H. LESI VERUKO-PAPILER
1. Lesi veruko-papiler reaktif a.
Hiperplasia papiler/ papilomatosis Lesi papiler yang ditemukan pada palatum durum , disebut pula sebagai denture
papilomatosis atau papillary inflammatory hyperplasia, karena adanya reaksi hiperplastik jaringan epitel. Sering ditemukan pada pemakai protesa lepasan, di bawah protesa terdapat lesi papiler yang difus. Penyebab sebenamya tak jelas, tetapi mungkin karena protesa yang tidak pas. Klinis warna seperti jaringan sekitamya, karena tidak terjadi hiperkeratosis, kalau terjadi intervensi kandida, permukaan papila dapat putih atau merah karena terjadi eritema. Perangai klinis: Ditandai dengan perubahan papiler yang tersebar pada palatum pada palatum durum. Terdapat eritematous multipel dan penonjolan paila yang edematous , mengesankan adanya penampakanverrucous granular atau penampakan "cobblestone", jarang terjadi ulserasi. Diagnosis banding: Adalah lesi-lesi proliferative verrucous leukoplakia, verrucous carcinoma dan papillary exophytic squamous cell carcinoma yang semuanya cenderung terjadi si rongga mulut. Perawatan: Dilakukan tindakan bedah meliputi kuretase, cryosurgery, electrosurgery, mucoabrasion atau laser ablation b.
Hiperplasia epitel fokal ( Heck disease )
Perangai klinis: Hiperplasia epitel fokal (HEF) adalah lesi yang diinduksi oleh virus HPV subtipe 13 dan 32 terjadi proliferasi epitel skuamosa mulut yang terlokalisir. Ditandai dengan adanya masa noduler yang multipelpada jaringan lunak yang tersebar pada permukaan mukosa, terutama mukosa bukal, bibir bawah, dan lidah. Lesi dapat tampak sebagai papula yang terpisah diameter 3-10mm atau suatu kelompok papula yang wamanya serupa dengan mukosa sekitamya. Jika terkena trauma wamanya dapat menjadi putih.Dapat terjadi pada anak maupun dewasa, pria maupun wanita. Lesi asimptomatik dan terungkap dengan tidak sengaja, dan frekuensinya bertambah terutama pada penderita HIV. Etiologi: Penyebab lesi ini tidak jelas. Beberpa teori dikemukakan, misalnya iritasi dan defisiensi vitamin. Terakhir dikemukakan adalah HPV-13 dan HPV-32 memainkan peranan sebagai penyebab lesi tanpa keterlibatan genital dan kutan, menyebabkan akantosis dan parakeratosis. Diagnosis banding: Universitas Gadjah Mada
1
Yang perlu diperhatikan adalah verruca vulgaris dan multiple squamous papilloma Perawatan: Diperlukan perawatan konservatif bedah. c.
Condylomalatum
Perangai klinis: Sering dihubungkan dengan penyakit menular seksual, sifilis sekunder. Pada tahap sekunder ini kadang-kadang selama perkembangannya ditemukan lesi papiler multipel yang menyerupai papiloma. Karakteristik lesi ini adalah adanya exophytic, rapuh, lesi papile atau polipoid di dalam rongga mulut. Di dalam lesi banyak ditemukan treponema palida dan karenanya sangat potensial sebagai sumber infeksi. Lokasi lesi biasanya pada kulit khusus di sekitar anal dan genital. Di dalam rongga mulut kelihatan sebagai masa seperti jamur, halus dengan permukaan membulat dan dapat terjadi disemua lokasi. Tidak seperti condyloma acuminatum, lesi tidak tertutup oleh lapisan hiperkeratotik. Histopatologis: Mikroskopik menunjukkan adanya akantosis dan perpindahan neutrofil Perawatan : Dengan antibiotika sistemik. d.
Condyloma akuminatum( Veneral wart)
Lesi infeksious ini ditandai oleh letaknya di daerah anogenital, dapat juga terjadi di rongga mulut, digolongkan dalam penyakit menular seksual. Terjadi pada semua jenis kelamin, muda, dewasa , lebih sering pada para homoseksual. Terjadi proliferasi epitel skuamous straified karena virus. Dapat terjadi pada semua mukosa rongga mulut, paling sering pada regio bibir, komisura dan gingiva. Frekuensi terjadinya lesi lebih besar pada penderita HIV. Terjadinya lesi di mulut ini karena perilaku seks yang menyimpang. Bila terjadi pada anakanak perlu dicurigai seseorang yang berhubungan dengannya. Perangai klinis: Satu sampai 3 bulan kontak orogenital, lesi keinudian nampak sebagai lesi berbatas jelas, multipel noduler berwarna merah muda, non tender, kemudian terjadi perlunakan. Etiologi dan patogenesis: Induksi dari HPV-6 dan HPV-11. Menurut Neville (2002) bahkan sudah ditemukan sub tipe HPV-53, 54. Pada lesi anogenital juga ditemukan sub tipe HPV-16 dan 18. Lesi daerah anogenital mempunyai resiko menjadi keganasan, tetapi di tongga mulut belumdijumpai, walaupun mempunyai resiko yang sama. Diagnosis banding: Universitas Gadjah Mada
2
Focal epithelial hyperplasia atau veruka vulgaris. Untuk pemerik saan penunjang diperlukan pemeriksaan dengan PCR. Perawatan : Cryosurgery, eksisi, laser dll. d. Squamous papiloma/ veruka vutgaris (sp/vv ) Oleh Neville dkk. 2002, lesi ini dibedakan menurut genotipenya, tetapi keduanya merupakan lesi yang berasal dari jaringan epitel dengan penyebab yang satna yaitu HPV. Virus menyebabkan proliferasi epitel skuamosa stratifaid terjadi pembentukan masa papiler atau veruka. Penelitian menunj ukkan bahwa 81% sel epitel bukal orang dewasa normal mengandung salah satu tipe dari HPV. Etiologi: Para ahli bahwa agn etiologi adalah kelompok HPV, diawali dengan perlekatan virus pada membran sel, kehilangan selubungnya, terus masuk ke dalam sitoplasma. Virus ini menginfeksi sel hospas, menyebabkan degradasi protein supresor-tumor sehingga kehilangansiklus penghambatnya dan mengaktifkan transkripsi atau aktivasi siklus sel epitel menjadi papiloma. DNA HPV ditemukan pada basal keratinosit papiloma. Histopatologis: Sp ditandai dengan adanya proliferasi sel epitel skuamosa stratifaid terkeratinisasi yang tersusun seperti jari tengan dengan inti jaringan ikat fibrovaskuler. Keratin ini menebal dan menunjukkan kematangannya, sementara itu VV ditandai dengan adanya proliferasi epitel stratifaid skuamosa hiperkeratotik.Sel inflamatori kronis selalu meninfiltrasi jaringan ikat. Lapisan sel granuler hipergranulosis, terlihat kasar. Perangai klinis: Sp/VV oral dapat ditemukan di bagian vermillion bibir dan jaringan mukosa intra oral yang lain dengan kecenderungan pada palatum durum, uvula dan palatum molle, paling sering terjadi pada samping lidah. Ukuran lesi kurang lebih 1 cm, kelihatan sebagai granuler eksophytik sampai ke bentuk seperti bunga kol, permukaannya lunak. Lesi dapat soliter atau multipel dan asimptomatik. Warna dapat bervariasi putih, memerah atau normal seperti jaringan sekitar tergantung pada permukaan yang mengalami keratinisasi. Diagnosis banding: Kadang-kadang sulit membedakan skuamos papilloma soliter dengan verruciform xanyhoma, condyloma acuminatum, focal epitelial hyperplasia. Verruciform xanthoma menyerupai sq papiloma meski lesi ini mempunyai predileksi berbeda untuk gusi dan tepi alveoler. 2. Lesi veruko-papiler neoplasma Universitas Gadjah Mada
3
a. Keratoakantoma Disebut juga sebagai psedokarsinoma ; self-healing carcinoma, yaitu suatu pertumbuhan jaringan kulit yang cepat, tetepi tumor benigna ini akan sembuh dengan sendirinya. Beberapa ahli berpendapat lesi ini berbentuk skuamos sel karsinoma yang berbatas tegas. Jarang ditemukan di rongga mulut dan karenanya keratoakantoma bukan penyakit mulut. Kasus yang ditemukan adalah keratoakantoma yang tumbuh di bibir bawah. Etiologi: Etiologi lesi ini tidak jelas, sebagian disebabkan karena folikel rambut, tetapi HPV subtipe 26 atau 37 sebagai penyebab yang diyakini. Disamping itu sinar matahari dicurigai sebagai penyebab, karena kenyataan menunjukkan lesi yang ditemukan adalah pada daerah tubuh yang selalu terpapar oleh sinar matahari. Perangai klinis: menunjukkan lesi yang cekat, berbentuk nodul dengan pemusatan keratin, nontender, berbatas tegas, sesil, terdapat pada bagian tubuh yang terpajan sinar matahari seperti hidung, pipi, telinga, bibir, kelopak mata, dahi, dorsal tangan dan lengan. Diluar bagian dari nodul dapat tampak normal, tetapi dapat juga eritematous. Bagian sentral nodul berwarna kuning, coklat atau gelap denganpenampakan yang ireguler, berkerak seperti bentuk veruka dengan diameter 1-2 cm (dalam 6 minggu). Waktu dan ukuran ini yang membedakannya dengan skuamus sel karsinoma yang tumbuh lebih lambat. Penyembuhan spontan terjadi kurang lebih 6 bulan denganmeninggalkan sikatriks. Jrang terjadi pada umur di bawah 45 th dengan predileksi pada lelaki. Diagnosis banding: Yang penting aldalah membedakannya dengan skamus sel karsinoma yaitu kecepatan pertumbuhan, ciri adanya bentuk nodul berkeratin pada bagian sentral. Perawatan. Meski dapat sembuh spontan tetapi lebih baik dilakukan tindakan bedah karena resiko estetika. b. Karsinoma verukosa ( Ackerman's tumor ) Kv adalah varian dengan tingkatan rendah dari skuamus sel karsinoma. Dicurigai terkait dengan tembakau sebagai penyebab malignansi. Etiologi: HPV subtipe 16 dan 18. Perangai klinis: terutama ditemukan pada pria maupun wanita , usia lebih dari 55 th. Lokasi pada mukosa bukal, palatum durum, lidah, gusi, dasar mulut atau di tempat lain dimana tembakau diletakkan dimulut.Lesi difus, berbatas tegas, asimptomatik, plak papiler Universitas Gadjah Mada
4
atau penonjolan verusiform, putih atau eritem. Diagnosis banding: leukoplakia 3. Lesi veruko-papiler yang lain a.
Pyostomatitis vegetans
Jarang terjadi, lesi jinak, pustuler jar. mukokutaneus, sering dihubungkan dengan penyakit saluran cerna seperti ulseratif kolitis, , diare kronis dan Chron's disease. Perangai klinis: Lesi ukuran 2-3mm berwarna kekuningan, menonjol, linier, pustuler diatas daerah mukosa oral yang eritematous. Permukaannya menunjukkan konfigurasi papiler. Daerah mulut yang terkena adalah mukosa bukal, labial, palatum molle dan ventral atau lateral lidah serta dasar mulut. Lesi dikenal sebagai `lesi ulserasi jejak siput"meski ulserasi bukanlah ulkus yang sebenarnya. Simptom tergantung pada banyaknya pustulasi. Lesiini sepertinya timbyl bersamaan dengan penyakit saluran cerna, atau mendahului terjadinya gangguan saluran cerna. Perawatan dan Prognosis: Perawatan dilakukan secara sistemik dengan sulfasalasin atau kortikosteroid. Lesi ini dapat dijadikan " marker spesifik " untuk penyakit saluran cerna, karena sembuhnya lesi oral merefleksikan terkontrolnya gangguan saluran cerna. b.
Verusiform xanthoma
Lesi ini klinis menyerupai papilloma, ditandai oleh keadaan hiperplastik epitel mukosa mulut, kulit dan genital dengan ciri pengumpulan histiosit sel-foam di bawah epitel. Etiologi: Penyebabnya tidak jelas. Meski lesi ini termasuk lesi papiler, tetapibelum dapat dicurigai HPV. Diduga etiologi lesi karena reaksi autoimun untuk melokalosir agen pengganggu epitel. Dapat terjadi pada semua regio mukosa mulut, tetapi yang lebih sering adalah pada gingiva mukosa bukal dengan penampakan seperti jaringan mukosa normal. Tidak ada kaitannya dengan DM, hiperlipidemia atau gangguan sistem yang lain. Perangai klinis: Tipikal pada orang kulit putih, usia lebih dari 40 th dengan predeleksi pada wanita. Lesi berbatas tegas, lunak, tidak sakit, sesil, menonjol dengan masa putih atau kekuningan kasar. Diagnosis banding: Papiloma skuamosa, kondiloma acuminatum atau kanker awaI.
Universitas Gadjah Mada
5