LAPORAN AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI JUDUL PENELITIAN KUALITAS MIKROBIOLOGIS DAN HYGIENE PEDAGANG LAWAR TERKAIT PENYAKIT TRAVELERS’ DIARE DI KAWASAN PARIWISATA GIANYAR, BALI
Nama peneliti utama Sang Gede Purnama, SKM, M.Sc Anggota :
Ni Md Hita Pratiwi, SSi, MHSc I Gede Herry Purnama, SST, MT, MIDEA
(NIDN: 00zxzz11098401) (NIDN: 0010108105) (NIDN: 0015027605)
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
Oktober, 2015
2
DAFTAR ISI
Hal Halaman pengesahan ……………………………………………………………
2
Daftar isi ………………………………………………………………………...
3
Ringkasan………………………………………………………………………...
4
Bab I pendahuluan………………………………………………………………
5
a. Latar belakang……………………………………………………………
5
b. Tujuan penelitian…………………………………………………………. 7 c. Urgensi penelitian ……………………………………………………….
7
d. Luaran yang dihasilkan …………………………………………………
7
Bab II. Tinjauan pustaka…………………………………………………………
8
a. Studi pendahuluan ……………………………………………………
8
b. Lawar……………………………………………………………………
9
c. Kandungan zat gizi lawar ………………………………………………
10
Bab III. Metode Penelitian a. Diagram alur ……………………………………………………………
13
b. Desain penelitian………………………………………………………
13
c. Tempat dan waktu penelitian ……………………………………………
14
d. Populasi dan sampel ……………………………………………………
14
e. Instrument penelitian ……………………………………………………
15
f. Cara pengumpulan data…………………………………………………
15
g. Prosedur pengambilan sampel dan pemeriksaan laboratorium …………
15
h. Teknik dan analisa data…………………………………………………
18
Bab IV Hasil dan pembahasan .. ……………………………………………….
22
Bab V. Simpulan dan Saran…………………………………………………….
29
Daftar pustaka………………………………………………………………….
30
Lampiran I format susunan tim peneliti dan pembagian tugas ………………..
31
Surat pernyataan………………………………………………………………
32
Biodata ketua dan anggota ……………………………………………………
33
3
I. RINGKASAN
Tingkat kontaminasi bakteri makanan yang disajikan oleh berbagai penyelenggara makanan merupakan masalah di bidang penyehatan makanan yang masih tinggi kejadiannya. Saat ini banyak ditemukan berbagai macam pedagang makanan yang ada di lingkungan sekitar kita, termasuk di daerah Bali dengan salah satu makanan khas tradisionalnya adalah lawar. Lawar tidak hanya disukai oleh masyarakat Bali, tetapi juga oleh wisatawan. Pengawasan terhadap lawar perlu dilakukan agar sesuai dengan standar kualitas makanan yang dapat mencegah terjadinya kasus traveler’s diarrhea. Berdasarkan penelitian pendahuluan yang telah dilakukan ditemukan 83% lawar terkontaminasi E. Coli. Dalam mempersiapkan makanan khas tradisional sebagai food tourism maka diperlukan kajian mengenai kualitas pangan. Hal ini untuk memenuhi keamanan pangan sehingga mampu bersaing di pasar global, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas mikrobiologis dan hygiene pedagang lawar di kawasan pariwisata Kabupaten Gianyar, Bali. Tujuan jangka panjangnya untuk melakukan upaya penyehatan makanan dan mencegah terjadinya kejadian diare pada wisatawan yang mengkonsumsi makanan lawar Bali. Penelitian ini merupakan studi analitik cross sectional dengan pendekatan kuantitatif, menggunakan metode kuesioner dan observasi, serta pemeriksaan laboratorium. Pengambilan sampel menggunakan teknik cluster sampling dengan jumlah sampel sebanyak 44 penjamah makanan dan 44 sampel lawar.
Kata kunci : mikrobiologis, lawar, kawasan wisata
4
BAB I PENDAHULUAN
a.
Latar Belakang Penyakit diare termasuk salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama
karena masih tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare. Kontaminan yang menyebabkan penyakit-penyakit tersebut adalah bakteri Escherichia coli, Coliform, Vibrio cholerae, dan Salmonella dalam sumber air atau makanan (BPOM, 2008). Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI. No. 1096/Menkes/Per/VI/2011 tentang persyaratan makanan jadi, salah satu syaratnya adalah angka bakteri Eschericia coli pada makanan 0/gram. Serta dalam SNI (Standar Nasional Indonesia) jenis bakteri patogen ini tidak diperbolehkan atau diijinkan dalam makanan ataupun minuman yang dikonsumsi manusia. Lawar juga merupakan salah satu jenis makanan khas tradisional Bali. Lawar ini sudah dikenal sejak lama oleh masyarakat Hindu di Bali yang makin populer dan makin luas konsumennya. Keadaan tersebut diketahui dari makin bertambahnya jumlah warung dan rumah makan yang menjual lawar Bali. Lawar tidak hanya disukai oleh masyarakat Hindu di Bali, tetapi juga disukai oleh wisatawan yang datang ke Bali, baik wisatawan domestik maupun oleh wisatawan mancanegara (Suter, et al., 2009). Penelitian oleh Purnama, et al. (2014) menemukan hasil pemeriksaan lawar merah pada 24 pedagang di Kawasan Ubud terdapat 22 pedagang yang positif E. Coli. Hal ini menunjukkan bahwa higiene pedagang lawar sangat rendah sehingga rentan terkontaminasi. Beberapa wisatawan melakukan wisata kuliner untuk menikmati masakan khas daerah. Sehingga jika ada kontaminasi kuman maka dapat berisiko kapada para wisatawan. Dalam penelitian Suter, et al. (2009) terdapat gambaran tentang mutu lawar yang dijual di kota Denpasar bahwa lawar putih (tanpa penambahan darah segar) dengan menggunakan daging sapi dan menggunakan air sumur, sebanyak 78 % contoh lawar (ada 9 contoh lawar) kandungan total mikrobanya sebanyak 9,03 x 106 5
koloni/g yaitu lebih tinggi dari kandungan total mikroba pangan segar sebanyak 10 6 koloni/g, sedangkan lawar merah mengandung rata-rata 8,89 x 106 koloni/g. Disamping itu baik lawar merah ataupun lawar putih ternyata tercemar oleh bakteri E. coli. Kondisi tersebut terjadi satu jam setelah lawar diolah oleh penjamah yang biasanya menggunakan tangan secara langsung untuk mencampurnya. Salah satu daerah di Bali yang menjadi tujuan wisata adalah Kabupaten Gianyar. Di Kabupaten Gianyar banyak tersebar pedagang yang menjual Balinese Food yang salah satu menunya adalah Lawar. Sebelumnya di tahun 2006 pernah terjadi kasus diare yang menimpa wisatawan Taiwan yang menyebabkan keluhan dan ketidakpercayaan terhadap masakan Bali. Walaupun demikian sampai saat ini laporan orang yang meninggal dunia akibat mengkonsumsi lawar tidak ada (Suter, et al., 2009). Disamping itu, upaya pengawasan keamanan lawar perlu terus dilakukan agar lawar menjadi makanan yang aman, bergizi dan disukai tidak hanya oleh masyarakat Bali tetapi juga masyarakat Indonesia bahkan masyarakat Internasional. Pemeriksaan keamanan sesuai dengan standar kualitas makanan juga dapat mencegah terjadinya kasus traveler’s diarrhea. Dengan alasan tersebut, peneliti ingin meneliti kualitas mikrobiologis dan hygiene pedagang lawar di daerah Gianyar, Bali. Penelitian oleh Suter, et al. (1997) juga melaporkan bahwa dari enam contoh lawar babi yang dibeli di kota Gianyar, Tabanan dan Denpasar, ternyata sebanyak 66,67 % dari contoh lawar total mikrobanya melebihi 106 koloni/g dan 50% dari contoh lawar terkontaminasi E.coli dan tidak ada terkontaminasi oleh Salmonella. Dari kasus-kasus atau laporan tersebut di atas, dapat diketahuilah bahwa lawar merupakan jenis lauk pauk yang peka terhadap kerusakan oleh mikroba yaitu dalam waktu satu jam setelah diolah bisa menjadi rusak/busuk. Hal ini diperparah dengan rendahnya kesadaran dan standar hygiene serta rendahnya pengetahuan masyarakat yang akhirnya meningkatkan peluang untuk terjadinya pencemaran pada makanan (Winarno, 1993). Lawar memiliki potensi untuk dikembangkan bukan saja sebagai makanan tradisional Bali namun juga menjadi makanan nasional dan internasional sebagai bagian dari wisata kuliner. Untuk itu penelitian mengenai kualitas makanan dan hygiene pedagang sangat diperlukan. 6
b. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui kualitas mikrobiologis makanan lawar di Kawasan Wisata Gianyar 2. Untuk mengetahui hygiene pedagang makanan lawar di Kawasan Wisata Gianyar 3. Untuk mengetahui model pengelolaan makanan lawar yang sehat dan aman
c. Urgensi (Keutamaan penelitian) Penelitian mengenai mikrobiologis dan hygiene pedagang makanan lawar di Kabupaten Gianyar ini perlu dilakukan karena banyak wisatawan yang ingin menikmati makanan tradisional Bali salah satunya lawar. Untuk menjamin kualitas dan kesehatan maka diperlukan kajian mengenai kualitas mikrobiologis dan hygiene pedagang sehingga kedepannya makanan lawar layak untuk disajikan sebagai makanan tradisional bali yang higienis. d.
Luaran yang dihasilkan 1. Model pengelolaan makanan lawar yang sehat dan aman 2. Artikel di Jurnal terakreditasi nasional
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
7
a. Studi Pendahuluan Studi pendahuluan telah dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kualitas mikrobiologis makanan lawar pada 24 pedagang lawar di Kawasan Wisata Ubud. Ditemukan 22 positif coliform (91%) dan positif E. Coli 18 (83%). Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Mikrobiologis Sampel Lawar Merah (Babi) di Wilayah Ubud, Bali Mikroorganisme Frekuensi Presentase (%) Coliform (+) 22 91,67 (-) 2 8,33 Esherichia coli (+) 18 83,33 (-) 6 16,67 Dalam pemeriksaan laboratorium terhadap kualitas lawar merah (babi) secara mikrobiologis, hasil pemeriksaan dari 24 sampel didapatkan seluruh sampel positif terkontaminasi bakteri coliform (non fecal coli). Namun, apabila dilihat berdasarkan persyaratan Standar Nasional Indonesia (2000) batas maksimum bakteri Coliform adalah 102 MPN/ml, sehingga sampel penelitian yang memenuhi syarat sebanyak 2 sampel (8,33%) dan sisanya 22 sampel (91,67%) tidak memenuhi syarat. Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium terhadap bakteri E.coli (fecal coli) harus sesuai dengan syarat yang ditetapkan Permenkes RI No.1096/Menkes /Per/VI/2011 yaitu angka kuman maksimum bakteri E. coli pada makanan sebesar 0/gr (negatif) sampel makanan. Dengan demikian, sampel lawar merah di wilayah Ubud yang memenuhi syarat sebanyak 4 sampel (16,67%) dan sisanya tidak memenuhi syarat sebanyak 20 sampel (83,33%).
8
b.
Lawar Lawar merupakan salah satu jenis makanan tradisional asli dari daerah Bali.
Menurut Panji (1985) dalam Suter, et al. (2009), lawar adalah sejenis lauk pauk yang dibuat dari campuran daging dengan sayuran dan bumbu. Selain sebagai lauk pauk, lawar juga sejak lama sudah dikenal oleh masyarakat Hindu Bali menjadi salah satu sarana dalam melaksanakan upacara adat maupun keagamaan seperti upacara pernikahan, kematian, dan berbagai upacara di tempat-tempat suci (pura). Dalam aspek sosial dan budaya bagi masyarakat Hindu di Bali, memakan lawar tidak hanya berfungsi gastronomik yaitu sebagai makanan yang tidak hanya untuk menghilangkan rasa lapar atau untuk memenuhi kebutuhan perut yang kosong, tetapi juga berfungsi sosial, antara lain berfungsi sebagai alat komunikasi, berfungsi religius, dan menunjukkan identitas budaya. Sejak dulu sampai sekarang masyarakat Hindu di Bali tetap membuat lawar dan menyukai masakan lawar, sehingga lawar dapat dipakai sebagai identitas budaya. Selain itu, saat ini lawar juga telah menjadi komoditas perdagangan karena banyak lawar yang sengaja dibuat untuk dijual di tempat-tempat umum seperti di warung, rumah makan bahkan di restoran, hotel-hotel berbintang di daerah Bali. Untuk harga perporsi lawar sampai saat ini belum terdapat data yang pasti. Pada umumnya jenis-jenis lawar di Bali dikelompokkan berdasarkan jenis daging yang digunakan yaitu lawar sapi (lawar yang menggunakan daging sapi), lawar babi (lawar yang menggunakan daging babi), lawar penyu, lawar ayam, dan lawar itik. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat lawar adalah daging, kelapa, sayur, bumbu, dan kadang-kadang darah segar dari hewan yang berfungsi sebagai pewarna merah. Daging yang digunakan adalah daging sapi, babi, ayam, itik, penyu dan lainlainnya. Sayur yang digunakan adalah buah nangka muda, buah pepaya muda, berbagai jenis daun seperti daun belimbing, dan daun jarak, kacang-kacangan seperti kacang panjang, kacang merah dan lain-lainnya. Sedangkan untuk bumbu yang digunakan dalam pembuatan lawar jenisnya sangat bervariasi. Umumnya bumbu terdiri dari lengkuas, kunyit, jahe, kencur, bawang merah, bawang putih, kemiri, ketumbar, merica, kelapa, cabe rawit, terasi, daun ginten dan sereh (Suter, et al., 1997). Jumlah masing-masing bahan bumbu ini belum ada takaran yang pasti. Demikian pula tentang komposisi bahan penyusun lawar seperti daging, kulit hewan 9
yang dagingnya digunakan sebagai bahan lawar, sayur, kelapa dan bumbu yang digunakan belum ada acuan yang pasti, sangat tergantung pada selera pengolah lawar. Cara membuat lawar tersebut yaitu bahan penyusun lawar yang telah dipersiapkan tersebut terus dicampur merata menjadi satu dalam wadah baskom. Setelah semua bahan ditambahkan, campuran diaduk menjadi satu dengan menggunakan tangan sampai merata. Setelah selesai dicampur, lawar ini siap disajikan dan disantap. Namun dalam mengolah lawar sampai saat ini masyarakat Bali masih menggunakan cara yang berdasarkan tradisi turun-menurun, tanpa mengacu resep tertentu sehingga mutu lawar yang dihasilkan sangatlah beragam antara pedagang lawar satu dengan yang lainnya (Suter, et al., 2009). Dalam pembuatan masakan tradisional ini yang perlu diperhatikan adalah dari segi sanitasi lingkungan, hygiene penjamah, kebersihan bahan dan alat yang dipakai ketika masakan tersebut dibuat (Budaarsa, 2012). Karena hal-hal tersebut mempengaruhi kualitas masakan lawar yang dibuat. Formula atau komposisi bahan baku yang digunakan dalam pembuatan lawar sangat bervariasi dari seorang pengolah ke pengolah lawar lainnya. Sebagai gambaran disini diberikan satu contoh komposisi bahan lawar dengan menggunakan daging babi seperti yang dilaporkan oleh Suter, et al., (1997 b) sebagai berikut : daging babi (8,33 %), kulit (25 %), sayur (33,33 %), kelapa (8,33 %), bumbu (21,68 %) dan darah segar (3,33 %).
c.
Kandungan Zat Gizi Lawar Bahan penyusun lawar seperti daging, sayur, kelapa dan darah mempunyai
potensi sebagai zat gizi. Daging merupakan sumber protein hewani yang penting, sedangkan sayuran yang dipakai seperti kacang panjang (Vigna sinensis, L.), merupakan sumber protein nabati, vitamin dan mineral, pepaya (Carica pepaya, L) dan buah nangka (Artocarpus integra, L) merupakan sumber vitamin dan mineral. Menyimak hasil analisis terhadap lawar yang dijual di Kodya Denpasar dari 18 pedagang lawar sapi yang dilaporkan oleh Yusa (1996) diketahui bahwa lawar sapi (lawar putih dan lawar merah) mengandung protein berkisar antara 8,48 – 11,14 %, lemak 17,98 – 18,54 % dan karbohidrat 3,94 – 6,61 % dengan kandungan air lawar yang cukup tinggi yaitu sekitar 65,21 – 65,63 %. Disamping mengandung zat gizi 10
utama seperti tersebut di atas lawar juga mengandung vitamin B1, vitamin B2, vitamin C dan mineral kalsium (Ca), besi (Fe) dan fosfor (P). Komposisi zat gizi lawar yang dibuat dari daging sapi disajikan pada
Tabel 2. Komposisi zat gizi lawar (Yusa, 1996) Jumlah Kandungan zat gizi
Lawar putih
Lawar merah
Air (%)
65,21
65,63
Abu (%)
1,16
1,30
Protein (%)
8,48
11,44
Lemak (%)
18,54
17,98
Karbohidrat (%)
6,61
3,94
Vitamin B1 (mg/100 g) *
0,68
0,76
Vitamin B2 (mg/100 g)*
6,42
1,16
Vitamin C (mg/100 g) *
12,34
11,67
Kalsiu (Ca) (mg/100 g) *
79,95
81,50
Besi (Fe) (mg/100 g) *
19,25
24,70
Fosfor (P) (mg/100 g) *
464,61
444,23
Keterangan kering.
:
*Berat
Setelah dilakukan perhitungan lebih lanjut untuk setiap 50 g lawar (jumlah lawar yang dikonsumsi setiap hari), nilai energi lawar putih sebesar 114 kkal dan energi lawar merah sebesar 111 kkal. Ditinjau dari sumbangan energinya maka lawar dapat menyumbangkan sebesar 3,5 % dari konsumsi energi wanita setiap hari (konsumsi energi wanita setiap hari 2714 kkal). Lebih lanjut berdasarkan hasil survai dan analisis yang dilaporkan oleh Suter, et al., (1997 a) terhadap konsumen lawar dan pedagang lawar babi di tiga kota di Bali yaitu Tabanan, Denpasar dan Gianyar ternyata sebanyak 80 % dari konsumen lawar mengatakan jenis lawar yang paling banyak dibeli adalah lawar babi dibanding dengan tiga jenis lawar lainnya yaitu lawar penyu, lawar 11
sapi dan lawar ayam. Kandungan zat gizi dari lawar babi yang dijual di kota madya Denpasar, Gianyar dan Tabanan dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan pada Tabel 2 tampak bahwa kandungan zat gizi lawar ternyata sangat bervariasi antara pedagang di kota Denpasar, Gianyar dan Tabanan. Kadar protein berkisar antara 1,14 – 5,74 %, lemak 3,69 – 13,87 % dan karbohidrat 5,12– 11,97 %.
Perbedaan komposisi zat gizi dari lawar sangat tergantung pada bahan
bakunya, terutama jenis dan jumlah daging maupun sayuran yang digunakan.
Tabel 3. Kandungan zat gizi lawar babi yang dijual di warung/rumah makan (Suter, et al.,1997 a) Komponen (%)
Tempat asal lawar D1
D2
G1
G2
T1
T2
Protein
5,13
1,89
4,36
5,17
1,41
2,67
Lemak
3,69
6,48
9,25
13,87
4,92
7,36
Karbohidrat
11,92
8,49
5,12
11,97
10,18
10,32
Air
77,52
80,50
79,38
65,89
81,74
77,85
Abu
4,74
2,65
1,89
2,54
1,74
1,86
Keterangan : D = Denpasar, G = Gianyar, T = Tabanan.
12
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Diagram Alur
Hasil Penelitian Tahap Awal
- Identifikasi kualitas mikrobiologis lawar di Ubud - Pemetaan pedagang lawar
Indikator
- Kualitasi mikrobiologis lawar Hibah Unggulan Program Studi
- Pengetahuan, Perilaku pedagang lawar - Higiene pedagang lawar - Kondisi lingkungan
- model pengelolaan dan
pengolahan lawar yang aman - Gambaran indikator hygiene dan sanitasi pangan di kawasan wisata Kabupaten Gianyar
Indikator
3.2 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi analitik cross sectional karena data mikrobiologis lawar diperoleh melalui pemeriksaan laboratorium dan hygiene sanitasi pedagang diteliti pada saat yang bersamaan. Pendekatan kuantitatif juga dilakukan dengan 13
metode kuesioner dan observasi secara langsung oleh peneliti. Kemudian data yang diperoleh dianalisis untuk mengetahui pengaruh variabel satu dengan yang lainnya. Uji statistik yang digunakan untuk analisis ini adalah uji Chi Fisher exact.
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian ini dilakukan di daerah Gianyar, Bali. Pemeriksaan mikroorganisme dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Sedangkan waktu penelitian adalah pada bulan Juni sampai bulan September 2015.
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian 3.4.1 Populasi Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009). Populasi dalam penelitian ini adalah pedagang lawar di daerah Gianyar. Total jumlah populasi pedagang adalah 75 pedagang yang tersebar di Kota Gianyar.
3.4.2 Sampel Menurut Sugiyono (2009), sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh populasi pedagang yang menjual lawar di daerah Ubud. Total jumlah pedagang lawar adalah 75 pedagang. Pengambilan sampel dengan cara menggunakan total sampling.
3.4.3 Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling (sampel jenuh) atau sering disebut dengan istilah sensus. Menurut Sugiyono (2009) pengertian sampel jenuh adalah teknik penentuan sampel apabila semua anggota
14
populasi digunakan sebagai sampel. Teknik ini digunakan dengan beberapa pertimbangan, seperti : 1. Jumlah populasi pedagang lawar di Gianyar tergolong kecil 2. Daerah / lokasi pedagang tidak terlalu sulit dijangkau dan masih terdapat akses kendaraan yang cukup. 3.5 Instrumen Penelitian Instrumen untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah : 1. Kuesioner dengan jenis pertanyaan tertutup untuk mengetahui karakteristik penjamah makanan serta tingkat pengetahuan dan sikap penjamah makanan tentang hygiene pengolahan makanan. 2. Kuesioner check list yang diisi oleh peneliti dengan cara observasi terkait praktik penjamah makanan, fasilitas sanitasi dan kondisi kebersihan lingkungan sekitar pedagang. 3. Pemeriksaan mikroba
E.coli
pada sampel
makanan dengan tes
laboratorium yang menggunakan beberapa alat dan bahan penunjang pemeriksaan.
3.6
Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer yang berupa karakteristik penjamah makanan, tingkat pengetahuan, dan sikap penjamah melalui tanya jawab menggunakan kuesioner, sedangkan praktik penjamah, ketersediaan fasilitas sanitasi, dan keadaan lingkungan berdasarkan observasi di lokasi penelitian menggunakan formulir check list. Pemeriksaan mikrobiologis lawar diperoleh dari hasil laboratorium. Pemeriksaan mikroba Escherichia coli
menggunakan metode
MPN (Most Probable Number).
3.7
Prosedur Pengambilan Sampel dan Pemeriksaan Laboratorium Saat pengambilan sampel,
alat yang dibutuhkan yaitu sarung tangan steril,
kantong plastik, pinset, lampu spiritus, cool box berisi es batu, form pengambilan 15
sampel, kertas label, dan alat tulis. Adapun cara kerjanya yaitu sebelum mengambil sampel harus menggunakan sarung tangan, sterilisasi peralatan dengan lampu spiritus atau dengan kapas alkohol. Ambil sampel makanan kurang lebih 250-300 gram, lalu masukkan ke dalam kantong plastik steril yang bertutup. Buka kantong plastik kemudian ambil sampel lawar dengan menggunakan pinset atau sendok, masukkan ke dalam kantong plastik steril dan langsung diikat, isi label pada wadah tiap sampel, masukkan sampel yang sudah diambil ke dalam cool box yang berisi es batu, serta isi formulir pengantar sampel yang terdiri dari : nomor sampel, tempat pengambilan, waktu pengambilan, nama pengambil, selanjutnya lakukan pemeriksaan di laboratorium. Cara kerja pemeriksaan sampel makanan di laboratorium dilakukan dengan metode MPN (Most Probable Number) menurut Depkes (1991) adalah : a. Alat dan bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan antara lain : 1. Media : Lactose Broth (LB), Brilliant Greenn Lactose Bile Broth 2% (BGLB broth 2%), dan Eosin Methylen Blue Agar (EMBA). 2. Pengencer : air aquadest steril 3. Peralatan untuk pemeriksaan sampel : autoclave, inkubator, timbangan, tabung reaksi, rak tabung reaksi, tabung durham, labu erlenmeyer, gelas takaran, lampu spiritus, pinset, spidol, water bath, cawan petri, pipet, jarum ose, blender/mortal, pisau kapas, aluminium foil, aquadest. b. Cara kerja 1. Penyiapan bahan pemeriksaan Sampel yang diterima dihancurkan dengan menggunakan blender, apabila tidak diblender dapat menggunakan mortil steril. Masukkan 10 gram bahan tersebut ke dalam labu erlenmeyer berskala. Tuangkan 90 ml air pengencer, lalu kocok kurang lebih 25 kali sampai homogen. Kemudian bahan dengan pengenceran tersebut siap digunakan untuk pemeriksaan. 2. Pemeriksaan Most Probable Number (MPN) 16
Pemeriksaan dilakukan terhadap sampel pemeriksaan yang telah disiapkan dengan metode pengujian yang digunakan adalah metode Most Probable Number (MPN) atau terminologi Indonesianya, Jumlah Perkiraan Terbatas (JPT). Metode ini merupakan metode standar World Health Organization (WHO) dalam identifikasi bakteri coliform (fecal coli maupun non fecal coli) di air, susu, dan makanan tertentu. Metode MPN terdiri dari tiga tahap, yaitu uji pendugaan (presumtive test), uji konfirmasi (confirmed test), dan uji kelengkapan (complete test). -
Uji pendugaan (Presumptive test)
Media yang digunakan adalah Lactose Broth (LB). Pertama siapkan 7 tabung reaksi yang masing-masing berisi media LB sebanyak 10 ml. Tabung disusun pada rak tabung reaksi dan masing-masing tabung diberi tanda (nomor urut, volume, tanggal pemeriksaan). Ambil bahan pemeriksaan (sampel) yang telah disiapkan dengan menggunakan pipet steril, lalu masukkan ke dalam tabung 1-5 masing-masing sebanyak 10 ml, untuk tabung ke-6 sebanyak 1 ml, dan tabung ke-7 sebanyak 0,1 ml. Masing-masing tabung tersebut digoyang-goyang agar spesimen dan media bercampur rata. Selanjutkan di inkubasi pada suhu 350 - 370 C selama 24 jam, karena bakteri golongan Coliform dan E. coli mempunyai kemampuan memfermentasi media lactose broth pada suhu tersebut. Setelah 24 jam, kemudian diperiksa ada tidaknya pembentukan gas pada tabung durham. Catat semua tabung yang menunjukkan peragian lactose (membentuk gas). Pada test pendahuluan apabila terdapat pembentukan gas pada tabung durham dinyatakan test + (positif), kemudian dilanjutkan dengan test penegasan (confirmative test). -
Uji konfirmasi (Confirmative test)
Media yang digunakan adalah Brilliant Green Lactose Bile broth 2% (BGLB broth 2%). Test ini dilakukan untuk mengkonfirmasi hasil positif dari test pendugaan. Pertama, siapkan tabung berisi media BGLB yang jumlahnya sesuai dengan jumlah tabung media lactose broth yang menunjukkan hasil positif. Dari masing-masing tabung LB yang positif, 17
dipindahkan 1-2 ose ke dalam tabung konfirmatif yang berisi 10 ml BGLB 2%. Dari masing-masing tabung presumptive diinokulasikan ke dalam 2 tabung BGLB 2%. Satu seri tabung BGLB 2% di inkubasikan pada suhu 35-370 C selama 24 - 48 jam (untuk memastikan adanya coliform) dan satu seri yang lain di inkubasikan pada suhu 440 C selama 24 jam (untuk memastikan adanya E.coli). Pembacaan dilakukan setelah 24-48 jam dengan melihat jumlah tabung BGLB 2% yang menunjukkan positif gas. Catat hasil BGLB yang positif adanya gas, kemudian dicocokkan dengan tabel Most Probable Number (MPN). -
Uji kelengkapan (Complete test)
Media yang digunakan adalah Eosin Methylen Blue Agar (EMBA). Test ini dilakukan untuk memastikan jenis bakteri yang mengkontaminasi. Dari masing-masing tabung BGLB suhu 35-370 C dan BGLB suhu 440 C yang positif, diambil 1-2 ose lalu ditanam ke dalam media EMBA. Caranya dengan menggoreskan ose untuk mendapatkan koloni bakteri yang terpisah, sehingga mudah dalam melakukan identifikasi. Tabung EMBA yang sudah ditanam bakteri kemudian di inkubasi pada suhu 35-370 C selama 24 jam. Setelah 24 jam, kemudian dilihat hasil pada EMBA. Jika hasil EMBA dari BGLB suhu 35-370 C tedapat koloni berwarna ungu gelap maka menunjukkan adanya pertumbuhan bakteri coliform. Sedangkan hasil EMBA dari BGLB suhu 440 C yang tumbuh koloni berwarna hijau metalik
menunjukkan adanya pertumbuhan bakteri E.coli.
3.8
Pengolahan dan Teknik Analisis Data
3.8.1 Teknik Pengolahan Data Setelah data dengan menggunakan metode kuantitatif melalui pengisian kuisioner dan form observasi (check list), langkah selanjutnya yang dilakukan adalah pengolahan data. Menurut Aedi (2010) pengolahan data adalah suatu proses untuk mendapatkan data dari setiap variabel penelitian yang siap dianalisis. Pengolahan data meliputi kegiatan pengeditan data, entry, tranformasi data 18
(coding), serta penyajian data sehingga diperoleh data yang lengkap dari masingmasing obyek untuk setiap variabel yang diteliti. 1. Penyuntingan (editing) Pemeriksaan terhadap kesalahan yang terjadi dalam pengisian daftar pertanyaan atau mungkin terjadi ketidakserasian dalam pengisian tersebut. Apabila jawaban pada kuesioner kurang lengkap dan kurang jelas, dapat dikembalikan kepada responden bersangkutan. 2. Entry Proses pemasukan data ke dalam komputer melalui software pengolah data STATA 11.1. Data dimasukkan sesuai dengan hasil editing pada kuesioner. 3. Pemberian skor (scoring) Pemberian skor disesuaikan dengan jumlah nilai benar dan salah, serta disesuaikan dengan nilai dengan masing-masing indikator variabel. Untuk tingkat pengetahuan seorang penjamah makanan, setiap pertanyaan diberi nilai (1) bila jawaban dari pertanyaan tersebut benar dan nilai nol (0) bila jawaban salah. Untuk penilaian sikap penjamah makanan, menggunakan skala Guttman dengan rentang mencakup nilai 1 untuk pernyataan tepat dan nilai 0 untuk pernyataan tidak tepat. Untuk praktik personal hygiene penjamah makanan, setiap pernyataan diberi nilai (1) bila jawaban dari pernyataan tersebut dilakukan dan nilai nol (0) bila pernyataan tidak dilakukan. Sedangkan untuk ketersediaan fasilitas sanitasi dan kebersihan lingkungan, setiap jawaban ya mendapat nilai 1 dan nilai 0 untuk jawaban tidak dilakukan. Kemudian ditotal setiap variabel sehingga selanjutnya dapat 4. Pengkodean (coding) Pemberian kode-kode tertentu pada tiap data termasuk memberikan kategori untuk jenis data yang sama. Kode adalah simbol tertentu dalam bentuk huruf atau angka untuk memberikan identitas data. Kode yang diberikan dapat memiliki makna sebagai data kuantitatif (berbentuk skor). Kuantikasi atau transformasi data menjadi data kuantitatif dilakukan dengan memberikan skor terhadap setiap jenis data dengan mengikuti kaidah – kaidah dalam skala pengukuran. 19
Setelah pemberian skor dilakukan, lalu dihitung jumlah skor tiap variabel. Untuk tingkat pengetahuan skor maksimalnya adalah 15, untuk skor maksimal sikap adalah 14, untuk praktik personal hygiene skor maksimalnya adalah 12, untuk skor maksimal ketersediaan fasilitas sanitasi adalah 10, dan untuk skor maksimal kebersihan lingkungan adalah 6. Nilai skor tiap responden dihitung berdasarkan persentase yaitu dengan cara : nilai =
Hasil scoring tiap variabel dikategorikan menjadi 2 kategori. Jika hasil nilai skor pada variabel pengetahuan ≥70% maka dikategorikan dalam tingkat pengetahuan tinggi, sedangkan hasil nilai skor <70% maka dikategorikan dalam tingkat pengetahuan rendah. Pada variabel sikap jika hasil nilai skor ≥70% maka dikategorikan dalam sikap baik, sedangkan hasil nilai skor <70% maka dikategorikan dalam sikap kurang baik. Pada variabel praktik personal hygiene jika hasil nilai skor ≥70% maka dikategorikan dalam praktik personal hygiene baik, sedangkan hasil nilai skor <70% maka dikategorikan dalam praktik personal hygiene kurang baik. Pada variabel ketersediaan fasilitas sanitasi jika hasil nilai skor ≥70% maka dikategorikan dalam ke tersediaan fasilitas sanitasi memadai, sedangkan hasil nilai skor <70% maka dikategorikan dalam ketersediaan fasilitas sanitasi kurang memadai. Sedangkan pada variabel kebersihan lingkungan jika hasil nilai skor >50% maka dikategorikan dalam lingkungan bersih, sedangkan hasil nilai skor ≤50% maka dikategorikan dalam lingkungan kurang bersih.
3.8.2 Teknik Analisis Data Data hasil penelitian akan direkam dengan komputer dan dianalisis dengan program SPSS, kemudian dianalisa secara deskriptif dan analisis inferensia. Analisis deskriptif dengan melakukan analisis data univariat yang digunakan untuk menggambarkan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti. Analisis ini digunakan untuk memperoleh distribusi frekuensi dan persentase dari masingmasing variabel sehingga akan diperoleh gambaran umum dari variabel-variabel
20
tersebut. Data yang telah di analisis akan di sajikan dalam bentuk tabel, grafik, dan narasi. Analisis inferensia dilakukan dengan analisis data secara bivariat. Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan satu variabel bebas terhadap variabel tergantung. Analisis ini digunakan untuk melihat proporsi variabel pengetahuan, sikap, praktik penjamah makanan, ketersediaan fasilitas sanitasi, dan kebersihan lingkungan terhadap keberadaan bakteri E. coli. Proporsi dilihat dengan menggunakan analisis tabulasi silang (crosstab) dan melihat nilai persentase hubungan antara
21
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Karakteristik Penjamah Makanan Setelah dilakukan pengambilan data melalui wawancara melalui instrumen kuesioner, observasi dengan form check list, dan pemeriksaan mikrobiologis di laboratorium, maka didapatkan gambaran karakteristik responden (penjamah makanan). Tabel 4. 1.
Distribusi Responden (Penjamah Makanan) menurut Jenis Kelamin, Umur, Pendidikan, Lama Kerja di Wilayah Ubud, Bali
Karakteristik Responden
Frekuensi
Presentase (%)
Laki-laki
6
13,6
Perempuan
38
86,3
Remaja
4
9
Dewasa
32
72,7
Lansia
8
18,2
Tidak sekolah
4
9
SD
15
34
SMP
5
11,3
SMA
20
45,4
< 10 tahun
18
41
10–20 tahun
6
13,6
20-30 tahun
12
27
> 30 tahun
8
18,2
Jenis Kelamin
Umur
Pendidikan
Lama Kerja
22
Umur termuda dari responden adalah 18 tahun dan tertua 65 tahun. Umur responden dikelompokkan menjadi 3 kelompok, antara lain kelompok remaja (12-20 tahun), dewasa (20-30 tahun), dan lansia (lebih dari 60 tahun). Sedangkan lama kerja dikelompokkan menjadi 4 kategori, antara lain selama kurang dari 10 tahun, 10-20 tahun, 20-30 tahun, dan di atas 30 tahun. Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat dari 44 responden terdapat 38 responden (86,3%) berjenis kelamin perempuan sedangkan yang berjenis kelamin laki-laki hanya sebanyak 6 responden (13,6%). Sebagian besar responden termasuk kelompok umur dewasa yaitu sebanyak 32 responden (72,7%), kelompok umur lansia sebanyak 8 responden (18,2%), dan kelompok umur remaja hanya sebanyak 4 responden (9%). Pendidikan terendah dimiliki oleh responden adalah tidak sekolah sebanyak 4 responden (9%). Tingkat pendidikan responden paling banyak dengan pendidikan SMA sebanyak 20 responden (45,4%). Selain itu, lama kerja responden dengan kelompok kerja kurang dari 10 tahun paling banyak 18 responden (41 %), sedangkan kelompok kerja selama 10-20 tahun sebanyak 6 responden (13,6%), kelompok kerja selama 20-30 tahun sebanyak 12 responden (27%), dan kelompok kerja selama lebih dari 30 tahun sebanyak 8 responden (18,2%).
4.2 Praktik Personal Hygiene Penjamah Makanan dalam Pengolahan Makanan Tabel 4.2.
Praktik Personal Hygiene pada Penjamah Makanan Kategori Frekuensi Presentase (%) Kurang baik Baik Total
32 12 44
72,7 27,3 100,00
Variabel praktik personal hygiene dikelompokkan menjadi kelompok praktik personal hygiene baik dan praktik personal hygiene kurang baik. Terdapat proporsi praktik kurang baik lebih banyak dibandingkan dengan praktik yang baik. Dapat dilihat pada Tabel 4.2 bahwa dari 44 responden yang termasuk kategori kurang baik sebanyak 32 responden (72,7%), sedangkan responden yang termasuk kategori baik sebanyak 12 responden (27,3%). 23
Hasil dari observasi terhadap kebiasaan mencuci tangan setelah meracik bahan mentah sebagian besar (70,83%) sudah dilakukan oleh responden. Selain itu, hampir semua penjamah memiliki kuku pendek dan bersih (79,17%), serta biasa membersihkan tempat setelah selesai berjualan (87,50%). Namun, penjamah makanan tersebut sebagian besar (83,33%) tidak memakai celemek dan (100 %) tidak memakai tutup kepala saat bekerja.
4.3
Ketersediaan Fasilitas Sanitasi di Lokasi Berjualan Penjamah Makanan
Tabel 4. 3. Ketersediaan Fasilitas Sanitasi di Tempat Berjualan Kategori Frekuensi Presentase (%) Kurang memadai Memadai Total
26 18 44
59 41 100,00
Ketersediaan fasilitas sanitasi dikategorikan menjadi fasilitas sanitasi memadai dan fasilitas sanitasi kurang memadai. Terdapat proporsi fasilitas sanitasi tidak memadai lebih banyak dibandingkan fasilitas sanitasi yang memadai. Pada variabel ini, yang termasuk kategori fasilitas sanitasi tidak memadai sebanyak 26 responden (59%), sedangkan fasilitas sanitasi memadai sebanyak 18 responden (41%). Hasil dari observasi pada tempat berjualan responden, sebagian besar (79,17%) sudah memiliki fasilitas tempat cuci alat masak dan alat makan, serta (91,67%) menggunakan sabun cuci piring. Namun, masih banyak terdapat rumah makan/ warung makan lawar (75,00%) yang tidak terdapat toilet untuk konsumen maupun pedagang. Hampir seluruh tempat tidak memiliki tempat sampah yang tertutup (95,83%), karena sebagian besar mereka menggunakan tempat sampah yang terbuka atau hanya menggunakan plastik saja.
24
4.4
Kebersihan Lingkungan di Lokasi Berjualan Penjamah Makanan
Tabel 4.4
Kebersihan Lingkungan Sekitar Tempat Berjualan Kategori Frekuensi Presentase (%) Kurang bersih 24 54,5 Bersih 20 45,5 Total 44 100,00
Kebersihan lingkungan sekitar tempat responden berjualan dikategorikan menjadi lingkungan bersih dan lingkungan kurang bersih. Terdapat proporsi kondisi lingkungan kurang bersih lebih banyak dibandingkan dengan lingkungan yang bersih. Dapat dilihat pada tabel 4.4. bahwa responden yang termasuk kategori lingkungan kurang bersih sebanyak 24 responden (54,5%), sedangkan yang termasuk kategori lingkungan bersih sebanyak 20 responden (45,5%). Hasil dari observasi yang dilakukan, sebagian besar (75,00%) tempat berjualan responden tidak terdapat sampah berserakan. Namun, terdapat 66,67% tempat berjualan yang lantainya tidak dalam keadaan bersih dan 83,33% tempat berjualan terdapat serangga seperti lalat, nyamuk, kecoa, dan lain sebagainya di sekitar tempat berjualannya.
4.5
Cemaran Mikrobiologis pada Sampel Lawar
Tabel 4.5
Hasil Pemeriksaan Mikrobiologis Sampel Lawar Merah (Babi) di Wilayah Ubud, Bali Mikroorganisme Frekuensi Presentase (%) Coliform (+) 36 82 (-) 8 18 Esherichia coli (+) 32 72,7 (-) 12 27,3 Dalam pemeriksaan laboratorium terhadap kualitas lawar merah (babi) secara
mikrobiologis, hasil pemeriksaan dari 44 sampel didapatkan seluruh sampel positif 25
terkontaminasi bakteri coliform (non fecal coli). Namun, apabila dilihat berdasarkan persyaratan Standar Nasional Indonesia (2000) batas maksimum bakteri Coliform adalah 102 MPN/ml, sehingga sampel penelitian yang memenuhi syarat sebanyak 8 sampel (18%) dan sisanya 36 sampel (82%) tidak memenuhi syarat. Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium terhadap bakteri E.coli (fecal coli) harus sesuai dengan syarat yang ditetapkan Permenkes RI No.1096/Menkes /Per/VI/2011 yaitu angka kuman maksimum bakteri E. coli pada makanan sebesar 0/gr (negatif) sampel makanan. Dengan demikian, sampel lawar merah di wilayah Gianyar yang memenuhi syarat sebanyak 12 sampel (27,3%) dan sisanya tidak memenuhi syarat sebanyak 32 sampel (72,7%). Apabila dilihat dari jumlah koloni dari bakteri Coliform dan E. coli, pada tabel di atas diketahui bahwa rata-rata koloni bakteri Coliform sebanyak ≥ 220,25 koloni (≥ 2,2 x 102 MPN/gr), sedangkan rata-rata koloni bakteri E. coli sebanyak ≥ 105,42 koloni (≥ 1,05 x 10 2 MPN/gr).
4.6 Model pengelolaan makanan lawar yang sehat Berdasarkan hasil observasi, penelitian dan kajian literatur yang dilakukan. Makanan lawar sebagai makanan tradisional Bali memiliki potensi terjadi cemaran bakteri yang cukup besar. Namun dengan membandingkan makanan lawar yang terkontaminasi dengan yang tidak terkontaminasi. Dapat dibuat suatu bagan risiko cemaran dan kendali yang perlu dilakukan terhadap cemaran bakteri khususnya E. Coli. Adapun analisis risiko yang muncul dalam pembuatan makanan lawar dapat dijabarkan dalam tabel berikut ini. 26
Model pengolahan lawar babi yang higienis
Upaya pencegahan Bahan Baku - Kebersihan kandang terjaga - Daging Segar dan bersih
Mengurangi kontaminan
Seleksi produk
Resiko kontaminan
Bahan baku Daging Babi
Wadah - selalu dibersihkan dan sterilisasi alat produksi
Produk sebaiknya disajikan saat segar karena masa produk tidak lama.
- Sudah terkontaminasi bakteri
Dipanaskan
Resiko bahan baku:
Darah segar
- dari hewan yang sehat
Penjamah makanan - Mendapatkan pelatihan bersertifikat - kebersihan diri dan lingkungan
Resiko bahan Baku:
Dicampur bumbu
Disajikan
Penyimpanan
- sudah terkontaminasi bakteri Penjamah makanan - Kebersihan penjamah makanan - tangan kotor, kuku, diare
Wadah produksi - sudah terkontaminasi bakteri - tidak dicuci dengan benar Penyimpanan produk - tempat terbuka - terlalu lama
27
Pembuatan lawar dimulai dari bahan baku yakni dari daging babi bagian kulit yang diiris kecil-kecil kemudian dicampur dengan darah segar dan bumbu-bumbuan. Kualitas daging babi bahan baku lawar tersebut perlu sangat diperhatikan terutama pemilihan produknya. Kulit dapat direbus sebentar untuk mengurangi kandungan bakteri yang ada. Beberapa pedagang tidak melakukan perebusan hal ini memperbesar risiko lawar tersebut terkontaminasi kuman. Proses pembuatan selanjutnya adalah kebersihan peralatan yang digunakan. Kebersihan wadah terutama perlu mendapatkan perhatian. Wadah sebelum digunakan untuk membuat lawar sebaiknya dibersihkan terlebih dahulu. Begitu pula setelah selesai digunakan dibersihkan dengan sabun dan air mengalir. Kebersihan penjamah makanan (food handler) perlu diperhatikan. Penjamah makanan khususnya membuat lawar biasanya menggunakan tangan secara langsung saat mengulat dan mencampur dengan bumbu dan darah segar. Kebersihan tangan penjamah sangat menentukan kualitas produk lawar tersebut. Tangan penjamah sebaiknya dibersihkan dengan sabun dan air mengalir. Produk lawar merah ini juga tidak tahan lama. Idealnya setelah dibuat sesegara mungkin dikonsumsi. Mengkonsumsi lawar lebih dari 5 jam biasanya kualitas produk sudah berkurang. Biasanya pedagang lawar menggelar dagangannya pada tempat terbuka tanpa penutup makanan. Hal ini menyebabkan rentan terkontaminasi oleh lalat. Kadang tidak disimpan dengan baik sehingga menyebabkan cepat basi dan bau. Waktu penyajian serta penyimpanan sangat perlu diperhatikan khususnya untuk lawar merah karena tidak tahan lama.
28
Bab V SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 1. Kualitas mikrobiologis makanan lawar masih banyak yang belum memenuhi persyaratan.
Terdapat
32
sampel
(72,7%)
makanan
lawar
yang
terkontaminasi E. Coli dan yang negative sebanyak 12 sampel (27,3%). 2. Kualitas personal hygiene pedagang lawar masih banyak yang belum memenuhi persyaratan. Pedagang yang personal hygiene kurang baik sebanyak 32 orang (72,7%). 3. Model pengolahan makanan lawar agar standar perlu dilakukan seleksi dari awal produk kemudian diproses dengan melakukan pemanasan terlebih dahulu. Ini untuk membunuh kuman sebelum diproses. Selanjutnya kebersihan alat, penjamah makanan dan penyimpanan menjadi faktor kontaminan lainnya.
B. Saran 1. Kebersihan penjamah makanan dan lingkungan perlu dilakukan dengan memberikan pembinaan berupa pelatihan dan bantuan dana dalam melengkapi fasilitas sanitasi pedagang lawar. 2. Pedagang lawar perlu memiliki standar prosedur pengolahan lawar yang hygiene dan sehat. Pelatihan pada pedagang tentang ini perlu diberikan. 3. Pemerintah perlu bekerjasama dengan Dinas Kesehatan, Puskesmas, Kelompok pedagang untuk melakukan pembinaan dengan standar pembuatan lawar yang baik.
29
DAFTAR PUSTAKA
Adam, M. & Moetarjemi, Y. (2004). Dasar-Dasar Keamanan Makanan Untuk Petugas Kesehatan. Jakarta : Buku Kedokteran ECG. Aedi, Nur. (2010). Pengolahan dan Analisis Data Hasil Penelitian. Bahan Belajar Mandiri Metode Penelitian Pendidikan. Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia. Agustin, T. E., & Adriyani, R. (2008). Higiene dan Sanitasi Nasi Tempe Penyet Pedagang Kaki Lima Jalan Karangmenjangan Surabaya. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 4(2): 69–80. Agustina, F., Pambayun, R., & Febry, F. (2009). Hygiene dan Sanitasi Pada Pedagang Makanan Jajanan Tradisional di Lingkungan Sekolah Dasar di Kelurahan Demang Lebar Daun Palembang Tahun 2009. Eprints Sriwijaya University. Online journal at : http://eprints.unsri.ac.id/64/3/Abstrak8.pdf (Accessed: 2014, 4 February). Albarracín, et al. (2005). The Handbook of Attitude. Routledge: 74-78. Aminah, N. S., et al. (2005). Jenis Jamur dan Lalat yang Ditemukan pada Makanan Jajanan dari Pasar dan Warung di Jakarta. Media Litbang Kesehatan. XV(I): 1116. Antara, S. & Gunam, I. B. W. (2002). Dunia Mikroba (Bahaya Mikrobiologis pada Makanan). Pusat Kajian Keamanan Pangan Universitas Udayana. Denpasar. Antara, S. & Gunam,I B.W. (2002). Dunia Mikroba (Bahaya Mikrobiologis pada Makanan). Pusat Kajian Keamanan Pangan Universitas Udayana, Denpasar. Anwar, et al. (1985). Sanitasi Makanan dan Minuman Pada Institusi Pendidikan Tenaga Sanitasi. Jakarta. Arihantana, Made Badra. (2003). Sanitasi, Hygiene Peranannya dalam Pengembangan dan Keamanan Makanan Tradisional di Masa Depan. Pidato Ilmiah Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Ilmu Pangan. Program Studi Teknologi Pertanian. Universitas Udayana. Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2003). Hygiene dan Sanitasi Pengolahan Pangan. Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan Deputi IIIBPOM. Jakarta. Badan POM RI. (2008). Pengujian Mikrobiologi Pangan. 9 (2). ISSN 1829-9334. Budaarsa, Komang. (2012). Babi Guling Bali Dari Beternak, Kuliner, Hingga Sesaji. Denpasar : Buku Arti. Budiyono, et al. (2009). Tingkat Pengetahuan Dan Praktik Penjamah Makanan Tentang Hygiene dan Sanitasi Makanan Pada Warung Makan Di Tembalang Kota Semarang Tahun 2008. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia. 4(1). Cahyaningsih, C.T., Kushadiwijaya, H., & Tholib, A. (2009). Hubungan Higiene Sanitasi dan Perilaku Penjamah Makanan dengan Kualitas Bakteriologis Peralatan Makan di Warung Makan. Berita Kedokteran Masyarakat. 25 (4) : 180-188. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1991). Petunjuk Pemeriksaan Mikrobiologi Makanan dan Minuman. Pusat Laboratorium. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Tentang Bakteri Pencemaran Makanan dan Penyakit Bawaan Makanan. Modul 4. Jakarta. 30
Departemen Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1096/MenKes/Per/VI/2011. Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 2011. Djaja, I.M. (2005). Faktor yang Mempengaruhi Kontaminasi E.coli pada Makanan yang Disajikan Tempat Pengelolaan Makanan di Jakarta Selatan. Medika. 31(9) : 555-559. Djarismawati & Supraptini. (2005). Sanitasi Makanan di Daerah Objek Wisata Bali Tahun 2003. Jurnal Ekologi Kesehatan. 4(3). Djarismawati, Sukana,B., & Sugiharti. (2004). Pengetahuan dan Perilaku Penjamah Tentang Sanitasi Pengolahan Makanan Pada Instalasi Gizi Rumah Sakit di Jakarta. Media Litbang Kesehatan. 14 (3). Fardiaz, S. (1997). Keamanan Makanan Tradisional dan Upaya Peningkatannya. Yogyakarta: Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Universitas Gadjah Mada. Gutomo, L., Kurnia,P., & Widiyaningsih,E.N. (2013). Karakteristik Pengetahuan Dan Perilaku Tentang Hygiene Dan Sanitasi Penjamah Makanan. Hakim, A.R. (2012). Hubungan Kondisi Higiene Dan Sanitasi Dengan Keberadaan Escherechia Coli Pada Nasi Kucing Yang Dijual Di Wilayah Tembalang Semarang Tahun 2012. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 1(2). Hartono. (2006). Penyakit Bawaan Makanan. Fokus Pendidikan Kesehatan. EGC. Jakarta. Hidayat, H.A. (2010). Hubungan Pengetahuan Dan Praktik Penjamah Makanan Mengenai Higiene Sanitasi Makanan Dengan Keberadaan Escherichia Coli Pada Nasi Rames (Studi Pada Kantin di Lingkungan Universitas Diponegoro Tembalang). Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Diponegoro. Jawetz, Melnick, & Adelberg. (1996). Mikrobiologi Kedokteran (Medical Microbiology). Edisi 20. Alih Bahasa Oleh Edi Nugroho dan RF. Maulang. Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Kepmenkes RI Nomor : 942/Menkes/SK/ VII/2003. Tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Kurniadi, et al. (2013). Faktor Kontaminasi Bakteri E.coli pada Makanan Jajanan di Lingkungan Kantin Sekolah Dasar Wilayah Kecamatan Bangkinang. Jurnal Ilmu Lingkungan. 7(1). Kusuma, A., Eryando, T., & Susanna, D. (2012). Escherichia coli contamination of babies’ food-serving utensils in a district of West Sumatra, Indonesia. WHO South-East Asia Journal of Public Health. 1(1) : 20-27. Marsaulina, Irnawati. (2004). Study Tentang Pengetahuan Perilaku dan Kebersihan Penjamah Makanan pada Tempat Umum Pariwisata di DKI Jakarta (TMII, TIJA, TMR). Online journal at http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-irnawati.pdf (Accessed : 2014, 20 January). Massudi. (2003). Perilaku Penjamah Makanan Dalam Mengeola Makanan Di Warung Sekitar kampus Universitas Bima Nuswantoro Semarang. Tesis. Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat. Universitas Diponegoro. Meikawati, W. & Astuti, R. (2010). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Petugas Penjamah Makanan dengan Praktek Higiene dan Sanitasi Makanan di Unit Gizi RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang Tahun 2010. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia. 6(1) : 50-68. Mulia, Ricki M. (2005). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Mustini, Ni Made. (2009). Tingkat Pengetahuan Tentang Hygiene Sanitasi Pengolahan Makanan dan Kualitas Makanan Pada Kantin Sekolah Dasar di 31
Wilayah Kerja Puskesmas Selemadeg Timur I Tahun 2009. Skripsi. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran. Universitas Udayana. Naing, N.N., et al. (2007). A Study On Reability Of Questionnaire On Knowledge, Attitude, And Practice (KAP) Of Food Handlers Toward Food Borne Disease And Food Safety. International Medical Journal. 14(4): 281-285. Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo, Sukidjo. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Oginawati, K. (2005). Diktat Kuliah Sanitasi Makanan dan Minuman. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Purnawijayanti, H.A. (2001). Sanitasi Higiene dan Keselamatan Kerja dalam Pengelolaan Makanan. Yogyakarta: Kanisius. Puspita, I., Palandeng, H. & Sinolungan, J. (2013). Hubungan Praktik Higiene Sanitasi Penjamah Makanan Terhadap Cemaran Escherichia Coli Pada Makanan Gado-Gado Di Sepanjang Jalan Kota Manado. Online at : fkm.unsrat.ac.id (Accessed: 2014, 15 March). Ratnasari, Mia Dian. (2007). Foodborne Disease. (Publikasi dan Informasi Departemen Pertanian). Available at : http://www.deptan.go.id/wap/berita_detailtampil.php?no_berita=96 (Accessed : 2014, 16 January). Sartika, R. et al. (2005). Analisis Mikrobiologi Escherichia Coli O157:H7 Pada Hasil Olahan Hewan Sapi Dalam Proses Produksinya . Makara Kesehatan. 9 (1) : 2328. Sarwono, Solita. (2007). Sosiologi Kesehatan Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Seriani, Ayu. (2006). Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Penjamah Makanan tentang Hygiene Sanitasi Makanan dan Sanitasi Pengolahan Makanan pada Warung Sekolah Dasar di Kelurahan Subagan Kecamatan Karangasem Kabupaten Karangasem. Skripsi. Universitas Udayana. Setyorini, Endah. (2013). Hubungan Praktek Higiene Pedagang dengan Keberadaan Escherichia Coli pada Rujak yang Dijual di Sekitar Kampus Universitas Negeri Semarang. Skripsi. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan. Universitas Negeri Semarang. Sihite. (2000). Sanitation and Hygiene. Jakarta: SIC. Soekanto, Soerjono. (2006). Pengantar Sosiologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sugiyono, Lynda P. (2010). Gambaran Pengetahuan, Sikap, Praktik, serta Identifikasi Bakteri Escherichia coli dan Staphylococus aureus pada Penjamah dan Makanan di PT. PSA (Pelita Sejahtera Abadi). Skripsi. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro. Sugiyono. (2009). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: ALFA BETA. Surastini, Ni Made. (2006). Keadaan Personal Hygiene dan Kualitas Bakteriologis Tangan Penjamah Makanan di Instalasi Gizi Badan Rumah Sakit Umum Tabanan. Skripsi. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran. Universitas Udayana. Susanna, Dewi. (2003). Pemantauan Kualitas Makanan Ketoprak Dan Gado-Gado Di Lingkungan Kampus Ui Depok, Melalui Pemeriksaan Bakteriologis. Makara Kesehatan. 7 (1). 32
Suter, K. (2009). Lawar. Program Studi Teknologi Pertanian. Universitas Udayana. Denpasar. Suter, K., et al. (1997). Studi tentang Pengolahan dan Keamanan Lawar (Makanan Tradisional Bali). Program Studi Teknologi Pertanian Unud. Denpasar. Bali. Thaheer, Hermawan. (2005). Sistem Manajemen HACCP. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Wiardani, Putu Apriyati. (2008). Keadaan Personal Hygiene dan Cemaran Mikrobiologis Tangan Penjamah Makanan pada Unit Dapur Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Bali. Skripsi. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyararakat Fakultas Kedokteran. Universitas Udayana. Widodo, Y. (2004). Hubungan Tingkat Pengetahuan Penjamah Makanan Mengenai Hygiene dan Sanitasi Makanan dengan Kualitas Bakteriologis Makanan pada Rumah Makan di Kota Magelang. Skripsi. Online at : eprints.undip.ac.id/19860/1/2216.pdf (Accessed: 2014, 8 May). Winarno, F.G. (1993). Turis dan Keracunan Makanan. Artikel dalam Koran Kompas. No.124. Th ke 29. Yahya, Jasriyanti. (2013). Hubungan Perilaku Penjamah Makanan Dengan Keberadaan Bakteri Pada Mie Basah Di Lingkungan Universitas Negeri Gorontalo. Online journal at : http://kim.ung.ac.id/index.php/KIMFIKK/article/view/2746 (Accessed: 2014, 25 January). Zulaikhah, S.T. & Karlina, E. (2009). Faktor Perilaku yang Berhubungan dengan Kontaminan Bakteri Staphylococcus aureus pada Makanan Siap Saji. Sains Medika. 1(2): 168-175.
33
LAMPIRAN I
FORMAT SUSUNAN ORGANISASI TIM PENELITI DAN PEMBAGIAN TUGAS
NO
Nama
Instansi asal Bidang ilmu
Alokasi waktu
1
Sang Gede Purnama, SKM, MSc
PS. Kesehatan Masyarkat Kesehatan Masyarakat, FK, Universitas Udayana
8 Ketua jam/minggu penelitian, mengatur jadwal pelaksanaan penelitian
2
I Gede Herry Purnama, ST, MT, MIDEA
PS. Kesehatan Masyarakat, FK, Universitas Udayana
8 jam/minggu
3
Md Hita Pratiwi, SSi, MHSc
PS. Kesehatan Masyarkat Kesehatan Masyarakat, FK, Universitas Udayana
8 Anggota jam/minggu peneliti membantu ketua melaksanakan penelitian
4.
I Gst Ngurah Edi Putra
PS. Kesehatan Masyarkat Kesehatan Masyarakat, FK, Universitas Udayana
8 Mahasiswa, jam/minggu membantu pelaksanaan penelitian
5
Putu Erma Pradnyani
PS. Kesehatan Masyarkat Kesehatan Masyarakat, FK, Universitas Udayana
8 Mahasiswa jam/minggu membantu pelaksanaan penelitian
Kesehatan Masyarkat
Uraian tugas
Anggota peneliti, membantu ketua dalam melaksanakan penelitian
34
35
LAMPIRAN UMUM
LAMPIRAN 1. FORMAT BIODATA KETUA PENELITI (Wajib ditandatangani asli dengan tinta WARNA BIRU)
A. Identitas Diri 1. Nama Lengkap (dengan gelar) 2. Jabatan Fungsional 3. Jabatan Struktural 4. NIP/NIK/No.Identitas lainnya 5. NIDN 6. Tempat dan Tanggal Lahir 7. Alamat Rumah 8. Nomor Telepon/Faks /HP 9. Alamat Kantor 10. Nomor Telepon/Faks 11. Alamat e-mail 12. Lulusan yang telah dihasilkan 13. Mata Kuliah yg diampu
Sang Gede Purnama, SKM, MSc L/P Asisten ahli Sekretaris Jurusan kesehatan lingkungan 198409112008011004 0011098401 Denpasar, 11 september 1984 Jl. Gn. Guntur XXVI no 16 087739176777 Jl. PB Sudirman Denpasar 0361 7448773
[email protected] S-1= 70 orang; S-2= …Orang; S-3= Orang … 1. Dasar-dasar kesehatan lingkungan 2. Pengendalian vektor 3. Kesehatan makanan dan minuman 4. Pengolahan air bersih 5.
B. Riwayat Pendidikan Program Nama Perguruan Tinggi
S-1 Universitas Udayana
Bidang Ilmu
Kesehatan masyarakat 2002 2006 Analisis strategis RS Puri Raharja
Tahun Masuk Tahun Lulus Judul Skripsi/Thesis/Disertasi
Nama Pembimbing/Promotor
Dr. Rai Mulyawan, M.Kes
S-2 Universitas Gajah Mada Kesehatan masyarkat
S-3
2010 2012 Uji resistensi dan pemeriksaan transovarial nyamuk Aedes Tri Baskoro, MSc, PhD
36
C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir (Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi) No. 1
2
Pendanaan Sumber *) Jml (Juta Rp.)
Tahun
Judul Penelitian
2014
Efikasi dan efek residu larvasida bacillus thuringiensis terhadap larva aedes aegypti
Dosen muda
10.000.000
2013
Program jumantik dan survei entomologi nyamuk Aedes aegypti terhadap perilaku masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk di Kota Denpasar.
Dosen muda
7.500.000
3 2012
Kepadatan jentik dan survei maya index Kecamatan Denpasar Selatan, Bali
Dosen Muda
7500.000
4 2010
Sexual Behaviour, condom use and HIV risk in Rural Area, Gianyar, Bali Province,
YKIP
40.000.000
5 2010 Rev
riview of the Water Supply Project in Munti Gunung, Karangasem, Bali.
Yayasan Dian Desa
40.000.000
6 2009
Male Involvement in Reproductive and Maternal Health: Knowledge, Attitudes and Practices in Bali
Burnet institute
60.000.000
Dst. *) Tuliskan sumber pendanaan : PDM, SKW, Pemula, Fundamental, Hibah Bersaing, Hibah Pekerti, Hibah Pascasarjana, Hikom, Stranas, Kerjasama Luar Negeri dan Publikasi Internasional, RAPID, Unggulan Stranas atau sumber lainnya.
D. Pengalaman Pengabdian kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir No. 1. 2.
Tahun 2012 2009
Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Pelatihan pencegahan DBD di Sesetan Pelatihan system pertanian terintegrasi di Desa Kuwum, mengwi Pelatihan Penanggulangan rabies di Ungasan Pelatihan pencegahan bahaya merokok
Pendanaan Sumber *) Jml (Juta Rp.) Dipa Unud 4000.000 Dipa Unud 4000.000
3. 2009 Dipa Unud 4000.000 4. 2008 Dipa Unud 4000.000 Dst. *) Tuliskan sumber pendanaan : Penerapan IPTEKS – SOSBUD, Vucer, Vucer Multitahun, UJI, Sibermas, atau sumber dana lainnya
E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir No. 1.
Judul Artikel Ilmiah Sexual behavior: condom use, networking and sexual transmitted diseases risk of HIV-AIDS rural men in Gianyar, Bali
Volume/Nomor Vol 3 no 1 2014
Nama Jurnal J Bheav health
37
2.
3. 4.
5. 6.
Asosiasi pengetahuan tentang demam berdarah dengue dan upaya pemberantasan sarang nyamuk di Kelurahan sesetan Maya index dan kepadatan larva aedes aegypti terhadap infeksi dengue 1Pemanfaatan limbah cair pengolahan tahu . untuk memproduksi spora bacillus thuringiensis sebagai biokontrol nyamuk 2Promosi kesehatan di sekolah pada remaja . dalam pencegahan HIV 3Surveilans kasus diare di Karangasem Bali .
ACH Vol 1 no 2 2012
Arch com health
Vol 16 no 2 2012
Makara kesehatan Archive of community health Jurnal Udayana mengabdi Jurnal Kesehatan Masyarakat
Vol 1 No 1 2012
Vol 11 No 2 2011 Vol 4, No 4 2010
7. 4 . Dst.
F. Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral pada Pertemuan/ Seminar Ilmiah dalam 5 Tahun Terakhir No. 1.
2.
Nama Pertemuan ilmiah/ Seminar
International workshop on water supply management system and social capital International Congress IX on AIDS in Asia and the Pacific
3.
International Congress IX on AIDS in Asia and the Pacific
4.
Diskusi Pers Tokoh
Judul Artikel Ilmiah
Waktu dan Tempat
Review of the Water Supply Project in Munti Gunung, Karangasem, Bali. Male Involvement in Reproductive and Maternal Health: Knowledge, Attitudes and Practices in Bali HIV/AIDS and STDs intervention among HIV/AIDS risk-taking village men of three sub-districts in the south coast of Gianyar, Bali,
15-16 March 2010, Surabaya.
Polusi udara dan kesehatan lingkungan
Denpasar, 1 Maret 2009
Bali 9-13 August 2009
Bali 9-13 August 2009
G. Pengalaman Penulisan Buku dalam 5 Tahun Terakhir No.
Judul Buku
Tahun
Jumlah Halaman
Penerbit
1. 2. 3. 4. Dst.
38
H. Pengalaman Perolehan HKI dalam 5 – 10 Tahun Terakhir No. 1. 2. 3. 4. Dst.
Judul/Thema HKI
Tahun
Jenis
No.P/ID
I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya dalam 5 Tahun Terakhir No.
Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial Lainnya yang Telah Diterapkan
Tahun
Tempat Penerapan
Respon Masyarakat
1. 2. 3. 4. Dst. J. Penghargaan yang Pernah Diraih dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau institusi lainnya) No.
Jenis Penghargaan
1.
Australian Leadership Award (ALA) for Short course
2. 3. 4. Dst.
Presentasi terbaik dalam PKM 2006 Juara 3 Karya tulis ilmiah
Institusi Pemberi Penghargaan AUSAID
Tahun
DIkti Unud
2006 2005
2010
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima risikonya. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan penelitian : ....Hibah Unggulan Program Studi ...(Sebutkan Nama Skim Penelitian) .........................
Denpasar, 2 Januari 2015 Pengusul,
(..........Sang G. Purnama, SKM, MSc....)
39
2. Anggota A. Identitas Diri 1. 2. 3. 4.
NamaLengkap (dengangelar) JabatanFungsional JabatanStruktural NIP/NIK/No.Identitaslainnya
5. NIDN 6. TempatdanTanggalLahir 7. AlamatRumah 8. NomorTelepon/Faks /HP 9. Alamat Kantor 10. Nomor Telepon/Faks 11. Alamat e-mail 12. Lulusan yang telah dihasilkan 13. Mata Kuliahygdiampu
B. RiwayatPendidikan Program Nama Perguruan Tinggi Bidang Ilmu
Made Ayu Hitapretiwi Suryadhi, S.Si, MHSc Asisten ahli 198110102005012003
P
0010108105 Denpasar, 10 Oktober 1981 Jl Tunggul Ametung VIII/3 087861399448 Jl PB 03617448773 Sudirman Denpasar
[email protected] S-1= … orang; S-2= …Orang; S-3= Orang … 1. Kesehatan lingkungan 2. Farmakologi sosial 3. Kimia 4. Bahasa inggris 5. Interaksi hereditas dan lingkungan terhadap penyakit.
S-1 UniversitasUda yana MIPA Kimia
Tahun Masuk Tahun Lulus Judul Skripsi/Thesis/Disertasi
1999 2004 Penentuan kuantitatif morfin dalam urin secara spektrofotodens itometri.
Nama Pembimbing/Promotor
Ni Made Suaniti, MSi
S-1 The University of Melbourne Drug Evaluation and Pharmaceutical Science 2006 2007
S-2 The University of Melbourne Health Science
S-3
2007 2012 Bone mineral density (BMD) and associations in postmenopaus al Balinese women aged 50-70 years. Prof. John D. Wark Ass. Prof. Caroline Brand
40
C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir (Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi) No.
Tahun
Pendanaan Sumber *) Jml (JutaRp.)
JudulPenelitian
*) Tuliskan sumber pendanaan : PDM, SKW, Pemula, Fundamental, Hibah Bersaing, Hibah Pekerti, Hibah Pascasarjana, Hikom, Stranas, Kerjasama Luar Negeri dan Publikasi Internasional, RAPID, Unggulan Stranas atau sumber lainnya.
D. Pengalaman Pengabdian kepada Masyarakat dalam 5 TahunTerakhir No.
Tahun
1
2012
Pendanaan Sumber *) Jml (JutaRp.)
JudulPengabdianKepada Masyarakat Pembinaan petani di desa songan, kecamatan kintamani-bangli mengenai penggunaan pestisida.
DIPA-PNBP
4.000.000
Dst. *) Tuliskan sumber pendanaan : Penerapan IPTEKS – SOSBUD, Vucer, Vucer Multitahun, UJI, Sibermas, atau sumber dana lainnya E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah dalam Jurnal dalam 5 TahunTerakhir No. 1.
F.
No. 1.
2.
JudulArtikelIlmiah Pembinaan petani di desa songan, kecamatan kintamani-bangli mengenai penggunaan pestisida.
PengalamanPenyampaianMakalahSecara Ilmiahdalam 5 TahunTerakhir NamaPertemuanilmiah/ Seminar IOF Regional 3rd Asia Pacific Osteoporosis Meeting ANZBMS 18th Annual Scientific Meeting
Volume/Nomor Volume 11, No 1 (2012)
Oral
NamaJurnal Journal pengabdian kepada masyarakat, Udayana mengabdi.
padaPertemuan/
JudulArtikelIlmiah
Seminar
WaktudanTempat
Prevalence and determinants of low bone mineral density (BMD) in postmenopausal Balinese women.
13-16 Desember 2012, Kuala Lumpur.
Bone mineral density (BMD) and associations in postmenopausal Balinese women aged 50-70 years.
28-30 Agustus 2008, Melbourne.
41
G. Pengalaman Penulisan Buku dalam 5 Tahun Terakhir No.
JudulBuku
Tahun
JumlahH alaman
Penerbit
Jenis
No.P/ID
1. 2.
H. Pengalaman Perolehan HKI dalam 5 – 10 Tahun Terakhir No. 1. 2.
Judul/Thema HKI
Tahun
I. PengalamanMerumuskanKebijakanPublik/RekayasaSosialLainnyadalam 5 TahunTerakhir No.
Judul/Tema/JenisRekayasaSosialLainnya yang TelahDiterapkan
Tahun
TempatPene rapan
ResponMasy arakat
1. 2. J. Penghargaan yang PernahDiraihdalam 10 tahunTerakhir (daripemerintah, asosiasiatauinstitusilainnya) No.
JenisPenghargaan
1. 2.
Beasiswa Studi S2 Beasiswa ANZBMS scientific meeting travel allowance
InstitusiPemberiPeng hargaan AusAID ANZBMS
Tahun 2006 2008
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima risikonya. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan penelitian : Hibah Unggulan Program Studi
Denpasar, 2 Januari 2015 Pengusul,
(Made Ayu Hitapretiwi Suryadhi, S.Si, MHSc)
42
3. Anggota A. Identitas Diri 1 Nama Lengkap 2 Jabatan Fungsional 3 Jabatan Struktural 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
NIP NIDN Tempat, Tgl. Lahir Alamat Rumah No. Telp (HP) Alamat Kantor No. Telp Email Lulusan yang telah dihasilkan Mata Kuliah yang Diampu
I Gede Herry Purnama, ST., MT., MIDEA Asisten Ahli Ketua Bagian Kesehatan Lingkungan, PSIKM, FK – Unud 19760215 2000 03 1 004 0015027605 Singaraja, 15 – 02 – 1976 Jl. Gn Mas, Gg. Kidul No. 10 081353177559 PS – IKM, FK – Unud 0361 - 7448773
[email protected] S1 = 12 orang 1. 2. 3. 4. 5.
Dasar- dasar Kesehatan Lingkungan Sanitasi dan Air Bersih Pengolahan Limbah Padat dan Cair Analisis Kualitas Lingkungan Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan Lingkungan 6. Analisis Resiko dan Sistem Manajemen Lingkungan 7. Kesehatan Lingkungan 8. Pengetahuan Berbasis Lapangan
B. Riwayat Pendidikan Program S1 Nama Perguruan ITS - Surabaya Tinggi Bidang Ilmu
Tahun Masuk Tahun Lulus Judul Skripsi/Thesis
S2 ITS - Surabaya
S2 Monash University Australia Teknik Teknik International Lingkungan Lingkungan Development and Environmental Analysis 1994 2002 2006 1999 2004 2008 Pemanfaatan Studi MRF di Village Spatial Ferro Sulfat TPS Perumnas Planning in untuk MonangAceh Menurunkan maning Warna Air Limbah 43
Nama Pembimbing
Pencelupan Joni Hermana
Yulinah Trihadiningrum
Craig Thorburn
C. Pengalaman Penelitian 5 Tahun Terakhir No
Tahun
Judul Penelitian
1
2011
Penurunan kandungan BOD, COD, TSS, dan Warna pada air limbah industri pencelupan kain dengan menggunakan reaktor Constructed Wetlands
2
2013
PENGOLAHAN AIR LIMBAH BINATU (LAUNDRY) DENGAN REAKTOR MULTIMEDIA FILTER MENGGUNAKAN MEDIA BATU VULKANIK (BATU BARAK – TAJUN) DAN KARBON AKTIF
Sumber DIPA
PS-IKM
Pendanaan Jumlah (Rp.) 10.000.000,-
9.000.000,-
D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat 5 Tahun Terakhir No
Tahun
Judul Pengabdian
Pendanaan Sumber Jumlah (Rp.) DIPA 4.500.000,-
1
2011
Penggunaan pestisida yang aman kepada para petani di toya bungkah
2
2011
Penggunaan karikatur untuk pemberdayan pengelolaan sampah anak SD di Denpasar
DIPA
4.500.000,-
3
2012
Penyuluhan tentang STBM di Desa Taro dan Pengotan
DIPA
4.500.000,-
4
2013
Pengembangan Wirausaha Sanitasi di Kubu
DIPA
45.000.000,-
44
E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah 5 Tahun Terakhir No. Judul Artikel Ilmiah Volume/Nomor 1 Tri Hita Karana as the basic Vol. 2 philosophy of Balinese Political Ecology: a case study of traditional Balinese agricultural organization Subak
Nama Jurnal Water Supply Management System and Social Capital
F. Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral Pada Pertemuan/ Seminar Ilmiah 5 Tahun Terakhir No. Nama Pertemuan Ilmiah/Seminar 1 2nd Int’l Workshop On Water Supply Management and Social Capital
2
3
Judul Artikel Ilmiah
Waktu & Tempat Tri Hita Karana as the basic 15-16 Maret philosophy of Balinese 2010, Political Ecology: a case Surabaya study of traditional Balinese agricultural organization Subak APLAS 2012 The sustainability of 8-11 October Community Based Solid 2012, Waste Management/ MRF in Denpasar Denpasar: a review on Building capacity of Stakeholders 4th Int’l Seminar on Analysis of Services Quality 25-26 Juni Environmental to Customer Satisfaction of 2013, Engineering Denpasar Sewerage Denpasar Development Projects (DSDP) in Denpasar
G. Pengalaman Penulisan Buku 5 Tahun Terakhir No Judul Buku
Tahun
Jumlah Halaman
Penerbit
H. Pengalaman Perolehan HKI dalam 5-10 Tahun Terakhir 45
No Judul/Tema HKI
Tahun
Jenis
No.P/ID
I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya dalam 5 Tahun Terakhir No Judul/Tema Tahun Tempat Respon Penerapan Masyarakat
J. Penghargaan yang Pernah Diraih dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau institusi lainnya) No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Tahun Penghargaan
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima risikonya. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan penelitian : Hibah Unggulan Program Studi
Denpasar, 2 Januari 2015 Pengusul,
I Gede Herry Purnama, ST, MT, MIDEA
46
KUESIONER PENELITIAN PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS UDAYANA
A. 1. 2. 3. 4. 5. 6. B. 1.
2.
3.
4.
5.
Identifikasi No responden Pewawancara : Nama Umur Jenis kelamin Pendidikan terakhir Lama kerja Daftar pertanyaan pengetahuan penjamah makanan Makanan yang bermutu dan aman dikonsumsi adalah a. Makanan yang bersih dan menyehatkan b. Makanan yang terbungkus rapid an terlindungi c. Makanan yang enak dan menyenyangkan d. Tidak tahu Sebelum memulai bekerja dan setiap keluar dari toilet perlu melakukan ? a. Mencuci tangan dengan air saja b. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir c. Cukup mengelap tangan dengan serbet d. Tidak perlu mencuci tangan bila tidak kotor Air yang digunakan untuk mencuci bahan makanan adalah a. Air yang ditampung didalam bak b. Air yang mengalir dari kran c. Air yang digunakan setelah mencuci tangan d. Tidak tahu Hal yang tidak boleh dilakukan pada saat pengolahan makanan adalah ? a. Menyiapkan bahan makanan b. Merokok dan berbicara c. Mencuci bahan makanan d. Tidak tahu Saat mencicipi makanan sebaiknya menggunakan ? a. Sutil/spatula yang digunakan untuk memasak b. Centong c. Tangan secara langsung d. Sendok khusus untuk mencicipi
6. Makanan yang sudah matang dan siap disajikan hendaknya ditempatkan dimana ? a. Wadah terbuka b. Wadah tertutup rapat c. Wadah tertutup tidak rapat d. Tidak tahu 7. Tempat penyimpanan makanan yang sudah diolah adalah a. Tetap berada di wajan b. Dalam wadah terbuka yang ada diatas meja c. Etalase penyimpanan makanan 47
d. Tidak tahu 8.
Tempat sampah di sekitar tempat menjual makanan diharapkan dalam keadaan ? a. Terbuka c. dilapisi plastik b. Tertutup d. tidak tahu 9. Apabila peralatan sudah selesai digunakan sebaiknya dicuci dengan ? a. Air bersih b. Air di baskom c. Hanya di lap d. Air mengalir 10. Setelah selesai melakukan kegiatan penjualan, lantai/tempat kerja sebaiknya dibersihkan dengan? a. Disapu saja b. Langsung di pel c. Dibiarkan saja d. Disapu dan dipel 11. Proses pembersihan tempat penjualan dan pencucian alat masak hendaknya dilakukan ? a. Dua hari sekali b. Seminggu sekali c. Setiap hari d. Apabila kotor baru dibersihkan 12. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam berpakaian bagi pekerja ? a. Memakai pakaian ketat dan ringan b. Memakai pakaian yang ringan dan tidak panas c. Memakai pakaian yang tebal dan berwarna gelap d. Memakai pakaian yang biasa dipakai di rumah saja 13. APabila ada pekerja yang terluka/teriris pada tangan sebaiknya ? a. Diberi obat dan diperban b. Menggunakan obat merah c. Luka dibiarkan terbuka setelah dicuci d. Tidak diobati dan dibiarkan saja 14. Pekerja yang tidak diijinkan bekerja dalam mengolah makanan adalah ? a. Pekerja yang sehat b. Pekerja yang tidak sakit c. Pekerja yang menderita sakit d. Tidak tahu 15. Tempat pengolahan makanan yang memenuhi persyaratan kesehatan adalah a. Tempat yang memiliki fasilitas lengkap b. Tempat yang memiliki tempat sampah c. Tempat yang terjaga kebersihannyan d. Tidak tahu
48
C. FORMULIR CHECK LIST PRAKTIK PERSONAL HYGIENE nO
Praktik
1.
Penjamah makanan mencuci tangan dengan sabun sebelum menangani makanan
2.
Penjamah makanan mencuci tangan setelah keluar dari WC atau kamar kecil
3.
Penjamah makanan mencuci tangan setelah meracik bahan mentah
4.
Mengeringkan tangan dengan alat pengering/tisu/lap bersih
5.
Mencuci peralatan setelah digunakan
6.
Memakai celemek saat bekerja
7.
Memakai tutup kepala pada saat bekerja
8.
Tidak berbicara saat bekerja
9.
Kuku pendek dan bersih
dilakukan
Tidak dilakukan
10. Penjamah makanan tidak memakai perhiasan misal cincin atau gelang saat bekerja
11. Tidak memakan makanan saat bekerja 12. Membersihkan tempat setelah selesai bekerja
D. FORMULIR CHECK LIST KETERSEDIAAN FASILTIAS SANITASI NO
Fasilitas
1
Terdapat toilet untuk buang air bagi konsumen maupun pedagang (min 1)
2
Terdapat tempat cuci tangan
3
Terdapat sabun cuci tangan
4
Terdapat alat pengering sehabis cuci tangan atau tersedia tisu
5
Terdapat tempat sampah tertutup
6
Terdapat tempat cuci alat masak dan alat makanan
7
Terdapat tempat cuci bahan makanan
ya
Tidak
49
8
Terdapat sabun cuci piring
9
Terdapat kran air
10
Pembuangan limbah sisa makanan
E. FORMULIR CHCK LIST KEBERSIHAN LINGKUNGAN no
Lingkungan
1
Lantai dalam keadaan bersih
2
Tempat pengolahan makanan dalam keadaan bersih
3
Tempat makan konsumen dalam keadaan bersih
4
Tidak terdapat sampah berserakan di sekitar warung
5
Tidak terdapat serangga (seperti lalat, nyamuk, kecoa dll)
6
Tidak terdapat binatang penggangu (seperti tikur, kucing, anjing dll)
ya
Tidak
50
51
52