perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
GERAKAN AHMADIYAH DAN KEBANGKITAN ISLAM DI INDIA (1889-1947)
SKRIPSI
Oleh: ARFAN BAYU PRAKOSO NIM: K4404016
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
GERAKAN AHMADIYAH DAN KEBANGKITAN ISLAM DI INDIA (1889-1947)
Oleh : ARFAN BAYU PRAKOSO NIM: K4404016
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Arfan Bayu Prakoso. K4404016. GERAKAN AHMADIYAH DAN KEBANGKITAN ISLAM DI INDIA (1889-1947). Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Juli 2011. Tujuan Penelitian ini untuk mendiskripsikan: (1) Latar belakang kebangkitan Islam di India, (2) Proses berdiri dan perkembangan Ahmadiyah, (3) Peran Gerakan Ahmadiyah dalam kebangkitan Islam di India. (4). Sikap Muslim terhadap Gerakan Ahmadiyah Penelitian ini menggunakan metode historis. Sumber data yan g digunakan adalah sumber buku literatur, dan surat kabar. Teknik pengumpulan data menggunakan studi kepustakaan. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis historis, yaitu analisa yang mengutamakan ketajaman dalam mengolah suatu data sejarah. Prosedur penelitian dilakukan melalui empat tahap kegiatan yaitu: heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Kebangkitan Islam di India dilatar belakangi oleh, masuknya kolonialis Inggris di India yang mendesak keberadaan kaum muslim sekaligus menumbangkan kerajaan Muslim Moghul yang menjadi pelindung umat Islam. Mundurnya kehidupan keagamaan kaum muslim yang mengakibatkan kaum muslim terpecah belah satu sama lain. Munculnya gerakan Kristen dan bangkitnya gerakan keagamaan Hindu di India yang memusuhi kaum Muslim. (2). Gerakan Ahmadiyah didirikan oleh Mirza Ghulam Ahmad tahun 1889 di Qadian Punjab India. Tahun 1891 Mirza Ghulam Ahmad mulai mendakwahkan diri sebagai al Masih dan al Mahdi. Dakwah Ahmadiyah semakin berkembang dibawah pimpinan Maulana Hakim Nurudin. Maulana Nurudin mendirikan berbagai lembaga, termasuk sekolah dan publikasi, dan mengirimkan mubaligh ke luar negeri. Tahun 1914 Ahmadiyah terpecah menjadi dua golongan,yaitu Ahmadiyah Lahore dan Ahmadiyah Qadian. Ahmadiyah Lahore pimpinan Maulana Muhammad Ali menganggap Mirza Ghulam Ahmad hanya seorang Mujaddid dan bukan nabi, sedangkan Ahmadiyah Qadian yang dipimpin Mirza Basyirudin Mahmud Ahmad menganggap Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi dan orang yang tidak mengimaninya sebagai bukan Islam (3). Peran Ahmadiyah dalam kebangkitan Islam adalah dalam bidang pemikiran Ahmadiyah mempunyai penafsiran yang berbeda dengan umat Islam, terutama dalam masalah al Mahdi dan al Masih, jihad, wahyu, dan kenabian. Dalam bidang dakwah Ahmadiyah berperan dalam menerjemahkan dan menerbitkan buku-buku Islam ke dalam bahasa Inggris. Ahmadiyah juga aktif mengirimkan mubaligh ke negeri-negeri yang belum mengenal Islam. (4). Sikap umat Islam terhadap aliran Ahmadiyah adalah penolakan dari berbagai kalangan Muslim terutama oleh kelompok ahlu sunah wal jamaah yang menganggap kelompok Ahmadiyah telah kafir karena mempercayai adanya nabi setelah nabi Muhammad. Penolakan dari kaum muslim mulai dari debat, unjuk rasa, pelarangan dari pemerintah, hingga kekerasan
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Arfan Bayu Prakoso. K4404016. Ahmadiyya Movement and Islamic Ressurection in India (1889-1947). Paper. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty, Sebelas Maret University, July 2011. The aim of this research is to describe: (1) Background of the Islamic revival in India, (2) The process of establishment and development of the Ahmadiyya, (3) The role of the Ahmadiyya Movement in the Islamic revival in India. (4). Muslim attitudes toward the Ahmadiyya Movement. This research use history methods. Data source used is literature book and newspaper. The technique of data collection is by using library study. Data analysis technique used is historical analysis, that is the analysis giving priority of sharpness in managing a historical data. The research procedure is by employing four stages activitiy thet are heuristic, critic, interpretation, and historiography. Based on this research, it concluded that: (1) The Islamic revival in India background by, the influx of British colonialists in India are urging the presence of Muslims as well as subvert the Muslim Moghul empire who becomes protector of Muslims. Decline of the religious life of Muslims who lead the Muslims divided from each other. The emergence of the Christian movement and the rise of Hindu religious movement in India that are hostile to Muslims. (2). Ahmadiyya movement founded 1889 by Mirza Ghulam Ahmad in Qadian Punjab India. In 1891 Mirza Ghulam Ahmad began to preach himself as al Masih and al-Mahdi. Ahmadiyya propaganda growing under the leadership of Maulana Hakim Nurudin. Maulana Nurudin set up various institutions, including schools and publications, and sending preachers to go abroad. Ahmadiyah split into two groups in 1914, namely the Lahore Ahmadiyya and Qadian Ahmadiyya. Lahore Ahmadiyya leadership of Maulana Muhammad Ali Mirza Ghulam Ahmad considers a religious and not just a prophet, while the Ahmadiyya Qadian led by Mirza Mahmud Ahmad Basyirudin consider Mirza Ghulam Ahmad as a prophet and those who do not believe as non-Muslims (3). Ahmadiyya role in the rise of Islam is in the realm of thought Ahmadiyya have different interpretations by Muslims, especially in matters of al Mahdi and al-Masih, jihad, revelation, and prophethood. Ahmadiyya missionary also translating and publish Islamic books into English. Ahmadis also send preachers to countries that do not know Islam. (4). Attitude towards the Ahmadiyya Muslim community was the refusal of many Muslims, especially by ahlusunnah wal jamaah who consider the Ahmadiyya have been pagan for believing prophet after the Prophet Muhammad. Rejection of the Muslims from the debates, demonstrations, the prohibition of government,until the violence
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki diantara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi; dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu (Q. S. Al Ahzab ayat 40)
Sejarah adalah pembebasan dari kepercayaan yang tidak benar, perjuangan melawan kebodohan dan ketidaktahuan (Pramudya Ananta Toer)
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan kepada:
1. Bapak dan Ibu 2. Kakak-Kakak dan Keponakanku 3. Mereka yang telah membantuku 4. Almamater
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan, untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan Hambatan dan rintangan yang penulis hadapi dalam penyelesaian penulisan skripsi ini telah hilang berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) yang telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi. 2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP UNS yang telah menyetujui atas permohonan skripsi ini. 3. Ketua Program Pendidikan Sejarah FKIP UNS yang telah memberikan pengarahan dan ijin atas penyusunan skripsi ini. 4. Drs. H. Saiful Bachri, M. Pd selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Musa Pelu, S.Pd, M.Pd selaku dosen Pembimbing II yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas amal baik kepada semua pihak yang telah membantu pembuatan skripsi. Penulis memohon pula maaf apablila terdapat tindakan dan perkataan penulis yang kurang berkenaan. Penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca pada khususnya dan perkembangan Ilmu Pengetahuan pada umumnya.
Surakarta, Juli 2011
Penulis
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN
...................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................
iv
HALAMAN ABSTRAK ..............................................................................
v
HALAMAN ABSTRACT
vi
HALAMAN MOTTO ..................................................................................
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN
.................................................................. viii
KATA PENGANTAR .................................................................................
ix
DAFTAR ISI ................................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
xii
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................
1
A. Latar Belakang .....................................................................................
1
B. Perumusan Masalah
.............................................................................
5
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................
6
D. Manfaat Penelitiaan ..............................................................................
6
BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................
8
A. Kajian teori ...........................................................................................
8
1. Kebangkitan Islam ..........................................................................
8
2. Paham Ahmadiyah . .........................................................................
12
3. Politik Islam ....................................................................................
18
B. Kerangka Berpikir .................................................................................
38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................
40
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..............................................................
40
B. Metode Penelitian .................................................................................
41
C. Sumber Data .........................................................................................
42
D. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................
44
E. Teknik Analisis Data ............................................................................
45
F. Prosedur Penelitian ...............................................................................
46
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV PEMBAHASAN
............................................................................
50
A. Latar Belakang Kebangkitan Islam di India .........................................
50
1. Latar Belakang Kebangkitan Islam di India .....................................
50
2. Kebangkitan Islam di India ...............................................................
58
B. Proses Berdiri dan Perkembangan Ahmadiyah ....................................
62
1. Latar Belakang Kehidupan Mirza Ghulam Ahmad
.........................
62
2. Perkembangan Ahmadiyah 1889-1914 M ........................................
70
3. Perpecahan Ahmadiyah 1914 M ......................................................... 81 C. Peran Ahmadiyah Dalam Kebangkitan Islam di India .........................
86
1. Bidang Pemikiran Islam ...................................................................
89
2. Bidang Dakwah Islam .....................................................................
101
D. Sikap Muslim Terhadap Ahmadiyah ...................................................
105
BAB V PENUTUP ......................................................................................
116
A. Kesimpulan
........................................................................................
116
B. Implikasi .............................................................................................
118
C. Saran ...................................................................................................
118
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
120
LAMPIRAN .................................................................................................. 127
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1
: Bendera Ahmadiyah...................................................................
127
Lampiran 2
: Pendiri Ahmadiyah dan
128
Lampiran 3
: Tokoh-
129
Lampiran 4
: Tokoh-
131
Lampiran 5
:
Lampiran 6
:
152
Lampiran 7
: Surat Permohonan Ijin Penyusunan Skripsi.................................
169
Lampiran 8
: Surat Keputusan Dekan FKIP UNS Tentang Izin Penyusunan
...........
.............................................
Skripsi
134
170
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kebangkitan Islam muncul sebagai akibat dari kemunduran dan keterbelakangan yang dialami umat Islam. Keadaan ini menggugah kesadaran para pemikir Islam untuk mencari solusi atas masalah ini. Dimulai dengan gerakan Wahabiyah yang dipimpin Muhammad ibn Abdul Wahab pada abad 18 di Jazirah Arab. Pengaruh Wahabiyah menyebar dengan cepat dari Timur Tengah, Afrika, Asia Tenggara dan anak benua India. Ketika itu pula pergerakan intelektual lain ikut lahir, selama pertengahan terakhir abad ke 19 dan awal abad ke 20 di daerah-daerah yang berada di bawah dampak kultural dan intelektual Barat (Fazlur Rahman 1985: 20). India merupakan salah satu dari pusat pergerakan ini. Di belahan dunia ini, terjadi perbenturan antar peradaban Barat dan Timur, sistem pendidikan tradisional dan modern, pandangan hidup dunia lama dan baru, serta Islam dengan Kristen telah mencapai puncaknya. (Sayid Ali Nadwi, 2005: 3) Sejarah masuknya Islam di anak benua India sudah terjadi semenjak masa Nabi Muhammad SAW masih hidup pada abad 7 M. Pedagang-pedagang Arab yang sudah memeluk Islam sudah berhubungan erat dengan dunia timur melalui pelabuhanPada masa ini, Raja Cheraman Perumal, Raja Kadangalur dari pantai Malabar telah memeluk Islam dan menemui Nabi, namanya diganti menjadi Tajudin. Pada masa Umar ibn Khattab, pada tahun 643-644 M Panglima Mughira menyerang Sind, tetapi gagal. Pada tahun itu Abdullah ibn Amar Rabbi sampai wilayah Mekran untuk menyiarkan Islam dan memperluas daerah kekuasaan Islam. Pada masa Usman ibn Affan dan Ali ibn Abi Thalib, dikirim utusan ke wilayah India untuk meyelidiki adat istiadat dan jalan-jalan menuju India. Inilah awal mula Islam menyebar ke India melalui jalan darat. (Dudung Abdurahman, 2002:166167)
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
Awal kekuasaan Islam di wilayah India terjadi pada masa Khalifah AlWalid, dari dinasti Bani Umayyah pada abad ke 8 M. Penaklukan wilayah ini dilakukan oleh tentara Bani Umayyah di bawah pimpinan Muhammad ibn Qasim. Kemudian muncullah dinasti Ghaznawi mengembangkan kekuasaannya di India di bawah pimpinan. Sultan Mahmud, dan pada tahun 1020 M, ia berhasil menaklukan
hampir
semua
kerajaan
Hindu
di wilayah
ini, sekaligus
mengislamkan sebagian masyarakatnya. Setelah dinasti Ghaznawi Hancur, muncul dinasti-dinasti kecil seperti Mamluk (1206-1290), Khalji (1296-1316), Thuglug (1320-1413) dan dinasti-dinasti kecil lain sampai Babur datang pada permulaan abad ke 16 dan membentuk dinasti Mughal di India. Kerajaan Mughal di India dengan Delhi sebagai Ibukota didirikan Zahiruddin Babur (1482-1530), salah satu cucu Timur Lenk. Ayahnya bernama Umar Mirza, penguasa Ferghana. (Badri Yatim, 2006: 145-147) Setelah kerajaan Mughal berdiri, Raja-Raja Hindu di seluruh India menyusun angkatan perang yang besar untuk menyerang Babur. Pasukan Hindu ini dapat dikalahkan Babur. Babur meninggal pada tahun 1530 M meninggalkan kejayaan yang cemerlang. Pemerintahan selanjutnya dipegang oleh Humayun, putra sulung Babur. Sepanjang masa pemerintahannya selama sembilan tahun 1530-1539 M negara tidak pernah merasa aman. Humayun digantikan anaknya, Akbar. Pada masa Akbar inilah kerajaan Mughal mencapai masa kejayaannya. Kemajuan yang dicapai Akbar masih dapat dipertahankan oleh tiga sultan berikutnya, yaitu Jehangir (1605-1628 M), Syah Jehan (1628-1658 M), dan Aurangzeb (1658-1707 M). setelah itu, kemajuan-kemajuan kerajaan Mughal tidak dapat dipertahankan. (Badri yatim, 2006: 148-149) Satu setengah abad setelah dinasti Mughal berada di puncak kejayaannya, para pelanjut Aurngzeb tidak sanggup mempertahankan kebesaran yang telah dibina oleh sultan-sultan sebelumnya. Pada abad ke 18 M kerajaan memasuki masa-masa
kemunduran.
Kekuasaan
politiknya
mulai
merosot,
suksesi
kepemimpinan di tingkat pusat menjadi ajang perebutan, gerakan separatis Hindu di India tengah, Sikh di belahan utara dan Islam di bagian timur semakin lama
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
semakin mengancam. Sementara itu, para pedagang Inggris semakin kuat kedudukannya. (Dudung Abdurahman, 2002: 159) Sejak tahun 1818 M Inggris menjadi kekuatan terkemuka di sebagian besar wilayah India, terutama daerah-daerah yang mayoritas penduduknya beragama Islam, seperti Bengal, dataran sungai Gangga dan wilayah sekitar lembah sungai Indus. Kehadiran Inggris mendapat reaksi yang beragam dari Umat Islam. Puncak kekuasaan Inggris diraih pada tahun 1857 ketika kerajaan Mughal benar-benar jatuh dan rajanya yang terakhir, Bahadur Syah diusir ke Rangoon (1858). Inggris juga berusaha menguasai Afghanistan (1879) dan kekuasaan muslim Baluchistan juga ditaklukkan (1899). Dengan demikian Imperialisme Inggris telah merata di seluruh anak benua India. Kehadiran Inggris mendapat reaksi yang beragam dari umat Islam. Ada tiga kelompok yang berbeda strategi dalam merespon imperialisme Inggris. Pertama kelompok yang non kooperatif yang dipelopori ulama tradisional Deoband. Kedua, bekerjasama dengan Inggris diwakili Sayyid Ahmad Khan, dan Ketiga menjaga jarak dengan Inggris yang dipelopori oleh gerakan Aligarh yang merupakan pengikut Ahmed Khan. Kelompok Sayyid Ahmad Khan berpendapat bahwa, loyalitas terhadap pemerintah Inggris merupakan suatu keharusan untuk mensejahterakan umat Islam. Sikap bermusuhan akan menghilangkan kesempatan untuk meraih posisi dalam pemerintahan. Usaha Khan yang lain adalah membentuk lembaga pendidikan untuk mencerdaskan umat Islam. Tahun 1859 mendirikan The Translation Society di Moradabad, untuk menerjemahkan bukubuku seni dan sains. Untuk meningkatkan moral dan aktifitas dibentuk majalah Thzib al-Akhlak 1870. Ahmad Khan juga mendirikan perguruan tinggi Mohammadan-Anglo-Oriental College 1876, yang kemudian berubah menjadi Universitas Aligarh 1920 dengan menggunakan kurikulum Barat. Kelompok penantang mengadakan perlawanan melalui gerakan anti Inggris. Puncaknya adalah meletusnya Revolusi Mutiny tahun 1957. Banyak perwira dan pejabat Inggris dibunuh. Namun, gerakan ini dapat dipadamkan karena tidak didukung kekuatan yang memadai. Revolusi ini dipicu oleh sikap Inggris yang tidak bersahabat dengan rakyat India. Orang-orang India baik yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
Hindu maupu Islam tidak diikutsertakan di parlemen. Di samping itu Inggris juga mengintervensi dalam soal-soal keagamaan. Dampak dari revolusi ini justru merugikan Umat Islam yang dianggap sebagai pemicunya. Pemerintah Inggris mulai merangkul orang Hindu dan mengucilkan orang Islam. Keadaan ini menjadikan posisi umat Islam lemah karena dari segi kuantitas tergolong minoritas. Sejak jatuhnya Mughal dan kekalahan dalam pemberontakan Mutiny tahun 1857, umat Islam India sadar bahwa kedudukannya terancam karena minoritas. Pencarian masa depan yang cerah bagi Umat Islam merupakan usaha untuk menemukan kepribadian, ideologi yang mengesahkan suatu tatanan sosial baru berdasarkan cita-cita dan nilai-nilai Islam. Gerakan Islam memiliki akar sejarah dalam fundamentalis pra-modern, seperti gerakan Syah Waliyullah dari Delhi, dan Sayyid Ahmad Syahid dari Bareilly. Pada abad 19 dan 20 dilanjutkan oleh nasionalis modernis seperti Sir Sayyid Ahmad Khan, Syed Amir Ali dan Muhammad Iqbal. Dukungan lain bersal dari gerakan kebangkitan agama seperti Jamaah Tabligh dari Maulana Muhammad Ilyas, Gerakan Sufi Reformasi Maulana Asyraf Ali Thanavi, Jamaat-iGerakan Khilafat Maulana Muhammad Ali Jauhar, dan gerakan Khaksar dari Allamah Inayatullah Ali Masyriqi. Gerakan-gerakan inilah yang menjadi penggerak utama bagi terwujudnya pembaruan di kalangan Umat Islam India. (Dudung Abdurrahman. 2002: 189-192) Ahmadiyah sebagai gerakan keagamaan juga merupakan salah satu dari gerakan pembaruan dalam Islam. Ahmadiyah lahir di India pada akhir abad ke 19 di tengah suasana kemunduran Umat Islam India sebagai protes atas infiltrasi budaya. Serangan gencar kaum missionaries Kristen yang memperoleh pengikutpengikut baru, berdirinya Universitas Aligarh yang membawa paham rasionalis dan westernisasi merupakan tantangan terhadap eksistensi Islam di India. Sejarah berdirinya Ahmadiyah tidak terlepas dari Mirza Ghulam Ahmad sebagai pendiri gerakan ini. Sebagaimana pemikir Islam lainnya. Mirza Ghulam Ahmad berusaha memperbaiki keadaan umat Islam India melalui pola pikir dan pola sikap dalam memahami Islam yang disesuaikan dengan perubahan zaman.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
Ahmadiyah sebagai gerakan Islam yang berpusat di India, menekankan aspekaspek spiritual Islam, yakni gerakan yang bersifat mahdiistik karena
adanya
keyakinan terhadap al Mahdi. Mirza Ghulam Ahmad yang mengaku telah diangkat Tuhan sebagai al Mahdi dan al Masih merasa mempunyai tanggung jawab moral untuk memajukan Islam dengan memberikan Interpretasi baru terhadap ayat-ayat Alkepadanya. Ciri lain dari gerakan Ahmadiyah adalah berorientasi pada pembaruan pemikiran yang bercorak liberal. Hal ini dapat dilihat pada kenyataan bahwa pemikiran-pemikiran keagamaan Ahmadiyah lebih bercorak rasional, terutama dalam kajiannya mengenai masalah akidah, seperti kajian persoalan kenabian, wahyu, penjelmaan al-Masih ibn Maryam, dan kemahdian Ahmadiyah. Tokoh ini berkeyakinan bahwa satu-satunya cara mempersatukan umat beragama dan menjauhkannya dari sikap permusuhan hanyalah dengan membawa umat beragama ke dalam Islam sambil menunjukkan bukti-bukti kekeliruannya. Corak pemikiran Mirza Ghulam Ahmad yang liberal dan khas ini merupakan refleksi dari sikapnya membela Islam dari serangan pemeluk Hindu, misionaris Kristen dan peradaban Barat yang semakin merusak masyarakat muslim. Pada awalnya gerakan ini mendapatkan simpati dan dukungan dari para ulama dan umat Islam kebanyakan, tetapi semenjak pendirinya yaitu, Mirza Ghulam Ahmad menyatakan dirinya sebagai al Masih, al Mahdi dan seorang Nabi, rasa simpati dan dukungan itu berubah menjadi tentangan. Pembaruan Ahmadiyah ini telah menyentuh keyakinan umat Islam yang sangat sensitif, yaitu masih adanya nabi dan wahyu yang diturunk sesudah kerasulan Muhammad SAW. Inilah yang menyebabkan timbulnya reaksi keras dan permusuhan umat Islam terhadap Ahmadiyah. (Iskandar Zulkarnain, 2005: 76-77) Berdasarkan latar belakang di atas maka dianggap perlu adanya suatu karya ilmiah untuk mengenang gerakan Ahmadiyah yang dianggap sebagai sebuah gerakan yang mempunyai pengaruh terhadap kebangkitan Islam di India
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
khususnya dan dunia Islam pada umumnya, dengan sebuah judul GERAKAN AHMADIYAH DAN KEBANGKITAN ISLAM DI INDIA (1889-1947)
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, kami merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah latar belakang kebangkitan Islam di India? 2. Bagaimanakah proses berdiri dan perkembangan Ahmadiyah? 3. Bagaimanakah peran Gerakan Ahmadiyah dalam kebangkitan Islam di India? 4. Bagaimanakah sikap Muslim terhadap Gerakan Ahmadiyah?
C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah ingin mengetahui : 1. Latar belakang kebangkitan Islam di India 2. Proses berdiri dan perkembangan Ahmadiyah 3. Peran Gerakan Ahmadiyah dalam kebangkitan Islam di India 4. Sikap Muslim terhadap Gerakan Ahmadiyah
D. Manfaat Penelitian Dalam penelitian harus dapat diketahui kegunaan dari setiap kegiatan ilmiah, adapun kegunaan penelitian ini adalah dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. Manfaat Teoritis Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat: a. Menambah pengetahuan sejarah, khususnya yang berkaitan dengan Gerakan Ahmadiyah b. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya tentang Kebangkitan Islam di India
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
2. Manfaat praktis Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat: a. Bagi peneliti sebagai salah satu syarat meraih gelar sarjana kependidikan program pendidikan sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. b. Sebagai bahan referensi bagi pemecahan masalah yang relevan dengan masalah ini. c. Sebagai salah satu karya ilmiah yang diharapkan dapat melengkapi koleksi penelitian ilmiah di perpustakaan khususnya di lingkungan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Kebangkitan Islam Kata kebangkitan berasal dari bahasa Inggris beberapa pengertian, yang pertama
mengandung
mengandung arti bahwa Islam
menjadi penting kembali, yaitu memperoleh kembali prestise dan kehormatan dirinya. Yang kedua berkaitan dengan masa lalu, masa kejayaan Islam yaitu masa hidup Nabi Muhammad dan para pengikutnya. (Chandra Muzzafar, 1988: 7) Istilah kebangkitan Islam dipergunakan untuk semua gerakan yang bertujuan memperbaharui cara berfikir dan cara hidup umat Islam. Ibn Taimiyah (1263-
Muhyi atsaris yakni membangkitkan kembali ajaran-ajaran lama, ajaran Rasulullah dan
para sahabatnya dengan berpedoman pada Al Quran dan Hadis. (Lothrop Stoddard, 1966: 297) Menurut Fazlur Rahman (1985: 22) Semua gerakan kebangkitan Islam memperlihatkan ciri-ciri umum berikut: i) suatu reaksi terhadap kemerosotan sosial moral masyarakat
muslim, ii) suatu gerakan untuk kembali ke Islam
orisinal menanggalkan tahyul-tahyul yang ditanamkan dalam bentuk-bentuk sufisme populer, meninggalkan gagasan tentang kemapanan dan finalitas mazhabmazhab hukum tradisional, dan berusaha melaksanakan ijtihad, iii) suatu anjuran untuk melaksanakan pembaharuan ini melalui kekuatan bersenjata (jihad) bila perlu. Kebangkitan Islam dapat menunjukkan suatu gejala yang pernah terjadi pada masa yang lalu, hingga kebangkitan agama Islam pada masa kini juga menunjukkan gejala-gejala atau unsur-unsur dalam kebangkitan Islam di masa lampau. Kejayaan Islam di masa lampau telah menjadi pijakan atau menjadi tolak ukur yang baik bagi kebangkitan umat Islam di masa kini, yaitu kebangkitan yang
commit to user 8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
pernah dialami oleh Nabi Muhammad bersama para sahabatnya, sehingga peristiwa itu menjadi sangat berpengaruh terhadap proses berpikir pelaku-pelaku kebangkitan Islam dewasa ini. Menurut kalender Islam, dunia saat ini telah memasuki abad ke 15. dalam pandangan-pandangan beberapa sejarawan serta ahli tasawuf, pada 7 abad pertama merupakan masa pertumbuhan peradaban Islam secara sempurna, 7 abad berikutnya merupakan masa kemerosotan umat Islam. Maka pada abad ke 15 ini diharapkan Islam akan mencapai puncak kejayaan lagi. (Chandra Muzaffar, 1988: 32). Gejala kebangkitan dewasa ini bukanlah merupakan gejala yang terjadi secara tiba-tiba, tetapi ada keterkaitan dengan peristiwa-peristiwa yang sebelumnya. Gejala kebangkitan Islam sebenarnya sudah dimulai sejak 200 tahun yang lalu dengan munculnya gerakan Wahabi di daerah Nedjed Arab Saudi. Gerakan Wahabi dipelopori oleh Muhammad Abdul Wahab.
(Lotroph
Stodard,1960: 33-34) Gerakan Wahabi bertujuan semata-mata untuk memperbaiki kepincangan-
Islam sejati. Tauhid Islam diajarkan dalam serba kesederhanaan tanpa kompromi, -satunya pedoman bagi segala laku perbuatan manusia. Wahabisme menolak semua upaya untuk menafsirkan hukum Allah secara historis dan kontekstual dengan kemungkinan adanya penafsiran ulang ketika kondisi berubah. Dengan kata lain Wahabisme menolak Ijtihad. Penyerdehanaan doktrin ini dibarengi dengan pelaksanaan yang keras sekali sehingga dianggap berpandangan picik dan sangat tidak toleran terhadap semua kepercayaan yang bertentangan dengan kepercayaannya. (Hanafi, 1995: 150). Pada dasarnya Aliran Wahabi merupakan kelanjutan dari aliran salaf yang telah ditetapkan Ibn Taimiyah. Menurut Ibn Taimiyah metode aliran salaf hanya percaya kepada aqidah-aqidah dan dalil-dalil Nya yang ditujukan oleh nash karena nash merupakan wahyu Tuhan pada Nabi. Gerakan salaf bertujuan utama mengembalian a
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
khurafat yang disisipkan kepadanya, agar semua mahzab dipersatukan kembali kepada kelompoknya yang asli yakni kitabullah dan sunah, berpegang teguh pemakaian ijtihad dan menolak taqlid. Ketetapan hukum Islam dijalankan dengan ijtihad-ijtihad baru dengan demikian segarlah terus pemikiran Islam sesuai perkembangan jaman (Hanafi, 1995: 140) Gerakan Salafi (purifikasi) mendapat inspirasi dari pengaruh gerakan
hadis atau kembali ke kemurnian ajaran Islam. Purifikasi sendiri berarti kembali kepada semangat islam yang murni dan membebaskan umat Islam dari tahyul, bidah, churafat, dan syirik. Gerakan purifikasi berarti rasionalisasi yaitu menghapus budaya-budaya lama untuk diganti budaya baru atau mengganti tradisi lama dengan etos baru. Purifikasi sendiri menitik beratkan pada pemurnian akidah Islam. (Faisal Ismail, 2001: 170) Pembaharuan atau Modernisasi adalah memurnikan Islam dari unsur-unsur jahiliyah, lalu sesudah itu berusah memelihara kelangsungan ajarannya yang murni (Abul Ala Maududi, 1984: 42). Pembaruan menginginkan terjadinya aktualisasi Islam pada berbagai aspek kehidupan sosial kultural. Gerakan pembaruan islam menolak taqlidisme. Faham kepengikutan terhadap mahzab tanpa kritis. Kaum modernis membangkitkan semangat berfikir di kalangan umat agar terlepas dari belenggu kebekuan dan kejumudan berfikir. Modernisasi gerakan pembaruan pemikiran untuk mencari pemecahan atas berbagai persoalan yang dihadapi dengan merujuk al quran dan sunnah sebagai landasan yang sekaligus juga memberi pengarahan kearah pemikiran yang harus dikembangkan. Praktek sinkretisme, mistisme, dan kolonialisme menjadi latar belakang kemunculan gerakan pembaruan yang bercorak puritanisme dengan ijtihadiyah. (Amin Abdullah, 2000: 47) Munculnya gerakan Wahabi inilah yang merupakan pemicu semangat umat Islam di seluruh dunia untuk kembali bangkit menegakkan ajaran Islam. Gerakan Wahabi pada abad 18 sangat berpengaruh terhadap proses kebangkitan Islam pada masa sesudahnya. Gerakan Wahabi pengaruhnya dapat tersebar cepat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
ke berbagai negara, hal ini karena pusat gerakan Wahabi di kota Nedjed terletak pada posisi yang strategis dan sering didatangi manusia dari berbagai negara yang sedang menjalankan ibadah Haji ke tanah suci Mekkah. Dari orang-orang yang sedang menjalankan ibadah Haji tersebut pengaruh gerakan Wahabi dibawa pulang dan dikembangkan di negaranya masing-masing, maka jadilah orangorang yang membawa ajaran Wahabi tersebut sebagai reformer murni. (Lothroph Stoddard, 1966: 30-31) Pengaruh Ajaran Wahabi tersebar ke berbagai dunia Islam dengan bentuk modernisasi yaitu purifikasi dengan mempergunakan Ijtihad. Pengaruhnya tersebar antara lain di negara India bagian utara yang dibawa oleh Said Ahmad
Said Muhammad Sanusi. Kemudian muncul pula Jamaludin al Afghani seorang reformer yang ajarannya diteruskan oleh Muhammad Abduh, seorang pembawa perbaikan di Universitas Al Azhar. Di Asia Tenggara pada awal abad 20 muncul intelektual Islam seperti Daud Patani, Tok Kenai, Syekh Al Hadi, dan lainlainnya. (Chandra Muzaffar, 1988: 9) Para intelektual ini beranggapan bahwa masyarakat harus ditata atas dasar Quran dan sunnah. Ini berarti bahwa nilai, prinsip, dan peraturan yang terkandung dalam Al Quran dan Sunnah harus dipegang dalam lingkup politik, ekonomi, kebudayaan, pendidikan, hukum, dan administrasi. Hal fundamental bagi keyakinan ini adalah pengakuan eksplisit bahwa Quran dan Sunnah memberikan suatu cara hidup yang kesucian dan kemurniannya tidak boleh dinodai oleh interpretasi-interpretasi baru yang dipengaruhi waktu dan lingkungan. Ide-ide dan kelembagaan baru dapat diterima sepanjang prinsip utama tersebut tidak diganggu gugat dengan cara apapun. (Chandra Muzaffar, 1988: 14) Pemikiran para intelektual ini, menumbuhan kesadaran terhadap umat Islam untuk kembali ke ajaran Islam dan kesadaran untuk mengamalkan Islam secara kaffah atau menyeluruh dalam segala aspek kehidupan, dan menjadikan agama Islam sebagai satu-satunya pedoman hidup. Dengan kenyataan-kenyataan yang telah terjadi di berbagai belahan bumi tentang fenomena kebangkitan Islam, maka tidak dapat disangkal lagi bahwa adanya proses kebangkitan Islam memang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
akan terjadi dan tak ada satu kekuatan apapun yang akan sanggup membendung arus kebangkitan Islam yang terjadi di seluruh belahan bumi. Sejarah mengajarkan, bahwa jika ada kemauan yang sungguh-sungguh untuk suatu proses perbaikan diri, maka perbaikan itu akan datang juga. Satu hal yang sudah pasti terjadi, bahwa semangat untuk perbaikan yang secara sungguhsungguh dan ikhlas tersebut yang dilakukan dalam berbagai manifestasi, kini sudah terjadi perubahan yang nyata dalam dunia Islam seluruhnya, dunia Islam sekarang ini sudah berbeda dengan dunia Islam satu abad lalu ( L Stoddard, 1966: 44-45) Pada saat ini perlu disadari oleh umat Islam, bahwa kebangkitan Islam pada hari ini hanya merupakan suatu bagian dari mata rantai kebangkitan Islam. Untuk mengetahui atau memahami kebagkitan Islam sebenarnya, tidak bisa dengan cara melihat adanya Islam di hari ini atau bagaimana Islam yang akan datang. Namun sebaliknya untuk mengetahui kebangkitan Islam yang sebenarnya adalah dengan melihat bagaimana kebangkitan Islam 15 abad yang lalu sebagai tolok ukurnya. Dari berbagai gerakan Islam yang muncul dari abad 19 hingga kini terdapat berbagai macam corak gerakan. Ada gerakan yang menekankan pada aspek Islam tertentu atau menekankan kehidupan duniawi dari individu-individu
gerakan puritanis dan fundamentalis Islam. Dalam tataran politis ada gerakan negara Islam dan ada pula gerakan pembebasan seperti gerakan rakyat Afghanistan, Aljazair, dan Khasmir. Semua dipandang sebagai gerakan yang muncul karena dipengaruhi Islam dan merupakan bagian-bagian dari seluruh gerakan yang berkesinambungan. Dalam kaitannya dengan gerakan-gerakan Islam di India, gerakan Ahmadiyah dimasukkan dalam gerakan teologi dan intelektual. Sebagai gerakan dakwah, gerakan Ahmadiyah menitikberatkan gerakannya pada aspek spiritual Islam, yang bersifat mahdiistis, yaitu suatu keyakinan bahwa al-Mahdi dipandang sebagai juru damai yang mempunyi tugas menyatukan seluruh umat Islam seperti zaman Nabi Muhammad, dan menciptakan perdamaian dunia. Di samping itu,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
gerakan Ahmadiyah juga menempatkan diri sebagi gerakan pembaruan mengembalikan umat Islam pada pangkal kebenaran Islam, berdasarkan Al Quran, hadist, dan menyebarkannya menurut ajaran Mirza Ghulam Ahmad berdasarkan wahyu yang diterimanya. Ahmadiyah berkeyakinan bahwa satusatunya jalan untuk mempersatukan umat beragama adalah dengan menjauhkan sikap bermusuhan diantara mereka dengan jalan membawa mereka ke dalam Islam.
2. Paham Ahmadiyah Nama Ahmadiyah berasal dari nama sifat Rasulullah saw, Ahmad (yang terpuji), yakni yang menggambarkan suatu keindahan/kelembutan, yang diambil dari surat ash shaf ayat 6 yang berbunyi sebagai berikut : Dan (ingatlah) ketika Isa Putra Maryam berkata: "Hai Bani Israel, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)" Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata" (Q.S ash shaf:6) Sebagai sebuah ajaran keagamaan, Ahmadiyah tidaklah sama dengan ajaran keagamaan yang lain. Hal ini dapat dilihat dari kajiannya mengenai masalah akidah, seperti masalah kenabian, wahyu, penjelmaan al-Masih ibn Maryam, kemahdian dan jihad. (Iskandar Zulkarnain, 2005: 76-77) Terdapat dua kelompok Ahmadiyah yaitu, Ahmadiyah Qadian, dan Ahmadiyah Lahore. Perbedaan di antara keduanya hanyalah tentang masalah kenabian dan khilafat. Mengenai masalah kenabian, Ahmadiyah Qadian meyakini bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah seorang mujaddid (pembaharu) dan seorang nabi. Hal ini seperti yang diutarakan oleh Mirza Tahir Ahmad Khalifatul Masih IV Dengan bersaksi kepada Zat Yang menguasai nyawa kami serta Yang berkuasa atas segala sesuatu bahwa kami menganggap Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad Qadiani a.s sedikitpun tidak lebih atau kurang dibandingkan kedudukan yang telah diberikan Hadhrat Muhammad Rasulullah saw. Kepada hadis, umat yang telah dijanjikan kedatangannya adalah, Mahdi dan Masih. Perbedaan dalam masalah ini antara kami
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
dengan saudara-saudara yang lain adalah, bahwa Mahdi masih dinantinantikan oleh mereka, menurut pandangan kami Mahdi dan Masih itu telah datang. (Mirza Tahir Ahmad Khalifatul Masih IV 1984: 183) Ahmadiyah Lahore, beranggapan Mirza Ghulam Ahmad bukan sebagai nabi, melainkan hanya sekedar mujaddid dari ajaran Islam. Di dalam masalah khilafat Ahmadiyah Qadian menyakini setelah Khulafaur Rasyidin masih akan tetap muncul khalifah yakni khalifah (rohani), khalifah yang muncul setelah meninggalnya Mirza Ghulam Ahmad disebut sebagai Khalifatul Masih. Aliran Ahmadiyah Lahore berpandangan bahwa setelah Khulafaur Rasidin tidak ada lagi Khalifah baru, yang ada hanyalah Mujjadid a. Sejarah singkat berdirinya Ahmadiyah Gerakan Ahmadiyah lahir akhir abad 19 M ditengah kemunduran kondisi umat Islam di India pasca Revolusi 1857 dan serangan kelompok Hindu dan Kristen terhadap Islam. Masa itu muncul sebuah gerakan baru mulai bangkit di kalangan Hindu yang dikenal dengan nama gerakan Arya Samaj. Gerakan Arya Samaj memaparkan prinsip-prinsip weda dan menolak ajaran-ajaran baik Islam Kristen maupun Sikh. Tahun 1880 Mirza Ghulam Ahmad mulai menulis buku Barahin Ahmadiyah sebanyak 4 jilid selama 4 tahun. Barahin Ahmadiyah merupakan respon yang pertama dari kalangan Islam terhadap polemik yang dilontarkan Arya Samaj. Dalam karyanya ini ia mengemukakan pandangan tentang ajaran Islam dan melontarkan keberatannya terhadap ajaran-ajaran Arya Samaj, Brahma Samaj, maupun Kristen. Ketika sedang menyusun buku Barahin Ahmadiyah pada tahun 1880 Mirza Ghulam Ahmad menginformasikan bahwa dirinya menerima ilham dari Tuhan yang menugasi ia sebagai mujadid abad keempat belas Hijriah dan ditunjuk untuk membela perkara-perkara Islam. (Sayid Ali Nadwi, 2005: 3132) Tahun 1889 Mirza Ghulam Ahmad membentuk jamaah. Jamaah itu diberi nama Ahmadiyah. Tahun 1891 Mirza memproklamasikan dirinya adalah al Masih
penyebaran Islam ke wilayah Eropa dan dunia Barat lainnya. Mirza juga mencoba menyebarkan ajaran Islam di kalangan Hindu dengan mengemukakan klaim selain
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
sebagai al Mahdi dan al Masih dirinya adalah manifestasi Krishna. Pada bulan Desember 1905 Mirza menganjurkan pembentukan anjuman (masyarakat) yang kemudian dinamakan Sadr Anjuman Ahmadiyah. Anjuman ini diberikan kekuasaan penuh untuk mengurusi perkara-perkara yang berkaitan dengan gerakan Ahmadiyah dan akan menjadi penganti Mirza sepeninggalnya. Mirza Ghulam Ahmad meninggal tanggal 26 Mei 1908. Penggantinya adalah Maulana Nuruddin. (Iskandar Zulkarnaen, 2005: 64-67) Kematian Nurudin membuat Ahmadiyah terpecah menjadi dua aliran. Aliran pertama adalah Ahmadiyah Qadian di bawah pimpinan Mirza Basirudin Mahmud Ahmad yang mengangkat diri menjadi Khalifah al Masih II. Aliran kedua adalah Ahmadiyah Lahore di bawah pimpinan Maulana Muhamad Ali. Penyebab timbulnya perpecahan adalah: Pertama. Soal keyakinan bahwa Mirza adalah Nabi, Qadian meyakini Mirza adalah Nabi sedangkan Lahore percaya Mirza Ghulam Ahmad adalah Mujaddid bukan Nabi. Kedua. Soal penafsiran terhadap nama Ahmad dalam Alquran ash sahf:6 menurut Qadian penafsiran itu menunjuk kepada Mirza Ghulam Ahmad sedangkan kelompok Lahore meyakini penafsiran itu menunjuk Nabi Muhammad. Ketiga. status orang muslim yang tidak meyakini ajaran Mirza termasuk statusnya sebagai Nabi menurut Qadian orang tersebut kafir dan berada diluar Islam. Sedangkan menurut Lahore orang yang
tidak
percaya
bukan
kafir
dan
masih
Islam.
(http//studiislam.
wordpress.com/ 2007/09/ 22/) b. Beberapa Pokok Ajaran Ahmadiyah 1) Masalah Al- Mahdi Doktrin al Mahdi dan al Masih di kalangan Qadian maupun Lahore, tidak ada perbedaan. Menurut Ahmadiyah doktrin tentang al Mahdi tidak dapat dipisahkan dari masalah kedatangan Isa al Masih di akhir jaman. Hal itu karena al Mahdi dan al Masih adalah satu tokoh, satu pribadi yang kedatangannya telah dijanjikan Tuhan. Al Mahdi ditugaskan Tuhan untuk membunuh Dajjal dan mematahkan kayu salib, yakni mematahkan argumen-argumen agama Nasrani dengan dalil-dalil atau bukti-bukti yang meyakinkan serta menunjukkan kepada para pemeluknya tentang kebenaran Islam. Selain itu, ia ditugaskan menegakkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
kembali Syariat Nabi Muhammad, sesudah umatnya mengalami kemerosotan dalam kehidupan beragama. (Iskandar Zulkarnain, 2005: 84) Dalam pandangan Ahmadiyah, al Masih yang dijanjikan kedatangannya bukanlah pribadi Nabi Isa a.s. yang diutus kepada Bani Israil, melainkan salah seorang umat Muhammad yang mempunyai persamaan dengan Isa al Masih. Dengan demikian tokoh itu pulalah yang disebut al Mahdi. Jadi al Mahdi dan al Masih itu satu pribadi. Ahmadiyah berpendapat bahwa al Masih yang dijanjikan akan datang di akhir jaman bukanlah Nabi Isa yang telah meninggal, melainkan seorang muslim yang mempunyai perangai atau sifat-sifat seperti Nabi Isa. Pengakuan sebagai al Masih itu diumumkan pada 1891 M. pengakuan tersebut didasarkan wahyu berbahasa Urdu yang ia terima pada tahun 1890 M. Wahyu yang diturunan Allah kepada Mirza Ghulam Ahmad tersebut dengan sendirinya juga menjadi dasar bagi kepercayaan kalangan Ahmadiyah Lahore maupun Qadian. (Ihsan Ilahi Zhohir, 2005 : 194) 2) Masalah Kenabian Terkait masalah Kenabian, di kalangan Ahmadiyah terdapat perbedaan antara Ahmadiyah Qadian dan Lahore. Menurut paham Ahmadiyah Qadian, hanya nabi yang membawa syariat saja yang telah berakhir karena lembaga kenabian telah ditutup, sedangkan nabi-nabi yang tidak membawa syariat akan terus berlangsung. Ahmadiyah Qadian menyatakan bahwa Nabi Zhili Ghair at (hamba tuhan yang mendapat anugrah dari Allah menjadi nabi sematamata karena hasil kepatuhan kepada nabi sebelumnya dan juga karena mengikuti syariatnya) hanya muncul dari seorang ummat, yakni seorang pengikut Nabi Muhammad saw, yang bernama Mirza Ghulam Ahmad..(Ihsan Ilahi Zhohir, 2005 108) Adapun Ahmadiyah Lahore, memandang bahwa Mirza Ghulam Ahmad bukanlah nabi, melainkan seorang Mujaddid (pembaharu agama) abad ke 14 H. Ia mempunyai persaman dengan nabi dalam hal ia menerima wahyu atau berita samawi. Oleh karena itu, dalam akidah secara jelas mereka menyatakan bahwa percaya kepada Mirza Ghulam Ahmad sebagai al Mahdi dan Al Masih bukanlah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
termasuk rukun iman maka orang yang mengingkarinya tidak dapat dikatakan kafir (Dede Nasrudin, 2008: 84) 3). Masalah Wahyu Wahyu
menurut Ahmadiyah Lahore dan Qadian, tidak hanya dapat
diterima oleh para Nabi dan Rasul saja. Para Wali dan Mujadid juga dapat menerima wahyu yang tidak berbeda dengan apa yang diterima oleh para Nabi dan Rasul. Lebih dari pada itu, orang awampun dapat menerima wahyu yang tidak berbeda dengan wahyu para Nabi, bilamana mendapatkan kecintaan dari Allah. Wahyu menurut Ahmadiyah tetap berlangsung seperti halnya dengan kenabian. Wahyu adalah manifestasi dari sifat rahman dan rahim Allah. Oleh karena itu anggapan bahwa kasih sayang Allah yang berupa wahyu itu terbatas untuk zaman dahulu saja dan tidak akan berlangsung terus, samalah halnya seperti mempercayai bahwa Allah telah kehilangan hidup dan hanya seperti barang mati. (Hamka Haq Al Badry, 1981: 57) 4). Masalah Jihad Dalam doktrin tentang Jihad, tidak ada perbedaan antara Ahmadiyah Qadian dan Lahore. Jihad menurut Ahmadiyah Qadian dan Lahore adalah hal berusaha sekeras-kerasnya menolak musuh atau untuk melawan barang sesuatu yang tercela. Jihad yang terbesar dalam Islam adalah tidaklah dengan pedang. Melainkan dengan al Quran, yaitu kegiatan menyiarkan agama Islam kepada sekalian bangsa, bahwa orang-orang Islam harus satu golongan untuk mengundang orang-orang untuk masuk agama Islam. Perang diizinkan hanyalah sebagai tindakan membela diri terhadap mereka yang mengangkat senjata terhadap Islam. (Maulana Muhammad Ali, 1953: 17) Ahmadiyah melalui Maulana Muhammad Ali membagi Jihad menjadi tiga macam, yakni jihad akbar, jihad kabir dan jihad ashghar. 1) jihad akbar (jihad terbesar), yaitu jihad melawan setan dan hawa nafsu yang setiap saat menggoda dan menyesatkan manusia dari jalan benar. 2) jihad kabir ( jihad besar). Yaitu, menyebarluaskan ajaran al Quran kepada kaum kafir dan musyrik. 3) jihad ashghar (jihad kecil), yakni jihad yang paling rendah nilainya dan tingkatannya dalam bidang agama, yaitu jihad dengan senjata untuk mempertahankan agama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
Dari ketiga macam jihad tersebut, jihad kabir dan jihad akbar yang dilancarkan gerakan Ahmadiyah untuk membela dan menyiarkan Islam ke seluruh dunia. Untuk masa kini Ahmadiyah berpandangan bahwa jihad lebih tepat dilakukan dengan pena atau dengan lisan. (Iskandar Zulkarnain, 2005: 126-128) 5). Masalah Khilafat Dalam masalah khilafat, Ahmadiyah Qadian dan Lahore terdapat perbedaan pendapat. Menurut Ahmadiyah Qadian, khilafat itu akan berlangsung terus menerus sampai waktu yang tak terbatas, karena khilafat itu merupakan aspek yang sangat asasi dalam agama Islam. Islam tidak akan maju dan berkembang hanya jika khilafat itu berlangsung secara berkesinambungan. Menurut Ahmadiyah khalifah-khalifah itu dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendapat bimbingan wahyu dari Allah, sehingga merekapun menerima wahyu dan ilham dari Tuhan sebagaimana para nabi dan rasul terdahulu. Pada hakekatnya, khalifah itu menjalankan tugasnya bukanlah atas nama diri sendiri, tetapi atas nama nabi dan rasul yang diteruskan ajarannya. (Hamka Haq Al Badry, 181: 97-100) Ahmadiyah Lahore berpendapat, setelah Mirza Ghulam Ahmad maka tidak akan ada lagi khalifah di kalangan Ahmadiyah. Dasar yang Ahmadiyah Lahore gunakan adalah al Quran surat an-Nur (24) : 55 dan wasiat Mirza Ghulam Ahmad sendiri. Dalam wasiatnya, Mirza Ghulam Ahmad sama sekali tidak menyebutkan tentang khilafat sepeninggal dirinya, yang ada adalah para Mujjadid yang muncul setiap satu abad termasuk setelah Mirza Ghulam Ahmad. Pandangan Ahmadiyah Lahore mengenai tidak adanya Khalifah setelah Khulafaur Rasyidin tersebut merupakan salah satu penyebab yang menimbulkan perpecahan di kalangan Ahmadiyah (Iskandar Zulkarnaen, 2005 : 123) Pemahaman Ahmadiyah dan konsep pembaruannya yang tidak sama dengan pemahaman umum kaum muslim menimbulkan perdebatan dan mendapatkan tentangan dari mayoritas umat Islam terutama dari kalangan ulama dan juga gerakan kebangkitan Islam yang lain. Tentangan itu muncul karena Ahmadiyah dianggap menyebarkan doktrin teologi yang berlawanan dengan doktrin teologi kaum sunni, khususnya masalah kenabian, yakni tentang masih
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
adanya nabi setelah Muhammad. Padahal masalah kenabian merupakan hal prinsip dalam ajaran Islam. Disamping masalah kenabian terma-terma keagamaan lain, seperti pengakuan Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi dan menerima wahyu, sebagai Imam Mahdi, dan penjelmaan dari Al Masih ibn Maryam, juga mengundang reaksi yang keras dari ummat Islam. Pandangan Ahmadiyah mengenai Jihad juga menimbulkan kontroversi lain. Ahmadiyah tetap setia dan loyal kepada pemerintah, meskipun pemerintah yang berkuasa adalah pemerintah kolonial (penjajah), asal pemerintah tersebut tidak menganggu dakwahnya. Dengan kata lain pembaruan Ahmadiyah bertentangan arus dengan sebagian besar umat Islam.
3. Politik Islam a. Pengertian Politik Islam Islam adalah agama yang sempurna sangat lengkap, sebagai suatu sistem kehidupan yang tidak saja meliputi tuntunan moral dan peribadatan, tetapi juga sistem politik termasuk bentuk dan ciri-cirinya, sistem masyarakat, ekonomi dan sebagainya. Oleh karena itu dalam bernegara umat Islam sebaiknya kembali kepada sistem kenegaraan Islam. Sistem ketatanegaraan atau politik Islami yang harus diteladani adalah sistem yang telah dilaksanakan oleh Nabi dan Khulafaur Rasyidin. (Sayuti Pulungan, 2002: 1) Azyumardi Azra (1996: 2) menyatakan, Islam adalah sebuah sistem kepercayaan dimana agama mempunyai hubungan erat dengan politik, dengan demikian dalam realitasnya komunitas Islam bersifat spiritual dan temporal. Pada dasarnya dalam Islam tidak terdapat pemisahan antara agama dan politik, Menurut Bernard Lewis (1994: 3). Pertumbuhan bahasa politik Islam berkaitan erat dengan pertumbuhan Islam sendiri, bahwa Islam adalah din wa siyasah (agama dan politik) dalam Islam tidak terdapat pemisahan antara agama dan politik. Bahasa politik integral dalam bahasa agama Menurut Hamka (1982: 30I) Islam tidaklah mengenal sama sekali apa yang disebut perpisahan agama dan negara.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
Menurut Ahmad Djazuli (2003:123) ajaran Islam bukan semata-mata agama belaka, tetapi juga mengatur masalah-masalah negara. Menurut Hrair Dekmejian yang dikutip oleh Imdadun Rahmat (2005: 14) Islam merupakan sistem kehidupan yang total, yang secara universal dapat diterapkan pada semua keadaan, tempat, dan waktu. Pemisahan antara agama (din) dan negara (dawlah) tidak dikenal dalam Islam. Hukum sya
dalam dan
negara
menegakkannya. Dari penelusuran melalui (http://media.isnet.org/islam/etc/teoripolitik/ html) Beberapa orientalis berpendapat sebagai berikut : 1) Menurut V. Fitzgerald. Islam bukanlah semata agama (a relegion), namun ia juga merupakan sebuah sistem politik (a political system). Meskipun pada dekade-dekade terakhir ada beberapa kalangan dari umat Islam yang mengklaim diri mereka sebagai kalangan modernis, yang berusaha memisahkan kedua sisi itu, namun seluruh gugusan pemikiran Islam dibangun diatas fundamental bahwa kedua sisi itu saling bergandengan dengan selaras, yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. 2) C.A. Nallina, mengatakan Muhammad telah membangun dalam waktu bersamaan agama (a religion) dan negara (a state). Dan batas-batas teritorial negara yang ia bangun itu terus terjaga sepanjang hayatnya. 3) Menurut Schacht, Islam lebih dari sekedar agama, ia juga mencerminkan teori-teori perundang-undangan dan politik. Dalam ungkapan yang lebih sederhana ia merupakan sistem peradaban yang lengkap, yang mencakup agama dan negara secara bersamaan. 4) Menurut R. Strothmann, Islam adalah suatu fenomena agama dan politik. Karena pembangunnya adalah seorang Nabi, yang juga seorang politikus yang bijaksana atau negarawan. 5) D.B Mcdonald, mengatakan di sini (Madinah) dibangun negara Islam yang pertama, dan diletakkan prinsip-prinsip utama undang-undang Islam. 6) Sir. T. Arnold Menyatakan, adalah Nabi, pada waktu yang sama, seorang kepala agama dan kepala negara.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
7) Menurut Gibb, Islam bukanlah sekedar kepercayaan agama individual, namun Islam meniscayakan berdirinya suatu bangun masyarakat yang independen.
Islam
mempunyai
metode
terendiri
dalam
sistem
kepemerintahan, perundang-undangan dan institusi. Al Ghazali yang dikutip Sayuti Pulungan (2002: 238) merumuskan teori hubungan antara agama dan politik yang sangat dekat dan saling bergantung. Agama adalah dasar dan sultan (kekuasaan politik) adalah penjaganya. Sesuatu yang tanpa dasar akan runtuh dan suatu tanpa penjaga akan hilang. Pengangkatan Imam atau penguasa, wajib menurut hukum agama dan tidak ada alasan untuk meninggalkannya. Dengan demikian ikatan antara agama dan dunia atau antara agama dan politik secara integral akan menciptakan wibawa kedaulatan negara di tangan kepala negara yang ditaati, dan memiliki wibawa untuk melindungi kemaslahatan rakyat. Menurut pandangan kelompok Ikhwanul Muslimin, Islam adalah agama dan negara (din wa dawlah) sekaligus. Islam memiliki konsep sosial politik tersendiri
yang
harus
ditegakkan
oleh
umat
Islam.
Selain
wilayah
kemasyarakatan, negara juga harus diislamkan. Untuk itu, segala pemikiran ideologi nilai-nilai dan tindakan kolektif harus bersumber dari Islam. Dengan sistem kenegaraan. Ia harus menempatkan Islam sebagai sumber satu-satunya. Syariat Islam harus mengatur perilaku politik, sistem dan aturan perundangundangan. Dengan demikian syiar Islam akan menjadi luas dan negara akan menjadi kuat serta mampu menjamin kehidupan ideal bagi warga negara (Imdadun Rahmat 2005: 37) Abul Ala Maududi (1960: 21) mengatakan dasar dari sistem politik Islam adalah keyakinan atas keesaan dan kekuasaan Allah. Tidak seorangpun berhak membuat hukum-hukum menurut kekuasaannya sendiri dan tidak seorangpun diwajibkan kepada hukum-hukum tersebut. Kekuasaan kekuasaan ini hanyalah kepunyaan Allah Dari berbagai pendapat tentang pengertian politik Islam di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Islam sebagai agama yang sempurna mengatur seluruh sendi kehidupan manusia dari sosial, ekonomi, hukum dan termasuk juga sistem
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
politik dan kenegaraan. Islam bukan semata agama tetapi juga sistem politik. Islam adalah Agama dan politik, keduanya saling berkait dan tidak dapat dipisahkan, dan dasar dari politik Islam adalah keyakinan atas kedaulatan Tuhan dimana negara Islam dalam menjalankan pemerintahan berdasarkan undangundang Tuhan. b. Negara Islam Hakikat sebuah negara dan dasar-dasarnya menurut ajaran Islam. Negara dapat dikatakan wadah penyaluran aspirasi harapan dan cita-cita anggota yang tin secara eksplisit yang memerintahkan atau mewajibkan umat Islam untuk mendirikan sebuah negara. Negara dalam bahasa Arab dikenal dengan daulah. Pada hakikatnya istilah daulah tidak t -unsur
dasar
dalam
hanya menerangkan unsur-unsur dasar atau prinsip-prinsip umum pemerintahan Islam secara global. Ayat-ayat yang berhubungan dengan tata cara pemerintahan tidak banyak. Ayat ayat ini dijabarkan oleh Nabi dalam sunahnya, baik bentuk perkataan, perbuatan maupun ketetapan. ( Muhammad Iqbal, 2001: 156) 1). Pandangan Islam mengenai negara Negara atau daulah dalam ajaran Islam, merupakan suatu keniscayaan dalam kehidupan bermasyarakat. Karena negaralah yang mengatur segala sendisendi kehidupan manusia. Dan aturan-aturan itu berbentuk undang-undang yang mengikat, mengatur dan memaksa. Mendirikan negara dan memilih kepala negara dalam prespektif ajaran agama Islam merupakan kebutuhan suatu komunitas yang tidak dapat dipungkiri karena manusia hidup bersama dalam satu tempat dan saling
berinteraksi,
maka
diperlukan
suatu
lembaga
khusus
mengatur
permasalahan-permasalahan yang terjadi ditengah-tengah mereka yang disebut negara. (Annajah, No.01/IV/September/ 2008 hal.47) Secara umum terdapat dua arus pemikiran utama mengenai hukum menegakkan negara. Golongan pertama mengatakan bahwa negara wajib di tegakkan . diantara mereka ada yang mengatakan bahwa wajibnya penegakkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
negara didasarkan pada nash. Sebagian yang lain mengatakan bahwa pewajiban itu didasarkan pada akal. Sebagian yang lainnya lagi mengatakan bahwa pewajiban itu didasarkan oleh nash sekaligus akal. Golongan kedua mengatakan bahwa negara boleh ditegakkan, namun tidak harus. Yang harus adalah tegaknya hukum-hukum Allah dan tercapainya ketertiban dalam kehidupan manusia. Golongan ini berfikir bahwa apabila semua manusia memiliki kebijaksanaan maka secara otomatis tatanan masyarakat akan tertib dan hukum-hukum Allah akan tegak. (http//menaraislam.com/content/view/75/40) a). Pendapat pertama. Menegakkan negara Islam adalah wajib. Pendapat ini didukung oleh kelompok Sunni dan Syiah. (1) Pandangan Sunni. Pandangan ulama Sunni sepakat bahwa yang menggantikan Nabi tidak ditentukan oleh teks agama tetapi diserahkan kepada ijtihad dan penalaran ummat Islam sendiri. Menurut pandangan Al Mawardi seperti dikutip Muhammad Iqbal (2001: 204) pendi kifayah. Menciptakan dan memelihara kemaslahatan adalah wajib, sedangkan alat untuk terciptanya kemaslahatan tersebut adalah negara. Maka hukum mendirikan negara juga wajib (fardhu kifayah) Menurut pendapat Abdul Qadir Al Baghdadi yang dikutip oleh Ulil Abshar Abdalla (2007: 134) bahwa: (a). Sesungguhnya Imamah adalah keharusan bagi umat Islam, yaitu untuk memilih seorang Imam (penguasa), (b). Cara memilih seorang Imam dalam umat Islam adalah melalui pemilihan dengan cara ijtihad, bukan melalui penunjukan dari Nabi maupun teks agama. (c). Tidak ada suatu nash atau dalil pun dari Nabi yang mengharuskan seorang tertentu diangkat sebagai Imam atau penguasa. Pendapat yang disampaikan oleh Al -Baghdadi ini wemakili sebagian besar pendapat di kalangan Sunni. Pendapat ini menujukkan bahwa memilih seorang Imam adalah wajib, masalah pemilihan penguasa ditentukan oleh akal dan ijtihad manusia, dan tidak perlu ditetapkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
melalui nash karena urusan politik sangat dibentuk dan dipengaruhi oleh perubahan jaman, sehingga Islam tidak perlu menetapkan sistem yang pasti, rigid, dan berlaku sepanjang jaman. (2). Pandangan Syiah. Kaum Syiah tetap memelihara konsep dasar yang fundamental tentang doktrin Imamah sebagai kepemimpinan yang berdimensi spiritual dan politis. Pandangan Syiah mengenai kepemimpinan, bahwa kepemimpinan ditetapkan dengan nash dari Allah dan Dari Rasul. Imamah adalah hal yang fundamental dalam ajaran Islam (ushuludin), dan keyakinan seseorang tidaklah menjadi sempurna tanpa meyakini Imamah itu. Imamah bukan urusan yang bersifat umum yang diserahkan kepada umat, dan menentukan orang untuk memegang jabatan itu menurut kehendak umat, dan yang berhak memegang otoritas spiritual dan politis setelah Nabi wafat adalah Ahl al Bait (keluarga Nabi) yaitu Ali bin Abi Thalib dan keturunannya. Kepemimpinan dan kekuasaan di bidang spiritual dan politik, dan sifat kekudusan yang ada pada Nabi telah diwariskan kepada Ali dan berlanjut kepada Imam-imam penerusnya. Perbedaanya terletak pada Nabi menerima wahyu, sedang imam tidak. Imamah termasuk rukun agama dan kaidah Islam orang yang tidak meyakini imamah maka ia kafir. Doktrin ini dipegang oleh Syiah Imamiyah atau Syiah dua belas. (Annajah, No.10/V/Juli/2009 hal.17-19) Imam mempunyai kekuasaan dan peranan penting dalam penetapan hukum dan undang-undang. Imam mempunyai kekuasaan paripurna dalam penentuan undang-undang, dan setiap perkatanya termasuk bagian dari syariat. Karena itu kaum syiah menetapkan bahwa seorang imam: 1) harus (terpelihara) dari berbagai perbuatan salah, lupa dan maksiat. Seorang imam wajib ishmah (terpelihara dari dosa, baik lahir maupun batin, baik sebelum menjadi Imam maupun sesudah memangku jabatan Imamah 2) seorang Imam boleh membuat hal yang luar biasa dari adat kebiasaan
yang
mereka
sebut
mukjizat
untuk
mengukuhkan
keimamahannya sebagaimana mukjizat yang terjadi pada Nabi-nabi. 3)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
seorang Imam harus mempunyai ilmu yang meliputi setiap sesuatu yang berhubungan dengan syariat. Pengetahuan yang luas itu bukan melalui proses belajar dan ijtihad, tapi merupakan ilmu
ladunni, yaitu
kemakrifatan yang dilimpahkah Allah kepada para Imam 4) Imam adalah pembela agama dan pemelihara kemurnian dan kelestariannya agar terhindar dari penyelewengan. (Sayuthi Pulungan, 2002: 206-207) b). Pendapat kedua. Negara Islam boleh ditegakkan tetapi tidak harus. Pandangan ini diwakili oleh kelompok Khawarij, dan Muktazilah. (1) Pandangan Khawarij Pembentukan lembaga khalifah atau pemerintahan, menurut Khawarij, bukanlah merupakan suatu keharusan atau wajib. Hal ini tergantung kepada kehendak umat apakah suatu pemerintahan perlu dibentuk atau tidak. Jelasnya Khawarij berpendapat bahwa membentuk pemerintahan dan mengangkat seorang Imam bukan wajib
melainkan keadaanlah
yang mengharuskannya ada. Mengenai kualifikasi bagi seseorang untuk menduduki jabatan khalifah disamping tidak disyaratkan harus berasal dari suku tetentu. Menurut Khawarij sang calon harus punya kekuatan ilmu, berlaku adil, punya keutamaan dan wara . (Sayuthi Pulungan, 2002: 200) (2) Pandangan Muktazilah Pemikiran politik muktazilah berpendapat pembentukan lembaga
dasar pertimbangan rasio dan tuntutan muamalah manusia. Urusan Imamah diserahkan kepada umat, mereka berhak memilih seseorang untuk melaksanakan hukum-hukum Tuhan dan bukan hak istiwewa keluarga maupun suku tertentu. Asalkan ia beragama Islam, mukmin , dan bersifat adil (Sayuthi Pulungan, 2002: 210) 2). Negara Islam (Khilafah) Kata khilafat diturunkan dari kata khalafa yang berarti seseorang yang menggantikan orang lain sebagai penggantinya. Istilah khilafat adalah sebutan untuk masa pemerintahan khalifah. kata khilafat analog dengan kata imamat dan imarat. Ketiganya mempunyai arti yang sama yaitu, suatu pemerintahan untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
menegakkan agama dan urusan dunia. Ketiga istilah tersebut merupakan sebutan bagi institusi politik untuk menggantikan urusan kenabian dalam urusan agama dan urusan politik. Seseorang yang melaksanakan fungsi kekhalifahan, keimamahan dan keamiran dalam sejarah islam disebut khalifah, imam, dan amir. (Sayuti Pulungan, 2002: 45-48) Menurut
pandangan
Ibnu
Khaldun
dalam
Annajah
(No.10/V/Juli/2009.hal.24) khilafah adalah tanggung jawab umum yang di kehendaki oleh peraturan syariat untuk mewujudkan kemaslahatan dunia dan akhirat bagi umat dengan merujuk kepadanya, karena kemaslahatan akhirat adalah tujuan akhir, maka kemaslahatan dunia seluruhnya harus berpedoman pada syariat. Hakikatnya sebagai pengganti fungsi pembuat syariat (Rasulullah) dalam memelihara urusan agama dan mengatur politik keduniaan. Menurut Abul Ala Maududi (1960: 45), Negara Islam adalah negara yang dibentuk atas dasar quran dan sunnah negara yang mencakup semua kehidupan dan termasuk di dalamnya seluruh soal hidup dimana rakyat dijamin keadilan sosialnya sesuai dengan keuniversilan hukum Tuhan (divine law) Menurut Munawar Khalil (1984: 28) Khilafah adalah pimpinan umum mengenai urusan agama dan dunia sebagai pengganti Nabi dalam memelihara sesuatu yang termasuk urusan keagamaan yang wajib ditaati umat. Umat Islam dari masa ke masa wajib hukumnya mendirikan khilafah dan mengangkat khalifah yang bertanggung jawab atas terpeliharannya hukum-hukum Allah dan menjamin terlaksananya undang-undang dan hukum-hukum Allah diantara umat islam Menurut Musfolah Maufur (1990: 58) Khilafah adalah kewajiban terbesar bagi ummat untuk mewujudkannya dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat dan individu. khilafah disebut sebagai imamah al kubro. Hukumnya wajib dengan adanya makmum dikalangan ummat, yaitu sebagai panutan makmum dan kaum muslim di dalam urusan dunia dan akhirat. Khilafah merupakan suatu sarana bersatunya muslim untuk mewujudkan idealisme Islam dalam memelihara agama dan kemaslahatan ummat. Menurut ibn Taimiyah yang dikutip oleh Mujar Ibnu Syarif (1995: 47) terdapat beberapa argumentasi mengenai pentingnya mendirikan sebuah negara.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
a tegaknya negara instrumen yang dimaksud antara lain keadilan, persaudaraan, penciptaan perdamaian dan lain-lain. Ahmad Djazuli (2003: 393) merincikan lebih jelas instrumen-instrumen yang harus dipedomani dalam mengelola negara diantaranya adalah : (1) Prinsip kehidupan manusia di bumi. Dalam prinsip ini Allah menegaskan bahwa
manusia
diciptakan
adalah
sebagai
khalifah
yang
akan
memakmurkan bumi ini. Karenanya manusia bertanggung jawab untuk mengelola dan memelihara dari kehancuran. (2) Prinsip kekuasaan sebagai amanah. Allah memerintahkan manusia melaksanakan amanah yang diembankan kepadanya. Dalam islam amanah merupakan sesuatu yang harus dipelihara karena kelak akan dipertanggung jawabkan kepada Allah. Kekuasaan merupakan salah satu amanah yang harus dijalankan dengan baik, sesuai dengan perintah-perintahNya. Islam tidak mentolerir segala bentuk penyimpangan dan penyalahgunaan kekuasaan. (3) Prinsip penegakan keadilan. Keadilan merupakan suatu hal yang harus senantiasa diperjuangkan dan ditegakkan dalam masyarakat. (4) Prinsip musyawarah. Musyawarah memegang peranan penting dalam pengambilan keputusan umat beriman (5) Prinsip persaudaraan dan persatuan. Dalam hal ini Islam mengajarkan agar umatnya selalu saling menasehati dan melakukan kontrol atas kekuasaan agar kebaikan selalu terpelihara dalam kehidupan bermasyarakat. b) Terdapat
beberapa
sabda
nabi
yang
mengisyaratkan
perlunya
kepemimpinan atau pemerintahan. Diantara sabda Nabi yang dimaksud adalah
maka mereka diminta menunjuk salah c) Beberapa kewajiban agama, seperti mengumpulkan dan mendistribusikan zakat, jihad, dan lain-lain, tidak akan dapat terlaksanakan dengan baik tanpa intervensi penguasa politik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
d) Mendirikan negara itu menurut Ibn Taimiyah menjadi penting karena tidak ada seseorang yang mampu meraih kesejahteraan sempurna baik di dunia maupun di akhirat, kecuali jika dia tergabung dalam sebuah perkumpulan, mewujudkan kerjasama dan saling tolong-menolong. Kerjasama dan tolong menolong itu dimaksudkan untuk menggapai manfaat sekaligus mencegah segala mudharat. e) Menolak bencana yang disebabkan interaksi antara sesama manusia yang diprediksikan akan menimbulkan pertikaian dan peperangan, dan pada akhirnya nanti akan menimbulkan kehancuran umat manusia. Untuk itu diperlukan intervensi negara dan pemimpin yang ditaati sehingga hal-hal yang bersifat destruktif dapat ditangani dengan baik a) Fungsi Negara Islam (1) Masalah kedaulatan. kedaulatan tertinggi berada di tangan Allah. Allah sebagai pemegang kedaulatan mutlak dan pemegang otoritas tertinggi dalam negara. (2) Pemerintahan berundang undang al quran dan sunnah rasul ditambah hasil ijtihad khalifah dan keputusan majelis syura jika dalam penyelesaan masalah yang timbul tidak ada penjelasannya dalam nash syariat. (3) Kekhalifahan melaksanakan prinsip musyawarah, prinsip musyawarah bagi semua lapisan masyarakat. (Muhammad Hamidullah,1959: 150) b) Unsur dan Sendi Negara Untuk mendirikan negara diperlukan bebrapa unsur dan sendi negara. (1) Harus ada wilayah. (2) Harus ada Pemerintah sebagai pengelola negara yang akan menyelenggarakan segala urusan negara dan rakyat. (3) Harus ada rakyat. (4) keadilan. Keadilan mencakup melaksanakan kewajiban-kewajiban yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul. (5) Adalah pengelola negara. Raja tidak mungkin mampu sendirian mengelola urusan kerajaan, karena itu membutuhkan orang-orang yang membantunya dalam pengelolaan urusan negara dan rakyat. Unsur-unsur dalam menjamin kerjasama dan ikatan antar warga negara. (1) Berdasarkan agama yang menjadi tiang penyangga bagi kemaslahatan dan keutuhan negara. (2) Harus mempunyai pemimpin yang perkasa. Ia berperan mengintegrasikan keinginan-keinginan rakyat yang beragam supaya tujuan dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
tercapai. (3) Keadilan yang menyeluruh. Terwujudnya keadilan akan menciptakan persatuan, membangkitkan kesetiaan rakyat, memakmurkan negeri, yang akhirnya mengamankan kedudukan penguasa. (4) Keamanan negara, keamanan akan mewujudkan ketentraman batin rakyat dan cita-cita mereka dalam memperoleh kemaslahatan hidup. (5) wilayah yang subur. (6) Harapan yang optimis. (Sayuthi Pulungan, 2002: 226-227) c) Tugas dan Tujuan Negara Islam Lembaga
Imamah
mempunyai
tugas
dan
tujuan
umum.
(1)
Mempertahankan dan memelihara agama menurut prinsip yang ditetapkan dan apa yang menjadi ijmak oleh generasi salaf. (2). Melaksanakan kepastian hukum dan berlakunya keadilan yang universal. (Abul Ala Maududi,1960: 35) (3) Melindungi wilayah Islam dan memelihara kehormatan rakyat agar meraka bebas dan aman baik jiwa maupun harta. (4) Memelihara hak-hak rakyat dan hukumhukum Tuhan. (5) membentuk kekuatan untuk menghadapi musuh. (6) Jihad terhadap orang-orang yang menentang eksistensi Islam. (7) Memungut pajak dan sedekah menurut yang diwajibkan syara, nas, dan ijtihad. (8). Mengatur penggunaan harta baitulmal secara efektif. (9) Meminta nasehat dan pendangan dari orang-orang terpercaya. (10) Dalam mengatur ummat dan memelihara agama, pemerintah dan kepala negara harus langsung menanganinya sendiri dan meneliti keadaan yang sebenarnya. (Sayuthi Pulungan, 2002: 260) 3). Struktur Negara Islam Taqiyudin an Nabhari (1996: 57) membagi struktur pemerintahan Islam menjadi delapan jabatan yaitu a). khalifah, b). Muawin Tawfidh, c). Muawin Tanfidz, d). Amirul Jihad, e). Wali, f). Qadhi, g). Masalih daulah, h). Majlis Umat. a) Khalifah (Kepala Negara) Menurut istilah dan dalam kenyataan sejarah, Khalifah adalah pemimpin yang menggantikan nabi dalam tanggung jawab umum terhadap pengikut agama ini untuk membuat manusia tetap mengikuti undang-undang-Nya yang mempersamakan semua orang didepan kebenaran, dan sebagai khalifah rasul dalam memelihara agama adan mengatur dunia.
commit to user
Sebagai kepala negara
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
khalifah terkumpul kekeuasaan agama dan politik. Kedua kekuasaan ini tak dapat dipisahkan. Tidak berarti khalifah memiliki kekuasaan ketuhanan. Khalifah hanyalah manusia biasa untuk memelihara agama dan mengatur urusan dunia. Wewenang dan kedaulatan yang diberikan kepada khalifah adalah aspek kepemimpinan di bidang politik dan pemimpin agama sekaligus. Pemimpin agama bukan dalam arti risalah atau kewahyuan. Karena dalam wafatnya nabi maka wahyu otomatis terhenti dan tidak dapat digantikan oleh siapapun. (Sayuthi Pulungan, 2002: 49-59) Urgensi pengangkatan kepala negara menurut Hasbie ash-Siddiqie (1969: 50-57): (1) Ijmaul Sahabat. Dilandaskan pada sejarah pembaiatan Abu Bakar sebagai khalifah setelah nabi pada saat itu, ketika itu para sahabat sepakat adanya seorang kepala negara menggantikan Nabi. Para sahabat bersepakat bulat bahwasannya adanya kepala negara itu adalah suatu hal yang sangat diperlukan. (2) Menolak bencana yang ditimbulkan oleh keadaan yang kacau balau akibat tidak adanya pemerintahan. Urgensi yang kedua ini melihat dari tinjauan sosiologis dimana manusia memerlukan hidup bermasyarakat agar supaya kehidupan manusia itu tertib dan teratur, maka adanya pemimpin sangat diperlukan. (3) Melaksanakan
tugas-tugas
keagamaan.
Atas
pemerintahanlah
dipikulkan tugas menegakkan kewajiban-kewajiban agama serta mewujudkan tujuannya. (4) Mewujudkan keadilan yang sempurna. Keadilan yang sempurna tidak berwujud dan kebahagiaan manusia tidak terjamin, baik dunia maupun di akhirat, kesatuan mereka tidak sempurna dan urusan mereka tidak teratur melainkan dengan adanya pemerintahan Islam yang ditegakkan atas dasar agama. Keadilan yang sempurna adalah keadilan ketuhanan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
(1) Kriteria pemimpin dalam islam. (a) Islam. keislaman merupakan syarat wajib kepemimpinan bagi kaum muslim. Kepala negara tidak boleh dijabat oleh kalangan yang tidak meyakini akidah islam. Sebab apabila kepala negara seorang dari kalangan non muslim bagaimana mungkin dapat melaksanakan syariat Islam dan mengurusi kaum muslim. (b) Laki-laki. para ulama sepakat bahwa diantara syarat pemimpin adalah laki-laki. Wanita tidak boleh memimpin. (c) Alim mujtahid. berilmu dan sanggup berijtihad tentang hukum. Seorang pemimpin harus berilmu, baik berkaitan dengan dunia maupun agama. Ilmu Ijtihad merupakan instrumen yang wajib dimiliki oleh seorang pemimpin, agar ia bisa menetapkan kebijakan yang sesuai dengan hukum-hukum Ilahi. Tanpa kriteria ini kepemimpinan seseorang akan terlepas dari kerangka Ilahi, yang brarti menyalahi fungsi manusia sebagai khalifat Allah. (d) Adil. seorang pemimpin harus mempunyai sifat adil. Adil merupakan cerminan dari dan menjaga kewajiban(e) Pribadi yang tangguh. Pemimpin harus mempunyai pribadi yang tanguh dan mental baja. Ia harus berani menegakkan hudud (hukum-hukum Allah), menyeru rakyat untuk berperang membela agama, harus pandai mengatur urusan politik dan kenegaraan sehingga agama islam tetap terjaga dan wilayahnya utuh. (f) Sehat secara jasmani (Munawar Khalil, 1984: 42-45) (2) Metode pengangkatan khalifah (a) Pemilihan langsung. Pemilihan melalui forum musyawarah tanpa ada seorang calon sebelumnya. Contoh dari metode ini adalah pemilihan Abu Bakar menjadi Khalifah (b) Al-Ahdu atau Istikhlaf. Seorang pemimpin memilih penggantinya dari umat Islam yang layak dengan bermusyawarah dengan para sahabat terkemuka dan kemudian diberitahukan kepada ummat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
Islam. Contoh dari metode Ini adalah Penunjukkan Umar bin Khattab oleh Khalifah Abu Bakar untuk menjadi Khalifah penerusnya. (c) Pemilihan team formatur atau majelis syura yang dibentuk Khalifah. Anggota team memilih salah satu dari mereka menjadi Khalifah. Contoh dari metode ini adalah pemilihan Ustman bin Affan sebagai khalifah (Annajah,No.10/V/Juli/2009/ hal 12). (3) Tugas Khalifah (a) Menerapkan seluruh Hukum-hukum syariah Islam 1
Mengatur muamalat antara individu muslim
2
Mengumpulkan dan membagikan zakat
3
Menegakkan hudud
4
Menjaga akhlak
5
Menjamin masyarakat dapat menegakkan syiar-syiar Islam dan menjalankan ibadat
(b) Mengemban dakwah Islamiyah ke seluruh dunia dengan jalan jihad fi sabilillah 1. Mempersiapkan pasukan perang untuk berjihad 2. Menjaga tapal batas negara 3. Memantapkan hubungan dengan berbagai negara 4. Mengadakan perjanjian perdagangan, perjanjian gencatan senjata, dan perjanjian bertetangga baik (Musfolah Maufur, 1990: 58) b)
(Pembantu Khalifah Bidang Pemerintahan) adalah wazir yang ditunjuk khalifah untuk bersama-sama mengemban
tanggung jawab pemerintahan dan kekuasaan. Dia mesti melaporkan kegiatannya serta melaksanakan apa yang diputuskan khalifah c)
(Pembantu Khalifah bidang administrasi) pembantu khalifah dalam implementasi kebijakan. Menyertai khalifah.
Menunaikan kebijakan khalifah. Penghubung khalifah dengan stuktur dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
aparatur negara, rakyat dan duta luar negeri. Pembantu khalifah dalam pelaksanaan pelbagai urusan. Tugasnya adalah tugas administrasi. d) Amirul Jihad (Panglima Perang). Bertugas menangani semua urusan yang berhubungan dengan angkatan bersenjata seperti pasukan, logistik, persenjataan, peralatan, menangani misimisi militer dan pengetahuan tentang apa saja yang berhubungan dengan peperangan dan persiapannya. Menjaga keamanan. Memgatu intelijen. (anNabhari, 1996: 57) e) Wali (pemimpin Daerah) Untuk setiap propinsi diangkat seorang wali atau amir di daerah. Tugastugas penting seorang gubernur di samping sebagai kepala pemerintahan daerah, memimpin ekspedisi militer dan mengawasi pelaksanaan pemungutan pajak. f) Qadhi (Hakim) Lembaga peradilan adalah lembaga yang bertugas memberi penerangan dan pembinaan hukum, menegakkan ketertiban hukum baik lingkungan pemerintahan maupun di lingkugan masyarakat, dan memutuskan perkara hukum yang bersifat mengikat. (Sayuthi Pulungan, 2002: 133) g) Masalih Daulah (departemen-departemen) Terbentuk beberapa diwan atau departemen diantaranya adalah (1) diwan al rasail, departemen yang mengurus surat-surat negara dari khalifah kepada para gubernur atau menerima surat-surat dari gubernur. (2) diwan al khatim, departemen pencatatan yang bertugas menyalin dan meregristasi semua keputusan khalifah atau peraturan-peraturan pemerintah untuk dikirim kepada pemerintah daerah. (3) diwan al kharaj, departemen pendapatan negara. Semua pemasukan keuangan disimpan di baitul mal (kantor perbendaharaan negara). (4) diwan al barid, departemen pelayanan pos bertugas melayani informasi tentang berita-berita penting di daerah kepada emerintah pusa dan sebaliknya, sehingga khalifah dapat mengetahui apa yang terjadi di daerah dan memudahkannya untuk mengontrol jalannya pemerintahan daerah. 5) diwan al jund, departemen pertahanan bertugas mengorganisir militer
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
h) Majelis Umat (Lembaga Wakil Rakyat) Majelis yang dianggotai orang-orang yang mewakili kaum muslim dalam memberikan pendapat sebagai tempat rujukan bagi khalifah untuk meminta masukan /nasihat mereka dalam berbagai urusan. Mewakili umat dalam melakukan mengawal dan mengoreksi para pemegang pemerintahan. (Sayuthi Pulungan,2002: 170) 4) Perlakuan Terhadap Non Muslim Dalam daerah atau negeri yang dikuasai Islam pemeluk agama lain diperbolehkan tinggal dalam lingkungan negara sebagai warga negara bukan muslim. kehidupan, harta benda, dan kehormatan akan dilindungi, diperlakukan dengan cara yang baik dan adil, serta diberi kebebasan untuk menjalankan perintah agamanya masing-masing. Hak-hak dilindungi dan terjamin dalam suatu bentuk perjanjian. Mereka dinamakan golongan dzimmi artinya orang-orang yang mendapat jaminan perlindungan dari masyarakat Islam yang tak terbatas waktunya. (Abul Ala Maududi, 1960: 37) Kewajiban kaum dzimmi antara lain adalah membayar jizyah kepada pemerintah Islam. Tidak boleh menyerang agama Islam/menghina nabi dan al quran, tidak boleh mengancam jiwa kaum muslim dan merusak hak miliknya. Tidak boleh membantu kepentingan musuh Islam. Tidak diperbolehkan mempengaruhi politik dasar dari ideologi negara. (Umar Hasyim, 1979: 256) adapun hak-hak kaum dzimmi adalah, tidak dipaksa dalam memeluk agama. Penduduk non muslim yang bertempat tinggal maupun singgah sementara dijamin keselamatan dan kebebasan mereka. Diperbolehkan menerima tamu atau sebagai tempat perlindungan dari orang-orang yang meminta perlindungan di bumi Islam, memiliki hak politik dalam negara dan administrasi negara, diperbolehkan berpartisipasi dalam militer, Bagi masyarakat non muslim yang menjadi mayoritas dalam sebuah wilayah dalam negara Islam berhak memperoleh otonomi dalam pengadilan, hak milik pribadi dan kehormatan tiap individu dilindungi dalam negara,
dibebaskan
mempraktekkan
kebiasaan-kebiasaan.
Hamidullah, 1959: 219-233) c). Modernisasi dan Westernisasi
commit to user
(Muhammad
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
Hancurnya bangunan sosial-politik sebagai akibat kolonialisme dan pendudukan militer barat semenjak abad 17 dan 18 M, hingga paruh pertama abad ke 20 membuat modernisasi model Barat meluas ke seluruh bidang kehidupan kaum muslim. Bangunan sosial-politik yang berbasiskan keislaman serta merta tentantang dan terpinggirkan oleh masuknya berbagai pemikiran barat. Selama kolonialisme, bangsa Barat memaksakan adopsi nilai-nilai, pemikiran, ideologi, sistem politik dan sosial yang berakar pada barat, dan mencangkok mentah mentah model-model kelembagaan barat pada negeri-negeri Islam. Selain melalui pemaksaan oleh kolonialis keunggulan barat dalam hal pemikiran, ilmu pengetahuan dan teknologi, menyebabkan banyak generasi muda Islam tertarik dan terpesona Barat. Oleh mereka ideologi barat tersemai secara perlahan-lahan di negara-negara muslim. Generasi-generasi terdidik yang berpengaruh dalam berbagai perjuangan nasionalisme merebut kemerdekaan adalah mereka yang sebagian besar terdidik dalam lembaga-lembaga non tradisional Islam dan mengenyam gagasan -gagasan sekuler Barat. Sehingga ketika negara-negara tersebut memperoleh kemerdekaan, elit yang terbaratkan tersebut menduduki posisi-posisi penting di negar-negara yang baru lahir itu. Akibatnya, sistem kenegaraan dan politik mengadopsi sistem barat. Lembaga-lembaga Islam memperoleh tantangan dari pendirian lembagalembaga serupa yang didukung negara modern dan diilhami gagasan Barat. Sekolah baru yang sekuler didirikan dengan mengorbankan madrasah tradisional, ketentuan hukum dan pengadilan diadaptasi dari Barat untuk mengatur masalahmasalah sipil, perdagangan dan hukum menggantikan syariah, dengan begitu lembaga-lembaga tradisional Islam pelan-pelan dimatikan melalui proses sekularisasi bertahap pemisahan agama dari lembaga-lembaga tersebut. Para pembaharu sekuler cenderung mendukung gagasan pemisahan agama dari politik karena bagi mereka Islam hanya terbatas pada masalah moral dan pribadi. Kelompok sekuler berpaling ke Barat untuk memperbaiki segi sosio politik dalam kehidupan mereka. (Imdadun Rahmat, 2005: 4) Secara umum masyarakat muslim terperangkap dalam dua perspektif dalam memandang Barat. Pertama. kalangan tradisional yang percaya bahwa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
agama telah menentukan karakter organisasi politik, dan hukum islam telah menyediakan standar dan petunjuk yang diperlukan masyarakat. Kedua. kalangan sekuler muslim. Kelompok ini berkeinginan untuk mengimpor seluruh produk barat tanpa bersikap kritis terhadapnya. Islam dianggap mengalami problem yang sama sebagaimana pernah dialami barat. Karena itu lahirlah pemahaman jika umat islam ingin maju, maka mereka harus melakukan reformasi sebagaimana yang dilakukan barat. Reformasi ini terutama berkenaan dengan doktrin-doktrin keagamaan perlu dirombak secara total. Kalangan modernis mencari posisi tengah antara keduanya. Kaum modernis berusaha memperkokoh masyarakat muslim melalui upaya pembaruan iman dan masyarakat Islam itu sendiri. Kaum modernis menjauhkan diri dari kecenderungan penolakan kalangan konsevatif religius terhadap kekuatan ilmiah politik Barat. Sekaligus juga menolak gagasan kebijakan sekuler yang diperjuangkan oleh elite muslim yang terlalu berorientasi ke Barat. Kaum modernis berpendapat modernisasi tidak mengandung ancaman serius bagi Islam jika dipahami dan ditafsirkan secara benar. Mereka berpegang pada pendapat bahwa pesan-pesan asli Islam yang memberikan pola ideal bagi masyarakat tradisonal islam akan tetap valid sampai kapanpun. Kalangan modernis menekankan pentingnya membangkitkan kembali komunitas muslim melalui proses reinterpretasi atau reformulasi warisan tradisi Islam dalam konteks dunia kontemporer. Menyerukan pembaruan/reformasi melalui ijtihad (penetapan hukum secara mandiri). Modernisme tidak sekedar berupaya memperbaiki praktek yang ada pada awal Islam. Melainkan mengembangkan reinterpretasi atas warisan Islam untuk menjawab tantangan barat, dan berusaha menunjukkan kesesuaian Islam terhadap lembaga modern baik akal, sains, tehnologi, demokrasi, dan konstitusionalisme (Azyumardi Azra,1996: 9-10). Ahmadiyah mempunyai pengertian berbeda mengenai khilafah dengan kaum muslim secara umum. Menurut Ahmadiyah
khalifah mewarisi tampuk
pimpinan jemaat sekaligus mewarisi kesucian rohani sehingga akan menerima wahyu dari Allah. Selain itu Khalifah ahmadiyah tidak memegang tampuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
pemerintahan. Dengan kata lain Khalifah menurut Ahmadiyah hanya merupakan pemimpin spiritual saja bukan pemimpin pemerintahan. Pandangan Ahmadiyah mengenai jihad bahwa jihad dengan jalan perang sudah tidak sesuai lagi, yang ada adalah Jihad dengan pena dan lisan. Doktrin ini kemudian dikaitkan dalam bidang politik, dimana Ahmadiyah tidak menentang pemerintah dan akan selalu loyal terhadapnya, walaupun penguasanya adalah kaum kolonial (penjajah) dengan syarat pemerintahan tersebut tidak mengganggu kegiatan dakwah. Terkait dengan ayat wa uli al-amri minkum (dan taatlah kepada pemerintah). Hal ini telah menjadi doktrin bagi Ahmadiyah yang berbeda dengan gerakan kebangkitan Islam yang lain yang menekankan pada kebangkitan Islam secara politik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
B. Kerangka Berpikir Kemunduran Islam
Gerakan Wahabi
Kebangkitan Islam di India
Ahmadiyah India
Lahore
Politik Islam
Kebijakan Kolonial Inggris
Qadian
Umat Islam di India mengalami mengalami kemundurannya pada abad ke 18 M. Keruntuhan umat Islam dimulai dengan kajatuhan kekaisaran Mughal serta berkuasanya penjajah Inggris di India. Umat Islam menghadapi serangan dari berbagai pihak, yaitu pertama, dari pemerintah Inggris yang membatasi gerak umat Islam sebagi akibat dari pemberontakan Mutiny tahun 1857, kedua dari para misionaris Kristen yang aktif melakukan kristenisasi, dan ketiga, dari kebangkitan umat Hindu. Dari sisi internal, umat Islam sendiri terjebak pada pola pemikiran lama yang tidak sesuai dengan perkembangan jaman. Umat Islam pemikirannya statis, sedangkan sikap dan perilakunya konservatif. Melihat umat
dalam kondisi yang seperti itu, para ulama dan kaum
intelektual berusaha mencari solusi untuk mengatasi permasalahan-permasalahan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
yang timbul di kalangan Umat Islam. Berbagai gerakan Islam akhirnya bermunculan diseluruh dunia, untuk mengembalikan kebesaran agama Islam seperti yang telah dialami pada masa Nabi Muhammad saw dan para sahabatnya. Gerakan-gerakan Islam yang akhirnya tumbuh tersebut mempunyai bentuk dan cara yang berlainan antara satu dengan yang lain, sehinga mengakibatkan gerakan-gerakan yang ada kurang terkoordinasi dan masih terkesan berjalan sendiri-sendiri. Namun walaupun demikian prinsip dan tujuan tetap sama yaitu sama-sama menginginkan Islam bangkit lagi untuk memimpin dunia dengan ajarannya yang mulia. Dari berbagai macam gerakan yang ada, gerakan Ahmadiyah muncul dengan ciri dan keyakinannya sendiri. Gerakan Ahmadiyah pada awalnya muncul di India pada tahun 1889, pendirinya adalah Mirza Ghuam Ahmad. Tujuan awal dari Gerakan Ahmadiyah adalah mencari solusi atas kemunduran dan keterbelakangan umat Islam. Serta sebagai reaksi dari tekanan pemerintah Inggris, gencarnya kaum misionaris Kristen, serta bangkitnya kaum neo Hindu yang mengancam eksistensi umat Islam. Pada awal berdirinya, gerakan Ahmadiyah mendapat sambutan dan dukungan yang baik dari para ulama dan umat Islam karena Ahmadiyah gigih melawan Kristenisasi dan gerakan Hindu. Tetapi dukungan itu segara berubah menjadi penentangan semenjak pendiri gerakan itu, yaitu Mirza Ghulam Ahmad mengaku menerima Wahyu dari Tuhan. Dimana dalam wahyu tersebut, Tuhan mengangkat Mirza menjadi al Mahdi, al Masih dan Nabi, selain itu Mirza mempunyai perbedaan penafsiran yang berbeda dengan kebanyakan umat Islam. Perbedaan penafsiran antara Ahmadiyah dengan umat Islam kebanyakan justru menyangkut tentang prinsip-prinsip dasar Islam yang tidak dapat diganggu gugat. Dalam doktrin Jihad, umat Islam menganggap bentuk jihad tertinggi yaitu dengan mengangkat senjata, sedangkan menurut dokrin Ahmadiyah Jihad dengan senjata tidaklah utama karena jihad yang utama adalah memerangi hawa nafsu serta berpendapat bahwa umat Islam harus loyal terhadap pemerintah Inggris. Hal inilah menjadikan Ahmadiyah semakin keras mendapatkan tentangan dari umat Islam dan gerakan kebangkitan Islam lain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.Tempat Dan Waktu penelitian
1. Tempat Penelitian Penelitia India (1889-1947
Gerakan Ahmadiyah dan Kebangkitan Islam di dilakukan dengan studi pustaka. Adapun perpustakaan yang
di gunakan sebagai obyek untuk penelitian adalah sebagai berikut: a. Perpustakaan Program Pendidikan Sejarah Jurusan P IPS FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta b. Perpustakaan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta c. Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta d. Perpustakaan Pusat Universitas Muhammadiyah Surakarta e. Perpustakaan Pusat STAIN Surakarta f.
Perpustakaan Islam Surakarta
h Buku-buku koleksi pribadi
2. Waktu Penelitian Waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah sejak pengajuan judul skripsi yaitu bulan Februari 2009 sampai dengan bulan Juli 2011. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam jangka waktu penelitian tersebut diantaranya adalah mengumpulkan sumber, baik sumber primer maupun sekunder, melakukan kritik untuk menyelidiki keabsahan sumber, menetapkan makna yang saling berhubungan dari fakta-fakta yang diperoleh dan terakhir menyusun laporan hasil penelitian.
commit to user 40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
B. Metode Penelitian Menurut Koentjaraningrat (1977:16), kata metode berasal dari bahasa
ilmiah, maka metode menyangkut masalah-masalah kerja untuk memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Menurut Helius Sjamsuddin (1996:2), metode ada hubungannya dengan suatu prosedur, proses atau tekhnik yang sistematis dalam penelitian suatu ilmu tertentu untuk mendapatkan suatu bahan yang diteliti. Husnaini Usman (1996 :42) menyebutkan bahwa metode adalah suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkahlangkah sistematis. Berdasarkan masalah yang hendak dikaji dalam penelitian ini, maka metode penelitian yang digunakan adalah metode sejarah atau metode historis. Menurut Hadari Nawawi (1985: 67), metode sejarah adalah prosedur pemecahan masalah dengan menggunakan data peninggalan masa lampau untuk memahami masa sekarang dalam hubungannya dengan masa lampau. Mohammad Nazir (1985; 33) mengatakan bahwa, metode penelitian sejarah merupakan suatu usaha untuk memberikan interaksi dari bagian trend yang naik turun dari suatu status generalisasi yang berguna untuk memahami kenyataan sejarah, membandingkan dengan keadaan sekarang dan dapat meramalkan keadaan yang akan datang. Louis Gottschlak (1985: 32) berpendapat bahwa metode historis adalah suatu cara yang meliputi kegiatan untuk mengumpulkan, menguji serta menganalisa data yang diperoleh dari peninggalan masa lalu untuk menemukan generalisasi yang berguna dalam usaha untuk memahami kenyataan-kenyataan sejarah serta untuk memahami situasi sekarang dan meramalkan masa yang akan datang. Menurut Gilbert J Gorraghan yang dikutip Dudung Abdurrahman (1999: 43) metode penelitian sejarah adalah perangkat aturan dan prinsip sistematis untuk mengumpulkan sumber-sumber sejarah secara efektif, menilainya secara kritis dan mengajarkan sintesis dari hasil-hasil yang dicapai dalam bentuk tertulis. Sartono Kartodirjo (1992: 37) berpendapat bahwa metode penelitian sejarah adalah prosedur dari cara kerja para sejarawan untuk menghasilkan kisah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
masa lampau berdasarkan jejak-jejak yang ditinggalkan oleh masa lampau tersebut. Penelitian sejarah harus membuat rekonstruksi suatu kegiatan yang disaksikan sendiri, karena secara mutlak tidak mungkin mengalami lagi fakta yang diselidikinya. Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa metode historis adalah suatu kegiatan untuk mengumpulkan sumber-sumber sejarah, menguji dan menelitinya secara kritis mengenai peninggalan masa lampau sehingga menghasilkan suatu cerita sejarah. Dalam penelitian ini di usahakan pembuatan rekonstruksi peristiwa sejarah tentang Gerakan Ahmadiyah dalam kebangkitan Islam di India. Pertimbangan yang mendasar digunakannya metode sejarah atau historis yaitu karena metode ini lebih sesuai dengan data yang dikaji dan dapat mengolah lebih lanjut pandangan-pandangan yang telah lalu mengenai sejarah Gerakan Ahmadiyah.
C. Sumber Data Sumber sejarah seringkali disebut sebagai
. Perkataan data
berasal dari bahasa latin yaitu 1995: 94). Menurut Helius Sjamsudin (1996: 19) data diartikan sebagai suatu fakta atau prinsip yang diberikan atau ditampilkan, sesuatu yang menjadi dasar atau argumen dalam setiap susunan sistem intelektual, materi yang menjadi dasar untuk diskusi, penetapan suatu kebijakan atau setiap informasi rinci. Sedangkan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber sejarah. Menurut
Sidi
Gazalba
(1981: 88),
sumber
data sejarah
dapat
diklasifikasikan menjadi: (1) sumber tertulis, yaitu sumber yang berupa tulisan, (2) sumber lisan, yaitu sumber yang berupa cerita yang berkembang dalam suatu masyarakat, (3) sumber benda atau visual, yaitu semua warisan masa lalu yang berbentuk dan berupa. Dudung Abdurrahman, (1993: 31) berpandapat, sumber menurut bahannya dapat dibagi menjadi dua yaitu sumber tertulis dan sumber tidak tertulis. Sumber-sumber demikian menurut urutan penyampaiannya dapat dibedakan menjadi sumber primer dan sumber sekunder.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
Nugroho Notosusanto (1971: 35) mengemukakan bahwa, sumber primer adalah kesaksian dari seorang saksi dengan mata kepala sendiri atau saksi dengan panca indera yang lain, atau dengan alat komunikasi diktafon yakni menggunakan alat yang dapat mengabadikan pada saat peristiwa itu terjadi. Sumber sekunder adalah sumber yang keterangannya diperoleh dari kesaksian siapapun yang bukan merupakan saksi pandangan mata yakni dari seorang yang tidak hadir pada peristiwa sejarah. Sumber sekunder juga diartikan sumber yang keterangannya diperoleh dari tulisan orang lain atau pihak kedua yang pernah mengadakan penelitian tentang suatu peristiwa. Sumber sekunder biasanya dicatat dan ditulis setelah peristiwa sudah lama terjadi, tetapi sumber sekunder dapat dijadikan sebagai sumber utama apabila sumber primer sulit didapat. Dalam penelitian ini digunakan sumber data yang berupa sumber tertulis. Louis Gosttchalk (1986 : 35), mengemukakan bahwa sumber tertulis dapat dibedakan menjadi dua yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah kesaksian dari seorang saksi dengan mata kepala sendiri atau alat mekanis seperti dektafon yaitu orang atau alat yang hadir pada peristiwa-peristiwa yang diceritakannya, sedangkan sumber sekunder merupakan kesaksian dari siapapun yang tidak hadir pada peristiwa yang dikisahkannya. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber tertulis sekunder yang berupa buku dan majalah. Buku yang dipergunakan antara lain: Ahmadiyya The Renaissance of Islam karangan Muhammad Zafrulla Khan, Pertumpahan Darah Atas Nama Agama karya Mirza Tahir Ahmad Khalifatul Masih IV, Asas-asas dan Perkerjaan Gerakan Ahmadiyah Indonesia (Centrum Lahore) karya Soedewo, Konsepsi atau Pengertian Tentang Negara Islam karya Maulana Muhammad Ali. Gerakan Ahmadiyah di Indonesia karya Iskandar Zulkarnain, buku Tikaman Ahmadiyah Terhadap Islam karya Sayyid Abul Hasan Ali Nadwi, Ahmadiyah Telanjang Bulat di Panggung Sejarah karya Abdullah Hasan Alhadar, Koreksi Total Terhadap Ahmadiyah karya Hamka Haq al-Badry, Tak Ada Nabi Sesudah Muhammad SAW terbitan Media Dakwah, Melacak Ideologi Ahmadiyah karya Ihsan Ilahi Dzohir, Koreksi Terhadap Ahmadiyah Dalam Masalah Kenabian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
karya Dede Nasrudin. dan lain-lain Sumber Majalah yang dipergunakan adalah majalah terbitan Ahmadiyah yaitu, majalah Studi Islam.
D. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Selalu ada hubungan antara metode mengumpulan data dengan masalah penelitian yang ingin dipecahkan, yaitu memberi arah dan mempengaruhi metode pengumpulan data (Moh. Nazir, 1988: 211). Dalam pengumpulan data ini dilakukan kegiatan mengumpulkan, membaca dan mengkaji terhadap berbagai materi atau data yang sesuai dengan tema penelitian. Adapun langkah-langkah operasional yang digunakan dalam penelitian ini yaitu seperti yang diuraikan oleh Nugroho Notosusanto (1971 : 50-54) sebagai berikut : 1. menentukan pokok judul penelitian, 2. menyusun daftar sumbersumber sementara, 3. membaca sumber-sumber sementara dengan melakukan penilaian terhadap sumber primer dan sumber sekunder, 4. menyusun kerangka sementara yang berguna sebagai pedoman bagi pembagian tulisan, 5. meneliti sumber-sumber tulisan, 6. mencatat data hasil penelitian. Berdasarkan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, maka teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan teknik studi pustaka, yaitu melakukan pengumpulan data tertulis dengan membaca buku-buku literature, majalah dan bentuk pustaka lainnya. Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, dilakukan studi mengenai sumber-sumber baik primer maupun sekunder. Kuntjaraningrat (1977: 36) menyatakan ada empat keuntungan menggunakan teknik kepustakaan antara lain : 1. Memperdalam kerangka teoritis yang digunakan sebagai landasan pemikiran 2. Memperdalam pengetahuan dari masalah yang diteliti 3. Mempertajam konsep yang digunakan sehingga mempermudah dalam perumusan 4. Menghindari terjadinya pengulangan suatu penelitian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
Dalam
penelitian
ini
langkah-langkah
yang
dilakukan
dalam
mengumpulkan data adalah sebagai berikut : 1. Mengumpulkan buku-buku, surat kabar, artikel-artikel internet yang relevan dengan masalah yang diteliti. 2. Membaca dan mencatat sumber-sumber data yang diperlukan baik itu sumber primer maupun sumber sekunder. 3. Memfotokopi dan mencatat literatur kepustakaan yang dianggap penting dan relevan dengan masalah yang diteliti. 4. Mengklasifikasikan dan menyeleksi sumber-sumber yang telah dikumpulkan. 5. Membaca dan meringkas kembali sumber yang didapat serta membandingkannya
dengan
sumber-sumber
lain
yang relevan
sehingga menjadi data yang akurat.
E. Teknis Analisis Data Data yang dikumpulkan tidak akan berguna jika tidak dianalisis. Analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam metode ilmiah karena dengan analisis, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian (Moh. Nazir, 1988:405). Dalam penelitian ini teknis analisis data yang digunakan adalah teknis analisis historis. Teknis analisis historis merupakan analisis yang mengutamakan pada ketajaman dalam melakukan intepretasi sejarah. Intepretasi dilakukan karena fakta-fakta tidak dapat berbicara sendiri, fakta mempuyai sifat yang kompleks sehingga fakta tidak dapat dimengerti atau dilukiskan oleh fakta itu sendiri (Sartono Kartodirjo, 1992: 63). Penulisan sejarah yang dapat dipercaya memerlukan analisis data sejarah yang obyektif, sehingga unsur-unsur obyektif dalam menganalisis data sejarah perlu dikurangi. Dalam proses analisis data harus selalu diperhatikan unsur-unsur yang relevan dan sumber data sejarah apakah unsur tersebut kredibel. Suatu unsur tersebut kredibel apabila unsur tersebut paling dekat dengan peristiwa yang benarbenar terjadi. Unsur tersebut diketahui kredibel berdasarkan penyelidikan kritis terhadap sumber data sejarah yang ada (Louis Gattschalk, 1986: 95). Adapun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
langkah-langkah yang dilakukan dalam kegiatan menganalisis data adalah dengan melakukan pengumpulan data yang kemudian diklasifikasikan sesuai tema permasalahan. Dalam menganalisis sebuah sumber diperlukan adanya kritik Intern dan kritik Ekstern untuk menentukan kredibilitas dan otentitas sumber yang didapatkan. Langkah ini berguna untuk mengetaui sumber yang benar-benar diperlukan dan relevan dengan permasalahan yang diteliti. Data yang telah dikumpulkan tersebut kemudian diseleksi atau dibandingkan satu dengan yang lainnya sehingga diperoleh fakta sejarah yang benar-benar relevan. Langkah selanjutnya adalah merangkaikan fakta-fakta tersebut menjadi sebuah karya yang menyeluruh.
F. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian merupakan langkah-langah penelitian yang harus dijalani seorang peneliti sebelum menghasilkan sebuah penelitian yang diharapkan. Setelah mengkaji dan memilih untuk dijadikan sebagai pijakan yang tepat yaitu dengan menggunakan metode historis, maka prsedur penelitian yang penulis lakukan adalah dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
Heuristik
Kritik
Interpretasi
Historiografi
Fakta Sejarah
Keterangan: a. Heuristik Heuristik berasal dari kata Yunani yang artinya memperoleh. Dalam pengertiannya yang lain adalah suatu teknik yang membantu kita untuk mencari jejak-jejak sejarah. Menurut Nugroho Notosusanto (1971: 14) heuristik adalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
kegiatan menghimpun jejak-jejak masa lampau yang merupakan peristiwa sejarah dengan cara melakukan pengumpulan bahan-bahan tertulis, tercetak dan sumbersumber lainnya yang relevan. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan mengadakan riset di perpustakaan dan pusat dokumentasi atau lembaga kearsipan. Pada tahap ini, dikumpulkan sumber atau data yang relevan dengan permasalahan yang akan dikaji. Kegiatan pengumpulan data, dicari data yang relevan dengan melakukan studi kepustakaan, yaitu berusaha mendapatkan data tertulis yang berupa buku-buku dan sumber tertulis lainnya. Pada tahap ini merupakan tahap pengumpulan data yang ada hubungannya dengan Gerakan Ahmadiyah dan Kebangkitan Islam di India (1889-1947). b. Kritik Setelah sumber terkumpul, tahap berikutnya yaitu langkah verifikasi atau kritik guna memperoleh keabsahan sumber. Kritik sumber adalah salah satu kegiatan dalam metode sejarah, yang dilakukan untuk memilih, menyeleksi, mengidentifikasi serta menilai sumber atau data yang akan digunakan dalam penulisan sejarah kritis. Dalam penelitian ini, kritik sumber dilakukan dengan dua cara, yaitu kritik ekstern dan kritik intern. Dalam penelitian ini langkah pertama yang dilakukan adalah dengan melakukan kritik ekstern yaitu melakukan penyelidikan pada bentuk sumber, yaitu dilakukan dengan melihat tanggal, bulan, dan tahun dibuat atau dikeluarkannya sumber. Selain itu, dilihat juga dari sisi pengarang, pihak yang membuat dan pihak yang mengeluarkan sumber tersebut sehingga dapat ditarik kesimpulan apakah sumber itu asli (authentic) atau tidak. Kritik intern berkaitan dengan isi pernyataan yang disampaikan penulis sumber dan menyangkut apakah sumber tersebut dapat memberikan informasi yang dibutuhkan atau tidak. Setelah sumber dinilai keasliannya, kemudian dilakukan kritik intern untuk dapat memastikan kebenaran isi sumber dengan cara membandingkan isi sumber sejarah yang satu dengan sumber sejarah yang lain, antara karangan yang satu dengan yang lain, serta antara buku yang satu dengan yang lain. Kebenaran isi dari sumber tersebut dapat dilihat dari isi pernyataan dan berita yang ditulis dari sumber yang satu dengan sumber yang lain. Langkah yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
ditempuh untuk menyoroti pengarang atau pembuat sumber, yang memberikan informasi mengenai masa lampau yang ingin diketahui, dan harus ada kepastian bahwa kesaksianya dapat dipercaya. Hasil dari kritik sumber ialah fakta yang merupakan unsur-unsur bagi penyusunan atau rekonstruksi sejarah.
c. Interpretasi Intepretasi merupakan kegiatan menafsirkan fakta-fakta yang diperoleh dari data yang telah diseleksi pada tahap sebelumnya untuk selanjutnya dilakukan analisis data. Interpretasi harus didasarkan pada obyektifitas yang besar dan menekan subektifitas semaksimal mungkin. Kegiatan interpretasi dalam penelitian ini menyangkut kegiatan menyeleksi dan membuat periodesasi sejarah. Fakta yang telah diseleksi dihubungkan satu sama lain sehingga fakta tersebut menjadi satu kesatuan sejarah yang utuh. Dalam melakukan interpretasi dihilangkan unsur subyektifitas yang disebabkan data yang diperoleh dari berbagai buku dengan cara membandingkan sumber yang satu dengan yang lain yang bersifat obyektif. Dalam tahap ini langkah-langkah yang dilakukan adalah membaca buku-buku yang berisi tentang peristiwa yang berkaitan dengan penelitian, kemudian dimulai mencari faktor-faktor yang tidak relevan. Terakhir disimpulkan dan ditafsirkan semua hasil data yang telah dibuat untuk dihubungkan antara sumber yang satu dengan yang lain sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh dan menyeluruh kemudian menjadi satu fakta sejarah.
d. Historiografi Historiografi merupakan langkah terakhir di dalam prosedur penelitian historis, historiografi merupakan karya sejarah dari hasil penelitian, dipaparkan dengan bahasa ilmiah dengan seni yang khas menjelaskan apa yang ditemukan beserta argumentasinya secara sistematis. Dalam historiografi seorang penulis tidak hanya menggunakan keterampilan teknis, penggunaan kutipan-kutipan dan catatan-catatan tetapi penulis juga dituntut menggunakan pikiran kritis dan analisis (Helius Sjamsudin,1992: 153).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
Historiografi yaitu suatu kegiatan penyusunan fakta sejarah menjadi kisah sejarah yang disajikan dalam bentuk tulisan. Dalam hal ini imajinasi sangat diperlukan untuk merangkai fakta satu dengan fakta yang lain, sehingga menjadi suatu kisah sejarah yang menarik dan dapat dipercaya kebenarannya. Dalam penelitian ini bentuk dari historiografi diwujudkan berupa karya ilmiah skripsi yang berjudul 19
-
Penulis berusaha menghasilkan suatu cerita sejarah yang dapat dipercaya
kebenarannya sekaligus menarik untuk dibaca.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN
A.
Latar Belakang Kebangkitan Islam di India 1. Latar Belakang Kebangkitan Islam di India a. Kolonialisme Inggris di India
Sejak kekalahan Turki Usmani dalam serangan ke benteng Wina 1683 M, pihak Barat mulai bangkit menyerang kerajaan tersebut, dan serangan itu lebih efektif lagi di abad ke 18. Selanjutnya di abad berikutnya bangsa Eropa didorong oleh semangat revolusi industri dan ditunjang oleh penemuan baru, mereka mampu menciptakan senjata-senjata modern. Secara agresif mereka dapat menjarah daerah-daerah Islam di satu pihak, sedangkan di pihak lain umat Islam sendiri masih tenggelam dalam kebodohan dan sikap yang apatis dan fatalistis. Akhirnya Inggris dapat merampas India dan Mesir, Perancis dapat menguasai Afrika Utara, sedangkan bangsa Eropa lain sudah menjarah daerah Islam lainnya. (Lotroph Stoddart, 1966: 27) Inggris masuk ke India sejak tahun 1600 M. Tujuan awalnya adalah berdagang melalui British East India Company atau lebih dikenal dengan EIC. EIC merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan. Untuk menunjang usahanya, beberapa pabrik didirikan, antara lain di Surath (1620 M), Madras (1640 M), Bombay (1647 M) dan Calcutta (1690 M). Pabrik-pabrik tersebut memproduksi kain sutra, sutra kasar, kain tenun dan lain-lain. Usaha lainnya adalah mengekspor nila dan rempah-rempah serta mengimpor emas, perak, dan hasil logam lainnya. Pada abad ke-18 terjadi pertempuran panjang antara Inggris dan Perancis karena berebut jajahan di India. Hasilnya Inggris mengalahkan Perancis. Kemenangan inilah yang kemudian membelokkan tujuan Inggris di India yang semula berdagang berubah ingin menguasai. Saat itu kekuatan Mughal mulai melemah sehingga Inggris dengan mudah menundukkan satu persatu wilayah Mughal. Daerah pertama yang dikuasai adalah Bengal yang berhasil direbut melalui pertempuran Plassey (1757 M). Di kota inilah didirkan pemerintahan
commit to user 50
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
otonom Inggris yang disusul kemudian wilayah Aud dan Orissa. Tahun 1772 M, Warren Hastings, Gubernur Jenderal di Bengal menyatukan pabrik-pabriknya dan menciptakan kekuatan politik. (Dudung Abdurrahman, 2002: 190) Pada tahap ini aktivitas Inggris dikenal sebagai perampasan Bengal, karena secara permanen merusak industri setempat, dan mengubah pertaniannya, juga mendukung datangnya misionaris protestan yang mulai datang pada tahun 1793 M. Perampasan Bengal secara ekonomis akhirnya mengarah pada dominasi politik. Antara 1789-1818 M, baik lewat perjanjian maupun penaklukan militer, kekuasaan Inggris telah terbangun keseluruh India, kecuali lembah Indus yang baru dapat dikalahkan antara 1843-1849 M. (Karen Amstrong, 2003: 171) Kelemahan Mughal menjadi sebab makin leluasannya Inggris memperluas wilayah jajahan. Para pengganti Shah Jehan dan Aurangzeb telah tunduk pada pemerintah Inggris. Kekuasaan di seluruh anak benua India telah berada di tangan Inggris. Pada 1799 M kepahlawanan Sultan Tipu telah berakhir dengan kematiannya sehingga membuka jalan bagi Inggris untuk lebih memperkokoh kekuasaannya. Pada masa Akbar II terjadi konsesi antara Mughal dan EIC. Inggris bebas mengembangkan usahanya dan sebagai imbalannya Inggris memberikan jaminan kehidupan raja dan keluarga istana. Sejak itu kedudukan raja tak ubahnya seorang pensiunan Inggris yang tidak punya kekuasaan sedikitpun. (Sayid Ali Nadwi, 2005: 97) Setelah India menjadi koloni Inggris, posisi kelompok muslim semakin terancam oleh kekuatan Inggris yang berkembang. Kemunduran Mughal mengakibatkan kerugian simbolik sekaligus kerugian praktis. Eksistensi sebuah rezim muslim adalah adanya jaminan kharismatik terhadap nasib baik komunitas muslim. Dengan runtuhnya Mughal jaminan tersebut telah tiada. Pada beberapa daerah seperti Bengal, kerugian nyata di bidang ekonomi dan politik sangatlah besar. Dengan mereorganisir pendapatan dan administrasi peradilan, Bangsa Eropa menggantikan posisi politik tertinggi yang sebelumnya diduduki oleh umat Islam. Pendudukan yang permanen di Bengal turut menyokong peralihan kekuasaan terhadap properti pertanahan dari pihak Muslim kepada pihak Hindu. Para tentara yang semula bekerja pada rezim yang berkuasa direduksi dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
tampilnya prajurit dari East India Company. Di Bengal, kalangan petani muslim yang bekerja pada tuan tanah Hindu dihapuskan hak-hak adat mereka, dan kalangan penenun Muslim menderita akibat persaingan dengan pakaian Lanchashire yang lebih murah. Beberapa kerugian awal ini disertai dengan kemunduran ekonomi. Semenjak Inggris mengkonsolidasikan kekuatannya, mereka mulai membatasi pendapatan para zamindar agung. Kalangan bangsawan dilepaskan dari penghasilan pajak dan pertambangan, cukai, dan sewa bazaar. Sejumlah subsidi yang diberikan kepada keluarga sultan dibagi-bagi di antara sejumlah ahli waris dan akan diberikan kepada pemberi pinjaman uang (moneylender). Lantaran penghasilan kalangan aristokrat menurun, konsumsi barang-barang mewah juga merosot, tentara, pegawai negeri, dan pengrajin kehilangan pekerjaan. Kehidupan para pribumi, pegawai rendahan, pedagang kecil, pengrajin dan kaum buruh sangat menderita. Rejim baru juga mendatangkan kerugian kultural sebagaimana kerugian di bidang ekonomi dan politik. Semula pihak Inggris bersikap simpatik dengan program pendidikan tradisional muslim dan terhadap kultur bangsa India. Namun pada tahun 1800an kalangan misionaris Inggris menjadi semakin aktif, dan para pejabat Inggris mulai menindas praktik keagamaan. Bahasa Inggris menjadi bahasa pemerintahan dan bahasa pengajaran, pada tahun 1835 M sekolah-sekolah mulai menggunakan bahasa Inggris, pada tahun 1837 M bahasa Persia dihapuskan sebagai bahasa resmi di pengadilan Mughal. Beberapa perubahan di dalam sistem peradilan dan pembentukan aturan-aturan baru atau hukum baru tentang pembuktian dan definisi baru tentang pelanggaran dan hukum pidana menggeser kedudukan hakim agama Islam (syariah). Pihak Muslim menjadi sadar bahwa dengan pemerintahan asing dan meningkatnya pengaruh warga Sikh dan Hindu, telah menjadi permasalahan yang sangat akut yang tengah mengancam kaum Muslim. (Ira M Lapidus, 2000: 262-263) Reaksi terhadap kondisi ini adalah meletusnya perang kemerdekaan pada tahun 1857 M, yang di pimpin oleh umat Islam. Inggris muncul sebagai pemenang dan India menjadi negara bagian Inggris. Pemerintah Inggris menjadi lebih curiga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
dan berdikap reaksioner terhadap Umat Muslim, yang dianggap bertanggung jawab atas pemberontakan ini. Selain itu, Umat Islam dituduh ingin mengembalikan hak-hak kemaharajaan Mughal dengan mengangkat Bahadur Shah sebagai raja (K. Hardono, 1996: 124). Pemberontakan ini membuat Inggris menganggap sikap oposisi kaum Muslim sangat berbahaya bagi kelangsungan kolonialisme Inggris. Adapun kaum Hindu dapat menyembunyikan sikap itu sehingga mereka dapat diajak bekerjasama dengan pemerintah Inggris. Dengan demikian posisi kaum Hindu lebih baik dibandingkan posisi umat Islam. Posisi umat Islam semakin terpencil dan semakin mundur martabatnya dalam masyarakat India yang majemuk. (Iskandar Zulkarnaen, 2005: 50)
b. Mundurnya Kehidupan Umat Islam Perkembangan situasi dan kondisi umat Islam di India mengalami kemunduran, terutama pada abad ke 18 M ketika kerajaan Mughal memasuki zaman kemunduran. Islam hadir di India dibawa oleh orang Arab, Persi, Turki dan berkuasa selama lebih dari delapan setengah abad. Itu membawa pengaruh kepada penduduk India. Banyak diantara mereka beralih ke agama Islam, walaupun jumlahnya tidak mayoritas. Banyak tradisi-tradisi lama dari bangsa-bangsa yang dilalui dan yang menjadi penyebar Islam ke India telah ikut memberi warna terhadap praktek-praktek agama Islam yang sampai ke India ditambah dengan tradisi agama Hindu yang masih kuat pengaruhnya di kalangan pengikut baru Islam. (Hamka Haq al Badry, 1981: 18) Setelah beratus tahun dan turun temurun menganut agama Islam, umat Islam terbawa dalam persaingan dan pertentangan yang keras antar aliran mahzab, dan golongan Islam yang mereka anut seperti: 1) Golongan Syiah dengan Sunni,
dengan kaum syariah, 4) penganut satu mahzab fiqh dengan pengikut mahzab lain. Paham keagamaan yang mereka anut membawa pengaruh juga terhadap sikap dan perilaku keberagamaan mereka, misalnya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
1) Sikap statis yang membawa mereka pada taqlid kepada pendapat dan penafsiran ulama-ulama lampau. Sementara masyarakat bersifat dinamis. Penafsiran yang sesuai untuk suatu zaman belum tentu sesuai dengan zaman sesudahnya. 2) Sikap tidak kritis yang membawa mereka membiarkan keyakinan dan ibadah mereka bercampur dengan ajaran dan tradisi masyarakat yang bertentangan dengan tradisi Islam seperti ajaran Hindu dan Budha. 3) Sikap konservatif yang membawa mereka menentang penerjemaham al
(Iskandar Zurkarnaen, 2005: 49) Sementara itu di kalangan umat Islam pun banyak yang tidak menghiraukan akhlak yang diajarkan Islam. Meminum khamr, menghisap candu, dan melacur menjadi kebiasaan umum. Masjid-masjid pun mulai kosong. Pada sisi lain, muncul orang-orang yang mengaku memiliki kelebihan spiritual serta mengaku menerima risalah dari Tuhan. Semakin besar seorang mampu melakukan hal-hal itu maka semakin luas popularitasnya. Orang-orang semacam ini biasanya menjadi pusat pemujaan rakyat. Akibatnya kecintaan yang tidak lazim terhadap hal-hal yang bersifat tahyul, kekuatan gaib, supranatural, tumbuh subur dalam masyarakat muslim. (Sayid Ali Nadwi, 2005: 4) Sesudah India menjadi koloni Inggris, sikap umat Islam yang masih sangat tradisional dan fatalistis dengan disertai semangat antipati dan fanatisme keagamaan yang berlebihan dalam menghadapi tradisi barat menjadikan umat Islam makin terisolasi. Keadaan India semakin buruk terutama sesudah terjadinya pemberontakan Mutiny di tahun 1857 M. selain itu mereka semakin tenggelam dalam keterbelakangan dan perselisihan dengan sesama muslim karena masalah Khilafiyah. (Iskandar Zurkarnaen, 2005: 50) Polemik antar sekte merupakan gejala umum pada saat itu sehingga memicu meletusnya kerusuhan bahkan pertumpahan darah, serta penerapan proses pengadilan terhadap isu-isu sektarianisme yang kontroversial. Seluruh wilayah India berada dalam perang saudara antar sekte. Hal ini berdampak pada kegelisahan dan menyebabkan perpecahan dalam komunitas Muslim serta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
menghancurkan prestise ulama Muslim dan Islam. Hubungan di antara merekapun terutama yang telah mendapatkan pendidikan barat semakin jauh. Intelektualitas ulama Islam telah tenggelam sampai ke tingkat paling bawah (Sayid Ali Nadwi, 2005: 4) c. Perkembangan Agama Kristen dan Kebangkitan Hindu Di bidang keagamaan, missi-missi Kristen mulai bergerak dengan gencarnya di seluruh dunia semenjak tahun 1804 M, khususnya ketika British & Foreign Bible Society terbentuk.
Bahkan kurun waktu antara tahun 1815 M
hingga 1914 M telah ditetapkan oleh kelompok Kristen sebagai The Great Century of World Evangelization (Abad Agung Penginjilan Dunia). Dan anakbenua India merupakan sebuah sasaran yang dijadikan sebagai proyek besar bagi gerakan penginjilan/kristenisasi itu. Jutaan orang masuk ke dalam agama Kristen melalui gerakan-gerakan missionaris Kristen disana. (Asep Burhanuddin, 2005: 29) Sejak 1799 M gereja dari England Chruch Missionary Society telah lebih dahulu mengokohkan landasannya di India. Kemudian disusul oleh berbagai organisasi misi lain termasuk the Chruch of Scotland, the American United Presbytherian Chruch, English Baptis, American Methodist, the United Brethren of Germany, dan Scandinavian Lutherans. Menjelang 1851 M ada 19 macam perkumpulan misi yang bekerja di India dan pada tahun-tahun 1890-an telah berkembang menjadi 73 buah dan masih ada sejumlah misi yang tak terikat dengan suatu nama perkumpulan. Pada tahun 1851 M telah dihitung ada sekitar 91.000 orang kristiani di India. Hanya dalam waktu tiga puluh tahun kemudian, tahun 1881 M, jumlah ini telah berlipat ganda mencapai 41.711.372 jiwa. (Iaian Adamson, 2010: 126) Dengan stabilitas kekuasan Inggris di India, para misionaris Kristen leluasa melancarkan aktifitas kristenisasi mereka. Kegiatan misionaris Kristen terlihat hampir di setiap tempat, di sekolah-sekolah, rumah sakit, penjara dan pasar. Misionaris ini mencoba untuk menyebarkan agama secara vulgar baik di kalangan Hindu maupun Islam. Mereka secara terbuka mencela kebiasaan yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
telah lama dihargai dan menjadi tradisi rakyat setempat. Perlindungan polisi menimbulkan kecurigaan bahwa pemerintah asing mendukung kegiatan para misionaris itu, hal ini diperkuat oleh tindakan tertentu dari pemerintah dan beberapa pejabatnya. Pada tahun 1850 M, pemerintah memberlakukan undangundang yang memungkinkan seorang yang berpindah ke agama Kristen mendapatkan hak waris dari orang tuanya. (Bipan Chandra, 1971: 136) Faktor lain yang memperlemah posisi muslim adalah munculnya gerakan Hindu dalam berbagai bentuk. Meskipun India dalam kekuasaan kerajaan Islam Mughal, mayoritas penduduknya masih tetap beragama Hindu. Gerakan-gerakan pemberontakan yang mengancam eksistensi kerajaan Mughal tidak saja terjadi pada masa akhir kekuasaan ketika Mughal mengalami kemunduran, tetapi juga terjadi pada saat kerajaan Mughal mengalami kejayaan. Akan tetapi kurun waktu satu setengah abad terakhir gerakan-gerakan pemberontakan khususnya yang dilakukan golongan Hindu dan Sikh semakin gencar, padahal ketika itu Mughal sedang mengalami kemerosotan menjelang kehancurannya. (Iskandar Zulkarnaen, 2005: 48) Gerakan revivalisme Hindu bermula dengan pendirian Brahmo Samaj di Kalkuta tahun 1828 M untuk memasyarakatkan theisme dan refomasi sosial di kalangan warga Hindu. Tahun 1875 M di Bombay berdiri sebuah sekte yang lebih militan dan agressif yaitu sekte Arya Samaj yang didirikan pertama kali oleh Swami Dayananda Saraswati (1824-1883). Ini adalah suatu gerakan yang ingin mengembalikan kemurnian agama Hindu dan menampilkannya sebagai suatu kebanggaan nasional India, sebuah keimanan yang mampu bersaing dengan ajaran Kristen. (Ira. M. Lapidus, 2000: 280) Alirannya banyak menentang pemahaman-pemahaman Hindu Brahma yang ortodoks. Selain itu mereka melancarkan serangan besar-besaran terhadap Kristen maupun Islam. Swami Dayananda Saraswati yang digelari "Hindu Luther" oleh penentangnya, juga menulis sebuah buku Arya Samaj yang bernama Satyarth Prakash,
yang
berisikan
penafsiran/terapan-terapan
ayat
Veda
yang
menggambarkan sikap Hindu terhadap agama-agama lainnya dan terhadap permasalahan-permasalahan sosial kontemporer. Sekte ini berkembang menjamur
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
di India dengan cepat, khususnya di wilayah Punjab. (http// :www.alislam.org/ Indonesia/latar.html#top) Di kalangan warga Hindu sebagaimana di kalangan Muslim, program reformasi modern disertai dengan kebangkitan ortodoks dan tradisionalis. Diantara pusat perhatian kalangan muslim terdidik adalah kampanye menjadikan bahasa Hindi menjadi bahasa resmi. Revivalisme Hindu mengatarkan pada renaisanse penulisan, meningkatnya jumlah surat kabar dengan sirkulasi yang luas, dan akhirnya mengantarkan pergolakan Hindu menentang posisi penting bahasa Urdu dalam urusan pemerintahan. (Ira. M. Lapidus, 2000: 280) Tahun 1867 M beberapa orang Hindu dari Benares mengusulkan penghapusan bahasa Urdu dan tulisan Persia dalam kantor-kantor pemerintah dan sebagai gantinya diusulkan agar bahasa Hindi dan aksara devanagri menjadi tulisan resmi dalam peradilan dan pemerintahan. Pihak Inggris tanggap terhadap tuntutan ini, bahasa Urdu dan tulisan Persia dihilangkan dari kurikulum Universitas Allahabad, dan pada tahun 1900 M Inggris menerima penggunaan tulisan devanagri di beberapa propinsi perbatasan bagian barat laut dan di Oudh. (Pakistan Struggle of Nation,1956: 15) Pendirian Partai Kongres Nasional India tahun 1885 M juga merupakan sebuah pertanda perubahan keseimbangan kekuatan. Partai Kongres, meskipun terbuka bagi muslim, dibentuk oleh para ahli hukum, professional dan intelektual kelas menengah Brahmin, yang pada awal dari gerakan ini mempersalahkan kebijakan generasi Muslim lama. Pada 1905 M pemerintah kolonial Inggris, didasarkan pertimbangan administratif, membagi wilayah Bengal menjadi dua bagian. Terbentuklah sebuah propinsi bagian timur yang mayoritas berpenduduk muslim, tetapi karena tekanan pihak Hindu tahun 1911 M, Inggris membatalkan pembagian wilayah ini. (Ira. M. Lapidus, 2000: 281) Nasionalisme Hindu melangkah lebih jauh kearah tindakan-tindakan yang agresif terhadap daerah-daerah Muslim seperti New West Frontier dan Afghanistan dengan maksud melindungi Hinduisme. Har Dyal menulis dalam Koran Partap terbitan Lahore menyatakan bahwa, masa depan Hindustan dan Punjab pada empat pokok yaitu: Pertama, Hindu Sangathan (persatuan). Kedua,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
Hindu Radj (kekuasaan), Ketiga, Sudhi (memurtadkan kaum Muslim), dan Keempat, Menaklukan dan memurtadkan Afghanistan dan New West Frontier. Gerakan Sudhi dan Sangathan diorganisir dengan teratur maksudnya adalah untuk mengecilkan jumlah kaum Muslim dengan jalan memurtadkan mereka dan mengenai Sangathan ialah untuk menyusun suatu angkatan bersenjata Partikelir guna memusnahkan sisa-sisa kaum Muslim (Pakistan Struggle of Nation,1956: 30) 2. Kebangkitan Islam di India Kesadaran umat Islam untuk mencari solusi atas keterbelakanganya dalam segala bidang, termasuk dalam agama, telah muncul pada pertengahan abad ke 18 yang dimotori oleh Syah Waliyullah, dialah orang petama yang memunculkan ide-ide pembaruan untuk kemajuan Islam di India menganjurkan supaya masyarakat Islam menjadi dinamis dan para ulama supaya berani berijtihad. Syah Waliyullah menyodorkan beberapa hal fundamental yang harus mendapatkan pembaruan. Pertama. Perubahan sistem pemerintahan dari sistem kerajaan ke sistem kekhalifahan. Syah Waliyullah berpendapat bahwa sistem khalifah yang terdapat pada zaman al-khulafa al-rashidun harus digelar kembali. Dengan kata lain sistem pemerintahan absolut harus diganti dengan sistem pemerintahan yang berwatak demokratis. Kedua. Perpecahan umat Islam dikarenakan perbedaan aliran dan mahz
Sunni. Syah
Waliyullah ingin mempertemukan beberapa perbedaan di antara kelompokkelompok keagamaan Islam, dalam sebuah sistem hukum yang berwatak dinamis dan moderat. (Iskandar Zulkarnaen, 2005: 54) Ide-ide pembaruan Islam di India dilanjutkan oleh Shah Abdul Aziz (1239 H/1824 M) putra Syah Waliyullah. Tahun 1803 Syah Abdul Aziz mengeluarkan fatwa yang menegaskan bahwa India merupakan darul harb (negeri permusuhan). Dalam fatwanya Syah Abdul Aziz menganggap penguasa Mughal sebagai imam dalam komunitas Muslim, dan menuduh tindakan Inggris ketika merobohkan masjid sebagai tindakan yang menekan kebebasan muslim dan kaum zimmi. Inggris tidak dapat intervensi terhadap praktek keberagamaan umat Islam, seperti salat jum'at, 'id (hari raya), atau urusan hukum keluarga tentang pernikahan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
Untuk sebab itu dia mendeklarasikan India sekarang sebagai dar a-harb dan masyarakat Muslim India harus bangkit melancarkan gerakan perang suci (Jihad). (Asmawi, 2010: 19) Seorang murid Shah Abdul Aziz, Sayyid Ahmad Barelwi memimpin perjuangan jihad tersebut. Sayyid Ahmad Barelwi berusaha mengembalikan Islam yang sejati dengan menyangkal praktik mistik dan ritual masyarakat awam India, dengan mendasarkan landasan keimanan yang benar kepada al Quran dan Sunnah. Ajarannya tersebut dilanjutkan dengan membangkitkan Muslim India untuk menggulingkan pemerintah asing. Mula-mula gerakan itu bermula dari Bengal kemudian ke Bihar berlanjut ke Utar Pradesh dan dari sana pasukannya berhasil menaklukkan beberapa daerah punjab. Di Panjtar pasukan Sayyid Ahmad Barelwi berhasil memukul mundur tentara raja Sikh Ranjit Singh. Daerah-daerah yang berhasil
diduduki
kemudian
ditegakkan
sistim
pemerintahan
Khalifah
sebagaimana zaman Khulafaur-Rasyidin. Pada tanggal 6 Mei 1831 di Balakot pasukan yang dipimpin oleh Sayyid Ahmad Barelwi dikalahkan oleh pasukan Sikh dari kemaharajaan Ranjit Singh Punjab. Pada pertempuran Balakot itulah Sayyid Ahmad Barelwi tewas. Kekalahannya disebabkan pengkhianatan beberapa suku yang membalik membantu musuh. (A. Yogaswara, 2008: 27) Dengan hancurnya gerakan mujahidin dan runtuhnya Mughal sikap keberagamaan yang berkembang di India adalah merupakan respon terhadap imperialisme Inggris dan sikap taqlid di kalangan umat Islam kepada mahzab yang diikuti, terutama kepada mahzab hanafi. Kelompok pertama yaitu kelompok yang non-kooperatif yang dipelopori oleh ulama tradisional Deoband. Deoband yang dipimpin oleh Muhammad Qasim Naunatawi (1813-1887), Rashid Ahmad Gangohi (1827-1905), dan Imdadullah (1817-1899). Kurikulum pendidikan Deoband menggabungkan studi ilmu-ilmu wahyu (ilmu-ilmu Islam seperti al Quran, hadis dan fiqh) dengan sejumlah mata pelajaran rasional (logika, filsafat, dan sains). Pada sisi lainnya, perguruan Deoband berorientasi sufi dan berafiliasi dengan Thariqat Chisti. Perguruan Deoband mencerminkan kesimbangan antara program inovatif dan responsive terhadap perkembangan zaman baru dan kesetiaan terhadap gagasan Muslim tradissional. (Ira, M. Lapidus, 2000: 272)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
Di Bengal gerakan Faraidi muncul di bawah kepemimpinan Hajji nekankan Islam haruslah dilaksanakan sesuai dengan keterangan di dalam al-Quran, Sunnah Nabi Muhammad, dan kitab hukum mahzab Hanafi. Gerakan Faraidi pada dasarnya tidak menentang mistissisme, tetapi secara tegas menentang pemujaan wali, festival musiman, peringatan
ditujukan kepada Husain, dan beberapa praktik lainnya yang dipandang sebagai unsur kepercayaan Hindu, Budha, atau sejumlah keyakinan para sufi yang ganjil. Pasca kematian Haji Shariatullah putranya yang bernama Dudu Mian, mengubah Faraidi dari gerakan keagamaan murni menjadi gerakan perlawanan kaum petani dan pekerja Bengal, seperti penenun dan pengeboran minyak yang tertindas oleh para zamindar Hindu dan petani kebun nila Inggris. (Ira. M. Lapidus, 200: 267) Kemudian kelompok ulama Barelwis yang dipelopori oleh Mawlana Ahmad Raja Khan, yang mengklaim kebenaran kelompoknya sebagai Ahl Sunnah wa al-Jama'ah. Mereka mempercayai bahwa Nabi SAW. mempunyai Ilmu Gaib dan pengetahuan tentang hakikat ruh. Juga mereka menentang masalah-masalah hukum yang diyakini oleh kelompok keagamaan yang lain, seperti perayaan hari kelahiran Nabi SAW. (mawlid al-Nabi), haul orang-orang suci, kemampuan spiritual orang-orang suci (Abd. Qadir al-Jaylani), membaca surat al-Fatihah pada 40 hari kematian. Respon lain diwakili oleh para mantan elit politik, yang kooperatif terhadap Barat, dengan penyerapan sains Barat dan pembentukan identitas muslim modern. Respon ini dilakukan oleh Aligarh dan Liga muslim dan akhirnya mengantarkan kepada terbentuknya negara Pakistan. (Asmawi, 2010: 21) Gerakan Aligarh didirikan oleh Sayyid Ahmad Khan (1817-1898) pada tahun 1875. Berdasarkan pengalaman dan sejarah umat Islam India serta hasil studi dan analisis yang dilakukan Ssyyid Ahmad Khan, terutama memperhatikan pemberontakan 1857 yang gagal dan juga kunjugannya ke India (1869-1870), maka muncullah ide ide pembaruanya, antara lain: a. kemunduran umat Islam tidak disebabkan karena Islam tidak sesuai dengan perkembangan zaman.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
b. Sumber
kemajuan
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi
adalah
kemampuan akal, kebebasan manusia berkehendak, hukum alam.. c. Menentang taklid dan memerlukan ijtihad untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. d. Umat Islam yang minoritas lebih baik bekerjasama dengan Inggris. Dengan bekerjasama orang Islam dapat memperoleh kemanjian di bidang
politik,
ilmu
pengetahuan,
dan
teknoligi.
(Iskandar
Zulkarnaen, 2005: 56) Upayanya mendirikan
mereformasi
cultural
dan
pendidikan
National Muhammadan Association
dimuali
dengan
pada tahun 1856,
dan
Mohammadan Literary Society pada tahun 1863. Langkah ini diikuti dengan mendirikan Anjuman-i Islam di Bombay dan pendirian beberapa madrasah baru di Dacca dan Chitagong. Sayyid Ahmad Khan sendiri mensponsori penerjemahan literature ilmiah berbahasa Inggris ke dalam bahasa Urdu, mendirikan Ghazipur Scientific Society pada tahun 1864, dan mengajarkan penyampaian pengajaran dalam bahasa Urdu di Universitas Calcutta. Kemudian menerbitkan majalah Tahdib al Akhlak (pemurnian moral) untuk mendidik Muslim India dengan caracara modernism. Puncak dari upayanya terjadi tahun 1875 dengan pendirian Mohammadan Anglo Oriental College di Aligarh, yang menjadi basis intelektual Muslim India. (Ira. M. Lapidus, 2000: 276) Gerakan Aligarh semakin lama semakin membesar, kesediaannya bekerjasama dengan Inggris membuat ruang gerak yang lebih besar bagi Sayyid Ahmad Khan. Di tahun- tahun berikutnya Aligarh menjadi pusat pendidikan yang menghasilkan ulama dan intelektual besar Muslim India. Gerakan Aligarh inilah yang menjadi penggerak utama bagi terwujudnya pembaruan di kalangan umat Islam India. Tanpa adanya gerakan ini, ide-ide pembaruan selanjutnya seperti yang dicetuskan oleh Amir Ali, Muhammad Iqbal, dan maulana Abdul Kalam Azad akan sulit berkembang. Gerakan ini pula yang meningkatkan umat Islam India dari masyarakat yang mundur menjadi masyarakat yang bangkit menuju kemajuan yang pengaruhnyya sangat terasa di kalangan intelektual Islam India. (Iskandar Zulkarnaen, 2005: 57)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
Menurut Muhammad Iqbal yang dikutip A. Yogaswara (2008: 31)
kebesaran sesungguhnya dari Sayyid Ahmad Khan adalah beliaulah Muslim India yang pertama kali merasakan perlunya pembaharuan alam pemikiran kaum
Dalam waktu yang bersamaan muncul lagi seorang tokoh pembaharu yang bernama Mirza Ghulam Ahmad, dengan sifat yang lebih kooperatif terhadap pemerintahan Inggris, ia lalu dianggap memiliki aliran yang saam dengan Sayyid Ahmad Khan. Sebagai gerakan dakwah ahmadiyah bersifat Mahdiistis, aliran ini menganggap pendirinya Mirza Ghulam Ahmad adalah al Mahdi, yang mengemban misi melenyapkan kegelapan dan menciptakan perdamaian dunia. Ahmadiyah juga menempatkan diri sebagai gerakan pembaruan yang bertujuan mengembalikan umat Islam pada pangkal kebenaran Islam, berdasarkan al Quran dan Hadist, dan menyebarkannya sesuai ajaran Mirza Ghulam Ahmad berdasarkan wahyu yang diterimanya (Iskandar Zulkarnaen, 2005: 314) B. Proses Berdiri Dan Perkembangan Ahmadiyah
1. Latar Belakang Kehidupan Mirza Ghulam Ahmad Sejarah berdirinya Ahmadiyah tidak terlepas dari sejarah Mirza Ghulam Ahmad sebagai pendiri gerakan ini. Namanya yang asli hanyalah Ghulam Ahmad. Mirza melambangkan keturunan Mughal. Mirza Ghulam Ahmad lahir pada tanggal 13 Februari 1835 sesuai dengan 14 Syawal 1250 H waktu shalat shubuh di desa Qadian, Punjab, India. Terlahir sebagai kembar tetapi saudara kembarnya meninggal beberapa hari kemudian. Ayahnya bernama Mirza Ghulam Murtaza seorang kepala wilayah dan tuan tanah desa Qadian. Ibunya bernama Charagh Bibi yang berasal dari Keluarga Aima dari Hoshiapur yang masih kerabat kerajaan Mughal. (Abdullah Hasan Alhadar, 1980: 47) Keluarga Mirza Ghulam Murtaza merupakan keturunan Haji Barlas, Raja kawasan Qesh yang merupakan paman Amir Tughlak Temur. Tatkala Amir Temur menyerang Qesh, Haji Barlas sekeluarga terpaksa melarikan diri ke
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
Khorasan dan Samarkand dan menetap disana. Sekitar tahun 1530 M keturunan Haji Barlas yang bernama Mirza Hadi Beg, seorang kepala suku Asia Tengah keturunan Persia, pindah dari Samarkand bersama seluruh keluarga dan pengikutnya memasuki Punjab dan menetap di distrik Gurdaspur sekitar kawasan sungai Bias, yang terletak 70 mil sebelah timur Lahore. Mirza Hadi Beg mendirikan sebuah desa yang diberi nama Islampur. Mirza Hadi Beg yang masih termasuk keturunan bangsawan kerajaan Mughal, dihadiahi wilayah yang terdiri dari beberapa ratus desa oleh Raja Mughal dan diangkat sebagai Hakim atau Qazi yang membawahi wilayah sekelilingnya. Desa yang ia didirikan dikenal dengan nama Islampur Qazi. Dalam perjalanan waktu, kata Islampur tidak pernah terdengar lagi, dan desa itu disebut Qazi saja dan lama-kelamaan menjadi Qadian. (Iskandar Zulkarnaen, 2005:59) Selama kerajaan Mughal berkuasa, keluarga ini dari waktu kewaktu senantiasa memperoleh kedudukan penting, mulia dan terpandang dalam pemerintahan kerajaan. Mirza Faiz Muhammad, pemimpin keluarga ini, berhasil mengatasi kerusuhan yang terjadi di Punjab. Maharaja Farukhsiyar kemudian menganugrahi Mirza Faiz Muhammad dengan gelar Haft Hazari di tahun 1716 M. Gelar ini hanya dianugrahkan hanya kepada anggota keluarga kerajaan. Dengan gelar ini, Mirza Faiz Muhammad memperoleh kekuasaan untuk mengendalikan 7000 prajurit Mughal. (Iain Adamson, 2010: 47) Sepeninggal Mirza Faiz Muhammad, anaknya, Mirza Gul Muhammad, harus berjuang keras mengatasi kekacauan dan pemberontakan di Punjab. Masa kekacauan ini berlanjut sepanjang pemerintahan Muhammad Shah, Shah Alam dan Alamgir III. Mirza Gul Muhammad, menguasai wilayah yang terdiri atas delapan puluh lima desa dan menjadi tuan tanah di wilayah itu. Karena Punjab yang saat itu sedang dilanda persaingan antar kepala suku yang menantang otoritas kerajaan, maka, kekuasaan keluarga ini semakin terdesak oleh kekuatan lain di sekelilingnya, terutama oleh kaum Sikh. Pengganti Mirza Gul Muhammad, Mirza Ata Muhammad, mendapat tekanan yang semakin kuat dari kaum Sikh dan kehilangan kendali atas wilayah yang mengelilingi desanya. Kekuasaannya menyempit hanya tinggal desa Qadian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
sendiri, yang hanya menjadi benteng dengan tembok pertahanan di sekelilingnya. Daerah-daerah lain telah jatuh ke tangan musuh. Sekitar tahun 1802 M orangorang Sikh dari Ramgarh berhasil memasuki Qadian, Mirza Ata Muhammad dan semua anggota keluarganya dipenjara. Segala miliknya dirampas, mesjid dan bangunan lain diruntuhkan, dan salah satu dari mesjid diubah menjadi kuil Sikh, dan bertahan sampai hari ini. (Muhammad Zafrulla Khan, 1979: 2) Pada masa kekuasaan Sikh inilah keluarga Mirza Ghulam Ahmad menjadi miskin dan menderita, sehingga keluarga ini terpaksa harus meninggalkan Qadian. mereka pindah menyeberangi sungai Beas ke Begowal di mana Sardar Fateh Singh Ahluvalia, nenek moyang Maharaja Kapurthala, memperlakukan mereka dengan baik. Keluarga ini tinggal disana untuk sekitar lima belas tahun. Baru pada tahun 1818 M setelah kekuasaan Maharaja Ranjit Singh berhasil menguasai semua raja kecil, keluarga Mirza diizinkan kembali ke Qadian. Keluarga Mirza Ghulam Murtaza bergabung dengan angkatan perang Maharaja Ranjit Singh, bertempur dalam banyak peperangan, dan pada tahun 1834 M, sebagai hadiah atas jasa-jasanya, sebagian harta benda dan lima desa dari tanah milik leluhur yang semula meliputi delapan puluh lima desa diserahkan kembali kepada keluarga Mirza Ghulam Murtaza. (Iskandar Zulkarnaen, 2005: 60) Pada pemerintahan Sikh sesudah Ranjit Singh yakni pada zaman Nao Nihal Singh, waktu pusat kerajaan berada di Lahore, Mirza Ghulam Murtaza, ayah Mirza Ghulam Ahmad, memegang jabatan dalam ketentaraan Raja Nihal Singh tersebut. Dalam tahun 1841 M, Mirza Ghulam Murtaza dikirim ke daerah Mandi dan Kulu beserta jendral Ventura, seorang jenderal berkebangsaan Perancis yang bersama pasukannya disewa oleh Ranjit Singh maupun raja Sikh sesudahnya. Pada tahun 1842 M Ghulam Murtaza, memimpin tentara yang dikirim ke Peshwar, dan dalam kerusuhan di Hezarah ia berjasa besar. Dalam pemberontakan tahun 1848 M Ghulam Murtaza, tetap setia pada pemerintah dan beserta saudaranya Ghulam Muhyiddin ikut membantu pemerintah. Tatkala Bhai Maharaj Singh sedang membawa pasukannya ke Multan untuk menolong Diwan Mul Raj, Ghulam Muhyiddin beserta kepala suku lainnya, Langer Khan Sahiwal, Sahib Khan Tiwana, dan tentara Misra Sahib Dayal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
menyerang kaum pemberontak dan mengalahkan mereka secara total; mengusir mereka sampai ke sungai Chenab. Pasukan gabungan Sikh dengan pasukanpasukan sewaannya yang dipimpin jenderal Ventura itu memukul hebat pasukan pemberontak pada pertempuran di Panjtar. (Abdullah Hasan Alhadar, 1980: 187) Dalam tahun 1839 M Maharaja Ranjit Singh wafat, kerajaan Sikh mulai berpecah belah dan tidak lama kemudian Inggris meluaskan kekuasaanya ke wilayah Punjab. Ketika Inggris menguasai wilayah Punjab dan mengalahkan pemerintahan Sikh, harta benda dan tanah milik keluarga ini kembali dirampas. Inggris menetapkan kepemilikan Mirza Ghulam Murtaza atas desa Qadian dan beberapa dusun kecil yang berdekatan, tetapi menolak kepemilikan atas lima desa yang telah dikembalikan kepada keluarga Mirza oleh Maharaja Ranjit Singh. Sebaliknya pemerintah memberikan sewa seumur hidup kepada kelurga Mirza sebesar 700 rupee setiap tahun. (Iain Adamson, 2010: 49) Mirza Ghulam Murtaza melayani pemerintahan Inggris dengan setia seperti ketika melayani pemerintahan Sikh sebelumnya. Dalam pemberontakan 1857 M keluarga ini berperan penting. Mirza Ghulam Murtaza membantu pemerintah Inggris dengan memasukkan banyak orang menjadi tentara, termasuk anaknya sendiri yang bernama
Mirza Ghulam Qadir, kakak Mirza Ghulam
Ahmad. Atas biaya sendiri Mirza Ghulam Murtaza mengirimkan 50 pasukan berkuda. Bergabung dalam tentara Jenderal Nicholson di Trimughat ketika menghancurkan para pemberontak 46 Native Infantry yang melarikan diri dari Sialkot. Atas dasar itu, Jenderal Nicholson memberikan surat penghargaan kepada Mirza Ghulam Qadir yang menyatakan bahwa pada tahun 1857 M keluarganya di distrik Gurdaspur betul-betul telah membantu dan setia kepada pemerintah Inggris melebihi keluarga lainnya di wilayah itu. Mirza Ghulam Murtaza dan saudarasaudaranya memperoleh hak pensiun sebesar 700 rupee, dan hak milik atas Qadian dan beberapa kampung sekitar Qadian kemudian memperoleh hak menarik pajak sebesar 5% atas daerah-daerah itu (Abullah Hasan Alhadar, 1980: 185) Dengan demikian keluarga Mirza ini pernah menjadi pembantu setia pemerintah Inggris di India. Jauh sebelum pemerintah kolonial Inggris pun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
keluarga tersebut sudah menjalin kerjasama yang erat dengan pimpinan kaum Sikh, terutama pada masa kekuasaan Maharaja Ranjit Singh. Dengan demikian tidak aneh lagi jika gerakan Ahmadiyah bersikap kooperatif kepada pemerintah Inggris. (Iskandar Zulkarnaen, 2005: 61) Semenjak kecil Mirza Ghulam
Ahmad tidak pernah belajar di
sekolah/madrasah ataupun suatu institusi pendidikan formal. Pada usia sekitar 7 tahun (Tahun 1841 M) ayahnya memanggil seorang guru privat yang bernama Maulvi Fazal Ilahi Sahib, seorang penduduk Qadian dan penganut mazhab Hanafi berbahasa Parsi. Setelah berumur 10 tahun yakni tahun 1845 M, dipanggil lagi seorang guru bernama Maulvi Fazal Ahmad Sahib dari Feroze-wala, Gujran-wala, dari kelompok Ahli-Hadis, untuk mengajar nahwu sarf. Pada umur 17 tahun Mirza Ghulam Ahmad dididik oleh seorang guru Syiah, yaitu Maulvi Gul Ali Shah Sahib dari Batala, untuk mengajar kitab Nahwu dan Mantiq/logika. Selain itu Mirza Ghulam Ahmad mempelajari medis dari ayahnya, seorang dokter yang berpengalaman. (Sayid Ali Nadwi, 2005: 12) Pada masa ini Mirza Ghulam Ahmad mulai tertarik pada studi religius, terutama studi yang menyangkut Al Quran. Kitab kitab utama dipelajari adalah Al Quran dan Hadist Bukhari disamping kitab lain seperti Dala-i-lulkhairat dan Masnawi Karya Maulana Jalaludin Rumi, Tazkiratul Aulia, Futhoohul Ghaib dan Safarus-saa-aadat. Mirza Ghulam Ahmad tidak membatasi dirinya kepada studi tentang Islam saja, tetapi juga mulai untuk tertarik pada studi tentang agama Kristen dan Hindu. Mirza Ghulam Ahmad mempelajari Bibel dan kitab kitab Veda serta komentar pengarang-pengarang Kristen, yang pada saat itu berpolemik dengan kaum Muslim dengan menyerang pemahaman Islam dan Nabi Muhammad. (Iaian Adamson, 2010: 55) Perkawinan Mirza Ghulam Ahmad yang pertama terjadi ketika berusia enam belas tahun dengan salah seorang familinya yang bernama Hurmat Bibi. Dengan istri pertama, Mirza Ghulam Ahmad mendapatkan dua anak laki-laki Mirza Sultan Ahmad dan Mirza Fazal Ahmad, yang lahir 1853 dan 1855 M. Kemudian mereka dipisahkan dan tinggal terpisah untuk waktu yang lama, dua
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
anak Mirza Ghulam Ahmad kemudian diasuh oleh saudaranya, Mirza Ghulam Qadir yang tidak berputra. Pada 1884 M ia menikah lagi dengan Nusrat Jehan Begum putri dari Nawab Nasir Delhi. Dari istri keduanya Mirza Ghulam Ahmad sepuluh anak, lima anak meninggal saat masih bayi. Dan lima anak yang hidup lebih lama adalah: Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad (kelak menjadi Khalifatul Masih II), Mirza Bashir Ahmad, Mirza Sharif Ahmad, Nawab Mubarika Begum, dan Nawab Sahiba Amtul Hafeez Begum. (Muhammad Zafrulla Khan, 1979: 8) Sampai tahun 1864 M ketika berusia 29 tahun, Mirza Ghulam Ahmad bekerja pada wakil komisaris di Sialkot dengan gaji kecil. Mirza bertahan dalam pekerjaannya itu selama empat tahun antara 1864 sampai 1868 M. di Sialkot ia berteman dengan seorang pengacara Hindu, Lala Bhim Sen, seorang guru Maulvi Syed Mir Hassan Sahib, dan seorang dokter Mir Husamuniddin Sahib. (Sayid Ali Nadwi, 2005: 12) Selama di Sialkot pula, Mirza Ghulam Ahmad terlibat diskusi dengan orang-orang Hindu dan kaum misionaris Kristen yang pada waktu itu banyak berkhotbah di tempat-tempat umum dan banyak mencela agama Islam. Mirza Ghulam Ahmad terlibat dalam diskusi dengan beberapa orang misionaris. Salah satunya dengan pendeta Butler dari Church Missionary Society yang kemudian menjadi teman dekat. Pada 1868 M setelah empat tahun tinggal di Sialkot Mirza Ghulam Ahmad kembali ke Qadian. (Iaian Adamson, 2010: 63) Keputusan kembali ke Qadian ini berkaitan dengan keinginan ayahnya agar Mirza turut membantu keluarga dalam upaya memperoleh kembali tanahtanah milik keluarga di pengadilan. Namun Mirza Ghulam Ahmad tidak memiliki ketertarikan menjalankan tugas ini. Mirza Ghulam Ahmad lebih tertarik mempelajari buku-buku agama (A Yogaswara, 2008: 41). Sebagian besar waktunya buku-buku Hindu dan Nasrani mengingat pada waktu itu berbagai diskusi dan debat ideologi antara ulama Islam dengan pemuka agama nasrani dan Hindu di India marak terjadi. Masa itu dikenal dengan polemik keagamaan. Orang-orang berpendidikan menyukai kontroversi dan debat keagamaan. Para misionaris Kristen gigih menyebarkan misi mereka dan menyebarkan keraguan terhadap Islam. Pemerintah Inggris, yang secara resmi merupakan pembela iman kristiani,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
melindungi berbagai aktivitas ini. Disisi lain, para aktivis gerakan Arya Samaj dengan penuh semangat berupaya menyudutkan Islam. (Sayid Ali Nadwi, 2005: 31) Mirza Ghulam Ahmad mulai tertarik pada pergerakan kaum Hindu Arya Samaj yang merupakan tantangan baginya serta mendorongnya untuk menulis beberapa artikel keagamaan untuk menentang kepercayaan Hindu dan Kristen. (Ihsan Ilahi Dhohir 2005: 136) Mulai tahun 1872. Mirza Ghulam Ahmad giat membalas serangan-serangan dari kelompok Kristen dan kelompok Hindu khususnya Arya Samaj dan Brahma Samaj. Mirza Ghulam Ahmad banyak menulis artikel-artikel berkenaan dengan itu di berbagai media massa. Antara lain jurnal Manshur Muhammadi yang terbit dari Bangalore, Mysore, India Selatan, yang terbit setiap 10 hari sekali. Kemudian pada beberapa surat-kabar yang terbit dari Amritsar antara lain: Wakil; Safir Hind; Widya Prakash; dan Riaz Hind. Demikian pula pada Brother Hind (Lahore), Aftab Punjab (Lahore), Wazir Hind (Sialkot), Nur Afshan (Ludhiana) dan Isyaatus-Sunnah (Batala). Begitu juga pada Akhbar-e-Aam (Lahore). (Muhammad Zafrullah Khan, 1979: 16) Setelah ayahnya meninggal pada 1875, ketika berumur sekitar 40 tahun Mirza Ghulam Ahmad menerima ilham Ilahi. Atas dasar keyakinannya setelah menerima wahyu, Mirza Ghulam Ahmad menyusun sebuah buku untuk menunjukkan kebenaran Islam, otentisitas
al Quran sebagai wahyu Tuhan,
kerasulan Muhammad sebagai utusan Allah dengan argumen rasional, dan pada sisi lain, menyangkal ajaran Kristen, Sanatan Dharma, Arya Samaj dan Brahma Samaj, buku itu adalah
-e-
wannabuwatil Mohammadiyya (bukti kebenaran kitab Al-Qur'an, dan kenabian Muhammad) atau yang lebih dikenal dengan nama Barahin Ahmadiyah. Buku itu terdiri dari empat bagian. Bagian pertama dan kedua diterbitkan pada tahun 1880 M, bagian ketiga tahun 1882, dan bagian keempat tahun 1884 M. (Iskandar Zulkarnaen, 2005: 63) Pada jilid pertama Barahin Ahmadiyah Mirza Ghulam Ahmad lebih memfokuskan pada balasan serangan terhadap ajaran Arya Samaj yang menghina Rasulullah saw., Nabi Isa as., dan Nabi Musa as. serta yang menuduh kitab-kitab
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
suci para nabi tersebut adalah palsu. Disamping itu Mirza Ghulam Ahmad menyerang akidah Arya Samaj yang menyatakan bahwa ruh tidak diciptakan oleh Tuhan, melainkan telah ada dengan sendirinya sejak awal-permulaan. Dalam jilid pertama ini pula Mirza Ghulam Ahmad mengaku memperoleh perintah dari Tuhan bahwasanya Mirza Ghulam Ahmad dijadikan Ma'mur Minallah (Utusan Allah). Dari itu juga Mirza Ghulam Ahmad menyatakan diri sebagai Mujaddid. Jilid kedua masih berkenaan dengan akidah-akidah Arya Samaj. Kemudian mengenai kedudukan dan perlunya wahyu. Mengenai keunggulan Kitab Suci Al-Quran atas kitab-kitab agama lainnya. Mirza juga menekankan kaidah dasar pembuktian kebenaran suatu agama yang harus berdasarkan pada kitab suci yang diakui oleh agama itu sendiri. Pada jilid ketiga merinci keindahan dan kemuliaan Al-Quran. Menjawab serangan-serangan yang ditujukan kepada Al-Quran. Dan menyatakan bahwa Mirza Ghulam Ahmad menerima wahyuwahyu dari Allah Ta'ala dan Mirza Ghulam Ahmad bersedia untuk membuktikan kebenarannya. Pada jilid keempat membahas tentang bentuk asli bahasa umat manusia, tentang kedudukan mukjizat dan pentingnya nubuatan-nubuatan/ khabar-ghaib seorang nabi berkenaan masa mendatang. Mirza Ghulam Ahmad memaparkan konsep-konsep agama Budha, Kristen dan Hindu Arya Samaj tentang Tuhan, dan membuktikan keunggulan ajaran Islam. Dan kitab-kitab Yahudi pun dipaparkan sebagai perbandingan dengan Al-Quran. (http//:www.aliislam.org/Indonesia /latar.html#top) Buku Barahin Ahmadiyah mendapat sambutan hangat dalam lingkungan akademis dan keagamaan di India. Sambutan atas buku itu berdasar pada realita bahwa Barahin Ahmadiyah menantang agama-agama lain dengan sikap ofensif. Diantara mereka yang menghargai dan sangat mendukung Barahin Ahmadiyah adalah Maulana Muhammad Hussain Batalwi. Dalam jurnalnya Ishaat al-Sunnah ia menulis ulasan dengan panjang lebar memuji karya Mirza dalam enam edisi jurnalnya. Dalam ulasan itu, Barahin Ahmadiyah mendapat sambutan yang luar biasa serta dianggap sebagai sebuah karya akademis yang hebat pada zamannya, sebuah karya besar dalam riset dan penulisan. Walaupun pada akhirnya Maulana
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
Muhammad Hussain Batalwi tersebut berubah dari pendukungnya menjadi salah satu musuh besarnya. Apresiasi lain atas Barahin Ahmadiyah datang dari Maulvi Muhammad Sharif Sahib dari Bengalore, Mysore, India Selatan, yang juga editor dari jurnal Manshoor Muhamadi, dan dari seorang tokoh sufi terkenal di India yang berasal dari Ludhiana. Yaitu Sufi Ahmad Jaan Banyak murid maupun pengikut Sufi Ahmad Jaan yang menjadi tokoh-tokoh pemuka agama Islam saat itu. Sufi Ahmad Jaan menuliskan ulasan tentang buku Barahiin Ahmadiyyah di dalam sebuah selebaran yang berjudul Isytihar Wajibul Izhar. (Sayid Nadwi, 2005: 43) Selain Barahin Ahmadiyah Mirza Ghulam Ahmad juga menulis bukubuku lain antara lain Surma Chasma Arya (cela bagi kaum Arya) 1886 M, Shahna-I-Haq (Batalion Kebenaran) 1887 M, Sabz Ishtihar (selebaran hijau) ditulis 1888 M. dan Sitara-e-Qaisharah (Bintang Sang Ratu) ditulis 1989 M. Tahun 1891 M menulis buku Fath Islam (Kemenangan Islam), buku Tauzih-emaram (Penjelasan maksud), buku Izalah Auham (Memperbaiki beberapa kesalahanpahaman), buku Mubahisa Ludhiana (Debat Ludhiana) dan Mubahisa Delhi (Debat Delhi). (Asep Burhanudin, 2005: 39)
2. Perkembangan Ahmadiyah 1889-1914 M Pada tahun 1886 diadakan diskusi dan perdebatan antara Arya Samaj dengan Mirza Ghulam Ahmad tentang kebenaran Islam dan dalam diskusi tersebut pihak Arya Samaj meminta tanda untuk membuktikan bahwa Islam itu agama yang benar. Untuk menjawab hal ini atas ilham Ilahi, Mirza Ghulam Ahmad bepergian ke Hoshiarpur. Di sini Mirza Ghulam Ahmad menghabiskan 40 hari dalam pengasingan, sebuah praktek yang dikenal sebagai chilla-nashini. Di Hoshiapur Mirza Ghulam Ahmad mendiami rumah Sheikh Mehr Ali Sahib salah seorang pengikutnya, dan hanya meninggalkan rumah pada hari Jumat untuk rza Ghulam Ahmad menyatakan
bahwa
Allah telah menurunkan wahyu kepadanya. (Iaian Adamson, 2010: 104) Wahyu di Hoshiapur baru diumumkan pada bulan Desember 1888, Mirza Ghulam Ahmad secara terang-terangan menyatakan diri menyatakan diri
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
mendapat perintah Tu pengikutnya, wahyu berbahasa Arab yang ia terima berbunyi : Taufan kesesatan telah menaungi dunia sebab itu sediakanlah bahtera, dan barang siapa suka naik bahtera itu akan selamtlah ia dari mati tenggelam adapun yang menolak kematian akan menimpanya (Fathi Islam) (Ahmadi Djajasugita, 2007: 68) Perintah Tuhan dalam Wahyu tersebut menuntut Mirza Ghulam Ahmad melakukan dua hal, pertama, menerima baiat dari pendukungnya, kedua, membuat bahtera, yakni membuat wadah untuk menopang misi dan cita-cita kemahdiannya guna menyerukan Islam ke seluruh penjuru dunia. Perintah Tuhan
perintah Tuhan untuk membuat bahtera yakni membuat wadah (organisasi) menurut Ahmadiyah Lahore telah dilakukan oleh Mirza Ghulam Ahmad. Oleh karena itu pada tahun 1888 oleh Ahmadiyah Lahore dianggap sebagai berdirinya Ahmadiyah. (Iskandar Zulkarnen, 2005: 64) Pada tanggal 12 Januari 1889 Mirza Ghulam Ahmad mengumumkan sepuluh syarat Baiat bagi terbentuknya Jamaah Ahmadiyah yaitu sbb: a. Di masa yang akan datang hingga masuk ke dalam kubur senantiasa akan menjauhi syirik. b. Akan senantiasa menghindarkan diri dari segala corak bohong, zina, pandangan birahi terhadap bukan muhrim, perbuatan fasiq, kejahatan, aniaya, khianat, mengadakan huru-hara, dan memberontak serta tidak akan dikalahkan oleh hawa nafsunya meskipun bagaimana juga dorongan terhadapnya. c. Akan senantiasa mendirikan shalat lima waktu semata-mata karena mengikuti per
-Nya, dan dengan sekuat
tenaga akan senantiasa mendirikan shalat Tahajud, dan mengirim salawat kepada Junjungannya Yang Mulia Rasulullah s.a.w dan memohon ampun dari kesalahan dan mohon perlindungan dari dosa; akan
ingat
setiap
saat
kepada
nikmat-nikmat
Allah,
lalu
mensyukurinya dengan hati tulus, serta memuji dan menjunjung-Nya dengan hati yang penuh kecintaan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
d. Tidak akan mendatangkan kesusahan apa pun yang tidak pada tempatnya terhadap makhluk Allah umumnya dan kaum Muslimin khususnya karena dorongan hawa nafsunya, biar dengan lisan atau dengan tangan atau dengan cara apa pun juga. e. susah ataupun senang, dalam duka atau suka, nikmat atau musibah; pendeknya, akan r bersedia menerima segala kehinaan dan kesusahan di jalan Allah.
suatu musibah, bahkan akan terus melangkah ke muka. f. Akan berhenti dari adat yang buruk dan dari menuruti hawa nafsu, dan benar-benar akan menjunjung tinggi perintah Aldirinya. Firman Allah dan sabda Rasul-Nya itu akan menjadi pedoman baginya dalam tiap langkahnya. g. Meninggalkan takabur, sombong; akan hidup dengan merendahkan diri, beradat lemah-lembut, berbudi pekerti yang halus, dan sopansantun. h. Akan menghargai agama, kehormatan agama dan mencintai Islam lebih dari pada jiwanya, hatanya, anak-ananknya, dan dari segala yang dicintainya. i. Akan selamanya menaruh belas kasih terhadap makhluk Allah umumnya, dan akan sejauh mungkin mendatangkan faedah kepada umat manusia dengan kekuatan dan nikmat yang dianugerahkan Allah
j. Akan mengikat tali persaudaraan dengan hamba ini "Imam Mahdi dan Al-Masih Al-
-mata karena Allah dengan pengakuan
taat dalam hal makruf (segala hal yang baik) dan akan berdiri di atas perjanjian ini hingga mautnya, dan menjunjung tinggi ikatan perjanjian ini melebihi ikatan duniawi, baik ikatan keluarga, ikatan persahabatan ataupun ikatan kerja. (Iaian Adamson, 2010: 107-108)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
Pembaiatan baru dilaksanakan pada 11 Maret M 1889 di kota Ludhiana di rumah Mia Ahmad Jaan. Orang yang melakukan baiat pertama kali adalah Maulana Nuruddin Sahib yang sekaligus menyatakan bahwa Mirza Ghulam Ahmad sebagai pendiri paham ini. Setelah itu diikuti oleh sekelompok kecil antara lain Mir Abbas Ali, Mian Muhammad Husain Moradabadi, dan M Abdullah Sanauri. Pelaksanaan pembaiatan tidak dilakukan di kota Qadian tempat kelahiran Mirza Ghulam Ahmad, tetapi di kota Ludhiana wilayah Punjab. Ludhiana merupakan sebuah kota yang jauh lebih penting dibanding Qadian karena merupakan pusat aktivitas misionaris Kristen dan merupakan tempat penerbitan jurnal Kristen Noor Asfahan (pertama kali terbit pada bulan Maret 1873 M). Di samping itu Ludhiana merupakan salah sekolah bagi misionaris (Mission High School) tertua di India dan tempat para tokoh Islam seperti Maulana Abdul Qadir, Abdul Aziz dan Muhammad yang aktif berperan dalam pemberontakan melawan Inggris. (Iskandar Zulkarnen, 2005: 64) Pada akhir 1890 M, Mirza Ghulam Ahmad menerima wahyu berbahasa Urdu. Wahyu tersebut menegaskan bahwa Nabi Isa a.s telah wafat dan Mirza Ghulam Ahmad adalah al-Masih yang dijanjikan. Wahyu yang diterima berbunyi: Masih Ibnu Maryam Rasulullah faot hocuka he, aor uske rangg me ho kar wa'dah ke muwafiq tu aya he. Al Masih, putra Maryam, Utusan Tuhan, telah meninggal. Engkau inilah yang bangkit dalam spiritnya, sesuai dengan janji. Dan janji Tuhan selalu terjadi
(Iskandar Zulkarnen, 2005: 65)
Sejak menerima wahyu Mirza Ghulam Ahmad meyatakan dirinya sebgai al Masih yang dijanjikan sekaligus sebagai al Mahdi. Hal itu baru diumumkan pada awal tahun 1891 melalui sebuah selebaran. Mengenai pendakwahan Mirza Ghulam Ahmad sebagai Masih dan Mahdi dijelaskan dalam tiga buku, Fateh Islam, Tauzih Maram. dan Auham Izalah.
Menurut Qadian setelah diadakan
pembaiatan tahun 1889 M Mirza Ghulam Ahmad mengorganisasikan para pengikutnya menjadi suatu paham baru yang merupakan bagian dari gerakan baru dalam Islam dengan nama gerakan Ahmadiyah. Tahun itu oleh Qadian dinyatakan sebagai tahun berdirinya Ahmadiyah. Dengan demikian terdapat perbedaan tahun berdirinya Ahmadiyah antara Lahore dan Qadian. Ahmadiyah Lahore meyakini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
berdasarkan wahyu yang diterima Mirza Ghulam Ahmad tahun 1888 sedangkan Ahmadiyah Qadian berpendapat didasarkan pada pembaiatannya tahun 1889. (Iskandar Zulkarnen, 2005: 65) Nama Ahmadiyah, menurut Ahmadiyah Lahore, berasal dari kata Ahmad yaitu satu diantara nama-nama nabi Muhammad. Nabi mempunyai dua nama yang termasyur yaitu Ahmad dan Muhammad. Ahmad artinya banyak memuji sedang Muhammad artinya sangat terpuji. Nama Muhammad menunjukkan sifat kebesaran dan kemenangan yang lazim disebut dengan sifat jalali, sedangkan nama Ahmad menunjukkan sifat keindahan, keelokan dan kehalusan budi, yang sering disebut sifat Jamali. Mirza Ghulam Ahmad memilih nama Ahmadiyah sebagai nama gerakan ini dimaksudkan agar setiap orang yang mendengar nama ini tergerak hatinya bahwa gerakan ini menghayati aktivitasnya dengan sifat jamali, yaitu memperbanyak takwa pada Allah, berdakwah Islam dengan keindahan, keelokan dan kehalusan budi. (Muhdi Jauhar, 1972: 60) Nanang Iskandar (2005: 8), mengutip perkataan Mirza Ghulam Ahmad yaitu sbb: Nama yang tepat untuk golongan ini adalah Muslimin golongan Ahmadiyah. Nama ini diberikan kepada golongan ini karena nabi suci kita mempunyai dua nama, yang satu Muhammad, dan yang satu lagi Ahmad. Nama Muhammad menunjukkan sikap jalalnya, yaitu keagungan dan kemuliannya, yaitu ramalan (phropercy), bahwa nabi suci akan membinasakan dengan pedang barang siapa yang mempergunakan pedang untuk membunuh beratus ratus muslimin. Sedangkan Ahmad menunjukkan jamalnya (keindahannya) yang berarti nabi suci akan menyiarkan damai dan keselarasan didunia. Begitulah maka Allah yang Maha Kuasa membagi nama ini dalam zaman kehidupan beliau, yakni zaman kehidupan belaiau di Mekah yakni terbabarnya nama Ahmad, yang dikatakan Muslimin menderita berbagai macam tindasan dan peganiayaan. Sedang kehidupannya di Madinah terbabarlah arti Muhammad, tatkala menundukkan para penentang dan tuntutan keadilan dianggap perlu oleh Kebijaksanaan Ilahi. Tetapi diramalkan bahwa akhir zaman nanti nama Ahmad akan terbabar sekali lagi jadi oleh karena itu tepatlah bahwa golongan ini dinamakan golongan Ahmadiyah Ahmadiyah Qadian berpendapat bahwa nama Ahmadiyah berdasarkan al-
-Shaf ayat 6 bahwa Ahmad yang disebutkan adalah Mirza
Ghulam Ahmad, Ahmadiyah Qadian menjelaskan seperti di bawah ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
a.
: dan dia (Ahmad) dipanggil (oleh orangorang yang mengaku dirinya Islam) supaya kembali kepada agama Islam.
b. Yuriduna li yuthfiu nurullahi bi afwahihim: mereka itu (seluruh ummat manusia di dunia sekarang ini) ingin benar memadamkan
Muhammad saw. yang memusuhi Agama Allah (Islam) menghunus pedang, tetapi pada akhir zaman ini, yang melawan dan menghantam
dengan alat-alat modern, radio dan tulisan-tulisan. c. dini kullihi: Dia, Tuhan itulah yang mengirim Rasulnya dengan petunjuk, agar dapat ia (Ahmad) memenangkan agama Allah atas segala agama-agama. Ahmadiyah mengartikan ayat tersebut ialah bahwa Dia Tuhan itulah yang mengirim Rasul-Nya dengan petunjuk, agar dapat ia (Ahmad) memenangkan agama Allah atas
segala
agama-agama. Dengan kata lain, Ahmadiyah meyakinkan bahwa Mirza Ghulam Ahmadlah pendiri Ahmadiyah itu, yang akan memenangkan Islam diatas segala Agama. (Abdullah Hasan Alhadar, 1980: 54-57) Tujuh tahun setelah pembaiatan yang pertama di Ludhiana, daftar namanama pengikutnya berjumlah 313. Itu berarti bahwa Ahmadiyah hanya memperoleh tambahan 273 pengikut dalam jangka tujuh tahun atau 40 pengikut baru setiap tahun. Masa ini adalah masa prihatin bagi komunitas Ahmadiyah. Pada masa itu jamaah dihadapkan kepada perlawanan sengit dari segala arah, kemajuannya sedemikian lambat. (Iaian Adamson, 2010: 179) Para penentangnya melawan dengan berbagai cara baik dengan cara berpolemik di media massa maupun dengan debat terbuka. Penentangannya semakin menjadi setelah adanya pendakwaan diri Ghulam Ahmad sebagai seorang nabi dzilli dan ummati (nabi bayangan dan nabi umat Muhammad) pada tahun 1901 M. (Asep Burhanudin, 2005: 42)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
Konferensi (Jalsah Salanah) pertama jamaah Ahmadiyah terjadi tahun 1891 di Mesjid Aqsa, Qadian. Jumlah orang yang menghadiri antara 75-80 orang, Pertemuan itu berjalan dengan baik hingga pada hari terakhir Mirza Ghulam Ahmad memutuskan untuk tahun-tahun ke depan akan diselenggarakan pertemuan. Pada Jalsah Salanah kedua yang diadakan tahun 1892 M jumlah yang hadir meningkat sampai 500 orang. Lebih dari 300 orang datang langsung dari luar Punjab. Untuk menampung para tamu sejumlah gedung segera dibangun, dan dari tahun ke tahun bertambah luas. Sejumlah keputusan dibuat dalam konferensi ini, yang lebih modern dibandingkan gerakan keagamaan lain pada masa itu. Gerakan memutuskan tiga dasar-dasar gerakan Ahmadiyah, yang pertama dengan jalan misi-misi dakwah, yang kedua dengan mendirikan percetakan di Qadian. Yang ketiga dengan jalan pendidikan. Ketiga keputusan ini adalah batu tonggak keberhasilan Gerakan Ahmadiyah. Jumlah orang-orang yang mendatangi Qadian meningkat. Pada tahun 1900 M ada 70, 80 dan kadang-kadang lebih dari seratus pengunjung setiap harinya. Jumlah pengikutnya mulai meningkat. Mirza Ghulam Ahmad menyatakan jumlah itu mencapai 30.000 orang
dengan 500
orang setiap hari yang menyatakan b Dari tahun 1892-1895 M. Ghulam Ahmad menulis beberapa buku, diantaranya asmani faisla (keputusan langit), aina kamalat-e-islam (cermin kesempurnaan Islam), Nishan-e-asmani shahadatul Mulhimin (tanda-tanda langit, kesaksian penerima ilham), sachai ka izhar (pernyataan kebenaran), jang-emuqadas (peperangan suci), syahadat al quran (kesaksian quran), karamat as shadiqin (mukjizat-mukjizat orang benar), tohfai Baghdad (hadiah untuk Baghdad), hamamah al bushra (merpati kabar baik), nur al haqq (cahaya kebenaran), itmam al hujah (menyempurnakan dalil-dalil), sir al khilafah (rahasia khilafah), anwar al islam (cahaya islam), minan arrahman (hadiah-hadiah Allah yang maha pengasih), zia al haq (cahaya kebenaran), nur al quran (cahaya al quran), arya dharm (agama arya), dan sut bachan (perkataan yang benar). Tahun 1896 M Ghulam Ahmad menulis buku Anjam e atham (akhir riwayat atham), masih Hindustan mein (al masih di Hindustan), dan mengajukan libur umum pada hari jumat kepada pemerintah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
Pada tahun yang sama Mirza Ghulam Ahmad menjadi salah satu peserta dalam sebuah konferensi agama agama yang ada di India. Konferensi agamaagama ini diselenggarakan oleh seorang pemimpin Kaisth Hindu, Swami Sadhu Shugan Chandra dengan cara mengundang tokoh-tokoh agama untuk berkumpul dalam satu tempat, untuk menguraikan keindahan agamanya masing-masing berdasarkan topik yang telah ditentukan di Lahore 26-29 Desember 1896 M. wakil-wakil agama yang hadir dalam konferensi ini adalah Sanatan Dharma, hindu, Arya Samaj, Free Tinker, Brahma Samaj, Theosofical Society, Religion of Harmony, Sikh, Islam serta dihadiri oleh enam ribu orang. Konferensi ini meminta para agamawan untuk menyampaikan pandangan agamanya masing-masing mengenai lima hal, yaitu: keadaan alami, Akhlak, dan ruhani manusia, keadaan manusia sesudah mati, tujuan hidup manusia di dunia dan cara untuk mencapainya, dampak amal perbuatan manusia di dunia dan cara untuk mencapainya, dampak amal perbuatan manusia di dunia dan di akhirat, dan jalan untuk memperoleh ilmu makrifat Ilahi. Dalam kesempatan itu Mirza Ghulam Ahmad
menyampaikan lima permasalahan secara keseluruhan
berdasarkan ajrana Al Quran yang disusun dalam sebuah makalah yang diberi judul Islami Ushul Ki Falasati. (Asep Burhanudin, 2005: 43) Pada tanggal 5 Juli 1903 Mirza Ghulam Ahmad menghimbau perlunya chandah. Chandah adalah sumbangan dari setiap Ahmadi kepada Jamaah Ahmadiyah Qadian, sesuai dengan prinsip-prinsip yang ditetapkan oleh Mirza Ghulam Ahmad dan para penerusnya,. Beberapa Chandah bersifat wajib, sementara yang lain bersifat sukarela. Chandah wajib, memiliki jumlah tetap dan harus dibayar setiap tahun. Namun, para anggota yang menghadapi kesulitan keuangan, dapat mengurangi kewajiban membayar Chandah itupun hanya setelah mendapat izin dari Khalifatul Masih. Mirza Ghulam Ahmad memberikan landasan bahwa dengan memberikan chandah, iman akan bertambah kuat karena ini adalah urusan kecintaan dan keikhlasan. (M. M. Ahmad, 1999: 392) Pada tanggal 20 Desember 1905 Mirza Ghulam Ahmad mencanangkan gerakan al-Washiyyat. Yakni suatu gerakan pengorbanan harta dalam bentuk wasiyat, untuk memajukan dan menyebar-luaskan Islam ke seluruh dunia. Mirza
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
Ghulam Ahmad membentuk sebuah badan utama yang dinamakan Sadr Anjuman. Yaitu yang akan mengelola segala permasalahan missi tersebut. Intinya siapa pun yang tergabung menjadi anggota jemaat ini wajib mewasiatkan 1/10 sampai 1/3 dari harta kekayaan dan pendapatan bulanannya, di samping bertakwa, meninggalkan hal-hal yang haram, dan tidak berbuat syirik. Mereka yang menjadi anggota gerakan al washiyyat kelak jika meninggal jenazahnya akan dikuburkan di makam bahesti makbarah (taman bunga) di Qadian. Penyisihan harta kekayaan dan pendapatan bulanan sesuai dengan janji yang dibuat dalam candah washiyyat. (Iskandar Zulkarnaen, 2005: 67) Dalam perkembangannya, mengingat peserta gerakan al washiyat terbatas karena persyaratan yang tinggi maka pada masa khalifah II Mirza Basyirudin Mahmud Ahmad diterapkan
(umum).
ini
adalah sumbangan yang wajib dibayar oleh setiap anggota, baik laki-laki atau perempuan, sesuai dengan prinsip-prinsip ditetapkan oleh Mirza Ghulam Ahmad atau penerusnya. Besarnya chandah 1/16 dari penghasilan. Namun, besarnya dapat dikurangi dengan persetujuan dari Khalifatul Masih dalam keadaan tertentu. (M. M. Ahmad, 1999: 396) Selain chandah-chandah itu masih ada yang lain, seperti chandah jalsah salanah, Chandah Tahriq Jadid dan chandah waqf jaded yang juga diberlakukan kepada anggota dengan ketentuan-ketentuan yang berbeda. Chandah Jalsah Salanah adalah sumbangan wajib untuk membiayai kegiatan Pertemuan Tahunan di Pusat besarnya chandah sekitar 1/10 dari pendapatan bulanan atau 1/20 dari pendapatan tahunan. Chandah Tahriq Jadid adalah sumbangan untuk kegiatan penyebaran Islam ke seluruh dunia besarnya chandah 1/5 pendapatan bulanan sekali setahun. Dan Chandah Waqf Jadid adalah chandah yang tidak ditentukan besarnya. Para anggota biasanya menjanjikan sejumlah uang untuk dibayarkan selama tahun yang bersangkutan minimum 1 pounsterling atau sebanding dapat diharapkan dari setiap anggota yang berpenghasilan. Selain chandah wajib juga terdapat Chandah sukarela seperti Chandas Sadqa, Masjid Fund, Satelit fund, Afrika-India Fund: Darul Yatama fund, Centenary Jubilee fund, Other fund, dan Maryam Marriage fund. (M. M. Ahmad, 1999: 413)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
Dikalangan Ahmadiyah Lahore, sumber dana tidak serinci dan serapi Ahmadiyah Qadian. Ahmadiyah Lahore tidak menggunakan istilah chandah, melainkan menggunakan istilah nafaqah. Para anggotannya diwajibkan membayar nafaqah sebesar 2,5 % dari pengahsilan per bulan. Kegiatan-kegiatan khusus yang memerlukan dana tidak sedikit, seperti muktamar dan pertemuan tahunan, tidak diatur secara jelas dalam Anggaran Rumah Tangga. Menindaklanjuti Gerakan Al Wasiyat pada Desember 1906 telah didirikan sebuah lembaga dengan nama Sadr Anjuman Ahmadiyah yang berpusat di Qadian. Lembaga tersebut bertugas mengurus sekolah sekolah, majalah review of religion, bahesyti maqbarah atau badan urusan wasiat dan urusan-urusan lainnya. Lembaga tersebut beranggotakan 15 orang. Empat belas orang diantarannya langsung ditunjuk oleh Mirza Ghulam Ahmad dan satu orang oleh Khalifah I. mereka yang ditunjuk Mirza Ghulam Ahmad adalah Mirza Basyirudin Mahmud Ahmad Sahib, Nawab Muhammad Ali Khan Sahib, Mir Muhammad Ismail Sahib, Seth Abdur Rahman Sahib Madrasi, Mirza Basyir Ahmad, Maulvi Muhammad Ali Sahib, Sayyid Muhammad Husen Shah Sahib, Syekh Rahmatullah Sahib, Maulvi Ghulam Hasssan Sahib Peshawri, dan Mir Hamid Shah Sahib Sialkoti. Sementara yang ditunjuk oleh Khalifah I adalah Maulvi Sher Ali Shahib. Kwadja Kamaludin yang bertugas di Eropa, menurut ketetapan Sadr Anjuman Ahmadiyah, digantikan oeh Maulvi Sadrudin Sahib untuk sementara. (Iskandar Zulkarnaen, 2005: 70) Setelah wafatnya Mirza pada 26 Mei 1908, Maulana Hakim Nurudin diangkat menjadi khalifah pertama. Hakim Nurudin menduduki posisi yang penting dalam jamaah, Nurudin merupakan orang kedua setelah Mirza Ghulam Ahmad. Hakim Nuruddin dilahirkan 1842 di Bhaira daerah Sarghoda Punjab yang sekarang sebagai bagian dari Pakistan. Ayahnya, Hafiz Ghulam Rasul adalah seorang imam di masjid Bhaira, ibunya bernama Nur Bakht. Pendidikan pertamanya ditempuh di kampung halamannya. Nuruddin belajar kitab fiqih dalam bahasa Punjabi. Kemudian berangkat ke Lahore untuk belajar bahasa Persia dan seni kaligrafi. Nuruddin pernah juga belajar ke Mekkah dan madinah. Petemuan Nurudin dan Mirza Ghulam Ahmad terjadi di Qadian pada tahun 1885.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
Ketika Mirza Ghulam Ahmad menulis kitab Barahin Ahmadiyah, Nurudin menulis sebuah buku yang mendukungnya. Rasa kagumnya semakin bertambah sehingga Nurudin menyatakan sumpah setia terhadapnya dan menerima Mirza Ghulam Ahmad sebagai pemimpin dan pembimbing spiritualnya. (Sayid Ali Nadwi, 2005: 26) Pada masa Maulwi Nuruddin, Ahmadiyah sebagai gerakan Mahdi telah mencapai kemajuan pesat dan mulai dikenal di kalangan umat Islam secara luas. Maulvi Nuruddin mendirikan berbagai lembaga, termasuk sekolah dan publikasi. Beberapa peristiwa penting dari itu adalah sebagai berikut: 30 Mei 1908 Baitul Mal didirikan. 1 Maret 1909 mendirikan Madrasah Ahmadiyah, Hadhrat Syed Muhammad Sarwar Shah ditunjuk sebagai kepala madrasah yang pertama. Dengan semakin berkembang pesatnya penganut Ahmadi, sebuah lingkungan baru dengan nama Darul-Ulum dibangun di Qadian. Banyak bangunan baru didirikan seperti Masjid Noor (1910), Talim al-Islam High School (1912), Rumah Sakit. dan Masjid Aqsa yang selesai dibangun pada bulan Januari 1910. (M. M. Ahmad, 1999: 305) Menerbitkan terjemahan Quran dalam bahasa Inggris, ditugaskan kepada Sekretaris, Sadr Anjuman Ahmadiyah, Maulvi Muhammad Ali. Menerbitkan Majalah dan Koran seperti: Ahmadi, Ahmadi Khatoon, Noor, Akhbar al-Haq, Sulah Payghame, dan Al-Fazl. Pada tahun 1913 Maulvi Nuruddin mengeluarkan petunjuk pada pertemuan Jalsa Salana yang berlangsung selama tiga hari yaitu tanggal 26 Desember 27, & 28. Salah satunya adalah pembentukan misi Ahmadiyah pertama di Inggris pada tahun 1914 M. Mubaligh Ahmadiyah pertama yang dikirim ke London untuk penyebaran Islam adalah Fateh Muhammad Chaudhry Sial. Nuruddin memangku jabatan Khalifah gerakan Ahmadiyah selama enam tahun. Pada 1913 Nuruddin terjatuh dari kuda dan meninggal pada 13 Maret 1914. Beberapa hari sebelum kematiannya. Nuruddin menunjuk Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad anak tertua dari Mirza Ghulam Ahmad, sebagai penggantinya sebagai Khalifah Ahmadiyah. (Sayid Ali Nadwi, 2005: 26)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
3. Perpecahan Ahmadiyah 1914 M Saat Mirza Ghulam Ahmad masih hidup, keutuhan dan kesatuan pengikut ahmadiyah sangat dirasakan. Suasana seperti itu berjalan sampai masa menjelang meninggalnya Khalifah I. Sebab perpecahan Ahmadiyah menurut kalangan Ahmadiyah Lahore karena perbedaan tentang ketokohan Mirza Ghulam Ahmad. Dalam pandangan kelompok Lahore, Mirza Ghulam Ahmad adalah Mujadid (Pembaharu) dan bukan nabi sebagaimana kepercayaan aliran Qadian. Enam tahun sejak wafatnya Mirza Ghulam Ahmad tahun 1914 M terbit pernyataan dari Mirza Basyirudin Mahmud Ahmad bahwa: a. Hazrat Mirza Ghulam Ahmad itu seorang nabi yang sesunguhsungguhnya. b. Mirza Ghulam Ahmad yang sudah diramalkan oleh Isa AS tertulis dalam al Quran asshaf 6 c. dianggap kafir dan telah keluar dari Islam meskipun di negeri manapun hidupnya dan biarpun mereka itu tidak pernah mendengar nama Masih yang dijanjikan. (Soedewo 1937: 78) Maulana Muhammad Ali menentang pandangan Basyirudin Mahmud Ahmad tersebut. Maulana Muhammad Ali menuduh Mirza Basyirudin Mahmud Ahmad berambisi mendirikan sistem kekhalifahan dalam Islam dan menjadikan dirinya sebagai khalifah hal ini hanya dimungkinkan bila sang pendiri gerakan, Mirza Ghulam Ahmad adalah seorang nabi, sebab pengganti seorang nabi adalah Khalifah, seperti nabi Muhammad yang mempunyai Khalifah Rasyidin. Dari ambisi inilah maka Mirza Basyirudin Mahmud Ahmad menabikan Mirza Ghulam Ahmad. Konsekuensinya bila Mirza Ghulam Ahmad adalah nabi, maka seluruh umat Islam yang ada di muka bumi ini tidak layak disebut muslim dengan kata lain seluruh muslim yang tidak percaya kenabian Mirza Ghulam Ahmad telah kafir dan keluar dari Islam. Maulana Muhammad Ali menolak pendapat Mirza Basyirudin Ahmad dan berkeyakinan sesuai keyakinan Mirza Ghulam Ahmad bahwa: a. Mirza Ghulam Ahmad bukan nabi dan tidak pernah mengaku nabi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
b. Nabi Muhammad adalah nabi terkahir dalam artian setelahnya tidak akan ada lagi seorang nabi baik nabi baru maupun lama. c. Siapapun yang telah bersyahadat adalah Islam dan tidak ada satupun yang berhak mengeluarkan dia dari Islam, umat Islam tidak akan pernah menjadi kafir dan diluar Islam hanya karena tidak mempercayai dakwah Mirza Ghulam Ahmad d. Nama Ahmad dalam al Quran 61;6 ditujukan kepada nabi Muhamad saw yang memamng mempunyai dua nama yakni Ahmad dan Muhammad (Ahmadi Djajasugita, 2007: v) Sementara kalangan Ahmadiyah Qadian berpendapat bahwa perpecahan jemaah Ahmadiyah karena ketidaksetujuan sejumlah tokoh Ahmadiyah terhadap pengangkatan khalifah II, yaitu Mirza Basyirudin Mahmud Ahmad. Di antaranya Maulana Muhammad Ali dan Khawja Kamaludin. Mereka menghendaki Muhammad Ali menjadi Khalifah Masih II. Namun dalam pemilihan khalifah tersebut mereka hanya memperoleh dukungan suara minoritas. Karena kekalahan itu, mereka memisahkan diri dan pindah ke Lahore dengan membentuk gerakan di bawah Maulana Muhammad Ali, yang di bernama Anjuman Ishaat Islam. Namun demikian dapat dikatakan bahwa sebelum 1914 M keyakinan Muhammad Ali dan Kwaja Kamaludin sama dengan orang-orang Ahmadiyah lain tentang kenabian dan kerasulan Mirza Ghulam Ahmad. (Amin Jamaludin, 2005: 197) Masalah khalifah sangat erat hubungannya dengan masalah manajemen pengorganisasian Ahmadiyah sebagai gerakan Mahdi. Ada dua pendapat tentang masalah ini. Pertama, mengakui dan mendukung keberadaan organisasi khilafat dengan alasan untuk menuruti ajaran Islam dan wasiat Mirza Ghulam Ahmad, dalam jemaat harus ada khilafat sebagaimana khalifah pertama ditaati oleh jemaat. Begitu pula khalifah yang akan datang juga harus ditaati. Pendapat kedua mengatakan bahwa organisasi khilafat tidak perlu, cukup dengan organisasi Anjuman saja. Untuk menghormati wasiat khilafah I bolehlah ditetapkan seseorang sebagai Amir, akan tetapi Amir ini tidak wajib ditaati oleh jemaat atau Sadr Anjuman Ahmadiyah. Bahkan jabatan Amir pun waktunya terbatas dan bersyarat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
Mengenai iman, kepada Mirza Ghulam Ahmad juga ada dua pendapat. Pendapat pertama mengatakan bahwa iman kepada Mirza Ghulam Ahmad merupakan suatu kewajiban, artinya orang yang tidak percaya kepada Mirza Ghulam Ahmad tergolong keluar dari Islam. Pendapat kedua memandang bahwa iman terhadap Mirza Ghualam Ahmad mememang suatu hal yang baik dan perlu untuk kemajuan rohani, namun bukan untuk kebebasan di akhirat nanti. Artinya, tidak beriman kepada Mirza Ghulam Ahmad pun orang akan mendapatkan kebebasan juga. Mengenai kenabian Mirza Ghulam Ahmad, juga ada dua pendapat. Pendapat pertama berkeyakinan bahwa kenabian tetap terbuka sesudah Rasulullah saw. Sementara itu, pendapat kedua berkeyakinan bahwa sesudah Nabi Muhammad pintu nubuwwat sama sekali tertutup dan mengakui bahwa Mirza Ghulam Ahmad tidak mendakwahkan diri sebagai nabi. Pendapat kedua diperjelas dalam Qanun Asasi Ahmadiyah Lahore bahwa Nabi Muhammad saw adalah nabi terakhir dan sesudah beliau tidak akan datang nabi lagi, nabi lama maupun nabi baru. Siapa saja yang mengucapkan dua kalimat syahadat maka ia Islam. (Iskandar Zulkarnaen, 2005: 71) Perbedaan
pendapat
ini
mendatangkan
akibat
perpecahan
dalam
pergerakan Ahmadiyah Pendapat pertama didukung oleh Mirza Basyirudin Mahmud Ahmad, Nawab Muhammad Ali Khan Sahib, Mir Muhammad Ismail Sahib, Kalifah Rashidudin Sahib, Sert Abdurrahman Madrasi, Mauvi Sher Ali Sahib, dan Mirza Bashir Ahmad. Kelompok ini berpusat di Qadian diketuai Mirza Basyirudin Mahmud Ahmad dengan mempergunakan gelar Amirul Mukminin dan Khalifatul Masih ke II. Pendapat kedua di dukung oleh Maulvi Muhammad Ali Sahib, Kwaja Kamaluddin Sahib, Mirza Yakup Beg Shahib, Sayyid Muhammad Husen Shah Sahib, Syaikh Ramatullah Sahib, Maulvi Ghulam Hasan Shah Sahib, Dr. Basyarat Ahmad dan Maulana Sadrudin. Aliran kedua berada di Lahore diketuai Maulana Muhammad Ali dengan predikat presiden. (Soedewo, 1937: 80) Meskipun perpecahan dalam Ahmadiyah selalu dijelaskan sebagai perbedaan doktrinal, bentrokan kepribadian mungkin juga berperan. Masuk akal untuk mengasumsikan bahwa Muhammad Ali yang memiliki gelar MA dari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
Inggris, mengajar di berbagai perguruan tinggi di Lahore, dan telah bergabung dengan Ahmadiyah sejak 1892 M tidak mudah untuk menerima kepemimpinan Mahmud Ahmad, yang lima belas tahun lebih muda dan berpendidikan lebih rendah. Penjelasan yang sama dapat diberikan juga untuk sikap yang diunjukkan oleh
Khwaja
Kamaludin.
(http://en.wikipedia.org/wiki/Mirza_Basheer-ud-
Din_Mahmood_ Ahmad) Setelah perpecahan, Ahmadiyah yang berpusat di Qadian dipimpin oleh Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad putra Mirza Ghulam Ahmad. Perkembangan kegiatan dakwah Ahmadiyah di bawah kepemimpinan Mirza Basyirudin Mahmud Ahmad sangat pesat, dari tingkat madrasah sampai ke tingkat universitas, Mirza Basyirudin Mahmud Ahmad mencanangkan sebuah gerakan yang disebut Tahrij Jadid yang intinya: a.
Penyebaran Islam ke seluruh dunia,
b.
Himbauan untuk mewakafkan diri sebagai mubaligh,
c.
Himbauan kepada seluruh jamaat untuk hidup sederhana dan menyisihkan penghasilannnya secara sukarela untuk gerakan Tahrij Jadid. Penyisihan penghasilan untuk kepentingan gerakan ini dikenal dengan Chandah Tahrij Jadid.
Selama masa jabatannya, ia mendirikan 46 perwakilan luar negeri Mengirimkan misi-misi asing termasuk Mauritius (1915), AS (1920), Ghana (1921), Mesir (1922), Bokhara (1923), Iran (1924), Palestina dan Suriah (1925), Jawa dan Colombo (1931) Burma dan Jepang (1935), Argentina dan Albania (1936), Yugoslavia dan Sierra Leone (1937), Spanyol (1946) dan Lebanon (1949). Mahmud Ahmad juga membangun masjid di sebagian besar tempat di mana misi berada. Penerbitan majalah secara berkala juga dimulai dalam berbagai bahasa. Dia juga mulai penerbitan Al-Qur'an ke dalam bahasa Inggris untuk negaranegara Eropa (Iskandar Zulkarnaen, 2005: 67) Pada tahun 1919 Mahmud Ahmad juga mereformasi Sadr Anjuman Ahmadiyah (Pimpinan Pusat Direktorat). Dia memulai sistem departemen yang terpisah dalam Anjuman seperti pendidikan, keuangan, sastra, dan urusan umum. Setiap departemen dipimpin oleh seorang sekretaris (Nazir) termasuk departemen
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
untuk urusan luar negeri, dan pembentukan sistem Amarat di tiap provinsi. Emir masing-masing provinsi di bawah Khalifah. Pada tahun 1922 Mahmood Ahmad membentuk Majlis-e-syura (Badan Musyawarah) dari masyarakat. Majelis terdiri dari wakil-wakil terpilih dari berbagai lapisan masyarakat yang berkumpul sekali setahun (M. M. Ahmad, 1999: 307) Dalam rangka konsolidasi antara pusat dan daerah, berbagai Nazarat dibentuk di bawah naungan Sadr Anjuman Ahmadiyah Qadian. a. Nazarat Dawato Tabligh b. Nazarat Taleem c. Nazarat Umoor-e-Aamma d. Nazarat Bait-ul-Mal dan e. Nazarat Ulia untuk mengawasi, membimbing dan mengarahkan Jamaat. Dibentuk pula beberapa organisasi berdasarkan tingkat umur dan jender yaitu: a. Ansaarullah untuk pria di atas 40 tahun. b. Khuddam-ul-Ahmadiyah untuk pemuda di bawah 40. c. Atfal-ul-Ahmadiyah untuk anak laki-laki di bawah 15 tahun. d. Lajna Imaullah bagi perempuan. e. Nasiratul Ahmadiyah untuk anak perempuan. Pada tahun 1940 di bawah arahan dan pengawasan Basyirudin Mahmud Ahmad, setelah penelitian dan perhitungan, diperkenalkan kalender baru, Hijriah/Shamsi untuk jamaah Ahmadiyah. Sulh (damai) Januari, Tabligh (khotbah) Februari, Aman (perlindungan) Maret, Shahadat (mati syahid) April, Hijrat (Migrasi) Mei, Ihsan (kebajikan) Juni, Wafa (kesetiaan) Juli, Zahoor (penampilan) Agustus, Ikha (persaudaraan) September, Tabook (pertempuran Tabuk): Oktober, Nabuwat (kenabian) November,
Fatah (kemenangan):
Desember (M. M. Ahmad, 1999: 490) Beberapa publikasi telah dimulai di bawah kepemimpinannya dan Basyirudin Mahmud Ahmad sendiri menulis banyak buku. Karya terbesarnya adalah menulis tafsir al Qur'an sebanyak 10 volume dalam bahasa Urdu, yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
dikenal sebagai Tafsir-i-Kabir, dan juga menulis tafsir ringkas Al-Qur'an, yang disebut Tafsir-i-Saghir. Basyirudin Mahmud Ahmad mengunjungi Eropa dua kali. Pada kesempatan pertama, Basyirudin Mahmud Ahmad mengunjungi London untuk menghadiri Konferensi Wembley, di mana wakil dari berbagai agama mempresentasikan keunggulan agama mereka. Pada Konferensi ini, Basyirudin Mahmud Ahmad menulis sebuah esai dalam bahasa Urdu yang berjudul, "Ahmadiyah, Islam Sejati".
Kesempatan keduanya mengunjungi Eropa, pada
tahun 1955, untuk pengobatan. Pada tahun 1947, ketika pembagian anak benua India menjadi India dan Pakistan, bersama dengan muslim lain, jutaan anggota Jemaat Ahmadiyah harus bermigrasi dari India ke Pakistan. Dalam rangka untuk menjamin persatuan mereka, integritas dan keutuhan, Khalifatul Masih II mendirikan Pusat baru di Rabwah, dekat Sungai Chenab di Distrik Jhang, dimana, kantor, sekolah, universitas dan berbagai departemen yang didirikan kembali. (M. M. Ahmad, 1999: 309)
C. Peran Ahmadiyah dalam kebangkitan Islam
Beberapa tokoh menilai bahwa ajaran Mirza Ghulam Ahmad adalah reaksi atas munculnya Gerakan Aligarh. Menurut Prof. H.A.R. Gibb yang dikutip Abullah Hasan Alhadar, (130: 1986) bahwa: "Gerakan Ahmadiyah mulai melangkah sebagai suatu pergerakan Liberal dan gerakan pembaharuan yang bersifat damai yang membawa minat ke arah satu langkah baru kepada mereka yang sudah kehilangan kepercayaannya dalam Agama Islam yang tua. Pendiri gerakan ini, Mirza Ghulam Ahmad tidak saja mengaku sebagai Mahdi dari Islam dan sebagai Messiah dari Kristen akan tetapi jtaga sebagai penjelmaan (Avatar) dari Khrisna." Gibb kemudian menambah lagi: "Bahwa gerakan Ahmadiyah ini adalah gerakan Sinkretis sebagai reaksi terhadap gerakan Aligarh, Mirza Ghulam Ahmad menuntut sebagai pembawa wahyu untuk mentafsirkan baru Islam bagi keperluan zaman baru". Dengan demikian menurut Gibb dapat disimpulkan bahwa gerakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
Ahmadiyah adalah gerakan Sinkretis sebagai reaksi terhadap gerakan Aligarhnya Sir Syed Ahmad Khan. Muhammad Iqbal yang dikutip A. Yogaswara, (2008: 33). Berpendapat: "Di Barat daya India, negeri dimana keadaan maupun kondisinya lebih orisinil, primitif dari negeri-negeri lain di India, gerakan yang dilahirkan Sir Syed Ahmad Khan segera mendapat reaksi serta ditandingi dan diikuti dengan seksama oleh suatu gerakan baru, yakni Ahmadiyah Mirza Ghulam Ahmad, suatu aliran mistik yang aneh, mencakup mistik-mistik bangsa Smit dan Arya, dimana ajaranajarannya tidak lagi mementingkan keutamaan jiwa yang bersih sebagaimana lazimnya pada ajaran-ajaran sufi, melainkan terarah dan terpusat pada cita-cita dan kepuasan seseorang yang mengaku dirinya sebagai Messiah yang dijanjikan." Sedangkan
menurut
seorang
sufi
wanita
Maryam
Jameelah,
mengungkapkan tentang Mirza Ghulam Ahmad: "Bahwa hampir semua langkahlangkah, cara-cara maupun ide-ide Sir Syed Ahmad Khan, diambil oleh Mirza Ghulam dan diterapkan dengan seksama, sambil menyelipkan fatwa bahwa jihad melawan Inggris adalah kejahatan yang terkutuk Mengenai peran Ahmadiyah dalam kebangkitan Islam di India menurut Sayid Abul Hasan Ali Nadwi (2005: 176-177). Adalah bahwa Mirza Ghulam Ahmad dengan Ahmadiyahnya tidak memberikan kontribusi berarti bagi khazanah agama dan intelektual umat Islam. Ahmadiyah juga tidak memprakarsai suatu pergerakan luas untuk kebangkitan Islam demi kepentingan secara keseluruhan, juga tidak membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi Ummat Islam. Mirza juga tidak mempunyai andil yang berarti bagi pengembangan Islam baik di India maupun di Eropa. Misinya hanya ditujukan kepada ummat Islam dan justru hanya mendatangkan kebingungan mental serta perdebatan keagamaan yang tidak perlu dalam komunitas muslim. Sekiranya Mirza dianggap sukses itu hanya menyangkut warisan kepemimpinan yang ditinggalkan bagi keluarganya. Pada dasarnya, keberhasilan Ahmadiyah selama beberapa dekade telah dipengaruhi oleh kondisi yang mendukung saat itu dan bukan dipengaruhi oleh vitalitas ajarannya. Perkembangannya ditopang oleh kebingungan intelektual yang terjadi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
di India, terutama di Punjab. Ahmadiyah juga diuntungkan oleh kekuasaan Inggris di India. Kedekatan Ahmadiyah dengan pemerintah kolonial Inggris terjalin sejak era Mirza Ghulam Murtaza ayah Mirza Ghulam Ahmad. Mirza Ghulam Ahmad yang dikutip M. A Suryaman (2005:92) mengungkapkan: -orang yang berusaha untuk menyembunyikan jasa yang dilakukan oleh ayahku, Mirza Ghulam Murtaza, dan saudaraku Mirza Ghulam Qadir, selama lebih dari setengah abad, sebagaimana tersebut dalam surat-surat pemerintah dan bukunya Sir Leppel Griffin yaitu Chiefs of the Punjab, dan jasa yang dilakukannya seperti dalam tulisan-tulisanku selama lebih dari delapan belas tahun dan untuk membuat kesalah-pahaman di dalam pikiran pejabatpejabat Inggris dan menimbulkan keraguan mengenai suatu keluarga yang telah setia kepada pemerintah dan telah berlaku baik kepadanya. Beberapa orang telah diketahui untuk menyampaikan kecaman yang salah kepada pemerintah mengenai perbedaan keagamaan; atau karena kecemburuan, atau dendam, atau beberapa motif pribadi. Para pejabat diminta untuk bertindak dengan bijaksana dan berhati-hati, dan setelah adanya penelitian dan perhatian kepada suatu keluarga yang mana telah setia dan mengabdi dengan baik dan mengenai halnya para pejabat tinggi dari pemerintah yang selalu mengungkapkan pandangannya dalam surat-surat mereka bahwa anggota keluarga ini adalah orang-orang baik dan pegawai setia dari pemerintah Inggris yang mana adalah sebuah pohon yang ditanam Perihal dukungannya kepada pemerintah Inggris. Mirza Ghulam Ahmad yang dikutip M. A Suryaman (2005:92) menjelaskan alasannya sebagai berikut: Pemerintah telah memberikan kebebasan bagi setiap orang untuk menyebarkan agama mereka sehingga masyarakat mendapatkan kesempatan untuk meneliti dan mengamalkan prinsip-prinsip dari setiap agama serta menampilkan argumentasi-argumentasi yang mendukung nyebutkan kebaikan pemerintah Inggris berulang-ulang di dalam tulisan-tulisan dan khotbahkho Mengenai penghapusan jihad Mirza Ghulam Ahmad yang dikutip Sayid Ali Nadwi (2005: 103) menjelaskan: Rasulullah s.a.w. dasar jihad Islam adalah bahwa Tuhan telah murka kepada orang-orang zalim. Akan tetapi hidup di bawah kekuasaan suatu pemerintahan yang baik seperti pemerintahan Ratu kita, kalau membuat rancana jahat terhadapnya, itu namanya bukan jihad tetapi suatu gagasan biadab yang lahir dari kejahilan. Berbuat jahat terhadap suatu pemerintah yang memberi kebebasan hidup dan keamanan penuh, dan kewajiban agama pun dapat ditunaikan sepenuhnya, adalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
suatu tindakan kriminal, bukan jihad menempatkan saya dalam ketentuan bahwa ketulusan taat dan berterima kasih harus ditampakkan kepada suatu pemerintah yang baik seperti umpamanya pemerintah Inggris. Saya dan jemaat terikat oleh ketentuan ini. Saya telah menulis buku dalam bahasa Arab, Farsi dan Urdu tentang masalah ini, dan telah membeberkannya dengan terperinci bagaimana kaum muslimin di India Inggris berkehidupan tenteram dalam pemerintahan Inggris, dan bagaimana mereka dapat menyebarkan agama dengan bebas dan menunaikan kewajiban agama tanpa hambatan apa pun, betapa keliru dan jahat jadinya kalau mempunyai gagasan jihad terhadap Kaum Muslim beranggapan bahwa aliran ini diciptakan oleh Inggris sebagai upaya untuk menjauhkan kaum Muslim dari agama Islam yang sebenarnya. Keuntungan yang utama bagi Inggris karena munculnya Ahmadiyah ialah timbulnya perpecahan di kalangan ummat Islam yang tidak bisa dielakkan lagi. Pemerintah kolonial Inggris mengkhawatirkan semangat jihad pejuang Muslim yang telah menyulitkan mereka dalam mengusai negeri-negeri Muslim. Dengan munculnya Ahmadiyah dengan doktrin jihad jalan damainya, Inggris berharap agar para pejuang muslim tidak lagi melakukan perlawanan terhadap pemerintah kolonial Inggris dengan mengatas namakan Islam. Inggris memberikan jaminan kepada Mirza Ghulam Ahmad dan alirannya, dapat berkembang terus tanpa rintangan ataupun gangguan terhadapnya dan alirannya. Sejak itu ajarannya mulai menyebar ke seluruh dunia, Ahmadiyah senantiasa membantu penjajah Inggris agar dapat membangun sebuah markas di setiap Negara. Afrika dan Negara-negara barat menjadi target utama Ahmadiyah. Di Afrika Ahmadiyah memiliki 5 ribu orang yang khusus bertugas merekrut orang-orang bergabung dengan Ahmadiyah. Warga Ahmadi memperoleh perlakuan istimewa dari pemerintah Inggris, mereka dipermudah untuk bekerja sebagai pegawai di beberapa instansi pemerintah, perusahaan-perusahaan dan persekutuan dagang (A. Yogaswara, 2008: 55) 1. Bidang pemikiran Islam Sebagai gerakan keagamaan, Ahmadiyah ingin memperbarui dan mengangkat kembali keadaan umat Islam melalui perubahan pola pikir dan sikap dalam memahami agama Islam sesuai dengan perubahan zaman. Hal ini dianggap perlu dilakukan untuk menghadapi serangan pemeluk Hindu, misionaris Kristen,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
dan peradaban Barat yang semakin merasuk ke dalam masyarakat muslim India. Perubahan pola pikir yang ditawarkan Ahmadiyah dalam bidang pemikiran keagamaan, khususnya yang bersifat teologis adalah pandangannya tentang wahyu, kenabian, mujaddid, al masih dan al mahdi dan jihad. 1) Masalah Wahyu Menurut Ahmadiyah Allah itu dari dulu mendengar dan bersabda kepada hamba-hambaNya yang tulus, sekarangpun demikian pula dan sampai hari kiamat juga demikian. Berakhirnya kenabian pada diri nabi Muhammad tidak menutup turunnya wahyu, karena banyak orang yang menerima wahyu meskipun bukan nabi. Seperti wali atau sufi. Bahwa terdapat beberapa jenis wahyu. Ada wahyu nubuwat (wahyu kenabian) dan ada wahyu walayat (wahyu kewalian). Jenis wahyu menentukan penerima wahyu dan memang wahyu kenabian telah berakhir. Wahyu yang diterima Mirza Ghulam Ahmad bukan wahyu nubuwah tetapi wahyu kewalian. Wahyu nubuwah telah berakhir dengan wafatnya nabi Muhammad. (Ahmadi Djajasugito, 2007: 38) Menurut Ahmadiyah wahyu Allah yang dimaksud dalam Al-Quran adalah kenyataan yang universal. Wahyu Allah tidak hanya diturunkan kepada nabi dan rasul saja, tetapi juga kepada semua manusia, dan bahkan dikaruniakan juga kepada semua makhluk ciptaanNya, termasuk benda-benda yang tidak bernyawa. Menurut Ahmadiyah terdapat lima golongan penerima wahyu yaitu: a) Wahyu Allah yang diturunkan kepada makhluk yang tidak bernyawa, seperti bumi dan langit (QS. 41: 11-12) b) Wahyu Allah yang diturunkan kepada binatang, seperti lebah (QS. 16: 6869) c) Wahyu Allah yang diturunkan kepada malaikat (QS. 8:12) d) Wahyu Allah yang diturunkan kepada manusia biasa, baik laki-laki maupun perempuan bukan nabi, seperti para sahabat nabi Isa (QS. 5: 11) dan ibu nabi Isa (QS. 28: 7) e) Wahyu Allah yang diturunkan kepada para nabi dan rasul. (QS. 21:7) (QS. 4: 164). (Iskandar Zulkarnaen, 2005: 114)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
Ahmadiyah menjelaskan cara turunnya wahyu kepada manusia, terdiri dari tiga macam. a) Wahyu Khaffiy (wahyu batin) atau wahyu ghairu matluw (wahyu yang tidak diucapkan atau dibacakan), yaitu mengilhamkan suatu pengertian dalam hati, karena wahyu disini digunakan dalam makna aslinya, yaitu isyarat cepat atau membisikkan dalam hati, untuk membedakan dari wahyu dalam bentuk firman tuhan. Wahyu ini dapat diterima nabi maupun bukan nabi. b) Dari belakang tirai ( yaitu;
), yang terdiri dari tiga macam,
(mimpi), Kasyaf (penglihatan), dan Ilham (mendengar suara
atau ucapan kata-kata dalam keadaan perpindahan untuk sementara ke alam rohani, yaitu dalam keadaan antara tidur dan sadar). Wahyu jenis ini adalah jenis wahyu yang paling sederhana, bisa dialami oleh para Nabi maupun bukan nabi baik mukmin maupun kafir, baik saleh maupun berdosa. c) Wahyu matluw (wahyu yang dibacakan) atau wahyu nubuwah (wahyu kenabian). Adalah wahyu, yang khusus hanya dianugrahkan kepada para nabi, wahyu yang disampaikan oleh malaikat Jibril melalui ucapan, ini adalah wahyu yang paling kuat dan paling terang. (Maulana Muhammad Ali, 2007: 257) Dengan demikian Ahmadiyah Qadian mempercayai bahwa bukan hanya wahyu yang akan datang terus-menerus setelah nabi Muhammad, melainkan nabi pun juga akan berlangsung terus-menerus. Mirza Ghulam Ahmad yang diangkat Tuhan sebagai al Masih dan al Mahdi, melalui ilham yang diterimanya dipandang sebagai seorag nabi oleh versi qadiani. Secara implisit aliran Lahore pun mengakuinya, hanya saja terma yang dipakai adalah nabi lughawi, bukan nabi haqiqi. Dalam menggunakan istilah wahyu dan ilham, Mirza Ghulam Ahmad semula mengakui bahwa petunjuk yang diterimanya dari Tuhan sebagai ilham, kemudian oleh para pengikutnya dinyatakan sebagai wahyu. Pernyataan seperti ini tidak dibantah sama sekali oleh Mirza Ghulam Ahmad, bahkan mengakui kebenarannya. Dengan demikian Ahmadiyah tidak membedakan antara ilham
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
dengan wahyu. Untuk itu digunakan terma-terma baru seperti wahyu nubuwwah, wahyu tarsi, wahyu ghair tarsi, wahyu walayah, wahyu matluw, wahyu ghair matluw, dan sebagainya. (Iskandar Zulkarnaen, 2005 118) 2) Masalah Jihad Kata jihad berasal dari kata kerja Jahada yang berarti mengerahkan diri sendiri atau berjuang. Jihad dalam hukum istilah didefinisikan sebagai usaha sekeras-kerasnya dan bersungguh-sungguh. Jihad yang diperintahkan Al-Quran ialah berusaha keras untuk menegakkan kebenaran dan untuk mencapai tujuan suci yang diridhai Allah. Misalnya perjuangan rohani untuk mendekatkan diri pada Allah, mengorbankan harta benda dan jiwa di jalan Allah dan sebagainya. Jihad sendiri bukan berarti perang melainkan berarti berjuang untuk mencapai kedekatan pada Allah dan demi membela perkara Islam. (Zahid Aziz, 2007: 60) Menurut Ahmadiyah banyak ulama ahli fiqih yang salah mengartikan Jihad dengan qital, karena disebabkan oleh beberapa hal yaitu; a. Salah mengartikan kata Jihad. Jihad yang artinya luas, digunakan dalam arti sempit, yaitu perang (qital). Paham yang berkembang jihad adalah bertempur melawan bangsa atau Negara kafir, baik mereka diserang atau tidak. b. Dalam menafsirkan ayat-ayat tentang jihad dan qital, tidak memperhatikan hubungan ayat itu dengan ayat-ayat sebelum dan sesudahnya, juga mengabaikan asababun-nuzul ayat dan implementasikannya pada zaman nabi Muhammad. c. Berdasarkan pandangan yang keliru tentang jihad, ulama ahli fiqih membagi dunia menjadi tiga macam yaitu: Darul harb, yaitu Negara yang diperintah oleh non muslim dan memusuhi Islam, Darul Islam, yaitu Negara yang diperintah berdasarkan hukum Islam, darul sulh yaitu Negara non Islam yang mengadakan perdamaian dengan Islam. Menurut Ahmadiyah pembagian ini tidak ada dalilnya, maka wajib ditolak karena tidak selaras dengan dasar agama Islam. d. Kepercayaan bahwa pada akhir zaman akan turun Al-Masih dan Imam Mahdi, keduanya akan menyiarkan Islam ke seluruh dunia dan barang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
siapa
tidak
mau
mempercayai
Islam
akan
dipenggal
lehernya.
Kepercayaan ini jelas bertentangan dengan ajaran Quran, bahwa tidak ada paksaan dalam agama. e. Kesalahpahaman tntang hukum bunuh orang yang murtad. Berdasarkan petunjuk al Quran dan peristiwa yang terjadi pada zaman nabi Muhammad, yakni yang berhubungan dengan kasus kabilah Uqul, orangorang yang murtad dihukum bunuh bukan karena kemurtadannya tetapi karena permusuhannya terhadap Islam. (Ali Yasir, 2005: 12) Menurut Maulana Muhammad Ali (2007: 685) kalangan ulama ahli fiqih selalu merumuskan hukum Islam dan selalu mengklasifikasikan berbagai persoalan dengan hukum, qital (perang) mendapat bagian tempat yang penting, tetapi dakwah Islam sekalipun awalnya berasal dari kata jihad yang merupakan pilihan bebas seseorang, bukanlah bagian dari hukum. Oleh sebab itu ketika ulama fiqih membahas tentang qital, mereka menggunakan kata jihad disamakan dengan qital, dan lama kelamaan arti kata jihad yang luas maknanya kehilangan makna. Perang sendiri di ijinkan apabila umat Islam mendapat serangan oleh pihak musuh yang berniat menghancurkan kaum muslim, atau memaksa umat Islam meninggalkan agama meraka. Ahmadiyah membagi Jihad menjadi tiga macam yaitu: a. Jihad Akbar (Jihad terbesar), yaitu jihad melawan setan dan hawa nafsu yang setiap saat akan menggoda dan menyesatkan manusia dari jalan kebenaran. Nafsu adalah karunia Tuhan, nafsu dapat mendatangkan kebaikan dan keburukan, tergantung pada manusianya. Jika nafsu diperhambakan kepada setan, akan mendatangkan malapetaka, tetapi jika nafsu diperhambakan kepada Allah, akan mendatangkan kebaikan. b. Jihad Kabir (Jihad Besar), yaitu jihad menyebarluaskan ajaran quran kepada kaum kafir dan musrik. Jihad ini harus dilakukan oleh setiap orang Islam dalam setiap keadaan. c. Jihad Ashghar (Jihad Kecil), adalah jihad yang paling rendah nilainya dalam bidang agama, yaitu jihad dengan senjata untuk mempertahankan agama. Umat Islam diizinkan untuk melakukan jihad ini karena. (1)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
diserang olah orang-orang kafir, (2) dianiaya oleh orang-orang kafir, (3) diusir dari kampung halaman tanpa alasan yang benar, kecuali karena mengucapkan tiada Tuhan selain Allah, (4) merajalelanya penindasan atau fitnah atas nama agama. Jihad ini dinilai rendah karena sifatnya temporer dan terikat oleh situasi dan kondisi. Baru wajib dilakukan jika syarat syarat telah cukup. (Ali Yasir, 2007: 22) Dari ketiga macam jihad tersebut jihad kabir dan jihad akbar lah yang dilancarkan oleh Gerakan Ahmadiyah untuk membela dan menyiarkan Islam ke seluruh dunia. Ahmadiyah berpandangan bahwa jihad dalam bentuk perang sudah tidak sesuai lagi. Untuk saat ini jihad lebih tepat dilakukan dengan pena atau dengan lisan. Dalam melaksanakan jihad akbar dan jihad kabir, ada keterkaitan dengan pemerintah dan Negara. Oleh karena itu, doktrin Ahmadiyah adalah bahwa Ahmadiyah harus taat dan setia kepada pemerintah dan Negara dimana mereka berada. (Iskandar Zulkarnaen, 2005; 129) 3) Masalah Al-Masih dan Mahdi Menurut Ahmadiyah bahwa Mahdi dan Al-Masih bukan merupakan orang yang berbeda. Mahdi dan Al-Masih yang datang di Akhir Zaman adalah satu orang yang sama. Beberapa keterangan dalam Hadits yang menyebutkan bahwa Mahdi sama dengan Al-Masih sebagai berikut: Dari Anas ibn Malik dari Nabi s.a.w., bahwasanya beliau seorang pun (sebagai) al-Mahdi, kecuali Isa ibn dan al-Hakim)
Baihaqi
akan berjumpa dengan Isa ibn Maryam sebagai Imam Mahdi. (H. R. Ahmad dalam Musnad-nya) Jadi, berdasarkan banyaknya keterangan dari Hadits-Hadits Shahih, literatur-literatur terkenal dalam dunia Islam, kitab kitab agama Yahudi, Kristen, Buddha
dan
Hindu
membuktikan
bahwa
Messias/Messiah/Al-
Masih/Avatara/Mahdi yang akan datang di Akhir Zaman adalah satu orang, dan orang itu adalah berasal dari umat Islam, pengikut setia Nabi Muhammad s.a.w. Orang itu adalah Mirza Ghulam Ahmad. Bahwa orang tersebut adalah Mirza Ghulam Ahmad tidaklah bertentangan dengan keterangan-keterangan yang ada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 95
dalam berbagai agama mengenai kedatangan seorang Juru Selamat, Nabi dan Rasul Allah di Akhir Zaman. (M. A. Suryaman, 2005: 166) Mirza Ghulam Ahmad mengaku sebagai Isa Muhammadi karena merasa mempunyai persamaan dengan nabi Isa adapun kesamaannya adalah: a) Keadaan umat Yahudi pada waktu nabi Isa turun di Israel persis sama dengan keadaan umat Islam pada waktu Mirza Ghulam Ahmad muncul di benua India. b) Keduanya (Isa Israili dan Isa Muhammadi) muncul setelah memasuki abad ke 14. Isa Israili dijanjikan muncul abad ke 14 setelah kenabian Nabi Musa dan Isa Muhammadi muncul pada abad ke 14 setelah nabi Muhammad. c) Keduanya menegakkan syariat nabi yang diikutinya. Isa Israili mengikuti syariat Musa, sedangkan Isa Muhammadi mengikuti syariat Muhammad. d) Ghulam Ahmad adalah masih mauud dalam syariat Muhammad. e) Sebagian besar umat Yahudi menolak nabi Isa pada saat kemunculannya. Hal yang sama juga terjadi ada Mirza Ghulam Ahmad sebagian besar umat Islam menolak kemunculannya. (Ahmadi Djajsugito, 2007: 24) Menurut Ahmadiyah Yesus atau Isa al Masih telah meninggal dunia dan dimakamkan di Srinagar Kashmir. Menurut Ahmadiyah Yesus hanya pingsan di kayu salib, setelah diurapi tiga hari kemudian sembuh. Yesus benar-benar menghilang dari Yerussalem. Yesus dan beberapa muridnya sampai ke negeri nasibin, 450 km dari Yerussalem. Kemudian melanjutkan perjalanan melalui Persia masuk Afghanistan, mengunjungi Tibet dan beberapa bagian India sebelum terakhir sampai menetap di Khasmir. Di Khasmir Isa dihormati sebagai seorang nabi besar dengan nama Yus Asaph. Yus adalah bentuk lain dari bahasa Persia kuno yang berarti Yesus. Asaph adalah nama yang digunakan bible yang berarti pengumpul atau penghimpun. Misi Isa adalah untuk menghimpun kembali sukusuku Israel yang hilang dan Nabi Isa a.s. (Yus Asaf) kemudian wafat di Srinagar, Kashmir. (Iaian Adamson, 2010:115)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 96
Salah satu tujuan utama diutusnya Mirza Ghulam Ahmad oleh Allah adalah untuk menggenapkan nubuatan Nabi Muhammad s.a.w. bahwa Imam Mahdi/Masih Mau'ud
datang untuk memecahkan salib (mematahkan dan
membatalkan ajaran keliru kaum Kristen mengenai ketuhanan Yesus (Isa AlMasih), sekaligus meluruskan aqidah keliru umat Islam yang masih menganggap Nabi Isa a.s. belum wafat, masih hidup abadi, dan ada di langit entah di mana dengan jasad kasarnya. Artinya, Mirza Ghulam Ahmad diutus untuk, salah satunya yang utama adalah, menyebarkan informasi dan kebenaran kepada seluruh dunia bahwa Nabi Isa a.s. alias Yesus Kristus dari Nazareth telah wafat. Orang yang sudah wafat tidak akan datang lagi ke dunia ini dan tidak perlu ditunggu-tunggu kedatangannya. Karena menunggu kedatangan Nabi Isa a.s. alias Yesus Kristus secara fisik ke dunia ini adalah suatu aqidah, kepercayaan dan ajaran yang keliru serta sia-sia belaka. Mirza Ghulam Ahmad bersabda: nubuatan dari Tuhan Pencipta Langit dan Bumi. Dia akan menyebarkan jemaat ini ke seluruh penjuru negeri dan jemaat ini akan diberikannya keunggulan atas yang lainnya dengan penjelasan-penjelasan dan argumentasi-argumentasi. Ingatlah, tidak ada seorang pun yang akan turun dari langit. Semua penentang kami yang masih hidup di masa sekarang akan berlalu dan tidak ada seorang pun dari mereka akan melihat Yesus (Isa), putra Maria (Maryam) turun dari angkasa dan kemudian anak keturunannya yang membela mereka juga akan berlalu dan tidak seorang pun dari mereka akan melihat Yesus (Isa), putra Maria (Maryam), turun dari langit. Generasi selanjutnya dari anak cucu mereka juga akan binasa dan mereka juga tidak akan menyaksikan putra Maryam turun dari langit. Kemudian Tuhan akan menciptakan kegelisahan di hati mereka; bahwa hari kejayaan Salib telah berlalu dan dunia telah berubah, namun Yesus (Isa), putra Maria (Maryam) tetap belum dating juga dari langit. Selanjutnya orang-orang bijak akan membuang kepercayaan ini dan abad ketiga sejak hari ini tidaklah akan sempurna sampai ketika semua orang yang masih menunggu Yesus (Isa), keduanya baik umat Islam dan Kristen akan kehilangan harapan atas kedatangannya dan dengan perasaan was-was mereka akan menyerah terhadap kepercayaannya dan yang akan muncul hanyalah satu agama di dunia ini dan seorang guru saja. Aku datang hanyalah untuk menabur benih. Yang mana benih itu ditabur melalui tanganku. Benih itu sekarang akan tumbuh dan mekar berbunga untuk seterusnya dan tak seorang pun berani menghambat M. A. Suryaman, 2005:184)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 97
Pandangan Ahmadiyah tentang al Mahdi dan al Masih sebagai satu tokoh, satu pribadi dan satu ajaran tersebut tidak berbeda antara Qadian dan Lahore. Perbedaannya justru dengan pandangan umum yang dikenal di kalangan umat Islam bahwa al Masih dan al Mahdi merupakan dua figur yang berbeda. Imam Mahdi adalah tokoh laki-laki keturunan ahlul bayt (Keluarga Nabi Muhammad SAW) yang akan muncul di akhir zaman dan akan menegakkan agama serta keadilan untuk diikuti oleh umat Islam dan akan membantu al Masih yang turun ke dunia untuk membunuh dajjal. Al Masih menurut pemahaman umat Islam pada umumnya adalah nabi Isa as yang naik ke langit dan akan diturunkan kembali di akhir zaman untuk membunuh dajjal. (Iskandar Zulkarnaen, 2005: 92) 4) Masalah Mujaddid Dalam doktrin mengenai mujaddid wafatnya nabi bukan berarti putusnya wahyu. Allah tetap bersabda pada hambanya melalui wahyu kepada orang yang bukan nabi baik laki-laki maupun pereampuan. Pada tiap-tiap abad Tuhan membangunkan seorang mujaddid untuk membaharukan agama mereka. Artinya untuk mengembalikan kaum muslim kepada pangkal kebenaran yang asli, untuk melenyapkan kesesatan yang menyebar dalam kaum muslim, untuk meniupkan hidup baru kepada kaum muslim, dan untuk memancarkan penerangan yang baru bagi umat Islam. (Muhdi Jauhar, 1972: 24) Mujadid bukan nabi yang sebenarnya sebab tidak membawa hukum baru dan tidak pula mempunyai kekuasaan setara nabi, tetapi hanyalah nabi dalam arti kalam ibarat atau kiasan. Karena Allah bersabda kepadanya tentang nubuwahnubuwah/ramalan-ramalan kejadian yang akan datang atau disebut sebagai utusan (mursal). Ada tiga ciri mujaddid: pertama, mujaddid muncul pada permulaan abad, kedua, ia mengumumkan bahwa dirinya diangkat oleh Allah sebagai mujaddid, dan yang ketiga bahwa ia mengadakan tajdid (pembaruan) dalam Islam. (Iskandar Zulkarnaen, 2005: 97) Mengenai nama-nama pembaharu Mujadid yang telah diutus tuhan tiaptiap abad menurut Muhdi Jauhar (1972: 27) adalah sebagai berikut: a) Mujaddid Abad I
: Umar bin Abdul Aziz
b) Mujaddid Abad II
: Imam Syafii dan Ahmad ibn Hambal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 98
c) Mujaddid Abad III
: Imam Abu S
d) Mujaddid Abad IV
: Imam Ubaidillah dari Nisyapur dan Imam Qadi Abu Bakar
e) Mujaddid Abad V
: Imam al-Ghazali
f) Mujaddid Abad VI
: Syaikh Abdul Qadir Jailani
g) Mujaddid Abad VII
: Imam ibn Taimiyah dan Kwaja Muinuddin Chisti
h) Mujaddid Abad VIII : Hafiz ibn Hajar al-Asqalani dan Salih ibn Umar i) Mujaddid Abad IX
: Sayid Muhammad dari Jaunpur
j) Mujaddid Abad X
: Imam Djalaluddin as-Suyuthi
k) Mujaddid Abad XI
: Syaikh Akhmad Alfitsani dari Syirhindi
l) Mujaddid Abad XII
: Syah Waliyullah dari Delhi
m) Mujaddid Abad XIII : Sayyid Ahmad Berelvi n) Mujaddid Abad XIV : Mirza Ghulam Ahmad Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembaruan (tajdid) di kalangan Ahmadiyah lahir karena diperintahkan oleh Tuhan. Dengan demikian pembaruan yang dilakukan oleh seorang Mujadid bukanlah atas inisiatif dirinya, melainkan karena mendapatkan tugas dari Tuhan. Hal ini berbeda sekali dengan pemahaman pembaruan yang selama ini dikenal di kalangan Islam. Bahwa pembaruan dilakukan atas dorongan pribani seorang mujadid karena melihat ketidak beresan dalam umat Islam. (Iskandar Zulkarnaen, 2005: 97) 5) Masalah kenabian Menurut Ahmadiyah setiap umat manusia akan tiba dalam masa kegelapan. Keadaan ini membutuhkan seorang nabi yang akan mengeluarkan manusia dari kegelapan hidup dan mensucikannya dari segala dosa. Nabi dan rasul dapat kembali sewaktu-waktu, tidak terbatas waktunya baik sebelum Nabi Muhammad maupun sesudahnya. Menurut Ahmadiyah siapa saja manusia yang dapat memimpin manusia untuk mengenal Tuhan dan mengajarkan peribadatan terhadap Tuhan dapat disebut nabi. Menurut Ahmadiyah Khrisna dalam agama Hindu adalah nabi pada zamannya. Begitu pula Ahmadiyah mengakui Baba Nanak pemimpin dan pendiri sekte Hindu Sikh sebagai nabi utusan Allah. Meskipun hidup sesudah nabi Muhammad, dan lagi dengan demikian pendiri
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 99
agama seperti Konfusius, Zoroaster adalah nabi untuk kaum dan zamannya masing-masing (Hamka Haq al Badry, 1981: 49) Ahmadiyah Qadian memunculkan tiga klasifikasi terkait dengan masalah kenabian antara lain: a) Nabi Shahib asy-Syariah dan mustaqil. Nabi Shahib asy-Syariah adalah nabi pembawa syariat (hokum-hukum) untuk manusia. Sementara nabi Mustaqil adalah hamba Allah yang menjadi nabi dengan tidak mengikuti nabi sebelumnya, seperti nabi Musa dan Nabi Muhammad. Nabi semacam ini dapat pula disebut nabi Tasri dan mustaqil sekaligus. b) Nabi Mustaqil Ghair at-Tasyri, yakni hamba Tuhan yang menjadi nabi dengan tidak mengikuti nabi sebelumnya, hanya saja ia tidak membawa syariat baru. Dalam arti bahwa ia ditugaskan oleh Allah untuk menjalankan syariat yang dibawa nabi sebelumnya, seperti nabi Harun, Daud, Sulaiman, Zakaria, Yahya, dan Isa. c) Nabi Zhilli Ghair at-Tasyri, yakni hamba Tuhan yang mendapat anugrah dari Allah menjadi nabi semata-mata karena hasil kepatuhan kepada nabi sebelumnya
dan
juga karena
mengikuti
syariatnya.
Karena
itu,
tingkatannya berada di bawah kenabian sebelumnya dan ia juga tidak membawa syariat baru. Contohnya adalah Mirza Ghulam Ahmad yang mengikuti syariat nabi Muhammad. (Iskandar Zulkarnaen, 2005: 103) Menurut Ahmadiyah Lahore, Mirza Ghulam Ahmad memang menyatakan bahwa dirinya adalah nabi, tetapi hanya dalam arti kiasan, seperti arti nabi yang terjadi di pustaka sufi, sebagai terminology yang sudah umum yang dapat diterima sebagai penerima komunikasi dengan Tuhan atau hanya arti Lughawinya (linguistik) saja yang artinya hanya untuk orang yang Allah berfirman kepadanya, dan dalam terminologi Islam hal tersebut disebut Muhaddas. Ahmadiyah Lahore mengklasifikasikan nabi menjadi dua. Pertama, nabi haqiqi yaitu nabi yang membawa syariat. Kedua, nabi lughawi atau seseorang yang menerima wahyu tetapi tidak bersifat tasyri. (Ahmadi Djajasugita, 2007: 6) Mengenai status kenabian terdapat perbedaan antara kelompok Lahore dengan kelompok Qadiani. Golongan Lahore meskipun secara implisit
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 100
memandangnya sebagai nabi lughawi dalam arti ia bukanlah seorang nabi, tetapi mempunyai persamaan cukup besar dengan para nabi, yakni menerima wahyu. Akan tetapi mereka menolak paham golongan Qadiani. Lahore memandang bahwa Mirza Ghulam Ahmad bukanlah nabi melainkan seorang mujaddid abad ke 14 H. Sedangkan kelompok Qadian memandang Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi dan rasul yang wajib diyakini dan dipatuhi perintahnya. (Iskandar Zulkarnaen, 2005: 105) Perbedaan mendasar tentang kenabian versi Ahmadiyah Qadian dan Lahore adalah a) Kepercayaan Ahmadiyah Qadian: 1. Ahmadiyah Qadian mempercayai bahwa nabi-nabi dapat diutus dari keturunan rohani Nabi Muhammad. Sebab, Nabi Muhammad adalah nabi yang tetap hidup rohaninya. 2. Ahmadiyah Qadian berkeyakinan bahwa datangnya nabi-nabi yang mengikuti
Nabi
Muhammad,
menunjukkan
kelebihan
sebagai
penghulu para nabi 3. Ahmadiyah Qadian percaya bahwa datangnya nabi-nabi dari umat Islam menyatakan keinginan umat Islam sendiri 4. Ahmadiyah Qadian percaya bahwa kedudukan atau pangkat nabi adalah rahmat dari Allah, sedangkan Nabi Muhammad, sudah membuka pintu rahmat itu, bukan menutup pintu itu bagi umatnya 5. Ahmadiyah Qadian percaya bahwa Nabi Muhammad, adalah nabi penghabisan yang membawa syariat sendiri 6. Ahmadiyah Qadian percaya bahwa nabi-nabi akan datang dengan cap Nabi Muhammad a. Kepercayaan Ahmadiyah Lahore: (1) Percaya bahwa Nabi Muhammad adalah khataman nabiyyin dalam arti sebagai nabi yang terbesar dan terakhir (2) Percaya bahwa setelah meninggalnya Nabi Muhammad, tidak ak an dating lagi nabi, baik nabi lama maupun nabi baru
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 101
(3) Percaya bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah Mujaddid, al-Masih, dan AL-Mahdi namun bukan nabi Sekalipun demikian paham kedua golongan tersebut dapat juga persamaannya. Keduanya sepakat tentang berakhirnya nabi tasyri atau nabi mustaqil sesudah Nabi Muhammad. Mereka juga sepakat dengan penggunaan wahyu selain al Quran yang diturunkan Allah kepada siapa saja yang dikehendakinya sesudah nabi Muhammad meninggal. (Iskandar Zulkarnaen, 2005: 112)
2. Di Bidang Dakwah Islam Sesuai dengan maksud dan tujuan Ahmadiyah, yaitu menyiarkan dan membela Islam, mementingkan Al Quran baik dalam pekerjaan tabligh maupun di dalam penghidupan kaum muslimin. Menterjemahkan Al Quran ke dalam berbagai bahasa dan menyebarkan ke seluruh dunia. Berusaha menempatkan mubaligh Islam di negri yang belum dimasuki Islam, mendirikan masjid di negeri yang belum mempunyainya, mendidik orang yang kemudian hari akan diharapkan menjadi
mubaligh
untuk
melenyapkan
kekeliruan
tentang
Islam
serta
menyampaikan pesan Islam keseluruh dunia (Soedewo, 1937: 86) Dalam tahun 1901 Mirza Ghulam Ahmad telah meletakkan dasar bagi usaha dakwah Islam di Barat dengan menerbitkan majalah berbahasa Inggris, The Review of Religions, yang secara teknis dipimpin oleh Maulana Muhammad Ali. The Review Religion kini terus berlangsung semenjak pertama kali diterbitkan tahu 1902 M, menjadikannya salah satu majalah paling tua di dunia. Maulana
dalam bahasa Inggris pada tahun 1917 M
, ketika
bahasa lain. (Muhammad Zafrulla Khan, 1979: 177) Karya-karya Maulana Muhammad Ali diakui sebagai karya yang bermutu
terbit pertama tahun 1917 M, telah diterjemahkan ke dalam tidak kurang dari 20 bahasa lain, termasuk Indonesia dan Jawa. Terjemahan dalam bahasa Belanda
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 102
dilakukan oleh R. Soedewo P.K. yang juga beredar di Suriname. Ia juga mengarang sebuah buku mengenai sejarah Muhammad. Ia juga telah menyusun sebuah buku
pengantar Islam (introduction to Islam) dalam bahasa Inggris dan dapat diterima oleh golongan berpendidikan. (M. A. Suryawan, 2005: x) Buku-buku karya Maulana Muhammad Ali lainnya yang semula dilarang beredar di negara-negara Arab, kini telah mendapatkan rekomendasi dari lembaga yang paling otoritatif dalam menentukan boleh-tidaknya sebuah buku beredar di Mesir dan Arab, yakni Al-Azhar Al-Sharif, Islamic Research Academy, General Department for Writing and Translation, Cairo, Mesir. Buku-buku itu antara lain: The Religion of Islam, The Early Caliphate, Introduction to the Study of the Hadith, Muhammad the Prophet, yang sebagian telah diterjemahkan pula ke dalam bahasa Indonesia. (Nanang Iskandar, 2005: 75) Beberapa Usaha Ahmadiyah dalam menyebarkan Islam melalui penerbitan antara lain: 1) Penerjemahan tidak kurang dari 10000 kitab salinan Al Quran kedalam bahasa Eropa yaitu Inggris, Belanda, dan Jerman dan juga kedalam bahasa Urdu. Dan dihadiahkan ke berbagai perpustakaan di Eropa, Amerika Serikat dan India. 2) Mencetak buku riwayat Nabi Muhammad Muhammad the Prophet dan A Short of the Life of Muhammad dan mengedarkannya dengan gratis dan sudah pula disalin ke dalam bahasa Belanda, Turki, Bengali, India dan 10 bahasa lain. 3) Mengedarkan buku riwayat Khulafaur Rasyidin (Abu Bakar, Umar, Usman, Ali) dalam bahasa Inggris, (the early chaliphate) Urdu dan Belanda. 4) Mencetak kitab-kitab pelajaran Islam yang berisi tentang seluk beluk agama Islam dan mengedarkan secara gratis Islam the Religion of Humanity yang sudah diterjemahkan ke dalam 11 bahasa. Menerbitkan karya Mirza Ghulam Ahmad seperti the Teaching of Islam yang disalin ke bahasa Inggris. Menerjemahkan buku Islam the Religion of Humanity dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 103
the Teaching of Islam dalam bahasa Belanda yang pertama berjudul In leiding bij de Hollandsche Vertailing van den heilingen Qoeran yang kedua diberi judul De Leerstellingen van den Islam. 5) Menerbitkan buku The Religion of Islam dan diterjemahkan kedalam bahasa Belanda. 6) Menerjemahkan kitab-kitab hadist (hadist Bukhari) dalam bahasa Urdu dan Inggris. 7) Menerjemahkan buku-buku Islam dalam bahasa-bahasa India seperti bahasa: Gurmuchi, Hindi, Tamil, Telugu, Malayalam, Hanari, Marnat, Gujarati, Sindhi, Bengali, Chasi, Poestho dan Khasmiri. Dalam bahasa asing lain seperti: Inggris, Belanda, Jerman, Albania, Arab, Tiongkok, Jawa, Melayu, Sunda, Italia, Prancis, Parsi, Siam, Swahili. 8) Menerbitkan majalah: The Light (Inggris), Young Islam (Inggris), Tract Series (Inggris), Paigham Soeth (Urdu), Moslemisxhe Reveue (Jerman), Islamic Review (inggris), Drita (Albania), Assalaam (Belanda), Muslim (Jawa), Al Islah (Sunda), Suluh Kebenaran (Melayu), The Comforter (Inggris, Trinidad, St Joseph Amerika Serikat) (Soedewo, 1937: 87-89) Selain dengan penerbitan Ahmadiyah juga rajin mengirimkan mubaligh ke berbagai belahan dunia. Tahun 1901 M Ahmadiyah mengirim Abdur Rahman ke Afghanistan. Abdur Rahman berhasil mengajak Sahibzada Syed Abdul Latif, seorang bangsawan Afghanistan memeluk Ahmadiyah. Oleh pemerintah Afghanistan Abdur Rahman dan Sahibzada Syed Abdul Latif dianggap tidak setia terhadap pemerintah Afghanistan dan dianggap sebagai mata-mata pemerintah Inggris. Oleh pemeritah Afghanistan keduannya dijatuhi hukuman pancung. Kedua orang ini oleh Ahmadiyah dianggap sebagai syuhada yang pertama. (Iaian Adamson, 2010: 225) Tahun 1913 Ahmadiyah kembali mengirim seorang mubalig bernama Khawaja Kamaluddin ke Woking Inggris. Khawaja Kamaluddin Mendirikan masjid Syah Jehan sekaligus menjadi imam dan juga menebitkan majalah bulanan Islamic Review. Khawaja Kamaluddin berdakwah di Inggris sampai tahun 1930 M pekerjaannya kemudian dilanjutkan oleh Maulvi Abdul Madjid dan kemudian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 104
oleh Aftabuddin Ahmad. Sejak 1930 M tabligh dipegang oleh badan yang berdiri sendiri The Woking Muslim Mission and Literry Trust. Orang-orang Inggris yang menjadi pemeluk Islam mendirikan perkumpulan sendiri yang bernama The Muslim Society Of Great Britain yang diketuai oleh Haji Lord Headly al Faruq yang pada tahun 1923 pernah melaksanakan ibadah haji bersama Khawaja Kamaluddin. Perkumpulan ini mendirikan masjid di London yang bernama London Nizamah Mosque. (Soedewo, 1937: 89) Pada tanggal 19 Oktober 1924 Khalifatul Masih II melakukan peletakan batu pertama, masjid yang dinamakan sebagai masjid Fazl. Masjid ini juga dikenal dengan nama masjid London (The London Mosque) karena terletak di tengah kota London di Inggris. Dana terbesar untuk pembangunan mesjid ini berasal dari kaum wanita Ahmadi. Mesjid ini dibuka dan diresmikan pada tanggal 3 Oktober 1926 oleh Khan Bahadur Sheikh Abdul Qadir. (M. A. Suryaman, 2005: 240) Tahun 1922 M Anjuman mengadakan Tabligh di Jerman. Maulana Sadruddin, mubaligh yang dikirim ke Jerman, berhasil menerbitkan terjemah dan Mendirikan masjid di Berlin yang dibangun September 1923-1927 M di Fehrberlliner Platz Briennestrasse str 7, Berlinwilmerdorf. Masjid ini diimami oleh F. A. Khan Doerrani, dan dilanjutkan oleh Dr. Phil. S. M. Abdullah. Diterbitkan pula majalah Moslemische Revenue yang dibagikan gratis. Orang Jerman yang telah memeluk Islam mendirikan perkumpulan Der Deutsch Muslimische Gesellscharf yang menjadi ketua adalah Herr Amin Boosfeld dan diteruskan oleh Hikmat Satre. Didirikan pula kursuskursus agama umtuk anak-anak Muslim Jerman dan didirikan pula kursus untuk orang-orang dewasa yang maksudnya untuk meneguhkan iman kepada ajaran Islam. Tahun 1936 M Dr. Phil. S. M. Abdullah mengadakan Kotbah di Prague, Wina, Sarejevo dan Polandia (Soedewo, 1937: 90) Dakwah di Indonesia di mulai tahun 1924 M, dua orang mubaligh perwakilan Ahmadiyah Lahore, Maulana Ahmad dan Mirza Wali Ahmad, datang ke Yogyakarta. Saat itu keduanya disambut baik oleh kalangan Muhammadiyah, bahkan diizinkan berpidato di Mukatamar ke-13 Muhammadiyah. Setahun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 105
kemudian giliran Maulana Rahmat Ali dari Ahmadiyah Qadian tiba di tapaktuan, Aceh dan menyebarkan ajarannya di Sumatra. Ahmadiyah Lahore kemudian mendirikan Gerakan Ahmadiyah Indonesia yang berpusat di Yogyakarta, sedangkan aliran Qadian mendirikan Jemaah Ahmadiyah Indonesia yang berpusat di Bogor (A. Yogaswara, 2008; 58) Dakwah di Wina, dilakukan oleh pemeluk Islam Lokal Oemar Rolf Baron Ehrenfels. Dakwah di Kepulauan Fiji oleh Mirza Muzzafar Baig Sati. .Dakwah di Trinidad dan Tobago oleh Haji Maulwi Amir Ali. Dakwah di Amerika Serikat oleh Maulana Fazal Karim. Dakwah di Pattani Thailand oleh Dr. A. W. Khan yang dalam pekerjaannya dibantu oleh Erfan Dahlan. Dakwah Ahmadiyah telah mencapai seluruh dunia yaitu Turki, Irak,Iran, Tiongkok, Syam, Siam, Sailan, Indonesia, Fiji, Philipina, Melayu, Teluk Parsi di benua Asia. Inggris, Jerman, Belanda, Albania di Eropa. Sierra Leone, Nigeria, Gambia, Tunisia, Afrika Timur, Afrika Barat, Mesir di Benua Afrika. dan Guyana, Trinidad Tobago di Benua Amerika (Soedewo, 1937: 90)
D. Reaksi Muslim Terhadap Ahmadiyah
Banyak kalangan yang sudah merasa khawatir bahkan sejak diterbitkannya jilid pertama Barahin Ahmadiyah bahwa penulisnya Mirza Ghulam Ahmad, telah berdiri di atas jalan yang akan menggiringnya dalam waktu dekat ke sebuah klaim kenabian. Diantara mereka yang menentang adalah dua putra Maulana Abdul Qadir Ludhianawi, yaitu Maulana Muhammad, dan Maulana Abdul Aziz. Para ulama dari Amritsar dan sejumlah ulama dari keluarga Ghaznawi menentang Mirza Ghulam Ahmad dari awal munculnya gerakan Ahmadiyah serta mengecam wahyu versi Mirza sebagai sebuah fantasi. (Sayid Ali Nadwi, 2005: 44) Maulvi Muhammad, Maulvi Abdullah, dan Maulvi Abdul Aziz yang semuanya berasal dari Ludhiana, mengeluarkan fatwa pada tahun 1301 H atau 1885 M sebagai berikut: Mirza berada di luar Islam. Dia dan para pengikutnya tidak menjadi bagian dunia Islam, dan kami masih menganggap bahwa orang ini dan siapa pun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 106
yang percaya pada keyakinan sesatnya sebagai kebenaran, adalah murtad -tulisan kami yang lama maupun baru (mengenai subjek ini) adalah bahwa orang ini murtad, dan sebagaimana tertulis dalam dan kitabkitab Hukum Islam lainnya (Fiqh), adalah haram dan terlarang bagi orang Islam untuk berbicara atau berhubungan dengan orang seperti itu. Siapa pun yang percaya kepadanya juga menjadi kafir M.A. Suryaman, 2005: 127) Awal timbulnya reaksi umat Islam khususnya dan umat Hindu dan Kristen pada umumnya adalah sewaktu Mirza Ghulam Ahmad mendakwahkan diri secara terang-terangan mengenai ide pembaruan nya yang menurutnya atas wahyu Ilahi. Ide pembaruannya yang dimaksud adalah kedudukannya sebagai al-Masih dan alMahdi yang dijanjikan. Para ulama yang sebelumnya simpatik terhadap Mirza Ghulam Ahmad akhirnya berubah menentang dakwahannya itu. Diantara mereka yang menentang adalah Muhammad Husain dari Batala, Abdul Haq Ghaznawi dari Amritsar, Nazir Husain dari Delhi, yang memberikan reaksi adalah Maulana Muhammad Husein Batalwi seorang ahli hadis dari Batala, yang dahulu dalam majalahnya Isyaatus Sunnah sangat memuji Mirza Ghulam Ahmad. kini menentang Mirza Ghulam Ahmad. Pada bulan Juli 1891 dilaksanakan perdebatan antara Mirza Ghulam Ahmad (didampingi Nuruddin) dengan Muhammad Husain Batalwi di Ludhiana. Materi yang diperdebatkan sekitar masalah kematian nabi Isa as. Perdebatan tersebut merupakan perebatan yang pertama kali dilakukan. Tiga bulan setelah perdebatan pertama, tepatnya pada bulan oktober 1891 dilakukan perdebatan kedua dengan Maulvi Nazir Hussein dan Abu Muhammad Abdul Haq., tokoh Ahli-Hadis, di Masjid Jami Delhi yang materinya juga masih berkisar tentang kematian nabi Isa as. Kemudian pada kesempatan lain, masyarakat Delhi memanggil Maulvi Muhammad Bashir dari Bhopal untuk mengadakan perdebatan dengan Mirza Ghulam Ahmad. Setelah beberapa bulan kemudian di Lahore di adakan suatu perdebatan dengan Maulvi Abdul Hakim Kalanauri. (Iskandar Zulkarnaen, 2005: 79-80) M.A. Suryaman, (2005: 128). Mengungkapkan beberapa fatwa dari ulamaulama Hindustan terhadap Ahmadiyah sbb:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 107
Maulvi Mohammad Latifullah pada tahun 1892 mengeluarkan fatwa sebagai berikut: seorang kafir. Kami mencari perlindungan Allah dari rencana-rencana Masood Dehlwi, Sajjadah Nasheen Rathar-Chhattar, pada tahun 1892 mengeluarkan fatwa: seorang atheis. Ia adalah orang yang telah dinubuatkansebagai anti-Kristus (Dajjal) dan para pengikutnya adalah sesatMaulvi Muhammad Kifayatullah Syahjahan Puri juga mengeluarkan fatwa: kafir, bai'at mereka adalah haram, dan benar-benar tidak sah menjadikan mereka memimpin shalat Pada tahun 1892, Maulvi Nadzir Hussein dari Delhi telah mengeluarkan fatwa mengenai Pendiri Jemaat Ahmadiyah sebagai berikut: shalat dengan bermakmum Maulvi Muhammad Hussein dari Batala mengeluarkan fatwa: a saat yang sama menjadi imam bagi orang-orang Islam adalah dua hal yang saling bertentangan. Keduanya
Maulvi Rasyid Ahmad Ganggohi memberikan fatwa:
imam Anda, adalah haram Maulvi Sanaullah dari Amritsar mengeluarkan fatwa: shalat adalah tidak sah
Shalat bermakmum di belakang seorang Mirzai adalah benar benar tidak sah. Shalat di belakang orang-orang Mirzai tidak ada bedanya dengan shalat di belakang orang-orang Hindu, Yahudi atau Kristen. Warga Ahlus Sunnah wal Jamaa'ah dan orang-orang Islam lainnya jangan sekali-kali membiarkan orang-orang Mirzai masuk ke dalam mesjid-mesjid kita, baik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 108
untuk melaksanakan shalat atau untuk menjalankan ibadah keagamaan
Maulvi Abdurrahman Bihari mengeluarkan fatwa: Shalat yang dilakukan di belakang dia atau di belakang pengikutnya adalah batal dan tidak diterima, dan layak untukditolak...berimam kepada
Mufti Muhammad Abdullah Thungki mengeluarkan fatwa: shalat di
Maulvi Abdul Jabar Umar Puri memberikan fatwa:
untuk memimpin shalat Maulvi Aziz-ur-Rahman, Mufti golongan Deoband,memberikan fatwa: aqidah Qadiani, menjadikannya sebagai imam shalat adalah haram Musytaq Ahmad Dhelwi memberikan fatwa:
keimanannya [kepadanya], [maka] dirinya sendiri terlepas dari tubuh Islam, dan tidak sah untuk menjadikannya sebagai imam shalat Maulvi Ahmad Reza Khan Brelwi mengeluarkan fatwa: shalat di belakangnya adalah sama seperti sanksi [yang diberlakukan] bagi orangMaulvi Muhammad Kifayatullah Syahjahan Puri mengeluarkan fatwa: kafir, bai'at mereka adalah haram, dan benar-benar tidak sah menjadikan mereka memimpin shalat Mirza Ghulam Ahmad mengeluarkan tantangan untuk melakukan mubahalah
kepada para penentangnya salah satunya adalah Maulana Sanaullah Amritsari, editor majalah Ahlul Hadist. Pada 5 april 1907 Mirza Ghulam Ahmad mengeluarkan pernyataan yang ditujukan kepada Maulana Sanaullah :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 109
Sekiranya aku adalah seorang pembohong besar seperti apa yang anda gambarkan dalam majalah anda, maka aku akan mati disaat ana masih hdup, karena aku tahu bahwa masa hidup seorang pembuat kejahatan dan pembohong tidak akan lama dan pada akhirnya ia akan mati sebagai seorang yang gagal dalam keadaan terhina dan sengsara di saat musuh besarnya masih hidup. Namun sekiranya aku bukan seorang pembohong dan penipu tetapi seorang yang telah mendapat kemuliaan melalui wahyu Tuhan, serta imam Mahdi dan al-Masih yang telah dijanjikan, maka aku memohon dengan rahmat Tuhan dan seiing dengan sunatullah, anda tidak akan selamat dari hukuman karena anda menolak kebenaran. Hukuman itu bukan berasal dari tangan manusia tetapi dari tangan Tuhan, yaitu berupa penyakit dan kolera. Namun sekirannya penyakit itu tidak menimpa anda di saat aku masih hidup, maka aku bukan utusan Tuhan Setahun setelah dipublikasikannya penyataan ini, pada 25 Mei 1908 Mirza Ghulam Ahmad jatuh sakit dan terkena penyakit kolera di Lahore. Pada hari berikutnya, tanggal 26 Mei Mirza Ghulam Ahmad meninggal dunia. (Sayid Ali Nadwi, 2005: 17) Tahun 1933 terjadi gelombang protes besar-besaran terhadap Ahmadiyah di Lahore. Sepuluh ribu massa yang terdiri dari para ulama dan golongan muslim yang dikenal dengan sebutan Golongan Ahrar berunjuk rasa menuntut agar pemerintah status non Islam pada Ahmadiyah atau yang mereka sebut dengan aliran Qadiani. Mereka juga minta agar Sir Muhammad Zafrullah Khan, seorang tokoh dari kelompok Ahmadiyah, dipecat dari kabinet India. Demonstrasi ini berhasil menurunkan Menteri Luar Negeri Sir Zafrullah Khan, salah satu tokoh Ahmadiyah dari jabatannya. Zafrullah Khan di samping seorang negarawan terkenal, juga seorang diantara tokoh-tokoh Ahmadiyah yang giat menyusun kekuatan di atas terutama mempengaruhi kalangan pemerintahan maupun militer. (A. Yogaswara, 2008:56) Tahun 1935 M ulama-ulama dari berbagai mahzab Hanafi, Ahli Hadist dan Syiah, mengeluarkan keputusan tentang Ahmadi dan menuntut Ahmadiyah dikeluarkan dari Islam. Hakim pengadilan Bahawalpur pada 7 Februari 1935 mengeluarkan vonis bahwa goloongan Ahmadi adalah kelompok di luar Islam. Keputusan serupa dikeluarkan pengadilan Rawalpindi pada 3 Juni 1955. 13 Juli 1955 Hakim Samarojim Abad dari pengadilan Mirpurkhas memutuskan gugatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 110
tentang orang-orang Ahmadi. Isi keputusan menetapkan bahwa kaum Ahmadi termasuk kelompok di luar Islam. (Suhaib Hasan, Thufhail Muhammad, 1986: 48) Muhammad Iqbal menyatakan; Islam pada dasarnya adalah sebuah agama yang telah memberikan batasan-batasan, yaitu, beriman kepada keesaan Allah, dan percaya kepada para nabi dan berakhirnya masa kenabian dengan diutusnya nabi Muhammad. Meyakini akidah yang disebut terakhir ini pada dasarnya, adalah ciri yang membedakan seorang Muslim dengan lainnya dan merupakan sebuah faktor penentu apakah seseorang bisa disebut bagian dari komunitas Muslim atau tidak (Sayid Ali Nadwi, 2005: 142). Lebih lanjut lagi Sir Muhammad Iqbal dalam bukunya, Islam dan Ahmadiyah menuliskan bahwa gagasan utama dari Khatamul anbiya adalah tidak adanya penyerahan diri secara spiritual kepada siapa pun setelah Muhammad karena secara teologis ajaran yang disebut Islam telah sempurna dan abadi. Tidak ada wahyu apa pun yang melakukan pengingkaran terhadapnya mengakibatkan penyimpangan atau bidah sesudah Muhammad. Sementara orang yang mengakui mendapatkan wahyu seperti itu adalah orang yang tidak patuh terhadap Islam. (Armansyah, 2007: 30) Pernyataan-pernyataan Iqbal mengenai Ahmadiyah disanggah oleh Jawaharlal Nehru, Nehru menulis beberapa artikel tandingan sebagai bentuk dukungan untuk Ahmadiyah. Iqbal kemudian mengirim surat pada Pandit Jarwaharlal Nehru, dimana Mohammad Iqbal mengutarakan pendiriannya terhadap Ahmadiyah. (Ihsan Ilahi Dhohir, 2008: 18) Isi dari surat Mohammad Iqbal tersebut yang bertanggal 21 Juni I936, berbunyi: Sahabatku Pandit Jawahar Lal, Terima-kasih atas surat anda yang telah kami terima kemarin Pada saat saya menulis jawaban atas artikel-artikel anda, saya merasa yakin bahwa anda tidak menaruh minat apapun terhadap sepakterjang orang-orang Ahmadiyah itu. Kendatipun demikian adanya saya menulis juga jawaban tersebut, ialah semata-mata didorong untuk membuktikan, terutama pada anda, bagaimana sikap loyalitas kaum Muslimin di satu pihak, dan bagaimana sebenarnya tingkah laku yang ditontonkan oleh gerakan Ahmadiyah itu. Setelah diterbitkan risalah kami, saya mengetahui benar-benar bahwa tidak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 111
seorang Muslimpun yang berpendidikan, menaruh perhatian atas asal-usul maupun perkembangan ajaran-ajaran Ahmadiyah. Selanjutnya perihal artikel-artikel yang anda tulis itu, bahwasanya bukan saja penasihat-penasihat Muslim anda yang berada di Punjab yang merasa cemas, bahkan hampir di seantero negeri mereka semua cemas. Hal ini lebih membuat mereka gelisah, bila memperhatikan bagaimana orang-orang Ahmadiyah bersorak-sorai karena artikel anda itu. Tentu saja dalam hal ini surat kabar Ahmadiyah banyak membantu sepenuhnya timbulnya prasangka dan kecemasankecemasan itu. Namun demikian, pada akhirnya saya sungguh bergembira bahwasanya anda tidak sebagaimana yang kami cemaskan itu. Selanjutnya perlu saya utarakan di sini bahwa perhatian saya terhadap ilmu ke-Tuhan-an, kurang. Akan tetapi saya mulai gandrung padanya, ketika saya harus mengenal Ahmadiyah dari asal-usulnya. Ingin saya meyakinkan anda di sini, bahwa risalah yang saya tulis itu adalah semata-mata untuk kepentingan Islam dan India. Kemudian saya tidak pernah ragu untuk menyatakan disini, bahwasanya orang-orang Ahmadiyah itu, adalah pengkhianatpengkhianat terhadap Islam dan India. Saya menyesal sekali tidak mendapat kesempatan menemui anda di Lahore. Saya jatuh sakit pada hari-hari itu dan tidak keluar dari bilik. Bahkan hampir selama dua tahun terakhir ini saya berada dalam keletihan dikarenakan sering jatuh sakit. Harap anda kapan saja bila anda datang lagi ke Punjab. Kemudian apakah anda telah menerima surat saya yang berkenaan dengan usul anda mengenai penyatuan hak-hak kemerdekaan kaum sipil. Ketika anda tidak menyinggung lagi hal tersebut dalam surat anda, saya merasa kuatir bahwa anda tidak pernah menerimanya. Menyikapi reaksi keras penentangan kaum Muslimin terhadap aliran Ahmadiyah ini, Muhammad Iqbal memberi saran kepada pemerintah India untuk mengambil sikap tegas. Menurut Iqbal jalan keluar terbaik yang sebaiknya ditempuh pemerintah India adalah mendeklarasikan Ahmadiyah sebagai komunitas terpisah dari Islam, sehingga kaum Muslimin bisa mentoleransi keberadaan mereka sebagaimana kaum Muslimin mentoleransi agama lain. (Republika, 10 Agustus 2005)
dianggap telah menyerang keras aliran Qadiani (Ahmadiyah) dan bersama-sama kaum Muslimin menuntut agar pengikut-pengikut Ahmadiyah dinyatakan sebagai golongan non-muslim, oleh pengadilan militer di Lahore, Syed Abul dan seorang Ulama bernama Maulana Niazi, dijatuhi hukuman
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 112
mati. Berita vonnis menimbulkan Kemarahan kaum Muslimin Pakistan, India, bahkan seluruh dunia Islam. Melihat situasi yang semakin panas itu, Pemerintah
sehingga hukumannya akan diringankan. Permintaan pemerintah itu ditolak al Maududi, Melihat pendirian Syed Maududi, dan sikap dari kaum Muslimin Pakistan, India, dan seluruh dunia Islam dalam suasana prihatin, akhirnya pemerintah menempuh jalan lain dan mengubah hukuman mati atas diri Syed Maududi menjadi hukuman penjara selama 20 tahun. Namun tidak lama kemudian jumlah 20 tahun itu berubah lagi, sehingga sampai pada hukuman penjara dua tahun. (A. Yogaswara, 2008:56) Para ulama dari berbagai negeri Islam lain yang terdiri dari 144 organisasi Islam dan tergabung dalam organisasi Rabithah Alam Islami dalam keputusannya di Mekkah al-Mukarromah pada tahun 1973 secara bulat (
)
juga menfatwakan Ahmadiyah kelompok yang kafir, keluar dari Islam. Bahkan dalam Konferensi Organisasi-Organisasi Islam se-dunia pada tanggal 6-10 April 1974, dibawah anjuran Rabitha
lain :
(1) Setiap lembaga Islam harus melokalisir kegiatan Ahmadiyah dalam tempat ibadah, sekolah, panti dan semua tempat kegiatan mereka yang destruktif; (2) Menyatakan Ahmadiyah sebagai kafir dan keluar dari Islam; (3) Memutuskan segala hubungan bisnis dengan mereka; (4) Mendesak pemerintah-pemerintah Islam untuk melarang setiap kegiatan pengikut Mirza Ghulam Ahmad dan menganggap mereka sebagai minoritas non-Islam. Ulama
negara-negara
Organisasi
Konferensi
Islam
mengeluarkan fatwa mengenai Ahmadiyah, yaitu dalam fatwa
(OKI)
Juga -Fiqh
al-Islami OKI, melalui keputusannya No 4 (4/2) dalam Muktamar kedua di Jeddah Arab Saudi pada tanggal 10-16
-Tsani 1406 H./22-28 Desember
1985. Dalam fatwa tersebut dinyatakan : Sesungguhnya apa yang diklaim Mirza Ghulam Ahmad tentang kenabian dirinya, tentang risalah yang diembannya dan tentang turunnya wahyu kepada dirinya adalah sebuah pengingkaran yang tegas terhadap ajaran agama yang sudah diketahui kebenarannya se meyakinkan dalam ajaran Islam, yaitu bahwa Muhammad Rasulullah adalah Nabi dan Rasul terakhir dan tidak akan ada lagi wahyu yang akan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 113
diturunkan kepada seorang pun setelah itu. Keyakinan seperti yang diajarkan Mirza Ghulam Ahmad tersebut membuat dia sendiri dan pengikutnya menjadi murtad, keluar dari agama Islam. Aliran Qadyaniyah dan Aliran Lahoriyah adalah sama, meskipun aliran yang disebut terakhir (Lahoriyah) meyakini bahwa Mirza Ghulam Ahmad hanyalah sebagai bayang-bayang dan perpanjangan dari Nabi Muhammad SAW. Fatwa serupa ini juga telah ditetapkan oleh lembaga-lembaga fatwa/ulama di berbagai negara Islam. Di Mesir, misalnya,
al-Buhuts juga telah
menetapkan fatwa kafir terhadap Ahmadiyah. Pada tanggal 26 April 1984 pemerintah Pakistan menetapkan ketentuan bahwa pengikut Mirza Ghulam Ahmad aliran Qodiyan maupun Lahore merupakan non-muslim dan melarang mereka menggunakan istilah dan simbolsimbol Islam untuk menyesatkan kaum muslim, seperti masjid, azan, ummahatul , khulafa rasyidun, dan shahabat. Menanggapi peraturan ini, pengikut Ahmadiyah mengajukan banding kepada tanggal 15 Juli 1984, pengadilan pengikut Ahmadiyah dan menguatkan keputusan pemerintah. Selanjutnya pengikut Ahmadiyah mengajukan banding ke pengadilan yang lebih tinggi. Pada tanggal 3 Juli 1993, setelah melalui proses peradilan dari tahun 1988 -1993 Mahkamah Agung (supreme court) Pakistan memutuskan bahwa Aliran Ahmadiyah bukan merupakan bagian dari agama Islam, pengikutnya digolongkan sebagai non muslim, dan menetapkan Aliran Ahmadiyah sebagai agama minoritas seperti Kristen dan Hindu. (Team MUI, 2005: 116-117) memutuskan bahwa Ahmadiah Qadian dianggap keluar dari Islam karena memiliki ciri-ciri ajaran yang menyalahi ajaran Islam. Ahmadiah Qadian bercirikan: (1). Menganggap Mirza Ghulam Ahmad sebagai penerima wahyu. Ini diungkapkan oleh Mirza sendiri pada tahun 1901. (2). Menganggap Mirza Ghulam Ahmad sebagai Imam Mahdi. Selepas mengaku sebagai Mujadid pada tahun 1885, Mirza mengaku pula sebagai Imam Mahdi yang ditunggu-tunggu pada tahun 1891. (3). Menganggap Mirza Ghulam Ahmad sebagai Isa al-Masih. Pengakuan Mirza akan hal ini dilakukan pada tahun 1891 atas desakan kawannya Nuruddin. Pengakuan ini terkandung dalam bukunya: Fath al-Islâm, Tawdhîh al-Marâm, dan Izâlah al-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 114
Auhâ. (4). Menganggap Mirza Ghulam Ahmad sebagai penerima mukjizat. (5). Mengaku bahwa para Nabi menyaksikan dirinya. Dalam buku: Maktûb Ahmad, Allah Saleh telah menyaksikan kebenaran saya sebelum saya melahirkan seruan saya. Saya adalah Isa al-Masih yang akan datang. Beliau menyebut malaikat sebagai pancaindera Allah. Dalam buku Hamuh al-Busyrâ, hal 98. Mirza -malaikat itu bagaimana Allah menjadikan Qadian, India. (8). Menafikan jihad. Mirza Ghulam Ahmad adalah seorang anti Jihad dan menjunjung tinggi penjajah Inggris. (9) Mengubah ayat-ayat al-Quran. Pemerintah Malaysia secara tegas melarang ajaran Ahmadiyah di seluruh Malaysia sejak 18 Juni 1975. Akibat larangan itu, perkembangan mereka semakin lemah. Kini hanya satu pusat Ahmadiah Qadian, yaitu di Jalan Nakhoda Kanan No. 11A, Kampung Nakhoda, Batu Cave Selangor. Kegiatan mereka hanya seputar salat Jumat, pertemuan, dan penerbitan. (Muhyar Fanani, Teologia, Volume 19, Nomor 2, Juli 2008, hal: 280) Sejalan dengan Negara-negara Islam di dunia Departemen Agama RI. Pada tahun 1984 No. D/BA 01/309/1984 tertanggal 20 September 1984, mengeluarkan Surat Edaran kepada seluruh kantor wilayah seluruh Indonesia yang berisi upaya penanganan Ahmadiyah, antara lain: 1. Ahmadiyah dianggap menyimpang dari Islam karena mempercayai Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi sesudah nabi terakhir Muhammad SAW 2. Kegiatan
Jemaat
Ahmadiyah
Indonesia
dijaga
untuk
tidak
menyebarluaskan fahamnya di luar pengikutnya agar tidak menimbulkan keresahan masyarakat dan tidak menganggu kerukunan hidup beragama. (Akbarizan, Hukum Islam. Vol 12 No. 10. September 2005, hal: 116) Di Indonesia semenjak kemunculannya Ahmadiyah telah memunculkan kontroversi. Kali pertama Ahmadiyah diperkenalkan di Sumatra, banyak tokoh yang menentang Ahmadiyah, di antaranya adalah Abdullah Ahmad dan Abdul Karim Amrullah. Keduanya menolak secara tegas misi yang dibawa oleh Ahmadiyah dan memposisikan pengikut Ahmadiyah berada di luar Islam.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 115
Penilaian itu didasarkan pada keyakinan bahwa Ahmadiyah mempercayai adanya nabi setelah nabi Muhammad SAW. Haji Abdul Karim Amrullah pada tahun 1926 menyusun buku yang berjudul al qaul ash shahih untuk menolak paham ini agar tidak berkembang di bumi Indonesia. Pada tahun 1928, Muhammadiyah yang tadinya dekat dengan Ahmadiyah kemudian berbalik menyatakan bahwa Ahmadiyah adalah aliran sesat. Pernyataan ini dikeluarkan pada muktamar ke 18 di Solo Jawa Tengah melalui maklumat yang dikeluarkan Pengurus Besar Muhammadiyah nomor 294, tanggal 5 Juli 1928 M. Maklumat tersebut dikirimkan ke seluruh cabang Muhammadiyah yang isinya melarang
mengajarkan
Muhammadiyah.
ilmu
Beberapa
dan
anggota
paham
Ahmadiyah
Muhammadiyah
yang
di
lingkungan
pro
terhadap
Ahmadiyah seperti Djojosugito dan Muhammad Husni kemudian memilih keluar dan mendirikan Gerakan Ahmadiyah Indonesia (Ahmadiyah Lahore). (Iskandar Zulkarnaen, 2005: 202) Pada bulan September 1933 M tokoh Persatuan Islam Ahmad Hassan pernah dua kali melakukan debat terbuka dengan ahli dakwah Ahmadiyah, Abubakar Ayyub. Debat dihadiri oleh lebih kurang 2.000 orang. Wakil pers yang datang antara lain Keng Po, Sin Po, Pemandangan, BintangTimur, Sikap Adil. Sumangat, Senjata Pemuda Jawa Barat, Ceto Welo-Welo. Wakil-wakil perkumpulan yang datang antara lain dari Persatuan Islam, Pendidikan Islam, AnNadil Islamie, Persatuan Islam Garut, MAS Garut, Persatuan Islam Leles, Islamiyah Jatinegara, Perukun Kebon Sirih, Salamatul- Insan, Al Irsyad, PBO. Majelis Ulama Indonesia pada Munas MUI II tahun 1980 M mengeluarkan fatwa melalui Surat Keputusan No,05/Kep/Munas/MUI/1980 yang menetapkan bahwa Ahmadiyah adalah aliran sesat. Fatwa ini kemudian dipertegas lagi melalui Musyawarah Nasional MUI VII, pada tanggal 19-22 Jumadil Akhir 1426 H atau 27-29 Juli 2005 M yang dituangkan dalam Surat Keputusan MUI Nomor: 11/Munas VII/15/2005 menyatakan aliran Ahmadiyah berada diluar Islam, sesat dan menyesatkan, serta orang Islam yang mengikutinya adalah keluar dari Islam. (A.Yogaswara, 2008: 58)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, kesimpulan yang dapat diambil, yaitu: 1. Kebangkitan Islam di India muncul akibat beberapa faktor: Pertama Posisi kaum mulim semakin lemah karena semenjak runtuhnya Mughal, akibat masuknya Inggris ke India membuat umat Islam tidak mempunyai perlindungan lagi, Kedua Islam di India yang beragam aliran, baik aliran syiah, muktazilah, sufi menyebabkan umat Islam di India terpecah dan saling bermusuhan, masing-masing aliran saling mengkafirkan satu-sama lain. Ketiga, perkembangan agama Kristen dan bangkitnya Agama Hindu, yang dilindungi oleh pemerintah kolonial Inggris semakin mendesak umat Islam. Banyak muslim yang berpindah ke agama Kristen. Di lain pihak umat Hindu mulai bangkit. Munculnya Arya Samaj, Brahmo Samaj dan gerakangerakan keagamaan Hindu lain yang banyak memusuhi Umat Islam membuat umat Islam semakin terpojok, apalagi karena jumlahnya yang minoritas. 2. Gerakan Ahmadiyah berdiri tahun 1889 oleh Mirza Ghulam Ahmad (18351908) di Qadian, suatu desa kecil di daerah Punjab, India. Mirza Ghulam Ahmad mendakwahkan diri sebagai Pembaharu (Mujaddid) melalui buku Barheen Ahmadiyah tahun 1882 M. Tahun 1889 Ghulam Ahmad mulai mengambil baiat sebagai awal mendirikan sebuah Gerakan keagamaan yang diberi nama Gerakan Ahmadiyah. Tahun 1891 Mirza Ghulam Ahmad mulai mendakwahkan diri sebagai Al-Mahdi dan Al-Masih. Gerakan Ahmadiyah yang dipimpinnya mulai bertambah maju secara pesat setelah dipimpin Maulana Nuruddin, penyebaran Ahmadiyah mulai merambah ke seluruh dunia. Tahun 1914 M Ahmadiyah terpecah menjadi dua. Penyebab perpecahan adalah kerena perbedaan pandangan antara Mirza Basyirudin Mahmud Ahmad dengan Maulana Muhammad Ali, tentang masalah
commit to user 116
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 117
kenabian. Basyirudin Mahmud Ahmad percaya Ghulam Ahmad adalah Nabi sementara Maulana Muhammad Ali percaya Mirza Ghulam Ahmad hanyalah seorang Mujaddid. Perpecahan ini membuat Ahmadiyah terpecah dua Qadian dan Lahore. 3. Ahmadiyah cukup mempunyai peran dalam kebangkitan Islam di India. Dalam bidang pemikiran Ahmadiyah mempunyai penafsiran yang berbeda dengan kebanyakan umat Islam misalnya dalam masalah al masih dan al mahdi, masalah jihad, masalah mujaddid, masalah wahyu dan masalah kenabian. Dalam bidang dakwah Ahmadiyah mempunyai sumbangsih dalam menerbitkan buku-buku Islam, al quran yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris mengingat waktu itu penerbitan buku-buku Islam masih jarang yang diterbitkan dalam bahasa Inggris. Ahmadiyah juga aktif mendakwahkan Islam ke Negara-negara yang belum mengenal Islam, mendirikan masjid-masjid di Negara yang menjadi misi dakwahnya. 4. Kemunculan Ahmadiyah menimbulkan reaksi penolakan dari berbagai kalangan. Reaksi paling keras datang dari kaum Muslim Ahlussunnah wal jamaah, kaum muslim menolak karena menganggap Ahmadiyah telah menyimpang dari agama Islam. Terutama tentang klaim Mirza Ghulam Ahmad yang mendakwahkan diri sebagai al Masih dan Al Mahdi, dan juga Nabi. Penolakan dari kaum muslim mulai dari debat di media massa, unjuk rasa, pelarangan oleh pemerintah setempat bahkan penolakan dengan memakai kekerasan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 118
B. Implikasi
1. Metodologis Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Historis. Metode historis adalah metodologi yang berusaha untuk merekonstruksi peristiwa-peristiwa masa lampau. Dalam hal ini berusaha merekonstruksi peristiwa masa lampau yang berkaitan dengan peranan Ahmadiyah dalam kebangkitan Islam di India tahun 1889-1947. Dalam penelitian ini, peneliti mengalami kesulitan dalam sumber Primer. Karena sumber primer sulit di temukan di perpustakaan tempat peneliti melakukan penelitian.
2. Praktis Penelitian ini membuktikan bahwa Gerakan Ahmadiyah mempunyai peran terhadap kebangkitan Islam khususnya di India. Meskipun nilai-nilai dan prinsipprinsip Ahmadiyah banyak yang menyimpang dari akidah Agama Islam. Oleh karena itu implikasi praktis yang bisa diambil dalam penelitian ini adalah untuk membuka wawasan dan pengetahuan terhadap keberadaan para penganut Paham Ahmadiyah baik Qadian maupun Lahore mengingat peran mereka dalam Kebangkitan Islam di India walaupun dianggap menyimpang oleh sebagian besar Umat Islam tetapi telah memberikan khazanah pemikiran yang berbeda.
C. Saran
1. Bagi Mahasiswa Sejarah Bagi mahasiswa sejarah diharapkan dapat melakukan penelitian secara lebih mendalam mengenai sejarah Islam khususnya tentang Ahmadiyah yang masih sedikit dikaji. Permasalahan-permasalahan tersebut misalnya: peran Inggris dalam Gerakan Ahmadiyah, perkembangan Gerakan Ahmadiyah di Indonesia, peran Ahmadiyah dalam kemerdekaan India. Selain itu, para mahasiswa juga disarankan untuk memperbanyak sumber-sumber, terutama sumber primer yang sesuai dengan tema penelitian mengenai Gerakan Ahmadiyah, dapat di cari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 119
dengan cara melakukan kontak langsung maupun tidak langsung dengan para penganut paham Ahmadiyah baik aliran Qadian maupun Lahore.
2. Bagi Para Pendidik Ahmadiyah sebagai sebuah gerakan Islam mempunyai cukup peran dalam kebangkitan Islam di India. Masalah Ahmadiyah memang tidak termasuk dalam pelajaran sejarah yang diajarkan di SMP maupun SMA. Pada umumnya masalah India hanya diterangkan tentang kebangkitan nasionalisme India, perlawanan Mahatma Gandhi kepada pemerintah Inggris, dan hanya sedikit membicarakan tentang pergerakan Islam di India, apalagi membicarakan masalah Ahmadiyah. Para guru dalam mengajar tentang sejarah India dapat memasukkan Gerakan Ahmadiyah sehingga siswa dapat memahami dengan baik Gerakan Ahmadiyah. Dengan pemahaman tersebut siswa dapat memiliki sikap terhadap perkembangan Ahmadiyah di Indonesia.
commit to user