Edisi I Tahun 2014
Gunung Binaya
Permata Di Pulau Seram
Era Baru Pengelolaan Keuangan Negara Daun Gatal Salah Satu Tumbuhan Obat Pulau Seram Sasarata Wisata Mangrove di Utara Pulau Seram Kementerian Kehutanan Ditjen Perlindungan Hutan Dan Konservasi Alam Balai Taman Nasional Manusela
Ekosistem DAS TN Manusela Menguji Kekokohan Tebing Sawai Transformasi Penyusunan Dokumen Rencana Kegiatan dan Anggaran
Redaksi Pelindung Ir. Tabur Muhammad Penanggung Jawab Jan F.M. Hittipeuw, S.Sos Redaktur Achmad Arifin, S.Hut, M.Si Penyuting /Editor Jumrin Said, S.Hut Iik Ikhwan Puadin,SP Desain Grafis Daryanto,S.Hut Teguh Indra Jati, A.Md Sekretariat Faizah, S.Hut Yudaningsih Jessy F Molle Wiliam Loupatty
Kirim Artikel Bagi para pembaca setia buletin Moluccensis, kami tim redaksi menerima sumbangan artikel mengenai konservasi dan hal yang berkaitan dengan kehutanan, sosial ekonomi, dan budaya Maluku. Serta foto-foto yang berhubungan dengan tulisan. Artikel bisa dikirim ke email
[email protected]. Redaksi berhak menyuting tulisan tanpa merubah isi yang ditampilkan Alamat Redaksi : Jl. Kelang no 1 Masohi, Maluku Tengah telp. (0914)22164 fax. (0914)21672
2
Edisi I Tahun 2014
Kementerian Kehutanan Ditjen Perlindungan Hutan Dan Konservasi Alam Balai Taman Nasional Manusela
DAFTAR ISI Konservasi 4 Zona Ekosistem DAS Di Kawasan Manusela Utama 6 Kabar Gunung Binaya Permata Di Pulau Seram
13 Opini Transformasi Penyusunan
Dokumen Rencana Kegiatan dan Anggaran Era Baru Pengelolaan Keuangan Negara
21 Inspirasi Daun Gatal Salah Satu Tumbuhan Obat Pulau Seram
Surat Redaksi
P
uji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya, sehingga edisi pertama Buletin Moluccensis dapat terbit kembali. Redaksi buletin Moluccensis mengabarkan tentang Gunung Binaya, gunung yang menjadi perbincangan para penggiat alam bebas di empat tahun terakhir ini. Berada di pulau Seram Maluku Tengah, gunung ini bukan termasuk gunung vulkanik dan memiliki jalur pendakian yang panjang karena dimulai dari pantai hingga turun ke pantai. Gunung tertinggi di Maluku dan masuk dalam seven summit Indonesia, yaitu tujuh gunung tertinggi di di tujuh pulau dan kepulauan utama Indonesia. Oleh karenanya, kami memberikan perhatian terhadap Binaya sebagai aset Nusantara yang patut dikenal dan disejajarkan dengan gunung-gunung tertinggi di Indonesia.
Masohi, Juni 2014
Salam Redaksi
3
Edisi I Tahun 2014
23 Peristiwa Menguji Kekokohan Tebing Sawai Kawasan 25 Sudut Sasarata
Wisata Mangrove di Utara Pulau Seram
27 Observasi Keanekaragaman Kupu-Kupu
Zona Konservasi
Ekosistem DAS di Kawasan Manusela foto dan teks: Daryanto, S.Hut Penyuluh Kehutanan
S
ungai memiliki fungsi keberlangsungan siklus hidrologi dan ekosistem, dalam kamus bahasa Indonesia istilah yang sama adalah “Wai”, masyarakat Maluku sering menyebutnya “Wae”. Pemanfaatan sumber daya alam seperti sungai, perlu memperhatikan aspek sosial budaya, kelestarian lingkungan, dan ekonomi secara menyeluruh. Penting untuk kita ketahui, sungai juga sebagai bahan baku air minum, sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, sebagai sarana irigasi pertanian, bahkan bukan tidak mungkin sungai dijadikan objek wisata dan jasa lingkungan lainnya. Terdapat lima daerah aliran sungai (DAS) besar yang membelah kawasan
4
Edisi I Tahun 2014
TN Manusela, yaitu Wae Sapalewa, Wae Mual, Wae Isal, Wae Toluarang, Wae Kawa dan Nua. Sungai-sungai tersebut memiliki hulu di kawasan TN Manusela. Wae Isal, Wae Toluarang dan Wae Mual, mengalir membelah kawasan dari pegunungan wilayah utara hingga dataran pasahari. Wae Mual dan Wae Toluarang sendiri mengalir dengan tenang di dataran rendah dan bermuara di sela-sela hutan mangrove dan laut seram Utara. Wae Sapalewa juga termasuk sungai besar dan memiliki cabang sungai yang bermuara di laut Seram utara. Wae Kawa Nua termasuk sungai dengan debit yang besar, mengalir dari pegunungan menuju ke laut Seram di Selatan.
Zona Konservasi
Bentangan alam kawasan TN Manusela memiliki gugusan formasi batuan kars, maka tidak heran di kawasan TN Manusela terdapat puluhan goa yang ditemukan, di wilayah Slaeman-Sawai sendiri berdasarkan hasil survey potensi goa ditemukan sekitar 47 goa (ASC-Jogja 2011). Goa- goa tersebut sebenarnya menghubungan aliran air yang mengalir di bawah batuan kars, maka sering kita temukan aliran air yang keluar dari celah-selah batu. Mengutip kajian seorang pemerhati kars “kemampuan bukit kars pada umumnya telah mampu menyimpan tiga hingga empat bulan setelah berakhirnya musim penghujan, sehingga sebagian besar sungai bawah tanah dan mata air mengalir sepanjang tahun dengan kualitas air yang baik,” kata Haryono, Eko. 2001. Tak heran lagi, kawasan kars di Manusela menjadi sebuah tandon air alam raksasa bagi semua mata air yang terletak diwilayah sekitarnya. Kawasan Manusela dengan potensi sungai serta debit air yang cukup besar, membuat beberapa pihak telah mencoba membuat rencana pemanfaatan sungai tersebut, seperti pembuatan bendungan dan pemanfaatan sungai sebagai pembangkit listrik. Semoga sungai yang berada di kawasan Manusela tersebut memiliki manfaat bagi masyarakat setempat dan pembangunan di wilayah sekitar.
5
Edisi I Tahun 2014
“
Awal terbentuknya TN Manusela sendiri tidak terlepas dari DAS yang ada yaitu DAS Wae Mual dan Wae Kawa. Penyeimbang ekosistem yang membentang diantara pegunungan dan hutan
Kabar Utama
Gunung Binaya
Permata di Pulau Seram
6
Edisi I Tahun 2014
Kabar Utama
“
Jalur pendakian Binaya terkenal dengan jalur yang panjang dan terjal, pendaki dapat menikmati kejujuran indahnya alam Maluku
Teks oleh : Teguh Angguh , A.Md POLHUT TN Manusela
7
Edisi I Tahun 2014
Kabar Utama
G
unung Binaya adalah gunung tertinggi yang ada di Provinsi Maluku yang termasuk kedalam tujuh gunung tertinggi di Indonesia (seven summit’s Indonesia), letak gunung binaya berada di Pulau Seram Kab. Maluku Tengah yang berada dalam Kawasan Taman Nasional Manusela. Untuk mengunjungi lokasi tersebut, selepas bandara Pettimura dapat menuju pelabuhan Tulehu, menggunakan kapal cepat menyebrang dari pelabuhan Tulehu menuju pelabuhan Amahai dengan waktu dua jam perjalanan. Sesampai di pelabuhan Amahai langsung saja menuju kota Masohi, waktunya tidak lama sekitar lim belas menit. tidak lupa pengunjung mengurus surat izin masuk kawasan konservasi di kantor Balai TN Manusela sebelum melanjutkan perjalanan, atau bila ingin istirahat di kota kecil ini tersedia beberapa penginapan. Terdapat dua jalur pendakian resmi yang dibuka yaitu jalur utara melewati Negeri Huaulu dan jalur selatan melewati Negeri Piliana,
8
Edisi I Tahun 2014
masing-masing memiliki karakter jalur yang berbeda. Jalur Utara, terkenal dengan jalur basah, karena pendaki akan mudah menemui sungai besar, jalur yang berlumpur serta panjang. Menuju pintu masuk Huaulu pengunjung dapat menggunakan angkutan penumpang dengan waktu perjalanan tiga jam sampai di Halte Huaulu. Dari Halte Hualu butuh waktu 2.5 jam perjalanan kaki untuk bisa sampai di Huaulu. Terdapat tiga desa/negeri yang dilewati yaitu Huaulu, Roho dan Kanikeh. Huaulu adalah negeri Adat, yang masih memegang tinggi budaya dan adat setempat, menurut cerita mereka keturunan asli dari suku Alifuru. Pada tahun 2012 sudah terabangunnya 2 (dua) selter yang berada di jalur pendakian yaitu di Huaulu dan kamp Wasamata. Hari Pertama, dari Huaulu perjalanan menuju kamp Wasamata membutuhkan waktu 1 (satu) hari perjalanan, sebelumnya pendaki akan
Kabar Utama
melewati desa Roho. Sesampai di camp wasamata pendaki tidak perlu mendirikan tenda karena terdapat bangunan selter dengan kapasitas 15 orang atau lebih. Hari kedua melanjutkan perjalanan menuju negeri Kanikeh, butuh waktu 6 jam untuk bisa sampai di desa tersebut. Setelah sampai, pendaki bisa bermalam dan beristirahat. Kanikeh adalah beristirahat dan mendiridesa pegunungan yang kan tenda. Hari kelima pendaki lokasinya sudah berada bisa melanjutkan perkaki gunung binaya. jalanan menuju puncak Ada ritual adat setempat bagi pendaki yang baru gunung Binaya,butuh pertama kali melakukan waktu setengah hari pendakian, dikenal den- perjalanan untuk bisa gan nama “makan sirih sampai puncak Binaya, pada siang harinya pinang”. Hari ketiga dari Kan- bisa melanjutkan perikeh kemudian menuju jalanan menuju camp menuju kamp Waihuhu, butuh waktu 1 (hari) perjalanan untuk bisa sampai. Dijalur pendakian menuju camp Waihuhu pendaki bisa menikmati dan mengunjungi air terjun Wasanhutuni. Hari keempat pendaki menuju kamp Waifuku, butuh waktu 3 jam perjalanan untuk bisa sampai ditujuan. Setealah sampai di kamp Waifuku pendaki bisa langsung
9
Edisi I Tahun 2014
“
Perlu persiapan yang
mantap mengingat kondisi jalur yang melelahkan serta cuaca yang tidak menentu untuk mencapai puncak 3027 mdpl.
Kabar Utama
Wasanhutuni. Hari keenam selepas Wasanhutuni pendaki bisa melanjutkan perjalanan menuju Huaulu dan Masohi. Jalur selatan dari kota Masohi pendaki menuju pelabuhan Tehoru - Kec. Tehoru, butuh waktu 2.5 jam untuk bisa sampai di lokasi. Sesampai di pelabuhan Tehoru dilanjutkan perjalanan menuju negeri Yaputih dengan menggunakan longboat atau ketinting, butuh waktu 1.5 jam untuk bisa sampai. Selanjutnya menuju negeri Piliana membutuhkan waktu 3 jam perjalanan dengan berjalan kaki. Pada tahun 2013 sudah dibukanya akses pembukaan jalan menuju Desa Piliana tetapi belum rampung. Terdapat obyek wisata yang bisa disinggahi sebelum atau sesudah melakukan pendakian yang terdapat di desa piliana yaitu danau ninipala,
10
Edisi I Tahun 2014
“
Catatan : dibutuhkan tambahan waktu 2 (dua) hari perjalanan dari kedatangannya di Kota Ambon dari jumlah hari perjalanan pendakian (tracking) aktifitas yang bisa dilakukan seperti mandi, foto-foto dan sangat cocok dijadikan tempat beristirahat. Pada jalur selatan pendakian di tahun 2013 sudah dibangun fasilitas 4 (empat) buah selter oleh Balai Taman Nasional Manusela yaitu Selter Ayemoto, Selter Yamhitala, Selter High Camp dan Selter Isilali. Hari pertama, dari desa piliana menuju kamp ayemoto, butuh waktu 1 (hari) perjalanan dengan berjalan
Kabar Utama
kaki.Pendaki tidak perlu mendirikan tenda karena kondisi selter sudah begitu nyaman dan mencukupi, kapasitas bangunan bisa sampai 15 orang atau lebih. Hari kedua dilanjutkan menuju camp isilali dengan waktu perjalanan 1 (hari) perjalanan dengan berjalan kaki. Hari ketiga menuju Waifuku dengan waktu perjalanan 1 (hari) disini pendaki sudah berada diketinggian 2000 mdpl, dan terdapat sumber air berupa telaga. Hari keempat pendaki dapat menuju puncak tertinggi gunung Binaya dengan waktu perjalanan setengah hari. Setelah puas menikmati hamparan puncak tertinggi di Maluku, pendaki dapat menuju high camp kembali untuk bermalam/beristirahat.
11
Edisi I Tahun 2014
Opini
Transformasi Penyusunan
Dokumen Rencana Kegiatan dan Anggaran Oleh : Achmad Arifin,S.Hut,M.Si
M
engacu pada siklus perencanaan dan penganggaran tahunan Kementrian Kehutanan, maka implementasi pada Unit Pelaksana Teknis (UPT) Taman Nasional adalah dengan membuat Rencana Kerja (Renja) dengan memedomani Rencana Strategis (Renstra) yang merupakan perwujudan dari perencanaan jangka menengah. Renja inilah yang kemudian diusulkan dan dibahas dalam Rapat Koordinasi Pembangunan Kehutanan (Rakorbanghut) tingkat daerah, regional dan pusat. Tulisan ini akan mencoba memberikan gambaran proses penyusunan dokumen Rencana Kegiatan dan Anggaran (RKA) di Taman Nasional Manusela yang mencoba memadukan tuntutan pemenuhan Indikator Kinerja Kegiatan dari pusat di satu sisi dan
12
Edisi I Tahun 2014
kebutuhan nya di tingkat lapangan itu sendiri. Balai TN Manusela telah mempunyai RPTN jangka panjang periode 1997-2022 yang telah disahkan oleh Dirjen PHKA pada bulan Maret 1998. Kemudian, pada tahun 2010 juga telah disusun pengkajian ulang (review) RPTN jangka panjang periode 19972022 yang merupakan proses pemantauan dan penyesuaian pentahapan kegiatan yang sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi saat ini terutama akibat kerusuhan sosial tahun 1999. Renstra per lima tahun sebagai perwujudan rencana jangka menengah periode 2010-2014 juga telah dibuat begitupun Rencana Pengelolaan Jangka Pendek (RPJP) atau Renja yang telah disusun dan disahkan oleh kepala balai TN Manusela pada setiap tahunnya. Hal yang sama juga dilakukan untuk tahun-tahun sebelumnya dengan isi yang sesuai dengan PP No. 68 tahun 1998 dan disesuaikan melalui PP No. 28 tahun 2011 tentang Pengelolaan KSA dan KPA dimana isinya mencakup tujuan pengelolaan dan detail kegiatan dengan fungsi perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan yang diusulkan untuk tahun berjalan. Hakekatnya, proses penyusunan dokumen RKA di Balai TN Manusela telah berjalan sesuai dengan tahapan yang berlaku. Hanya saja, proses yang dilakukan masih terpusat di kantor Balai dan belum diturunkan dengan
Opini
baik ke tingkat Seksi apalagi Resort. Partisipasi staf dalam perencanaan belum optimal, walaupun telah dilakukan rapat perencanaan yang berjenjang dari tingkat Seksi sebelum dibahas di Balai. Dalam pembahasan perencanaan dan penganggaran di tingkat Balai diikuti oleh perwakilan staf dari masing-masing urusan yang keluarannya menghasilkan Renja tahunan. Sedangkan untuk RKA dibuat oleh tim perencanan setelah didapatkan PAGU dari Dirjen PHKA. Pola semacam ini masih dirasakan cukup elitis dan terkesan hanya melibatkan pihak-pihak tertentu saja yang berakibat pada rasa memiliki yang kurang terhadap program atau kegiatan yang direncanakan, komunikasi internal yang rapuh, perencanaan yang tidak berbasis pada permasalahan lapangan dan masih adanya rasa saling curiga. Berdasarkan Manullang (1999), organisasi yang berkembang adalah apabila organisasi tersebut telah mencapai tingkat efisiensi yang tinggi dimana ia memiliki sumberdaya kelembagaan yang menjamin kelangsungan hidupnya. Salah satu sumberdaya kelembagaan yang penting adalah sumberdaya manusia, dimana dalam manajemen adaptif, ia berperan dalam menjalankan siklus yang terus berjalan. Transformasi Penyusunan Dokumen RKA Implementasi penyusunan dokumen RKA tahun 2015 patut mendapat
13
Edisi I Tahun 2014
perhatian lebih karena menurut penulis mampu menghadirkan suasana baru yang lebih mengakomodir kepentingan dan kebutuhan lapangan yang disesuaikan dengan pemenuhan IKK pada tingkat pusat. Proses penyusunan dokumen RKA pada tahun ini dimulai pada tingkat tapak berupa pengumpulan bahan strategis kebutuhan lapangan yang kemudian dilanjutkan pembahasan di tingkat Seksi yang melibatkan semua Resort. Tahap ini berlangsung pada bulan Januari-Februari 2014. Selanjutnya, usulan pada tingkat Seksi diringkas dalam matriks yang dilengkapi dengan penjelasan terstruktur untuk dibahas di tingkat Balai yang dilaksanakan pada bulan Maret di kantor Balai TN Manusela. Yang menarik, pada pembahasan di tingkat Balai, perwakilan setiap Resort diundang untuk mempresentasikan RKA yang telah dibuat bersama-sama dengan Kepala Balai, Kasubag TU, Kepala SPTN, Tim Perencanaan dan Tim Pejabat Fungsional Polhut, PEH dan Penyuluh. Jika diperhatikan sekilas, proses berjenjang ini merupakan proses yang hampir selalu dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya, namun yang menjadi pembeda adalah bukan hanya berkas dokumennya yang berjenjang, tetapi proses pembahasan dan diskusinya juga melewati proses “urun rembug´yang kompleks dan panjang. Proses penyusunan dokumen RKA
Opini
tahun ini yang output nya adalah Renja tahun 2015 tidak akan berhenti disini saja, karena setelah dibahas dalam Rapat Koordinasi Perncanaan Daerah (Rakorda) tingkat Propinsi dan Rapat Koordinasi Regional (Rakoreg) IV Wilayah Sulawesi, Maluku dan Papua yang berupa Renja Satker tersinkronisasi, Balai TN Manusela akan melakukan Rakor terbatas yang mengundang perwakilan bagian termasuk Resort untuk menyusun dokumen perencanaan yang lebih detil yaitu RKAKL. Proses ini tentunya merupakan forum untuk belajar bersama sekaligus supervisi dari Balai untuk mensosialisasikan tahapan perencanaan, kegiatan yang sinkron dengan IKK, penyusunan data dukung, penyusunan anggaran yang sesuai dengan peraturan perundangan sampai dengan penyusunan skala prioritas. Elemen di Kantor Balai, terutama pimpinan berkewajiban untuk memastikan anggaran berpihak pada lapangan. Kantor Balai juga bertugas mendampingi dan mengawal Resort dan Seksi menjalankan RBM dari tahap awal sampai pelaksanaannya. Sedangkan kewajiban Resort dan Seksi adalah komitmen kerja sebagai ujung tombak lapangan dimana semua program dan kegiatan lapangan akan didistribusikan di tingkat Resort, sehingga dibutuhkan update data dan informasi yang valid. Kerja sudah dimulai, proses trans-
14
Edisi I Tahun 2014
formasi juga sedang berjalan. Hal ini tentu tidak lepas dari upaya untuk melaksanakan Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK) yang berpedoman pada tiga prinsip : 1). prioritas alokasi untuk tugas fungsi unit kerja (money follow function), 2). alokasi berorientasi pada kinerja (output&outcome oriented), dan 3). prinsip fleksibilitas dan akuntabilitas (let the manager manages). Semoga apa yang sedang dilakukan oleh Balai TN Manusela melalui aksi bersama ini telah menuju kepada tiga prinsip PBK tersebut. Salam Rimbawan !!!
Implementasi penyusunan dokumen RKA pada tahun ini pada dasarnya merupakan jawaban bahwa pengelolaan Resort Based Management (RBM) bukanlah lagi sekedar wacana atau teori, tetapi sudah mulai diterapkan dan sedang dimatangkan di Balai TN Manusela.
“
Opini
ERA BARU
PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA Oleh Yudhi Ardhianto, A.Md* Verifikator Keuangan Balai TN Manusela
P
rinsip tata kelola yang baik merupakan prinsip pokok yang harus diberlakukan di seluruh sendi kehidupan di dunia ini. Untuk menciptakan tata kelola yang baik dan benar diperlukan penguatan sistem dan kelembagaan dengan berdasarkan aturan yang mengikat sesuai peraturan perundang undangan yang berlaku di negara kita. Tak terkecuali dalam pengelolaan keuangan negara perlu penerapan kaidah – kaidah yang baik yang berasaskan akuntabilitas berdasarkan outcome, Profesionalitas, Proporsionalitas, dan Transparansi serta pemeriksaan dari pihak terkait. Reformasi di bidang keuangan ini perlu dilakukan di berbagai bidang untuk mendukung kebijakan tersebut agar berjalan dengan baik, salah satunya di bidang akuntansi pemerintahan. Perubahan di bidang akuntansi sangatlah penting di masa sekarang karena dengan akuntansi kita dapat memperoleh informasi keuangan yang tersedia yang mana nantinya dapat
15
Edisi I Tahun 2014
diolah sebagai dasar untuk membuat suatu keputusan dalam rangka mewujudkan good governance dalam penyelenggaraan pemerintahan. Salah satu bentuk nyata untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan adalah diundangkannya Undang – undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang mengatur tentang bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)/ Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntasi Pemerintahan yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Sesuai amanat Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2003 tersebut, pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntasi Pemerintahan (SAP) yang merupakan prinsip-prinsip dasar akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan data laporan keuangan pemerintah. Dewasa ini banyak ketimpangan yang terjadi dalam pengelolaan administrasi khususnya antara pemerintahan dan swasta. Yang mana swasta telah selangkah lebih maju dalam segala aspek, baik dari masa perekrutan SDM sampai dengan kualitas output yang dihasilkan. Berkaca pada kondisi sektoral terutama di bidang administrasi pemerintahan atau sektor publik sekarang ini masih jauh dari harapan. Mulai dari perekrutan SDM yang asal – asalan akhirnya berdampak pada
Opini
kualitas pelayanan terhadap masyarakat dan menjurus ke tindak KKN yang terkait dengan Pelayanan Publik. Perubahan dalam rangka mereformasi sistem tidak bisa dilakukan secara drastis, namun perlahan – lahan kita merubahnya tergantung upaya dan komitmen yang sungguh – sungguh dari berbagai pihak yang terkait Beberapa perubahan yang diinginkan dalam pendekatan baru di bidang keuangan negara sebagai bagian dari reinventing the goverment maupun new public management, sebagaimana di utarakan dalam paper Deloitte, adalah sebagai berikut : a. Penyelenggaran Pemerintahan lebih difokuskan pada output dan outcome, bukan pada input. b. Adanya kontrak kinerja antara berbagai jenjang manajemen sektor publik yang di dalamnya terma suk komponen remunerasi berbasis kinerja. c. Tanggung Jawab (responsibility) kinerja didelegasikan kepada mana jemen taktis dan operasional. d. Pergeseran dari akuntansi berbasis kas menjadi akuntansi berbasis akrual untuk mendapatkan infor masi keuangan yang mermanfaat. Perubahan tersebut saat ini sudah perlahan – lahan terlaksana, mulai dari penyelenggaran negara diwajibkan untuk membuat Sasaran Kinerja Pegawai yang bisa dikatakan kontrak kinerja peneyelenggara negara tersebut yang direncanakan pada awal tahun anggaran sebagai syarat dalam
16
Edisi I Tahun 2014
rangka remunerasi berbasis kinerja. Hal ini secara tidak langsung akan membebani tanggung jawab masing – masing penyelenggara negara agar output maupun outcome dapat dicapai dengan baik. Perubahan kebijakan yang signifikan juga dilaksanakan di bidang akuntansi yang mana akuntansi berbasis kas menuju akuntansi berbasis akrual (cash toward accrual). Kondisi ini menitikberatkan pada basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dalam Neraca. Penerapan SPAN dan Aplikasi SAKTI sebagai bagian dari reformasi di bidang keuangan, sejak tahun 2004 Kementerian Keuangan telah merencanakan melakukan reformasi sistem informasi, khususnya di bidang perbendaharaan dan penganggaran. Rencana tersebut kemudian dilaksanakan dalam payung Government Financial Management and Revenue Administration Project (GFMRAP) di Kementerian Keuangan. Salah satu unsur utama dalam GFMRAP tersebut adalah proyek Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN). SPAN merupakan program transformasi berskala besar yang menempatkan Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Direktorat Jenderal Anggaran dan Pusat Sistem Informasi dan Teknologi Keuangan sebagai leading institutions, meliputi pembangunan sistem perbendaharaan dan anggaran negara yang sesuai den-
Opini
gan best practices, serta didukung oleh sistem informasi yang modern, baik yang terkait dengan software maupunhardware. SPAN juga melibatkan dan menghubungkan sistem informasi perbendaharaan dan anggaran di beberapa eselon I di Kementerian Keuangan, lima kementerian/lembaga di pusat, DPR, seluruh KPPN, dan institusi pemerintah lainnya yang ditetapkan. Pengembangan SPAN berfokus pada penyempurnaan Proses Bisnis, pemanfaatan Teknologi Informasi yang terintegrasi dan Manajemen Perubahan. Implementasi dari SPAN adalah dibuatlah Sistem Aplikasi Keuangan Tingkat Instansi (SAKTI) merupakan aplikasi yang dibangun guna mendukung perencanaan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara pada tingkat Kementerian dan Lembaga. Aplikasi SAKTI terdiri dari modul anggaran, komitmen, pembayaran, bendahara, persediaan, aset tetap, General Ledger pelaporan dan Administrasi. Desain pengembangan Aplikasi SAKTI merupakan kelanjutan dari aplikasi-aplikasi eksisting yang telah digunakan dalam pengelolaan keuangan negara sehingga ada beberapa modul dalam Aplikasi SAKTI yang membutuhkan inputan data migrasi ataupun konversi agar transaksi yang sudah ada tidak perlu diinputkan secara manual kembali dalam Aplikasi SAKTI. Implementasi Aplikasi SAKTI dapat dilakukan pada tengah tahun anggaran atau pada awal tahun anggaran 2014 ini.
17
Edisi I Tahun 2014
Untuk melaksanakan hal tersebut banyak faktor yang mempengaruhinya, antara lain : 1.Komitmen dari Pimpinan, 2.Tersedianya SDM yang berkompe ten, 3.Resistensi terhadap perubahan, 4.Lingkungan/Masyarakat. Untuk medukung keberhasilan atas penerapan akuntansi pemerintahan diperlukan strategi sebagai berikut : a. Mempertahankan momentum perubahan, b. Melakukan riset untuk mengiden tifikasi kebutuhan pemakai, c. Mempermudah penerapan akuntansi pemerintahan, d. Mendorong keterlibatan perguru an tinggi dan lembaga diklat, e. Meningkatkan keterlibatan profesi akuntansi, f. Mengembangkan akuntansi berba sis akrual penuh. Dalam rangka mencapai tujuan good governance dalam rangka reformasi pengelolaan keuangan negara diperlukan peran dan kerjasama yang baik antara berbagai pihak baik regulator maupun stokeholder. Disamping itu Sistem Pengendalian Intern (SPI) atas suatu instansi perlu juga ditingkatkan dengan mengacu pada peraturan yang telah ditetapkan. Dengan ini harapan menciptakan output dan outcome yang akurat dan handal dalam rangka pengelolaan keuangan negara bisa terwujud.‘
Opini
Jabatan Fungsional di Kementerian Kehutanan Dan Perkembangannya Oleh : Sri Murhariyadi
D
i Kementerian Kehutanan saat ini terdapat sejumlah Jabatan Fungsional Tertentu, atau yang biasa dikenal dengan Jabatan Fungsional. Jabatan-jabatan tersebut sebagian dibina langsung oleh Kementerian Kehutanan dan sebagian lagi dibina oleh instansi di luar Kementerian Kehutanan. Sebagai contoh jabatan yang dibina langsung oleh Kementerian Kehutanan adalah Polisi Kehutanan (Polhut), Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) dan Penyuluh Kehutanan, sedangkan yang dibina oleh instansi di luar Kementerian Kehutanan antara lain ; Widyaiswara oleh Lembaga Administrasi Negara (LAN), Analis Kepegawaian oleh Badan Kepegawaian Negara (BKN), Pranata Komputer oleh Badan Pusat Statistik (BPS), Arsiparis oleh Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), dan lain sebagainya. Jabatan Fungsional Polhut, PEH dan Penyuluh Kehutanan sebagai “anak kandung” dari Kementerian Kehutanan tentunya mempunyai keuntungan tersendiri, misalnya dalam kepastian jenjang kariernya, meskipun masih dengan beberapa catatan. Sebagai contoh adalah jenjang karier Polhut yang sekarang sudah ada tingkat ahlinya walaupun dirasakan agak terlambat bila dibandingkan dengan
18
Edisi I Tahun 2014
jabatan fungsional binaan Kementerian Kehutanan yang lain. Fenomena serupa juga lebih terasa pada Jabatan Fungsional binaan instansi di Luar Kementerian Kehutanan yang sebagian masih belum jelas jenjang kariernya. Kendati demikian, sesuai dengan Analisis Jabatan dan Analisis Beban Kerja (AJ-ABK) yang secara continue dilakukan oleh Kementerian Kehutanan, penataan Jabatan Fungsional tersebut sedikit demi sedikit mulai menunjukkan titik terang, termasuk tentang kepastian jenjang kariernya. Di pihak lain, Jabatan Fungsional yang asli binaan Kementerian Kehutanan diusianya yang mulai “beranjak dewasa” dan dengan didukung kemapanan jenjang karier tentunya membuat pelaksanaan tupoksi menjadi lebih mudah dan terarah, disamping lebih mudah dalam pengelolaan kepegawaiannya. Sejalan dengan Reformasi Birokrasi, penataan pegawai Kementerian Kehutanan (termasuk didalamnya Jabatan Fungsional) terus dilakukan dengan menerapkan sistem reward and punishment. Adapun maksudnya yaitu untuk meningkatkan kinerja pegawai dalam rangka pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan tupoksi Kementerian. Dalam hal reward, pemerintah terus menambah tingkat kesejahteraan pegawai misalnya dengan memperbaiki tunjangan fungsionalnya, pemberian tunjangan kinerja (remunerasi), dan lain sebagainya. Disisi lain, pemberian punishment
Opini
“
Dalam pelaksanaan butir-butir kegiatan yang memerlukan biaya (sesuai yang ada didalam RKKL) hendaknya dikonsultasikan dahulu dengan atasan langsungnya (minimal Eselon IV). Karena kegiatan ini selain berkaitan dengan kesejahteraan pegawai, saat ini juga berkaitan dengan SKP yang akan dicapai oleh masing-masing pegawai sehingga perlu diatur dari awal secara fair dan adil. (hukuman) menjadi lebih jelas dan tegas bagi pegawai yang melanggar peraturan. Mulai tahun 2014 Kementerian Kehutanan menerapkan implementasi Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) yang merupakan suatu kontrak kerja bagi setiap pegawai dengan atasannya masing-masing minimal setingkat eselon IV. Dalam kaitannya dengan pejabat fungsional, bahwasannya pejabat fungsional tersebut juga diwajibkan untuk menyusun dan menuliskan rencana kerja dalam 1 (satu) tahun berjalan sebagaimana yang dilakukan oleh pegawai dengan jabatan lainnya (struktural dan non struktural). Hanya saja yang membedakan adalah dalam kolom “ANGKA KREDIT” dimana pegawai dengan Jabatan Fungsional harus mengisinya sesuai dengan butir-butir kegiatan seperti yang tercantum dalam petunjuk teknis (juknis) jabatan fungsional yang bersangkutan. Kegiatan-kegiatan inilah yang direncanakan akan dilakukan dalam satu tahun disertai dengan ca-
19
Edisi I Tahun 2014
paian angka kredit yang diinginkan. Agar lebih jelasnya mengenai penulisan SKP ini dapat diiliustrasikan sebagai berikut ; misalnya seorang pejabat fungsional PEH Pertama dengan Pangkat/Golongan Penata Muda / IIIa TMT 1 April 2014 dengan pengusulan Daftar Usulan Penilaian Angka Kredit (Dupak) terakhir sampai dengan bulan Desember 2013 yang membutuhkan angka kredit sebanyak 50 untuk naik pangkat. Ketika ia menginginkan naik pangkat dalam jangka waktu 4 (empat) tahun, maka ia cukup merencanakan agar mendapatkan angka kredit minimal 12,5 saja setiap tahunnya dengan menuliskan butir-butir kegiatan yang akan dikerjakan dalam tahun tersebut tanpa ada batasan jumlah butir kegiatan yang akan dikerjakan. Berbeda halnya apabila pegawai tersebut menginginkan naik pangkat dalam 2 (dua) tahun saja, maka ia harus merencanakan mendapatkan angka kredit sebanyak 25 setiap tahunnya. Untuk SKP yang disusun harus disetujui oleh
Opini
atasan langsungnya. Dalam beberapa kasus di beberapa Satuan Kerja (satker), biasanya dibentuk tim-tim bayangan dan diberitahukan kepada pegawai yang bersangkutan agar dapat dituliskan pada SKPnya. Dan hal lain yang perlu digarisbawahi adalah bahwa dalam penulisan SKP tersebut hendaknya pegawai yang bersangkutan merencanakan kegiatan yang seyogyanya dapat dilaksanakan dan angka kreditnya dapat dicapai secara maksimal. Dengan kata lain, dalam menuliskan butir-butir kegiatan tersebut harus realistis pencapaiannya sesuai dengan kegiatan sehari-hari karena nantinya akan ada evaluasi melalui Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil (PPK PNS) yang akan dilaksanakan pada setiap akhir tahunnya. Penilaian Prestasi Kerja (PPK) mulai tahun 2014 ini akan menggantikan peran Daftar Penilaian Prestasi Kerja (DP3). Di era Reformasi Birokrasi sekarang ini DP3 dirasakan oleh berbagai pihak sudah tidak relevan lagi, karena selama ini DP3 cenderung bersifat formalitas dan subyektif. Sebagai contoh nilai DP3 pegawai yang senior akan selalu lebih tinggi bila dibandingkan dengan pegawai yang yunior, meskipun kadang-kadang pegawai yang yang masa kerjanya lebih sedikit tersebut mempunyai prestasi kerja yang lebih baik daripada yang masa kerjanya lebih banyak. Ataupun nilai Dp3 atasan yang akan selalu lebih tinggi daripada bawahannya, padahal
20
Edisi I Tahun 2014
mungkin si bawahan tersebut lebih berprestasi daripada atasannya, Pemerintah melalui Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPANRB) telah merumuskan kebijakan dan memutuskan agar fenomena penilaian kinerja PNS diubah. Saat ini semangat yang dimunculkan adalah semangat penilaian kinerja pegawai yang obyektif, terukur,akuntabel, partisipatif dan transparan. Dalam kaitannya dengan PPK ini, nantinya setiap pegawai dapat menghitung dan mengetahui capaian kinerjanya disetiap akhir tahunnya dengan mekanisme sesuai dengan peraturan yang berlaku, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil. Dalam PP tersebut dijelaskan bahwa PPK dinilai dari 2 (dua) unsur yaitu SKP dan perilaku kerja yang meliputi orientasi pelayanan, integritas, komitmen, disiplin, kerjasama dan kepemimpinan. Dinamika kepegawaian pada umumnya dan jabatan fungsional pada khususnya terus berkembang seiring dengan semangat Reformasi Birokrasi. Hal itu dilakukan dalam rangka untuk membentuk aparatur negara yang profesional sehingga mampu melaksanakan tugas sesuai dengan tupoksi individu dan instansi secara keseluruhan.
Inspirasi
DAUN GATAL
SALAH SATU TUMBUHAN OBAT PENDUDUK SERAM Oleh: Jumrin Said PEH Balai TN Manusela
P
emanfaatan tumbuhan sebagai obat telah ada sejak zaman prasejarah manusia. Pengetahuan tersebut diwariskan dari generasi ke generasi yang umumnya merupakan masyarakat peramu sumberdaya yang berasal dari hutan di lingkungannya. Manfaat dari tumbuhan didapatkan melalui pengalaman sehari-hari yang dirasakan memiliki manfaat seperti mencegah dan menyembuhkan penyakit, hingga mencegah serangan serangga dan jamur. Masyarakat asli pulau seram sejak lama telah memanfaatkan jenis tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit. Salah satu jenis tumbuhan yang umumnya dimanfaatkan adalah Daun gatal. Jenis ini dimanfaatkan untuk menghilangkan rasa nyeri pada tubuh,
capek dan masuk angin bahkan untuk mengobati penyakit tekanan darah tinggi. Dengan mengusapkan 1 – 2 helai daun gatal, kita akan merasakan manfaat tersebut. Biasanya kita akan merakasan ‘gatal’ namun terasa hangat ketika daun tersebut diusapkan. Reaksi yang muncul adalah munculnya ‘benjolan’ pada bagian tubuh yang diusapkan. Masyarakat mempercayai bahwa semakin besar dan banyak benjolan yang muncul pada bagian tubuh yg diusapkan menandakan bahwa bagian tersebut memang teras nyeri atau capek. Reaksi ini akan hilang dalam waktu ± 5 menit setelah diusap. Untuk pengobatan tekanan darah tinggi, berdasarkan wawancara dengan masyarakat di Masihulan dilakukan dengan merebus 3 hingga 5 helai daun dengan 2 atau 3 gelas air hingga tersisa 1 gelas. Kemudian disaring dan diminum, disarankan setelahnya untuk memeriksakan tekanan darahnya ke petugas kesehatan. Bagian dari tumbuhan Daun gatal yang dimanfaatkan adalah daunnya. Untuk menghilangkan rasa nyeri, capek dan masuk angin, dilakukan dengan mengambil bagian daun dari tumbuhan tersebut dan diusapkan kebagian tubuh yang sakit dengan menggunakan sisi bawah daun tersebut.
21
Edisi I Tahun 2014
Inspirasi
Menurut masyarakat, Daun gatal terdiri atas dua jenis berdasarkan tipe daunnya yakni ada yang berdaun tipis dan berdaun tebal yang cenderung berwarna kemerahan. Diyakini bahwa tipe yang berdaun tebal lebih berkhasiat dan lebih terasa ‘gatalnya’. Disamping itu, khasiat lain dari daun gatal yaitu untuk menetralkan ‘racun’ apabila kita terkena atau menyentuh ‘Daun gatal babi’ yang dapat mengakibatkan terasa sangat gatal. Tindakan yang dilakukan adalah dengan mengusapkan Daun gatal pada bagian tubuh yang terkena ‘Daun gatal babi’, hal itu diyakini dapat menetralisir racun tersebut. Dari hasil identifikasi diketahui jenis merupakan Famili Urticacaceae dengan nama latin Laportea decumana. Tumbuhan ini merupakan herba yang yang memiliki daun berbulu halus,
22
Edisi I Tahun 2014
tumbuh pada daerah yang lembab di bawah ketinggian 1000 mdpl. Belum dilakukan penelitian terhadap kandungan kimia yang terdapat pada daun tersebut yang memberikan khasiat bagi tubuh. Daun ini juga dijualbelikan di pasar tradisional seperti di Wahai dan Negeri Sawai dengan harga Rp.1000/ 5helai daun, kadang juga dijumpai di pasar Masohi dengan harga Rp.2500/ 10 helai daun. Jika anda berkesempatan berkunjung ke Taman Nasional Manusela atau Negeri yang berada disekitar kawasan mungkin anda dapat mencoba khasiat salah satu tumbuhan obat penduduk di Pulau Seram.
Peristiwa
foto dan teks: Daryanto, S.Hut
Menguji Kekokohan Tebing Sawai Tebing Sawai adalah gugusan batuan kars yang berada di tepi kawasan TN Manusela memanjang sampai Negeri Saleman, terletak di Seram Utara, Maluku Tengah. Lokasinya berbatasan dengan pantai dengan ombak yang tenang dan keindahan pemandangan menjadi daya tarik wisatawan sekedar menghabiskan masa liburan. Barmain ombak, senorkeling, menikmati pesona tebing atau sekedar bersantai di atas perahu adalah aktifitas yang sering pengunjung lakukan. Namun, ada aktivitas yang berbeda di akhir November 2013 lalu ketika sekelompok orang dengan peralatan
23
Edisi I Tahun 2014
panjat yang lengkap berkerumun di tepian tebing Sawai. Sebagian orang sibuk menyiapkan tali carnmantel, memasang harness, menata carabiner diatas susunan bambu yang mereka buat. Mereka adalah peserta TWKM ( temu wicara kenal medan) yang akan melakukan kegiatan panjat tebing di tebing Sawai. TWKM adalah pertemuan tahunan mahasiswa pecinta alam se-Indonesia dimana tahun 2013 lokasinya dilaksanakan di Maluku. Beberapa kegiatan yang pemanjat lakukan adalah temu wicara, pendakian gunung Binaya, panjat tebing, susur goa dan diving. Butuh waktu lama untuk mempersiapkan peralatan
Peristiwa
mereka, hal tersebut penting mereka lakukan tentunya dengan memperhatikan kenyamanan dan keselamatan menjadi prioritas utama, mengingat olahraga ini termasuk minat khusus yang memerlukan keterampilan dan pengalaman. Panjat tebing adalah kegiatan yang memerlukan kerjasama, dimana harus dilakukan oleh paling sedikit dua orang. Seorang leader mulai merintis jalur yang akan dilewati pemanjat dan memasang pengaman serta mengatur jarak antar pengaman. Kerasnya batuan karst tebing Sawai tidak membuat surut semangat pemanjat. Sedangkan orang kedua atau belayer atau penambat bertugas menahan atau meredam lajunya tali apabila pemanjat pertama/leader jatuh disebut. Pemanjat dan Belayer adalah partner yang saling berhubungan langsung. Beberapa jalur pajat sudah dibuat, satu persatu peseta mulai mencoba merayapi batuan yang kokoh tersebut. Mereka mencoba mengurai kerumitan tiap meter untuk menuju atas. Tak jarang peserta terlepas saat di pertengahan, “pull..pull..” teriakan yang sering terdengar ketika peserta tidak sanggup lagi memanjat. Memanjat dinding kars yang berbatasan langsung dengan pantai adalah pengalaman tidak terlupakan dari peserta, kebanyakan dari mereka baru pertama kali menemukan lokasi seperti ini. Kurang lebih satu minggu kegiatan panjat tebing dilakukan, dan untuk
24
Edisi I Tahun 2014
pertama kalinya tebing Sawai menjadi arena panjat tebing yang pesertanya dari beberapa propinsi di Indonesia, hal tersebut menjadi salah satu momentum untuk mengenal lokasi panjat tebing baru di pulau Seram. Selain itu, lokasi panjat yang berbatasan langsung dengan pantai menambah daya tarik bagi climber di nusantara.
Sudut Kawasan
Sasarata Wisata Mangrove di Utara Pulau Seram oleh: Iik Ikhwan Puadin, SP PEH Balai TN Manusela
M
enapaki hutan mangrove yang masih asri memberikan kesan tersendiri , hal ini bisa kita jumpai di kawasan konservasi Taman Nasional Manusela. Kawasan yang memiliki luasan sekitar 1000 ha ini berada di Pulau Seram, Maluku Tengah. Berjarak sekitar 200 Km dari kota Masohi pengunjung dapat mengakses perjalanan selama sekitar 5 jam. Bagi pengunjung yang memiliki waktu liburan panjang akan terbayar dengan keindahan alam maluku. Karena selain hutan mangrove, selama perjalanan pengunjung akan melintasi jalan yang membelah kawasan untuk menikmati beberpa objek wisata khas TN Manusela. Taman Nasional Manusela memiliki resort atau unit terkecil dalam pen-
25
Edisi I Tahun 2014
gelolannya, terdapat lima resort yang tersebar di wilayah utara dan wilayah selatan. Hutan mangrove ini berada di wilayah Seksi I Wahai masuk ke dalam pengelolaan resort Sasarata dan termasuk dalam zona pemanfaatan Belum lama jalur mangrove ini dibuat, satu tahun yang lalu tepatnya. Pintu masuknya terletak di pinggir jalan trans seram, pengunjung dapat berjalan selama setengah jam melewati jalur sepanjang satu kilometer, disuguhi lebatnya hutan mangrove untuk menuju shelter yang ada. Di depan shelter kita bisa memandang luasnya sungai yang memiliki aliran cukup tenang. Tidak heran, lokasi ini juga menjadi tempat favorit bagi anda untuk memuaskan hobi memancing. Terlepas dari berbagai manfaat dan
Sudut Kawasan
pohon cemara yang tumbuh dengan kokoh di sepanjang pantai. Tak jarang lokasi ini menjadi dermaga sementara beberapa aktivitas fauna purba yaitu penyu. Tempat yang nyaman, jauh dari keramaian kepadatan kota dan bersanding dengan kehidupan yang masih liar itu adalah kesan dari beberapa pengun-
26
Edisi I Tahun 2014
fungsi yang melekat di hutan mangrove, ada hal menarik yang kita bisa saksikan di hutan mangrove Sasarata. Yang pertama adalah letaknya berada di utara pulau Seram, berbatasan langsung dengan laut seram utara. Terdapat pasir putih yang memanjang sekitar empat kilometer, kemudian terdapat gugusan
jung yang sempat singgah di kawasan ini. Susur mangrove salah satu alternative bagi pengunjung jika ingin melihat belantara mangrove di sasarata, selama sekitar dua jam anda dapat mengelilingi hutan mangrove dengan long boat dan pasti menjadi kesan tersendiri bagi pengunjung yang mencobannya. Maklum saja lokasi ini termasuk wilayah yang jarang dikunjungi, di sepanjang aliran sungai pengunjung bisa beruntung menyaksikan flora dan fauna penghuni habitat mangrove, salah satunya adalah sarang semut dengan ukuran besar yang bergelantungan dicabang brugueira dan rhizhophora. Tidak hanya itu saja, di sepanjang sungai terdapat formasi mangrove yang membentuk lingkaran, hal tersebut menjadi pemandangan yang unik karena terbentuk secara alami. Wisata mangrove bagi sebagian penduduk setempat memang belum popular, sehingga dalam pengelolaan wisata mangrove memerlukan upaya promosi dan informasi yang lebih tajam. Salah satunya adalah menghubungkan paket-paket wisata yang sudah ada di TN Manusela dengan wisata mangrove.
Observasi
KEANEKARAGAMAN KUPU-KUPU DI CAMP MASIHULAN DAN CAMP LELESIRU, TAMAN NASIONAL MANUSELA, MALUKU TENGAH Adinda Pryanka, Anggita Puspitasari, Bangkit Maulana, Bayu Yogatama, Burhan Zein, Denny Rizki H. , Kanthi Hardina, Nadia Sari Putri, Rizky Nugraha, Serjensil Setioputro Kelompok Pemerhati Kupu-kupu ‘Sarpedon’ HIMAKOVA -IPB
PENDAHULUAN Kupu-kupu merupakan salah satu jenis serangga yang termasuk ke dalam ordo Lepidoptera, yang berasal dari kata lepido yang berarti sisik dan ptera yang berarti sayap. Kupu-kupu merupakan bagian dari kehidupan di alam, yaitu sebagai salah satu satwa penyerbuk pada proses pembuahan bunga. Hal ini secara ekologis turut memberi andil dalam mempertahankan keseimbangan ekosistem dan memperkaya keanekaragaman hayati. Oleh karena itu, perubahan keanekaragaman dan kepadatan populasinya bisa dijadikan sebagai salah satu indikator kualitas lingkungan (Yuanita 2009). Keberadaan kupu-kupu pada suatu habitat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain ketinggian tempat, iklim, vegetasi dan waktu harian (Yuanita 2009). Dalam suatu habitat memungkinkan hidup beberapa jenis kupu-kupu, ada yang memiliki anggota yang sangat besar dan ada pula yang terdiri dari beberapa individu saja. Semua individu-individu jenis di dalam habitat tersebut membentuk suatu populasi untuk mempertahankan hidupnya. Kupu-kupu juga merupakan salah
27
Edisi I Tahun 2014
satu serangga bernilai ekonomis yang dimanfaatkan sebagai cendramata dan aksesori lainnya. Bentuknya yang indah dan warnanya yang menarik membuat keberadaan kupu-kupu makin dibutuhkan sebagai komoditi ekspor yang bernilai ekonomi tinggi. Kondisi ini berakibat pada peningkatan perburuan untuk koleksi maupun perdagangan sehingga apabila tidak ada upaya dan pengelolaan populasi, dapat mengancam kelestariannya di alam Keragaman jenis kupu-kupu di Indonesia menempati urutan kedua setelah Brasil, dan diperkirakan 1200 jenis kupu-kupu di dunia ditemukan di Indonesia (Cortbert dan Pendleburry 1956 dalam Jurnal PHKA 2005). Namun, keberadaan kupu-kupu semakin terancam dikarenakan terjadinya penyusutan dan perubahan ekosistem di Indonesia. Misalnya, terjadinya perubahan lahan menjadi lahan pertanian dan perkebunan, sehingga sumber makanan bagi larva kupu-kupu musnah. Selain itu, keadaan suhu lingkungan yang semakin meningkat akibat pemanasan global atau global warming, berdampak terhadap menurunnya tingkat populasi kupu-kupu. Kegiatan inventarisasi kupu-kupu yang dilakukan di Taman Nasional
Observasi
Manusela (Camp Masihulan dan Camp Lelesiru) ini bertujuan untuk mengetahui jumlah populasi dari setiap jenis kupu-kupu yang ada METODOLOGI Waktu dan Lokasi Kegiatan inventarisasi dilakukan di dua camp di dalam Taman Nasional Manusela yaitu Camp Masihulan dan Camp Lelesiru. Pada Camp Masihulan, tipe ekosistem yang digunakan adalah dataran rendah, pantai, mangrove dan pegunungan bawah, sedangkan di Camp Lelesiru adalah pegunungan tengah. Pengamatan dimulai pada tanggal 26 Juli hingga 6 Agustus 2013. Alat dan Bahan Bahan yang digunakan dalam kegiatan inventarisasi ini adalah alkohol 70 %. Alat yang digunakan antara lain jaring kupu-kupu, kertas papilot, jarum suntik, pinset, alat tulis, buku panduan jenis dan kamera digital. Metode Inventarisasi Metode inventarisasi yang dilakukan dalam pengamatan adalah metode time search metode inventarisasi dengan menggunakan batasan waktu tertentu yang telah ditetapkan dan dilakukan secara konsisten. Dalam pengamatan ini, batasan waktu yang ditentukan adalah 15 menit pada masing-masing plot di tiap lokasi camp yang dipilih. Perhitungan waktu 15 menit dimulai pada saat kupu-kupu tertangkap atau terlihat oleh pengamat (hanya bila pen-
28
Edisi I Tahun 2014
gamat telah mengenal baik jenis tersebut) pada salah satu tipe ekosistem. Kupu-kupu yang terhitung 15 menit tersebut selanjutnya akan dimasukkan ke dalam satu plot. Analisis Data a. Indeks keanekaragaman jenis (H’) Keanekaragaman jenis kupu-kupu ditentukan dengan menggunakan indeks keanekaragaman Shannon– Wiener dengan rumus : H’= -∑pi ln pi; pi = Keterangan :
H’ = Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener ni = Jumlah individu setiap jenis N = Jumlah individu seluruh jenis pi = Kelimpahan setiap jenis
b. Indeks kemerataan (E’) Indeks kemerataan jenis (Even ness) digunakan untuk mengeta hui gejala dominansi diantara spesies dalam suatu komunitas. In deks kemerataan jenis dihitung dengan menggunakan indeks kem erataan (Index of Evennes) yaitu :
E= H’/ln S Keterangan : S = Jumlahjenis
Dari hasil ini dapat dinyatakan bahwa apabila setiap jenis memiliki jumlah individu yang sama, maka komunitas tersebut mempunyai nilai evenness maximal. Sebaliknya apabila nilai evenness tersebut kecil maka dalam komunitas tersebut terdapat jenisdominan, sub dominan dan jenis tidak dominan
Observasi
c. Dominansi Jenis Jenis kupu-kupu yang dominan di dalam kawasan penelitian, diten tukan dengan menggunakan rumus menurut van Helvoort (1981), yaitu:
Tabel 1. Kekayaan Jenis Kupu-kupu di Camp Masihulan
Di = ni /Nx 100% Keterangan : Di = indeks dominansi suatu jenis kupu-kupu
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kekayaan Jenis Berdasarkan hasil pengamatan di Camp Masihulan yang dilakukan selama enam hari, ditemukan 50 jenis kupu-kupu dengan jumlah individunya adalah 245 individu. Daftar lengkap kupu-kupu dapat dilihat pada tabel 2 dan tabel 3. Jenis yang mendominasi di Camp Masihulan adalah Saletara liberia dari famili Pieridae yang berjumlah 120 individu. Keberadaan tanaman perdu, di sekitar lokasi pengamatan menjadi faktor utama penyebab melimpahnya jenis Saletara liberia. Pada Camp Lelesiru, ditemukan 18 jenis kupu-kupu dan total individunya adalah 64 individu. Jenis b adalah jenis yang mendominasi dengan jumlah individu yang ditemukan mencapai 8 individu.
Keterangan : * jenis yang sudah teridentifikasi menggunakan fieldguide pulau seram, namun nama jenis belum diketahui ** jenis yang belum teridentifikasi
29
Edisi I Tahun 2014
Observasi
Tabel 2. Kekayaan Jenis Kupu-kupu di Camp Lelesiru
Keterangan : * jenis yang sudah teridentifikasi menggunakan fieldguide pulau seram, namun nama jenis belum diketahui ** jenis yang belum teridentifikasi
Pada hasil yang telah dilampirkan di atas, terlihat perbedaan jumlah jenis yang ditemukan antara Camp Masihulan dan Camp Lelesiru. Salah satu faktor penyebab terjadinya perbedaan yang cukup signifikan tersebut adalah keberadaan tanaman pakan bagi ulat ataupun kupu-kupu. Menurut Saputro (2007), tingkat kekayaan jenis kupu-kupu pada suatu habitat dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya terutama pakan. Terjadinya perbedaan tersebut berkaitan erat juga dengan waktu dan lama pengamatan. Waktu pengamatan akan mempengaruhi keragaman jenis dan famili yang
30
Edisi I Tahun 2014
didapatkan, karena berhubungan dengan musim. Curah hujan yang tinggi pada saat pengamatan akan mempengaruhi fluktuasi kupu-kupu pada suatu kawasan (Pollard 1988 dalam Rizal 2007). Selain tumbuhan pakan, komponen habitat yang penting bagi kehidupan kupu-kupu antara lain terdapatnya vegetasi pelindung, faktor cahaya yang cukup, udara yang bersih atau tidak terpolusi dan air sebagai materi yang dibutuhkan untuk kelembaban lingkungan tempat kupu-kupu tersebut hidup (Syaputra 2011). Sehingga semakin beragam jenis kupu-kupu di suatu tempat menandakan lingkungan di wilayah tersebut masih baik. Di Taman Nasional Manusela, ditemukan empat jenis kupu-kupu yang termasuk ke dalam kategori Appendix II Cites. Jenis tersebut antara lain Ornithoptera goliath, Ornithoptera priamus, Troides oblongomaculatus dan Troides hypolitus.
Pojok Konservasi
TARIF PUNGUTAN MASUK KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL MANUSELA
31
Edisi I Tahun 2014
Pojok Galeri
Pembentukan Kader Konservasi di SPTN Wilayah I Wahai
Peserta tim Ekspedisi Pendakian Binaya pada ulang tahun TN Manusela ke 15
Pertemuan dan koordinasi dengan Kepala Balai TN Manusela
32
Edisi I Tahun 2014
Pojok Galeri
Penanaman bibit oleh peserta kemah konservasi di kawasan penyangga SPTN Wilayah II Tehoru
Peserta Inhouse Training Balai TN Manusela 2013
Peserta pembentukan kader konservasi di SPTN Wilayah II Tehoru
33
Edisi I Tahun 2014
Meraih Puncak Tertinggi
Di Binaya Nusa Ina
3027 mdpl