KEBUTUHAN AIR IRIGASI RATA-RATA HARIAN UNTUK TANAMAN KEDELAI PADA PERIODE MUSIM KEMARAU DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DAILY AVERAGE IRRIGATION WATER NEEDS OF SOYBEAN ON DRY SEASON IN WEST NUSA TENGGARA PROVINCE Hamdan Nurdin Stasiun Klimatologi Klas I Kediri-Mataram Email:
[email protected]
Abstrak Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) ditetapkan oleh Pemerintah sebagai salah satu sentra produksi kedelai nasional, namun merupakan wilayah yang sangat rentan terhadap berkurangnya ketersediaan air pada periode Musim Kemarau (MK), sehingga perlu di ketahui seberapa besar air yang perlu disediakan pada periode MK untuk tanaman kedelai. Dengan menggunakan Metode Blaney-Criddle dan Interpolasi Inverse Distance Weighted (IDW) dapat diketahui jumlah air irigasi untuk tanaman kedelai pada periode MK di Nusa Tenggara Barat. Berdasarkan hasil pengolahan data curah hujan pada 44 pos kerjasama dan suhu udara dari 4 (empat) Stasiun Pengamatan Meteorologi dan Klimatologi di NTB, yaitu Stasiun Meteorologi BIL, Stasiun Klimatologi Kediri-NTB, Stasiun Meteorologi Brang Biji – Sumbawa dan Stasiun Meteorologi M. Salahudin - Bima periode 2000-2014 maka diketahui pada periode MK di NTB kebutuhan air irigasi rata-rata harian untuk tanaman kedelai pada bulan Mei berkisar antara 0 sampai dengan 3.0 mm/hari, pada bulan Juni berkisar antara 3.5 hingga 5.0 mm/hari, pada bulan Juli berkisar antara 5.5 hingga 6.5 mm/hari, pada bulan Agustus berkisar antara 5.0 – 5.5 mm/hari dan pada bulan September berkisar antara 0.5 hingga 2.0 mm/hari. Kebutuhan air irigasi rata-rata harian tertinggi terjadi pada bulan Juli, disebabkan pada bulan tersebut merupakan puncaknya musim kemarau di Prov. NTB. Kata kunci: kedelai, Blaney-Criddle, suhu udara, curah hujan, irigasi, Inverse Distance Weighted
1
PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu bahan pangan bergizi tinggi yang sangat dibutuhkan sebagai sumber protein nabati (Rukmana et al, 1996). Akan tetapi tingginya kebutuhan masyarakat akan gizi kedelai sulit dipenuhi karena kelangkaannya. Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) ditetapkan oleh pemerintah sebagai salah satu sentra produksi kedelai nasional untuk mengejar target swasembada kedelai yang mampu memproduksi 1 juta ton kedelai per tahun. Saat ini kebutuhan kedelai nasional mencapai 2.2 hingga 2.5 juta ton per tahun, sementara produksi dalam negeri baru mencapai (700 – 800) ribu ton. Dengan demikian Indonesia masih kekurangan sekitar 1.4 juta ton/tahun, kekurangan tersebut terpaksa dipenuhi melalui impor (www.republika.co.id). Kelangkaan tersebut ditandai dengan tingginya jumlah kedelai yang diimpor oleh pemerintah dari tahun ke tahun. Hal ini dikarenakan seiring dengan bertambahnya penduduk, kebutuhan masyarakat akan kedelai pun akan semakin meningkat. Fenomena kelangkaan semakin meningkat karena tidak diimbangi dengan perkembangan produksi kedelai yang memadai (Arsyad, 2003). Menyadari adanya ketergantungan akan kedelai impor, pemerintah mengambil beberapa langkah untuk meningkatkan produksi kedelai, salah satunya adalah menetapkan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) sebagai salah satu wilayah sentra produksi pangan nasional (Baihaqi, 2014). Konsekuensinya, Prov. NTB dituntut untuk meningkatkan produktivitas tanaman pangannya termasuk kedelai. Pemerintah berharap melalui program tersebut permasalahan kelangkaan kedelai yang terjadi di Indonesia dapat diselesaikan. Untuk menjawab tuntutan tersebut tidak mudah. Menurut As-syakur et al, (2012), sebagian besar wilayah Lombok yang meliputi bagian timur, tenggara dan selatan adalah wilayah lahan kering yang tidak sesuai untuk tanaman kedelai. Dalam hal menunjang pertumbuhannya pada lahan-lahan yang marginal, peran dari air irigasi sangat dibutuhkan. Kebutuhan air irigasi pada tanaman kedelai di masing-masing tempat berbeda-beda tergantung dari waktu penanaman, lintang tempat, curah hujan dan suhu udara (Brouwer.1986). Dengan mempertimbangkan kebutuhan air tanaman dan sebaran curah hujan rata-rata di Prov. NTB, maka kebutuhan air untuk irigasi di masingmasing tempat dapat ditentukan. Diharapkan dengan pemberian jumlah air irigasi yang tepat, pertumbuhan tanaman kedelai di Prov. NTB menjadi optimal guna meningkatkan produktivitas tanaman.
2
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan beberapa metode perhitungan sebagai berikut: Rata-rata adalah metode statistik berupa ukuran pemusatan yang nilainya didapat dengan menjumlahkan setiap data kemudian dibagi dengan banyaknya data. Rata-rata dapat dirumuskan sebagai berikut, ………………………(1) Dimana ∑X adalah jumlah seluruh data dan n adalah banyaknya data Evapotranspirasi Blaney-Criddle Menurut Brouwer (1986), metode Blaney-Criddle digunakan untuk menghitung nilai evapotranspirasi tanaman (ETc). Dengan mempertimbangkan neraca air tanaman, maka ETc sama dengan kebutuhan air tanaman
Penyajian Data Menghitung, menganalisa dan menyajikan data menggunakan seperangkat komputer dengan software Microsoft Excel 2013. Data dihitung, dianalisa dan disajikan dalam bentuk tabel dan peta, yang kemudian dilakukan pengklasifikasian dari perhitungan tersebut yang kemudian dipetakan menjadi peta spasial kebutuhan air irigasi terhadap tanaman kedelai di Prov. NTB dengan menggunakan perangkat lunak yaitu software Arc GIS 9.3.
3
Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa: a. Data suhu udara (rata-rata, maksimum, minimum) yang didapat dari Stasiun Klimatologi Klas I Kediri-Mataram selama periode 15 tahun (2000 – 2014) b. Data curah hujan rata-rata bulanan dari 44 titik pos pengamatan hujan kerjasama BMKG, yang terdiri dari 44 kecamatan di Prov. NTB (Ampenan, Majeluk, Selaparang, Cakranegara, Batulayar, Buwun Mas, Gerung, Pelangan, Kediri, Rumak, Gn. Sari, Lembar, Sekotong, Sigerongan, Narmada, Batukliang, Praya, Janapria, Kopang, Mertak, Penujak, Stasiun Meteorologi BIL, Mantang, Mujur, Pringgarata, Pujut, Puyung, Aikmel, Jerowaru, Sembalun, Kokok Putih, Masbagik, Mt. Gading, Pringgabaya, Sambelia, Sikur, Sukamulia, Swela, Bayan, Pemenang, Gangga, Santong dan Tanjung) selama periode waktu 15 tahun (2000 – 2014). Analisa Adapun metode analisis yang digunakan pada penelitian ini antara lain: a Metode Blaney-Criddle Perhitungan ETc melibatkan formula dari reference crop evapotranspiration (ETo) (Pers. 2), yaitu evapotranspirasi potensial dari tanaman rumput-rumputan yang dapat dirumuskan sebagai berikut, ETo = p (0.46 T mean +8) …………………….(2) Dimana p adalah persentase rata-rata dari durasi penyinaran hari, harian (Tabel. 1) dan T mean adalah suhu udara rata-rata di masing-masing bulan (Pers. 3) sebagai hasil perhitungan antara T max dan T min. 𝑻𝒎𝒆𝒂𝒏 =
𝑻𝒎𝒂𝒙+𝑻𝒎𝒊𝒏 𝟐
………………….……...……(3)
4
Tabel 1. Lama Penyinaran Rata-rata (p) Harian Selama Satu Tahun pada Berbagai Garis Lintang yang Berbeda
Sumber: FAO
Prov. NTB berada pada lintang 8 ºLS (Lintang Selatan) sehingga digunakan Lintang (Latitude) 10 pada tabel 1, sedangkan periode yang diteliti adalah bulan Mei hingga September, maka nilai p untuk masingmasing bulan (Mei, Juni, Juli, Agustus dan September) adalah 0.26, 0.26, 0.26, 0.27 dan 0.27. Nilai ETo nilai yang didapatkan selanjutnya diformulakan kembali ke dalam rumus ETc (Pers. 4) dengan mensubstitusikan nilai crop coeficient / crop factor (Kc) untuk tanaman kedelai di masing-masing tahap pertumbuhan nya pada (Tabel.2), ETc = ETo x Kc…………………………..(4)
Dimana ETc adalah kebutuhan air tanaman, ETo adalah evapotranspirasi potensial dan Kc adalah Coeficient Crop / Koefisien Tanaman.
5
Tabel 2. Nilai Kc untuk Masing-Masing Tanaman
Sumber: FAO
Dimulai dari phase awal / Initial Stage (IS) menuju phase pertumbuhan vegetatif / Crop Development Stage (CDS), phase generatif / Mid-Season Stage (MSS) hingga phase pemasakan / Late Season Stage (LSS), nilai Kc dari Kedelai (Soybean) adalah 0.35, 0.75, 1.1 dan 0.6. b Kebutuhan Air Irigasi Kebutuhan air irigasi / Irrigation Needs (IN) (Pers. 5) didapatkan dari pengurangan antara ETc dengan Effective Rainfall (Pe). Pe adalah banyaknya air hujan efektif yang dapat diserap oleh akar tanaman. Yaitu air hujan yang tersisa di dalam tanah di dekat zona perakaran tanaman setelah mengalami losses/kehilangan, baik karena penguapan, runoff, maupun perkolasi dalam.
6
IN = ETc – Pe …………………..…….…..(5) Sedangkan nilai Pe ditentukan berdasarkan 2 rumus yang berbeda (Pers. 6 dan 7) tergantung dari curah hujan bulanan yang jatuh di bulan terkait. Pe = 0.8 P – 25 ……………………………(6) Rumus di atas (Pers. 6) digunakan untuk curah hujan ≥ 75 mm di bulan terkait dengan P adalah total curah hujan. Sedangkan untuk curah hujan ≤ 75 mm menggunakan rumus, Pe = 0.6 P – 10 ……………………………(7) Jika Pe bernilai negatif, maka nilainya dikonversi menjadi 0 (nol). Karena nilai terkecil dari Pe adalah 0. c
Interpolasi Inverse Distance weighted Interpolasi adalah suatu metode atau cara untuk mencari nilai diantara beberapa titik data yang telah diketahui atau sebuah proses untuk menentukan nilai di suatu tempat berdasarkan nilai disekitarnya. Logika dari interpolasi spasial adalah bahwa nilai titik observasi atau pengamatan yang berdekatan akan memiliki nilai yang sama (mendekati) dibandingkan dengan nilai pada titik yang jauh (Hukum geografi Tobler). Metode Inverse Distance Weighted (IDW) merupakan metode deterministik yang sederhana dengan mempertimbangkan titik disekitarnya. Asumsi dari metode ini adalah nilai interpolasi akan lebih mirip pada data sampel yang dekat daripada data yang lebih jauh. Bobot (weight) akan berubah secara liniear sesuai dengan jaraknya dengan data sampel. Bobot atau pengaruh dari nilai data sampel berbanding terbalik dengan jarak dari nilai prakiraan.
7
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengolahan data curah hujan bulanan di Prov. NTB selama 15 tahun dengan jumlah pos hujan sebanyak 44 titik. Analisis kebutuhan air tanaman kedelai dimulai dari perhitungan ETo (Tabel 3) dengan menggunakan rumus Pers-3 dan nilai p (Lama penyinaran matahari rata-rata harian) seperti yang tercantum pada table 3 dan table 4. Tabel 3. Nilai ETo Harian untuk Masing-Masing Bulan di Pulau Lombok. Bulan BMKG Lombok T Mean p ETo (mm/hari)
Mei Kediri 26.8 0.26 5.3
Juni BIL 27.0 0.26 5.3
Kediri 25.8 0.26 5.2
Juli BIL 26.2 0.26 5.2
Kediri 25.1 0.26 5.1
BIL 25.6 0.26 5.1
Agustus Kediri BIL 25.1 25.7 0.27 0.27 5.3 5.3
September Kediri BIL 26.1 26.6 0.27 0.27 5.4 5.5
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa di Pulau Lombok pada bulan Mei suhu rata-rata (Tmean) bernilai 26.8 - 27.0⁰C dengan lama penyinaran matahari rata-rata (p) sebesar 0.26 maka didapatlah nilai ETo sebesar 5.3 mm/hari, bulan Juni suhu rata-rata berkisar antara 25.8 – 26.2⁰C dan penyinaran matahari sebesar 0.26 maka nilai ETo sebesar 5.2 mm/hari, bulan Juli suhu rata-rata berkisar antara 25.1 – 25.6⁰C dengan nilai p sebesar 0.26 maka nilai ETo adalah sebesar 5.1 mm/hari, bulan Agustus suhu rata-rata berkisar antara 25.1 – 25.7⁰C dengan nilai p sebesar 0.27 maka nilai ETo sebesar 5.3 mm/hari dan pada bulan September suhu rata-rata berkisar antara 26.1 – 26.6⁰C dan nilai p sebesar 0.27 maka nilai ETo antara 5.4 5.5 mm/hari. Tabel 4. Nilai ETo Harian untuk Masing-Masing Bulan di Pulau Sumbawa. Bulan Mei Juni Juli Agustus September BMKG Sumbawa Sumbawa Bima Sumbawa Bima Sumbawa Bima Sumbawa Bima Sumbawa Bima T Mean 27.4 28.0 26.8 27.1 26.3 26.6 26.6 27.1 27.7 28.5 p 0.26 0.26 0.26 0.26 0.26 0.26 0.27 0.27 0.27 0.27 ETo (mm/hari) 5.4 5.4 5.3 5.3 5.2 5.3 5.5 5.5 5.6 5.1
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa di Pulau Sumbawa pada bulan Mei suhu rata-rata (Tmean) bernilai 27.4 - 28.0⁰C dengan lama penyinaran matahari rata-rata (p) sebesar 0.26 maka didapatlah nilai ETo sebesar 5.4 mm/hari, bulan Juni suhu rata-rata berkisar antara 26.8 – 27.1⁰C dan penyinaran matahari sebesar 0.26 maka nilai ETo sebesar 5.3 mm/hari, bulan Juli suhu rata-rata berkisar antara 26.3 – 26.6⁰C dengan nilai p sebesar 0.26 maka nilai ETo adalah sebesar 5.2 - 5.3 mm/hari, bulan Agustus suhu rata-rata berkisar antara 26.6 – 27.1⁰C dengan nilai p sebesar 0.27 maka nilai ETo sebesar 5.5 mm/hari dan pada bulan September suhu rata-rata berkisar antara 27.7 – 28.5⁰C dan nilai p sebesar 0.27 maka nilai ETo antara 5.1 - 5.6 mm/hari. Dengan mengetahui umur tanaman dan nilai Kc (Crop Coefisient) per phase pertumbuhan (Tabel 4), dimana umur tanaman kedelai adalah 135 hari, untuk phase IS (Initial Stage) 20 hari yaitu 1-20 HST, CDS (Crop Development Stage) 30 hari antara 21–50 HST, MSS (Mid-Season Stage) sepanjang 60 hari antara 51–110 HST dan LSS (Late Season Stage) dengan durasi 25 hari yaitu 111–135 HST. Nilai Kc per bulan, nilai ETc harian dan nilai ETc bulanan dapat dijabarkan pada tabel-tabel berikut ini;
8
Tabel 4. Nilai Kc per Bulan, ETc Harian dan ETc Bulanan Di Stasiun Klimatologi Klas I Kediri-Mataram. Jumlah Hari Kc/Phase Jumlah Hari per Bulan Kc Special Kc Perbulan ETo ETc per Hari ETc per bulan
MEI JUNI IS CDS 20 10 20 10 0.35 0.75 0.75 1.1 30 30 30 30 0.23 0.25 0.50 0.37 0.48 0.87 5.3 5.2 2.6 4.5 77 134
JULI AGUSTUS SEPTEMBER MSS LSS 30 20 10 15 1.1 1.1 0.6 0.6 30 30 30 30 1.10 0.73 0.20 0.30 0.93 1.10 0.30 5.3 5.1 5.4 4.9 5.6 1.6 148 168 49
Tabel 5. Nilai Kc per Bulan, ETc Harian dan ETc Bulanan Di Stasiun Meteorologi Selaparang-BIL. Jumlah Hari Kc/Phase Jumlah Hari per Bulan Kc Special Kc Perbulan ETo ETc per Hari ETc per bulan
MEI JUNI IS CDS 20 10 20 10 0.35 0.75 0.75 1.1 30 30 30 30 0.23 0.25 0.50 0.37 0.48 0.87 5.3 5.2 2.6 4.5 77 136
JULI AGUSTUS SEPTEMBER MSS LSS 30 20 10 15 1.1 1.1 0.6 0.6 30 30 30 30 1.10 0.73 0.20 0.30 0.93 1.10 0.30 5.3 5.1 5.5 5.0 5.7 1.6 150 170 49
Tabel 6. Nilai Kc per Bulan, ETc Harian dan ETc Bulanan Di Stasiun Meteorologi M. Kaharudin-Sumbawa. Jumlah Hari Kc/Phase Jumlah Hari per Bulan Kc Special Kc Perbulan ETo ETc per Hari ETc per bulan
Mei Juni IS CDS 20 10 20 10 0.35 0.75 0.75 1.1 30 30 30 30 0.23 0.25 0.50 0.37 0.48 0.87 5.4 5.3 2.6 4.6 78 137
9
Juli MSS 30 1.1 30 1.10 1.10 5.2 5.7 172
Agustus September LSS 20 10 15 1.1 0.6 0.6 30 30 30 0.73 0.20 0.30 0.93 0.30 5.5 5.6 5.1 1.7 153 50
Tabel 7. Nilai Kc per Bulan, ETc Harian dan ETc Bulanan Di Stasiun Meteorologi M. Salahuddin-Bima.
Jumlah Hari Kc/Phase Jumlah Hari per Bulan Kc Special Kc Perbulan ETo ETc per Hari ETc per bulan
MEI JUNI IS CDS 20 10 20 10 0.35 0.75 0.75 1.1 30 30 30 30 0.23 0.25 0.50 0.37 0.48 0.87 5.4 5.3 2.6 4.6 79 138
JULI AGUSTUS SEPTEMBER MSS LSS 30 20 10 15 1.1 1.1 0.6 0.6 30 30 30 30 1.10 0.73 0.20 0.30 0.93 1.10 0.30 5.5 5.3 5.7 5.2 5.8 1.7 155 174 51
Dari tabel-tabel di atas dapat disampaikan bahwa nilai Kc per Bulan, ETc Harian dan ETc Bulanan pada tiap-tiap phase mulai dari phase IS, CDS, MSS dan LSS di 4 (empat) stasiun BMKG di Prov. NTB adalah sebagai berikut: a. Stasiun Klimatologi Klas I-Mataram. Pada bulan Mei jumlah hari sebanyak 30 hari, dengan nilai Kc per bulan sebesar 0.48, ETc harian sebesar 2.6 mm/hari dan ETc bulanan sebesar 77 mm/bulan, pada bulan Juni nilai Kc per bulan sebesar 0.87 dengan nilai ETc harian sebesar 4.5 mm/hari dan ETc per bulan sebesar 134 mm/bulan, pada bulan Juli nilai Kc per bulan sebesar 1.10 dengan nilai ETc harian sebesar 5.6 mm/hari dan nilai ETc bulanan sebesar 168 mm/bulan, pada bulan Agustus nilai Kc per bulan sebesar 0.93 dengan nilai ETc harian sebesar 4.9 mm/hari dan nilai ETc bulanan sebesar 148 mm/bulan, dan pada bulan September nilai Kc per bulan sebesar 0.30 dengan nilai ETc harian sebesar 1.6 mm/hari dan nilai ETc bulanan sebesar 49 mm/bulan. b. Stasiun Meteorologi Selaparang-BIL. Pada bulan Mei jumlah hari sebanyak 30 hari, dengan nilai Kc per bulan sebesar 0.48, ETc harian sebesar 2.6 mm/hari dan ETc bulanan sebesar 77 mm/bulan, pada bulan Juni nilai Kc per bulan sebesar 0.87 dengan nilai ETc harian sebesar 4.5 mm/hari dan ETc per bulan sebesar 136 mm/bulan, pada bulan Juli nilai Kc per bulan sebesar 1.10 dengan nilai ETc harian sebesar 5.7 mm/hari dan nilai ETc bulanan sebesar 170 mm/bulan, pada bulan Agustus nilai Kc per bulan sebesar 0.93 dengan nilai ETc harian sebesar 5.0 mm/hari dan nilai ETc bulanan sebesar 150 mm/bulan, dan pada bulan September nilai Kc per bulan sebesar 0.30 dengan nilai ETc harian sebesar 1.6 mm/hari dan nilai ETc bulanan sebesar 49 mm/bulan. c. Stasiun Meteorologi M. Kaharudin-Sumbawa. Pada bulan Mei jumlah hari sebanyak 30 hari, dengan nilai Kc per bulan sebesar 0.48, ETc harian sebesar 2.6 mm/hari dan ETc bulanan sebesar 78 mm/bulan, pada bulan Juni nilai Kc per bulan sebesar 0.87 dengan nilai ETc harian sebesar 4.6 mm/hari dan ETc per bulan sebesar 137 mm/bulan, pada bulan Juli nilai Kc per bulan sebesar 1.10 dengan nilai ETc harian sebesar 5.7 mm/hari dan nilai ETc bulanan sebesar 153 mm/bulan, pada bulan Agustus nilai Kc per bulan sebesar 0.93 dengan nilai ETc harian sebesar 5.1 mm/hari 10
dan nilai ETc bulanan sebesar 153 mm/bulan, dan pada bulan September nilai Kc per bulan sebesar 0.30 dengan nilai ETc harian sebesar 1.7 mm/hari dan nilai ETc bulanan sebesar 50 mm/bulan. d. Stasiun Meteorologi M. Salahuddin-Bima. Pada bulan Mei jumlah hari sebanyak 30 hari, dengan nilai Kc per bulan sebesar 0.48, ETc harian sebesar 2.6 mm/hari dan ETc bulanan sebesar 79 mm/bulan, pada bulan Juni nilai Kc per bulan sebesar 0.87 dengan nilai ETc harian sebesar 4.6 mm/hari dan ETc per bulan sebesar 138 mm/bulan, pada bulan Juli nilai Kc per bulan sebesar 1.10 dengan nilai ETc harian sebesar 5.8 mm/hari dan nilai ETc bulanan sebesar 174 mm/bulan, pada bulan Agustus nilai Kc per bulan sebesar 0.93 dengan nilai ETc harian sebesar 5.2 mm/hari dan nilai ETc bulanan sebesar 155 mm/bulan, dan pada bulan September nilai Kc per bulan sebesar 0.30 dengan nilai ETc harian sebesar 1.7 mm/hari dan nilai ETc bulanan sebesar 51 mm/bulan. Nilai IN (Irrigation Needs) per bulan dihitung dengan persamaan (5) berdasarkan ETc bulanan pada baris terakhir (Tabel 4) dan nilai Pe (Effective Rainfall) yang spesifik mempertimbangkan curah hujan rata-rata bulanan di 44 pos hujan kerjasama dengan menggunakan persamaan (6) dan (7). Berdasarkan nilai IN bulanan yang telah dihitung, maka IN harian spesifik di masing-masing titik sampel dapat ditentukan dengan dibagi 30 hari/bulan (Tabel 5).
11
Tabel 5. Nilai IN Harian pada 44 Pos Hujan Kerjasama di Prov. NTB NO
POS
Mei 1 BELO 56.8 2 BOLO 14.4 3 DONGGO 10.8 4 MONTA 18.6 5 PALIBELO PANDA 19.8 6 SANGGAR 34.8 7 SAPE 10.8 8 SOROMANDI 1.2 9 STAMET BIMA 18.6 10 RABA 48.8 11 AMPENAN 31.8 12 CAKRANEGARA 69.6 13 MAJELUK 64.8 14 MATARAM 0.0 15 SELAPARANG 76.0 16 GERUNG 42.4 17 GN. SARI 55.2 18 KEDIRI 91.2 19 LEMBAR 52.0 20 NARMADA 104.8 21 JANAPRIA 30.0 22 KOPANG 27.6 23 MUJUR 16.2 24 PENUJAK 51.2 25 AIKMUAL 75.2 26 JONGGAT 38.4 27 MT. GADING 51.2 28 SIKUR 28.8 29 SUKAMULIA 23.4 30 BAYAN 29.4 31 TANJUNG 19.8 32 ALAS 46.4 33 DIPERTA SUMBAWA 32.4 34 EMPANG 28.2 35 LAPE 4.2 36 LENANGGUAR 23.4 37 MOYOHILIR 36.6 38 MOYOHULU 12.0 39 PLAMPANG 37.2 40 MOYO UTARA 3.6 41 STAMET SUMBAWA 21.0 42 UTAN 19.2 43 SETELUK 51.2 44 TALIWANG 33.6
Juni 10.2 6 4.2 7.2 5.4 18 5.4 0 1.2 6 10.8 18.6 29.4 28.2 29.4 12 27 27 10.2 35.4 6 13.8 5.4 12 20.4 13.8 15 13.2 7.2 6.6 7.2 21.6 4.2 4.2 0 4.2 6.6 0 0 0 7.2 10.8 21.6 10.2
Pe Juli 0 0 1.2 1.2 0 6 1.2 1.2 1.2 4.8 11.4 28.2 18 0 21.6 9.6 19.2 15 5.4 25.2 11.4 5.4 3 10.2 11.4 11.4 10.8 9.6 3 3.6 5.4 12.6 0 0.6 0 0 1.8 0 1.8 0 0 4.8 15 11.4
Agust 4.8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3.6 1.8 0 8.4 0 0.6 0 0 0 0 0 0 0 0 2.4 0 1.8 0 0 0 1.8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0
Sep 0 0 0 0 0 6.6 0 0 0 4.8 19.2 27 18 0 28.8 7.8 26.4 36.6 7.8 36 8.4 25.2 13.8 8.4 19.2 31.2 29.4 7.8 6.6 8.4 0 4.8 1.8 2.4 0 3.6 2.4 0 4.8 0 1.2 1.8 14.4 11.4
Mei 79 79 79 79 79 79 79 79 79 79 77 77 77 77 77 77 77 77 77 77 77 77 77 77 77 77 77 77 77 77 77 78 78 78 78 78 78 78 78 78 78 78 78 78
ETc Bulanan Juni Juli Agust 138 174 155 138 174 155 138 174 155 138 174 155 138 174 155 138 174 155 138 174 155 138 174 155 138 174 155 138 174 155 136 170 150 136 170 150 136 170 150 136 170 150 134 168 148 134 168 148 134 168 148 134 168 148 134 168 148 134 168 148 134 168 148 134 168 148 134 168 148 134 168 148 134 168 148 134 168 148 134 168 148 134 168 148 134 168 148 134 168 148 134 168 148 137 172 153 137 172 153 137 172 153 137 172 153 137 172 153 137 172 153 137 172 153 137 172 153 137 172 153 137 172 153 137 172 153 137 172 153 137 172 153
12
Sep 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
IN (Liter/M²/Bulan) Bulanan Mei Juni Juli Agust Sep 21.9 128.1 173.8 149.8 51.3 64.3 132.3 173.8 154.6 51.3 67.9 134.1 172.6 154.6 51.3 60.1 131.1 172.6 154.6 51.3 58.9 132.9 173.8 154.6 51.3 43.9 120.3 167.8 154.6 44.7 67.9 132.9 172.6 154.6 51.3 77.5 138.3 172.6 154.6 51.3 60.1 137.1 172.6 154.6 51.3 29.9 132.3 169.0 154.6 46.5 45.1 124.8 158.3 149.8 29.9 7.3 117.0 141.5 146.2 22.1 12.1 106.2 151.7 148.0 31.1 76.9 107.4 169.7 149.8 49.1 0.7 104.8 146.0 139.4 19.9 34.3 122.2 158.0 147.8 40.9 21.5 107.2 148.4 147.2 22.3 0.0 107.2 152.6 147.8 12.1 24.7 124.0 162.2 147.8 40.9 0.0 98.8 142.4 147.8 12.7 46.7 128.2 156.2 147.8 40.3 49.1 120.4 162.2 147.8 23.5 60.5 128.8 164.6 147.8 34.9 25.5 122.2 157.4 147.8 40.3 1.5 113.8 156.2 147.8 29.5 38.3 120.4 156.2 145.4 17.5 25.5 119.2 156.8 147.8 19.3 47.9 121.0 158.0 146.0 40.9 53.3 127.0 164.6 147.8 42.1 47.3 127.6 164.0 147.8 40.3 56.9 127.0 162.2 147.8 48.7 31.3 115.8 159.7 151.2 45.6 45.3 133.2 172.3 153.0 48.6 49.5 133.2 171.7 153.0 48.0 73.5 137.4 172.3 153.0 50.4 54.3 133.2 172.3 153.0 46.8 41.1 130.8 170.5 153.0 48.0 65.7 137.4 172.3 153.0 50.4 40.5 137.4 170.5 153.0 45.6 74.1 137.4 172.3 153.0 50.4 56.7 130.2 172.3 153.0 49.2 58.5 126.6 167.5 153.0 48.6 26.5 115.8 157.3 150.0 36.0 44.1 127.2 160.9 153.0 39.0
IN (Liter/M²/Hari) Harian Mei Juni Juli Agust Sep 0.7 4.3 5.8 5.0 1.7 2.1 4.4 5.8 5.2 1.7 2.3 4.5 5.8 5.2 1.7 2.0 4.4 5.8 5.2 1.7 2.0 4.4 5.8 5.2 1.7 1.5 4.0 5.6 5.2 1.5 2.3 4.4 5.8 5.2 1.7 2.6 4.6 5.8 5.2 1.7 2.0 4.6 5.8 5.2 1.7 1.0 4.4 5.6 5.2 1.6 1.5 4.2 5.3 5.0 1.0 0.2 3.9 4.7 4.9 0.7 0.4 3.5 5.1 4.9 1.0 2.6 3.6 5.7 5.0 1.6 0.0 3.5 4.9 4.6 0.7 1.1 4.1 5.3 4.9 1.4 0.7 3.6 4.9 4.9 0.7 0.0 3.6 5.1 4.9 0.4 0.8 4.1 5.4 4.9 1.4 0.0 3.3 4.7 4.9 0.4 1.6 4.3 5.2 4.9 1.3 1.6 4.0 5.4 4.9 0.8 2.0 4.3 5.5 4.9 1.2 0.8 4.1 5.2 4.9 1.3 0.0 3.8 5.2 4.9 1.0 1.3 4.0 5.2 4.8 0.6 0.8 4.0 5.2 4.9 0.6 1.6 4.0 5.3 4.9 1.4 1.8 4.2 5.5 4.9 1.4 1.6 4.3 5.5 4.9 1.3 1.9 4.2 5.4 4.9 1.6 1.0 3.9 5.3 5.0 1.5 1.5 4.4 5.7 5.1 1.6 1.7 4.4 5.7 5.1 1.6 2.5 4.6 5.7 5.1 1.7 1.8 4.4 5.7 5.1 1.6 1.4 4.4 5.7 5.1 1.6 2.2 4.6 5.7 5.1 1.7 1.4 4.6 5.7 5.1 1.5 2.5 4.6 5.7 5.1 1.7 1.9 4.3 5.7 5.1 1.6 2.0 4.2 5.6 5.1 1.6 0.9 3.9 5.2 5.0 1.2 1.5 4.2 5.4 5.1 1.3
Dari data 44 pos hujan kerjasama terlihat bahwa kebutuhan air irigasi paling rendah untuk tanaman kedelai ada pada bulan Mei di saat phase pertumbuhan (IS). Hal ini juga ditunjang oleh keadaan curah hujan rata-rata yang masih cukup tinggi pada bulan tersebut, sedangkan kebutuhan irigasi teringgi ada pada bulan Juli dan Agustus dimana curah hujan mencapai titik terendah di saat tanaman kedelai memasuki phase MSS atau phase pertumbuhan generatif dan membutuhkan air yang cukup untuk pembentukan biji. Kebutuhan air irigasi harian di seluruh wilayah di Prov. NTB di peta kan sebagaimana yang terlihat pada hasil pemetaan spasial. Wilayah yang tidak terwakili data pengamatan curah hujan di prakirakan menggunakan metode interpolasi Inverse Distance Weighted (IDW), dengan menggunakan data IN dari 44 pos hujan kerjasama sebagai acuan untuk kepentingan analisis spasial, nilai IN pada tabel 5 dibulatkan ke atas menuju kelipatan 0.5 liter (L) terdekat.
Gambar 3. Peta Kebutuhan Air Irigasi Rata-Rata Harian untuk Tanaman Kedelai pada Periode Mei-September di Prov. NTB Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa Bulan Mei merupakan bulan paling basah pada periode Musim Kemarau di NTB, terlihat dari distribusi spasial nilai IN pada bulan Mei. Nilai IN terendah pada bulan Mei terdistribusi di hampir diseluruh wilayah di NTB dengan nilai sebesar 0 - 2.5 mm/hari. Secara umum mulai pada bulan Juni terjadi penurunan curah hujan secara signifikan. Kebutuhan irigasi bulan Juni berkisar antara 3.5 - 5.0 mm/hari dengan kebutuhan air terbesar (5.0 mm/hari) terdistribusi di wilayah Kab. Bima (Kec. Woha dan Belo). Kebutuhan irigasi pada bulan Juli sangat tinggi yaitu mencapai nilai 5.0 6.0 mm/hari, sebab pada bulan Juli di Prov. NTB merupakan puncak musim kemarau, dengan nilai IN tertinggi meliputi sebagian besar wilayah di NTB. Secara umum wilayah NTB pada bulan Agustus Kebutuhan air irigasi masih cukup tinggi yaitu antara 5.0 - 5.5 mm/hari. Dimana pada bulan Agustus kebutuhan air masih sangat diperlukan oleh tanaman guna menunjang phase generatif nya.
13
Memasuki bulan September terjadi peningkatan curah hujan dan penurunan kebutuhan irigasi di beberapa wilayah di Prov. NTB. Pada bulan tersebut kebutuhan irigasi berkisar antara 0.5 - 2.0 mm/hari. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data untuk kajian kebutuhan air irigasi rata-rata harian untuk tanaman kedelai di Prov. NTB dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Kebutuhan air irigasi rata-rata harian untuk tanaman kedelai di Prov. NTB berbeda-beda tergantung dari wilayah dan waktu tanam. b. Kebutuhan air irigasi rata-rata harian untuk tanaman kedelai di Prov. NTB pada bulan Mei berkisar antara 0 - 2.5 mm/hari, pada bulan Juni berkisar antara 3.5 - 5.0 mm/hari, pada bulan Juli berkisar antara 5.0 6.0 mm/hari, pada bulan Agustus berkisar antara 5.0 – 5.5 mm/hari dan pada bulan September berkisar antara 0.5 hingga 2.0 mm/hari. Kebutuhan air irigasi dalam satuan luasan ditentukan dengan mengalikan kebutuhan irigasi dalam (mm/hari) dengan luas tanaman kedelai. Saran a.
b.
Analisis spasial kebutuhan air irigasi perlu dipertajam dan diperdalam dengan mempertimbangkan ketinggian tempat yang sesuai bagi tanaman kedelai dan tata guna lahan. Penelitian dapat dikembangkan untuk komoditas tanaman pangan yang lain.
14
DAFTAR PUSTAKA Arsyad, D. M., & Sembiring, H. (2003). Pengembangan Tanaman KacangKacangan Di Nusa Tenggara Barat. Jurnal Litbang Pertanian, 22(1), 9. As-syakur, A. R., Nuarsa, I. W., & Sunarta, I. N. (2012). Pemutakhiran Peta Agroklimat Klasifikasi Oldeman Di Pulau Lombok Dengan Aplikasi Sistem Informasi Geografi. Bali. Penelitian Masalah Lingkungan di Indonesia 2010: 79-87 Baihaqi, Anas. (2014). Pengaruh Curah Hujan Terhadap Luas Serangan Penyakit Blas (Pyricularia Oryzae Cavara) di Lombok Tengah. Mataram. Skripsi Fakultas Pertanian, Universitas 45 Mataram. Brouwer, C. & Heibloem, M. (1986). Irrigation Water Needs. Netherland. The International Institute for Land Reclamation and Improvement. FAO.1977. Crop Water Requirements, FAO Irrigation and Drainage Paper Rahman,T., Tekan Impor Mentan Siapkan 700 Hektare Lahan Kedelai. http://www.republika.co.id/berita/kementan/beritakementan/15/10/27/nwvj1p219-tekan-impor-mentan-siapkan-700-ribuhektare-lahan-kedelai. Diakses pada tanggal 1 November 2015. Rukmana, Rahmat & Yuniarsih, Yuyun. (1996). Kedelai, Budidaya dan Pascapanen. Yogyakarta. Penerbit Kanisius Yogyakarta. Sumanto. (2009). Statistika Deskriptif. Yogyakarta. Penerbit CAPS (Center of Academic Publishing Service)
15