Bidang Unggulan
: Kesehatan dan Obat-obatan
Kode/Nama Bidang Ilmu: Kesehatan Masyarakat
LAPORAN PENELITIAN HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI
EFEKTIFITAS METODE KOMUNIKASI INTERPERSONAL (KONSELING) DALAM PENYAMPAIAN INFORMASI KONTRASEPSI VASEKTOMI UNTUK MENINGKATKAN PASANGAN USIA SUBUR (PUS) MELAKUKAN KB VASEKTOMI SEBAGAI PILIHAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DI KABUPATEN GIANYAR
TIM PENGUSUL Ni Komang Ekawati, S.Psi.,Psi.MPH (197912022006042023/0002127903) Dinar SM Lubis SKM, MPH (197510182009122002/0018107514) Luh K Pande Ary S, S.Psi.M.Psi.,Psi (198005222008122004/0022058002)
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015
Dibiayai oleh DIPA PNBP Universitas Udayana Sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Penelitian Nomor : 246-160/UN14.2/PNL.01.03.00/2015, tanggal 21 April 2015
HALAMAN PENGESAHAN Judul Penelitian: Efektifitas Metode Komunikasi Interpersonal (Konseling) Dalam Penyampaian Informasi Kontrasepsi Vasektomi Untuk Meningkatkan Pasangan Usia Subur (PUS) Melakukan KB Vasektomi Sebagai Pilihan Program Keluarga Berencana Di Kabupaten Gianyar Ketua Peneliti a. Nama lengkap dengan gelar b. NIP/NIDN c. Pangkat/Gol d. Jabatan Fungsional/Struktural e. Pengalaman penelitian f. Program Studi/Jurusan g. Fakultas h. Alamat Rumah/HP No. 6 Panjer i. E-mail
: Ni Komang Ekawati, S.Psi.,Psi.MPH : 197912022006042023/0002127903 : Penata Muda Tk.1/IIIb : Asisten ahli : 6 tahun : IKM : Kedokteran : Jalan Tukad Irawadi Gang Sejahtera :
[email protected]
Jumlah Tim Peneliti
: 2 orang
Jumlah Mahasiswa
: 3 orang
Pembiayaan Penelitian Jumlah biaya yang diajukan ke fakultas
: : Rp 25.000.000
Mengetahui, Ketua PS. IKM Fakultas Kedokteran Unud
Denpasar, 30 November 2015 Ketua Peneliti
dr.Made Ady Wirawan MPH.,PhD NIP. 197712282005011001
Ni Komang Ekawati, S.Psi.Psi.MPH NIP. 197912022006042023
Mengetahui Dekan Fakultas Kedokteran
RINGKASAN Prof. Dr. dr. Putu Astawa, SpOT(K), M.Kes NIP. 19530131198003004
EFEKTIFITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL (KONSELING) DALAM PENYAMPAIAN INFORMASI KB VASEKTOMI UNTUK MENINGKATKAN PUS MELAKUKAN VASEKTOMI DI KABUPATEN GIANYAR Ni Komang Ekawati (1), Luh Kade Pande Ary S(2) PS. IKM Fakultas Kedokteran , Universitas Udayana
[email protected]
ABSTRAK Masih rendahnya kesertaan Pria dalam ber-KB menjadi salah satu kendala pada program KB. Menurunnya partisipasi pria sebagai akseptor KB karena kurangnya informasi yang menyeluruh terkait KB Vasektomi. KB vasektomi isunya sangat sensitif untuk itu penyampaian informasi sangat penting dilakukan dengan teknik komunikasi interpersonal (konseling). Dalam konseling calon aseptor akan merasa nyaman dan aman untuk membicarakan KB vasektomi karena dilakukan secara individu dan diruang konseling. Selama proses konseling, konselor akan menjajagi pengetahuan, sikap, perasaan dan kebutuhan calon aseptor sehubungan dengan masalah yang dibicarakan. Calon aseptor juga mendapatkan informasi KB vasektomi kemudian dikaitkan dengan perilaku, host, agent dan environment sampai calon aseptor mengerti kaitan tersebut. Calon aseptor akan diberikan beberapa alternatif pemecahan masalah dan diberikan kebebasan untuk mengambil keputusan sesuai dengan kondisinya. Latar Belakang :
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk melihat perubahan perilaku calon Aseptor untuk mengambil keputusan setelah di konseling. Peneliti juga juga melihat pengetahua, sikap dan perilaku calon aseptor setelah dikonseling. Metode : Menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif naratif. Instrument yang digunakan adalah kuisoner yang diwawancarakan kepada aseptor. Sampel dipilih secara purposive sampling. Data dianalisis secara tematik. Hasil : 30 orang PUS yang sudah dikonseling mengambil keputusan melakukan tindakan vasektomi setelah dikonseling. Keputusan mengambil tindakan vasektomi dikarenakan pengetahuan calon aseptor terhadap metode vasektomi sudah lebih memahami setelah diberi konseling. calon aseptor lebih memahami terhadap tujuan, manfaat dan proses vasektomi serta sikap yang positif terhadap metode vasektomi. Dengan konseling pengetahuan calon aseptor terhadap KB vasektomi meningkat sehingga keputusan yang diambil calon aseptor adalah melakukan tindakan vasektomi. Kesimpulan : Metode Komunikasi Interpersonal (Konseling) sangat Efektif untuk meningkatkan pengetahuan, perubahan sikap yang positif terhadap metode vasektomi. Pengetahuan calon aseptor baik terhadap metode vasektomi sehingga menimbulkan perubahan perilaku calon aseptor mengambil keputusan menjadi aseptor KB vasektomi.
Kata Kunci : PUS, Aseptor, KB Vasektomi, komunikasi interpersonal (Konseling), Informasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara dengan penduduk terbesar keempat di dunia (setelah Cina, India dan Amerika Serikat). Di Indonesia peningkatan jumlah penduduk terjadi setiap tahun oleh karena itu BKKBN menetapkan upaya strategis pengendalian penduduk, antara lain melalui peningkatan pemakaian alat kontrasepsi dan penggarapan berbagai segmentasi kelompok sasaran, termasuk generasi muda yang memasuki usia reproduksi. Pendekatan kepada kelompok sasaran tertentu, disesuaikan dengan karakteristik, cara pendekatan, maupun saluran komunikasi yang efektif (DR. Dr. Sugiri Syarief, 2011) Salah satu yang menjadi kendala dalam pelaksanaan strategi upaya pengendalian penduduk adalah partisipasi pria dalam program KB. Paradigma baru program KB adalah telah mengarah dan berorientasi kepada kesetaraan dan keadilan gender artinya ada kesetaraan ber-KB bagi pria maupun wanita (ICPD, 1994). Permasalahan yang terjadi dilapangan adalah masih rendahnya partisipasi pria dalam kesertaan KB pria. Faktor – faktor yang menyebabkan antara lain 1) kurangnya dukungan politis, 2) dukungan sosial budaya, 3) dukungan keluarga serta 4) kurangnya pengetahuan dan kesadaran pria (BKKBN, 2009) Di Provinsi Bali kabupaten Gianyar menempati peringkat 8 dari 9 kabupaten perihal persentase pencapaian PB MKJP dan peringkat 9 (terbawah) untuk pencapaian KB pria dengan persentase 66,09% dimana persentase Provinsi Bali adalah 109,96% (Dallap BKKBN Provinsi Bali, 2011). Di kabupaten Gianyar jumlah pasangan usia subur sebanyak 81.534. dari pasangan usia subur tersebut peserta KB
yang aktif tercatat 66.107 akseptor (Gianyar 2009) dan alat kontrasepsi yang paling banyak digunakan adalah IUD sebanyak 41.261 ( 62,72%) dan alat kontrasepsi yang paling kecil atau rendah digunakan adalah medis operatif pria (mop) atau vasektomi sebanyak 287 orang. (Gianyar, 2010) Medis operatif pria (MOP) atau vasektomi merupakan satu metode kontrasepsi permanen yang menjadi pilihan pria. Berdasarkan data lapangan BPPKB Kabupaten Gianyar, 2009-2010 perbandingan kesertaan metode kontrasepsi permanen jenis tubektomi pada perempuan dan vasektomi pada pria tahun 2010 perbandingannya mencapai 117:15. Hal ini memperlihatkan masih belum seimbangnya pemilihan metode kontrasepsi mantap jenis vasektomi. Metode kontrasepsi mantap (tubektomi dan vasektomi) juga merupakan metode kontrasepsi paling efektif dengan tingkat kegagalan paling rendah. Menurunnya kejadian kegagalan KB yang akan berdampak pada menurunnya kejadian kehamilan yang tidak diinginkan, secara tidak langsung dengan menurunnya jumlah kehamilan yang tidak diinginkan akan berdampak pada penurunan jumlah aborsi yang sering berujung pada kasus kematian ibu. Disamping juga akan mempengaruhi tingkat fertilitas. Menurunnya partisipasi pria sebagai akseptor KB disebabakan karena kurangnya pengetahuan pria terhadap pengertian dan proses pemakaian metode MOP ini. Informasi yang diberikan oleh motivator KB di kabupaten gianyar memang lebih menekankan pada manfaat dan tujuan dari metode vasektomi. Pada proses operasi metode vasektomi tidak dijelaskan di awal dengan alasan untuk menghilangkan rasa takut calon akseptor terhadap metode vasektomi ( Lingga 2012).
Sumber Informasi mengenai vasektomi belum jelas diberikan kepada calon akseptor sehingga calon akseptor belum memahami secara benar tentang metode vasektomi. Kekurangpahaman calon akseptor terhadap metode vasektomi sering menimbulkan mitos dan rumor yang salah di masyarakat. Berbagai upaya program promosi kesehatan dalam meningkatkan partisipasi pria dalam melakukan KB sudah dilakukan oleh BKKBN Kabupaten Gianyar seperti sosialisasi dan penyuluhan terkait dengan KB, namun angka partisipasi PUS masih rendah Isu tentang KB laki-laki (vasektomi) sangat sensitive sehingga perlu metode dan cara yang efektif dalam penyampaian informasi KB vasektomi. Teknik komunikasi interpersonal (konseling) salah satu metode yang bisa dilakukan dalam penyampaian informasi KB vasektomi pada laki-laki. Dengan konseling calon aseptor akan mendapatkan informasi secara menyeluruh mengenai KB laki-laki dan calon aseptor akan merasa nyaman dan aman untuk bertanya sehingga mampu membuat keputusan berdasarkan kondisinya. B. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat perubahan perilaku calon Aseptor untuk mengambil keputusan setelah mendapatkan informasi dengan konseling. Peneliti akan melihat pengetahuan, sikap dan perilaku calon aseptor setelah diberi konseling. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan alat pengumpulan data dengan kuisoner yang diwawancarakan kepada aseptor.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepi Mantap pada Pria (metode operasi pria/vasektomi) Vasektomi merupakan salah satu metode kontrasepsi mantap pada pria. Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vena diferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi (Saifuddin, 2003). Vasektomi adalah tindakan yang lebih ringan dari sunat atau khitan, pada umumnya dilakukan sekitar 10-15 menit. Vasektomi sangat efektif, tidak ada efek samping jangka panjang, tindak bedah yang aman dan sederhana, dan efektif setelah 20 ejakulasi atau 3 bulan (BKKBN, 2008).Vasektomi tidak sama dengan kastrasi atau kebiri. Kastrasi (pengebirian) menyangkut pengeluaran atau merusak testis sehingga produksi sel mani tidak ada lagi (Suwiyoga, 2001). Yang dapat menjadi peserta vasektomi adalah suami dari Pasangan Usia Subur (PUS) dengan syarat sebagai berikut (BKKBN, 2009): 1. Tidak ingin punya anak lagi 2. Sukarela dan telah mendapat konseling tentang vasektomi 3. Mendapat persetujuan dari istri atau keluarga 4. Jumlah anak sudah ideal, sehat jasmani dan rohani 5. Umur isteri sekurang-kurangnya 25 tahun 6. Mengetahui prosedur vasektomi dan akibatnya 7. Menandatangani formulir persetujuan (informed concern)
Sebagai metode kontrasepsi yang bersifat permanen, vasektomi mempunyai beberapa kelebihan antara lain : 1. Efektivitas tinggi (99,9%) untuk mencegah kehamilan. 2. Tidak ada mortalitas (kematian) dan morbiditas (kesakitan) rendah. 3. Prosedur medis dilakukan hanya 10-15 menit. 4. Tidak mengganggu hubungan seksual setelah vasektomi 5. Lebih aman, karena keluhan lebih sedikit dibandingkan dengan kontrasepsi lain. Vasektomi juga sering disebut sebagai sterilisasi pada pria. Sterilisasi dapat meningkatkan kenikmatan seksual dengan menghapus rasa takut kehamilan yang tidak direncanakan. Karena prosedur ini permanen, sterilisasi adalah sebuah keputusan penting yang harus dipertimbangkan dengan hati-hati. Hal ini sering keputusan saling untuk tidak memiliki anak lagi dicapai oleh kedua pasangan. Sterilisasi laki-laki sedikit lebih sederhana, lebih aman dan lebih efektif daripada sterilisasi wanita Sterilisasi sangat jarang diperuntukan untuk orang yang masih muda. Orang yang masih muda yang telah disterilkan memiliki tingkat penyesalan lebih tinggi daripada pria yang lebih tua dan wanita. Maka dari itu harus ada pilihan informasi dan persetujuan terlebih dahulu. Sterilisasi lebih dari 99% efektif terhadap kehamilan, tetapi tidak melindungi terhadap infeksi menular seksual (IPPF, 2011) Indikasi Vasektomi Vasektomi merupakan upaya untuk menghentikan fertilitas dimana fungsi reproduksi merupakan ancaman dan gangguan terhadap kesehatan pria dan pasangannya serta melemahkan ketahanan dan kualitas keluarga (Saifuddin, 2003)
Prosedur Metode Operasi Pria atau Vasektomi Setelah anesthesia lokal, dilakukan irisan pada kulit scrotum. Kulit dan otototot disayat, maka terlihat vas deferens dengan sarangnya. Irisan dapat dilakukan pada garis tengah antara dua belahan scrotum atau pada dua tempat di atas masingmasing vas deferens. Kedua vas deferens tampak sebagai saluran putih dan agak kenyal pada perabaan. Vas deferens dapat dibedakan dari pembuluh darah karena tidak berdenyut. Kadang-kadang otot cremaster, vena yang mengalami thrombus, atau pembuluh limfa yang menebal mangacaukan vas deferens. Penentuan menjadi sukar terutama bila kulit scrotum tebal (Suwiyoga, 2001) Tempat Pelayanan Metode Operasi Pria Walaupun
prosedur
vasektomi
merupakan
tindakan
bedah
minor,
ketersediaan peralatan dan medikamentosa untuk tindakan gawat darurat merupakan syarat mutlak pelayanan. Akeses ke fasilitas kesehatan rujukan juga harus tersedia setiap saat (Saifuddin, 2003) B. Komunikasi Interpersonal (Konseling) Konseling adalah komunikasi yang terjadi antara dua orang dalam proses memberi bantuan kepada orang lain dalam membuat suatu keputusan atau memecahkan suatu masalah melalui pemahaman fakta – fakta , harapan , kebutuhan dan perasaan klien. Konseling digunakan dalam penyuluhan kesehatan untuk meningkatkan perilaku sehat secara perorangan dan keluarga. Adapun langkah-langkah atau proses dalam melakukan konseling yaitu sering disebut SATU TUJU. SA = Salam
memberi salam,
Beri salam kepada klien, sambut berikan perhatian. (apa kabar..? )
Tanya Kabar ? kedatangannya dgn hangat namun wajar, dan
T
= Tanya
-Anamnese, pertanyaan berkaitan dengan masalah terkait dengan KB -Pertnyaan bersifat umum. cerita klien didengar dgn penuh perhatian Tanya / gali dari klien untuk menjajagi pengetahuan, sikap, perasaan dan kebutuhan klien sehubungan dgn masalah yang dibicarakan. - Pertanyaan perilaku U = Uraikan Kembangkan diskusi dgn klien dan berikan informasi sehubungan dengan masalah kesehatan yang dibicarakan, kaitkan antara perilaku, host, agent dan environment sampai klien mengerti kaitan tersebut. Gunakan media bantu yangg ada seperti Leaflet, Lembar Balik, LCD, OHP TU = Bantu Bantu klien membuat pilihan/alternatif pemecahan yg berkaitan dengan: - Pencegahan : Primer, Sekunder, Tersier - Promosi - Rehabilitasi J
= Jelaskan
Jelaskan secara rasional dan seimbang mengenai berbagai konsekwensi negatif dan positif dari tiap alternatif pilihan. U = Ulang - Meminta klien untuk mengemukakan alternatif yang dipilih sesuai dengan kondisinya. - Minta klien datang kembali untuk konseling selanjutnya. - Berikan penghargaan (ucapan selamat atas kemampuan memilih alternative pemecahan masalah)
Dalam proses Konseling Kliendiberikan informasi bahwa prosedur vasektomi tidak menggangu hormone pria atau menyebabkan perubahan kemampuan atau kepuasan seksual. (Saifuddin, 2003) C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Pria Hasil penelitian oleh Saptono Budi Santoso di Kabupaten Bantul pada tahun 2008 menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan tentang partisipasi pria dalam KB (p value 0,009), sikap terhadap partisipasi pria dalam KB (p value 0,009), persepsi tentang partisipasi pria dalam KB (p value 0,007), sikap istri terhadap partisipasi pria dalam KB (p value 0,027), praktik istri terhadap partisipasi pria dalam KB (p value 0,020), sikap teman terhadap partisipasi pria dalam KB (p value 0,020), praktik teman terhadap partisipasi pria dalam KB (p value 0,001) dengan partisipasi pria dalam KB. Masih ada hambatan faktor nilai-nilai sosial budaya yang berhubungan dengan partisipasi pria dalam KB seperti KB pria hukumnya haram, urusan KB adalah urusan wanita, nilai anak laki-laki lebih tinggi daripada anak perempuan, faktor malu terhadap lingkungan (Budisantoso, 2008). Hasil penelitian Sri Madya Bhakti Ekarini mengenai analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap partisipasi pria dalam keluarga berencana di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali diperoleh ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan terhadap KB (p value = 0.0001), sikap terhadap KB (p value = 0.005), sosial budaya terhadap KB (p value = 0.024), akses pelayanan KB (p value = 0.0001), kualitas pelayanan KB (p value = 0.0001) dengan partisipasi pria dalam keluarga berencana. ada pengaruh antara variabel pengetahuan terhadap KB (or = 18.712), kualitas pelayanan KB (or = 17.152), sikap terhadap KB (or = 5.663), akses pelayanan KB (or = 5.228), sosial budaya terhadap KB (or = 2.020) terhadap partisipasi pria dalam keluarga berencana (Ekarini, 2008).
Faktor yang berkontribusi terhadap proses pengambilan keputusan untuk vasektomi yaitu ekonomi, pengaruh pasangan, agama, reputasi penyedia dan ketersediaan, ketidakpastian tentang masa depan, dan pengetahuan vasektomi yang masih rendah. Penerimaan vasektomi dibatasi oleh kelangkaan penyedia vasektomi terampil dan oleh kenyataan bahwa laki-laki dan perempuan memegang banyak kesalahpahaman yang sama tentang vasektomi, termasuk takut performa seksual menurun sebagai akibat dari prosedur (Bunce A, 2007). D. Konsep Perilaku Salah satu aspek yang mempengaruhi status kesehatan seseorang menurut teori H.L Blum adalah perilaku, disamping ada faktor lain seperti genetik, pelayanan kesehatan dan faktor lingkungan. Ada beberapa teori tentang perilaku. Menurut Solita (1993) dikatakan bahwa perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, praktik atau tindakan (Sarwono, 2007 : 1)(Sarwono, 2007b). Menurut Skiner (1938) dalam Notoatmodjo (2007) merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat
dibedakan menjadi : 1. Perilaku tertutup (covert behaviour). Respon atau reaksi terhadap reaksi ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. 2. Perilaku terbuka (overt behaviour). Respon tehadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik (practice), yang dengan mudah dapat diamati
atau dilihat oleh orang lain. Di dunia kesehatan kemudian dikenal adanya perilaku kesehatan. Berdasarkan batasan perilaku dari Skiner tersebut maka perilaku kesehatan adalah suatu respon seorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan (Notoatmodjo, 2007 :136) (Notoatmodjo, 2007) E. Proses Adopsi Perilaku atau Inovasi Proses pengambilan keputusan adalah suatu proses kejiwaan yang dialami oleh seorang sejak saat individu tersebut pertama kali mengenal inovasi sampai individu tersebut mengambil keputusan terhdap inovasi tersebut baik diterima ataupun ditolak (Sarwono, 2007:58-59). (Sarwono, 2007a) Penelitian Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2007) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan yakni : a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu. b. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus c. Evaluation, (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi d. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru e. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Namun demikian, dari penelitian selanjutnya, Rogers menyimpulkan bahwa perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap diatas. Apabila penerimaan perilaku atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan
sikap positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng dan begitu pula sebaliknya. Dalam Sarwono tahun 2007 Rogers dan Shoemaker mengubah teori mereka dengan membagi proses pembuatan keputusan tentang inovasi ini menjadi empat tahapan : a. Pengetahuan, individu mengetahui tentang adanya inovasi dan mendapat beberapa pengetahuan tentang inovasi tersebut. b. Persuasi, individu akan membentuk persepsi dan sikap terhadap inovasi kearah penerimaan atau penolakan. Pada tahap ini individu mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai inovasi tersebut. Memutusakan pesan apa yang dia anggap kredible dan memutuskan bagaimana menafsirkan pesan yang diterima individu Pada tahap ini sering kali muncul berbagi persepsi terhadap suatu inovasi (Rogers, 1983). c. Keputusan, individu mengenal keputusan sesuai dengan sikap yang telah dibentuk pada persuasi. Keputusan ini bisa menerima atau menolak inovasi setelah melalui proses-proses sebelumnya. d. Penguatan, pada tahap ini individu akan mencari alasan-alasan penunjang (reinforcement) terhadap keputusan yang telah di ambil. Kalau alasanalasan tersebut tidak didapatkan maka kemungkinan akan terjadi tindakan yang berlawanan dengan keputusan yang telah diambil. Jadi yang semula mengadopsi bisa saja akhirnya dapat menolak atau sebaliknya.
Secara skematis maka proses adopsi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dapat digambarkan sebagai berikut (Gambar 3 ) :
Tetap adopsi
Adopsi (Adoption)
Ditolak I
II
III
IV
Pengetahun (Knowladge)
Persuasi (Persuation)n)
Keputusan (Decision)
Penguatan (Confimation)
Perceived characteristic :
Tetap ditolak
Penolakan (Rejection)
1. Relative advantages 2. Compatibility 3. Complexity 4. Observability 5. Triability
Adopsi
Gambar 1. Paradigm of The Inovation Decision Proces oleh Rogers and Shoemaker Sumber: Sarwono, Solita (2007:61)
Pada tahap persuasi individu akan mancari informasi sebanyak-banyaknya yang dalam hal ini meliputi (Bruce G. Simon-Morton, 1995) : 1. Relative advantages : persepsi terhadap keuntungan relative dari sebuah inovasi akan beda diinterpretasikan setiap orang. Orang yang sudah mencoba inovasi cenderung akan memiliki perbedaan persepsi dengan orang yang belum mencoba. 2. Compatibility : kesesuaian dan keserasian inovsi tersebut dengan nilai-nilai sosial budaya suatu wilayah dan juga norma-norma yang berlaku akan
mempengaruhi adopso inovasi suatu kelompok sosial. 3. Complexity : persepsi terhadap kerumitan atau kesulitan yang akan dihadapi suatu inovasi akan mempengarihi adopsi inovasi. Makin sederhana suatu inovasi maka kemungkinan untuk diteria menjadi lebih besar
karena
biasanya lebih cepat untuk dipahami. 4. Observability : sebuah inovasi yang mudah dilihat dalam bentuk nyata cenderung lebih mudah dan cepat diterima dari yang kurang jelas. Dan hal ini juga akan mempengaruhi komunikasi antar individu dalam mendorong untuk menginovasi karena inovasi dapat dilihat secara nyata. 5. Triability : makin mudah suatu inovasi dikerjakan maka kecenderungan untuk diterima masyarakat makin mudah dan cepat. F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Berbagai Metode Kontrasepsi 1. Faktor Akseptor KB. Pilihan penggunaan jenis kontrasepsi sebaiknya ditentukan oleh calon pemakainya sendiri. Calon pemakai seyogyanya mengetahui jenis kontrasepsi yang dipertimngkan untuk dipilih yang kiranya cocok bagi dirinya sendiri agar mampu memilih jenis kontrasepsi yang paling cocok bagi dirinya. Seorang akseptor dapat menerima suatu metode kontrasepsi juga dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, sikap dan persepsinya. 2. Faktor Jenis Kontrasepsi Banyak pilihan yang dapat dipilih aksepstor KB, seperti KB metode sederhana, kontrasepsi pil, hormonal, suntikan KB, susuk KB (norplant atai implant) alat kontrasepsi dalam rahim dan kontrasepsi mantap. Adanya
kekurangan dan kelebihan dari masing-masing metode akan mempengaruhi keputusan seseorang untuk
menggunakan
atau menerima metode
kontrasepsi. Calon peserta KB yang bersangkutan harus memahami benar alat/metode kontrasepsi yang dipilihnya, termasuk cara kerjanya, cara penggunaannya, kelebihan dan kekurangannya dibandingkan alat atau metode kontrasepsi yang lain, kemugkinan terjadinya komplikasi atau kegagalan. 3. Faktor Konselor KB Salah satu aspek lain dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kontrasepsi adalah dengan memberikan pelayanan konseling kepada setiap calon peserta KB, yaitu pada saat sebelum mereka memperoleh pelayanan kontrasepsi. Konseling menjadi penting karena beberapa penelitian menunjukan bahwa hal ini sangat berpengaruh pada partisipasi orang dalam menggunakan metode kontrasepsi. 4. Faktor Agama Keluarga berencana dalam pelaksanaannya banyak mendapat pro dan kontra. Sikap pro dan kontra terhadap keluarga berencana memiliki pandangan bahwa usaha manusia adalah ikthiar, tidak ada perbuatan atau kehendak Tuhan terhalang oleh usaha manusia, manusia memiliki sikap aktif terhadap takdir dan menentukan nasib sendiri. Hambatan agama umumnya beruapa pandangan bersikap pronatalis (setuju akan sejumlah kelahiran secara alamiah) termasuk anggapan bahwa melakukan hubungan kelamin tanpa keinginan memperoleh anak adalah perbuatan amoral. Agama biasanya dapat menerima metode kontrasepsi bila efek kontrasepsi tidak bersifat menetap dan dapat dipulihkan
BAB III METODE PENELITIAN
1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Gianyar dan pengumpulan data akan dilakukan mulai bulan Juni sampai dengan Desember 2015 2. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif naratif dengan menggunakan metode kualitatif 3. Populasi dan Sampel a. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah kelompok pria yang tidak menggunakan vasektomi yang merupakan pasangan usia subur yang telah memiliki anak lebih dari 4 (empat) Orang. b. Sampel dalam data kualitatif Sampel penelitian ini adalah kelompok pasangan usia subur (PUS) atau pria yang pernah ditawarkan untuk melakukan vasektomi yang tidak ingin punya anak lagi atau sudah memiliki anak lebih dari 4 orang yang tersebar di 7 kecamatan yaitu Sukawati, Blahbatuh, Gianyar, Tampaksiring, Ubud, Tegallalang dan Payangan. 4. Instrument Penelitian Instrumen dalam penelitian ini yaitu kuesioner yang diwawancarakan kepada aseptor setelah melakukan tindakan vasektomi.
5. Cara Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan beberapa tahap yaitu : 1. Penjaringan calon aseptor dilakukan dengan melihat data kelurga berencana menurut kelompok umur. Dari data tersebut dilihat mana yang sudah ber KB dan mana yang belum ber KB termasuk kontrasepsi yang digunakan. Kesemuanya itu data itu dijadikan pegangan untuk menetapkan sasaran pelayanan KB di RTRW/Dusun. 2. Petugas
PLKB
melakukan
sosialisasi
KIE
kelapangan,
disamping
sebelumnya sudah ada sosialisasi dengan para toma, toga dan kader 3. Petugas PLKB memberikan pelayanan dengan mobil keliling 4. Petugas PLKB mendapatkan Data berapa jumlah PUS tiap-tiap kecamatan. 5. PUS peserta KB dan Bukan peserta KB yang tertarik mendatangi Kader untuk mendapatkan informasi lebih mendalam. Oleh petugas dilakukan pelayanan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) 6. Pelayanan KIE dilakukan oleh petugas PLKB. Pelayanan KIE adalah kegiatan komunikasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku keluarga, masyarakat dan penduduk dalam program KB. Isi pesan KIE adalah informasi program KB Nasional yang perlu diketahui oleh keluarga, masyarakat dan penduduk. Proses penyampaian isi pesan program KB dan KS dari petugas kepada masyarakat atau individu untuk mendapatkan tanggapan. Pesan yang disampaikan berbagai informasi berupa data dan fakta tentang KKB untuk diketahui dan dimanfaatkan oleh siapa saja, agar terjadinya perubahan seseorang, kelompok dan masyarakat dalam program KB. 7. Jika individu atau PUS tertarik akan dilakukan konseling. Konseling pertama
akan dilakukan oleh petugas KB untuk membantu calon aseptor mendapat informasi dan bantuan pemecahan masalah. Konseling pertama penting dilakukan karena metode vasektomi sifatnya permanen, maka untuk mendapatkan tindakan, calon aseptor harus memenuhi 3 persyaratan yaitu syarat sukarela, syarat bahagia dan syarat sehat. Syarat sukarela dimaksud adalah calon peserta tetap memilih vasektomi setelah diberi penjelasan bahwa: -
Ada alat kontrasepsi lain yang dapat digunakan
-
Vasektomi dilakukan melalui pembedahaan
-
Sebagai tindakan pembedahan kemungkinan ada risiko
-
Vasektomi hasilnya permanen, untuk kasus tertentu dapat dilakukan penyambungan kembali tetapi tidak dianjurkan kareana biayanya relative mahal.
-
Diberi kesempatana untuk mempertimbangkan keputusannya. Syarat bahagia yang dimaksud adalah : - calon perserta terikat dalam perkawinan yang sah - Calon peserta mempunyai anak hidup sekurangnya dua orang jika anak hanya dua yang terkecil minimal berumur dua tahun - Anak yang dimiliki dalam keadaan sehat fisik dan mental - Umur istri 25 tahun sampai dengan menopause. Setelah dikonseling ada kemungkinan keputusan yang diambil calon peserta yaitu : 1. Membatalkan keputusan memilih metode vasektomi, beralih ke metode kekontrasepsi lain 2. Menunda
keputusan
memilih
metode
vasektomi,
masih
mempertimbangkan 3. Tetap memilih metode vasektomi. 8. Ada beberapa tahapan yang dilakukan petugas dalam memberikan informasi KB vasektomi kepada calon aseptor yang tertarik untuk lebih mengetahui KB vasektomi antara lain Setelah dilakukan sosialisasi KIE di masyarakat maka calon aseptor yang tertarik untuk mengetahui lebih dalam terhadap metode vasektomi akan dilakukan Konseling. Konseling akan dilakukan dalam 3 tahap yaitu : 1.
KONSELING SEBELUM MENENTUKAN KEPUTUSAN UNTUK
BER KB VASEKTOMI Konseling yang pertama ini yang menjadi konselor adalah petugas PLKB. Dalam konseling yang pertama ini seorang konselor yaitu petugas PLKB akan melakukan tindakan-tindakan seperti membangun hubungan baik dengan calon aseptor (membangun rapport) yaitu dengan cara menyambut kedatangan calon aseptor dengan senyum yang ramah dalam ruang konseling, menumbuhkan kepercayaan calon aseptor dengan konselor, menunjukkan kehangatan emosi, menjamin kerahasiaan data calon aseptor, menyadari dan menghargai keberadaan calon aseptor. Calon aseptor dipersilakan duduk kemudian konselor akan mulai bertanya secara umum dengan pertanyaan terbuka kepada calon aseptor terkait dengan masalah KB yang ingin dibicarakan atau diketahui. Melakukan probing dengan mengajukan pertanyaan terbuka. Contoh pertanyaan terbuka, antara lain: - “Apakah anda mengalami kesulitan untuk melakukan vasektomi?” - “Bagaimana perasaan anda jika melakukan vasektomi?”
Memberi kebebasan atau kesempatan kepada dalam menjawab pertanyaan.
Mengulang kembali pernyataan yang diekspresikan oleh akseptor. Melakukan
klarifikasi
dengan
mengajukan
pertanyaan
tertutup.
Contoh
pertanyaan tertutup, antara lain: - “Apakah anda melakukan metode KB vasektomi?” - “Apakah anda mengetahui caranya melakukan vasektomi?”
Menanyakan data diri seperti jumlah anak, penggunaan metode KB yang sudah dilakukan, riwayat kesehatan. Jelaskan bahwa keterangan tersebut menjadi data untuk mengidentifikasi kecocokan akseptor dalam menggunakan metode Kb vasektomi. Mengajukan pertanyaan refleksi dengan menanyakan kembali perasaan, pertanyaan dan isi pembicaraan kepada akseptor. Menciptakan suasana yang nyaman dalam berkomunikasi dengan akseptor untuk mencapai proses pengambilan keputusan. Pada tahap proses konseling menguraikan atau menjelaskan Konselor mulai menjelaskan KB vasektomi kepada calon aseptor dengan menggunakan media lembar balik dan alat peraga KB kit. Penyampain informasi mulai dari pengertian dari KB vasektomi, tujuan, proses dan manfaat melakukan KB vasektomi. Proses konseling berlangsung kurang lebih 1.5 jam. Calon aseptor diberi kesempatan untuk bertanya lebih dalam terkait dengan KB vasektomi sampai calon aseptor memahami kaitan semua proses tersebut. Selama proses konseling ini calon aseptor diberi kesempatan untuk berpikir untuk mengambil keputusan tindakan.
Jika calon aseptor pada saat konseling ini langsung mengambil keputusan untuk dilakukan tindakan maka petugas akan membuat jadwal operasi dengan dokter dan rumah sakit yang bekerjasama dengan instansi PP dan KB. Jika tidak atau belum memutuskan untuk diambil tindakan maka calon aseptor akan dipantau
terus oleh petugas. 2. KONSELING MENJELANG TINDAKAN Konseling kedua dilakukan jika calon aseptor sudah mengambil keputusan untuk dilakukan tindakan operasi. Konseling ini dilakukan pada hari yang sama dengan tindakan. Pada konseling ini calon aseptor mengisi dan menandatangai lembar persetujuan (Informed Consent ) untuk dilakukan tindakan tanpa paksaan siapapun. Sebelum operasi dokter yang akan menangani tindakan memberi konseling lagi kepada calon aseptor. Tujuan dilakukan konseling yang kedua ini adalah memastikan kembali kemantapan calon aseptor untuk melakukan operasi vasektomi. Dalam konseling kedua ini ada 3 persyaratan yang harus terpenuhi oleh calon aseptor yaitu mengevaluasi kemungkinan masih ada keraguan, mengkondisikan suasana untuk tindakan, tenang dan cooperative. Jika ketiga syarat tersebut terpenuhi maka tindakan operasi akan dilakukan oleh dokter. 3. KONSELING SETELAH TINDAKAN Konseling setelah tindakan dilakukan sesaat setelah tindakan operasi dilakukan. Tujuan dilakukan konseling ini adalah untuk mengevaluasi perasaan aseptor pasca tindakan, menjelaskan dan menenangkan, memberikan nasehat perawatan dan pemulihan pascatindakan. Juga memberikan ucapan selamat dan motivasi atas kemantapan dan penerimaan kontrasepsi yang dipilih. 9. Setelah tindakan operasi maka peneliti melakukan wawancara mendalam menggunakan pedoman kuisoner dengan peserta aseptor Teknik Analisis Data Data kualitatif yang menggunakan wawancara mendalam (indepth interview) dianalisis dengan menggunakan teknik analisis tematik (thematic content analysis) .Menurut Boyatzis dalam Poerwandari (2009) mendefinisikan analisis
tematik merupakan proses mengkode informasi, yang dapat menghasilkan daftar tema, sehingga memungkinkan penerjemahan informasi kualitatif menjadi data kualitatif seperlu kebutuhan peneliti. Adapun tahapan dalam melakukan analisis tersebut adalah sebagai berikut : 1. Mengumpulkan semua data yang diperoleh dari hasil wawancara mendalam dan studi kepustakaan/penelusuran dokumen. 2. Data yang dikumpulkan dari hasil wawancara mendalam, kemudian dibuatkan transkrip data yaitu dengan mencatat atau menuliskan kembali seluruh data yang diperoleh tanpa membuat kesimpulan. 3. Hasil pencatatan dan penulisan kembali data yang telah diperoleh dari hasil wawancara tersebut, kemudian direduksi ke dalam matriks. 4. Melakukan pemilahan data dengan mengelompokkan data dalam subtropik atau variabel yang diperlukan. 5. Dilanjutkan dengan interpretasi data hasil penelitian. Menulis secara deskriptif dengan membandingkannya pada teori yang diperoleh dari studi kepustakaan dan penelusuran dokumen.
BAB IV HASIL PENELITIAN KONDISI GEOGRAFIS 1. LETAK WILAYAH Kabupaten Gianyar terletak diantara 08 18’48’’08’38’58’’ Lintang Selatan dan 115 13”29” – 115” 22’ 23” Bujur Timur dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara : Kabupaten Bangli Sebelah Selatan : Samudera Indonesia Sebelah Barat
: Kota-Madya Denpasar
Sebelah Timur : Kabupaten Klungkung 2. LUAS WILAYAH Luas seluruh kabupaten Gianyar 368 Km2 atau 36.800 Ha. Dari luas tanah tersebut tata guna lahannya meliputi tanah sawah 14.787 Ha, Tanah Kering 22.013 Ha terdiri dari tanah pekarangan 5.160 Ha, tanah tegalan 11.289 Ha dan lainnya 5.564.Ha Secara administratif Kabupaten Gianyar terbagi menjadi 7 kecamatan yaitu
kecamatan
sukawati,
blahbatuh,
gianyar,
tampaksiring,
ubud,
tegallalang dan payangan. Wilayah kecamatan dibagi menjadi beberapa desa/kelurahaan. Berikut
nama kecamatan, jumlah desa/kelurahan dan
jumlah banjar/dusun kabupaten gianyar. No
Kecamatan
1
Sukawati
Desa/ Kelurahan 12
2
Blahbatuh
9
67
68
3
Gianyar
17
96
98
4
Tampaksiring
8
70
72
5
Ubud
8
79
81
6
Tegallalang
7
65
65
7
Payangan
9
59
65
70
547
564
Jumlah
Banjar/ Sub Lingkungan PPKBD 111 115
Sumber data : (Rek. K/0/Kec-Dal/08, tahun 2014
PENYARINGAN CALON ASEPTOR KB VASEKTOMI Penyelenggara mekanisme operasional program kependudukan dan KB dan KS adalah lembaga penyelenggara adalah satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang bertanggungjawab bidang KB dan KS, dinas terkait, kader KB, tokoh agama dan tokoh masyarakat, organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi dan pihak swasta atau lembaga masyarakat yang dibentuk kegiatan mekanisme operasional penyelenggara program kependudukan dan KB sedangkan untuk di kecamatan dan desa adalah penyuluh KB dan PLKB. Mekanisme Penyelenggara operasioanl program kependudukan dan KB di Kabupaten Gianyar meliputi 8 (delapan) langkah antara lain : 1. Analisis data keluarga dan potensi wilayah 2. Pertemuan PLKB/PKB 3. Pertemuan PKB/PLKB dg Puskesmas 4. Pertemuan PKB/PLKB dengan perangkat kecamatan 5.
Pertemuan PKB/PLKB dg unsur Perangkat Desa
6. Pertemuan PKB/PLKB dg Kader 7. Pelayanan KIE Toma/Toga/Mitra PKB/PLKB, Pelayanan KIE oleh Kader kepada sasaran baik keluarga, Balita/Remaja/Lansia dan remaja 8. Pelayanan KB di Klinik dan Pembinaan di klinik. Jenis data demografi menggambarkan keadaan anggota keluarga dari setiap kelurga yang meliputi kepala kelurga menurut jenis kelamin, kepala kelurga menurut satus pekerjaan, kepala kelurga menurut status perkawinan, kepala keluarga menurut tingkat pendidikan,keluarga mendaptkan kredit mikro/bantuan modal. Sedangkan jenis data keluarga berencana yang menggambarkan keluarga tentang peserta KB meliputi nama istri dari pasangan usia subur, umur istri dari pasangan usia subur, menurut kelompok umur, peserta KB, bukan peserta KB. Dari data demografi dapat diketahui berapa jumlah anggota keluarga berapa jumlah balita dalam keluarga tersebut. Dari data geografi dapat dipisah-pisahkan berapa keluarga yang punya balita, berapa kelurga yang punya remaja dan berapa keluarga yang punya lansia. Dari data kelurga berencana menurut kelompok umur dilihat mana yang sudah ber KB dan mana yang belum termasuk kontrasepsi yang
digunakan. Kesemuanya itu data itu dijadikan pegangan untuk menetapkan sasaran pelayanan KB di RTRW/Dusun. Langkah pelayanan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) adalah tahap penyaringan peserta KB MOP yaitu : 1. Petugas
PLKB
melakukan
sosialisasi
KIE
kelapangan,
disamping
sebelumnya sudah ada sosialisasi dengan para toma, toga dan kader 2. Petugas PLKB memberikan pelayanan dengan mobil keliling 3. Petugas PLKB mendapatkan Data berapa jumlah PUS tiap-tiap kecamatan. 4. PUS peserta KB dan Bukan peserta KB yang tertarik mendatangi Kader untuk mendapatkan informasi. Oleh petugas dilakukan pelayanan KIE. Pelayanan KIE dilakukan oleh petugas PLKB. Pelayanan KIE adalah kegiatan komunikasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku keluarga, masyarakat dan penduduk dalam program KB. Isi pesan KIE adalah informasi program KB Nasional yang perlu diketahui oleh keluarga, masyarakat dan penduduk. Proses penyampaian isi pesan program KB dan KS dari petugas kepada masyarakat atau individu untuk mendapatkan tanggapan. Pesan yang disampaikan berbagai informasi berupa data dan fakta tentang KKB untuk diketahui dan dimanfaatkan oleh siapa saja, agar terjadinya perubahan seseorang, kelompok dan masyarakat dalam program KB. 5. Jika individu atau PUS tertarik akan dilakukan konseling. Konseling pertama akan dilakukan oleh petugas KB untuk membantu calon aseptor mendapat informasi dan bantuan pemecahan masalah. Konseling pertama penting dilakukan karena metode vasektomi sifatnya permanen, maka untuk mendapatkan tindakan, calon aseptor harus memenuhi 3 persyaratan yaitu syarat sukarela, syarat bahagia dan syarat sehat. Syarat sukarela dimaksud adalah calon peserta tetap memilih vasektomi setelah diberi penjelasan bahwa: -
Ada alat kontrasepsi lain yang dapat digunakan
-
Vasektomi dilakukan melalui pembedahaan
-
Sebagai tindakan pembedahan kemungkinan ada risiko
-
Vasektomi hasilnya permanen, untuk kasus tertentu dapat dilakukan penyambungan kembali tetapi tidak dianjurkan kareana biayanya relative mahal.
-
Diberi kesempatana untuk mempertimbangkan keputusannya. Syarat bahagia yang dimaksud adalah : - calon perserta terikat dalam perkawinan yang sah - Calon peserta mempunyai anak hidup sekurangnya dua orang jika anak hanya dua yang terkecil minimal berumur dua tahun - Anak yang dimiliki dalam keadaan sehat fisik dan mental - umur istri 25 tahun sampai dengan menopause. Setelah dikonseling ada kemungkinan keputusan yang diambil calon peserta yaitu :
6. Membatalkan keputusan memilih metode vasektomi, beralih ke metode kekontrasepsi lain 7. Menunda keputusan memilih metode vasektomi, masih mempertimbangkan 8. Tetap memilih metode vasektomi. Dari hasil penjaringan calon aseptor yang dilakukan oleh petugas PLKB di seluruh kecamatan yang ada di kabupaten gianyar, maka diperoleh data calon aseptor yang langsung dilakukan konseling. Ada beberapa calon aseptor yang akan dikonseling oleh petugas. masing-masing calon aseptor dikonseling dengan waktu yang tidak bersamaan. Ada yang langsung setelah dikonseling melakukan tindakan operasi, ada yang masing menunggu waktu yang tepat. Sehingga oleh petugas calon aseptor ini selalu dipantau oleh petugsa. Penjaringan calon aseptor sudah dimulai dari bulan januari 2015 sampai dengan Desember 2015. DATA ASEPTOR 2015 Sampai bulan Desember 2015 dari sosialisasi yang sudah dilakukan oleh petugas PLKB ada 30 aseptor yang sudah dikonseling di seluruh kecamatan yang ada di kabupaten Gianyar. Dari ke 30 orang yang sudah dikonseling semuanya melakukan tindakan vasektomi. Secara umum berikut data ke 30 orang aseptor yang sudah melakukan tindakan vasektomi pada tahun 2015 dapat dilihat pada tabel. 1
Tabel 1 Karakteristik Sosio Demografi Aseptor Vasektomi tahun 2015 (Nama Aseptor, Jenis Kelamin, Pendidikan, Alamat, Status dan Agama) No
Aseptor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Aseptor 1 Aseptor 2 Aseptor 3 Aseptor 4 Aseptor 5 Aseptor 6 Aseptor 7 Aseptor 8 Aseptor 9 Aseptor 10 Aseptor 11 Aseptor 12 Aseptor 13 Aseptor 14 Aseptor 15 Aseptor 16 Aseptor 17 Aseptor 18 Aseptor 19 Aseptor 20 Aseptor 21 Aseptor 22 Aseptor 23 Aseptor 24 Aseptor 25 Aseptor 26 Aseptor 27 Aseptor 28 Aseptor 29 Aseptor 30
JK Laki Laki Laki Laki Laki Laki Laki Laki Laki Laki Laki Laki Laki Laki Laki Laki Laki Laki Laki Laki Laki Laki Laki Laki Laki Laki Laki Laki Laki Laki
Pendidikan SMA SMA SMA SD SMP SMP SMA SMA Diploma SMP SD SD Tidak tamat SD SMA SMP SMA SD SMP SMA SMA D1 SMA SMA SMA SMP SMP SMA SD SD SMP
Alamat Palak Sukawati Payangan Tegallalang Tegalalang Tegallalang Gianyar Payangan Sukawati Denpasar Gianyar Singapadu Tegallang Keramas Tegallalang Singapadu Tegallalang Tegalsari Gianyar GIanyar Tegalalang Buruan Gianyar Buruan Gianyar Buruan Gianyar Buruan Gianyar Buruan Gianyar Buruan Gianyar Buruan Gianyar Jember Banyuwangi Buruan Gianyar
Status Menikah Menikah Menikah Menikah Menikah Menikah Menikah Menikah Menikah Menikah Menikah Menikah Menikah Menikah Menikah Menikah Menikah Menikah Menikah Menikah Menikah Menikah Menikah Menikah Menikah Menikah Menikah Menikah Menikah Menikah
Agama Hindu Hindu Hindu Hindu Hindu Hindu Hindu Hindu Hindu Hindu Hindu Hindu Hindu Hindu Hindu Hindu Hindu Hindu Islam/j Hindu Hindu Hindu Hindu Hindu Hindu Hindu Hindu Islam /j Hindu Hindu
Dari Tabel diatas dapat dilihat aseptor KB vasektomi semuanya laki-laki yang sudah menikah dan memiliki anak. Tingkat pendidikan aseptor yang menempuh pendidikan sampai Sekolah Dasar (SD) berjumlah 6 orang, yang berpendidikan sekolah menengah tingkat pertama (SMP) berjumlah 8 orang, yang berpendidikan sekolah menengah atas (SMA) berjumlah 13 orang, yang berpendidikan Diploma satu (D1) berjumlah 2 orang dan yang tidak tamat sekolah berjumlah 1 orang. Semua aseptor bertempat tinggal di 7 kecamatan kabupaten Gianyar dan beragama Hindu sebanyak 28 orang beragama islam sebanyak 2 orang.
Tabel 2 Karakteristik Sosio Demografi Aseptor Vasektomi tahun 2015 (Nama Aseptor, Umur, Jumlah Anak) Aseptor Aseptor 1 Aseptor 2 Aseptor 3 Aseptor 4 Aseptor 5 Aseptor 6 Aseptor 7 Aseptor 8 Aseptor 9 Aseptor 10 Aseptor 11 Aseptor 12 Aseptor 13 Aseptor 14 Aseptor 15 Aseptor 16 Aseptor 17 Aseptor 18 Aseptor 19 Aseptor 20 Aseptor 21 Aseptor 22 Aseptor 23 Aseptor 24 Aseptor 25 Aseptor 26 Aseptor 27 Aseptor 28 Aseptor 29 Aseptor 30
Umur
Jumlah Anak
45 35 44 40 39 36 29 48 55 30 52 45 38 43 50 47 35 45 46 45 45 42 40 47 45 45 49 40 40 45
2 2 2 4 3 3 2 3 3 2 4 3 4 2 7 3 5 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 4 3 5
Keterangan 1 Laki-laki ,1 Perempuan 1 Laki-laki ,1 Perempuan 2 Laki-laki 2 L aki-laki, 2 Perempuan 1 Laki-laki, 2 Perempuan 2 Laki-laki, 1 Perempuan 1 Laki-laki, 1 Perempuan 1 Laki-laki, 2 Perempuan 2 Laki-laki, 1 Perempuan 2Laki-laki 2 Laki-laki, 2 Perempuan 1 Laki-laki, 2 Perempuan 2 Laki-laki, 1 Perempuan 1 Laki-laki, 1 Perempuan 2 Laki-laki, 5 Perempuan 1 Laki-laki ,2 Perempuan 1 Laki-laki , 4Perempuan 1 Laki-laki ,1 Perempuan 2 Laki-laki 1 Laki-laki ,1 Perempuan 1Laki-laki ,2 Perempuan 1Laki-laki, 2 Perempuan 3 laki-laki 2 Laki-laki 1 Perempuan ,1Laki-laki 1Laki-laki ,1 Perempuan 2 laki-laki 1Perempuan ,3 Laki-laki 1Laki-laki, 2Perempuan 1Laki-laki ,4Perempuan
Dari data dalam tabel diatas umur aseptor yang berumur 29 tahun sebanyak 1 orang, aseptor yang berumur 30 tahun sebanyak 1 orang, berumur 35 tahun sebanyak 2 orang, yang berumur 36 tahun sebanyak 1 orang, berumur 38 tahun sebanyak 1 orang, yang berumur 39 tahun sebanyak 1 orang, yang berumur 40 tahun sebanyak 4 orang, yang berumur 42 tahun sebanyak 1 orang, yang berumur 43 tahun sebanyak 1 orang, yang berumur 44 tahun sebanyak 1 orang yang berumur 45 tahun sebanyak 8
orang, yang berumur 46 tahun sebanyal 1 orang, yang berumur 47 tahun sebanyak 1 orang yang berumur 49 tahun sebanyak 1 orang, yang berumur 50 tahun sebanyak 1 orang yang berumur 52 tahun sebanyak 1 orang dan yang berumur 55 tahun sebanyak 1 orang. Dalam kelompok umur 29 – 33 tahun berjumlah 2 orang, kelompok umur 3438 tahun berjumlah 4 orang, kelompok umur 39-43 berjumlah 7 orang, kelompok umur 44-48 berjumlah 11 orang, kelompok umur 49-53 tahun berjumlah 3 orang dan kelompok umur 54-58 berjumlah 1 orang. Jumlah anak yang dimiliki masing-masing aseptor adalah aseptor yang memiliki jumlah anak 2 orang ada 13 aseptor, aseptor yang memiliki jumlah anak 3 orang ada 10 aseptor, aseptor yang memiliki jumlah anak 4 orang ada 4 aseptor, aseptor yang memiliki jumlah anak 5 orang ada 2 aseptor dan aseptor yang memiliki anak 7 orang ada 1 aseptor. PENGAMBILAN KEPUTUSAN SETELAH DIKONSELING Setelah dilakukan konseling semua calon aseptor melakukan tindakan memakai KB. Jenis KB yang dipakai ke 30 orang aseptor adalah KB vasektomi. Alasan aseptor memilih KB vasektomi ada beberapa alasan yang dikemukan antara lain sebanyak 19 orang menyatakan memilih KB vasektomi karena tidak ingin punya anak lagi, 3 orang menyatakan lebih praktis dan aman dari kebobolan (IUD), 1 orang mengatakan dua anak cukup, 1 orang mengatakan karena pernah kebobolan, 2 orang mengatakan berbagi peran dengan istri, 3 orang mengatakan bantu istri karena istri bermasalah dengan KB, 1 orang mengatakan karena disuruh istri karena istri tidak cocok dengan KB suntik, pil pasang dan istri tidak mau steril. Informasi KB vasektomi dipahami oleh aseptor sebagai jenis KB pria, KB untuk mencegah kehamilan,KB yang aman, sehat dan tidak ada efek samping,
informasi penggunaan vasektomi, manfaat dan tujuan, menjaga keseimbangan rumah tangga dan tidak terjadi kehamilan, KB yang aman untuk berhubungan dengan suami istri, dan KB gratis. Manfaat KB vasektomi diketahui oleh aseptor bermanfaat untuk mencegah kehamilan dan tidak ingin punya anak lagi, lebih aman dan nyaman , menjaga kesehatan, menekan sel dalam sperma, wujud kasih saying dalam keluarga dan khawatir istri hamil, lebih ringan pemakaian dari KB wanita, membantu istri, istri tidak perlu berKB, dan istri tidak minum obat KB. Tujuan melakukan KB vasektomi diketahui oleh aseptor sebagai untuk mencegah kehamilan dan tidak ingin punya anak lagi, menjaga keharmonisan kelurga dan berbagi tanggujawab dengan istri, dan membantu istri. Sumber Informasi KB vasektomi diketahui oleh aseptor melalui petugas KB dan teman yang sudah melakukan KB vasektomi. Metode yang dipakai oleh petugas dalam penyampaian informasi KB vasektomi adalah dengan sosialisasi dan konseling. Calon aseptor tertarik melakukan KB vasektomi setelah mendapatkan informasi KB vasektomi dengan metode konseling. Dalam konseling calon aseptor mendapatkan penjelasan yang jelas mengenai proses dan manfaat KB vasektomi. Menurut aseptor metode konseling yang digunakan dalam penyampaian informasi KB vasektomi membuat calon aseptor merasa nyaman untuk mendapatkan informasi KB vasektomi. Sebelum dilakukan konseling sumber informasi yang diperoleh calon aseptor terhadap metode vasektomi diperoleh melalui teman, sosialisasi dari petugas namum penjelasnya kurang jelas. Menurut calon aseptor sebelum dikonseling belum mau melakukan KB vasektomi karena belum mengetahui informasi yang mendalam terhadap KB vasektomi.
SIKAP ASEPTOR TERHADAP KB YANG DIPILIH Semua Aseptor mengatakan sangat setuju metode konseling yang digunakan dalam penyampain informasi KB vasektomi adalah metode yang sangat tepat. Karena setelah dikonseling calon aseptor menjadi lebih mengetahui informasi KB vasektomi secara menyeluruh. menurut aseptor sangat setuju metode konseling digunakan sebagai metode yang sangat efektif dalam meningkatkan pengetahuan terutama dalam meningkatkan pengetahuan KB vasektomi seperti pengertian vasektomi, tujuan, proses dan manfaat vasektomi. Dibandingkan sebelum dikonseling aseptor mengaku belum mengetahui metode vasektomi secara benar baik dalam hal proses vasektomi maupun manfaat melakukan vasektomi. SIKAP ASEPTOR TERHADAP KESETARAAN GENDER Sikap aseptor tehadap kesetaraan gender positif. Aseptor melakukan tindakan KB vasektomi karena didahului dengan sikap yang sangat positif terhadap kesetaraan gender. Kesetaraan gender yang dimaksud oleh aseptor adalah bahwa laki-laki juga bisa mengambil bagian dalam melakukan KB. Sikap positif tersebut dibarengi dengan partisipasi laki-laki dalam meredam laju pertumbuhan penduduk dengan melakukan KB vasektomi. Aseptor setuju laki-laki Bali yang sudah menikah dan memiliki 2 orang anak dan mendapatkan persetujuan dari istri seharusnya melakukan KB vasektomi. Disamping itu aseptor juga setuju tidak ada aturan yang melarang laki-laki Bali yang sudah memiliki 2 orang anak dan mendapatkan persetujuan dari istri untuk melakukan KB vasektomi. Aseptor juga tidak setuju kalau KB vasektomi dilarang secara agama. PERILAKU DAN PENGETAHUAN TENTANG KB VASEKTOMI Keputusan aseptor setelah dikonseling adalah mengambil keputusan mau melakukan KB vasektomi. Alasan aseptor melakukan KB vasektomi adalah tidak
ingin anak lagi. Tindakan untuk tidak ingin punya anak lagi yang dilakukan aseptor berdasarkan keputusan sendiri dan persetujuan istri. Keputusan untuk melakukan KB vasektomi tidak ada paksaan atau tekanan dari siapapun. Keputusan diambil karena aseptor sudah mengetahui informasi tentang KB vasektomi secara menyeluruh. Setelah dikonseling calon aseptor mengambil keputusan melakukan tindakan operasi vasektomi. Sebelum dilakukan tindakan operasi calon aseptor diberikan konseling yang kedua oleh dokter yang akan melakukan tindakan operasi. Dokter menanyakan kembali kemantapan keputusan calon aseptor untuk melakukan tindakan operasi. Dan dokter menjelaskan kembali bahwa tindakan operasi yang diplih calon aseptor adalah operasi yang tidak memakai pisau. Dokter juga menjelaskan proses vasektomi, manfaat, resiko yang mungkin dialami dan perawatan pasca operasi. Dalam konseling ini Calon aseptor disarankan untuk lebih tenang pada saat operasi. Sebelum dikonseling aseptor belum memutuskan untuk melakukan KB vasektomi. AKSES LAYANAN SETELAH TINDAKAN OPERASI Setelah melakukan tindakan operasi seluruh aseptor mengaku mendapatkan pelayanan pemeriksaan. Jenis pelayanan yang diperoleh aseptor adalah mendapatkan pelayanan berupa kesehatan, pemeriksaan bekal luka, control bekas operasi dan pemeriksaan tekanan darah. Disamping itu aseptor mengaku mendapatkan pelayanan kesehatan berupa kunjungan rumah apabila aseptor merasa sakit setelah operasi dan mendapatkan pemeriksaan dan obat. Aseptor mengaku pada saat melakukan tindakan operasi didampingi oleh petugas PLKB, dokter dan bidan, istri, anak, teman,dan ada aseptor yang tidak ada yang mendampingi pada saat operasi, namun hal itu tidak mengurungkan niat calon aseptor untuk melakukan tindakan operasi.
Setelah dioperasi aseptor diberikan konseling yang ketiga yaitu konseling pascaoperasi. Tujuan koseling ini dilakukan adalah untuk melihat kondisi kesehatan aseptor. Dokter juga menanyakan bagaimana perasaan aseptor setelah dilakukan operasi. Menurut aseptor setelah dilakukan operasi aseptor mendapatkan pelayanan kesehatan berupa konseling, pemeriksaan jahitan, kontrol, perawatan bekas luka, pemeriksaan tekanan darah. Selain itu aseptor mengaku juga mendapatkan pelayanan yang lain berupa obat-obatan dan kondom. Petugas juga melakukan kunjungan kerumah-rumah aseptor yang baru selesai dioperasi. Tujuannya untuk memantau kesehatan bekas luka aseptor.
BAB V PEMBAHASAN 1.1.
Pengetahuan Aseptor Terhadap KB Vasektomi Rogers
dalam
bukunya
yang berjudul
“Diffusion
of
Innovations”
menyebutkan bahwa perilaku penerimaan seseorang terhadap suatu inovasi didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Setelah itu Rogers dan Shoemaker membagi proses pembuatan keputusan tentang adopsi inovasi menjadi empat tahap yaitu pengetahuan, persuasi, keputusan dan penguatan. Menurut Rahmasari dalam penelitiannya yang berjudul “Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Keikutsertaan Vasektomi Di Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang Tahun 2004” menyebutkan bahwa faktor pengetahuan pria tentang vasektomi berpengaruh secara signifikan. Pengetahuan calon aseptor setelah diberi konseling meningkat. Calon aseptor lebih memahami tujuan, manfaat dan proses dari melakukan KB vasektomi. Calon aseptor setelah dberi konseling mengambil keputusan dengan melakukan KB vasektomi. Adapun alasan memilih KB vasektomi atas kesadaran untuk tidak ingin punya anak lagi dan secara ekonomi, berbagi peran dengan istri, praktis dan aman dari kebobolan. Penelitian Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2007) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses Awareness (kesadaran), yaitu orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu. Dalam hal ini calon aseptor telah mempunyai kesadaran untuk berbagi peran dalam keluarga, tidak ingin punya anak lagi. Interest, yakni orang mulai tertarik, tidak kepada stimulus. Calon aseptor sudah mulai tertarik dengan metode vasektomi karena dirasa lebih aman dan praktis.
Aman yang dimaksud adalah tidak dapat menimbulkan kehamilan pada istri, atau terhindar dari kebobolan seperti memakai KB IUD. Praktis yang dimaksud tidak menggunakan pil atau suntik. Tahap Evaluation, (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. Sikap calon aseptor yang sudah menjadi aseptor sangat positif atau sangat setuju jika laki-laki ikut mengambil peran dalam mengatasi laju pertumbuhan penduduk. Sikap setuju juga ditunjukkan pada aseptor pada keseteraan gender yaitu laki-laki juga berperan dalam melakukan KB. Pada tahap Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru. Calon aseptor mengambil keputusan untuk melakukan KB vasektomi. Dan pada tahap Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Calon aseptor yang melakukan KB vasektomi dilandasi dengan pengetahuan, kesadara dan sikap yang positif terhadap metode MOP. Apabila penerimaan perilaku atau adopsi perilaku melalui proses seperti didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng dan begitu pula sebaliknya. Dalam Sarwono tahun 2007 Rogers dan Shoemaker mengubah teori mereka dengan membagi proses pembuatan keputusan tentang inovasi ini menjadi empat tahapan : e. Pengetahuan, individu mengetahui tentang adanya inovasi dan mendapat beberapa pengetahuan tentang inovasi tersebut. f. Persuasi, individu akan membentuk persepsi dan sikap terhadap inovasi kearah penerimaan atau penolakan. Pada tahap ini individu mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai inovasi tersebut. Memutusakan pesan apa yang dia anggap kredible dan memutuskan bagaimana menafsirkan pesan yang diterima individu Pada tahap ini sering kali
muncul berbagi persepsi terhadap suatu inovasi (Rogers, 1983). g. Keputusan, individu mengenal keputusan sesuai dengan sikap yang telah dibentuk pada persuasi. Keputusan ini bisa menerima atau menolak inovasi setelah melalui proses-proses sebelumnya. h. Penguatan, pada tahap ini individu akan mencari alasan-alasan penunjang (reinforcement) terhadap keputusan yang telah di ambil. Kalau alasanalasan tersebut tidak didapatkan maka kemungkinan akan terjadi tindakan yang berlawanan dengan keputusan yang telah diambil. Jadi yang semula mengadopsi bisa saja akhirnya dapat menolak atau sebaliknya.
.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Metode komunikasi interpersonal (konseling) sangat efektif digunakan dalam meningkatan pengetahuan calon aseptor terhadap metode MOP (vasektomi). Setelah diberi konseling pengetahuan calon aseptor terhadap metode MOP menjadi meningkat atau lebih memahami terutama dalam hal tujuan, manfaat dan proses operasi. Sebelum diberi konseling calon aseptor mendapatkan informasi terhadap metode MOP melalui sosialisasi dan informasi dari teman, namun informasi tersebut tidak lengkap. Sikap yang ditunjukkan aseptor terhadap peranan laki-laki dalam mengatasi laju pertumbuhan penduduk sangat positif. Aseptor sangat setuju kalau laki-laki Bali yang sudah menikah dan memiliki 2 orang anak dan mendapatkan persetujuan dari istri ikut dan mau melakukan KB vasektomi karena untuk berbagi peran dalam keseteraan gender di dalam rumah tangga. Keputusan aseptor melakukan KB Vasektomi dilandasi dengan pengetahuan yang baik dan sikap yang positif setelah diberi konseling.
B. Saran Metode konseling sangat efektif digunakan dalam penyampaian informasi KB vasektomi pada calon aseptor. untuk itu bagi instansi terkait yaitu PP dan KB kabupaten gianyar : 1. Agar lebih meningkatkan keterampilan konselor yaitu petugas PLKB dalam melakukan konseling. 2. Menambah tenaga konselor yang ada di masing-masing kecamatan. sehingga akan lebih banyak dapat menjaring calon aseptor selanjutanya. 3. Membuat ruang pojok konseling ketika melakukan sosialisasi ke lapangan
1
DAFTAR PUSTAKA
Barus, Henyria. 2009. Perilaku Pria Terhadap Penggunaan Alat Kontrasepsi di Desa BarusJahe, Kecamatan Barus Jahe, Kabuoaten Karo tahun 2009. FKM USU BKKBN 2008a. Penanggulangan Masalah Kesehatan Reproduksi, Jakarta, BKKBN. BKKBN 2008b. Policy Brief, KTD Cermin Kuantitas dan Kualitas Pelayanan KB di Provinsi Bali. In: BKKBN (ed.). Bali. BKKBN 2009. Booklet Peningkatan Partisipasi Pria "Vasektomi", Jakarta, BKKBN. BRUCE G. SIMON-MORTON, E. D., M.P.H. & WALTER H.GREENE, ED.D & NELL H. GOTTLIED, PH.D. 1995. Introduction to Health Education and Health Promotion, Illinois, Waveland Press. BUDISANTOSO, S. I. 2008. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Partisipasi Pria Dalam Keluarga Berencana Di Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul Tahun 2008. Universitas Diponegoro BUNCE A, G. G., SEARING H, FRAJZYNGIER V, RIWA P, KANAMA J, ACHWAL I. 2007. Factors affecting vasectomy acceptability in Tanzania [Online]. New York: National Center for Biotechnology Information (NCBI). Available: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17462984 [Accessed 26 Januari 2012]. EKARINI, S. M. B. 2008. Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Partisipasi Pria Dalam Keluarga Berencana Di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali. Universitas Diponegoro. ERNEST R HILGARD, R. C. A., RITA L ATKINSON 1975. Introduction to Psychologi, New York, Harcourt Brace Jovanovich Inc. GIANYAR, B. P. S. K. 2010. Gianyar Dalam Angka, Gianyar, BPS Gianyar. IPPF. 2011. What Is Contraception [Online]. IPPF. Available: http://www.ippf.org/en/Resources/Contraception/What+is+contraception.htm [Accessed Desember 26) 2011, ]. KOLS, A. 2008. Reducing unmet need for family planning: Evidencebased strategies and approaches. 25. Available: http://www.path.org/reproductive-health [Accessed 2 desember 2011].
MAGGIE DAVIES, W. M. 2006. Health Promotion Theory. In: NICK BLACK AND ROSALIND RAINE (ed.). London: London School of Hygiene and Tropical Medicine. NOTOATMODJO, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta, Rineka Cipta. PENELOPE HAWE, D. D., JANE HALL 1990. Evaluating Helath Promotion, A Health Worker Guide, Sydney, National Library Of Australia. PKBI 2009. Back to Family Planning Services : “In Responding the Community Family Planning Needs Post-Decentralization”. Community Based Contraception Distribution in 20 Provinces through Cadre Capacity Building, IPPA Best Practice and Lesson Learnt. Jakarta. POPIN, U. N. P. I. N. 1994. Report Of The International Conference On Population And Development Cairo, 5-13 September 1994) [Online]. Cairo: UN Population Division, Department of Economic and Social Affairs, with support from the UN Population Fund (UNFPA). Available: http://www.un.org/popin/icpd/conference/offeng/poa.html [Accessed 26 Januari 2012]. ROGERS, E. M. 1983. Diffusion of Innovations, New York, Free Press. SAIFUDDIN, A. B. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. SARWONO, S. 2007a. Pendidikan Kesehatan Dan Beberapa Model Perilaku. Sosiologi Kesehatan Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. SARWONO, S. 2007b. Perilaku Kesehatan. Sosiologi Kesehatan, Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. SUWIYOGA, D. K. 2001. Buku Ajar Keluarga Berencana, Denpasar, Universitas Udayana. SYARIEF, S. Year. Sambutan Kepala Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional. In: Seminar & Peluncuran Buku “State Of The World Population 2011”, 26 Oktober 2011 2011 Hotel Nikko, Jakarta. BKKBN.
UTARINI, A. 2007. Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan, Yogyakarta, Minat Utama Perilaku dan Promosi Kesehatan Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Pascasarjana Universitas Gajah Mada. WALGITO 2005. Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta, Andi.
LAMPIRAN Modul
MODUL TEKNIK KONSELING SEBAGAI MEDIA PENYAMPAIAN INFORMASI METODE KONTRASEPSI VASEKTOMI UNTUK MENINGKATKAN PASANGAN USIA SUBUR MELAKUKAN KB VASEKTOMI SEBAGAI PILIHAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DI KABUPATEN GIANYAR
TIM PENYUSUN 1. Ni Komang (197912022006042023)
Ekawati,S.Psi,
2. Dinar SM (197510182009122002) 3. Luh Kadek Pande (198005222008122004)
Psi,
Lubis,
Ary
MPH
SKM,MPH
Susilawati,S.Psi,
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN
M.Psi,Psi
UNIVERSITAS UDAYANA 2015 KATA PENGANTAR Peningkatan jumlah penduduk yang terjadi setiap tahun membuat pemerintah melalui BKKBN menetapkan upaya strategis pengendalian penduduk namun cukup terkendala dalam pelaksanaannya, salah satunya adalah partisipasi pria dalam program keluarga berencana (KB). Paradigma baru program KB adalah telah mengarah dan berorientasi kepada kesetaraan dan keadilan gender, artinya ada kesetaraan ber-KB antara pria maupun wanita (ICPD, 1994). Permasalahan yang terjadi di lapangan adalah masih rendahnya partisipasi pria dalam kesetaraan KB pria, yang terlihat dari rendahnya penggunaan alat kontrasepsi vasektomi oleh pria sebanyak 287 orang dari 66.701 ribu peserta KB yang tercatat aktif sebagai akseptor KB (Gianyar, 2010). Data lapangan BPPKB Kabupaten Gianyar tahun 2009-2010 menunjukkan perbandingan 117:15 antara pemilihan metode tubektomi pada wanita dan vasektomi pada pria. Hal ini memperlihatkan masih belum seimbangnya pemilihan metode kontrasepsi jenis vasektomi. Menurunnya partisipasi pria sebagai akseptor KB disebabkan karena kurangnya pengetahuan pria terhadap pengertian dan proses pemakaian metode ini. Informasi yang ditekankan adalah manfaat dan tujuan dari metode vasektomi namun tidak dijelaskan di awal alasan untuk menghilangkan rasa takut calon akseptor terhadap metode vasektomi. Isu tentang metode KB vasektomi sangat sensitif sehingga perlu dilakukan komunikasi interpersonal (konseling) antara konselor dengan calon akseptor. Dengan konseling, calon akseptor akan mendapatkan informasi secara menyeluruh mengenai KB laki-laki dan calon akseptor akan merasa nyaman dan aman untuk bertanya sehingga mampu membuat keputusan berdasarkan kondisinya. Modul ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi fasilitator dalam menyampaikan informasi (konseling) bagi pasangan usia subur yang melakukan KB vasektomi. Penulis
November, 2015
DAFTAR ISI
Daftar Isi Pedoman Umum Fasilitator
Daftar Sesi : 1. Sesi 1 2. Sesi 2 3. Sesi 3 4. Sesi 4 5. Sesi 5 6. Sesi 6
Lampiran Lembar inform consent
Pedoman Umum Fasilitator
Modul ini disusun sebagai panduan dalam penyampaian dan penerapan teknik konseling sebagai media penyampaian informasi bagi fasilitator agar dapat memahami dan menerapkan teknik konseling secara tepat kepada pasangan usia subur selanjutnya disebut akseptor yang akan melakukan KB dengan metode vasektomi. Teknik konseling digunakan sebagai metode untuk membantu atau memandu pasangan usia subur dalam memgambil keputusan melakukan pilihan KB vasektomi.
Fasilitator tidak boleh menggurui dan tidak harus menjadi narasumber, tetapi juga tidak boleh melepaskan diri dari proses konseling. Secara pribadi, faslitator diharapkan mampu bersikap hangat, respek, ramah, dan mampu menjaga rahasia. Fasilitator harus mampu mendorong akseptor untuk mengungkapkan masalah, memahami masalah, dan mengambil keputusan secara tepat dalam memilih KB metode vasektomi. Dengan demikian, modul ini penting untuk diperhatikan dan menjadi pedoman bagi fasilitator agar proses konseling berlangsung efektif antara akseptor dengan fasilitator.
Secara garis besar, di bawah ini dikemukakan pedoman sikap bagi fasilitator: a. Secara pribadi, fasilitator mampu menerima dan menghargai kondisi para akseptor
yang
akan
melakukan
KB
metode
vasektomi
dengan
mengesampingkan hal-hal negatif yang ada pada diri mereka, serta lebih fokus pada sisi positifnya. b. Mampu bersikap hangat yang tampil dalam intonasi suara, ekspresi mata, sikap tubuh, dan gesture (mimik muka, gerakan-gerakan fisik), serta menyapa dengan ketulusan hati agar komunikasi menjadi menyenangkan. c. Mampu bersikap respek dengan menghormati dan memperlakukan akseptor selayaknya teman atau tamu yang diharapkan kehadirannya. d. Empati
(pemahaman)
dengan
menunjukkan
sikap
menghargai
dan
memahami hal yang dipikirkan dan dirasakan, mencoba menempatkan diri secara sadar terhadap kondisi yang dialami, dan siap mendengarkan hal yang ingin disampaikan oleh akseptor.
e. Bersikap ramah dengan menggunakan kata-kata serta mimik muka yang menentramkan. f.
Mampu menjaga rahasia dengan tidak menceritakan hal yang disampaikan oleh akseptor kepada orang lain.
g.
Memiliki kepekaan yang tajam terhadap kondisi-kondisi sosial psikologis yang dialami akseptor sehingga mampu melihat masalah secara lebih tajam.
h. Siap menghadapi dan percaya diri mampu untuk memberikan arahan secara jelas. i.
Memiliki pengetahuan yang
cukup tentang
KB metode vasektomi,
pengetahuan tentang perilaku manusia, kondisi sosial budaya, norma, dan aturan agama. j.
Memiliki ketrampilan komunikasi yang baik, seperti menyapa, menggunakan kalimat yang positif dan memotivasi, memperhatikan situasi yang tepat untuk melakukan teknik konseling, serta menampilkan bahasa tubuh yan menghargai.
k. Mampu memahami kerangka berpikir akseptor, seperti perasaan, ketakutan, dan kecemasan yang dialaminya saat memutuskan untuk melakukan KB metode vasektomi. Secara garis besar, tahapan konseling terbagi dalam beberapa sesi sehingga penting bagi fasilitator untuk memperhatikan beberapa hal berikut : 1. Dalam membuka sesi konseling, sebaiknya fasilitator : a. memberikan penjelasan tentang konseling b. memberikan penjelasan tentang tujuan konseling agar dapat disepakati oleh akseptor c. memberikan
penjelasan
tentang
langkah-langkah
dalam
proses
konseling d. mempersuasi
akseptor
dengan
informasi
mengenai
KB
metode
vasektomi agar terjadi perubahan perilaku; akseptor mau memilih untuk menggunakan KB metode vasektomi. 2. Dalam memfasilitasi jalannya proses konseling, sebaiknya fasilitator: a. Mempersilahkan akseptor untuk menyampaikan pengetahuan, perasaan, dan ketakutannya dalam melakukan KB metode vasektomi. b. memberi kesempatan kepada akseptor mengajukan pendapat dengan bebas dan menjelaskan keraguan atau kekhawatirannya. c. Mengajak akseptor untuk mempertimbangkan segala yang disampaikan dan dirasakannya beserta konsekuensinya.
d. Mengajak akseptor untuk memutuskan dengan sadar, termasuk konsekuensi atas pilihannya agar dapat menjalani proses dengan baik. 3. Dalam mengakhiri sesi konseling, sebaiknya fasilitator: a. Mengulas kembali pilihan yang sudah dibuat oleh akseptor dengan melakukan konfirmasi ulang. Fasilitator hanya memberikan pendapat akhir apabila diperlukan. b. Mengajak
akseptor
menyadari
pilihannya
dan
mengingatkan
konsekuensi atas pilihannya dalam melakukan KB metode vasektomi agar nantinya tidak menyalahkan diri atau melampiaskannya kepada orang lain.
SESI 1: MEMBANGUN HUBUNGAN (RAPPORT)
Pengantar Hubungan yang baik adalah kunci keberhasilan dalam penyampaian informasi pada teknik konseling. Fasilitator harus memiliki kepekaan terhadap kondisi akseptor, mampu menghayati perasaan, dan mampu mengeskpresikan secara tepat. Kemampuan dalam membangun hubungan awal (rapport) yang baik merupakan suatu proses yang akan membantu fasilitator memastikan akseptor dalam kerangka berpikir yang positif. Proses rapport akan lebih bermakna ketika fasilitator mampu menampilkannya dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Kehangatan, ekspresi suara yang bersahabat dan ramah, penerimaan penuh, dan ketertarikan atas situasi masalah konseli merupakan aspek nonverbal yang penting untuk diperhatikan dan dilakukan oleh fasilitator.
Tujuan Setelah mengikuti sesi ini, fasilitator akan: Mampu memahami dan memiliki skills untuk membangun kerjasama dengan akseptor. Mampu menumbuhkan rasa nyaman pada diri akseptor terhadap fasilitator dan proses konseling. Mampu memenuhi kebutuhan atau memfasilitasi masalah akseptor terkait pemilihan metode KB vasektomi. Pokok Bahasan Materi dasar dan teknik konseling Ketrampilan membangun rapport Identifikasi masalah Langkah-langkah Langkah-langkah yang dapat dilakukan fasilitator dalam membangun rapport, antara lain:
Fasilitator memperkenalkan diri dan tujuan kedatangan kepada akseptor. Tidak lupa mengucapkan salam. Fasilitator memberi perhatian kepada akseptor yang diwujudkan dalam bentuk kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan. Menyimak atau memperhatikan penuturan akseptor selama proses berlangsung dalam bentuk mendengarkan aktif dan menampung permasalahan akseptor. Menginformasikan tentang KB metode vasektomi kepada akseptor dengan bahasa yang jelas dan sopan. Memperhatikan situasi dan kondisi akseptor saat itu, terutama jika akseptor belum terbuka dengan metode KB vasektomi. Memperhatikan respon akseptor atas informasi yang disampaikan, baik secara verbal maupun non verbal. Fasilitator
belajar
untuk
merasakan
perasaan,
pikiran,
keinginan,
dan
pengalaman akseptor, dengan kata lain menunjukkan sikap empati. Fasilitator mampu melakukan refleksi dengan memantulkan kembali perasaan, pikiran, dan pengalaman akseptor sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan nonverbalnya. Fasilitator mampu menunjukkan kehangatan emosi, menjamin kerahasiaan data, menyadari dan menghargai keberadaan konseli.
Catatan untuk Fasilitator Fasilitator diharapkan mampu membangun hubungan dengan baik dan memiliki kepekaan dengan kebutuhan akseptor sehingga mampu menumbuhkan rasa percaya akseptor terhadap proses konseling dan juga terhadap fasilitator. Selain itu, diharapkan akseptor memiliki wawasan dan pemahaman baru terhadap metode KB vasektomi sehingga terjadi suatu perubahan perilaku pada diri akseptor dan kemudian berkomitmen melakukannya.
SESI 2: MENGAJUKAN PERTANYAAN
Pengantar Keterampilan bertanya merupakan salah satu bagian penting dalam proses komunikasi antara antara fasilitator dengan akseptor. Dengan mengajukan pertanyaan secara tepat dapat membantu konseli memperoleh pemahaman tentang metode KB vasektomi secara jelas. Fasilitator perlu mempelajari ketrampilan dalam mengajukan pertanyaan, baik mengajukan pertanyaan terbuka maupun pertanyaan tertutup. Pertanyaan terbuka termasuk ke dalam probing dimana memungkinkan akseptor memberikan jawaban secara terbuka dan membantu akseptor menggali diri. Pertanyaan tertutup merupakan klarifikasi atas cerita akseptor. Pertanyaan yang dapat dijawab dengan jawaban ya atau tidak, atau dijawab dengan satu atau dua kata. Jawaban yang singkat akan berakibat muncul banyak pertanyaan selanjutnya dari fasilitator.
Tujuan Setelah mengikuti sesi ini, fasilitator akan: Mampu menggali perasaan, pikiran dan pengalaman akseptor terhadap metode KB vasektomi. Mampu memahami jenis pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup. Memiliki ketrampilan mengajukan pertanyaan secara tepat.
Pokok Bahasan Materi teknik bertanya dalam konseling Teknik menangkap pesan
Langkah-langkah Langkah-langkah yang dapat dilakukan fasilitator dalam mengajukan pertanyaan, antara lain: Menggali informasi dan masalah akseptor dengan menggunakan intonasi yang menunjukkan minat dan perhatian.
Melakukan probing dengan mengajukan pertanyaan terbuka. Contoh pertanyaan terbuka, antara lain: - “Apakah anda mengalami kesulitan untuk melakukan vasektomi?” - “Bagaimana perasaan anda jika melakukan vasektomi?” Memberi kebebasan atau kesempatan kepada dalam menjawab pertanyaan. Mengulang kembali pernyataan yang diekspresikan oleh akseptor. Melakukan
klarifikasi
dengan
mengajukan
pertanyaan
tertutup.
Contoh
pertanyaan tertutup, antara lain: - “Apakah anda melakukan metode KB vasektomi?” - “Apakah anda mengetahui caranya melakukan vasektomi?” Menanyakan data diri seperti jumlah anak, penggunaan metode KB yang sudah dilakukan, riwayat kesehatan. Jelaskan bahwa keterangan tersebut menjadi data untuk mengidentifikasi kecocokan akseptor dalam menggunakan metode Kb vasektomi. Mengajukan pertanyaan refleksi dengan menanyakan kembali perasaan, pertanyaan dan isi pembicaraan kepada akseptor. Menciptakan suasana yang nyaman dalam berkomunikasi dengan akseptor untuk mencapai proses pengambilan keputusan. Catatan untuk Fasilitator Fasilitator
diharapkan mampu
mengajukan pertanyaan
dengan tepat
dan
memahami pertanyaan yang diajukan sehingga mampu mendapatkan keterangan atau data penting tentang kebutuhan akseptor terhadap program KB metode vasektomi. Karena pertanyaan yang tidak jelas akan direspon secara tidak jelas sehingga ketrampilan memilih kalimat bertanya yang baik dan tepat menjadi penting untuk dilakukan.
SESI 3: MENGURAIKAN TENTANG KB METODE VASEKTOMI
Pengantar Penjelasan mengenai cara-cara atau metode KB vasektomi oleh fasilitator dapat membantu akseptor dalam melakukan pertimbangan dan keputusan atas metode tersebut. Berapa banyak penjelasan yang diperlukan oleh akseptor adalah tergantung dari pengetahuan yang sudah dimiliki terhadap metode KB vasektomi.
Tujuan Setelah mengikuti sesi ini, fasilitator akan: Mampu menjelaskan tentang KB metode vasektomi kepada akseptor. Mampu membantu akseptor dalam melakukan pertimbangan dan keputusan untuk melakukan KB metode vasektomi.
Pokok Bahasan Materi KB metode vasektomi Teknik komunikasi verbal lisan
Langkah-langkah Langkah-langkah yang dapat dilakukan fasilitator dalam menguraikan informasi tentang metode KB vasektomi, antara lain: Mengajukan pertanyaan dan mengidentifikasi pengetahuan konseli terhadap metode KB vasektomi. Temukan jika ada kekeliruan atau kesalahan atas informasi yang diketahui oleh akseptor. Jika terjadi kekeliruan atau kesalahan, usahakan untuk membetulkan apa yang diketahui akseptor dengan tidak menyinggung perasaannya. Jelaskan dan uraikan tentang cara-cara tentang metode KB vasektomi, seperti 1. Cara kerja 2. Keuntungan dan kelebihan 3. Kemungkinan efek samping 4. Tingkat keberhasilan 5. Siapa saja yang bisa memakai
6. Siapa yang tidak bisa memakai (kontraindikasi)
Catatan untuk Fasilitator Fasilitator diharapkan mampu peka dengan penguasaan informasi konseli terhadap KB metode vasektomi sehingga mampu mengklarifikasi secara tepat, tanpa menyinggung perasaan akseptor. Selanjutnya fasilitator penting memberikan wawasan atau informasi yang benar dan menyeluruh.
SESI 4: MENGARAHKAN PADA PILIHAN METODE KB VASEKTOMI
Pengantar
Arahan fasilitator menjadi poin penting untuk membantu menjawab kebutuhan akseptor sehingga diperlukan kemampuan untuk mendengar secara baik dan aktif serta keterampilan dalam mengajukan pertanyaan untuk menjaga proses konseling agar hasilnya sesuai dengan yang diharapkan. Fasilitator diharapkan mampu mendorong pola pikir dan perilaku akseptor mengarah pada pilihan metode KB vasektomi.
Tujuan Setelah mengikuti sesi ini, fasilitator akan: Mampu peka terhadap kondisi atau masalah akseptor. Mampu menyimpulkan kebutuhan akseptor. Mampu mengarahkan dan meyakinkan akseptor untuk melakukan metode KB vasektomi Pokok Bahasan Kemampuan mendengar aktif Kemampuan analisa sintesa Ketrampilan bertanya Ketrampilan komunikasi persuasi
Langkah-langkah Langkah-langkah yang dapat dilakukan fasilitator dalam mengarahkan akseptor pada pilihan metode KB vasektomi, antara lain: Menanyakan kondisi akseptor, seperti rencana tentang anak (jumlah anak atau menambah anak atau target memiliki anak dengan jenis kelamin tertentu), kondisi ekonomi, dan aktivitas atau pekerjaan pasangan akseptor. Mengajukan pertanyaan seputar pilihannya atas metode KB vasektomi. Perhatikan keyakinan akseptor jika metode vasektomi menjadi pilihannya dari jawaban yang dikemukakan; apakah belum yakin, belum bisa memilih, sudah ada alasan yang jelas, atau ingin mendapatkan pertolongan dalam memutuskan pilihan. Menggali secara mendalam sehingga akseptor mau terbuka menyampaikan ketakutan atau rasa khawatirnya terhadap pilihan tersebut. Bicarakan juga hal lain yang mempengaruhi rasa khawatirnya, seperti sumber informasi yang didengarnya pengaruhnya.
serta
pengaruhnya
kepada
diri
akseptor;
seberapa
kuat
Beri kesempatan akseptor untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebagai reaksi atas ketakutan atau rasa khawatirnya. Tanyakan jika ada hal yang kurang jelas atau hal lain yang ingin diketahuinya lebih lanjut. Ulangi penjelasan-penjelasan yang penting jika memang diperlukan. Jika akseptor masih menunjukkan rasa kurang nyaman atas pilihannya, bicarakan kembali dan ajak untuk melihat sisi positif atau manfaat dari pilihannya.
Catatan untuk Fasilitator Fasilitator diharapkan mampu mendengar dengan aktif dan terampil mengajukan pertanyaan agar lebih peka menangkap pesan dari akseptor (pengetahuan, rasa khawatir, hal lain yang berpengaruh terhadap keputusannya) sehingga terjadi perubahan pola pikir dan perilaku untuk mau memilih metode KB vasektomi.
SESI 5: MENJELASKAN PILIHAN ATAS METODE KB VASEKTOMI
Pengantar Akseptor perlu diberi penjelasan atas pilihannya agar lebih memahami, siap menjalankan pilihan dengan ikhlas, serta menghindari adanya rasa penyesalan di kemudian hari.
Tujuan Setelah mengikuti sesi ini, fasilitator akan: Mampu mengajak akseptor memahami tentang pilihannya menggunakan metode KB vasektomi. Mampu mendorong akseptor melakukan pilihannya dengan sepenuh hati dan ikhlas
Pokok Bahasan Kemampuan presentasi Uraian tentang KB metode vasektomi secara lengkap (tempat yang bisa dituju, prosedur pelaksanaan vasektomi) Alat peraga yang digunakan Langkah-langkah Langkah-langkah yang dapat dilakukan fasilitator dalam menjelaskan pilihan akseptor atas metode KB vasektomi, antara lain: Menggunakan alat peraga sebagai contoh dari pelaksanaan KB metode vasektomi. Tempat pelayanan dan biaya yang dibayarkan (puskesmas, bidan, dokter praktek swasta, dan lain-lain) Siapkan lembar inform consent untuk diisi sebagai bukti persetujuan akseptor untuk melakukan pilihan metode KB vasektomi. Jelaskan tentang isi lembar inform consent yang harus ditandatanganinya dan alasan-alasan dari sisi kepentingan dirinya maupun petugas yang melayani. Jelaskan secara detil dari cara-cara metode KB vasektomi.
Minta akseptor mengulangi kembali dan dengarkan baik-baik penjelasannya untuk memastikan apakah sudah memahami dengan benar. Jelaskan gejala atau tanda yang perlu diperhatikan serta hal yang harus dilakukan jika akseptor mengalami masalah di kemudian hari. Untuk mengingat dan memotivasi akseptor, gunakanlah bahan-bahan cetak, seperti leaflet, brosur, selebaran atau buklet untuk di rumah. Beritahukan bahwa akseptor dapat menemui kembali fasilitator jika ia menginginkannya
atau
jika
mengalami
kondisi
psikologis
yang
cukup
mengkhawatirkan.
Catatan untuk Fasilitator Fasilitator diharapkan mampu menjelaskan secara lengkap tentang metode KB vasektomi dengan menggunakan alat peraga visual untuk lebih memudahkan akseptor memahami pesan yang disampaikan. Perlu direferensikan tempat-tempat yang bisa melakukan metode KB ini. Penting meminta akseptor menandatangani lembar inform consent sebagai tanda persetujuan dan pemahamannya atas kelebihan, kekurangan serta efek samping dari pilihannya.
SESI 6: LAKUKAN KUNJUNGAN ULANG
Pengantar Saat akseptor sudah memilih dan memutuskan menggunakan metode KB vasektomi, penting bagi fasilitator untuk melakukan kunjungan ulang atau menyediakan
waktu
untuk
memantau
kondisi
atau
perkembangan
pasca
dilakukannya tindakan vasektomi. Penting untuk mengetahui manfaat atau kelemahan metode ini pada setiap akseptor.
Tujuan Setelah mengikuti sesi ini, fasilitator akan: Mampu mengajak akseptor untuk berkomunikasi secara intensif pasca tindakan. Mampu mendorong akseptor menemukan sisi positif dari metode ini.
Pokok Bahasan Kemampuan menjalin hubungan interpersonal Kemampuan bertanya
Langkah-langkah Langkah-langkah yang dapat dilakukan fasilitator dalam melakukan kunjungan ulang kepada akseptor, antara lain: Menanyakan apakah masih memakai metode KB vasektomi (setelah terakhir bertemu akseptor); Jika akseptor menjawab ”Ya” maka bertanyalah apakah akseptor cocok dan menyukai metode tersebut. Tanyakan apakah ada mengalami efek samping. Jika ada, bicarakan secara detil satu persatu setiap keluhan yang dikemukakan akseptor, jelaskan beberapa kemungkinan penyebabnya, dan saran yang bisa dilakukan untuk mengatasi kondisinya pasca tindakan vasektomi. Tanyakan apakah masih ada pertanyaan yang ingin diajukan. Jika ya, beri kesempatan untuk bertanya jika akseptor memang mau bertanya dan beri penjelasan atas keluhan atau keinginannya.
Catatan untuk Fasilitator Fasilitator perlu melakukan kunjungan ulang atau menyediakan waktu untuk memantau kondisi atau perkembangan akseptor untuk mengetahui manfaat atau kelemahan metode ini.
INFORMED CONSENT (LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN PENELITIAN)
Setelah membaca lembar persetujuan ini, maka saya menyatakan bersedia untuk berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian ini sehubungan dengan prosedur konseling yang dilakukan oleh peneliti, yaitu: Nama : Alamat : Usia
:
Alamat : Dengan judul penelitian “Teknik Konseling Sebagai Media Penyampaian Informasi Metode Kontrasepsi Vasektomi Untuk Meningkatkan Pasangan Usia Subur Melakukan KB Vasektomi Sebagai Pilihan Program Keluarga Berencana Di Kabupaten Gianyar” Demikian surat peryataan ini saya tanda tangani untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Gianyar,………………...2016
Ketua Peneliti Responden
Ni Komang Ekawati, MPH, Psikolog
(……………………………….)
LAMPIRAN 6. SURAT PERNYATAAN PERSONALIA PENELITIAN
1. Ketua Pelaksana 4.1 Nama dan Gelar Lengkap
: Ni Komang Ekawati, S.Psi, Psi, MPH
4.2 Pangkat/Golongan/NIP
: Penata Muda Tk.I/IIIb/197912022006042023
4.3 Jabatan
: Asisten Ahli
4.4 Bidang keahlian
: Promosi Kesehatan
4.5 Waktu yang disediakan untuk kegiatan ini: 6 jam/minggu. 2. Anggota Pelaksana 3.1 Nama dan Gelar Lengkap
: Dinar SM Lubis, SKM.MPH
3.2 Pangkat/Golongan/NIP
: Penata Muda Tk.I/IIIb/197510182009122002
3.3 Jabatan
: Asisten Ahli
3.4 Bidang keahlian
: Promosi Kesehatan
3.5 Waktu yang disediakan untuk kegiatan ini: 6 jam/minggu 3. Anggota Pelaksana 3.1 Nama dan Gelar Lengkap
: Luh Kadek Pande Ary Susilawati, S.Psi, M.Psi,Psi
3.2 Pangkat/Golongan/NIP
: Penata Muda Tk.I/IIIb/198005222008122004
3.3 Jabatan
: Asisten Ahli
3.4 Bidang keahlian
: Psikologi Klinis
3.5 Waktu yang disediakan untuk kegiatan ini: 6 jam/minggu
4. Anggota Pelaksana 3.1 Nama dan Gelar Lengkap
: Ni Putu Sawitri
3.2 Pangkat/Golongan/NIP
: IId/Pengatur Tk I/198710072010012029
3.3 Jabatan
:-
3.4 Bidang keahlian
: Promosi Kesehatan
3.5 Waktu yang disediakan untuk kegiatan ini: 6 jam/minggu