Global Salafi Jihadi Tantangan Masa Depan Islam Indonesia Oleh:Fahrur Razi ABSTRAK
Pasca peristiwa 11 Sepetember 200, Term Wahabi-Salafi menjadi perhatian dunia, Paham Wahabi dibangun oleh Muhammad bin Abdul Wahab (11151206H) atau (1703-1792M), seorang ulama asal Uyainah, Najd, di belahan timur Jazirah Arab. Salafi Jihadi adalah racikan dari dua model pemahaman, yaitu Wahabisme dalam akidah dan Qutbisme dalam gerakan. Ada empat doktrin Salafisme yang diinspirasi dari Wahabisme. Pertama, program Wahabisme untuk kembali kepada sumber-sumber pokok Islam (al-Qur’an dan Hadis), Kedua, regulasi hubungan antara orang mukmin dan bukan mukmin. Ketiga, penolakannya terhadap syi’ism sebagai bid’ah. Keempat, praktik hisba, yakni alamr bi al-ma’ru>f wa al-nahy ‘an al-munkar. Kemunculan gerakan Salafi di Indonesia diawali Gerakan Padri di Minangkabau Sumatera Barat pada awal abad ke-19. Walaupun gerakan Padri berhasil memperkuat elemen Islam dalam sistem sosial dan adat Minangkabau, Wahabisme tidak pernah menjadi aliran dominan di Sumatera Barat. Karakter Islam Nusantara yang secara tradisional sangat dipengaruhi oleh tasawuf dan tarekat, Wahabisme sulit mendapat pijakan yang kuat di Indonesia dan wilayah-wilayah lain di Asia Tenggara. Islam wasat}iyah harus terus bersinergi dan bergerak menampilkan Islam rahmatan lil ‘a>lami>n dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan demikian kebangkitan peradaban Islam yang menurut para ilmuwan muslim akan muncul dari Negara Indonesia akan menjadi suatu kenyataan. Kata Kunci: Global, Salafi, Jihadi, Islam, Indonesia.
Pendahuluan Pasca peristiwa 11 Sepetember 2001, tragedi pengeboman WTC sampai sekarang, Islamisme (Islam Politik) menjadi semakin populer. Term yang mengibarkan bendera global salafism menjadi perhatian dunia. Sebagaimana disebutkan oleh Roel Meijer, Salafisme tidak banyak diperhatikan sebelum terjadinya tragedi 9/11, kecuali untuk priode klasik dan awal periode modern. “Fundamentalism” dalam dunia akademik, telah menjadi perhatian dan topik penelitian (topic of reseach) sejak terbunuhnya mantan presiden Mesir Anwar
1
Sadat, tetapi sedikit sekali para sarjana yang mengkaji tentang Salafism, membiarkannya sebagai fenomena global.1 Sarjana lainnya yang mengkaji Islam modern pada skala global, seperti Olyver Roy mengkaji neo-fundamentalism yang mengelompokkan secara bersama-sama dengan gerakan-gerakan lain seperti Hizb al-Tahri>r. Salafism atau
wahabisme dikaji secara utama di Saudi Arabia sebagai bagian dari sejarahnya.2 Hal yang sama juga terjadi di Pakistan, ketika Ahl al-Hadi>th menunjukkan keaktifannya. Ketika Salafism menyebar ke Eropa pada tahun 1990-an, ia menunjukkan beberapa perhatian akademik, tetapi penelitian tentang
Salafism masih sangat umum dan kebanyakan dikaitkan dengan radikalisasi. Sebagian besar penelitian dilakukan oleh para ahli antropologi, dan relasinya dengan dunia global menjadi tidak jelas. Kenyataan ini berubah setelah terjadinya tragedi 9/11.3 Kajian tentang Salafism benar-benar dianggap penting karena dalam realitas historis telah mengubah idealisme Islam sebagai rahmat bagi masyarakat dunia menjadi ancaman dunia. Semua dunia terbelalak dan bertanya-tanya “benarkah Islam mengajarkan para pemeluknya untuk melakukan kekerasan?” Selanjutnya di berbagai belahan dunia, baik di negara yang mayoritas muslim maupun yang minoritas muslim, sekelompok orang yang mengatasnamakan jihad-Islam telah membuat berbagai teror kekerasan dan kekacauan. Gerakan pemurnian dan legitimasi Salafi Kata “salafi” diasosiasikan dengan al-Salaf al-S}a>lih yang bermakna orang terdahulu yang saleh, yakni para ulama klasik yang menjadikan Al-Qur’an dan
Hadi>th sumber ajaran Islam.4 1
Roel Meijer, Global Salafism: Islam’s New Religious Movement (London: C. Hurst Company, 2009), 1 2 Ibid, 2 3 Ibid, 4 Thomas Hegghammer, "Jihadi Salafis or Revolutionaries: On Religion and Politics in the Study of Islamist Militancy", dalam R Meijer (ed), Global Salafism: Islam's New Religious Movement (London/New York: Hurst/Columbia University Press, 2009), 247.
2
Menurut Abu> al-Fad}l Muhamad ibnu Manz}u>r, kata salafi> merupakan sebuah bentuk penisbatan kepada al-salaf yang mana secara bahasa bermakna “orangorang yang hidup sebelum zaman kita”.5 Adapun secara terminologi, al-Salaf dapat diartikan sebagai generasi tiga abad pertama sepeninggal Rasulullah, yakni para sahabat Nabi Saw., kemudian para ta>bi’i>n 6, dan ta>bi’ al-ta>bi’i>n7 Oleh karena itu, seorang Salafi berarti seseorang yang mengikuti jalan para sahabat Nabi Saw., ta>bi’i>n, dan ta>bi’ al-ta>bi’i>n dalam seluruh sisi ajaran dan pemahaman mereka.8 Dengan kata lain, Salafi adalah orang atau kelompok yang memahami Islam dan mempraktikkannya dengan mengambil teladan kepada al-Salaf al-
S}a>lih.9 Manhaj Salafi> berangkat dari pandangan, bahwa Islam telah sempurna pada zaman Nabi Muhammad dan dua generasi sesudahnya, tetapi dalam perjalanan waktu hingga kini, Islam telah mengalami banyak kontaminasi dan banyak penyimpangan serta tambahan-tambahan yang tidak dikehendaki sebagai akibat dari pengaruh kultur dan berbagai paham serta perjumpaannya dengan masyarakat-masyarakat di berbagai belahan dunia. Untuk itulah mengapa dakwah salafi selalu mengajak memurnikan ajaran Islam dengan cara membersihkan umat dari tambahan-tambahan yang dianggap menyesatkan dan disebut dengan bid’ah dan khurafa>t, serta merasa berkewajiban membimbing umat kembali kepada ajaran yang benar menurut ukuran paham mereka, yang menurut mereka pahamnya adalah ajaran sebagaimana dipahami oleh Salafus 5
Abu al-Fadhl Muhamad ibnu Manzur: Qamu>s Lisa>n al-‘Arab, Cet. Ke 1,Jilid 6, entri Sa-La-Fa (Beirut, Lebanon: Dar al-S}adir, 1410), 330. 6 Pengikut nabi setelah masa sahabat. 7 Pengikut nabi setelah masa ta>bi’i>n. Hal tersebut sesuai dengan hadi>th Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim yang berbunyi: “Sebaik-baik manusia adalah (yang hidup) di masaku, kemudian yang mengikuti mereka ( ta>bi’i>n), kemudian yang mengikuti mereka (ta>bi’ al-ta>bi’i>n). 8 Dari kata ini kemudian sering kita dengar kata bentukan lainnya, seperti Salafiyah yang berarti faham atau ajaran Salaf) atau Salafiyyu>n/Salafiyyi>n yang merupakan bentuk plural dari kata Salafi. 9 Meijer, dalam Global Salafism….,3-4, menjelaskan bahwa al-Salaf al-S}a>lih tiga generasi pertama Muslim itu adalah (1) para sahabat Nabi (sampai tahun 690 M), (2) ta>bi’i>n (sampai tahun 790 M), dan (3) atba>’ al-ta>bi’i>n (sampai tahun 810 M)>. Periode utama al-Salaf al-S}a>lih terbatas pada generasi pertama atau sampai pada masa al-Khulafa’ al-Ra>shidu>n.
3
Saleh. Mereka meyakini bahwa al-Qur’an, Sunnah dan ijma>’ ulama cukuplah sudah menjadi petunjuk bagi orang Islam. Semua ulama Salafi menyepakati prinsip ini. Paham Wahabi dibangun oleh Muhammad bin Abdul Wahab (11151206H) atau (1703-1792M), seorang ulama asal Uyainah, Najd, di belahan timur Jazirah Arab. Ayahnya, ‘Abdul Wahab adalah hakim (qa>d}i>) pengikut madhhab Ahmad ibn Hanbal. Karena itu istilah Salafisme atau paham Salafi sering diartikan secara bertukar ganti dengan “wahabi”10. Selain mengikuti Muhammad bin Abdul Wahha>b, mereka juga mengikuti Ibnu Taimiyah yang hidup di abad ketujuh hijriyah. Ulama yang lebih dahulu dari Abd Wahhab dalam mendakwahkan puritanisme. Karena itu para pegiat dakwah Salafi pada umumnya menaruh respek yang tinggi kepada Ibnu Taimiyyah. Sekalipun beberapa ulama Mesir pada abad 19 yaitu Muhammad Abduh, Jamaluddin al-Afghani, dan Rasyid Ridha dikenal sebagai pegiat puritanisme, tetapi sebagian kaum Salafi menolak pemikiran mereka, karena mereka menerima, bahkan menganjurkan umat Islam melakukan rasionalisasi pemikiran dan menerima “modernism”. Wahabi berganti baju menjadi Salafi atau terkadang Ahl al-Sunnah yang seringnya tanpa diikuti dengan kata wa al-Jama>’ah karena mareka risih disebut wahabi. Selain itu, mereka juga mengalami banyak kegagalan dalam dakwahnya karena penisbatan tersebut.11 Sejarawan Saudi Uthman ibn ‘Abdullah ibn Bishr memuji Ibn ‘Abdul wahab sebagai orang yang mendapat berkah dari Tuhan sehingga mampu memahami masalah yang bertentangan dan menunjukkan jalan yang lurus kepada masyarakat. Namun ayah dan kakak kandung Ibn ‘Abdul wahab sendiri telah mencium gelagat tak beres dalam pemikiran pendiri Wahabi ini. Konon, ‘Abdul Wahab diberhentikan dari posisi sebagai hakim dan diperintahkan meninggalkan ‘Uyainah, karena ulah anaknya yang ganjil dan berbahaya ini. ‘Uthman 10
Istilah wahabi dinisbatkan kepada nama ayah dari Muhammad bin Abdul Wahha>b yaitu Abdul Wahha>b. 11 Sa’i>d Ramad}a>n al-Bu>t}i>: al-Salafiyah Marhalah Zamaniyah Muba>rakah La> Madhhab Isla>mi>,(Damaskus, Syiria: Dar al-Fikr , 1996), 236.
4
menghindari menceritakan detail perselisihan anak dengan ayah dan kakak kandungnya secara diplomatis dengan mengungkapkan sebagai “percakapan di antara keduanya” (waqa’a baynahu wa bayna abi>hi kala>m)12belakangan Sulaiman ibn ‘Abdul Wahab, kakak kandung pendiri Wahabi ini, mengkritik dan menulis penolakan tentang pemikiran adik kandungnya ini, yaitu dalam dua bukunya, al-
S}awa>’iq al-Ila>hiyah fi> al-Radd ‘ala> al-Wahha>biyah13 dan Fas}l al-Khit}a>b fi> alRadd ‘ala> Muhammad ibn ‘Abd al-Wahha>b.14 Para pengikut Salafi juga mengidentifikasi diri mereka sebagai kelompok
Ahl-al-sunnah wa al-Jama>’ah yang paling legitimate, mereka meyakini sebagai al-Firqah al-Na>jiyah, yaitu golongan yang selamat. Mereka juga menyebut dirinya sebagai al-T}ai> fah al-Mans}u>rah, kelompok yang senantiasa ditolong dan dimenangkan oleh Allah. Mereka juga mengklaim diri sebagai Ahl al-Hadi>th wa
al-Athar dikarenakan berpegang teguh pada hadis dan athar di saat orang-orang banyak yang mengedepankan akal. Di antara pendukung Salafi ada yang mengklaim bahwa paham Salafi telah ada sejak masa Nabi itu sendiri, akan tetapi faktanya Salafi kontemporer pada umumnya merujuk pada Muhammad bin ‘Abdul Wahab dan Ibn Taimiyah serta muridnya, Ibn Qayyim al-Jauziya. Para ulama ini sejatinya adalah pengikut pemikiran Ahmad bin Hanbal, pendiri madhhab Hanbali> yang membela dan menaruh perhatian sangat besar terhadap sunnah sebagai sumber yang harus diperhatikan dalam menetapkan hukum. Apresiasi yang tinggi terhadap Ahmad bin Hanbal oleh kaum Salafi merupakan konsekuensi dari apresiasi mereka terhadap al-Salaf al-S}a>lih. Kaum Salafi menganggap diri mereka sebagai pengikut langsung Nabi Muhammad dan merasa sebagai satu-satunya representasi kaum dalam mewarisi kesalehan Salafus Saleh.
12
Uthman ibn ‘Abdullah ibn Bishr, ‘Unwa>n al-Majd fi> Ta>ri>kh al-Najd (t.t.,t.t.),8. Buku ini dicetak menjadi satu buku dengan karya Sayyid Ahmad ibn Zaini dahlan, Mufti Makkah ketika itu yang berjudul Al-Durar a-Sunniyyah fi> al-Radd ‘ala> al-Waha>biyyah (Permta Sunni dalam menolak Paham Wahabi), baca dalam : ‘Abdulla>h al-Qa>simi>, al-Thaurah alWahhabiyyah (Pemberontakan Wahabi), (Koln, Germany: Al-Makel Verlag 2000) 14 www.ahl al-sunnah.org:Risalah fi al-Radd ‘ala Firaq al-d}ala>l. 1. Lihat pula: Ahmad Zaini Dahlan:al-Futu>h}a>t al-Isla>miyyah, Vol. 2, (Beirut, Lebanon: Da>r S}}a>dir, 1998), 357. 13
5
Pertumbuhan Dan Perkembangan Global Salafi Jihadi Pada awalnya Salafi dan Wahabi merupakan dua gerakan yang berbeda, golongan Wahabi mulanya menyebut dirinya sebagai golongan muwahhidi>n yang menyerukan pada tauhid, memberantas syirik dan bid’ah, namun kemudian mencoba memasukkan interpretasi salafi hadith pada penyebutan atas mereka, sebagai wujud satu-satunya golongan yang berpegang teguh pada sunnah golongan Salafus saleh, yang dimotori oleh raja Faisal, sejak saat itulah
muwahhidin menyebut dirinya salafi. Salafism merujuk pada Ahl al-Hadi>th sejak masa kekhalifahan Abbasiyah sebagaimana dikemukakan oleh Bernard Haykel, yang mengonsentrasikan pada studi hadis dengan maksud untuk membersihkan Islam dari campur tangan non muslim. Sebagai gerakan pemurnian Islam, Salafism mengajarkan untuk kembali kepada sumber-sumber pokoknya, yakni al-Qur’an dan Hadis (termasuk tradisi/sunnah Nabi sebagai uswatun hasanah yang merupakan penerjemahan nilai-nilai al-Qur’an), dan menolak taqlid kepada empat madhhab hukum Islam, dan karenanya menerima ijtihad.15 Dengan demikian Salafism dalam memahami ajaran Islam termasuk kelompok skriptualis dan tekstualis. Dalam perkembangannya salafi wahabi mengalami diversifikasi gerakan dan terkatagori dalam beberapa model salafisme. Salafisme awalnya adalah gerakan yang dibawa oleh Muhammad Ibn Abdul Wahab sebagai paham resmi sejak awal berdirinya kerajaan Saudi, sampai pada tahun 1960-an pemerintah Saudi membuka diri untuk menampung para aktivis Ikhwanul Muslimin yang memang dimusuhi dan diburu oleh pemerintahan Nasir, disatu sisi pemerintah Saudi berkepentingan atas rivalitas pan Islamisme dengan paham Pan arabisme yang diusung Nasir dan Partai Baht-nya Saddam Husein yang dianggap sekuler. Di sisi lain Antara tahun 1920-an dan 1960-an, Arab Saudi muncul sebagai Negara modern. Peningkatan produksi minyak diperlukan infrastruktur dan birokrasi yang maju, Sehingga permintaan untuk pendidik sangat tinggi.16 15
Bernard Haykel, “Salafist Dotrine” dalam Meijer, Global Salafism…..,34-35. Madawi al-Rasheed, A History of Saudi Arabia, Cambridge University Press, 2002, pp 122123. 16
6
Sedangkan Ikhwanul Muslimin (IM) Mesir mewakili sumber pendidik yang berkualitas, birokrat dan insinyur, dan banyak dari mereka ingin meninggalkan Mesir karena intimidasi rezim Nasir. Aktifis Ikhwanul Muslimin yang menjadi tenaga pengajar di universitas Arab Saudi pada awalnya tidak menunjukkan tanda perlawanan terhadap kerajaan. Dalam hal peribadatan dan ketauhidan mereka satu persepsi dengan paham Wahabi. Namun, perhatian mereka dalam dunia politik (sikap kritis terhadap penguasa) yang dimiliki oleh aktivis IM, adalah titik awal perbedaan mereka dengan para ulama wahabi. Para aktivis ini berhasil menarik simpati mahasiswa di perguruan tinggi-perguruan tinggi yang ada di wilayah Arab Saudi dan mulai kritis terhadap pemerintah, Krisis politik dalam negeri Arab Saudi tampaknya menjadi titik krusial bagi perkembangan gerakan Wahabi. Dominasi Wahabi mulai dipertanyakan oleh gerakan yang menamakan dirinya al-Shahwah
al-Islamiyyah (kebangkitan Islam) yang saat itu mulai berkembang di beberapa peguruan tinggi Arab Saudi.17 Munculnya al-Shahwah telah membuat persimpangan tersendiri dan ketegangan dengan paham Wahabi resmi, Simpang jalan ini mulai terasa saat Juhayman al-Utaybi pada tahun 1979 menguasai dan menduduki Masjidil Haram di Makkah. Kendati gerakan ini mudah ditumpas, tetapi kritik Juhayman terhadap gaya hidup Barat (sekularisasi) dan penolakannya terhadap politik Arab Saudi yang pro Amerika18 secara perlahan tapi pasti memunculkan simpati terutama di Universitas Islam Madinah.19
17
Lihat Stephane Lacroix, “Between Revolution and Apoliticism” dalam Meijer, Global Salafism…,62-63. 18 Elit penguasa Arab dan Elit politik Amerika mempunyai hubungan yang erat, khususnya dari partai Republik. Banyak buku dan literatur tentang kedekatan keluarga kerajaan Saudi dengan keluarga Bush, sejak dari Presiden Bush Senior (George H) dan presiden Bush Yunior (Goerge W) yang menduduki kursi kepresidenan AS dalam dua priode terakhir. Begitu dekatnnya kedua belah pihak ini, sehingga muncul sebutan “House of Saud and House of Bush”. Baca kata pengantar, Azyumardi Azra, Ekstrimisme Wahabi dan Islam Wasat}iyah. Dalam Syaikh Idahram,
Mereka memalsukan kitab-kitab karya ulama klasik,Episode kebohongan public sekte Salafi Wahabi,Cetakan ke XV(Yogyakarta : Pustaka Pesantren, 2013),20. 19
Ibid, 74
7
Dalam rangka memberikan perlawanan kepada gerakan “al-shahwah” Nasiruddin al-Albani20 mendeklarasikan pentingnya memulai gerakan purifkasi Islam secara lebih radikal. Dengan dipimpin oleh Nasiruddin al-Albani mereka mengelompokkan diri dalam al-Jama’ah al-Salafiyayah al-Muhtasibah (JSM) di Madinah. Kelompok salafi ini menolak semua aliran fiqh dalam Islam. Bagi kelompok salafi, aliran fiqh adalah hasil inovasi pemikiran manusia, karena itu jika ingin beribadah dengan benar maka harus kembali kepada al-Quran dan sunnah an sich. Sikap inilah yang membuat salafi menjadi gerakan yang sangat konservatif, puritan dalam gaya hidup dan belajar agama secara informal di masjid berupa halaqah-halaqah yang bukan berbasiskan Wahabi dan universitas yang bukan berbasiskan al-Shahwah al-Islamiyyah. Artinya, perhatian salafi lebih diutamakan pada hal-hal yang bersifat keimanan individual, moral dan praktik ritual. Untuk persoalan-persoalan sosial, budaya dan isu politik kurang mendapatkan perhatian. Kelompok ini telah menyebar ke berbagai Negara antara lain ke Utara Saudi, Kuwait, dan Yaman pada sekitar tahun 1980. Ketika Soviet menginvasi Afghanistan, kelompok al-Shahwah al-
Islamiyyah dan ulama Wahabi kembali bersatu, hampir seluruh ulama sepakat untuk mendukung Afghanistan secara kongkret bahkan mereka mewajibkan, hal ini terjadi pada tahun 1980. Atas kesepatakan inilah, Abdullah Azzam berangkat ke Afghanistan. Dukungan terhadap Afghanistan ternyata bersesuaian dengan kepentingan internasional Arab Saudi. Keterlibatan Iran dalam konflik Afghanistan telah dianggap sebagai ancaman serius bagi hegemoni tidak langsung Arab Saudi dalam dunia Muslim. Bagaimanapun keterlibatan Iran dianggap manifestasi kepentingan mengekspor pandangan Syi’ah dalam dunia muslim lainnya. Hal ini dapat mengancam hegemoni Arab Saudi. Karena itulah, Saudi berkepentingan untuk memberikan “perlawanan” politik terhadap sikap Iran dengan berusaha membantu Afghanistan secara material dan tenaga jihad. Saat perang Afghanistan, Al-Shahwah semakin mendekatkan diri pada pemikiran Sayyid Qutub untuk memompa semangat jihad. Lahirlah kemudian 20
Ibid,75
8
perkawinan gagasan antara pemikiran Ikhwanul Muslimin (Sayyid Qutub) dengan pemikiran Wahabi. Perpaduan gagasan ini belakangan memunculkan paham salafi jihadi. Atas kecenderungan ini, Salafi di bawah ajaran Nas}i>ruddin al-Albani dan Bin Baz mengecam para aktifis salafi jihadi sebagai jihad yang tidak murni, keluar dari riil manhaj salafi>. Perbedaan ini tidak pernah terselesaikan sehingga kedua kelompok akhirnya mengabil jalan masing-masing. Dari sini kemudian salafi terbelah menjadi dua kelompok. Pertama, salafi21 puritan (salafi dakwah) di bawah pimpinan Nas}i>ruddi>n al-Albani>, Bin Baz, Shekh Muqbil dan sebagainya.
Kedua, salafi jihadi yang dikomando oleh Abdullah ‘Azzam, Mullah Umar, Osamah bin Laden dan lainnya. Dari ketegangan ini juga lahir kelompok ketiga, Salafi haraki (sururi) yang dipimpin oleh Surur bin Zainal Abidin di London, dan Abdul Kholik di Kuwait. Perpecahan di tubuh salafi ini, tidaklah satu-satunya, sebab pada perkembangannya pola doktrin yang ambivalen telah memicu konflik, perbedaan cara pandang, serta berakhir dengan saling mengejek, saling mengutuk dan saling mengkafirkan di antara mereka.22 Salafi dakwah lebih menjahui dunia politik dan tidak setuju dengan model pemahaman jihad ala Qutbisme dan menyebutnya sebagai bid’ah, adapun salafi jihadi menganggap kelompok salafi dakwah sebagai antek Barat (Amerika),
21
Istilah Salafi tepat mewakili kekuatan ilmu, sedangkan Jihadi mewakili kekuatan fisik. Salafi merupakan istilah lain untuk ahlussunnah wal jamaah. Inti dari istilah Salafi adalah konsep memahami teks dalil baik ayat Al-Qur’an atau hadits Nabi saw sesuai dengan pemahaman generasi salaf/terdahulu yang sholih. Generasi salaf untuk menyebut generasi Sahabat Nabi saw, dan dua generasi sesudahnya, Tabi’in dan Tabi’ut tabi’in. Meski demikian, ulama-ulama generasi sesudahnya juga digelari sebagai ulama salaf jika manhaj ilmunya mengikuti manhaj tiga generasi pertama tersebut. Diunduh dari: http://www.eramuslim.com/suara-kita/suara-pembaca/salafijihadi-momok-musuh-islam.htm#.UqJcqCdaeSo. The Regional Center for Strategic Studies (RCSS), lembaga kajian strategis yang bermarkas di Cairo membuat analisa yang menarik tentang kebangkitan salafi jihadi pasca krisis Arab. Salafi dalam pandangan RCSS adalah semua aktifis ahlussunnah. Salafi secara umum dibagi dua, salafi ilmu dan salafi jihadi. Salafi ilmu adalah salafi yang anti kekerasan dalam manhajnya. Sementara salafi jihadi adalah salafi yang kuat mengusung tema jihad bersenjata dan perlawanan, baik kepada penguasa lokal maupun kekuatan global. http://elhakimi.wordpress.com/2013/01/11/suriah-dan-kebangkitan-salafi-jihadi. 22
Lihat Abu Qatadah, “Hantaman sesame Salafu (wahabi)” dalam http://cornnet.blogspot.com/2011/04/perpecahan -sekte-salafi-wahabi-akibat.html
9
sementara itu kelompok salafi haroki (sururi) adalah kelompok yang pada posisi tengah tidak memihak ke salafi dakwah maupun salafi jihadi. Ketiganya telah menjadi bagian dari gerakan purifikasi agama yang mengglobal dan telah berdiaspora ke berbagai penjuru dunia Islam dan Barat, melewati institusiinstitusi nyata maupun siluman yang mengadakan halaqah (diskusi kecil melingkar), dawrah (kegiatan semacam workshop), tarbiyah (pendidikan) dan sebagainya. Doktrin Salafisme Ada empat doktrin Salafisme yang diinspirasi dari Wahabisme.23
Pertama, program Wahabisme untuk kembali kepada sumber-sumber pokok Islam (al-Qur’an dan Hadis), sedang secara faktual mengikuti maddhab Hanbali. Hal ini memperlihatkan adanya kondradiksi. Reformer Nasir al-Din al-Bani (1914-1999), seorang yang paling berpengaruh terhadap salafisme modern, seorang pertama yang menggambarkan kontradiksi ini dalam Wahabisme. Stephane Lacroix menunjukkan bahwa al-Bani dipengaruhi oleh reformer salafi liberal akhir abad ke 19, yang menolak pemujaan kuburan syekh dan taqlid, dan mempromosikan ijtihad. Akan tetapi al-Bani lebih radikal dari pada para reformer tersebut dalam hal studi hadis sebagai poin sentral gerakan reformisnya, yang mengarahkannya kepada ilmu pengetahuan.
Kedua, regulasi hubungan antara orang mukmin dan bukan mukmin. Kontribusi Wahabisme terhadap Salafisme adalah perlakuan keras terhadap orang asing dan sekte-sekte yang non-Wahabi. Di sinilah muncul konsep ajaran
al-Wala’ wa al-Bara’ (kesetiaan dan penolakan) atau antara orang mukmin dan bukan mukmin. Wilayah non Wahabi disebut sebagai negara orang-orang musyrik (bila>d al-mushriki>n). Hal ini dapat digunakan untuk memahami perang dengan kerajaan Ottoman dan invasi ikhwan (pasukan khusus Wahabi) ke Iraq.
Ketiga, tema Wahabi yang mempengaruhi Salafisme dan telah menjadikannya radikal adalah penolakannya terhadap syi’ism sebagai bid’ah 23
Roel Meijer, Global Salafism: Islam’s New Religious Movement, 9-12.
10
dengan dua alasan: (1) orang-orang syi’ah mengkultuskan imam dan, (2) orangorang syi’ah menolak tiga Khulafa>’ Ra>shidu>n (632-661) dan karenanya orangorang syi’ah menolak sahabat nabi dan otentisitas hadis yang merupakan dasar doktrin wahabi.24
Keempat, ambiuitas Wahabisme yang diwariskan kepada Salafisme modern adalah pada praktik hisba, yakni al-amr bi al-ma’ru>f wa al-nahy ‘an al-
munkar. Meskipun praktik ini berlangsung lama dan telah eksis sejak masa dinasti Abbasiyah (750-1258M) dan dinyatakan oleh Ibnu Taimiyah sebagai bentuk puncak jihad, hal tersebut dipetahankan oleh Wahabisme untuk menegaskan sikap moral kerasnya terhadap masyarakat dan meluruskan deviasi seperti merokok, memuja tempat keramat, dan bentuk-bentuk lain yang tergolong perbuatan syirik. Identitas Dan Pemberdayaan Salafisme Salafisme mempunyai kapasitas untuk mentransformasikan identitasidentitas kaum muda dan migran ke dalam identitas baru sebagai al-firqah al-
na>jiyah yang secara langsung memperoleh akses istimewa kepada Sang Khaliq. Salafis dengan demikian, dapat menantang kekuatan hegemoni para lawannya: orang tua, elite, negara, atau dominasi nilai-nilai kultur dan ekonomis dari sistem kapitais global. Salafisme lebih dari Ikhwa>n al-Muslimi>n dan Hizb al-Tahri>r , Salafisme dapat memberdayakan individu-individu dengan menyediakan sebuah model kebenaran dan aksi sosial alternatif universal walaupun dalam bentuk pasif dari penolakannya terhadap agama, kultur, dan system poitik yang ada.25 Roy menyatakan bahwa kapasitas mobilisasi Salafisme, sebagaimana ditekankan oleh haykel, berada dalam kemampuannya secara moral untuk memperlakukan secara kasar kepada lawannya. Sebagaimana dinyatakan oleh Muhammad Ali Adrouni, bahwa kekuatan dasar Salafisme berada dalam kapasitasnya untuk mengatakan
24
Baca anti-Shiism, Guido Steinberg, Jihadi Salafisme and the Sh’is: remark of the intellectual Roots of anti-Shiism dalam Meijer, Global Salafisme, 107-125 25 Meijer, Global Salafisme,13
11
“Kami lebih baik daripada Anda” inilah yang disebut dengan “sense of
Superiority “ Menurut Roel Meijer “sense of Superiority “ dari Salafisme mempunyai enam aspek.26 Pertama, ia bukan gerakan revolusioner secara eksplisit, tidak secara
langsung
menentang
stuatus
quo.
Dengan
mengklaim
untuk
merobohkannya dengan idiologi asing, akan tetapi ia mengklaim untuk membangun pesan moral superior dengan pemurnian struktur-struktur yang ada pada level individual, keluarga, atau komunitas. Kedua, pemberdayaan diserap dari klaimnya terhadap superioritas intelektual dalam pengetahuan agama.
Ketiga, Salafisme menyediakan identitas yang kuat terhadap para pengikutnya. Salafisme menarik untuk menjadi beda dalam penampilan. Keempat, ia membolehkan pengikutnya untuk mengidentifikasi jauh lebih mudah dengan umat yang lebih besar daripada konsep persaudaraan. Kelima, ia adalah aktif walaupun tanpak diam ia memberdayakan pengikutnya dengan mendorong mereka untuk secara aktif berpartisipasi dalam misi salafi dan berdakwah.
Keenam, sebagaimana semua gerakan keagamaan, ia memiliki tantangan yang sangat hebat tentang ambiguisitas dan fleksibilitas. Meskipun ia mengklaim dirinya bersih dan tegas dalam doktrin dan usaha kerasnya untuk pemurnian, tetapi dalam praktik ia bersikap lunak. Ambiguitasnya membolehkan pengikutnya
untuk
secara
politis
menjadi
pendukung
penguasa
atau
penentangnya. Dimensi Politik Salafisme Dalam Salafisme, salah satu aspek yang sangat membingungkan dan licin adalah politik. Ini membentuk dilema sentral dalam Salafisme. Seacara tradisional, politik dalam Wahabisme diadopsi dari bentuk nasihat yang disampaikan oleh ulama dibalik layar kepada pemeran di lapangan. Sedang problem sentral Salafisme modern adalah cara bertindak secara non-politis dalam duna politik yang menjadikan media krusial. Islamism menjadi gerakan masa, 26
Ibid,13-14
12
sedangkan Barat menjadi sangat curiga terhadap hal itu yang sering dihubungkan dengan intoleransi dan terorisme. Ada tiga bentuk dimensi politik Salafisme yang ditampilkan : 1. tenang dan siluman (pemeran di lapangan mendapat petunjuk dan arahan dibalik layar) 2. penyusupan (penerapan dimensi siluman, tetapi beraksi secara politis sambil membuat fitnah) 3. aktifitas terbuka dengan seruan reformasi politik. Ketika kelompok-kelompok salafis secara terbuka memprogandakan politik, mereka berkedok ke dalam Islamism (Islam politis) dari ukhuwah Islamiah, seperti kasus gerakah al-Shahwa di Saudi dan juga gerakan Jama’ah Islamiah di Mesir. Meskipun hal ini sering terjadi, semangat salafis dilandasi oleh penolakan mereke terhadap dunia dan salah satu di antara aspek-aspek terlemahnya adalah kelemahan dalam kosakata politik. Aktifitas politik yang penting menurut mereka adalah bentuk kekerasan dan jihad.27 Gerakan Salafi Dan Masa Depan Islam Indonesia Kemunculan gerakan Salafi di Indonesia diawali dengan kembalinya beberapa pemuda Sumatera Barat yang pergi haji sekaligus menuntut ilmu di Kerajaan Arab Saudi pada awal abad ke-19, yang banyak dipengaruhi oleh ide dan gerakan pembaruan yang dilancarkan oleh Muhammad ibn ‘Abd al-Wahhab di kawasan Jazirah Arabia. Pemuda itu adalah Haji Miskin, Haji Abdurrahman, dan Haji Muhammad Arif. Mereka terpesona dengan ideologi Wahhabi yang mereka pelajari selama di sana, sehingga mereka menyebarkan ideologi ini ketika mereka tiba di tanah air. Inilah gerakan Salafiyah pertama di tanah air yang kemudian lebih dikenal dengan gerakan kaum Padri, yang salah satu tokoh utamanya adalah Tuanku Imam Bonjol. Gerakan ini pernah berjaya dalam kurun waktu 1803 -- 1832 M. 28 Perang Padri dikenal sebagai perang melawan penjajah Belanda di daerah Sumatera Barat. Akan tetapi, sisi kekerasan kelompok itu terhadap sesama 27
Ibid,18 Abu Abdirrahman Al-Thalibi. Dakwah Salafiyah Dakwah Bijak, Meluruskan Sikap Keras Dai Salafi (Jakarta: Hujjah Press) 2006, 10 dan 30-31. 28
13
muslim tidak pernah terungkap. Padahal, perang Padri sesungguhnya adalah peperangan sesama muslim yang mengatasnamakan pemurnian akidah.29 Beberapa kekerasan yang dilakukan Padri, selain mengikuti kegemaran Wahhabi yang memusyrikkan, mengkafirkan,memurtadkan, yang dalam hal ini korban mereka adalah Tarikat Sattariyyah dan semua ulama yang sikapnya moderat, seperti Tuankunan Tuo dan Faqih Shaghir, mereka juga memberlakukan hukum hukum yang aneh dalam Islam. Contohnya adalah kewajiban memelihara jenggot dan didenda 2 suku (setara satu gulden) bagi yang mencukurnya; denda 3 suku bagi wanita yang tidak menutup sekujur tubuhnya kecuali mata dan tangan; denda 5 suku bagi mereka yang meninggalkan shalat fardhu untuk pertama kali, dan dihukum mati untuk berikutnya. Mereka juga melegalkan perbudakan, dan konon Tuanku Imam Bonjol memiliki 70 orang budak laki-laki dan perempuan. Budak-budak ini sebagian merupakan hasil rampasan perang yang mereka lancarkan kepada sesama Muslim karena dianggap kafir.30 Pada tahun 1809 dan 1815, Istana Pagaruyung dan seluruh keluarga kerajaan beserta pengawal-pengawalnya dibantai oleh Kaum Padri. Mereka membantai saudara mereka sendiri yang telah memeluk Islam sejak abad ke-16 M. Apa yang dilakukan Kaum Padri ini samahalnya dengan yang dilakukan oleh Wahhabi.31 Walaupun gerakan Padri berhasil memperkuat elemen Islam dalam sistem sosial dan adat Minangkabau, Wahabisme tidak pernah menjadi aliran dominan di Sumatera Barat.32 Akhirnya, gerakan Padri lambat laun berakhir, di samping karena faktor penjajahan, juga karena faktor lingkungan, tradisi, dan budaya bangsa Indonesia yang tidak sesuai dengan mereka.33 Akan tetapi, berakhirnya Gerakan Padri tidak mengakhiri penyusupanWahhabi di Indonesia. 29
Abdurrahman Wahid (ed.), Ilusi Negara Islam: Ekspansi Gerakan Islam Transnasional di
Indonesia (Jakarta: The Wahid Institute, 2009), 30
Ibid,94 Ibid,94-95 32 Lihat Azyumardi Azra, Kata Pengantar “Ekstrimisme Wahabi Dan Islam Wasat}iyah” Dalam Syaikh Idahram, Mereka memalsukan kitab-kitab karya ulama klasik,Episode kebohongan public sekte Salafi Wahabi,Cetakan ke XV(Yogyakarta : Pustaka Pesantren, 2013),21. 33 Ibid, 95 31
14
Ajaran Salafi masuk ke Indonesia melalui para sarjana alumni Timur Tengah, terutama mereka yang bersekolah di Universitas-Universitas di Arab Saudi dan Kuwait. Dua negara ini merupakan basis utama atau sentral gerakan salafi seluruh dunia. Selain itu, dua negara kaya minyak ini juga merupakan sumber utama pendanaan bagi kelangsungan aktivitas gerakan Salafi. Persentuhan awal para aktivis pro Salafi di Indonesia dengan pemikiran Salafi terjadi pada tahun 1980-an bersamaan dengan dibukanya Lembaga Pengajaran Bahasa Arab (LPBA) di Jakarta. Lembaga ini kemudian berganti nama menjadi LIPIA yang memberikan sarana bagi mereka untuk mengenal dan mendalami pemikiran-pemikiran para ulama Salaf. Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) Jakarta merupakan cabang dari Universitas Muhamad Ibnu Suud (King Saud University) di Riyadh.34 Dengan karakter Islam Nusantara yang secara tradisional sangat dipengaruhi oleh tasawuf dan tarekat, Wahabisme sulit mendapat pijakan yang kuat di Indonesia dan wilayah-wilayah lain di Asia Tenggara. Bahkan, dalam banyak kalangan muslim di kawasan ini, istilah ‘Wahabiyah’ atau ‘Wahabisme’ merupakan semacam ‘anathema’, sesuatu yang negatif dan tidak baik. Sebab itu anggapan Wahabiyah kian kuat di Indonesia atau tempat-tempat lain di Asia Tenggara merupakan ketakutan dan kekhawatiran yang berlebihan.35 Menurut Grand Mufti Mesir, Dr Ali Jum’ah sesungguhnya ekstrimisme keagamaan tidak punya tempat dalam wacana, doktrin, dan praktik Islam. Karena Islam sangat menekankan paradigma wasat}iyah. Ekstrimisme keagamaan di kalangan umat Islam, dalam pandangannya, haruslah diselesaikan melalui dialog, baik intra-Islam maupun antara Islam dan agama-agama lain. Dialog-dialog tersebut mestilah berdasarkan sikap ikhlas, jujur, dan niat baik. Pada saat yang sama, Dunia Muslim dan Barat harus tetap berusaha membangun “jembatan”
34
http://m.beritakotamakassar.com/index.php/topik-utama-hari-ini/6832-berintikan-akidahdipelopori-alumni-timur-tengah-.html. 35
Lihat Azyumardi Azra, Kata Pengantar “Ekstrimisme Wahabi Dan Islam Wasat}iyah”,22.
15
yang memungkinkan dapat tetap berlangsung dialog di antara kedua belah pihak. Inilah salah satu cara paling strategis untuk menyelamatkan masa depan generasi mendatang.36 Mike O’Brien, Soliciator General Inggris, menyatakan bahwa orangorang ekstrimis memiliki agenda-agenda yang eksklusif dan sempit, mereka mendefinisikan ajaran Islam secara sempit dan distorted untuk menjustifikasi tujuan-tujuan politik mereka. Lebih jauh mereka mengklaim sebagai representasi Islam, padahal sikap ekstrem dan kekerasan mereka tidak sesuai dengan Islam yang merupakan agama yang cinta perdamaian. Karena itulah, masyarakat dunia yang cinta damai harus memperkokoh nilai-nilai kebersamaan (shared values) untuk bisa mengahadapi aksi kaum ekstrimis.37 Gerakan moderat merupakan komunitas yang mendominasi dunia muslim disebut oleh Abou Fadl sebagai mayoritas diam (Silent Majority), sementara jejak langkah gerakan puritan justru telah memberikan pengaruh yang tidak sebanding dengan jumlah mereka.38 Ironisnya pengaruh yang digoreskan oleh gerakan puritan tersebut menginspirasi persepsi yang general, khususnya bagi non muslim Barat, misalnya tulisan utama The New York Times, berjudul “Seeing Green: The Red Menace Is
Gone. But Here’s Islam” (Momok Hijau: Bahaya Merah Telah Berlalu. Tetapi Sekarang Islam). Pesan yang terdapat dalam tulisan tersebut adalah “Islam itu satu dan berbahaya”.39 Di atas fakta ini, Abou Fadl ingin mengklarifikasi pandangan tersebut dengan menunjukkan sebuah fakta bahwa saat ini Islam ada dua pandangan dunia (world view) yang secara paradigmatik bertentangan dan bersaing untuk mendefinisikan kebenaran Iman-Islam.40 Masyarakat Islam cinta damai merupakan kelompok mayoritas di dunia terutama di Indonesia, perlu melakukan penguatan-penguatan (empowerment) 36
Ibid, 18 Ibid. 38 Khaled M.Abou El-Fadl, Selamatkan Islam dari Muslim Puritan, terj. Helmi Mustofa (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta,2006),17. 39 Dilansir Bruce B, Lawrence dari The New York Times Week in Review, 21 Januari 1996. Lawrence, Islam Tidak Tunggal, 9-10. 40 Khaled M.Abou El-Fadl, Selamatkan Islam, 17. 37
16
dalam segala aspek agar mampu memberikan kontribusi positif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebanding dengan jumlah mereka yang besar. Islam wasat}iyah di Indonesia seperti diwakili NU, Muhammadiyah, alWasliyah, Mat}laul Anwar, Persis, PUI, Nahdlatul Wat}an, al-Khairat dan sebagainya. harus terus bersinergi dan bergerak menampilkan Islam rahmatan lil
‘a>lami>n dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan demikian kebangkitan peradaban Islam yang menurut para ilmuwan muslim akan muncul dari Negara Indonesia akan menjadi suatu kenyataan. Penutup Sikap ekstrem dalam bentuk apa pun jelas bukan sesuatu yang menyenangkan dalam kehidupan. Ekstremisme dalam kehidupan agama dapat menimbulkan dampak lebih berbahaya lagi, karena agama melibatkan emosi yang bisa menyala-nyala. Dan ini pada gilirannya merusak harmoni dan kerukunan intra agama dan antar agama. Karena itu Islam sangat menekankan ‘jalan tengah’, wasat}iyah.
BIBLIOGRAFI al-Bu>t}i, Sa’i>d Ramad}a>n :> al-Salafiyah Marhalah Zamaniyah Muba>rakah La> Madhhab Isla>mi>, Damaskus, Syiria: Dar al-Fikr , 1996 Dahlan, Sayyid Ahmad ibn Zaini dahlan, Al-Durar a-Sunniyyah fi> al-Radd ‘ala> al-Waha>biyyah (Permta Sunni dalam menolak Paham Wahabi) Dahlan,Ahmad Zaini:al-Futu>h}at> al-Isla>miyyah, Vol. 2, Beirut, Lebanon: Da>r S}}a>dir, 1998. El-Fadl, Khaled M.Abou, Selamatkan Islam dari Muslim Puritan, terj. Helmi Mustofa , Jakarta: Serambi Ilmu Semesta,2006. Hegghammer,Thomas, "Jihadi Salafis or Revolutionaries: On Religion and Politics in the Study of Islamist Militancy", dalam R Meijer (ed), Global 17
Salafism: Islam's New Religious Movement London/New York: Hurst/Columbia University Press, 2009. http://m.beritakotamakassar.com/index.php/topik-utama-hari-ini/6832berintikan-akidah-dipelopori-alumni-timur-tengah-.html Ibn Bishr, Uthman ibn ‘Abdullah, ‘Unwa>n al-Majd fi> Ta>ri>kh al-Najd (t.t.,t.t.) Ibnu Manzur Abu al-Fadhl Muhamad: Qamu>s Lisa>n al-‘Arab, Cet. Ke 1,Jilid 6, entri Sa-La-Fa Beirut, Lebanon: Dar al-S}adir, 1410. Meijer, Roel, Global Salafism: Islam’s New Religious Movement . London: C. Hurst Company, 2009 Idahram, Syaikh, Mereka memalsukan kitab-kitab karya ulama klasik,Episode kebohongan public sekte Salafi Wahabi,Cetakan ke XV.Yogyakarta : Pustaka Pesantren, 2013. Lacroix, Stephane, “Between Revolution and Apoliticism” dalam Meijer, Global Salafism Lawrence, Bruce B, dari The New York Times Week in Review, 21 Januari 1996. Lawrence, Islam Tidak Tunggal. al-Qa>simi, ‘Abdulla>h >, al-Thaurah al-Wahhabiyyah (Pemberontakan Wahabi), Koln, Germany: Al-Makel Verlag 2000. Qatadah, Abu, “Hantaman sesame Salafu (wahabi)” dalam http://cornnet.blogspot.com/2011/04/perpecahan -sekte-salafi-wahabi-akibat.html al-Rasheed, Madawi, A History of Saudi Arabia, Cambridge University Press, 2002 Steinberg, Guido, Jihadi Salafisme and the Sh’is: remark of the intellectual Roots of anti-Shiism dalam Meijer, Global Salafisme, Al-Thalibi, Abu Abdirrahman. Dakwah Salafiyah Dakwah Bijak, Meluruskan Sikap Keras Dai Salafi ,Jakarta: Hujjah Press, 2006. Wahid, Abdurrahman Wahid (ed.), Ilusi Negara Islam: Ekspansi Gerakan Islam Transnasional di Indonesia , Jakarta: The Wahid Institute, 2009. www.ahl al-sunnah.org:Risalah fi al-Radd ‘ala Firaq al-d}ala>l.
18
19