Manajemen
2008
C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir (Bukan Skripsi, Tesis dan Disertasi) No.
Tahun
Judul Penelitian
1
2012
Intellectual Capital Pengaruhnya Pada Kepuasan Kerja
2
2011
3
2011
4
2010
Pengaruh Usia, masa kerja, tingkat pendidikan terhadap Kepuasan kerja Pegawai Direktorat Jenderal Anggaran II Kementerian Keuangan Pengaruh Sistem Kompensasi Finansial Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pengaruh Lingkungan Eksternal dan Internal Terhadap Efektifitas Fungsi-Fungsi Manajemen SDM
D. PENGALAMAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (5 Tahun Terakhir) No
Tahun
Judul Pengabdian Kepada Masyarakat
1
2008
2
2007
Diskusi terbatas dengan tema /;Mendorong terbitnya kebijakan public yang mengatur sinergitas pasar tradisional dan pasar modern. Public Hearing Review terhadap peran lembaga perwakilan di daerah dalam menjaring dan menyalurkan aspirasi masyarakat.
BIODATA ANGGOTA TIM PENELITI A. Identitas Diri 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama Lengkap (dengan gelar) Jenis Kelamin Jabatan Fungsional NIP/NIK NIDN Tempat dan Tanggal Lahir E-mail Nomor Telepon/HP Alamat Kantor Nomor Telepon/Faks
Dr. Rachmat Sudarsono, S.E,M.Si. Laki - laki Penata / III/c / Lektor 197209271998021006 0026027205 Cimahi, 27 September 1972 [email protected] 0817223216 Jl. Dipati Ukur No. 35 Bandung 022-2509055/022-2533814
B. RIWAYAT PENDIDIKAN Nama Perguruan Tinggi Tahun Lulus
S-1 Universitas Padjadjaran 1997
S-2 Universitas Gajah Mada 2003
S-3 Universitas Gajah Mada 2010
C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir (Bukan Skripsi, Tesis dan Disertasi) No.
Tahun
Judul Penelitian
1
2010
Asumsi Loss Aversion dan Risk Aversion dalam Asset Pricing
2
2009
Idiosyncratic Risk: Three Factors Model Fama and French Test
3
2008
Model Prediksi Rating GCG Dengan Zeta-c Optimal Cut Off Score
D. Publikasi Ilmiah Dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir No.
Judul Artikel Ilmiah
Nama Jurnal
Volume/Nomor/Tahun
1
Analisis Multifaktor Dalam Penentuan Return Saham di Bursa Efek Jakarta Kompensasi Manajemen dan Kinerja: Upaya Pengendalian Agency Conflict, Suatu Human Resource-Finance Interface
Jurnal Manajemen dan Bisnis Jurnal Bisnis dan Akuntansi
2003
2
2002
E. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir Tahun No. 1 2010 2
2009
Nama Pertemuan Ilmiah/Seminar Public Finance Management Reform in Indonesia and EU Countries: Achievements and lesso Penerapan Good Corporate Governance pada Sektor Publik
3
2009
Asset Pricing di Pasar Modal Indonesia. Doctoral Journey
BIODATA ANGGOTA TIM PENELITI A. Identitas Diri 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama Lengkap (dengan gelar) Jenis Kelamin Jabatan Fungsional NIP/NIK NIDN Tempat dan Tanggal Lahir E-mail Nomor Telepon/HP Alamat Kantor Nomor Telepon/Faks
Dr. Ir. Thomas Budhyawan Yudhya, MM Laki - laki Penata Muda/III/a/Asisten Ahli 197007242000031001 0024077002 Surabaya, 24 Juli 1970 [email protected] 0818218283 Jl. Dipati Ukur No. 35 Bandung 022-2509055/022-2533814
B. RIWAYAT PENDIDIKAN Nama Perguruan Tinggi Bidang Ilmu Tahun Lulus
S-1 ITATS Teknik Sipil dan Perencanaan 1994
S-2 Universitas Padjadjaran Manajemen Pemasaran 1998
S-3 Universitas Padjadjaran Ilmu Ekonomi 2007
C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir (Bukan Skripsi, Tesis dan Disertasi) No. 1 2 3 4 5
Tahun
Judul Penelitian Strategi Kompensasi dan Pemeliharaan Serta Pengaruhnya Terhadap Produktivitas Pemetaan Strategi Pemerkan (Branding Strategy) sebagai Daya Saing Industri Kreatif di Kota Bandung dan Ambon Branding Strategy of Creative Industry’s Product in city of Bandung Strategi Pelayanan Jasa Rumah Sakit Asadira Cibabat Terhadap Peningkatan Jumlah Pasien Pengembangan Usaha Agrowisata Sebagai Upaya Peningkatan Sektor Agrobisnis di Indonesia
D. Publikasi Ilmiah Dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir No. 1 2
Judul Artikel Ilmiah
Nama Jurnal
Volume/Nomor/Tahun
BIODATA ANGGOTA TIM PENELITI A. Identitas Diri 1 2 3 4 5 6 7
Nama Lengkap (dengan gelar) Jenis Kelamin Jabatan Fungsional NIP/NIK NIDN Tempat dan Tanggal Lahir E-mail
8 9 10
Nomor Telepon/HP Alamat Kantor Nomor Telepon/Faks
Dr. Rita Komaladewi, SP., MM. Perempuan Penata/III/c/Lektor 19710326 2002 2001 0026037105 Bandung, 26 Maret 1971 [email protected] / [email protected] 08122318753 Jl. Dipati Ukur No. 35 Bandung 022-2509055/022-2533814
B. RIWAYAT PENDIDIKAN Nama Perguruan Tinggi Bidang Ilmu Tahun Lulus
S-1 Universitas Padjadjaran Manajemen 1996
S-2 Universitas Padjadjaran Manajemen 2001
S-3 Universitas Padjadjaran Manajemen 2014
C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir (Bukan Skripsi, Tesis dan Disertasi) No.
Tahun
Judul Penelitian
1
2011
2
2009
3
2007
4 5
2006 2003
Loyalty of Business Consumer of Savings based on Performance of Service Innovation, Relational Quality of Customer and Value Felt by Customer in Banks of West Java Business Planning of Cultural House (Revitalization of Dago Tea House) as a Place for Developing Sundanese Culture and icon of West Java (grant of competitive research according to national priority) Analysis of Consumer Knowledge against the Decision of Becoming Consumer in PT Bank Jabar Syariah of Bandung Linkage Program on Micro Small Enterprise through Syariah System The Implementation of House of Quality in PT. POS Indonesia
D. PENGALAMAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (5 Tahun Terakhir) No
Tahun
1
2011
Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Training of Webropol
2
2011
3
2008
4
2007
5
2006
E.
Training of Teaching Method ‘Designing Instruction and Teaching ; Quality and Workload’ Development of Competence-Based Curriculum for Program of Diploma III of FE Unpad Workshop of Preparation of Strategic Planning of Management Department Retooling for Unemployed Graduates, Technological and Profesioanl Skill Development (TPSDP), ADB Loan 1792_INO
Publikasi Ilmiah Dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir
No.
Judul Artikel Ilmiah
1
Strengthening Customer Perceived Value Through Service Innovation case : Bank in West Java, Indonesia How to gain Patient Trust in Hospital. Evidence : in West Java, Indonesia
2
Nama Jurnal
3
Integrated Model of Micro Financial Institutions and Micro Small Enterprises
4
Service Innovation in Banking Industry : A Literature Survey
Volume/Nomor/Tahun
International Business Management
9 (4) : 566-569, 2015 ISSN 1993-5250.
International Scientific Academy of Engineering and Technology International Journal of e-education, e-Business E-Management and eLearning World Journal of Social Sciences
Vol 1 2013 ISSN 2320-4035
Vol 2 No. 5 2012 ISSN 2010-3654
Vol 2 Number 7 2012 ISSN 1838-3785
F. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir Tahun No. 1 2015 2
2013
3
2013
4
2012
5
2012
6
2010
Nama Pertemuan Ilmiah/Seminar 2nd International Conference on Economic Finance and Management Outlooks, Kualalumpur. Australian and New Zealand Marketing Academic (Anzmac). ” Engaging with our Future” Auckland University, New Zealand. 2013 International Conference on Business Marketing, Management and Economic, Bangkok Thailand. 3rd International Conference on Education management Technology, Jeju Island, South Korea. International Conference on Global Accounting, Finance and Economics. Main theme : ”: Research for Re-Thinking.” 186 Melbourne Vic, 3000. Australia. Management Forum of Indonesia.
G. Karya Buku dalam 5 Tahun Terakhir No
Judul Buku
H. Perolehan HKI 5-10 Tahun Terakhir
Tahun
Penerbit
No
Judul/Tema HKI
Tahun
Jenis