H
ijaunya dedaunan masih bisa dirasakan, bersihnya udara masih bisa dihirup dengan bebas. Anak-anak kecil berlarian kesana-kemari tanpa memikirkan makan apa besok? Orangorang masih bisa menikmati setiap hembusan nafas, masih bisa merasakan detak jantung, masih bisa melihat rumput yang hijau dan hutan yang menjadi paru-paru dunia. Itu yang terjadi saat sebelum semua berubah. Lima tahun kemudian, tepatnya pada tahun 2071, hutan sudah tidak ada, anak yang baru lahir melemah, tidak sehat dan mudah terserang penyakit. Ini terjadi karena keseimbangan antara udara bersih dan polutan sangat tidak seimbang, polutan tidak dapat terurai dan terserap dengan baik pada tumbuhan hijau (Proses Fotosintesis, dimana tumbuhan hijau menyerap Co2 untuk menghasilkan O2 dan Air). Seluruh bumi berubah menjadi anarki, semua berebut untuk mendapatkan nafas yang selama ini dihirup gratis. Namun jaman sudah berubah, sekarang setiap manusia memiliki sebuah alat yang dapat mendeteksi pemakaian udara, bernama Airikator. Hal ini berlaku karena semakin menipisnya udara segar di bumi ini. Setiap orang dipasangi sebuah Airikator di pergelangan tangannya dengan total 100%, jumlah itu bisa ditambah sesuai kemampuan keuangan pemakainya, dengan itu mereka harus menghemat pemakaian udara yang mereka hirup setiap detik. Alat ini tersambung ke detak jantung pemakainya. Karena jika Airikator mencapai 0% maka detak jantung penggunanya akan berhenti dan kehilangan nyawa. Airikator sendiri terletak didalam kulit penggunanya dengan hanya satu tombol keluar menusuk kulit yang berfungsi sebagai tombol transfer. Tapi itu bukan memperbaiki keadaan dibumi, bahkan sebaliknya, semua orang berebut untuk bisa mendapatkan udara dengan gratis dengan cara membunuh dan mencuri nafas orang lain dengan menyentuh Airikator dan menekan tombol transfer yang terpasang di pergelangan tangan orang yang dicurinya. Itu dilakukan oleh orang – orang yang serba kekurangan, jangan kan untuk membeli udara, bahkan membeli makan sehari-hari saja mereka masih sangat kekurangan. Termasuk pemuda tadi. Dia menjadi semakin brutal dengan keadaan itu. Tapi, tujuan pemuda yang bernama Very itu bukan semata-mata untuk dirinya sendiri, dia bak pahlawan untuk kaum yang tidak mampu. Setiap hari Very selalu berjalan menyusuri trotoar dan lorong gelap untuk membunuh dan mencuri sedikit udara agar sisa udara yang dia punya tidak sampai habis, karena jika indikator sinyal udara di Airikator pergelangan tangannya sampai habis, maka habis lah riwayatnya. Sampai suatu hari, Very jatuh cinta kepada Yeni yang termasuk orang susah. Yeni yang bapaknya hanya seorang buruh tani, hanya mampu membeli udara 80% dari total 100% yang dimilikinya. Untuk harga satu persen udara yang dijual pemerintah adalah sebesar 50.000 rupiah, dan itu sangat memberatkan kaum miskin dipinggiran kota yang dipenuhi oleh bangunan megah itu. Saat itu Very sedang mencari sasaran untuk dirampas udaranya.
Very, pemuda 22 tahun ini selalu membuat resah orang kaya, tetapi membuat senang orang miskin. Dengan wajah yang lumayan tampan dan badan yang tegap didukung tinggi badan yang tidak terlalu berlebih, dia bisa mendekap orang dengan mudahnya. Pakaian yang ia kenakan tidak pernah rapi, dengan t-shirt dibalut jaket hitam dan celana jeans kusamnya, dia selalu membuat orang tidak yakin dengan kebaikan yang ia miliki. Siang itu, tidak sengaja dia bertemu dengan seorang wanita, bernama Yeni yang sedang mencari kaleng bekas. Yeni tidak menyadari bahwa daerah itu adalah daerah kekuasaan Very. Dia hanya tau bagaimana cara bertahan hidup dengan menghemat pemakaian udara yang dijatah oleh pemerintah. “Hey, sedang apa kamu di situ” teriak Very yang mengetahui ada orang didaerah kekuasaannya. Yeni yang kaget lalu tertunduk karena takut oleh Very. Dan dengan wajah sangar, Very menghampiri Yeni yang mulai berkeringat dengan wajah menghadap bumi. “Saya Cuma mencari kaleng bekas pak” jawab Yeni yang masih terus menunduk. “Cari kaleng bekas jangan disini, ini daerah kekuasaan saya, kamu mau saya habisi dan saya ambil sisa udara kamu?” sahut Very yang semakin geram. “Ampun pak, maafkan saya” jawab Yeni sambil melirik Very dan semakin gemetar. “Owh, kamu cewek, siapa nama kamu?” tanya Very dengan nada mulai merendah karena melihat wajah Yeni dan ternyata cewek. “Nama saya Yeni pak” Melihat wajah Yeni yang memelas, Very tidak kuasa untuk berbuat jahat kepada Yeni. “Ya sudah, lebih baik kamu pulang sekarang, disini bahaya” Setelah berkata begitu lalu Very meraih tangan Yeni dan melihat Airikator yang tertera di pergelangan tangan Yeni. Namun karena takut, Yeni ingin menarik tangannya dari genggaman Very. Tapi dapat ditahan oleh Very karena tenaga Very lebih kuat. “Gak usah takut. Airikator kamu tinggal 53% nih, gimana kamu bisa bertahan dengan sisa udara sedikit begini” ujar Very dengan nada yang semakin rendah. Dalam hati Very, dia sangat ingin memberi sedikit udara kepada Yeni, tapi dia belum tau siapa Yeni sebenarnya. Maka dengan sedikit keraguan Very memberi sedikit udara yang dimilikinya kepada Yeni. “Ini saya kasih kamu 10% udara milik saya” kata Very yang kemudian menekan tombol transfer pada Airikator udara dipergelangan tangan Yeni.
Yeni yang melirik pergelangan tangan Very terkejut dan melotot. Dia tidak pernah melihat Airikator dengan persen sebanyak itu. Pada Airikator Very tertera 1.839% udara. Itu cukup untuk hidup sampai tiga bulan lebih dua minggu. Dan ketika Very melihat wajah Yeni yang kaget itu, dia pun bertanya. “Ada apa? Kenapa kaget?” “Eh, eng eng enggak pak, sa saya terkesan melihat Airikator bapak” jawab Yeni gugup. “Gak usah heran, ini masih sedikit. Nanti lain kali kamu saya bawa ke tempat orang-orang kaya dikomplek sebelah, mereka bisa membeli udara lebih banyak dari ini” jawab Very meyakinkan. Yeni diam saja sambil terus memperhatikan Airikator Very yang terus berkurang karena sedang ditransfer ke Airikator Yeni. Dan angka di Airikator pergelangan tangan Yeni menunjukkan 63% yang sudah ditambah 10% dari udara Very. “Orang tua kamu dimana?” tanya Very tiba-tiba. “Orang tua saya tinggal satu pak, tinggal bapak saya” jawab Yeni yang masih takut. “Berapa persen udara punya bapak kamu?” tanya Very “Tinggal 76% pak” Kemudian Very langsung meraih pergelangan tangan Yeni untuk kemudian ditransfer lagi. “Ini saya kasih 20% lagi, nanti dirumah kamu bagi dengan bapak kamu ya” kata Very yang langsung menekan tombol transfer dipergelangan tangan Yeni. Yeni yang masih keheranan hanya bisa terdiam dan memperhatikan pergelangan tangannya. Kemudian Airikator menunjukkan 83% setelah ditambah 20% udara Very. Terlihat juga Airikator udara Very berkurang cukup drastis setelah melakukan transfer itu. “Rumah kamu diamana?” tanya Very setelah berhasil melakukan transfer udara pada Yeni. “Di gubuk tua sebelah stasiun pak” jawab Yeni “Gak usah panggil pak lagi, nama aku Very, kalau kamu butuh udara lagi, jumpai saja aku disini” jawab Very yang kemudian pergi begitu saja meninggalkan Yeni yang masih bingung dengan apa yang terjadi barusan. Baru beberapa langkah Very pergi meninggalkan Yeni, kemudian dia berbalik dan melihat Yeni yang masih berdiri mematung ditempatnya semula, melihat itu kemudian Very balik lagi mendekati Yeni.
“Kamu kenapa kok masih diam disitu?” tanya Very setelah dekat dengan Yeni. “Eh, gak apa-apa kok” jawab Yeni yang masih kelihatan takut dengan Very. “Kamu nggak usah takut, aku nggak akan menyakiti kamu” kata Very dengan lembut. Yeni masih tetap menunduk menatap tanah yang sedikit lembab karena jarang terkena sinar matahari. Air sedikit tergenang disekitar tempat mereka berdiri. Terlihat juga beberapa ekor tikus yang berlalu lalang seolah tak menghiraukan kehadiran mereka berdua. Dan seekor kucing kurus terlihat sedang mengais tong sampah yang tidak layak pakai. “Ya udah, aku antar kamu pulang saja ya” Very menawarkan kebaikannya yang sangat jarang dilakukannya kepada orang lain. “Eh, nggak usah deh” jawab Yeni masih takut. “Udah gak usah takut, aku ikhlas kok mau ngantar kamu pulang, supaya kamu nggak kenapakenapa” jawab Very yang langsung berbalik badan berharap Yeni mengikut dari belakang. Namun, Yeni masih diam terpaku ditempatnya berdiri sambil melihat Very berjalan menjauhinya. Wajahnya yang sayu masih tertekuk keheranan dengan tingkah laku seorang manusia yang rela memberi sesuatu yang sangat berharga untuk dirinya juga bapaknya. “Siapa orang ini sebenarnya” tanya Yeni dalam hati. Tapi lamunan itu terpecah ketika Very mengagetkannya. “Hey, kok malah ngelamun sih, ayoo pulang” Yeni yang kaget langsung menjawab dengan gugup. “Eh... Iya,,” Kemudian mereka berjalan berdua menuju rumah Yeni yang terletak sekitar 3 kilometer dari tempat mereka bertemu. Sepanjang perjalanan Yeni hanya diam membisu, sedangkan Very asik bercerita tentang kehidupannya yang sangat buruk waktu itu. Awalnya Yeni memang terus berdiam diri sepanjang perjalanan, tapi karena sifat Very yang selalu bertanya, akhirnya Yeni menjadi terbiasa dengan itu semua. Sepanjang jalan mereka bercerita dan mulai terlihat akrab. “Aku selalu membunuh orang – orang kaya atau para pejabat – pejabat yang serakah itu untuk mengambil udaranya, setelah itu aku kasih deh sama orang – orang yang nggak mampu” kata Very disela – sela pembicaraan mereka. Yeni sedikit melotot dan takut mendengar cerita dari Very tersebut. Tubuhnya semakin gemetar dan keringatnya mulai bercucuran deras dipelipis matanya. Dia takut kalau dirinya akan menjadi
sasaran berikutnya dari pembunuhan Very. Melihat itu, Very langsung menenangkan Yeni yang sedang ketakutan. “Kamu nggak usah khawatir, itu kan untuk orang-orang kaya aja, kalau orang seperti kamu, malah aku bantu” kata Very menenangkan. “Tapi kenapa kamu melakukan itu? Bukan kah itu sama saja dengan mengambil hak orang lain?” tanya Yeni penasaran. Terlihat wajah Very memerah mendengar pertanyaan itu. Terasa angin meniup rambut gondrongnya yang tidak terawat. Angin saat itu memang sedang bersahabat, berhembus ringan seolah tertawa ringan bahwa mereka sangat amat berharga dimata manusia saat itu. Sepanjang perjalanan mereka tidak ada pepohonan rimbun, yang ada hanya pepohonan kering yang menusuk pemandangan mata. Dengan menghela nafas yang dalam dan memejamkan mata seolah menikmati udara yang berhembus Very mulai mengatur nafas untuk menjawab pertanyaan Yeni. “Kamu ingat lima tahun yang lalu?” tanya Very memulai ceritanya sambil melihat Yeni, dan kemudian mereka berhenti ditengah jalan untuk melanjutkan cerita.