Gus Ali Ajak Sivitas UNAIR Terapkan Jamu Jati Kendi UNAIR NEWS – Bekerja atau mencari nafkah memang kebutuhan bagi setiap manusia, selain menjadi bagian untuk menyambung hidup, bekerja juga bentuk ibadah kepada Allah SWT. Namun, niat dalam bekerja harus disertai dengan rasa ikhlas untuk mendapat ridho Allah SWT. Pernyataan itulah yang dipaparkan oleh KH. Agus Ali Masyhuri atau yang kerap disapa dengan Gus Ali, saat mengawali ceramahnya pada pengajian rutin sivitas akademik UNAIR, Senin (29/8). “Amal tak akan gagal atau sia-sia bila disertai dengan ikhlas. Ikhlas ini juga menjukan bahwa kita bertujuan hanya pada Allah SWT. Ingat, bahwa ikhlas juga tidak bisa kita lakukan tanpa pertolongan-Nya. La haulla wa laquwatta illa billah,” jelas Gus Ali Pengajian yang digelar di Ruang Kuliah 3.2 Fakultas Farmasi UNAIR tersebut dihadiri oleh pimpinan Fakultas Farmasi dan tenaga kependidikan di lingkungan UNAIR. Di tengah ceramahnya, Gus Ali juga melontarkan sedikit humor segar yang membuat suasana lebih cair. Pengasuh Pondok Pesantren Bumi Sholawat Sidoarjo tersebut juga menambahkan bahwa orang – orang yang sudah terlelap pandangan dan pikiranya karena hal-hal duniawi, akan mudah kehilangan obyektifitas. Bagi Gus Ali, orang yang seperti itu cenderung suka marah dan emosi jika melihat sesuatu yang tidak seperti yang diharapakan dan bahkan tidak ikhlas dalam menerima suatu hal. “Saya menyarankan agar kita semua bisa menerapkan JAMU JATI KENDI, yaitu Jaga Mulut Jaga Hati dan Kendalikan Diri di setiap situasi,” tegasnya. Kepiawaian Gus Ali dalam menyampaikan ceramah, membuat peserta dengan khidmat mendengarkan pesan-pesan yang disampaikan. Gus
Ali membeberkan beberapa langkah cerdas yang bisa dilakukan untuk bisa menerapkan “JAMU JATI KENDI”. Langkah – langakah tersebut diantaranya bergaul dengan orang – orang yang saleh. Dalam konteks ini maksudnya, orang yang membawa pengaruh baik dalam keseharian kita baik tentang agama maupun lingkungan. Selain itu, Gus Ali juga menekankan agar senantiasa mengisi hati dengan dzikir. “Ketika hati sudah terisi dengan dzikir, itu akan bisa menjauhkan kita dari hal-hal yang buruk. Serta jauhkan hati kita dengan sifat iri hati. Terakhir kita harus bisa menahan emosi,” pungkasnya. (*) Penulis: Farida Hari Editor: Nuri Hermawan
FEB Libatkan Alumni Perkuat Kapasitas Mahasiswa UNAIR NEWS – Hubungan antara Ikatan Alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis (IKAFE) Universitas Airlangga dengam sivitas akademika terbilang cukup erat. Buktinya, sekitar lebih dari 300 alumni hadir dalam “Gala Dinner & Awards: Emerald Night of FEB UNAIR”. Tentu saja, setiap pihak ingin agar kelekatan antara sivitas akademika dan alumni tetap terjalin. Dekan FEB UNAIR Prof. Dr. Dian Agustia mengatakan, dirinya ingin ada keselarasan antara alumni dan sivitas akademika. “Bahwa semuanya, baik alumni maupun sivitas akademika, bisa menjadi satu dan memajukan UNAIR. Saya ingin mereka (alumni, red) tahu hal-hal apa saja yang sedang kita lakukan,” tutur
Prof. Dian. Untuk mendukung pencapaian UNAIR menembus peringkat 500 kampus top dunia, pihaknya ingin agar alumni lebih aktif berkontribusi. Saat ini di FEB UNAIR, ada program untuk mengajak alumni kembali ke kampus guna berbagi ilmu. “Kita punya program ‘Alumni Ke Kampus’. Jadi, para alumni berprestasi masih bisa memberikan ilmunya kepada kami. Banyak hal yang kami harapkan dalam hubungan kerjasama,” tutur Dian. Hubungan kerjasama yang dimaksud adalah memaksimalkan aktivitas akademik seperti penyediaan tempat magang mahasiswa, berbagai pengalaman praktik di lapangan, dan kerjasama lainnya. “Agar lulusan kita siap pakai. Biar ketika masuk ke employer reputation bisa tinggi skornya, dan lulusannya semakin berkualitas. Barangkali mereka memiliki problem di lapangan, bisa mengajak kami (akademisi, -red) untuk berkonsultasi,” imbuh Prof. Dian. Menanggapi pernyataan Prof. Dian, Wakil Ketua IKAFE Djoko Santoso setuju dengan rencana Dekan FEB itu. “Sebetulnya, pemikiran untuk ‘Alumni Kembali ke Kampus’ adalah untuk memberikan nilai tambah dan memperkuat positioning mahasiswa. Kelak pada saatnya keluar, mereka akan memperoleh dua ilmu yaitu ilmu dari fakultas dan ilmu yang ditularkan dari pengalaman-pengalaman. Agar begitu mereka memasuki dunia usaha, baik sebagai entrepreneur dan profesional, mereka sudah tidak kaget lagi,” tutur Djoko. (*) Penulis : Defrina Sukma S Editor : Binti Q. Masruroh
FEB UNAIR Luncurkan Saluran YouTube Resmi UNAIR NEWS – Untuk mendiseminasikan informasi agar sesuai dengan perkembangan zaman, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga, Prof. Dr. Hj. Dian Agustia, S.E., M.Si., Ak, meluncurkan saluran YouTube resmi milik FEB UNAIR untuk berbagi informasi tentang program akademik dan prestasi sivitas akademika. Peluncuran saluran resmi itu dilakukan dalam acara “Gala Dinner & Awards: Emerald Night of FEB UNAIR, Sabtu (27/8), di Dyandra Convention Center. Di hadapan ikatan alumni FEB (IKAFE), peluncuran itu disambut tepuk tangan oleh tamu yang hadir. Dalam peluncuran itu, video pertama yang dirilis dan diputar adalah mengenai profil fakultas. Dalam video tersebut, baik dari kalangan dekanat, jajaran kepala departemen, maupun mahasiswa memberikan testimoninya mengenai FEB UNAIR. Prof. Dian mengatakan, peluncuran saluran resmi itu dilakukan untuk menunjang penyebarluasan informasi mengenai fakultas kepada masyarakat. Saluran YouTube itu bisa diakses melalui laman http://feb.unair.ac.id dan YouTube FEB UNAIR Official. Saluran itu nantinya akan diisi oleh informasi mengenai profil departemen, prestasi mahasiswa maupun fakultas, serta kepakaran para dosen FEB UNAIR. “Semua informasi dan prestasi tentang FEB akan terinformasi di YouTube channel. Ini adalah cara kami untuk meningkatkan informasi yang disajikan kepada masyarakat tentang FEB,” tutur Prof. Dian. Sampai saat ini, setidaknya ada sebelas video yang sudah diunggah dan dipublikasikan di saluran YouTube. Video-video tersebut terbagi menjadi lima daftar putar, yakni Dies
Natalis, Lain-lain, Dekanat, Alumni, dan Kepakaran. Salah satu video alumni yang telah dipublikasikan adalah Gubernur Jawa Timur Soekarwo yang merupakan alumnus S-3 FEB UNAIR. (*) Penulis: Defrina Sukma S Editor : Dilan Salsabila
Suasana Meriah di Gala Dinner Alumni FEB UNAIR NEWS – Sivitas akademika Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga tengah merayakan hari jadi fakultas. Tepat pada tanggal 8 Agustus 2016 lalu, FEB UNAIR genap berusia 55 tahun. Ada banyak acara menarik yang diselenggarakan sivitas akademika FEB dalam merayakan hari jadinya. Diantaranya, abdi desa, dan seminar nasional maupun internasional. Puncaknya, sivitas FEB mengadakan acara “Gala Dinner dan Awards: Emerald Night of FEB UNAIR” di ballroom Dyandra Convention Centre, Sabtu (27/8). Acara tersebut diikuti oleh kurang lebih 300 alumni yang datang dari berbagai angkatan. Untuk mendukung kemeriahan acara, telah hadir beberapa grup musik akustik dari mahasiswa, dan penganugerahan beragam nominasi. Yang tak kalah menariknya, jebolan FEB UNAIR yang kini berkarir di kancah permusikan nasional, Dudy Oris, hadir untuk memeriahkan acara. Selain itu, ada pula peluncuran YouTube channel resmi milik FEB. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Prof. Dr. Dian Agustia, SE., M.Si., Ak., mengatakan bahwa acara ini adalah sarana untuk mempererat seluruh pihak sivitas akademika, mulai dari
mahasiswa, dosen, hingga alumni. “Acara ini adalah panitia bersama. Karena kami ingin, rasa memiliki terhadap FEB tetap ada,” tutur Prof. Dian ketika diwawancarai. Wakil Ketua IKAFE, Djoko Santoso yang juga turut hadir dalam acara tersebut mengatakan, peran alumni untuk mendukung kemajuan fakultas sangat dibutuhkan. “Oleh karena itu, kiprahnya fakultas kedepan, tidak saja melibatkan seluruh stakeholder yang ada di dalam, tapi peran serta alumni yang sudah tersebar begitu banyak memiliki peran strategis untuk mendukung kemajuan,” tutur Djoko. Dalam acara makan malam itu, diselingi dengan pemberian penghargaan kepada sivitas akademika dan alumni FEB yang berprestasi. Penerima penghargaan itu diantaranya adalah pada kategori lifetime achievement yang diberikan kepada pengajar Departemen Ekonomi Pembangunan, Drs. Ec. Karjadi Mintaroem, M.S., sedangkan pada kategori bakti bagi negeri diberikan kepada Prasetio selaku Direktur Utama PERURI. Penghargaan itu diserahkan oleh Rektor UNAIR Prof.Moh. Nasih yang juga merupakan alumnus FEB, didampingi oleh Dekan FEB. Suasana semakin malam kian meriah dengan penampilan musik oleh Dudy. Dudy yang merupakan eks vokalis Yovie and Nuno itu menyanyikan lebih dari enam lagu. Sesekali, ia turun ke bawah panggung dan mengajak para tamu untuk bernyanyi bersama. Dan, ia juga mengundang Prof. Nasih, dan Prof. Dian untuk bernyanyi bersama di atas panggung. (*) Penulis: Defrina Sukma S. Editor : Dilan Salsabila
Andianto Bersyukur Lulus Kelas Internasional Angkatan Pertama FK UNAIR UNAIR
NEWS
–
Lulus
sebagai
angkatan
pertama
Kelas
Internasional di Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga, Andianto Hendrawan T merasa sangat bangga. Dan karenanya wajib baginya menyatakan puji syukur kepada Tuhan bahwa dirinya diberi kemampuan untuk lulus tepat pada waktunya. ”Tentu saja, itu semua juga berkat dukungan dari keluarga, dari teman-teman sejawat, serta para dosen yang selalu intens memberikan bimbingan kepada kami,” kata Andianto kepada UNAIR News. Seperti diketahui dari sepuluh mahasiswa angkatan pertama kelas internasional FK UNAIR, baru dua yang lulus, satunya lagi adalah Asma. Ditanya apa targetnya memilih masuk pada kelas internasional ini? Dokter baru yang akrab dipanggil Andi ini mengaku bahwa secara spesifik tidak ada sasaran lain, kecuali seperti yang lain, yaitu ingin menjadi dokter yang baik. Kebetulan ia juga menggenggam modal untuk di kelas ini, yaitu menguasai toefl dengan skor 550. Jadi sudah cukup dan tidak mengalami kesulitan ketika mengikuti perkuliahan dengan bahasa pengantar Bahasa Inggris. “Jadi bagi calon mahasiswa yang ingin masuk kelas internasional FK UNAIR, kalau sudah punya toefl minimal 550 hendaknya tak perlu takut. Tetapi kalau soal toefl ini saya kira teman-teman kelas reguler pun banyak yang memiliki, bahkan melebihi,” kata Andi. Setelah mengikuti program di kelas internasional, termasuk setelah mengikuti program elektif, Andi bisa melihat betapa jauhnya perbedaan tentang dunia kedokteran antara yang sampai
saat ini ada di negara kita dengan yang di luar. Sehingga perbedaan itu bisa kita pakai sebagai acuan semangat untuk belajar agar kedepan bisa mengikuti standar-standar kedokteran di negara maju. Andianto juga membenarkan bahwa kelebihan pada kelas internasional ini antara lain, pertama, intensitas hubungan dosen-mahasiswa dinilai lebih baik. Hal ini wajar karena kelas internasional angkatan pertama ini hanya sepuluh mahasiswa, dua diantaranya asal Malaysia, sehingga kedekatan secara akademis antara dosen-mahasiswa juga lebih baik. Selain itu dengan program elektif-nya sebagai arena pembelajaran untuk memberikan kesempatan mahasiswa dalam pengembangan diri dan karirnya. Karena itu program elektif ini wajib diikuti oleh mahasiswa kelas internasional, yakni melaksanakan studi ke luar negeri selama satu bulan. Angkatan pertama ini melakukan elektif ke Jepang. Dimintai
pesan-pesannya
untuk
adik-adik
kelasnya,
Andi
menyarankan sewaktu pre-klinik hendaknya belajar sebaik mungkin. “Mengapa sebaiknya begitu, karena ketika nanti pada waktu klinik di rumah sakit maka bisa melihat atau memperhatikan sebanyak-banyaknya pula apa yang dilakukan oleh sejawat senior, paramedis, dan manajemen,” kata Andianto berpesan. (*) Penulis : Bambang Bes
Asma, Lulusan Perdana Kelas
Internasional FK, Pejuang Perintis
Bagai
UNAIR NEWS – Kelas internasional Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga untuk pertama kali tahun 2016 ini meluluskan dokter. Dari sepuluh mahasiswa angkatan pertama, baru dua yang lulus. Dialah Asma dan Andianto Indrawan T. Mereka sudah dilantik Dekan FK bersama dengan 134 dokter baru lain dari kelas reguler. Bagi Asma, menjadi dokter lulusan pertama kelas internasional FK UNAIR sungguh sangat membanggakan. Goresan tinta dengan Bahasa Inggris pada Ijazahnya menjadi salah satu pembeda dengan ijazah dari kelas reguler. Selain itu, “menetas” dari angkatan pertama seperti ini merasa bagai pejuang perintis. Karena angkatan pertama, mereka tak punya kakak kelas. Tidak ada yang ngajarin baik tentang kurikulum, dosennya seperti apa, ujiannya bagaimana, dsb. ”Saya katakan demikian karena memang kurikulumnya ada bedanya. Kami bersepuluh benar-benar struggle. Dari sepuluh itu ada tiga cewek dan saya satu-satunya yang berkerudung,” kata Asma kepada UNAIR News. Diakui ada beberapa modul kurikulum yang tidak ada di kelas reguler. Lalu karena mahasiswanya hanya sepuluh, dua diantaranya asal Malaysia, maka intensitas hubungan dosenmahasiswa menjadi lebih intensif sehingga ada keleluasaan untuk berdialog. ”Seakan kami ini les privat,” kata Asma, yang ketika diwawancarai ini sedang mengandung hampir sembilan bulan calon buah hati pertamanya hasil pernikahannya dengan Pandu. Tantangan lain, selain bahasa pengantarnya Bahasa Inggris, karena kurikulumnya beda maka bahan perkuliahan pun harus mencari sendiri. Dosen hanya memberi judul materinya,
mahasiswa mencari sendiri. Setelah bahan didapat lalu didiskusikan secara kelompok, jadi lebih banyak diskusinya. Mereka juga intens mencatat sesuatu yang bisa dicatat sebagai bahan membuat pedoman yang kelak bisa dipakai oleh adik kelasnya di kelas internasional ini. Misalnya dengan modul ini maka harus begini. Masuk modul itu harus begitu, perlu berapa hari mendalami, tantangannya ini-itu, dsb. ”Sebagai angkatan perintis, kami sudah membuat trik-trik seperti itu agar kedepannya para adik kelas menjadi lebih baik lagi. Jadi kami sudah memikirkan jauh kedepan,” kata Asma. Kualitas Tidak Kalah Motivasinya masuk FK UNAIR sebenarnya hanya ingin menjadi dokter. Tak terlintas harus masuk kelas internasional. Kala itu mahasiswa ditawari dua pilihan; kelas reguler dan internasional. Tapi Asma mengisi keduanya. Karena kelas internasional diumumkan lebih dulu, dan Asma ada disana, maka ia manut saja. Apalagi modal untuk mengarunginya sudah ada yaitu skor toefl 550. ”Ada juga sih sedikit keinginan menjadi dokter global. Tetapi pertimbangannya waktu itu karena ini kelas kecil, jadi kayaknya lebih enak, lebih terlihat oleh dosen. Jadi lebih tertantang,” katanya. Satu lagi yang mengesankan dari kelas global ini adalah program elektif, studi ke luar negeri selama satu bulan. Pada angkatan perdana ini memilih ke Jepang. Sepuluh mahasiswa harus memilih departemen dan universitas berbeda. Asma memilih Obstetri & Ginekologi (Obgin) pada Faculty of Medicine Osaka University. Di program elektif inilah mahasiswa mengerti dan mendapat wawasan global tentang etos kerja bangsa lain, budayanya, wawasan mereka, semangat belajarnya, dsb. Salah satu yang membanggakan kita, kata Asma, ternyata kualitas pendidikan dokter di FK UNAIR ini sangat baik, bahkan
lebih unggul dari Osaka University. Saat itu Asma belum berstatus DM (Dokter Muda). Tetapi karena hanya seorang, maka di Osaka kelasnya disatukan dengan mahasiswa DM di sana. Dalam suatu forum semua mahasiswa wajib menjawab pertanyaan professor, termasuk Asma. ”Mahasiswa Osaka heran. Lalu saya ditanya: ‘Kamu itu belum DM, tapi kok bisa menjawab’. Disitu saya merasa bahwa kita lebih baik. Mungkin itu karena perbedaan teksbook. Di Osaka memakai buku yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Jepang, sedang FKUA teksbook internasional berbahasa Inggris. Bahkan melihat buku teks yang saya bawa, mereka juga bertanya: ‘Itu buku apa?’ Padahal itu kan buku pegangan utama,” kata Asma, senang. “Jangan takut menjadi mahasiswa FK kelas internasional,” katanya memberi saran untuk mahasiswa baru FK UNAIR. Harus belajar, berusaha dan berdoa, itu pasti untuk menjalani studi. Doa orang tua juga sangat penting. Kepada mahasiswa FK yang sudah melewati fase per-DM-an, diingatkan bahwa menjadi dokter itu bukan hanya butuh pintar, tetapi atitude juga penting. Bagaimana membangun relasi, punya skill untuk ngomong dengan pasien yang baik itu seperti apa, dsb. Intinya, menjadi mahasiswa kelas internasional FK UNAIR sungguh sangat menantang. Jumlah mahasiswanya lebih sedikit. Kakak kelasnya juga sedikit. Kendati demikian, kata Asma, benar-benar asyik karena dalam perjalanan waktu akan banyak pengetahuan yang diperoleh untuk menjadi dokter yang berkualitas. (*) Penulis: Bambang Bes
Refreshing Course of Endo Resto, Update Perawatan dan Teknik Kedokteran Gigi UNAIR NEWS – Estetika dalam perawatan gigi dan mulut merupakan kebutuhan masyarakat yang terus berkembang. Kondisi ini membuat dokter gigi tidak bisa menghindar untuk terus meningkatkan profesionalismenya dalam menghadapi tuntutan masyarakat. Juga, untuk menggenjot kemampuan komunikasi dokter-pasien masyarakat.
dalam
mengatasi
kesehatan
gigi
dan
mulut
Departemen Konservasi Gigi selaku salah satu sentra pendidikan bagi dokter gigi berupaya meningkatkan kualitas dan profesionalisme dokter gigi Indonesia secara holistic. Salah satu caranya, mengadakan seminar ilmiah rutin. Pada Sabtu, 13 Agustus 2016, di Hotel Santika Surabaya, diadakan Refreshing Course on Endo Resto sebagai sarana untuk alih teknologi dan eksplorasi ilmu kedokteran gigi mutakhir. Seminar diisi dengan ceramah dan kursus singkat dari sejumlah narasumber. Mereka membahas peningkatan estetika di bidang kedokteran gigi. Seminar yang diikuti oleh sekitar 300 peserta ini dilengkapi juga dengan pameran alat dan bahan kedokteran gigi. Diharapkan, materi yang disampaikan dapat menambah pengetahuan dokter gigi sehingga mampu melayani masyarakat secara optimal. (*) Penulis: Humas FKG Editor: Rio F. Rachman
Dentistry Charity, Bakti Mahasiswa FKG Untuk Negeri UNAIR NEWS – Untuk kali ketujuh, Dentistry Charity (DC) diselenggarakan oleh BEM FKG. Suatu acara bakti sosial tahunan yang dimulai sejak tanggal 10 hingga 15 Agustus 2016. Jika sebelumnya, selama 6 tahun berturut-turut, DC dilaksanakan di beberapa tempat seperti Probolinggo, Bawean, Lombok, dan Pacitan, DC-7 kali ini memilih tempat di Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi. Pada tahun ketujuh DC, BEM FKG mengangkat jargon “Semangat Berbagi, Mengabdi untuk Negeri”. DC diadakan atas dasar pemikiran bahwa mahasiswa sebagai civitas akademika harus memberikan kontribusi aktif bagi masyarakat sebagai wujud dari implementasi salah satu tri dharma perguruan tinggi. Yaitu, pengabdian masyarakat. Selain itu, FKG juga merupakan institusi yang berperan penting dalam meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut masyarakat, khususnya Provinsi Jawa Timur. DC7 Banyuwangi melibatkan berbagai pihak seperti Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi, Kecamatan Pesanggaran, PDGI Banyuwangi, Palang Merah Indonesia Banyuwangi, Fakultas Sains dan Teknologi UNAIR, Fakultas Kesehatan Masyarakat UNAIR PDD Banyuwangi, dan Program Studi D3 Teknik Kesehatan Gigi Fakultas Vokasi UNAIR. Acara DC7 didukung penuh oleh PT PLN Persero sebagai sponsor utama. FKG yang menaungi BEM FKG, mengirimkan bantuan tenaga dokter gigi ahli, meliputi dokter gigi spesialisasi bidang konservasi gigi, periodonsia, dan bedah mulut. Rangkaian acara DC7 diawali dengan pembukaan secara resmi oleh Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas di Pendopo Sabha Swagata Banyuwangi tanggal 10 Agustus malam. Kegiatan sosial DC7 meliputi kegiatan donor darah dan penyuluhan mengenai
masalah yang ada di masyarakat setempat, seperti DBD dan diare. Selain dental health education untuk menekankan pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut, materi penyuluhan juga mengenai ilmu yang bermanfaat bagi warga sekitar, seperti basic life support untuk kondisi kegawatdaruratan dan penggunaan pupuk biofertilizer. Bakti sosial kedokteran gigi meliputi pembuatan gigi palsu untuk lansia dan perawatan gigi gratis yang diadakan pada tanggal 13-14 Agustus 2016 dengan melibatkan lebih dari 500 pasien. Dalam wawancara, ketua BEM FKG UNAIR, Reyhan Mehandra Nur menjelaskan bahwa dengan diadakannya DC7 ini adalah agar masyarakat Banyuwangi, khususnya Kecamatan Pesanggaran dapat merasakan manfaatnya, seperti meningkatnya kesadaran dalam menjaga kesehatan gigi mulut dan kesehatan secara keseluruhan dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Reyhan juga menambahkan semoga DC7 ini juga menciptakan hubungan baik antar institusi FKG Unair, PT PLN Persero, dan Kabupaten Banyuwangi serta pihak lain yang terlibat. (*) Penulis: Humas FKG Editor: Rio F. Rachman
Mawapres FKG Siap Bersaing di Tingkat Universitas UNAIR NEWS – Merina Dwi P, Maria Andisa M dan Qurni Restiani adalah tiga mahasiswa yang terpilih sebagai mahasiswa berprestasi (Mawapres) dari angkatan 2013 FKG UNAIR. Pemilihan ketiga mahasiswa ini berdasar pada penilaian karya tulis ilmiah, catatan prestasi bidang akademik dan kemahasiswaan,
kemampuan bahasa kepribadian.
inggris
serta
penilaian
sikap
dan
Dijelaskan oleh ketua tim juri Mawapres FKG UNAIR, Dr. Anis Irmawati., drg., M.Kes, bahwa setelah terpilih tiga mahasiswa dari angkatan 2013, maka pemilihan selanjutnya akan dilaksanakan pada angkatan 2014 dan 2015. Tujuan dari penjaringan secara luas ini adalah untuk memberikan kesempatan bagi mahasiswa FKG agar lebih termotivasi berprestasi. Juara pertama dari tiap angkatan inilah yang akan dikirim pada pemilihan Mawapres tingkat Universitas. Lebih lanjut, dosen pendamping kemahasiswaan ini mengatakan bahwa FKG sengaja melaksanakan seleksi lebih awal dibanding fakultas lain, agar ada waktu yang cukup untuk membina Mawapres yang akan dikirim ke tingkat Universitas. Anis menambahkan, FKG akan memberikan pembekalan yang matang pada Mawapres sehingga bisa bersaing di tingkat universitas dan bahkan nasional. (*) Penulis: Humas FKG Editor: Rio F. Rachman
Alumni FKG UNAIR Zahrotur Riyad Jadi Dokter Teladan Nasional 2016 UNAIR NEWS – Sejak lulus sebagai dokter gigi dari FKG UNAIR pada tahun 2003, Zahrotur Riyad langsung terjun ke masyarakat. Lantas, pada 2010, Ibu tiga anak ini bertugas di Puskesmas Galang, Batam, Propinsi Kepulauan Riau. Wilayah kerjanya meliputi sekitar 100 pulau, di mana hanya sekitar 35 pulau
yang berpenghuni. Bersama dengan tim kesehatan, dia berpindah-pindah dari satu pulau ke pulau lain, setiap hari. Hingga saat ini. Medan yang ditempuh tentu saja tidak mudah, karena pulau-pulau kecil harus dijangkau dengan perahu kecil dan mengarungi lautan. Dokter gigi enerjik yang hobi menulis dan membaca ini baru menyadari bahwa ilmu yang diterima di bangku kuliah tidaklah cukup jika ingin sukses menjadi seorang yang bermanfaat bagi sesama manusia. Dalam perjalanan tugas sebagai dokter gigi, Uris, begitu nama panggilannya saat kuliah, berjumpa dengan berbagai lapisan masyarakat. Permasalahan sosial yang mereka hadapi membawa Uris menjadi staf ahli pusat informasi dan kegiatan kesehatan reproduksi sejak tahun 2010. Sebagai konselor, ia memberikan penyuluhan mengenai pencegahan narkoba dan kesehatan reproduksi remaja. Hasil kerja keras dan doa dari istri Ahmad Khalis Tontowi membuahkan hasil. Data tahun 2013 dan 2014, menunjukkan peningkatan kesadaran masyarakat akan kesehatan reproduksi dan tidak ada lagi remaja yang hamil di luar nikah di wilayah Pulau Galang. Uris yang masih aktif menulis di sejumlah surat kabar ini mendapatkan apresiasi di level nasional dan internasional atas pengabdiannya. Di antara penghargaan tersebut adalah; Ibu berprestasi 2015 kategori kesehatan dari HIPMI Peduli Kepri, Perempuan Inspiratif NOVA 2014 kategori kesehatan, Ikon Gerakan Revolusi Mental Kementerian Pembangunan Manusia dan Kebudayaan tahun 2016 bidang etos kerja, Penerima She CAN Inspiring Women 2015 dari Tupperware Indonesia, Nominator UNESCO Prize for Girl’s and Women’s Education 2016, Dokter Teladan Provinsi Kepualaun Riau 2016 dan Dokter Teladan Tingkat Nasional tahun 2016. (*) Penulis: Humas FKG Editor: Rio F. Rachman