BAB
I
PENDAHULUAN
A- Latar Belakang Masalah
Hakekat dalam
GBHN 1993, adalah pembangunan
seutuhnya
dan
seluruhnya.
mencapai
Pembangunan
dan
manusia
masyarakat
nasional
Indonesia
Indonesia
diarahkan
kesejahteraan
untuk
lahir
batin,
terpenuhinya rasa aman, rasa tenteram, dan ra
keadilan
pendapat Dengan
pembangnuan
kemajuan
termasuk sa
pembangunan nasional, seperti terkandung
serta
yang
terjadinya
bertanggung
demikian
kebebasan
jawab
mengeluarkan
bagi seluruh rakyat..
pembangunan yang sudah memasuki PJP II
ini tidak
hanya mengejar kemajuan lahiriah saja, tetapi
merupakan
usaha
perubahan yang
menekankan pada upaya
mencari keseimbangan, keselarasan dan keserasian hubungan antara manusia dengan Tuhannya, antara sesama manusia
dan antara manusia dengan lingkungan sekitarnya. Keberhasilan dipisahkan
pembangunan itu sendiri tidak dapat
dari faktor pendukungnya,
sebagai sumber daya pelaksananya.
terutama
manusia
Oleh karena itu dite-
gaskan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (Bintoro
Tjokro-
amdjojo, 1986 : 1), bahwa "pembangunan itu harus dilihat
secara
dinamis
dan bukan dilihat sebagai
konsep
yang
statis".
Dengan demikian dalam pembangunan ini
bahwa kedudukan, sumber
daya
fungsi dan
peranserta manusia sebagai
utama dan kunci
masyarakat.
diakui
keberhasilan
pembangunan
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Menteri
Penerangan RI (Harmoko, 1986 : 83), bahwa : "Berhasilnya pembangunan masyarakat kita tergantung kepada peranserta (partisipasi
aktif) seluruh rakyat, dan
disiplin
para
penyelenggaranya".
Asumsi
yang
berkembang
dalam
melaksanakan
pembangunan adalah bahwa yang penting bukan sekedar ter-
capainya
sasaran
pembangunan, tetapi lebih
dari
itu, yakni bagaimana proses untuk mencapai sasaran bangunan
itu
menjadi
diupayakan.
Dengan
demikian
sadar mengapa perlu membangun,
merasakan
bahwa
pembangunan
pem
masyarakat
selanjutnya
adalah
pada
bagian
ia dari
kehidupannya, miliknya dan menjadi kewajiban serta tanggung jawabnya pula.
Peranserta
masyarakat
dalam
pembangunan
merupakan kunci keberhasilan, terutama apabila dukungan dari para pemuka masyarakat.
Hal
ini
mendapat
tersebut di-
kemukakan oleh Muhtadi (1979 : 43), bahwa "pemuka masya rakat
mempunyai
masyarakatnya, sebagai
bahwa
pengaruh oleh
yang
terhadap .. warga
besar
karena itu perlu
diikut
kader". Lebih lanjut dikemukakan
"sesuatu
program
pembangunan
sertakan
oleh
dari
Muhtadi
pemerintah
kadang-kadang dapat gagal karena tidak secara
memperansertakan
aktif para pemuka masyarakat". Hal
yang
senada
dikemukakan pula oleh Rahayu Hanafiah (1976 : 1), bahwa: "... pembangunan
jika
mendapat
berjalan
lancar
dukungan dari
dan
para
berhasil
pemuka
baik
masyarakat
setempat, termasuk para pimpinan agamanya". Pemuka masyarakat di dalam masyrakat Muslim ada
lah
"ulama",
yang termasuk di dalamnya khatib dan
muballigh/muballighah. Ulama yaitu orang-orang yang ahli melaksanakan
tugas
menyebarkan dan
mengamalkan
agama
Islam (Badri Sanusi, 1987 : 1).
Ulama sial
dalam
merupakan sumber daya manusia yang pembangunan masyarakat.
kultur diakui, kat. Karena
sebagai
itu
kunci
berperan
disegani
Para ulama secara
dan dijadikan panutan masyara
para ulama sangat strategis
pembangunan masyarakat.
sebagai
poten-
khatib,
dijadikan
Para ulama yang
muballigh / muballighah atau
da'i, diharapkan dapat menunjang pembangunan masyarakat, baik
yang
tumbuh
dari
masyarakat
itu sendiri maupun
berupa program yang disodorkan pemerintah. Sebagai pemuka masyarakat, para ulama akan lebih
berhasil
dalam
membawa
diharapkan, sebagaimana
ummatnya dikemukakan
kepada
tujuan
oleh
yang
Badri Sanusi
(1987 : 1), ialah jika ulama itu memiliki :
(a) yati
ilmu pengetahuan Islam yang luas dan kebijaksanaannya, (b) kemampuan
mengha-
menerjemahkan
nilai-nilai masyarakat,
dan norma-norma agama dalam (c) kemampuan menerjemahkan
kehidupan gagasan
pembangunan sebagai realisasi Pancasila, kedalam ba-
hasa yang dipahami oleh ummat Islam, (d) kemampuan berperanserta secara aktif dalam usaha pembangunan bangsa
sebagai pelaksana firman Allah SWT dalam
Al
Quran dan realisasi Pancasila, (e) kemampuan membe rikan pendapat, saran-saran dan petunjuk terhadap ide dan cara-cara yang dilakukan untuk suksesnya pembangunan nasional.
Lain halnya dengan kenyataan di masyarakat, bahwa
penduduk Indonesia yang mayoritas beragama Islam, rata berpendidikan rendah. masyarakat
ini
pendidikan
adalah
sekolah
rata-
Rendahnya tingkat pendidikan
sebagai
maupun
produk lembaga-lembaga
pendidikan
luar sekolah,
termasuk lembaga pendidikan keagamaan. Rendahnya tingkat pendidikan ini akan membawa pengaruh terhadap susnya
kehidupan dalam
dilontarkan
bermasyarakat
pembangunan
oleh
yang dan
nasional.
para ahli. Seperti
kurang
baik
bernegara, khuHal
itu
banyak
dikemukakan
oleh
BAKOR Jawa Barat (1979), bahwa :
Dalam mat
kehidupan di masyarakat, sebagian Islam di Indonesia
besar
belum benar—benar
um
memahami
ajaran Islam. Hal ini disebabkan oleh isolasi ajaran Islam
dalam berbagai aspek kehidupan.
Islam
masih
terpecah-pecah kedalam golongan-golongan, yang menyebabkan orang Islam mengikuti ideologi bukan Islam, tidak senang kepada perkembangan Islam, dan takut akan perubahan serta gerak pembangunan masyarakat.
Alamsyah Ratu Prawiranegara (1986 : 42-43),
juga
mengemukakan hal yang senada, yaitu :
Dewasa ini Islam berada dalam keadaan kemunduran,
kebodohan,
serta keterbelakangan. Faham-faham
thil seperti : bid'ah dan kurafat menyelimuti
ba-
ummat
Islam. Ummat Islam sebagian besar kurang mengetahui tuntunan agama yang sesungguhnya. Kekurangan konsepsi metode dalam berbagai bidang seperti politik, sosial ekonomi, pendidikan dan teknologi. Yang
menyakitkan lagi seperti ditulis
Emmerson dengan nada "tendensius" ketika Islam
di
Indonesia dewasa ini, bahwa
Indonesia hanyalah ritas
minoritas yang
Donald K.
memperkenalkan ummat
aktif
Islam
dalam
bilangan pada masyarakat yang majemuk
di
mayo-
di
bawah
pemerintah yang otoriter yang sedang melakukan pembangu nan sekuler.
Tulisnya :
"In Indonesia,
active minority - within a numerical
a pluralistic
engaged
in
1992 : 41).
adalah
gian Islam,
Islam
mayority -
is an
inside
society under an authoritarian government
secular development". (M. Amin
Rais,
Emmerson melihat ummat Islam di
ed.,
Indonesia
mayoritas penduduk yang sangat heterogin.
besar
dari
yang
mereka
tidak
tahu
apa-apa
Seba
tentang
dikategorikan Clifford Geertz (1989
:
1)
sebagai abangan dan priyayi. Rendahnya
hanya awam
tingkat pendidikan ummat
dirasakan oleh anggota masyarakat saja,
Islam
tidak
sebagai
orang
tetapi juga nampaknya melanda
para
agama itu sendiri, baik mutu maupun jumlahnya.
terungkap
dalam
beberapa
penelitian
yang
dengan kondisi para ulama di Indonesia.
pemuka Hal
ini
berkaitan
Hasil
peneli
tian tersebut di antaranya dari Yayasan Pesantren Perta-
nian
Darul
Falah Bogor (1985 ; 8),
yang
mengemukakan
bahwa
:
Dewasa
ini ummat Islam di
pedesaan
benar—benar
kekurangan "imam" yang mampu membimbing rokhani dan pemecahan masalah kehidupan, baik kehidupan pribadi maupun kehidupan bersama dalam melaksanakan programprogram pembangunan masyarakat, baik yang datang dari pemerintah maupun yang berasal dari masyarakat setempat.
Demikian juga hasil penelitian Pusat Latihan
nelitian
dan
Pengembangan
yang mengemukakan
Dewasa
ini
bahwa
Masyarakat
(PLP2M,
Pe
1983)
:
terjadi
krisis
tenaga
ulama
Islam
kualitas iman yang tinggi, intelektualitas yang tinggi, dan keterampilan yang mendasar, sehingga mampu sebagai kader pembangunan masyarakat. Ulama yang memiliki ilmu pengetahuan dari pesantren, setelah kembali ketempat asalnya, mereka tidak mau
dan
tidak
mampu
menjadi
kader—kader
pembangunan
masyarakat.
Senada dengan kedua hasil penelitian tersebut
atas,
Alamsyah Ratu Prawiranegara,
kelemahan
para
ulama
di
negeri
melihat
kita.
di
kelemahan-
la
mengemu
kakan (1986 : 50), bahwa :
Para pemuka agama (ulama) di masyarakat kita
de
wasa ini kurang lincah di dalam membaca sitiuasi, sehingga kurang mampu mengambil inisiatif dan kurang berpikir secara strategis, sehingga kurang mampu membawa umat sesuai dengan tuntutan pembangunan. Berdasarkan
temuan-temuan
di
atas,
rendahnya tingkat pendidikan dan sedikitnya para
yaitu
pemuka
agama, padahal mereka merupakan sumber daya manusia
po-
tensial dan strategis dalam pembangunan ummat. Menyadari akan
keadaan
tersebut
maka
pemerintah,
masyarakat
maupun
individu yang bersangkutan, yang kesemuanya ber
tanggung
jawab
terhadap
pendidikan,
meningkatkan
dan
sumber
manusia tersebut.
makin
daya
mengembangkan
berupaya
untuk
kualitas dan kuantitas
Dapat
dijelaskan bahwa
tinggi tingkat pendidikan seseorang
makin
mudah
menerima gagasan baru, serta makin terbuka terhadap ber-
bagai
perubahan
yang diperlukan
demi
masa
depannya.
Dalam hal ini David Krech (1962 : 79) menyatakan bahwa :
"Semakin
tinggi
berkembang
tingkat
kognisinya
pendidikan seseorang, semakin
dan
semakin
sadar
terhadap
situasi sekitarnya".
Pengembangan sumber daya manusia ditujukan
meningkatkan kualitas
manusia
untuk
sehingga memiliki kemam
puan yang tinggi dalam melahirkan aktivitas yang kreatif
dan produktif.
Pengembangan sumber daya manusia banyak
dibebankan kepada nasional
usaha
pendidikan,
di Indonesia, berfungsi
karena pendidikan
untuk
"mengembangkan
kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia
nasional"
Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan
(UUSPN
No. 2 Tahun 1989;
pendidikan nasional itu sendiri
pasal
3).
tujuan
Tujuan
(UUSPN No. 2 Tahun 1989
pasal 4), adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia
yang : (a) beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa; (b) berbudi pekerti luhur; (c) memiliki pengetahuan
8
dan
keterampilan; (d) sehat jasmani dan rohaninya;
(e)
berkepribadian yang mantap dan mandiri; dan (f) memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Usaha pencapaian tujuan pendidikan nasional
ter
sebut dilakukan melalui dua bentuk penyelenggaraan
pen
didikan,
yaitu pendidikan sekolah dan
luar
sekolah.
Pendidikan sekolah mengutamakan penguasaan ke
mampuan
pendidikan
umum yang transferable melalui proses
mempela-
jari konsep-konsep yang esensial dari bidang studi. Isi, bahkan kajian ditata melalui pengembangan kurikulum yang agak kaku sehingga siswa cenderung memperoleh hasil bel
ajar sebagaimana ditetapkan di dalamnya. an
Penyelenggara
pendidikan luar sekolah tidak sekaku dan
pendidikan sekolah.
seterbatas
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 73
Tahun 1991 Tentang Pendidikan Luar Sekolah, Bab IV pasal 5 ayat (1) dinyatakan bahwa : "Penyelenggaraan pendidik an
luar sekolah dapat terdiri atas
kelompok
atau
pemerintah,
perorangan yang bertanggung
badan,
jawab
atas
pelaksanaan jenis pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan".
Penyelenggaraan berupaya agamaan
pendidikan
luar
sekolah
yang
untuk melayani kebutuhan belajar dibidang (Agama
Islam) sudah banyak
dilakukan.
ke-
Upaya-
upaya tersebut diantaranya adalah pendidikan pondok
pe-
santren, pesntren kilat, kursus, lokakarya, seminar
dan
9
penataran.
Penelitian ini akan mencoba menganalisis penatar an
khatib dan muballigh/muballighah sebagai salah
jenis
pendidikan
luar sekolah.
Penataran
satu
khatib
dan
muballigh/muballighah, dilihat dari materi yang ditatarkannya
yaitu
termasuk
penataran
jenis pendidikan luar sekolah,
Peraturan
1991,
mengenai agama, maka
Pemerintah
tersebut
sesuai
Republik Indonesia No.
dengan
73
tentang Pendidikan Luar Sekolah. Dalam
tahun
Bab
III,
pasal 3 (1) PP No. 73 dikemukakan bahwa : "Jenis
pendi
dikan luar sekolah terdiri atas pendidikan umum,
pendi
dikan
keagamaan, pendidikan jabatan
kedinasan
dan pendidikan kejuruan".
kerja,
pendidikan
Selanjutnya
dalam
ayat 3 dikemukakan, bahwa : "Pendidikan keagamaan *merupakan pendidikan yang mempersiapkan warga belajar
dapat
khusus
menjalankan
peranan
yang
menuntut
bal lighah adalah jenis pendidikan
B-
penguasaan
tentang ajaran agama yang bersangkutan".
demikian jelas bahwa penataran khatib dan
untuk
Dengan
mubal1igh/mu
luar sekolah.
Identifikasi Masalah
Dengan
bermuculannya upaya-upaya peningkatan dan
pengadaan kader-kader pembangunan, khusunya untuk pemuka
pemuka
agama (ulama) sebagai sumber daya
potensial, seperti
penataran,
kursus
manusia
dan
yang
sebagainya,
10
tidak
mustahil
penyelenggaraannya
tidak sesuai dengan
kaidah-kaidah pendidikan, sehingga hasilnya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.
Penataran khatib dan muballigh/muballighah adalah merupakan
salah
Oleh karena itu kaidah-kaidah
satu
jenis
pendidikan
penyelenggaraannya
luar sekolah.
harus sesuai dengan
pendidikan luar sekolah, baik sistem mau
pun manajemennya.
Atas
dasar dugaan-dugaan tersebut di atas,
maka
timbul pertanyaan sebagai fokus penelitian ini, yaitu "Apakah
sistem
dan
manajemen
penataran
:
khatib dan
mubal1igh/muballighah sesuai dengan sistem dan manajemen pendidikan
C
luar sekolah" ?
Pembatasan Masalah
Mengingat
cakupan masalah penataran
khatib
dan
muballigh / muballighah ini cukup banyak dan cukup luas, maka untuk mendapatkan data penelitian yang lengkap mendalam,
penulis
sesuai
merasa
dengan
perlu
karakteristik
dan
penelitian ini
untuk membatasi masalah.
Adapun
ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada :
1. Penyelenggaraan
penataran khatib dan muballigh/mu
bal lighah Majelis Ulama Indonesia Kelurahan
Kecamatan Sukasari Kotamadya DT 11 Bandung.
Sarijadi
11
2. Penelitian difokuskan pada
segi
sistem
pendidikan
komponen-komponen
tinjauan
analisis
dari
luar sekolah, yang mencakup
: masukan mentah, masukan
sarana,
masukan lingkungan, proses, lingkungan lain,
keluar-
an, dan dampak/pengaruh dari penataran tersebut.
3. Penelitian ini difokuskan juga pada tinjauan analisis
dari- segi
manajemen pendidikan luar
sekolah,
mencakup : perencanaan, pengorganisasian,
yang
penggerak-
an, pembinaan, penilaian dan pengembangan dari taran
D.
pena
tersebut.
Perumusan Masalah.
Berdasarkan
uraian-uraian
di
atas
dan
hasil
penjajagan di lapangan, maka fokus penelitian ini
dapat
dirumuskan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimanakah komponen-komponen muballigh / muballighah
penataran
Majelis
Ulama
khatib dan Kelurahan
Sarijadi ?
2. Sejauh
manakah
kesesuaian
fungsi
manajemen pena
taran khatib dan muballigh/muballighah dengan
fungsi
manajemen pendidikan luar sekolah ?
3. Bagaimanakah hasil
penataran
khatib dan muballigh/
muballighah terhadap para peserta ?
4. Faktor-faktor
apakah
yang
menjadi pendorong
penghambat penerapan sistem dan manajemen
dan
pendidikan
luar sekolah dalam penataran muballighah
Majelis
khatib
Ulama
dan
muballigh/
Indonesia
Kelurahan
Sarijadi ?
E.
Tujuan Penelitian.
Penelitian gambaran
ini
bertujuan
untuk
mengungkapkan
pelaksanaan penataran khatib dan muballigh/mu-
ballighah ditinjau dari segi sistem dan manajemen pendi dikan
luar sekolah, dalam upaya
meningkatkan
kualitas
dan kuantitas khatib dan muballigh / muballighah Majelis Ulama Indonesia Kelurahan sarijadi.
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mendapat gambaran tentang nen-komponen muballighah
proses pelaksanaan kompo
penataran
khatib
dan
muballigh
Majelis Ulama Indonesia kelurahan
/
Sari
jadi dilaksanakan.
2. Mendapat gambaran tentang keseuaian komponen-komponen sistem penataran khatib dan
muballigh / muballighah
dengan komponen-komponen sistem pendidikan luar seko lah.
3. Mendapat
gambaran
komponen
tentang
manajemen
muballigh/muballighah nen
pendidikan
4. Mengungkapkan
kesesuaian fungsi-fungsi
penataran
dengan
khatib
fungsi-fungsi
dan
kompo
luar sekolah.
dampak
dari penataran
setelah
para
13
peserta
penataran
khatib
dan muballigh/muballighah
selesai mengikuti penataran, dan terjun ke masyarakat
5. Mengungkapkan data yang menjadi faktor-faktor rong
dan faktor-faktor penghambat
dan
manajemen
pelaksanaan
pendidikan
penataran
khatib
pendo
penerapan
sistem
sekolah
dalam
luar
dan
muballigh/mubal-
lighah Majelis Ulama Indonesia kelurahan Sarijadi. '
6. Memperoleh penataran
lainnya,
asumsi-asumsi
baru tentang
pelaksanaan
dan satuan-satuan pendidikan luar
sehingga
merupakan
masukan
sekolah
bagi
penyem-
purnaan dan kelengkapan Pendidikan Luar Sekolah.
F. Penjelasan Istilah
Untuk
menghidari
terjadi
kesalahpahaman
dan
perbedaan persepsi, maka akan dijelaskan beberapa
isti
lah yang berkenaan dengan judul dan fokus masalah
pene
litian
ini.
!• Penataran adalah
salah
satu
bentuk
pendidikan
yang diselenggarakan di luar sekolah diberikan kepada
sekelompok orang dewasa, dengan tujuan untuk
mening
katkan
dan menambah pengetahuan dan keterampilan
bidang
yang
mereka
tekuni.
Penataran
khatib
di dan
muballigh/muballighah, dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan,
pengetahuan
dan
keterampilan
melaksa-
14
nakan
tugas
sebagai
khatib
dan/atau
muballigh/
muballighah. Peraturan Pemerintah No. 73 tahun Bab
III
Pasal 3 menyatakan bahwa
jenis
1991,
pendidikan
IM3H sekolah terdiri atas pendidikan umum, pendidikan keagamaan,
pendidikan
kedinasan,
No.
73
atib
dan pendidikan kejuruan.
Berdasarkan
misinya
khatib/muballigh, maka jelas bahwa dan
muballig/muballighah itu
kegiatan
Khatib
sehari-harinya khususnya
lasan.
jabatan
penataran
merupakan
jenis
yaitu pemuka agama yang
memberikan khutbah kepada
pada saat shalat Jumat dan shalat
Muballigh / muballighah
ballagha
yaitu
muballigh/muballiahah. adalah para pemuka
agama (ulama) Islam.
led.
PP
luar sekolah.
2- Khatib dan
jamaah,
pendidikan
keagamaan dan misinya untuk mengisi
pendidikan
berasal
dari
kata
yang berarti memberi penerangan atau penje-
Muballigh/muballighah yaitu pemuka agama yang
kegiatan
tentang baik
kerja,
tersebut, baik isinya maupun
tentang
tenaga
jabatan
rutinnya
hal-hal
memberikan
yang
penerangan/penjelasan
berkaitan dengan agama Islam,
yang berhubungan dengan peribadatan maupun yang
berhubungan
dengan
kehidupan
sosial
ekonomi
dan
budaya.
3- Majelis
suatu
Ulama
atau Majelis Ulama Indonesia.
majelis atau tempat para ulama
adalah
berhimpun
dan
15
bertukar
pikiran, menyusun dan menemukan
yang baik sesuai
ide-idenya
dalam rangka membina dan membimbing ummat,
dengan fungsi ulama. Para ulama, baik
secara
perorangan maupun secara bersama-sama mempunyai tugas
utama
untuk
kemudian serta
melakukan
memberikan
membimbing
ajaran
"tafaqquh
peringatan
ummat
untuk
fid
kepada
din",
masyarakat,
mengamalkan
ajaran-
agama dan menerapkan nilai-nilai agama
kehidupan Basri,
bermasyarakat
dan
beragama
dan
dalam
(K.H. Hasan
1984 : 8 dan 10).
Majelis ulama
Ulama
yang
dimaksudkan
sebagai suatu organisasi
menghimpun para
khatib
dan
muballigh/
muballighah, yang sedang mengadakan kegiatan
penata
ran bagi sebagian anggotanya.
4- Sistem Pendidikan Luar Sekolah. yaitu suatu gagasan yang
atau prinsip-prinsip yang saling
terjadi
sekolah. antara
pada suatu
kegiatan
Sebagaimana paradigma komponen-komponen
bertauatan
pendidikan
hubungan
pendidikan
himpunan
luar
luar
fungsional sekolah
(D.Sudjana, 1991 ; 32), yaitu meliputi : a- Masukan
sarana,
fasilitas atau
belajar
kelompok
seperti
meliputi keseluruhan sumber
:
yang
memungkinkan
dapat melakukan kegiatan
tujuan
program
penataran,
dan
seseorang belajar, program
penataran, penatar atau sumber belajar, fasilitas.
16
panitia
penyelenggara penataran,
media
belajar,
biaya, dan sebagainya.
b- Masukan.
mentah,
yaitu
petatar
penataran
dengan
ciri-ciri
yang berhubungan dengan faktor internal
maupun
Yang
yang
segala
atau peserta
karakteristiknya,
baik
berhubungan dangan faktor eksternal.
behubungan dengan faktor internal, seperti :
pengetahuan
keagamaan,
Quran, pengalaman
kemampuan
dalam bidang
membaca
Al-
kekhatiban
atau
kemuballighan, minatnya untuk mengikuti penataran, kebutuhan belajar, dan sebagainya.
Sedangkan ciri-ciri yang berhubungan dengan faktor faktor
eksternal meliputi status ekonomi,
sosial,
keadaan pendidikan, sarana
status
belajar
yang
dimilikinya, dan kebiasaan belajar.
c- Masukan lingkungan. yaitu faktor-faktor nunjang
terlaksananya
kegiatan
yang
penataran
medan
terlaksananya mengikuti penataran. Komponen masuk an lingkungan
lingkungan
ini
sosial,
penyelenggaraan
meliputi
lingkungan keluarga,
lingkungan
penataran, waktu
kerja,
tempat
penyelenggaraan
penataran, tempat tinggal peserta, tempat
penatar,'
dukungan
tokoh
masyarakat,
tinggal
dukungan
pemerintah setempat, dan sebagainya. d> Proses, yaitu
proses belajar membelajarkan
dalam
17
kegiatan
penataran.
penataran
Dalam penelitian ini
diungkapkan bagaimana penatar
proses membela
jarkan peserta, termasuk penggunaan metoda, teknik pendekatan,
strategi, penggunaan sumber
penggunaan
media,
pemaanfaatan
belajar,
lingkungan,
dan
sebagainya.
e- Keluaran, baik
yaitu
yang dihasilkan dari penataran,
kualitasnya
kuantitas
yang
maupun
kuantitasnya.
dapat ditelusuri
dari
Secara
dokumen-dokumen
ada. Sedangkan yang menyangkut kualitas
lu-
lusan, selain hasil evaluasi panitia, akan terungkap
dari
penampilan dan penguasaan
materi,
dan
perubahan-perubahan lain dalam kehidupan bermasyarakat dan
beragama.
f- Masukan lain, yaitu daya dukung lain yang kinkan
para
penataran ini
peserta
penataran
dapat menggunakan
apakah
masyarakat
menerima
dan
memberi
lulusan
penataran
lulusan
kemampuannya.
atau
jamaah
kesempatan
untuk
dan
memung-
memberi
Untuk
atau
DKM
kepada
para
ceramah
atau
tabligh keagamaan atau menjadi khatib di masjid. 9- Impact (pengaruh).
sertanya
dalam
muballighah
beragama,
yaitu
pengaruh
penataran khatib
dalam
kehidupan
seperti : adanya
dari ikut
dan
muballigh/
bermasyarakat
perobahan
dan
penampilan
18
dan
prilaku,
perubahan
pengetahuan,
perubahan
sikap, perubahan keterampilan, kepercayaan rakat
kepadanya,
peransertanya
dalam
masya
kehidupan
bermasyarakat dan beragama, dan sebagainya.
kegiatan
da'wah
atau
kemuballighan,
aktif
orang
lain, dapat mengajak orang lain ke
aktivitas ia dalam
dalam
apakah
lebih
ta'lim,
berperanserta
Dalam
ia
membelajarkan
organisasi
majelis
keagamaan
seperti DKM, MUI, MDI, ICMI, dan sebagainya. 5- Analisis
dari
segi
Sistem Pendidikan Luar Sekolah
dimaksudkan dalam penelitian ini adalah mengungkapkan penataran
khatib
dan
muballigh/muballighah
secara
mendalam
dari
segi
komponen-komponen
sistem
pendidikan
luar sekolah.
6« Analisis dari segi Manajemen pendidikan Luar sekolah. dimaksudkan
terhadap
dalam
penelitian
ini
adalah
kegiatan penataran dari segi
manajemen
pendidikan
luar
sekolah.
tinjauan
fungsi-fungsi Fungsi-fungsi
manajemen PLS ini meliputi : perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan,
pembinaan,
penilaian
dan
pengembangan.
a- Perencanaan. menyangkut perencanaan penataran yang meliputi penataran,
: perumusan
tujuan
diselenggarakannya
rencana kegiatan penataran, dan
rang-
19
kaian kegiatan untuk mencapai tujuan.
b" Pengorganisasian, yaitu mengidentifikasi dan mema-
dukan sumber-sumber yang diperlukan dalam kegiatan penataran.
Dalam pengorganisasian ini meliputi
menginfentarisasi
kegiatan
atau
siapa
panitia
personal
penataran,
:
pelaksana
siapa peserta
yang akan diikutsertakan dalam penataran (termasuk
persyaratannya),
alat-alat
fasilitas apa
yang
diperlukan,
apa yang diperlukan, berapa biaya
diperlukan,
dari
mana
biaya
diperoleh,
yang dengan
siapa perlu kerjasama, siapa yang perlu dihubungi, dan sebagainya.
c
Penqqerakan, yaitu upaya untuk mewujudkan
terlak-
sanananya
peserta
dan
penataran mulai dari
sumber
panitia,
belajar (penatar). Untuk komponen ini
menyangkut fungsi komunikasi antar semua yang terlibat,
sama
kepemimpinan panitia dan mewujudkan
antar
seluruh
komponen
panitia,
kerja
peserta,
penatar, MUI, DKM dan pemerintah setempat.
d. Pembinaan,
menyangkut
monitoring
terhadap
komponen
ini
melaksanakan
pembinaan, ditempuh.
pengawasan, supervisi pelaksanaan
ingin
penataran. Dari
diketahui
pembinaan, adakah yang
dan
bagaimana
cara
dan
siapa
yang
melaksanakan
pembinaan
yang
20
e- Penilaian,
dan
meliputi keseluruhan fungsi
seluruh komponen,
manajemen
proses, hasil dan pengaruh
kegiatan penataran. Dalam penelitian ini
diungkap
tentang berfungsi atau tidaknya komponen penilaian dalam penataran yang bersangkutan.
f- Pengembangan. yaitu merupakan pelaksanaan
kegiatan serupa (penataran) melalui
fungsi-fungsi
manajemen
pendidikan luar sekolah. Dalam
tian
ingin
ini
maksud
untuk
diungkapkan
tingkat
atau
pengembangan penataran
muballigh/muballighah
di
ada
yang
kembali
peneli
tidaknya
khatib
di Kelurahan Sarijadi
lebih
atas,
atau
dan atau
mengadakan
penataran yang sama dengan materi yang lebih ting»
gi sebagai lanjutannya.
7•
Faktor-faktor pendorong dan penghambat dalam penerap*H sistem dan manajemen pendidikanluar sekolah.
a. Faktoi—faktor pendorong dimaksudkan dalam tian
ini
penerapan
ialah sistem
semua
faktor
yang
dukungan
menjadikan
dan manajemen PLS ini mudah dan
berhasil dilaksanakan, seperti sambutan
ga masyarakat,
peneli
dari wai—
dukungan dari pemerintah setempat,
dari tokoh-tokoh masyarakat, tersedianya
dan kesediaan
sumber belajar,
kemudahan dana dan
fasilitas, dan sebagainya. b. Faktor-faktor
penghambat dimaksudkan adalah semua
21
hal
yang menjadi kendala dalam
penerapan
sistem
dan manajemen PLS dalam penataran, seperti : kecurigaan
dari
pemuka-pemuka masyarakat,
ketakutan
kehilangan pengaruh karena akan muncul orang yang
menjadi saingan, terbentur pada
biaya,
lain dan
Iain-lain yang tidak menguntungkan.
G.
Keaunaan Penelitian
Kegunaan
kesesuaian muballighah
penelitian ini adalah untuk
mengetahui
pelaksanaan penataran khatib dan
muballigh/
dengan
komponen-komponen Sistem
jemen Pendidikan Luar Sekolah.
Dengan
dan
demikian peneli
tian ini memungkinkan akan diperolehnya bahan-bahan tuk
menyempurnakan
Mana
pelaksanaan penataran
dan
un
temuan-
temuan yang berharga bagi Pendidikan Luar Sekolah.
Oleh
karena itu secara rinci kegunaan penelitian ini adalah : 1-
Kegunaan Praktis
Dari
data
yang terungkap dalam
maka akan berguna untuk meningkatkan dan
penelitian
menyempurnakan
pelaksanaan penataran yang serupa, sehingga akan
ini
selanjutnya
terdapat dampak hasil penataran yang sesuai dengan
harapan semua pihak, yaitu terpenuhinya kekurangan kha tib dan muballigh/muballighah yang bermutu.
Temuan-temuan dari penelitian ini akan bahan
acuan
selanjutnya, sistem
untuk
perencanaan
merupakan
program
penataran
yang sesuai dengan fungsi-fungsi
komponen
pendidikan luar sekolah dan fungsi-fungsi
mana
jemen pendidikan luar sekolah.
2"
Kegunaan
Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian
ini diharapkan
dapat mengembangkan teori-teori pendidikan luar sekolah, khususnya teori-teori yang diterapkan dalam
penataran.
pelaksanaan
Hasil penelitian ini paling tidak dapat
nambah informasi untuk menguji keterandalan
teori-teori
yang ada yang berkaitan dengan Pendidikan Luar terutama
teori-teori
Andragogi,
me-
sekolah,
Sistem PLS, Manajemen
PLS dan teori-teori pendukung lainnya.
3.
Kegunaan Professional
IKIP,
sebagai
perguruan
tinggi
yang
professi
keguruan dan kependidikan, yang
professi
kependidikan luar sekolah,
hasil-hasil nya.
salah
membina
di
sangat
antaranya memerlukan
penelitian yang berkaitan dengan
Oleh karena itu hasil penelitian ini akan
satu masukan untuk pengembangan
professimenjadi
teori-teori
dan
konsep-konsep pendidikan luar sekolah.
Bagi tenaga pengajar di Perguruan Tinggi, peneli-
tian
ini
rangka khususnya
sangat
membina
penting
professi
untuk menambah wawasan dalam
pendidikan
luar
sekolah,
dalam rangka membina mahasiswa Jurusan Pendi
dikan Luar Sekolah.
.:•:•:'
i