HASIL DAN PEMBAHASAN Studi Studi laboratoris ini
Laboratoris ditujukan untuk menjajagi keta-
hanan anti tripsin pada biji kecipir terhadap berbagai perlakuan,
baik perlakuan panas,
kimiawi
maupun
biologis,
Kandungan anti tripsin dari semua sampel biji kecipir
yang
telah mengalami perlakuan perendaman dalam air leding dan kemudian direbus, perendanan dalam bahan kimia atau setelah biji kecipir
dibuat menjadi
tempe dan silase,
ditentukan
secara spectrophotometris, Prinsip penentuan kandungan anti tripsin ialah membandingkan optical density campuran sampel anti tripsin
larutan tripsin,
larutan
dan larutan substrat N-benzoyl-argini-
ne-p-nitroanilide (BAPNA), terhadap optical density cdriipuran
larutan
tripsin dan larutan substrat (BAPNA),
masing -masing campuran dibubuhi larutan buffer, ngukuran produksi p-nitroaniline substrat
yang
setelah Laju pe-
dibebaskan
(N-benzoyl-arginine-p-nitroanilide)
dibaca
dari pada
spectrophotometer,
Pengaruh Perlakuan Panas Terhadap Kandungan Anti Tripsin Pengaruh perlakuan perendaman dan perebusa~,-lah biji kecipir dengan warna kulit yang sangat
Sete-
bervariasi
itu direndam, maka nanlpaklah air rendamannya yang makin pe-
kat apabila waktu perendaman lebih lama,
Akan tetapit pe-
ngaruh perebusan
rnelunturkan
jauh lebih
besar untuk
warna dari kulit biji kecipir,
egt
Hal itu dapat dilihat pada
air rebusan yang makin lama makin coklat pekatt bila
waktu
Suhu air rebusan adalah sekitar 9S°C
perebusan lebih lama,
pada saat perebusan dilakukan) yaitu perebusan
pada
suhu
ruangan dengan tekanan udara sekitar satu atmosfer, Walaupun tidak diukur pada penelitian init akan tetapi dapatlah
diperkirakan bahwa sebahagian zat anti nutrisi
serta zat yang
rnenurunkan palatabilitas biji kecipir, ikut
terlarut pada air rendanan maupun pada air rebusan, kian pula
Demi-
beberapa zat nutrisi yang sangat diperlukan ikut
pula terlarut, Kandungan anti tripsin,
yaitu salah satu anti nutrisi
yang banyak menarik perhatian para peneliti dan menjadi tuJuan utama pada penelitian ini, lahan-lahan pada
proses
air leding (Tabel 13), nanpak
perendaman biji kecipir di Penurunan kandungan anti
lebih cepat sebagai
dengan yang diakibatkan lama biji
kecipir
akibat perebusan
dalan tripsin
dibandingkan
perendaman (Ilustrasi l),
direndam
dan makin lama pula
terlihat kandungan anti tripsin dungan anti tripsin
nampak nenurun secara per-
yang semakin
Makin direbust
kecil,
Kan-
turun dengan sangat nyata (P<0.01) da-
ri 100 persen menjadi 5,14 persen apabila biji kecipir rendam selarna 15 jam dan direbus selarna 5 0 menit,
di-
T a b e l 13.
Lamanya perebusan (menit)
R a t a a n Kandungan A n t i T r i p s i n B i j i K e c i p i r S e s u a i d e n g a n Lamanya P e r e n d a m a n d a n P e r e b u s a n ( T I U / g )
Lamanya p e r e n d a m a n ( j a m ) 0
3
6
9
12
15
Keterangan :
*---*---*
=
tidak direbus
= direbus 10 menit = direbus 30 menit = direbus 50 menit
0 . 0 0
+--+-+ x-x-x
J
1
3
Ilustrasi 1 ,
6
9
12 15 Lama perendaman ( j a m )
Grafik Rataan Kandungan Anti Tripsin Biji Kecipir Sesuai dengan Lama Perendaman dan Perebusan,
Kandungan anti tripsin biji kecipir mentah (tidak direndam dan tidak direbus)
pada penelitian
ini adalah se-
besar 1 2 785 ,93 TIU/gr.
Angka
ternyata lebih
tinggi
dari data
kandungan anti tripsin yang
oleh Jaffe dan Korte (1976),
dilaporkan
de Lumen dan Salamat (1980),
--
de Lumen dan Belo Jr, ta Chan dan
tersebut
(1981), de Lumen et al. (1982) ser-
de Lumen (1982b).
Berada pada kisaran
kan-
dungan anti tripsin biji kecipir yang dilaporkan oleh Abe ale et -
(1985),
but jauh
Akan tetapi kandungan anti tripsin
lebih
rendah
daripada
yang
-
Ekpenyong dan Borchers (1981a), Sathe et
--
Lumen et ale Khor et ale
(1982), (1982)
itu dapat dimaklumi
dilaporkan al,
serta Hafez dan Muhamad
oleh
(1982),
T-
Narayana dan Narasinga Rao
karena
terse-
de
(1982),
(1983).
Hal
baik kultivar maupun varietas
kecipir masih sangat bervariasi, Dari sudut nutrisit
tujuan utama perendaman dan
rebusan biji kecipir, ialah untuk
rnenghilangkan
anti nutrisi serta zat-zat yang menurunkan sebanyak-banyaknya,
pe-
z a t - zat
palatabilitas
Akan tetapi, waktu perendaman dan pe-
rebusan haruslah seoptirnal mungkin, agar zat nutrisi
yang
sangat berguna tidak terbuang percumat atau rusak sama sekali,
Pada perendaman selama 12 jam serta perebusan 30 me-
nit, yaitu kisaran perendaman dan perebusan biji
kecipir
yang dian jurkan oleh NAS
tripsin
(19811, kandungan
masih ada sekitar 24.08 perseq,
anti
Data percobaan
biologis
nas,
Ukuran suhu serta lamanya pemanasan sudah dapat di-
lakukan secara kuantitatif. Pada penelitian ini, kecipir yang dilakukan
salah satu cara pemanasan
untuk
memusnahkan kandungan
biji anti
tripsinnya ialah melalui penggunaan sebuah "oven" yasg dipanaskan listrik,
Tingginya suhu, lamanya pemanasan serta
hasil pemanasan berupa kandungan anti tripaie biji kecipir dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14.
Lamanya pemanasan (menit)
*
Kandungan Anti Tripsin di dalam Biji Kecipir Setelah Dipanaskan di dalam Oven Menurut Tingginya Suhu dan Lamanya Pemanasan (~Iu/gr)
Tingg; . nv;
suhu pemanasan ("C)
Masing-masing merupakan nilai rataan dari dua pengamatan.
Pada tabel tersebut dapat diamati bahwa pada
umumnya
semakin tinggi suhu serta semakin lama waktu pemanasan,maka kandungan anti tripsin
biji kecipir
semakin
nenurun.
Akan tetapi, kejadian itu tidak selamanya berlaku bagi se-
mua kombinasi perlakuan seperti halnya pada pemanasan 100°C selama 5 menit vs, 1 0 menit, serta pemanasan 115°C vs. 130°C selama 1 0 menit dan 20 menit,
Mungkin
sekalir
biji kecipir yang digunakan pada penelitian
keragaman
ini
sebahagian dari sumber kesalahan yang menyebabkan
merupakan ketidak-
teraturan tersebut, Suatu ha1 yang perlu dikemukakan ialah ketahanan anti tripsin
terhadap
Cerny et al,
pemanasan yang dilakukan,
(1971) mengemukakan bahwa pemanasan kering (dry heat) selama 1 0 menit tidak akan merusak anti tripsin sekalipun dipanasi hingga 175°C.
Pada penelitian
init
kandungan
anti
tripsin masih diperoleh sekitar 20 persen meskipun pemanasan sudah dilakukan hingga 130°C selama 20 menit.
Pada
pe-
manasan demikian! penampilan tepung biji kecipir sudah menjadi hitan seperti bubuk kopi.
Mungkin sekali nilai
nya sudah sangat menurun sekalipun kandungan anti
gizi-
tripsin-
nya belum musnah seluruhnya, Pemanasan secara basah (moist heat) yaitu dengan perebusan atau dengan autoclaving, ternyata lebih baik daripada pemanasan secara kering (dry heat),
Lysine
tersedia
ter-
direbus
atau
nyata lebih tinggi pada biji legunlinosa yang
dimasak dengan tekanan dibandingkan dengan lysine pada biji yang disangrai (Geervani Daya cerna protein biji kecipir yang
dan
tersedia
Theophilus, 1980). direbus
diautoclave, lebih tinggi daripada daya cerna
dan
atau
biji kecipir
yang disangrai (Ekpenyong dan Barchersr
1981b)r
pula protein efficiency ratia-nya (PER) nyata
demikian
lebih baik,
Selain itut menurut Aykroyd dan Doughty (1982)/ lectin biji leguminosa lebih tahan pada pemanasan kering dibandingkan dengan pada pemanasan basah, Dari hasil pemanasap biji kecipir dengan oven ini dapatlah disimpulkan bahwa pemauasan kering merupakan pilihan terakhir apabila cara pemanasan yang lain masih mungkin dan dapat dilakukan,
Pengaruh Pemanasan dengan "Autoclave" Anti Tripsin Biji Kecipir Salah satu cara pemanasan lainnya anti tripsin
Terhadap Kandungan
untuk
pada biji-biji leguminosar
memusnahkan
ialah dengan me-
manaskannya di dalam "autoclavev, Bagian dasar "autoclave" diisi air,
Kemudian
langsung di atasnya
ditaruh
bahan
yang akan di"autoc1ave" pada suatu wadah tertentu,
"Auto-
clave" ditutup ripat / lalu dipanaskan. Kelebihan pemanasan di dalam "autoclave" dibandingkan dengan cara pemanasan lainnyar ialah naiknya tekanan udara di dalamnya, yang makin lama makin tinggi sesuai dengan lama penanasan,
Dengan demikian, zat-zat toksik yang ada di
dalam bahan yang d i " a ~ t o c 1 a v e "dapat ~
lebih cepat dirusak
atau dimusnahkan, Suhu dan lama pemanasan dapat diatur sesuai dengan suhu dan lama pemanasan yang dikehendaki,
Pada Tabel 15 dan Ilustraai 2, dapat dilihat kandungan anti tripsin biji kecipir yang
dipanaskan pada "autoclave"
sesuai dengan suhu dan lama pemanasan yang sudah direncanakan, Secara bertahap, nampak penurunan kandungan anti trip-
sin dari 12801.21 T I U / g
pada suhu
85°C ke 6972.89
pada suhu 130°C dengan lama pemanasan lima menit,
TIU/~
Demikian
pula pada pemanasan selama 10 menit, terjadi penurunan kandungan anti tripsin dengan agak tajam setelah pemanasan pada suhu 120°C, Pemanasan biji kecipir yang dianjurkan oleh NAS (1981) dengan menggunakan "autoclave" ialah pada suhu 130°C selama 1 0 menit;
Pada penelitian init kandungan anti tripsin biji
kecipir dengan pemanasan 130°C selama 10 menit, masih diperoleh sebesar 2484.94 TIU/g
yaitu sama dengan 19e41 persen
dari kandungan tertinggi pada pemanasan 85OC selama lima menit, Pemanasan pada suhu 85OC
tidak begitu banyak
ngaruh terhadap pengurangan kandungan anti pada pemanasan selama
lima
menit,
yang
telah
berpe-
tripsin,
maupun pada
baik
pemanasan
hingga 20 menit, Banyak
peneliti
melaporkan
"autoclave" untuk memusnahkan anti
tripsin
penggunaan
biji
kecipir.
Chan dan de Lumen (1982a) memanaskan biji kecipir di dalam "autoclave" sebelum diberikan kepada Demikian
pula
Jaffe
dan
Korte
tikus (1976),
percobaannya. Geervani
dan
15
Ilustrasi 2,
20 Lama pemanaBan ( j a m )
Grafik Rataan Kandungan Anti Tripsin Biji Kecipir Sesuai dengan Tingginya Suhu dan Lama "DiNautoclave" ,
Theophilus
(1980),
menggunakan
serta
"autoclave"
Ekpenyong
dan
Borchers (1980a)
untuk memanaskan biji-biji kecipir
pada penelitian mereka, Ekpenyong dan Borchers (1981a) nenyatakant bahwa selain merusak z a t - zat toksik, sistem pemanasan dengan "autoclave" dapat pula memperbaiki akseptabilitas makanan serta memperbaiki daya cerna protein.
Akan tetapi, pada perlakuan-per-
lakuan pemanasan biji-biji
l e g ~ m i n o s a ~selalu
diusahakan
agar tercapai keseimbangan yang optimal antara efek pemanasan yang
menguntungkan
dengan efek
pemanasan yang
merugi-
Keseimbangan yang dimaksud selalu diperhatikan
melalui
kan,
perubahan-perubahan kimiawi, phisikt organoleptik serta kandungan nutrisinya (Bressani dan Eliaa, 1974), al, -
(1981) dalam Hafez dan Muhanad (1983) mengatakant
warna tepung kacang kedelai dapat meramalkan yang berlebihan,
karena reaksi Maillard
terus berlangsung, walaupun semua sak,
-
McNaughton et bahwa
prosessingnya
(browning
effect)
anti tripsin telah
diru-
Selanjutnya, Bressani dan Elias (1974) menyatakan bah-
wa efek
panas yang berlebihan
dapat merusak atau menginak-
tifkan beberapa asam amino essensial, terutama lysine, Pada penelitian ini, mulai berubah
warna
tepung biji
kecipir telah
dari putih bercampur coklat karena kulit
ji, menjadi berwarna kuning muda 125OC selama 10 menit,
bi-
pada pemanasan dengan suhu
Secara berangsur-angsur, warna
te-
pung tadi menjadi lebih kuning lagi sesuai dengan lama serta tingginya suhu pemanasan,
Pada
pemanasan dengan suhu
130°C selama 20 rnenit, warna tepung biji kecipir sudah menjadi kuning tua atau coklat kehitam-hitanan.
Apabila waktu
45 a t a u 60 menit,
pemanasan diperpanjang, misalnya sampai
maka bentuk phisik tepung biji kecipir sudah berubah secara nyata menjadi tepung berwarna kehitam-hitaman seperti bubuk.
kopi
Dapat diperkirakan, bahwa nilai gizi tepung demiki-
an sudah sangat menurun, dan mungkin sudah lagi jika digunakan sebagai sumber
?at
tidak
makanan
efektif me~unjang
pertumbuhan,
Pengaruh Perendaman Biji Kecipir di dalam Bahan Kimia Salah satu metode detoksifikasi biji-biji ialah dengan perendaman
seperti
yang
legurnino~a~
dikemukakan Aykroyd
dan Doughty (1982) serta Edijala (1982).
Selain mengurangi
atau rlienurunkan kandungan racun, maka usaha perendanan tersebut dapat pula mempersingkat waktu masak, karena biji telah dibasahi
dan dilunakkan,
lebih banyak
mengandung tannin daripada kotiledonnya, mu-
Kulit bijipun
yang biasanya
dah rusak dan lepas, Tabel 16
memperlihatkan
kecipir setelah han kimia asam,
kandungan
anti tripsin biji
direndam di dalam bahan kimia basa dan baWalaupun tidak
begitu menyolok,
adanya penurunan kandungan anti tripsin apabila waktu
nampak pe-
rendanran
makin
ditingkatkant
yaitu 6 1 12
Perendanan biji kecipir di dalan
hingga 24 jam.
1 N NaOH,--
mengamati hasil perendaman biji kecipir di dalam nampak warna larutan
Kulit bijipun
dan sebahagian sudah terkelupas dilihat
terjadinya
penurunan dan
Pada Takandungan
52.56 persen
pada perendaman di dalam 1 N NaOH masing -masing
selama 6 /
Persentase penurunan kandungan anti tripsin
tersebut diperoleh anti tripsin
jika
rfienjadi rusak
dari kotiledon,
anti tripsin berturut-turut 45,81, 46,74
12 dan 24 jam,
1 N NgOHr
perendam yang makin hitam pekat
waktu perendanan makin lama,
be1 16 itu dapat
Setelah
setelah dibandingkan
tertinggi (12 951,81 TIU/g)
dengan
kandungan
pada tabel
ber-
Walaupun nampak penurunan kandungan anti tripsin
yang
sangkutan,
cukup
besarl
terjadi pula tinggi,
akan tetapi
Edijala (1982) mengatakan bahwa
kehilangan thiamin
dan riboflavin yang cukup
SebenarnyaI pengaruh perendaman
dengan 1 N NaOH
terhadap kandungan protein keseluruhan dalam arti
kandung-
an N total1 tidak begitu berarti, Penggunaan basa sebagai bahan perendan juga dapat mempersingkat waktu masak (Aykroyd dan Doughty/ 1982), itu dapat pula
mengeliminer h e m a g g l ~ t i n i nmenurunkan ~ kan-
dungan tannin dan
-
Selain
anti tripsin serta gemperbaiki daya cer-
na protein in vitro (Sathe dan Salunkhel 1981),
c n w m
. . .
W d ' u ' V
N
V \
q
m
N
N 4
rl
a
O
l
Q
cl N 4
r t c n c o cO Q N
.
.
cn m c o d c n w m 4
m m m
r
x-
oz art Z-
0
,
Perendaman biji kecipir di dalam larutan abu,--
Larut-
an abu yang digunakan untuk merendam biji kecipir pada pgne*
litian isi,
ialah larutan abu yang dibuat dari seksm
padie
piada Tabel 16
Dengan melihat data kandungan anti tripain
tadit ternyata larutan abu yang digunakan tidqk begitu peranan dalam
menurunkan
kandungan
kecipir,
Baik pada
kandungan
anti tripsin tidak
larutan abu terhadap
yang
pelunturan zat
Akan tetapi
anti tripein pada biji
perendaman selama
12 maupun 24 jamt
6 1
banyak berubah*
digunakan juga
tidak
Selain itut
begitu berpengaruh
warna (pigment) d d r i
kulit blji,
dapat dilihat bahwa biji $ed$kit menjadi
besart sedangkan kulitnya tetap utuh
bsr-
dan air
JebiR
rendamannya
sedikit Jebih kekuning-kuningan, de Lumen dan Salamat
(1980) menyatakan
bahwa 3aputan
abu merupakan sumber basa (alkali) yang murah, sedangkan kehilangan zat-zat nyat
makanan dari biji yang direndam
di dalam-
termasuk rendah dibandingkan dengan kehilangan zat-eat *
makanan pada perendaman di dalam larutan 0.1 N CaCO36 in itu,
perendaman di
dalam larutan abu mempunyai
Selaperanan
yang tinggi untuk menurunkan kandungan enti tripsin biji kecipir sebelum direbys, Akan tetapit cipir
penurunan kandungan anti tripsin biji ke-
yang direndam
init ternyata tidak
di dalam larutan abu begitu berarti,
trasi basa (alkali) yang ada di dalam L
pada
penelitian
Mungkin slkkali konseplarutan abu sekam pa-
di yang
digunakan tidak sama seperti pad* larutas aby ka-
yu yang dipsrgunakan de Lumen dan Salamat (1980). I
em-
Perendaman biji kecipir di dalam larutan CH3COOH
pat persen.--
Larutan CH3COOH dikenal sebagai salah
satu
asam lemah yang dapat dikonsumsi manusia dengan
nama yang
dikenal sehari-hari sebagai asam cuka, Tujuan
penggunaan
larutan tersebut sebagai bahan perendan ialah
agar
hasil
rendaman tetap dapat diterima baik secara khsmis maupun secara organoleptik, Pola penurunan kandungan anti tripsin pada Piji kecipir yang direndam di dalam larutan asam CH COOH ernpat per3 sen, hampir sama dengan pola penurunan kandungan anti trigsin yang tarjgdi pada
perendaman
dengan
larutap basa 1 N
NaOH (Tabal 16). Jumlah penurunan kandungan anti tripein
berturut-tu-
rut sebesar 40.05, 43.02 dan 43.72 persop jika biji pir direndam
keci-
masing-masing selama 6, 12 dan 24 jam di da-
lam larutan asam ~ H ~ C O Oempat H persen. Data penurunan tersebut sedikit lebih rendah jika dibandingkan nurunan kandungan anti tripsin biji kecipir
dengan
pe-
yang direndam
di dalam larutan basa 1N NaOH. Suatu ha1 yang sangat berbeda ialah keutuhan kulitbiji kecipir serta penampilan larutan asam perendam,
Kulit
biji kecipir masih tetap utuh, tidak ruaak atau terkelupas dari kotiledonnya seperti halnya petda bi ji kecipir yarlg d i -
rendam d$
dalam 1N NaOH*
bengkak 'karena menghisap
Biji-biji menjadi lebih besar, bahan perendam*
Narna larutan
4
asam perendam menjadi kekuning wkuningan karena pelunturan zat warna dari kulit biji,
AFan tstagi, derajat peluntsr-
an tersebut ternyata lebih ringan dibandingkan dengan
gs*
lunturan zat warna dari kulit biji kecipir pgda perendaman di dalam larutan basa 1 N NaQH,
Dengan nemperhatikan penp*
runan kandungan anti tripsin pqda kedua bahan perendem
(IN
NaOH dan CH3COOH 4 persen ) serta penerimaan (akeeptabilitas) hasil rendaman secara organbleptik, mungkin sekali
peren-
danan biji kecipir di dalam larutan asam CH3COOH empat per'
sen mempunyai prospek yang lebih baik daripada
perendanan
dengan larutan basa 1 N NaOH, Perendaman biji kecipir d l dalam larutan asam Tujuan perendaman
HC1,--
biji kecipir di dalam larutan asah
HC1
ialah untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kandungan anti tripsin biji kecipir tersebut,
--
Percobaan in vitro ini me-
9
rupakan aimulasi keadaan di dalan saluran pencerpaan
yang
biasanya berada dalam keadaan asam, pH larutan asam HC1
perendam
dibuat
tingkat mulai dari pH rendahal.5 hingga pH netral,
bertingkat6.0 mendekati
Bell dan Freeman (1971) menyatakan bahwa
lisio gastrik berlangsung terus hingga
di
dalan
proteo-
saluran
duodenup ternak unggas yang mempunyai pH sekitar 3.0 hingga 4*0yaitu kisaran pH yang tercakup pada perendaman yang dilakukan,
Pada Tabel 161 dapat dilihat
kandungan anti tripsin
biji kecipir yang direndan di dalam larutan asam HC1 mulai dari pH 1,5 hingga 6.0,
Ternyata tidak banysk terjadi pe-
rubahan kandungan anti tripsinnyat baik pada pH rendah maupun pada pH
mendekati netral,
Kandungan anti
tripsinnya
tetap sekitar 12000 TIU/g yalaupun nampak sddnya
sedikit
penurunan, Makin tinggi pH larutan
asan perendam yaitu mengarah
ke netral-basal maka kandungan anti tripsin di dalam biji kecipir sedikit makin menurun,
Demikian pula nakin lama
dari 6, 12 hingga 24 jam kandung-
waktu perendaman, yaitu
an anti tripsin juga sedikit menurun, Walaupun ada sedikit perubahan kandungan anti tripsin baik yang diakibatkan oleh perubahan pH Jnqqpun oleh akibat perubahan lamanya perendanant akan tetapi perubahan itu relatif sangat kecil, Hal .ini sesuai aengan hasil penelitian Ekpenyong
dan
Borchers
(1981) serta
Chan dan de Lumen
(1982b) dimana dinyatakan bahwa anti fripain berada keadaan stabil pada
kondisi
lebih besar dari 8 . 0 ,
dalam
asam dan lebih labil pada pH
Kelarutan
nitrogen
biji
kecipir
ternyata sangat rendah yaitu sebesar 17 pareen pada pH 4.5 dan menjadi cukup tinggi yaitu ~ e b e s a r95 peraen
psda
pH
10.5 (Narayana dan Narasinga R B O ~ 1982), !
Dar4 basil pengafilatan ini dapatlah d$simpulkan larutan asam HC1 tidak
dapat
menurunkan
bahwa
bandungan anti
tripsin biji kecipir,
Oleh sebab itu, aebelum tepung biji
kecipir dikonsumsir maka kandungan anti tripsinnya
hsrbsw
Tah dimusnahkan lebfh dahulu, karena asam HC1 yang ada
di
dalam saluran pancerpaan tidak akan dapat mengurgnginya, Kandungan Anti Tripsin Tempe dan Silase Kecipir Pada Tabel 17: dapat dilihat kandyngan tempe dan silase
kecipir yang
anti
tripsin
dibuat sesuai dengan
pro-
sedur yang telah ditetapkan, Tabel 17, Kandungan Anti Tripsin Tempe dan Silqsc! Kecipir Setelah Waktu Tertentu (T1U/g) Silase kecipir Waktu setelah pembuatan
*
Tempe kecipir
Langsung dibuat menjadi silase
Setelah direndam 24 jam di ?alam air
Pengukuran anti tripsin tempe kecipir dilakukan getiap hari, sedangkan pada silase kecipir setiag minggu, Kandungan anti tripsin tempe kecipir diukur hanya &am-
pai hari keenpat: karena pada hari kelima sanpel tempe kecipir sudah berulat dan berbau busuk, Kandungan anti trip-
sinnya turun dengan
sangat nyata bila
dibandingkan dengan
kandungan anti tripsin biji kecipir mentah ,Hal itu dapat
(12951 TIU/g).
dimaklurni karena biji kecipir
menjadi tempe, direbus lebih dahulu
selama
yang satu
dibuat setengah
jam, Walaupun kandungan anti tripsin silase kecipir msnurun dengan meningkatnya waktu, masih tetap tinggi,
akan tetapi kandungan
aan dapat
menekan
lajq
Dengan demikian, jika dihadapkan pada suatu lih, maka tempe kecipir masih lebih baik
tersebut
pertumbuhanc ksadaan
megi-
daripada
gilase
kecipir ,
Studi Biologis Untuk mengetahui pengaruh pemusnahan anti tripsin pada biji kecipir terhadap nilai gizi yang dikandungnya, dilakukanlah be'berapa percobaan biologio pada ansk-anak ayam
pe-
daging yang sedang tumbuh,
.
Percobaan biologis pertana ialah penggunaan 25
persen
tepung kiji kecipir yang telah direndam dan direbus d i lam campuran ransum,
Percobaan kedua ditujukan untuk
damen-
cari tingkat (level) terbaik tepung biji kecipir yang telah direndam dan direbus dalam waktu yang lebih lama campuran ransum ayam pedagingb
di
dolam
Pada percabaan ketiga, di-
canpurka,n ke dalam ransum sebanyak
25
persen biji &ecipir
yang telah di "autoclave" menurut waktu dan tingginya suhu pemanasan , *
Hasil Percobaan Biologis Pertama Penqaruh Perendaman dan Perebusan Terhadap Kondisi pilan Biji Kecipir Upaya pertana yang sering dilakukan
Penani-
untuk melunakkan
biji kecipir serta menghilangkan konponen-komponen beracun dari dalamnya secara sederhana, metebusnya
sebelum
ialah dengan merendam dan
dikonsumsi,
yang dilakukan pada penelitian init
Perendaman
bijikecipir
mengakibatkan
turan zat-zat warna dari biji kecipir, terutana litnya,
Hal itu dapat dilihat pada air
dari
ku-
rendamannya
berwarna mulai dari coklat muda hingga eoklat taman,
pelunw
yang
kehitan-hi-
Makin lama biji kecipir direndam, nampak air
ren-
damannya relatif lebih pekat dibandingkan dengan air
ren-
daman biji kecipir yang direndam dengan waktu lebih
sing-
kat,
Ukuran besarnya bijipun akan makin
meningkat
perendaman dengan waktu yang lebih lama jika
pada
dibandingkan
dengan ukuran sebelun direndam, Perendaman biji leguninosa akan menyebabkan pelunakan biji serta terjadinya
proses eliminasi sebahagian zat-zat
toksik dari biji tersebut (Ekpenyong dan Borchersf 1981b). Pelunturan zat warna
kulit biji kecipir
meningkat, jika waktu rebusnya makin lama.
makin lama makin Pengaruh
pe-
rebusan terhadap pelunturan zat warna kulit
biji
pada penelitian ini narnpak lebih besarr jika
kecipir
dibandingkan
dengan pengaruh perendaman, Selgin pelunturan zat warna kulit biji tadit bau "langu"
-
yang disebabkan
oleh enzim "lipoxygenase"
1980 dalam Khanr 1982) dan tidsk disukai gLda awal
(Truongr pere-
busan biji kecipirl lama kelamaan akan hilang dan berganti dengan aroma
yang menyenangkan yang
pada gilirannya juga
akan lenyap pada akhir perebusas* Biji kecipir yang tergolong biji lsgufninosa keras init berubah rnenjadi lunak dan nulai lengket satu same lainr jika tidak lekas-lekas dikeringkan* I
si Ransum Tabcl 18 dan Il~straei3 menunjukkan ransum
jumlah konguqei
kumulatif rata-rata setiqp ekor anak &yam psdaging
selana 50 hari penelitian,
$ecara keeeluruhan dapak dilin
hat bahwa jurillah'konsumsi dari ransum yang dicampur dsngso tepung biji kecipir yang tidak direbust selslulebih rendah dibandingkan dengan junlah Iton~9umsidari ransum yanq diuampur dengan tepung biji kecipir yang telah direbus.
Dengan
Analisis Sidik Ragam dapat diketahui babw? konsunsi taneum akan meningkat dengan sangat nyata (P
Tabel 18, .Rataan Jumla'h Konsumsi Ransurti yang Menganduhg 25 Persen Tepung Biji Kecipir Men:rut Perlakuan pada Ayam Broiler Selama Penelitian (Gr/ekor)
Perebusan (menit)
Rataan
*
Perendanan {jam) 0
2044.62~
3
2057.73~
6
9
2 1 4 4 . 3 9 ~ 2349.09~
Pada umur 50 hari.; rataan konsunsi ransum komersial =
12
2438.5gd
15
Rataan
2 3 0 6 . ~ 5 ~ ~
3056,OO gr/ekor*
,
, Keterangan : *--*--*--*
= tidak direbus direbus 10 menit +-4-4=I direbus -+ 30 menit x--x-x--x direbug 50 menft: o--o--o--*
3 000
\\/&" w
n
8
% ZP w
.
I
rCC3*rl
2 000
3$
,I* OIClk15
S 2
a 5
5 u
1000
0
3
Ilustrasi 3,
6
9
12 15 Lama perendaman (jam)
Grafik Konsumsi Ransum Ayam Broiler yang Mengkonsumsi Ransum Mengandung 25 Persen Tepung Biji Kecipir Menurut Lama Perendaman dan Perebusan.
87 di pula pengaruh interaksi yang sangat nyata (P<0,01) antara perendaman dan perebusan biji kecipir terhadap $ansum.
kansunlsi
Jumlah konsunsi ranaun yang dicanpur dengan tepung sete-
biji kecipir mulai meningkat lebih dari dua kilogram
lah direndam selama sembilan jam dan direbus selana 10 menit,
Walaupun konaumsi ransum neningkat dengan sangat nya-
tar akan tetapi tetap tidak dapat menyamai Jumlah konsunsi
3 056.00
ransun komersial yang berjumlah rata-rata sebesar gr/ekor , Dari data konsunsi ransum ini dapat ditarik an bahwa ransun yang dicampur dengan tepung
kesinpul-
biji
kecipir
nentah atau hanya direndam saja, ternyata tidak begitu
di-
sukai oleh ayam-ayam pedaging yang digunakaq padq penelitian ini, Konponen toksik yang banyak disebut-sebut mempengaruhi jumlah konsumsi ransum dan dapat dijumpai pada biji kecipir mentahr antara lain ialah
--
tannin (Price et al, 1979 serta
de Lumen dan salamat! 1980);
hemagglutinin
(Liener, 1953:
Jaffe dan Korter 1976 serta Chan dan Benitor
$982).
Juge
komponen*toksik saponiri yang berasa pahit, ternyata
dijum-
pai pada
biji kecipir dan dapat menurunkan konsunsi ranaum
(Cheeke, 1976;
NAS,
-.
1981 serta Wyckoff st a14 1983).
Secara naluriah, ayam-ayam bercampuq
dengan biji
percobaan
kecipir yang tidak
adanya komponen-komponen
toksik
nenolak
ransum
direbus! karena
yang tidak diaukai di d6-
lam ransym tersebut,
Setidak-tidaknya ayam-qyam
membatasi jumlah konsumsi ransumhya
karena
tersebut
gslatabilitamr
1
ransun yang disediakan bagi mereka ternyata masih rendah, Secara lambat-laun sesuai depgan lama perendamsn dan per@busan
jumlah konsumsi ransunf yang dicampur dengan b i j i
kecipir mulai meningkat, Waldroup (1972) mengursikan adanya empat faktor yang berperan dalam
mengatur
selera
nakan atau
yang mengatur
jumlah konsumsi ransum pada ternak ayam, '
Faktor pertama ialah efek thermostatik yang timbul da-
ri suhu lingkungan dam dari netabolisme makanan, F g k t ~ rkeaua merupakan kontrol glukostatik dan lipogenik, yaitu jumlah konsumsi ransum yang diatur oleh tingkqtan lemak di dalam darah,
glukosa dan
Faktor ketiga ialah rentangan (dis-
tention) saluran pencernaan, sedangkan faktor keempat ialah keadaan yang menunjukkan konsentrasi asam-asam amino di dalam serum, Kecuali efek' thermostatik yang timbul dari suhu ling2 kungan nampaknya seluruh
faktor tersebut di atas ikut ber-
peranan dalam menentukan jumlah konsumsi ransum pada percobaan ini,
Saponin dianggap paling berperanan, karena kon-
ponen tersebut dapat mengganggu gerakan peristaltik usus,
Pengaruh Biji Kecipir yang ~irendam-rebus, Terhadap Pertumbuhan *
Salah satu kriterium yang digunakan untuk
pertumbuhan,
mengukur
ialah jumlah pertambahan berat badan yang d i -
ukur per satuan waktu tertentu, hat data pertambahan
Pada Tabel $9 dapat dili-
berat badan anak-anak
ayam
pedaging
selama 50 hari penelitian. Hasil analisis
laboratorium yang memparlihatkan penu-
runan ka'ndungan anti tripsin perendanan dan perebusan,
biji
kecipir pebpgai akibat
diperkuat pula oleh data pertam-
bahan berat badan anak-anak aysm percobaan b4ologia pertaha ini
(Tabel 19).
Berat badan anak-anak
aYsm
yang dibesi
ransum y,ang dicampur dengan 25 persen tepung biji yang sudah direndan dan direbus, melonjak ngik,
kecagir KenaSkdn
berat badan itu neningkat dengan sangat nyata ( P < O 1 0 J ) d i + bandingkan dengan berat badan anak ayam yang diberi bercampur 25 persen tepung biji kecipir mentah rendam dan tidak'direbus),
Hal itu dapat
Fanaum
(tidak di-
dilihat
dstn~an
lebih jelas pada Illustrasi 4, Upaya perendaman saja ,tidak banyak barperanah terhadap , 1
peningkatan nilai hgyati biji kecipir, Psrepdanan biji kecipir selana tiga atau enam jam, peningkatan nilai hayatinya*
tidak
nyata
nenirnbulkan
Hal itu dicerminkan oleh per-
tambahan berat badan yang tidak berbeda antara yang diakibatkan oleh ransum bercanpur biji kecipir yang tidak diren-
Tabel 1 9 .
Rataan Pertambahan Berat Badan Ayam B r o i l e r yang Mengkonsumsi Ransum Plengandung 25 Persen Tepung B i j i K e c i p i r Menurut Perlakuan ( ~ r a m / e k o r ) *
Perebusnit)
0
3
6
39
1188.84
1 190-25
1309,98
1 305.50
1243,63
1413*50
1 275,13'
50
1 103.96
1 240933
1432,58
1 450.50
1371.29
1337.17
1 322.64d
Rataan
*
Perendaman ( j a m )
814.13~
Pada umur 50 h a r i ,
869.78b
959 .9gc
9
12
15
10 2 7 . 3 4 ~ ~ 10 0 5 . 8 5 ~ 1 ~ 061 .4gC
Rataan
-
= tidak direbus
= direbus 10 menit = direbua 30 menit
= direbus 50 menit
x-x-)c-x 1 400
0
3
Ilustrasi 4,
6
9
12 15 Lama perendaman (jam)
Grafik Pertambahan Berat Badan Ayam Broiler yang Mengkonsumsi Ransum Mengandung 25 Persen Tepung Biji Kecipir Menurut Lama Perendaman dan Perebusan.
dam,
dengan yang
diakibatkan oleh
rartsym msngandung b l j i
kecipir yang direndam selama tiga jam dan @tau 6 j a m + Peng#
aruh perendaman biji kecipir
baru nampak ~ e d i k i tmeningkat
setelah perendaman berlangsung selamq semb&lan ataU 4 2 Hasil percobaan ini sesuai dengan petunjuk NAS yang menganjurkan
perendaman biji
(iQ$I)
kecipir sekitar 10 j4mr
serta sesuai pula dengan hasil penelitian Sulistiati (1983)t Khonsan (1983)r Kanarlis (1983) serta Kohbndi (IV83), Apabila biji kscipir yang dicampur ke dalan ransum t i dak direbua,
maka
pertar,ibahap berat badan anak-anak ayam
yang nengkonsumsinya dapat nencapai angka textinggi pnda perendaman sekitar 12 jam (Tabel 19).
Jika perendaman
dila-
kukan lebih lama dari 12 jamt maka pertambahan berat badan anak-anak ayam ternyata nenjadi
lebih rendah, Kemungkinan
sekali? zat anti tripsin yang sudah larut ke dalan air rendamant masuk kembali ke dalam biji kecipir, pai kesetinbangan air rendaman.
setelah terca-
Mungkin sekaSi
hasil per-
*
cobaan ini akan berbeda? apabila perendanan biji kecipir dilakukan dengan menggunakan air perendan Setelah melihat
yang mengalir,
kenaikan pertanbahan berat badan yang
cukup menyolok (Tabel 19), naka dapat disimpulkan bahwa perebusan biji kecipir berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap perbaikan nilai gizinya, kat setelah perusakan dungnya.
Palatabilitasnyapun mening-
konponen-komponen toksik yang dikan-
Hal itu dapat dilihat dengan kenaikan jumlah kon-
93
sumsi ransum setelah biji kecipir direbus, Jikq dibandinqkan pengaruh perebusan biji kacipir selama lo1 30 dan atau 50 menit dengan pengaruh biji kecipir nentah (tidak direndam dan tidak direbus) terhadap berat badan, ternyata terjadi pelonjakan
kenaikan berat badan anak
berturut-turut sebesar 1830201 372.83 dan
ayam percobaan 339.07
persen.
Kenaikan konsumsi ransumnyapun melonjak naikl berturut-tyrut sebesar 44.04, 118.09 dan 123.62 persen, Pertambahan berat badan akan menjadi lebih baik karena konsumsi ransumnya meningkat secara nyata.
Penolakan
anak-anak ayan percobaan terhadap ransumnya menjadi berkurang setelah zat-zat anti nutrisi yang terkandung di dalam biji kec,ipir penyusun ransum sudah berkurapg. Konversi ransum,--
Penilaian pertambahan berat badsn
akan menjadi lebih berarti dan ingormqtif jika dihubungk~n dengan konsumsi ransun,
Hubungan kedua parameter teraebut
dinyatakan dalam keefisienan penggunaan wlwmn (feed efficiency) atau konversi makanan { f e e d conversion).
prestaqi
suatu strain ayam terutama ayam pedaging (broiley) tertentul selalu sering
disertai dengan
dicantumkan
data
konversi makanannya den
dengan singkatan FCR (feed conversi~n
rate), Keefisienan penggunaan makanan dinyatakan sebagai, jumlah pertambahan berat badan sedangkan konversi jumlah konsumsi nakanan ransum ialah jumlah konsumsi ransum dibagi dengan junlah pertambahan berat badan.
Jika keefiaienan
penggunqan makanan
aemakin tinggi~
maka jumlah makanan yang dikonsumsi untuk menghasilksn se*
jumlah pertambahqn berat badan akan
semakin
kecil*
Ini
berarti bahwa angka konversi ransum menjadi lebih kecilr Pada Tabel 20 dan Ilustrasi 51
diperlihatkan
konversi ransum oelama 50 hari penelitian,
rataan
Kalau diperha-
tikan data pada keempat baris menurut perebusan ( 0 , 101 30 dan 50 menit)/ tidak ada suatu pola penurunan angka konversi ransum yang teratur,
Jika ditinjau dari nilai rataan,
anQka konversi ransum pada perendaman O 1 3 dan 12 jam dak berbeda satu sama lain,
ti-
Demikian pula angka konversi
ransum pada perendaman enam dan sembilan jam, Akan tetapi! angka konversi pada perendaman 0, 3
dan
12 jam,
berbeda
nyata (P40.05) dengan angka konversi ransum pada perendaman enam dan sembilan jam berbeda sangat nyata ( ~ < 0 , 0 1 )dengan angka konversi ransum pada perendaman berartil bahwa perlakuan perebusan pada perendaman, t idak mengaki batkan perbedaan
15
jam*
begbagai pola
Ini
tingkat
penuranan
konversi ransum secara teratur, Angka-angka konversi ransum pada keenam lajur menurut perendaman,
juga tidak menunjukkan pola yang teratur pada
perendaman Q 1 3 dan/atau 15 jam,
Akan tetapi, pada peren-
daman selama 6, 9 dan/atau 12 jaml
nampak perubahan ang-
ka konversi ransum secara tsratur* Pada perendaman tersebut, makin fama biji kecipir direbus, maka angka
konversi
I 6
Keterangan :
*-* O O -O -
t,
;
t
x---x---x
0
3
Ilustrasi 5. %
= = = =
tidak direbus direbus 10 menit direbus 30 menit direbus 50 menit
6
9
12 15 Lama perandaman (jam)
Grafik Konversi Ransum Ayam ~ r o i ler yang Mengkonsumei Ransum Mengandung 25 Persen Tepung Biji Kecipir Menutut Lama .Perendamen dan Perebusan,
ransumnya makin menurun,
Berartit bahwa jumlah ransum yang
dikonsumsi untuk menghasilkan sejumlah pertambahan beratba6an menj,adi lebih sedikit, Apabila ditelaah angka konversi ransum ini secara seluruhant maka angka konversi dari ransum
ke-
yang
dicampur
dengan biji kecipir yang tidak direbus, ternyeta
manunjuk-
kan angka yang paling tinggi, kecipir yang dahulut
maka
Dengan kata laint jika biji
dicampur ke dalam ransum keefisienan ransum
tidak ditebus lebih
tersebut mernjadi
sangat
buruk, Nilai rataan konversi rqnoum pada berbagai tingkat garebusan 0, l o 1 3 0
dan/atau 5 0 menit
sebesar 4 , 7 4 / 2,35/ 2,11 dan 2,09,
barturut-tprut adalah Dari data tersebut da-
pat dilihat peningkatan keefiaienan penggunaan ransum perebusan
selama 1 0 menit
sebesar 50.42 persent pada
pada
pa*
rebusan selama 30 menit sebesar 55.49 persen dan pada pereDengan U j i Be-
busan selama 5 0 menit sebesar 55,91 persen, da Nyata ~ e r k e c i i t rataan konversi ransum
teraebut berbeda
sangat nyata ( P < O 1 O 1 )antara rataan konversi
ransum
dari
biji kecipir yang tidak direbus terhadap yang direbus selama 1 0 menit/ 3 0 menit dan 5 0 menit,
Demikian juga yang di-
rebus selama 1 0 menit sangat nyata berbedat sedangkan antara 3 0 dan 50 menit tidak memperlihatkan perbedaan, Dengan Analisis Sidik Ragamt
dapatlah diketahui bahwa
perendaman yang dilakukan nyata (P<0,05) mempengaruhi angka
konversi ranaum.
Pengaruh yang sangat nyata (P<0.01) dapat
dilihat dari perlakuan perebusanl sedangkah interaksi antafa perendaman 'dan perebusan tidak berpengaruh secara nyata* Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa biji kecipir dapat dicanpurkan ke dalam fsnsum ayam ler)
setelah
lebih
pedaging (broi-
dahulu direndam dan direbus.
perendaman dan perebusan
yang bertujuan
Lamanya
untuk memusnahban
zat-zat anti nutrisi harus diatur sedemikian rupa sehingga zat-zat nutrisi yang sangat berguna tidak ikut nusnah. Jumlah kerusakan zat-zat nutrisi
hsn-
yang sangat dibutuhkan
daklah sekecil-kecilnya pada saat zat-zat
anti hutrisi te-
lah dimusnahkan atau diinaktifkgn sebanyak-banyaknyg, Reaksi Organ Tubuh Pankreas Terhadqp yang Dicampur di Dalan Ranbum Salah satu zat anti nutrisi yang
Tepung , B i j i K e c i ~ J f dapat
memgengaruhi
nilai hayati biji-biji leguminosa ialah anti tripsin. Penelitian mengenai anti tripsin iqi audah banyak dilakukan tarutama terhadap ka'cang kedelai
.
B i ji kecipirpun
mengendung
anti tripsin dengan kandungan yang sangat bervariasi
menu-
rut hasil penelitian beberapa peneliti sebelumnya (Tabel 9). Anti tripsin pada biji kecipir dapat
mepurunkah
cerna prateinnya (de Lumen dan Salamat~1980).
daya
Penurunan
daya cerna protein di dalam saluran pencernaan ternak ayam sebagai akibat pemberian makanan yang dicampur cang kedelai mentah telah
diteliti
secara
dengan
intensif
kaoleh
--
Bielorai et al. (1973).
Mereka berkesimpulan, bahwa penu-
runan daya cerna protein
tersebut terjadi
sebagai akibat
6
tertekannya aktivitas prote~litikdan penurunan pembebasan asam-asam amino bebas di dalam saluran pencernaan. Pencernaan protein di dalam saluran pencernaan usus kscil(kecuali duodenum)
menjadi
aangat
buruk,
absorpsi zat makanan berlangsung
pada
gadahal kebanyakan jejunum bagian de-
pan (cranial). Buruknya penysrapan protein tersebut ditandai oleh banyaknya fraksi protein tidak dicerna yang dapat di-jumpai pada saluran pencernaan tersebut* ,
Menurut Smith (1964)t sedikitnya ada dua teori yang
dapat menjelaskan mengapa pertumbuhan hewan-hewan percobaan menjadi sangat terlambat, bila diberikan tapung kacang kedelai mentah
di dalam ransumnya.
Teori pertamat
yaitu
Teori Ketersediaan Asam-asam Amino ~ystine-Methionineyang menjelaskan bahwa kedua asam amino tersebut tidak kersadia secara komplit
pada kacang kedelai mentah,
Hal itu dapat
dibuktikan dengan' perbaikan pettumbuhan hewan-hewan percobaan
apabila ke dalam ransum berisi kacang kedelai mentah
atau disangrai ditambahkan asem-asam amino mengqndung sulfur. Penambahan asam amino methionine t e r n y a t a lebih efektif daripada
cystine dalam merangsang per$umbuhan, bahkqn
asam am4no tersebut dapat mempsrbaiki nilsi
gizi
ransum
sama baiknya seperti yang diakibatkan oleh pemanasan,
Teori kedua ialah no. -
Teori ~ a l i n g Dukung Asmm-asam Ami-
ha-
' ~ e o r itersebut menerangkan bahwa untuk moapesoleh
#
sil pemberian ransum yang sebaik-baiknyst maka
somup
abpm
amino essensial haruslah teraedia untuk diabsorpsi pada wnktu yang hampir bersamaan,
T o ~ r iini
san~pai kepada k o s i m ~
pulan, bahwa asam-asdm amino dibebaskan in vivo --
se&ama
pencernagb
dengan laju yang memungkinkannya Baling
mendukung.
--
Pada suatu percobaan in vitrot dapat diketahui
bahva
asam
amino methionine dari kacang kedelai mentah dibebask4n ngan laju yang lebih lambat dibandingkan Bengan
de-
pembebasao
dari kacang kedelai yang telah dipanaskah.
--
Menurut Carroll et al, (1952), semua nitrogen dari katang
kedelai yang telah
kecil sewaktu
makanan meliwatinya.
cang kedelai mentah! usus besar. ,
dipanaskan,
kebanyakan
diabsorpsi pada u$ua Akan tetapi, pada ka-
nitrogen diabsorpsi
Mereka menyimpulkan bahwa asam amino yang
absorpsi melalui usus besar, tidak banyak berperanan
pada diuntuk
9
mendukung pertumbuhan, Salah satu indikasi yang sangat spesifik ygng
diakibat-
kan ransum mengandung biji leguminoaa mentah seperti kacang kedelai atau bi ji kecipir, ialah pembesaratr kekenjar pankreas pada hewan-hewan
yang
mengkons~msinya~ Kelenjar yang
menghasilkan berbagai enzim dan hormon init relatif menjadi lebih besar pada hewan-hewan percobaan yang mengkonsumsi biji leguminosa mentah dibandingkan dengan
yang mengkonsumsi
biji leguminosa yang dipanaskan*
Berbagai
peneliti menye-
butkan pembesaran pankreas itu sebagai hipertrofi pankreas, I
Hasil percobaan inipun yaitu terjadinya penbesaran
menunjukkan keadaan yanq samar kelenjar pankreas
pada
ayam-
ayan percobaan yang mengkonsumsi ransum bercampur tepung biji kecipir mentah atau hanya direndam (Tabel 21).
Pengaruh
perendaman nampak tidak begitu konsisten terhadap pembesarPerebuaan selama 10 menit
an pankreas, berperan untuk
juga belum
mengurangi berat pankreas
mendekati
banyak berat
normal (dari ayam yang memperoleh ransun komersial), Pada perebusan
biji kecipir
lama (30 dan 50 menit), cobaan yang
dengan waktu
pembesaran pankreas ayam-ayam per-
mengkonsumsinya sudah dapat
nyata (P<0,01) mendekati normal* dungan anti tripsin
yang lebih
Ini berarti
pada biji kecipir
but sudah dapat dihilangkan,
dihentikan secara bahwa kan-
yang direbus terse-
atau setidak-tidaknya
diku-
rangi menjadi sekecil-kecilnya (Ilustrasi 6). 3
Pada percobaan yang dilakukan Jaffe semua
tikus yang
mengkonsumsi tepunq biji
mati antara hari ke 14
-
para peneliti
sebagai lainnya
kecipir mentah
ke 15 setelah didahului penurunan
berat badan sekitar 3,6 gr/hari. mereka sebut
dan Korte (1976),
Berat pankrsas naiki dan
hiperflasia seperti
Ekpenyong dan Borchers (1981a),
pankreee,
Bielorai
et
' C
Akan tetapir al. (1973)r C
Chan dan de Lumen (1982a)r
Zuhra (1983)r Purnomo (1983) dan lain-lain menyebutkan pem-
.
Tabel 2 1 ,
Perebussan (menit)
Rataan P e r s e n t a s e B e r a t Pankreas Terhadap Rataan B e r a t Badan Ryam B r o i l e r yang Mengkonsumsi Ransum Me2gandung 2 5 P e r s e n Tepung B i j i K e c i p i r Menurut Periakuan ( % ) Perendaman (jam) 0
Ra t a a n
*
Pada umur 5 0 h a r i ,
3
6
9
12
15
Rataan
Lama perendaman (jam) Ilustrasi 6,
Grafik Persentase Berat Pankreas Terhadap Berat Badgn Ayam Br.oiler yang Mengkonsumsi Ransum Mengandung 25 Persen Tepung Biji Kecipir Menurut Lama Perendaman dan Perebusan,
besaran pankreas itu sebagai hipertrofi pankreas, sedangkan Wyckoff et al, (1983) menyebutkannya pada burung ppyuh sa-.*
bhgai pembesaran
pankreas,
Rupa-rupanya
ternak
unggas
(ayam dan burung puyuh) lebih tahan terhadag pengaruh tepung biji kecipir mentah, tikus,
dibandingkan
dengan
hewan percobaan
Baik ayam-ayam broiler naupun burung pvyuh percoba-
an yang sudah dilaporkan tidak ada yang mati sebagai akibat nengkonsumsi ransum mengandung tepung biji kecipir mentah, Dari rangkaian percobaan yang dilakukan
Chan
dan
de
Lumen (1982a) serta Jaffe dan Korte (1976), dapatlah disirnpulkan bahwa yang menyebabkan kejadian hipertrofi
paqkreas
serta sebahagian terhadap kelambatan pertumbuhan, ialah anti tripsin,
Hal itu dapat dilihat pada ratio berat pankre-
as terhadap
berat badan tikus
percobaan yang makin
besar
apabila diberi ransum mengandung casein dan tepung biji kecipir mentah (mengandung anti tripsin),
Ratio tersebut sa-
ngat nyata lebih besar (P
dengan ratio
tikus
yang hanya
mendapat ransum mengandung casein saja, Pembesaran kelenjar
pankreas
terjadi
sebagai akibat
dipacunya aktivitas kelenjar pankreas tersebut
untuk
mem-
produksikan enzim tripsin dan khimotripain lebih banyak d4ri keadaan normal, saling
menutupi
diperlukan
Daya kerja
kedua enzim
tersebut tidak
(de Lumen dan Belo Jr, 1981)
dan
sangat
untuk menetralisir anti tripsin dan anti khimo-
tripsin yang
dihasilkan bibi-biji leguminosa mentah
yang
dikonsumsi hewan-hewan percobaan. #
B i j i Kecipiq yanq
Reaksi Organ Tubuh Hati Terhadap Tepunq Dicampur di dalam Ransum
Organ tubuh hati merupakan salah satu Qrgap yang ngat vital,
Clarkson dan ~ichardsmenyatakan
sa-
bahwa posi-
sinya di dalam tubuh cukup unikr karena hati tersebut berada di antara saluran pencernaan (usus kecil) dan sirkulssi darah umum dan mempunyai interkonneksi satu
sama
lain
(Bell dan Freeman, 1971). .Fungsi utama hati ialah pada proses-proses metabolisme aeperti
metabolisme
kaxbohidrat,
lemak dan protein.
Fungsi berikutnya ialah pada proses produksi dan destruksi butir-butir darahr produksi empedu dan garam-garam empedu, sintesis protein dan plasma proteinr sebagai tempat menyimpan glikogenr lemak dan vitamin-vitamin. yang sehat
Selain itur hati
akan,segera membuang zat-zat toksik atau zat-
zat yang mengganggu
kesehatan tubuh melalui darah portal1
sehingga proses tersebut dianggap sebagai upaya detoksifikasi untuk melindungi tubuh,
Keunikan lain dari organ tu-
buh hati ialah kemampuan jaringannya yang
sangat menonjol
untuk beregenerasi. Clarkson dan Richards hati unggas
menyebutkan berat organ
tubuh
adalah dua sampai empat persen dari berat ba-
dannya pada bulan pertamat dan setelah dewesa menjadi
sew
kitar dua persen dari berat badan (Bell dan Freeman, 1971).
--
Selanjutnya Nickel et ale (1977) menyatakan'wva berathati normal pada unggas berkisar dari l e 7 hingga 2e3
persen
dari,berat badannya , Pada Tabel 22 dan Ilustraai 7r nampak persentase rat hati terhadap berat'.badan ayam broiler yang
be-
mengkon-
sumsi ransum yang dicampur dengan tepung biji kecipir
m4-
nurut lamanya perendaman dan perebusan, Dari data pada tabel tersebut nampak bahwa faktor perebusan sangat nyata mempengaryhi
perseptsse
berat
hati
terhadap berat badan* Rataan persentase barat hati terhadap berat badan dari ayam broiler yang mengkonsumsi raneum yang dicampur dengan tepung biji kecipir yang tidak
dire-
bus, nyata lebih besar yaity 2,98 petsen d p r i
bin*
Makin lama biji kecipir yang dicampurkan
yang
ke dqlam ransum
direbust maka rataan pereentase berat hati terhadap badan makin kecil,, Rataan persentase berat hati
berat
terhadqp
berat badan pada perebusan biji kecipir sglnma lo1 30 daq/ atau 50 menit berturut-turut adalah sebesar 2.191 l e 9 2 d w / atau 1.74 pereen,
Karena biji kecipir yang dicampurkan ke
dalam rarmurn dirsbus dengan waktu yang persentase berat ahti terhadap
berat
mengkoneumsinya nampak eemakin kecil.
lebih ayam
lama,
maka
broiler 'yanq
Berarti bahwa pere-
busan sangat berperan untuk menghilangkan zat-zat anti nu-
cn
Q
O
d' N
rl
b
rl
O
(.
h
I
dP
/-
Y
C
m m
'U
3.00
P JJ ([I
k
aJ
/*
a a
u
m m
Is
'U
c. k aJ
JJ JJ
2.00
m
+-
C JJ
m k
aJ P aJ V1
X
m
Keterangan :
C at
jL--,L*
JJ
a . k
= tidak direbus = direbus 10 menit
----"
.t---i----l-
x-x-x
.
= direbus 30 menit = direbus 50 menit A
Lama perendaman (jam) Ilustrasi 7 ,
Grafik Persentase Berat Hati Terhadap Berat Badan Ayam Broiler yang Mengkonsumsi Ransurn Mengandung 25 Persen Tepung Biji Kecipir Menurut Lama Perendaman dan Perebusan.
trisi,
Dengan demikian, upaya detoksifikasi
organ
hati akan semakin ringan dan pada akhirnya upaya
tubuh
tersebut
Hal itu dapat dilihat pada persen-
fidak ada sama sekali,
tase bera& hati terhadap berat badan ayam broiler yang su-
-
dah berada pada kisaran seperti yang dikemukakan Nickel et al, -
(1977). Pembesaran hati ayam broiler yang mengkonsumsi ransum
*
yang dicampur dengan tepung biji kecipir mentah pada penslitian ini, sesuai dongan (19833,
hasil penelitian Wyckoff
Purnomo (1983) serta Zuhra (1983).
%
Akan tetapi,
hasil penelitian pada ternak unggas (bvrung p ~ y u hdan ayam) yang menunjukkan pembesaran hati setelah
mendapat
tepung
biji kecipir mentah, ternyata bertolak belakang dengan hasil penelitian pada tikus, Jaffe dan Korte
(1976), Ekpe-
--
nyong dan Borchers (1981) serta Munoz et ale (1981) mala,
porkan terjadinya penurunan berat hati pat ransum bercampur dengan tepung Rupanya fungsi h?ti untuk
biji
tikys yang
menbq-
kecipir
mentah,
mendektoksifikasi zat-zat
nutrisi pada ransum atau zat-%at
yang
anti
mengganggu
status
f i s i o l ~ g i stidak ~ sama pada ternak unggaa dan pada
tikus.
Ternak unggas lebih mampu bertahan terhadap zat-zat toksik dari biji kecipir,
dibandingkan dengan tikus-tikua perco-
baan yang digunakan,
Tikus-tikus percobaan yang digunakan
Jaffe dan Korte (1976),
mati semuanya pada hari ke-14 dqq
hari ke-15 setelah mengkonsumsi tepung biji kecipir msnteh*
Bila diperhatikan xataan persentase betat hati tsrhedap berat badan sebagai akibat perendaman biji keeipirt tetdyata tidak begi tu banyak menyebabkan perubdhan ssbaqaimana halnya
perubahan
yang diakibafkan oleh faktor perebusan,
Nilai rataan tersebut tidak fnenunjukkan perrubahan y ~ g k ~ q r sisten seperti halnya
nildi rataan
persentase berat hati
terhadap berat badan akihat perebusan, Analisis Sidik Ragam menunjukkan bahuq
faktor peren-
daman, perebusan dan intersksi keduanya berpengaruh sangat nyata (P
terhadap beret
Makin lama biji kecipir direndam dan direbus, maka
persentase berat h a t i terhadap berat badan semakin kecil, Reaksi Organ Tubuh Limpa Terhadap Kandungan Antinutrisi pada Tepung Biji Kecipir yang Dicampur ke dalam Ransum Salah satu organ tubuh yang termasuk di dalam lymphoid pada ternak unggas ialah limpa,
Fungsi
sistem utamanya
banyak berhubungan dengan masalah -masalah immunologik seperti pekerjaan phagositosis dan yang lemah atau sudah tua,
rnenghancurkan eritrosit
Juga melakukan
lymphopoiesis
serta pengarnbilan produksi antigen dan antibody sel lyrnpoid, Jadi, organ tubuh limpa pada
oleh sel-
ternak
unggas
merupakan salah satu sumber antibody, sedangkan pada mammalia,
organ tersebut lebih banyak berfungsi sebagai tempat
penyimpanan darah,
111
tau ova11 terlsc
Limpa ternak unggas bsrbeqtuk bulat tak di bagian dorsal sebelah kanan
pr~ventrikulus. Berat
limpa relatif terhadap berat badant naik duasetengah hingga lima kali lipat selama enam minggu pertama,
Berat qak-
simum libpa relatif terhadap berat badan arjalah 0,2 persen, dan dapat dicapai pada umur 10 minggu,
Akan tetapit
Pie-
ter dan Breitenbach (1968) melaporkan berat maksimum limpa 'ternak unggas relatif terhadap berat badan adalah 0,3 persen pada umur lima hingga 11 minggu, Pada Tabel 23 dapat dilihat rataan
persentase
1 irnpa terhadap berat badan ayam broiler yang
berat
mengkonsumsi
ransum dicampur dengan tepung biji kecip,ir menurut lamanya perendaman dan perebusan,
Pemotongan ayam dilakukan keti-
ka berumur 50 hari atau sekitar tujuh minggu, ~ a r idata tersebut dapat dilihat, bahwa rataan persentase
berat limpa
terhadap berat badan
mengkonsumsi ransum mengandung tepung
gyam broiler yang biji
kecipir
yang
tidak direbus saqgat nyata lebih kecil (Pc0.01) dibandingkan denqan akibat perebusan biji kecipir.
Akan tetdpi PO-
la kenaikan atau penurunan ratasn persentase
berat
terhadap berat badanI tidak menunjukkan pola yang
limpa konsie-
ten,baik pada perebusan 10, 30 dan/atau- 50 menit, Demikian pula pada perendaman
Ot 31
61 91 12 dan/atau 15
tidak konsisten (Ilustrasi 8 ) .
jam
jugs
Tabel 23,
Perebusan (menit)
Rataan
*
Rataan Persentase Berat Limpa Terhadap Rataan Berat Badan Ayam Broiler yang Mengkonsumsi Ransum Mengandung 25 Persen Tepung Bi ji Kecipir Menurut Perlakuan ( % ) *
Perendaman (jam) 0
0.1163
Pada umur 50 hari,
3
0,1227
6
0,i322
9
0,1182
12
0,1663
15
0 1342
Ra taan
Keterangan :
*-*O O " --
+----t----t
= tidak direbus = direbus 10 menit = direbus 30 menit
Ilustrasi 8 ,
Grafik Persentaae Berat Limpa Terhadap Derat Badan Ayam Broiler yang Mengkonaumsi Ransum Mengandung 25 Persen Tepung Bij i Kecipir Menurut Lama Perendaman dsn Perebuaan,
Walau'pun
fidak nampak reakai yang jela& dan tonsistee
dari organ tubuh limpa menurut beratnya
terhadap kandung-
a 6 anti nutrisi biji hecipir (termasuk anti tripsin), aken tetapi ada suatu indikasi yang dapat d i k e ~ u k g k a n ~ Makin singkat waktu perenqaman dan/ateu getrebvsanl maka rataan persentase berat Zimpa tsrhadap berat badan, cenderung makin menurun, Berarti, makin tinggi kandungan anti nutrisi (anti tripsin) di dalam biji keciplr, persenfase
berat
maka rataan
limpa terhadqp berat badan makin kscil,
Hal. ini sesuai dengan' hasil
psnelitiap
Purnomo
(198311
Zuhra (1983) dan Khomsan (1983) gada ternak ayah broiler* Juga sesuai
dengan
hasil
genelitian
pada tikus seperti
yang dilagorkan oleh Jaffe dan Korte, AnaliBis s e ~ t i a t i kmenbnjykkan perebusan biji kecipir serta
bahwa
interaksinya,
perendaman dan sangat
nyata
(P
Reaksi Orga* Tubul-Jantunq Terh,adap Kandungan Anti. Nutrisi Tepunq Bi ~i Kaci.l$'r' y a n g ~'icaplpur ke Dalam Ransum Ayam Broiler '"'*' '
Organ
,tubuh jantung
merupakan organ tubuh yang ber-
tanggung jawab untuk menyalurkan darah melalui sistem sirkulasi ke seluruh bagian tubuh, Letaknya berada pada pusat sistem kardiovaskuler dan sanggup mengubah energi khemis menjadi enerqi kinetik di dalam dindingnya sendiri untuk memompa
darah sehingga mencapai bagian-bagian tubuh yang letaknya paling jauh, s
Sistem sirkulasi darah terdiri dari dua bagian,
itu sirkulasi pulmonair dan sirkulasi "systemic",
ya-
Sirku-
lasi pulmonair ditandai dengan sirkulasi tekanan rendah, Sirkulasi ini menerima darah yang tidak beroksigen lagit dipompa dari jantung sebelah kanan melalui sinus venosus dan atrium sebelah kanan,
Sirkulasi "systemicn menerima
darah beroksigen yang berasal dari paru-paru.
Dengan te-
kanan tinggi, darah dipompa dari atrium kirit masuk ke sistem sirkulasi ini via aorta, Parameter yang digunakan untuk mengukur reaksi tung
pada
penelitian ini
jan-
ialah persentase berat jantung
terhadap berat badan ayam broiler yang rnengkonsumsi ransum yang dicampur dengan tepung biji kecipir dari berbagai lama perendaman dan perebusan,
Rataan persentase berat jan-
tung hasil penelitian ini, dapat dilihat pada Tabel 24 dan Ilustrasi 9,
,
Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa persentase berat jantung terhadap
berat
badan
ayam broiler yang
mengkonsumsi ransum mengandung biji kecipir mentah merupakan persentase yang paling
tinggi
(P < 0,Ol) dibandingkan
dengan lainnya, Jika perebusan biji kecipir dilakukan dengan waktu yang lebih lama, maka jantung
*
nampak persentase
terhadap berat badan semakin menurun,
berat
Akan teta-
Tabel 24,
Perebusan (menit)
Rataan
*
Rataan Persentase Berat Jantung Terhadap Berat Badan Ayam Bzoiler yang Mengkonsumsi Ransum Mengandung 25 Persen Tepung Biji Kecipir Menurut Perlakuan ( % ) *
Perendaman (jam) 0
3
6
9
12
15
0.4090~
0 .3961C
0.4127~
0.4073~
0.3753~
0.3469~
Pada umur 50 hari.
Rataan
(
Keterangan :
*-*-* 0-0
7
.r-----t----t
= tidak direbus = direbus 10 menit
xx -x -
= direbus
50
meni t
= direbus 30 menit
Lama perendaman (jam) Ilustrasi 9,
Grafik Persentase Berat Jantung Terhadap Berat Badan Ayam Broiler yang Mengkonsumsi Ransum Mengandung 25 Persen Tepung Biji Kecipir Menurut Lama Perendaman dan Perebusan,
pit pengaruh perendaman biji kecipir tidak begitu
konsis-
ten terhadap persentase berat jantung pad# penelitian ini, Reaksi jantung terhadap anti nutrisi b i j i kecipir, le* bih banyak merupakan reaksi tidak langsung, Secara konsisten,
organ tubuh hati bekerja lebih giat membuang racun
yang ada di dalam sirkulasi darah nielalui vena porta,
De-
ngan demikian, sirkulasi darqh menjadi lebih cepat dengan tekanan yang lebih tinggi,
Akibatnya, jantung akan beker-
ja lebih keras dengae kekuatan kontraksi yang lebih tinggi sshingga secafa perlahan-lahan berat jantung bertambah, Sirkulasi darah yang lebih cepat berlangsung pula pada organ-organ tubuh lainnya agar zat-zat anti nutrisi yang dapat mengganggu fungsi fisiologis organ-organ bersangkut* an dapat dibuang lebih cepat, 'Interaksi keseluruhan
dari
reaksi organ-organ tubuh terhadap anti nutrisi menjadi bertambah besar secara kurnulatif,
Akibatnya organ tubuh jan-
tung bekerja ekstra keras sehingga beratnya
bertambah be-
sar relatif terhadap berat badan,
Hasil Percobaan Biologis Kedua Percobaan biologis
kedua ditujukan untuk mengetahui
level (tingkat) tegung biji kecipir yang tepat (dapat) dicampurkan ke dalam ransurn ayam broiler, zat-zat makanan lain secara khusus, sil percabaan bioJogis kedua ini
tanpa menambahkan
Dengan demikian, ha-
diharapkan dapat mernberi
informasi kepada masyarakat yang akan menggunakan biji kecipir d.i dalam ransum ayam dengan teknologi sederhana, I
Tepung biji kecipir yang dipergunakan,
berasal
dsri
biji kecipir yang telah direndam di dalam air leding selama 9, 12 dan/atau 15 jam,
Perebusannya dilakukan pula de-
ngan waktu yang lebih lamar yaitu 30, 45 dan/atau 60 menit, Tingkat biji kecipir yang dicampurkan ke
dalam
ran-
sum adalah sebanyak 10, 15/ 20 dan/atau 25 perseq dari keseluruhan bahan makanan,
Performans Ayam-ayam Broiler Percobaan Berat badan akhir.--
Tabel 25 menunjukkan rataan be-
rat badan akhir ayam broiler percobaan setelah 50 hari penelitian,
Secara sepintas lalu,
pada tabel tersebut tidak las,
Baik lama
data
menunjukkan
perendaman#
badan akhir
perbedaan yang je-
lama perebusan dan
biji kecipir dalam ran sum^ nampaknya perbedaan
berat
pada .berat badan akhir,
tidak
tingkat
mengakibatkan
Akan tetapi, melalui
analisis sidik ragam, dapatlah diketahui bahwa tingkat biji kecipir dalam ransum mengakibatkan perbedaan berat dan
ba-
akhir ayam percobaan dengan sangat nyata (P
"
Rataan berat badan akhir ayam-ayam percobaan
menurut
tingkat biji kecipir di dalam ransum berturut-turut'sebesar 1550.29, 1561.29r 1480.89 dan 1450.90 gram untuk masing-masing tingkat biji kecipir 10) 15, 20 dan 25 persen,
Tabel 25* Rataan Berat Badan Akhir Ayam Broiler yang Mengkonsumsi Ransum Mengandung Tepung Bijf Kecipir yang Sudah Diproses ram)
*
an (menit)
Tingkat biji kecipir di dalam ransum (%
Rataan
*
Perendaman ( jam) 9
12
15
Ratam
1 509r 09
1520.87
1 501 ,73
,
Pada umur 50 hari. Nilai pengamatan dari d w ulangan.
Berat badan akhir ayam-ayam percobaan nampak naik dengan jelaa sampai pada tingkat 15 persen tepung kecipir di dalam ramsum, sesuai dengan hasil dkk. (198l),Apabila tingkat
penelitian
tepung biji
ransum dinaikkan (20% atau 25%), nampak ayam-ayam percobaan menjadi lebih kecil.
Tri Yuwanto
kecipir di dalam berat badan akhir
Melalui uji perbandingan orthogonal polynomial dapqt diketahui bahwa berat badan akhir meningkat secara linier sampai dengan tingkat tepung biji kecipir sebesar 15 persen di dalam ransum* Pertambahan berat badan,--
Besarnya pertambahan be-
rat badan ayam-ayam broiler percobaan
selama
penelitian
dapat dilihat pada Tabel 26, Pola pertambahan berat badan ini nampak mengikuti pola berat badan akhir, Tingkat biji kecipir di dalam ransum juga menyebabkan perbedaan pertambahan berat badan yang sangat nyata (P<0,01), Pada pemberian ransum dengan tingkat tepung biji kecipir sebesar 10 persen dan 15 persen, pertambahan badan
nampak meningkat.
berat
Akan tetapi, jika tingkat
biji
kecipir di dalam ransum dinaikkan menjadi 20 persen
atau
25 persen, pertambahan berat badan sudah menurun,
Jadi
polanya sama seperti data berat badan akhir ayam-ayam percobaan terhadap tingkat tepung biji kecipir di dalam ransum, Konsumsi ransum*-- Pada Tabel 27 diperlihatkan data konsumsi ransum kumulatif selama 50 hari penelitian, Dari rataan konsumsi ransum dapat diketahui bahwa
jumlah kon-
sumsi ransum meningkat hingga pemberian 15 persen
tepung
biji kecipir di dalam ransum. Kemudian menurun dengan tajam sejak pencampuran tepung biji kecipir di dalam ransum
Tabel 26.
Rataan Pertambahan Berat Badan Ayam Broiler yang Mengkonsumsi Ransum Mengandung Tepyng Biji Kecipir yang Sudah Diproses
1
Perebusan (menit)
Tingkat biji kecipir di dalam ransurn
Rataan
3
Perendaman (jam) 9
12
15
1434.49
1448916
1426.74
Ratm
*
Pada umur 50 hari.
sebanyak 20 persen,
Hal itu terlihat dengan sangat
jelas
jika tepung biji kacipir yang dicampur ke dalam ransum berasal dari tepung kecipir yang direbus selama 45 dan 60 menit*
Tabel 27,
Rataan Konsumsi Ransum Msngandung Tepung Biji Kecipir yang Sudah ?iproses pada Ayam Broiler (Gram)
#
Perebusan (menit)
Tingkat biji kecipir di dalam ransum
Perendaman ( jam) 9
12
15
3065.36
3187,83
3068.81
(%)
Fkstaan
*
Rataan
9
Rataan dari dua ulangan pada broiler umur 50 hari,
Melalui analisis sidik ragam faktor tingkat
biji
dapat
diketahui
kecipir di dalam ransum
perbedaan konsumsi ransum
secara
sangat
bahwa
menyebabkan
nyata (P
Demikian pula interaksi faktor tingkat biji kecipir dengan faktor perendamannya.
Sedangkan faktor perendaman sendiri
menyebabkan perbedaan konsumsi ransum dengan nyata (P~0.05).
Dengan uji perbandingan
o~thsqonalpo$ynomial~ d a p ~ t
diketahui bahwa konsumsi lrgnsum naik secara linier
pwda
iingkat biji kecipir $0 persen ke 15
persen dadam rgneum,
Jika tingkat biji kecipir
ke
dinaikkan
20 persen daq 25
persen, konsumsi ransum turun secara linicr, Konversi ransum,-- Dari Tabed 28 dapat ddketahui b6h* wa rataan konversi ransum menunjukkan 3ngka-angka yangrendah, yaitu sekitar 2.00,
Analisis sidik ragam
kanl bahwa terjadi interaksi yang nyata
manunjuk-
(P < 0.05) antara
tingkat b i ji kecipir di dalam ransum dengan faktor daman biji kecipir terhadap konversi ransum,
peren-
Demikian pu-
la antara tingkat biji kecipir di dalam ransum dengan faktor perebusan.
Faktor-faktor ytama ternyata tidak
menye-
babkan perbedaan yang nyata, Dengan uji perbandingan orthogonal polynomial,
dapat
diketahui bahwa faktor tingkat tepung biji kecipir di dalam ransum,
menjadi faktor yang paling dominan untuk me1,
nyebabkan perbedaan,
Reaksi Organ-o'rgan Tubuh Ayam-ayam Percobaan Pada Tabel 29/ 30 dan Tabel 31 diperlihatkan
rataan
persentase berat pankreasl hati dan jantungl masing-masing terhadap berat badan ayam-ayam percobaan, tase berat limpa dan thyroid tidak dibahas
Rataan lagij
persenkarena
Tabel 28,
Perebusan (menit)
Rataan
*
Rataan Konversi Ransum Mengandung Tepung Biji Kecipir yang Sudah Diprosea pada Ayam Broiler
Tingkat biji kecipir di dalam ransum (3)
Perendaman (jam)
9
2,14
12
2.20
Rataan dari dua ulangan pada broiler umur 50 hari,
15
2.16
Rataan
Tabel 2 9 ,
#
Per ebusan (menit)
Tingkat b i j i kecipir di dalam ransum
Ra taan
*
Pengaruh Perendarnan, P e r e b u s a n dan T i n g k a t B i j i K e c i p i r d i dalam Ransum Terhadap Rataan P e r s e n t a s e B e rat P a n k r e q s pada Ayarn ~ r o i l e ~ *
Pada umur 50 hari,
Perendaman (jam) 9
12
15
0 ,2435
0 ,2309
0,2558
Rataan
Tabel 30,
*
Perebusan (menit)
Tingkat biji kecipir di dalam ransum
(%I
Rataan
*
Pengaruh Perendaman, Perebusan dan Tingkat Biji Kecipir di dalam Ransum Terhadap Rataan Pzrsentase Berat Hati Ayam Broiler
Pada umur 50 hari,
Perendaman ( jam) 9
2 1130
12
2,0891
15
2,0497
Rataan
Tabel 31, *
Perebusan (menit)
Pengaruh Perendaman, Perebusan dan Tingkat Biji Kecipir d i dalam Ransum Terhadap Rataan P e r s p t a s e Berat Jantung Ayam Broiler
Tingkat h i ji kecipir di dalam ransum (%)
Rataan
*
Pada umur 50 hari,
Perendaman (jam) 9
0,6117
12
0,6058
15
0 6291
Rataan
menunjukkan ketidakkonsistenan seperti sudah diperlihatkan pada percobaan biologis pertama, 6
Reaksi organ tubuh pankreas,-gis kedua init
Pada percobaan biolo-
organ tubuh pankreas masih
reaksi terhadap perlakuan yang diberikan. perebusant tingkat biji kecipir
menperlihatkan Berartit faktor
dan perendamant baik sen-
diri-sendiri maupun kombinasinyat tecnyata menyebabkan perbedaan,
Hal itu dapat dilihat dari analisis sidik
ragam--
nya r Faktor tingkat tepung biji kecipir dalam
ransum
me-
nyebabkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01), Selanjutnyat faktor perendaman dan interaksi faktor perendamaq
dan
tingkat biji kecipir di dalam ransum, masing-masing menimbulkan perbedaan yang nyata (P<0,05). Uji lanjutan
dengan perbandingan orthogonal
polyno-
mial menunjukkan bahwa tingkat biji kecipir di dalam
ran-
sum menyebabkan perbedaan secara linier, ,
Reaksi organ tubuh hati,--
Pada
percobaan
biologis
kedua init nampak reaksi organ tubuh hati yang berbeda dengan reaksi' pankreas
terhadap perlakuan
Analisis sidik ragam menunjukkan
bahwa
yang diberikan, faktor
perebusan
dan tingkat tepung biji kecipir di dalam raneum serta teraksi keduanya
menyebabkan
in-
perbedaan yang sangat nyata
(P<0,01) terhadap rataan persentass berat
hati
terhadap
berat badan.
Faktor perendarnan tidak menunjukkan peranan
yang nyata, Dari data rataan perlakuan perebusan dapat diketahui 4
bahwa makin lama biji kecipir direbust maka persentase berat hati terhadap berat badan semakin kecil* Juga dapat dilihat, bahwa pada tingkat 25 persen tepung biji kecipir di dalam ransum, maka rataan persentase berat hati terhadap berat badan paling kecil, Reaksi organ tubuh jantunq*-- Dari
analisis
ragam data persentase berat jantung terhadap
sidik
berat badan
dapat diketahuit bahwa faktor perebusan biji kecipir serta interaksi faktor perebusan
dengan
Zaktor
perendaman
menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01).
11lteri
aksi faktor tingkat tepung biji kecipir dalam ransurn dengan faktor perebusan, menyebabkan perbedaen y a w
sangat
nyata (P<0,05)r Dari data persentase berat jantung
eerhadap
berat
badant dapat dikqtahui bahwa perebusan biji kecipir selama 301 45 dan/atau 60 menit# ternyata menimbulkan daan terhadap nilai rataannya,
Faktor tingkat biji keci-
pir dalam ransum sama sekali tidak menunjukkan Makin lama biji kecipir direbus,
maka
pengaruh,
persentase
jantung terhadap berat badan makin kecil.
berat
Hal ini terja-
di karena anti tripsin yang dikandung biji kecipir kin sedikitt seperti diungkapkan oleh penelitian toris sebelumnya*
perbe-
semalabora-
Hasil Percobaan Biologis Ketiga
0
Percobaan biologis ketiga mencoba ~enelitiperformans
ayam pedaging yang mengkonsumsi ransum mengandung 25 persen tepung biji kecipir yang sudah diautoclave.
Tujuannya iaAah
sebagai usaha merintis pemusnahan anti nutrisi biji kecipir
sekaligus dalam
volume yang besar secara terkontr~l,
Berat Badan Akhir Ayam Percobaan Berat badan akhir merupakan salah satu peubah yang cukup bermakna pada usaha pemeliharaan ayam pedaging (broiler), Para peternak menghendaki berat badan akhir yang tinggi dengan waktu pemeliharaan relatif singkat dengan konsumsi ransum yang rendah, Pada Tabel 32 dapat dilihat berat badan akhir ayam broiler percobaan pada umur 50 h a r i ,
Suhu pemanasan 120°C se-
lama 15 dan 20 menit pada biji kecipir yang dicampukan
ke
dalam ransum, baru menghasilkan berat badan akhir yang men,
dekati berat badan akhir ayam pembanding,
Jika suhu pema-
nasan dinaikkan menjadi 125OC atau 130°C, maka rataan
berat
badan akhir sudah di atas 1 6 0 0 gram pada semua faktor waktu pemanasan.
Ilustrasi 10 menggambarkan berat badan
akhir
ini dengan lebih jelas. Jika
berat
badan
akhir
ayam broiler yang memperoleh
ransum dengan campuran biji kecipir yang dipanaskan pada suhu rendah dan waktu singkat (85OC selama 5 menit) dibanding-
Tabel 32,
Lamanya dimautoclavem (menit)
*
Rataan Berat Badan Akhir Ayam Broiler yang Mengkonsumsi Ransun Mengandung 25 Persen Tepung Biji Kecipir yang Telah Di"autoclave" Menurut Tinggi Suhu dan Lamanya Pemanasan (Gram/ ekor ) *
Suhu pemanasan "autoclave" 85
100
115
Rataan dari tiga ulangan pada umur 50 hari.
120
( O C )
125
130
133 800 a
600
400
200
000
800
600
Keterangan :
400
*
= 85OC
= 100°C 115OC .t = 120°C x = 125OC = 130°C 9
.)
=
3;
P
10 15 20 Lama Pemanasan diwautoclavevl(menit)
Ilustrasi 10,
Grafik Berat Badan Akhir Ayam Broiler yang Mengkonsumsi Ransum Merigandung 25 Persen Tepung Biji Kecipir yang Telah Di"autoclaveW,
kan dengan berat badan akhir tsrtingai, maka tarjadi kenaik-
-
an sebesar 363,50 persen ( 3 7 7 . 9 5 gr vs, 1 751t80 gr). Kesaigan tersebut cukup menyolok dan aangat ber$rt/ bagi peternak. Analisis sidik ragam menunjukksn, bahwa tinggi suhu dan lamanya pemanasan serta interaksi
keduanya,
mengakibatkan Se-
perbedaan berat badan akhir ygng sangat nyata (P
mnka
polynomialr
dapatlah diketahui bahwa faktor yanq dowinan menyebabkan perbedaan ialah faktar tingginya suhu pemanasan, ~ertambahanBerat Badan Ayam Parcobaan Data pertambahan berat badan ayam percobaan serta konsumsi ransurn kumulatif,
sangat diperlukan untuk
tung efisiensi penggunaan makanan,
data
menghi-
Pada Tabel 33 dan
Ilus-
trasi 111 dapat dilihat rataan pertambahan berat badan 50 hari penelitian,
percobaan selama
ayam
~ o l apertarnbahan
be-
rat badan nampak mengikuti berat badan akhir
karsna
rataan
berat badan awal ayam percobaan hampir sama,
sedangkan res-
7
ponsnya terhadap ransum
perlakuan
mengikuti
berat
badan
akhir , Analisis sidik ragam pertambahan berat badan juga mengikuti pola analisis sidik ragam berat badan akhir ayam cobaan,
per-
Tabel 33.
Lamanya di"autoclave" (menit)
*
Rataan Pertambahan Berat Badan Ayam Broiler yang Mengkonsumsi Ransum Mengandung 25 Persen Tepung Biji Kecipir yang TePah Di"autoclavew Menurut Tinggi Suhu dan Lamanya Pemanasan (Gram/ekor ) * Suhu pemanasan autoclave ("C)
85
100
115
Rataan dari tiga ttlangan pada umur 50 hari.
120
125
130
Lama pemansan dinautoclave" (menit) Ilustrasi 11,
~ r a f i kPertambahan Barat Badan Ayam ~ r o i l e ryang bangkonsumsi Ransum Mengahdung 25 Persen Tepung Biji Kecipir yang telah DiMautoclave",
Konsumsi Ransum Ayam Percobaan Pada
Tabel 34 diperlihatkan
ransurn selama 50 hari penelitian,
rataan jumlah konsumsi Secara
umum dapat dika-
takanr bahwa konsumsi ransum kumulatif meningkat dengan meningkatnya suhu pemanasan dari 85OC hingga 120°C.
Akan to-
tapir poia kenaikan konsumsi ransum itu tidak aelamanya benar sejak pemanasan 1250CI Demikian pula jika ditinjau dari lamanya pemanasan,
Hal itu dapat
dilihat dengan lebih
jelas pada Ilustrasi 12.
.
Dengan analisis sidik ragam/ dapat diketahui
bahwa
baik faktor tingginya suhu, lamanya pemanagan Ban interaksi keduanya,
nengakibatkan
perbedaan
yang
(P
sapgat
nyata
Setelah analigis
dilanjutkan dengan uji orthogonal polynomial, dapatlah
di*
ketahui bahwa faktor tingginya suhu pemanasan lebih dorninan untuk mempengaruhi konsumsi ransum. Konversi Makanan , Konversi makanan
menggqmbarkan
bagaimaha
ayam
- ayam
percobaan menggunakan ransum makanannya untuk mendukung pertambahan berat badannya*
Jika angka k~nvergitinggi, ber-
arti ayam percobaan yang digunakan mernbutuhkan makanan yang lebih banyak untuk menghasilkan gertambahan berat badannya pada satu satuan waktu tertentu,
Tabel 3 4 ,
Lamanya diautoclave (menit)
*
Rataan Jumlah Konsumsi Ransum Hengandung 2 5 P e r s e n Tepung B i j i K e c i p i r yang T e l a h Dipanaskan d i dalarn " 8 u t z ) c l a v e " Menurut T i n g g i Suhu dan Lamanya Pemanasan ( ~ r a m / e k o r)'
Suhu pemanasan a u t o c l a v e ( " C )
-
Rataan d a r i t i g a u l a n g a n pada umur 50 h a r i ,
5 000
L
h
P
4 000
Y
U-l .rl JJ
a
rl
1 E 7
X
E
4. 3 000 C
=
_ l l C I
m
I
&
-4 rO
E I
rO
C
0
x
C
a
4
E
2 000
7
'3
Keterangan :
*
=
85OC = 1OO0C = = 115OC + = 12O0C x = 125OC " = 130°C O
,
1 000 *
Lama pemanasan d i " a u t ~ c l a v e (menit) ~~ Ilustrasi 12,
Grafik Konsumsi Ransum Mengandung 25 Persen Tepung Biji kecipir yang Telah Di"a~toc1ave'~.
Pada Tabel 35, dapat dllihat rataan kpnvsrai ransum kumulatif pada urnur 50 hari*
Dari data
kanymsi
ransum
dapat ditarik kesimpuJan umum, bahwa beaarnya gsgka
konvsr*
jika biji kecipir yang d i m
si ransuml'akan semakin manurunt
lebih
campurkan ke dalam ransum dipanaskan dengan suhu yang tinggi.
Demikian
lebih lama,
pula
itu
kalau dipanaskan dengan vakfu yang
maka besarnya angka konversi akan menurun p u l # .
Akan tetap4irha1 itu tidak
selalu benar,
Cerutamq
aptelah
pemanasan'di atas 120°C derlgan $@ma pemanasan 20 menit.
On-
tuk jelasnya, dapat dilihat pada Ilustrasi 13, Tabel 35.
Lamanya diautoclave (menit)
*
Rataan Konversi Ransum Mengandung 25 Persen Tepung Biji Kecipir yang Telah Dipanaskan di dalam Aut~claveMenbrut Tinggi Suhu dan Lamanya ema an as an*
Suhu pemanasan autoclave 85
100
115
120
( O C )
130
125
Rataan dari tiga ulangan pada umur 50 hari. Jika tepung biji
kecipir
dicamputkan
tanpa memanaskannya lebih dahulu,
maka
-
ke 3alam ransum
penggunaan
ransum
Keterangan t
* O
*
=
85OC
= 100°C = 115OC
12O0C 125OC ? = 130°C
4-
x
JE
=
Lama pemanasan di "autadlave'' .(menit ) flustrasi 13.
Grafik Konversi Rensum Mengandung 25 Persen Tepung Biji Kecipir yang Telah Dipanasken d i Dalam "Autoclave1',
menjadi tidak sffaien, Akan tetapi, jika biji kecipir tersebut dipanaskan pada suhu yang
tinggi (,12QQC) Be-
lebih
qgan waktu lebih dari lima menitr maka efisiensi penggunqan makanan qenjadi lebih baik, Analisis
sidik ragam
menunjukkan bahwa
baik
faktor
tingginya auhu pernanasant lamanya pemanasan serta interaksa keduanya, sangat
mengakibatkan angka konversi ransum yang berbedq
nyata (P<0.01), Setelah jumlah kuadrat faktor-fak-
tor yang menyebabksn perbedaan dianalisis dengan uji orthogonal polynomialr maka faktor yang paling dominan menycbabkan perbedaan ialah faktor tingginya suhu pemanasan, Reaksi Organ-organ Tubuh Ayam Percobaan Untuk mengetahui lebih
lanjut
pengaruh biji
yang dicampurkan ke dalam ransum terhadap
kecipir
performans ayam-
ayam percobaant dilakukan pengamatan terhadap berat
organ-
organ tubuh bagian dalam, Reaksi organ tubuh pankreas,--
Organ tubuh
merupakan aalah satu organ tubuh yang
pankreas
banyak berperanan di
dalam metabolisme karena organ tersebut menghasilkan dan bormon,
enzim
Organ ini akan memperlihatkan reaksi yang spew
sifik jika individu mengkonsumsi anti tripsin,
yaitu
zat
penghambat tripsin yang banyak dijumpai pada biji-biji
le-
i
guminosa seperti biji kecipir misalnya.
Tabel 36, dapat dilihat persentose berat pankreas Daci tabel tqr*
terhadap berat badan ayam-ayam percobaan. #
sebut dapat diketahui bahwa persentase hadap berat badan akan meningkat, yang digunakan hanya
berat pankreas tsr-
jika tepung biji kecipir rendah de-
dipanaskan pada suhu yang
ngan waktu pemanasan yang singkat. pankreas, terhadap berat badan
Rataan peraentase berat
menurun secarq feratur, j$ka
tingginya suhu serta lamanya yaktu pemqnasae dinaikkan, Ha3 itu dapat dilihat lebih jelas pada Ilustrqai 14, Tabel 36. #
Lamanya diautoclave (menit)
*
Rataan Persentade Berat P~nkreadTerhadap Berat Badan Ayam Br~ileryang Mengkonsumsi Ranaum Mengdndung 25 Persen Tepung B i j i Kecipir yahg Telah Di"autoclave11*
Suhu pemaqasan autoclave 85
100
.
115
(OC)
120
1225
130
Rataan dari tiga ulangan pada umur 50 hgri. Dengan analisis sidik ragam dapatlah
diketahui
bahwa
faktor tingginya suhu serta lamanya biji kecipir dipanaskan di dalam autoclave, mengakibatkan
perbedaan
yang
sangat
Keterangan :
*
=
8S°C = l0O0C - - 115 . O C 4- = 12O0C x = 125OC " = 130°C O
--
10 15 20 Lama pemanasan diwautoclave" (menit) *
Ilustrasi 14r
Grafik Rataan Persentase Berat Pankreas Terhadap Berat Badan Ayqm B ~ o i l e ryang Mengkonsumsi Ransum Mengandung 25 Persen Tepung Biji Kecipir yang Telah D i ~ a u t o c l a v e n ,
145 0
nyata (P<0,01) pada persentam berat pankreaa tsrhadap be^ rat badan.
Setelah dilakukan pengujian lebih Jqnjut, #@*
6atlah diketahui bahwa faktor
tingginya
auhu
pemanasan,
lebih dbminan untuk menimbulkan perbedaan* 4
,
Regksi organ tubuh hati,-- Organ tubuh h ~ t mesupekan i
salah satu
organ
tubuh yang sangat vital,
yang harus dilakukannya dalam
pcoses
Banyak fungbi
mebqbol$sme
Salah aatu di antara fungsi-fungsi tersebut
dslah
tubtab$ fqngei
penawar,racun yang terikut di dalam makanan individu, Pada Tabel 37 dan Ilusfrasi 15 dipqrlihatkan
rataan
persentase berat hati terhadap berat badan ayam-ayam per* cobaan setelah 50 hari penelitian, Dari data
pada
tabel
tersebut nampak terjadinya psnurunan persentass berat hati terhadap berat badan bila biji kecipir yang dicampurkan ke dalam ransum, dipanaskan dengan suhu yang lebih tinggi. Sampai dengan penanasan 115°C'
persentase berat hati
terhadap berat badan ayam-ayam percobaan
belum banyak me*
,
nurun dibandingkan dengan pemanasan pada 85 dan 100°C,
La-
manya pemanasan juga tidak banyak berpengaruh pada persentase berat hati terhadap berat badan hingga pemanasan pada sbhu tersebut (115OC).
Akan tetapi t sejak
pemanasan bi ji
kecipir pada suhu 120°Ct terjadi penurunan persentase berat hafi terhadap berat badan yang cukup besar kan dengan pemanasan pada suhu sebelumnya. an dapatlah disinpulkan
dibanding-
Dengan demiki-
bahwa pemanasan biji kecipkr baru
efektif setelah pemanasan dengan suhu 120°C,
Dengan sendi-
rinyal gemanasan tersebut sasgat besar peranannya untuk mew ngurangi atau meniadakan anti nutrisi
yaog
dikandungnya,
Akibat lebih lanjutt ialah pengurangan atau peniadaan beban organ tubuh hati untuk m e n a w a r k ~ n racun yang terikut di dalam ransumnya, Tabel 37,
Lahanya diautoclave (menit)
* Rataan l
i
Rataan Persentase Berat Hati Terhadap Berat Badan Ayam Broiler yang Mengkonsumsi Ransum Mengandung 25 ?eraen Biji Kecipir yang Telah ~ i ~ ~ u t o c l a v e ~ * Suhu pemanasan autoclave (OC) 85
100
115
120
125
130
faktor
euhu
dari tiga ulangan pada umur 5 0 hart,
Analisis sidik ragam menunjukkan,
bahwa X
pemanasan serta interaksi suhu pemanassn Ban lamanya
pema-
I
nasanl menyebabkan perbedaan
yang sangat
nyate
(P40~01)
terhadap rataan persentase bergt hati terhadap berat badae, Dengan ,uji pembanding orthogonal polynom4al dapat diketahui
-A
3 4J
Bd
x
a
II
: -
_ I Keterangan : * = 85OC
- =- 100°C 115OC O
+ = 12O0C
1 moo
x = 125OC " = 130°C
5
,
Xlustrasi 15.
10 15 20 Lama pemanasan di*autoclaven (menit) Grafik Rataan Psrsentaee Berat Hat i Terhadap Berat Badan Ayam Broiler yang Mengkonaumai Raneum Mengandung 25 Persen Tepung B i j i Kecipir yang Telah Dinautocalcen,
bahwa faktor suhu pemanasanlah yang paling dominan terhadap terjadinya perbedaan tersebut, *
Reaksi organ tubuh limps,--
Organ tubuh limpa
Merupa-
masuk di dalam sistem lymphoid pada ternak ayam, kan sumber "antibody" yang sangat diperlukan pada immunologis,
ter-
Pada Tabel 38 dapat dilihat rataan
prases persenw
tase berat limps terhadap berat badan setelah 50 hari penelitian,
Dari data tersebut tidak nampak suatu pola yang
teratur pada penurunan atau kenaik~npersentasel baik menurut tingginya suhu maupun lamanya pemanasan,
Ketidak-
teraturan pola tadi dapat dilihat lebih jelas pgda
Ilus-
trasi 16, Tabel 38,
Lamanya diautoclave (menit)
*
Rataan Persentase Berat Limpa Terhadap Berat Badan Ayam Broiler yang Mengkonsumsi Ransum Mengandung 25 Persen Biji Kecipir yang Telah ~i"autoclave~'* Suhu pemanasan autoclave
(OC) d
85
100
115
120
Rataan dari tiga ulangan pada umur 50 hari,
125
130
Keterangan :
* O
=
+
=
85OC
f;
llS°C
= 1oo0c = 12O0C
x = 125OC
"
rn
130°C
Lama pemanasan di"autoclavew (menit) Ilustrasi 16,
Grafik Persentase Berat Limpa Terhadap Berat Badan Ayam Broiler yang Mengkonsumsi RansumMengandung 25 Peraen Tepung Biji Kecipir yang Telah Di"autoclaven
Dari analisis sidik ragam dapat diketahui bahwa faktor tingginya suhu pemanasan~ lamanya pwmanasan serta in* teraksi keduanya~ menyebabkan perbedaan yang sangat nyata
(P<0,01) terhadap besarnya rataan persentase berat limpa, Dengan uji pembanding orthogonal polynomial lebih lanjutl dapat
disimpulkan bahwa
faktor tingginya suhu pemanasan
memegang peranan yang paling dopinan. Reaksi organ tubuh thyroid,--
Organ
tubuh
merupakan kelenjar yang erat hubungannya dengan lisme yodium dan pertumbuhan,
Selain itul kelenjar
akan bereaksi cun
metabo-
Ransum makanan yang
rangan yodium akan ditandai oleh membengkaknya thyroid,
thyroid
thyroid
terhadap goitrogenI suatu
keku-
kelenjar
diketahui
pula
komponen
bera-
yang banyak diketemukan pada biji-biji leguminosa, Pada Tabel 39 dan Ilustrasi 17! dapat dilihat rataan
persentase berat thyroid terhadap berat badan ayam broiler pada akhir penelitian, Sama seperti rataan persentase be,
rat limpa terhadap berat badant pola persentase berat thyroid inipun tidak jelas, Tidak nampak pengaruh yang teratur terhadap persentase berat thyroidl apakah disebabkan o,leh tingginya suhu pemanasan atau oleh lamanya pemanasan. Akan tetapi, dari analisis sidik ragam dapat diketahui bahwa rataan persentase berat thyroid dipengaruhi secara nyata ( ~ < 0 , 0 5oleh )
faktor lamanya pemanasan,
Fak-
tor tingginya suhu pemanasan serta interaksi lamanya pe-
Tabel 39, Rataan Persentase Berat Thyroid Techadap Berat Badan Ayam Broi~ieryang Mengkonsumsi Ransum Mengandung 25 Persen Tepung,Biji Kecipir yang Telah Piw&utoclave"
+
-
Lamanya diautoclave (menit)
*
Suhu pemanasan autoclave
J
85
100
115
120
125
130
Rataan dari tiga ulangan pada umur 50 hari.
Tabel 40,
Lamanya diautoclave (menit)
*
----
( O C )
Rataan Persentase Berat Jantung Terhadap Berat Badan Ayam Broiler yang Mengkonsunsi Ransum Mengandung 25 Persen Tepung,Biji Kecipir yang Telah DiHautoclave" Suhu pemanaean autoclave
85
100
115
120
(9C)
125
Nilai rataan dari tiga ulanggn pada umur 50 hari,
130
0 e0100
0 ,0090
0,0080 Oe0070 0,0060 0 l 0050
Keterangan :
0,0040
* O
7
85'C
= 100°C
Lama pemanasan dil'autoclaveM (menit) Iluatrasi~17,
~ r a f i kPersentase Berat Thyroid Terhadap Berat Badan Ayam ~ r o i ler Yang Mengkonsumsi Ransum Mengandung 25 Persen Biji ~ e c i p i r yang Talah Dinautoclave"
153 manasan dan tingginya suhu pemanasanl tidak mengakibatkan perbedaan yang nyata. 6
Reaksi organ tubuh jantqn9,--
Pad* Tabel 40 di3pat
dilihat persentase berat jantung terhadap wrat bqdan-ayam broiler sebagai reaksinya terhadap raneum yang mengandvng 25 persen tepung biji kecipir yang diautoclave, Data pada tabel tersebut menunjukkan bahwa makin tinggi suhu gemanasan biji kecipirt makin rendah rataan persentage rat jantung terhadap berat badan.
Akan tetapit pola pe-
nurunan demikian tidak terjadi oleh faktor nasan.
lamanya pepa-
Hal itu dapat dilihat pada Ilustrasi 18,
Dari reaksi organ tubuh jantung ini kan bahwa beban organ tubuh jantung akan apabila biji kecipir yang
dicampurkan
dapat dikernukasemakin
ke
ringan
dalam ransum,
dipanaskan lebih dahulu dengan suhu pemanasan yang tinggi,
be-
lebih
Berartit tugas jantung untuk memampa darah
agar
dapat lebih cepat mengalirt menjadi lebih kecil atau
le-
*
bih ringan, Analisis sidik ragam menunjukkan, bahwa dan tingginya suhu pemanasan
masing -masing
faktor lama menyebabkan
perbedaan yang nyata (P~0.05) dan sangat nyata
(P < 0.0;)
terhadap persentase berat jantung. Akan tetapit interaksi keduanya tidak menimbulkan perbedaan,
Setelah diuji
ngan uji pembanding orthogonal polynomial dapatlah tahui bahwa faktor
tingginya
suhu
pemanasan
de-
dike-
merupakan
Lama pemanasan d i " a u t o c l a v e v ( m e ~ l i t ) Ilustrasi 18,
G r a f i k P e r s e n t a s e Berat Jantung Terhadap B e r a t Badan Ayam B r o i l e r yang Mengkonsumsi Ransum Mengandung 25 P e r s e n Tepung B i ji K s c i p i r yang T e l a h Dil'autoclave",
faktor
yang paling
dominan menimbulkap
perbedaan secara
linier, *
Rangkuman Hasil Percobaan Biologis Ketiga Dari percobaan pemberian ransum mengandung tepung biji kecipir yang telah diautoclave kepada ayam broiler, dapatlah diambil rangkumannya qebagai berikut : 1,
Biji kgcipir
dapat
dicampurkan ke dalam ransum ayam
broiler sebanyak 25 persen, jika terlqbih dahulu dipanaskan di dalam autoclave.
Ditinjau
dari berat badan
akhir ayam-ayam percobaan, maka suhu pemanasan tsrbaik ialah 120°C selama 20 menit atau 125*C selama 10
me-
nit, 2,
Konsumsi ransum meningkat dua hinggq dvaaetengah bila biji kecipir terlebih dahulu
kali
dipahaskan di dalam
autoclave selama 125OC hingga 130°CI
Efisiensi gsng-
gunaan makanan naik sebtesar 48.75 pinggq 50r24 pertsen jika suhu pemanasan biji kecipir
maningkat
dari QS°C
9
hingga 125°C atau 130°C. 3,
Kecuali thyroid dan limpat
seluruh
organ tubuh yang
diamati memperlihatkan reaksi yang jelas yaitu kenaikan rataan peraentase organ tubuh terhadap berat badant jika ransum ayam percobaan tepung biji kecipir. kan,
dicampur
dengan 25. persen
Makin lama biji kecipir dipanas-
maka makin kecil rataan persentase berat
tubuh tersebut terhadap berat badannya,
organ