No 02/2011
Dari 0 Mdpl ke 3.027 Mdpl
PENDAKIAN SISI SELATAN GUNUNG BINAYA
Lintas Jalur Lima Gunung
DARI GUNUNG UNGARAN SAMPAI ARGOPURO
MERAH PUTIH DI ATAP DUNIA
DAFTAR ISI
HENDRI AGUSTIN
MOUNTMAG/02/JUNI 2011
10
LIPUTAN UTAMA
EXPEDITION STORY
Menempuh Jalur Selatan Gunung Binaya
Merah Putih di Atap Dunia
Sejumlah pendaki berangkat dari Jakarta ke Pulau Seram di Maluku untuk mencoba jalur baru di Gunung Binaya. Jalur itu lebih cepat ditempuh daripada jalur lain. oleh HENDRI AGUSTIN
FIGUR PENDAKI
Heri ‘Macan’ Heryanto
8
Berbagai kejadian yang menimpa pendaki gunung dan kegiatan alam bebas lainnya mendorong Heri Heryanto untuk mendirikan lembaga pelatihan Yayasan Survival Indonesia. oleh HARLEY B SASTHA
29
CATATAN PERJALANAN
Lintas Jalur Lima Gunung
PREVIEW & REVIEW
6
- Matras Generasi Baru - Tenda Ringan untuk Solo Hiking oleh M ANWAR S
31
TIPS & TRIK
Akhirnya Merah Putih kembali berkibar di puncak Everest. Para pendaki Indonesia juga berhasil menjejakkan kaki di titik tertinggi McKinley dan Elbrus. oleh M ANWAR S
20
Menyusuri pegunungan di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Mulai dari Gunung Ungaran hingga Argopuro. oleh HARLEY B SASTHA
36
GALERI FOTO
- Ransel bagi Perempuan - Prinsip Leave No Trace - Merawat Tenda - Tips Air Minum oleh HENDRI AGUSTIN
SUSUNAN REDAKSI
Hendri Agustin / Harley B Sastha / Suwasti Dewi / Kamser Lumbanradja / M Anwar S
2 Mountmag 02 2011
Sekapur sirih
S
alam Mountaineer. Mountmag hadir kembali ke tengah-tengah khalayak mountaineering Indonesia. Kami terharu dengan sambutan hangat yang diberikan teman-teman pendaki gunung terhadap edisi pertama kami. Pada edisi kedua ini kami mengetengahkan Pegunungan Manusela dengan puncak tertingginya Gunung Binaya di Maluku sebagai liputan utama. Keindahan pegunungan Manusela yang hingga saat ini kurang diekspos mendorong kami untuk menjadikannya sebagai liputan utama. Gunung Binaya biasanya dicapai dengan perjalanan panjang namun saat ini berkat rute baru di sisi selatan waktu tempuh mencapai puncak bisa diperpendek dari 9 hari menjadi 6 hari. Dengan adanya rute pendek ini maka Gunung Binaya akan jadi lebih menarik. Selain itu rubrik-rubrik lainnya tetap hadir seperti Expedition Story yang membahas mengenai sejumlah tim 7 Summits Indonesia yang berjuang menyelesaikan ekspedisi mereka. Pada edisi kedua ini kami juga menambahkan rubrik baru yaitu Galeri Foto dengan “Sunrise” sebagai tema galeri kali ini. Diharapkan dengan terbitnya edisi kedua ini, Mountmag akan makin mendapat tempat di hati para pembaca. Utuk men-download Mountmag edisi kedua atau edisi perdana bisa dilakukan di website resmi kami yang baru dengan alamat www.mountmag.com Selamat membaca, Dewan Redaksi Mountmag
Apa kata mereka tentang Mountmag ...
keren majalahnya.. jadi bikin semangat buat jalan2 ke gunung lagi nih wahyu widhi (dari facebook)
Terima kasih kawan,Semoga bisa menjadi pembelajaran serta menambah wawasan whisnu ali (dari facebook)
Untuk sebuah awal, kombinasi content yg beragam plus format penyajian yg tengsi (enteng berisi) sungguh mak nyuss. News dan feature dr mancanegara brmanfaat & inspiratif. Teruskan, kawan! prio penangsang (dari wordpress) Jangan pernah mati muda, kecuali sudah banyak pengalaman. Segarkan dan make it always evergreen ever after, ketika menjelang tua, renta, dan jompo. Namun jika harus mati, matilah ketika sudah banyak memberi manfaat, tauladan, sarat pengalaman, serta asam garam kehidupan….!!! Good luck, congratulation….!!! 4 thumbs up, n Bravo…!!! anwar ‘badweather’ hussein (dari wordpress)
Semoga MountMag bisa menjadi sumber informasi bagi pengiat di alam. Mohon bisa menyajikan informasi lokasi + rutenya, kegiatan, product baru dll yg belum pernah dipublikasikan (yg baru!). Semoga juga bisa kita baca/ketahui secara berkala. SELAMAT & semoga sukses don hasman (dari wordpress)
Mantap buat review2 di magazine nya… terutama gear reviewnya bagus sekali… tapi coba juga donk review produk lokal… untuk mengangkat derajat bangsa kita sendiri juga kan? Usul, tolong dimuat donk segala sesuatu mengenai The Great Mount Raung… masih sedikit yang bisa mendaki gunung tersebut… akhir kata, selamat dan makasih atas effortnya membuat majalah seperti ini. dan saya yakin, kalopun dikenai biaya untuk membeli majalah ini, banyak yang akan merelakan beberapa lembaran rupiahnya untuk membeli majalah ini… BRAVO!! rabon (dari wordpress)
02 2011 Mountmag 3
Korban Berjatuhan
T
erjadi beberapa musibah di sejumlah gunung baru-baru ini. Misalnya, Ahmada Zahroni, 18, pelajar SMK Islam Blitar, hilang saat mendaki Gunung Buthak di Kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, dan ditemukan meninggal oleh Tim SAR di sekitar Hutan Lumut. Kepala Bidang Perlengkapan, Penanggulangan, dan Penyelamatan Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Blitar, Katidjan, yang ikut dalam pencarian, mengatakan, tubuh korban ditemukan oleh tim pada Jumat (15/4) sekitar pukul 12.30 WIB. “Kami menduga, dia terpeleset saat berjalan di hutan. Kami temukan tubuhnya ada di jurang dengan kedalaman sekitar 30 meter,” katanya. Menurut informasi, Ahmada mendaki Gunung Buthak, sebelah barat daya Gunung Kawi, bersama rekannya, Saiful Anwar, 18, warga Kanigoro, Kabupaten Blitar. Keduanya berangkat pada
4 Mountmag 02 2011
Jumat (8/4) sekitar pukul 18.00 WIB, menyusul teman-temannya yang sedang berkemah di puncak Gunung Kawi. Mereka sampai di perkebunan Sirah Kencong sekitar pukul 19.00 WIB, dan istirahat di pos.
Sirah Kencong dan ditolong pekerja perkebunan pada Minggu (10/4) sekitar pukul 11.00 WIB.
Gantung diri Sementara itu, pendaki Gunung Lawu yang hilang sejak 28 Maret 2011, Otok Suryanto, 27, “Kami menduga, dia terpe- ditemukan oleh warga mengleset saat berjalan di hutan. gantung diri di sebuah pohon Kami temukan tubuhnya ada di sekitar puncak gunung. di jurang dengan kedalaman Korban ditemukan tergansekitar 30 meter” tung di pohon cemara dengan menggunakan tali tas Katidjan gunungnya yang dililitkan di Kepala Bakesbangpolinmas Kabupaten Blitar pohon. Otok Suryanto dinyatakan hilang sejak melakukan pendaPada Sabtu (9/4) sekitar pukul 24.00 WIB, keduanya masih kian di Gunung Lawu pada Jumat melakukan perjalanan dan tiba di (25/3). Otok izin naik gunung melalui Pos Pendakian Cemoro sebuah air terjun. Saat itu, Saiful Sewu, Magetan, Jawa Timur, terpeleset dan jatuh di jurang selama dua hari. Namun, hingga dengan kedalaman sekitar 2-3 waktu yang ditentukan, Senin meter hingga pingsan. (28/3), korban tidak kunjung Keesokan harinya, Saiful berupaya mencari Ahmada yang turun. (War/Antara) saat itu membawa tempat untuk berkemah, namun gagal, hingga ia kembali ke pos perkebunan
POSSAR.TRENGGALEK.BLOGSPOT.COM
mountain NEWS
Pendakian Jalur Sadel Salak 1 ke Salak 2 J
alur Sadel yang menghubungkan puncak Salak 1 dengan Salak 2 ini sudah bukan hal baru. Dari dulu sudah banyak kelompok pendaki yang merintis jalur Sadel ini. Namun kebanyakan jalur hasil rintisan tidak diinfokan dan didokumentasikan dengan lengkap sehingga jalur kembali tertutup oleh semak belukar karena tidak pernah di tempuh lagi. Sejak akses Curug Nangka dan Sukamantri yang merupakan pintu utama untuk mencapai puncak Salak 2 ditutup, otomatis puncak Salak 2 sudah jarang didaki lagi meskipun ada juga satu dua kelompok yang mencuricuri kesempatan mendakinya. Sekelompok pendaki dari komunitas > JALUR SADEL GN SALAK Highcamp lalu mencoba kembali merintisnya. Setelah dua kali mencoba tapi terhalang oleh faktor cuaca dan keterbatasan waktu, maka pada pertengahan Mei 2011 kelompok ini akhirnya berhasil membuka kembali rintisan jalur Sadel Salak. Tim memulai rintisan dari puncak Salak 1. Menurut mereka, cukup susah melewati punggungan Salak 1 tanpa bantuan tali atau webbing, karena harus berhadapan dengan medan terjal dan jurang dalam di punggungan Salak 1. Ditambah pula dengan terjadinya longsoran cukup besar yang sedikit mengubah kontur punggungan Salak 1. Rute rintisan mereka berawal dengan melipiri punggungan Salak 1, turun dan terus melipir ke arah timur hingga akhirnya sampai di punggungan
sadel yang menghubungkan puncak Salak 1 dengan Salak 2. Jalur rintisan terus mengikuti punggungan tipis melewati puncak kecil 2.019 mdpl yang terletak antara Salak 1 dan Salak 2. Di punggungan Salak 2 terdapat juga sedikit longsoran yang sudah lama maupun yang baru. Ini menyebabkan jalur menjadi sedikit terjal sehingga bantuan webbing sepanjang 20 meter sangat bermanfaat. Berkat GPS mapping maka navigasi untuk merintis jalur ini jauh lebih mudah dan cepat. Ada kurang lebih 30 waypoint GPS yang dihasilkan untuk jalur rintisan Sadel Salak 1 ke Salak 2. Untuk mempermudah mengikuti jalur ini di setiap marking waypoint di GPS diikuti dengan menempelkan kertas marking waypoint di pohon sesuai dengan lokasinya. Di antara selang kertas marking waypoint juga terdapat string line berupa tali raffia. Untuk saat ini tidak dianjurkan melewati jalur rintisan sadel dengan membawa ransel besar, mengingat masih ada beberapa tempat curam dengan jurang dalam. Jalur ini masih baru dan perlu perbaikan, jadi bagi pendaki yang mencoba jalur ini sebaiknya meninggalkan ransel di puncak Salak 1 dan tanpa beban ransel menuju Salak 2, dengan demikian hanya butuh enam jam waktu tempuh dari Salak 1 ke Salak 2 pulang pergi. Dengan bantuan pendaki lainnya untuk terus menggunakan jalur ini diharapkan jalur sadel tidak hilang lagi sehingga para pendaki memiliki obyek alternatif puncak lainnya untuk didatangi saat mendaki gunung Salak. (Hendri Agustin) ∆ 02 2011 Mountmag 5
preview & review GEARS
Matras Generasi Baru
THERMAREST NEOAIR ALL SEASON Ini adalah matras terbaru keluaran Cascade Design yang baru dirilis pertengahan Mei 2011 di pasar Amerika Serikat. Sebelumnya sudah ada seri Thermarest NeoAir original dan NeoAir Trekker. Kedua seri itu, terutama NeoAir original, mendapat sambutan positif terutama karena bobotnya yang ringan. NeoAir All Season memiliki fitur utama yakni teknologi Triangular Core Matrix yang menghasilkan lebih dari 100 sel internal. Ditambah adanya Reflective Barriers membuat sleeping pad ini terasa hangat. Konstruksi dan bahan matras juga dibuat lebih kokoh untuk dipakai dalam segala musim. Produk yang dibuat di Seattle, AS, ini dirilis dalam tiga model yakni Medium, Regular dan Large. Perbedaan utama pada berat (510 gram, 540 gram, dan 710 gram) lalu lebar (51cm, 51 cm, dan 63 cm) serta panjang matras (168cm, 183 cm, dan 196 cm). Ketebalan ketiganya sama yaitu 6,3cm. EXPED SYNMAT UL7 Sleeping pad ini ditujukan terutama untuk para penggemar gear berbobot ringan. Mengandung insulasi mikrofiber yang dilekatkan pada panel atas dan bawah matras. Keunikan Synmat UL7 yakni memiliki dua katup berwarna hijau (untuk mengisi udara ke dalam matras) dan oranye (untuk mengeluarkan udara). Matras ini bisa ditiup dengan mulut atau menggunakan pompa mini yang dijual terpisah.
6 Mountmag 02 2011
dondo1.wordpress.com
Dari semula hanya berbahan plastik biasa, kini matras atau sleeping pad generasi baru tampil dengan fitur canggih yang membuat pemakainya semakin nyaman. Berikut tiga contoh sleeping pad generasi baru tersebut.
POE PEAK ELITE AC Dirilis oleh Pacific Outdoor Equipment untuk menggantikan seri POE Ether Elite 6 dan sebagai kompetitor terhadap Thermarest NeoAir. Fitur utamanya adalah menggunakan pelapis aluminium untuk membuat matras terasa hangat. Ditambah insulasi sintetik yang dibubuhkan pada bagian atas matras. Produsen sengaja mendesain agar insulasi dibuat lebih tebal di bagian badan daripada bagian sekitar kaki. POE juga sudah merilis matras terbaru untuk kondisi cuaca lebih dingin yang dinamai seri POE Peak Oyl Mtn dengan tingkat insulasi lebih tebal. (Anwar/dari berbagai sumber)
DOK.PRIBADI
Tenda Ringan untuk Solo Hiking sierra designs light year
K
1
ebutuhan terhadap tenda kian beragam, termasuk untuk tenda kategori solo atau satu orang. Dari sekian merek dan tipe tenda yang ada, salah satu yang cukup banyak penggemarnya adalah merek Sierra Designs tipe Light Year 1. Tenda ini memang didesain untuk keperluan satu orang. Saat saya pakai, kesan pertama adalah bobotnya yang ringan. Hanya terdiri atas tenda, flysheetnya serta dua tiang dan pasak. Sierra Designs membubuhkan sejumlah fitur pada Light Year 1 agar lebih ringan. Tiang misalnya dibuat dari bahan aluminium DAC Featherlite.
Sebagai pengembangan dari seri sebelumnya, tenda ini dirombak dengan memperbanyak jaring pada bagian dalam untuk mengurangi bobot. Bagian dalam tenda cukup lapang. Kita dapat menaruh barang di sisi dalam. Teras juga cukup luas untuk keperluan misalnya memasak. Yang perlu diperhatikan, tenda ini bukan tipe free-standing. Untuk mendirikannya, kita perlu memasang pasak dulu di kedua ujungnya. Itu mungkin bisa merepotkan jika kebetulan kita akan membangun tenda di tanah yang keras. (Anwar)
Material
[Fly] 40D HT Nylon Rip Stop; [Floor] 70D Nylon Taffeta 3000mm
Doors
1
Poles
2
Pole Material
DAC Featherlite aluminum
Floor Space
1,85 meter persegi
Interior Height
96,52 cm
Vestibule Space
0,27 m2
Packed Size
48,26 cm x 12,7 cm
Trail Weight
1,2 kg
02 2011 Mountmag 7
figur PENDAKI
KOMITMEN
TOTAL Di usianya yang menginjak 60 tahun, lelaki kelahiran Bandung ini masih menunjukkan komitmennya dalam dunia petualangan. Berbagai kejadian darurat yang menimpa pendaki gunung dan kegiatan alam bebas lainnya mendorongnya mendirikan lembaga pelatihan Yayasan Survival Indonesia (YSI). Siapakah sosok pendaki senior bernama Heri Heryanto yang lebih dikenal dengan panggilan Heri Macan ini? Berikut petikan wawancara redaksi Mountmag.
dok pribadi
oleh HARLEY B SASTHA
K
apan pertama kali anda mengenal pendakian gunung dan gunung apa yang pertama kali didaki. Pengalaman apa yang anda rasakan sampai akhirnya mencintai dunia pendakian gunung hingga saat ini? Tahun 1965 diajak almarhum ayah saya naik Gunung Tangkuban Perahu. Pengalaman hidup bahwa kita tidak ada apa-apanya bila dibanding dengan ciptaanNya. Hal apa yang menurut anda menarik dan berbeda dari dunia pendakian gunung dengan aktivitas 8 Mountmag 02 2011
> Heri “Macan” Heryanto atau kegiatan olah raga lainnya? Perjuangan untuk mencapai pencapaian. Gunung apa yang paling menarik serta membekas di hati anda dan kenapa? Gunung Leuser, perjalanannya cukup panjang dengan variasi medan tempuhnya. Apakah anda tergabung dalam klub pendaki gunung? Tahun 1973 gabung di Wanadri. Nrp. W-0285-AL Apa arti “macan” yang menempel
dalam nama anda. Kapan pertama kali nama tersebut mulai disematkan dan oleh siapa? “Macan” nama panggilan saudara-saudara saya di Wanadri, selain itu juga di Bandung saya tinggal di Jalan Macan No. 27. Selama menggeluti pendakian gunung apa pernah mengalami kejadian darurat? Bagaimana cara anda mengatasi kejadian tersebut? Pernah, mengatasinya bersikap tenang, menjaga semangat, berfikir realistis, memotivasi diri bahwa saya harus selamat dan bisa kembali ke rumah kembali dengan selamat juga. Apakah kejadian-kejadian darurat yang dialami para pendaki telah mengilhami untuk mendirikan Yayasan Surviva Indonesia (YSI) ? Betul, sebagai perwujudan nyata
terhadap sesama penggiat di alam terbuka yang sering mengalami musibah di gunung. Sejak kapan YSI berdiri dan apa titik berat dari kegiatan-kegiatan yang dilakukannya, terutama untuk dunia pendakian gunung? YSI berdiri 1 Juni 1992. Titik beratnya ke pendidikan dan pelatihan seperti SAR, Jungle Survival, Navigasi Darat, Mountain Rescue, Vertikal Rescue, dan yang ada kaitannya dengan aktivitas di alam terbuka. Apakah pekerjaan anda sekarang berhubungan dengan kegiatan pendakian gunung? Pekerjaan saya sekarang adalah menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan pengetahuan dan keterampilan di alam terbuka yang mungkin juga ada kaitannya dengan dunia mendaki gunung. Bagaimana pendapat anda tentang perkembangan dunia pendakian gunung di Indonesia saat ini. Apa saran dan harapan anda untuk kemajuan kegiatan ini? Terutama untuk generasi muda. Dunia pendakian gunung Indonesia sekarang sudah lebih maju dengan berbagai kemudahan dan mudah-mudahan pendaki Indonesia bisa berprestasi dunia. Saran saya mudah-mudahan saja nanti ada orang Indonesia yang berprofesi sebagai pendaki gunung kaliber dunia. Terakhir, bagaimana menurut anda tentang terbitnya free magazine Mountmag ini? Saya mendukung sekali, mudahmudahanan media ini bisa konsisten terbitnya, pengurusnya punya komitment yang penuh pengorbanan. Banyak juga media yang mengangkat tentang dunia mendaki gunung pada akhirnya mati juga alias tidak terbit lagi. ∆
Pengalaman Pendakian Pengalamannya mendaki gunung-gunung di Indonesia sudah tidak diragukan lagi. Gunung Gede adalah yang paling banyak didakinya. Berikut sebagian gunung-gunung yang pernah didaki Heri Macan. Sedangkan yang lainnya menurut dia sudah banyak yang lupa. No Tahun Nama Gunung Propinsi 1 1964 Tangkuban Perahu Jabar 2 1967 Papandayan Jabar Guntur Jabar 3 1968 Patuha Jabar Malabar Jabar 4 1970 Burangrang Jabar Bukit Tunggul Jabar Kasur Jabar Palasari Jabar Manglayang Jabar Gede Jabar 5 1971 Agung Bali Batukaru Bali Batur Bali 6 1972 Pangrango Jabar Salak Jabar Ciremai Jabar Galunggung Jabar Sangga Bhuana Jabar Haruman Jabar 7 1973 Semeru Jatim Widodaren Jatim Bromo Jatim 8 1974 Lampobatang Sulsel Bawakaraeng Sulsel 9 1975 Slamet Jateng Sindoro Jateng Sumbing Jateng Merbabu Jateng Merapi Jateng Lawu Jateng Ungaran Jateng Kelud Jatim Rinjani Lombok, NTB Kondo Lombok, NTB 10 1976 Argopuro Jatim Welirang Jatim Arjuno Jatim Sinabung Sumut Sibayak Sumut 11 1977 Marapi Sumbar Tandike Sumbar 12 1978 Dempo Sumsel Kerinci Jambi Tanggamus Lampung 13 1984 Leuser NAD Loser NAD Puncak Tak Bernama NAD 14 1988 Binaya Maluku 02 2011 Mountmag 9
liputan UTAMA
Dari 0 Mdpl ke 3.027 Mdpl Tidak ada sejarah yang mencatat siapa yang mendaki pertama kali ke gunung Binaya, namun bagi orang suku Nuaulu Gunung Binaya adalah tempat yang sangat mereka hormati karena didiami oleh roh para leluhur mereka. teks dan foto oleh HENDRI AGUSTIN
10 Mountmag 02 2011
M
ALUKU dikenal juga dengan sebutan Moluccas. Terdiri dari gugusan kepulauan di lempeng Australia, berbatasan dengan pulau Sulawesi di sebelah barat, Papua di sebelah timur, sedangkan di sebelah selatan dengan Timor Leste. Kepulauan ini mempunyai luas 705.645 km persegi. Suku bangsa di kepulauan ini didominasi ras suku bangsa Melanesia Pasifik yang masih berkerabat dengan Fiji, Tonga, dan beberapa kepulauan yang tersebar di Samudera Pasifik. Bukti kuat dari ikatan ini misalnya alat musik khas ukulele yang juga terdapat dalam tradisi budaya Hawaii. Namun dewasa ini karena percampuran berbagai ras maka telah melahirkan keturunan baru yang bukan ras murni Malanesia. Pulau terbesar dalam gugusan Kepulauan Maluku adalah Pulau Seram yang dikenal juga dengan sebutan Pulau Ina atau Pulau Ibu. Pulau Seram mayoritas dihuni oleh suku bangsa Nuaulu dan Alifuru yang merupakan juga suku bangsa asli. Binaya, puncak tertinggi kepulauan Maluku 3.027 mdpl
Binaya berada di gugusan pegunungan Manusela di Pulau Seram. Jejeran pegunungan Manusela membagi pulau Seram menjadi dua yaitu Seram Utara dan Seram Selatan. Layaknya sebuah pegunungan, di Pegunungan Manusela ini terdapat banyak sekali puncak. Puncak tertingginya adalah Gunung Binaya dengan ketinggian 3.027 mdpl. Selain itu juga terdapat puncak seperti Gunung Murkele, Gunung Bintang, Gunung Manukupa, dan lainnya. Tidak ada sejarah yang mencatat siapa yang mendaki pertama kali ke Gunung Binaya, namun bagi orang suku Nuaulu gunung Binaya adalah tempat yang sangat dihormati karena didiami oleh roh leluhur. Taman Nasional Gunung Binaya berada dalam pengawasan Taman Nasional Manusela yang berkantor di Kota Masohi. Taman Nasional Manusela ini mempunyai luas 1.890 km persegi dan berada pada posisi geografis antara koordinat 129°9’33” - 129°46’14” BT dan 2°48’24” - 3°18’24” LS. Secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Seram Utara yang berkedudukan di Wahai dan Kecamatan Seram Selatan di Tehoru, Kabupaten Maluku Tengah, Propinsi Maluku. Pegunungan Manusela merupakan sebuah pegunungan kars yang memiliki perwakilan tipe ekosistem pantai, hutan rawa, hutan hujan dataran rendah, hutan hujan pegunungan, dan bahkan hutan sub alpin, dengan kandungan tumbuhan seperti tancang (Bruguiera sexangula), bakau (Rhizophora acuminata), api-api (Avicennia sp.), kapur (Dryobalanops sp.), pulai (Alstonia scholaris), ketapang (Terminalia catappa), pandan (Pandanus sp.), meranti (Shorea selanica), benuang (Octomeles sumatrana), matoa/kasai (Pometia pinnata), kayu putih (Melaleuca leucadendron), berbagai jenis anggrek, dan pakis endemik (Chintea binaya). Yang paling unik adalah Pakis Binaya. Sekilas sama dengan pakis tiang yang umumnya ada di pegunungan Indonesia. Namun perbedaannya terletak pada batangnya. Pakis Binaya batangnya tidak berserabut seperti umumnya pakis tiang, akan tetapi lebih menyerupai kayu. Pakis Binaya ini banyak ditemukan di daerah sebelum puncak Binaya. 02 2011 Mountmag 11
Sedangkan fauna pegunungan ada sekitar 117 jenis burung, di mana 14 jenis di antaranya endemik seperti kesturi Ternate (Lorius garrulus), nuri tengkuk ungu/nuri kepala hitam (L. domicella), kakatua Seram (Cacatua moluccensis), burung madu Seram besar (Philemon subcorniculatus), dan nuri raja/nuri ambon (Alisterus amboinensis), rusa (Cervus timorensis moluccensis), kuskus (Phalanger orientalis orientalis), soa-soa (Hydrosaurus amboinensis), babi hutan (Sus celebensis), luwak (Pardofelis marmorata), kadal panama (Tiliqua gigas gigas), dan berbagai jenis kupu-kupu. Fauna endemik yang menarik adalah burung kakaktua Seram yang terancam kepunahan akibat perburuan liar, serta pengrusakan terhadap habitatnya. Fakta tentang gunung Binaya •Gunung nonvulcanologi dan merupakan pegunungan kars •Merupakan puncak tertinggi di kepulauan Maluku •Medan yang bervariasi, selama pendakian akan menemukan hutan ekosistem pantai, sampai hutan sub alpin. •Pendakian dimulai dari 0 mdpl hingga ke tinggian 3.027 mdpl. Iklim dan musim Menurut Schidmit dan Ferguson, kawasan pegunungan Manusela termasuk ke dalam tipe iklim B dengan curah hujan ratarata 1500 – 2000 mm/tahun dan kisaran temperatur 25º C - 35ºC. Kelembaban rata-rata 82.9% 93.5% dengan rentangan mulai dari ketinggian 0 mdpl hingga 3.027 mdpl dan kemiringan topografi berkisar 30 – 60 %. Musim penghujan jatuh mulai 12 Mountmag 02 2011
dari Mei hingga September dan musim panas jatuh mulai dari November hingga April. Hal ini jelas memberikan indikator musim pendakian yang terbaik kesana adalah di November hingga April. Akses ke Gunung Binaya Untuk mencapai puncak tertinggi yaitu puncak Binaya, pintu akses yang umumnya dipakai dari sisi utara, tepatnya dari Desa Kanikeh di ketinggian 500 mdpl. Akses ke Kanikeh dari Kota Ambon dengan menumpang kapal cepat dari pelabuhan Tulehu hingga ke Amahai yang merupakan pelabuhan Kota Masohi, ibukota Pulau Seram. Kemudian dari Masohi dilanjutkan dengan naik angkot hingga ke Huaulu Halte. Dari sana dilanjutkan dengan berjalan kaki selama 3 hari melewati beberapa desa terpencil hingga sampai di desa Kanikeh. Jalur pendakian sisi utara dari Kanikeh ini memakan waktu pendakian sembilan hari. Mulai April 2011, ada jalur baru yang dibuka oleh sekelompok pendaki dari komunitas Highcamp the Adventures. Jalur ini berada di sisi selatan dengan desa terakhir bernama Piliana. Piliana dapat dicapai dari kota Masohi dengan menumpang angkot tujuan Tehoru dan kemudian menyeberang menggunakan ketinting (perahu kecil) hingga ke Yaputi. Dari Yaputi perjalanan dilanjutkan berjalan kaki hingga ke Desa Piliana. Waktu tempuh jalur Piliana ini hanya 5 hari dari Masohi ke puncak Binaya pulang-pergi. Selain dari Piliana, jalur lain yang pernah dibuka oleh pendaki adalah jalur dari Desa Saunulu yang berada di garis pantai. Desa ini
Mulai April 2011, ada jalur baru yang telah dibuka oleh sekelompok pendaki dari komunitas Highcamp the Adventures. Jalur ini berada di sisi selatan dengan desa terakhir bernama Piliana. Waktu tempuh lima hari pulang-pergi. merupakan tetangga dari Desa Yaputi. Jalur Saunulu dibuka oleh kelompok pendaki YEPE Malang, namun sayangnya tidak ada dokumentasi lengkap akan jalur ini. Perijinan Perijinan untuk pendakian Gunung Binaya bisa diurus di Kota Masohi. Pendaki dari luar Maluku bisa mengirimkan lewat fax foto copy tanda pengenal terlebih dahulu dan sesampai di Masohi bisa mengambil surat ijin. Pengurusan ijinnya tidak terlalu berbelit-belit. Kantor besar Taman Nasional Manusela beralamat di: Jalan Kelang No. 1 Masohi Telp/Fax: (0914) 22164 Kotak Pos 09, 97511 Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku Website: www.tnmanuseladephut.org Obyek wisata Di kawasan Taman Nasional Manusela ada tempat-tempat menarik untuk di kunjungi, di antaranya: 1. Gunung Binaya, dengan kontur pegunungannya serta ciri khas sebuah pegunungan kars yang unik dan indah tersendiri.
2. Kampung adat Huaulu; di utara dari Taman Nasional Manusela. Di lokasi ini pengunjung bisa melihat atraksi budaya berupa upacara adat masyarakatnya. 3. Tebing Sawai; tebing kars ini berada persis di tepi pantai dan cocok untuk kegiatan panjat tebing. Pemandangan pantainya dengan laut jernih membuat lokasi ini tidak kalah dengan Tebing Pranang di Thailand. 4. Air terjun Juuli dan Mamahala; terletak di Hatuollo yang berada di utara taman nasional. 5. Bird Watching dan pengamatan jenis satwa di antaranya Rusa (cervus timorensis), Kuskus (Phalanger dendrolagus), Kasuari (Casuarius casuarius) dan berbagai jenis burung lainnya, terutama burung paruh bengkok (kakaktua dan nuri) dan berbagai jenis burung air. Lokasi birdwatching ini ada di Masihulan dengan tinggi pohon tempat pengamatan sampai 30 meter.
akan tetapi sebaiknya memberikan uang tanda terima kasih. Di kota Masohi terdapat beberapa hotel-hotel kecil untuk transit sebelum melanjutkan menuju Kanikeh atau Piliana.
seperti spirtus bisa didapat di Masohi. Namun tokonya buka hanya sampai jam 3 sore. Tidak dianjurkan membawa kompor berbahan bakar gas, karena selain tabung gas dilarang masuk pesawat, di Masohi Tips-Tips Pendakian juga tidak ada yang menjualnya. Untuk mencari di Kota Ambon • Porter: belum ada pengaturan akan buang waktu karena jaresmi soal porter. Namun para rak Bandara ke Ambon dan ke pendaki bisa minta saran pada Pelabuhan Tulehu cukup jauh. petugas Taman Nasional. Tarif porter per hari adalah Rp100.000. • Waktu pendakian yang bagus adalah musim panas karena rute • Perlengkapan: sebaiknya penKanikeh maupun rute Piliana daki telah melengkapi dengan melewati beberapa sungai yang peralatan pendakian gunung umumnya banjir bandang di standar, karena di Masohi tidak musim penghujan. ada toko peralatan gunung. • Logistik: makanan bisa dilengkapi di Masohi, di sana ada toko swalayan kecil yang buka hingga Rencana pendakian ke Binaya jam 9 malam. Untuk kebutuhan Merencanakan pendakian ke sayur-sayuran bisa didapat di pasar Masohi namun buka hanya Binaya hendaknya dilakukan dengan matang. sampai jam 3 sore. Untuk bahan bakar kompor
Akomodasi Di sepanjang jalur pendakian tidak terdapat shelter atau pondok gunung, para pendaki harus membawa tenda. Untuk jalur Kanikeh, penginapan di rumah penduduk biasanya dikenakan tarif Rp.50.000. Jalur Kanikeh memang cukup komersial. Berbeda dengan Jalur Piliana yang memang notabene masih baru. Untuk menginap di Piliana biasanya di rumah kepala desa yang dikenal juga dengan sebutan Raja Piliana. Pendaki tidak dikenakan biaya,
> Desa Piliana 02 2011 Mountmag 13
Berikut contoh tahapan perencanaannya untuk jalur Kanikeh Hari 1 : Dari Masohi ke Halte Huaulu menggunakan angkot dan kemudian disambung berjalan kaki hingga negeri Huaulu dan menginap disana. Hari 2: dari negeri Huaulu melanjutkan perjalanan trekking hingga Wasamata, di sini bermalam di tenda. Hari 3: melanjutkan perjalanan hingga Desa Kanikeh dan bermalam di desa tersebut. Hari 4: memulai pendakian dari Kanikeh hingga Waihuhu dan mendirikan tenda. Hari 5: melanjutkan perjalanan dari Waihuhu menuju Waifuku, mendirikan tenda di Waifuku dan bisa lanjut ke puncak. Setelah itu kembali turun ke Waifuku dan menginap di sana. Hari 6: perjalanan turun dimulai hingga Walang Sela dan menginap di sana Hari 7: dari Walang Sela lanjut turun hingga Kanikeh dan kembali bermalam. Hari 8: dari Kanikeh perjalanan kembali dilanjutkan hingga Roho dan menginap di Roho. Hari 9: dari Roho perjalanan dilanjutkan hingga Halte Huaulu dan lanjut naik angkot hingga ke Masohi. 14 Mountmag 02 2011
Contoh tahapan perencanaan untuk jalur Piliana Hari 1: dari Masohi naik angkot hingga Tehoru Port dan lanjut naik ketinting hingga Yaputi. Dari Desa Yaputi lanjut mendaki hingga ke Desa Piliana dan menginap di Piliana. Hari 2: dari Piliana pagi lanjut mendaki hingga camp Ai Moto dan menginap disana. Hari 3: dari camp Ai Moto lanjut mendaki hingga Camp Isilali dan menginap disana Hari 4: lanjut mendaki dari camp Isilali hingga Camp Nasapeha, seluruh barang ditinggal di Camp Nasapeha dan lanjut mendaki hingga puncak, turun kembali ke Nasapeha dan menginap disana. Hari 5: dari Camp Nasapeha lanjut turun hingga Camp Ai Moto dan menginap. Hari 6: dari camp Ai Moto,
lanjut turun hingga Piliana, dan langsung turun menuju Yaputi dan terus menyeberang hingga Tehoru Port, kemudian lanjut balik ke Masohi dengan angkot. Dua contoh perencanaan diatas hanya contoh. Lebih dan kurangnya tergantung fisik masing-masing pendaki, bisa lebih lama atau lebih cepat. Gunung Binaya memang tak pelak lagi adalah salah satu mutiara keindahan Maluku yang belum terasah sempurna. Keadaan medannya menjadi tantangan tersendiri bagi para petualang sejati. Datang dan nikmatilah sensasi mendaki mulai dari titik 0 mdpl hingga titik 3.027 mdpl. ∆
info JALUR
PENDAKIAN JALUR BARU DARI SISI SELATAN GUNUNG BINAYA Gunung Binaya di Pulau Seram merupakan salah satu gunung yang cukup memakan waktu panjang untuk mendakinya. Hal ini disebabkan oleh lokasi desa terakhir yang lumayan terpencil. teks dan foto oleh HENDRI AGUSTIN
R
ute umum yang biasa dipakai para pendaki adalah dari Desa Kanikeh yang letaknya lumayan jauh. Jalur ini berada di sisi pegunungan Manusela yang merupakan induk Gunung Binaya. Pada bulan April 2011 lalu saya dan beberapa teman mencoba jalur baru dari sisi selatan. Jalur ini adalah jalur yang umum dipakai para pencari anggrek dan kupu-kupu yang berasal dari Desa Piliana. Jalur selatan berawal dari Desa Piliana yang terletak di sisi selatan pegunungan Manusela. Meskipun awal pendakian dari Piliana, pendaki sudah harus mulai berjalan kaki dari Desa Yaputti yang berada di garis pantai atau berada pada ketinggian 0 mdpl. Transportasi Untuk mencapai jalur selatan ini bagi pendaki dari luar Maluku bisa mengikuti alur transportasi sebagai berikut: • Jakarta – Ambon Menggunakan pesawat Sriwijaya Air berangkat jam 05:00 sampai di Ambon jam 12:05 waktu setempat. Jadwal penerbangan bisa tersambung dengan jadwal kapal cepat di Pelabuhan Tulehu sehingga tidak perlu menghabiskan waktu di kota Ambon
> PUNCAK MANUKUPA • Bandara Pattimura–Pelabuhan Tulehu Dari bandara menuju Pelabuhan Tulehu bisa menggunakan taksi gelap dengan ongkos carter satu taksi sejenis Kijang Rp150.000 dan waktu tempuh kurang lebih 1 jam • Pelabuhan Tulehu–Pelabuhan Amahai Kapal cepat dari Tulehu hanya ada dua kali dengan ongkos per orang Rp91.000 dan waktu tempuh kurang lebih dua jam. Jadwal kapal berangkat dari pelabuhan Tulehu ke Amahai yang pertama jam 09:00 WIT dan yang kedua jam 16:00 WIT. Kapal-kapal ini selalu penuh, jadi jika ingin mendapat tempat yang cukup lega untuk meletakkan ransel-ransel hendaknya naik kapal selagi penumpang belum begitu banyak naik. • Pelabuhan Amahai – Kota Masohi Untuk menuju pusat kota Masohi dari pelabuhan Amahai bisa menggunakan angkot dengan biaya Rp10.000/orang. Jika carter angkot kapasitas 10 orang jadi biaya carter satu angkot adalah Rp.100.000
• Kota Masohi – Pelabuhan Tehoru Dari kota Masohi menuju Pelabuhan Tehoru bisa dicapai dengan mencarter mobil Kijang seharga Rp300.000 per mobil, jika naik angkot ongkos per orang adalah Rp.50.000. Jika carter angkot bisa nego dengan rentang harga Rp500.000 hingga Rp600.000. Menuju Tehoru, kita akan melewati jalan trans Pulau Seram yang berada di sisi pantai selatan Pulau Seram. Jarak tempuh dua hingga tiga jam untuk sampai ke Tehoru. • Pelabuhan Tehoru – Yaputi Dulu untuk mencapai Yaputti bisa menggunakan kendaraan roda empat, namun sejak jembatan terputus praktis akses kendaraan roda empat ke Yaputti terhalang. Akses kesana sekarang menggunakan ketinting (sampan kecil) dengan ongkos Rp20.000 per orang. Satu ketinting bisa memuat 3 orang beserta bagasinya. Waktu tempuh sekitar satu jam untuk sampai di Yaputti dari Pelabuhan Tehoru.
02 2011 Mountmag 15
Rute Pendakian Rute baru sisi selatan Desa Piliana keadaan konturnya cukup beragam. Etape pertama pendaki akan dihadapkan dengan hutan lebat, sungai-sungai, dan tanjakan lumayan terjal. Berikut tahapan-tahapan jalur pendakiannya: • Yaputi – Piliana Perjalanan pendakian dimulai dari Yaputi menuju Desa Piliana. Yaputi adalah sebuah desa yang berada di bibir pantai atau bisa dikatakan juga dengan 0 meter dari permukaan laut. Waktu tempuh dari Yaputi ke Piliana sekitar 4 jam. Medan pendakian cukup menanjak dan beberapa kali menyeberangi sungai. Sungai yang cukup besar di seberangi adalah Sungai Yahe. Sungai ini jika musim kemarau lebar 5 meter dengan kedalaman sebetis orang dewasa. Akan tetapi jika musim hujan sering terjadi
bandang hingga kedalaman 10 sampai 15 meter dan menjadi sangat lebar. Menurut penduduk setempat jika musim penghujan mereka susah untuk menyeberang. • Desa Piliana – Sungai Yahe Atas Piliana adalah sebuah desa kecil namun penduduknya sangat akrab dan pemeluk Kristen taat. Ini terbukti dari gereja kecil yang selalu penuh oleh jemaat setiap misa-misanya. Di desa ini bisa menginap di rumah kepala desa yang disebut Bapak Raja oleh warganya. Pendakian sebaiknya dimulai sepagi mungkin dari Piliana. Setelah keluar dari Desa Piliana jalur setapak akan membawa kita ke arah kiri dari pegunungan Manusela, memasuki hutan pohon sagu. Medan turun-naik bukit kemudian jalan setapak menyelusuri Sungai Titimula dan setelah beberapa kali menuruni lembah yang cukup curam kita akan sampai di sungai cukup lebar berair jernih. Sungai ini adalah sungai Yahe bagian atas.
Tahap pendakian: Mendarat di Yaputti (kiri) / Turun ke Lembah Isilali
16 Mountmag 02 2011
Cukup mudah menyeberanginya namun jika bandang akan akan lain kondisinya. Waktu tempuh dari Piliana hingga sampai ke Sungai Yahe kurang lebih 3 jam. • Sungai Yahe atas – Lukuamano Dari sungai Yahe medan pendakian akan terjal terus memasuki hutan lembab dipenuhi rotan berduri dan pohon-pohon besar. Setelah tanjakan terjal usai jalur akan turun ke lembah dan kemudian menyeberangi sungai berarus cukup deras bernama Sungai Yamhitala. Sebaiknya isi persediaan air di sini karena hingga point stop berikutnya tidak ada lagi sumber air. Kemudian jalur setapak kembali mendaki curam serta lembab dan terjal. Kiri-kanan jurang, jika tidak hati-hati bisa terpeleset. Keadaan menanjak terus hingga pos perhentian sementara bernama Lukuamano. Pos Lukuamano hanya tanah datar seukuran 1x1,5 meter di pinggir jalur setapak. Jarak tempuh dari sungai Yahe hingga Lukuamano kurang lebih 4 jam.
• Lukuamano – Camp Ai Moto Dari Lukuamano jalur pendakian terus menanjak, terkadang curam terkadang landai dan berbatubatu kars juga bertanah lembab. Setelah mendaki kemudian jalan setapak akan menurun terjal dan terdapat sebuah gua kecil di sisi kiri jalan. Setelah mendaki tanjakan kecil kita akan menemukan turunan berbatu kars cukup curam dan di dasar turunan ini mengalir sungai kecil bernama Ai Moto. Setelah melangkahi sungai kecil ini kita akan sampai di camp yang tidak besar, cukup untuk 2 tenda, camp ini bernama Camp Ai Moto. Waktu tempuh dari Lukuamano hingga ke Camp Ai Moto sekitar 2,5 jam. • Camp Ai Moto – Aiulanusalai Sebaiknya memulai pendakian dari Camp Ai Moto sepagi mungkin dan mengisi persediaan air yang cukup untuk menginap di camp berikutnya, karena camp berikutnya tidak ada sumber air sama sekali. Jadi stok air untuk dua hari satu malam sangat
diperlukan. Keadaan jalur dari camp Air Moto kembali menanjak terjal dan berbatu kars. Keadaan ini terus berlanjut hingga sampai ke dataran cukup lebar bernama Aiulanusalai. Dataran berumput ini merupakan sebuah punggungan. Waktu tempuh dari camp Ai Moto hingga ketempat ini kurang lebih satu jam. • Aiulanusalai – Teleuna Dari Aiulanusalai ke Teleuna tanjakan masih terjal dengan kondisi yang sama. Jalur setapaknya masih berada di dalam hutan yang cukup lembab. Jarak tempuh dari Aiulanusalai hingga Teleuna kurang lebih satu jam. • Teleuna – Highcamp Dari Teleuna hingga ke Highcamp tanjakan masih terjal dan berhutan lebat. Jarak tempuh dari Teleuna hingga Highcamp kurang lebih satu jam. Pos Highcamp adalah dataran kecil yang dipenuhi pohon dan akar yang melintang. Pos ini awal dari punggungan menuju puncak
Manukupa. Dari Highcamp hingga ke puncak Manukupa jalur pendakian terus berada di atas punggungan melewati jalur setapak yang dipenuhi oleh lumut tebal layaknya karpet serta tanjakannya pun sudah landai. Pos Highcamp ini tadinya tidak bernama dan kami menamainya dengan nama komunitas kami. • Highcamp – Puncak Manukupa Jalur pendakian dari Highcamp menuju puncak Manukupa lebih landai dan dipenuhi lumut tebal serta vegetasi kantong semar. Namun harus hati-hati melewatinya karena kadang kaki bisa terperangkap dalam lobang yang tersembunyi di bawah lumut tebal. Mendekati daerah puncak Manukupa jalur setapak berganti dengan batu-batu kars yang cukup tanjam. Dari puncak Manukupa akan segera terlihat puncak Gunung Bintang yang menjulang untuk dilewati. Seperti diuraikan sebelumnya, selepas camp Ai Moto sumber
Jalur bervariasi: Hutan lumut di punggungan Gunung Bintang/Mendekati punggungan Gn Bintang
02 2011 Mountmag 17
air tidak akan ditemukan hingga melewati puncak Gunung Bintang jadi hendaknya pendaki membawa stock air yang cukup untuk bermalam di camp Isilali dan sampai ke camp Nasapeha di balik Gunung Bintang. Jarak tempuh dari Pos Highcamp hingga Puncak Manukupa kurang lebih empat jam. • Puncak Manukupa – Camp Isilali Dari puncak Manukupa jalur berbatu-batu kars mulai menurun ke arah Lembah Isilali. Jalur setapak berbatu cukup curam ini menurun terjal di punggungan Manukupa ke arah Lembah Isilali. Memasuki Isilali, pepohonan berlumut dan hutan teduh namun dingin menyambut kita. Di tengah lembah ini terdapat camp para pencari anggrek. Tidak ada sumber air di sini. Jadi para pendaki harus membawa persediaan air yang banyak untuk dipakai dari Highcamp hingga camp Isilali dan terus hingga camp selanjutnya selepas puncak Gunung Bintang. Waktu tempuh dari Puncak Manukupa hingga ke camp Isilali lebih kurang 1.5 jam • Camp Isilali – Puncak Gunung Bintang Ini adalah etape yang cukup melelahkan karena akan naik turun punggungan berbatu-batu kars yang lumayan tajam dan berbahaya. Usahakan berangkat sepagi mungkin dari Isilali. Setelah melewati tanjakan curam saat keluar dari Lembah Isilali, maka jalur pendakian akan terus berada di punggungan terbuka dan naikturun punggungan, sesekali jalur turun ke dalam rimbunan cantigi. Air minum mutlak distok untuk melewati etape ini, karena tidak ada sumber air sama sekali. Waktu tempuh dari camp Isilali hingga ke puncak gunung Bin18 Mountmag 02 2011
tang kurang lebih 3.5 jam. • Puncak gunung Bintang – Camp Nasapeha Puncak Gunung Bintang cukup luas untuk melepas lelah, namun selepas puncak kita akan dihadapkan pada turunan terjal batu-batu kars dan jurang di kirikanan. Setelah scrambling melipiri
punggungan Gunung Bintang yang turun tajam, kita akan kembali masuk ke dalam rimbunan cantigi dan vegetasi puncak lalu terus mendaki kemudian berbelok ke kiri dan turun. Jalur pendakian berubah menjadi lembab dan becek sebelum akhirnya sampai di Camp Nasapeha. Camp ini berada di lembah yang memiliki sumber air genangan. Airnya berwarna coklat kehitaman, mungkin karena pengaruh tanah di sekitarnya yang becek berwarna hitam. Air genangan ini tampak berasal dari rembesan air pohon-pohon sekitar lembah. Tampak juga beberapa jejak rusa di sekitar genangan, sebaiknya saringlah dulu air sebelum menggunakannya untuk masak atau minum.
Jarak tempuh dari puncak Gunung Bintang hingga camp Nasapeha kurang lebih 2.5 jam. • Camp Nasapeha – Puncak Binaya Jalur pendakian menanjak begitu keluar dari areal lembah Nasapeha. Trek batu-batu kars akan segera menyambut. Setelah sampai di punggungan, jalur trek kembali naik-turun di medan berbatu kars. Saat mendekati Puncak Binaya kita akan bertemu padang rumput dan bertanaman perdu. Di daerah ini sering dijumpai rusa. Kemudian kita memasuki daerah Pakis Binaya, tanaman endemik yang hanya ditemukan di daerah pegunungan ini saja. Selepas medan pakis kita akan sampai di puncak kedua tertinggi di pegunungan Binaya. Jarak tempuh hingga sampai di puncak kedua kurang lebih 1.5 jam. Kemudian kita akan menuruni sebuah sadel. Di dasar sadel terdapat tiga buah telaga yang dinamakan Wayfuku 2. Dari sini kemudian menanjak ke puncak utama Gunung Binaiya. Di puncak utama terdapat air genangan dan jalan turun ke arah Kanikeh. Dari puncak Binaiya kita bisa memandang lepas ke arah Desa Kanikeh. Butuh waktu kurang lebih 30 menit dari puncak 2 ke puncak utama Binaya. Dibanding jalur Kanikeh, maka Jalur Piliana jauh lebih pendek jarak tempuhnya. Lalu juga tidak terlalu berlumpur. Waypoint jalur Piliana sudah saya dokumentasikan. Bagi yang berminat mencoba jalur ini dan membutuhkan waypoint silahkan kontak hendriagustin@yahoo. com.sg atau redaksi mountmag di
[email protected] ∆
02 2011 Mountmag 19
catatan PERJALANAN > bukit teletubis di Gunung Prau
PERJALANAN LINTAS JALUR LIMA GUNUNG
Sebagaimana makhluk atau benda lainnya, setiap gunung mempunyai caranya sendiri untuk menjamu tamu-tamunya yang berkunjung kerumahnya. Serendah atau setinggi apapun gunung yang hendak didaki sejatinya persiapan adalah hal mutlak, karena, tidak akan ada pendakian tanpa persiapan. teks dan foto oleh HARLEY B SASTHA
P
agi itu, Rabu, 20 April 2011, aktivitas masyarakat belum lagi dimulai ketika saya dan Simon tiba di Stasiun Kereta Api Poncol, Semarang. Dari Kota Semarang inilah awal perjalanan saya mendaki lintas lima gunung, naik dan turun melalui 10 jalur yang berbeda. Empat gunung di Jawa Tengah: Gunung Ungaran, Gunung Sindoro, Gunung Prau dan Gunung Slamet. Satu di Jawa Timur: Pegunungan Iyang Argopuro. 20 April 2011 Pesona Puncak Ungaran
U
ngaran, gunung berketinggian sekitar 2.050 meter ini menjadi awal perjalanan kami. Dari Semarang perjalanan kami lanjutkan dengan bis 20 Mountmag 02 2011
jurusan Bandungan dan turun di pasar Babadan untuk kemudian naik angkutan desa menuju Jimbaran. Dusun Jimbaran, Bandungan, menjadi titik awal kami untuk menggapai Puncak Ungaran. Dari Pasar Jimbaran kami menggunakan ojeg motor melalui jalan beton dan makadam menuju pos pendakian, Basecamp Mawar. Sepanjang perjalanan, kami melintasi desa dan taman wisata Umbul Sidomukti serta ladang-ladang penduduk. Cuaca yang saat itu masih cukup cerah, beberapa saat kemudian berubah sedikit mendung, begitu kami tiba di Basecamp Mawar. Usai Dhuhur, kami mulai mendaki memasuki hutan pinus melalui jalan setapak yang menanjak dan cukup lebar. Tidak sampai seperempat jam berjalan kabut mulai datang dan kemudian hujan pun
kami tiba di komplek wisata Candi Gedong Songo. turun. Nampak samar-samar di balik kabut, hutan Setelah mengunjungi dua dari sembilan candi, kami Gunung Ungaran menyapa kedatangan kami. lanjutkan perjalanan menuju areal parkir komplek Beberapa saat, begitu kami melalui jalan setapak yang relatif landai dengan lembah di tsisi kanannya, wisata. Seporsi sate kelinci jadi penutup pendakian kami di Gunung Ungaran. Siang itu juga kami lanhujan mulai reda. Setelah melintasi sungai kemujutkan perjalanan ke Desa Kledung, Temanggung. dian beristirahat sejenak di Pos 2, kami memenuhi kebutuhan air untuk bekal pendakian di kolam Sindoro, Sang Pemikat dekat pos atau rumah penjaga perkebunan kopi. Beberapa saat kami jalan melalui jalan perkebunan etelah menempuh perjalanan sekitar tiga jam yang cukup lebar, hujan kembali turun. dengan angkutan umum dari Bandungan, SemaMengingat waktu yang sudah semakin sore, di perrang, kami tiba di Kledung, Temanggung. Gunung tigaan Sikendil – titik pertemuan perkebunan kopi dengan perkebunan teh – kami langsung menerus- Sindoro menjadi tujuan kami berikutnya dalam perjalanan lintas lima gunung ini. kan perjalanan menuju puncak, tanpa lebih dulu Usai melakukan melapor di Basecamp Pendakian berkunjung ke Dusun Promasan yang berada di Kledung, sekitar pukul 17.00 WIB, pendakian kami tengah-tengah perkebunan teh. mulai. Hujan baru saja reda ketika kami memulai Kabut yang terus mengiringi perjalanan kami, pendakian ini. membuat suasana sekitarnya semakin indah. SeBerjalan via jalan makadam di antara ladang selama lepas perkebunan teh jalan setapak semakin terjal hampir 1 jam hingga batas hutan memang sedikit hingga kemudian melalui jalan setapak dengan agak monoton. Namun, panorama pemandangan batu-batu beruku“ Langit terlihat Gunung Sumbing yang berada di ran besar. mulai memerah. belakang kami membuat semuanya Kabut dan hujan silih berganti jadi berbeda. mengiringi perjalanan kami mela- Panorama Gunung lui jalan setapak di antara sabana Sumbing, Merbabu, Hari gelap ketika kami memasuki batas hutan. Sekitar pukul 19.15 WIB, dan batuan menjelang puncak. Merapi, Ungaran, kami tiba di Pos 1. Di sini kami berisSekitar pukul 17.00 WIB, Kami dan beberapa gutirahat sejenak untuk sekedar makan pun tiba di Puncak Ungaran malam sebelum kembali melanjutkan (2.050 m). Tugu berlambang salah nung lainnya mulai pendakian. satu kesatuan TNI menjadikan terlihat.” Menjelang Pos 3, samar-samar dalam nama puncak ini juga dikenal gelap nampak di seberang sosok dengan sebutan Puncak Raiders. . besar Gunung Sumbing. Waktu saat itu telah menjukkan pukul sembilan malam. Rasa kantuk se21 April 2011 makin menghinggapi kami. Setelah secara perlahan Bertemankan Nyanyian Burung kembali mendaki melalui jalan setapak yang terjal, sekitar pukul 22.00 WIB, kami tiba di Pos 3, tempat Matahari belum terbit saat kami bergegas bangun. Nyanyian burung-burung di sekitar hutan beberapa di mana kami bermalam. meter di bawah puncak tempat bermalam mengir22 April 2011 ingi pagi yang cukup cerah. Sayang sinar matahari terbit yang kami nantikan sedikit tertutup awan. Pagi di hari kedua di Gunung Sindoro saat itu Namun, pemandangan lembah, hutan dan sabana terlihat cukup cerah. Pukul 06.30 WIB, kami sudah disekitar puncak tetap memukau mata. Samarbangun untuk siap-siap membuat sarapan dan samar nampak di kejauhan sosok besar Gunung menyambut sinar mentari pagi. Merbabu. Langit terlihat mulai memerah. Panorama Gunung Sekitar pukul 07.00 WIB, kami meninggalkan Sumbing, Merbabu, Merapi, Ungaran, dan beberapa Puncak Ungaran turun menuju Gedong Songo. Hampir dua jam melintasi hutan tropis yang masih gunung lainnya mulai terlihat. Waktu belum menunjukkan pukul tujuh pagi, saat cukup rimbun dengan iringan kicauan burungkami melanjutkan pendakian menuju Puncak Sinburung membuat perjalanan turun terasa semakin doro. Melewati semak dan tumbuhan lamtoro kami menarik hingga batas hutan. terus melangkah. Selepas pintu hutan sekitar satu jam kemudian,
S
02 2011 Mountmag 21
^ SUMUR JOLOTUNDO DI PUNCAK SINDORO
Sang mentari semakin tinggi. Sinarnya terasa semakin terik. Terlebih saat kami mulai memasuki kawasan yang didominasi sabana. Namun, langit biru yang menaungi Puncak Sindoro jauh di atas kami sedikit mengalihkan rasa panas itu. Benar-benar panorama yang sangat menarik. Setelah melalui sabana, batu-batuan dan padang edelweis, tepat pukul 10.00 WIB, kami tiba di bibir kawah atau Puncak Kledung, di mana terdapat sebuah batu berukuran cukup besar. Dari sini tampak kawah dari Gunung Sindoro yang berisi air. Kemudian kami kembali jalan ke sisi kanan untuk mengintari gigiran kawah menuju Puncak Sindoro (3.153 m). Sudah cukup lama saya tidak menginjakkan kaki di Gunung Sindoro. Kini, setelah kembali berada di puncaknya dan melihat sekelilingnya, ternyata daya pikat dari Sindoro tidak pernah hilang. Puas menikmati puncak, kami jalan menuju Puncak Kledung. Kemudian berjalan ke sisi kiri turun dan berputar ke kanan mengelilingi kawah menuju alun-alun. Di sini kami beristirahat untuk makan siang, sebelum melanjutkan perjalanan menuju timur dan turun melalui jalur Sigedang atau Tambi. Panorama Indah Tambi 22 Mountmag 02 2011
Walaupun saat itu waktu telah menunjukkan pukul 12 siang, namun cuaca nampak mendung. Suara gemuruh yang sesekali datang menandakan sebentar lagi akan turun hujan. Kami pun bergegas turun menuju jalur pendakian Sigedang. Jalur yang curam dan berbatu-batu menuntun kami untuk turun secara hati-hati. Satu jam berjalan selepas alun-alun melalui vegetasi semak, cantigi dan edelweis, sesaat kemudian hujan pun turun. Bermandikan hujan yang cukup deras ini kami terus berjalan menyusuri jalan setapak yang menjadi lebih licin. Sesekali berhenti pada tempattempat yang kami anggap penting untuk memplot koordinat. Beberapa saat memasuki kawasan sabana dan lamtoro, hujan sedikit lebih reda. Dari sini, nampak di belakang punggungan terjal menuju Puncak Sindoro yang baru saja kami lalui. Pemandangan dari sini nampak sungguh indah. Sabana terlihat mendominasi hampir semua punggungan. Kabut masih menyelimuti lereng Gunung Sindoro saat kami memasuki batas hutan dengan Perkebunan Teh Tambi. Saat itu waktu telah menunjukkan pukul setengah tiga sore. Berjalan di jalan setapak perkebunan yang baru saja di guyur hujan menjadi lebih licin dari biasanya. Panorama sepanjang perjalanan turun ini sung-
> HUTAN GUNUNG UNGARAN guh luar biasa. Hamparan Perkebunan Teh Tambi begitu indah berselimutkan kabut. Sekitar pukul 15.00 WIB, kami tiba di Pos II yang sebenarnya merupakan tempat penimbangan atau penampungan sementara hasil perkebunan yang baru dipetik. Nampak samar-samar di balik kabut panorama pegunungan dari kawasan Dieng Plateau. Tepat pukul 16.00 WIB, kami tiba di Pos I. Desa Sigedang masih cukup jauh dari sini. Untung saja saat itu ada dua orang pemuda desa yang sedang bermain di sana. Dengan motornya mereka mengantar kami hingga ke Desa Sigedang, Wonosobo. Karena hari semakin sore, dari Desa Sigedang, perjalanan kami lanjutkan kembali menggukan ojeg motor menuju gerbang Agrowisata Perkebunan Teh Tambi. Kemudian dengan minibus kami meneruskan perjalanan menuju Dieng. Tiba di Dieng Plateau, kami langsung menuju rumah makan Bu Yati. Di rumah makan tersebut kami janjian dengan beberapa teman sesama alumni Petualang Aku Cinta Indonesia (ACI) Detikcom 2010. Kebetulan teman-teman tersebut sedang melakukan trip di Dieng. Salah satu teman petualang ACI, Tuti, rencananya bergabung dengan kami berdua mendaki Gunung Prau. 23 April 2011 Prau, Puncak Tertinggi Dieng Plateau
C
uaca pagi itu di Dieng cukup cerah. Waktu baru saja menunjukkan pukul 10.00 WIB. Dari halaman parkir penginapan Bu Djono perjalanan Saya, Simon dan Tuti dimulai. Di kejauhan tampak Gunung Prau dengan puncaknya yang memanjang seperti bentuk perahu terbalik. Inilah gunung tertinggi dari beberapa pegunungan sisa letusan Gunung Dieng (Prau) purba di kawasan Dieng Plateau. Setelah melewati rumah penduduk, kami kemudian berjalan melalui jalan setapak di tengah ladang kentang. Perpaduan ladang, lereng Gunung Prau dan Dieng serta kabut yang senantiasa menyelimutinya merupakan panorama tersendiri. Sekitar pukul 11 siang, kami tiba di batas ladang. Saat tiba di daerah yang lebih terbuka, nampak terlihat pemandangan lereng gunung, ladang dan Dieng. Sedangkan sisi lainnya di atas kami terlihat lereng dan punggungan Puncak Gunung Prau yang memanjang. Tepat pukul 12.00 WIB, kami tiba di tugu batas Kab. Wonosobo dan Kab. Batang pada ketinggian 2.415 meter. Perjalanan kami selanjutnya benar-benar semakin menarik. Berjalan di punggungan gunung dengan hutan pinus berselimut kabut membuat suasana sangat berbeda. Indah dan penuh misteri. Mendekati puncak, tanaman jenis semak dan sedikit cantigi mulai mendominasi. Sekitar pukul 13.20 WIB, kami tiba di puncak pertama atau pun 02 2011 Mountmag 23
> MENUJU PUNCAK SLAMET
cak menara pada ketinggian 2.580 meter. Di sini terdapat beberapa bangunan dan menara repeater milik Pemda Jawa Tengah. Untuk mempersingkat waktu, perjalanan kami lanjutkan kembali melalui punggungan memanjang yang relatif landai menuju puncak tertinggi Gunung Prau. Punggungan inilah yang terlihat seperti bagian bawah dari sebuah perahu yang terbalik. Saat kabut sedikit tersingkap terlihatlah panorama Dieng Plateau serta lembah di sisi kiri dan kanan begitu indah. Pukul 14.30 WIB, kami tiba di Puncak Gunung Prau (2.612 m). Puncak ini juga menjadi puncak tertinggi dari bukit teletubis – jejeran perbukitan dengan vegetasi sabana dan bunga-bunga kecil berwarna warni di Puncak Gunung Prau. Bukit atau puncak teletubis merupakan salah satu daya tarik dari Puncak Gunung Prau. Nama teletubis sendiri diambil dari sebuah judul serial film yang setingnya berada di perbukitan yang hijau dan indah. Dari sini kami dapat melihat bagaimana bentuk kawasan Dieng Plateau itu sebenarnya. Bermalam dan menikmati panorama malam hari dari puncak tidak kalah menariknya. Kerlap kerlip lampu dari Dieng terlihat seperti kunang-kunang berjajar. 24 April 2011 Setelah semalam sempat turun hujan, pagi itu cuaca cukup cerah. Panorama pagi dari Puncak Prau benar-benar menakjubkan. Bukit teletubis terlihat indah dengan latar belakang Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing. Di sisi lain Gunung Pakuwaja, Gunung Bisma, Kawah Sikidang, komplek Candi Dieng dan beberapa lokasi wisata lainnya terlihat lepas. Di kejauhan 24 Mountmag 02 2011
juga terlihat Gunung Slamet. Selesai sarapan, sekitar pukul delapan pagi kami lanjutkan perjalanan menyusuri bukit teletubis menuju jalur pendakian Patak Banteng, Wonosobo. Berjalan dan berada di perbukitan dengan sabana dan bunga-bunga kecil beraneka warna membuat kami benarbenar seperti berada di dunia teletubis. Sekitar pukul sembilan pagi kami tiba di puncak Patak Banteng. Kemudian kami turun menuju Desa Patak Banteng melalui hutan pinus dan ladang penduduk. Di kejauhan terlihat jelas Telaga Warna dan Pengilon. Tepat adzan dzuhur kami tiba di gapura Desa Patak Banteng, di sisi jalan raya Dieng. Kemudian perjalanan kami lanjutkan menuju terminal Wonosobo. Di sana saya dan Simon berpisah dengan mba Tuti. Kami berdua meneruskan perjalanan menuju Purwokerto. Sedangkan mba Tuti kembali ke Jakarta. 25 April 2011, Menggapai Kembali Puncak Slamet
G
unung Slamet, menjadi gunung berikutnya dalam pendakian lintas lima gunung ini. Kali ini Kawasan Pemandian Air Panas Guci, menjadi titik awal pendakian saya menuju puncak Slamet. Selain bersama Simon, pendakian Gunung Slamet ini saya juga ditemani oleh Simbah dan Heri dari Mapala Jagrawecya, FE Unsoed. Waktu saat itu telah menunjukkan pukul 13.30 WIB. Dari depan gerbang Kampus Universitas Sudirman, Purwokerto, dengan menggunakan angkutan umum kami menuju Guci. Tepat pukul 18.00 WIB kami tiba di Guci. Saat itu hujan baru saja reda setelah kami menempuh waktu hampir lima jam perjalanan. Pendakian kami mulai usai makan malam di salah satu warung makan di sekitar pasar wisata Guci. Beberapa saat setelah melalui jalan makadam, kemudian kami mulai melintasi jalan setapak di antara hutan tropis Gunung Slamet. Aroma tanah lembab dan pohon-pohon yang berukuran besar serta lumut begitu menyegarkan. Dedaunan masih menyisakan tetes-tetes air sisa hujan yang telah reda. Waktu tempuh yang kami lalui dari dari titik awal pendakian hingga ke pos III rata-rata adalah satu jam. Kami tiba di pos III tepat pukul 22.45 WIB.
> TAMAN IDUP ARGOPURO
Waktu yang semakin larut membuat kami mulai membuat kami merasa lelah. Rasa kantuk benarbenar membuat perjalanan kami menuju pos IV terasa sangat lama. Selain rasa lelah yang menyerang, karena memang perjalanan dari pos III ke pos IV merupakan yang paling panjang. Akhirnya setelah mendaki hampir dua jam lamanya, sekitar pukul satu dini hari kami tiba di pos IV. Setelah memplot data, kami kembali melanjutkan perjalanan menuju pos berikutnya yang sudah tidak jauh lagi. Waktu tempuh yang tidak sampai setengah jam membuat kami cukup lelah karena beberapa kali harus merundukkan menghindari batang dan ranting pohon yang melintang. Tepat pukul 01.30 WIB kami tiba di pos V. Disinilah kami bermalam sebelum menuju puncak esok harinya. 26 April 2011 Bermalam Kembali Karena kesiangan, rencana untuk menuju puncak
hari itu kami tunda. Waktu saat itu telah menunjukkan hampir pukul delapan pagi. Antara plawangan dan punggungan puncak Guci nampak tertutup kabut tebal. Jadilah kami bermalam lagi sambil melepas lelah karena kurang tidur semalam. 27 April 2011 Menuju Puncak Slamet Setelah memenuhi kembali persediaan air, pukul setengah enam pagi kami sudah siap melanjutkan perjalanan menuju plawangan. Setengah jam perjalanan kemudian kami tiba di batas plawangan atau batas vegetasi. Di sekitar tempat ini banyak ditumbuhi tanaman jenis cantigi yang berukuran tinggi-tinggi. Nampak di depan kami punggungan jalur menuju puncak Guci berupa campuran pasir dan batuan kecil. Saat mendaki punggungan menuju puncak, di sisi lain nampak panorama lembah dan lereng gunung jalur Guci dan jalur Baturraden atau Kaliwadas. Menjelang puncak terlihat asap solfatara dari kawah 02 2011 Mountmag 25
Slamet. Dari sini juga terlihat tebing runcing puncak Baturraden. Tepat pukul delapan pagi kami tiba di puncak Guci. Asap batuan belerang dan solfatara yang terlihat jelas di gigiran kawah menandakan kalau memang gunung ini masih aktif. Dari puncak Guci kami terus melipir gigiran kawah ke kiri menuju puncak Gambuhan. Lalu turun ke segoro wedi atau lautan pasir menuju puncak Slamet. Sebelum tiba di puncak Slamet, kami sempatkan terlebih dahulu menuju puncak Tugu Surono. Tepat pukul 09.30 WIB, akhirya kami menjejakkan kaki di Puncak Slamet (3.448 m). Sayang saat itu kabut sudah mulai kembali menyelimuti kawasan puncak sehingga menghalangi pandangan kami. Namun begitu tidak mengurangi pesona dari gunung tertinggi di Jawa Tengah ini. Sesuai rencana dari puncak Slamet, kami turun melalui jalur Bambangan yang memang berada tepat di sekitar puncak. Beberapa saat setelah kami turun dan melewati plawangan, cuaca kembali cerah. Sepanjang perjalanan turun kami hanya berhenti di beberapa titik dan pos untuk ploting data. Tiba di pos V kami beristirahat sejenak untuk makan siang sebelum kembali melanjutkan perjalanan turun. Jalur Bambangan nampak lebih bersih semenjak ditutup setahun lebih untuk pendakian. Mudahmudahan ketika dibuka kembali nanti kesadaran para pendaki untuk tetap menjaga keaslian jalur tetap tinggi. Pukul 16.45 WIB, kami tiba di pos I. Kini terdapat bangunan yang difungsikan sebagai gardu pandang untuk melihat panorama sekitarnya. Karena waktu sudah sore dan beranjak malam, tanpa menunggu lama kami lanjutkan perjalanan menuju pos Bambangan. Menjelang magrib kami, tiba di gapura pendakian jalur Bambangan di Dusun Bambangan. Dengan 26 Mountmag 02 2011
menggunakan mobil carteran kami kembali menuju Kampus Unsoed, Purwokerto. Di sini pula saya dan Simon berpisah keesokan harinya. Saya melanjutkan perjalanan menuju Surabaya untuk mendaki Gunung Iyang Argopuro. Sedangkan Simon kembali ke Jakarta. 30 April 2011 Pesona Taman Raksasa Pegunungan Iyang Argopuro
P
endakian ke Argopuro kali ini sebenarnya rencana Dyah. Ia memang sudah lama ingin mendaki gunung ini. Saya menyanggupinya untuk bersama kembali mendaki gunung ini. Sesuai itinerary pendakian yang saya buat rencananya kami akan mendaki melalui Baderan dan turun ke jalur Bremi. Selain itu kami juga mengajak serta seorang teman dari Surabaya, Sido. Pagi itu suasana terminal Purbaya, Bungurasih, Surabaya sudah sangat ramai. Sesuai kesepakatan Saya, Dyah dan Sido akan bertemu di lobi terminal pagi sekitar pukul tujuh. Namun, karena hotel tempat bermalam berada di tengah kota, saya mengalami sedikit keterlambatan saat datang ke terminal. Dari Bungurasih kami lanjutkan perjalanan menggunakan bis menuju alun-alun Besuki, Situbondo dan tiba disana sekitar pukul 12.30 WIB. Di pasar sekitar alun-alun ini kami membeli tambahan logistik untuk pendakian. Karena saat itu bukan hari pasar dan waktu sudah lewat tengah hari, angkutan menuju Baderan menjadi sangat jarang. Dengan becak kami lebih dulu menuju Pasar Sapi untuk menunggu angkutan bak terbuka yang lewat. Sekitar pukul satu siang, mobil bak terbuka yang kami nantikan akhirnya datang. Begitu tiba di Pos Perhutani Baderan, kami lang-
sung di sambut bapak Subari, pensiunan Polisi Kehutanan yang telah saya hubungi sehari sebelumnya. Beliau saat itu sementara mewakili para petugas yang sedang melakukan inspeksi ke kawasan Konservasi Pegunungan Iyang Argopuro. Kami juga meminta kepada pak Subari seorang porter untuk membawa sebagian ransel. Pak Mustofa, demikian nama porter yang diberikan pak Subari. Pendakian kami mulai sekitar pukul empat sore setelah hujan yang turun saat kami tiba di Baderan sudah reda. Trek awal melalui jalan makadam yang biasanya membosankan sedikit terobati dengan panorama lembah dan sungai di sisi kanan jalur. Sesekali kami beristirahat di tiga pos yang kami lalui sambil menikmati lembah-lembah lereng Iyang Argopuro. Suara sekelompok babi hutan memecahkan kesunyian malam saat kami menuju pos air mata satu. Inilah sambutan awal penghuni hutan yang mengejutkan kami. Beberapa saat kami terdiam sambil menunggu apa yang akan terjadi. Kemudian kami berjalan secara perlahan sambil menghalau serombongan babi yang berada di sisi kiri dan kanan. Sekitar pukul 21.30 WIB kami tiba di pos mata air satu. Disinilah kami kemudian bermalam. 1 Mei 2011 Menuju Sabana Cikasur Waktu belum menunjukkan pukul tujuh pagi. Cuaca yang cukup cerah saat itu menambah keindahan panorama lembah dengan beberapa air terjunnya. Itulah suasana yang kami rasakan di pos mata air satu begitu bangun dari tidur. Sambutan pagi yang sempurna pengantar perjalanan kami menuju sabana Cikasur. Setelah melalui hutan asri kemudian memasuki vegetasi cemara, sekitar pukul 09.30 WIB, kami tiba di pos Cemara Panjang atau mata air dua.
Di sini kami beristirahat di antara hutan cemara sebelum melanjutkan pendakian. Kemudian kami kembali melanjutkan pendakian melalui jalan setapak di antara hutan tropis dan pohon cemara. Menjelang pukul sebelas siang, kami sudah memasuki sabana alun-alun kecil. Lalu setelah melalui hutan cemara, beberapa saat kemudian kami memasuki sabana alun-alun besar. Kabut yang turun saat itu justru menambah keindahan sabana ini. Kami melanjutkan perjalanan sambil menikmati keindahannya. Melewati hutan cemara dan padang sabana. Pukul 13.30 WIB kami tiba di sungai Qalbu – sumber air di sabana Cikasur. Sungai ini nampak indah berkelok-kelok di tengah sabana. Kejernihan airnya serta hijaunya tanaman salada air di dalamnya memang membuat hati siapapun yang melihatnya merasa damai. Melihat sungai, pandangan mata Dyah nampak berbinar menunjukkan kekagumannya. Tanpa melepas sepatunya ia turun ke sungai untuk meminum airnya sekaligus memetik daun selada untuk kami masak. “Ale... airnya sungainya bening banget”, katanya sambil turun ke sungai. Di sabana Cikasur ini kami kemudian bermalam. Hujan kemudian turun begitu kami selesai mendirikan tenda. Keteangan suasana Cikasur benarbenar membuat tidur kami begitu lelap. 2 Mei 2011 Bermalam di Sabana Lonceng Suara ayam hutan dan burung merak membangunkan tidur kami. Matahari pun nampaknya baru saja beranjak dari tidurnya. Setelah sarapan, sejenak kami menikmati pesona dan keelokan Cikasur. Usai packing, tepat pukul tujuh pagi kami kembali melanjutkan pendakian menuju camp selanjutnya, 02 2011 Mountmag 27
sabana Lonceng – padang sabana yang terletak diantara Puncak Argopuro, Puncak Arca dan Puncak Rengganis. Kami benar-benar dimanjakan dengan pesona pegunungan ini. Melintasi hutan, padang sabana dan bunga-bunga berwarna ungu menyejukkan indra penglihatan kami. Setelah hampir tiga jam berjalan, di kejauhan terdengar suara air sungai Cisentor mengalir. Beberapa saat kemudian tibalah kami di pos Cisentor. Langit saat itu mulai gelap pertanda akan turun hujan. Pukul sebelas siang saat kami melanjutkan perjalanan hujan turun. Sepanjang jalan saya lihat pegunungan ini sangat berbeda dari pendakian saya sebelumnya. Sejak mulai mendaki Argopuro nampak lebih hijau dan lebih tertata. Terlebih ketika kami mulai melewati ladang Edelweis yang begitu rimbun dan hijau, benar-benar layaknya memasuki sebuah taman raksasa. Hampir pukul satu siang saat kami tiba di sabana Rawa Embik. Hujan masih belum juga berhenti. Di sini kami menambah perbekalan air kami dari sungai. Kemudian kembali melanjutkan pendakian menuju sabana Lonceng. Hujan reda begitu kami tiba di sabana Lonceng pada pukul 14.30 WIB. Nampak di hadapan kami punggungan menuju puncak Argopuro dan puncak Arca berselimutkan kabut. Segera kami mendirikan tenda sebelum hujan kembali turun. 3 Mei 2011 Menggapai Puncak Argopuro, Arca dan Rengganis Usai sarapan, pukul setengah 7 pagi dengan membawa bekal dan air secukupnya kami langsung mendaki menuju puncak Argopuro. Tidak sampai setengah jam kami sudah tiba di puncak Argopuro (3.088 m). Kemudian turun menuju puncak Arca melewati batu-batuan andesit. Saat turun terlihat dengan jelas di kejauhan Danau Taman Idup, Gunung Semeru dan beberapa pegunungan lainnya. Beberapa saat kemudian kami tiba di puncak Arca (3.077 m). Di sini terdapat sebuah arca yang sudah tidak utuh lagi.
28 Mountmag 02 2011
Dari puncak Arca kemudian kami turun kembali menuju sabana Lonceng untuk kemudian mendaki ke puncak Rengganis (3.072 m). Tidak sampai 20 menit kami sudah tiba di puncak. Puncak yang disebut juga Gunung Welirang ini dipercaya tempat singgasananya Dewi Rengganis. Sisa-sisa reruntuhannya dapat terlihat hingga sekarang. Batuan di puncak Rengganis berbeda dengan puncak Argopuro dan Arca. Di Rengganis masih tercium bau belerang. Batuannya berwarna putih kekuning-kuningan. Menurut Dyah, puncak Rengganis merupakan satu contoh singkapan batuan yang masih asli. Cuaca yang saat itu masih sangat cerah membuat kami dapat melihat lepas ke segala penjuru. Gunung Raung nampak jelas terlihat di kejauhan. Sebelum pukul 9 kami kembali turun ke sabana Lonceng untuk packing dan melanjutkan perjalanan menuju Danau Taman Idup. Saat menuju Danau Taman Idup, Kami tidak kembali ke Cisentor, melain melalui jalur lain. Kami turun melalui jalur di bawah puncak Arca langsung menuju pos Cemara Lima. Jadi kami tidak melewati Taman Kering, dan Aeng Kenek. Melalui jalur ini kami dapat mempersingkat waktu sekitar 4-5 jam. Tanpa banyak beristirahat kami teruskan perjalanan. Setelah melewati hutan lumut, sekitar jam 15.15 WIB, kami tiba di Danau Taman Idup. Di sinilah kami mendirikan tenda. 4 Mei 2011 Danau Taman Idup, Akhir Perjalanan Panjang Cuaca pagi itu di cuaca begitu cerah. Langit di atas Danau Taman Idup begitu biru. Nampak di kejauhan puncak Argopuro, puncak Rengganis, dan puncak Arca. Inilah akhir perjalanan panjang saya mendaki melintasi 5 gunung. Danau Taman Idup menjadi camp penutup pendakian. Setelah sesaat menikmati keindahan dan kesunyian danau, pukul 08.00 WIB, kami lanjutkan perjalanan turun ke Desa Bremi. Tepat pukul 11.00 WIB, kami sudah tiba di Desa Bremi. ∆
steve hicks/flickr.com
expedition STORY
Merah Putih di Atap Dunia Sejumlah tim pendaki gunung Indonesia berangkat menuju puncak-puncak tinggi di berbagai negara. Dan setelah sekian tahun berlalu, akhirnya Merah Putih antara lain kembali berkibar di puncak Everest, sang atap dunia.
P
restasi terbesar diraih ketika tim pendaki Indonesia Seven Summits Expedition Mahitala Unpar (ISSEMU) berhasil mencapai Puncak Gunung Everest setinggi 8.848 meter di atas permukaan laut (mdpl), tepat pada Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) ke-103, Jumat (20/5). Tim ISSEMU, Sofyan Arief Fasa, Janathan Ginting, Frans dan Broery Andrew yang dipandu Hiroyuki Kuraoka dari Jepang berhasil mengibarkan bendera Merah Putih di puncak tertinggu di dunia itu tepat di hari bersejarah bagi bangsa Indonesia. Anggota tim yang mencapai puncak dalam tiga gelombang, Broery Andrew menjadi anggota tim pertama yang mencapai puncak Everest, yakni pukul 05.22 waktu
setempat. Disusul Janathan Ginting pukul 06.11 waktu setempat, dan kemudian Sofyan Arief Fasa dan Frans DOK.ISSEMU pada pukul 09.45 waktu setempat atau pukul 11.00 WIB. Pendakian ke puncak Everest yang dilakukan oleh Tim ISSEMU lebih lambat dua hari dari target semula, yakni pada
18 Mei 2011. Namun demikian, kesuksesan tim pendaki asal Bandung itu bermakna karena berhasil menuntaskan pendakian keenamnya dari rencana tujuh puncak tertinggi dunia itu berhasil dilakukan pada hari bersejarah, Hari Kebangkitan Nasional. Pendakian ke puncak tertinggi di gugusan pegunungan Himalaya itu dipandu juga oleh dua pemandu penduduk setempat (sherpa) Pemba Nuru dan Gelgen Dorji asal Nepal. Pendakian yang didukung PT MKAPR dan dilakukan sejak awal Mei tersebut berlangsung cukup lancar, meski tim dihadapkan dengan kendala cuaca yang cepat berubah di jalur pendakian. Berbeda dengan pendakian di Aconcagua, pendakian di Everest 02 2011 Mountmag 29
Puncak McKinley Keberhasilan juga diraih tim pendaki lain. Tim Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia (Seven Summits) menuntaskan misi pendakian kelima yaitu ke Puncak Denali/McKinley (6.194 mdpl) dan berhasil mengibarkan Sang Merah Putih di puncak tertinggi di Alaska, Amerika Serikat itu. Berdasarkan data di Sekretariat Seven Summits di Jakarta, para pendaki itu sukses mencapai puncak dan menancapkan Sang Merah Putih, Minggu (15/5) tepat pukul 21.15 waktu setempat atau Senin (16/5) pukul 12.15 WIB. Hanya empat dari lima pendaki inti saja yang sukses mencapai puncak tertinggi di Alaska itu yaitu Fajri Al Lutfi, Iwan Irawan, Martin Rimbawan dan Nurhuda. Satu pendaki inti lainnya yaitu Ardhesir Yaftebbi bersama se30 Mountmag 02 2011
orang pemandu turun ke Camp mendampingi Wartawan Metro TV Popo Nurakhman yang mengalami kesulitan di ketinggian 5.900 mdpl. Upaya pendakian kelima dari tujuh pendakian yang direncanakan dimulai sejak Selasa (2/5). Akibat cuaca buruk seluruh pendaki bersama dengan pemandu sempat tertahan di Camp 3 (ketinggian 4.328 mdpl) hingga Kamis (12/5). Setelah cuaca membaik seluruh pendaki melanjutkan pendakian dan mendirikan High Camp di ketinggian 5.242 mdpl. Selanjutnya, Minggu (15/5) waktu setempat pendaki bergerak ke Puncak Denali dan berhasil mencapai puncak setelah selama 15 hari melakukan pendakian. Dalam laporan yang diterima Sekretariat Seven Summits di Jakarta, cuaca Puncak Denali saat pendaki sampai puncak dalam keadaan berawan, bahkan dalam anginpun tidak begitu kencang hanya sekitar 10 mph. Meski dalam kondisi aman seluruh pendaki tidak bisa bertahan lama karena harus secepatnya turun. Saat ini seluruh pendaki telah tiba dengan selamat di High Camp, Minggu (15/5) pukul 04.15 waktu setempat. Selanjutnya seluruh pendaki akan turun dan diperkirakan tiba di Talkeetna, Kamis (19/5). Dengan sukses mencapai Puncak Denali/McKinley berarti tinggal dua pendakian lagi yang harus dituntaskan yaitu ke Puncak Vinson Massif (4.897 mdpl) di Antartika) dan Puncak Sagarmatha/ Everest (8.850 mdpl) di
issemu
lebih mulus di mana seluruh anggota tim mencapai puncak dalam satu kali pendakian. Puncak Everest merupakan puncak keenam yang berhasil diraih tim ISSEMU. Sedangkan satu puncak lainnya, yakni Denali (6.194) di Alaska rencananya didaki pada awal Juli mendatang. Sebelumnya, tim pendaki ISSEMU berhasil mencapai lima puncak lainya, yakni Carstensz Pyramid (4.884 mdpl) pada 26 Februari 2009 di Indonesia (Australasia), Kilimanjaro (5.895 mdpl) via Machame pada 10 Agustus 2010 di Kenya (Afrika). Puncak Elbrus (5.642 mdpl) di Rusia (Eropa) pada 24 Agustus 2010, Vinson Massive (4.897 mdpl) di Antartika pada 13 Desember 2010 dan Aconcagua (6.962 mdpl) di Argentina (Amerika Selatan) pada 9 dan 29 Januari 2011.
Nepal/China. Sebelumnya Tim Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia telah mampu mencapai Puncak Ndugu-Ndugu/ Carstensz Pyramid (4.884 mdpl), Puncak Kilimanjaro (5.892 mdpl) di Tanzania, Puncak Elburs (5.642 mdpl) di Rusia dan Puncak Aconcagua (6.962 mdpl) di Argentina. Puncak Elbrus Tim Airlangga-Semen Gresik Elbrus Expedition (ASGEE) juga melansir kabar jika mereka sudah menggapai puncak tertinggi di Eropa, yakni Gunung Elbrus, Rusia. Ketiga pendaki dari Wanala Universitas Airlangga (Unair) akhirnya menancapkan bendera merah putih, serta melangsungkan upacara di Hari Kebangkitan Nasional di puncak tertinggi benua Eropa itu. Pada Sabtu (21/5/2011) malam, tim ekspedisi harus bekerja keras untuk menaklukkan puncak dengan ketinggian 5642 mdpl itu. Tiga mahasiswa Unair yang berangkat ke Rusia adalah Evandra (23), Yasak (22), dan Miftahul Agusta (21). Rencana pendakian puncak Elbrus ini merupakan target ketiga dari tujuh target Wanala hingga tahun 2022.∆
tips &TRIK
TEKS DAN FOTO oleh HENDRI AGUSTIN
disiplin menggunakan air
D
isiplin terhadap penggunaan air harus dipatuhi oleh seluruh anggota kelompok, terlebih dalam perjalanan dan di gunung-gunung yang tidak banyak memiliki sumber air. Berikut tips dalam penggunaan air: •Minumlah air secukupnya sebelum setiap etape perjalanan •Minumlah air yang dimasak atau air yang sudah disaring jika mendapatkannya di lokasi yang tergenang dan tidak mengalir •Minumlah air secara periodik, hendaknya minum air dilakukan sebelum, sedang, dan setelah berjalan. •Minumlah air dalam jumlah yang sedikit, jangan minum dalam tegukan besar yang berkepanjangan karena bisa membuat anda muntah •Minumlah air walaupun tidak dalam keadaan haus •Minumlah secara perlahan untuk menghindari kram dan mual •Hindarilah menumpahkan air secara percuma saat minum •Isi ulang wadah air setiap ada kesempatan melakukannya. Tubuh manusia tidak beroperasi secara efisien tanpa asupan cairan yang cukup. Dalam berkegiatan berat, jumlah air dan elektrolit akan hilang berlebihan melalui keringat. Air juga hilang melalui fungsi tubuh normal seperti pernafasan dan buang air kecil. ytttIni dapat menciptakan ketidak seimbangan cairan dalam tubuh. Akibatnya, dehidrasi bisa terjadi kecuali bila hal ini segera diganti dan anda melakukan istirahat sebelum melanjutkan kegiatan lagi. Cairan yang buruk dan kurangnya asupan garam selama cuaca panas juga dapat menyebabkan cedera 02 2011 Mountmag 31
pada perut. Bahaya dehidrasi juga merupakan hal yang lazim di daerah dingin dan di daerah panas dan kering. Perbedaannya adalah bahwa dalam cuaca panas anda sadar bahwa tubuh kehilangan cairan dan garam melalui keringat. Dalam cuaca dingin, saat tubuh terbungkus dalam banyak lapisan pakaian, sulit untuk mengetahui bahwa kondisi dehidrasi itu ada, karena keringat diserap oleh pakaian tebal atau menguap oleh udara. Hal ini jarang terlihat pada kulit. Sedangkan garam dalam makanan merupakan kompensasi untuk kebutuhan garam harian, namun tambahan asupan garam haruslah di bawah pengawasan dokter. ∆
Manfaat lain dari kantong plastik sampah
K
antong sampah plastik terlihat sepele namun memiliki banyak sekali kegunaan terlebih di saat cuaca hujan dan selain itu bobotnyapun sangat teramat ringan. Ada baiknya anda membawa beberapa kantong sampah sebagai persediaan ekstra. Lalu untuk apa saja kantong sampah itu bisa digunakan selain untuk membungkus sampah? Berikut beberapa tips penggunaannya: •Sebagai tambahan pelindung untuk kantong sleeping bag •Sebagai pelindung tambahan bagian dalam ransel •Sebagai rain cover untuk ransel •Sebagai kantong pelindung ransel saat dalam perjalanan di dalam bagasi bus yang umumnya sering basah oleh hujan. •Sebagai alas lantai vestibule tenda dan bisa mencegah lumpur dan air dari area tersebut sehingga bisa digunakan untuk ruang penyimpanan peralatan yang bersih. •Sebagai jas hujan darurat tambahan jika hujan sangat lebat dengan cara membuat tiga lubang untuk kepala dan kedua tangan. •Sebagai media penyimpanan peralatan dan pakaian yang basah agar tidak membuat peralatan atau pakaian lainnya yang kering. •Sebagai media pembawa air darurat dari sumber air.∆
tips Merawat tenda Hanya sedikit perawatan yang dibutuhkan oleh tenda anda. Tenda yang berkualitas baik harusnya mampu memberikan masa kerja yang cukup panjang. Berikut cara merawatnya agar bisa lebih bertahan lama. Perawatan tenda di lapangan : •Ketika akan mendirikan tenda, carilah lokasi yang mempunyai permukaan cukup datar dan bersih dari vegetasi, bersihkan dari ranting-ranting, batu-batu dan hal-hal yang menonjol yang bisa menusuk atau membuat lubang di lantai tenda. •Jika tenda lantai tenda tidak terbuat dari terpal, selalu gunakan footprint (alas tenda tambahan). Merekmerek tenda terkenal dewasa ini selalu menyertakan footprint untuk setiap produk tenda mereka, namun jika tidak maka bisa anda akali dengan membuat dari bahan waterproof seukuran lantai tenda atau bisa juga anda gunakan ponco. Footprint ini akan melindungi tenda dari abrasi, dan saat anda akan melipat tenda anda kembali, permukaan lantai bagian bawah tenda anda akan bersih dan memudahkan meli32 Mountmag 02 2011
patnya. Jika tenda anda lantainya terbuat dari terpal maka footprint tidak anda butuhkan, hanya selalu bersihkan kotoran yang menempel di dasarnya sebelum melipatnya kembali. Terkadang footprint mengakibatkan terkumpulnya air hujan antara lantai tenda dan footprint, berikut cara menghindarinya: - Gunakan footprint yang disesuaikan dengan dimensi lantai tenda. Jika menggunakan bahan yang tidak seukuran dengan lantai tenda sebagai footprint, maka akan ada kelebihan bahan. Selipkan kelebihan dari bahan tersebut di bawah tenda. Setiap bahan yang berlebih keluar dari lantai tenda akan berpotensi menangkap air saat hujan dan mengalirkannya di antara lantai tenda dan footprint. -Dirikan tenda anda dengan kencang dan gunakan tali tambat (guylines) untuk menjaga agar rainfly (flysheet) tegang dan jauh dari dasar dinding tenda yang bersentuhan dengan footprint. Jika flysheet melorot akan dapat membuka celah aliran air menyentuh dasar dinding tersebut dan mengalirkan air di antara lantai tenda dan footprint. Kondensasi dapat terjadi antara lantai tenda dan footprint ini akan dengan mudah memberikan penampilan adanya kebocoran atau pergerakan air. Hal ini terjadi ketika tanah dalam keadaan dingin dan begitu juga dengan footprintnya. Lantai tenda yang sedikit lebih hangat akan memungkinkan terjadinya sedikit iklim mikro dari perbedaan suhu yang terjadi diantara dua lapisan tersebut. Kelembaban yang tertahan oleh udara yang sedikit hangat di sekitar lantai tenda bisa menyebabkan terjadinya kondensasi pada footprint. Hal yang sama juga terjadi dengan matrass dan lantai tenda yang dingin. Anda sering akan mendapatkan kondensasi di bawah matras yang muncul seolah-olah lantai tenda yang bocor, padahal tidak (kemungkinan besar). Hal ini lebih dimungkinkan karena kondensasi yang terjadi antara dua lapisan (matras yang hangat dan lantai tenda yang dingin) yang menyebabkan kelembaban tersebut. •Jangan menyimpan peralatan yang kotor seperti sepatu yang penuh lumpur di dalam tenda, kompor dan peralatan masak. Tempatkan semuanya di ruang vestibule. •Jika tenda anda model yang freestanding, angkat dan balikkan pintunya ke arah bawah agar sampah dan kotoran serta benda-benda kecil yang tajam bisa terbuang sebelum kembali mengepack nya kembali. •Saat pembongkaran tenda, untuk frame tenda lipatlah dari tengah, bukan dari ujungnya. Hal ini meredakan ketegangan yang terjadi pada seluruh cord elastis frame saat dipacking. •Bagaimana jika frame tenda patah? Hampir semua produsen tenda menyertakan repair kit dalam produknya tendanya. Salah satu item dari repair kit tersebut adalah pipa dengan diameter lebih besar sedikit dari ukuran frame tenda dan panjang kurang lebih 15cm. Pipa kecil ini berguna sebagai penyangga frame yang patah. Jangan pernah anda tinggalkan di rumah item kecil ini. Tidak ada salahnya juga anda tambahkan, di dalam repair kit tenda, lakban secukupnya yang bisa dipakai untuk memperkuat sambungan tenda yang patah. Namun satu hal penting dalam perawatan tenda adalah jangan pernah membiarkan tenda terlipat dalam kantongnya dalam keadaan basah. Ini bisa membuat tenda berjamur dan akan menghancurkan lapisan tahan airnya. Saat menyimpan tenda di rumah keluarkan dari kantongnya dan pisahkan antara frame dan pasak nya juga lipat dan pisahkan tenda dan flysheet nya. Tempatkan dalam ruangan suhu kamar, hindari menyimpan tenda dalam ruangan yang panas. ∆ 02 2011 Mountmag 33
Ransel untuk perempuan
D
ewasa ini perkembangan peralatan pendakian gunung sudah sedemikian maju, dan sejalan dengan itu kegiatan yang tadinya didominasi oleh laki-laki juga banyak diminati perempuan. Untuk mengakomodasi hal tersebut produsen peralatan pendakian sudah memproduksi beberapa peralatan pendakian yang ditujukan untuk wanita. Salah satunya adalah ransel yang dirancang untuk mengakomodasi perbedaan fisiologis perempuan dengan laki-laki seperti torso pendek dan bahu sempit. Shoulder Straps (harness bahu)
Banyak wanita membutuhkan shoulder straps yang terletak lebih dekat satu sama lain dan ini berbeda dengan ransel yang ditujukan untuk pria. Shoulder straps yang jauh terpisah cenderung sering meleset di bahu perempuan. Mengencangkan sternum strap dapat sedikit membantu, tapi hal itu akan membuat menjadi tidak nyaman jika terlalu ketat menariknya. Padding pada harness bahu yang standar biasanya terlalu lebar, lurus, dan panjang bagi postur wanita. Hal ini dapat menyebabkan radang di ketiak dan membatasi dada. Ada beberapa produsen memproduksi ransel yang memiliki harness bahu yang bisa diganti. Pilih yang lebih sempit, strapsnya yang pendek dengan sudut yoke miring. Ini dirancang untuk sesuai dan nyaman bagi tubuh bagian atas wanita. Hipbelts (sabuk pinggang) Hipbelts yang standar tidak selalu cocok dengan 34 Mountmag 02 2011
bentuk pinggul wanita. Hal ini dapat menyebabkan tepi bagian bawahnya menjorok kedalam sementara bagian atas sabuk pada posisi yang tidak pas serta canggung atau tidak sama sekali terposisikan secara nyaman di pinggul. Melonggarkan hipbelt untuk membuatnya lebih nyaman hanya akan mentransfer bobot ransel ke bahu. Untuk membawa beban agar lebih nyaman, hipbelt harusnya pas posisinya di tulang pinggul anda dan lengkungannya haruslah bisa menghilangkan bagian-bagian yang terdorong masuk. Model dengan hipbelts yang bisa diganti-ganti lebih memungkinkan anda untuk bisa menemukan ukuran yang benar-benar cocok bagi anda. Panjang Torso Memilih ransel dengan panjang yang sesuai dengan torso adalah hal yang sangat penting. Jika ransel terlalu panjang atau terlalu pendek, maka hipbelt akan berada di tempat yang salah dan shoulder straps akan terbebani oleh bobot beban yang lebih. Ransel yang memiliki panjang tidak benar juga akan bisa membuat ada gap dan tonjolan pada punggung dan pinggang, ini akan menambah ketidaknyamanan. Di Indonesia juga sudah banyak beredar ransel-ransel yang memang ditujukan untuk wanita, ranselransel ini gampang mengenalinya karena beberapa merek mencatumkan kode tambahan pada kode serinkapasitasnya seperti SL, LD atau L.
Meminimumkan dampak terhadap alam
A
lam bebas adalah tempat yang khusus. Oleh karena itu perlu sikap bijaksana dan bertanggung jawab dari pengunjungnya agar kualitaskualitas yang membuat alam bebas tersebut begitu menarik tetap lestari. Gangguan manusia serta kecerobohannya dapat mengubah pemandangan alam yang indah. Salah satu keterampilan berharga yang dapat anda pelajari adalah kemampuan bersikap bijak ketika menjelajahi pegunungan. Beberapa keterampilan tersebut disarikan oleh prinsip Leave No Trace dan anda bisa praktikkan, yaitu: •Bungkus dan bawa keluar apa yang dibawa masuk. Ini bukanlah ungkapan yang klise karena ini adalah dasar pertama saat melakukan perjalanan pendakian ke gunung-gunung. Jangan tinggalkan sampah. Bawa turun kembali semua sampah anda. •Berperilakulah seperti seorang tamu di rumah seorang teman. Jangan memotong ranting dan dahan pohon tanpa alasan, mereka juga mahluk hidup. Jangan membuat keributan, jangan menginjakinjak bunga-bunga liar di sepanjang jalan setapak. Usahakan sesedikit mungkin melakukanlah kegiatan tanpa harus mengganggu lingkungan. •Tetaplah di jalur pendakian yang ditetapkan. Ketika berjalan di jalur pendakian pilihlah untuk berjalan di atas batu atau tanah yang keras daripada menginjak tumbuhan yang tumbuh dipinggir jalan setapak. Jangan memotong kompas alias memotong
jalur setapak yang sudah ada. •Hindari mendaki pada jalur berlumpur. Jika Anda mendapatkan jalur trek yang berlumpur usahakan untuk berjalan melewatinya, bukan mengitarinya dan menginjak tumbuhan yang ada di sekitarnya. •Dirikanlah tenda sebisa mungkin di lokasi yang sudah ditentukan untuk itu. •Buanglah kotoran manusia sejauh mungkin (minimal 200 meter) dari sumber air dan jalan. Gali lobang agar tidak mencemari lingkungan •Gunakanlah kompor portable bukan api unggun untuk memasak makanan anda •Jaga dan jauhkan makanan anda dari satwa liar, dan jangan pernah memberi makan pada hewanhewan liar secara sengaja. Ini akan mengubah kebiasaan alami mereka dalam mencari makan. •Bertanggung jawab atas segala tindakan anda. Pikirkan hal yang terbaik untuk keseluruhan area yang anda datangi, dan teman-teman yang akan mengikuti anda. •Luangkan waktu untuk melakukan segalanya dengan benar. Mempraktikkan teknik untuk meminimumkan dampak kehadiran di alam bebas memang akan perlu sedikit waktu ekstra dan usaha. Teruslah mengingatkan diri bahwa hasil dari usaha yang anda lakukan tersebut di atas akan menjadikan pengalaman alam bebas menyenangkan bagi setiap orang. Biasakanlah diri anda untuk Leave No Trace. ∆ 02 2011 Mountmag 35
galeri FOTO
K
eindahan alam mengundang orang untuk tertarik mengabadikannya. Begitu juga dengan para pendaki. Melalui kamera, mereka mencoba merekam keindahan ciptaan-Nya.
plenthouse chunks
nira mawardi
frenky hss ahmad riza
36 Mountmag 02 2011
hujan bulan juni
Nantikan edisi Mountmag berikutnya !
“Gunung bukan sekedar onggokan kerucut besar kumpulan tanah berpasir. Laut bukan sekumpulan air dalam wadah raksasa. Hutan bukan sekedar sekumpulan tumbuhan dalam pot besar. Sungai bukan sekedar mengalirnya air untuk riasan bumi. Lebih dari itu karena sesungguhnya pada diri mereka ada diri kita” (Harley B. Sastha)