Hal-Hal yang dapat Mengurangi Potensi Kerugian saat Kebakaran UNAIR NEWS – Saat terjadi kebakaran, kerugian pasti diderita. Namun, semua itu bisa diminimalkan, bila paham dan sadar penanganan bencana sejak dini. Memang, lebih baik mencegah daripada mengobati. Namun, saat kebakaran benar-benar terjadi, yang mesti dilakukan adalah sebisa mungkin mereduksi potensi kerugian . Artikel ini dirangkum dari wawancara tim UNAIR News dengan Dr. drg. Setya Haksama, M.Kes, dosen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat UNAIR. Berikut beberapa tips yang perlu diketahui: 1. Pahami arah dan jalur evakuasi Tiap gedung, sudah seharusnya memiliki standar K3 ( Keselamatan dan Kesehatan Kerja). Dalam standar tersebut, ada kewajiban untuk memberi petunjuk arah jalur evakuasi bila terjadi bencana. Termasuk, bila terjadi kebakaran. Umumnya, petunjuk itu didominasi warna hijau, sehingga gampang terlihat. Perhatikanlah petunjuk arah di gedung kita. Di mana exit door darurat kalau ada bencana, mesti diingat-ingat keberadaannya. Sampai pada arah “Titik Kumpul Evakuasi” yang umumnya berada di tanah lapang. Yakinlah, tulisan atau petunjuk itu bukan sebuah pajangan. Semua itu dibuat untuk diketahui semua orang yang ada di gedung. Bila orang-orang sudah tahu ke mana mesti pergi saat bencana kebakaran datang, kepanikan dapat diminimalkan. 2. Ketahui cara menggunakan Alat Pemadam Kebakaran
Jangan berpikir bahwa alat pemadam kebakaran hanya domain petugas keamanan atau security. Semua orang di dalam gedung, perlu tahu cara penggunaannya. Sebab, tidak ada yang tahu pasti di mana titik sumber api bila bencana sudah datang. Tidak ada yang tahu juga, siapa orang yang paling dekat sehingga bisa dengan cepat memadamkannya. Bayangkan, bila semua orang di dalam gedung tahu cara memadamkan api dengan alat yang sudah disediakan, tatkala seseorang tahu ada bahaya api, dia bisa langsung mengoperasikannya. Api tak sempat membesar dan membuat banyak kerugian. Sekali lagi, alat kebakaran berupa tabung-tabung warna merah itu bukan pajangan. Tak ada salahnya, kita mengetahui cara kerjanya. 3. Sebisa mungkin cegah kebakaran Seperti yang sudah disampaikan di atas, mencegah lebih baik daripada mengobati. Selagi bisa, cegahlah kebakaran. Jangan meremehkan potensi bencana kebakaran yang ada di kantor atau gedung kita. Misalnya, yang terkait dengan korsleting listrik. Jangan menumpuk steker atau colokan listrik terlalu banyak pada satu sumber listrik. Gunakan material listrik seperti kabel, sakelar, stop kontak, steker yang telah terjamin kualitasnya dan berlabel SNI (Standar Nasional Indonesia). Gunakan pemutus arus listrik (sekering) yang sesuai dengan daya tersambung, jangan dilebihkan atau dikurangi.(*) Penulis: Rio F. Rachman Editor : Dilan Salsabila
Departemen Gizi FKM UNAIR Gelar Seminar Gizi Olahraga UNAIR NEWS – Seorang atlet membutuhkan perhitungan gizi yang sesuai dengan kondisi fisik dan jenis olahraga yang ditekuni. Itulah yang menjadi intisari dari seminar “Sportsnutrition: Penatalaksanaan Gizi Olahraga pada Atlet untuk Meningkatkan Performa dalam Bertanding”, Sabtu (17/12). Seminar diselenggarakan oleh akademisi Departemen Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, di Aula Kahuripan 300. Seminar itu dihadiri oleh peserta dari berbagai kalangan yang menggeluti dunia olahraga dan gizi, seperti atlet, mahasiswa pendidikan olahraga, dan umum. Seminar itu dihadiri berbagai pakar di bidangnya di antaranya adalah Dr. Sri Adiningsih, dr., MS, MCN sebagai ahli gizi Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Jawa Timur yang juga dosen Gizi FKM UNAIR, Dr. Bambang Purwanto, dr., M.Kes dosen Fakultas Kedokteran UNAIR dan pengurus KONI Jatim, Prof. Dr. Hardinsyah., MS Ketua Umum PERGIZI PANGAN, Mury Kuswari, M.Si Ketua Umum Asosiasi Nutrisionis Olahraga dan Kebugaran Indonesia (ANOKI), Nazhif Gifari, S.Gz, M.Si dan Albert Juwono atlet dance sport peraih tiga medali emas PON XIX Jawa Barat. Dekan FKM UNAIR Prof. Dr. dr. Tri Mariana, MS, yang turut hadir dan membuka acara itu menjelaskan, penatalaksanaan gizi sudah terbukti pada pelaksanaan PON XIX Jabar. “Dengan jumlah 47 medali yang diperoleh oleh mahasiswa UNAIR, salah satunya dari FKM yang memperoleh satu medali perak,” imbuhnya. Dalam kesempatan yang sama, Ketua Departemen Gizi Dr. Annis Catur Adi, Ir., M.Si, menyampaikan, gizi diperlukan untuk mencapai kecerdasan dan kesehatan fisik. “Sangat perlu asupan gizi apalagi untuk atlet karena yang harus kita ingat atlet bukan sebagai alat, namun sebagai aset,” ungkap Annis.
Dosen FK UNAIR memaparkan, tentang acid atau alkali water dalam kaitannya dengan rehidrasi pasca olahraga. “Sekarang ini banyak sekali kemasan minuman mengklaim menjadi minuman yang cocok untuk diminum setelah olahraga. Hal tersebut terjadi karena ketidaktahuan masyarakat,” imbuhnya. (*) Penulis: Akhmad Janni Editor: Defrina Sukma S
Dekat dengan Tanah Air, UKM Tapak Suci Gelar Latihan Alam UNAIR NEWS – Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Tapak Suci, Universitas Airlangga, mengadakan diklat bagi para anggota baru pada Jumat-Minggu (16-18/12). Diklat bertajuk latihan alam kali ini dilaksanakan di Pusdiklat (Pusat Pendidikan dan Latihan) Hizbul Wathon, Dusun Sumbersuko, Desa Kertosari, Kecamatan Purwosari, Pasuruan. Para peserta diklat mayoritas adalah mahasiswa baru. Sebagian besar adalah mahasiswa baru UNAIR. Namun ada pula yang berasal dari luar instansi dan dari siswa SMA/SMK/sederajat di sekitar Kampus C, UNAIR. Tema diklat kali ini yaitu Membangun Kader yang Berkarakter Islam dan Bersinergi dalam UKM Tapak Suci yang Berkemajuan. Output dari kegiatan ini nantinya adalah membentuk kader yang tidak hanya berkarakterkan Islam dan berkemajuan, namun juga bersinergi dengan UKM dan UNAIR. Selain diisi dengan kegiatan yang dekat dengan alam, ada pemberian materi seputar keislaman, tapaksuci, Muhammadiyah, hingga manajemen organisasi. Tentu, hal tersebut sebagai upaya
untuk mewujudkan tujuan mulia yang telah tercermin dari tema yang melatarbelakangi acara. Salah satu pemateri yang mengisi materi keorganisasian adalah Febryan Kiswanto, Presiden BEM UNAIR periode 2015. Sepanjang pemberian materi, Febryan menekankan bahwa dunia kampus tidak hanya masalah IPK, tetapi lebih dari itu. “Apabila ingin memiliki banyak teman, menyelami beragam karakter orang, mencoba untuk berdamai dengan masalah, maka ikutilah beragam organisasi entah itu intra kampus maupun ekstra kampus. Karena sungguh merugi mereka yang hanya melalui rute monoton yaitu kuliah pulang kuliah pulang atau biasa disingkat kupu-kupu,” ujar Febryan. Bagi Febrian, menjadi seorang aktivis organisasi adalah sebuah hiburan tersendiri untuk melawan kejenuhan rutinitas kuliah. Pada latihan alam ini juga dilangsungkan pelantikan anggota baru dan kenaikan tingkat setelah melalui rentetan ujian fisik dan mental seperti dalam sebuah perguruan pencak silat. Di tengah-tengah sambutannya, Elok Koestantono selaku pendekar sekaligus pelatih UKM Tapak Suci UNAIR mengatakan, esensi latihan alam sebenarnya adalah untuk lebih dekat dengan tanah air tercinta. “Tidak menjadi sebuah keanehan bila kegiatan berjibaku dengan lumpur sangat ditekankan guna memaksa para peserta untuk bercengkrama dengan tanah tumpah darah yang telah melahirkan mereka,” ujar Elok. (*) Penulis : Moh. Wahyu Syafi’ul Mubarok Editor : Binti Q. Masruroh
Dekat dengan Kehidupan, Ilmu Hukum Administrasi dan Agraria diperlukan Berkelanjutan UNAIR NEWS – Disiplin ilmu hukum administrasi dan hukum agrarian terhitung yang konkret aplikasinya di masyarakat. Umumnya, pemerintah daerah setempat membutuhkan pemahaman tentang ilmu ini secara komprehensif. Jadi, para mahasiswa yang berkhidmat di ranah ini, jelas memiliki prospek bagus untuk mengabdi di masyarakat. Ilmu ini meliputi aspek-aspek yang bersentuhan langsung dengan warga. Misalnya, soal sertifikasi tanah dan hak kepemilikan. Termasuk, terkait keabsahan alas hak aset negara, yang dikelola pemerintah. “Kepastian hukum di cakupan yang bersinggungan langsung dengan kebutuhan masyarakat dan pemerintah setempat, selaludiperlukan dan menjadi kebutuhan secara berkelanjutan setiap waktu,” kata Wakil Dekan II Fakultas Hukum Dr. Sri Winarsi, SH., MH. UNAIR selama ini sudah banyak mengisi peran tersebut. Dengan memberikan pengawalan, advokasi, maupun dijadikan narasumber pemda-pemda untuk berkonsultasi. Tidak hanya di Surabaya dan Jawa Timur, sumbangsih dan kiprah ksatria Airlangga juga mencapai daerah lain di luar pulau. Di antaranya, Sumatera dan Kalimantan. “Kami pernah diundang ke Kalimantan Utara untuk berdiskusi tentang hukum administrasi dan agraria di kawasan yang tergolong baru, hasil pemakaran itu,” ungkap perempuan kelahiran Mojokerto tersebut.
Sementara itu, Fakutas Hukum yang memiliki banyak departemen atau spesifikasi keilmuan terus berupaya menebar manfaat di masyarakat. Termasuk, mengembangkan ilmu hukum agar lebih sesuai dengan tantangan zaman. Dekan Fakultas Hukum Prof. Dr. Abd. Shomad, Drs., SH., MH, mengatakan, secara umum kampus UNAIR memiliki tujuan untuk menjadi institusi yang melahirkanpara peneliti, pemerhati, pegiat, dan praktisi yang berakhlaqul karimah atau beretika baik. “Ilmu hukum sesuai fitrahnya menjadi ilmu yg memiliki karakter sui generis yang sarat nilai. Termasuk, nilai keadilan berlandaskan kearifan lokal dan religiusitas. Orientasi pendidikan hukum pada upaya menghasilkan yuris profesional harus fokus dan konsensisten dilaksanakan untuk menghasilkan generasi yang berperilaku baik dan berwawasan global,” papar dia. (*) Penulis : Rio F. Rachman Editor
: Binti Q. Masruroh
Peduli Pengidap Epilepsi, Mahasiswa MM Gelar Charity Fest UNAIR NEWS – Program Studi Magister Manajemen (MM) tidak pernah miskin kreativitas untuk membuat acara yang menarik dan edukatif. Pada Sabtu (17/12) lalu, Himpunan Mahasiswa (Hima) MM mengadakan event Charity Fest 2016, bertajuk Support Epilepsy Awareness: “Break the Stigma”. Kegiatan itu dilaksanakan di area wisata pelabuhan North Quay, Surabaya.
Tak kurang dari 40 ODE (orang dengan epilepsi) dan keluarga yang hadir. Selain mendapat suguhan aneka kuliner, mereka juga memperoleh pelatihan bisnis. Antara lain dari Bagus finalis “Masterchef Indonesia” yang memberikan pengetahuan tentang seluk-beluk kuliner, dan Laras “Lazada”. Juga, para pembicara dari mahasiswa MM sendiri seperti Annisa “Jajanlondo” dan Ema “Henmate” untuk menyampaikan ilmu dan suka dukanya menjalankan bisnis online. Kaprodi MM Dr. Gancar Candra Premananto, SE., M.Si, menuturkan, kampus tidak hanya ingin mahasiswa memiliki wawasan bisnis. Namun juga, mengharapkan para mahasiswa memiliki empati dan kepedulian yang tinggi. “Hima MM menggagas ide luar biasa. Di mata kuliah Etika Bisnis dan CSR, mereka membuat acara dengan tema utama berbagi kebahagiaan bersama para penderita Epilepsi,” ungkap dia. Pada gelaran itu, terdapat banyak rangkaian acara. Antara lain, food and good competition, traditional dance, dan coaching clinic tentang entrepreneurship. “Kami ingin membaur dengan para pengidap epilepsi atau ODE. Masyarakat harus menghancurkan stigma soal penderita epilepsi,” ujar Satria Witaradya, mahasiswa MM yang juga ketua panitia kegiatan ini. Dr. Dr. Kurnia selaku pembina ODE menyatakan bahwa ada seorang guru SD yang tidak paham, bahkan melarang muridnya belanja makanan dari penderita epilepsi, karena takut tertular. “Ketidaktahuan masyarakat itulah yang harus berusaha kita hilangkan,” kata dia. (*) Penulis: Rio F. Rachman Editor : Dilan Salsabila
Jalan Sehat dan Senam Sivitas di Penghujung 2016 UNAIR NEWS – Jalan sehat dan senam bersama sivitas akademika Universitas Airlangga merupakan kegiatan rutin yang digelar setiap bulan sekali. Acara yang dihelat di halaman Kantor Manajemen UNAIR pada hari Minggu (18/12), digawangi oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Hadir di tengah acara tersebut Dekan FISIP UNAIR Dr. Falih Suaedi, Drs., M.Si. untuk memberikan sambutan kepada peserta yang terdiri dari sivitas akademika UNAIR dan warga sekitar. Dalam sambutannya, Falih menuturkan bahwa acara jalan sehat dan senam bersama di penghujung tahun 2016 ini bagian dari Dies Natalis FISIP ke-39. “Semoga acara ini penuh barokah. Terima kasih kepada masyarakat yang hadir. Jalan sehat dan senam ini semoga bisa menyehatkan jasmani dan rohani,” terang Falih. Tak ketinggalan, di sela acara tersebut juga disajikan penampilan musik patrol yang meramaikan acara. Rektor UNAIR Prof. Dr. Moh. Nasih, SE., MT., Ak., CMA., yang juga turut serta dalam acara tersebut memberikan pemaparan bahwa kegiatan rutin tersebut adalah bagian dari upaya UNAIR mengajak masyarakat untuk hidup sehat. “Ini adalah media kita untuk kumpul. Selamat Dies Natalis ke-39. Saya yakin FISIP ke depannya akan terus berkontribusi dan lebih baik lagi,” papar Prof. Nasih sembari memekikkan jargon dies FISIP tahun ini. “FISIP, kritis, kreatif dan kompetitif,” tegasnya. Selepas senam dan jalan sehat di area Kampus C, Rektor bersama jajaran pimpinan yang hadir dalam acara tersebut bersama-sama menuju danau kampus C untuk menabur benih ikan dan disaksikan langsung oleh seluruh masyarakat. (*)
Penulis: Nuri Hermawan Editor: Defrina Sukma S
Sebarkan Sastra Lisan, Eggy Fajar Andalas Lulus Terbaik S2 FIB UNAIR UNAIR NEWS – Di awal masa perkuliahan, Eggy Fajar Andalas sempat menghadapi “shock” dengan mata kuliah di Program Magister Kajian Sastra dan Budaya FIB Universitas Airlangga. Pasalnya, dalam perkuliahan terhitung jarang membahas mengenai bidang yang ia gemari: sastra lisan. Keadaan itu membuat Eggy harus belajar sendiri melalui beberapa bacaan. Karena kegemarannya menelisik sastra lisan, ia merelakan waktu tidurnya untuk membaca buku-buku yang membahas sastra lisan. Berkat kerja kerasnya itu, Eggy Fajar Andalan, SS., M.Hum berhasil meraih predikat wisudawan terbaik pada periode Wisuda Desember 2016. Dalam tesis yang berjudul “Sastra Lisan Lakon Lahire Panji pada Pertunjukan Wayang Topeng Malang Padepokan Mangun Dharma”, Eggy mengulas mengenai Cerita Panji yang disebarkan secara lisan dan saat ini tetap hidup di kalangan masyarakat maupun seni pertunjukan tradisional. “Oleh karenanya, penelitian saya berfokus membahas mengenai Cerita Panji lisan dalam pertunjukan Wayang Topeng Malangan, karena pertunjukan tersebut merupakan salah satu sarana tradisi untuk melestarikan, menyimpan, dan merekam Cerita Panji,” jelas Eggy. Meskipun harus mencari dan belajar sendiri tentang sastra lisan, tak membuatnya patah arang untuk tetap menyelesaikan
tesisnya. Kegemarannya membaca buku-buku sastra lisan, membuat Eggy mudah untuk mencari referensi untuk data dalam tesisnya. “Bagi saya membaca merupakan sebuah investasi. Kumpulan pengetahuan yang telah kita baca akan berguna, meski tidak saat itu juga, tapi di kemudian hari,” katanya. Di lingkup keluarganya, Eggy merupakan salah satu anak yang tergolong beda. Ia selalu memiliki nilai pas-pasan dibanding dengan saudara yang lain. Orang tuanya sempat khawatir akan masa depannya, tapi hal itu kini bisa dipatahkan dengan prestasi Egy menjadi lulus terbaik dengan IPK 3.90. “Saya percaya bahwa kesuksesan tidak ditakdirkan untuk seseorang yang ber-IQ tinggi, tetapi kemauan dan kerja keras merupakan faktor pembeda antara satu individu dengan individu yang lain dalam kesuksesan,” paparnya. Hal yang terpenting yang membuatnya termotivasi menjalani kuliah ialah kedua orang tuanya. Eggy mengaku semangatnya timbul ketika melihat senyum kedua orang tuanya. “Melalui halhal sederhana yang saya lakukan, seperti memasang foto mereka di layar laptop, menyimpan fotonya di dompet saya, dan menempelnya di dinding kamar kos, menjadikan saya terpacu saat rasa malas menghampiri saya untuk belajar dan berkarya. Ya dengan melihat foto mereka,” terangnya. Selain membaca, Eggy juga gemar menulis. Ia menuangkan pemikirannya mengenai sastra lisan ini dalam sebuah buku. Buku tersebut kini sudah masuk percetakan di sebuah penerbit dan siap dipasarkan tahun 2017 mendatang.(*) Penulis : Faridah Hari Editor : Nuri Hermawan.
Meneliti HIV-AIDS, Imelda Manurung Lulus Terbaik S-3 FKM UNAIR UNAIR NEWS – Tren kasus HIV dan AIDS masih terus meningkat di seluruh wilayah di Indonesia, termasuk di seluruh kabupaten di Provinsi NTT. Data tahun 2015 menunjukkan, distribusi kasus HIV dan AIDS berdasarkan pekerjaan pengidapnya, paling tinggi berasal dari ibu rumah tangga. Hal inilah yang mendorong Imelda Februati Ester Manurung, SKM., M.Kes, mengangkat topik penelitian disertasi dengan judul “Model Pemberdayaan Hamba Tuhan dalam Mendukung Individu Berisiko HIV dan AIDS untuk Melakukan Voluntary Counselling Testing (VCT) di Provinsi Nusa Tenggara Timur”. Tesis itu ikut mengantarkan wanita kelahiran Laras, 20 Februari 1979, meraih predikat wisudawan terbaik dengan IPK hampir sempurna, 3,98. Pelaksanaan penelitian diawali dengan pengusulan izin penelitian mulai di tingkat provinsi, lalu ke tingkat Kabupaten dan Kota Kupang, sampai akhirnya ke Kantor Sinode GMIT untuk memperoleh data di setiap gereja GMIT di Kota Kupang. Kemudian pada tahap kedua, ia melihat pengaruh pelatihan pemberdayaan HIV terhadap health literacy (pengetahuan tentang HIV dan AIDS, keterampilan mengidentifikasi individu berisiko HIV dan keterampilan memberikan dukungan VCT) hamba Tuhan. “Dari hasil pelatihan menunjukkan terdapat peningkatan yang bermakna tingkat health literacy pada hamba Tuhan bila dibandingkan sebelum dan sesudah pelatihan,” katanya. Selanjutnya, penelitian Imelda diakhiri dengan koordinasi bersama hamba Tuhan pada kelompok intervensi, yaitu yang mengikuti pelatihan. Selama melakukan penelitian, perempuan
yang juga dosen di Universitas Udayana (Undana) Kupang ini mengaku mengalami sedikit kendala. “Awalnya ada stigma yang berasal dari hamba Tuhan, namun dengan sharing yang lebih dalam berkaitan penelitian, mendorong hamba Tuhan bersedia berpartisipasi,” tutur Imelda. Ke depan, wanita penggemar nonton dan membaca ini berharap agar pemerintah melaksanakan program pencegahan HIV berbasis masyarakat dengan memberdayakan hamba Tuhan. Cara yang disarankan, dengan melakukan intervensi terhadap faktor kepemimpinan melayani health literacy dan trust. Khusus pada faktor health literacy, pemerintah dapat melakukan intervensi dengan menggunakan modul pelatihan dari hasil penelitian ini. Pemerintah juga dapat melibatkan hamba Tuhan yang sudah dilatih pada penelitian ini untuk kegiatan dukungan VCT di masyarakat. “Hamba Tuhan yang sudah dilatih agar tetap memberikan dukungan pada individu berisiko HIV dan AIDS untuk melakukan VCT dan tetap terlibat mensosialisasikan isu HIV dan AIDS untuk meningkatkan kesadaran masyarakat,” pungkasnya. Sebagai wisudawan terbaik, pesan dan motivasi dari Imelda untuk mahasiswa UNAIR yang masih studi, bahwa berdoa dan bekerja adalah kunci keberhasilannya. “Tetap semangat dan jangan mudah menyerah. Meskipun ide kita masih ditolak pembimbing, revisi masih banyak, jadikanlah semua itu sumber semangat untuk lebih banyak belajar mencapai yang terbaik,” katanya. (*) Penulis: Lovita Marta Fabella Editor: Dilan Salsabila.
Airlangga Health Science Institute Siap Bersinergi dengan Pemerintah dan Swasta UNAIR NEWS – Airlangga Health Sciences Institute (AHSI) dibentuk pada 27 November 2015 melalui Surat Keputusan Rektor. AHSI dikepalai oleh Prof. Dr. Nasronudin., dr., Sp.PD-KPTI., dengan sekretaris Dr. Achmad Chusnu Romdhoni, dr.,Sp.THTKL(K). Sejak saat itu, AHSI berupaya melaksanakan tugas utamanya. Yakni, menjadi pilar pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan dan kedokteran. Selain itu, AHSI juga bertujuan untuk melaksanakan pelayanan, pelatihan, dan penelitian yang maksimal dan bermanfaat kongkret di masyarakat. Pengembangan ilmu pengetahuan di AHSI tidak kepalang tanggung. Mulai dari hulu hingga hilir. Penelitian dilaksanakan mulai dari meja laboratorium dengan sampel hewan, yang kemudian melalui banyak tahapan, hingga akhirnya memformulasi obat, perangkat medis, maupun pelayanan yang menyentuh langsung pada kehidupan manusia. “Terlebih, modal dasar atau potensi yang dimiliki juga memadai. Baik dari segi SDM, maupun fasilitas penunjang. AHSI memiliki laboratorium yang ada di unit-unit pendukung. Juga, memiliki sarana layanan umum yang langsung berinteraksi dengan masyarakat. Di sisi lain, keberadaan AHSI juga merupakan mandat Kementerian Kesehatan, dan Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi,” tutur Prof. Nasron. Dengan dukungan penuh dari pemerintah pusat ini pula, kata Prof. Nasron, pihaknya berani dan percaya diri untuk melangkah maju. Apalagi, UNAIR memang digadang-gadang menjadi salah satu pusat penelitian terbaik di tanah air. Melalui AHSI, cita-cita
itu akan diraih, tentunya bersama dukungan semua pihak di internal maupun eksternal kampus. “Untuk mewujudkan AHSI yang terdepan dalam pelayanan, pelatihan, dan penelitian, butuh kerjasama dari banyak pihak. Yakni, A (academic), B (Bussiness), G (Government), dan Community (Masyarakat). Para akademisi adalah tonggak utama untuk menjalankan AHSI dengan baik. Wawasan dan pengetahuan merupakan modal penting untuk melangsungkan bahtera ini. Pemikiran yang jernih dan gagasan menarik merupakan kunci pokok,” imbuh Direktur Utama AHSI. Sementara itu, kalangan bisnis diperlukan sebagai mitra kerjasama. Khususnya, dalam upaya melakukan aplikasi atau penerapan hasil-hasil penelitian maupun layanan ke masyarakat. Para pebisnis bisa menjadi katalisator dalam pengembangan imu pengetahuan dan teknologi. Misalnya, melalui dukungan finansial yang saling memberikan manfaat tiap pihak. Asalkan, sejak awal tidak ada tendensi untuk saling merugikan, dan tolok ukur utamanya tetap kesejahteraan masyarakat. Lantas, bagaimana peran government atau pemerintah? Sudah barang tentu, pemerintah sebagai regulator memiliki posisi sentral di semua lini. Adanya kesepahaman dalam memandang satu persoalan, akan membuat pemerintah objektif dalam membuat kebijakan. Baik yang berkenaan dengan anggaran, melalui hibah maupun dukungan dana, maupun yang terkait dengan persyaratan kerjasama yang ringkas dan menguntungkan semua pihak. Adapun peran Community atau masyarakat dalam pengembangan AHSI adalah berkaitan dengan perlunya pengawalan publik. Kontrol sosial sangat dibutuhkan untuk menjaga kualitas pelayanan yang disuguhkan. Keterbukaan pada masyarakat adalah cermin bahwa suatu institusi sudah melaksanakan tugasnya dengan baik dan benar. (*) Penulis: Rio F. Rachman Editor: Defrina Sukma S
Sinden UNAIR Berlaga Muslimah Award 2016
di
UNAIR NEWS – Kurnia Puspa Yuliani, mahasiswa Prodi Hubungan Internasional (HI) UNAIR ini berhasil menjadi finalis di ajang Muslimah Award 2016, pada Sabtu (17/12) di Gedung Islamic Center Pamekasan, Madura. Meskipun belum mendapat predikat juara, namun Kurnia berhasil masuk dalam 20 besar dalam ajang tersebut. Ajang ini diikuti oleh kurang lebih 81 peserta dari seluruh Jawa Timur. Layaknya penyeleksian kontes kecantikan pada umumnya, peserta Muslimah Award diseleksi dengan mengumpulkan foto dan data diri. Jika dinyatakan lolos seleksi awal, bisa melanjutkan ke tahap berikutnya yakni karantina. Melalui tahap karantina ini, terpilih 20 Finalis yang akan dibimbing selama tiga hari dan mendapatkan materi seperti Public Speaking, pengetahuan seputar agama, dan juga kunjungan di beberapa objek wisata di Madura. “Di karantina itu, kita diseleksi. Mulai membaca Al Quran, interview, dan bagaimana caranya kita syiar. Namun selama kita karantina, segala perilaku kita, kedisiplinan, keaktifan, dan bagaimana sikap kita terhadap finalis lain juga menjadi penilaian,” jelas mahasiswa yang aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa Karawitan sebagai Sinden (penyanyi Jawa perempuan dalam karawitan). Sebelum proses karantina, Kurnia mengungkapkan, ia sempat jatuh sakit dan membuatnya sempat down untuk bisa mengikuti proses karantina. Namun, berkat motivasi dari orang tuanya yang terus mendoakannya, ia kembali bersemangat dalam mengikuti segala tahapan selama proses karantina dengan baik.
“Saya ingat orang tua saya yang selalu mendoakan saya di rumah meskipun mereka tidak bisa lihat saya secara langsung. Jadi ketika sebelum memulai apapun kaya interview dan grand final, saya selalu telepon mereka,” kenang perwakilan Trenggalek di ajang tersebut. Selain sempat sakit, Kurnia juga harus mengalami kendala lain, salah satunya lintasan Catwalk yang kurang sempurna saat malam Grand Final. Sehingga membuat Kurnia gugup dan harus ekstra berhati hati. “Nah, di sini saya sedikit terganggu, soalnya lintasan untuk catwalk-nya nggak enak. Dan salah satu teman saya ada yang sampai jatuh ketika melintas. Tapi Alhamdulillah waktu saya jalan, saya nggak kenapa – kenapa,” ujarnya. Meskipun belum bisa membawa pulang juara, namun Kurnia sudah cukup senang karena sudah mendapatkan hasil yang memuaskan bagi dirinya, baik secara religi maupun penampilan. “Meskipun saya tidak juara minimal saya sudah bawa nama UNAIR di 20 Besar,” pungkasnya mengakhiri. (*) Penulis : Faridah Hari Editor
: Dilan Salsabila