Majalah
Media Komunikasi Masyarakat Perlindungan
Vol.14 No.1 Hlm.1- 38 Karawang Mei 2015
Hal. 5,12, 19 PRAKIRAAN SERANGAN OPT UTAMA PADI,JAGUNG, KEDELAI MT.2015
Hal. 29 OPTIMISME PETANI TERHADAP PROGRAM PERCEPATAN SWASEMBADA PANGAN
Media Komunikasi Masyarakat Perlindungan
Pelindung
Kepala BBPOPT
Kepala Bidang Pelayanan Teknik Informasi Dan Dokumentasi
Pimpinan Redaksi
Kepala Seksi Informasi dan Dokumentasi
Wk. Pimpinan Redaksi Kepala Seksi Pelayanan Teknik
Redaktur Pelaksana
Sarsito Wahono Gaib Subroto Baskoro Sugeng Wibowo Elwidar Mustaghfirin Edi Suwardiwijaya Memed Jamhari Lilik Retnowati Wayan Murdita Suwarman Urip S. Riyadi
Staf Redaksi Dulhalim
Dokumentasi & Grafis Urip S. Riyadi
Sirkulasi & Distribusi Eri Budiyanto
Alamat Redaksi
Jl. Raya Kaliasin Tromol Pos 1 Jatisari Karawang - Jawa Barat (41374) : (0264) 360581, 360368 :
[email protected] www.bbpopt.tanamanpangan.pertanian.go.id
Redaksi menerima kiriman artikel, atau tulisan lain yang bersifat popular dan sesuai dengan isi Majalah Peramalan OPT. Pengiriman naskah dapat melalui email ke
[email protected] atau
[email protected], disertai dengan data diri berupa biografi singkat dan alamat, nomor telepon, fax atau email (bila ada). Redaksi berhak melakukan perubahan naskah tanpa mengubah isi dari tulisan.
M
SELAMAT DATANG PAK DIRJEN
enteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, melantik Direktur Jenderal Tanaman Pangan (Dirjen TP), Rabu (07/01) di Auditorium Gedung F Kementerian Pertanian. Mentan berpesan kepada Dirjen TP baru: “usai dilantik, langsung kerja, tidak ada acara resepsi syukuran”. Pelantikan tersebut dilaksanakan berdasar kepada Surat Keputusan Presiden Nomor 216/M/tahun 2014 tanggal 29 Desember 2014, yang menetapkan Dr. Ir. Hasil Sembiring (mantan Direktur Serealia sebagai Direktur Jenderal Tanaman Pangan untuk menggantikan Ir. Udhoro Kasih Anggoro, MS. Pada kesempatan tersebut Mentan memberikan sambutan bahwa tanaman pangan merupakan sub-sektor penting dan strategis. “Sukses swasembada pangan padi, jagung dan kedelai (PAJALE) salah satunya ditentukan oleh kinerja Direktorat Jenderal Tanaman Pangan”. Mentan menjelaskan bahwa, pemerintah telah berkomitmen untuk mewujudkan kedaulatan pangan serta swasembada pangan. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan Presiden yang telah menetapkan agar swasembada padi, jagung dan kedelai harus dicapai dalam waktu tiga tahun. “Kementerian Pertanian menargetkan swasembada lebih cepat dari target tersebut, saya targetkan tahun 2016”, tambah Mentan. Dijelaskan Mentan, sebagai bentuk komitmen pemerintah terhadap program swasembada ini, pemerintah menambah alokasi anggaran 2015 melalui APBN-P sebesar 16 triliun, serta tambahan Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang pertanian sebesar empat triliun. Tambahan alokasi anggaran yang besar tersebut belum pernah diperoleh pemerintah sebelumnya. Pada kesempatan tersebut Mentan menekankan agar para petugas seluruh eselon I bekerja secara maksimal dengan komitmen, integritas dan loyalitas yang tinggi, walaupun terdapat pihak yang skeptis meragukan pencapaian swasembada tersebut. “Kita harus hadapi pandangan itu dengan semangat kerja dan optimisme yang tinggi,” paparnya. Mengakhiri sambutannya, Mentan menyampaikan harapannya secara tegas kepada Dirjen agar langsung bekerja usai dilantik, tidak ada acara resepsi syukuran atau pulang kampung, karena tugas-tugas penting sudah menanti. Selamat bertugas dan sukses untuk Pak Hasil Sembiring. (Redaksi) MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.14, No.1. Mei 2015
1
Foto : Dulhalim
Penanggung Jawab
Redaksi menerima saran, kritik, atau pendapat dan pertanyaan dari Anda. Kirimkan surat Anda ke alamat redaksi. Surat dapat juga dilengkapi dengan foto diri. Redaksi menerima kiriman naskah dengan panjang maksimum 3 halaman kuarto dengan spasi 1,5, termasuk foto dari luar. Redaksi berhak menyunting tulisan yang akan dimuat, tanpa mengurangi bobot tulisan. Ditunggu kiriman naskahnya. Alamat Redaksi: Buletin Peramalan Jl. Raya Kaliasin Tromol Pos 1 Jatisari - Karawang, Jawa Barat (41374) Telp/Fax : (0264) 360581, 360368 E-mail:
[email protected],
[email protected]
TERTARIK AGENS HAYATI Assalamuallaikum Wr. Wb. Saya tertarik agens hayati Beauveria, Metarhizium, dan Trichoderma, bagaimana cara pemanfaatannya di tingkat lapang dan bagaimana cara perbanyakannya. Mohon dijelaskan secara detail. Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih atas jawabannya. Salam Pedesaan…! Asep Rusmanta Desa Tinggar, Kec. Kadugede Kabupaten Kuningan – Jawa Barat. Jawab:
Salam kembali, pertanyaan yang bagus sekali dari Sdr. Asep Rusmanta di Kuningan. Beauveria sp. dan Metarhizium sp. merupakan jamur patogen serangga (JPS) yang saat ini telah banyak digunakan untuk mengendalikan serangga hama tanaman. Sedangkan Trichoderma sp. merupakan jamur antagonis berperan menekan aktivitas patogen tumbuhan. Ketiga jenis jamur tersebut dapat dikembangkan sendiri oleh petugas bahkan petani. Mekanisme infeksi dan karakteristik Beauveria sp., Metarhizium sp. dan Trichoderma sp. Karakteristik Beauveria bassiana tidak jauh berbeda dengan Metarhizium anisopliae yaitu mempunyai kapasitas reproduksi tinggi, siklus hidup pendek dapat membentuk spora yang bertahan lama di alam, aman, selektif dan kompatibel dengan berbagai insektisida kimia. Keberhasilannya sangat dipengaruhi faktor lingkungan (suhu, kelembaban dan sinar matahari), kerapatan spora dan waktu aplikasi yang tepat. Warna putih merupakan ciri khas dari Beauveria bassiana sedangkan Metarhizium anisopliae berwarna hijau. Proses infeksi dari kedua JPS tersebut melalui integumen, saluran pencernaan, spirakel dan lubang lainnya. Inokulum cendawan yang menempel pada tubuh serangga inang akan berkecambah dan berkembang membentuk tabung kecambah, kemudian masuk menembus kulit tubuh (integumen).
Walang Sangit (Leptocorisa oratorius) terserang Jamur Patogen Serangga Beauveria bassiana, tubuh inang ditumbuhi miselia berwarna putih (Foto: Cahyadi Irwan) Penembusan dilakukan secara mekanis dan atau kimiawi dengan mengeluarkan enzim atau toksin. Cendawan akan berkembang dalam tubuh inang dan menyerang seluruh jaringan tubuh, sehingga serangga mati. Miselia menembus keluar tubuh inang dan tumbuh menutupi tubuh inang dan memproduksi konidia. Gejala serangan akan tampak dengan ditandai tubuh serangga akan mengeras dan miselia cendawan menutupi tubuh inang dan berwarna putih. Sedangkan proses antagonis Trichoderma sp. terhadap patogen tular tanah adalah dengan proses parasitisme atau antibiosis dengan mengeluarkan enzim yang mengintervensi aktivitas patogen.
Uji Invitro mengadu antara patogen dengan Trichoderma sp. pada media agar.(Foto: Cahyadi Irwan) MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.14, No.1. Mei 2015
3
Oleh : Dwitya R. Gabriel, Busyairi L. Ashar, Dedi Darmadi POPT Ahli Pertama - BBPOPT
P
rakiraan OPT adalah kegiatan untuk mendeteksi dan memprediksi populasi dan serangan OPT serta kemungkinan penyebaran dan akibat yang akan ditimbulkan. Prakiraan serangan OPT bertujuan untuk memberikan informasi tentang populasi, intensitas dan luas serangan, serta penyebaran OPT pada ruang dan waktu yang akan datang dan prakiraan diperlukan adanya perbedaan waktu antara keadaan akan dibutuhkan suatu kebijakan baru. Kegunaan dari suatu prakiraan dapat dilihat pada saat pengambilan keputusan. Analisis prakiraan serangan OPT berdasarkan angka luas serangan yang akan terjadi pada periode sebelumnya dengan menggunakan model yang dikembangkan BBPOPT. Berdasarkan informasi prakiraan serangan OPT tersebut, diharapkan instansi terkait di tingkat kabupaten/kota dan provinsi dapat dengan segera melakukan upaya untuk mencegah/mengendalikan peningkatan populasi dan serangan OPT, sehingga kerugian yang lebih besar dapat dihindari.
Secara umum prakiraan serangan OPT utama tanaman padi di Indonesia pada musim tanam (MT) 2015 (176.045 ha) cenderung lebih tinggi bila dibandingkan dengan MT. 2014/2015 (165.179 ha), maupun MT. 2014 (172.842 ha). Berdasarkan jenis OPT, prakiraan luas serangan OPT utama padi pada MT. 2015 dari yang tertinggi sampai dengan yang terendah adalah sebagai berikut : PBP, Tikus, WBC, BLB, Blas,Tungro, dan Ulat Grayak. Secara rinci, prakiraan serangan OPT utama padi dapat dilihat pada Tabel 1. dibawah ini : Tabel 1. Kejadian Serangan OPT Utama Padi MT.2014 dan MT. 2014/2015 serta Prakiraan luas Serangan MT. 2015 di Indonesia. No.
OPT UTAMA
KLTS MT. 2014 (Ha)
KLTS MT. 2014/2015 (Ha)
Prakiraan Serangan MT. 2015 (ha)
Sasaran Tanam MT. 2015 (Ha)
Prakiraan Ser. OPT Thd sasaran Tanam (%)
1
PBP
43.312
42.564
90.492
1.45
2
WBC
40.701
23.160
21.621
0.35
3
TIKUS
51.122
46.770
36.726
0.59
4
TUNGRO
2.395
3.575
2.744
5
BLAS
11.454
23.852
7.840
6
BLB
20.825
23.995
13.837
0.22
7
Ulat Grayak
3.032
1.263
2.784
0.04
172.842
165.179
176.045
Jumlah
6.223.856,83
6.223.856,83
0.04 0.13
2.83
MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.14, No.1. Mei 2015
5
Tabel 2. Prakiraan Serangan OPT Utama Padi MT.2015 menurut Provinsi di Indonesia No.
Propinsi
PBP (ha)
WBC (ha
TIKUS (ha)
TUNGRO (ha)
BLAS (ha)
BLB (ha)
Ulat Grayak
2.283
597
2.814
6
345
795
59
1
Aceh
2
Sumatera Utara
493
3
917
29
270
443
75
3
Sumatera Barat
112
150
900
140
118
16
8
4
Riau
503
85
225
6
82
50
9
5
Jambi
176
82
164
8
34
26
8
6
Sumatera Selatan
5.549
703
1.619
98
846
769
513
7
Bengkulu
671
118
739
218
295
232
19
8
Lampung
2.065
265
1.468
6
556
455
12
9
Kep. Babel
7
20
19
6
10
4
12
10
Kep. Riau
0
3
2
6
5
4
8
11
DKI Jakarta
35
3
90
6
5
4
8
12
Jawa Barat
21.251
9.034
7.562
571
1.169
3.892
125
13
Jawa Tengah
27.177
5.552
6.689
673
1.172
4.038
59
14
DI Jogjakarta
2.132
136
789
61
163
249
9
15
Jawa Timur
5.881
2.579
4.218
338
1.320
1.393
238
16
Banten
694
603
159
108
41
233
93
17
Bali
410
285
416
225
154
200
8
18
NTB
813
27
91
50
125
163
87
19
NTT
621
49
172
23
7
21
120
20
Kalbar
1.050
287
582
30
167
4
138
21
Kalteng
409
3
204
6
41
84
8
22
Kalsel
5
3
147
6
30
4
14
23
Kaltim
306
3
340
6
62
31
36
24
Sulawesi Utara
1.163
5
143
41
23
64
39
25
Sulteng
409
57
316
6
12
24
75
26
Sulsel
9.030
591
2.521
12
331
329
317
27
Sultra
4.731
139
2.613
6
195
29
8
28
Gorontalo
828
28
90
6
5
188
211
29
Sulbar
501
3
376
6
6
25
224
30
Maluku
197
14
71
6
70
37
8
31
Maluku Utara
231
3
2
6
5
4
8
32
Papua Barat
358
156
190
6
43
4
59
33
Papua
402
33
78
30
135
24
173
90.492
21.621
36.726
2.744
7.840
13.837
2.784
JUMLAH
MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.14, No.1. Mei 2015
7
PRAKIRAAN LUAS SERANGAN TIKUS ( Rattus argentiventer ) PADA TANAMAN PADI MT. 2015 MENURUT PROVINSI DI INDONESIA
PRAKIRAAN LUAS SERANGAN PENYAKIT TUNGRO PADA TANAMAN PADI MT. 2015 MENURUT PROVINSI DI INDONESIA
MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.14, No.1. Mei 2015
9
PRAKIRAAN LUAS SERANGAN ULAT GRAYAK (Spodoptera litura) PADA TANAMAN PADI MT. 2015 MENURUT PROVINSI DI INDONESIA
PENGENDALIAN OPT UTAMA PADI SPESIFIK LOKASI Pengendalian Hama Serangga (Penggerek Batang Padi, Wereng Batang Coklat, Ulat Grayak, dll) 1. Pengamatan populasi serangga dewasa berdasarkan tangkapan pada lampu perangkap. 2. Pengamatan penerbangan serangga dewasa seminggu sekali. 3. Kendalikan hama, jika populasi serangga mencapai populasi melebihi ambang kerusakan. 4. Untuk hama penggerek batang padi, kendalikan pada 4 hari setelah ada penerbangan serangga dewasa. Pengendalian Tikus : 1. Pasang umpan tikus beracun yang disukai tikus, jenis umpan diganti setiap 4-5 hari. 2. Pengemposan belerang di lubang tikus dan lubang keluar ditutup. 3. Pemasangan LTBS bubu perangkap di tempat sarang tikus. 4. Pemasangan TBS dan bubu perangkap disekeliling pertanaman. 5. Gropyokan memburu tikus dengan berbagai cara, termasuk menggunakan anjing pemburu tikus.
Pengendalian Penyakit Padi (BLB, Blas, Tungro, Kerdil Rumput/Hampa,) Penyakit yang menginfeksi tanaman padi sukar dikendalikan. Pengendalian dianjurkan bersifat preventif dan perlu tindakan antisipatif, dengan cara : 1. Menanam varietas tahan terhadap penyakit endemik. 2. Pengairan diberikan secara intermitten, tanaman tidak tergenang terus menerus. 3. Hindarkan pemberian pupuk urea secara berlebihan. 4. Kendalikan serangga vector, termasuk populasi wereng (Wereng Batang Coklat, Wereng Punggung Putih dan Wereng Daun Hijau). 5. Hindarkan penanaman varietas peka, lakukan rotasi varietas. 6. Eradikasi selektif terhadap tanaman terinfeksi penyakit. 7. Sanitasi terhadap tanaman inang pada waktu tidak terdapat tanaman padi. Selamat Mengendalikan..!!! (USR)***
MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.14, No.1. Mei 2015
11
Prakiraan Serangan Lalat Bibit Prakiraan serangan hama Lalat Bibit tertinggi diprakirakan akan terjadi di Provinsi Jawa Timur prakiraan serangan mencapai luas 155 Ha, Sulawesi Utara seluas 87 Ha dan Jawa Barat seluas 78 Ha. Prakiraan Serangan Penggerek Batang Jagung Prakiraan serangan hama Penggerek Batang Jagung tertinggi terdapat di 3 (tiga) provinsi yaitu Jawa Tengah mencapai luas serangan 281 Ha , diikuti Provinsi Lampung seluas 174 Ha, dan Aceh seluas 143 Ha. Prakiraan Serangan Bulai pada Jagung Tiga provinsi yang diprakirakan serangan Penyakit Bulai tertinggi adalah Provinsi Jawa Timur seluas 415 Ha, diikuti Provinsi Jawa Tengah 260 Ha, dan Provinsi Lampung seluas 159 Ha. Prakiraan Serangan Tikus pada Jagung Prakiraan serangan hama Tikus yang tinggi akan terjadi di 3 (tiga) provinsi, yaitu Provinsi Jawa Tengah 292 Ha, Provinsi Sulawesi Selatan 198 Ha dan Provinsi Sumatera Utara 158 Ha. Prakiraan Serangan Penggerek Tongkol Jagung Tiga provinsi yang diprakirakan serangan Penggerek Tongkol tertinggi adalah Provinsi Aceh seluas 278 Ha, diikuti Provinsi Jawa Barat 205 Ha, dan Provinsi Jawa Timur seluas 157 Ha. Prakiraan Serangan Ulat Grayak pada Jagung Prakiraan serangan Ulat Grayak tertinggi diprakirakan akan terjadi di Provinsi Lampung, Gorontalo, NTT dan Aceh. Di Lampung prakiraan serangan mencapai luas 439 Ha, Provinsi Gorontalo seluas 409 Ha, NTT seluas 174 Ha dan Aceh seluas 174 Ha. Prakiraan Serangan Penyakit Hawar Daun Jagung Prakiraan serangan Penyakit Hawar Daun Jagung tertinggi terdapat di 3 (tiga) provinsi yaitu Provinsi Jawa Barat mencapai luas serangan 66 Ha, diikuti Provinsi Jawa Timur seluas 40 Ha, dan Provinsi Sumatra Utara seluas 35 Ha.
PENGENDALIAN OPT UTAMA JAGUNG SPESIFIK LOKASI 1. Lalat Bibit (Atherigona sp.) :
Pemanfaatan musuh alami, predator : (Oxyopes sp,
Paederus sp., Micraspis sp., Coccinella sp., Solenopsis sp., Collitrichia sp., Euborellia sp.), Parasitoid : (Cardiochiles sp., Argirophylax sp.)
Kultur teknis/pola tanam dengan cara pergiliran tana-
man dengan tanaman bukan padi dan jagung, penggunaan varietas tahan, tanam serempak dan penggunaan mulsa.
Perawatan benih (Seed Dressing) dengan menggunakan thiodikarb atau karbofuran. Insektisida karbosulfan, monokrotofos, klorpirifos, fenpropatrin, fenvalerat. 2. Penggerek Batang (Ostrinia furnacalis) :
Pengendalian dengan musuh alami, parasit
Trichogramma sp, Chelonus sp, Micraspis sp., predator dari laba-laba dari family Argiopidae, Oxyopidae, Theriidae; predator semut: Solenopsis germinata, Proreus simulans (Dermaptera), Harmonia octomaculata. Jamur pathogen serangga Beauveria bassiana.
Kultur teknis/pola tanam dengan cara tumpang sari
jagung dengan kedelai dan kacang tanah, waktu tanam, pengolahan tanah/tanah dibalik, sanitasi sisasisa tanaman jagung, varietas tahan, pemangkasan bunga jantan.
Pengendalian dengan insektisida berbahan aktif
monokrotofos, triazofos, dikhlorfos, karbofuran, sipermetrin, dan insektisida biologi Bacillus thuringiensis 3. Penyakit Bulai (Peronosclerospora maydis) dan Hawar Daun (Helminthosporium maydis) :
Kultur teknis : Menanam varietas tahan bulai (Var. Kalingga, Arjuna, Wiyasa, Bromo, Parikesit dan Hibrida C1).
Sanitasi sisa-sisa tanaman jagung. Tidak menanam benih jagung yang berasal dari tanaman sakit.
Menanam secara serentak pada awal sampai akhir musim kemarau.
Mengatur waktu tanam. Mencabut dan membakar tanaman yang terserang.
Perlakuan benih dengan fungisida sistemik Ridomill
(bahan aktif : metalaksil). Bersambung ke halaman 18
MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.14, No.1. Mei 2015
13
PRAKIRAAN LUAS SERANGAN LALAT BIBIT PADA TANAMAN JAGUNG MT. 2015 MENURUT PROVINSI DI INDONESIA
PRAKIRAAN LUAS SERANGAN PENGGEREK BATANG PADA TANAMAN JAGUNG MT. 2015 MENURUT PROVINSI DI INDONESIA
MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.14, No.1. Mei 2015
15
PRAKIRAAN LUAS SERANGAN PENGGEREK TONGKOL PADA TANAMAN JAGUNG MT. 2015 MENURUT PROVINSI DI INDONESIA
PRAKIRAAN LUAS SERANGAN ULAT GRAYAK PADA TANAMAN JAGUNG MT. 2015 MENURUT PROVINSI DI INDONESIA
MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.14, No.1. Mei 2015
17
Oleh : Sujiono, Wayan Murdita, POPT Ahli Pertama - BBPOPT
S
ecara umum prakiraan luas serangan OPT utama tanaman kedelai pada musim tanam (MT) 2015 adalah 2.925 ha. Berdasarkan jenis OPT, serangan tertinggi sampai dengan yang terendah dari OPT utama pada tanaman kedelai adalah sebagai berikut : penggulung daun 852 ha, ulat grayak 688 ha, penggerek polong 446 ha, Tikus 385 ha, ulat jengkal 378 ha, dan lalat kacang 185 ha. Rincian prakiraan serangan OPT utama pada tanaman kedelai MT. 2015 di Indonesia dapat dilihat pada table 1. dibawah ini : Tabel 3. Kejadian Serangan OPT Utama Kedelai MT.2014 dan MT. 2014/2015 serta Prakiraan luas Serangan MT. 2015 di Indonesia.
No. OPT UTAMA
KLTS MT. 2014 (Ha)
KLTS MT. 2014/2015 (Ha)
Prakiraan Serangan MT. 2015 (ha)
Sasaran Tanam MT. 2015 (Ha)
Presentase Prakiraan thd sasaran tanam (%)
1.176
520
446
0.07
1
Penggerek Polong
2
Lalat Kacang
666
87
185
0.03
3
Ulat Grayak
1.721
750
688
0.12
4
Tikus
743
259
385
5
Penggulung Daun
1.283
445
852
0.14
6
Ulat Jengkal
581
375
378
0.06
9.191
2.435
2.925
Jumlah
596.677
596.677
0.06
0.49
Prakiraan Serangan Penggerek Polong Kedelai (Etiella zinckenella Tr.)
Prakiraan Serangan Lalat Kacang (Ophiomyia phaseoli)
Serangan Penggerek Polong kedelai pada MT. 2015 diprakirakan akan mengalami penurunan dibandingkan pada MT. 2014/2015. Prakiraan luas serangan penggerek polong kedelai tertinggi adalah Provinsi Aceh seluas 142 ha, diikuti oleh Provinsi Nusa Tenggara Barat seluas 40 ha dan Provinsi Jawa Barat seluas 38 ha.
Serangan lalat kacang kedelai pada musim tanam (MT) 2015 diprakirakan akan mengalami peningkatan dibandingkan pada MT. 2014/2015. Prakiraan luas serangan tertinggi lalat kacang pada tanaman kedelai berada di Provinsi Jawa Barat seluas 46 ha, Aceh seluas 27 ha dan Sulsel seluas 24 ha. MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.14, No.1. Mei 2015
19
Tabel 4. Prakiraan Serangan OPT Utama Kedelai MT.2015 menurut Provinsi di Indonesia No.
Propinsi
Penggerek Polong (Ha)
Lalat Kacang (Ha)
Ulat Grayak (Ha)
TIKUS (Ha)
Penggulung Daun (Ha)
Ulat Jengkal (Ha)
1
Aceh
142
27
96
3
267
27
2
Sumatera Utara
32
2
30
47
11
2
3
Sumatera Barat
2
2
3
3
3
2
4
Riau
2
2
3
3
3
2
5
Jambi
3
3
11
3
11
2
6
Sumatera Selatan
34
3
6
48
10
9
7
Bengkulu
2
2
6
3
3
2
8
Lampung
6
2
3
24
3
5
9
Kep. Babel
2
2
3
3
3
2
10
Kep. Riau
2
2
3
3
3
2
11
DKI Jakarta
2
2
3
3
3
2
12
Jawa Barat
38
46
38
20
178
12
13
Jawa Tengah
16
19
105
14
96
176
14
DI Jogjakarta
2
2
3
3
3
51
15
Jawa Timur
11
3
67
30
19
22
16
Banten
2
2
3
3
3
2
17
Bali
2
2
3
3
3
2
18
NTB
40
12
12
22
90
27
19
NTT
2
2
3
3
3
2
20
Kalbar
2
2
3
3
3
2
21
KalTeng
2
2
3
3
3
2
22
KalSel
2
2
3
3
3
2
23
KalTim
2
2
3
3
3
2
24
Sulawesi Utara
2
7
3
45
3
2
25
Sulawesi Tengah
7
2
10
3
26
2
26
Sulawesi Selatan
20
24
90
7
9
2
27
Sultra
34
2
72
25
35
2
28
Gorontalo
4
2
26
32
3
2
29
Sulawesi Barat
2
2
3
3
4
2
30
Maluku
2
2
7
3
3
2
31
Maluku Utara
2
2
3
3
5
2
32
Papua Barat
13
2
22
16
21
2
33
Papua
5
2
39
3
8
6
446
185
688
385
842
378
Jumlah
MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.14, No.1. Mei 2015
21
PRAKIRAAN LUAS SERANGAN ULAT GRAYAK PADA TANAMAN KEDELAI MT. 2015 MENURUT PROVINSI DI INDONESIA
PRAKIRAAN LUAS SERANGAN TIKUS PADA TANAMAN KEDELAI MT. 2015 MENURUT PROVINSI DI INDONESIA
MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.14, No.1. Mei 2015
23
PENGENDALIAN OPT UTAMA KEDELAI SPESIFIK LOKASI 1. Penggerek Polong (Etiella zinckenella Tr.) :
Tanam serempak dalam satu hamparan luas dengan selisih waktu kurang dari 10 hari.
Rotasi tanaman bukan inang. Penanaman tanaman perangkap (kedelai varietas Dieng dan Malabar).
Pelepasan parasitoid Trichogramma sp. Gunakan insektisida anjuran, terdaftar dan diizinkan jika mencapai ambang pengendalian. 2. Lalat Kacang (Ophiomyia phaseoli) :
Tanam serempak dalam satu hamparan luas, selisih waktu tanam tidak lebih dari 10 hari.
Rotasi tanaman bukan inang. Pemberian mulsa jerami.
4. Penggulung Daun (Lamprosema indicata) :
Tanam serempak dalam satu hamparan luas dengan selisih waktu kurang dari 10 hari.
Rotasi tanaman bukan inang. Pemantauan
lahan secara rutin pemusnahan kelompok telur dan ulat.
dengan
Penggunaan NPV (Nuclear Polyhidrosis Virus),
virus tersebut menginfeksi ulat penggulung daun. Patogen dapat diproduksi secara sederhana yaitu dengan menggerus ulat mati yang terinfeksi NPV kemudian diencerkan dengan air. Kebutuhan tiap hektar adalah 188 ekor larva terserang virus dilarutkan dalam 500 l air/ha.
Penanaman tanaman perangkap (Jagung). Gunakan insektisida anjuran, terdaftar dan diizinkan jika mencapai ambang pengendalian.
5. Ulat Jengkal (Plusia chalcites) :
Penanaman tanaman perangkap (kacang hijau varie-
Tanam serempak dalam satu hamparan luas. Pengumpulan dan pemusnahan larva instar 4-6.
Penanaman varietas tahan (Varietas Galunggung,
Penanaman tanaman perangkap (jagung).
tas merak).
Kerinci, Tidar)
Daerah endemis dengan perlakuan benih dengan insektidida karbosulfan.
Gunakan insektisida anjuran, terdaftar dan diizinkan jika mencapai ambang pengendalian. 3. Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Tanam serempak dalam satu hamparan luas, selisih waktu relative pendek (kurang dari 10 ha).
Pemusnahan kelompok telur dan larva. Penggunaan SI-NPV (Spodoptera litura Nuclear Pol-
yhidrosis Virus), virus tersebut menginfeksi ulat grayak. Patogen dapat diproduksi secara sederhana yaitu dengan menggerus ulat mati yang terinfeksi SI-NPV kemudian diencerkan dengan air. Kebutuhan tiap hektar adalah 25 ekor larva terserang virus (instar 4-6) dilarutkan dalam 500 l air/ha.
Gunakan insektisida anjuran, terdaftar dan diizinkan jika mencapai ambang pengendalian.
Ambang Pengendalian :
200 ekor larva instar-1 per 10 rumpun, 120 ekor
larva instar-2 per 10 rumpun, 20 ekor larva instar 3/10 rumpun pada umur 11-30 hari setelah tanam (hst).
30 ekor larva instar-3/10 rumpun pada umur 3150 hst.
50 ekor larva instar-3/10 rumpun pada umur 5170 hst
Intensitas serangan 12,5 % pada umur 11-70 hst.
Penggunaan feromoid seks 6 perangkap per hektar. Penanaman tanaman perangkap (Jagung) Penggunaan serbuk biji mimba 10 gram/liter. Gunakan insektisida anjuran, terdaftar dan diizinkan jika mencapai ambang pengendalian.
MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.14, No.1. Mei 2015
25
Menteri Pertanian menempatkan satu Direktur atau Kepala Balai Besar (eselon 2) dibeberapa kabupaten dalam satu provinsi sebagai penanggungjawab untuk mengawal upaya swasembada padi, jagung, dan kedelai selama tiga tahun mendatang. Selain menempatkan penanggungjawab di provinsi, juga ditekankan bahwa setiap kabupaten harus mampu meningkatkan indeks pertanaman dan produktivitas hasil tanam. Indeks pertanaman yang biasanya tanam sekali menjadi dua kali, produktivitas yang biasanya lima ton per hektar menjadi 5,5 sampai enam ton per hektar. Berdasarkan Kepmentan nomor 1243 tahun 2014, Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) ditunjuk sebagai Tim Supervisi dan Pendampingan sebagai penanggungjawab Program Upsus Swasembada Padi, Jagung dan Kedelai (PAJALE) di Provinsi Riau yang meliputi 4 kabupaten yaitu: Kampar, Kuantan Singingi, Rokan Hulu dan Bengkalis. Sedang 4 kabupaten lain (Indragiri Hilir, Indragiri Hulu, Kepulauan Meranti dan Siak) menjadi tanggungjawab Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau. Ketua Tim supervisi untuk Provinsi Riau yaitu Staf Ahli Menteri Bidang Lingkungan (Ir. Mukti Sardjono,MSc). Provinsi Riau terdiri dari 12 kabupaten, yang mendapat program Upsus swasembada pangan hanya 8 kabupaten. Kabupaten yang tidak mendapatkan program Upsus yaitu Kabupaten Dumai, Kota Pekanbaru, Kabupaten Rokan Hilir dan Kabupaten Pelalawan.
Ketua Tim supervisi untuk Provinsi Riau Ir.Mukti Sardjono,MSc Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Lingkungan (Baju Putih)
Sasaran produksi Provinsi Riau (12 kabupaten/kota)tahun 2015 sebesar 473.179 ton. Sasaran produksi ini sudah kesepakatan dengan Kepala Dinas Pertanian kabupaten/kota. Sasaran produksi dari kabupaten binaan BBPOPT, masingmasing sebesar : a). Kabupaten Kampar sebesar 32.897 ton dari sasaran luas tanam Okmar = 4.922 ha dan Asep = 4.995 ha. b). Kabupaten Kuantan Singingi sebesar 51.848 ton dari sasaran tanam Okmar = 11.013 ha dan Asep = 1.581 ha. c). Kabupaten Rokan Hulu sebesar 56.174 ton dari sasaran luas tanam Okmar = 12.861 dan asep = 7.291 ha. d). Kabupaten Bengkalis sebesar 25.177 ton dari sasaran luas tanam Okmar = 3.285 ha dan Asep = 3.980 ha. Program Upsus Padi, Jagung dan Kedelai selain melalui Perbaikan Jaringan Irigasi (PJI), Optimasi Lahan (OPL), juga Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GPPTT) dan Bantuan Sosial (Bansos) alat mesin pertanian. Untuk kegiatan PJI, OPL dan GPPTT bansos berupa transfer uang langsung ke Kelompok tani sesuai dengan CPCL yang diusulkan. Sedang bansos alat mesin pertanian berupa barang dan langsung diberikan kepada Kelompok tani. Kelompok tani dapat langsung membeli benih yang akan digunakan untuk kegiatan Upsus di pasar bebas di lokasi kelompok tani tersebut. Provinsi Riau, khususnya Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Riau dalam mendukung Upsus peningkatan produksi tanaman Padi, Jagung dan Kedelai menuju swasembada pangan agar berjalan lancar dan sesuai target, telah membentuk Tim Teknis melalui Keputusan Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi nomor: SK.050.378/ BTP/2015 tertanggal 30 Januari 2015 tentang Pembentukan Tim Teknis Upaya Khusus (Upsus) Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai Lingkup Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Riau. Tim Teknis terdiri dari UPT Benih TPH, BPTP, UPT Perlindungan TPH, POPT, UPT PSB TPH dan Fungsional Widyaiswara. Penanganan OPT ditangani langsung oleh UPT Perlindungan TPH Provinsi Riau yang sudah masuk dalam Tim teknis Upsus. Sedang kesediaan benih di lapangan secara teknis akan dibantu oleh BPTP.***
LILIK RETNOWATI Kepala Seksi Pelayanan Teknik Balai Besar Peramalan OPT
MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.14, No.1. Mei 2015
27
OPTIMISME PETANI TERHADAP PROGRAM PERCEPATAN SWASEMBADA PANGAN
S
wasembada pangan menjadi target utama program pembangunan pemerintah tiga tahun kedepan. Program ini menjadi sangat urgen mengingat ketergantungan yang sangat tinggi terhadap produk impor, khususnya pada 5 komoditas pokok, yaitu; beras, jagung, gula, kedelai dan daging sapi. Kondisi ini berpotensi mengancam bangsa dari sisi stabilitas ekonomi, politik dan keamanan. Mengapa? Pangan adalah kebutuhan dasar. Ketergantungan yang tinggi terhadap impor tentu meningkatkan potensi kendali asing atas bangsa kita. Kebutuhan yang tinggi terhadap dolar dan valas juga memposisikan kita dalam situasi yang tidak terprediksi sesuai dengan perkembangan kondisi pasar uang yang rentan goncangan. Angka importansi produk pertanian meningkat 4 x lipat sejak 2003 USD 3,34 milyar menjadi 14,49 Milyar ditahun 2013. Oleh karena itu, program percepatan menjadi sebuah keniscayaan. Ada lima langkah di sektor produktif yang diprioritaskan pemerintah untuk segera ditangani guna mempercepat tercapainya swasembada pangan dengan alokasi anggaran rapat dan perjalanan dinas tahun 2015, yaitu :
1
Perbaikan irigasi pertanian terutama irigasi tersier yang tingkat kerusakannya sudah mencapai 52 % sehingga 3 juta Ha lahan pertanian tidak dapat terairi dengan baik.
2
Penyediaan bibit unggul bagi petani secara tepat waktu dan kualitas serta sesuai standar dengan jumlah cukup, mengingat penyerapan bibit unggul oleh petani sejauh ini hanya tercapai 20 % akibat tidak tersedianya bibit unggul.
3
Pupuk sesuai dengan RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok) terutama pupuk subsidi ‘langka’ menyebabkan produktivitas menurun signifikan.
4
Kurangnya alat dan mesin pertanian sehingga kurang mendukung percepatan masa tanam di tengah kondisi makin menurunnya tenaga kerja yang bekerja disektor pertanian. Traktor contohnya, guna penggunaan lahan serempak jumlahnya sangat terbatas sementara tenaga kerja sektor pertanian makin menurun jumlahnya sehingga penyiapan tanam pun terlambat, pada sisi paska panen. Kekurangan mesin pengering dan alat pemanen menyebabkan tingkat kehilangan panen mencapai 10,2 % .
5
Menambah jumlah penyuluh pertamian pendamping petani, sangat terbatasnya jumlat penyuluh berakibat proses budidaya padi tidak terarahkan dengan baik, kehutanan dan perikanan setidaknya 57.000 orang. Kekurangan penyuluh ini dibatasi melalui kerjasama (MoU) dengan TNI-AD perguruan tinggi tani seperti IPB, UGM, UNHAS dan bahkan dengan organisasi nelayan andalan. MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.14, No.1. Mei 2015
29
ungau sangat kecil, nyaris tak terlihat dengan mata telanjang hanya terlihat sebagai bercak kemerahan atau kehijauan pada daun dan batang. Ukuran betina dewasa sekitar 0,4 mm. Tungau sangat polifag. Hama ini dapat memakan ratusan tanaman, termasuk sebagian besar sayuran dan tanaman pangan, seperti paprika, tomat, kentang, kacang-kacangan, jagung dan stroberi serta tanaman hias seperti mawar. Tungau bertelur pada daun, nimfa dan imago hidup dengan cara menghisap isi sel, dari sel demi sel daun, meninggalkan bercak pucat kecil atau bekas luka di mana hijau epidermal sel telah dihancurkan. Meskipun lesi individu sangat kecil, serangan oleh ratusan atau ribuan tungau laba-laba dapat menyebabkan ribuan lesi. Dengan demikian secara signifikan dapat mengurangi kemampuan tanaman berfotosintesis.
T
Bioekologi Tungau betina meletakan telur pada permukaan daun bagian bawah dekat tulang daun, bila populasi melimpah, telur akan diletakan secara acak. Kepadatan populasi tungau dan produksi telur akan meningkat dengan adanya periode kering, pertumbuhan daun baru dan meningkatnya jumlah klorofil. Serangan biasanya terjadi pada bulan Juni sampai Agustus. Sebaliknya, populasi akan menurun selama dan setelah musim penghujan.
Telur berbentuk bulat dengan diameter 0,04 mm, berwarna bening dan berumur 2-4 hari. Setelah telur menetas, nimfa muda berwarna putih. Nimfa yang baru muncul mempunyai 3 (tiga) pasang kaki yang disebut protonimfa. Fase protonimfa berlangsung antara 1-4 hari, setelah itu protonimfa berubah warna dari putih menjadi orange kemerahan dan kakinya menjadi 4 (empat) pasang, fase ini disebut deutonimfa dan berlangsung 2-6 hari. Imago (dewasa) betina terjadi setelah mengalami fase pre-oviposisi sekitar 1-6 hari. Bentuk imago betina umumnya agak bulat, sedangkan jantan lebih ramping.
MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.14, No.1. Mei 2015
31
B
eberapa tahun terakhir ini, petani ubi jalar di Kabupaten Kuningan dihebohkan dengan kemunculan OPT baru yang menyerang tanaman ubi jalar. Seperti apa gejalanya? Gejalanya adalah permukaan daun bagian bawah, tangkai daun dan batang ubi jalar dipenuhi dengan puru (gall) atau bisul-bisul. Yang menjadi pertanyaan, kira-kira apakah penyebabnya? Apakah hama atau penyakit? Untuk menjawab pertanyaan itu dan memastikan OPT penyebabnya maka perlu dilakukan kajian khusus. Salah satu diantaranya adalah kajian literatur. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari sumber terpercaya, antara lain : International Potato Center, Lucid central dan Balitkabi Litbang Pertanian dipastikan bahwa penyebab puru pada daun, tangkai daun dan batang ubi jalar adalah Hama Tungau. Apakah itu tungau? Tungau adalah sejenis hewan berukuran sangat kecil dari golongan acarina/laba-laba/caplak. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai hama tersebut diatas, berikut ini adalah deskripsi singkat yang wajib diketahui oleh petani ubi jalar maupun pihak-pihak yang terkait. Sejarah dan Perkembangannya Puru tungau disebabkan oleh tungau Eriophyes gastrotrichus dandideskripsikan pertama kali oleh Nalepa (1918) dari koleksi ubi jalar di Jawa. Secara taksonomi tungau puru termasuk kedalam Klas : Arachnida, Ordo : Acarina, Famili : Eriophyiidae. Tungau puru E. gastrotrichus berkembang pesat pertama kali di Filipina dan Papua Nugini, dan saat ini telah menyebar ke tanah air kita. Beberapa daerah yang sudah ditemukan adanya tungau puru diantaranya Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Kerusakan Serangan hama tungau E. gastrotrichus menyebabkan gejala puru (gall) pada daun, tangkai, dan batang tanaman ubi jalar (Gambar 1). Bentuk dan ukuran puru tidak beraturan, terbentuk akibat dari tungau puru mengeluarkan senyawa kimia pada saat menghisap cairan tanaman. Senyawa kimia tersebut menyebabkan jaringan tanaman tumbuh tidak normal. Awalnya, puru berwarna hijau muda, tetapi setelah itu puru tersebut berubah menjadi berwarna cokelat. Pada kondisi serangan berat, daun-daun ubi jalar menjadi keriting sehingga penampilannya seolah-olah sudah tidak berbentuk daun lagi. Tungau dari beberapa stadia yang berbeda dapat hidup didalam purutersebut.
Serangan hama Tungau Puru E. gastrotrichus menyebabkan gejala puru (gall) pada daun, tangkai, dan batang tanaman ubi jalar (Foto : Urip SR) MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.14, No.1. Mei 2015
33
ugas berat bagi Hasil Sembiring, tapi mulia. Berat karena institusi ini merupakan penanggung jawab teknis sukses tidaknya program swasembada pangan. Dari tujuh komoditas pangan utama, tiga diantaranya berada di bawah pimpinan Ditjen Tanaman pangan yaitu padi, jagung, dan kedelai. Mentan menilai sub-sektor tanaman pangan “Menteri Pertanian Dr. Ir. H. Andi Amran merupakan sub-sektor penting dan strategis. “Sukses swasembada pangan padi, jagung, Sulaiman, MP Awal Januari lalu telah dan kedelai salah satunya melantik Ir. Hasil Sembiring Ph.D sebagai ditentukan oleh Kinerja Direktorat Jenderal Tanaman Pangan,” ketika memberikan arahan Direktur Jendral Tanaman Pangan yang baru. seusai melantik Hasil Hasil menggantikan Ir. Udhoro Kasih Anggoro Sembiring. Pemerintah kata Mentan telah berkomitmen MS.” untuk mewujudkan Kedaulatan Pangan serta Swasembada Pangan. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan presiden yang telah menetapkan agar swasembada padi, jagung dan kedelai dapat tercapai dalam waktu tiga tahun. Bahkan “Kementerian Pertanian menargetkan swasembada lebih cepat dari target tersebut, saya targetkan tahun 2016”, tambah Mentan. Menurut Mentan, sebagai bentuk komitmen pemerintah terhadap program swambada ini, pemerintah menambah alokasi anggaran tahun 2015 melalui APBN-P sebesar 16 trilyun, serta tambahan Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang pertanian sebesar empat trilyun. Tambahan alokasi anggaran yang besar tersebut belum pernah diperoleh pemerintah sebelumnya, jelas Mentan.
T
Oleh sebab itu, Mentan menekankan agar para petugas seluruh eselon I bekerja secara maksimal dengan komitmen, integritas dan loyalitas yang tinggi, walaupun terdapat pihak yang skeptis yang meragukan pencapaian swasembada tersebut. “Kita harus hadapi pandangan itu dengan semangat kerja dan optimisme yang tinggi,”paparnya. Menyukseskan program swasembada pangan merupakan tugas utama bagi Hasil Sembiring. Tugas tersebut akan dapat dipikul, jika Dirjen yang baru ini dapat mengarahkan semua sumberdaya yang ada termasuk sumberdaya manusia (SDM) yang ada di Ditjen Tanaman Pangan. Tentu mengembalikan semangat kerja seluruh karyawan Ditjen Tanaman Pangan. Tidak berlebihan jika Mentan menyampaikan harapannya kepada Hasil Sembiring, lulusan S2 dan S3 dari Oklahoma State University, Oklahoma, USA. Mentan minta agar Dirjen langsung bekerja usai dilantik, tidak ada acara resepsi syukuran atau pulang kampung, karena tugas – tugas penting sudah menanti, tegas Mentan.
Menteri Pertanian Dr. Ir. H. Andi Amran Sulaiman, MP melantik Hasil Sembiring sebagai Direktur Jendral Tanaman Pangan menggantikan pejabat lama Udhoro Kasih Anggoro . (Foto : Kementerian Pertanian/Pilar)
MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.14, No.1. Mei 2015
35
pel asal Amerika Serikat jenis Granny Smith dan Gala diduga kuat tercemar bakteri Listeria monocytogenes. Pemerintah Malaysia telah melarang peredaran buah tersebut, sementara di Indonesia apel tersebut juga telah ditarik dari peredaran. Kepala Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati Badan Karantina Pertanian Kementrian Pertanian Antarjo Dikin, seperti dikutip KOMPAS (26/1/14) mengatakan, pihaknya meningkatkan kewaspadaan terkait kemungkinan masih beredarnya apel Granny Smith dan Gala di Indonesia. Masuknya apel dalam skala kecil, misalnya dibawa dari Malaysia dan Singapura, juga diwaspadai. Antarjo menambahkan, informasi dari Kedutaan Besar AS, produk kedua apel ini yang terlanjut masuk ke Indonesia langsung ditarik dari peredaran. Bakteri Listeria memang jarang menginfeksi orang yang sehat. Tetapi bakteri ini bisa menyebabkan efek serius pada ibu hamil, janin, dan orang yang menderita gangguan sistem imun.
A
Menurut situs MayoClinic, makanan yang bisa tercemar Listeria antara lain daging yang dimasak kurang matang, sayuran mentah, keju, serta susu yang tidak dipasteurisasi. Siapa pun yang memakan makanan terkontaminasi Listeria akan mengalami demam dan nyeri otot, kadang-kadang diawali diare. Pengobatan antibiotik secepatnya bisa mencegah efek samping yang lebih serius. Gejala-gejala tersebut bisa muncul beberapa hari setelah kita mengasup makanan yang tercemar bakteri, tapi bisa juga gejalanya baru muncul setelah dua bulan kemudian. Bakteri Listeria bisa bertahan dalam lemari pendingin, bahkan dibekukan. Ini sebabnya orang yang memiliki risiko besar terkena infeksi harus menghindari segala jenis makanan yang mengandung bakteri ini. Pada ibu hamil, infeksi listeria hanya menyebabkan gejala yang ringan, tetapi berdampak serius pada bayi yang dikandungnya. Risiko terburuk yang mungkin terjadi adalah bayi lahir prematur dan infeksi serius setelah bayi dilahirkan. Agar tak terinfeksi Bakteri Listeria
1
Jangan lupa untuk selalu membilas bahan mentah seperti sayuran dan buah-buahan dengan air mengalir,sebelum dimakan, dipotong, atau dimasak. Bahkan jika buah-buahan sudah dikupas, tetap harus dicuci terlebih dahulu.
2
Membersihkan produk hasil pertanian, seperti melon dan timun dengan cara digosok menggunakan sikat bersih sebelum disimpan. Setelah itu, keringkan buah-buahan dengan kain bersih atau kertas.
3
Cuci peralatan masak dengan bersih, seperti pisau maupun alas pemotong yang telah digunakan untuk daging mentah, unggas, atau makanan hewani lainnya sebelum akan digunakan juga untuk memotong bahan makanan lainnya.
4
Cucilah tangan menggunakan sabun sebelum mengolah makanan hingga saat akan makan. Pisahkan daging mentah dan unggas dari sayur sayuran, makanan matang, dan makanan siap-saji.
Bisa juga terkontaminasi pada es krim, sayuran mentah, sosis dari daging mentah yang difermentasi, daging unggas mentah dan yang sudah dimasak, semua jenis daging mentah, dan ikan mentah atau ikan asap. Untuk itu, sebaiknya konsumsi makanan yang dimasak atau dipanaskan. Pencegahan secara total mungkin tidak dapat dilakukan, namun makanan yang dimasak, dipanaskan dan disimpan dengan benar umumnya aman dikonsumsi karena bakteri ini akan mati pada temperatur 75°C. Infeksi bakteri ini rentan terjadi pada ibu hamil termasuk janin dalam kandungan, anak-anak yang sistem kekebalan tubuhnya rendah, orang lanjut usia, orang dengan HIVAIDS (ODHA), hingga pasien kanker, terutama pasien leukemia. Bahkan orang yang sehat sekalipun jika konsumsi makanan yang terkontaminasi bakteri listeria dalam jumlah banyak. Bakteri listeria dapat menyerang sistem saraf pusat manusia sehingga menyebabkan meningitis atau infeksi otak. Pada ibu hamil, dapat menyebabkan keguguran maupun bayi lahir dengan terinfeksi listeria. (Sumber: http://health.kompas.com)*** MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.14, No.1. Mei 2015
37
Membakar Semangat THL-POPT “Pelatihan Pengamatan, Peramalan Dan Pengendalian OPT (P3OPT)” Angkatan ke-2 (Jatisari, 25 Mei – 7 Juni 2015)