HASIL L DAN PEM MBAHASA AN
Penannaman padda media EMB E dilakkukan dari kelompokk perlakukaan A (divaksin ND dan diinfeksi d E. coli) yangg berjumlahh 4 sampel jantung brroiler. Pengamataan terhadaap koloni bakteri b yanng ditanam m pada meedia agar EMB dilakukan setelah 24 jam. j Isolasii bakteri di media EMB B menunjukkkan hasil koloni k berwarna metallic shheen dari saampel jantunng broiler. Gambaran koloni berw warna metallic sheendisebabbkan karenna bakteri m memfermenttasikan lakttosa pada media m dan mengghasilkan asam, a sehingga mem mpresipitasikkan zat warna w eosinn dan methylenee-blue (Quinnn dkk., 20 007). Gambbar hasil pennanaman paada media EMB agar dapatt dilihat padda Gambar 2. 2
A Gambbar 2. Hassil penanam man pada media m EMB B. A menuunjukkan koloni k terpissah berwarn na Metallic sheen. s s Pengeecatan Graam diambil dari kolloni yang berwarna metallic sheen. Morfologii koloni terrpisah, berb bentuk bulaat, berwarna metallic sheen, mem miliki tepi rata, dan d berperm mukaan cem mbung dipillih untuk dilakukan peengecatan Gram. G Hasil penggecatan Graam pada baakteri yang tumbuh addalah bakteri Gram neegatif,
24
25
berbentukk kokobasil, dan berwarrna merah. Gambar haasil pengecatan Gram dapat dilihat padda Gambar 3. 3
A
Gambbar 3. Hasill pengecatann Gram. A menunjukkkan sel berbentuk kokoobasil, dann berwarna merah. masing Uji seelanjutnya yyaitu penannaman padaa media TSI agar padaa masing-m koloni yaang berwarnna metallic sheen. Meedia TSI mengandung m g glukosa 0,1%, 0 laktosa 1% %, sukrosa 1%, dan bah han-bahan kimia k untukk menghasillkan H2S. Media M TSI juga mengandung m g phenol reed sebagai inndikator adaanya fermenntasi karbohhidrat oleh bakteeri. Pengam matan dilak kukan setelah 24 jam terhadap sifat fermeentasi, pembentukkan H2S, dan d gas lainn. Hasil daari penanam man pada kedua k kelom mpok menunjukkkan hasil yang y sama, yaitu mem mfermentasii semua gu ula-gula dittandai dengan peerubahan waarna pada media m yaitu pada agar miring dan agar tegak yang berubah menjadi m kunning serta tiidak menghhasilkan gass H2S namuun menghassilkan gas lain dari hasil ferrmentasi gu ula-gula yanng ditandai dengan teraangkatnya media m (Quinn dkkk., 2007). Hasil H penanaman pada TSI dapat dilihat d pada Gambar 4.
26
A
B Gambbar 4. Hasiil penanamaan pada meedia TSI ag gar. A mennunjukkan warna w kuniing pada aggar tegak daan miring. B menunjuk kkan adanyya gas sehinngga mediaa menjadi terangkat. Uji seelanjutnya adalah uji biokemis b man dimediaa agar IMViC, dann penanam urea pada masing-maasing kolonii. Pengamattan pada uji ini dilakukkan setelah media m diinkubasii selama 24 jam. Hasil dari uji Inddol dan Meth hyl red posiitif. Hasil positif p uji Indol ditandai d denngan terbenntuknya cincin merah setelah s ditaambahkan reeagen Kovacs’ yang y memiiliki kandunngan dimetthylamino-b benzaldehyd de (DMBA)) dan HCl yang dilarutkan dalam amyyl alkohol. Hasil ini menunjukka m an bahwa baakteri menggunaakan asam amino triiptofan sebbagai sumb ber karbon n. Bakteri yang memprosees enzin tryp yptophanasee dapat mennghidrolisis triptofan menjadi m piruuvate, amonia daan Indol, seerta DMBA A akan bereeaksi dengaan Indol daan memprooduksi komponen n quinoidal yang mem mbentuk cinccin merah (Leboffe ( daan Pierce, 2011). 2 Uji MR menunjukka m an hasil poositif ditanddai dengan berubahanyya warna media m menjadi merah m yang dapat terlihhat dengan menambahk m kan reagen methyl m red. Hasil
27
ini menandakan bahwa bakteri memiliki kemapuan memfermentasi glukosa sehingga menghasilkan asam campuran (Leboffe dan Pierce, 2011). Hasil dari uji Voges-Proskauer, uji citrate, dan penanaman pada agar urea negatif. Uji VP dilakukan untuk mengetahui kemampuan beberapa bakteri yang memproduksi acthylmethylcrbinol dari fermentasi glukosa (Atlas, 2010). Hasil uji VP yaitu media tidak berubah warna setelah media ditambah reagen barrit yang mengandung 5%
-naptol dan KOH, yang seharusnya terjadi yaitu akan terlihat
warna merah-pink dipermukaan media karena terbentuknya acetoin. Hal ini dapat terjadi karena adanya reaksi acethylmethylcarbinol dengan pepton dalam larutan alkalin (Faddin, 1998). Hasil uji VP memperlihatkan hasil negatif yang berarti bakteri tidak dapat menghasilkan acethylmethylcarbinol. Hasil uji citrate, tidak terjadi kekeruhan pada media yang artinya bakteri tidak menggunakan sitrat sebagai sumber karbon. Penanaman pada media agar urea bertujuan untuk mengetahui keberadaan aktifitas enzim urease. Penanaman menunjukkan tidak terjadi perubahan warna pada media, yang seharusnya terjadi adalah media berubah warna menjadi merah muda pada seluruh permukaan agar urea. Hasil penanaman menunjukkan hasil negatif, sehingga dapat diketahui bahwa bakteri yang ditanam pada media tersebut tidak memproduksi enzim urease (Leboffe dan Pierce, 2011). Gambar hasil uji biokemis IMViC Escherichia coli dapat dilihat pada Gambar 5.
28
C
D
E
A B Gambaar 5. Hasil uji biokemiis IMViC :A A.Uji Indoll, terbentuk cincin berw warna m (+), C. C Uji merahh (+), B. Uji MR, meddia berubah menjadi merah VP (-)), D. Uji citrrate (-), E. Uji U Urease (-). ( Dari hasill uji yang yang y telah dilakukan untuk u mengginformasik kan bakteri yang diduga E. coli menunnjukkan bah hwa kelompook perlakuaan A dipastiikan terinfekksi E. coli. Tabell 2. Hasil isoolasi dan iddentifikasi bakteri b yangg diduga Esccherichia cooli. Kelompokk Meedia Hasil Interppretasi MB + Bakkteri mampuu memferm mentasikan laktosa. EM mentasi glukkosa, laktosaa Bakkteri mampuu memferm T TSI + dann sukrosa. A dengann U Urea Bakkteri tidak dapat d mengaasilkan enziim urease. jumlah 4 d Bakkteri mampuu memprodduksi indol dari Inndol + ekor trypptophan. broiler + Bakkteri mampuu memferm mentasikan glukosa g Methhyl Red Bakkteri tidak dapat d membbentuk acetoonin. Voges-P Proskauer nggunakan citrat sebaggai Bakkteri tidak mampu men Ciitrat sum mber karbon n. Keterangaan: A = =Perlakuan broiler infeeksi Escheriichia colidivvaksin ND (+) =Positif, = paada media EMB (+) menunjukk m an pertumbbuhan koloni yanng berwarnaa methalic sheen s (-) =Negatif, = p pada media EMB (-) menunjukk m kan pertumbbuhan koloni yanng berwarnaa colorless. Penellitian ini menggunaka m an vaksin ND N strain La L Sota, kaarena vaksiin ini termasuk vaksin aktiif yang lenttogenik, sehhingga tidak k berbahayaa terhadap ayam
29
dan dapat diberikan pada segala umur (Tizard, 1988).Vaksinasi ND pertama diberikan saat ayam berumur 4 hari melalui tetes mataagar ayam bisa beradaptasi terlebih dahulu dengan lingkungan kandang dan ransum sehingga kondisi tubuh menjadi prima saat divaksinasi. Vaksinasi ND kedua dilakukan pada hari ke-15 dengan mencampur bersama air minum agar pemberian vaksin lebih mudah serta mencegah ayam menjadi stres akibat penangkapan bila vaksinasi dilakukan secara individual. Berdasarkan penelitian, didapatkan hasil perhitungan titer antibodi dengan Uji HI, pada Kelompok A (diberi vaksin ND dan infeksi E. coli) dan B (diberi vaksin ND tanpa infeksi E. coli) disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil Titer HI (log 2) Titer HI (log 2) A (ND dan E. coli) B (ND tanpa E. coli) 1 4 4 2 5 4 3 4 3 4 3 4 Rata-rata 4 3,75 Standar deviasi 0,81650 0,5 Keterangan : Kelompok A: diberi vaksin ND dan diinfeksi E. coli Kelompok B: diberi vaksin ND tanpa diinfeksi E. coli Nomor Ayam
Pada ayam kelompok A diperoleh nilai rata-rata titer antibodi HI (log 2) yaitu 4, pada ayam kelompok Bdiperoleh nilai rata-rata titer antibodi HI (log 2) 3,75. Titer antibodi antara kelompok A (diberi vaksin ND dan diinfeksi E. coli) dengan kelompok B (diberi vaksin ND tanpa infeksi E. coli) secara statistik (p>0,05) menunjukkan hasil yang tidak berbeda secara signifikan.Saat ayam berumur 21 hari, sistem kekebalan tubuh ayam sudah terbentuk, vaksinasi pertama yang diberikan pada umur 4 hari dan vaksinansi kedua pada umur 10 hari sehingga
30
infeksi yang diberikan pada umur 21 hari tidak mempengaruhi hasil titer antibodi. Titer antibodi mulai terbentuk 2-3 minggu setelah vaksinasi dengan vaksin aktif. Anak ayam memiliki kekebalan yang berasal dari induk atau yang disebut antibodi
maternal. Antibodi
maternal
ini berperan
dalam memberikan
perlindungan pada anak ayam dari penyakit, namun antibodi maternal akan mulai turun pada umur 7 hari. Oleh karena itu vaksinasi ND pertama paling lambat dilakukan pada umur 7 hari (Anonim, 2011). Vaksinasi perlu diulang pada umur 18-21 hari yang bertujuan untuk menggertak kekebalan humoral yang beredar di seluruh tubuh, menggantikan antibodi maternal yang sudah mulai turun pada umur ± 7 hari. Kekebalan yang terbentuk juga cepat turun apabila infeksi penyakit tinggi. Vaksinasi untuk pencegahan penyakit perlu dilakukan minimal 2-3 minggu sebelum terjadinya infeksi penyakit berdasarkan sejarah pemeliharaan sebelumnya. Vaksinasi kedua dengan vaksin aktif dilakukan 2-3 minggu setelah vaksinasi pertama (Anonim, 2011). Penelitian Handharyani dkk (1995), menyebutkan bahwa vaksinasi ND yang disertai infeksi E. colisaat umur 10 hari menyebabkan berkurangnya komponen internal bursa fabricius. Bursa fabricius merupakan organ limfoid primer sebagai tempat diferensiasi dan pematangan prekusor sel T dan sel B. Perubahan yang terjadi pada bursa fabricius terlihat adanya deplesi sel-sel limfoid pada folikel limfoid. Deplesi menyebabkan folikel limfoid menjadi kecil sehingga berat relatif menurun. Berat bursa fabricius yang menurun merupakan salah satu indikasi bahwa individu ataupun kelompok ayam yang bersangkutan mengalami
31
imunosupresi. Penelitian ini tidak dianalisa kerusakan organ limfoid tersebut. Kemungkinan infeksi E. coli tidak sampai menyebabkan kerusakan, sehingga tidak berpengaruh terhadap respon kekebalan. Penelitian tentang vaksinasi pada broiler yang dilaporkan oleh Tabbu (1996) bahwa broiler yang diberi vaksin ND strain B1 pada umur 4 hari dan dilakukan booster umur 18 hari dengan vaksin ND strainLa Sota, yang diberikan melalui air minum diperoleh titer antibodi rerata 2,1 HI unit. Program vaksinasi lain dengan gabungan vaksinasi aktif ND B1 dikombinasi dengan vaksin ND inaktif dan diberikan pada umur 4 hari, serta dilakukan booster pada umur 18 hari dengan vaksin La Sota yang diberikan melalui air minum diperoleh titer HI rerata 11,6 HI unit. Titer antibodi tersebut rendah, diduga karena perkembangan organ limfoid broiler tidak sebanding dengan perkembangan tubuhnya, oleh karena ituvaksinasi pada broiler tidak menghasilkan titer antibodi yang cukup tinggi. Kekebalan terhadap penyakit ND terdiri atas kekebalan aktif dan kekebalan pasif. Kekebalan aktif terdiri atas kekebalan yang dimediasi sel (cell-mediated immunity), kekebalan humoral (humoral immunity) dan kekebalan lokal (local immunity). Respon imun yang pertama kali muncul setelah adanya infeksi ND adalah kekebalan yang dimediasi sel pada hari ke dua sampai tiga setelah infeksi dengan vaksin ND live. Ayam yang mampu bertahan terhadap infeksi virus ND akan membentuk antibodi sebagai respon kekebalan humoral pada hari ke enam sampai sepuluh dan akan mencapai puncak pada minggu ketiga sampai keempat (Saif dkk., 2003). Kekebalan lokal mempunyai peranan penting terhadap infeksi
32
ND. Antibodi yang dihasilkan dari sekresi mukosa saluran pernafasan, kelenjar harderian dan usus adalah IgA, IgY dan IgM (Klasing, 1998). Kekebalan pasif dihasilkan oleh antibodi yang diturunkan dari induk ke DOC melalui kuning telur (egg yolk) dan cairan amnion (Hamal dkk., 2006). Level puncak dari IgY maternal pada sirkulasi tercapai pada umur dua sampai tiga hari dan tidak akan terdeteksi pada umur dua sampai lima minggu (Saif dkk., 2003). Virus ND dan Infectious Bronchitis (IB) tidak menimbulkan gangguan pernafasan yang parah apabila tidak ada infeksi sekunder E. coli. Nakamura et al. (1986) melaporkan bahwa anak ayam yang divaksin ND dan IB kemudian diinfeksi E. coli dapat mengalami gangguan respirasi yang berat, sedangkan infeksi E. coli atau virus IB secara tunggal biasanya hanya menimbulkan gangguan pernafasan ringan, terutama pada ayam muda. Interaksi agen penyakit bisa dua jenis atau lebih. Interaksi agen penyakit yang makin banyak, akan menyebabkan penyakit yang lebih parah dan diagnosanya juga menjadi lebih sulit. Penyakit imunosupresif (Gumboro, Marek, Mikotoksin, Leukosis, Chicken Anemia Virus) dan infeksi reovirus dapat meningkatkan kepekaan terhadap berbagai penyakit, termasuk penyakit pernafasan. Kualitas DOC yang jelek juga mendukung timbulnya berbagai penyakit antara lain CRD (Tabbu, 2002).
33
Kesimpulan Infeksi E. coli strain APEC pada hari ke-21 tidak mempengaruhi titer antibodi broiler yang divaksin ND.