X
Geografi ATMOSFER III Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami kelembapan udara. 2. Memahami curah hujan dan kondisi curah hujan di Indonesia. 3. Memahami perbedaan curah hujan.
G. Kelembapan Udara Kelembapan udara (kelengasan udara) adalah kandungan uap air di dalam udara. Alat pengukur kelembapan udara adalah higrometer dan higrograf.
1.
Asal Uap Air Uap air berasal dari penguapan sungai, danau, rawa, air tanah, laut, tumbuhan, dan lainnya. Uap air bersifat menyerap panas sehingga makin banyak uap air, makin lembap udara dan makin rendah suhu. Kelembapan udara Indonesia tertinggi karena lautnya luas akibat bentuk wilayah kepulauan.
2.
Macam-Macam Kelembapan Udara Berikut adalah macam-macam kelembapan. a.
Kelembapan mutlak (kelembapan absolut), yaitu jumlah uap air dalam 1 m³ udara.
b.
Kelembapan maksimum, yaitu jumlah uap air maksimum pada suhu tertentu.
Kela s
KTSP & K-13
c.
Kelembapan relatif (kelembapan nisbi), yaitu perbandingan antara jumlah uap air dalam 1 m³ udara dengan jumlah uap air maksimum pada suhu tertentu yang dinyatakan dalam persen. Rumus: Kelembapan Re latif =
Kelembapan mutlak ´10 00 % Kelembapan maksimum
Contoh Soal •
Sebanyak 1 m³ udara mengandung uap air 4 gram. Pada suhu 28°C udara tersebut mengandung uap air 25 gram. Kelembapan relatifnya adalah … Jawab:
4g × 100% = 16% 25g
Kelembapan relatif =
•
Udara pada ruangan berukuran 2 × 2 × 2 meter mengandung uap air 240 gram. Pada suhu 21°C udara tersebut mengandung uap air 50 gram. Hitunglah kelembapan absolut dan kelembapan nisbinya.
Jawab:
Kelembapan absolut =
Kelembapan nisbi =
240 g = 30 g/m³ 8m3
30 g × 100% = 60% 50 g
Super "Solusi Quipper" Kelembapan relatif (kelembapan nisbi). k → angka kecil → perbandingan B → angka besar
H. Curah Hujan Curah hujan adalah banyaknya air hujan yang jatuh, baik cair maupun padat berupa hujan air, hujan salju, dan hujan es. Alat pengukur curah hujan adalah fluviometer atau ombrometer dengan menggunakan satuan milimeter atau sentimeter. Curah hujan
2
harian diukur dengan menampung air hujan dengan gelas ukur yang terdapat pada alat pengukur. Garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang memiliki curah hujan sama disebut isohyet.
1. Jenis Hujan Berikut adalah jenis-jenis hujan. a.
Hujan konveksi/zenital/ekuatorial, yaitu hujan yang terjadi karena udara panas yang mengandung uap air bergerak konveksi (vertikal), lalu berkondensasi menjadi awan dan jatuh sebagai hujan di daerah tropis. Di Indonesia terjadi sepanjang tahun terutama di musim kemarau dan pancaroba. Ciri-ciri hujan konveksi, yaitu sebagai berikut. 1.) Deras di musim kemarau. 2.) Membentuk awan cumulonimbus. 3.) Lebat. 4.) Singkat. 5.) Petir. 6.) Angin kencang. 7.) Banjir.
b.
Hujan orografis/naik pegunungan, yaitu hujan yang terjadi karena udara mengandung uap air dipaksa naik ke pegunungan (mendaki lereng pegunungan), lalu berkondensasi menjadi awan dan jatuh sebagai hujan di lereng pertama. Udara yang sudah kosong uap air terus bergerak ke atas, lalu menuruni lereng berikutnya membentuk angin terjun yang kering dan panas. Daerah yang dilalui angin terjun ini disebut daerah bayangan hujan seperti Kota Palu dan Luwuk di Sulawesi Tengah.
c.
Hujan frontal, yaitu hujan yang terjadi karena pertemuan massa udara panas dengan massa udara dingin di lintang sedang (40°–60°). Daerah pertemuannya disebut front. Massa udara panas yang bergerak naik, lalu berkondensasi menjadi awan dan jatuh sebagai hujan.
2. Kondisi Curah Hujan di Indonesia Curah hujan rata-rata di Indonesia tinggi (±3.000 mm/tahun) karena > 100 milimeter per bulan, namun tidak merata. Tingginya curah hujan disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut. a.
Laut yang luas sekitar dua per tiga dari seluruh wilayah Indonesia sehingga kaya uap air dan konveksi sinar matahari membentuk kondensasi awan yang banyak.
3
b.
Banyak gunung dan pegunungan yang mempercepat proses kondensasi.
c.
Angin muson yang melewati Indonesia, khususnya angin muson barat yang kaya uap air.
d.
Terletak di daerah ekuator sehingga terjadi kenaikan udara akibat pemanasan yang menimbulkan hujan lebat dan guntur.
3. Pola Curah Hujan di Indonesia a.
Pantai barat curah hujannya lebih besar dibandingkan pantai timur.
b.
Wilayah bagian barat curah hujannya lebih besar dan makin ke timur curah hujan makin sedikit atau kecil
c.
Curah hujan lokal bertambah seiring pertambahan ketinggian.
d.
Curah hujan maksimum bergeser dari barat ke timur. 1.) November: curah hujan terbanyak di pantai barat Sumatra dan Bengkulu. 2.) Desember: curah hujan terbanyak di Lampung sampai Bangka. 3.) Januari: curah hujan terbanyak di Pantura–Bali–NTB–NTT. 4.) Mei: curah hujan terbanyak di Sulawesi sampai Maluku.
e.
Pada musim hujan, hujan jatuh di Sumatra, Kalimantan, dan Jawa.
f.
Pada musim kemarau, hujan jatuh di Maluku dan Sulawesi.
g.
Pada saat pancaroba, hujan jatuh di daerah rawa yang luas dan daerah pedalaman, seperti Bandung, Purwokerto, dan Malang.
h.
Batas daerah hujan Indonesia barat dengan Indonesia timur sekitar 120°BT (Sulawesi).
4. Tanda-Tanda Turun Hujan Berikut adalah tanda-tanda akan turunnya hujan di suatu wilayah. a.
Terbentuknya awan nimbus, baik nimbostratus maupun cumulonimbus.
b.
Kelembapan relatif > 60 %.
c.
Udara panas sejenak.
5. Perbedaan Curah Hujan Perbedaan curah hujan disebabkan oleh beberapa faktor berikut. a.
Letak DKAT (Daerah Konvergensi Antartopik). DKAT (ekuator termal) adalah daerah tropis dengan suhu tinggi sehingga penguapan besar, kondensasi awan
4
besar, dan curah hujan konveksi besar. Oleh karena DKAT suhunya tinggi, tekanan udaranya rendah sehingga merupakan tempat pertemuan dua angin dari arah yang berlawanan. Kedua angin yang dimaksud adalah angin pasat timur laut dan angin pasat tenggara dari daerah subtropis dan bertemu di daerah tropis, lalu menguap membentuk hujan konveksi. DKAT curah hujannya tinggi. b.
Letak geografis. Pulau-pulau yang dekat dengan Asia, curah hujannya tinggi dibandingkan dengan pulau-pulau yang dekat dengan Australia karena angin muson barat yang membawa angin hujan berasal dari Asia.
c.
Bentuk medan/topografi/relief. Medan yang berbukit atau gunung, curah hujannya tinggi dibandingkan daerah yang medannya datar.
d.
Arah lereng medan. Lereng yang menghadap arah datangnya angin, curah hujannya tinggi dan lereng seberangnya curah hujannya cenderung sedikit.
e.
Arah angin sejajar garis pantai. Apabila garis pantai sejajar dengan arah angin, suhu tidak akan turun sehingga tidak berkondensasi dan tidak terjadi hujan. Contohnya Pantai Utara Jawa, Madura (Sumenep), Aceh (Pidie) sehingga daerah-daerah ini cocok untuk tambak garam.
f.
Jarak perjalanan angin di atas medan datar. Angin ini berasal dari perairan menuju ke daratan. Apabila medan yang dilalui angin itu panjang dan datar, hujan akan turun di dekat pantai, kecuali Gejala Cibinong.
Selatan Utara Laut
Feb
Jan−
X
Jakarta
i
Me Apr−
Cibinong X
5
Bogor X