112
Mulai
Pemilihan indikator penilaian kinerja mesin Pengumpulan data indikator penilaian kinerja mesin
1. Allocated Downtime 2. Accident Lost Time
Penentuan bobot dan interval penilaian kinerja mesin berdasarkan pakar di perusahaan Rancang bangun penilaian kinerja mesin Laporan hasil penilaian kinerja mesin
Selesai
Gambar 4.5 Diagram Alir Penilaian Kinerja Mesin (Sumber: Penulis)
113
e. Penilaian karyawan Penilaian karyawan berdasarkan 8 (delapan) indikator penilaian yang telah dievaluasi. 8 (delapan) indikator tersebut adalah: 1. Ketelitian kerja. 2. Kualitas pekerjaan. 3. Keandalan pekerjaan. 4. Pemahaman pekerjaan. 5. Surat Peringatan. 6. Absensi. 7. 5S. 8. Inisiatif
114
Mulai
Pemilihan indikator penilaian kinerja karyawan Pengumpulan data indikator penilaian kinerja karyawan Penentuan bobot dan interval penilaian kinerja karyawan berdasarkan pakar di perusahaan
1. Ketelitian kerja 2. Kualitas pekerjaan 3. Keandalan pekerjaan 4. Pemahaman pekerjaan 5. Surat Peringatan (SP) 6. Absensi 7. 5S 8. Inisiatif
Rancang bangun penilaian kinerja karyawan Laporan hasil penilaian kinerja karyawan
Selesai
Gambar 4.6 Diagram Alir Penilaian Kinerja Karyawan (Sumber: Penulis)
4.2
Penilaian Kinerja Metode penilaian kinerja industri packaging berupa tingkatan yang menggambarkan kondisi setiap aspek yang dinilai. Penilaian kinerja perusahaan dapat dikategorikan menjadi tiga tingkatan, seperti pada Tabel 4.1.
115
Penilaian dilakukan setelah diperoleh hasil penilaian secara kualitatif dan kuantitatif dari masing-masing aspek penilaian. Tabel 4.1 Klasifikasi Skor Penilaian Kinerja Perusahaan No.
Predikat
1
Kurang baik
2
Sedang
3
Baik
(Sumber: Penulis)
Penilaian dikatakan “Baik” apabila input data indikator penilaian sama dengan standar yang telah ditetapkan. Penilaian “Sedang” apabila data yang diperoleh berada dalam batas kritis standar ideal dan masih berada dalam batas toleransi. Sementara itu, penilaian “Kurang Baik” akan diberikan jika data yang diperoleh berada diluar batas toleransi yang telah ditetapkan. Ada beberapa penilaian yang hanya menetapkan dua predikat, yaitu Baik dan Kurang Baik. Hal ini dilakukan apabila perusahaan menetapkan standar dengan toleransi sekecil mungkin ataupun tidak ada toleransi pada proses penilaian tersebut, hal ini dapat dilihat pada penilaian kinerja bahan baku. Penilaian
untuk
keseluruhan
kinerja
perusahaan,
merupakan
penjumlahan dari setiap aspek penilaian kinerja, dimana hasil penjumlahan
116
tersebut dapat merepresentasikan kinerja perusahaan, khususnya di dalam lantai produksi selama kurun waktu satu bulan aktivitas usaha. 4.3
Penilaian Kinerja Keseluruhan Penilaian kinerja keseluruhan akan diperoleh apabila kinerja dari setiap indikator sudah diketahui hasilnya. Proses untuk memperoleh hasil penilaian indikator dapat ditentukan berdasarkan pembobotan, jika parameter penilaian banyak. Apabila parameter penilaian sedikit, dapat dilakukan pembuatan kaidah if-then. 4.3.1 Penentuan Skor Aspek penilaian kinerja yang memiliki banyak indikator akan diberikan skor guna memperoleh nilai akhir dari aspek tersebut. Skor ditentukan berdasarkan akuisisi pakar dan pandangannya terhadap pengaruh indikator tersebut terhadap penilaian aspek. Hal ini terjadi pada saat melakukan penilaian terhadap proses, yang memiliki banyak indikator, sementara hasil akhir yang diharapkan hanya satu penilaian. Skor penilaiannya dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Skor Penilaian Kinerja Perusahaan No.
Penilaian
Skor
1
Baik
3
2
Sedang
2
3
Kurang baik
1
(Sumber: Penulis dan PT. Mitra Surya Eratama Packaging)
117
Untuk menentukan apakah suatu aspek memiliki nilai Baik, Sedang atau Kurang Baik, diperoleh berdasarkan interval nilai yang ditentukan oleh para pakar dan penulis.
4.3.2
Penentuan Bobot dan Penilaian Akhir Skor ditetapkan untuk memberikan bobot terhadap indikator, yang akan berpengaruh terhadap penilaian aspek kinerja dan penilaian kinerja lantai produksi perusahaan secara menyeluruh. Bobot didasarkan kepada pendapat pakar, yang berupa daftar isian kuesioner. Metode ini dipilih, jika pakar tidak membuat bobot penilaian secara utuh, misalnya untuk memperoleh nilai akhir penilaian kinerja terdapat tiga aspek penilaian, yaitu mesin, karyawan, dan metode, maka untuk mendapatkan satu penilaian dari ketiga aspek tersebut harus dibuat bobot masing-masing indikator. Bobot dibuat berdasarkan seberapa besar pengaruh indikator tersebut terhadap aspek penilaian. Bentuk kuesioner dan penilaian dapat dilihat pada lampiran. Penilaian secara keseluruhan didasarkan pada kombinasi hasil penilaian dari masingmasing indikator kinerja, sehingga memberikan output berupa klasifikasi skor. Aspek dapat dinilai berdasarkan bobot dari setiap indikator, yang juga merupakan output dari pendapat pakar, seperti tertera pada Tabel 4.3.
118
Tabel 4.3 Tabel Bobot Aspek dan Indikator Penilaian Aspek
Bobot
Bahan Baku
25%
Metode
Mesin
Karyawan
25%
25%
25%
Indikator
Bobot
Critical
60%
Major
40%
Pengoperasian Mesin Cetak
35%
Quality Control Incoming
35%
Prosedur Kerja Karyawan
30%
Allocated Downtime
60%
Accident Lost Time
40%
Ketelitian Kerja
15%
Kualitas Pekerjaan
25%
Keandalan Pekerjaan
10%
Pemahaman Pekerjaan
20%
Surat Peringatan
10%
Absensi
10%
5S
5%
Inisiatif
5%
(Sumber: Penulis dan PT. Mitra Surya Eratama Packaging)
Apabila Skor dan Bobot sudah diperoleh, maka nilai akhir didapat sebagai hasil perkalian antara skor dan bobot. Pada tahapan ini perlu dilakukan penentuan interval nilai, untuk setiap hasil penilaian, seperti tertera pada Tabel 4.4.
119
Tabel 4.4 Interval Penilaian No.
Interval Nilai
Penilaian
1
X < 80%
Kurang Baik
2
80% ≤ X < 90%
Sedang
3
X ≥ 90%
Baik
(Sumber: Penulis dan PT. Mitra Surya Eratama Packaging)
4.4
Indikator Penilaian Kinerja Aspek penilaian kinerja, terdiri dari empat aspek yang disebut sebagai “4M”, yang terdiri dari Material (bahan baku), Method (metode), Machine (mesin), dan Man (manusia). Proses penilaian kinerja, termasuk dalam penilaian proses yang dilakukan dilantai produksi. Setiap aspek memiliki kriteria penilaian tersendiri, dimana nilai akhir dari aspek tersebut merupakan penjumlahan dari skor yang ditunjukkan oleh setiap kriteria. 4.4.1
Penilaian Kinerja Proses Penilaian kinerja proses adalah penilaian kinerja terhadap faktor-faktor kritis yang mempengaruhi baik buruknya proses produksi yang terjadi khususnya pada lantai produksi. Penilaian ini akan memberikan
masukkan
bagi
perusahaan,
memperbaiki kondisinya secara lebih baik lagi.
sehingga
mampu
120
Penilaian proses dilakukan dengan menilai kinerja material, kinerja metode, kinerja mesin, dan kinerja karyawan. Semua penilaian tersebut hanya dibatasi pada penilaian kinerja dilantai produksi, yang lebih difokuskan pada mesin cetak. Pembahasan secara detail, perlu dilakukan berkenaan dengan penilaian kinerja tersebut. 4.4.1.1 Data Perusahaan Pada tahapan ini, tidak ada proses penilaian. Yang ada hanya input data, antara lain : a. Username. b. Password. Tahapan penilaian tidak dapat dilakukan apabila pengguna program tidak memasukkan data perusahaan yang akan dinilai.
121
4.4.1.2 Penilaian Bahan Baku Penilaian ini perlu dilakukan karena kualitas Industri Packaging sangat tergantung kepada bahan baku, yaitu kertas coated duplex sebagai input. Apabila suatu input memiliki kualitas yang baik, maka akan diperoleh hasil produksi packaging dengan grade tertinggi. Penilaian terhadap bahan baku dilakukan berdasarkan Penilaian Kualitas dan Kuantitas Bahan Baku. Penilaian indikator kualitas dan kuantitas bahan baku tersebut terdapat dua penilaian, yaitu: Critical dan Major. Penilaian critical yaitu indikator penilaian yang memiliki toleransi sangat rendah ataupun tidak memiliki toleransi sama sekali, dengan kata lain 100% kertas coated duplex harus diterima dalam keadaan baik, dimana penilaian critical mempunyai syarat penilaian yaitu; ukuran, kerekatan, arah flute, kesikuan, dan kelengkungan. Sedangkan untuk penilaian major, indikator penilaian memiliki toleransi yang rendah yaitu hanya sebesar 2%. Penilaian tersebut dalam kertas coated duplex yaitu: perbandingan fluting, warna, dan jumlah per ikat. Penilaian kualitas dan kuantitas bahan baku dapat dibagi menjadi beberapa indikator, yang akan menentukan penilaian dari indikator tersebut. Apabila kualitas dan kuantitas
122
bahan baku sudah dapat menghasilkan penilaian kualitatif, maka dapat diperoleh penilaian bahan baku secara keseluruhan. Penilaian baik dan buruknya bahan baku dapat ditentukan dari proses Incoming Inspection mengenai batas kritis yang diperoleh dari Tabel Induk Untuk Pemeriksaan Normal yang sesuai dengan Standar Internasional. Adapun bentuk dari Tabel Untuk Pemeriksaan Normal dapat dilihat pada Lampiran. Tujuan dari penilaian kinerja bahan baku adalah sebagai berikut: 1. Menjaga kualitas produk. 2. Mempertahankan kepercayaan pelanggan. 3. Meningkatkan daya saing dengan perusahaan sejenis. Penilaian kinerja bahan baku mempunyai sasaran yang dikhususkan kepada departemen sebagai bahan pertimbangan untuk mengevaluasi kualitas dan kuantitas bahan baku yang datang dari supplier. Departemen tersebut diantaranya adalah: 1. Departemen Quality Control (Inspector) Sedangkan untuk jangka waktu penilaian kinerja bahan baku, dapat dilakukan setiap bahan baku datang dari supplier
123
dan diakumulasi ke dalam satu bulan, dimana dapat digunakan sebagai perbandingan kinerja bahan baku dengan bulan sebelumnya, maupun sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja bahan baku di bulan berikutnya oleh departemen yang bersangkutan. Indikator penilaian kinerja bahan baku yang telah ditentukan memiliki data atau dokumen pendukung yang dapat digunakan sebagai alat untuk pertimbangan menilai bahan baku terhadap fakta-fakta yang terjadi atau dilakukan dalam kurun waktu satu bulan disetiap indikator tersebut. Data atau dokumen pendukung penilaian dapat dilihat pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Data atau Dokumen Pendukung Penilaian Kinerja Bahan Baku Indikator
Data atau Dokumen Pendukung
Critical
Quality Control Incoming
Major
Quality Control Incoming
(Sumber: PT. Mitra Surya Eratama Packaging)
124
Setiap indikator dari penilaian kinerja bahan baku yang telah ditentukan bersama oleh pakar di PT. Mitra Surya Eratama Packaging, maka dihasilkan juga interval penilaian dari setiap indikator yang termasuk dalam penilaian “Kurang Baik”, dan “Baik”. Pada penilaian kinerja bahan baku, hanya terdapat dua tingkat penilaian (kurang baik dan baik), dikarenakan tidak adanya toleransi dalam penilaian tersebut. Interval penilaian setiap indikator tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.6. Tabel 4.6 Interval Penilaian Bahan Baku Berdasarkan Pendapat Pakar Indikator Critical
Major
Penilaian
Interval Penilaian
Kurang baik
X < 100%
Baik
X = 100%
Kurang baik
X < 98%
Baik
98% ≤ X ≤ 100%
(Sumber: Penulis dan PT. Mitra Surya Eratama Packaging)
Dibawah ini merupakan gambar pie chart pembagian bobot dari setiap indikator penilaian kinerja bahan baku yang telah disepakati dan ditinjau oleh pakar di PT. Mitra Surya Eratama Packaging:
125
Bobot Penilaian Bahan Baku
40% 60%
Critical
Major
Gambar 4.7 Bobot Penilaian Bahan Baku Berdasarkan Pakar (Sumber: Penulis dan PT. Mitra Surya Eratama Packaging)
Contoh Penilaian Kinerja Bahan Baku 1. Critical - Data penilaian critical pada bahan baku didapat dari dokumen pendukung yaitu form incoming inspection dimana inspeksi bahan baku dilakukan setiap bahan baku datang dari supplier yang dapat diakumulasikan setiap bulan. - Penilaian critical bahan baku di perusahaan tidak memiliki toleransi, misalnya dalam bulan Februari bahan baku yang masuk sebesar 500.001 lembar maka sampel
126
yang di hitung sebanyak 1.250 lembar. Dari semua sampel tersebut yang diterima sejumlah 1.250 lembar, maka memiliki nilai 100%. - Penilaian critical bahan baku mutlak sebesar 100% yang telah ditentukan oleh pakar di perusahaan, apabila memenuhi maka penilaian tersebut dikatakan “Baik”. - Penilaian “Baik” memiliki skor penilaian “3”, yang merupakan nilai skor penuh yaitu “3”. Dengan kata lain penilaian critical bahan baku harus sebesar
- Nilai
3 . 3
3 kemudian dikalikan dengan bobot penilaian 3
critical bahan baku yang telah disepakati oleh pakar
perusahaan yaitu 60%.
- Maka penilaian critical adalah
3 × 60% = 60%. 3
2. Major - Data penilaian major pada bahan baku didapat dari dokumen pendukung yaitu form incoming inspection, seperti penilaian critical bahan baku, dimana inspeksi
127
bahan baku dilakukan setiap bahan baku datang dari supplier yang dapat diakumulasikan setiap bulan.
- Penilaian major bahan baku di perusahaan memiliki toleransi sangat kecil yaitu hanya sebesar 2%, misalnya dalam bulan Februari bahan baku yang masuk sebesar 500.001 lembar, maka sampel yang di hitung sebanyak 1.250 lembar dari semua sampel tersebut yang boleh dikatakan reject hanya sebanyak 21 lembar (berdasarkan Tabel Induk untuk Pemeriksaan Normal, maka presentase yang diterima masih diatas 98%. - Jika dilihat interval penilaian major yang telah ditetapkan bersama dengan pakar perusahaan, maka termasuk penilaian “Baik”. - Penilaian “Baik” memiliki skor penilaian “3”, yang merupakan nilai skor penuh yaitu “3”, dengan kata lain penilaian major bahan baku harus sebesar
- Nilai
3 . 3
3 kemudian dikalikan dengan bobot penilaian 3
major bahan baku yang telah disepakati oleh pakar
perusahaan yaitu 40%.
128
- Maka penilaian major adalah
3 × 40% = 40%. 3
3. Penilaian akhir kinerja bahan baku = critical + major = 60% + 40% = 100%
4.4.1.3 Penilaian Metode
Penilaian kinerja metode didasarkan kepada audit kesesuaian prosedur kerja yang harus dijalankan. Penilaian metode tersebut adalah: 1. Metode yang dilakukan karyawan dalam menjalankan mesin cetak. 2. Quality Control Incoming bahan baku. 3. Prosedur kerja karyawan. Secara lebih jelas, penilaian kinerja metode bertujuan sebagai berikut:
129
1. Memparlancar proses produksi. 2. Meningkatkan efisiensi waktu kerja. 3. Meminimalisir produk defect. 4. Mengurangi tingkat kecelakaan. Penilaian kinerja metode mempunyai sasaran yang dikhususkan kepada departemen sebagai bahan pertimbangan untuk mengevaluasi kinerja metode tersebut selama produksi. Departemen tersebut diantaranya adalah: 1. Departemen Quality Control. 2. Departemen offset (Mesin cetak). Sedangkan untuk jangka waktu penilaian kinerja metode, dapat dilakukan dalam kurun waktu satu bulan, dimana dapat digunakan sebagai perbandingan kinerja metode dengan bulan sebelumnya, maupun sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja metode di bulan berikutnya oleh departemen yang bersangkutan. Indikator
penilaian
kinerja
metode
yang
telah
ditentukan memiliki data atau dokumen pendukung yang dapat digunakan sebagai alat untuk pertimbangan menilai metode
130
terhadap fakta-fakta yang terjadi atau dilakukan selama dalam kurun waktu satu bulan disetiap indikator tersebut, data atau dokumen pendukung penilaian dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.7 Data atau Dokumen Pendukung Penilaian Kinerja Metode Indikator
Data atau Dokumen Pendukung
Pengoperasian Mesin Cetak
Audit Kesesuaian Mesin Cetak
Quality Control Incoming
Audit Kesesuaian QC Incoming
Prosedur Kerja Karyawan
Audit kesesuaian Karyawan
(Sumber : PT. Mitra Surya Eratama Packaging)
Setiap indikator dari penilaian kinerja metode yang telah ditentukan bersama oleh pakar di PT. Mitra Surya Eratama Packaging, maka dihasilkan juga interval penilaian dari setiap indikator yang termasuk dalam penilaian “Kurang Baik”, “Sedang”, dan “Baik”. Interval penilaian setiap indikator tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.8.
131
Tabel 4.8 Interval Penilaian Metode Berdasarkan Pendapat Pakar Indikator Pengoperasian Mesin Cetak
Quality Control Incoming
Prosedur Kerja Karyawan
Penilaian
Interval Penilaian
Kurang baik
X < 70%
Sedang
70% ≤ X < 80%
Baik
X ≥ 80%
Kurang baik
X < 70%
Sedang
70% ≤ X < 80%
Baik
X ≥ 80%
Kurang baik
X < 70%
Sedang
70% ≤ X < 80%
Baik
X ≥ 80%
(Sumber: Penulis dan PT. Mitra Surya Eratama Packaging)
Dibawah ini merupakan gambar pie chart pembagian bobot dari setiap indikator penilaian kinerja metode yang telah disepakati dan ditinjau oleh pakar di PT. Mitra Surya Eratama Packaging.
132
Bobot Penilaian Metode 30%
35%
Pengoperasian mesin cetak Quality Control Incoming
35% Prosedur kerja karyawan
Gambar 4.8 Bobot Penilaian Metode Berdasarkan Pakar (Sumber: Penulis dan PT. Mitra Surya Eratama Packaging)
Contoh Penilaian Kinerja Metode
1. Pengoperasian Mesin Cetak - Data audit kinerja pada mesin cetak didapat dari dokumen atau form audit kesesuaian mesin cetak, yang dapat dinilai dalam waktu satu bulan. Dokumen audit kesesuaian mesin cetak tersebut berisikan beberapa pertanyaan yang ditujukan kepada karyawan yang mengoperasikan mesin cetak. - Dari data laporan audit kesesuaian mesin cetak yang dikeluarkan setiap bulan, misalnya saja bulan Februari didapat data dari prosedur kerja pengoperasian mesin
133
cetak, hanya 9 prosedur yang dijalankan dari keseluruhan 15, berarti memiliki persentase 60%. - Maka 60% apabila dilihat dalam interval penilaian pengoperasian mesin cetak yang telah disepakati bersama pakar tesebut berada dalam penilaian “kurang baik”. - Penilaian “kurang baik” memiliki skor penilaian “1”, dimana nilai skor tertinggi yaitu “3”, maka perbandingan penilaian yaitu
- Nilai
1 . 3
1 tersebut kemudian dikalikan dengan bobot 3
penilaian
pengoperasian
mesin
cetak
yang
telah
disepakati pakar yaitu 35%.
- Maka penilaian pengoperasian mesin cetak adalah
1 × 3
35% = 11.67%. 2. Quality Control Incoming - Data audit kinerja pada bahan baku didapat dari dokumen atau form audit kesesuaian quality control incoming, yang dapat dinilai dalam waktu satu bulan. Dokumen
134
audit kesesuaian bahan baku tersebut berisikan beberapa pertanyaan yang ditujukan kepada karyawan yang melakukan pengecekan terhadap bahan baku. - Dari data laporan audit kesesuaian bahan baku yang dikeluarkan setiap bulan, misalnya saja bulan Februari didapat data dari prosedur kerja pengecekan bahan baku, hanya 7 prosedur yang dijalankan dari keseluruhan 10, berarti memiliki persentase 70%. - Maka 70% apabila dilihat dalam interval penilaian pengoperasian mesin cetak yang telah disepakati bersama pakar tesebut berada dalam penilaian “sedang”. - Penilaian “sedang” memiliki skor penilaian “2”, dimana nilai skor tertinggi yaitu “3”, maka perbandingan penilaian yaitu
- Nilai
2 . 3
2 tersebut kemudian dikalikan dengan bobot 3
penilaian
pengoperasian
disepakati pakar yaitu 35%.
mesin
cetak
yang
telah
135
- Maka penilaian pengoperasian mesin cetak adalah
2 × 3
35% = 23.33%. 3. Prosedur Kerja Karyawan - Data audit kinerja pada karyawan didapat dari dokumen atau form audit kesesuaian karyawan, yang dapat dinilai dalam waktu satu bulan. Dokumen audit kesesuaian karyawan tersebut berisikan beberapa pertanyaan yang ditujukan
kepada
karyawan
di
dalam
melakukan
pekerjaan. - Dari data laporan audit kesesuaian karyawan yang dikeluarkan setiap bulan, misalnya saja bulan Februari didapat data dari prosedur kerja rutin yang harus dikerjakan oleh karyawan, terdapat 8 prosedur yang dijalankan
dari
keseluruhan
10,
berarti
memiliki
persentase 80%. - Maka 80% apabila dilihat dalam interval penilaian prosedur kerja karyawan yang telah disepakati bersama pakar tesebut berada dalam penilaian “baik”.
136
- Penilaian “baik” memiliki skor penilaian “3”, dimana nilai skor tertinggi yaitu “3”, maka perbandingan penilaian yaitu
- Nilai
3 . 3
3 tersebut kemudian dikalikan dengan bobot 3
penilaian
pengoperasian
mesin
cetak
yang
telah
disepakati pakar yaitu 30%.
- Maka penilaian pengoperasian mesin cetak adalah
3 × 3
30% = 30%. 4. Penilaian akhir kinerja metode = Pengoperasian mesin cetak + Quality control incoming + Prosedur kerja karyawan = 11,667% + 23,333% + 30% = 65%
137
4.4.1.4 Penilaian Mesin
Penilaian kinerja mesin dapat ditentukan oleh masalahmasalah yang terjadi pada mesin tersebut di saat proses produksi berlangsung, dalam hal ini penilaian kinerja difokuskan pada mesin cetak. Mesin cetak merupakan mesin yang paling banyak jumlahnya di dalam pabrik packaging. Penilaian yang dilakukan adalah Allocated Downtime yaitu waktu yang dialokasikan untuk terhentinya proses produksi, dikarenakan mesin harus diperiksa, dibersihkan, dan diperbaiki serta Accident Lost Time yaitu waktu terhentinya kegiatan proses produksi secara tiba-tiba, dikarenakan mesin rusak atau terjadi kecelakaan. Hal ini perlu dilakukan mengingat mesin cetak sebagai alat utama keberhasilan proses produksi industri packaging.
Tujuan dari penilaian kinerja mesin cetak (offset) adalah sebagai berikut: 1. Memparlancar proses produksi. 2. Meningkatkan efisiensi biaya, waktu, dan tenaga kerja yang digunakan untuk perbaikan. 3. Meminimalisir produk defect.
138
Penilaian kinerja mesin cetak (offset) mempunyai sasaran yang dikhususkan kepada departemen sebagai bahan pertimbangan untuk mengevaluasi kinerja mesin tesebut selama produksi, departemen tersebut diantaranya adalah: 1 Departemen Offset (Mesin cetak) Sedangkan untuk jangka waktu penilaian kinerja mesin cetak dapat dilakukan dalam kurun waktu satu bulan, dimana dapat digunakan sebagai perbandingan kinerja mesin cetak dengan bulan sebelumnya, maupun sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja kinerja mesin cetak di bulan berikutnya oleh departemen yang bersangkutan. Indikator penilaian kinerja mesin cetak yang telah ditentukan memiliki data atau dokumen pendukung yang dapat digunakan sebagai alat untuk pertimbangan menilai mesin cetak terhadap fakta-fakta yang terjadi atau dilakukan selama dalam kurun waktu satu bulan disetiap indikator tersebut, data atau dokumen pendukung penilaian dapat dilihat pada Tabel 4.9.
139
Tabel 4.9 Data atau Dokumen Pendukung Penilaian Kinerja Mesin Indikator
Data atau Dokumen Pendukung
Allocated Downtime
Laporan Divisi Offset
Allocated Lost Time
Laporan Divisi Offset
(Sumber: PT. Mitra Surya Eratama Packaging)
Setiap indikator dari penilaian kinerja mesin yang telah ditentukan bersama oleh pakar di PT. Mitra Surya Eratama Packaging, maka dihasilkan juga interval penilaian dari setiap
indikator yang termasuk dalam penilaian “Kurang Baik”, “Sedang”, dan “Baik”. Interval penilaian setiap indikator tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.10. Tabel 4.10 Interval Penilaian Mesin Berdasarkan Pendapat Pakar Indikator Allocated Downtime
Penilaian
Interval Penilaian
Kurang baik
X > 5%
Sedang
X = 5%
Baik
X < 5%
140
Accident Lost Time
Kurang baik
X > 5%
Sedang
X = 5%
Baik
X < 5%
(Sumber: Penulis dan PT. Mitra Surya Eratama Packaging)
Dibawah ini merupakan gambar pie chart pembagian bobot dari setiap indikator penilaian kinerja mesin cetak yang telah disepakati dan ditinjau oleh pakar di PT. Mitra Surya Eratama Packaging.
Bobot Penilaian Mesin Allocated Downtime
0%
60%
Accident Lost Time
Gambar 4.9 Bobot Penilaian Mesin Berdasarkan Pakar (Sumber: Penulis dan PT. Mitra Surya Eratama Packaging)
141
Contoh Penilaian Kinerja Mesin 1. Allocated Downtime
- Data Allocated Downtime didapat dari dokumen divisi offset yang dapat dinilai setiap kali melakukan percetakan
yang kemudian Allocated Downtime tersebut dapat diakumulasi setiap satu bulan produksi. - Dari data laporan divisi offset yang dikeluarkan setiap bulan, misalnya saja bulan Februari didapat data terjadi waktu tidak produktif 13% dimana 9,8%-nya merupakan waktu Allocated Downtime. - Maka 9,8% apabila dilihat dalam interval penilaian Allocated Downtime yang telah disepakati bersama pakar
tesebut berada dalam penilaian “Kurang Baik”. - Penilaian “Kurang Baik” memiliki skor penilaian “1”, dimana nilai skor tertinggi yaitu “3”, maka perbandingan penilaian yaitu
1 . 3
142
- Nilai
1 tersebut kemudian dikalikan dengan bobot 3
penilaian Allocated Downtime yang telah disepakati pakar yaitu 60%.
- Maka penilaian Allocated Downtime adalah
1 × 60% = 3
20%.
2. Accident Lost Time - Data Accident Lost Time didapat dari dokumen divisi offset yang dapat dinilai setiap kali melakukan percetakan
yang kemudian Accident Lost Time tersebut dapat diakumulasi setiap satu bulan produksi. - Dari data laporan divisi offset yang dikeluarkan setiap bulan, misalnya saja bulan Februari didapat data terjadi waktu tidak produktif 13% dimana 3.2%-nya merupakan waktu Accident Lost Time. - Maka 3,2% apabila dilihat dalam interval penilaian Accident Lost Time yang telah disepakati bersama pakar
tesebut berada dalam penilaian “Baik”.
143
- Penilaian “Baik” memiliki skor penilaian “3”, dimana nilai skor tertinggi yaitu “3”, maka perbandingan penilaian yaitu
- Nilai
3 . 3
3 tersebut kemudian dikalikan dengan bobot 3
penilaian Accident Lost Time yang telah disepakati pakar yaitu 40%.
- Maka penilaian Accident Lost Time adalah 40%.
3. Penilaian akhir kinerja mesin = Allocated Downtime + Accident Lost Time = 20% + 40% = 60%
3 × 40% = 3
144
4.4.1.5 Penilaian Karyawan
Penilaian kinerja karyawan dapat dilihat dari beberapa indikator yang dapat mengindikasikan baik atau buruknya proses produksi. Indikator-indikator tersebut yang secara umum dapat dinilai diantaranya adalah: Ketelitian Kerja, Kualitas
Pekerjaan,
Keandalan
Pekerjaan,
Pemahaman
Pekerjaan, Surat Peringatan, Absensi, 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, dan Sitsuke), dan Inisiatif yang diberikan oleh
karyawan sebagai masukan kepada perusahaan. Hal ini juga bertujuan untuk melihat sejauh mana perusahaan, khususnya bagian produksi dapat memotivasi karyawannya untuk bekerja dan memberikan rasa nyaman dan aman dalam bekerja. Secara lebih jelas penilaian kinerja karyawan bertujuan sebagai berikut: 1. Proses evaluasi terstruktur dan objektif. 2. Menjaga kualitas Sumber Daya Manusia PT. Mitra Surya Eratama Packaging. 3. Meningkatkan kinerja dan daya saing operator.
145
Penilaian kinerja karyawan mempunyai sasaran yang dikhususkan kepada departemen sebagai bahan pertimbangan untuk mengevaluasi kinerja karyawannya, departemen tersebut diantaranya adalah: 1. Departemen Quality Control (Inspector) 2. Departemen Offset (mesin cetak) Sedangkan untuk jangka waktu penilaian kinerja karyawan dapat dilakukan setiap bulan, dimana dapat digunakan sebagai perbandingan kinerja karyawan dengan bulan sebelumnya, maupun sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja karyawan di bulan berikutnya oleh departemen yang bersangkutan. Indikator penilaian kinerja karyawan yang telah ditentukan memiliki data atau dokumen pendukung yang dapat digunakan sebagai alat untuk pertimbangan menilai karyawan terhadap fakta-fakta yang terjadi atau dilakukan selama dalam kurun waktu satu bulan pada setiap indikator tersebut, data atau dokumen pendukung penilaian dapat dilihat pada Tabel 4.11.
146
Tabel 4.11 Data atau Dokumen Pendukung Penilaian Kinerja Karyawan Indikator
Data atau Dokumen Pendukung
Ketelitian Kerja
Laporan ketidaksesuaian
Kualitas Pekerjaan
Pencapaian sasaran mutu
Keandalan Pekerjaan
Audit kesesuaian
Pemahaman Pekerjaan Surat Peringatan
Checklist berdasarkan jobdesc/kompetensi Data HRD
Absensi
Data HRD
5S
Audit team 5S
Inisiatif
Data HRD
(Sumber: PT. Mitra Surya Eratama Packaging)
Setiap indikator dari penilaian kinerja karyawan yang telah ditentukan bersama oleh pakar di PT. Mitra Surya Eratama Packaging maka dihasilkan juga interval penilaian dari setiap indikator yang termasuk dalam penilaian “Kurang Baik”, “Sedang”, dan “Baik”. Interval penilaian setiap indikator tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.12.
147
Tabel 4.12 Interval Penilaian Karyawan Berdasarkan Pendapat Pakar Indikator Ketelitian Kerja
Kualitas Pekerjaan
Keandalan Pekerjaan
Pemahaman Pekerjaan
Surat Peringatan
Absensi
Penilaian
Interval Penilaian
Kurang baik
X≥3
Sedang
X=2
Baik
X<2
Kurang baik
X ≤ 70%
Sedang
70 % < X ≤ 80%
Baik
X > 80%
Kurang baik
X ≤ 80%
Sedang
80% < X ≤ 90%
Baik
X > 90 %
Kurang baik
X ≤ 80%
Sedang
80% < X ≤ 90%
Baik
X > 90 %
Kurang baik
2≤X≤3
Sedang
X=1
Baik
X=0
Kurang baik
X≥5
Sedang
2≤X≤3
Baik
X≤1
148
5S
Inisiatif
Kurang baik
< 3 Seiri
Sedang
3 Seiri – 8 Seiton
Baik
9 Seiton – 8 Seiso
Kurang baik
X=0
Sedang
X=1
Baik
X≥2
(Sumber: Penulis dan PT. Mitra Surya Eratama Packaging)
Dibawah ini merupakan gambar pie chart pembagian bobot dari setiap indikator penilaian kinerja karyawan yang telah disepakati dan ditinjau oleh pakar di PT. Mitra Surya Eratama Packaging.
Gambar 4.10 Bobot Penilaian Karyawan Berdasarkan Pakar (Sumber: Penulis dan PT. Mitra Surya Eratama Packaging)
149
Contoh Penilaian Kinerja Karyawan
1. Ketelitian Kerja - Data ketelitian kerja karyawan diambil dari form laporan ketidaksesuaian selama sebulan, kasus-kasus yang terjadi karena ketidaktelitian karyawan mesin antara lain: tidak teliti dalam melihat warna, dan kesalahan setting kertas. - Setiap form laporan ketidaksesuaian yang dikeluarkan merupakan gambaran terjadinya kasus ketidaktelitian yang terjadi pada mesin cetak. Misalnya, dalam produksi bulan Februari terdapat 4 form laporan ketidaksesuaian yang mengindikasikan terjadinya cacat. - Banyaknya form laporan ketidaksesuaian dalam bulan Februari adalah berjumlah 4 buah, jika dikaitkan dengan interval penilaian yang telah ditentukan dan disepakati bersama pakar perusahaan maka masuk dalam penilaian “Kurang baik”. - Penilaian “Kurang baik” memiliki skor penilaian “1” dimana penilaian “Baik” memiliki skor penuh yaitu “3”,
150
maka pada bulan Februari penilaian ketelitian kerja memiliki nilai
- Nilai
1 . 3
1 tersebut lalu dikalikan pada bobot penilaian 3
ketelitian kerja yang telah disepakati pakar yaitu 15%
- Maka penilaian ketelitian kerja adalah
1 ×15% = 5% 3
2. Kualitas pekerjaan - Data kualitas pekerjaan karyawan didapat dari dokumen pencapaian sasaran mutu selama periode satu bulan. - Dari dokumen pencapaian sasaran mutu dapat dilihat sasaran mutu yang telah didapat, misalnya pencapaian sasaran mutu bulan Februari sebesar 80%. - Maka nilai 80% dalam interval penilaian kualitas pekerjaan yang telah ditentukan dan disepakati pakar perusahaan tersebut berada dalam penilaian “Sedang”.
151
- Penilaian “Sedang” memiliki skor penilaian “2”, dimana merupakan penilaian dengan skor penuh, maka pada bulan Februari penilaian kualitas pekerjaan yaitu
- Nilai
2 . 3
2 tersebut kemudian dikalikan bobot penilaian 3
kualitas pekerjaan yang telah disepakati pakar yaitu 25%.
- Maka penilaian kualitas pekerjaan adalah
2 × 25% = 3
16.67%
3. Keandalan pekerjaan - Data keandalan pekerjaan karyawan dapat dianalisa dari dokumen audit kesesuaian selama periode satu bulan. - Dokumen audit kesesuaian merupakan tahapan yang harus dijalankan karyawan dalam periode waktu satu bulan, misalnya pada bulan Februari dari 10 tahapan yang dijalankan hanya 6, maka presentase yang dikerjakan sebanyak 60%. - Kemudian presentase keandalan pekerjaan karyawan sebesar 60% termasuk dalam interval penilaian “Kurang