Hadi Susilo Arifin's Blog | GREEN CONCEPT AND PRACTICES IN IPB - Bogor Agricult Copyright Hadi Susilo Arifin
[email protected] http://hsarifin.staff.ipb.ac.id/2016/11/08/green-concept-and-practices-in-ipb-bogor-agricultural-unive rsity/
GREEN CONCEPT AND PRACTICES IN IPB - Bogor Agricultural University KONSEP HIJAU DI KAMPUS IPB DARMAGA
Dalam Rangka Merespon “HOT ISSUE – IPB GREEN TRANSPORTATION”
Oleh: Hadi Susilo Arifin
Ketua Komisi B – Dewan Guru Besar IPB & Anggota Komisi A – Senat Akademik IPB
PENDAHULUAN
Gerakan Hijau “green movement”, adalah kegiatan pembudayaan penerapan prinsip-prinsip hijau/ekologis/keberlanjutan mulai dari proses perencanaan, perancangan, pelaksanaan dan pengoperasian hingga manajemen suatu obyek (bisa mulai dari bangunan, fasilitas, infrastruktur, moda transportasi, wilayah kapus, wilayah desa, wilayah kota dan lain sebagainya) serta lingkungannya. Pada gilirannya, gerakan “green” dengan mengusung konsep “green” ini akan mewujudkan “green building”, “green facilities”, “green infrastructure”, “green transportasi”, “green campus”, “green village”, “green city” dan lain sebagainya.
Penerapan konsep green dalam wujud obyek atau wilayah memerlukan designation dari suatu lembaga independen. Misalnya untuk “green building”, di Indonesia ada Lembaga Konsil Bangunan Hijau Indonesia atau “Green Building Council Indonesia” yang didirikan pada tahun 2009 dan diselenggarakan oleh sinergi di antara para pemangku kepentingannya, meliputi: Profesional bidang jasa konstruksi; Kalangan Industri Sektor Bangunan dan Properti; Pemerintah; Institusi Pendidikan & Penelitian; dan Asosiasi profesi dan masyarakat perduli lingkungan. Green Building Council Indonesia adalah anggota dari World Green Building Council (WGBC) yang berpusat di Toronto, Kanada. WGBC saat ini sudah mempunyai 64 negara anggota, dan hanya mengakui satu GBC di setiap negara. Green Building Council Indonesia
page 1 / 8
Hadi Susilo Arifin's Blog | GREEN CONCEPT AND PRACTICES IN IPB - Bogor Agricultu Copyright Hadi Susilo Arifin
[email protected] http://hsarifin.staff.ipb.ac.id/2016/11/08/green-concept-and-practices-in-ipb-bogor-agricultural-univer sity/
melakukan kegiatan pendidikan masyarakat secara luas serta menyelenggarakan Sertifikasi Bangunan Hijau di Indonesia berdasarkan perangkat penilaian khas Indonesia yang diberi nama GREENSHIP.
Dalam penerapan konsep green city misalnya, kelembagaannya ada di bawah Kementrian Pekerjaan Umum melalui Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH). Program ini memang datang dari atas, secara Top-Down ditawarkan P2KH kepada kota dan kabupaten. Meskipun demikian, usulannya memang datang dari tingkat Kota/Kabupaten ke Kementrian terkait. Gerakan kota hijau juga merupakan respon terhadap perubahan iklim global. Dan dalam agenda nasional juga bagaimana menerapkan peraturan yang tertuang pada Undang-Undang No 27 tahun 2006 tentang penataan ruang (mulai nasional, wilayah, kota/kabupaten) tentang kewajiban penyediaan minimal 30% ruang terbuka hijau (RTH) pada suatu wilayah. Meskipun kita tahu konsep hijau di mana pun tidak semata diindaikasikan oleh ketersediaan RTH saja. Begitu juga dalam konsep “green campus”. Hal ini akan terwujud dengan sempurna bilamana elemen-elemen pendukungnya juga melakukan gerakan-gerakan dengan “green concept”nya, mulai dari green building, green infrastructure, green transportation, dan lain sebagainya.
KONSEP HIJAU
Konsep hijau sendiri memberi perhatian penuh pada konsep penghematan, yaitu penghematan lahan, penghematan bahan, dan penghematan energi (saving land, saving material, and saving energy). Hal ini tentu didasarkan pada konsep ekosistem. Artinya, pembangunan apa pun sebaiknya mengacu pada kondisi ekosistemnya baik dari kondisi biologisnya (biotik – tumbuhan, tanaman, hewan, satwa liar, manusia termasuk semua mahluk hidup yang ada di dalamnya), maupun kondisi fisiknya (abiotic) seperti tanah, air dan udara.
Pada tataran wilayah maka muncullah istilah eco-campus, eco-village, eco-city, dan lain-lain. Ketika respon suatu ekosistem memiliki kelentingan (resilient) pada perubahan lingkungan maka wilayah tersebut bisa memiliki jaminan keberlanjutan, baik keberlanjutan ekologis (lingkungan bio-fisik), keberlanjutan ekonomis, maupun keberlanjutan kultural (sosial budaya). Pada tingkat ini akan muncul sustainable campus, sustainable city dan lain sebagainya.
page 2 / 8
Hadi Susilo Arifin's Blog | GREEN CONCEPT AND PRACTICES IN IPB - Bogor Agricultu Copyright Hadi Susilo Arifin
[email protected] http://hsarifin.staff.ipb.ac.id/2016/11/08/green-concept-and-practices-in-ipb-bogor-agricultural-univer sity/
UNEP DAN ISO14001 TINGKAT KOTA
Dalam mengimplemantasi green concept, konsep ekologis, maupun konsep keberlanjutan maka ada baiknya kita melihat dari United Nation for Environmental Program (UNEP) yang telah mengeluarkan ISO14001 pada tingkat kota. Dalam hal penerapan di kampus, kita juga bisa menganalogikan pada variable ini. Beberapa tindakan indikator untuk menuju ke implementasi green, ekologis, dan keberlanjutan maka hendaknya meliputi, kegiatan sebagai berikut:
1. Promotion of Eco-office (7 gerakan): penghematan energi; penghematan air; pengurangan limbah padat; pendaur-ulangan bahan; Green procurement; konservasi air-udara bersih; pengendalian bahan kimia 2. Promotion of Eco-Project (6 gerakan): penggunaan-penggunaan bahan ramah lingkungan; peralatan yang ramah lingkungan; hasil daur ulang; rekayasa hijau pada pekerjaan ke-PU-an; pengembangan teknologi hijau; promosi penghijauan. 3. Green City Planning (5 gerakan): menyusun panduan hijau bagi ke PU-an; bagi perumahan; meningkatkan penggunaan transportasi umum; membangun kapasitas; mengajukan sitem manajemen lingkungan bagi kota keseluruhan.
TINDAKAN MENUJU KEBERLANJUTAN
Implementasi konsep hijau maupun konsep ekologis, semuanya akan bermuara pada konsep yang berkelanjutan. Oleh karena itu apakah pada level desa, kota, wilayah atau pun sekecil area kampus, proses dan upaya ini bertujuan untuk mewujudkan suatu lingkungan yang berkelanjutan. Terdapat 3 hal yang diperhatikan dalam keberlanjutan, yaitu keberlanjutan lingkungan (ekologis, bio-fisik), keberlanjutan ekonimis, dan keberlanjutan sosio-kultural (Gambar xx).
Gambar xx tiga aspek yang saling berhubungan dan memiliki overlapping satu sama lain dalam keberlanjutan lingkungan
Tiga hal hang menyangkut keberlajutan adalah sebagai berikut:
page 3 / 8
Hadi Susilo Arifin's Blog | GREEN CONCEPT AND PRACTICES IN IPB - Bogor Agricult Copyright Hadi Susilo Arifin
[email protected] http://hsarifin.staff.ipb.ac.id/2016/11/08/green-concept-and-practices-in-ipb-bogor-agricultural-unive rsity/
1. Komponen desain ekologis pada lingkungan: manajemen sumberdaya air; lanskap kota; manajemen limbah; transportasi; teknologi yang berkelanjutan 2. Komponen ekonomi: strategi kekuatan ekonomi dari pembangunan yang berkelanjutan – perubahan Tata Guna Lahan rural-suburban-urban; kebijakan permukiman-pekerjaan, infrastruktur-biaya pemeliharaannya; hilangnya Ruang Terbuka Hijau RTH – Ruang Terbuka Biru RTB ; polusi; kemacetan lalu lintas. 3. Komponen sosial-budaya: meningkatkan partisipasi masyarakat; pengembangan berbasis pengetahuan lokal dan kearifan lokal; menilai tingkat keberlanjutan masyarakat.
KAMPUS HIJAU-KAMPUS EKOLOGIS-KAMPUS BERKELANJUTAN
Dengan analogi pada pengembangan kota hijau, kota yang sehat secara ekologis ( the Green City Vision, 2008), maka dalam mewujudkan kampus hijau kita perlu juga melakukan:
1. Mengkampanyakan kegiatan dengan berjalan kaki, bersepeda, menggunakan moda tranportasi umum, dan angkatan massal bagi pengembangan green transporation. 2. Mengembangkan teknologi energi terbaharukan bagi green building dan green businesse, misal menerapkan penggunaan solar energy untuk sumber penarangan jalan, penerangan taman-tama, dan lain-lain. 3. Merestorasi lingkungan dan lanskap kampus, memberdayakan keberadaan RTH dan RTB, misalnya mempraktekkan pembangunan taman-taman/kebun-kebun/pertanian organic yang ramah lingkungan, menggunakan jenis-jenis tanaman lokal, mengusung RTH dan RTB sebagai media dalam jasa lanskap, atau jasa ekosistem, atau jasa lingkungan. 4. Melakukan gerakan-gerakan yang berwawasan lingkungan antara lain mempraktekkan pemilihan sampah dan melakukan pengolahannya di dalam kampus. Dalam hal ini tidak kalah penting bukan hanya penyediaan infrastruktur dan fasilitasnya saja tetapi dilakukan building capacity nya.
Dengan demikian, target dari green campus di IPB yaitu dapat menyadarkan semua civitas academica serta dengan segala tenaga kependidikan dan semua masyarakat yang ada di sekitar kampus untuk berperilaku ramah terhadap lingkungan. Sehingga hal tersebut akan memberikan dampak nyata, sebagai berikut:
page 4 / 8
Hadi Susilo Arifin's Blog | GREEN CONCEPT AND PRACTICES IN IPB - Bogor Agricult Copyright Hadi Susilo Arifin
[email protected] http://hsarifin.staff.ipb.ac.id/2016/11/08/green-concept-and-practices-in-ipb-bogor-agricultural-unive rsity/
1. Security/safety: masyarakat kampus, yaitu civitas academica dan staf kependidikan dapat menjalankan kegiatannya tanpa takut terhadap gangguan baik gangguan buatan manusia /alami. 2. Comfortability: menyediakan kesempatan setiap elemen masyarakat kampus mengartikulasikan nilai sosial budaya dalam keadaan damai. 3. Productivity: Menyediakan infrstruktur yang efektif – efisien, memfasilitasi proses ekonomi produksi & distribusi dalam meningkatkan nilai tambah, untuk mencapai kesejahteraan masyarakat kampus, serta meningkatkan daya saing. 4. Sustainability: Menyediakan kualitas lingkungan yang lebih baik bagi generasi saat ini tetapi untuk generasi yang akan datang.
GERAKAN GREEN TRANSPORTATION
Green transportation, transportasi hijau adalah suatu terobosan yang sangat baik di kampus IPB dalam mengusung implementasi konsep hijau. Green transportation tidak semata-mata menyediakan mobil listrik, bus keliling kampus, ojek distop beroperasi dalam kampus, kemudian civitas academica memarkir kendaraan di titik tertentu, atau civitas academica dimohon berjalan dari tempat satu ke tempat lainnya, dan beberapa program lainnya hanya berupa gerakan-gerakan yang dilakukan secara fisik. Kelihatannya sederhana, tetapi seharusnya didasari oleh konsep filosofis yang dalam, perencanaan yang matang, implementasi yang secara holistik, dan komitmen manajemen serta pengawasan yang konsisten.
Pemahaman konsep dan filosofi hijau selayaknya dikenalkan sebelum gerakan dimulai. Tidak sebentar, kadang-kadang memerlukan waktu yang cukup lama meski pun civitas academica berada di lingkungan intelek, berpendidikan dan berbudaya. Tetapi perubahan perilaku, kebiasaan, tata-cara tetap membutuhkan pemahaman dan persepsi yang sama, preferensi yang sama, dan tindakan yang sama. Sehingga etika dan norma yang ditegakkan akan memiliki nilai-nilai yang bermakna dalam mengusung konsep hijau, khususnya menterjemahkan konsep hubungan manusia dengan alam/lingkungannya. Sosialisasi melalui peraturan, selebaran, spanduk, video papan-papan pengumuman yang bersifat persuasive secara sederhana. Praktik demikian perlu dilakukan secara bertahap dan memakan waktu. Hal tersebut bisa dilakukan secara simultan dengan inisiasi implementasi program.
Perencanaan transportasi hijau selayaknya didahului oleh prasarana baru kemudian sarananya (bukan “sar-pras” tetapi “pras-sar”). Hal yang paling sederhana sambil sosialiasi mulailah IPB dengan melakukan pembenahan
page 5 / 8
Hadi Susilo Arifin's Blog | GREEN CONCEPT AND PRACTICES IN IPB - Bogor Agricultu Copyright Hadi Susilo Arifin
[email protected] http://hsarifin.staff.ipb.ac.id/2016/11/08/green-concept-and-practices-in-ipb-bogor-agricultural-univer sity/
prasarana, sebagai berikut:
1. Penambahan panjang pedestrian track dan cycling line dari satu titik ruang ke titik lainnya. Jika perlu jalur tersebut berkanopi, sehingga pejalan kaki dan pesepeda tidak kepanasan saat terik matahari dan tidak basah kuyup saat hujan. 2. Perancangan kanopi bisa dibuat per segmen jalan sehingga tidak monoton dan menjadi daya tarik serta “tetenger” atau “landmark”. Kanopi diharuskan berlampu dan berperangan listrik pada setiap jarak yang memadai untuk keamanan malam hari. 3. Penyediaan parkir sepeda di setiap unit atau kantor dan ditempatkan pada posisi yang paling strategis. Misalnya sama dengan posisi parkir mobil pejabat saat ini. Sehingga memudahkan akseibilitas pengguna sepeda ke ruang kantornya. 4. Pemasangan Cermin cembung pada setiap pertigaan dan perempatan dalam kampus, akan meningkatkan keamanan pesepeda dan pejalan kaki. 5. Penempatan halte bus yang strategis, dibuat secara berhadapan di sisi kanan dan sisi kiri jalan dan tidak langsung di tepi jalan. Di setiap halte bus diberikan coakan lahan sekitar panjang 5-6 meter dan lebar 2-3 meter untuk tempat bus parker sementara saat menaikkan/menurunkan penumpang. 6. Pengecatan aspal untuk sebra cross, penyebrangan di tempat-tempat strategis. Hal ini penting dalam mendidik civitas acedemica berperilaku dalam lalu-lintas yang benar. Dan hanya di tempat itulah civitas academica dididik untuk menyebrang jalan. Oleh karena itu jumlah dan jarak harus didasarkan dari kondisi fisik lanskap jalan serta perilaku pengguna jalan. 7. Perbanyakan dan penempatan rambu-rambu lalu lintas di tempat strategis. Hal ini pun dilaukakan berdasarkan kelayakan dan kesesuaian jalan atau lokasi tersebut. Hal ini memberikan pendidikan bagi civitas academica/pengguna jalan. Tentu saja dibarengi dengan tindakan hokum jika adanya pelanggaran-pelanggaran. 8. Penyediaan tempat parkir yang terkonsentrasi pada titik-titik strategis, baik yang dikhususkan untuk staff (menggunakan portal otomatis berkartu elektronik dan ber CCTV) maupun parker untuk mahasiswa dan tamu umum. Semua pelanggaran perlu diberikan sanksi hokum yang telah disosialisasikan sebelumnya. 9. Jika semua prasarana di dalam kampus maupun di luar kampus sudah memadai karena konsep hijau ini perlu dibangun secara holistic oleh semua para-pihak maka bisa diusulkan tentang OPSI penggunaan kendaraan bermotor berdasarkan jarak tempat tinggal. Mengadopsi pengalaman di beberapa kampus di Jepang, misal di Okayama University diberlakukan bahwa Dosen boleh membawa kendaraan bermotor jika memiliki jarak tempuh dari rumah ke kampus lebih dari 3 km. Staff kependidikan dijinkan membawa kendaraan bermotor jika jarak tempat tinggal ke kampus lebih dari 5 km. Sedangkan mahasiswa dijinkan membawa kendaraan bermotor jika jarak tempat tinggal ke kampus lebih dari 7 km. Kembali ide ini sangat kondisional,
page 6 / 8
Hadi Susilo Arifin's Blog | GREEN CONCEPT AND PRACTICES IN IPB - Bogor Agricultu Copyright Hadi Susilo Arifin
[email protected] http://hsarifin.staff.ipb.ac.id/2016/11/08/green-concept-and-practices-in-ipb-bogor-agricultural-univer sity/
hendaknya disesuaikan dengan ketersediaan prasarana dan saranaa keamannan serta kenyamanan berkendaraan umum di luar kampus.
Akhirnya komitmen manajemen dan pengawasan adalah tangan terakhir yang menentukan keberhasilan implementasi transportasi hijau. Penyediaan alat transporatsi ramah lingkungan bagi civitas academica serupa mobil listrik, bus umum yang memuat banyak penumpang, pinjaman sepeda, penempelan stiker parker dan lain-lain merupakan insentif bagi civitas academica yang mendukung program hijau. Jadi selayaknya mereka dibebaskan dari pembiyaan angkutan. Di lain pihak, pelarangan operasi ojek, pengurangan penggunaan kendaraan bermotor dalam kampus merupakan peraturan yang harus ditegakkan dengan sanksi yang berat jika ada pelanggaran. Penegakkan hukum ini harus dilakukan secara sistemeik, terus-menerus tanpa perkecualian sehingga semua civitas academica dan staff kependidikan maupun tamu pengunjung IPB memperoleh persepsi positif yang sama.
PENUTUP
Gaya hidup modern berkembang seiring dengan permasalahan lingkungan akibat pemborosan penggunaan sumber daya alam. Karena adanya degradasi lingkungan serta adanya perilaku manusia yang tidak ramah pada lingkungan salah satunya telah berdampak pada pemanasan global. Karena itu insan yang hidup di era modern tidak hanya memerlukan pendidikan yang tinggi saja, tetapi seharusnya mampu berpikir dan berperilaku secara cerdas (smart). Saat ini “konsep hijau” sudah menjadi bagian dari gaya hidup modern. Tetapi yang tidak kalah penting adalah “implementasi gerakan hijau” sudah harus menjadi bagian dari kebutuhan hidup. Implementasi gerakan hijau ini dapat memberdayakan lanskap yang ada mampu menyediakan jasa ekosistem yang memadai mulai dari memproteksi sumberdaya tanah, air dan udara, juga mampu mengkonservasi keanekaragaman hayati, meningkatkan produktivitas lahan, serta meningkatkan keindahan lanskap. Oleh karena itu marilah kita mulai dari lingkungan kita sendiri, lingkungan rumah dan lingkungan kampus IPB sebagai green campus, dan akhirnya mendukung mimpi-mimpi kita mewujudkan ke green city dan green country.
Bogor, 4 November 2016
page 7 / 8
Hadi Susilo Arifin's Blog | GREEN CONCEPT AND PRACTICES IN IPB - Bogor Agricultu Copyright Hadi Susilo Arifin
[email protected] http://hsarifin.staff.ipb.ac.id/2016/11/08/green-concept-and-practices-in-ipb-bogor-agricultural-univer sity/
Hadi Susilo Arifin
Guru Besar di Bidang Ekologi dan Manajemen Lanskap
Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, IPB
page 8 / 8