HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN PROGRAM PENGABDIAN PADA MASYARAKAT a.
Judul Program
:
b. c. d.
Jenis Program Bidang Kegiatan Identitas Pelaksana
: : :
1. Ketua Nama NIP Pangkat/Gol Alamat Kantor Alamat Rumah 2. Anggota 1 Nama NIP Pangkat/Gol Alamat Kantor Alamat Rumah 3. Anggota 2 Nama NIP Pangkat/Gol. Alamat kantor Alamat Rumah
e. f.
4. Anggota 3 Nama NIP Pangkat/Gol. Alamat kantor Alamat Rumah Biaya yang diperlukan Lama Kegiatan
Pelatihan Keterampilan Dasar Laboratorium (Basic Laboratory Skill) Bagi Staf Laboratorium IPA SMP Se-Kabupaten Buleleng Pelatihan Pengabdian kepada Masyarakat
: : : : :
Drs. I Dewa Putu Subamia, M.Pd. 19670424199903 1 001 Penata/III.c Kampus Undiksha, Jl. Udayana Singaraja Jl. Srikandi, Gg. Mawar I/4, Singaraja
: : : : :
I Nyoman Sukarta, S.Pd., M.Si 197602062005011002 Penata/III.c Kampus Undiksha, Jl. Udayana Singaraja Perum Asri Agung Persada No. B,4 Singaraja
: : : : :
Dr. I Dewa Ketut Sastrawidana, S.Si, M.Si 196804171995011001 Lektor Kepala/IV a Kampus Undiksha, Jl. Udayana Singaraja BTN Banyuning Indah Blok I No. 11 Singaraja
: : : : :
I Gusti Ayu Nyoman Sri Wahyuni, S.Pd. 19720413199802 2 002 Penata Tingkat 1/III.d Undiksha, Jl. Udayana Singaraja Jl. Jendral Sudirman, Gg. V/2 Singaraja
: :
Rp 5.000.000,00 (Lima juta rupiah) 8 (delapan) bulan (Maret-Nopember 2012)
.
Mengetahui: Dekan Fakultas MIPA Universitas Pendidikan Ganesha,
Singaraja, 31 Oktober 2012 Ketua Pelaksana,
Prof. Dr. Ida Bagus Putu Arnyana, M.Si NIP. 195812311986011005
Drs. I Drs.I DewaDewa Putu Putu Subamia, Subamia, M.PdM.Pd NIP. 19670424199903 1 001
Mengetahui Ketua LPM Undiksha, Prof. Dr. Ketut Suma, M.S NIP. 19590101198403 1003 ii
RINGKASAN Telah dilaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat (P2M) dalam bentuk pelatihan keterampilan dasar laboratorium (basic laboratory skill) bagi staf laboratorium IPA SMP se-Kabupaten Buleleng. Kegiatan yang bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dasar staf laboratorium IPA SMP tersebut dilaksanakan dalam dua tahap, in service dan on service mulai tanggal 21-29 September 2012. Nara sumber pada kegiatan tersebut adalah Drs. I Dewa Putu Subamia, M.Pd, dkk. Materi pelatihan meliputi organisasi dan administrasi laboratorium, tata kelola alat-alat dan bahan laboratorium IPA, keterampilan menggunakan alat-alat dasar lab IPA (basic laboratory skills), dan keamanan dan keselamatan kerja (K3). Evaluasi kegiatan ini dilakukan terhadap proses dan output kegiatan. Penskoran dilakukan dengan skala Likert dan dianalisis secara statistik deskriptif. Berdasarkan indikator-indikator yang telah dievalusi, proses kegiatan P2M ini dinyatakan berhasil dengan kategori baik . Simpulannya, setelah mengikuti pelatihan, peserta kegiatan P2M ini memahami dengan baik kompetensi yang harus dimiliki tenaga laboratorium IPA SMP, pelatihan yang telah diselenggarakan mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dasar laboratorium bagi staf laboratorium IPA SMP peserta pelatihan, kinerja tenaga laboratorium IPA menjadi lebih baik, dan kegiatan P2M ini disambut positif oleh peserta pelatihan karena mereka mendapatkan banyak informasi tentang pengetahuan dan keterampilan dasar laboratorium IPA SMP dan mampu mentransformasi diri manjadi lebih terampil menata laboratorium di sekolah masing-masing. Kata-kata kunci: pelatihan, keterampilan dasar laboratorium SUMMARY Have been carried out community service activities (P2M) in the form of basic skills training laboratory (basic laboratory skills) for science laboratory staff of junior high school of Buleleng regency. Activities aimed at improving the knowledge and basic skills of science laboratory staff of junior high school was conducted in two phases, in service and on service, starting on September 21 to 29 2012. Resource persons at the event were Drs. I Dewa Putu Subamia, M.Ed, et al. The training materials include the organization and administration of the laboratory, governance tools and materials science lab, skills to use the tools basic science lab (basic laboratory skills), and security and safety (K3). Evaluation was conducted on the process and output activities. Scoring done with Likert scale and analyzed by descriptive statistics. Based on the indicators that have been evaluated, the activity P2M is declared successful good category. Conclusion, after the training, the participants in the P2M is a good understanding of competency to be held science lab personnel, the training has been conducted to improve the knowledge and basic skills lab for the science laboratory staff trainee, the quality performance of science laboratory staff to be better than previously, and the activities of P2M was greeted positively by the trainees as they get a lot of information about the knowledge and basic skills laboratory, so they were able to transform themselves become more skilled at managing labs in each schools. Key words: training, basic skills lab
iii
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa (Ida Sang Hyang Widhi Wasa), karena berkat rahmat serta tuntunan-Nya penyelenggaraan kegiatan P2M sampai penyusunan laporan ini dapat terselesaikan tanpa hambatan. Kegiatan P2M ini dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dasar staf laboratorium IPA SMP. Dalam perencanaan sampai dengan penulisan laporan P2M ini kami banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, untuk itu sepatutnya kami mengucapkan terima kasih yang mendalam kepada: 1. Ketua Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Pendidikan Ganesha atas penugasan dan dana yang diberikan untuk menyelenggarakan P2M ini. 2. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng yang telah merekomendasi pelaksanaan kegiatan ini. 3. Kepala sekolah serta staf/tenaga laboratorium IPA SMP se-Kabupaten Buleleng yang telah ikut serta dalam pelatihan ini. 4. Rekan-rekan staf laboran dan staf dosen serta mahasiswa FMIPA yang telah membantu terlaksananya kegiatan ini. 5. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu yang juga telah membantu dalam penyelenggaraan kegiatan P2M ini. Akhirnya, kami berharap semoga laporan P2M ini ada manfaatnya, terutama bagi mereka yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang keterampilan dasar laboratorium IPA SMP. Saran dan kritik dari pembaca juga sangat kami harapkan. Terima kasih.
Singaraja, Oktober 2012 Pelaksana P2M
iv
DAFTAR ISI
JUDUL HALAMAN PENGESAHAN RINGKASAN DAN SUMMARY KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
BAB V
……………………………. …………………………… …………………………… …………………………… …………………………… ……………………………
PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi …………………………………………………. 1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah …………………………… 1.3 Tujuan Kegiatan ………………………………………………… 1.4 Manfaat Kegiatan ……………………………………………….. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Posisi Laboratorium dalam Pembelajaran IPA …………………. 2.2 Standar Kualifikasi Tenaga Laboratorium Sekolah/Madrasah …. 2.3 Pengetahuan Tentang Zat – Zat Kimia Beserta Sifat Fisika dan Sifat Kimia ……………………………………………………… 2.4 Penataan, Penyimpanan dan Perawatan Alat di Laboratorium IPA …………………………………………………………….. 2.5 Keamanan dan Keselamatn Kerja di Laboratorium …………… 2.6 Keterampilan Dasar Penggunaan Alat-alat Laboratorium ……..
ii iii iv v vii vii
1 1 2 2
3 4 5
6 11 14
MOTODE PELAKSANAAN 3.1 Kerangka Pemecahan Masalah …………………………………. 3.2 Realisasi Pemecahan Masalah ………………………………….. 3.3 Khalayak Sasaran Strategis …………………………………….. 3.4 Keterkaitan ……………………………………………………… 3.5 Metode yang Digunakan ………………………………………... 3.6 Evaluasi ………………………………………………………….
15 16 16 16 17 18
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pelaksanaan Kegiatan Pengabdian ……………………….. 4.2 Pembahasan ……………………………………………………..
20 25
SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan …………………………………………………………. 5.2 Saran ……………………………………………………………...
28 28 29
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Lampiran 1: Lembar Monitoring Pelaksanaan Kegiatan P2M
v
Lampiran 2 : Foto-foto Dokumentasi Kegiatan Lampiran 3: Daftar Hadir Peserta Kegiatan Pelatihan Lampiran 4: Arsip surat-surat administrasi kegiatan Lampiran 5: Jadwal Kegiatan Pelatihan Lampiran 6: Format Penilaian dan Contoh Hasil Penilaian Kegiatan Lampiran 7: Contoh Laporan Hasil Magang Peserta Pelatihan Lampiran 8: Makalah Materi Pelatihan Lampiran 9: Surat Perjanjian Kerja Pengabdian Kepada Masyarakat
vi
DAFTAR TABEL
Tabel
Judul Tabel
Halaman
3.1
Alternatif Pemecahan Masalah
15
3.2
Keterkaitan Masalah dan Metode Kegiatan
17
4.1
Hasil Tes Tulis Pengetahuan Keterampilan Dasar Laboratorium
21
4.2
Hasil Penilaian Kinerja
22
(Keterampilan Dasar Menggunakan Alat-Alat Laboratorium) 4.3
Rekap Hasil Angket Respon Peserta Pelatihan
24
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Bagan Alur Evaluasi Kegiatan
halaman 18
vii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi Rendahnya
keterampilan
dasar
berlaboratorium
berkorelasi
terhadap
rendahnya frekuensi penggunaan laboratorium dan terlantarnya keberadaan laboratorium IPA SMP. Selanjutnya akan berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar IPA. Hal tersebut memberi sinyalemen kuat bahwa pemberdayaan pengetahuan dan keterampilan dasar berlaboratorium bagi staf/tenaga laboratorium sangatlah penting. Di samping itu, tuntutan kompetensi tenaga laboratorium sekolah patut dijadikan pertimbangan pentingnya setiap staf dibekali keterampilan dasar sesuai bidangnya. Hasil observasi di beberapa sekolah (SMP) di Kabupaten Buleleng menunjukkan bahwa umumnya para guru IPA kurang menguasai teknik mengelola alat, bahan dan keselamatan kerja di laboratorium. Demikian pula kualifikasi pendidikan tenaga yang ditugaskan di laboratorium umumnya tidak sesuai dengan persyaratan kompetensi tenaga laboratorium sekolah. Di sisi lain, upaya peningkatan kompetensi tenaga laboratorium sekolah di Kabupeten Buleleng masih sangat minim. Hasil observasi ini diperkuat oleh pernyataan beberapa kepala sekolah SMP serta Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng yang menyatakan bahwa pelatihan keterampilan dasar berlaboratorium bagi staf yang ditugaskan di laboratorium (IPA khususnya) sangat diperlukan. Berdasarkan analisis situasi tersebut maka sangat perlu kiranya memberikan pelatihan keterampilan dasar laboratorium bagi staf/tenaga laboratorium IPA SMP sehingga tenaga laboratorium dapat bekerja sesuai dengan standar kompetensi yang dipersyaratkan. Dengan demikian nantinya diharapkan tenaga laboratorium sekolah menjadi lebih profesional.
1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah Keberadaan staf/petugas laboratorium yang profesional merupakan aspek yang sangat penting sebagai pendukung berlangsungnya proses pembelajaran IPA. Namun di sisi lain upaya-upaya untuk meningkatkan profesionalitas para pengelola
8
laboratorium tersebut belum diupayakan secara optimal. Beranjak dari kondisi itu, permasalahan dalam pengabdian masyarakat ini dapat dirumuskan sebagai berikut. a) Kompetensi dasar apa saja yang dipersyaratkan bagi tenaga laboratorium IPA SMP? b) Apakah melalui pemberian pelatihan keterampilan dasar laboratorium dapat meningkatkan kompetensi pengetahuan dan keterampilan tenaga laboratorium IPA SMP?
1.3 Tujuan Kegiatan Secara umum kegiatan pengabdian pada masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi tenaga laboratorium IPA SMP di Kabupaten Buleleng. Secara spesifik tujuan pelatihan keterampilan dasar laboratorium ini adalah sebagai berikut. 1) Memberi pemahaman kompetensi yang harus dimiliki tenaga laboratorium IPA SMP. 2) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dasar staf laboratorium IPA SMP se-Kabupaten Buleleng. 3) Meningkatkan kualitas kinerja tenaga laboratorium IPA SMP se-Kabupaten Buleleng.
1.4 Manfaat Kegiatan Hasil kegiatan pengabdian pada masyarakat ini akan memberikan kontribusi positif dalam peningkatan profesionalisme staf laboratorium sekolah SMP di Kabupaten Buleleng. Secara eksplisit manfaat kegiatan ini adalah sebagai berikut: 1) Staf laboratorium yang terlibat dalam kegiatan ini memperoleh tambahan pengetahuan dan keterampilan dasar kerja di laboratorium. 2) Bagi sekalolah terkait secara tidak langsung juga memperoleh manfaat dari meningkatnya kualitas SDM yang dimiliki. 3) Manfaat yang diperoleh bagi staf akademik Universitas Pendidikan Ganesha adalah dapat melaksanakan salah satu dharama dari tri dharma perguruan tinggi, yaitu Pengabdian Pada Masyarakat.
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Posisi Laboratorium dalam Pembelajaran IPA Laboratorium adalah suatu ruangan tempat seseorang melakukan berbagai pekerjaan yang berhubungan dengan kegiatan verifikasi (pembuktian), pengujian, pengukuran atau penelitian. Sebenarnya laboratorium tidak selalu berkaitan dengan ruangan. Alam semesta merupakan laboratorium yang maha lengkap (Anna P, 2007). Menurut Padmawinata, dkk (1981), laboratorium dalam pembelajaran IPA merupakan tempat di mana guru dan siswa melakukan percobaan dan penelitian. Lebih lanjut, Konsorsium Ilmu Pendidikan membuat definisi operasional tentang laboratorium sebagai perangkat kelengkapan akademik, di samping buku dan media lainnya, yang di dalamnya menyangkut prasarana, sarana, dan mekanisme. Khusus untuk laboratorium IPA, sebagai sebuah perangkat akademik, fungsi laboratorium tidaklah sekedar pendukung pembelajaran, tetapi merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran IPA. Apalagi, ilmu pengetahuan alam, walaupun tidak seutuhnya, merupakan ilmu yang berbasis eksperimen. Dalam posisi tersebut fungsi laboratorium adalah sebagai tempat untuk memahami konsep-konsep IPA, membuktikan berbagai konsep IPA, dan melakukan penelitian ilmiah (Dikti. 2004). Laboratorium menjadi tempat yang paling ideal dalam pembelajaran proses dan sikap ilmiah. Selanjutnya, pendekatan yang paling utama dalam pembelajaran IPA adalah pendekatan menemukan sendiri (inkuiri), melalui langkah-langkah kerja ilmiah, seperti mengamati, mengumpulkan data, mengukur, memaknai data, menarik kesimpulan, dan sebagainya (Depdibud, 1995). Lewat kegiatan tersebut pebelajar akan memperoleh pengalaman langsung, yang sering disebut “pengalaman tangan pertama.” Ada beberapa jenis laboratorium di tingkat perguruan tinggi antara lain : Laboratorium Pengajaran (Teaching Laboratory), Laboratorium Penelitian (Research Laboratory), Laboratorium penelitian terpadu (Multidisipile Laboratory) (Milo Koretsky, at.al. 2011). Peranan laboratorium pada kegiatan pendidikan adalah merupakan bagian dari proses belajar-mengajar berupa praktikum yang obyeknya sesuai dengan Satuan Acara Perkuliahan (Dtjen Dikti, 2002). Di samping melatih keterampilan, kegiatan 10
lab juga berperan dalam melatih dan mengembangkan nilai – nilai sikap ilmiah seperti kritis, objektif, kreatif, skeptis, terbuka, disiplin, tekun, mengakui kelebihan orang lain dan kekurangan diri sendiri dan lain – lain. Keberadaan laboratorium penelitian dan laboratorium terpadu biasanya ditujukan untuk menunjang kegiatan penelitian baik untuk program lanjutan, penelitian mandiri, maupun untuk pengembangan pendidikan (Santoso, T. T. 2010). Untuk itu diperlukan suasana laboratorium yang cukup baik, yakni : memungkinkan para praktikan dapat berinteraksi/berperan aktif dalam melakukan praktikum., terciptanya situasi diskusi yang berkaitan dengan materi praktikum, menjamin terlaksananya praktikum yang berkesinambungan (cukup tersedia bahan/alat praktikum), memungkinkan praktikan bekerja mandiri, serta tersedianya sumber informasi/data yang diperlukan untuk suatu praktikum dengan baik dan akurat. Semua kegiatan yang dilakukan di laboratorium memerlukan adanya suatu administrasi yang teratur, rapi dan tertata dengan baik, sehingga laboratorium dapat berfungsi secara optimal. Untuk menjamin semua itu dibutuhkan tenaga laboratorium yang memenuhi standar. 2.2 Standar Kualifikasi Tenaga Laboratorium Sekolah/Madrasah Menurut Permen Pendidikan Nasional No. 26 Tahun 2008, standar tenaga laboratorium sekolah/madrasah mencakup kepala laboratorium sekolah/madrasah, teknisi laboratorium Sekolah/Madrasah, dan laboran sekolah/madrasah. Kualifikasi kepala laboratorium Sekolah/Madrasah adalah sebagai berikut: a. Jalur Guru 1) Pendidikan minimal S1; 2) Berpengalaman minimal 3 tahun sebagai pengelola praktikum; 3) Memiliki sertifikat kepala laboratorium sekolah/madrasah dari perguruan tinggi atau lembaga lain yang ditetapkan oleh pemerintah. b. Jalur Laboran/Teknisi 1) Pendidikan minimal diploma tiga (D3); 2) Berpengalaman minimal 5 tahun sebagai laboran atau teknisi; 3) Memiliki sertifikat kepala laboratorium sekolah/madrasah dari perguruan tinggi atau lembaga lain yang ditetapkan oleh pemerintah.
11
2.3 Pengetahuan Tentang Zat – Zat Kimia Beserta Sifat Fisika dan Sifat Kimia Pengetahuan zat-zat kimia merupakan bagian dari ilmu kimia yang cakupannya sangat luas. Pengetahuan ini sangat penting bagi staf yang bekerja di laboratorium untuk memahami bahan-bahan yang digunakan agar tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan bahan yang disebabkan kurang pengetahuan mengenai bahan tersebut. Pada setiap laboratorium bahan-bahan kimia yang digunakan sangat beragam. Pengetahuan zat-zat kimika yang dimaksud di sini adalah pengetahuan mengenai zat-zat kimia secara umum yang terdapat pada hampir di semua laboratorium kimia (Jones, Stewart. 2001) Secara garis besarnya zat kimia dapat digolongkan menjadi senyawa anorganik dan senyawa organik. Cara memahami zat-zat tersebut sangat berbeda. Senyawa anorganik digolongkan menjadi asam, basa , garam, oksida, oksidator dan reduktor. Senyawa organik digolongkan atas senyawa hidrokarbon dan senyawa turunan hidrokarbon. Cara memahami zat organik bergantung pada gugus fungsi dan rumus strukturnya. Salah satu hal penting yang perlu diketahui tentang zat kimia adalah pengetahuan sifat-sifatnya, baik sifat fisik maupun sifat kimianya. Beberapa sifat yang perlu diketahui adalah : wujud, warna, bau, titik nyala (mudah terbakar atau tidak), bersifat racun atau bukan, higroskopis atau tidak, sensitifitas terhadap cahaya, dapat tidaknya merusak kulit, mudah terurai atau tidak, mudah menguap atau tidak mudah bereaksi dengan zat tertentu atu tidak dan sifat-sifat lainnya (Widarto. 2005). Pengetahuan dan keterampilan menyimpan bahan kimia di laboratorium juga sangat penting. Keamanan kerja di laboratorium terjamin apabila peyimpan bahan rapih dan terencana. Ruang penyimpanan harus ada yang khusus dengan ventilasi dan penerangan yang baik. Dalam penyimpanan tidak boleh diletakkan bersama atau bersebelahan sifat bahan yang bertentangan. Keteratutan dan kebersihan harus dipelihara terus menerus. Penyimpanan, pengambilan dan pengembalian bahan harus diikuti prosedur yang menjamin keamanan (Soemanto I. 2007). Penataan bahan kimia diperlukan untuk meemudahkan kontrol keluar/masuk bahan, memudahkan pencarian bahan, membantu rencana pengadaan bahan, meningkatkan efisiensi penggunaa dana, memperlancar operasional laboratorium, serta mempermudah pengawasan dan kegiatan evaluasi. Konsep penyimpanan bahan
12
kimia harus memperhatikan dua hal berikut: aman (terhadap bahaya kebakaran, untuk keselamatan semua orang), teratur (mudah ditelusuri, mudah diperoleh). Penyimpanan bahan kimia secara umum dapat dibagi menjadi tiga yaitu: 1. Secara alphabet (alphabetical method), botol-botol bahan disusun berdasarkan huruf secara alphabet. 2. Berdasarkan golongan (family method), botol-botol bahan disusun berdasarkan klasifikasi sistem periodic, misalnya semua golongan alkali dikelompokkan bersama, demikian juga dengan alkali tanah, dsb. 3. Secara kelompok (group method), botol-botol bahan diurutkan berdasarkan urutan dalam analisis kualitatif, yaitu perak, timah hitam, dan garam-garam merkuri dikelompokkan bersama (Koesmadji W, dkk, 2000). Berdasarkan sifatnya bahan kimia dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1) Bahan mudah terbakar; 2) Bahan pengoksidasi; 3) Bahan mudah meledak; 4) Bahan radioaktif; 5) Bahan korosif dan penyebab korosi; dan 6) Bahan beracun Penataan bahan kimia juga dapat dilakukan berdasarka fungsinya, dilakukan berdasarkan kelompok bahan-bahan yang digunakan dalam satu judul praktikum, seperti: 1) kelompok bahan untuk praktikum pemisahan dan pemurnian campuaran (destilasi, penyaringan, kromtografi, estrasi, dll); 2) kelompok bahan untuk praktikum elektrolisis; 3) kelompok bahan untuk praktikum larutan asam basa; 4) kelompok bahan untuk praktikum koloid; 5) kelompok bahan untuk praktikum penentuan orde suatu reaksi, dll. Cara penanganan bahan sisa/bekas Kebiasaan membuang sampah yang tidak tepat seperti membuang sampah laboratorium ke dalam bak cuci sering menimbulkan masalah, terutama jika bahan beracun dan sampah yang dapat menyumbat saluran air. Hal-hal yang dapat dilakukan antara lain: 1) Pengenceran, 2) Perlakuan kimia; 3) Pengumpulan; 4) Penguburan; 5) Pembakaran; dan 6) Lemari uap (Khasani, S. I. 2001). 2.4 Penataan, Penyimpanan dan Perawatan Alat di Laboratorium IPA 2.4.1 Pengelompokan alat-alat di Laboratorium IPA Pengelompokan berdasarkan jenis bahan pembuatnya. Pengelompokan alat dapat dibagi kedalam kelompok jenis gelas, barang elektronik dan mekanik. Umumnya alat-alat praktikum di laboratorium terbuat dari bahan yang tahan 13
terhadap panas dan zat kimia. Disamping itu ada beberapa alat yang terbuat dari porselin, logam, kayu, plastik, dan karet. 2.4.2 Penataan dan Penyimpanan Alat-Alat di Laboratorium Cara penyimpanan peralatan dan perlengkapan laboratorium memegang peran yang amat penting pada kelancaran kegiatan laboratorium (seperti praktikum) dan keselamatan (orang dan alat). Penyimpanan yang tidak direncanakan dengan baik berdampak pada pelaksanaan praktikum menjadi kurang efisien. Cara penyimpanan alat yang tepat dapat memperpanjang umur pakai ”life time” peralatan. Dalam praktiknya masalah penataan dan penyimpanan alat biasanya ditentukan oleh keadaan laboratorium, artinya ditentukan oleh susunan keadaan laboratorium, keadaan perabot dan keadaan gudang/ruang penyimpanan. Namun pada prinsipnya harus memperhatikan dua hal berikut yakni aman (baik bagi pemakai maupun bagi alat itu sendiri), dan teratur (mudah ditelusuri, mudah dicari, dan mudah diambil). Dalam penataan dan penyimpanan alat agar diperhatikan hal – hal berikut ini (Subamia dan Wiratini. 2008): (1) Kondisi alat Berdasarkan kondisi alat, peralatan praktikum dapat dibagi menjadi beberapa kelompok alat misalnya : a Alat siap pakai b Alat tidak siap pakai c Alat rusak d Alat cadangan (spare parts) (2) Frekuensi penggunaan alat Alat yang sering digunakan, alat yang boleh diambil sendiri oleh siswa, dan alat-alat yang mahal hendaknya ditempatkan di tempat yang berbeda. Alat yang sering digunakan hendaknya disimpan sedemikian sehingga mudah diambil dan mudah dikembalikan. (3) Spesifikasi dan jenis alat Alat disimpan sesuai kelompok/spesifikasinya yang sama seperti alat optik, alat elektronik, alat dari gelas, alat dari besi dll. Tiap jenis alat disimpan secara berurut misalnya sesuai dengan ukuran (dari ukuran kecil sampai ukuran besar). Masing – masing kelompok alat umumnya membutuhkan kondisi yang bersifat khusus (disesuaikan). 14
Alat-alat
kimia
yang
sebagian
besar
terbuat
dari
kaca
penyimpanannya didasarkan atas jenis alat, seperti :tabung reaksi, gelas kimia, labu erlenmeyer dan labu-labu yang lainnya, corong, buret dan pipet, termometer, pinggan porselin, gelas ukur, kaki tiga, statif dan lain-lain. Alat-alat untuk percobaan biologi juga dikumpulkan menurut jenisnya. Alat-alat untuk percobaan fisika, biasanya dikumpulkan menurut golongan percobaannya, seperti :percobaan sifat-sifat benda, kalor (panas), bunyi dan gelombang, optik, magnet dan listrik, fisika modern, dlll. Alat-alat yang digunakan untuk beberapa jenis percobaan, misalnya termometer yang juga dipakai untuk percobaan panas dan listrik, disimpan di suatu tempat khusus untuk alat aneka guna. (4) Penyimpanan berdasarkan bahan alat Alat-alat yang terbuat dari kaca/gelas disimpan menjadi satu kumpulan. Demikian pula alat-alat dari bahan kayu, besi, porselin dan sebagainya. (5) Penyimpanan berdasarkan modul atau set/kit alat Ada kalanya penyimpanan alat menurut jenis modul praktikum lebih praktis, meskipun harus dilakukan secara hat-ihati, karena mungkin satu modul praktikum memerlukan gelas sekaligus besi atau benda keras lainnya. Salah satu alterternatif lain adalah kobinasi antara kedua cara pengelompokan di atas. Selama tidak digunakan praktikum, maka peralatan disimpan sesuai dengan jenis alat. Pada saat akan digunakan dalam praktikum, alat dikelompokkan berdasarkan jenis modul. 2.4.3 Perawatan Alat Yang dimaksud dengan perawataan alat ialah segala upaya secara terus menerus dengan tujuan agar alat/bahan tersebut tetap dalam kedaan baik/siap pakai dan dapat dipakai dalam waktu semaksimal mungkin. Perawatan tersebut dapat berupa : (1) perawatan sehari – hari seperti membersihkan, mengganti label yang rusak, melakukan perbaikan ringan dll; (2) perawatan berkala sesuai dengan tuntutan dalam buku petunjuk alat/bahan bersangkutan, misalnya 6 bulan sekali, setahun sekali dll.
15
Cara Merawat Alat-Alat Lab 1. Merawat alat gelas
Simpan di tempat aman, terpisah dari alat lain, tersusun sesuai jenis
Jangan memanaskan alat yang bukan terbuat dari gelas tahan api (pyrex, Yena, durex)
Jangan memanaskan alat-alat ukur gelas.
Simpan dalam keadaan bersih dan kering.
2. Merawat alat logam Lindungi dari karat, dengan cara dicoating, dicat, atau dibungkus plastik bila tidak digunakan. Usahakan selalu kering, simpan ditempat kering. Jauhkan dari bahan kimia korosif Bersihkan dan kering setelah digunakan 3. Merawat alat dari kayu Usahakan kering agar tidak cepat rapuh Dicat Disemprot dengan bahan insektisida. Simpan ditempat yang kering. 4. Merawat alat dari bahan porselen Simpan ditempan yang aman, hindarkan dari benturan 5. Merawat alat dari karet/plastik •
Jauhkan dari panas, asam, basa atau garam
•
Hindarkan dari bahan/pelarut organik
6. Merawat alat listrik Gunakan kabel yang baik Kontrol selalu sekeringnya scr berkala Jangan menumpuk steker listrik Gunakan stabilisator untuk menghindari fluktuasi tegangan. Putuskan hubungan alat dengan sumber listrik bila tidak digunakan
16
7. Merawat alat optik Alat optik umumnya mahal. Perlu dirawat seksama. Gunakan bahan pengaman higroskopis untuk menjaga agar alat selalu kering. Simpan diruang ber-AC dan kering. Bersihkan alat-alat dengan cara yang benar sesuai SOP alat. 8. Cara merawat lemari asam Dinding dalam lemari dicat tahan asam/ uap pelarut organik/panas Bagian kaca dibersihkan berkala Botol bahan kimia ditutup rapat Cek blower secara berkala Gunakan switch : 110-220 volt Bagian lantai lemari asam terbuat dari bahan tahan asam, tahan pelarut organik dan tahan panas Rusaknya alat-alat kadang-kadang disebabkan karena salah menangani alat itu, misalnya, baterai karena arus pendek, amperemeter rusak karena arus terlalu tinggi. Oleh karena itu, sebelum siswa menggunakan alat yang mudah pecah atau rusak harus diberi perhatian khusus cara penggunaan alat itu. Dalam percobaan listrik, percobaan boleh dilakukan setelah susunannya diperiksa oleh guru. Beberapa upaya untuk mencegah kerusakan alat : Menjaga kebersihan alat. Sebelum disimpan alat harus dibersihkan terlebih dahulu. Buat ketentuan, setiap alat yang rusak atau pecah akibat kelalaian siswa harus diganti. Pahami fungsi utama/cara kerja alat dan bagian-bagiannya Pengoperasian alat dengan benar Perhatikan keterbatasan kemampuan alat Perbaiki dengan segera untuk mencegah kerusakan yang lebih parah Lakukan perawatan secara teratur Lakukan monitoring, pemeriksaan, dan perawatan dengan benar Lakukan kalibrasi Penyimpanan peralatan dengan baik
17
2.5 Keamanan dan Keselamatn Kerja di Laboratorium Merupakan upaya preventif dan pertolongan terhadap kecelakaan sebagai akibat dari desain, sistem, proses dan kegiatan di laboratorium (Academy Savant, eLearning Science. 2012). Setiap laboratorium hendaknya memiliki utility untuk: 1. Kebakaran (Detektor Asap, Sprinkle, Alarm) 2. Kebocoran Gas (Detektor Gas) 3. Pertolongan Pertama Pada Kecelakanan 4. Kecelakaan 5. Kecelakaan merupakan suatu kejadian di luar kemampuan manusia, disebabkan oleh kekuatan dari luar, terjadi dalam sekejap menimbulkan kerusakan terhadap jasmani maupun rohani (WHO) 6. Setiap laboratorium dengan segala desain dan aktifitasnya memiliki potensi untuk terjadinya kecelakaan 7. Dalam laboratorium diupayakan untuk memperkecil resiko terjadinya kecelakaan Sumber Kecelakaan dan Tindakan Preventif A. Sumber Kecelakaaan di Laboratorium 1) Kurangnya pengetahuan dan pemahaman mengenai bahan kimia dan prosesproses serta perlengkapan atau peralatan yang digunakan 2) Petunjuk kegiatan laboratorium tidak jelas dan kurang pengawasan 3) Kurangnya bimbingan terhadap siswa/ mahasiswa yang sedang bekerja di laboratorium 4) Tidak tersedianya perlengkapan keamanan dan pelindung untuk kegiatan 5) Tidak mengikuti petunjuk atau aturan yang seharusnya ditaati 6) Tidak menggunakan perlengkapan pelindung atau menggunakan peralatan/ bahan tidak sesuai 7) Tidak berhati-hati dalam kegiatan
B. Tindakan Preventif 1) Desain dan Penataan ruangan harus memenuhi persyaratan 2) Mengetahui lokasi dan perlengkapan darurat 3) Menggunakan perlengkapan keselematan pada saat bekerja 18
4) Memahami sifat bahan dan memahami kemungkinan bahaya yang terjadi 5) Memberikan tanda/ peringatan pada bahan/alat dalam kegiatan tertentu 6) Bekerja dengan izin dan prosedur yang benar 7) Membuang sisa kegiatan sesuai prosedur pada temapat yang disediakan 8) Membersihkan sisa bahan yang tercecer
C. Potensi kecelakaan di laboratorium Laboratorium sebagai tempat pelaksanaan pembelajaran mempunyai potensi terjadi kecelakaan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh berbagai hal, antara lain jenis kegiatan yang dilakukan, kecerobohan dalam bekerja, ketidaktahuan terhadap potensi kecelakaan, kerusakan alat akibat dari keausan. Kegiatan praktik yang berpotensi menimbulkan kecelakaan antara lain kegiatan praktik yang melibatkan zat-zat berbahaya, misalnya asam pekat, basa, pekat, senyawa-senyawa logam berat (Zn, Ni, Cu, dll); kegiatan praktik yang melibatkan gas; kegiatan praktik yang melibatkan pemanasan, dan lain-lain (The University of New Sout Wals. 2011). Kecerobohan dalam bekerja sangat berpotensi menimbulkan kecelakaan. Beberapa contoh kecerobohan dalam bekerja antara lain membawa larutan dalam keadaan terbuka, memegang alat tidak sesuai dengan prosedur, tidak membersihkan lingkungan kerja dengan baik (tidak membersihkan meja, tidak mencuci tangan), tidak memakai alat pelindung anggota badan, dan lain-lain. Ketidaktahuan praktikan (pekerja di laboratorium) terhadap potensi kecelakaan di laboratorium dapat membahayakan mereka dalam bekerja di laboratorium. Beberapa potensi bahaya di laboratorium antara lain berhubungan dengan penggunaan bahan-bahan beracun, penggunaan alat-alat gelas yang mudah pecah, penggunaan, penggunaan listrik, dan lain-lain. Alat-alat yang digunakan bekerja di laboratorium mempunyai masa pakai tertentu. Alat-alat yang telah aus berpotensi sebagai sumber kecelakaan. Misalnya, alat-alat kaca (glasswear), tutup botol, karet, dan lain-lain.
D. Alat-Alat Keselamatan Kerja di Laboratorium Keselamatan kerja di laboratorium dapat diupayakan dengan menyediakan alat-alat keselamatan kerja. Beberapa alat yang harus disiapkan di laboratorium, 19
antara lain pelindung muka/mata, pelindung tangan/kaki/tubuh,dan pelindung pernafasan. Ada tiga alat yang umumnya digunakan untuk melindungi muka, khusunya mata, yaitu kacamata, goggles, dan perisai muka. Kacamata dapat melindungi mata dari pecahan kaca atau benda tajam, tetapi kurang aman menghadapi percikan bahan kimia atau debu korosif. Goggles dapat melindungi kedua bahaya di atas, tetapi goggles tidak dapat melindungi muka. Perisai muka dapat melindungu muka dari bahaya pecahan kaca atau semprotan bahan kimia yang mengarah ke muka. Perlindungan terhadap muka, khususnya mata tidak boleh diremehkan. Dengan mata kita dapat menikmati keindahan dunia dan dengan mata kita dapat bekeria. Cidera mata amat fatal, tidak ada mata sintetis yang dapat menggantikan mata asli, baik fungsi maupun keindahannya. Dalam bekerja di laboratorium, tangan, kaki, dan organ tubuh lainnya juga perlu dilindungi. Tangan dapat dilindungi dengan menggunakan sarung tangan (gloves). Sarung tangan ada berbagai jenis. Penggunaan sarung tangan disesuikan dengan jenis bahannya. Sarung tangan yang terbuat dari asbes, digunakan untuk memegang barang-barang panas, seperti gelas atau logam. Sarung tangan yang terbuat dari kulit digunakan untuk melindungi tangan dari tusukan benda tajam seperti gelas atau logam. Sarung tangan yang terbuat dari karet dapat digunakan untuk melindungi tangan dari bahan-bahan kimia bersifat asam, basa, korosif, dan toksik. Tanpa sarung tangan, pelarut organik dapat mengkikis lapisan lemak pada tangan yang menyebabkan bahan masuk ke dalam tubuh. Beberapa pestisida dan senyawa kromat dapat masuk tubuh lewat kulit tangan. Tangan dapat terluka oleh asam sulfat pekat dan luka tersebut akan meninggalkan bekas yang tidak dapat hilang. Pemakaian sarung tangan dari palstik harus disertai dengan perencanaan untuk pengumpulan bahan habis pakai agar tidak mencemari lingkungan. Ada beberapa jenis alat pelindung pernafasan (masker), antara lain masker penyerap debu, masker penyerap uap atau gas, dan masker dengan aliran udara atau SCBA (self contained breathing apparatus). Masker penyerap debu adalah filter (penyaring) debu yang terbuat dari kain atau bahan lain yang kedap debu. Jenis masker ini dapat ditemukan dipasaran dalam berbagai bentuk. Masker jenis ini digunakan secara luas di laboratorium, rumah sakit, pabrik, dan lain-lain. Perlu 20
diketahui bahwa masker debu tidak dapat digunakan untuk menyerap gas atau uap bahan kimia karena partikel gas atau uap terlalu kecil dibandingkan dengan pori-pori masker debu.
2.6 Keterampilan Dasar Penggunaan Alat-alat Laboratorium Keterampilan dasar menggunakan alat-alat laboratorium antara lain: (1) Terampil menggunakan alat ukur (jangka sorong, micrometer skrup, termometer) (2) Terampil memilih alat ukur kuantitatif dan kualitatif (3) Menimbang (4) Memanaskan (5) Menyaring (6) Meneteskan larutan ke dalam tabung reaksi (7) Memastikan kesempurnaan endapan (8) Mengocok larutan (9)
Melarutkan
(10) Memilih wadah untuk menimbang (11) Menggunakan pipet (12) Menggunakan alat ukur kuantitatif dan kualitatif (13) Membuat Larutan - Keterampilan mengambil bahan kimia padat - Keterampilan memindahkan bahan kimia cair - Keterampilan memilih alat yang akurat - Keterampilan memipet bahan cair (14) Menangani bahan-bahan berbahaya, dll.
21
BAB III METODE PELAKSANAAN
3.1 Kerangka Pemecahan Masalah Masalah pokok yang akan dipecahkan dalam pengabdian masyarakat ini berkaitan dengan rendahnya kompetensi tenaga laboratorium IPA SMP di Kabupaten Buleleng.
Berbagai alternatif untuk memecahkan permasalahan tersebut dapat
dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Alternatif Pemecahan Masalah No Permasalahan 1 Rendahnya pengetahuan tenaga laboratorium IPA SMP tentang kompetensi dasar yang harus dimiliki tenaga laboratorium sekolah 2
Rendahnya keterampilan dasar tenaga laboratorium IPA SMP di Kabupaten Buleleng
Akar masalah Minimnya sosialisasi, minimnya kesempatan perhatian terhadap keberadaan tenaga laboratorium Minimnya kesempatan melatih keterampilan dasar laboratorium
Alternatif Pemecahan Masalah Ceramah dan diskusi menyangkut aspek-aspek kompetensi tenaga laboratorium
1. Pemberian pelatihan keterampilan dasar kerja di laboratorium bagi tenaga laboratorium IPA SMP di kabupaten Buleleng
Berdasarkan rumusan alternatif pemecahan masalah dalam Tabel 3.1 di atas, solusi yang diambil untuk memecahkan permasalahan tersebut adalah pemberian pelatihan keterampilan dasar laboratorium. Pelatihan juga mencakup diskusi untuk meningkatan pemahaman tenaga laboratorium tentang aspek-aspek kompetensi yang harus dimilki tenaga laboratorium IPA SMP.
3.2 Realisasi Pemecahan Masalah Realisasi kegiatan P2M ini dimulai dengan penjajagan dan sosialisasi khalayak sasaran untuk minginformasikan program dan waktu pelaksanaan kegiatan. Selanjutnya, ditindaklanjuti dengan pelaksanaan kegiatan yang diawali dengan acara pembukaan oleh ketua LPM Undiksha (Prof. Dr. Ketut Suma, M.S). Kegiatan 22
dilaksanakan dalam dua tahap in service dan on service. Pelaksanaan kegiatan in servis mulai tanggal 21-23 September 2012. Kegiatan berlangsung di Laboratorium FMIPA Undiksha dalam bentuk ceramah diskusi dan praktek keterampilan dasar lab. Dilanjutkan dengan kegiatan on service
dalam bentuk
magang (penerapan
keterampilan dasar lab) di sekolah masing-masing. Kegiatan magang berlangsung dari tanggal 24-29 September 2012. Nara sumber pada kegiatan tersebut adalah Drs. I Dewa Putu Subamia, M.Pd, I Ketut Lasia, S.Pd.,M.Pd, staf laboran Jurusan pendidikan Kimia FMIPA Undiksha, I Nyoman Sukarta, S.Pd.,M.Si, staf dosen Jurusan D3 Analis Kimia dan Dr. I Dewa Ketut Sastra Widana, M.Si, staf dosen Jurusan Pendidikan Kimia (Ketua Laboratorium Jurdik Kimia). Serta dibantu oleh seorang staf laboratorium Pendidikan Fisika (I Gustu Ayu Nyoman Sri Wahyuni, S.Pd) 3.3 Khalayak Sasaran Strategis Khalayak yang dijadikan sasaran kegiatan ini adalah tenaga laboratorium IPA SMP se-Kabupaten Buleleng. Di Kabupaten Bulleleng terdapat 83 SMP yang tersebar di 9 Kecamatan. Jumlah khalayak yang terlibat dalam kegiatan ini adalah 24 orang tenaga laboratorium IPA dari 9 kecamatan yang ada di Kabupaten Buleleng. Peserta yang dilibatkan tersebut
nantinya diharapkan dapat mengimbas kepada
tenaga laboratorium yang lainnya. 3.4 Keterkaitan Kegiatan P2M ini melibatkan instansi Undiksha (FMIPA) dan SMP-SMP di Kabupaten Buleleng. Kedua instansi yang terlibat ini mendapat keuntungan secara bersama-sama (mutual benefit). 1) Sekolah khalayak sasaran akan memperoleh manfaat dalam hal peningkatan kualitas SDM tenaga laboratoriumnya, terutama dalam bidang keterampilan dasar laboratorium IPA.. 2) Universitas Pendidikan Ganesha (Laboratorium FMIPA) sebagi tempat penyelenggaraan pelatihan dan Lembaga Pengabdian pada Masyarakat dapat mengaktualisasi program pengabdian pada masyarakat yang mendukung pelaksanaan dharma ketiga dari tri Dharma Perguruan Tinggi.
23
3.5 Metode yang Digunakan Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan di depan adalah metode diskusi dan praktek (learning by doing). Gabungan kedua metode tersebut diharapkan mampu meningkatkan pemahaman dan keterampilan khalayak berkaitan dengan keterampilan dasar kerja di laboratorium. Keterkaitan antara tujuan dan metode yang dipakai untuk mencapai tujuan dapat dilihat pada Tabel 3.2. Tabel 3.2. Keterkaitan Masalah dan Metode Kegiatan No
Tujuan
1
Untuk meningkatkan Diskusi pemahaman peserta tentang cakupan keterampilan dasar yang harus dimiliki tenaga laboratorium IPA
Untuk melatih peserta Praktek agar mampu menguasai keterampilan dasar kerja di laboratorium
2
Metode
Bentuk Kegiatan
Ceramah dan diskusi aspekaspek keterampilan kerja di laboratorium Ceramah dan diskusi pengetahuan tentang pengelolaan laboratorium Praktek menggunakan atau mengoperasikan alat-alat laboratorium IPA Praktek merancang alat-alat eksperimen IPA SMP.
1) Ceramah dan Diskusi Kegiatan ceramah dan diskusi dilakukan untuk memberikan pemahaman peserta tentang keterampilan dasar laboratorium IPA SMP. Materi ini akan diberikan oleh staf dosen dan staf laboratorium Kimia Undiksha yang ahli dan telah banyak menggeluti bidang pengelolaan laboratorium IPA. Materi pelatihan meliputi organisasi dan administrasi laboratorium, tata kelola alat-alat dan bahan laboratorium IPA, keterampilan menggunakan alat-alat dasar lab IPA (basic laboratory skills), dan keamanan dan keselamatan kerja (K3). Ceramah dan diskusi menyasar tujuan dari kegiatan ini.
2) Praktek Kegiatan ini merupakan lanjutan dari ceramah dan diskusi yang secara khusus
bertujuan
untuk
meningkatkan
keterampilan
tenaga
laboratorium
menggunakan alat-alat dasar di laboratorium. Kegiatan ini diisi dengan praktek 24
(simulasi) menggunakan alat-alat laboratorium yang dibimbing oleh nara sumber (staf dosen dan laboran IPA Undiksha) sesuai bidang keahliannya. Kemudian dilanjutkan dengan praktek mandiri (magang) di sekolah masing-masing.
3.6 Evaluasi 3.6.1
Prosedur dan Alat Evaluasi Prosedur dan alat evaluasi untuk manilai keberhasilan kegiatan yang
dilakukan digambarkan seperti Gambar 1. AWAL
PELAKSANAAN
AKHIR
KEGIATAN
KEGIATAN
KEGIATAN
Pre-Tes (tes lisan)
Observasi (Penilaian kinerja)
Post-tes Produk
Gambar 1. Bagan Alur Evaluasi Kegiatan
1) Pre-tes dan Post –tes Pre-tes dilakukan di awal kegiatan untuk mengetahui pemahaman tenaga laboratorium tentang keterampilan dasar laboratorium. Pre tes dilakukan secara lisan dengan materi pertanyaan seputar keterampilan dasar laboratorium yang telah dimiliki/dikuasai peserta. Sedangkan post-tes dilakukan di akhir kegiatan untuk mengetahui tingkat pengetahuan peserta terhadap keterampilan dasar laboratorium setelah mengikuti kegiatan pelatihan. Post tes dilakukan dalam bentuk tes tulis mencakup materi tentang keterampilan dasar laboratorium IPA. 2) Observasi (Penilaian Kinerja) Observasi terhadap pelaksanaan program mencakup ketekunan dan keseriusan peserta dalam mengikuti kegiatan. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi. Penilaian dilakukan terhadap aspek-aspek sikap dan aktivitas peserta pelatihan yang mencirikan prilaku dan kemampuan tenaga laboratorium. Teknik pemberian skor pada masing-masing indikator menggunakan skala Likert dengan rentang 1-5. 3) Produk
25
Produk kegiatan, yaitu modul pelatihan yang dapat dijadikan pedoman bagi tenaga laboratorium selama pelatihan dan pedoaman lebih lanjut dalam mengimplementasikan pengetahuan dan keterampilan dasar laboratorium setelah pelatihan. Produk lainnya berupa laporan hasil magang peserta pelatihan di sekolah masing-masing.
3.6.2
Teknik Analisis Data dan Kriteria Keberhasilan Program Evaluasi kegiatan ini dilakukan terhadap proses dan output kegiatan.
Evaluasi proses berkaitan dengan kehadiran peserta, semangat mengikuti kegiatan, dan evaluasi kinerja keterampilan dasar laboratorium. Evaluasi proses dilakukan selama kegiatan berlangsung. Evaluasi output dilakukan terhadap penguasaan pengetahuan dan keterampilan peserta serta laporan hasil magang peserta. Penskoran dilakukan dengan skala Likert dan dianalisis secara statistik deskriptif. Pelaksanaan program kegiatan ini dinyatakan berhasil jika hasil evaluasi proses dan output minimal tergolong baik, dengan tingkat penguasaan (3,5-4,0) menurut skala Likert (dengan skor 1-5) atau (70-84%) dalam persentase penguasaan.
26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pelaksanaan Kegiatan Pengabdian a. Kegiatan Ceramah dan Diskusi Kegiatan ceramah dan diskusi yang telah dilaksanakan bertujuan untuk meningkatkan pemahaman peserta terhadap kompetensi dasar yang dipersyaratkan yang harus dimiliki oleh tenaga laboratorium IPA SMP. Diskusi diawali dengan penyajian makalah oleh para nara sumber pelatihan. Materi ceramah mencakup beberapa kompetensi dasar antara lain: organisasi dan administrasi laboratorium, tata kelola alat-alat dan bahan laboratorium IPA, keterampilan menggunakan alat-alat dasar lab IPA (basic laboratory skills), dan keamanan dan keselamatan kerja (K3). Hasil ceramah dan diskusi yang telah dilakukan pada bagian pertama kegiatan P2M ini dapat dirumuskan sebagai berikut. 1) Secara umum kegiatan ceramah dan diskusi berlangsung sangat baik. Peserta sangat antusias dan bersungguh-sungguh mengikuti sesion demi sesion sajian materi pelatihan yang disajikan oleh nara sumber. Demikian pula kegiatan diskusi berlangsung sangat baik. Respon peserta maupun tanggapan dari nara sumber berlangsung baik. Banyaknya pertanyaan yang muncul dari peserta menunjukkan adanya respon positif dari peserta terhadap materi pelatihan, disamping juga menunjukkan bahwa banyak hal yang masih perlu diketahui terkait dengan keterampilan dasar laboratorium. 2) Hal lain yang dapat direkam dari kegiatan diskusi adalah bahwa pengetahuan awal peserta tentang keterampilan dasar laboratorium relatif masih kurang terutama keterampilan menggunakan alat-alat dasar. Namun setelah diberikan pelatihan, tingkat pemahaman peserta pelatihan menunjukkan hasil yang baik. Pernyataan ini diperkuat dengan hasil tes tulis peserta pelatihan tentang pengetahuan keterampilan dasar laboratorium rata-rata terkategori baik (dengan skor rerata = 80,33). Data selengkapnya seperti tertera pada Tabel 4.1, berikut.
27
Tabel 4.1: Hasil Tes Tulis Pengetahuan Keterampilan Dasar Laboratorium Kode Peserta P1
T1
T2
Skor Rerata Kategori
90
90
90
Amat Baik
P2
SMP K SANTO PAULUS SGR 80
85
93
Amat Baik
P3
SMP N 3 SUKASADA
75
75
75
Baik
P4
SMP N 6 SINGARAJA
95
90
93
Amat Baik
P5
SMP N 2 BANJAR
75
75
75
Baik
P6
SMP N 3 SERIRIT
75
75
75
Baik
P7
SMP N 3 SERIRIT
80
85
83
Baik
P8
SMP N 4 SERIRIT
85
85
85
Amat Baik
P9
SMP N 1 SUKASADA
80
80
80
Baik
P10
SMP N 4 SUKASADA
90
90
90
Amat Baik
P11
SMP N 5 KUBUTAMBAHAN
90
90
90
Amat Baik
P12
SMPN 2 SINGARAJA
80
80
80
Baik
P13
SMP BHAKTIYASA SGR
75
80
78
Baik
P14
SMP N 1 BANJAR
65
70
68
Cukup
P15
SMP N 1 BANJAR
65
70
68
Cukup
P16
SMP N 1 BANJAR
70
70
70
Baik
P17
SMPN 4 KUBUTAMBAHAN
65
70
68
Cukup
P18
SMP N 3 TEJAKULA
85
80
83
Baik
P19
SMP N 3 TEJAKULA
85
85
85
Amat Baik
P20
SMP N 1 TEJAKULA
70
65
68
Cukup
P21
SMP N 5 TEJAKULA
70
70
70
Baik
P22
SMP MUTIARA SGR
85
85
85
Amat Baik
P23
SMPN 3 KUBUTAMBAHAN
95
90
93
Amat Baik
P24
SMP LAB UNDIKSHA
80
85
83
Baik
80,33
Baik
Sekolah Asal SMP N 4 BANJAR
Ket: P = peserta T = testee (penilai)
28
b. Kegiatan Praktek Penilaian keterampilan dasar mengggunakan alat-alat laboratorium dilakukan pada hari terakhir sesion kegiatan praktek. Penilaian delakukan dengan penilaian kinerja. Aspek-aspek keterampilan yang dinilai mencakup 10 aspek keterampilan dasar
antara
lain:
keterampilan
menimbang,
keterampilan
memanaskan
larutan/cairan, keterampilan menyaring, keterampilan memipet, keterampilan titrasi, keterampilan menuang larutan, keterampilan memilih alat ukur yang akurat, keterampilan
menggunakan
jangka
sorong
dan
mikrometer,
keterampilan
menggunakan mikroskop, dan keterampilan penanganan alat.
Hasil penilaian dapat dilihat pada Table 4.2, berilkut. Tabel 4.2: Hasil Penilaian Kinerja (Keterampilan Dasar Menggunakan Alat-Alat Laboratorium) Kode Pst P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 P22
Kd1 5 5 4 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5
Kd2 5 5 3 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 3 5
Kd3 Kd4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 5 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4
SKOR Kd5 Kd6 Kd7 Kd8 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 29
Kd9 5 5 4 5 4 4 4 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Penguasaan Kd10 Rata2 % 3 4.0 80 4 4.2 84 3 3.6 72 4 4.2 84 3 3.5 70 4 3.9 78 4 4.0 80 4 4.2 84 3 4.0 80 4 4.2 84 3 4.0 80 4 4.2 84 3 3.7 74 4 4.2 84 3 3.9 78 4 4.2 84 3 4.0 80 4 4.2 84 3 4.0 80 4 4.2 84 3 3.7 74 4 4.2 84
Kategori Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
P23 P24 Rerata
5 5 4.8
5 4 4.6
3 4 3.5
4 4 4.0
3 3 3.0
4 4 4.0
4 4 4.0
Keteangan: Kd = Keterampilan dasar Kd 1 = keterampilan menimbang Kd 2 = Keterampilan Memanaskan Larutan/Cairan Kd 3 = Keterampilan Menyaring Kd 4 = Keterampilan Memipet Kd 5 = Keterampilan Titrasi Kd 6 = Keterampilan Menuang Larutan
4 4 4.0
5 5 4.8
3 4 3.5
4.0 4.1 4.0
80 Baik 82 Baik 80.3 Baik
Kd 7 = Keterampilan memilih Alat Ukur Kd 8 = Keterampilan Menggunakan Jangka Sorong dan Mikrometer Kd 9 = Keterampilan Menggunakan Mikroskop Kd10 = Keterampilan Penanganan Alat
Kriteria Acuan Penilaian Tingkat Penguasaan Materi (%) Kategori 85-100 Amat Baik 70-84 Baik 55-69 Cukup 40-54 Kurang 0-39 Amat Kurang (Sumber acuan: Pedoman Penilaian Pedoman studi Undiksha, 2011) Catatan: Kategori respon masing-masing responden Skor: 2,65 – 3.35; Kategori Sedang Mi = 3 Skor : 3,35-4.05; Kategori Baik SD = 0.7 Skor : > 4.05; Kategori sangat baik
P = Peserta (responden) S = Statemen (Pernyataan)
Pedoman Konversi Kategorisasi keterampilan dasar menggunakan alat No. Kriteria Kategori 1 >(Mi + 1,5 SDi) Sangat baik (SB) 2 (Mi + 0,5SD) – (Mi + 1,5SDi) Baik (B) 3 (Mi - 0,5SD) – (Mi + 0,5SDi) Sedang (S) 4 (Mi -1,5SD) – (Mi + 0,5SDi) Kurang (K) 5 < (Mi -1,5 SDi) Sangat Kurang (SK) (Dantes, 2001) Hasil
penilaian
menunjukkan
keterampilan
dasar
peserta
pelatihan
menggunakan alat-alat laboratorium setelah diberi pelatihan rata-rata terkategori baik dengan skor rata-rata = 4,0 pada skala Likert (1-5) atau persentase penguasaan ratarata = 80,3%. c. Laporan Magang Berdasarkan laporan magang (praktek penerapan pelatihan) di sekolah masing-masing dapat direkam beberapa informasi sebagai berikut. 30
-
Kondisi laboratorium IPA di masing-masing sekolah bervariasi dilihat dari kelengkapan alat/bahan, organisasi/administrasi laboratorium, kendala-kendala kegiatan praktikum, maupun frekuensi penggunaan laboratorium.
-
Dibandingkan
dengan
sebelum
diberi
pelatihan,
keterampilan
dasar
laboratorium peserta setelah diberi pelatihan menjadi lebih baik. Hal ini dapat ditunjukkan dari hasil rekaman kondisi penataan laboratorium sesudah pelatihan yang jauh lebih baik dibanding kondisi sebelum pelatihan. (Bukti rekaman/laporan magang peserta terlampir).
d. Hasil Angket Respon Peserta Pelatihan Tabel 4.3: Rekap Hasil Angket Respon Peserta Pelatihan Kode Rspd P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 P22 P23 P24 Rerata Kategeri
Skor Respon terhadap masing-masing pernyataan (statemen) Rata Kategori S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 Rata 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4.0 SB 4 4 5 5 4 4 5 4 4 5 4 4.4 SB 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5 4.6 SB 5 4 5 5 5 5 4 5 4 5 3 4.5 SB 5 4 4 4 4 4 4 5 3 4 4 4.1 SB 5 4 5 5 5 4 4 5 5 5 5 4.7 SB 4 5 4 4 5 4 4 5 3 4 4 4.2 SB 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4.3 SB 5 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4.4 SB 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 4 4.7 SB 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 3 4.5 SB 5 4 5 5 5 4 4 5 5 5 5 4.7 SB 5 5 5 5 5 5 4 3 4 3 4 4.4 SB 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 3 4.0 SB 4 5 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4.4 SB 5 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4.4 SB 4 4 4 5 4 4 4 5 5 5 5 4.5 SB 4 5 3 4 4 3 3 5 4 4 4 3.9 SB 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4.9 SB 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 4 4.7 SB 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4.0 SB 4 4 5 5 4 4 5 4 4 5 4 4.4 SB 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4.3 SB 5 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4.4 SB 4.5 4.5 4.6 4.7 4.4 4.2 4.2 4.5 4.3 4.4 4.0 4.4 SB SB SB SB SB SB SB SB SB SB SB SB SB
Catatan:
Kategori respon masing-masing responden 31
Mi = 3 SD = 0.7
Skor : 3,35-4.05; Kategori Baik Skor : > 4.05; Kategori sangat baik
P = Peserta (responden) S = Statemen (Pernyataan)
Pedoman Konversi Kategorisasi Respon Peserta No. Kriteria 1 >(Mi + 1,5 SDi) 2 (Mi + 0,5SD) – (Mi + 1,5SDi) 3 (Mi - 0,5SD) – (Mi + 0,5SDi) 4 (Mi -1,5SD) – (Mi + 0,5SDi) 5 < (Mi -1,5 SDi) (Dantes, 2001)
Kategori Sangat baik (SB) Baik (B) Sedang (S) Kurang (K) Sangat Kurang (SK)
Berdasarkan data dalam Tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa pandangan peserta terhadap pelaksanaan kegiatan P2M ini tergolong sangat positif (rerata skor 4,4). Analisis hasil angket respon peserta pelatihan menunjukkan bahwa semua peserta memberi respon sangat baik. Demikian juga respon terhadap masing-masing pernyataan yang diajukan, direspon sangat baik oleh peserta. (Daftar pernyataan yang dijukan dalam angket, dapat dilihat pada lampiran).
4.2 Pembahasan Berdasarkan hasil tes pengetahuan keterampilan dasar laboratorium diketahui dari 24 orang peserta pelatihan 16,7 % (4 orang) peserta pemahamannya terkategori cukup, 45,8 % (11 orang) terkategori baik, dan 37,5 % (9 orang) terkategori sangat baik. Secara keseluruhan rata-rata pemahaman mereka terkategori baik (persentase penguasaan materi 80,33%). Variasi pemahaman ini dapat didinjau dari aspek latar belakang peserta. Peserta ada yang berlatar belakang profesi sebagai guru IPA (PNS) yang diberi tugas tambahan sebagai pengelola laboratorium, ada yang berlatar belakang sebagai guru IPA (belum PNS) yang ditugaskan sebagai pengelola laboratorium, ada pula pegawai administrasi (non PNS) yang ditugaskan di laboratorium. Variasi juga dapat dilihat dari pengalaman bekerja di laboratorium. Berdasarka data identifikasi calon peserta diketahui, ada peserta yang memiliki masa kerja (pengelaman kerja) di laboratorium kurang dari 1 tahun, 2-5 tahun, 5- 10 tahun, bahkan ada yang telah memiliki masa kerja di atas 10 tahun. Perbedaan latar belakang tersebut tentu memberi pengaruh terhadap semangat dan motivasi mengikuti kegiatan pelatihan. Namun walaupun demikian, secara 32
keseluruhan rata-rata pemahaman mereka terkategori baik (persentase penguasaan materi 80,33%), menunjukkan bahwa target kegiatan pelatihan keterampilan dasar laboratorium tersebut telah tercapai. Penilaian keterampilan dasar mengggunakan alat-alat laboratorium mencakup 10 aspek keterampilan. Dari 10 aspek keterampilan dasar yang dinilai antara lain: keterampilan menimbang (Kd1), keterampilan memanaskan larutan/cairan (Kd2), keterampilan menyaring (Kd3), keterampilan memipet (Kd4), keterampilan titrasi (Kd5), keterampilan menuang larutan (Kd6), keterampilan memilih alat ukur yang akurat (Kd7), keterampilan menggunakan jangka sorong dan mikrometer (Kd8), keterampilan menggunakan mikroskop (Kd9), dan keterampilan penanganan alat (Kd10). Ditinjau dari masing-masing jenis keterampilan yang dinilai, keterampilan titrasi (Kd5) rata-rata skor (dalam skala Likert 1-5) adalah 3,0 (termasuk kategori sedang). Keterampilan (Kd3, Kd4, Kd6, Kd7, Kd8, Kd9 dan Kd10) rata-rata skornya (dalam skala Likert 1-5) adalah 3,35-4.05 (termasuk kategori baik). Keterampilan (Kd1, Kd2, dan Kd9) rata-rata skornya (dalam skala Likert 1-5) adalah > 4,05 (termasuk kategori sangat baik). Walaupun keterampilan titrasi baru terkategori sedang, namun hasil penilaian secara keseluruhan menunjukkan keterampilan dasar peserta pelatihan menggunakan alat-alat laboratorium setelah diberi pelatihan rata-rata terkategori baik dengan skor rata-rata = 4,0 pada skala Likert (1-5) atau persentase penguasaan rata-rata = 80,3%. Hal ini menunjukkan bahwa target kegiatan pelatihan keterampilan dasar laboratorium yakni mampu meningkatkan keterampilan peserta pelatihan rata-rata terkategori baik telah tercapai. Berdasarkan laporan magang (praktek penerapan pelatihan) di sekolah diketahui bahwa keterampilan dasar laboratorium peserta setelah diberi pelatihan menjadi lebih baik. Hal ini dapat ditunjukkan dari hasil rekaman kondisi penataan laboratorium sesudah pelatihan yang jauh lebih baik dibanding kondisi sebelum pelatihan. Hal ini menunjukkan, kegiatan magang sebagai kegiatan on service untuk melatih penerapan pengetahuan yang diperolah dalam kegiatan in service sangat penting dilaksanakan. Penerapan lebih lanjut dalam praktek sehari-hari tentu lebih penting lagi. Oleh karena itu diharapkan hasil pelatihan ini bisa diimplementasikan oleh peserta dalam kesehariannya. 33
Berdasarkan hasil angket peserta, diketahui bahwa pandangan peserta terhadap pelaksanaan kegiatan P2M ini tergolong sangat positif (rerata skor 4,4). Mereka sangat membutuhkan pengetahuan dan keterampilan laboratorium lebih intensif lagi (rerata skor 4,7). Mereka juga sangat setuju, materi pelatihan keterampilan dasar laboratorium sangat relevan dengan kebutuhan di lapanagan (rerata skor 4,4).
Terhadap pernyataan masih banyak persoalan-persoalan di
laboratorium belum terjawab dalam pelatihan ini, mereka merespon sangat setuju (rerata skor 4,2). Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pelatihan serupa masih sangat dibutuhkan pada kesempatan-kesempatan berikutnya secara berkesinambungan. Dari hasil angket dan wawancara, mereka menyampaikan bahwa apa yang diharapkannya sebelum mengikuti kegiatan ini semua tercapai.
Mereka
mendapatkan informasi cukup banyak tentang keterampilan dasar laboratorium IPA. Atas informasi, sekaligus transformasi yang terjadi pada dirinya, peserta tidak raguragu lagi untuk berlaboratorium, yang sejauh ini reatif sangat jarang dilaksanakan. Berdasarkan indikator-indikator yang telah terukur di depan, serta kriteria keberhasilan menurut skala Likert yang tidak kurang dari 3,35 (batas minimal skor baik), maka proses kegiatan P2M ini dinyatakan berhasil (dengan rerata skor pengetahuan 4 dan rerata skor keterampilan 4,4 atau terkategori baik).
34
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan Berdasarkan rumusan masalah dan pembahasan di depan, hasil dalam kegiatan P2M ini dapat dirumuskan sebagai berikut. 1) Setelah mengikuti pelatihan, peserta kegiatan P2M ini memahami dengan baik kompetensi yang harus dimiliki tenaga laboratorium IPA SMP. 2) Pelatihan yang telah diselenggarakan mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dasar laboratorium bagi staf/tenaga laboratorium IPA SMP peserta pelatihan (terkategori baik) 3) Kualitas kinerja tenaga laboratorium IPA SMP peserta pelatihan, menjadi lebih baik dari sebelumnya. 4) Peserta pelatihan menyambut positif kegiatan ini karena mereka mendapatkan banyak informasi tentang pengetahuan dan keterampilan dasar laboratorium IPA SMP dan mampu mentransformasi diri manjadi lebih terampil menata laboratorium di sekolah masing-masing.
5.2. Saran Sejalan dengan simpulan di atas, saran-saran yang dapat disampaikan pada akhir kegiatan P2M ini adalah sebagai berikut. 1) Peserta sebaiknya menerapkan dan mengembangkan dalam tugas keseharian keterampilan dasar laboratorium yang telah dilatihkan selama pelatihan. 2) Pihak terkait seperti Dinas Pendidikan perlu memberi perhatian khusus dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya laboratorium IPA SMP, sehingga keberadaan laboratorium benar-benar bisa berfungsi sebagai bagian integral proses pembelajaran IPA. 3) Kegiatan pelatihan serupa perlu dilaksanakan secara berkesinambungan secara lebih intensif dengan melibatkan lebih banyak peserta dan melibatkan pihak-pihak terkait (seperti Dinas Pendidikan, LPMP, Perguruan Tinggi) secara kolaboratif.
35
DAFTAR PUSTAKA Academy Savant, e-Learning Science. 2012. Practical Laboratory Skills. www.academysavant.com/elearning. Diakses 24 Pebruari 2012 Anna P, 2007. Pengelolaan Laboratorium IPA. Makalah. Disampaikan pada Technical Assistance Pengelolaan Laboratorium IPA di Program Pendidikan IPA FMIPA UNDIKSA. Depdikbud. 1995. Pedoman Pendayagunaan Laboratorium dan Alat Pendidikan IPA. Direkturat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Umum : Jakarta Ditjen Dikti 2002. ”Bahan Ajar Administrasi Laboratorium”. Diorektorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Dikti. 2004. Standar kompetensi guru pemula IPA (SKGP), Diterbitkan oleh Dikti, Jakarta. Jones, Stewart. 2001. Laboratory Safety. Australian Goverment Analytical Laboratories (Makalah pada Workshop Tentang Keselamatan Kerja di Laboratorium) Khasani, S. I. 2001. Material Safety Data Sheet (MSDS) Vol III. Bandung: Pusat Penelitian IPA Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Koesmadji W, dkk, 2000, Teknik Laboratorium Kimia. FMIPA UI:
Jakarta
Milo Koretsky, at.al. 2011. Student Perceptions of Learning in the Laboratory: Comparison of Industrially Situated Virtual Laboratories to Capstone Physical Laboratories. Oregon State University, Education Northwest. Journal of Engineering Education. July 2011, Vol. 100, No. 3, pp. 540–573© 2011 ASEE. http://www.jee.org Padmawinata, Dj., dkk., 1981. Pengelolaan Laboratorium IPA –II. Jakarta: Depdikbud. Permen Diknas Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008. Tentang Standar Tenaga Laboratorium Sekolah/Madrasah. Santoso, T. T. 2010. Pemanfaatan Media Alam Sekitar untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Tematik Tema Lingkungan.Jurnal Pendidikan Kimia Tentang Media Lingkungan Sekitar. Soemanto I. 2007. Kesehatan dan Keselamatan Kerja dalam Laboratorium Kimia. ISBN: 978-979-16832-1-0. Subamia dan Wiratini. 2008. Penataan, Penyimpanan dan Perawatan Alat dan Bahan (P3AB) di Laboratorium IPA. Modul Pelatihan Manajemen Laboratorium bagi Guru dan laboran SMA se Bali. Tidak diterbitkan. The University of New Sout Wals. 2011. Laboratory Hazardous Waste Disposal Guideline Version: 3.0, 14/04/2011. Page 4 of 26 Widarto. 2005. Bahan Praktikum dan Penyimpanannya. Yogyakarta: UNY.
36