perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
GRAHA BUSANA DAN MODE: SARANA PENDIDIKAN, PROMOSI DAN HIBURAN DI SURAKARTA DENGAN PENEKANAN ARSITEKTUR METAFORA
TUGAS AKHIR
Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas Sebelas Maret
DISUSUN OLEH : HENI SETYANINGSIH I 0208021
JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET commit to user SURAKARTA 2012
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GRAHA BUSANA DAN MODE: SARANA PENDIDIKAN, PROMOSI DAN HIBURAN DI SURAKARTA Dengan Penekanan Arsitektur Metafora PENYUSUN NIM JURUSAN TAHUN
: HENI SETYANINGSIH : I 0208021 : ARSITEKTUR : 2012
Surakarta,
Juli 2012
Menyetujui, Pembimbing I Tugas Akhir
Pembimbing II Tugas Akhir
Dr.Titis Srimuda.P.,ST, M.Trop.Arch NIP. 19680609 199402 1 001
Ir. Untung Joko Cahyono, M.Arch NIP. 19630219 198903 1 002
Mengesahkan, KetuaJurusanArsitektur FakultasTeknik UNS
Ketua Program StudiArsitektur FakultasTeknik UNS
Dr. Ir. Mohamad Muqoffa, MT. NIP. 19620610 199103 1 001
Kahar Sunoko, ST, MT. NIP. 19690320 199503 1 002
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik. Konsep Perencanaan dan Perancangan Tugas Akhir yang berjudul Graha Busana dan Mode: Sarana Pendidikan, Promosi dan Hiburan di Surakarta dengan Penekanan Arsitektur Metafora ini diajukan sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih sebesarbesarnya kepada: 1. Dr.Ir. Moh. Muqoffa, MT , selaku Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Kahar Sunoko, ST, MT , selaku Pembimbing Akademis. 3. Yosafat Winarto, ST, MT, selaku koordinator Panitia Tugas Akhir 4. Dr.Titis Srimuda P., ST, M.Trop.Arch, selaku Pembimbing 1 Tugas Akhir 5. Ir. Untung Joko Cahyono, M.Arch, selaku Pembimbing 2 Tugas Akhir Penulis menyadari bahwa Konsep Perencanaan dan Perancangan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran, kritik, dan masukan yang membangun untuk penyusunan selanjutnya. Akhir kata semoga Konsep Perencanaan dan Perancangan Tugas Akhir ini memberikan manfaat bagi kita semua.
Surakarta, Juli 2012 commit to user
iii
Penyusun
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Allah SWT yang telah memberikan berkat, rahmat dan anugerah-Nya kepada saya untuk menyelesaikan study di UNS ini sehingga saya bisa menyelesaikannya selama 4 tahun dengan baik dan lancar, tanpa berkat-Nya hari ini tidak akan pernah ada. Terimakasih untuk Bapak dan Ibu tercinta yang selalu bekerja keras memeras keringat agar saya bisa sekolah sampai perguruan tinggi ini. Terimakasih atas doa yang tak henti-hentinya dipanjatkan untuk saya. Terimakasih atas dukungan moral maupun material yang tak ada habisnya sehingga saya bisa sampai pada titik ini. Mungkin tidak akan cukup hanya dengan kata-kata ini untuk mengungkapkan begitu besar rasa terimakasih yang saya rasakan, maaf jika selama ini saya belum bisa menjadi yang terbaik seperti yang bapak ibu harapkan, tapi saya janji kelak saya akan berusaha menjadi yang lebih baik dan membahagiakan kalian. Terimakasih untuk seluruh keluarga besar yang telah mendukung saya dengan doa, semangat, dan bantuannya. Terimakasih untuk Pak Titis atas bimbingan dan ilmu yang telah diberikan selama ini, celotehan-celotehan yang kadang membuat saya sakit hati yang hampir setiap hari di dadar di bursa tetapi karena itulah saya bisa bangun dan berkembang sehingga sukses melewati masa-masa tugas akhir ini. Tidak akan pernah saya lupakan ajaran dan nasehat bapak yang pasti akan sangat berguna untuk masa depan saya. Terimakasih banyak papi titiiiiiiiiiiis. Terimakasih untuk Pak Untung atas bimbingan dan ilmu yang telah diberikan selama ini, tidak akan pernah saya lupakan ajaran dan nasehat bapak yang pasti akan sangat berguna untuk masa depan saya. Terimakasih untuk Seluruh Dosen Jurusan Arsitektur FT UNS yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu atas bimbingannya selama saya kuliah di UNS. commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Terimakasih untuk pacarku Ady Kurniawan yang selalu setia menemani selama 4 tahun masa kuliah ini. Yang selalu sabar mengantar kemanapun aku pergi. Yang selalu ikut pusing dengan tugas-tugasku. Yang selalu ada disaat aku butuhkan. Yang selalu menenangkan dan menyemangati disaat aku kalut. Yang selalu dan selalu untukku. Cepet nyusul ya sayang. Terimakasih untuk sahabat vhany : gendud, virus, yusnita, nila yang selalu dan sangat sangat menyenangkan. Sayaaaaang kalian. Terimakasih sahabat rempongs : 14 cewek heboh gandes rara farah ratna gendud virus yusnita nila dhea meli cisma sendy echa. Terimakasih telah meramaikan kampus ini dengan kekonyolan kalian. kangeeeeen rempongs. Sayaaaang rempongs. Terimakasih sahabat hore 08 yang sangat-sangat menyenangkan. Terutama cowok-cowok hore yang selalu heboh dikampus. Bakal kangen banget sama kalian. Terimakasih untuk Sahabat seperjuangan satu lapak echa poe dandare terimakasih atas saran, bantuan, dan semangatnya selama ini, suka duka selama TA kita lalui bersama semoga bisa menjadi kenangan yang manis untuk hidup kita, sukses terus buat kalian! Terimakasih pimen untuk 3Dnya, kereeeenn.. terimakasih master interior adityo,kereeeen..terimakasih eto buat maketnya. Terimakasih buat vindud udah bantu ngasih pintu,keren juga.haha. Dan terimakasih buat semua yang sudah bantu selama masa tugas akhir ini. Terimakasih untuk Teman-teman seperjuangan Studio TA Periode 126 atas kebersamaan yang singkat selama masa studio, sukses terus untuk kalian! Terimakasih untuk Teman-teman Angkatan 2008 atas kebersamaannya selama kuliah di Arsitektur UNS, tetap semangat dan sukses untuk kita semua! Terimakasih untuk Semua orang yang telah membantuku yang tidak dapat disebutkan namanya satucommit per satu. to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii KATA PENGANTAR............................................................................................. ii UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................................. iv DAFTAR ISI............................................................................................................ v DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. ix DAFTAR TABEL ................................................................................................... xi DAFTAR BAGAN .................................................................................................. xii DAFTAR SKEMA .................................................................................................. xii BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul ................................................................................................ 1 1.2 Latar Belakang Masalah ................................................................................... 4 1.3 Permasalahan dan Persoalan............................................................................. 8 1.3.1
Permasalahan ............................................................................................... 8
1.3.2
Persoalan ...................................................................................................... 8
1.4 Tujuan dan Sasaran ........................................................................................... 8 1.4.1 Tujuan ............................................................................................................. 9 1.4.2 Sasaran ............................................................................................................ 9 1.5 Batasan ............................................................................................................... 10 1.6 Metode Perencanaan dan perancangan ............................................................ 10 1.6.1 Jenis Data ....................................................................................................... 10 1.6.2 Metode Pengumpulan Data ........................................................................... 11 1.6.3 Metode Pembahasan ...................................................................................... 12 1.7 Sistematika Penulisan ....................................................................................... 12 BAB II : TINJAUAN UMUM 2.1 Tinjauan Busana dan Mode .............................................................................. 15 2.1.1 Fungsi Busana/Pakaian .................................................................................. 15 2.1.2 Jenis Busana Berdasarkan Kualitasnya ........................................................ 18 2.1.3 Perlengkapan Berbusana ............................................................................... 18 2.1.4 Aliran-aliran dalam Mode ............................................................................. 19 commit to user 2.1.5 Perkembangan Mode ..................................................................................... 20
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2.1.5.1 Di Dunia....................................................................................................... 20 2.1.5.2 Di Indonesia ................................................................................................ 21 2.1.5.3 Di Surakarta ................................................................................................. 24 2.1.6 Contoh-contoh Empiris Fasilitas Mode ........................................................ 25 2.2 Tinjauan Arsitektur Metafora ........................................................................... 36 2.2.1 Pengertian Arsitektur Metafora ..................................................................... 36 2.2.2 Metafora dalam Arsitektur............................................................................. 38 BAB III: TINJAUAN KEGIATAN FASHION DI SURAKARTA 3.1 Kondisi Umum Surakarta ................................................................................. 44 3.2 Potensi dan Permasalahan Dunia Fashion di Surakarta .................................. 44 3.2.1 Potensi Dunia Fashion di Surakarta .............................................................. 44 3.2.2 Permasalahan Dunia Fashion di Surakarta ................................................... 46 BAB IV: GRAHA BUSANA DAN MODE YANG DIRENCANAKAN 4.1 Perencanaan Graha Busana dan Mode............................................................. 48 4.2 Tujuan dan Sasaran Graha Busana dan Mode ................................................. 48 4.2.1 Tujuan Graha Busana dan Mode ................................................................... 48 4.2.2 Sasaran Graha Busana dan Mode.................................................................. 49 4.3 Skala Pelayanan Graha Busana dan Mode ...................................................... 50 4.4 Status Kelembagaan Graha Busana dan Mode................................................ 50 4.5 Batasan Perencanaan dan Perancangan Graha Busana dan Mode ................. 51 4.6 Program Kegiatan Graha Busana dan Mode ................................................... 51 4.6.1 Kelompok Kegiatan Utama ........................................................................... 52 4.6.2 Kelompok Kegiatan Penunjang..................................................................... 59 4.6.3 Kelompok Kegiatan Pengelolaan dan Administrasi .................................... 60 4.6.4 Kelompok Kegiatan Pelayanan/Servis.......................................................... 61 4.7 Pelaku Kegiatan ................................................................................................. 62 4.7.1 Kelompok Pengelola ...................................................................................... 62 4.7.2 Kelompok Penyewa ....................................................................................... 63 4.7.3 Kelompok Pengunjung .................................................................................. 65 4.8 Waktu Pelaksanaan Kegiatan di Graha Busana dan Mode............................. 66 4.9 Keluaran pada Graha Busana dan Mode.......................................................... 66 4.10 Konsep Arsitektur Metafora pada Bangunan commit to user Graha Busana dan Mode ...... 67
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V: ANALISA PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GRAHA BUSANA DAN MODE 5.1 Analisa Penentuan Kegiatan ............................................................................. 69 5.2 Analisa Pendekatan Peruangan......................................................................... 72 5.3 Analisa Pemilihan Lokasi Site.......................................................................... 112 5.3.1 Pendekatan Lokasi ......................................................................................... 112 5.3.2 Kriteria Pemilihan Site Secara Umum .......................................................... 112 5.3.3 Pemilihan Site................................................................................................. 113 5.4 Analisa Pendekatan Pengolahan Lokasi dan Tapak ........................................ 114 5.4.1 Analisa Pendekatan Lokasi ............................................................................ 114 5.4.2 Analisa Pendekatan Matahari ........................................................................ 115 5.4.3 Analisa Pendekatan Angin............................................................................. 117 5.4.4 Analisa Pendekatan Noise ............................................................................. 118 5.4.5 Analisa Pendekatan View .............................................................................. 119 5.4.6 Analisa Pencapaian ........................................................................................ 119 5.4.7 Analisa Pendekatan Bentuk Dasar Bangunan .............................................. 121 5.4.8 Analisa Pendekatan Pola Massa Bangunan .................................................. 122 5.4.9 Analisa Pendekatan Interior Bangunan......................................................... 125 5.5 Analisa Pendekatan Sistem Pencahayaan ........................................................ 125 5.5.1 Pencahayaan Alami ........................................................................................ 125 5.5.2 Pencahayaan Buatan ...................................................................................... 126 5.6 Analisa Pendekatan Sistem Struktur ................................................................ 126 5.6.1 Sub Struktur .................................................................................................... 126 5.6.2 Super Struktur................................................................................................. 127 5.6.3 Upper Struktur ................................................................................................ 128 5.7 Analisa Pendekatan Sistem Utilitas ................................................................. 128 5.7.1 Suplay Energi ................................................................................................. 128 5.7.2 Air Bersih........................................................................................................ 129 5.7.3 Air Kotor......................................................................................................... 130 5.7.4 Penangkal Petir ............................................................................................... 131 5.7.5 Perlindungan Kebakaran ................................................................................ 131 5.7.6 Sistem Telematika .......................................................................................... 132 commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5.7.7 Sistem Jaringan Sampah ................................................................................ 133 BAB VI : KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GRAHA BUSANA DAN MODE 6.1 Konsep Peruangan Graha Busana dan Mode……………………………….134 6.1.1 Kelompok Kegiatan Umum…………………………………………..…..134 6.1.2 Kelompok Kegiatan Utama………………………………………..……...134 6.1.3 Kelompok Kegiatan Penunjang……………………………………..…….136 6.1.4 Kelompok Kegiatan Pengelolaan…………………………………..……..137 6.1.5 Kelompok Kegiatan Service……………………………………..……….138 6.1.6 Analisa Total Besaran Ruang……………………………………………..139 6.2 Konsep Lokasi dan Tapak………………………………………….……….139 6.3 Konsep Pengolahan Tapak……………………………………………….…141 6.3.1 Konsep Pencapaian…………………………………………………..…...141 6.3.2 Konsep Site Terhubung Matahari………………………………………...142 6.3.3 Konsep Orientasi………………………………………………………….142 6.3.4 Konsep Site Terhubung Angin…………………………………………....144 6.3.5 Konsep Site Terhubung Noise……………………………………………145 6.3.6 Konsep Bentuk Dasar dan Pola Bangunan…………………………..........145 6.3.7 Konsep Interior Bangunan……………………………………………..…147 6.4 Konsep Struktur…………………………………………………………….148 6.4.1 Sub Struktur……………………………………………………..………..148 6.4.2 Supper Struktur…………………………………………………………...149 6.4.3 Upper Struktur………………………………………………………..…...149 6.5 Konsep Utilitas……………………………………………………………...149 6.5.1 Suplai Energi………………………………………………………..…….149 6.5.2 Air Bersih………………………………………………………..………..150 6.5.3 Air Kotor……………………………………………………..…………...150 6.5.4 Penangkal Petir…………………………………………..………………..150 6.5.5 Pelindung Kebakaran………………………………..……………………151 6.5.6 Sistem Telematika………………………………..……………………….151 6.5.7 Sistem Jaringan Sampah……………………….…………………………152 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. xiv commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
LAMPIRAN............................................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Gambar Eksterior ESMOD Jakarta ................................................... 24 Gambar 2.2 Presentasi Siswa ESMOD Jakarta ..................................................... 25 Gambar 2.3 Arva Studio Surabaya ......................................................................... 26 Gambar 2.4 Eksterior London College of Fashion................................................ 28 Gambar 2.5 Fashion Space...................................................................................... 29 Gambar 2.6 Rootstaints Hopkins Space ................................................................. 30 Gambar 2.7 Perpustakaan ....................................................................................... 31 Gambar 2.8 Ruang studio........................................................................................ 31 Gambar 2.9 Reprographic services......................................................................... 32 Gambar 2.10 Eksterior Nagoya City Art Museum ................................................ 40 Gambar 2.11 Eksterior Stasiun TVG ..................................................................... 41 Gambar 2.12 Eksterior E.X Plasa Indonesia.......................................................... 42 Gambar 5.1 Peta RUTRK Surakarta ...................................................................... 132 Gambar 5.2 Lokasi Site ........................................................................................... 133 Gambar 5.3. Zonifikasi............................................................................................ 133 Gambar 5.4. Batas-batas Site .................................................................................. 134 Gambar 5.5. Analisa Matahari ................................................................................ 135 Gambar 5.6. Orientasi Bangunan ........................................................................... 136 Gambar 5.7. Analisa Angin .................................................................................... 137 Gambar 5.8. Analisa Noise ..................................................................................... 137 Gambar 5.9. Analisa View ...................................................................................... 138 Gambar 5.10. Analisa Pencapaian .......................................................................... 139 Gambar 5.11. Analisa Gubahan Massa .................................................................. 143 Gambar 5.12. Pencahayaan alami dari jendela ..................................................... 144 Gambar 5.13 Pencahayaan Buatan pada Retail Shop ........................................... 145 Gambar 5.14 Pondasi Tiang Pancang .................................................................... 145 Gambar 5.15. Space Frame ..................................................................................... 147 Gambar 6.1. Lokasi Site Graha Busana dan Mode ............................................... 162 commit to user Gambar 6.2. Zonifikasi............................................................................................ 163
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 6.3. Batas-batas Site .................................................................................. 163 Gambar 6.4. Konsep Pencapaian ............................................................................ 164 Gambar 6.5. Konsep Site Terhubung Matahari .................................................... 165 Gambar 6.6. Konsep Orientasi................................................................................ 166 Gambar 6.7. Konsep Site Terhubung Angin.......................................................... 167 Gambar 6.8. Konsep Site Terhubung Noise .......................................................... 168 Gambar 6.9. Konsep Bentuk Dasar dan Pola Bangunan....................................... 170 Gambar 6.10. Walpaper Dinding............................................................................ 171 Gambar 6.11. Furnitur ............................................................................................. 171 Gambar 6.12. Pondasi Tiang Pancang ................................................................... 171 Gambar 6.13. Space Frame ..................................................................................... 172
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Tabelb5.1 Tabel Penentuan Kebutuhan Ruang Graha Busana dan Mode ........... 74 Tabel 5.2 Notasi Analisis Model Matriks .............................................................. 87 Tabel 5.3 Notasi Analisis Model Gelembung........................................................ 87 Tabel 5.4 Keterangan Notasi Warna Kelompok Kegiatan.................................... 89 Tabel 5.5 Notasi Analisis Model Matriks .............................................................. 93 Tabel 5.6 jumlah pengunjung pada tiap unit kegiatan .......................................... 98 Tabel 5.7 jumlah pengelola pada tiap unit kegiatan .............................................. 99 Tabel 5.8 jumlah penyewa pada tiap unit kegiatan ............................................... 101 Tabel 5.9 Tabel Besaran Ruang Kolompok Kegiatan Umum .............................. 103 Tabel 5.10 Perhitungan Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Utama .................. 107 Tabel 5.11 Perhitungan Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Penunjang............ 117 Tabel 5.12 Perhitungan Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Pengelolaan ......... 120 Tabel 5.13 Perhitungan Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Service ................. 124 Tabel 5.14 Rekapitulasi besaran ruang Graha Busana dan Mode ........................ 130 Tabel 5.15 Pendekatan Pola Massa Bangunan ...................................................... 141 Tabel 6.1 Perhitungan Besaran Ruang Kolompok Kegiatan Umum.................... 153 Tabel 6.2 Perhitungan Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Utama .................... 154 Tabel 6.3 Perhitungan Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Penunjang.............. 157 Tabel 6.4 Perhitungan Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Pengelolaan ........... 158 Tabel 6.5 Perhitungan Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Service ................... 159 Tabel 6.6 Rekapitulasi besaran ruang Graha Busana dan Mode .......................... 161
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR BAGAN Bagan 5.1 kegiatan kelompok penunjang .............................................................. 68 Bagan 5.2 kegiatan kelompok pengelola ............................................................... 69 Bagan 5.3 kegiatan Pengusaha/Penyewa Retail Butik .......................................... 69 Bagan 5.4 kegiatan Perancang Mode ..................................................................... 69 Bagan 5.5 kegiatan peraga mode ............................................................................ 70 Bagan 5.6 kegiatan Pengusaha Promosi- Pameran................................................ 70 Bagan 5.7 kegiatan kantor agen model dan studio foto, minibank ...................... 70 Bagan 5.8 kegiatan food court ................................................................................ 70 Bagan 5.9 Sistem Jaringan Listrik .......................................................................... 148 Bagan 5.10 distribusi air bersih .............................................................................. 149 Bagan 5.11 Distribusi Air Kotor Padat .................................................................. 149 Bagan 5.12 Distribusi Air Kotor Cair .................................................................... 150
DAFTAR SKEMA Skema 5.1 Pola Hubungan Makro antar Kelompok Kegiatan dengan Model Matriks ..................................................................................................................... 89 Skema 5.2 Pola Hubungan Makro antar Kelompok Kegiatan dengan Model Gelembung ............................................................................................................... 92 Skema 5.3 Pola Kegiatan ........................................................................................ 97
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
GRAHA BUSANA DAN MODE: SARANA PENDIDIKAN, PROMOSI DAN HIBURAN DI SURAKARTA DENGAN PENEKANAN ARSITEKTUR METAFORA HENI SETYANINGSIH I0208021 PEMBIMBING: Dr. Titis S P, ST, M.Trop.Arch Ir. Untung J C, M.Arch
ABSTRAK Graha Busana dan Mode sebagai sarana pendidikan, promosi, dan hiburan di Surakarta dengan penekanan arsitektur metafora adalah suatu wadah yang menampung segala aktivitas/kegiatan yang berhubungan dengan busana serta perlengkapannya, dengan mengikuti perkembangan mode dari waktu kewaktu, kegiatan yang di tampung meliputi pusat pendidikan dan pelatihan, rumah produksi, pemasaran, hiburan beserta kegiatan pendukung lainnya di kota Surakarta dengan penerapan matafora dalam arsitektur pada wujud fisik bangunan untuk mengkomunikasikan wadah tersebut sebagai fasilitas yang di tujukan oleh wanita sehingga memberikan perasaan visual dan berimajinasi mengenai dunia fashion bagi yang melihatnya . Kata Kunci: Graha busana, mode dan arsitektur metafora.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MODE AND FASHION HOUSE: AS A MEANS OF EDUCATION, PROMOTION, AND ENTERTAINMENT IN SURAKARTA BY EMPHASIZING ON METAPHORE ARCHITECTURE HENI SETYANINGSIH I0208021 PEMBIMBING: Dr. Titis S P, ST, M.Trop.Arch Ir. Untung J C, M.Arch ABSTRACT
Mode and fashion house as a means of education, promotion, and entertainment with an emphasis in Surakarta architectural metaphor is a container that holds all the activities / events related to the clothing and equipment, to keep abreast of fashion from time to time, including activities in the capacity of the education center and training, home production, marketing, entertainment along with other supporting activities in the city of Surakarta with matafora application of the architecture on the physical appearance of the building to communicate the container as addressed by the facility on a woman so as to provide a visual sense and imagination of the fashion world to the viewer.
Key Word: Fashion house, mode and metaphore of architecture
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN Tugas akhir ini diberi judul “Graha Busana dan Mode: Sarana Pendidikan, Promosi, dan Hiburan di Surakarta dengan Penekanan Arsitektur Metafora”. 1.1 Pengertian Judul Objek formal dari tugas akhir ini adalah Graha Busana dan Mode dengan penekanan arsitektur metafora. Pengertian objek formal tersebut dapat di jelaskan sebagai berikut. Pertama, “graha” secara etimologi berarti kediaman atau rumah yang merupakan suatu tempat/wadah untuk menampung suatu kegiatan tertentu yang terlindung, aman dan nyaman (Ngajenan, 1987). Dalam KBBI(kamus besar bahasa Indonesia) “graha” adalah suatu tempat atau bangunan untuk melakukan suatu kegiatan tertentu. Sedangkan menurut Wikipedia, kata “graha” berasal dari bahasa kawi yang digunakan di pulau Jawa pada zaman dahulu yang artinya rumah. Dalam perkembangannya “graha” diartikan sebagai rumah mewah, rumah besar, dan rumah yang indah, serta singgasana. Dengan demikian “graha” dapat di artikan yaitu sebuah gedung yang mewah untuk menampung suatu kegiatan tertentu. Kedua, Busana berarti hiasan agar tubuh lebih menarik (Ngajenan, 1987). Selain itu busana bisa berarti pakaian lengkap (yang indah-indah), perhiasan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, KBBI PN Balai Pustaka, 1988). Busana/pakaian sebagai sarana untuk tampil lebih menarik, di lengkapi dengan aksesoris, millineries dan dilengkapi dengan tata rias sebagai pendukungnya.
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ketiga, Mode adalah ragam (cara/bentuk) yang terbaru pada suatu waktu tertentu, tempat membuat pakaian yang di lengkapi dengan ruangan khusus untuk mencoba pakaian, pengukuran pakaian serta perlengkapan lain. Dalam buku “Fashion sebagai komunikasi” karya Malcolm Barnard, OED (Oxford English Dictionary) menyusun daftar Sembilan arti berbeda dari kata “fashion”, mulai dari “tindakan atau proses membuat”, “potongan atau bentuk tertentu”, “bentuk” hingga “tata cara atau cara bertindak” dan “berpakaian mengikuti konvensi”. Sebagai kata benda, “fashion” berarti sesuatu seperti bentuk dan jenis,atau buatan atau bentuk tertentu, seperti dalam definisi sebagai “tata cara atau cara bertindak”. Sebagai kata kerja, “fashion” memiliki arti kegiatan membuat atau melakukan. Fenomena fashion menurut Martin dalam (Wilson, 1985: 10-11) “mungkin benar bahwa fashion itu seperti semua fenomena budaya, khususnya dalam bentuk simbolis dan mistis, (yang) cukup lama bertahan terpenjara didalam suatu …’makna’. Jadi sangat jelas fashion dan pakaian adalah bentuk komunikasi nonverbal karena tidak menggunakan kata-kata lisan atau tertulis. Pakaian di pandang memiliki suatu fungsi komunikatif. Busana, pakaian, kostum,
dan
dandanan
adalah
bentuk
komunikasi
artifaktual
(artifactual
communication). Dalam buku-buku pengantar komunikasi, komunikasi artifaktual biasanya di definisikan sabagai komunikasi yang berlangsung melalui pakaian dan penataan berbagai artefak, misalnya, pakaian, dandanan, barang perhiasan, kancing baju, atau furniture dirumah anda dan penataannya, ataupun dekorasi ruang anda. Karena fashion, pakaian atau busana menyampaikan pesan-pesan nonverbal ia termasuk komunikasi nonverbal.
commit to user 2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keempat, Metafora adalah perumpamaan suatu hal dengan sesuatu yang lain. Dalam bidang arsitektur, metafora berarti mengumpamakan bangunan sebagai sesuatu yang lain. Cara menampilkan perumpamaan tersebut adalah dengan memindahkan sifat-sifat dari sesuatu yang lain ke dalam bangunan, sehingga akhirnya para pengamat dan pengguna arsitekturnya bisa mengandaikan itu sebagai sesuatu yang lain (ninkarch.blogspot.com). Menurut buku “Pengantar Arsitektur” karya James C. Snyder, Seperti analogi, metafora (kiasan) mengidentifikasi hubungan diantara benda-benda, tetapi hubungan ini lebih bersifat abstrak ketimbang nyata. Perumpamaan adalah metafora yang menggunakan kata-kata “seperti” atau “bagaikan” untuk mengungkapkan suatu hubungan. Metafora dan perumpamaan mengidentifikasi pola hubungan sejajar sedangkan analogi mengidentifikasi hubungan harafiah yang mungkin. Menurut Charles Jenks dalam buku “The Language of Post Modern Architecture”, metafora sebagai kode yang di tangkap pada suatu saat oleh pengamat dari suatu objek dengan mengandaikan objek lain dan bagaimana melihat suatu bangunan sebagai sesuatu yang lain karena ada kemiripan. Menurut Geoffrey Broadbent (dalam buku “Design in Architecture” 1995), Transforming : figura of speech in which a name of description term is transferred to some object different form (gaya bahasa dimana sebuah istilah di transfer menjadi objek dalam bentuk yang berbeda). Menurutnya metafora pada arsitektur adalah perumpamaan salah satu metode kreatifitas yang ada dalam desain spectrum perancang. Metafora arsitektural berkenaan dengan pendefinisian wujud bentuk arsitektur yaitu bagaimana menjelaskan dan mencari hubungan logis antara kiasan tertentu dari arsitek kedalam bentuk ruang bangun rancangannya sebagai makna
commit to user 3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kedua disamping pemenuhan fungsi bangunan. Metafora dalam arsitektur bagaikan kiasan berbahasa, memiliki kesamaan-kesamaan dan bersifat cukup logis. Dari penjelasan di atas pengertian Graha Busana dan Mode: Sarana Pendidikan, Promosi, dan Hiburan di Surakarta dengan Penekanan Arsitektur Metafora adalah suatu wadah yang menampung segala aktivitas/kegiatan yang berhubungan dengan busana serta perlengkapannya, dengan mengikuti perkembangan mode dari waktu kewaktu, kegiatan yang di tampung meliputi pusat pendidikan dan pelatihan, rumah produksi, pemasaran, hiburan beserta kegiatan pendukung lainnya di kota Surakarta dengan penerapan matafora dalam arsitektur pada wujud fisik bangunan untuk mengkomunikasikan wadah tersebut sebagai fasilitas yang di tujukan oleh wanita sehingga memberikan perasaan visual dan berimajinasi mengenai dunia fashion bagi yang melihatnya . 1.2 Latar Belakang Keraton, Batik dan Pasar Klewer adalah tiga hal yang menjadi ikon Kota Surakarta. Pertama keraton, Eksistensi Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Pura Mangkunegaran (sejak 1745) menjadikan Solo sebagai poros, sejarah, seni dan budaya yang memiliki nilai jual. Nilai jual ini termanifestasi melalui bangunanbangunan kuno, tradisi yang terpelihara, dan karya seni yang menakjubkan. Tatanan social penduduk setempat yang tak lepas dari sentuhan-sentuhan cultural dan spasial keraton semakin menambah daya tarik. Kedua Batik, Salah satu tradisi yang berlangsung turun temurun dan semakin mengangkat nama daerah ini adalah membatik. Seni dan pembatikan Solo menjadikan daerah ini pusat batik di Indonesia.
commit to user 4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pariwisata dan perdagangan ibarat dua sisi mata uang, dimana keduanya saling mendukung dalam meningkatkan sektor ekonomi. Pariwisata dan perdagangan merupakan dua sektor yang berpengaruh besar pada pertumbuhan perekonomian di Kota Surakarta. Sektor pariwisata tidak akan ada artinya jika tidak didukung oleh sektor perdagangan. Ketiga Pasar Klewer, Keberadaan Pasar Klewer dan pasar-pasar tradisional lainnya yang selalu memberikan kontribusi retribusi kedua terbesar setelah pajak penerangan jalan. Jenis komoditi ekspor Kota Surakarta yang tertinggi pada tahun 2001 yaitu komoditi mebel dengan volume 8 ribu ton senilai 11 ribu US$, kondisi ini meningkat 30-40% dari 4 ribu ton senilai 6 ribu US$ pada tahun 2000. Selain itu komoditi unggulannya adalah alat tulis, tekstil, karung, plastic dan batik. Industri tekstil (bahan pakaian) Indonesia sebagai pendukung industri mode merupakan salah satu yang terbesar di dunia. Posisi Indonesia sebagai Negara pengekspor tekstil ke-14 terbesar di dunia dengan nilai 7,3 milyar dollar AS dari total pasar dunia yang sebesar 250 milyar dollar AS ( http:www.kompas.com. Semua Bermula dari Serat. Minggu, 3 Mei 1998). Untuk memajukan industri busana di Indonesia baik dari segi kualitas maupun kuantitas di perlukan suatu sarana informasi, promosi, pendidikan serta pengembangan busana serta mode baik dipusat (Jakarta) mupun daerah. Aktivitas dari pendidikannya, antara lain
perancangan,
ketrampilan teknik menjahit serta keperagawatian. Agar bisnis fashion di kota Solo ini dapat berkembang dengan baik dan dapat memasuki pasar nasional maupun internasional, terutama fashion kain batik yang menjadi ciri khas dari kota Solo, maka di butuhkan sumber daya manusia yang berkompeten dalam bidang bisnis fashion. Untuk itu di butuhkan sebuah sekolah
commit to user 5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
fashion yang memberikan ilmu tentang fashion yang mendalam dan mampu mewadahi segala kegiatan yang berkaitan dengan dunia fashion, seperti pameran, peragaan busana, seminar, workshop, bahkan promosi dan penjualan dari produk fashion itu sendiri, dan dapat memfasilitasi pada murid untuk mengembangkan bakatnya dalam bidang fashion maka dari itu, akan di rencanakan sebuah wadah yaitu Graha Busana dan Mode di Surakarta. Selain itu wadah tersebut juga di tujukan guna meningkatkan aspek bisnis dan perdagangan di kota Solo, karena dengan keberadaan wadah fashion ini di harapkan akan menarik minat wisatawan mancanegara untuk menkonsumsi produk lokal. Promosi maupun show/peragaan busana yang biasanya di adakan di hotelhotel ataupun gedung pertemuan memakan biaya yang besar, mengingat sewa tempat di hotel berbintang beserta makan lengkap, honor model dan coordinator serta lainnya membuat biaya peragaan busana tidak murah. Selain itu peragaan busana akan terasa kurang menguntungkan bila tidak di dukung sarana yang memadai yang di rancang secara khusus (untuk peragaan busana dan kecantikan) serta tidak lanjut dari show tersebut. (misal di lanjutkan dengan acara konsultasi maupun kesempatan untuk berbelanja/memesan langsung sesuai ukuran calon pemakai. Selain sebagai sarana promosi dan pemasaran, ruang peragaan busana di butuhkan pula sebagai sarana pendidikan, misal siswa kursus merancang menampilkan hasil nyata rancangannya melalui peragaan busana, siswa modeling memperagakan hasil nyata sebuah rancangan (baik dalam taraf latihan maupun praktek yang sesungguhnya) juga melalui peragaan busana. Sedang bagi siswa seni desain panggung peragaan, manajemen fashion show serta fashion fotografi dapat melakukan praktek pada
commit to user 6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
panggung peragaan busana yang sesungguhnya, terutama bagi siswa fotografi dengan sasaran obyek yang bergerak. Selama ini lembaga-lembaga pendidikan dalam bidang fashion selalu mengadakan ujian/praktek bagi para siswanya dengan menyewa tempat. Untuk itu, dengan tersedianya ruang peragaan busana serta tempat pendidikan fashion dalam satu wadah Graha Busana dan Mode di Surakarta akan sangat menguntungkan, terutama di lihat dari segi biaya. Berawal dari keinginan untuk memasukkan sifat-sifat wanita kedalam bangunan, metafora di rasa dapat di gunakan sebagai suatu cara menginterpretasi. Metafora dapat menjelaskan transfer ide dari suatu subyek kedalam objek lain melalui bentukan/gubahan massa, permainan bidang dan elemen arsitektur lain yang mampu menggambarkan sifat tersebut. Hal ini di lakukan mengingat Graha Busana dan Mode adalah suatu fasilitas yang di tujukan bagi wanita. Maka dari itu pengertian Metafora adalah perumpamaan salah satu hal dengan sesuatu yang lain. Dalam bidang arsitektur, metafora berarti mengumpamakan bangunan sebagai sesuatu yang lain. Cara menampilkan perumpamaan tersebut adalah dengan memindahkan sifat-sifat dari sesuatu yang lain itu ke dalam bangunan, sehingga akhirnya para pengamat dan pengguna arsitekturnya bisa mengandaikan arsitektur itu sebagai sesuatu yang lain. Karena kecenderungan hidup masyarakat sekarang ini yang tidak lepas dari segala sesuatu yang praktis dan cepat. Maka, untuk mempermudah dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat akan fashion di Solo, di perlukan sebuah wadah yang dapat menampung kegiatan-kegiatan fashion seperti pendidikan dalam merancang busana, kegiatan promosi yang di khususkan pada produk-produk fashion dan alat-alat yang berkaitan dengan dunia fashion dan juga fasilitas hiburan. Sebagai tindak lanjut dari
commit to user 7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perwadahan yang nantinya di rencanakan harus mampu mewadahi setiap aktivitas pengguna dengan menghadirkan tatanan akustik interiornya serta mampu mencitrakan tampilan bangunan fashion yang sesuai dengan karakter wanita dengan teori metafora sehingga dapat di nikmati secara visual dan menarik para pengunjung. 1.3 Permasalahan Dan Persoalan 1.3.1 Permasalahan Bagaimana wujud konsep perencanaan dan perancangan bangunan mode dengan penekanan arsitektur metafora yang mencakup aspek bisnis dan perdagangan serta pendidikan yang dapat mewadahi segala aktivitas yang berkaitan dengan desain mode dan di harapkan bangunan tersebut dapat menjadi cermin dari perkembangan dunia fashion. 1.3.2 Persoalan Dari kajian permasalahan di atas, maka muncul persoalan sebagai berikut. a)
lokasi dan site yang strategis dan sesuai untuk mendukung keberadaan Graha Busana dan Mode di Surakarta.
b) Pola tata massa bangunan dan pola tata ruang yang sesuai bangunan sekolah sekaligus bangunan komersil yang sesuai dengan masterplan kota Surakarta. c)
Program ruang yang meliputi : karakter / sifat ruang , kebutuhan ruang , jumlah dan besaran ruang.
d) Pola hubungan ruang dan organisasi ruang.
commit to user 8
perpustakaan.uns.ac.id
e)
digilib.uns.ac.id
Ungkapan fisik bangunan yang mencerminkan arsitektur metafora dan bentuk tata ruang yang sesuai.
f)
System struktur dan utilitas bangunan.
g) Bahan bangunan yang tepat dan memenuhi syarat untuk digunakan dalam pembangunan gedung tersebut. 1.4 Tujuan dan Sasaran 1.4.1 Tujuan Konsep perencanaan dan perancangan bangunan mode dengan penekanan arsitektur metafora yang mencakup aspek bisnis dan perdagangan serta pendidikan yang dapat mewadahi segala aktivitas yang berkaitan dengan desain mode dan di harapkan bangunan tersebut dapat menjadi cermin dari perkembangan dunia fashion 1.4.2
Sasaran Menentukan konsep perancangan fisik bangunan Graha Busana dan Mode
yang mampu menjawab permasalahan-permasalahan di atas dengan. a)
Konsep lokasi dan site yang strategis untuk bangunan sekolah sekaligus bengunan komersil yang sesuai dengan masterplan kota Surakarta.
b) Konsep pola tata masa bangunan dan pola tata ruang yang sesuai kebutuhan dan standar. c)
Konsep program ruang yang meliputi karakter / sifat ruang, kebutuhan ruang, jumlah dan besaran ruang.
d) Konsep pola hubungan ruang dan organisasi ruang.
commit to user 9
perpustakaan.uns.ac.id
e)
digilib.uns.ac.id
Konsep ungkapan fisik bangunan yang high representative konstektual dan bentuk tata ruang yang sesuai.
f)
Konsep sistem struktur dan utilitas bangunan.
g) Konsep bahan bangunan yang tepat dan memenuhi syarat untuk digunakan dalam pembangunan gedung tersebut. I.5 Batasan Pembahasan di tekankan pada permasalahan dan persoalan yang ada pada perencanaan dan perancangan Graha Busana dan Mode di Surakarta. Graha Busana dan Mode di Surakarta merupakan usaha swasta yang bersifat profit, dalam arti terbuka untuk umum, menarik, baik secara fisik maupun kenyamanan dalam fasilitas, sehingga masyarakat tertarik untuk datang, dengan sasaran masyarakat golongan menengah ke atas, dengan scope pelayanan kota. Pemilihan lokasi dan site berdasarkan kriteria yang mendukung keberadaan Graha Busana dan Mode di Surakarta. Kegiatan pada Graha Busana dan Mode di Surakarta meliputi kegiatan pendidikan, informasi, promosi, pemasaran. 1.6 Metode Perencanaan dan Perancangan 1.6.1 Jenis Data Dalam metode perencanaan dan perancangan ini jenis data dibagi menjadi dua. Pertama, data primer, yaitu data yang di dapat secara langsung melalui survey lapangan dan hasil wawancara dengan pihak terkait, sebagai berikut.
commit to user 10
perpustakaan.uns.ac.id
a)
digilib.uns.ac.id
Kondisi fisik kawasan kota Surakarta sebagai peletakan site meliputi topografi dan letak geografis.
b) Kondisi non fisik kawasan kota Surakarta meliputi kondisi perekonomian dan sosial budaya. c)
Fasilitas sosial dan umum Surakarta.
d) Data kependudukan yang meliputi jumlah penduduk, usia, jenis kelamin dan pekerjaan. e)
Peraturan Pemerintah Kota Surakarta. Kedua, data sekunder, yaitu data yang di dapat dari studi literatur yang
berhubungan dengan pembuatan konsep bangunan Graha Busana dan Mode. Misalnya data standar pengukuran dan persyaratan ruang. 1.6.2 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang di gunakan yakni sebagai berikut. a)
Survey langsung ke lapangan dengan melakukan pengamatan di Kota Surakarta untuk menentukan lokasi dan site.
b)
Wawancara dengan pihak yang terkait dengan kegiatan Pusat Mode Busana di Surakarta. Pihak terkait yang dimaksud, sebagai berikut.
c)
1)
Pedagang pakaian.
2)
Masyarakat umum.
3)
Para pelajar khususnya kaum wanita.
Studi literatur untuk memperoleh data dan berbagai informasi yang berkaitan dengan permasalahan dan persoalan.
commit to user 11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1.6.3 Metode Pembahasan Metode pembahasan di lakukan dengan menganalisis data menggunakan metode deskriptif yaitu melalui penguraian data-data yang di sertai dengan gambar sebagai media berdasar pada teori normative yang ada. Analisis data di lakukan melalui beberapa tahap, sebagai berikut. a)
Tahap pengungkapan masalah berdasar data-data yang tersedia.
b)
Tahap pemecahan masalah melalui analisis data di sertai penguraian dengan media gambar.
c)
Tahap kesimpulan atau output data yang merupakan hasil pembahasan dan konsep akhir perencanaan dan perancangan bangunan.
1.7 Sistematika Penulisan BAB I
Pendahuluan Mengungkapkan tentang pengertian judul, latar belakang masalah, permasalahan dan persoalan serta tujuan dan sasaran yang hendak di capai dalam mewujudkan perancangan graha busana dan mode: pendidikan, promosi, dan hiburan di Surakarta dengan penekanan arsitektur metafora.
BAB II
Tinjauan Umum Mengulas tinjauan umum tentang busana dan mode, kondisi, potensi serta perkembangangannya di Indonesia pada umumnya dan di Surakarta pada khususnya. Pembahasan terhadap bangunan Gedung Sekolah yang
commit to user 12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
direncanakan serta pembahasan mengenai arsitektur metafora sebagai ungkapan fisik bangunan tersebut. BAB III
Tinjauan Kegiatan Fashion di Kota Surakarta Memaparkan tinjauan kegiatan Fashion di Surakarta. Serta pembahasan mengenai potensi dan permasalahan dunia fashion di Surakarta.
BAB IV
Graha Busana dan Mode yang di Rencanakan Menyimpulkan hasil tinjauan umum dan tinjauan khusus serta study kasus
Graha
Busana
dan
Mode
yang
sudah
ada
kemudian
merumuskannya dalam bentuk sistematis sekolah yang akan dirancang. BAB V
Analisa Pendekatan Konsep Perencanaan dan Perancangan Graha Busana dan Mode Mengadakan analisis kearah konsep perencanaan dan perancangan sekolah
dengan
menekankan
prioritas
program
perencanaan.
Menganalisa lokasi, program kegiatan dan program ruang, melalui analisa kegiatan sehingga dapat ditentukan konsep kebutuhan ruang, analisa hubungan dan organisasi ruang, analisa besaran ruang sehingga dapat ditentukan konsep besaran ruang, kemudian menganalisa pengolahan site dan massa, desain bentuk serta tampilan, system bangunan serta fasilitas yang mendukung untuk bangunan sekolah. BAB VI
Konsep Perencanaan dan Perancangan Graha Busana dan Mode Menyusun konsep perencanaan dan perancangan sebagai acuan transformasi desain fisik bangunan sekolah melalui pendekatan site dan tata ruang.
commit to user 13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II BUSANA, MODE DAN ARSITEKTUR METAFORA 2.1 Tinjauan Busana dan Mode 2.1.1 Fungsi Busana/Pakaian Dalam buku “Fashion Sebagai Komunikasi” karya Malcolm Barnard fungsi fashion dan pakaian ada 11 yakni sebagai berikut. a)
Perlindungan Dalam The Language of Clothes di kemukakan ide yang semata manfaat,
yakni fungsi perlindungan dari pakaian. Pakaian tampaknya
menawarkan
perlindungan dari cuaca. Seperti halnya Lurie, kajian Rouse tentang alasan manusia mengenakan pakaian dalam
Understanding Fashion (1989) mengacu pada perlindungan,
kesopanan, dan daya tarik, meski Rouse juga memasukkan komunikasi sebagai salah satu fungsi utama pakaian. Pakaian dipandang sebagai pelindung tubuh dan jiwa. Pakaian melindungi tubuh mulai dari dingin, panas, “kecelakaan tak terduga hingga tempat dan olahraga berbahaya” (Flugel, 1930:70), musuh manusia atau hewan, dan bahaya-bahaya fisik atau psikologis. b)
Kesopanan Dan Penyembunyian Kesopanan merupakan alasan utama untuk mengenakan pakaian.
commit to user 14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Seperti yang ditunjukkan Flugel, kristianitas mengajarkan bahwa memberi perhatian pada perawatan dan keindahan tubuh adalah “merugikan keselamatan jiwa”, dan salah satu cara terbaik untuk mengalihkan perhatian dari tubuh adalah menyembunyikannya (Flugel, 1930: 57). Maka menyembunyikan tubuh melalui sarana pakaian jadi berasosiasi dengan hasrat untuk menghindari rasa berdosa dan malu. c)
Daya Tarik Orang menegaskan bahwa tugas pakaian adalah untuk menarik perhatian pada
tubuh dan bukan untuk mengalihkan atau menolak perhatian itu. d)
Komunikasi Fashion dan pakaian secara simbolis mengikat satu komunitas (Roach dan
Eicher,1979:18). Hal ini menunjukkan bahwa kesepakatan sosial atas apa yang akan dikenakan merupakan ikatan sosial itu sendiri yang pada gilirannya akan memperkuat ikatan sosial lainnya. Fungsi mempersatukan dari fashion dan pakaian berlangsung untuk mengomunikasikan keanggotaan satu kelompok kultural baik pada orang-orang yang menjadi anggota kelompok tersebut maupun bukan. e)
Ekspresi Individualistik Fashion dan pakaian adalah cara yang digunakan individu untuk membedakan
dirinya sendiri sebagai individu dan menyatakan beberapa keunikannya. f)
Nilai Sosial Atau Status Pakaian dan fashion sering digunakan untuk menunjukkan nilai sosial atau
status, dan orang sering membuat penilaian terhadap nilai sosial atau status orang lain berdasarkan apa yang dipakai orang tersebut. Status bisa merupakan hasil atau
commit to user 15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berkembang dari berbagai sumber, dari jabatan, dari keluarga, dari jenis kelamin, gender, usia atau ras. g)
Definisi Peran Sosial Pakaian dan fashion digunakan untuk menunjukkan atau mendefinisikan peran
sosial yang dimiliki seseorang. Pakaian dan fashion itu di ambil sebagai tanda bagi orang tertentu yang menjalankan peran tertentu pula sehingga di harapkan berperilaku dalam cara tertentu. h)
Nilai Ekonomi Atau Status Status ekonomi berkaitan dengan posisi di dalam suatu ekonomi. Dalam hal
ini akan melihat cara-cara fashion dan pakaian menunjukkan peran-peran produktif atau kedudukan di dalam suatu ekonomi. Seperti di tunjukkan oleh Roach dan Eicher, “menghias seseorang bisa merefleksikan hubungan dengan sistem produksi yang merupakan karakteristik ekonomi tertentu yang di dalamnya orang itu tinggal” (Roach dan Eicher, 1979: 13). Aspek pakaian dan fashion ini dapat digambarkan sebagai penandaan ekonomis, atau sisi kontraktual dandanan, sebagai kebalikan dari sisi social atau cultural. i)
Kondisi Magis-Religius Baik dikenakan secara permanen maupun secara berkala, busana dan pakaian
bisa menunjukkan keanggotaan, atau afiliasi, pada kelompok atau jamaah kelompok agama tertentu. j)
Ritual Sosial Ritual social seperti perkawinan dan pemakaman pada penggunaan fashion
dan pakaian untuk menunjukkan posisi-posisi dari nilai atau status social. Fashion
commit to user 16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan pakaian digunakan untuk menandai awal dan akhir ritual, dan untuk membuat pembedaan antara yang ritual dan nonritual. k)
Rekreasi Untuk menunjukkan bahwa fashion dan pakaian memiliki aspek rekreasional
sebagian untuk menunjukkan bahwa fashion dan pakaian mungkin menimbulkan kenikmatan, karena itu fashion dan pakaian sekedar untuk kesenangan, cara menimbulkan kenikmatan. 2.1.2
Jenis Busana Berdasarkan kualitasnya Busana berdasarkan kualitasnya dibagi menjadi 3 yakni sebagai berikut.
a)
Adi Busana (Haute Couture), yaitu busana eksklusive yang di rancang khusus dan di buat hanya satu atau atas pesanan seseorang yang dibuat secara mendetail dengan teknik menjahit yang rapi.
b)
Busana madya, busana yang di produksi dalam jumlah tertentu (terbatas), eksklusive, namun lebih bersifat komersial.
c)
Busana konvensi, yaitu busana yang di produksi dalam jumlah banyak (masal) dengan harga yang relative lebih murah dibanding kedua jenis busana di atas.
2.1.3
Perlengkapan Berbusana Perlengkapan berbusana ada 3 yakni sebagai berikut.
a)
Make up wajah dan tata rias rambut, yaitu tata kecantikan wajah dan penataan rambut yang di pakai untuk memperindah penampilan seseorang dalam berbusana sehingga dapat menonjolkan kelebihan dan menutupi kekurangan pada wajahnya sekaligus serasi dengan busana yang dikenakan.
commit to user 17
perpustakaan.uns.ac.id
b)
digilib.uns.ac.id
Aksesoris, yaitu berupa perhiasan yang menempel pada tubuh pemakai dan berfungsi untuk memperindah penampilan si pemakai, meliputi : gelang, kalung, anting, cincin, bros, hiasan rambut, dsb.
c)
Millineries, yaitu berupa benda kelengkapan yang berguna bagi si pemakai (tidak hanya untuk keindahan saja), meliputi : tas, ikat pinggang, sarung tangan, topi, sepatu, kaos kaki,dsb.
2.1.4
Aliran-aliran dalam mode (Petunjuk Lengkap Pecah Pola Aneka Model Busana, Wancik M.H. Gramedia, 2001) Aliran-aliran dalam mode adalah pengelompokan mode yang mengalami
perubahan, yang didasarkan pada perjalanan masa tertentu. Adapun dalam dunia mode terdapat beberapa aliran yang memiliki ciri yang khas sesuai dengan aliran mode tersebut, yakni sebagai berikut. a)
Aliran Classic Aliran yang dikenakan dari masa ke masa, hampir tidak mengalami perubahan dalam penampilan berbusana. Contohnya adalah pakaian adat atau pakaian nasional suatu bangsa.
b)
Aliran New Classic Aliran yang lambat mengalami perubahan dalam penampilan busana. Perubahan tersebut berkisar sekitar sepuluh tahun sekali. Contohnya dapat ditemui pada busana pria dan wanita dewasa.
c)
Aliran Trend Aliran dalam dunia mode yang mengalami perubahan penampilan sekitar setahun sekali, bahkan sering terjadi dalam satu aliran terjadi berbagai tema
commit to user 18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
gaya. Contohnya gaya berpakaian tahun 1970 (trend 70-an) yang hanya menampilkan gaya tertentu seperti celana panjang cut brai (bell bottom) yang diilhami oleh gaya berpakaian dari penyanyi Elvis Presley atau gaun mini yang dipelopori oleh Mary Quant. d)
Aliran New Waves Aliran yang mengalami perubahan dalam penempilan berpakaian yang cepat sekali, sekitar tiga bulan sekali. Desain-desain aliran New Waves ini tampak segar, murah dan meriah yang sengaja dirancang untuk diikuti oleh remaja dan ibu-ibu muda.
2.1.5
Perkembangan Mode
2.1.5.1 Di Dunia Fashion di mulai dari tahun 1920 pada dekade inilah awal dunia fashion. Tahun ini merupakan awal kebangkitan kaum perempuan mencapai kebebasan dan kemerdekaannya. Di dekade sebelumnya, baju-baju ala Cinderella dengan rok super megar dengan pinggang ekstra ketat, menyiksa kaum perempuan, karena itulah mulai tahun ’20an baju tersebut ditinggalkan. Tahun 1920 merupakan abad baru ketika dunia fashion terlahir kembali dengan pandangan yang berbeda. Inovasi terbaru muncul dari desainer dunia, seperti Coco Chanel yang menyuguhkan potongan, warna, serta gaya yang mementingkan karakter seorang perempuan. Dari sinilah dunia fashion mulai berkibar. Memasuki tahun 1930an, perkembangan fashion sedikit agak lambat hingga akhirnya memasuki perang dunia kedua(1940-1946). Dari yang tadinya hanya
commit to user 19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bersifat fungsional, sebuah pakaian juga punya sisi estetik atau sisi ‘cantik’ dunia di luar fashion pun punya pengaruh hebat, terutama dunia film di awal tahun ’50an hingga ’60an. Perang Dunia II merupakan salah satu peristiwa yang membawa perubahan paling besar di dunia pada saat itu. Keadaan pasca perang telah mengakibatkan kerusakan dan trauma pada masyarakat di waktu itu, namun di sisi lain memberikan waktu bagi mereka untuk merasakan masa damai. Hal ini berpengaruh juga pada perkembangan fashion. 2.1.5.2 Di Indonesia Sejarah busana bangsa indonesia di mulai pada zaman dahulu kala pakaian yang di pakai terdiri dari kulit pohon kayu. Dalam perkembangan selanjutnya, lembaran kayu ini mulai di hias dengan moif –motif tertentu. Seiring dengan meningkatnya kebudayaan, mereka mulai mengenal alat tenun. Dari sejak itu mereka mulai mengenakan kain sarung hasil tenunan dengan motif kotak-kotak, lurik dan lainnya. Dan akhirnya kain sarung inipun berkembang menjadi kain songket untuk konsumsi golongan atas, dengan variasi pemakain yang berkembang pula. Kain tenun hanya mampu memberikan motif-motif tertentu yang statis sifatnya. Kain-kain ini dibentuk dalam bentuk kain sarung yang pemakaian serta pemeliharaannya leih praktis. Tetapi secara juur harus diakui bahwa kain tenun ini kurang luwes serta kurang kaya akan motif maupun cara pemakaiannya.
commit to user 20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Perkembangan selanjutnya adalah pemekaian kain bermotif batik yang dimulai sejak zaman Syailendra (750-850 SM). Sistem membakit dengan malam sudah ada sejak abad IV, dimana pada saat itu kerajaan Tarumanegara telah mengekspor indigo atau nila. Hal ini dibuktikan oleh prasati-prasasti pada masa Tarumanegara, antara lain prasasti Ciarutan, Kebon Kopi, Tugu serta berita dari Fa Hien. Sejarah mencatat bahwa kebudayaan melaju cepat pada masa-masa kerajaan Jawa berkembang. Pada masa Majapahit, kain panjang telah dipakai. Kain panjang bermotif batik dipakai terbatas oleh golongan atas, sedangkan masyarakat biasa menggunakan kaintenun serta lurik yang harganya mahal karena bagus serta halus, tetapi bahan tersebut biasanya hanya digunakan oleh pengantin. Selama 350 tahun Belanda menjajah indonesia, wanita-wanita belanda menyesuaikan diri dengan menciptakan pakaian kebaya sendiri dengan adaptasi kebaya Jawa. Kebaya tersebut juga dipakai oleh saudagar keturunan Tionghoa, yang kemudian lebih dikenal dengan kebaya encim. Kebaya encim ini, kemudian berkembang dalam pembuatannya. Kebaya encim tidakhanya diberi renda tempel, tetapi juga bordir langsung sebelum berbentuk kebaya. Menurut Peter Sie, seorang perancang busana terkenal di tahun 50-an, kebaya encim ini merupakan suatu mata rantai terpenting dalam kehidupan mode Indonesia. Setelah kemerdekaan, tepatnya pada tahun 1959, perkembangan mode cukup mendapat tempat dihati masyarakat. Hal tersebut terlihat dengan sambutan khalayak ramai yang sengat luar biasa atas peragaan busana yang diselenggarakan oleh para istri-istri pejabat tinggi negara dalam rangka mengumpulkan dana bagi korban
commit to user 21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kecelakaan di Trenggalek. Saat itu peragaan busana masih merupakan event hiburan, bukan suatu bursa untuk membeli pakaian dan mumnya untuk malam dana. Di tahun 1963-1964, peragaan busana sempat di larang karena dianggap tidak sesuai dengan kepribadian nasional. Pada tahun 1965, perkembangan mode sangat sulit perkembangannya karena sama sekali tidak ada fasilitas dan media massa yang berminat dengan mode. Baru pada taun 1968, peragaan busana mulai di perbolehkan lagi dan ini merupakan perkembangan mode yang cukup menggembirakan. Di tahun 1971 berdiri PAPMI (Perhimpunan Perancang Mode Indonesia) sebagai organisasi prtama di Indonesia yang menangani di bidang mode. PAPMI ini mengorbitkan perancang-perancang muda pada saat itu. Sesuai dengan enjuran pemerintah DKI di tahun 1969, yang menginginkan perancang-perancang busana Indonesia bergabung. Yang ditugaskan oleh Gubernur DKI waktu itu adalah Kepala Dinas Perindustrian DKI Martono, untuk membentuk perhimpunan ini. Sedangkan APPMI (Asosiasi Perancang Busana Mode Indonesia) dibentuk dan didirikan pada tanggal 22 Juli 1993 di jakarta dan saat itu Poppy Dharsono ditunjuk sebagai Ketua Umum. Hingga saat ini keanggotaan APPMI tersebar di beberapa Badan Pengurus Daerahnya antara lain di Jwa Barat, Yogyakarta, Lampung dan Jakarta sebagai pusat. Mode, sampai diawal dekade delapan puluhan masih dianggap sebagai sekedar hobi seseorang. Namun sekarang sudah dianggap sebagai bidang serius yang bisa menunjukkan cita rasa bangsa, sehingga ini semakin menciptakan arena mode di Indonesia semakin ramai dengan apresiasi. Hal ini diindikasikan dengan menjamurnya lomba mode dimana-mana serta pekerjaan di bidang mode sudah tidak
commit to user 22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
lagi dipandang sebagai hobi semata, tetapi kedudukan para perancang mode telah amat dihargai sebagai profesi yang berarti, seperti juga profesi di bidang seni lainnya seperti arsitek, intrior desaign atau sutradara film. Dengan pemberian penghargaan seperti piala Aparel yang dimulai pada tahun 1986 hingga tahun ini tiap tahunnya untuk diberikan kepada perancang yang dianggap berkualitas. Hal ini merangsang mereka yang memilih desain mode sebagai profesi untuk lebih bisa berkembang kearah yang lebih berselera, yaitu untuk menghasiklan karya yang muncul dari hasil kerja yang berkonsep. 2.1.5.3 Di Surakarta Dalam dunia mode, batik menjadi ikon fashion di Surakarta. Batik mulai diperkenalkan setelah akhir abad ke-18 atau aal abad ke-19. Batik yang dihasilkan adalah semuanya batik tulis sampai pada awal abad ke-20 dan batik cap dikenal baru setelah perang dunia pertama habis atau sekitar tahun 1920. Batik menjadi salah satu kebudayaan keluarga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya
batik
dikerjakan
hanya
terbatas
dalam
keraton
saja
dannhasilnyauntuk pakaian raja dan keluarga serta pengikutnya. Oleh karena banyak pengikut raja yang tinggal di luar keraton, maka seni batik ini dibawa oleh merek keluar keraton dan dikerjakan ditempat masing-masing. Lama-lama kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya semakin meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga keraton, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria.
commit to user 23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Di Surakarta sendiri, perkembangan fashion khususnya batik malaju sangat pesat. Batik semakain digemari oleh masyarakat. Hal ini terbukti dengan banyaknya pengrajin batik dan pertokoan yang menyediakan batik di Surakarta. Festival Batik yaitu Solo Batik Carnival yang diadakan tiap tahunnya merupakan ajang yang peduli pada fashion di Surakarta yang menjadikan batik lebih dikenal lagi di dalam negeri maupun mancanegara. 2.1.6
Contoh-contoh Empiris Fasilitas Mode Contoh-contoh empiris fasilitas mode yang ada di Indonesia maupun di luar
negeri diantaranya adalah. 2.1.6.1 ESMOD Jakarta
Gambar 2.1 Eksterior ESMOD Jakarta http://www.esmodjakarta.com/_images/contact/contact_1.gif (di akses 26 maret 2012) ESMOD Jakarta adalah sebuah sekolah waralaba dari Perancis. Didirikan pada bulan September 1996 yang pertama di Asia Tenggara. ESMOD menyelenggarakan program kombinasi mendesain mode dan Pattern Making 1 tahun dan 3 tahun. Lembaga keterampilan yang terletak di Jalan Asem Dua No. 3-5 Cipete Jakarta ini menyediakan suatu visi yang menjadikan para insane manusia Indonesia
commit to user 24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berkualitas untuk memasuki era baru mode. Menjadi salah satu dari sekolah mode yang tertua dan terkenal di dunia adalah merupakan kelebihan dari sekolah ini sejak 1841. Fashion Design adalah trend mode, dan sesuai dengan trend ini, membuat pakaian yang kontemporer serta cocok dipakai sehari-hari. Program ini melatih siswa untuk menciptakan keseluruhan koleksi mulai dari awal, dari memilih tema, warna, bahan sampai ke desain koleksi yang sesungguhnya berikut presentasinya. Pattern Making meliputi ketrampilan untuk mengambil ide yang diciptakan di Fashion Design dan mengubahnya menjadi pakaian jadi dengan mempelajari efek visual dan mengkoordinasi keterampilan menjahit. Program ini mengajarkan siswa untuk mengintepretasikan mode, membuat pola, memotong dan menjahitnya.
Gambar2.2 Presentasi siswa ESMOD Jakarta http://www.esmodjakarta.com/upload/Ideku/presentation.jpg (diakses 26 maret 2012)
Untuk mencapai profesionalisme, latihan teori dan praktek secara terus menerus disediakan sebagai bagian dari program. Fleksibelitas program membuka kemungkinan yang luas untuk berbasai profesi. Selain menjadi Fashion Designer atau Pattern Maker siswa dapat juga menjadi Wartawan, Reporter Mode, Merchandiser,
commit to user 25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pengajar, Pengamat mode, Stylist, Manager Produk, Konsultan Mode dan berbagai pekerjaan lain di dunia mode. 2.1.6.2 Arva Studio di Surabaya
Gambar 2.3 Arva Studio Surabaya http://www.arvaschooloffashion.com/arva_studio.php (diakses 26 maret 2012) Arva Studio Desain Mode merupakan sekolah merancang busana di Surabaya yang berdiri tanggal 4 Januari 1990. Setiap awal bulan, sekolah ini membuka kelas baru untuk berbagai jurusan yang ada, yaitu : 1). Desain Mode Merupakan kegiatan pendidikan yang mempunyai tujuan agar para siswa mempunyai pengetahuan dan kemampuan untuk bekerja di bidang mode sebagai illustrator, buyer, fashion perorter, dan sebagainya. Pelajaran tebagi dalam tiga tingkatan teori dan praktek, yaitu tingkat I (dasar), tingkat II (terampil), tingkat III (mahir). Kelas ini mempunyai beberapa sub jurusan, yaitu : a). teknik sketsa cepat b). pendalaman styling
commit to user 26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c). desain tekstil dan teknik batik d). desain tekstil dan teknik printing e). desain busana anak 2). Menjahit Busana Wanita Merupakan pengetahuan serta ketrampilan dalam bidang jahit menjahit yang mutlak di perlukan bagi mereka yang bekerja di bidang mode, baik bagi perancang, penjahit, maupun yang bekerja di bidang niaga mode. Kelas ini mempunyai empat jurusan, yaitu : a). teknik jahit busana siap pakai b). teknik jahit butik (halus) c). pecah pola 3). Menjahit Busana Pria Merupakan program pelajaran menjahit busana pria yang terdiri dari beberapa paket yang dapat dipilih dan diambil sesuai dengan kebutuhan, yaitu : a). Paket A, meliputi pelajaran tentang kemeja dan celana pendek. b). Paket B, meliputi palajaran model baju safari dan celana panjang. c). Paket C, meliputi pelajaran pakaian jas. Praktek di atas meliputi teori dan praktek. 4). Teknik Bordir Mesin dan Merancang Desain Pola Bordir Terdiri dari dua kelas, yaitu : a). Bordir mesin Jurusan border mesin merupakan pelengkap untuk peningkatan ketrampilan para desainer dalam melayani kliennya.
commit to user 27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b). Desain ragam border Jurusan ini bertujuan menyiapkan siswa untuk memilih, mencari dan menciptakan ragam-ragam border sampai hasil gambar dapat di mengerti oleh pembordir dan siap untuk dikerjakan di atas kain. 5). Kursus-kursus Singkat/Tambahan Setiap tahunnya Arva menyelenggarakan dua kali peragaan busana sebagai evaluasi (ujian) bagi siswa-siswanya, dan satu kali peragaan untuk hari ulang tahunnya yang diselenggarakan oleh siswanya sendiri.
2.1.6.3 London College of Fashion London College Fashion merupakan sebuah lembaga pendidikan responsif terhadap perubahan dalam praktek desain dan memposisikan diri sebagai penyedia global terkemuka dalam bidang fashion, penelitian pendidikan dan konsultasi.
Gambar 2.4. Eksterior London College of Fashion Sumber : www.londoncollegeoffashio.com (di akses tanggal 16 Maret 2012) Program London College of Fashion berpusat pada pengembangan ide-ide dari staf dan siswa, menggunakan mode bersama praktik sejarah dan budaya untuk
commit to user 28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menantang agenda sosial, politik dan etis. Hal ini, dikombinasikan dengan bisnis yang berpikir ke depan dan manajemen dari misinya untuk "Fashion Masa Depan". Pembelajaran dalam College London Fashion dapat ditingkatkan portofolio dan hubungannya dengan fashion global dan industri gaya hidup, adalah fondasi dengan fasilitas yang sangat baik dan lengkap. Ini termasuk lokakarya spesialis, suite media, dan teknologi, dan pusat manufaktur menampilkan CAD / CAM. Fasilitas utama seperti, ruang pemeran, Rootstein Space di John Hopkins Princes Street, ruang tersebut menyediakan tempat pertunjukan catwalk, kuliah, seminar, dan konferensi. 1)
Fashion Space London College of Fashion Adalah ruang pameran kontemporer di pusat kota London menyajikan
program secara teratur dalam mode global, desain, fotografi dan instalasi. Galeri ulang diluncurkan pada September 2010 di bawah arahan kurator Magdalena Keaney.
Gambar 2.5. Fashion Space Sumber : www.londoncollegeoffashio.com (di akses tanggal 16 Maret 2012) 2)
Rootstaints Hopkins Space Sebuah tempat multi-fungsi yang menawarkan fasilitas konferensi yang
fleksibel cocok untuk skala kecil, menengah dan besar, menunjukkan catwalk, seminar dan pertemuan.
commit to user 29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.6. Rootstaints Hopkins Space Sumber : www.londoncollegeoffashio.com (di akses tanggal 16 Maret 2012) 3)
Perpustakaan Perpustakaan London College Fashion, bertempat di John Princes Street,
adalah perpustakaan fashion terkemuka di Inggris. Sumber daya yang luas meliputi 57.000 buku pada semua aspek industri fashion dari konstruksi garmen untuk ilmu kosmetik, koleksi unik informasi tentang perancang busana, sumber gambar dan ilustrasi fashion, video dan DVD. Lebih dari 390 judul e-jurnal, elektronik informasi sumber daya melalui halaman Industri penelitian. Pengunjung dari industri fashion diundang untuk menggunakan perpustakaan untuk penelitian dengan janji. Namun, pengunjung dibatasi (saat ini satu per hari) dan pengunjung harus telepon perpustakaan di muka untuk buku kunjungan mereka.
commit to user 30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.7. Perpustakaan Sumber : www.londoncollegeoffashio.com (di akses tanggal 16 Maret 2012) 4)
Studio, Ruang kelas, Workshop dan Salon College ini dilengkapi dengan berbagai lokakarya spesialis dan studio. Sejumlah studio desain besar tersedia untuk siswa untuk mewujudkan
pekerjaan mereka dua dimensi sebelum mengambil ide sampai produksi. Ada juga dilengkapi kamar kerajinan di bordir, dicetak tekstil, topi, alas kaki, barang kulit dan rajutan
untuk
mendukung
siswa
dalam
kegiatan
khusus
mereka.
Gambar 2.8. Ruang studio Sumber : www.londoncollegeoffashio.com (di akses tanggal 16 Maret 2012) 5)
Media Suite (Studio Photografi dan Broadcast) Akademi ini dilengkapi dengan 3 studio fotografi dan sebuah studio broadcast
untuk audio dan video editing. 6)
Reprographic Servise Akademia ini juga dilengkapi dengan tempat fotokopi dan laminating untuk
para siswanya.
commit to user 31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.9. Reprographic services Sumber : www.londoncollegeoffashio.com (di akses tanggal 16 Maret 2012) 7)
Digital Fashion Studi
Akademia ini menawarkan perlengkapan teknologi dan software bagi para siswanya. 8)
Learning Support, Media, IT Services
Merupakan perlengkapan untuk para sraff. 2.1.6.4 Fashion Retail Academy Fashion Retail Academy berlokasi di London’s Oxford Street dimana merupakan pusat dari distrik retail fashion di kota London. Fashion Retail Academy ini merupakan sebuah akademi untuk melatih siswa di bidang desain dari sebuah retail fashion, sehingga akademi ini bukan merupakan akademi untuk merancang busana / pakaian tetapi merupakan sebuah akademi dimana siswanya dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya di bidang retail fashion dimana diharapkan nantinya setiap siswa akan dapat mengembangkan bisnis retail pakaian dengan tampilan yang menarik. Fasilitas yang terdapat di akademi ini, antara lain : 1)
Art lecture space
commit to user 32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.10 Art lecture space Sumber : www.fashionretailacademy.com (di akses tanggal 16 Maret 2012) Ruang ini merupakan ruangan yang sangat besar dan dapat menampung sampai 180-200 orang tergantung pada keperluan. Ruang ini dapat juga difungsikan sebagai area catwalk untuk peragaan busana dan dapat menampung 120 orang. Ruangan ini juga dapat didesain untuk dimanfaatkan sebagai rauang rapat / pertemuan dan ruang pameran / pertunjukan. Fasilitas pendukung dari are ini meliputi : a)
Layar proyeksi AV yang lebar
b)
Podium
c)
Fasilitas AV dan audio yang dapat direkam
d)
Tata suara
e)
Tempat duduk
Gambar 2.11. Fasilitas Art lecture space Sumber : www.fashionretailacademy.com (di akses tanggal 16 Maret 2012)
commit to user 33
perpustakaan.uns.ac.id
2)
digilib.uns.ac.id
Lab. Computer (IT Suite)
Gambar 2.12. Lab. Computer Sumber : www.fashionretailacademy.com (di akses tanggal 16 Maret 2012) Ruang ini dapat menambung sekitar 25 – 33 orang dan terdapat whiteboard sebagai media menampilkan / mempresentasikan video atau presentasi kepada para siswa.
3)
Meeting Room
Gambar 2.13. Meeting Room Sumber : www.fashionretailacademy.com (di akses tanggal 16 Maret 2012) Meeting room ini dapat menampung sekitar 15 orang dan memiliki fasilitas sebuah layar AV proyeksi.
commit to user 34
perpustakaan.uns.ac.id
4)
digilib.uns.ac.id
Cafe
Gambar 2.14. Cafe Sumber : www.fashionretailacademy.com (di akses tanggal 16 Maret 2012) Cafe di akademi ini digunakan sebagai area untuk makan dan minum diwaktu istirahat para siswa serta sebagai area untuk bersosialisasi secara informal. Kapasitas tempat duduknya dapat menampung sekitar 60 orang. 5)
Ruang bersama
Gambar 2.15. Ruang bersama Sumber : www.fashionretailacademy.com (di akses tanggal 16 Maret 2012) Ruang bersama bagi para murid didesain dengan luas ruangan yang cukup besar dan difungsikan untuk tempat bersantai diwaktu istirahat dan sebagai tempat pertemuan yang dilengkapi dengan tempat duduk sofa, akses internet, beberapa meja permainan dan teknologi layar sentuh untuk memutar music video.
commit to user 35
perpustakaan.uns.ac.id
6)
digilib.uns.ac.id
Butik Fashion
Gambar 2.16. Butik Fashion Sumber : www.fashionretailacademy.com (di akses tanggal 16 Maret 2012) Butik Fashion dari akademi ini akan memungkinkan para siswanya untuk memiliki pengalaman praktek dan pelatihan penjual di lingkungan retail yang nyata. Toko ini dilengkapi dengan barcode scanner dan tempat pembayaran dengan system leyar sentuh.
Gambar 2.17. Interior Butik Fashion Sumber : www.fashionretailacademy.com (di akses tanggal 16 Maret 2012) 7)
Ruang kelas Ruang kelas di akademi ini mampu menampung sekitar 18 – 20 orang. Ruang
ini dilengkapi dengan layar AV proyeksi dan whiteboard. Ruang ini juga dapat diubah fungsi / difungsikan selain sebagai ruang kelas juga tempat seminar, dan ruang pertunjukan kecil.
commit to user 36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.18. Ruang Kelas Sumber : www.fashionretailacademy.com (di akses tanggal 16 Maret 2012)
2.2 Tinjauan Arsitektur Metafora 2.2.1 Pengertian Arsitektur Metafora Metafora adalah perumpamaan suatu hal dengan sesuatu yang lain. Dalam bidang arsitektur, metafora berarti mengumpamakan bangunan sebagai sesuatu yang lain. Cara menampilkan perumpamaan tersebut adalah dengan memindahkan sifatsifat dari sesuatu yang lain ke dalam bangunan, sehingga akhirnya para pengamat dan pengguna arsitekturnya bisa mengandaikan itu sebagai sesuatu yang lain (ninkarch.blogspot.com). Menurut beberapa tokoh, arsitektur metafora didefinisikan sebagai berikut a)
Menurut buku “Pengantar Arsitektur” karya James C. Snyder, Seperti analogi, metafora (kiasan) mengidentifikasi hubungan diantara benda-benda, tetapi hubungan ini lebih bersifat abstrak ketimbang nyata. Perumpamaan adalah metafora yang menggunakan kata-kata “seperti” atau “bagaikan” untuk mengungkapkan
suatu
hubungan.
Metafora
dan
perumpamaan
commit to user 37
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengidentifikasi pola hubungan sejajar sedangkan analogi mengidentifikasi hubungan harafiah yang mungkin. b)
Menurut Charles Jenks, dalam buku “The Language of Post Modern Architecture”, metafora sebagai kode yang di tangkap pada suatu saat oleh pengamat dari suatu objek dengan mengandaikan objek lain dan bagaimana melihat suatu bangunan sebagai sesuatu yang lain karena ada kemiripan.
c)
Menurut Geoffrey Broadbent, 1995 dalam buku “Design in Architecture”, Transforming : figura of speech in which a name of description term is transferred to some object different form. Dan juga menurutnya metafora pada arsitektur adalah perumpamaan salah satu metode kreatifitas yang ada dalam desain spectrum perancang.
d)
Menurut buku “Semiotika Visual” karya Kris Budiman, Sebuah teori yang paling popular tentang metafora merumuskannya secara sangat ringkas sebagai “perbandingan tersirat” diantara dua hal. Metafora merupakan bagian dari gaya bahasa yang digunakan untuk
menjelaskan sesuatu melalui persamaan atau berbandingan (TA Dodi wahyudi, 2005). Istilah metafora berasal dari bahasa yunani metapherein ( perancis metaphore, latin metafora, inggris metaphor). “meta” dalam hal ini diartikan sebagai memindahkan atau yang berhubungan dengan perubahan. Sedangkan “pherein” berarti mengandung atau memuat. Dari etimologinya metafora menunjukkan pemindahan (transfer) sesuatu yang dikandungnya (makna). Metafora adalah serangkaian tuturan atau kalimat dimana satu istilah dipindahkan maknanya kepada objek atau konsep lain yang ditunjukkan melalui perbandingan tak langsung atau
commit to user 38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
analogi. Metafora disebut sebagai bahasa yang bersifat perlambang atau kiasan ( figurative language). 2.2.2 Metafora dalam Arsitektur Arsitektur sebagai instrument komunikasi harus dapat menyampaikan makna yang terkandung didalamnya. Arsitektur bukan hanya sekedar bangunan mati yang tidak memiliki jiwa namun arsitektur adalah sebuah bentuk bahasa, sehingga ia merupakan bagian dari komunikasi. Metafora arsitektural berkenaan dengan pendefinisian wujud bentuk arsitektur yaitu bagaimana menjelaskan dan mencari hubungan logis antara kiasan tertentu dari arsitek kedalam bentuk ruang bangun rancangannya sebagai makna kedua disamping pemenuhan fungsi bangunan. Metafora dalam arsitektur bagaikan kiasan berbahasa, memiliki kesamaan-kesamaan dan bersifat cukup logis. Charles Jenks dan Michael Graves melihat bahwa orang dengan latar belakang berbeda akan membaca ekspresi metaforik (dalam hal ini bangunan) secara berlainan. Metafora berkaitan dengan pemahaman manusia, dengan pengalaman yang melatarbelakangi pemikiran manusia. Pengalaman dan pemahaman manusia terhadap sebuah konsep akan terpatri dalam ingatannya, bentuk yang terlihat, permukaan yang kasar, cahaya terang, sampai wangi bunga, dan lain-lain. Karakteristik ruang, kode visual maupun ekspresi tarikan garis adalah upaya untuk merangsang pemahaman manusia kepada konsep yang ingin ditampilkan.
commit to user 39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Prinsip-prinsip metafora (Jencks, 1984) a)
Mencoba atau berusaha memindahkan keterangan keterangan dari suatu obyek ( konsep atau obyek) ke obyek lain.
b)
Mencoba atau berusaha untuk melihat suatu obyek (konsep atau obyek ) seakan-akan suatu hal yang lain.
c)
Mengganti fokus penelitian atau penyelidikan area konsentrasi atau penyelidikan lainnya (dengan harapan jika dibandingkan atau melebihi perluasan kita dapat menjelaskan subjek yang sedang dipikirkan dengan cara baru). Kegunaan penerapan metafora dalam arsitektur sebagai salah satu cara atau
metode sebagai perwujudan kreativitas arsitektural yakni sebagai berikut a)
Memungkinkan untuk melihat suatu karya arsitektural dari sudut pandang yang lain.
b)
Mempengaruhi untuk timbulnya berbagai interpretasi pengamat.
c)
Mempengaruhi pengertian terhadap suatu hal yang kemudian dianggap menjadi hal yang tidak dapat dimengerti ataupun belum sama sekali ada pengertiannya.
d)
Dapat menghasilkan arsitektur yang lebih ekspresif. Melalui metafora, terutama ketika dicapai dengan teknik penggantian konsep,
seseorang bisa mengaplikasikan pengetahuan dan interpretasi yang dimengerti untuk kasus nama pengganti dalam satu pekerjaan seseorang. Yang melihat dan menilai serta menikmati suatu karya arsitektur adalah pengguna, pengamat, dan pengkritisi.
commit to user 40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Merekalah yang dapat mengukur sejauh mana tema metafora yang dimaksud oleh perancang sama dengan metafora yang dilihat oleh pengguna. Begitulah metafora dalam arsitektur yang mengibaratkan arsitektur sebagai sebuah bahasa yang dapat mengandung sebuah pesan di dalamnya. Ketika kata dan imaji tidak mampu lagi menyampaikan pesan, arsitektur dalam bahasa metafora menjawabnya dengan bentuk, ruang dan fungsi. Beberapa alasan pemilihan konsep metafora a)
Metafora dalam hal ini digunakan untuk memenuhi fungsinya sebagai sarana pengkomunikasian kesan dan pesan berkaitan dengan bangunan dari perancang kepada masyarakat luas.
b)
Pemilihan tema metafora akan membantu dalam menghasilkan konsep-konsep baru. Sehingga arsitektur dapat dilihat dalam sudut pandang yang baru, dan dapat tampil lebih ekspresif. Komunikasi perancang tentang ide dalam arsitekturnya juga menjadi lebih jelas.
c)
Konsep metafora diambil dan diterapkan pada perancangan Graha Busana dan Mode ini untuk menciptakan suatu bangunan yang mampu menarik perhatian orang, mampu memberi kesan dan citra tersendiri, serta mampu menggugah persepsi dan imajinasi orang yang melihatnya. Selain agar mampu menampilkan bentuk semenarik mungkin sehingga dapat memberikan nilai estetika tersendiri terhadap kawasan sekitar.
commit to user 41
perpustakaan.uns.ac.id
Anthony
Antoniades
digilib.uns.ac.id
mengidentifikasikan
tiga
buah
kategori
metafora
arsitektural, yaitu: a)
Metafora abstrak (intangible metaphore) Ide pemberangkatan metaforiknya berasal dari sebuah konsep yang abstrak,
sebuah ide, sifat manusia atau kualitas obyek (alami,tradisi,budaya). Metafora abstrak dapat kita lihat pada beberapa karya arsitek Jepang. Salah satu arsitek tersebut adalah Kisho Kurokawa. Kisho Kurokawa mencoba ‘membawa’ elemen sejarah dan budaya pada engawa (tempat peralihan sebagai “ruang antara” pada bangunan: antara alam dan buatan, antara masa lalu dan masa depan). Konsep ini diterapkan pada salah satu karya Kisho Kurokawa yaitu Nagoya City Art Museum. Sejarah dan budaya adalah sesuatu obyek yang abstrak dan tidak dapat dibendakan (intangible). Oleh karena itu, karya Kisho Kurokawa ini tergolong pada metafora abstrak.
Gambar 2.19. Eksterior Nagoya City Art Museum http://static.panoramio.com/photos/original/4633054.jpg (diakses 27 maret 2012)
commit to user 42
perpustakaan.uns.ac.id
b)
digilib.uns.ac.id
Metafora konkrit (tangible metaphore ) Ide pemberangkatan metaforiknya berasal dari karakter material atau visual
obyek yang kongkrit (menara yang seperti tongkat, rumah seperti istana, atap seperti perahu). Stasiun TGV yang terletak di Lyon, Perancis, juga merupakan salah satu contoh karya arsitektur yang menggunakan gaya bahasa metafora konkrit karena menggunakan kiasan obyek benda nyata (tangible). Stasiun TGV ini dirancang oleh Santiago Calatrava, seorang arsitek kelahiran Spanyol. Melalui pendekatan tektonika struktur, Santiago Calatrava merancang Stasiun TGV dengan konsep metafora seekor burung. Bentuk Stasiun TGV ini didesain menyerupai seekor burung. Bagian depan bangunan ini runcing seperti bentuk paruh burung. Dan sisi-sisi bangunannya pun dirancang menyerupai bentuk sayap burung.
Gambar 2.20. Eksterior Stasiun TVG www.girinarasoma.com (diakses 27 maret 2012) c)
Metafora kombinasi ( combined metaphore ) Konsep abstrak dan karakter materi atau visual obyek bergabung sebagai ide
pemberangkatan kreasi arsitektural. Karakter visualnya dapat menjadi alas an untuk menilai sifat-sifat, kualitas dan karakter wadah visualnya. Sebagai contoh adalah :
commit to user 43
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
metafora kombinasi, juga dapat kita lihat pada E.X Plaza Indonesia, karya Budiman Hendropurnomo (DCM). Dalam buku “Indonesian Architecture Now”, Imelda Akmal menulis bahwa gubahan massa E.X yang terdiri atas lima buah kotak dengan posisi miring adalah hasil ekspresi dari gaya kinetik mobil-mobil yang sedang bergerak dengan kecepatan tinggi dan merespon gaya sentrifugal dari Bundaran Hotel Indonesia yang padat. Kolom-kolom penyangga diibaratkan dengan ban-ban mobil, sedangkan beberapa lapis dinding melengkung sebagai kiasan garis-garis ban yang menggesek aspal. Dari konsep-konsep tersebut, gaya kinetik merupakan sebuah obyek yang abstrak (intangible). (sumber Giri Narasoma Suhardi, Memahami Metafora (dalam) Arsitektur, 25 Januari, 2009)
Gambar 2.21. Eksterior E.X Plasa Indonesia http://www.thejakartapost.com/files/images/p21-a-1_25.img_assist_custom.jpg (diakses 27 maret 2012)
commit to user 44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III
DUNIA MODE DI SURAKARTA 3.1 Kondisi Umum Surakarta Seperti di kota-kota besar di Indonesia, kebutuhan yang berhubungan dengan fashion di kota Surakarta juga mengalami kemajuan. Gaya hidup masyarakatnya sudah menyerupai kota metropolitan. Mode atau fashion merupakan kebutuhan pokok mereka terutama golongan ekonomi kuat. Mereka tidak hanya sekedar membeli pakaian tetapi juga mulai mengikuti trend pakaian saat ini. Hal ini terlihat dari ramainya pusat perbelanjaan yang memasarkan produk fashion. Minat untuk selalu mengikuti mode atau trend sudah besar bagi masyarakat kota Surakarta terutama bagi para wanita. Mereka rela meluangkan waktu berjam-jam hanya untuk terlihat menarik penampilannya. Fasilitas-fasilitas dibidang fashion seperti pusat perbelanjaan, salon kecantikan, pusat kebugaran, banyak diminati oleh masyarakat. Hal ini membuktikan minat masyarakat Surakarta akan fashion sangatlah besar. 3.2
Potensi dan Permasalahan Dunia Mode di Surakarta
3.2.1
Potensi Dunia Mode di Surakarta Kota Surakarta mempunyai potensi yang besar untuk mengembangkan produk
mode. Industri tekstil dan pakaian yang ada di Surakarta sudah cukup banyak dan ditunjang dengan adanya industri batik yang terkenal baik di dalam maupun di luar negeri.
commit to user 45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Butik-butik yang banyak terdapat di Kota Surakarta, kebenyakan terletak di dekat sentra penjualan kain batik yaitu Pasar Klewer seperti Batik Danar Hadi, Batik Keris, dan butik-butik yang lebih kecil seperti Monsa, Ginza, Catleya, Al-Fath, Orag dan lain-lain. Para pedagang menjual pakaian jadi dengan berbagai model dan tema tersendiri serta penataannya masing-masing. Para perancang mode di Surakarta sebenarnya sudah mempunyai potensi yang cukup besar untuk bisa tampil. Kualitas rancangan-rancangan busana dari para perancang ini sudah bisa dibilang berkelas. Tetapi jumlah perancang di Surakarta ini masih sangat terbatas dan tidak didukung dengan fasilitas yang ada dan promosi. Perancang di Surakarta seperti, Solo Bagio, Djongko Raharjo, Djoko Widiarto, Tuti, merupakan perancang senior, selain itu ada juga perancang muda seperti, Endi Ariesta, Alan, Eko, Hendrik dan Rori. Mereka merancang busana di studionya sendiri yang kebanyakan menyatu dengan rumah mereka. Sebagian ada yang memiliki butik, dan sebagian lagi hanya menyediakan rumah pamer di rumahnya. Festival fashion di Surakarta seperti Solo Batik Carnival juga merupakan ajang yang peduli terhadap dunia fashion khususnya batik. Solo Batik Carnival (SBC) adalah sebuah perpaduan antara seni tradisional dan seni kreatif yang diwujudkan dalam karya momentum bagi perkembangan dunia fashion dan dunia seni pertunjukan dan batik sebagai tem utamanya. Solo Batik Carnival diselenggarakan setiap tahun mulai dari tahun 2008 dengan mengangkat tema yang berbeda setiap tahunnya. Pada tahun 2010, Solo Batik Carnival memasukin tahun ke-3 dengan tema “Sekat Jagad”. Sebelumnya pada Solo Batik Carnival 1 mengambil tema “Wayang” dan Solo Batik Carnival 2 dengan tema “Topeng”. Dengan adanya festival seperti ini,
commit to user 46
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
secara tidak langsung menimbulkan dampak yang posotif bagi kota Surakarta, dalam bidang fashion. Dengan kondisi yang sudah ada sekarang ini diprediksikan prospek industri fashion di Kota Surakarta akan semakin membaik. 3.2.2
Permasalahan Dunia Mode di Surakarta Minat untuk selalu mengikuti mode atau trend sudah besar bagi masyarakat
kota Surakarta. Namun, semua itu tidakdidukung dengan fasilitas yang memadai, fasilitas yang ada kurang memberikan pilihan produk mode. Produk-produk yang dipasarkan sangatlah terbatas dan ketinggalan bila dibandingkan dengan kota Jakarta atau Bandung. Trend yang sedang berkembang selalu terlambat sampai di kota Surakarta sehingga banyak produk-produk mode yang dipasarkan terbilang ketinggalan zaman. Banyak masyarakat kota Surakarta khususnya bagi yang selalu mengikuti perkembangan mode, terpaksa pergi ke luar kota seperti Jakarta dan Bandung hanya untuk belanja kebutuhan fashion. Mereka tidak menemukan trendtrend yang sedang berkembang di kota Surakarta, semua itu disebabkan kurangnya informasi dan promosi di bidang mode serta tidak adanya wadah yang menampung kegiatan tersebut. Acara-acara promosi dan informasi tentang karya-karya perancang lokal memang jarang diadakan sehingga kreativitas mereka kurang berkembang. Promosipromosi yang sering dilakukan di Surakarta, misalnya ada peragaan busana atau seminar tentang fashion biasanya diselenggarakan di hotel-hotel berbintang yang hanya dihadiri kalangan tertentu saja. Sedangkan untuk mengenalkan fashion pada masyarakat luas diperlukan sarana informasi dan promosi yang dapat diterima disemua kalangan.
commit to user 47
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Disamping itu kurang adanya tenaga-tenaga ahli di bidang mode juga menyebabkan perkembangan fashion di Surakarta menjadi terbatas. Hal itu disebabkan karena kurangnya sarana pendidikan fashion yang dapat melahirkan tenaga-tenaga profesional di bidang mode. Sarana pendidikan yang mengkhususkan di bidang mode busana merupakan salah satu pendidikan pilihan bagi masyarakat dan juga sebagai pendidikan lanjutan dari siswa sekolah kejuruan di bidang busana. Hal ini akan melahirkan ahli-ahli di bidang mode busana yang akan mendukung berkembanganya industri dan perdagangan tekstil dan garmen pada umumnya serta menciptakan masyarakat yang lebih maju di bidang mode busana di Surakarta pada khususnya. 3.3
Perkembangan Dunia Mode di Surakarta Dalam dunia mode, batik menjadi ikon fashion di Surakarta. Batik mulai
diperkenalkan setelah akhir abad ke-18 atau aal abad ke-19. Batik yang dihasilkan adalah semuanya batik tulis sampai pada awal abad ke-20 dan batik cap dikenal baru setelah perang dunia pertama habis atau sekitar tahun 1920. Batik menjadi salah satu kebudayaan keluarga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya
batik
dikerjakan
hanya
terbatas
dalam
keraton
saja
dannhasilnyauntuk pakaian raja dan keluarga serta pengikutnya. Oleh karena banyak pengikut raja yang tinggal di luar keraton, maka seni batik ini dibawa oleh merek keluar keraton dan dikerjakan ditempat masing-masing. Lama-lama kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya semakin meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik
commit to user 48
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang tadinya hanya pakaian keluarga keraton, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria. Di Surakarta sendiri, perkembangan fashion khususnya batik malaju sangat pesat. Batik semakain digemari oleh masyarakat. Hal ini terbukti dengan banyaknya pengrajin batik dan pertokoan yang menyediakan batik di Surakarta. Festival Batik yaitu Solo Batik Carnival yang diadakan tiap tahunnya merupakan ajang yang peduli pada fashion di Surakarta yang menjadikan batik lebih dikenal lagi di dalam negeri maupun mancanegara. 3.4
Lokasi Site Graha Busana dan Mode di Surakarta Graha Busana dan Mode diharapkan dapat menjadi sebuah fasilitas publik
yang dapat mewadahi segala kegiatan dalam bidang fashion di Surakarta. Kriteria Pemilihan Site Secara Umum, yakni sebagai berikut. a)
Berada pada zona komersial berdasarkan RUTRK.
b)
Potensial bagi pengembangan pendidikan, pariwisata dan bisnis
c)
Pencapaian mudah, dapat diakses kendaraan pribadi maupun kendaraan umum.
d)
Adanya fasilitas pendukung infrastruktur.
e)
Tidak jauh dari pusat kota, memudahkan pencapaian. Berdasarkan dari analisa di atas maka dipilih site yang berada di daerah
Manahan, tepatnya di Jalan Adi Sucipto dengan batas site yaitu : Utara : Jalan Adi Sucipto (jalan primer), SMK 5 Surakarta
commit to user 49
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Selatan : SMK N 7 Surakarta Barat : Jalan Jend. A. Yani (jalan sekunder), Kodim Timur : Perumahan Luas lahan : 11.900 m²
Gambar 3.1. Peta RUTRK Surakarta Sumber : www.google.com a. Sesuai dengan RUTRK, breada di daerah komersial, sangat cocok bagi bangunan Graha Busana dan Mode. b. Terletak di pusat kota, sangat potensial bagi pengembangan pariwisata dan bisnis. c. Fasilitas pendukung infrastuktur telah tersedia. d. Pencapaian mudah, dilalui bus dalam kota. e. View terlihat dari segala arah. f. Tidak terletak pada daerah rawan bencana banjir.
commit to user 50
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V ANALISA PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GRAHA BUSANA DAN MODE 5.1
Analisa Penentuan Kegiatan Tujuan : memperoleh gambaran tentang alur sirkulasi kegiatan dari pelaku
kegiatan. Dasar Pertimbangan : a. Pelaku Kegiatan Dari pelaku kegiatan (pengunjung, pengelola, dan penyewa) akan diketahui aktifitas apa saja yang dilakukan oleh para pelaku kegiatan. b. Urutan Kegiatan Dari urutan kegiatan akan dihasilkan suatu pola kegiatan dari para pelaku kegiatan. Pembahasan : kegiatan masing- masing pelaku kegiatan dapat digambarkan dalam skema sebagai berikut : 1.
Kelompok Pengunjung
Bagan 5.1 kegiatan kelompok penunjang
commit to user 72
perpustakaan.uns.ac.id
2.
digilib.uns.ac.id
Kelompok Pengelola
Bagan 5.2 kegiatan kelompok pengelola
3.
Kelompok Penyewa Pengusaha/Penyewa Retail Butik
Bagan 5.3 kegiatan Pengusaha/Penyewa Retail Butik
Perancang Mode
Bagan 5.4 kegiatan Perancang Mode
commit to user 73
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Peraga Mode
Bagan 5.5 kegiatan peraga mode
Pengusaha Promosi- Pameran
Bagan 5.6 kegiatan Pengusaha Promosi- Pameran
Pengelola Kegiatan Penunjang
Bagan 5.7 kegiatan kantor agen model dan studio foto, minibank
Pengelola Kegiatan Food Court
Bagan 5.8 kegiatan food court
commit to user 74
perpustakaan.uns.ac.id
5.2
digilib.uns.ac.id
Analisa Pendekatan Peruangan Analisa perencanaan dan perancangan sebagai usaha pemecahan masalah
dengan meninjau tujuan dan sasaran yang akan dicapai meliputi analisa pendekatan peruangan, analisa pendekatan lokasi dan tapak, analisa pendekatan lokasi tapak, analisa pendekatan sistem utilitas, analisa pendekatan sistem struktur dan pendekatan penampilan bangunan. Analisa pendekatan peruangan dilakukan guna mendapatkan sistematika alur kegiatan user dan pengelola yang akan merumuskan kelompok kegiatan dan kebutuhan ruang. 5.2.1
Analisa Pendekatan Peruangan Area Graha Busana dan Mode
a. Pengguna Graha Busana dan Mode 1) Pengelola 2) Pelajar / siswa 3) Pengajar 4) Pengunjung 5) Penyewa Retail / Penjaga Retail b. Kegiatan yang Diwadahi 1) Kegiatan Umum a) Datang – pergi b) Parkir kendaraan c) Mencari informasi d) Menunggu 2) Kegiatan Utama
commit to user 75
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a) Kegiatan Promosi 1) Peragaan Busana ( Fashion Show ) 2) Pameran 3) Workshop Perancangan b) Kegiatan informasi 1) Pusat Informasi Fashion 2) Seminar dan Presentasi c) Kegiatan Pendidikan Fashion 1) Fashion / Desain Mode 2) Modelling dan Koreografi 3) Fotografi 4) Kursus-kursus 3) Kegiatan Penunjang a) Food Court b) Agency Model dan Studio Foto c) Retail Shop / Butik d) Mengambil uang e) Berkumpul f) Berdiskusi 4) Kegiatan Pengelolaan a) Administrasi b) Pengelolaan 5) Kegiatan Service
commit to user 76
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a) Cleaning Service b) Peribadatan c) Keamanan d) Mekanikal Elektrikal c.
Analisa Kebutuhan Ruang Penentuan kelompok kegiatan dan kebutuhan ruang berdasarkan pada sifat
kegiatan yaitu 1) Kelompok Kegiatan Umum Kelompok Kegiatan Umum adalah segala kegiatan penunjang Graha Busana dan Mode yang memanfaatkan semua fasilitas yang disediakan oleh pihak pengelola. 2) Kelompok Kegiatan Utama Kelompok Kegiatan Utama adalah kegiatan yang memanfaatkan fasilitas utama yang disediakan oleh pengelola yaitu berupa kegiatan promosi, informasi dan pendidikan. 3) Kelompok Kegiatan Penunjang Kelompok Kegiatan Penunjang adalah kelompok kegiatan pelayanan yang menunjang kebutuhan Graha Busana dan Mode. 4) Kelompok Kegiatan Pengelolaan Kelompok Kegiatan Pengelolaan adalah kelompok kegiatan yang mengelola segala kegiatan administrasi intern maupun ekstern Graha Busana dan Mode. 5) Kelompok Kegiatan Service Kelompok Kegiatan Servece adalah kelompok kegiatan yang menunjang kegiatan pemeliharaan dan pengoperasian sistem bangunan.
commit to user 77
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dengan dasar pertimbangan sifat dan bentuk kegiatan yang dilakukan di dalam Graha Busana dan Mode, maka dapat ditentukan macam ruangan yang dibutuhkan. Tabel 5.1 Tabel Penentuan Kebutuhan Ruang Graha Busana dan Mode Kelompok Kegiatan 1) Kegiatan Umum
Pelaku Kegiatan Jenis Kegiatan Semua kegiatan
pelaku Datang-pergi Memarkir kendaraan
Pengunjung
2) Kegiatan Utama a) Kegiatan Promosi Pengunjung Peragaan Busana
Kebutuhan Ruang Pedestrian, penerima
teras
Area parkir
Masuk dan Entrance hall / hall lobby melihat-lihat Mencari informasi
Meja informasi
Mengambil uang
ATM box
metabolisme
lavatory
Datang
Hall peragaan
Menunggu
Ruang tunggu
Melihat peragaan Ruang mode peragaan Metabolisme Penyewa/ peraga Persiapan busana peragaan
audience
lavatory Ruang ganti Ruang rias Ruang persiapan
Memperagakan busana
Ruang peragaan busana/ catwalk
commit to user 78
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pengelola/ keryawan
Pameran
Pengunjung
istirahat
Ruang istirahat
metabolisme
lavatory
Pengaturan sound Ruang dan lighting lighting
sound
Mempersiapkan jamuan makan
Dapur dan pantry
metabolisme
lavatory
dan
Melihat pameran Ruang pameran tetap tetap Melihat pameran Ruang pemeran beerkala berkala
Penyewa
Workshop perancangan
Pengunjung
Perancang
metabolisme
lavatory
Mempersiapkan materi display
Ruang persiapan materi pameran
Menyimpan barang dan alat
Ruang penyimpanan
Mengelola, mengawasi pemeran
Ruang penyelenggara
Melihat workshop perancangan busana
Ruang display
Konsultasi dengan perancang
Ruang perancangan
Metabolisme
Lavatory
Melatih mendesain busana
Studio desain
Metabolisme
Lavarory
panitia
konsultasi
Ruang simpan
b) Kegiatan Informasi
commit to user 79
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Seminar dan Pengunjung presentasi
Penyewa
Pengelola
Menunggu
Ruang tunggu/ lobby
Mengikuti seminar Ruang seminar dan diskusi Metabolisme
Lavatory
Mempersiapkan diri
Ruang persiapan
Menyampaikan materi
Podium
Mengatur perangkat Ruang audio media
penyimpanan
Menyimpan Ruang operator perangkat visual/ LCD/ proyektor c) Kegiatan Pendidikan Fashion Siswa Datang Belajar mengajar Pendaftaran administrasi pendidikan
Hall dan R. Administrasi
Pendidikan mode
desain Ruang Teori desain mode, Ruang praktek desain mode, studio jahit dan studio pola
Pendidikan pemasaran fashion
Ruang teori pemasaran produk produk fashion
Pendidikan manajemen fashion
Ruang kelas teori produk manajemen produk fashion
Pendidikan modeling Ruang teori modeling dan koreografi dan koreografi Ruang praktek modeling dan koreografi Pendidikan fotografi
Ruang teori fotografi dan ruang praktek/studio
commit to user 80
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
fotografi Kursus kecantikan Ruang praktek kecantikan dan menata dan menata rambut rambut Kursus membordir
Ruang membordir
istirahat
kafetaria
Mencari mode
Pengajar
Pengelola
3) Kegiatan Penunjang Pengunjung Food court
praktek
literature perpustakaan
metabolisme
lavatory
Datang
Hall
Megajar
Ruang kelas
Memberikan pelatihan
Studio
Rapat
Ruang rapat
Bersosialisasi
Ruang mengajar
Metabolisme
Lavatory
Mengelola mode
sekolah Ruang pengelola/ TU
Mengurus administrasi
Ruang administrasi
Metabolisme
Lavarory
Makam minum
Area duduk
Memesan makanan
Kios makanan
Membayar Pengelola
Melayani pengunjung
Kios makanan
Menyiapkan
commit to user 81
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
makanan minuman Kantor agen Pengunjung dan studio foto
Pengelola
Retail Butik
shop/ Pengunjung
Pramuniaga/ karyawan
ATM
dan
Datang
Ruang tamu
Konsultasi
Ruang agen model
Foto
Studio foto
Mengelola kegiatan
Kontor agen model
Memproses foto
Ruang gelap
Pemilihan barang
Area penjualan
Pembayaran barang
Kasir
Pengepasan
Fitting room
Penyimpanan barang
Ruang penyimpanan
Display barang
Area penjulan
Melayani pembayaran
Kasir
Mengambil uang
ATM box
Pengunjung
Pengelola
Melayani pengunjung
4. Kegiatan Pengelolaan Pengunjung
Datang
Hall
Menunggu
Lobby
Bertemu
Ruang tamu
Mengadakan kerjasama
commit to user 82
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pengelola (direktur)
Bekerja
Ruang kerja direktur
Menerima tamu
Ruang tamu
Rapat
Ruang rapat
Makan minum
Wakil derektur
Metabolisme
Lavatory
Bekerja
Ruang direktur
Menerima tamu
Ruang tamu
Rapat
Ruang rapat
Makan minum
Sekretaris
kerja
wakil
dan Pantry
Metabolisme
Lavatory
Bekerja
Ruang sekretaris
Mengintarisir berkas
Arsip
Rapat
Ruang rapat
Makan minum
Kabag dan staff
dan Pantry
dan Pantry
Metabolisme
Lavatory
Bekerja
R. Kabag HRD dan staff R. Kabag keuangan dan staff R. Kabag humas dan staff R. Kabag pemasaran dan staff R. Kabag promosi dan staff Ruang rapat
Rapat Menginventarisir berkas
Ruang arsip
commit to user 83
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menyimpan alat
Gudang
Fotokopi
Ruang fotokopi
Makan minum
4) Kegiatan Service Pengunjung
metabolisme
lavatory
Datang
Teras penerima
Ambil parkir
Pengelola/ penyewa
dan Pantry umum
karcis Pos parkir
Parkir kendaraan
Tempat parkir
Istirahat
Ruang istirahat sopir
Menunggu
Ruang tunggu
Ibadah
Musholla
Metabolisme
Lavatory
Datang
Area parkir pengelola
Parkir
Cleaning service
Karyawan teknisi
Ibadah
Musholla
Metabolisme
Lavatory
Menyiapkan Gudang dan loker barang dan alat kebersihan Membuang sampah
Ruang sampah
Mengatur mekanikal elektrikal
Ruang MEE
Mengelola sarana Ruang utilitas utilitas gedung Keamanan
Mengawasi
Pos penjaga keamanan
commit to user 84
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
keamanan gedung
Ruang CCTV
Mengelola karcis Pos parkir parkir Semua karyawan
d.
Istirahat
Ruang karyawan
Ibadah
Musholla
Metabolisme
Lavatory
Analisa Pola Hubungan Ruang Analisa pola hubungan ruang dilakukan untuk mendapatkan tata ruang yang
optimal. Proses analisa ini memerlukan adanya pendekatan pola hubungan ruang makro dan mikro. Hubungan antar kelompok kegiatan makro pada dasarnya menggunakan dua pertimbangan sebagai berikut. 1) Pola kegiatan pada kelompok dan sub kelompok ruang 2) Tuntutan ruang dan keterkaitan antar kegiatan Pola hubungan makro adalah hubungan kelompok kegiatan yang diperoleh dari dua jenis analisa yaitu analisa dengan matriks dan analisa dengan gelembung. Kedua jenis analisa ini memiliki cara baca yang berbeda. Berikut keterangan notasinya.
commit to user 85
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 5.2 Notasi Analisis Model Matriks
Nilai
Derajat Jauh Dekat
A
Harus dekat sekali
B
Sangat dekat
C
Dekat
D
Kurang dekat
E
Tak perlu dekat
F
Harus jauh
Notasi
Kode
Jenis Hubungan
0
Tidak ada
1
Fisik
2
Audio visual
3
Audio
4
Visual
Sumber : Materi Kuliah Metode Perancangan Arsitektur dari Pak Titis
Tabel 5.3 Notasi Analisis Model Gelembung Tanda Pergerakan Jenis Hubungan
Kelas Hubungan
Uraian Pertalian/ Hubungan
Kode
Langsung Tak Langsung Fisik Audio Visual Pendengaran (Auditive) Pandangan (Visual)
1.1 1.2 1.3 1.4
Manusia dengan Manusia Peralatan dengan Peralatan Hewan dengan Tumbuhan Manusia dengan Hewan
2.1 2.2 2.3 2.4
dan
commit to user 86
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tumbuhan Manusia dengan Peralatan Frekuensi Hubungan Tetap, terus-menerus (continue) Berulang (repentitive) Sekali-kali/kadang-kadang Jarang, Langka Frekuensi User
Kebutuhan Waktu
2.5 3.1 3.2 3.3 3.4
Tinggi, Padat Menengah, Sedang Rendah
4.1 4.2 4.3
Tetap (permanent) Sementara (temporary)
5.1 5.2
Nilai Hubungan yang Terjadi Positif
Penting (essential) Saling Mengisi (complementary) Tak Penting (non essential) Negatif Tak diinginkan Tak dapat diterima (non acceptable) Sumber: Dr. Titis Srimuda P., ST, M Trop. Arch Materi Kuliah Metode Perancangan Arsitektur
1) Hubungan Ruang dan Pola Hubungan Makro
Skema 5.1 Pola Hubungan Makro antar Kelompok Kegiatan dengan Model Matriks
commit to user 87
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 5.4. Keterangan Notasi Warna Kelompok Kegiatan
A
Keterangan Warna
Kelompok Kegiatan
A
Promosi
B
Pendidikan Fashion
C
Penunjang
D
Pengelolaan
E
Service
1.1; 1.2; 2.1; 2.2; 2.5; 3.1; 4.1; 5.1 5.1; 4.1; 3.1; 2.1; 1.1
B
1.4; 2.2; 2.5; 3.3; 4.3; 5.2 A
A
5.2; 4.1; 3.3; 2.5; 2.1; 1.2 1.1; 1.2; 2.1; 2.5; 3.2; 4.1; 5.1
C
D
5.1; 4.1; 3.2; 2.1; 1.1 A
1.1; 2.1; 3.2; 4.1; 5.1
E
5.1; 4.1; 3.2; 2.1; 1.1
Pola Hubungan antar Kelompok Kegiatan Promosi dengan Kelompok Kegiatan Lainnya
commit to user 88
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B
1.2; 2.1; 2.5; 3.2; 4.1; 5.2
C
5.2; 4.2; 3.2; 2.5; 1.4 B
1.1; 1.2; 2.1; 2.5; 3.1; 4.1; 5.1 5.2; 4.1; 3.2; 2.1; 1.1
D
1.4; 2.5; 3.3; 4.3; 5.2 B
5.2; 4.3; 3.4; 2.5
E
Pola Hubungan antar Kelompok Kegiatan Informasi dengan Kelompok Kegiatan Lainnya 1.1; 2.1; 3.2; 4.1; 5.2 C
C
5.2; 4.2; 3.3; 2.1;1.2: 1.1 1.1; 1.4; 2.1; 3.1; 4.1; 5.1 5.2; 4.3; 3.4; 2.1; 1.1
D
E
Pola Hubungan antar Kelompok Kegiatan Pendidikan Fashion dengan Kelompok Kegiatan Lainnya
D
1.1; 1.2; 2.1; 3.2; 4.1; 5.2 5.2; 4.2; 3.3; 2.1; 1.4
E
Pola Hubungan antar Kelompok Kegiatan Pemasaran dengan Kelompok Kegiatan Lainnya
commit to user 89
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Skema 5.2 Pola Hubungan Makro antar Kelompok Kegiatan dengan Model Gelembung
A
B
C
E D
Skema 5.3 Diagram Bubble Pola Hubungan Ruang Makro
PENGELOLA
PROMOSI
SERVIS
SEKOLAH FASHION
PENUNJANG
Bagan 5.9 Organisasi Ruang Makro
2) Hubungan Ruang dan Pola Hubungan Mikro Hubungan ruang dan pola hubungan mikro yang terdapat pada kelompok kegiatan mikro terbentuk dengan mempertimbangkan dua dasar pertimbangan sebagai berikut. a) Derajat jauh dekat suatu ruang dengan ruang lainnya. b) Jenis hubungan satu ruang dengan ruang lainnya.
commit to user 90
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 5.2 Notasi Analisis Model Matriks
Nilai
Derajat Jauh Dekat
A
Harus dekat sekali
B
Sangat dekat
C
Dekat
D
Kurang dekat
E
Tak perlu dekat
F
Harus jauh
Notasi
Kode
Jenis Hubungan
0
Tidak ada
1
Fisik
2
Audio visual
3
Audio
4
Visual
Sumber : Materi Kuliah Metode Perancangan Arsitektur dari Pak Titis
commit to user 91
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Kegiatan Promosi A
B
C
commit to user 92
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Kegiatan Informasi
A B C D E F G
commit to user 93
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Kegiatan Pendidikan
A
B
C
commit to user 94
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Kegiatan Penunjang
A
B
C
D
commit to user 95
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
e. Kegiatan Pengelolaan
A B C D
E
F
G
commit to user 96
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Kegiatan Service
A B
C
D E
F
commit to user 97
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Skema 5.3 Pola Kegiatan e.
Analisa Penentuan Kapasitas Pengunjung, Pengelola, dan Penyewa
1. Pengunjung Jumlah pengunjung Graha Busana dan Mode diasumsikan 80% berasal dari Surakarta dan sisanya dari luar kota (termasuk wisatawan). 80% di atas di ambil dari perkiraan penduduk golongan menengah ke atas sebesar 15% dari penduduk Surakarta. 15% dari perkiraan penduduk 10 tahun mendatang sebesar 679.000 (RUTRK Kodya Surakarta 1993-2013) yaitu 101.850 orang, dengan asumsi bahwa setiap 1000 orang terdapat 4 orang yang melaksanakan kegiatan mode, maka jumlah pengunjung pada suatu waktu = 101.850 : 1000 x 4 = 408 orang. Sehingga jumlah pengunjung dari dalam kota Surakarta pada suatu waktu = 100/80 x 408 = 510 orang. Sedangkan kapasitas jumlah pengunjung pada tiap unit kegiatan diasumsikan sebagai berikut : Table 5.6. jumlah pengunjung pada tiap unit kegiatan Kelompok kegiatan
Unit kegiatan
kapasitas
Kegiatan promosi
Peragaan busana
250
Pameran tetap
50
commit to user 98
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kegiatan informasi
Kegiatan pendidikan Kegiatan penunjang
jumlah
Pameran berkala
200
Workshop perancang
10
Pusat informasi mode
50
Seminar dan presentasi
150
Pendidikan sekolah mode 194 dan kursus Retail dan butik 100 Food court
200
Minibank
10
Agen model dan studio 10 foto 1224
2. Pengelola Pengelola mengelola segala sesuatu yang berkenaan dengan kegiatan di Graha Busana dan Mode baik ke dalam maupun keluar, terdiri dari : Table 5.7 jumlah pengelola pada tiap unit kegiatan Pengelola Graha Busana Direktur dan Mode Wakil direktur
1 1
Sekretaris
1
HRD dan staff
4
Keuangan dan staff
6
Humas dan staff
6
Promosi dan staff
6
Pemasaran dan staff
6
Pengelola kegiatan Kepala sekolah 1 pendidikan mode pendidikan mode
commit to user 99
perpustakaan.uns.ac.id
Pengelola informasi mode
digilib.uns.ac.id
Staff pengajar
10
Staff administrasi
4
pusat Kepala pusat informasi 1 mode Staff perpustakaan 4
Pengelola kegiatan servis
Staff kegiatan audio 2 visual mode Staff kegiatan informasi 2 computer/internet Ruang teknisi bangunan 4 Ruang penjaga keamanan
5
Ruang ticketing parker
2
lavatory
4
jumlah
60
3. Penyewa Kapasitas penyewa Graha Busana dan Mode yang direncanakan : Table 5.8 jumlah penyewa pada tiap unit kegiatan Kelompok kegiatan
Unit kegiatan
kapasitas
Kegiatan promosi
Peragaan busana
50
Pameran mode
10
Workshop perancang
40
Kegiatan seminar dan presentasi Retail dan butik
10
Food court
20
Minibank
6
Agen model dan studio foto
6
Kegiatan pendidikan Kegiatan penunjang
80
commit to user 100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
jumlah
222
Jadi jumlah pelaku dalam Graha Busana dan Mode diasumsikan berjumlah 1224+60+222=1506 orang. f.
Analisa Pendekatan Besaran Ruang Tujuan : memperoleh besaran ruang-ruang dalam Graha Busana dan Mode
Dasar pertimbangan : 1. Kapasitas pemakai 2. Luasan peralatan dalam ruang 3. Kebutuhan flow Besarnya flow tergantung oleh kenyamanan dan jenis kegiatan. a) 5% - 15% = standar minimum sirkulasi utama b) 20%
= kebutuhan keleluasaan sirkulasi
c) 30%
= tuntutan kenyamanan fisik
d) 40%
= tuntutan kenyamanan psikologis
e) 50%
= tuntutan spesifikasi kegiatan
f) 70% - 100% = keterkaitan benyk kegiatan Dasar perhitungan : 1) Perhitungan Standar (studi literatur) a) Neufert Architect Data, Ernest Neufert jilid 1 dan 2 b) New Metric Handbook Planning and Data Design
commit to user 101
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Perhitungan khusus : ditentukan dari besaran kapasitas, kenyamanan pengguna ruang, unit fungsi, sirkulasi, flow. 3) Perhitungan Asumsi : berdasarkan Studi Banding dan asumsi
g.
Tabel Analisa Besaran Ruang
1) Kelompok Kegiatan Umum
Tabel 5.9. Tabel Besaran Ruang Kolompok Kegiatan Umum
Kebutuhan Ruang Entrance Hall
Standar ruang
Volume m3
Kapasit as 200 orang
0,8 m² / orang
Analisa besaran ruang 0,8 m² x 200 orang = 160 320 m² x 4m = m² 1280 m3 Flow ruangan 100% dari 160 = 160 m² Luas minimal 160 + 160 = 320 m²
Resepsionis
6 m² / orang
1 unit
10m² x 4m = 40
Furniture :
- 1 Meja Panjang m3 1x2,5x0,8=2 - 3 kursi 3x0,5x0,6=0,9 - 1 almari 1x0.5x1=0,5 Flow furnitur : 2(2+0,9+0,5)=6,8 m² Flow ruangan 40% dari 6,8 m² = 2, 72 m² Luas minimal (6,8+2,72) = 9.53 m²
commit to user 102
perpustakaan.uns.ac.id
ATM box
digilib.uns.ac.id
1,146 orang
m²
/ 5 unit
ATM = 5 x 1,146 m² = 7m² x 3m = 21 5.73 m² m3
Flow ruangan 20% dari 5.73 m² = 1.146 m² Luas minimal 5.73 + 1.146 = 6.876 m² Area Parkir Pengunjung Pengunjung 1224/hari
Graha busana dan Parkir mode ini pengunjung beroprasi diperkirakan selama per 4 jam pukul sehingga 9.00sehari ada 21.00 pergantian =12 jam parkir selama 3x pergantian.
Asumsi 25% kendaraan umum (bis pengunjung). 25% tidak kendaraan.
membawa
50% kendaraan pribadi. Dengan asumsi 1 : 5 1 mobil : 5 motor
12 jam/4 jam = 3x. Jadi 1224/3x = 408 Mobil
50% dari 408 20 m² / 20 m² x 12 mobil = 240 m² = 204 mobil 1/6 x 204 = 34 Asumsi 1 mobil 3 mobil orang
240m² x 4m = 960 m3
34:3=11. 3 = 12 mobil Motor
50% dari 408 2,5 m² / 2,5 m² x 170 motor = 425 425m² x 4m = = 204 motor m² 1700 m3 5/6 x 204 = 170 motor
commit to user 103
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kendaraan umum Asumsi 25% 1 bis (12 36 m² x 4 bis = 144 m² untuk m x 3 m (bis pengunjung) kendaraan = 36 m² umum (bis pengunjung).
144m² x 4m = 3 576 m
25% x 508 = 127. Asumsi 1 bis 40 orang. 127 : 40 0rang = 3,17 = 4 bis Area penyewa pengelola
parkir Jumlah dan penyewa dan pengelola 282 orang.
Asumsi 25% kendaraan umum. 25% mobil. 50% motor
Mobil
25% dari 282 20 m² / 20 m² x 36 mobil = 720 m² = 70.5 =71 mobil mobil Asumsi 1 mobil 3 orang
720m² x 4m = 2880 m3
71 : 2 = 35.5 = 36 mobil Motor
50% dari 282 2,5 m² / 2,5 m² x 141 motor = 353m² x 4m = = 141 motor motor 352.5 m² 1412 m3
Jumlah Total Besaran Ruang Kegiatan Umum
2219 m²
Volume Total Besaran Ruang Kegiatan Umum
8869 m3
2) Kelompok Kegiatan Utama Tabel 5.10 Perhitungan Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Utama
commit to user 104
perpustakaan.uns.ac.id
Kebutuhan Ruang
digilib.uns.ac.id
Standar ruang
Volume m3
Kapasitas
Analisa besaran ruang
a) Kegiatan Promosi Peragaan Busana Hall peragaan
Ruang audience
0,9 m² / orang 250 orang
0,8 m² / orang 250 orang
Ruang peragaan 100 m² untuk 1 unit busana / catwalk stage berbentuk T Ruang ganti & rias 1,6 m² / orang 20 orang wanita
Ruang ganti & rias 1,2 m² / orang 20 orang pria
Back Stage
60 m²
1 unit
Ruang istirahat
1.2 m² / orang 20 orang
R. operator
Asumsi 48 m² 1 unit
Lavatory
Asumsi 64 m² 1 unit
0,9 x 250 orang = 225 m² Flow ruangan 40% dari 225 = 90 m² Luas minimal 225 + 90 = 315 m² 0,9 x 250 orang = 225 m² Flow ruangan 40% dari 225 = 90 m² Luas minimal 225 + 90 = 315 m² Asumsi 100 m²
315m² x 4m = 1260 m3
315m² x 4m = 1260 m3
100 m² x 4m = 400 m3
1,6 x 20 orang = 32 m² Flow ruangan 25% dari 32 = 8 m² Luas minimal 32 + 8 = 40 m² 1,2 x 20 orang = 24 m² Flow ruangan 25% dari 24 = 6 m² Luas minimal 24 + 6 = 30 m² Asumsi 60 m²
40m² x 4m = 160 m3
30m² x 4m = 120 m3
60m² x 4m = 240 m3
1,2 x 20 orang = 24 m² 36m² x 4m Flow ruangan 50% dari = 144 m3 24 = 12 m² Luas minimal 24 + 12 = 36 m² Asumsi 48 m² 48m² x 4m = 192 m3 Asumsi 64 m²
64m² x 4m = 256m3
commit to user 105
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Jumlah luas peragaan busana 1008 m² Jumlah volume peragaan busana 4032 m3 Pemeran R. pemeran
1,35 m² orang
R persiapan materi 1,35 m² pameran orang
R.panitia penyelenggara
/ 200 orang
1,35 x 200 orang = 270 m² Flow ruangan 100% dari 270 = 270 m² Luas minimal 270 + 270 = 540 m² 1,35 x 20 orang = 27 m² Flow ruangan 30% dari 27 = 8,1 m² Luas minimal 27 + 8,1 =32,1 m² 1,2 x 20 orang = 24 m² Flow ruangan 25% dari 24 = 6 m² Luas minimal 24 + 6 = 30 m² Asumsi 20 m²
/ 20 orang
1,2 m² / orang 20 orang
R. penyimpanan / gudang
1 unit
540 m²x 4m = 2160m3
32m² x 4m = 128m3
30 m² x 4m = 3 120m
20 m² x 4m = 80m3
Jumlah luas ruang pameran 622m² Jumlah volume ruang pameran 2488m3 Workshop Perancangan R. display
1,35 m² orang
/ 150 orang
R. konsultasi 2.76 m² / perancangan perancang Flow ruangan 20 % Studio desain Asumsi 12 m²/perancang Flow ruangan 20% R. simpan / gudang 100 m²
10 perancang
10 ruang
1 ruang
1,35 x 100 orang = 135 m² Flow ruangan 100% dari 135=135 m² Luas minimal 135 + 135 = 270 m² 2.76 x 10 = 27.6 m² Flow ruangan 20% = 5.5 m² Luas 27.6+5.5=33.1 12 x 10 ruang = 120 m² Flow ruangan 20% dari 120 = 24 m²
270 m² x 4m = 3 1080m
100 m²
100 m² x
34 m² x 4m = 136m3 144 m² x 4m = 576m3
commit to user 106
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4m 400m3 Jumlah luas Workshop Perancangan
=
548 m²
Jumlah volume Workshop Perancangan 2192 m3 b) Kegiatan Informasi Seminar dan Presentasi R. tunggu / lobby
0,8 m² / orang 50 orang
R. seminar
1,2 m² / orang 150 orang
Podium
R. persiapan
1 unit
1,6 m² / orang 10 orang
R. operator
1 unit
0,8 x 50 orang = 40 m² Flow ruangan 50% dari 40 = 20 m² Luas minimal 40 + 20 = 60 m² 1,2 x 150 orang = 180 m² Flow ruangan 20% dari 180 = 36 m² Luas minimal 180 + 36 = 216 m² Asumsi 30 m²
60 m² x 4m = 240m3
1,6 x 15 orang = 24 m² Flow ruangan 50% dari 12 = 8 m² Luas minimal 24 + 12 = 36 m² Asumsi 32 m²
36 m² x 4m = 3 144m
216 m² x 4m = 864m3
30 m² x 4m = 120m3
32 m² x 4m = 3 128m
Jumlah Luas Seminar dan Presentasi 374 m² Jumlah Volume Seminar dan Presentasi 1496m3 c) Kegiatan Pendidikan Fashion Hall 1 m² / orang 180 orang
R. administrasi
5,52 m² orang
/ 5 orang
1 x 180 orang = 180 m² Flow ruangan 40% dari 180 = 72 m² Luas nimimal 180 + 72 = 252 m² 5,52 x 5 orang = 26,25 m² Flow ruangan 30% dari
252 m² x 4m = 3 1008m
35 m² x 4m =
commit to user 107
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26,25 = 7,875 m² Luas nimimal 26,25 + 7,875 = 34,125 m² R. pengajar 4,41 m² / 10 orang 4,41 x 10 orang = 44,1 orang m² Flow ruangan 30% dari 44,1 = 13,23 m² Luas nimimal 44,1 + 13,23 = 57,33 m² R rapat 2,5 m² / orang 12 orang 2,5 x 12 orang = 30 m² Flow ruangan 20% dari 30 = 6 m² Luas minimal 30 + 6 = 36 m² R. kelas desain 40 m² / kelas 20 0rang, 2 40 x 2 kelas = 80 m² mode kelas
140m3
R. Praktek/Studio 2,5 m² / orang 20 orang, 1 2,5 x 20 orang = 50 m² desain kelas Flow ruangan 20% dari 50 = 10 m² Luas minimal 50 + 10 = 60 m² Studio jahit 2,32 m²/orang 10 orang, 2 2,32 x 10 orang = 23,2 kelas m². flow ruangan 30% dari 23,2 = 6,96 Luas minimal 2 x (23,2 + 6,96) =60,32 Studio pola 4 m² / orang 10 orang, 2 4 x 10 orang = 40 m² kelas Flow ruangan 20% dari 40 = 8 m² Luas minimal 2 x (40 + 8) = 96 m² R. Teori pemasaran 40 m² / kelas 20 orang, 1 1 x 40 orang = 40 m² produk fashion kelas
60 m² x 4m = 3 240m
R. Teori 40 m² / kelas manajemen produk fashion R. Teori modeling 32 m² / kelas dan koreografi
20 orang, 1 1 x 40 orang = 40 m² kelas
40m²x4m =160m3
16 orang, 2 32 x 2 kelas = 64 m² kelas
64m²x4m = 256m3
R. Praktek/studio 45 m² / kelas modeling dan koreografi
16 orang, 2 45 x 2 kelas = 90 m² kelas
90m²x 4m = 360m3
58 m² x 4m = 232m3
36 m² x 4m = 144m3
80m² 4m 320m3
x =
61 m² x 4m = 3 244m
96 m² x 4m = 3 384m
40m²x 4m = 160m3
commit to user 108
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
R. kelas Fotografi
40 m² / kelas
20 orang, 2 40 x 2 kelas = 80 m² kelas
80m² x 4m = 320m3
Studio fotografi
45 m² / kelas
20 orang, 2 45 x 2 kelas = 90 m² kelas
90m² x 4m = 360m3
Laboraturium fotografi
4 m² / orang
20 orang, 1 4 x 20 orang = 80 m² kelas Flow ruangan 20% dari 80 = 12 m² Luas minimal 80+12 = 92 m² 10 orang, 2 2.32 x 10 orang = 23,2 kelas m². flow ruangan 30% dari 23,2 = 6,96 Luas minimal 2 x (23,2 + 6,96) =60,32 10 orang, 2 2,32 x 10 orang = 23,2 kelas m². flow ruangan 30% dari 23,2 = 6,96 Luas minimal 2 x (23,2 + 6,96) =60,32 20 orang, 1 1,3 x 20 orang = 26 m² buah kios makan, 3 8 x 1 buah kios = 8 m² unit kantin Jumlah 26 + 8 = 34
92m²x4m =368m3
R. praktek 2,32 m² kecantikan dan orang menata rambut
/
R. Praktek 2,32 m²/orang membordir
Kantin
1,3 m² / orang 8 m² / unit kios makan
61m²x4m = 244m3
61m²x4m =244m3
48m²x4m =192m3
Flow ruangan 40% dari 34 = 13,6 m² Luas minimal 1 x (34 + 13,6) = 47,6 m² Perpustakaan
2,32 m² / orang 154 buku / m² 140 majalah / m²
100 orang 10.000 buku 1.000 majalah
Rak buku 10.000 : 154 = 456m²x4m 64,9 m² =1824m3 Rak majalah 1.000 : 140 = 7,14 m² R. baca 2,32 x 100 orang = 232 m² Jumlah 64,9 + 7,14 + 232 = 304 m² Flow ruangan 50% dari 304 = 152 m² Luas minimal 304 + 152 = 456 m²
commit to user 109
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Musholla
Asumsi 20 m² 1 buah
20 x 1 buah = 20 m²
20m²x4m =80m3
Lavatory
Asumsi 40 m² 1 buah
40 x I buah = 40 m²
40m²x4m =160m3
Jumlah Luas Pendidikan Fashion 1.860 m² Jumlah Volume Pendidikan Fashion 7196m3 Jumlah Total Besaran Ruang Kegiatan Utama
4.412 m²
Jumlah Volume Total Besaran Ruang Kegiatan Utama
17.404 m3
3) Kelompok Kegiatan Penunjang Tabel 5.11. Perhitungan Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Penunjang Kebutuhan Ruang
Standar ruang
Volume m3
Kapasitas
Analisa besaran ruang
Food Court Food court
5,75 m² 4orang
/ 200 orang
Kios makanan
Asumsi 6 m² / 5 unit unit
5,75 x (200:4) orang = 288m² x 287,5 m² 4m = 3 1152m 6 x 5 unit = 30 m²
30m² x 4m = 120m3
Jumlah luas food court
318 m²
Jumlah volume food court 1272m3 Kantor Agen Model dan Studio Foto R. tamu
0,6 m² / orang
10 orang
0,6 x 10 orang = 6 m² 10m² Flow ruangan 25% dari 4m 6 = 1,5 m² 40m3 Luas minimal 6 + 1,5 = 7,5 m²
commit to user 110
x =
perpustakaan.uns.ac.id
R. kantor model
digilib.uns.ac.id
agen 1,2 m² / orang
10 orang
15m² 4m 60m3
R. studio foto
1,2 x 10 orang = 12 m² Flow ruangan 25% dari 12 = 3 m² Luas minimal 12 + 3 = 15 m² Asumsi 40 m²
R. gelap
Asumsi 15 m²
15m² 4m 60m3
x =
40m² x 4m = 3 160m x =
Jumlah Luas Kantor Agen Model dan Studio Foto 80m² Jumlah Volume Kantor Agen Model dan Studio Foto 320m3 Retail shop dan butik R. Display
40 m²/unit
15 unit
40 m² x 15 = 600 m²
600m² x 4m = 3 2400m
R. Pas Pakaian
1,5 m²/unit
4 unit
1,5 m² x 4 = 6 m²
6m² 4m 24m3
x =
Kasir
9 m²/unit
1 unit
9 m²
9m² 4m 36m3
x =
Gudang
40 m²
1 unit
40 m²
40m² x 4m = 3 160m
Jumlah Luas Retail shop dan butik
655 m²
Jumlah Volume Retail shop dan butik 2620m3 Jumlah Total Besaran Ruang Kegiatan Penunjang
1.053 m²
Jumlah Total Volume Ruang Kegiatan Penunjang
4212m3
4) Kelompok Kegiatan Pengelolaan
commit to user 111
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 5.12. Perhitungan Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Pengelolaan Kebutuhan Ruang
R. tamu
Volume m3
Standar ruang Kapasitas Furnitur :
6 orang
- 1 sofa 3 dudukan 1x2x0,7=1,4 - 1 meja tamu 1x1,2x0,8=0,96 - 1 sofa 2 dudukan 1x0,7x1,25= 0,875
Analisa besaran ruang Besaran furnitur 1,4 20 m² x 4m = + 0,96 + 0,875 + 80m3 1,28 = 4,515 m² Flow furnitur 2 x 4,515 = 9,03 m² Flow ruangan 30% dari 9,03 = 2,709 m² Luas minimal 9,03 + 2,709 = 11,739 m²
2 meja pajangan 2x0,8x0,8=1,28 Asumsi 45 m² / 1 orang orang
45m² x 1 orang = 45m² x 4m = 45 m² 180m3
R. sekretaris Asumsi 20 m² / 1 orang direktur orang
20 m² x 1 orang = 20m² x 4m = 20 m² 80m3
R. wakil direktur
Asumsi 45 m² / 1 orang orang
45 m² x 1 orang = 45m² x 4m = 45 m² 180m3
R. sekretaris Asumsi 20 m² / 1 orang wakil direktur orang
20 m² x 1 orang = 20m² x 4m = 20 m² 80m3
R. arsip
Besaran furnitur 4,8 20m² x 4m = + 0,6 + 0,3 = 5,7 m² 80m3 Flow furnitur 2 x 5,7 = 11,4 m² Flow ruangan 50% dari 11,4 = 5,7 m² Luas minimal 11,4 + 5,7 = 17,1 m²
R. direktur
2 rak simpan 1 orang x0,6x4=4,8 1 meja x0,6 x 1 = 0.6 1 kursi 1 x 0,6 x 0,5 = 0.3
R.
Kepala 20 m² / orang
R.
20 m² x 1 orang = 40m² x 4m =
commit to user 112
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Bagian HRD dan staff 4 m² / orang R. Kepala 20 m² / orang Bagian Keuangan dan staff 4 m² / orang R. Kepala 20 m² / orang Bagian Humas dan staff 4 m² / orang R. Kepala 20 m² / orang Bagian Pemasaran dan Staff 4 m² / orang R. Kepala 20 m² / orang Bagian Promosi dan Staff 4 m² / orang R. fotokopi
4 m² / unit
pimpinan 1 orang R. staff 5 orang R. pimpinan 1 orang R. staff 5 orang R. pimpinan 1 orang R. staff 5 orang R. pimpinan 1 orang R. staff 5 orang R. pimpinan 1 orang R. staff 5 orang 4 unit
20 m²
160m3
4 m² x 5 orang = 20 m² 20 m² x 1 orang = 40m² x 4m = 20 m² 160m3 4 m² x 5 orang = 20 m² 20 m² x 1 orang = 40m² x 4m = 20 m² 160m3 4 m² x 5 orang = 20 m² 20 m² x 1 orang = 40m² x 4m = 20 m² 160m3 4 m² x 5 orang = 20 m² 20 m² x 1 orang = 40m² x 4m = 20 m² 160m3 4 m² x 5 orang = 20 m² 4 m² x 4 = 16 m² 16 m² x 4m = 64m3
R. makan dan Asumsi 45 m² / 1 unit pantry unit
45 m² x 1 unit = 45 45 m² x 4m = m² 180m3
Gudang
Asumsi 12 m² / 1 unit unit
12 m² x 1 unit = 12 12 m² x 4m = m² 48m3
Musholla
1,2 m² / orang
Lavatory
1,5 m² / buah
20 orang
1,2 x 20 orang = 24 m² Ruang wudhu (asumsi) 2 x 6 = 12 m² Luas minimal 24 + 12 = 36 m² 4 buah, 2 1,5 x 4 buah = 6 m² unit Flow ruangan 50% dari 6 = 3 m² Luas minimal 2 x (6 + 3 )= 18 m²
36 m² x 4m = 144m3
20 m² x 4m = 80m3
commit to user 113
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Jumlah Luas Total Besaran Ruang Kegiatan Pengelolan
499 m²
Jumlah Volume Total Besaran Ruang Kegiatan Pengelolan
1996m3
5) Kelompok Kegiatan Service Tabel 5.13. Perhitungan Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Service Kebutuhan Ruang
Standar ruang
Volume m3 Kapasitas
Analisa besaran ruang
Operasional R. bongkar muat
Truk 4 x 2,4 3 = 9,6 m² kendaraan
R. loading dock
60% area 1 unit bongkar muat Asumsi 20 7 unit m²
Gudang
2 truk = 2 x 9,6 = 19.2 m² Flow furnitur 2 x 19.2 = 38.4 m² Flow ruangan 20% dari 38.4 = 7.68 m² Luas mininal 38.4 + 7.68 = 46.08 m² 60% x 47 m² = 28.2 m²
47 m² x 4m = 188m3
29 m² x 4m = 116m3
7 unit x 20 m² = 140 140 m² x 4m = m² 560m3
Lift orang
Asumsi 6 m² 4 unit / unit
6 m² x 4 = 24 m²
24 m² x 4m = 96m3
Lift barang
1 lift 3 x 3 = 2 unit 9 m²
9 m² x 2 = 18 m²
18 m² x 4m = 72m3
R. pegawai
Asumsi m²
Asumsi 20 m²
20 m² x 4m = 80m3
20 1 unit
Jumlah Luas Ruang Operasional 278 m² Jumlah Volume Ruang Operasional 1112m3 Ruang mekanikal Elektrikal R. genset
1 unit genset 1 unit kapasitas
Flow furnitur 2 x 27 65m² x 4m = = 54 m²
commit to user 114
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kVA = 27 m²
R. AHU
Asumsi m²
R. reservoir
Asumsi air = 1 unit 120m³
Asumsi 30 m²
R. pompa
Asumsi 50% 1 unit R. genset
50% x 65 m² = 32,5 35 m² x 4m = m² 140m3
R. chiller
Asumsi = R. 1 unit AHU
Asumsi 15 m²
R. panel
Asumsi 50% 1 unit R. genset
50% x 65 m² = 32,5 35 m² x 4m = m² 140m3
R. sampah
Asumsi 50% 1 unit R. genset
50% x 65 m² = 32,5 35 m² x 4m = m² 140m3
Gudang
Asumsi 50% 1 unit R. genset
50% x 65 m² = 32,5 35 m² x 4m = m² 140m3
R. maintenance
15 1 unit
Flow ruangan 10% 260m3 dari 54 = 10,8 m² Luas minimal 54 + 10,8 = 64,8 m² Asumsi 15 m² 15 m² x 4m = 60m3
5 orang
Asumsi 25 m²
30 m² x 4m = 120m3
15 m² x 4m = 60m3
25 m² x 4m = 100m3
Jumlah Luas Ruang mekanikal Elektrikal 290 m² Jumlah Volume Ruang mekanikal Elektrikal 1160m3 Karyawan R. ganti & locker Asumsi wanita m²
45 10 orang ,1 45 m² x 1 unit = 45 45 m² x 4m = unit m² 180m3
R. ganti & locker Asumsi wanita m²
45 10 orang ,1 45 m² x 1 unit = 45 45 m² x 4m = unit m² 180m3
R. karyawan
Furnitur : 30 orang 10 meja 10x0,8x1,0= 8 10 kursi 10x0,6x0,5= 3 3 bangku
Besaran furnitur 8 + 35 m² x 4m = 3 + 2,7 = 13,7 m² 140m3 Flow furnitur 2 x 13,7 = 27,4 m² Flow ruangan 20% dari 27,4 = 5,48 m² Luas minimal 27,4 + 5,48 = 32,68 m²
commit to user 115
perpustakaan.uns.ac.id
Lavatory
digilib.uns.ac.id
panjang 3x0,5x1,8= 2,7 1,5 m² / buah
4 buah, 2 1,5 x 4 buah = 6 m² 20 m² x 4m = unit Flow ruangan 50% 80m3 dari 6 = 3 m² Luas minimal 2 x (6 + 3 )= 18 m² Jumlah Luas Ruang Karyawan 145 m² Jumlah Volume Ruang Karyawan 580m3
Peribadatan Musholla
1,2 m² orang
Tempat wudhu
0,36 m² orang
/ 30 orang
1,2 x 30 orang = 36 m² Flow ruangan 20% dari 36 = 7,2 m² Luas minimal 36 + 7,2 = 43,2 m² / 10 orang, 2 0,36 x 10 orang = unit 3,6 m² Luas minimal 2 x 3,6 = 7,2 m² Jumlah Luas Ruang Peribadatan
45 m² x 4m = 180m3
10 m² x 4m = 40m3
55 m²
Jumlah Volume Ruang Peribadatan 220m3 Keamanan Pos jaga
R. kemanan
Furnitur : 2 orang, 4 Besaran furnitur Meja 0,9x1,8 unit 1,62 + 0,6 = 2,2 m² =1,62 Flow furnitur 2 x 2,2 2 kursi = 4,4 m² 2x0,6x0,5= Flow ruangan 20% 0,6 dari 4,4 = 0,88 m² Luas minimal 4 x (4,4 + 0,88) = 21,12 m² Furnitur : 2 orang, 3 Besaran furnitur 4 + 2 single bed unit 0,6 +0,75 = 5,35 m² 2x2,0x1,0= 4 Flow furnitur 2 x 1 meja 5,35 = 10,7 m² 0,5x1,2=0,6 Flow ruangan 30% 1 almari dari 10,7 = 3,21 m² 0,6x1,25= Luas minimal 3 x
25 m² x 4m = 100m3
45 m² x 4m = 180m3
commit to user 116
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
0,75 R. CCTV
2 orang
Furnitur : 2 kursi 2x0,5x0,6= 1,2 1 meja security 2x1, 2x0.8 =1,92 1 set monitor cctv 1x1,5x1,8 = 2,7
(10,7 + 3,21) = 41,73 m² Besaran furnitur 1,2 20 m² x 4m = + 1,92 +2,7 = 5,82 80m3 m² Flow furnitur 2 x 5,82 = 11,64 m² Flow ruangan 30% dari 11,64 = 3,492 m² Luas minimal (11,64 + 3,492) = 15,132 m²
Jumlah Luas Ruang Keamanan 90 m² Jumlah Volume Ruang Keamanan 360m3 Jumlah Luas Total Besaran Ruang Kegiatan Service
858 m²
Jumlah Volume Total Besaran Ruang Kegiatan Service
3432m3
6) Analisa Total Besaran Ruang Rekapitulasi besaran ruang Graha Busana dan Mode Tabel 5.14. Rekapitulasi besaran ruang Graha Busana dan Mode Kelompok Kegiatan Luas (m²) Volume (m3) Kelompok ruang kegiatan umum
2219 m²
8869 m3
Kelompok ruang kegiatan utama
4.412 m²
17.404 m3
Kelompok ruang kegiatan penunjang
1.053 m²
4212m3
Kelompok ruang kegiatan pengelolaan
499 m²
1996m3
Kelompok ruang kegiatan service
858 m
3432m3
9.041 m²
35.913m3
Total Ruang Graha Busana dan Mode
commit to user 117
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5.3 Analisa Pendekatan Pengolahan Tapak 5.3.1
Analisa Pendekatan Lokasi
Gambar 5.2. Lokasi Site
zona hiburan
zona promosi zona pendidikan open space
Gambar 5.3. Zonifikas
U
Utara
: Jalan Adi Sucipto (jalan primer), SMK 5 Surakarta
Selatan
: SMK N 7 Surakarta
Barat
: Jalan Jend. A. Yani (jalan sekunder), Kodim
commit to user 118
perpustakaan.uns.ac.id
Timur
digilib.uns.ac.id
: Perumahan
U SMK 5
Permukiman
J al an A di S
SMK 6
uc i p
SMK 7
Ja
n la
to
nd Je
A
ni Ya
Kod im
Gambar 5.4. Batas-batas Site 5.3.2
Analisa pendekatan matahari
a. Analisa 1) Bukaan Bukaan diletakkan di daerah yang terkena sinar matahari, agar pencahayaan alami dapat maksimal. 2) Barier Barier berupa vegetasi ataupun elemen bangunan, seperti kisi-kisi yang didesain sebaik mungkin sebagai penghalang sinar matahari yang merugikan bangunan dan kegiatan yang ada didalamnya. b. Rekomendasi
commit to user 119
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1) Sinar Matahari a) Timur Di sisi timur bangunan perlu diberi bukaan untuk menangkap sinar matahari secara maksimal. Memksimalkan bukaan pada bagian ini untuk memaksimalkan cahaya yang masuk.
U
b) Barat
Sinar matahari pada sore hari dapat dihindari dengan shading pada bangunan yang dapat berupa pohon atau bentuk-bentuk penutup dinding.
Barier pohon sebagai penghalang sinar matahari sore.
U
Gambar 5.5. Analisa Matahari
2) Orientasi Bangunan Orientasi
bangunan
terhadap
sinar
matahari
yang paling cocok dan
menguntungkan adalah memanjang dari timur ke barat, bukaan dimaksimalkan pada sisi utara dan selatan bangunan.
commit to user 120
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
U
U
Orientasi bangunan memanjang dari timur ke barat
Memksimalkan bukaan pada bagian ini untuk memaksimalkan cahaya yang masuk.
Gambar 5.6. Orientasi Bangunan
5.3.3 Analisa Pendekatan Angin a. Analisa Sumber angin terbesar berasal dari jalan open space pada arah barat laut dan juga pada jalan depan dan samping site. b. Rekomendasi Sebagai orientasi bangunan diharapkan ke arah barat laut untuk menangkap aliran udara dari barat laut.
U
Gambar 5.7. Analisa Angin
commit to user 121
perpustakaan.uns.ac.id
5.3.4
digilib.uns.ac.id
Analisa Pendekatan Noise
a. Analisa Sumber kebisingan utama berasal dari arah utara, yaitu dari jalan Adi Sucipto yang merupakan jalan primer dan dari arah barat, yaitu dari jalan Jend. A. Yani yang merupakan jalan sekunder. Rekomendasi Penempatan area dengan atribut tenang pada bagian belakang site dengan tujuan menjauhi sumber noise terbesar. Noise tinggi
Noise sangat tinggi karena merupakan perempatan. pertemuan antara . Jalan adi sucipto dan jalan A. Yani.
Gambar 5.8. Analisa Noise
Noise Tinggi
5.3.5 Analisa Pendekatan View a. Analisa 1) Jalan Adi Sucipto Jalan utama, daya tarik bagus, perlu diekspose sebagai daya tarik. 2) Jalan Jend. A. Yani Jalan sekunder, ramai, daya tarik sedang. 3) Jalan SMK N 7 Surakarta Daya tarik kecil
commit to user 122
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4) Jalan Perumahan Daya tarik kecil b. Rekomendasi Orientasi utama kearah Jalan Adi sucipto yang merupakan jalan primer.
5.3.6
Analisa Pencapaian
a. Analisa
Orientasi bangunan ke arah jalan Adi Sucipto
Gambar 5.9. Analisa View
1) Main Entrance (ME) Ditempatkan pada jalan Adi Sucipto sebagai jalan primer. 2) Site Entrance (SE) Ditempatkan pada jalan Jend. A. Yani. b. Rekomendasi 1) Main Entrance (ME) Sesuai dengan analisa orientasi, ME ditempatkan pada Jalan Adi Sucipto sebagai jalan primer yang banyak dilalui oleh sarana transportasi, sehingga memudahkan pencapaian.
commit to user 123
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Site Entrance (SE) Ditempatkan pada Jalan Jend. A. Yani terpisah dari ME. Keberadaannya tidak terekpose dan hanya dilalui sebagai jalur service.
Gambar 5.10. Analisa Pencapaian 5.3.7
Analisa Pendekatan Bentuk Dasar Bangunan Dengan dasar pertimbanga orientasi yang diwadahi, mudah dalam
pengembangan, fleksible dalam penataan ruang, kesesuaian dengan bentuk site, dan komposisinya dengan ruang terbuka guna mendapat efisiensi, efeksifitas penggunaan site, serta kemudahan sirkulasi udara. Menurut teori F. D.K Ching terdapat 3 jenis bentuk primer, yaitu lingkaran, segi empat dan segi 3. a. Lingkaran
-
Mempunyai kekuatan visual yang tidak dapat disederhanakan.
-
Mempunyai sudut pandang ke segala arah tanpa dihalangi pertemuan sudut.
-
Memiliki gerak putar yang kuat untuk sirkulasi.
commit to user 124
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Segi empat -
Merupakan bentuk yang netral, masiv dan stabil.
-
Bentuk yang efektif, efisien dan fleksibel dalam peletakan layout furniture.
c. Segi Tiga
-
Memiliki gerak putar yang baik untuk sirkulasi. Merupakan bentuk yang kuat, enerjik, stabil, ekspresif, sulit disederhanakan.
-
Tampak seimbang dengan sudut pandang jatuh pada satu sisi.
-
Kurang memiliki efisiensi ruang.
-
Kurang memiliki kemudahan dalam pengembanngan.
Dengan melihat kajian analisa bentuk dasar massa di atas yang dikaitkan dengan dasar bangunan yang terpilih berupa segi empat dan lingkaran disertai dengan pengembangannya. 5.3.8
Analisa Pendekatan Pola Massa Bangunan Dengan dasar pertimbangan efeksifitas dan optimalitas penggunaan lahan
terhadap bangunan, kesinambungan sirkulasi dalam bangunan, tuntutan pencapaian tiap fungsi kegiatan dan kemungkinan terhadap pengembangan bangunan. Tabel 5.15. Pendekatan Pola Massa Bangunan No. 1.
Bentuk
Analisa
Pola massa terpisah
· Bangunan terdiri dari beberapa massa bangunan yang letaknya terpisah sehingga sirkulasi dan
commit to user 125
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
fungsi kegiatan juga terpisah secara jelas. · Pemanfaatan lahan kurang optimal · Pencapaian fungsi manjadi relatif sulit · Kemungkinan pengembangan massa relatif mudah 2.
Pola massa celiery
· Berupa penataan massa bangunan dengan konektor pendek yang menghubungkan bangunan sebagai sirkulasi. · Fungsi kegiatan menjadi lebih menyendiri. · Sirkulasi berkesimanbungan · Kemudahan pengembangan dengan optimalisasi lahan.
3.
Pola massa finger plan · Berupa pola gabungan massa dengan ruang terbuka di tengahnya, dengan sirkulasi memutar. · Pencapaian antar fungsi dengan memutar. · Pengembangan kurang optimal.
4.
Pola massa gabungan · Bentuk pola tata massa berupa bentuk bangunan tertutup
massa yang menyatu menjadi sebuah massa tunggal. · Sirkulasi berkesinambungan. · Kesatuan
fungsi
kegiatan
dengan
orientasi
memusat. · Kemudahan pengembangan dengan optimasi lahan
commit to user 126
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berawal dari keinginan untuk memasukkan sifat-sifat wanita kedalam bangunan, metafora di rasa dapat di gunakan sebagai suatu cara menginterpretasi. Metafora dapat menjelaskan transfer ide dari suatu subyek kedalam objek lain melalui bentukan/gubahan massa, permainan bidang dan elemen arsitektur lain yang mampu menggambarkan sifat tersebut. Hal ini di lakukan mengingat Graha Busana dan Mode adalah suatu fasilitas yang di tujukan bagi wanita. Sehingga bangunan di harapkan berbentuk lekukan tubuh seperti tubuh wanita. Karakteristik wanita itu sendiri cenderung lemah lembut sehingga bangunan Graha Busana dan Mode ini lebih banyak menggunakan garis lengkung yang menunjukkan kelembutan. Dan juga pada pemilihan warna menggunakan warna yg lembut seperti abu-abu muda yang tidak terkesan tegas dan kaku. Dari alternatif pola massa bangunan yang terpilih adalah tata massa dengan pola massa celiery dan pola gabungan tertutup yang menghasilkan sebuah massa jamak dengan penyesuaian pada bentuk dasar massa yang terpilih.
Massa utama pada sekolah fashion berbentuk lekukan tubuh wanita. Dan commit to user garis lengkung tersebut menunjukkan kelembutan seorang wanita 127
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 5.11. Analisa Gubahan Massa
5.3.9 Analisa Pendekatan Interior Bangunan Pemilihan warna yang lembut dirasa sangat tepat pada bangunan Graha Busana dan Mode ini yaitu warna putih, abu-abu, merah muda, ungu muda dan juga warna-warna lembut lainnya. Pemberian wallpaper pada dinding dengan graffiti bunga-bunga untuk memperkuat karakter bahwa bangunan tersebut ditujukan untuk fasilitas wanita. Pemilihan perabot dengan warna-warna cerah dan lembut agar terkesan lebih menarik.
5.4 Analisa Pendekatan Sistem Pencahayaan 5.4.1 Pencahayaan Alami Pencahayaan alami merupakan pencahayaan yang bersumber dari sinar matahari. Cahaya dapat dimasukkan melalui dinding maupun atap. Hal-hal yang harus diperhatikan : a. Kebutuhan cahaya dalam ruangan. b. Menghindari permasalahan pencahayaan alami. c. Mengindari pengrusakan barang akibat sinar matahari.
commit to user 128
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 5.12. Pencahayaan alami dari jendela Sumber www.google.com (17 April 2012)
5.4.2 Pencahayaan Buatan Pencahayaan Buatan Merupakan Pencahayaan Yang Dihasilkan Dengan Menggunakan Alat. Fungsi Pencahayaan Buatan Selain Sebagai Penerangan Adalah Sebagai Pengarah Sirkulasi Dan Menonjolkan Elemen Dekoratif.
Gambar 5.13. Pencahayaan buatan pada retail shop Sumber www.google.com (17 April 2012)
5.5 Analisa Pendekatan Sistem Struktur 5.5.1 Sub Struktur
commit to user 129
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dengan dasar pertimbangan kondisi jenis tanah, ketinggian bangunan cukup tinggi, mengurangi penurunan bangunan dan menghindari pergeseran air pada lapisan tanah teratas. Tiang pancang
Gambar 5.14. Pondasi Tiang Pancang Sumber: Konst.Bangunan Bertingkat, Ir Benny P,1992
Tiang pancang mampu mendukung bangunan berlantai banyak dengan beban struktur super berat, cocok untuk tanah yang cukup keras, penggalian tanah untuk pondasi cukup dalam. Dengan demikian pondasi yang dipilih adalah pondasi tiang pancang, dengan pertimbangan jenis tanah dan jenis bangunan. 5.5.2 Super Struktur Marupakan bagian bangunan yang berada di atas sub srtuktur atau struktur bagian inti / bagian tengah. Adalah badan bangunan, yang memiliki fungsi sebagai pemikul beban atap sekaligus sebagai elemen pembatas visual ruang dalam. Dengan dasar pertimbangan kekuatan struktur, efisiensi, fleksibilitas, ekonomis, estetis dan kesesuaian dengan tanah. a. Rangka / frame Mempunyai kerakter cukup mudah dalam pelaksanaan, fleksibilitas cukup tinggi, beban dipikul kolom dan balok, memungkinkan bukaan yang cukup banyak.
commit to user 130
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Shear wall / Core wall Memiliki pelaksanaan yang cukup rumit dari rangka, fleksibilitas penggunaan ruang rendah, sebagai inti bangunan sehingga penyekat sekaligus pendukung beban. Dengan demikian sistem struktur yang dipilih adalah sistem rangka dan di gabung dengan core wall, karena bangunan akan dibangun cukup tinggi sehingga memerlukan struktur yang kuat. 5.5.3 Upper Struktur Terdapat beberapa struktur atap yang menghasilkan bentangan besar, yaitu struktur rangka baja, struktur kabel, struktur beton bertulang, struktur space frame. Dengan demikian sistem struktur yang digunakan pada sistem struktur atap adalah perpaduan antara sistem rangka baja dengan sistem beton bertulang dan space frame.
Gambar 5.15. Space Frame Sumber : www.google.com
commit to user 131
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5.6 Analisa Pendekatan Sistem Utilitas 5.6.1
Suplai Energi Kebutuhan listrik pada bangunan disuplai dari PLN dan untuk keadaan
tertentu ketika suplai PLN terhenti digunakan tenaga cadangan dari generator. Listrik dari PLN dan genset dihubungkan dengan sebuah automatic transfer dengan sistem ATS yaitu suatu alat transfer yang secara otomatis akan menjalankan genset apabila aliran listrik dari PLN padam PLN
KWH meter
Transformato
Mecanical
Generat
Automatic Switch
Fuel Tank
Transformat
Panel Distribusi
Sub Trafo Gedung TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
TPA
Bagan 5.9. Sistem Jaringan Listrik 5.6.2
Air Bersih Penggunaan sumur sebagai sumber air utama dipertimbangakan kemampuan
menyediakan air dalam jumlah banyak dengan debet air relatif konstan. Ada dua cara pendistribusian air, yaitu dengan Up Feed Distribution dan Down Feed Distribution.
commit to user 132
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pamakaian Down Feed Distribution lebih baik karena air tanah tidak terus dipompa ke atas, tetapi ditampung dalam tangki-tangki air yang diletakkan di atas beberapa manara kemudian didistribusikan. Sumur Cold Water Upper tank outlet
PDAM
Hot Water Upper Tank
Deep
P
Ground Reservoir
Sand Filter
Boiler
P
Outlet
Bagan 5.10. distribusi air bersih 5.6.3
Air Kotor Sistem jaringan air kotor dibaginmenjadi dua bagian, yaitu jaringan air kotor
padat (tinja & lavatory) dan jaringan air kotor cair (air hujan, roof garden, wastafel, wudhu dan dapur). Air kotor padat disalurkan ke septictank kemudian ke peresapan. Dan air kotor cair dikumpulkan di water treatment untuk diolah kembali sehingga bisa digunakan untuk perawatan roof garden. WC Dan Toilet
Septic Tank
Sumur Peresapan
Bagan 5.11. Distribusi Air Kotor Padat commit to user 133
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kamar Mandi
Dapur/ Pantry
Riol Kota
Bak Penangkap lemak
Bagan 5.12 Distribusi Air Kotor Cair
5.6.4
Penangkal Petir Tujuannya untuk mendapatkan sistem pengamanan terhadap bahaya petir.
Faktor yang menentukan adalah : a.
Kemampuan tinggi untuk melindungi gedung dari sambaran petir.
b.
Tidak menyebabkan efek elektrifikasi.
c.
Pemanasan tidak mengganggu tampak.
Sistam yang digunakan adalah sistem faraday, berupa tiang setinggi 50 cm, dengan jarak antar tiang 20 cm, dipasang di puncak atap, kemudian dihubungkan ke ground, pada ujung ground diberi kolam air untuk memperbesar penghantar lestrik ke tanah. 5.6.5
Perlindungan Kebakaran Sistem perlindungan kebakaran adalah usaha untuk mengadakan perlindungan
terhadap suatu bangunan bila terjadi kebakaran. a.
Preventif Yaitu usaha mencagah kebakaran dengan dua cara, mengawasi
menggunakan CCTV, dan pemilihan bahan bangunan.
commit to user 134
perpustakaan.uns.ac.id
b.
digilib.uns.ac.id
Respersif Adalah cara penyelamatan pada saat terjadi kebakaran dengan cara fire
alarm system, fire sprinkler system yang terletak pada jarak 15-25 cm, fire hydrant yang diletakkan dengan jarak 5-30 cm, fire detector, smike and heat extinguisher atau chemical extinguishing. c.
Evekuatif Cara kerja yang dipilih untuk daterapkan pada bangunan adalah sistem
otomatis dan semi otomatis. Semi otomatis untuk ruang-ruang pengelola, mengingat pentingnya dokumen-dokumen yang terdapat pada ruang tersebut. Hal ini akan merugikan apabila sistem pemadaman otomatis dengan sprinkler air langsung dipakai tanpa melihat dulu seberapa besar kebekaran yang terjadi. 5.6.6
Sistem Telematika
a. Sistem Komunikasi User Dengan Lingkungan Luar Komunikasi ini bisa terjadi antara pengelola denga pihak luar atau pengunjung dengan pihak luar. Untuk pengelola yang melakukan komunikasi dengan pihak luar, diinstalasikan sistem telepon PABX dan WAN. Sedangkan untuk user disediakan box telepon. b. Sistem Komunikasi Antar User Dalam Bangunan. Komunikasi user dalam bangunan meliputi komunikasi pengelola dengan pengunjung, atau komunikasi antar pengelola. Komunikasi antar pengelola dapat dilayani memakai sistem telepon PABX dan LAN. Sementara, untuk
commit to user 135
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pengelola dengan pengunjung dapat menggunakan interkom atau speaker yang diisntalkan pada ruang-ruang terutama ruang publik. 5.6.7
Sistem Jaringan Sampah Pengolahan sampah pada bangunan akan menggunakan sistem sampah yang
dibagi menjadi beberapa bagian sesuai denga jenisnya. Sampah dibagi menjadi tiga jenis : a.
Sampah anorganik, adalah sampah yang tidak dapat mengalami pembusukan alami, contoh : logam, besi kaleng, plastic, kater dan botol.
b.
Sampah organik, adalah sampah yang dapat mengalami pembusukan alami, contoh : sampah dapur, sisa sayuran, dedaunan.
c.
Sampah berbahaya, ahalah sampah yang mengandung bahan kimia berbahaya, contoh : botol racun nyamuk, baterai, jarum suntik bekas.
Dengan demikian setiap titik-titik sampah akan disediakan tempat sampah sesuai dengan jenisnya dan untuk membedakan akan diberi warna yang berbeda.
commit to user 136
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV GRAHA BUSANA DAN MODE YANG DIRENCANAKAN 4.1 Perencanaan Graha Busana dan Mode Kecenderungan kehidupan masyarakat sekarang yang tidak lepas dari segala sesuatu yang praktis dan cepat. Maka untuk mempermudah dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat akan fashion di Solo, di perlukan sebuah wadah yang dapat menampung kegiatan-kegiatan fashion seperti pendidikan dalam merancang busana, kegiatan promosi yang di khususkan pada produk-produk fashion dan alat-alat yang berkaitan dengan dunia fashion dan juga fasilitas hiburan. Sebagai tindak lanjut maka perwadahan yang nantinya di rencanakan harus mampu mewadahi setiap aktivitas pengguna yang mampu mencitrakan tampilan bangunan fashion yang sesuai dengan karakter wanita dengan teori metafora sehingga dapat di nikmati secara visual dan menarik para pengunjung. 4.2 Tujuan dan Sasaran Graha Busana dan Mode 4.2.1 Tujuan Graha Busana dan Mode Sebagai wadah pendidikan yang khusus dalam bidang fashion, dengan berbagai sarana penunjang pendidikan, pengembangan dan penelitian yang intinya a. Memberi fasilitas khusus berupa sekolah fashion yang memusatkan pengembangan kreativitas pada para siswanya dengan spesifikasi tersendiri yaitu: eksplorasi kemungkinan-kemungkinan yang ada seluas-luasnya melalui
commit to user 51
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
practice (latihan) dan theory (teori) bagi para siswa. Wadah pendidikan dan apresiasi dalam bidang fashion yang berkualitas. b.
Mendukung usaha pengembangan dunia fashion baik skala Kota maupun nasional.
c.
Menyediakan fasilitas untuk kebutuhan yang berhubungan dengan dunia fashion yaitu fasilitas pendidikan fashion, fasilitas promosi / penjualan dan fasilitas pameran produk desain untuk wilayah Surakarta dan sekitarnya.
d.
Saran tenaga ahli profesional dan pelayanan jasa masyarakat.
e.
Memberi kesempatan dan kemudahan kepada para Desainer dalam mengaktualisasikan diri dalam komunitas maupun dalam event-event yang diselenggarakan.
f.
Menggali dan mengembangkan dunia fashion, guna memajukan dunia fashion di Indonesia agar perkembangan fashion dalam negeri tidak kalah bersaing dengan produk-produk dari mancanegara. Karya-karya desain fashion di masa depan, fungsi dan peruntukkannya bagi kehidupan manusia, sangat ditentukan oleh berhasil atau tidaknya pendidikan desain saat ini.
4.2.2 Sasaran Graha Busana dan Mode Memberikan kemajuan kreativitas desain fashion bagi remaja / kelangan anak muda dan memudahkan mereka yang ingin mendalami ilmu desain fashion agar dapat menjadi professional kerja di bidangnya atau bahkan dapat membuka lapangan kerja sendiri.
commit to user 52
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.3 Skala Pelayanan Graha Busana dan Mode Graha Busana dan Mode ini dirancang agar mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam hal pendidikan fashion baik secara regional maupun nasional. Selain pendidikan, masyarakat luas juga diberi kesempatan untuk memanfaatkan fasilitas lain yang ada. Beberapa fasilitas yang dapat diakses masyarakat umum meliputi fasilitas komersil seperti : peragaan busana, butik, workshop, food court. Fasilitas pendidikan seperti : perpustakaan, kelas teori, studio dll. Fasilitas lain : ruang pameran, open space, dll. Diharapkan dari interaksi ini dapat menciptakan lingkungan binaan dalam sebuah fasilitas pendidikan dimana harmonisasi, peran dan kebutuhan masyarakat terwadahi dalam media yang baik. 4.4 Status Kelembagaan Graha Busana dan Mode Pada saat ini, seluruh sarana Pendidikan yang ada di Indonesia kelembagaannya dibawah naungan Menteri Pendidikan Nasional dan Sudin Pendidikan Propinsi / Kota. Sekolah Fashion ini sendiri kelembagaannya dikelola secara independen oleh swasta dalam bentuk perseorangan maupun yayasan. Graha Busana dan Mode merupakan instansi pendidikan yang seluruh aspek kegiatannya dikelola oleh swasta, tanpa bantuan sedikitpun dari pemerintah. Oleh karena itu, Graha Busana dan Mode ini memiliki pendanaan yang bersumber dari sumbangan anggota yayasan, pembayaran mahasiswa, keuntungan dari sewa dan penjualan. Graha Busana dan Mode ini sendiri merupakan sebuah sekolah komersil bagi mahasiswanya dan termasuk pada sekolah elite, mengingat kegiatan dan saran prasarana yang terdapat di dalamnya.
commit to user 53
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.5 Batasan Perencanaan dan Perancangan Graha Busana dan Mode Untuk menghindari meluasnya pembahasan yang tidak sesuai dengan tujuan dan sasaran konsep perencanaan dan perancangan Graha Busana dan Mode ini, maka perlu adanya batasan-batasan dalam perencanaan dan perancangannya, antara lain a. Pembahasan dan proyeksi proyek perencanaan Graha Busana dan Mode ini dibuat berpedoman pada Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) Kota Surakarta tahun 1993-2013 b. Site yang dipilih berada pada kawasan yang dianggap paling sesuai untuk proyek ini, dengan kriteria-kriteria yang mendukung eksistansinya. c. Lingkup pelayanan bangunan secara makro dan kualitatif melayani lingkup nasional dan secara mikro dan kuantitatif melayani wilayah Surakarta dan sekitarnya. d. Perencanaan dan perancangan fisik dibatasi pada bangunan, sistem sirkulasi dan fasilitas penunjangnya sebagai sebuah sekolah fashion. 4.6 Program Kegiatan Graha Busana dan Mode Kegiatan yang diselenggarakan dalam Graha Busana dan Mode ini harus bersifat kontinuitas, maka pengelola bertanggung jawab dalam menangani kegiatankegiatan yang diselenggarakan dan tidak menutup kemungkinan adanya sponsor oleh perusahaan yang berkaitan dengan Mode seperti Perusahaan tekstil untuk kegiatankegiatan tertentu. Kegiatan yang berlangsung dalam Graha Busana dan Mode dikelompokkan menjadi beberapa kelompok berdasarkan jenis kegiatannya, meliputi :
commit to user 54
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.6.1 Kelompok Kegiatan Utama Merupakan kegiatan yang berhubungan dengan usaha memberikan promosi, informasi, dan pendidikan di bidang mode. Kegiatan utama ini meliputi kegiatankegiatan sebagai berikut : a.
Kegiatan Promosi 1) Pengertian Promosi adalah perkenalan, dalam rangka memajukan usaha, dagang, dsb.
Sedangkan mempromosikan adalah mempropagandakan atau memperkenalkan suatu usaha. Maka promosi mempunyai arti kegiatan untuk memperkenalkan produk mode beserta perlengkapannya yang merupakan hasil kreasi dari para perancang yang bertujuan untuk meningkatkan pemasaran produk melalui sarana pameran dan peragaan busana yang diadakan secara periodik. 2) Bentuk Kegiatan a)
Pameran Kegiatan pameran ini dibagi menjadi dua jenis yaitu : 1). Pameran Tetap, diselenggarakan oleh pengelola, dengan obyek berupa busana dan perlengkapannya (assesories, millineries) yang khas dari daerah-daerah di Indonesia dan mancanegara, pameran diselenggarakan tiap hari dengan obyek pameran diganti setiap 3 atau 6 bulan.
commit to user 55
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2). Pameran Berkala, diselenggarakan oleh pengelola/pihak luar (penyewa ruang pameran) dengan obyek pameran diganti tiap minggu. Obyek yang dipamerkan antara lain : a) Produk-produk terbaru (tekstil, busana, perhiasan) yang dipajang dalam panel atau etalase b) Foto-foto mode (dalam dan luar negeri) c) Maneqin yang didandani sesuai tema (misalnya back to nature, dan sebagainya) d) Hasil lomba perancang busana, karya terbaik sekolah mode. b) Peragaan Busana Peragaan busana/fashion show yang diselenggarakan oleh pengelola atau pihak luar atau kerja sama pengelola dan pihak luar adalah bersifat : 1. Terbuka (untuk umum), diadakan setahun sekali (tahunan), dengan tema antara lain : a. Pekan Mode b. Trend Show c. Lomba Perancang Mode d. Pemilihan Model, Putri Solo e. Peringatan Hari-hari khusus (tahun baru, hari raya) 2. Tertutup (untuk kalangan tertentu), diadakan tidak secara rutin, dengan tema antara lain: a.
Malam Dana
commit to user 56
perpustakaan.uns.ac.id
b.
digilib.uns.ac.id
Peragaan Koleksi Terbaru Desainer tertentu (lokal, nasional maupun internasional)
c.
Pelelangan busana dan perlengkapannya (aksesoris, perhiasan).
c) Workshop Perancang Fasilitas workshop perancangan dilengkapi dengan ruang konsultasi dan studio perancangan para desainer ditujukan untuk melayani pengunjung yang datang untuk berkonsultasi tentang desain model, bahan, motif, serta konsultasi mengenai penampilan yang serasi, baik, dan pihak-pihak yang bisa dihubungi berkaitan dengan pemasaran. Pihak pengelola memiliki daftar pabrikan, pengusaha, desainer untuk menjawab persoalan yang ingin diketahui pengunjung. Sifat Kegiatan : a. Kegiatan Pameran 1) Informal, bergerak leluasa, dinamis dan mengalir 2) Suasana santai 3) Diadakan secara rutin 4) Memerlukan pencahayaan khusus. b. Kegiatan Peragaan Busana 1) Menimbulkan kebisingan disekelilingnya 2) Dilaksanakan dalam kelompok besar maupun kecil 3) Memerlukan keleluasaan ruang 4) Dilaksanakan secara berkala/temporer
commit to user 57
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5) Memerlukan kondisi tertentu dalam pencahayaan, tata ruang dan sistem suara. b. Kegiatan Informasi 1. Pengertian Pemberitahuan kabar atau berita (tentang) informasi busana dan mode. Maka kegiatan informasi Graha Busana dan Mode memiliki pngertian kegiatan pemberitahuan atau pengumuman yang bertujuan untuk memudahkan komunikasi antara produsen dan konsumen tentang mode dan busana beserta segala sesuatu yang berkaitan dengan dunia mode dan busana, baik sejarah perkembangannya maupun hal-hal yang terjadi pada masa sekarang (misalnya informasi mengenai trend mode yang sedang ‘in’). 2. Bentuk Kegiatan a) Pusat Informasi Mode Informasi yang disediakan dalam Pusat Informasi Mode berasal dari dalam maupun luar negeri diperuntukan bagi siswa sekolah mode dan umum, jenis informasi tersebut adalah antara lain : 1. Perpustakaan 2. Display, majalah, tabloid, kliping, foto dan album bahan 3. Informasi computer yang memuat data-data perusahaan dan pihak-pihak yang bergerak di bidang mode serta internet. 4. Informasi audio visual berupa pemutaran slide/video compact disc atau laser disc tentang mode dan perkembangannya.
commit to user 58
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b) Seminar dan Presentasi Seminar dan presentasi ini diselenggarakan oleh pengelola ataupun pihak luar atau pengelola bekerja sama dengan pihak luar dengan tema : 1. Seminar Pertemuan
membahas
trend
mode,
missal
seminar
tentang
profesionalisme seorang model, perancang, dan sebagainya. 2. Presentasi Memperkenalkan produk mode oleh satu pihak kepada pihak lain (perusahaan tekstil memperkenalkan produk kepada desainer). 3. Sifat Kegiatan a. Formal maupun informal b. Diadakan secara rutin maupun berkala c. Beberapa kegiatan memerlukan ketenangan (perpustakaan) d. Komunikasi searah maupun dua arah. c.Kegiatan Pendidikan Mode 1. Pengertian Berasal dari kata didik yang berarti memelihara atau member latihan (ajaran, pimpinan) mengenai suatu ilmu pengetahuan, dalam hal ini pengetahuan tentang mode. a. Bentuk Kegiatan Kegiatan pendidikan dibagi menjadi tiga jurusan, yaitu: 1) Fashion/Desain Mode Dengan spesifikasi :
commit to user 59
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a) Desain Mode/Fashion, lamanya 9 bulan, ada 6 kelas : (3 kelas pagi dan 3 kelas sore), masing-masing 2 kelas teori dan 1 kelas praktek, jumlah siswa per kelas maksimal 20 orang, membuka kelas baru setiap 3 bulan sekali (maksimal 2 kelas). b) Perdagangan dan pemasaran fashion, lamanya 3 bulan, ada 2 kelas (pagi dan sore), jumlah siswa perkelas maksimal 20 orang, membuka kelas baru setiap 3 bulan (maksimal 2 kelas). c) Manajemen produk fashion, lamanya 3 bulan, ada 2 kelas (pagi dan sore), jumlah siswa perkelas maksimal 20 orang, membuka kelas baru setiap 3 bulan (maksimal 2 kelas). 2) Modelling dan Koreografi Dengan spesifikasi : a) Anak-anak (2-12 tahun) basic, lama 6 bulan, 2-3 kali seminggu, ada 2 kelas, (1 pagi dan 1 sore), jumlah siswa perkelas maksimal 16 anak, membuka kelas baru setiap 3 bulan. b) Anak-anak (2-12 tahun) advance, lama 6 bulan, 2-3 kali seminggu, ada 2 kelas, (1 pagi 1 sore), jumlah siswa perkelas maksimal 16 anak, membuka kelas baru setiap 3 bulan. c) Remaja dewasa (12 tahun keatas) basic, lama 6 bulan,2-3 kali seminggu, ada 2 kelas (1 pagi 1 sore), jumlah siswa perkelas maksimal 16 anak, membuka kelas baru setiap 3 bulan.
commit to user 60
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d) Remaja dewasa (12 tahun keatas) advance, lama 6 bulan, 2-3 kali seminggu, ada 2 kelas (1 pagi 1 sore), jumlah siswa perkelas maksimal 16 anak, membuka kelas baru setiap 3 bulan. 3) Kursus-kursus a) Kursus menjahit, lama kursus 3 bulan, 3 kali seminggu, dibagi menjadi : 2 kelas menjahit busana pria (1 pagi 1 sore), 2 kelas menjahit busana wanita (1 pagi dan 1 sore), maksimal 1 kelas 10 orang. b) Kursus kecantikan dan menata rambut, lama 6 bulan, 3 kali seminggu, 2 kelas kecantikan (1 pagi dan 1 sore) dan kelas menata rambut (1 pagi dan 1 sore), 1 kelas maksimal 10 orang. c) Kursus membordir, lama kursus 6 bulan, 3 kali seminggu, 4 kelas (2 pagi dan 2 sore), 1 kelas maksimal 10 orang, membuka kelas baru tiap 3 bulan. b. Sifat Kegiatan 1) Konsentrasi penuh pada kegiatan 2) Dilaksanakan secara rutin, tertib dan teratur 3) Beberapa kegiatan membutuhkan ketenangan 4) Beberapa kegiatan menimbulkan kebisingan 5) Beberapa kegiatan membutuhkan tenaga dan sirkulasi udara yang leluasa 6) Dibimbing oleh pengajar ataupun berlatih sendiri dengan bimbingan.
commit to user 61
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.6.2 Kelompok Kegiatan Penunjang a. Pengertian Merupakan kegiatan-kegiatan yang sifatnya melengkapi untuk menunjang kegiatan-kegiatan yang berlangsung dalam Graha Busana dan Mode. b. Bentuk Kegiatan 1. Kantor Agen Model dan Studio Foto Agen model merupakan sebuah agen yang menyalurkan para model untuk keperluan peragaan busana. Agen ini disediakan oleh pengelola untuk kepentingan peragaan yang diselenggarakan oleh pengelola maupun pihak luar. Sedangkan studio foto disediakan oleh pengelola sebagai bagian yang berhubungan dengan agen model dan perpustakaan. Agen model membutuhkan foto-foto untuk mempromosikan dan mempublikasikan modelnya, perpustakaan membutuhkan foto-foto dan video dokumentasi (dalam dan luar negeri) yang dihimpun bagian humas, yang diproses distudio foto. 2. Retail dan Butik Retail dan butik disediakan untuk disewakan kepada desainer-desainer local maupun nasional. Dengan adanya retail dan butik ini memberikan kesempatan kepada desainer local maupun nasional memamerkan hasil karya dan mempromosikannya. Keberadaan Graha Busana dan Mode ini diarahkan terletak di kawasan yang memiliki image kawasan perdagangan produk fashion yang kuat, retail dan butik ini digunakan untuk busana, assesories dan perlengkapannya sehingga diharapkan menjadi etalase bagi bangunan Graha Busana dan Mode.
commit to user 62
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Food Court Food court disediakan untuk melayani kebutuhan para siswa sekolah mode, karyawan dan pengunjung. 4. Mini Bank beserta fasilitas ATM Mini bank yang disediakan untuk melayani kebutuhan pengunjung akan pengambilan uang serta untuk mendukung adanya pelaksanaan transaksi jual beli produk-produk yang dipasarkan di dalam Graha Busana dan Mode. 4.6.3
Kelompok Kegiatan Pengelolaan dan Administrasi
a. Pengertian Berupa kegiatan pengelolaan, pengaturan hubungan serta mengorganisir kegiatan intern yang berlangsung di Graha Busana dan Mode yaitu berupa kegiatan informasi, promosi dan pendidikan beserta kegiatan penunjang. b.
Bentuk Kegiatan 1. Administrasi Mengurusi segala usaha pembukuan, surat menyurat, perizinan dan sebagainya dari dalam dan luar Graha Busana dan Mode. 2. Pengelolaan Meliputi : a)
Pengelolaan, yaitu : koordinasi antar unsur dalam kegiatan promosi, informasi dan pendidikan beserta berbagai kegiatan penunjang yang diwadahi dalam Graha Busana dan Mode.
b) Mengadakan hubungan dengan dinas-dinas berwenang. c)
Rapat dan diskusi.
commit to user 63
perpustakaan.uns.ac.id
c.
digilib.uns.ac.id
Sifat Kegiatan 1. Suasana formal dalam lingkungan kerja 2. Dilaksanakan secara rutin, teratur dan terpimpin 3. Konsentrasin sedang/penuh, tergantung pada jenis kegiatan 4. Tingkat ketenangan sedang
4.6.4
Kelompok Kegiatan Pelayanan/Servis a. Pengertian Merupakan kegiatan pelaksanaan operasionalisasi gedung Graha Busana
dan Mode agar segala kegiatan yang berlangsung di dalamnya dapat berjalan dengan lancer, tertib, nyaman dan aman. b. Bentuk Kegiatan 1. Parkir : a) Parkir pengelola dan penyewa b) Parkir pengunjung 2. Mushola Fasilitas yang disediakan untuk keperluan peribadatan baik pengelola, pengunjung maupun penyewa. 3. Operasionalisasi Fasilitas gedung (mekanikal elektrikal) a) Operasional air bersih, air kotor b) Penyediaan energy listrik c) Pengaturan AC, dsb. 4. Keamanan (security service) a) Pengamanan gedung
commit to user 64
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b) Pengamanan kegiatan 5. Kebersihan (cleaning service) Merupakan kegiatan pengelolaan sampah c. Sifat Kegiatan 1.
Informal
2.
Dilaksanakan secara rutin
3.
Beberapa kegiatan menimbulkan kebisingan.
4.7 Pelaku Kegiatan Pelaku kegiatan dalam Graha Busana dan Mode dapat dikelompokkan menjadi : 4.7.1 Kelompok Pengelola Mengelola kegiatan-kegiatan yang berlangsung dalam Graha Busana dan Mode. Pelaku kegiatan dalam kelompok ini adalah : a. Pengelola administrasi serta kegiatan lain dalam pelayanan maupun operasionalisasi Graha Busana dan Mode. b. Pengajar/pelatih dalam berbagai kegiatan pendidikan mode. c. Pengelola pusat informasi mode. d. Para pekerja teknisi bangunan (ME). e. Petugas servis (keamanan dan kebersihan).
commit to user 65
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.7.2 Kelompok Penyewa Yaitu pemakai yang menyewa ruang-ruang yang ada sebagai tempat usaha komersil, dengan kewajiban membayar uang sewa. Pelaku menyewa bangunan Graha Busana dan Mode ini terdiri dari : a. Kegiatan pameran mode Pelaku yang terlibat dalam kegiatan pameran terdiri dari : 1) Displayer untuk pameran tetap 2) Displayer untuk pameran berkala 3) Panitia penyelenggara b. Kegiatan peragaan mode Dalam peragaan busana, personil-personil yang terlibat antara lain : 1) Perancang mode dan asistennya 2) Peraga mode (peragawan/peragawati) 3) Koreografer (penata gerak) dan asistennya 4) Penata rias dan asistennya 5) Penata panggung dan asistennya 6) Penata cahaya dan suara dan asistennya 7) Panitia penyelenggara 8) Pembawa acara c. Kegiatan seminar dan presentasi Pelaku yang terlibat dalam seminar atapun presentasi, terdiri dari : 1) Pembicara 2) Pembawa acara
commit to user 66
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Moderator dan penulis 4) Panitia penyelenggara d. Kegiatan butik dan retail Pelaku kegiatan pada suatu butik yaitu : 1) Seorang perancang busana, yaitu orang yang merancang busana yang dihasilkannya dalam butik sekaligus sebagai pengelola dan penanggung jawab butik tersebut. 2) Seorang asisten perancang busana, bertugas membantu kegiatan perancang. 3) 5 orang karyawan, yaitu bagian keuangan, pemasaran dan informasi. Pelaku kegiatan pada suatu retail fashion yaitu : a) Seorang pengusaha yang mengelola dan bertanggung jawab penuh terhadap tokonya. b) 2 orang karyawan (pramuniaga). Untuk Graha Busana dan Mode direncanakan terdapat 10 butik dan 10 retail fashion dan perlengkapannya. e. Kegiatan workshop dan konsultasi perancang Pelaku yang terlibat di dalamnya yaitu : 1. Perancang mode 2. Asisten perancang 3. Peraga mode Untuk Graha Busana dan Mode direncanakan terdapat 10 ruang untuk kegiatan ini yang dapat digunakan oleh perancang local maupun dari luar Surakarta.
commit to user 67
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
f. Kegiatan food court Pelaku pada kegiatan food court, yaitu : 1. 6 orang pengelola 2. 12 orang karyawan (pramuniaga, pramusaji, perlengkapan). g. Kegiatan kantor agen model dan studio foto Pelaku kegiatan pada kantor agen model yaitu 4 orang perwakilan agen model dan 2 orang tenaga fotografer professional pada studio foto. h. Kegiatan minibank Ruangan ini disewakan atau dijual kepada instansi yang terkait yaitu Bank. 4.7.3
Kelompok pengunjung Kelompok pengunjung adalah orang-orang yang datang berkunjung ke Graha
Busana untuk tujuan tertentu, antara lain : a.
Pengunjung dengan tujuan melihat-lihat
b.
Pengunjung dengan tujuan mencari informasi
c.
Pengunjung dengan tujuan mengikuti kegiatan pendidikan
d.
Pengunjung dengan tujuan melihat peragaan busana dan pameran busana serta tat arias wajah, rambut dan tubuh.
e.
Pengunjung dengan tujuan membeli.
f.
Pengunjung dengan tujuan bisnis.
g.
Pengunjung dengan tujuan membutuhkan/memakai jasa ataupun pelayanan yang ada.
commit to user 68
perpustakaan.uns.ac.id
h.
digilib.uns.ac.id
Pengunjung dengan tujuan mengadakan kegiatan tertentu (penyelenggara) yang bekerja sama dengan pihak pengelola Graha Busana dan Mode serta peserta dari kegiatan tersebut.
4.8 Waktu Pelaksanaan Kegiatan di Graha Busana dan Mode Waktu pelaksanaan kegiatan yang terjadi di dalam Graha Busana dan Mode, yaitu : a. Kegiatan Promosi dan Pelayanan jasa Waktu pelayanan promosi dan pelayanan jasa dilaksanakan pada pukul 09.0021.00 WIB. b. Kegiatan Pendidikan Waktu kegiatan pendidikan pada pukul 08.00-16.00 WIB. c. Kegiatan Pengelolaan Waktu kegiatan pengelolaan pada pukul 08.00-17.00 WIB. 4.9 Keluaran pada Graha Busana dan Mode Keluaran atau lulusan dari Graha Busana dan Mode diharapkan dapat menjadi professional kerja di bidangnya. Menjadi pribadi yang mandiri, bahkan dapat menciptakan lapangan kerja sendiri dengan ilmu, keahlian dan kemampuannya dalam bidang desain sehingga para professional di bidangnya ini mampu memenuhi kebutuhan masyarakat akan desain di Surakarta bagkan nasional maupun hingga luar negeri.
commit to user 69
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.10 Konsep Arsitektur Metafora pada Bangunan Graha Busana dan Mode Pada dasarnya yang menjadi inti dari arsitektur metafora adalah bagaimana ide desain filosofi dapat disampaikan atau dikomunikasikan melalui bangunan dan dapat ditangkap oleh pengamatnya. Disini pikiran pengamat dirangsang untuk berasosiasi, membayangkan dan menangkap sesuatu. Melalui bentuk, tampilan, dan konfigurasi bangunan mencerminkan sebuah makna, yang dihadirkan melalui bentukan/gubahan massa, permainan bidang dan elemen arsitektur lain yang mampu menggambarkan sifat tersebut. Proses perencanaan di lakukan dengan menentukan dan mencari konsep terlebih dahulu. Penelusuran konsep dilakukan dengan mengolah data yang ada. Bukan dari menentukan kategori metafora terlebih dahulu, namun berangkat dari konsep yang kemudian ditransform dalam bentuk wujud kemudian dimasukkan dalam kategori arsitektur metafora. Sebagai sebuah fasilitas yang ditujukan bagi wanita maka karakter bangunan yang akan ditampilkan harus representatif yaitu dengan cara memasukkan sifat wanita kedalam bangunan. Untuk memasukkan konsep metafora sebagai gaya bahasa ke dalam arsitektur perlu melihat arsitektur sebagai instrumen komunikasi. Arsitektur adalah sebuah bentuk bahasa. Oleh karenanya dapat di artikan sebagai alat komunikasi. Metafora yang dikenal sebagai salah satu gaya bahasa dalam bahasa Indonesia, merupakan salah satu bentuk komunikasi. Kemudian dijelaskan bagaimana pemindahan ekspresi metafora kedalam metafora arsitektural, sehingga metafora yang semula merupakan gaya bahasa dimana bahasa itu bersifat abstrak dapat bersifat nyata dalam perwujudan
commit to user 70
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bentuk/arsitektural. Metafora arsitektural berkenaan dengan pendefinisian wujud bentuk arsitektur yaitu bagaimana menjelaskan dan mencari hubungan logis antara kiasan tertentu dari arsitek kedalam bentuk ruang bangun rancangannya sebagai makna kedua disamping pemenuhan fungsi bangunan. Metafora dalam arsitektur bagaikan kiasan berbahasa, memiliki kesamaan-kesamaan dan bersifat cukup logis. Anthony Antoniades mengidentifikasikan tiga buah kategori metafora arsitektural, yaitu : metafora abstrak yang ide pemberangkatan metaforiknya berasal dari sebuah konsep yang abstrak (sebuah ide, sifat manusia atau kualitas obyek, dll), metafora konkrit yang ide pemberangkatan metaforiknya berasal dari karakter material atau visual obyek yang konkrit (misal menara yang seperti tongkat, atap seperti perahu, dll), sedangkan metafora kombinasi ide pemberangkatan metaforiknya dari konsep abstrak dan karakter materi atau visual obyek yang bergabung (karakter visualnya dapat menjadi alasan untuk menilai sifat-sifat, kualitas dan karakter wadah visualnya). Dari penjabaran teori metafora diatas, maka pendekatan perwujudan metafora yang digunakan dalam perencanaan dan perancangan Graha Busana dan Mode ini berangkat dari sebuah konsep / pola pemikiran konkrit (lekuk tubuh wanita). Maka wujud arsitekturnya dimasukkan dalam kategori arsitektur metafora konkrit. dalam perancangan nantinya haruslah terdapat kesesuaian antara perancangan Graha Busana dan Mode dengan teori metafora yang ide pemberangkatan metaforik dari lekuk tubuh wanita pada tampilannya sehingga dapat dinikmati secara visual dan menarik para pengunjung.
commit to user 71
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB VI KONSEP PERANCANGAN GRAHA BUSANA DAN MODE 6.1
Konsep Peruangan Graha Busana Dan Mode
6.1.1
Kelompok Kegiatan Umum Tabel 6.1. Tabel Perhitungan Besaran Ruang Kolompok Kegiatan Umum
Kebutuhan Ruang
Kapasitas
Luas Ruangan (m²)
Entrance Hall
200 orang
320 m²
320 m² x 4 m =1280m3
Resepsionis
1 unit
10 m²
10 m² x 4 m = 40 m3
ATM box
5 unit
1,5 m²
7.5 m² x 3 m = 22.5 m3
Area Parkir pengunjung
12 mobil 170 motor 4 bus
20 m² x 12 mobil = 240 m² 240 m² x 4 m = 960 m3 2,5 m² x 170 motor = 425m² 425 m² x 4 m = 1700 m3 36 m² x 4 bis = 144 m² 144 m² x 4m = 576 m3
Area Parkir penyewa dan 36 mobil pengelola 141 motor
20 m² x 36 mobil = 720 m² 720 m² x 4m = 2880 m3 2,5 m² x 141 motor = 353 m² 353 m² x 4m = 1412 m3
Total (m²)
Jumlah Total Besaran Ruang Kegiatan Umum
2.219,5 m²
Volume Total Besaran Ruang Kegiatan Umum
8869 m3
6.1.2
Kelompok Kegiatan Utama Tabel 6.2. Tabel Perhitungan Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Utama
Kebutuhan Ruang
Kapasitas
Luas Ruangan (m²)
250 orang 250 orang 1 unit
315 m² 315 m² 100 m²
Total (m²)
a. Kegiatan Promosi Peragaan Busana Hall peragaan Ruang audience Ruang peragaan busana /
1008 m²
commit to user 137
perpustakaan.uns.ac.id
catwalk Ruang ganti & rias Back stage Ruang istirahat R. operator Lavatory Pameran
digilib.uns.ac.id
40 orang 1 unit 20 orang 1 unit 1 unit
70 m² 60 m² 36 m² 48 m² 64 m²
R. pemeran 200 orang R persiapan materi 20 orang pameran R. panitia penyelenggara 20 orang R. penyimpanan / gudang 1 unit Workshop Perancangan
540 m² 32 m²
R. display 150 orang R. konsultasi perancangan 10 perancang Studio desain 10 ruang R. simpan / gudang 1 ruang b. Kegiatan Informasi Seminar dan Presentasi
270 m² 34 m² 144 m² 100 m²
R. tunggu / lobby 50 orang R. seminar 150 orang Podium 1 unit R. persiapan 10 orang R. operator 1 unit c. Kegiatan Pendidikan Fashion Hall 180 orang R. administrasi 5 orang R. pengajar 10 orang R rapat 12 orang R. kelas desain mode 20 0rang, 2 kelas Studio desain 20 0rang, 1 kelas Studio jahit 10 0rang, 2 kelas Studio pola 10 0rang, 2 kelas R. kelas pemasaran 20 orang, 1 kelas produk fashion R. kelas manajement 20 orang, 1 kelas produk fasion R. kelas modeling dan 16 orang, 2 kelas koreografi Studio modeling dan 16 orang, 2 kelas koreografi
622 m²
30 m² 20 m² 548 m²
60 m² 216 m² 30 m² 36 m² 32 m²
374 m²
252 m² 35 m² 58 m² 36 m² 80 m² 60 m² 61 m² 96 m² 40 m²
1.860 m²
40 m² 64 m² 90 m²
commit to user 138
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
R. kelas Fotografi Studio fotografi Laboraturium fotografi Kelas kecantikan dan menata rambut R. Praktek membordir Kantin
20 orang, 2 kelas 20 orang, 2 kelas 20 orang, 1 kelas 10 orang, 2 kelas
80 m² 90 m² 92 m² 61 m²
10 orang, 2 kelas 20 orang, 1 buah kios makan, 3 unit kantin
61 m² 48 m²
Perpustakaan
100 orang 10.000 buku 1.000 majalah
Musholla Lavatory
456 m²
1 buah
20 m²
1 buah
40 m² 4.412 m²
Jumlah Total Besaran Ruang Kegiatan Utama
6.1.3
Kelompok Kegiatan Penunjang Tabel 6.3. Tabel Perhitungan Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Penunjang
Kebutuhan Ruang
Kapasitas
Luas Ruangan (m²)
Total (m²)
Area duduk 200 orang Kios makanan 5 unit Kantor Agen Model dan Studio Foto
288 m² 30 m²
318 m²
R. tamu R. kantor agen model R. studio foto R. gelap Retail shop dan butik
10 orang 10 orang
10 m² 15 m² 40 m² 15 m²
80 m²
15 unit 4 unit 1 unit
600 m² 6 m² 9 m²
655 m²
Food Court
R. Display R. Pas Pakaian Kasir
commit to user 139
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gudang 1 unit 40 m² Jumlah Total Besaran Ruang Kegiatan Penunjang
6.1.4
1.053 m²
Kelompok kegiatan pengelolaan Tabel 6.4. Tabel Perhitungan Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Pengelolaan
Kebutuhan Ruang
Kapasitas
Luas Ruangan (m²)
R. tamu 6 orang 20 m² R. direktur 1 orang 45 m² R. sekretaris direktur 1 orang 20 m² R. wakil direktur 1 orang 45 m² R. sekretaris wakil direktur 1 orang 20 m² R. arsip 1 orang 20 m² R. Kepala Bagian HRD R. pimpinan 40 m² dan staff 1 orang R. staff 5 orang R. Kepala Bagian R. pimpinan 40 m² Keuangan dan staff 1 orang R. staff 5 orang R. Kepala Bagian Humas R. pimpinan 40 m² dan staff 1 orang R. staff 5 orang R. Kepala Bagian R. pimpinan 40 m² Pemasaran dan Staff 1 orang R. staff 5 orang R. Kepala Bagian R. pimpinan 40 m² Promosi dan Staff 1 orang R. staff 5 orang R. fotokopi 2 unit 16 m² R. makan dan pantry 1 unit 45 m² Gudang 1 unit 12 m² Musholla 20 orang 36 m² Lavatory 4 buah, 2 unit 20 m² Jumlah Total Besaran Ruang Kegiatan Pengelolan
Total (m²) 499 m²
499 m²
commit to user 140
perpustakaan.uns.ac.id
6.1.5
digilib.uns.ac.id
Kelompok Kegiatan Service Tabel 6.5. Tabel Perhitungan Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Service Kebutuhan Ruang Kapasitas Luas Ruangan (m²) Total (m²)
Operasional R. bongkar muat 2 kendaraan R. loading dock 1 unit Gudang 7 unit Lift orang 4 unit Lift barang 2 unit R. pegawai 1 unit Ruang mekanikal Elektrikal
47 m² 29 m² 140 m² 24 m² 18 m² 20 m²
278 m²
R. genset R. AHU R. reservoir R. pompa R. chiller R. panel R. sampah Gudang R. maintenance Karyawan
65 m² 15 m² 30 m² 35 m² 15 m² 35 m² 35 m² 35 m² 25 m²
290 m²
R. ganti & locker wanita 10 orang R. ganti & locker wanita 10 orang , R. karyawan 30 orang Lavatory 4 buah, 2 unit Peribadatan
45 m² 45 m² 35 m² 20 m²
145 m²
Musholla Tempat wudhu Keamanan
45 m² 10 m²
55 m²
Pos jaga 2 orang, 4 unit 25 m² R. kemanan 2 orang, 3 unit 45 m² R. CCTV 2 orang 20 m² Jumlah Total Besaran Ruang Kegiatan Service
90 m²
1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 5 orang
30 orang 10 orang, 2 unit
858 m²
commit to user 141
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6.1.6 Analisa Total Besaran Ruang Rekapitulasi besaran ruang Graha Busana dan Mode Tabel 6.6. Tabel Rekapitulasi besaran ruang Graha Busana dan Mode Kelompok Kegiatan
Luas (m²)
Kelompok ruang kegiatan umum
2219 m²
Kelompok ruang kegiatan utama
4.412 m²
Kelompok ruang kegiatan penunjang
1.053 m²
Kelompok ruang kegiatan pengelolaan
499 m²
Kelompok ruang kegiatan service
858 m²
Total Luas Ruang Graha Busana dan Mode
9.041 m²
6.2 Konsep Lokasi Dan Tapak Lokasi yang dipilih untuk mendirikan Graha Busana dan Mode adalah di Jalan Adi Sucipto, Manahan, Surakarta
Gambar 6.1. Lokasi Site Graha Busana dan Mode
commit to user 142
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
zona hiburan
zona promosi zona pendidikan open space
U Gambar 6.2. Zonifikasi
U
Gambar 6.3. Batas-batas Site
commit to user 143
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Batas-batas site : Utara
: Jalan Adi Sucipto (jalan primer), SMK 5 Surakarta
Timur
: Jalan Jend. A. Yani (jalan sekunder), kodim
Selatan
: SMK N 7 Surakarta
Barat
: Perumahan
Luas site adalah 11.900 m² dengan BCR 60% 6.3 Konsep Pengolahan Tapak 6.3.1
Konsep Pencapaian Peletakan ME ditempatkan pada Jalan Adi Sucipto sebagai jalan primer yang
banyak dilalui oleh sarana transportasi sehingga memudahkan pencapaian. Dibedakan antara akses masuk dan akses keluar pada ME. Peletakan SE ditempatkan pada Jalan end. A. Yani, terpisah dari ME. Keberadaanya tidak terekspose dan hanya dilalui sebagai jalur service.
U
Gambar 6.4. Konsep Pencapaian
commit to user 144
perpustakaan.uns.ac.id
6.3.2
digilib.uns.ac.id
Konsep Site Terhubung Matahari Matahari pagi merupakan sinar yang dibutuhkan dan sangat baik bagi
kesehatan, maka pada sisi timur bangunan perlu diberi kan bukaan yang cukup banyak agar dapat menangkap sinar matahari secara optimal. Sinar matahari sore yang panas perlu dihindari dengan mengadakan barier berupa tanaman atau sun shadding.
U
Gambar 6.5. Konsep Site Terhubung Matahari
6.3.3
Konsep Orientasi Orientasi utama ke Jalan Adi Sucipto yang merupakan jalan primer. Orientasi
bangunan membentang dari arah timur ke barat.
commit to user 145
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
U
Orientasi bangunan membentang dari arah timur ke barat. View tidak terlalu baik, hanya berupa perumahan penduduk. View cukup baik yaitu menghadap ke arah jalan A. Yani.
U
View sangat baik karena nenghadap ke perempatan dan jalan Adi Sucipto
View tidak terlalu baik, hanya berupa perumahan penduduk.
View cukup baik karena menghadap kea rah jalan Adi Sucipto.
Gambar 6.6. Konsep Orientasi
commit to user 146
perpustakaan.uns.ac.id
6.3.4
digilib.uns.ac.id
Konsep Site Terhubung Angin Aliran angin paling banyak dari arah barat laut yang berasal dari jalan open
space, bangunan diorientasikan menghadap ke barat laut karena memberikan pengaruh angin segar. Penghawaan pada bangunan Graha Busana dan Mode menggunakan penghawaan alami. Penghawaan alami pada bangunan ini juga dibangtu dengan penghawaan buatan untuk mengantisipasi pengguna yang menginginkan penggunaan AC. Ketika AC dinyalakan, jendela ditutup rapat sehingga dapat mengefisiensikan pemekaian energi. Pemakaian jenis jendela yang tepat dpat mengoptimalkan sistem penghawaan bangunan.
U
Memaksimalkan bukaan pada bagian ini untuk memaksimalkan angin yang masuk.
Vegetasi sebagai barrier angin yang tercampur debu.
Gambar 6.7. Konsep Site Terhubung Angin
U commit to user 147
perpustakaan.uns.ac.id
6.3.5
digilib.uns.ac.id
Konsep Site Terhubung Noise Peletakan area dengan atribut tenang diletakkan pada bagian belakang site
yang jauh dari sumber noise, diposisikan lebih ke arah selatan dan barat.
U Gambar 6.8. Konsep Site Terhubung Noise 6.3.6
Konsep Bentuk Dasar dan Pola Bangunan Berawal dari keinginan untuk memasukkan sifat-sifat wanita kedalam
bangunan, metafora di rasa dapat di gunakan sebagai suatu cara menginterpretasi. Metafora dapat menjelaskan transfer ide dari suatu subyek kedalam objek lain melalui bentukan/gubahan massa, permainan bidang dan elemen arsitektur lain yang mampu menggambarkan sifat tersebut. Hal ini di lakukan mengingat Graha Busana dan Mode
commit to user 148
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
adalah suatu fasilitas yang di tujukan bagi wanita. Sehingga bangunan di harapkan berbentuk lekukan tubuh seperti tubuh wanita. Karakteristik wanita itu sendiri cenderung lemah lembut sehingga bangunan Graha Busana dan Mode ini lebih banyak menggunakan garis lengkung yang menunjukkan kelembutan. Dan juga pada pemilihan warna menggunakan warna yg lembut seperti abu-abu muda yang tidak terkesan tegas dan kaku. Bentuk dasar bangunan berupa balok dan tabung dengan pengembangannya. Bentuk dasar balok untuk mewadahi kegiatan yang cenderung berulang. Disamping itu pemilihan modul balok memudahkan dalam proses perancangan, juga efisien waktu. Pemilihan bentuk dasar tabung dikaitkan dengan orientasi kegiatan yang ingin diwadahi berupa kegiatan pendidikan. Pola massa bangunan merupakan tatanan masa dengan pola massa celiery dan pola massa gabungan tertutup yang menghasilkan sebuah massa jamak dengan penyesuaian pada bentk dasar massa yang telah terpilih. Graha busana dan mode ini akan lebih banyak menampilkan bentuk geometris dengan penekanan terhadap unsur metafora
yang akan banyak muncul pada
bangunan. Bentuk lengkung akan diterapkan pada massa utama bangunan sehingga akan terlihat menyerupai lekukan tubuh wanita.
commit to user Terinspirasi dari tubuh wanita 149
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Massa bangunan berbentuk lekukan tubuh wanita. Dan garis lengkung tersebut menunjukkan kelembutan seorang wanita
Gambar 6.9. Konsep Bentuk Dasar dan Pola Bangunan 6.3.7 Konsep Interior Bangunan Pemilihan warna yang lembut dirasa sangat tepat pada bangunan Graha Busana dan Mode ini yaitu warna putih, abu-abu, merah muda, ungu muda dan juga warna-warna lembut lainnya. Pemberian wallpaper pada dinding dengan graffiti bunga-bunga untuk memperkuat karakter bahwa bangunan tersebut ditujukan untuk fasilitas wanita.
commit to user 150
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 6.10. Walpaper dinding Pemilihan Furnitur dengan warna-warna cerah dan lembut agar terkesan lebih menarik.
Gambar 6.11. furnitur 6.4 Konsep Struktur 6.4.1 Sub Struktur Dengan dasar pertimbangan kondisi jenis tanah, ketinggian bangunan yang cukup tinggi, mengurangi penurunan bangunan dan menghindari pergeseran air pada lapisan tanah teratas. Dengan pertimbangan-pertimbangan diatas maka dengan demikian pondasi yang dipilih adalah pondasi tiang pancang.
Gambar 6.12. Pondasi tiang pancang Sumber: Konst.Bangunan Bertingkat, Ir Benny
commit to user 151
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6.4.2 Supper Struktur Merupakan bagian bangunan yang berada diatas sub Struktur atau bagian inti bangunan yang memiliki fingsi sebagai pemikul beban atap sekaligus sebagai elemen pembatas visual ruang dalam. Denga dasar pertimbangan kekuatan struktur, efisiensi, fleksibilitas, ekonomi, estetis dan kesesuaian dengan tanah. Dengan pertimbanganpertimbangan diatas maka dengan demikian sistem struktur yang dipilih adalah sistem struktur rangka dan core, karena bangunan yang akan dibangun cukup tinggi sehingga memerlukan struktur yang kuat. 6.4.3 Upper Struktur Terdapat beberapa struktur atap yang dapat menghasilkan bentang besar, yaitu struktur rangka baja, struktur kabel, struktur beton bertulang dan space frame. Dengan demikian sistem struktur yang digunakan pada sistem struktur atap adalah perpaduan antara sistem rangka baja dengan struktur beton bertulang dan space frame.
Gambar 6.13. Space Frame Sumber: www.google.com 6.5 Konsep Utilitas 6.5.1 Suplai Energi Kebutuhan listrik pada bangunan disuplai dari PLN dan untuk keadaan tertentu ketika sulpai PLN terhenti digunakan tenaga cadangan dari generator. Litrik
commit to user 152
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dari PLN dan genset dihubungkan dengan sebuah automatic tranfer dengan sistem ATS yaitu suatu alat trasfer yang secara otomatis akan menjalankan genset apabila aliran listrik dari PLN padam. 6.5.2
Air Bersih Penggunaan sumur sebagai sumber air utama dipertimbangkan kemampuan
menyediakan air dalam jumlah banyak dengan debet air relatif konstan, namun demikian tetap menggunakan sumber air dari PDAM. Penggunaan sistem Down Feed Distribution yang memakai metode air dipompa ke tangki di lantai atap (roof floor) kemudian didistribusikan ke lantai-lantai di bawahnya. 6.5.3
Air Kotor Sistem jaringan air kotor dibagi menjadi dua bagian, yaitu air kotor padat
(tinja & lavatory) dan jaringan air kotor cair (air hujan, roof garden, wastafel, wudhu, dan dapur). Air kotor padat disalurkan ke sepictank kemudian ke peresapan. Sedangkan air kotor cair dikumpulkan di water treatment untuk diolah kembali sehingga bisa digunakan untuk perawatan roof garden dan dapat dibuang melalui riol kota. 6.5.4
Penangkal Petir Sistem yang digunakan adalah sistem faraday, berupa tiang setinggi 50 cm,
dengan jarak antara tiang adalah 20 cm, dipasang di puncak atap, kemudian dihubungkan dengan kawat yang dimasukkan ke dalam pipa, kemudian dihubungkan ke ground, pada ujung ground diberi kolam air untuk memperbesar penghantar listrik ke tanah.
commit to user 153
perpustakaan.uns.ac.id
6.5.5
digilib.uns.ac.id
Pelindung Kebakaran Sistem perlindungan kebakaran adalah usaha untuk mengadakan perlindungan
terhadap suatu bangunan bila terjadi kebakaran. a. Preventif Yaitu
usaha
mencagah
kebakaran
dengan
dua
cara,
mengawasi
menggunakan CCTV, dan pemilihan bahan bangunan. b. Respersif Adalah cara penyelamatan pada saat terjadi kebakaran dengan cara fire alarm system, fire sprinkler system yang terletak pada jarak 15-25 cm, fire hydrant yang diletakkan dengan jarak 5-30 cm, fire detector, smike and heat extinguisher atau chemical extinguishing. c. Evekuatif Cara kerja yang dipilih untuk daterapkan pada bangunan adalah sistem otomatis dan semi otomatis. Semi otomatis untuk ruang-ruang pengelola, mengingat pentingnya dokumen-dokumen yang terdapat pada ruang tersebut. Hal ini akan merugikan apabila sistem pemadaman otomatis dengan sprinkler air langsung dipakai tanpa melihat dulu seberapa besar kebekaran yang terjadi. 6.5.6
Sistem Telematika
a. Sistem Komunikasi User Dengan Lingkungan Luar Komunikasi ini bisa terjadi antara pengelola denga pihak luar atau pengunjung dengan pihak luar. Untuk pengelola yang melakukan komunikasi dengan
commit to user 154
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pihak luar, diinstalasikan sistem telepon PABX dan WAN. Sedangkan untuk user disediakan box telepon. b. Sistem Komunikasi Antar User Dalam Bangunan. Komunikasi user dalam bangunan meliputi komunikasi pengelola dengan pengunjung, atau komunikasi antar pengelola. Komunikasi antar pengelola dapat dilayani memakai sistem telepon PABX dan LAN. Sementara, untuk pengelola dengan pengunjung dapat menggunakan interkom atau speaker yang diisntalkan pada ruang-ruang terutama ruang publik. 6.5.7
Sistem Jaringan Sampah Pengolahan sampah pada bangunan akan menggunakan sistem sampah yang
membagi menjadi beberapa bagian sesuai denagn jenisnya. Sampah dibagi menjadi tiga jenis, yaitu sampah anorganik, sampah organik dan sampah berbahaya. Dengan demikian setiap titik-titik sampah akan disediakan tempat sampah yang sesuai dengan jenisnya dan terhubung ke ruang pangolahan sampah melalui shaft sampah.
commit to user 155