ANALISIS PERBEDAAN TINGKAT STRES MAHASISWA SEBELUM DAN SAAT MENJALANI PRAKTEK LABORATORIUM KLINIK PADA MAHASISWA S1 KEPERAWATAN SEMESTER 3 STIKES MUHAMMADIYAH SAMARINDA TAHUN 2014 Analysis of differences in students stress levels before and while undergoing clinical laboratory practices among 3rd semester bachelor of nursing students STIKES Muhammadiyah Samarinda. Ghozali MH1 , Aisyah2 ABSTRAK Stres merupakan hal yang tidak terhindarkan dari kehidupan manusia. Pengalaman belajar klinik merupakan proses pembelajaran yang penting untuk mempersiapkan peserta didik dalam melaksanakan praktek klinik. Dalam menjalankan tugasnya, mahasiswa rentan terhadap stres. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat stres mahasiswa sebelum dan saat menjalani praktek laboratorium klinik pada mahasiswa S1 Keperawatan semester 3 STIKES Muhammadiyah Samarinda Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif komparatif. Populasi penelitian adalah seluruh mahasiswa S1 Keperawatan semester 3 STIKES Muhammadiyah Samarinda yang akan melaksanakan praktek laboratorium klinik. Cara pengambilan sampel dengan menggunakan teknik total sampling. Analisis univariat untuk menggambarkan karakteristik responden, Kategorisasi tingkat stres dan nilai means, median, SD, SE, minimal, maksimal, CI 95%.Uji hipotesis dengan menggunakan uji statistik Wilcoxon Hasil penelitian menunjukkan tingkat stres sebelum dan saat menjalani praktek laboratorium klinik didapatkan hasil nilai signifikansi p-value sebesar 0,014 atau p < 0,05 Terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik antara rata-rata skor stres responden sebelum menjalani praktek laboratorium klinik dan saat menjalani praktek laboratorium klinik, rata-rata skor stres responden saat menjalani praktek laboratorium klinik secara signifikan lebih tinggi dibandingkan sebelum menjalani praktek laboratorium klinik. Diharapkan mahasiswa mengendalikan stresor yang muncul saat pelaksaan praktek laboratorim klinik, sehingga mahasiswa mampu menjalankan praktek klinik dengan baik. Kata Kunci
: Stress, Mahasiswa, Praktek Laboratorium Klinik
ABSTRACT Stress is an inevitable of human life. Nursing students is a professional nurse who will carry out the nursing care in the health service. Clinical learning experience is a learning process that is essential to prepare students in implementing clinical practice. In performing its duties, the students are vulnerable to stress. The purpose of this study was to determine differences in stress levels of students before and while undergoing clinical laboratory practices on 3rd semester nursing students S1 STIKES Muhammadiyah Samarinda.
This research is a quantitative study with comparative descriptive design. The study population was all students of the 3rd semester of Nursing S1 STIKES Muhammadiyah Samarinda which will carry out the clinical laboratory practice. Method of sampling is using total sampling. Univariate analyzes to describe the characteristics of the respondents, and the stress level categorization means value, median, SD, SE, minimum, maximum, 95% CI. Hypothesis testing is using the Wilcoxon statistical test. The results showed levels of stress before and while undergoing clinical laboratory practice showed a significance value p-value of 0.014 or p <0.05. Differences between the average scores of respondents stress before undergoing clinical laboratory practice and currently undergoing clinical laboratory practice, the average stress score of respondents currently undergoing clinical laboratory practice significantly higher than prior to clinical laboratory practice. Students are expected to control the stressors that occur during the implementation of clinical laboratory practice, so that students are able to run with good clinical practice. Keywords
: Strees, Student, Clinic Laboratory Practice
PENDAHULUAN Keperawatan merupakan suatu profesi dimana didasarkan pada ilmu yang ditempuh melalui pendidikan formal. Pendidikan keperawatan sebagai pendidikan akademik dan pendidikan profesi yang mempersiapkan lulusan yang mampu memberikan pelayanan keperawatan berdasarkan ilmu dan teknologi keperawatan. Pendidikan keperawatan menggunakan metodologi keperawatan dan berlandaskan dengan etika keperawatan. Kemampuan ini hanya dapat ditumbuhkan bila dalam proses pembelajaran mahasiswa mendapatkan teori dan pengalaman belajar di lahan praktek dalam suatu lingkungan yang menopang pertumbuhan dan pembinaan kemampuan professional dalam pembelajaran klinik.30 Pengalaman pembelajaran klinik (rumah sakit dan komunitas) merupakan bagian penting dalam proses pendidikan mahasiswa keperawatan, karena memberikan pengalaman yang kaya kepada mahasiswa bagaimana cara belajar yang sesungguhnya.9 Program studi S1 Ilmu keperawatan STIKES Muhammadiyah Samarinda salah satu penyelenggara pendidikan keperawatan, dimana dalam
pelaksanaannya mengaplikasikan perpaduan ilmu pengetahuan (sains) dan keahlian praktis yang menunjang pengembangan profesi keperawatan pada era globalisasi. Progaram pendidikan S1 keperawatan telah merancang suatu kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dimana kurikulum ini menerapkan bahwa semua materi pembelajaran harus berpedoman pada kompetensi keperawatan yang harus dicapai. Kualitas tersebut dapat dicapai mulai dari proses pembentukan mahasiswa perawat yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap lebih profesional baik di kampus maupun di masyarakat.27 Pengalaman belajar di masyarakat melalui pembelajaran di tatanan klinik merupakan salah satu pendekatan utama dalam proses pembelajaran implementasi KBK yang diterbitkan oleh Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia (AIPNI) pada tahun 2010. Pengalaman belajar di tatanan klinik merupakan masa adaptasi yang memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengaplikasan pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan langsung pada klien di rumah sakit.27
Pengalaman belajar klinik merupakan proses pembelajaran yang penting untuk mempersiapkan peserta didik dalam melaksanakan praktek klinik. Pendapat lain menyatakan bahwa pembelajaran praktikum memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan keterampilan melakukan observasi yang akurat dan teratur. Selain itu, ada pendapat mengatakan bahwa tatanan klinik merupakan tempat yang paling tepat untuk mengajarkan keterampilan praktik.14 Memasuki lahan praktek klinik mahasiswa diharapkan mempersiapkan diri dengan baik. Pengalaman, kepercayaan diri, dan motivasi sangat menentukan keberhasilan praktek klinik. Sikap mahasiswa yang dilandasi motivasi dalam pelaksanaan praktek klinik yang tinggi akan terlihat aktif mengerjakan tugas-tugas, tekun, ulet dalam menyikapai setiap tugas yang diberikan. Selain itu perlu juga kesiapan yang matang dalam memasuki lahan praktek misalnya mempersiapkan semua kebutuhan yang diperlukan sebelum pelaksanaan praktek klinik. Pada kenyataanya, tidak sedikit mahasiswa yang tidak mampu menjalankan praktek klinik dengan optimal, karena diawal sudah merasa terbebani, dan cenderung mengabaikan tanggung jawab yang harus dijalani sehingga permasalahan dapat menjadi stressor yang memicu timbulnya stres pada mahasiswa.30 Berdasarkan temuan WHO, stres merupakan masalah kesehatan masyarakat nomor empat di dunia dan akan menjadi nomor dua pada tahun 2020. Pada tahun 1995 penderita non psikotis di Indonesia seperti stres dan kecemasan sekitar 80 diantara 100 orang penduduk (Depkes, 1995 dalam Mahdiyanto, 2011). Stres merupakan hal yang tidak terhindarkan dari kehidupan manusia. Setiap orang pernah dan akan mengalami stres dengan kadar ringan,
sedang, dan berat yang berbeda. Stres tidak selalu buruk, walaupun biasanya selalu dibahas dalam konteks negatif. stres juga dapat berdampak positif bila stres dapat dianggap sebagai sesuatu yang menguntungkan.9 Mahasiswa keperawatan merupakan seorang calon perawat profesional yang akan melaksanakan asuhan keperawatan di pelayanan kesehatan. Dalam menjalankan tugasnya, mahasiswa rentan terhadap stres. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat stres mahasiswa perawat dengan kategori tinggi sebesar 47%; tingkat stres tinggi cenderung mengarah pada gangguan fisiologis seperti: sering mengalami sakit kepala (pusing), tekanan darah meningkat, mengalami ketegangan dalam bekerja, sering mengalami jantung berdebar, bola mata melebar, berkeringat dingin, serta nyeri leher dan bahu.8 Fenomena yang pernah peneliti temui adalah pelaksanaan praktek klinik pertama kali lebih cenderung memiliki stresor yang tinggi dibandingkan seseorang yang sebelumnya pernah memasuki lahan praktek. Pada penelitian Beck dan Srivasta (1994) menunjukkan bahwa program praktik menimbulkan stres karena rendahnya ketrampilan klinik, masuknya mahasiswa ke dalam lingkungan yang baru yang tidak mereka kenal sebelumnya, bertemunya mereka dengan pasien dengan berbagai masalah kompleks, merasa takut untuk berbuat kesalahan, dan merasa tertekan akibat dinilai / penilaian dari dosen.1 Hasil penelitian tentang tingkat stres menghadapi lingkungan baru sebesar 85,8 %. Bagi sekelompok manusia, kecepatan perubahan menyebabkan manusia tidak bisa menggunakan pengalaman-pengalaman hidup yang lalu sebagai pedoman hidupnya, dan kehilangan kemampuan untuk meramalkan masa depannya. Hal ini diduga dapat merupakan dampak positif
maupun dampak negatif yang terutama dialami oleh para mahasiswa dalam bentuk kecemasan.9 Hasil penelitian Sheu, Lin & Hwang (2001)19 tingkat stres yang tinggi dapat berpengaruh terhadap kesehatan mahasiswa keperawatan. Efek stres yang paling banyak dilaporkan adalah perubahan prilaku dan status fisiopsikologi mahasiswa. Respon psikologis yang negatif terjadi seperti tertekan, putus asa, gugup, marah, tidak senang, kehilangan rasa percaya diri, tidak ceria. Sedangkan pada respon fisik yang negatif akan terjadi seperti lemah, diare atau gangguan gastrointestinal, insomnia, anemia, anoreksia, sehingga dikhawatirkan tidak dapat mencapai target yang telah ditentukan oleh akademis. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti tanggal 13 Juli pada 10 mahasiswa S1 Keperawatan tingkat 3 semester 6 tahun 2014 STIKES Muhammadiyah Samarinda. Dari hasil wawancara didapatkan 7 mahasiswa (70%) merasakan pada saat pertama kali menjalani praktek laboratorium klinik sering kali merasakan sakit kepala, mudah lelah, mudah marah atau emosi, susah makan, sulit tidur dimalam hari, dan merasa khawatir, sedangkan 3 mahasiswa (30%) diantaranya mengatakan senang, merasa suatu pengalaman baru yang harus dijalani, tidak terlalu stres saat melakukan praktek laboratorium klinik pertama kali. Melalui uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti “Perbedaan Tingkat Stres pada Mahasiswa Sebelum dan saat Menjalani Praktek Laboratorium Klinik pada Mahasiswa S1 Keperawatan Semester 3 STIKES Muhammadiyah Samarinda”. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif menggunakan desain penelitian deskriptif komparatif dengan
rancangan observasi yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara membandingkan persamaan dan perbedaan sebagai fenomena untuk mencari faktor-faktor apa, atau situasi bagaimana yang menyebabkan suatu pristiwa tertentu.10 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa S1 Keperawatan semester 3 STIKES Muhammadiyah Samarinda yang berjumlah 92 orang yang akan melaksanakan praktek klinik. Metode pengambilan sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik Total sampling yang diambil dari semester 3 dengan ketentuan kriteria inklusi dan esklusi. Pada penelitian ini jumlah sampel sebenyak 82 responden. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan instrument berupa kuesioner DASS 42 item pertanyaan gangguan mental emosional yang terbagi menjadi tiga dimensi yaitu depresi, kecemasan dan stres, dengan masing-masing dimensi tersebut memiliki 14 pertanyaan. dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan 14 item pertanyaan mengenai tingkat stres. Penelitian ini menggunakan uji Wilcoxon untuk melihat apakah ada perbedaan antara kedua variabel tersebut. HASIL PENELITIAN Tabel 1 Distribusi frekuensi karakteristik responden dan penyebab stres paling dominan sebelum dan saat menjalani praktek klinik Karakteristik No f % Responden 1. Jenis Kelamin Perempuan 58 70.7 Laki-Laki 24 29.3 2. Tempat Tinggal Orang Tua 20 24.4 Kos-Kosan 59 72.0 Asrama 3 3.7 3. Penyebab Stres Sebelum Praktek
Klinik Masuknya dalam lingkungan baru Merasa rendahnya keterampilan klinik
36
43.9
26
31.7
Merasa tertekan akibat dinilai / penilaian dari dosen
12
14.6
Merasa tertekan akibat dinilai / penilaian dari dosen
5
6.1
Merasa takut untuk 3 3.7 berbuat kesalahan 4 Penyebab Stres Saat Praktek Klinik Masuknya dalam 5 6.1 lingkungan baru Merasa rendahnya 5 6.1 keterampilan klinik Mersa tertekan akibat dinilai / 7 8.5 penilaian dari dosen Merasa tertekan akibat dinilai / 16 19.5 penilaian dari dosen Merasa takut untuk berbuat kesalahan Bertemunya dengan profesi kesehatan lain di rumah sakit
28
34.1
3
3.7
Berbagai tuntutan 10 12.2 dari kakak ruangan Lain-lain / tugas 8 9.8 5 Tingkat stres sebelum praktek Klinik Normal 37 45.1 Ringan 17 20.7 Sedang 24 29.3 Berat 4 4.9 6 Tingkat stres sebelum praktek Klinik Normal 29 35.4 Ringan 23 28 Sedang 20 24.4 Berat 8 9.8 Sangat Berat 2 2.4 Sumber: Data Primer 2014
PEMBAHASAN Berdasarkan hasil karakteristik responden menurut jenis kelamin, diperoleh gambaran bahwa dari 82 responden didapatkan perempuan lebih banyak dari pada laki-laki yaitu sebesar 58 responden (70,7%). Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa wanita mempunyai stres tertentu yang disebabkan oleh faktor-faktor biologis yang berbeda dengan pria. Selain itu perbedaan jenis kelamin juga berpengaruh terhadap stres seseorang dalam mengikuti pendidikan. Berdasarkan hasil karakteristik responden menurut tempat tinggal, diperoleh gambaran bahwa dari 82 responden didapatkan kebanyakan responden bertempat tinggal di kost sebesar 59 (72,0%). Hal ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa stresor secara umum dapat diklasifikasikan sebagai stresor internal dan stresor eksternal. Stresor internal berasal dari dalam diri seseorang misalnya kondisi fisik, atau suatu keadaan emosi. Stresor eksternal berasal dari luar diri seseorang misalnya perubahan lingkungan sekitar, keluarga dan sosial budaya. Sumber stresor merupakan asal penyebab suatu stres yang dapat mempengaruhi sifat dari stresor seperti lingkungan, fisik, psikologis maupun spiritual.17 Berdasarkan hasil penyebab stres paling dominan pada mahasiswa S1 semester 3 sebelum menjalani praktek laboratorium klinik, diperoleh gambaran bahwa dari 82 responden kebanyakan penyebab stres yang paling dominan yang dialami oleh mahasiswa sebelum praktek klinik yaitu masuknya dalam lingkungan baru sebesar 36 responden (43,9%). Hal ini sejalan dengan teori yang menyarakan bahwa adaptasi adalah menyesuaikan diri dengan kebutuhan atau tuntutan baru; yaitu suatu usaha untuk mencari keseimbangan kembali kedalam keadaan normal. Penyesuaian
terhadap kondisi lingkungan; modifikasi dari organisme atau penyesuaian organ secara sempurna untuk dapat eksis pada kondisi lingkungan tersebut. Kemampuan adaptasi manusia berbedabeda antara satu dengan yang lainnya, jika seseorang dapat menyesuaikan diri dengan perubahan maka ia mempunyai kemampuan untuk menghadapi rangsangan baik positif maupun negatif. Berdasarkan hasil penyebab stres paling dominan pada mahasiswa S1 semester 3 saat menjalani praktek laboratorium klinik, diperoleh gambaran bahwa dari 82 kebanyakan penyebab stres yang dialami oleh mahasiswa saat praktek klinik yaitu Merasa takut untuk berbuat kesalahan yaitu sebesar 28 responden (34,1%). Hal ini juga sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa lingkungan belajar yang baik adalah lingkungan yang menstimulasi rasa ingin tahu dan kebutuhan untuk mengerti bukan menstimulasi kegelisahan dan kompetisi (Emilia, 2008). Menurut relly dan Oesman (2002) lingkungan klinik yang kaya akan pengalaman belajar, tetapi lingkungan yang kurang mendukung akan mematahkan semangat belajar peserta didik untuk mencari pengalaman dan akibatnya banyak kesempatan untuk maju hilang. Mahasiswa jurusan keperawatan sering dihadapkan dengan kondisi yang dinamis, cemas, situasi stres, selama dalam pendidikan klinik. salah satunya mencakup penggunaan keterampilan yang baru didapat dari pendidikan klinik (Locken dan Norverg, 2007). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada mahasiswa S1 Keperawatan semester 3 STIKES Muhammadiyah Samarinda tentang tingkat stres sebelum menjalankan
praktek laboratorium klinik didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden (45,1%) memiliki tingakatan stres normal yaitu sebanyak 37 responden. Penelitian yang dilakukan oleh Braznitz & Golberger (2001) mengatakan bahwa setiap individu memiliki ambang stres yang berbeda-beda karena karakteristik individu akan mempengaruhi tingkatan stres yang dialaminya. Stres adalah respon tubuhyang tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan yang terganggu, suatu fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari, setiap orang mengalaminya, stres memberi dampak secara total pada individu yaitu terhadap fisik, psikologis, sosial dan spiritual, stres yang dapat mengancam keseimbangan fisisologis.17 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada mahasiswa S1 Keperawatan semester 3 STIKES Muhammadiyah Samarinda tentang tingkat stres saat menjalankan praktek laboratorium klinik didapatkan hasil bahwa tingkat stres sebagian besar responden (35,4%) memiliki tingakatan stres normal yaitu sebanyak 29 responden. Hal ini sesuai dengan teori Menurut Norberg (2007) bahwa mahasiswa jurusan keperawatan sering dihadapkan dengan kondisi yang dinamis, cemas, situasi stress, selama dalam pendidikan klinik. Stres merupakan respon tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan yang terganggu, suatu fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari, setiap orang mengalaminya, stres memberi dampak secara total pada individu yaitu terhadap fisik, psikologis, sosial dan spiritual, stres yang dapat mengancam 17 keseimbangan fisisologis.
Tabel 2. Analisis perbedaan tingkat stres mahasiswa sebelum dan saat menjalani praktek laboratorium klinik Descriptive statistic N Mean SD Min Max Median Tingkat Stres sebelum Menjalani Praktek 82 15.71 5.840 5 30 Laboratorium Klinik 15.00 Tingkat Stres Saat Menjalani Praktek 82 16.90 6.524 3 32 Laboratorium Klinik 17.00
Z
Tingkat Stres Saat Menjalani Praktek Laboratorium Klinik - Tingkat Stres sebelum Menjalani Praktek Laboratorium Klinik -2,468b
Asymp. Sig. (2tailed)
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan nilai rata-rata tingkat stres mahasiswa sebelum menjalani praktek laboratorium klinik sebesar 15,71 dengan standar deviasi 5.840, dan nilai rata-rata tingkat stres mahasiswa saat menjalani praktek laboratorium klinik sebesar 16,90 dengan standar deviasi 6,524. Sedangkan hasil penelitian kedua variabel menunjukkan bahwa nilai signifikasi (p-value) sebesar 0,014 < 0,05 yang berarti menolak Ho. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik antara rata-rata skor stres responden sebelum menjalani praktek laboratorium klinik dan saat menjalani praktek laboratorium klinik pada mahasiswa S1 Keperawatan semester 3 STIKES Muhammadiyah Samarinda. Hasil rata-rata skor stres responden menunjukkan bahwa saat menjalani praktek laboratorium klinik secara signifikan lebih tinggi dibandingkan sebelum menjalani praktek laboratorium klinik.Memasuki lahan praktek klinik mahasiswa diharapkan mempersiapkan diri dengan baik. Pengalaman, kepercayaan diri, dan motivasi sangat menentukan keberhasilan praktek klinik. Sikap mahasiswa yang dilandasi motivasi dalam pelaksanaan praktek
.014
klinik yang tinggi akan terlihat aktif mengerjakan tugas-tugas, tekun, ulet dalam menyikapi setiap tugas yang diberikan. Selain itu perlu juga kesiapan yang matang dalam memasuki lahan praktek misalnya mempersiapkan semua kebutuhan yang diperlukan sebelum pelaksanaan praktek klinik. Pada kenyataanya, tidak sedikit mahasiswa yang tidak mampu menjalankan praktek klinik dengan optimal, karena diawal sudah merasa terbebani, dan cenderung mengabaikan tanggung jawab yang harus dijalani sehingga permasalahan dapat menjadi stresor yang memicu timbulnya stres pada mahasiswa.30 Kasenda (2012) meneliti tentang pengaruh bimbingan instruktur klinis pada respons stres mahasiswa perawat tahun pertama yang praktek di rumah sakit advent Manado. Dari 85 responden didaptkan hasil nilai rata-rata stres mahasiswa perawat tahun pertama yang praktek di RSAM menunjukkan bahwa mahasiswa perawat memiliki tingkat stres yang diinterpretasikan cukup stres sebelum dilakukan program bimbingan klinis dan mengalami peningkatan setelah mengikuti program bimbingan klinis yang dinterpretasikan kurang stres. Selanjutnya, peneliti menemukan ada pengaruh yang signifikan dari
bimbingan klinis pada respons stres mahasiswa perawat tahun pertama yang praktek di RSAM yang mendapatkan hasil nilai dari uji paired sample t-test untuk nilai rata-rata pre-test dan posttest adalah sebesar -1.571 dengan nilai signifikansi (p value) sebesar 0.000 ≤ 0.05 yang berarti Ho ditolak. Hal ini dapat membuktikan bahwa praktik klinik dapat menyebabkan stres pada mahasiswa keperawatan yang baru memasuki lahan praktik klinik. Berdasarkan data dilapangan yang didapatkan peneliti, asumsi tersebut sama dengan keadaan dilapangan, dimana praktek klinik berpengaruh dengan tingkatan stres pada mahasiswa, dan menunjukkan bahwa saat pelaksanaan praktek klinik mahasiswa lebih stres dari sebelum menjalankan praktek laboratorium klinik, namun tingkatan stres yang dialami oleh setiap mahasiswa berbeda-beda, hal ini dikarenakan ada sebagian responden menganggap praktik klinik bukanlah suatu beban melainkan satu pengalaman baru yang harus dihadapi. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel 4.9 yang menunjukkan bahwa terdapat 30 responden yang memiliki skor stres sebelum lebih tinggi dibandingkan saat menjalani praktek klinik, dan terdapat 11 responden yang memiliki skor stres sama antara sebelum dan saat menjalani praktek laboratorium klinik. Hal ini menunjukkan bahwa tingkatan stres dari masing-masing individu dalam menghadapi suatu hal itu berbeda-beda. Sehingga peneliti berasumsi bahwa sebagian orang sebelum menjalani praktek klinik beranggapan bahwa praktek klinik adalah sesuatu yang menakutkan terlebih lagi responden baru memasuki lahan praktek pertama kali sehingga memicu terjadinya stres dalam kadar yang berbeda. Namun setelah menjalani praktek klinik apa yang mereka jalani tidak seperti apa yang mereka bayangkan dan sebagian lagi mampu beradaptasi dengan baik.
Sebagian lagi beranggapan bahwa sebelum menjalani praktek klinik dan saat menjalani praktek klinik adalah suatu hal yang sama, sehingga tingkatan stres yang dialami tidak berubah. Hal ini juga diperkuat dengan pemaparan Widyastuti (2003) dalam bukunya bahwa stres merupakan hal yang tidak terhindarkan dari kehidupan manusia. Setiap orang pernah dan akan mengalami stres dengan kadar ringan, sedang, dan berat yang berbeda. Stres tidak selalu buruk, walaupun biasanya selalu dibahas dalam konteks negatif. stres juga dapat berdampak positif bila stres dapat dianggap sebagai sesuatu yang menguntungkan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari tujuan penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan, sebagai berikut: 1. Karakteristik mahasiswa S1 Keperawatan semester 3 STIKES Muhammadiyah Samarinda menunjukkan mayoritas responden berjenis kelamin perempuan (70,7%), dan bertempat tinggal dikos-kosan (72,0%). 2. Penyebab stres dominan pada mahasiswa sebelum praktek klinik yaitu masuknya dalam lingkungan baru sebesar 43,9% atau sebanyak 36 responden. 3. Penyebab stres dominan pada mahasiswa saat menjalani praktek klinik yaitu merasa takut untuk berbuat kesalahan sebesar 34,1 atau sebanyak 28 responden. 4. Tingkat stres mahasiswa S1 Keperawatan semester 3 STIKES Muhammadiyah Samarinda sebelum menjalani praktek laboratorium klinik mayoritas berada pada kategori stres normal sebesar 45,1% atau sebanyak 37 dari 82 responden. 5. Tingkat stres mahasiswa S1 Keperawatan semester 3 STIKES Muhammadiyah Samarinda saat menjalani praktek laboratorium
klinik mayoritas berada pada kategori stres normal sebesar 35,4% atau sebanyak 29 dari 82 responden. 6. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik antara ratarata skor stres responden sebelum menjalani praktek laboratorium klinik dan saat menjalani praktek laboratorium klinik pada mahasiswa S1 Keperawatan semester 3 STIKES Muhammadiyah Samarinda, sedangkan rata-rata skor stres responden saat menjalani praktek laboratorium klinik secara signifikan lebih tinggi dibandingkan sebelum menjalani praktek laboratorium klinik. Saran 1. Bagi Mahasiswa a. Masuknya dalam lingkungan baru Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi tambahan pengetahuan mahasiswa khususnya dalam menjalankan praktek laboratorium klinik. Baiknya mahasiswa dapat memiliki sikap dan keyakinan yang kuat serta pikiran yang positif, fleksibel dan adaptif terhadap orang lain atau lingkungan baru. Sehingga mereka dapat mengantisifasi segala kemungkinan yang akan mereka hadapi saat praktek laboratorium klinik. b. Merasa takut untuk berbuat kesalahan Diharapkan mahasiswa yang menjalani praktek laboratorium klinik memiliki perhatian terhadap diri sendiri dan mampu untuk mengahadapi situasi yang ada saat pelaksanaan praktek laboratorium klinik. Sehingga rasa takut yang muncul dapat diminimalisir. 2. Bagi pembimbing klinik
Seorang dosen pembimbing klinik perlu memberikan dukungan, pada mahasiswa yang baru melaksanakan praktek laboratotium klinis sehingga mahasiswa tidak lagi takut akan halhal yang dapat terjadi di lingkungan klinik dan mahasiswa yang menjalankan praktek klinik cukup rentan terhadap ancaman stres psikologis. 3. Bagi peneliti Selanjutnya Perlu adanya penelitian yang lebih dalam lagi mengenai tingkatan stres mahasiswa saat menjalankan praktek laboratorium klinik, dimana peneliti tidak hanya meneliti perbedaan tingkatan stres sebelum dan saat menjalani praktek laboratorium klinik, melainkan perlu adanya penelitian dengan desain yang menggunakan kelompok kontrol (desain case control atau penelitian eksperimen). DAFTAR PUSTAKA Amperiana, S. Pengaruh motivasi, prestasi dan konsep diri terhadap kesiapan praktek klinik kebidanan bagi mahasiswa tingkat ii akademi kebidanan pamenang pare kabupaten Kediri [tesis].Univiversitas Semarang; 2010 [sitasi 29 Oktober 2013]. Sumber: http://www eprints.uns.ac.id/3322/1/1426512082 01012401.pdf. Anggota IKAPI .Seri bodytalk yoga untuk stres 50 gerakan yoga stres untuk relaksasi sepanjang hari. Jakarta : PT telex media komputindo; 2008 Arikunto, S. Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktsi edisi revisi. Jakarta: Rineka Cipta; 2010 Ariyani, N.F. Hubungan antara tingkat stres dengan prestasi belajar pada mahasiswa program Diploma III Keperawatan tingkat III STIKES
Muhammadiyah Samarinda[tugas akhir]. Samarinda: STIKES Muhammadiyah; 2013 Australian centre for pasttraumatic mental health [internet]. [sitasi 14 Desember 2013]. Sumber: ojs.unud.ac.id/index.php/coping/artic le/download/5596/4247 Hidayat, A.A. Pengantar konsep dasar keperawatan. Jakarta: Salemba Medika; 2009 Kasenda, T.L. Pengaruh bimbingan instruktur klinis pada respons stres mahasiswa perawat tahun pertama yang praktek di rumah sakit advent manado [skripsi]. 2012 [sitasi 13 november 2013]. Sumber: igenursing.weebly.com/uploads/1/4/3 /9/.../fix_jku_mem_telvie.pdf. Mahdiyanto, E. Hubungan persepsi mahasiswa tentang praktik klinik keperawatan dengan stres pada mahasiswa semester ii program diploma 3 keperawatan stikes muhammadiyah samarinda [skripsi tidak dipublikasikan]. Indonesia, Stikes Muhammadiyah Samarinda; 2011
Notoatmodjo. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta; 2010 Nursalam. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan : pedoman skripsi, tesis, dan instrumen penelitian keperawatan. Jakarta: Salemba Medika; 2011 Nursalam. Manajemen keperawatan: aplikasi dalam praktek keperawatan profesional edisi 3. Jakarta: Salemba Medika; 2013
Prasetyo, Bambang dan Lina M.J. Metode penelitian kuantitatif teori dan aplikasi. Jakarta: Rajawali Pers; 2011 Potter dan Perry. Buku ajar fundamental keperawatan konsep, proses,dan praktik edisi 4 volume 1. Jakarta : EGC; 2005 Rasmun. Stres, koping dan adaptasi: teori dan pohon masalah keperawatan. Jakarta : Cv Sagung Seto; 2004 Salam, B. Cara belajar yang sukses di perguruan tinggi. Jakarta : PT Rineka Cipta; 2004 Sandi, A. Hubungan tingkat stres dengan mekanisme koping mahasiswa angkatan pertama (A 2008) Program Studi Ilmu Keperawatan yang menjalani kurikulum berbasis kompetensi [skripsi] 2012 [sitasi 14 September 2013]. Santrock, J.W. Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta : Eirlangga; 2003 Septiandi. R. Hubungan stres dengan adaptasi psikologi pada mahasiswa tingkat I diploma III keperawatan stikes muhammadiyah samarinda. [tugas akhir]. Indonesia: Stikes Muhammadiyah Samarinda; 2012 Siswanto. Kesehatan mental: Konsep, Cakupan, dan perkembangannya. Yogyakarta : Penerbit Andi; 2007 Sugiyono. Statistik nonparametrik untuk penelitian. Bandung: CV Alfabeta; 2009 Sugiyono. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan r&d. Bandung : Alfabeta; 2010
Suliswati. Konsep dasar keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: EGC; 2005 Sunaryo. Psikologi untuk keperawatan. Jakarta: EGC; 2004 Sureskiarti, E. Buku panduan praktek laboratorium klinik keperawatan semester VI prodi S1 keperawatan stikes muhammadiyah Samarinda. Samarinda: tidak dipublikasikan; 2013 Wangsih, T. Menghadapi stress dan depresi: seni menikmati hidup agar selalu bahagia. Yogyakarta: Tugu publisher; 2009 Widyastuti, P. Manajemen stres. Jakarta : EGC; 2003 Wahyuni, S. Pengaruh pemberian aroma terapi minyak atsiri bunga mawar terhadap tingkat stres mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran klinik di psik fk-unand tahap profesi tahun 2012[skripsi]. Padang: Universitas Andalas; 2012 [sitasi 13 september 2013]. Sumber : http://repository.unand.ac.id/17923/ Yosep, I. Keperawatan jiwa. Bandung : PT Reflika Aditama; 2007