Sapi
Kerbau
Kambing/Domba
Babi 774,260
749,865
710,394
725,515
213,221
219,113
223,027
229,256
54,051 8,880
50,674 9,020
69,921 8,252
72,709 8,264
Tahun 2009
Tahun 2010
Tahun 2011
Tahun 2012
Gambar 2. Perkembangan Pemotongan ternak di NTT Tahun 2009-2012 3.3.4. Perikanan dan Kelautan NTT memiliki spotensi sumberdaya laut dan pesisir yang cukup besar yang dapat dimanfaatkan bagi akselerasi pembangunan ekonomi daerah. Tercatat NTT memiliki luas daratan sebesar 47.349,9 km2, tapi luas lautan NTT bisa mencapai ± 200.000 km2. Produksi perikanan menjadi salah satu komoditas andalan perdagangan antar pulau Telah dibangun Tempat pendaratan Ikan Kupang, Maumere dan Larantuka. Namun sampai tahun 2012 masih terdapat lebih dari 50 % dari sekitar 30 ribu nelayan yang tidak memiliki alat tangkap Pada saat yang sama kurang dari 5 % nelayan yang memiliki kapal motor nelayan diatas 5 GT. Padahal kita pahami bahwa produksi perikanan mendukung ketahanan pangan. Potensi pengembangan rumput laut dapat dilakukan sepanjang perairan panta di seluruh Kabupaten/Kota. Total luas pengembagan hingga tahun 2010 seluas 5.205,70 Ha dengan produksi 1,7 juta ton rumput laut basah. Tercatat pula untuk industri perngolahan sat ini telah dikembangkan industri pengolahan rumput laut di Waingapu untuk mengolah produksi di wilayah Sumba dengan luas 253,52 Ha dengan produksi 214.603 Ton. Demikian pula terdapatn potensi lahan penggaraman yuang sangat besar berada pada tiga kabupaten masing-masing Kabupaten Kupang seluas 7 886 Ha dengan potensi produksi dapat mencapai 1 juta ton per tahun, Kabupaten Ende seluas 1 312 Ha dengan potensi produksi sebesar 150 ribu ton per tahun dan Kabupaten nagekeo seluas 2 468 Ha dengan potensi produksi dapat mencapai 250 ribu ton per tahun. Sekuruh potensi sumberdaya laut dan pesisir yang digambarkan diatas membutuhkan adanya sentuhan kebijakan pembangunan secara khusus. Kebijakan yang diarahkan untuk mengoptimalkan pemanfaatan potensi dimaksud bagi penin gkatan kesejahteraan masyarakat. Saat ini,NTT menjadi salah satu dari 7 provinsi yang sedang memperjuangkan status sebagai provinsi kepuluan berikut kebijakan khusus tentang pembangunan dalam wilayah Jelas bahwa NTT memiliki sumberdaya laut dan pesisir yang sangat besar, walaupun kenyataan pendekatan strategis yang digunakan dalam mendorong pembangunan daerah belum mengoptimalkan memanfaatkan potensi sumberdaya dimaksud, seperti halnya NTT. 20
Oleh karena itu, upaya percepatan pembangunan NTT sebagai daerah kepulauan harus dimulai dengan mengubah arah kebijakan dan strategi ekonomi daerah dari land based economi strategy menjadi maritime based economy strategy (blue teritory). Kecenderungan perubahan strategi pembangunan ekonomi ke arah pemanfaatan sumberdaya maritim tidak saja berdasarkan potensi dan tipology daerah, tetapi juga menjadi kecenderungan global saat ini. China dengan populasi yang sangat besar harus memberikan makan sekitar 1.4 milyar penduduk, dan pemerintah negara ini menetapkan program swasembada pangan memanfaatkan “blue territories” guna mendorong perekonomian negara berbasis sumberdaya maritim (maritime-based-food security strategy). Menjadi pertanyaan bagi Indonesia, apakah kebijakan dan strategi pembangunan ekonomi berbasis sumberdaya maritim (maritime based economy) memerlukan diberlakukan suatu Undang-Undang khusus. Namun perlu dipahami bahwa wzalaupun potensial sumberdaya maritimnya (marine and coastal resources) NTT sangat luas, tapi sekian lama memiliki strategi pembangunan “land based aconomy”. Pilihan strategi ini memang sesuai dengan dominansi karakter sosial-budaya masyarakatnya. Oleh karena itu rumusan kewajiban yang mengharuskan perubahan kebijakan dan strategy pembangunan ekonomi dari land based economy strategy ke marritime based economy strategy jelas sangat berkosekwensi pada dinamika ekonomi masyarakatnya, bahkan tidak tertutup kemungkinan terbuka ruang kegagalan yang sangat besar. Teori menuntun pada pemahaman bahwa rekayasa ekonomi guna peningkatan kesejahteraan masyarakat selayaknya diletakan diatas konstruksi sosial-budaya yang telah mapan. Oleh karena itu diperlukan upaya rekayasa konstruksi sosial-budaya yang siap untuk menghadapi perubahan dan selanjutnya upaya rekayasa ekonomi akan diletakan di atas konstruksi sosil dimaksud. Upaya rekayasa sosial-budaya yang mapan membutuhkan waktu yang cukup panjang bahkan perekayasaan dilakukan untuk 2 sampai 3 generasi agar siap untuk diletakan rekayasa ekonomi di atasnya. Perubahan arah rekayasa ekonomi yang dilakukan secara tiba-tiba berupa kewajiban yang dipaksakan dengan tidak mempertimbangkan kemapanan konstruksi sosialbudaya, jelas akan turut “membidani” kelahiran tatanan ekonomi daerah kepulauan yang “prematur”. 3.3.5. Sektor Pariwisata NTT dikenal sebagai salah satu wilayah dengan potensi wisata yang sangat besar. Dan keberadaan potensi wisata di NTT telah diakui pula pada tingkat nasional dengan menempatakan wilayah ini bersama dengan Bali dan NTT masuk dalam koridor IV Master Plan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang menjadikan sektor pariwisata sebagai leading sektor, disamping sektor perikanan kelautan dan produksi pangan lainnya. Bahkan NTT saat ini juga telah menjadi salah satu tujuan wisata dunia seiring dengan ditetapkannya Komodo sebagai salah satu dari 7 (tujuh keajaiban dunia. Momentum ini perlu dimanfaatkan secara strategis guna mendorong akselerasi pembangunan ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Tercatat jumlah wisatawan yang mengunjungi Flores Barat dengan tujuan wisata utama kawasan komodo kurang lebih 35 000 orang per tahun dengan 5 negara asal wisatawan yang utama : Belanda, Jerman, Amerika, Perancis dan Inggris, dengan rerata lama tinggal kurang lebih 460 hari . 21
Sebagai upaya mendorong percepatan pembangunan ekonomi daerah dengan memanfaatkan potensi wisata maka strategi penyiapan infrastruktur dasar yang bersinergi secara kuat dengan 22ector pariwisat perlu terus diupayakan. Strategi penyiapan infrastur guna mendorong peningkatan wisatawan baik dalam negeri maupun mancanegara perlu diteladari dari strategi yang sama yang telah dilakukan oleh NTB khususnya Lombok bagian barat yang terus menunjukkan geliat ekonomi wisata seiring dengan geliat wisata di Bali sebagai satu kesatuan koridor ekonomi. Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu destinasi unggulan Indonesia ketiga dari 10 secara Nasional. Pengembangan Sejumlah potensi wisata yang perlu disegera didorong pengembangannya adalah pengembangan Kawasan Wisata Alam Komodo sebagai pintu masuk wisatawan ke Nusa Tenggara Timur, Pengembangan Desa Wisata pada seluruh lokasi potensial Kawasan Wisata Alam, Wisata Budaya dan Wisata minat khusus, Penataan kawasan wisata kelimutu, Penataan kawasan wisata Taman Laut 17 Pulau Riung, Penataan kawasan wisata Taman Laut Pulau Kepa, Penataan kawasan wisata Pantai Nembrala, Penataan kawasan wisata Taman Laut Teluk Kupang, dan penataan kawasan wisata Taman Laut Teluk Maumere.
3.4. Infrastruktur Wilayah Uraian yang tertera dalam Dokumen RPJMD Provinsi NTT menunjukkan bahwa masih rendahnya daya dukung infrastruktur wilayah. Sebagai propinsi kepulauan, NTT masih sangat berat dalam menghadapi persoalan kurangnya infrastruktur wilayah di segala bidang, antara lain : jalan sebagai sarana untuk aksesibilitas penduduk dan wilayah terhadap sarana sosial, ekonomi dan politik menghadapi persoalan tingginya persentase panjang jalan yang tergolong rusak dan rusak berat sehingga biaya transportasi menjadi mahal dan berdampak pada naiknya biaya konsumsi. Sarana pendidikan khususnya pendidikan menengah dan sarana kesehatan masih belum menyebar secara merata, sumber daya listrik belum menjangkau sebagian besar wilayah dan penduduk, dan akses penduduk terhadap air bersih masih sangat rendah. Teori yang berhubungan dengan ketersediaan infrastruktur dasar sebagai prasyarat bagi kemajuan pembangunan suatu wilayah khususnya bidang ekonomi telah lama dikenal. Minimal sejak munculnya teori Rodenstein-Rodan (1943) yang menekankan selain tentang perubahan struktur produksi, juga memandang perlu adanya semacam big push dalam supply, demand, dan saving. Menurut teori ini, pembangunan ekonomi suatu wilayah jika ditinjau dari sisi suplai (supply prerequisite side) memerlukan adanya peranan negara dlm hal Social Overhead Capital (SOC) antara lain prasarana jalan, jembatan, power supply, communication,dsb. Hirschman (1958) dengan teorinya yang mengatakan bahwa Social Overhead Capital tidak harus menjadi prasyarat bagi Directly Productive Activities, tetapi kedua ahli ini tetap memandang perlunya campur tangan pemerintah dalam penyediaan infrastruktur dasar sebagai salah satu prasyarat bagi pembangunan (ekonomi) suatu wilayah. Menurut Hirschaman, SOC memang diperlukan tapi mengingat pemerintah mengalami keterbatasan sumberdaya (sumber dana), maka SOC dilakukan pada saat yang dipandang perlu. Itu berarti pembangunan infrastruktur transportasi juga dihadapkan dengan pilihan untuk pengembangan pada suatu wilayah tertentu sesuai kepentingannya. Pemerintah pelu melakukan tindakan seleksi sektor pembangunan yang memiliki backward dan forward linkages yang besar, guna ditunjang oleh penyediaan infrastruktur pemerintah.
22
Transportasi merupakan salah satu mata rantai jaringan distribusi barang dan mobilitas penumpang yang berkembang sangat dinamis, serta berperan dalam mendukung, mendorong dan menunjang pembangunan (politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan). Bidang infrastruktur transportasi masih banyak bersifat non cost recovery yang harus menjadi tanggung jawab pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Ketiga wilayah (Bali, NTB dan NTT) saat masih menjadi satu kesatuan wilayah administratif Provinsi Sunda Kecil, memiliki infrastruktur akses transportasi serta kondisi perekonomian wilayah yang relatif sama. Ketimpangan pembangunan ekonomi ketiga wilayah mulai muncul seiring dengan dibubarkannya Provinsi Sunda Kecil atas prakarsa NTT pada tanggal 11 September 1958 dengan UU no.64 Thn 1958 (Ben Mboi, Pers. Com, 2008). Indikator ketersediaan perubahan layak huni bagi masyarakat sering digunakan sebagai indikator kesejahteraan masyarakat. Bahkan varian indikator ketersediaan perumahan ini khususnya jenis dan luas lantai hunian digunakan untuk mengukur jumlah orang miskin di suatu daerah. Perkembangan ketersediaan rumah layak hunian yang dapat dirujuk sebagai salah satu indikator untuk mengukur ketersediaan infrastruktur di NTT. Hunian dengan luas lantai jenis tanah maupun bukan tanah relatif konstan seperti data tahun 2012 masih terdapat sekitar 35 % penduduk NTT yang memiliki hunian dengan lantai dari tanah dan 57 % penduduk NTT yang memiliki hunian dengan luas lantai antara 20 – 50 M2 bahkan hampir 7 % penduduk masih menghuni bangunan dengan luas lantai di bawah 20 M2. Sejumlah indikator berikut menunjukkan bahwa masih diperlukan upaya keras dari pemerintah bersama masyarakat untuk mewujudkan pelayanan perumahan yang layak bagi sejumlah besar penduduk NTT demi peningkatan derajad kesejahteraan. Tabel 10 Perkembangan Persediaan Rumah Layak Huni 2010-2012 (persen) No Indikator 2010 2011 2012 1 Jenis Lantai Terluas - Bukan Tanah 64.34 65.81 65,70 - Tanah 35.66 34.19 34,30 2 Lantai terluas - < 20 M2 6.44 6.69 10,05 - 20 - 49 M2 58.05 57.54 51,98 2 - 50 - 99 M 29.83 30.03 32,18 >=100 5.69 5.74 5,79 3 Jenis Atap - Beton 0.41 0.58 0,63 - Genteng 0.96 0.81 0,79 - Sirap 0.44 0.59 0,24 - Seng 75.71 75.89 78,12 - Asbes 0.22 0.34 0,29 - Ijuk 3.98 2.05 2,09 - Lainnya 18.29 19.73 17,84 4 Dinding Terluas - Tembok 30.8 31.37 32,58 - Kayu 10.94 10.46 10,28 - Bambu 33.92 34.38 31,65 25,50 - Lainnya 24.34 23.79 Sumber: NTT Dalam Angka 2013 - BPS NTT, Analisis Bappeda
23
3.5. Ekonomi Wilayah 3.5.1. Konsumsi Domestik Peningkatan Foreign Direct Investment (FDI) yang memacu produki dalam negeri namun di Indonesia kurang didukung oleh industri dasar (industri logam dan baja) yang cukup kuat sehingga peningkatan investasi langsung akan diikuti oleh peningkatan import yang cukup besar. Hal ini menyebabkan fenomena Indonesia mengalami peningkatan investasi langsung tapi juga mengalami peningkatan defisit neraca perdagangan dan neraca transaksi berjalan. Tercatat realisasi PMA pada semester I tahun 2012 sebesar USD 12 milyar dan diperkirakan akan menembus angka USD 24 milyar sampai akhir kuartal III 2012. Artinya, realisasi PMA Indonesia pada 2012 mengalami kenaikan yang cukup berarti dibanding tahun 2011 yang mencatat total realisasi PMA sebesar USD 19 milyar. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih dipacu di atas 6 % didukung oleh investasi langsung yang cukup besar, merupakan kontribusi dari konsumsi domestik yang cukup kuat khususnya pertumbuhan golongan pendapatan menengah yang cukup besar. Tercatat bahwa 60% dari total PDB nasional merupakan konstribusi dari konsumsi domestik yang nilainya mencapai USD 500 milyar dan diperkirakan dalam 1 sampai 2 tahun ke depan kontribusi konsumsi domestik bisa mencapai angka USD 1 triliun. Kondisi ini merupakan kekuatan domestik yang diandalkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dalam negeri sehngga harus terus dimanfaatkan dalam memperkuat perekonomian nasional sekaligus membendung tekanan resesi global. Pendapat lain menyatakan defisit transaksi berjalan yang saat ini berada pada level 3.1 % perlu diturunkan sampai pada level moderat sekitar 1 % namun saat yang sama harus terus memanfaatkan potensi pasar dalam negeri. Potensi pasar dalam negeri yang sangat kuat ini dipandang cukup strategis untuk dimanfaatkan oleh pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Fenomena ekonomi pada tingkat nasional di atas diragakan secara paralel dengan dinamika ekonomi NTT. Kekuatan konsumsi domestik NTT masih menjadi faktor pendorong yang cukup kuat bagi pertumbuhan ekonomi daerah namun bedanya jikapada tingkat nasional kekuatan daya dorong konsumsi domestik akan diikuti oleh sektor produksi yang cukup kuat pula, sedangkan pada tingkat NTT, kekuatan daya dorong konsumsi penduduk domestik NTT belum mampu dimanfaatkan oleh sektor produksi domestik. Daya dorong sektor konsumsi domestik NTT justeru dimanfaatkan oleh sektor produksi di luar NTT sehingga total nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkkan oleh penduduk domestik NTT yang diukur dari pertumbuhan ekonomi domestik tercatat selalu berada di bawah rerata nasional. 3.5.2. Struktur Ekonomi Jika struktur ekonomi NTT dibagi atas tiga sektor dasar masing-masing primer, sekunder dan tersier, maka sampai akhir tahun 2012, peran sektor primer cenderung semakin menurun dibanding dua sektor lainnya, khususnya sektor industri. Peran sektor primer dalam memberikan kontribusi menurun menjadi hanya sekitar 38 %, sebaliknya sektor tersier atau (jasa berkontribusi semakin besar : 52%, dan sisanya sektor sekunder mengalami kenaikan peran sebesar 10%). Indikator demikian menunjukan perekonomian NTT masih didominasi oleh sektor tradisional dengan nilai tambah yang tidak sebesar sektor moderren khususnya sektor industri. Gambaran ini juga mempertegas tentang belum berkembangnya sektor industri guna memanfaatkan momentum daya dorong sisi komsumsi domestik NTT. 24
Walaupun sektor primer khususnya pertanian masih memberikan konstribusi terbesar, namun jika dicermati lebih seksama, maka akan terbaca bahwa konstribusi sektor pertanian ini semakin lama semakin kecil dan peran nya diambil oleh sektor lainnya khususnya sektor tersier (jasa). Jika pada tahun 2002 sektor pertanian masih memberikan kontribusi sterhadap total perekonomian nasional sekitar 46 % maka pada tahun 2011 ini kontribusi sektor pertanian menurun menjadi hanya 38 %. Pada saat yang sama sektor tersier malah mengalami pertumbuhan kontribusi menjadi 52 % terhadap perekonomian daerah dari sebelumnya hanya sekityar 45 % pada tahun 2002. Untuk mendorong kemajuan dan perbaikan struktur perekonomian daerah, memang kita mengharapkan agar peran sektor pertanian yang terlalu besar harus dikurangi dan peran fital dimaksud secara perlahan digantikan oleh sektor modern khususnya Industri. Namun sayang nya sektor industri di daerah tidak berkembang secara pesat, akibatnya jesteru sektor jasa mengambil alih peran yang harapkan dimaksud, akibat [erkembangannya yang terlalu cepat. Kecenderungan perkembangan struktur yang demikian menyebabkan bangun struktur ekonomi NTT tidaklah terlalu mapan untuk diharapkan menopang perekonomian domestik dalam jangka panjang. Menurunnya peran sektor pertanian di NTT sebenarnya akibat sektor pertanian ini, khususnya pertanian lahan yang menjadi ciri dan basis dominan perekonomian NTT (land based economy) telah mencapai fase pertumbuhna dengan kecepatan yang semakin rendah (decreasing rate of growth). Kecenderung pertumbuhan dengan kecepatan yang semakin rendah ini sebagai akibat dari terlalu besarnya tampungan tenaga kerja disektor pertanian lahan, sehingga meragakan sejumlah fenomena pengangguran terselubung. Tahun 2011 sektor pertanian menampung sekitar 1.360.265 tenaga kerja (65%) dari total angkatan kerja dengan produktivitas perkapita sekitar Rp.4 juta per tahun, dibanding sektor jasa dengan tingkat produktivitas per kapita sekitar Rp.14 juta per tahun. Produktivitas tenaga kerja di sektor pertanian rendah dengan elastisitas 0,53. Solusi terhadap permasalahan di atas adalah perlunya kebijakan mendorong peningkatan produktivitas perkapita sektor pertanian lahan sekaligus mengubah kecenderungan pertumbuhan dengan kecepatan yang semakin rendah menjadi kecepatan yang semakin tinggi (increasing rate of growth), melalui revitalisasi sektor pertanian berikut industri pengolahan hasil pertanian. Tipe industri seperti inilah yang dipandang akan kuat berkembang di NTT karena memberikan dampak ganda terhadap perekonomian NTT. Pertama, tipe industri ini akan mendapat pasokan bahan baku dari sektor pertanian yang cukup kuat. Kedua, perkembangan tipe industri ini diprediksi akan mampu memberikan nilai tambah yang cukup besar sekaligus memperbaiki struktur perekonomian daerah. Ketiga, perkembangan tipe industri pengolahan hasil pertanian ini (agroindustri) jelas akan mengalihkan tekanan beban tenaga kerja yang terlau besar pada sektor pertanian lahan. Pada saat yang sama NTT memerlukan terobosan kebijakan memanfaatkan sejumlah potensi primer lainnya di luar sektor pertanian lahan guna mengakselerasi peretumbuhan dan perbaikan struktur ekonomi daerah. Potensi sumberdaya kelautan menjadi pilihan yang cukup strategis yang harus digarap pemanfaatannya saat ini. Potensi perikanan dan kelautan NTT termasuk didalamnya adalah potensi pariwisata bahari harus segera mendapat sentuhan kebijakan, berikut komitmen pemanfaatannya bagi akselerasi pembangunan ekonomi NTT. 25
BAB IV HASIL PENETAPAN KPJu UNGGULAN UMKM TINGKAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 4.1. Bobot Tujuan dan Kriteria KPJu Kabupaten dan Kecamatan Penentuan KPJU Unggulan didahului dengan menetapkan bobot dari: 1) bobot dari tujuan pengembangan UMKM, 2) bobot dari Sektor-sub sektor, 3) bobot dari 11 kriteria penentuan KPJU Unggulan di tingkat kabupaten kota, serta 4) bobot dari penentuan KPJU Unggulan di tingkat kecamatan. Penentuan bobot untuk masingmasing item dimaksud dilakukan dengan analisis AHP terhadap jawaban narasumber peserta Focus Group Discussion (FGD) di tingkat provinsi terhadap pertanyaan dalam kuisioner yang telah disediakan. Hasil KPJu unggulan ditentukan oleh kriteria dan sub-kriteria yang ditetapkan sebelumnya, dan penentuan kriteria tersebut dibobot (ditimbang) oleh bobot Tujuan dari penetapan KPJu unggulan UMKM, yaitu: (a) bobot penciptaan lapangan kerja, (b) bobot ertumbuhan ekonomi daerah, dan (c) bobot peningkatan daya saing produk. Untuk memperoleh keseragaman dan konsistensi dalam proses penetapan KPJu unggulan, maka bobot setiap Tujuan dan bobot setiap Kriteria yang digunakan pada semua kabupaten/kota adalah sama. Sehubungan dengan itu maka proses penentuan bobot kepentingan tujuan dan kriteria tersebut dilakukan pada tingkat provinsi. Dalam hubungan ini maka telah dilaksanakan Focus Group Discussion (FGD) di Kupang yang diikuti pejabat dari Dinas/Instansi Tingkat Provinsi dan kabupaten/kota di Nusa Tenggara Timur, dan dihadiri Sekretaris Daerah Nusa Tenggara Timur dan Pimpinan Kantor Bank Indonesia Kupang. Dalam pelaksanaan FGD tersebut, selain dilakukan penjelasan oleh Tim Peneliti tentang maksud dan tujuan kegiatan serta metodologi, maka salah satu tahapan pokok dalam penelitian ini adalah memperoleh penilaian dari peserta berupa skor kepentingan setiap Tujuan, serta skor tingkat kepentingan suatu Kriteria satu dibandingkan dengan Kriteria lain untuk Tujuan yang sama dengan menggunakan metode pairwise comparison. Hasil penilaian oleh nara sumber tersebut, dijadikan input analisis dengan menggunakan AHP untuk memperoleh nilai skor terbobot setiap Tujuan dan setiap Kriteria KPJu unggulan. Hasil analisis dengan menggunakan metode AHP berdasarkan masukan pendapat dari pejabat Dinas/Instansi yang terkait dan berkepentingan terhadap KPJu unggulan UMKM disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Bobot dan Rangking Kepentingan dari Tujuan dan Kriteria untuk Penetapan KPJu Unggulan di Provinsi Nusa Tenggara Timur
No I 1. 2. 1. II 1. 2. 3.
Aspek
Bobot
Tujuan Penetapan KPJu Unggulan UKM Penciptaan Lapangan Kerja 0,3615 Peningkatan Daya Saing Produk 0,3694 Pertumbuhan Ekonomi 0,2692 Kriteria Penetapan KPJu Unggulan Tingkat Kabupaten/ Kota Ketersedian Pasar 0,1202 Teknologi 0,1289 Keterampilan Tenaga Kerja yang Dibutuhkan 0,0972
Ranking 2 1 3 2 1 5 26
4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11 III 1. 2. 3. 4.
Penyerapan Tenaga Kerja Sarana Produksi dan Usaha Manajemen Usaha Bahan Baku Harga / Nilai Tambah Aksesibilitas dan Kebutuhan Modal Aspek Sosial Budaya (Ciri Khas/Karakteristik Daerah) Sumbangan Terhadap Perekonomian Daerah Kriteria Penetapan KPJu Unggulan Tingkat Kecamatan Jangkauan Pasar Ketersediaan Input, Sarana Produksi atau Usaha Jumlah Unit Usaha, Rumah Tangga, Produksi, Luas Areal atau Populasi KPJu yang ada Kontribusi Terhadap Perekonomian Kecamatan.
0,1042 0,0878 0,1136 0,0606 0,0795 0,0843 0,0434 0,0803
4 6 3 10 9 7 11 8
0,2473 0,2728 0,3027
3 2 1
0,1771
4
Pada Tabel di atas, nampak bahwa pada tataran tujuan, untuk pengembangan UMKM, terpenting adalah untuk tujuan “peningkatan daya saing produk” diikuti berturut turut oleh “penyerapan tenaga kerja” kemudian “pertumbuhan ekonomi. Kondisi demikian, menunjukkan bahwa para pemikir, pengambil kebijakan serta praktisi pengembangan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Timur sangat menyadari pentingnya daya saing produk dalam pengembangan UMKM di NTT, karena tanpa daya saing, output dari UMKM akan sulit bersaing di pasar. Ketidak mampuan bersaing di pasar akan berakibat pada rendahnya ketahanan dan keberlanjutan UMKM. Berdasarkan bobot dari ketiga tujuan pengembangan UMKM, para narasumber tingkat provinsi juga memberi penilaian tentang kriteria-kriteria terpenting dalam menentukan KPJu Unggulan UMKM di tingkat Kabupaten. Pada Tabel 11 dipaparkan bahwa dari sebelas kriteria penentuan KPJu Unggulan UMKM di kabupaten/kota, kriteria terpenting (ranking kepentingan) berturut-turut adalah 1) ketersediaan teknologi, 2) ketersediaan pasar, 3) manegemen usaha, 4) penyerapan tenaga kerja, 5) ketrampilan tenaga kerja yang dibutuhkan, 6) ketersediaan sarana produksi, 7) aksesibilitas terhadap/kebutuhan modal, 8) sumbangan terhadap perekonomian daerah, 9) harga/nilai tambah, 10) ketersediaan bahan baku dan yang terakhir adalah 11) aspek sosial budaya. Ada hal yang sangat menarik dari urutan rangking kepetingan indikator penentu KPJu Unggulan kabupaten/kota di atas, yaitu bahwa upaya berbagai pihak dalam pengembangan UMKM di NTT mestinya memberi perhatian yang tinggi pada minimal 5 hal penting sebagai necessery condition (syarat keharusan) yaitu: peningkatan kemampuan teknologi usaha, pengembangan ketersediaan pasar, pembinaan menegemen usaha, penyerapan tenaga kerja (padat karya), dan peningkatan ketrampilan tenaga kerja UMKM. Faktor-faktor lainnya bukanlah tidak penting, tetapi lebih merupakan suffisien condition (syarat kecukupan) dalam pengembangan dan pembinaan UMKM di NTT. Selain kriteria penentuan KPJU Unggulan tingkat kabupaten/kota, narasumber FGD tingkat propinsi juga memberi penilaian terhadap kriteria penentuan KPJu Unggulan UMKM di tingkat kecamatan yang hasil analisisnya dipaparkan pada Tabel 11. Hasil analisis AHP terhadap penilaian narasumber tentang kriteria KPJu Unggulan kecamatan, berturut-turut dari rangking tertinggi sampai terendah adalah: 1) Jumlah 27
Unit Usaha, Rumah Tangga, Produksi, Luas Areal atau Populasi KPJu yang ada, 2) Ketersediaan Input, Sarana Produksi atau Usaha, 3) Jangkauan Pasar, dan 4) Kontribusi Terhadap Perekonomian Kecamatan. Dalam proses/tahapan penelitian ini, keempat kriteria tersebut akan dipakai untuk penilaian narasumber kecamatan akan KPJU unggulan di masing-masing kecamatan secara eksisting.
4.2.
Bobot Sektor-Sub Sektor KPJU Unggulan Tingkat Provinsi NTT
KPJU Unggulan pada dasarnya dapat dikelompokkan ke dalam sektor/sub sektor ekonomi dan atau pembangunan. Dalam penelitian ini, KPJU dikelompokkan ke dalam 11 sektor/sub sektor ekonomi, dimana dalam sektor pertanian dibagi lagi atas 1) Sub sektor Tanaman Pangan, 2) Sub Sektor Sayuran dan Sub sektor Buah-buahan . Analisis KPJU Unggalan UMKM akan menghasilkan KPJU Unggalan secara sektoral dan KPJU Unggulan secara Lintas Sektor. Untuk kepentingan analisis KPJU Unggulan lintas sektor, maka, maka sektor/sektor perlu dibobot. Untuk itu, para narasumber di tingkat provinsi diminta untuk memberi penilaian secara komparatif atas tingkat kepentingan dari sektor-sub sektor dalam kerangka pengembangan UMKM di NTT. Para narasumber di tiap kabupaten diminta memberikan penilaian yang sama terhadap tingkat kepentingan sektor/sub sektor pengembangan UMKM di masing-masing kabupaten/kota (hasil analisis kabupaten dipaparkan pada sub-bagian laporan masingmasing kabupaten). Hasil analisis AHP terhadap penilaian narasumber provinsi tentang kepentingan sektor/sub sektor tingkat propinsi yang diboboti dengan bobot dari 3 (tiga) item tujuan pengembangan UMKM di NTT disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Hasil Analisis Penentuan Bobot Sektor/Sub Sektor Prioritas KPJU Tingkat Provinsi NTT SEKTOR Pertanian Perkebunan Peternakan Perikanan Kehutanan Pertambangan Perindustrian Perdagangan Pariwisata Angkutan Jasa Tmax= CI= CR=
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Pertumbuhan ekonomi 0,2692 0,0740 0,0767 0,1393 0,1018 0,0374 0,0638 0,1185 0,0874 0,1040 0,0807 0,1166 11,03 0,00 0,18%
TUJUAN Penciptaan lapangan kerja 0,3615 0,1197 0,0801 0,1073 0,1211 0,0353 0,0520 0,0892 0,0982 0,1170 0,0749 0,1051
Peningkatan daya saing produk 0,3694 0,0658 0,1229 0,1257 0,1071 0,0613 0,0557 0,0779 0,0680 0,1365 0,0620 0,1171
11,04 0,00 0,23%
11,02 0,00 0,12%
Skor Gabungan 0,0875 0,0950 0,1227 0,1107 0,0455 0,0566 0,0929 0,0841 0,1207 0,0717 0,1126 1,0000
Ranking 7 5 1 4 11 10 6 8 2 9 3
Tabel 12. memperlihatkan bahwa untuk pengembangan UMKM, sektor utama di provinsi NTT adalah sektor peternakan diikuti berturut-turut oleh: pariwisata, jasa, perikanan, perkebunan, perindustrian, pertanian, perdagangan, angkutan, pertambangan dan kehutanan.
28
4.3. KPJu Unggulan Tingkat Provinsi NTT KPJu unggulan tingkat provinsi terdiri dari KPJu unggulan per sektor ekonomi dan KPJu unggulan lintas sektor di tingkat kabupaten/kota. Penetapan KPJu unggulan tersebut, merupakan agregasi dari KPJu unggulan per sektor dan lintas sektor tingkat kabupaten/kota dengan menggunakan metode Borda. Berdasarkan hasil KPJu unggulan per sektor di setiap kabupaten/kota, KPJu unggulan per sektor tingkat provinsi ranking pertama dari sebelas sektor adalah sebagai berikut; usaha budidaya padi sawah (padi dan palawija), bawang merah (sayuran), pisang (buah-buahan), usaha perkebunan kelapa (perkebunan), usaha budidaya sapi (peternakan), usaha penagkapan ikan di laut (perikanan), penambangan pasir (pertambangan), industri kain tenun ikat (industri), perdagangan hasil pertanian/hortikultura (perdagangan), sewa kos-kosan (jasa-jasa),angkutan ojek motor (angkutan), pemungutan asam (kehutanan) dan usaha warung makan (pariwisata). KPJu Unggulan terpilih melalui proses agregasi didasarkan pada 21 Kabupaten/kota yang mencakup seluruh wilayah di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Lima KPJu unggulan secara berurutan berdasarkan nilai skor-terbobot pada setiap sektor/sub-sektor ekonomi disajikan pada Tabel 13. Tabel 13. KPJu Unggulan per Sektor Tingkat Provinsi Nusa Tenggara Timur No. 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4
Sektor Usaha/ SkorSektor Usaha/ No. KPJu Unggulan Terbobot KPJu Unggulan Tanaman Pangan Sayuran Padi Sawah 15,3415 1 bawang merah Jagung 15,2334 2 Cabai Ubi Kayu 7,5665 3 Terong Kacang Tanah 4,8381 4 Sawi Kacang Hijau 4,8371 5 Kangkung Buah-Buahan Perkebunan Pisang 15,9750 1 Kelapa Mangga 7,8127 2 Kopi Alpukat 6,4042 3 Kemiri Pepaya 5,3043 4 Jambu Mente Jeruk 5,2315 5 Kakao Peternakan Perikanan Usaha Penangkapan Ikan di Sapi 13,2143 1 laut Babi 12,5305 2 Usaha budidaya rumput laut Usaha budidaya Ikan di perairan Ayam Ras Pedaging 8,1561 3 umum Kerbau 6,2100 4 Tambak garam Ayam Kampung 6,0344 5 Usaha Budidaya ikan di laut Pertambangan Industri Pasir 15,2968 1 Industri kain tenun ikat Batu Bangunan 17,1297 2 Penggilingan padi Tanah Urukan 12,8703 3 Industri meubel Batu bata merah 1,0601 4 Industri kopra Batu pecah 1,0880 5 Industri minyak kelapa Perdagangan Jasa-Jasa Hasil 11,6647 1 pertanian/Hortikultura Sewa Kos-kosan Sembako 8,9034 2 Keuangan Ternak dan Hasil-hasilnya 8,4118 3 Perbengkelan Bahan bangunan 4,6271 4 Jasa sewa kendaraan
SkorTerbobot 7,4832 7,2434 6,4194 5,8804 5,2786 12,2297 9,3545 8,4267 7,2195 6,2735
18,0088 16,1877 6,8094 4,0627 3,7810 7,4938 6,1553 4,0128 3,4132 3,2771
9,7283 7,3946 6,7948 6,7878
29
No.
Sektor Usaha/ KPJu Unggulan
SkorNo. Terbobot
3 4
Sektor Usaha/ KPJu Unggulan penumpang Servis perbaikan elektronik Kehutanan Asam Penyadapan Aren dan Nira Lontar Kemiri budidaya madu
5
Pemungutan Madu
5
Bahan Bakar
4,3132
5
1
Angkutan Angkutan ojek motor
10,1203
1
2
9,4261 Angkutan barang umum 3 Angkutan Bus Antar Kota 7,2781 4 Angkutan Sewa 4,6302 Angkutan penyeberangan 5 3,9942 umum Pariwisata 1 Warung makan 11,4989 2 Hotel Melati 8,6576 Pondok Wisata (home 3 stay) 6,1466 4 Pertunjukkan seni/budaya 5,7270 5 Jasa Boga 3,9597 Sumber : Data primer, Tahun 2013 (diolah)
2
SkorTerbobot 3,2483 13,5330 9,9756 7,9033 4,3103 3,5787
KPJu unggulan lintas sektor di tingkat provinsi adalah merupakan hasil agregasi KPJu Lintas sektor pada setiap kabupaten/kota. Metoda Borda, diperoleh nilai skor-terbobot dan urutan KPJu unggulan lintas sektor setiap kabupaten/kota adalah sebagai berikut, urutan 5 (lima) KPJu dengan skor terbobot tertinggi Unggulan lintas sektor Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah kegiatan budidaya ternak sapi, usaha penagkapan ikan di laut, budidaya ternak babi, usaha budidaya rumput laut dan usaha warung makan. Hasil lengkap berupa rangking atau urutan KPJu lintas sektor berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing KPJu dapat dilihat pada Tabel 14. Secara keseluruhan, dari 10 KPJu unggulan lintas sektor menyebar hanya pada 7 sektor dari 11 sektor-sub sektor utama. Selanjutnya dari ke sepuluh KPJu unggulan, 3 KPJu unggulan (30%) berasal dari sektor peternakan; masing-masing 2 KPJu (20%) dari sektor perikanan dan pariwisata, dan masing-masing 1 KPJu (10%) dari sektor perkebunan, jasa dan perdagangan. Tabel 14. KPJu Unggulan Lintas Sektor Tingkat Provinsi Nusa Tenggara Timur Menurut Urutan Nilai skor terbobot atau Urutan Unggulan No KPJu Unggulan Sektor/Sub-Sektor Skor-Terbobot Peternakan 1,8111 1 Sapi 2 Usaha Penangkapan Ikan di laut Perikanan 1,7857 3 Babi Peternakan 1,7173 Perikanan 1,6051 4 Usaha budidaya rumput laut 5 Warung makan Pariwisata 1,3293 Perkebunan 1,1759 6 Kelapa 7 Sewa Kos-kosan Jasa 1,1670 Peternakan 1,1178 8 Ayam Ras Pedaging 9 Hotel Melati Pariwisata 1,0009 10 Hasil pertanian/Hortikultura Perdagangan 0,9533 Sumber : Data primer, Tahun 2013 (diolah)
Mencermati hasil analisis KPJu unggulan lintas sektor di atas, dapat dikatakan bahwa jenis KPJu tersebut merupakan pilihan rasional utama bagi pemerintah daerah dan dunia usaha untuk memilih dan mengembangkannya dalam konteks 30
pengembangan UMKM. Sebagai gambaran untuk 5 jenis KPJu unggulan lintas sektor, usaha budidaya ternak sapi menyebar pada 14 kabupaten (66,67%) dari 21 kabupaten kota di NTT. Usaha penangkan ikan di laut menyebar pada 19 kabupaten kota (90,48%); usaha budidaya ternak babi pada 17 kabupaten kota (80,95%); usaha budidaya rumput laut pada 19 kabupaten (90,48%), dan usaha warung makan menyebar dan menjadi pilihan pada 17 kabupaten kota (80,95%). Pola penyebaran pilihan KPJu unggulan UMKM yang hampir menyebar, memberikan pemahaman bahwa dari sisi ketersediaan potensi yang di dukung dengan sumberdaya yang menyebar pada sejumlah wilayah Kabupaten-Kota, merupakan kondisi kecukupan yang penting dan menjadi dasar bagi pengembangannya kedepan. Demikian juga apabila KPJu tersebut dikembangkan, memiliki prospek yang cukup baik, terutama ditinjau dari kesesuaian dengan kebijakan Pemerintah Daerah, prospek pasar, minat investasi, dukungan dan program pengembangan infrastruktur usaha, minimnya resiko lingkungan dan tingkat persaingan yang tidak terlalu kompetitif. Seluruh hasil analisis khususnya yang berkaitan dengan penetapan KPJu unggulan UMKM lintas sektor di provinsi NTT, maka pada hakekatnya dapat dijadikan informasi penting dan akurat tidak saja bagi pemerintah daerah, akan tetapi juga bagi dunia usaha dan masyarakat untuk melakukan pilihan yang tepat dan rasional ketika memilih jenis KPJu unggulan tersebut untuk dikembangkan secara menguntungkan dan berkelanjutan.
4.4.
Hasil Analisis Potensi dan Prospek KPJu Unggulan Provinsi NTT
Analisis kuadran, potensi dan perspektif KPJu Unggulan dimaksudkan untuk memetakan 10 KPJU Unggulan lintas sektor tingkat provinsi maupun kabupaten/kota dari sisi potensial dan prospektif. Ada 6 (enam) indikator penilaian potensi dan prospek KPJU Unggulan yaitu : 1) Keseuaian dengan kebijakan Pemerintah Daerah, 2) Prospek pasar, 3) Minat Investor, 4) Dukungan dan program pembangunan infrastruktur, 5) Resiko terhadap lingkungan, dan 6) Tingkat persaingan. Setiap KPJU Unggulan (10 KPJU Lintas Sektor) provinsi dan kabupaten kota masing-masing dinilai berdasarkan keenam indikator tersebut. Level penilaian dan kategori penilaian dari masing-masing indikator untuk KPJU Unggulan tertentu adalah sebagai berikut: Tabel 15. Skor dan Kategori Penilaian Potensi dan Prospek KPJU Unggulan Skor Kategori 1 POTENSI (Kurang), PROSPEK (Kurang) 2 Nilai tengah di antara skor 1 dan 3 3 POTENSI (Sedang), PROSPEK (Cukup) 4 Nilai tengah di antara skor 3 dan 5 5 POTENSI (Tinggi), PROSPEK (Baik) Hasil analisis potensi dan prospekdari 10 KPJU Unggulan lintas sektor tingkat Provinsi NTT disajikan pada Tabel 16. Tabel 16. Matriks Posisi KPJu Unggulan di Provinsi NTT Berdasarkan Kriteria Potensi dan Kabupaten Sektor/ Subsektor Peternakan Perikanan Peternakan Perikanan
KPJu Sapi Usaha Penangkapan Ikan di laut Babi Usaha budidaya rumput laut
POTENSI PROSPEK Skor Kategori Skor Kategori 5 Sangat Baik 4 Baik 4 4 4
Baik Baik Baik
5 4 5
Sangat Baik Baik Sangat Baik
Kuadran I I I I
31
Pariwisata Perkebunan Jasa Peternakan Pariwisata Perdagangan
Warung makan Kelapa Sewa Kos-kosan Ayam Ras Pedaging Hotel Melati Hasil pertanian/Hortikultura
3 3 3 4 3 3
Cukup Baik Cukup Baik Cukup Cukup
4 2 4 4 4 4
Baik Cukup Baik Baik Baik Baik
II III II I II II
Sumber : Data primer, Tahun 2013 (diolah) Seperti dapat dilihat pada Tabel 16 di atas, terdapat 5 KPJu Unggulan lintas Sektor, dalam anlisis kuadran KPJu tersebut berada pada Kuadran I, yaitu mempunyai Prospek dan Potensi saat ini yang sangat baik atau baik, yaitu sapi, Usaha Penangkapan Ikan di laut, babi, Usaha budidaya rumput laut, Ayam Ras Pedaging.
4.5.
Hasil Analisis SWOT KPJu Unggulan Lintas Sektor Provinsi NTT
4.5.1.
Usaha Sapi Potong
Peluang (O) 1. Permintaan pasar akan daging sapi yang semakin meningkat. 2. Harga daging sapi tinggi sehingga daya saing usaha sapi potong semakin baik. 3. Adanya investor untuk budidaya sapi potong skala besar Ancaman (T) 1. Liberalisasi perdagangan berdampak membajirnya daging impor dengan harga bersaing. 2. Munculnya daerah sentra produksi sapi potong lainnya
4.5.2.
Kekuatan (S) 1. Memiliki padang rumput yangluas terutama di Daratan Timor dan Sumba. 2. Beternak sapi sudah dilakukan oleh masyarakat secara turun temurun 3. Populasi mencapai 817.708 ekor (termasuk enam besar populasi nasional) 4. Dukungan Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau 2014. Strategi S vs O Peningkatan populasi melalui : 1. Pemberdayaan kelompok peternak; bantuan kredit untuk usaha sapi potong, pendampingan usaha dan budidaya. 2. Promosi Investasi.
Kelemahan (W) 1. Kualitas supply pakan rendah. 2. Usaha ternak masih didominasi secara ekstensif tradisional sehingga produktivitas rendah. 3. Adanya penyakit hewan menular seperti: Brucelosis, SE, Anthrax, dll. 4. Tingginya pemotongan betina produktif.
Strategi S vs T 1. Penguatan kelembagaan tataniaga daging sapi. 2. Optimalisasi usaha
Strategi W vs T Pengembangan kerjasama
Strategi W Vs O 1. Perbaikan kualitas pakan 2. Peningkatan kegiatan penjaringan betina produktif dan pengiriman pejantan unggul oleh pemerintah. 3. Peningkatan realisasi cakupan vaksinasi
Usaha Penangkapan Ikan di Laut Kekuatan (S) 1. Secara geografis sebagai daerah kepulauan dengan panjang garis pantai 70.000 2 km . 2. Keanekaragaman hayati jenis ikan tangkapan 3. Banyak rumah tangga nelayan yang menjadikan penangkapan ikan sebagai sumber pendapatan
Kelemahan (W) 1. Secara agregat produksi tangkapan masih jauh di bawah maximum sustainable yield. 2. Armada dan peralatan tangkap yang digunakan oleh masyarakat setempat masih sederhana sehingga pada musim angin barat, tidak ada penangkapan. 3. Modal untuk pengadaan armada tangkap dan alat tangkap besar. 4. Lemahnya sistem kelembagaan 5. Belum ada Program besar dari pemerintah untuk mengembangkan penangkapan ikan di laut.
32
Peluang (O) 1. Permintaan pasar produk ikan semakin meningkat. 2. Harga ikan tinggi. 3. Adanya investor penangkapan dan pengawetan dengan peralatan modern. Ancaman (T) 1. Pencurian ikan oleh kapal-kapal dengan peralatan modern. 2. Praktek penangkapan ikan dengan bom.
Strategi S Vs O 1. Optimalisasi hasil tangkapan dan perbaikan kelembagaan pemasaran. 2. Pengembangan industri pengolahan hasil perikanan
Strategi W Vs O 1. Penguatan Permodalan 2. Penguatan kelembagaan penangkapan. 3. Pengembangan infrastruktur perikanan
Strategi S vs T 1. Peningkatan patroli keamanan laut secara periodik. 2. Penegakan hukum dalam pemanfaatkan sumberdaya perikanan dan kelautan
Strategi W vs T 1. Pengembangan kerjasama
4.5.3. Usaha Ternak Babi
Peluang (O) Permintaan pasar daging babi yang semakin meningkat. 2. Adanya investor pembuat pakan. Ancaman (T) 1. Adanya impor daging dari daerah lain dengan harga yang lebih murah. 1.
4.5.4.
Kekuatan (S) 1. Siklus produksi pendek dan bersifat prolific 2. Berperan penting dalam tatanan sosial budaya masyarakat NTT 3. Banyak rumah tangga beternak babi sebagai sumber pendapatan.
Kelemahan (W) 1. Pemeliharaan ternak babi banyak dilakukan di pekarangan rumah sehingga mengganggu kebersihanlingkungan. 2. Adanya penyakit hewan menular (Hock Cholera). 3. Sebagian besar pakan masih di impor dari daerah/provinsi lain.
Strategi S Vs O 1. Peningkatan produksi dan produktivitas usaha.
Strategi W Vs O 1. Pengendalian penyakit hewan menular 2. Pengembangan infrastruktur
Strategi S vs T 1. Penguatan kelembagaan tataniaga daging babi..
Strategi W vs T Pengembangan kerjasama
Usaha Budidaya Rumput Laut Kekuatan (S) 1. Secara geografis sebagai daerah kepulauan dengan panjang garis 2 pantai 70.000 km . 2. Banyak rumah tangga yang usaha budidaya rumput laut. 3. Luas lahan potensi 51.870 ha dengan potensi produksi 250.000 kering ton/tahun
Kelemahan (W) 1. Gelombang laut yang merusak. 2. Adanya penyakit tanaman yang berbahaya (Ais-ais). 3. Keterbatasan modal usaha
Peluang (O) 1. Permintaan pasar yang meningkat. 2. Harga jual tinggi.
Strategi (S Vs O) 1. Optimalisasi usaha melalui peningkatan skala usaha. 2. Peningkatan sumberdaya
Ancaman (T) 1.Praktek monopsoni dan oligopoli maka harga jual rendah
Strategi S vs T 1. Penguatan kelembagaan tataniaga rumput laut.
Strategi (W Vs O) 1. Pendayagunaan kelompok. 2. Pengaturan pola budidaya. 3. Pemberian kredit usaha dengan bunga ringan. Strategi W vs T 1. Membangun kerjasama
33
4.5.5. Usaha Rumah Makan Kekuatan (S) 1. Pangsa pasarnya jelas, karena merupakan kebutuhan pokok manusia. 2. Kemudahan memperoleh bahan baku seperti daging, ikan dan sayuran 3. Mudah dilakukan Peluang (O) 1. Permintaan makanan jadi yang semakin meningkat. 2. Peningkatan pendapatan perkapita 3. Meningkatnya wisatawan yang berkunjung ke NTT Ancaman (T) 1.Hadirnyarumah makan waralaba siap saji
1. 2.
Strategi (S Vs O) Pengembangan usaha Bantuan permodalan.
Strategi S vs T 1. Penataan rumah makan yang comfortable, higenis. 2. Pengembangan kawasan kuliner
4.5.6. Usaha Tanaman Kelapa
Peluang (O) 1. Kebutuhan akan minyak goreng semakin tinggi 2. Kebutuhan masyarakat akankelapa cukup tinggi. 3. Produk VCO sebagaisalah satu produk kesehatan 4. Sebagai bahan baku makanan dan minuman, bangunan dan hendicraf, Ancaman (T) 1. Persaingan dengan produk minyak goreng lainnya 2. Semakin terbatasnya areal untuk pengembangan kelapa.
4.5.7. Usaha Sewa Kos-Kosan
Peluang (O) 1. Permintaan Pasar untuk tempat tinggal cukup tinggi 2. Tersedia skim kredit perbankan untuk usaha kos-kosan
Kelemahan (W) 1. Minat entrepreneurship masyrakat local di bidang kuriner rendah 2. Minimnya SDM yang berkualitas 3. Inputproduksi bersifat musiman sehingga harganya fluktuatif. Strategi (W Vs O) 1. Pengembanganjasa kuliner yang spesifik. 2. Peningkatan kualitas pelayanan Strategi W vs T 1. Pelatihan jasa kuliner
Kekuatan (S) 1. Lahan budidaya masih cukup tersedia 2. Teknologi budidaya mudah dikuasai petani 3. Kondisi agroklimat yang sesuai 4. Masa produksinya panjang Strategi S Vs O 1. Pengembangan usaha budidaya tanaman kelapa secara intensif 2. Pengembangan industri pada tingkat rumah tangga
Kelemahan (W) 1. Kelapa membutuhkan waktu lama lebih dari 5 tahun untuk bisa berproduksi 2. Tingginya serangan hama
Strategi S Vs T Mempromosikan minyak kelapa sebagai bahan makanan yang sehat dan bernutrisi
Strategi W Vs T Mengusahakan efisiensi dan harga yang bersaing dengan produk subtitusi
Kekuatan (S) 1. Lahan untuk perumahaan masih cukup tersedia 2. Resiko investasi di bisnis koskosan tergolong rendah. 3. Perkembangan Kota-kota semakin dinamis 4. Pengelolaan rumah kos tidak terlalu rumit. Strategi S Vs O 1. Peningkatan penyediaan skim kredit khusus .
Strategi S Vs W Peremajaan tanaman kelapa, khususnya pada perkebunan rakyat.
Kelemahan (W) 1. Harga bahan baku bangunan untuk membangun rumah koskosan masih tergolong tinggi 2. Belum tersedianya regulasi yang mengatur tentang pengelolaan bisnis kos-kosan. 3. Skim kredit dengan interest rate tinggi Strategi S Vs W 2. Penataan dan implementasi regulasi secara konsisten 3. Peningkatan akses kredit dengan tingkat bunga rendah
34
Ancaman (T) 1. Ekspansif real estate dan rumah susun sewa
Strategi S Vs T Kerjasama pemerintah, dunia usaha dan pengelola kos-kosan.
Strategi W Vs T Kerjasama pemerintah, dunia usaha dan pengelola kos-kosan.
4.5.8. Usaha Ayam Pedaging
Peluang (O) 1. Permintaan pasar untuk kebutuhan daging ayam cukup tinggi 2. Adanya bisnis waralaba yang berbahan baku ayam pedaging Ancaman (T) 1. Pasar bersifat Oligopoly .
Kekuatan (S) 1. Petumbuhan cepat dan produksi masal sehingga siklus pengembalian investasi pendek 2. Tidak memerlukan modal dan tenaga kerja yang banyak 3. Lahan untuk pemeliharaan ayam ras pedaging masih cukup tersedia
Kelemahan (W) 1. Tingginya serangan penyakit 2. Peternakan yang kotor membuat pencemaran lingkungan dan sumber penyakit 3. Hampir 80% input produksi berasal dari luar daerah
Strategi S Vs O 1. Ektensifikasi dan intensifikasi usaha ayam pedaging 2. Penataan kelembagaan tata niaga ayam pedaging
Strategi S Vs W 1. Pengendalian penyakit ayam pedaging 2. Pengembangan infrastuktur
Strategi S Vs T Kerjasama pemerintah, dunia usaha dan peternak
Strategi W Vs T Kerjasama pemerintah, dunia usaha dan peternak
4.5.9. Usaha Hotel Melati
Peluang 1. Provinsi NTT sebagai salah satu destinasi 2. Pangsa pasarnya jelas Ancaman 1. Berkembangannya hotel non melati 2. Tingginya praktek koskosan harian
Kekuatan 1. Resiko investasi bisnis hotel melati tergolong rendah. 2. Perkembangan Kota-kota dan kawasan pariwisata semakin dinamis 3. Managemen Pengelolaan hotel melati yang sederhana 4. Tersedianya lembaga pendidikan khusus di bidang pariwisata dan perhotelan Strategi S Vs O 1. Pengembangan promosi 2. Peningkatan kualitas pelayanan Strategi S Vs T Penataan regulasi
Kelemahan 1. Skim kredit dengan interest rate tinggi 2. Kurangnya tenaga kerja terampil
Strategi S Vs W Pengembangan kemitraan Strategi W Vs T Penataan regulasi
35
4.5.10. PerdaganganHasil Pertanian dan Hortikultura Kekuatan 1. Sentra produksi pertanian/hortikultura terutama wilayah Flores 2. Tenaga kerja cukup tersedia 3. Surplus produksi Peluang 1. Permintaan tinggi 2. Daya beli Masyarakat NTT terus meningkat dari tahun ke tahun. Ancaman 1. Masuknya produk sejenis dari luar wilayah.
4.6.
Strategi S Vs O 1. Penataan system distibusi 2. Penataan lembaga tata niaga tingkat pedagang hasil pertanian Strategi S Vs T 1. Penataan lembaga tata niaga tingkat pedagang hasil pertanian
Kelemahan 1. Produk bersifat perishable, volumneous dan seasional 2. Teknologi pasca panen masih rendah 3. Infrastuktur kurang memadai
2.
Strategi S Vs W Pengembangan teknologi pasca panen Perbaikan infrastuktur
1.
Strategi W Vs T Kerjasama kemitraan
1.
Hasil Analisis Siklus Bisnis KPJu Unggulan Lintas Sektor
Merujuk kepada konsep Daur Hidup Produk (DHP) suatu industri, DHP dapat dikatagorikan (1) tahap introduksi, (2) tahap tumbuh, (3) tahap matang dan (4) tahap menurun. Berdasarkan konsep DHP, ke empat tahapan tersebut didasarkan kepada perkembangan volume penjualan produk tertentu oleh entitas suatu perusahaan/ industri tertentu menurut periode waktu. Konsep tersebut tidak dapat sepenuhnya diterapkan untuk KPJu, oleh karena KPJu berbicara pada tingkat agregat yaitu kelompok industri atau jenis usaha tertentu. Selain itu salah satu faktor yang menentukan perubahan tahapan pada DHP adalah faktor persaingan produk terhadap produk sejenis dari perusahaan/industri pesaing atau adanya produk substitusi. Atas dasar pertimbangan tersebut untuk KPJu digunakan istilah Daur Hidup Bisnis KPJu, yang dikatagorikan menjadi (1) tahap Mulai Berkembang, (2) Tahap Berkembang atau Belum Jenuh, (3) Tahap Mulai Jenuh dan (4) Tahap Sudah Jenuh. Merujuk kepada konsep/teori Siklus Bisnis, faktor yang mempengaruhi atau menentukan siklus bisnis bersifat kompleks – mencakup faktor mikro dan makro ekonomi, termasuk faktor ekonomi global dan kebijakan pemerintah. Oleh karena kompleksitas tersebut, pengkatagorian siklus bisnis KPJu didekati melalui (1) pendekatan supply – demand, dalam hal ini sejauh mana keseimbangan antara sisi produksi dan permintaan output suatu bisnis pada KPJu, serta (2) sejauh mana prospek bisnis KPJu dari sisi kebijakan pemerintah (termasuk dukungan infrastruktur) , minat investor dan prospek pasar. Informasi ke-dua hal di atas diperoleh berdasarkan pendapat pemangku kepentingan sebagai nara sumber pada FGD yang dilaksanakan serta penilaian tim peneliti.
36
4.6.1. Usaha Budidaya (Pembesaran) Sapi Potong Hasil penilaian nara sumber menunjukkan bahwa permintaan terhadap komoditi sapi potong lebih besar dibandingkan dengan produksi, dengan selisih skor sebesar 0,56 poin.. Peningkatan ternak sapi ini merupakan wujud tekad Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur untuk menjadikan Provinsi Nusa Tenggara Timur sebagai Provinsi Ternak. Berdasarkan penilaian ini maka usaha budidaya (pembesaran) sapi potong di Nusa Tenggara Timur dapat dikategorikan pada tahap berkembang at au be lum j enuh. Secara nasional, kebutuhan daging sapi dibanding suply dalam negeri masih mengalami defisit, sehingga pemenuhannya ditempuh melalui impor daging terutama dari Australia. Oleh karenanya, pemerintah pusat menetapkan NTT sebagai salah satu wilayah pengembangan ternak sapi secara nasional, dalam kerangka pencapaian tujuan swasembada daging nasional. Populasi sapi di Provinsi NTT tahun 2012 sebanyak 993.970 ekor yang tersebar di seluruh Kabupaten/Kota. Jumlah populasi ini meningkat sangat tinggi yaitu sebesar 27,66% dari populasi di tahun 2011. Kabupatenkabupaten dengan potensi tinggi untuk pengembangan sapi potong adalah: 1) Kupang, 2) Timor Tengah Selatan, 3) Timor Tengah Utara, 3) Belu, 4) Rote Ndao, 5) Sumba Timur, 6) Sumba Tengah, 7) Sumba Barat Daya, 8) Flores Timur, 9) Ende, 10) Nagekeo, dan 11) Manggarai Barat. 4.6.2. Usaha Penangkapan Ikan di Laut Luas laut NTT mencapai 200.000 Km2 dengan panjang pantai mencapai 7.000 km memiliki keunggulan spesifik sebagai berikut: (1) Memiliki batas wilayah laut dengan Negara Timor Leste yaitu Laut Timor, Selat Ombai dan Lautan Atlantik; (2) Memiliki batas wilayah laut dengan provinsi Nusa Tenggara Barat yang dibatasi dengan Selat Sape, dan Laut Flores dengan Provinsi Sulawesi Selatan; dan (3) Laut dalam wilayah Kepulauan NTT yaitu wilayah laut yang dibatasi oleh pulau-pulau wilayah Nusa Tenggara Timur yaitu Laut Sawu. Sumber daya laut sangat potensial untuk perikanan tangkap dengan potensi perikanan lestari sekitar 365,1 metrik ton/tahun. Kebijakan pemerintah NTT adalah mengarahkan kawasan pengembangan masing-masing yaitu: a. Kawasan peruntukan perikanan tangkap, perikanan dan pengolahan ikan tersebar diseluruh Kabupaten/ Kota di Provinsi NTT. b. Program pengembangan kawasan minapolitan untuk perikanan tangkap dan perikanan budidaya di Kabupaten Sumba Timur, Sikka, Lembata, Rote Ndao, Alor, Kota Kupang. Dengan panjang garis pantai ±5.700 Km dan luas wilayah laut ±200.000 Km2, secara umum NTT memiliki potensi perikanan yang besar. Disamping itu, potensipotensi lainnya yang mendukung sektor perikanan di Provinsi Nusa Tenggara Timur yakni hutan mangrove seluas ±51.854,83 Ha (11 spesies); terumbu karang sebanyak ±160 jenis dari 17 famili; jumlah rumah tangga usaha perikanan laut sebanyak 42.685 rumah tangga; Jumlah Desa Pantai 808 Desa; Jumlah Penduduk Desa Pantai: 1.105,438 Jiwa; Jumlah Nelayan: 194,684 orang (+ 9,9% dari jumlah Penduduk Desa Pantai) (BPS, NTT Dalam Angka Tahun 2012). Potensi perikanan tangkap, terdiri dari: Potensi Lestari (MSY) 388,7 Ton/Tahun; Jumlah Ikan Ekonomis: (1) Ikan Pelagis: (Tuna, Cakalang, Tenggiri, Layang, Selar, Kembung); (2) Ikan Demersal: (Kerapu, Ekor Kuning, Kakap, Bambangan, dll); (3) Komoditi Lainnya: (Lobster, Cumi-cumi, Kerang Darah).Perikanan Budi Daya; terdiri dari budidaya Laut seluas 5,870 Ha (Rumput Laut, Mutiara, Kerapu), 37
potensi produksi dapat mencapai 51.500 ton/tahun; Budidaya Air Payau: 35,455 Ha (Udang dan Bandeng), dengan potensi produksi dapat mencapai 36.000 ton/tahun; Budidaya Air Tawar: Kolam 8,375 Ha. Potensi produksi mencapai 1,297 ton/tahun dan Mina Padi 85 Ha dengan potensi produksi mencapai 85 ton/tahun. Dari sudut permintaan, baik itu permintaan level ekspor, maupun domestik akan hasil perikanan, khususnya perikanan tangkap semakin meningkat secara signifikan. Volume ekspor ikan dan udang dari NTT tahun 2011 mencapai 282.936 Kg, dengan nilai eksport (FOB) mencapai 66.176 juta dollar. Hasil penilaian nara sumber menunjukkan bahwa permintaan terhadap komoditi perikanan tangkap lebih besar dibandingkan dengan produksi, dengan selisih skor sebesar 0,5 poin. Hasil penilaian tersebut sejalan dengan data dan imformasi mengenai potensi produksi, potensi permintaan serta kebijakan pemerintah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa usaha penangkapan ikan di laut di NTT masih dalam kategori tahap Mulai Berkembang, serta belum jenuh. 4.6.3. Usaha Budidaya Ternak Babi Daging babi di Provinsi NTT secara merupakan jenis makanan yang bernilai sosial budaya, dan kemudian berkebang lagi secara ekonomi. Dengan status demikian permintaan akan komoditi ini secara lokal semakin meningkat tajam seiring peningkatan jumlah penduduk serta diversifikasi jenis olahan daging babi untuk konsumsi domestik. Dari sudut suplay, populasi ternak babi meningkat dari 1.708.155 ekor di tahun 2011 menjadi 1.798.030 ekor di tahun 2012, atau meningkat sebesar 5,26%. Peningkatan ini masih lebih kecil dari peningkatan permintaan konsumsi lokal, apalagi jika dapat dikembangkan produk daging untuk kebutuhan daerah lain di Indonesia. Dengan selisih skor 0,44 poin dari penilaian narasumber, di tambah dengan gambaran potensi permintaan dan suplay, maka usaha ternak babi di NTT masuk dalam kategori II yaitu, kategori tumbuh dan belum jenuh. 4.6.4. Usaha Budidaya Rumput Laut Hasil penilaian nara sumber menunjukkan bahwa permintaan terhadap produk usaha budidaya rumput laut lebih besar dibandingkan dengan produksi, dengan selisih skor sebesar 0,42 poin. Berdasarkan penilaian ini maka usaha budidaya rumput laut dapat dikategorikan masih pada tahap mulai ber kembang at au masuk ke t ahap pertumbuhan (Belum Jenuh). Potensi pengembangan rumput laut dapat dilakukan sepanjang perairan panta di seluruh Kabupaten/Kota. Total luas pengembagan hingga tahun 2010 seluas 5.205,70 Ha dengan produksi 1,7 juta ton rumput laut basah. Tercatat pula untuk industri perngolahan saat ini telah dikembangkan industri pengolahan rumput laut di Waingapu untuk mengolah produksi di wilayah Sumba dengan luas 253,52 Ha dengan produksi 214.603 Ton. Semua Kabupaten/Kota berpotensi untuk budidaya rumput laut kecuali Kabupaten Timor Tengah Selatan yang kecil peluangnya untuk budidaya rumput laut karena memiliki wilayah laut di sebelah selatan Pulau Timor atau berbatasan dengan Samudera Hindia. Adapun kabupaten-kabupaten yang budidaya rumput lautnya telah berkembang yaitu: Kabupaten Kupang, Sabu Raijua, Rote Ndao, Alor, Lembata, Flores Timur, Sikka, Sumba Timur dan Kabupaten Manggarai Barat. Komunitas rumput laut unggulan yang dibudidaya adalah Echeuma Cotonii, Eucheuma Sp, dan Alga Merah (red algae). Luas lahan potensial untuk budidaya rumput laut di 38
Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 51.870 Ha atau 5% dari garis pantai, dengan potensi produksi sebesar. 250.000 ton Kering/tahun. 4.6.5. Usaha Warung Makan Berkembangnya UMKM warung makan di NTT seiring dengan berkembangnya kota-kota dan pariwisata. Dengan sifat perkembangan demikian, maka perkembangan permintaan akan komoditi dari usaha warung makan (kuliner) akan sangat ditentukan oleh perkembangan kota-kota dan kawasan pariwisata. Perkembangan kota pada umumnya searah dengan peningkatan pendapatan masyarakat perkotaan, serta perubahan perilaku konsumsi sehingga meningkatkan permintaan akan produk kuliner dari warung makan. Sementara itu, peningkatan pariwisata di berbagai wilayah di NTT, secara langsung berhubungan dengan peningkatan permintaan akan kuliner. Dengan kondisi demikian, disertai analisis terhadap penilaian para narasumber akan KPJu Warung Makan yang memberikan selisih skor 0,35, maka Warung Makan di NTT ada dalam kategori berkembang dan belum jenuh. 4.6.6. Usaha Budi Daya Kelapa Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki beberapa jenis komoditi perkebunan yang bernilai ekonomis dan mempuyai peluang pasar yang baik. Komoditi tersebut antara lain kelapa, jambu mete, kopi, kakao, cengkeh, vanili, tembakau, dan kapas. Hasil perkebunan ini pada umumnya dipasarkan secara lokal, regional maupun global. Khusus komoditi kelapa, data menunjukkan bahwa: luas areal menghasilkan menurun 3,35% dari kondisi tahun 2011 ke 2012. Pada tahun 2012 luas areal tanaman kelapa menghasilkan adalah 90.464 Ha dengan produksi 60.534 ton dan produktivitas 1,18 ton/ha. Kondisi demikian, serta analisis terhadap penilaian para narasumber akan KPJu budidaya kelapa yang memberikan selisih skor 0,25, maka KPJu budidaya kelapa di NTT ada dalam kategori mulai jenuh. 4.6.7. Usaha Sewa Kos-kosan Seperti halnya UMKM warung makan, UMKM Sewa Kos-kosan berkembang seiring dengan berkembangnya kota-kota dan otonomi daerah di NTT. Dengan sifat perkembangan demikian, maka perkembangan permintaan akan sewa kos-kosan akan sangat ditentukan oleh perkembangan kota-kota. Perkembangan kota pada umumnya searah perkembangan sektor-sektor ekonomi perkotaan yang diikuti oleh meingkatnya urbanisasi dan migrasi penduduk. Akibat selantnya adalah peningkatan permintaan akan sewa kos-kosan di kota-kota di NTT. Dengan kondisi demikian, maka analisis terhadap penilaian para narasumber akan KPJu sewa kos-kosan memberikan selisih skor 0,37. Dengan demikian KPJu sewa kos-kosan di NTT ada dalam kategori berkembang dan belum jenuh. 4.6.8. Usaha Pemeliharaan Ayam Ras Pedaging Usaha ras pedaging di NTT lebih ditujukan untuk memenuhi peningkatan permintaan lokal, seiring peningkatan pendapatan masyarakat perkotaan. Data menunjukkan bahwa populasi ternak Ayam Ras Pedaging di NTT antara tahun 2011 ke tahun 2012 meningkat 1,23%. Perkembangan kota-kota di NTT mendorong perkembangan warung makan dan kedai makan yang menjadi pendorong berkembangnya usaha ternak Ayam Ras Pedaging. Merningkatnya permintaan akan Ayam Ras Pedaging di NTT ditunjukkan oleh peningkatan populasi, sebagai 39
determinan dari peningkatan jumlah pemotongan dan peningkatan konsumsi akan daging ayam khususnya berasal dari usaha ayam ras pedaging. Hasil analisis terhadap penilaian para narasumber akan Usaha Ternak Ayam Ras pedaging memberikan selisih skor 0,37. Dengan demikian Usaha Ternak Ayam Ras pedaging di NTT ada dalam kategori berkembang dan belum jenuh. 4.6.9. Usaha Hotel Melati Berkembangnya Usaha Hotel Melati di NTT seiring dengan berkembangnya kota-kota dan pariwisata serta meningkatnya daerah otonom kabupaten/kota. Dengan sifat perkembangan demikian, maka perkembangan permintaan akan komoditi dari Usaha Hotel Melati di NTT akan sangat ditentukan oleh perkembangan kota-kota dan kawasan pariwisata. Dengan kondisi demikian, disertai analisis terhadap penilaian para narasumber akan KPJu Warung Makan yang memberikan selisih skor 0,36, maka Usaha Hotel Melati di NTT di NTT ada dalam kategori berkembang dan belum jenuh. 4.6.10. Perdagangan Hasil Pertanian dan Hortikultura Hasil penilaian nara sumber menunjukkan bahwa permintaan terhadap produk perdagangan hasil pertanian dan hortikultura lebih besar dibandingkan dengan produksi, dengan selisih skor sebesar 0,25 poin. Berdasarkan penilaian ini maka usaha budidaya rumput laut dapat dikategorikan masih pada tahap berkembang atau serta Belum Jenuh. Hasil penilaian dimaksud kurang lebih sejalan dengan data perdagangan NTT (BPS NTT) khususnya data ekspor hasil pertanian dan hortikultura adalah a) Ekspor buah-buahan tahun 2011 sebanyak 845 Kg dengan nilai ekspor 159 juta dollar, b) Ekspor biji-bijian tahun 2011 sebanyak 27.630 Kg dengan nilai ekspor 5.488 juta dollar, dan c) Ekspor sayuran 2011 sebanyak 599.070 Kg dengan nilai ekspor 85.803 juta dollar.
4.7.
Hasil Analisis Inflasi KPJu Unggulan
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinyu) dan berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain : konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, serta adanya ketidak lancaran distribusi barang. Inflasi merupakan indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-mempengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Inflasi sering menjadi obyek dan referensi kebijakan oleh pemerintah untuk berbagai alternatif keputusan ekonomi dan politik. Tidak hanya itu, inflasi selalu pula menjadi “kata kunci” oleh investor dalam membuat keputusan berinvestasi di negara tujuan investasi. Inflasi yang terkendali (dibaca: rendah dan stabil) selalu memberikan insentif ekonomi bagi para agen ekonomi, menambah insentif politik bagi pejabat pemerintah, dan memperbaiki catatan positif kinerja perekonomian nasional. Sebaliknya, inflasi yang tak terkendali dipastikan dapat mereduksi potensi dan peluang keuntungan pengusaha, melemahkan daya beli konsumen, inefisiensi aktivitas produksi, dan memperlambat laju pertumbuhan ekonomi nasional. Singkatnya, gejolak 40
inflasi bisa memunculkan distorsi pada sisi produksi, konsumsi, fiskal pemerintah dan memperburuk kinerja makro-ekonomi suatu Negara. Penyebab inflasi dapat dikelompokkan dalam 2 (dua) hal, yaitu: (1) tarikan permintaan (demand pull inflation) yang dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar yang terkait dengan permintaan terhadap barang dan jasa yang berakibat bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi sehingga meningkatkan harga, dan (2) oleh adanya desakan biaya (cost push inflation) akibat adanya kelangkaan produksi dan/atau kelangkaan distribusi, walaupun permintaan secara umum tidak ada perubahan yang meningkat secara signifikan, sehingga memicu kenaikan harga. Sehubungan dengan itu penetapan KPJu Unggulan berkaitan dengan penyebab inflasi adalah dalam hal penyebab ke 2 yaitu desakan biaya (cost push inflation). Pencermatan inflasi menurut kelompok pengeluaran, tampaknya bahwa kelompok pengeluaran untuk Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau merupakan kontributor terbesar relatif dibanding kelompok pengeluaran lainnya terutama untuk kurun waktu 2009-2013. Khusus pada tahun 2013, kontributor inflasi di NTT terutama disebabkan oleh kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan; kemudian diikuti oleh kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau; Perumahan, Listrik, Air, Gas dan Bahan Bakar; Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga; Sandang; Bahan Makanan dan terakhir oleh kelompok pengeluaran untuk kesehatan. Kondisi ini terutama disebabkan pada tahun 2013 ini oleh pemerintah diterapkan kebijakan pencabutan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM), sehingga terjadi penyesuaian harga BBM yang meningkat. Pada situasi ini memicu kenaikan biaya transportasi dan komunikasi yang pada gilirannya berdampak kepada meningkatnya inflasi pada kelompok pengeluaran tersebut. Secara rinci perkembangan tingkat inflasi NTT tahun 2009-2013 disajikan Tabel 17 dan Gambar 1. Tabel 17. Perkembangan Inflasi NTT Tahun 2009-2013 menurut Kelompok Pengeluaran Inflasi (Prosen) Kelompok Pengeluaran 2009 2010 2011 2012 2013*) Bahan Makanan 14,57 16,96 -1,13 3,43 4,52 Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan 10,59 8,62 4,62 9,14 12,05 Tembakau Perumahan, Listrik, Air, Gas dan Bahan -2,01 3,73 4,5 8,42 8,48 Bakar Sandang 6,92 5,84 12,76 9,27 5,47 Kesehatan 1,59 6,78 5,86 2,07 4,48 Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga 6,9 4,5 2,46 6,62 6,05 Transportasi, Komunikasi dan Jasa -0,17 12,78 13,3 -0,07 15,72 Keuangan Rata-Rata 5,48 8,46 6,05 5,55 8,11 Sumber : BRS NTT, Tahun 2009-2013 Keterangan : *) Sampai November 2013. Pada lima tahun terakhir, tingkat perkembangan tingkat inflasi di Nusa Tenggara Timur antara tahun 2009-2013 menunjukkan fluktuasi yang relatif cukup besar (volatile). Tingkat inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2010 yakni sebesar 8,46% sementara terendah pada tahun 2009 sebesar 5,48%. Pada tahun 2013 sampai bulan 41
November tingkat inflasi telah mencapai 8,11%, dan diperkirakan sampai Desember 2013 kalaupun terjadi peningkatan yang lebih besar akan tetapi diperkirakan tidak terlampau signifikan dibanding tahun 2010 yang lalu. Adanya peningkatan pada tahun 2013 ini selain akibat dampak kenaikan dan atau penyesuaian harga BBM, maka pada bulan Desember, umat Kristiani di NTT merayakan Hari Raya Natal dan juga menghadapi Tahun Baru 2014, sehingga diperkirakan akan memicu permintaan yang signifikan dari sejumlah produk barang dan jasa seperti makanan jadi, sandang dan juga transportasi. Kondisi inilah yang diperkirakan akan memicu peningkatan inflasi pada akhir tahun 2013 ini.
Gambar 1. Laju Inflasi Tahunan NTT Tahun 2009-2013 (%)
Jika dicermati bahwa pemicu inflasi menurut kelompok pengeluaran secara berturut-turut antara tahun 2009-2013, antara lain : harga daging ayam ras, beras, ikan, bawang merah, sayur putih, tarif listrik dan angkutan merupakan pemicu yang dominan mempengaruhi tingkat inflasi di NTT. Beberapa jenis bahan lainnya yang secara sporadis dan bergantian menjadi pemicu bergantung pada kebijakan yang diambil pemerintah baik pada level nasional maupun regional. Seperti harga BBM, cabe merah dan harga daging babi yang cenderung merupakan jenis bahan subsitusi dan atau komplemen sehingga memicu peningkatan permintaan penggunaan bahan lainnya. Selanjutnya juga kelompok pengeluaran makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau cenderung menjadi pemicu yang berperan dominan dalam lima tahun terakhir, di mana hal ini sebagai ciri utama bahwa ekonomi regional NTT lebih didorong oleh sektor konsumsi. Dengan demikian menjadi hal penting dan menarik, apabila ekonomi NTT terus didorong untuk meningkatkan sektor produksi agar supaya terjadi keseimbangan supply-demand regional, yang pada gilirannya berdampak pada stabilitas harga yang berdimensi jangka panjang. Dalam konteks ekonomi makro, inflasi pada tingkat yang normal merupakan kebutuhan natural perekonomian untuk tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan. Inflasi pada tingkat ini, biasanya selalu memunculkan insentif bagi para produsen untuk terus meningkatkan produksinya. Produsen akan merespon kenaikan harga secara perlahan ini dengan cara menambah pendayagunaan faktor produksi terutama tenaga kerja dan bahan mentah dalam batas-batas kemungkinan produksi dan pangsa pasar tertentu. Efek negatif mulai tampak dan terasa ketika angkanya telah mendekati dan menyentuh angka psikologis pasar yang besarnya bervaraiasi antar-perekonomian dan/atau kondisi perekonomian. Negara maju dengan kondisi pendayagunaan faktor 42
produksi yang mendekati full employment, umumnya memiliki angka psikologis inflasi yang relatif rendah ketimbang negara berkembang dengan pendayagunaan faktor produksi yang masih under employment. Angka psikologis ini juga umumnya lebih rendah dalam kondisi ekonomi yang normal ketimbang di masa krisis. Bagi Indonesia, angka inflasi yang pada 2012 sebesar 4,30% diprediksi dapat mendekati angka psikologis yakni sebesar 6% pada 2013. Angka psikologis ini lebih rendah dibanding waktu-waktu sebelumnya ketika perekonomian Indonesia masih berada pada fase krisis dan/atau pemulihan pertumbuhan. Inflasi pada tingkat yang relatif tinggi ini berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi, memperlemah daya beli kelompok penduduk berpendapatan tetap, memperlebar ketimpangan pendapatan dalam masyarakat dan menimbulkan inefisiensi dalam alokasi faktor-faktor produksi. Inefisiensi penggunaan faktor produksi dapat terjadi jika kenaikan harga sangat didominasi oleh peran kenaikan harga pada satu atau beberapa sektor produksi tertentu yang menyebabkan penurunan penggunaan faktor-faktor produksi terutama modal dan tenaga kerja akibat penurunan permintaan konsumen terhadap produksi sektor-sektor tersebut. Kajian dan penyajian KPJu unggulan yang telah dilakukan serta menghasilkan minimal 10 (sepuluh) dari sejumlah KPJu lintas sektor di NTT paling tidak tergolong dalam sektor dan sub sektor yaitu peternakan; perikanan, pariwisata; perkebunan; jasa dan perdagangan (Tabel 2). Mengkaitkan jenis dan kelompok pengeluaran sebagai pemicu inflasi di NTT selama kurun waktu lima tahun terakhir dengan sepuluh jenis KPJu unggulan lintas di NTT dan apabila diasumsikan bahwa untuk jangka menengah dan panjang kedepan, pemicu inflasi tidak mengalami perubahan yang signifikan, maka pengembangan KPJu unggulan di NTT diperkirakan tidak banyak mempengaruhi situasi perubahan inflasi yang akan terjadi. Hal ini disebabkan antara lain: a) Tidak semua KPJu unggulan yang berpotensi untuk dikembangkan berkaitan langsung dan bukan kelompok pengeluaran yang selama ini sebagai pemicu inflasi di NTT; b) Hampir sebagian besar KPJu unggulan yang berpotensi untuk dikembangkan, orientasi area perdagangan dan konsumen berada di dalam wilayah NTT, sehingga apabila terjadi peningkatan supply diyakini dapat langsung diserap oleh konsumen lokal. Dengan demikian ekses supply yang terjadi berpeluang mendorong stabilitas inflasi; c) Sejalan dengan berkembangnya UMKM khususnya yang memproduksi jenis KPJu unggulan lintas sektor yang ada, diharapkan akan merangsang peningkatan penyerapan tenaga kerja, yang pada gilirannya mendorong peningkatan pendapatan termasuk perbaikan daya beli masyarakat. Berdasarkan gambaran pembahasan yang ada dan terkait pengembangan komoditi unggulan di NTT dalam mendukung pencapaian inflasi dapat dikatakan bahwa jenis KPJu unggulan lintas sektor tidak secara langsung berpengaruh terhadap peningkatan inflasi di NTT. Namun demikian yang perlu dicermati bahwa untuk pengembangan beberapa jenis KPJu unggulan lintas sektor seperti usaha peternakan, jasa dan pariwisata secara tidak langsung memerlukan supply bahan penunjang lain yang secara langsung terkategori sebagai pemicu inflasi di NTT. Dengan demikian sangat dibutuhkan kebijakan pengendalian yang tepat sehingga di satu sisi ketersediaan berbagai jenis barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat tidak menjadi hambatan, sementara pada sisi yang lain tingkat harga yang berlaku dapat dijangkau dan menguntungkan. 43
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan 5.1.1. Upaya pengembangan UMKM di Provinsi NTT lebih ditujukan untuk “peningkatan daya saing produk”, kemudian “penyerapan tenaga kerja” dan “pertumbuhan ekonomi”. Para pemikir, pengambil kebijakan serta praktisi pengembangan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Timur menyadari pentingnya daya saing produk dalam pengembangan UMKM di NTT, karena tanpa daya saing, output dari UMKM akan sulit bersaing di pasar. Ketidak mampuan bersaing di pasar akan berakibat pada rendahnya ketahanan dan keberlanjutan UMKM. 5.1.2. Kriteria penentuan KPJU Unggulan terpenting (ranking kepentingan) berturutturut adalah 1) ketersediaan teknologi, 2) ketersediaan pasar, 3) manegemen usaha, 4) penyerapan tenaga kerja, 5) ketrampilan tenaga kerja yang dibutuhkan, 6) ketersediaan sarana produksi, 7) aksesibilitas terhadap/ kebutuhan modal, 8) sumbangan terhadap perekonomian daerah, 9) harga/nilai tambah, 10) ketersediaan bahan baku dan yang terakhir adalah 11) aspek sosial budaya. 5.1.3. Sektor utama dalam pengembangan UMKM di Provinsi NTT adalah sektor peternakan diikuti pariwisata, jasa, perikanan, perkebunan, perindustrian, pertanian, perdagangan, angkutan, pertambangan dan kehutanan. 5.1.4. KPJU Unggulan lintas sektor untuk pengembangan UMKM di NTT berturut-turut adalah: 1) Sapi, 2) Usaha Penangkapan Ikan di laut, 3) Babi, 4) Usaha budidaya rumput laut, 5) Warung makan, 6) Kelapa, 7) Sewa Kos-kosan, 8) Ayam Ras Pedaging, 9) Hotel Melati, dan 10) Hasil pertanian/Hortikultura. 5.1.5. Jenis usaha dan komoditi yang dipandang potensi dan prospek dengan kategori baik sampai sangat baik adalah : 1) sapi, 2) Usaha Penangkapan Ikan di laut, 3) Babi, 4) Usaha budidaya rumput laut, dan 5) Ayam Ras Pedaging.
5.2. Rekomendasi 5.2.1. Upaya berbagai pihak dalam pengembangan UMKM di NTT mestinya memberi perhatian yang tinggi pada minimal 5 (lima) hal penting sebagai necessery condition (syarat keharusan) yaitu : peningkatan kemampuan teknologi usaha, pengembangan ketersediaan pasar, pembinaan menegemen usaha, penyerapan tenaga kerja (padat karya), dan peningkatan ketrampilan tenaga kerja UMKM. Faktor-faktor lainnya bukanlah tidak penting, tetapi lebih merupakan suffisien condition (syarat kecukupan) dalam pengembangan dan pembinaan UMKM di NTT. 5.2.2. Dalam ruang lingkup rekomendasi (1), diharapkan berbagai pihak termasuk dunia perbankan dan pemerintah yang berperan dalam pengembangan UMKM di NTT disarankan untuk mengembangkan UKM di bidang KPJU Unggulan yang secara potensi dan prospek tergolong baik dan sangat baik, yaitu: Usaha Ternak Sapi khususnya penggemukkan, Usaha Penangkapan Ikan di Laut, usaha ternak babi (bibit maupun pedaging), Usaha Budi Daya Rumput Laut, serta Usaha Ternak Ayam Pedaging. 44
5.2.3. Koordinasi lintas sektor di tingkat provinsi lebih ditingkatkan, sejalan dengan peningkatan koordinasi dengan kabupaten/kota yang memiliki KPJu Unggulan yang sama atau relatif sama dengan KPJu Unggulan Provinsi NTT. 5.2.4. Sesuai dengan Instruksi Presiden RI Nomor 6 tahun 2007 tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan UMKM, maka sudah saatnya Pemerintah Provinsi NTT harus menindaklanjuti kebijakan tersebut, dengan menyusun kembali “cetak biru” kebijakan percepatan dan pemberdayaan UMKM, dengan salah satu tujuan utamanya adalah mendorong pertumbuhan dan perkembangan ke-10 KPJu Unggulan.
45
BAB I KONDISI UMUM WILAYAH KOTA KUPANG 1.1
Kondisi Fisik Wilayah
Kota Kupang terletak di antara10° 36’ 14” - 10° 39’ 58” Lintang Selatan dan 123° 32’ 23” - 123° 37’ 01” Bujur Timur, dengan wilayah seluas 260,127 km² atau 26 012,7 ha yang terdiri dari Luas daratan 165,337 km² atau 16 533,701 ha dan Luas Lautan 94,79 km² atau 9 479 ha. Daerah tertinggi di atas permukaan laut di bagian selatan: 100–350 meter; dan daerah terendah di atas permukaan laut di bagian utara : 0 - 50 meter dengan tingkat kemiringannya 15 derajat. Pembentukan tanah terdiri dari bahan keras dan bahan non vulkanis. Bahan-bahan mediteran/rencina/liotsol terdapat di Kecamatan Alak, Maulafa, Oebobo, Kelapa Lima. Batas wilayahnya bagian utara berbatasan dengan Teluk Kupang, bagian selatan berbatasan dengan Kecamatan Kupang Barat Kabupaten Kupang, bagian timur berbatasan dengan Kupang Tengah dan bagian barat berbatasan dengan dengan Kecamatan Kupang Barat Kabupaten Kupang. Luas wilayah Kota Kupang menurut Kecamatan dapat dilihat pada Tabel 1. di bawah ini. Tabel 1. No
Luas Wilayah Menurut Kecamatan Tahun 2012 Kecamatan
Luas Wilayah (km²)
1 Alak 70,4 2 Maulafa 55,67 3 Oebobo 14,72 4 Kota Raja 6,19 5 Kelapa Lima 15,31 6 Kota lama 3,05 Kota Kupang 165,34 Sumber : Badan Pertanahan Nasional Kota Kupan, 2012
Persentase terhadap luas Kota Kupang 42,58 33,67 8,90 3,74 9,26 1,85 100
Kota Kupang yang sering dijuluki Kota Karang, memang merupakan daerah yang ering, dan pada musim kemarau (± Mei – Nopember) mengalami krisis air bersih. Kota Kupang hanya dilalui oleh beberapa aliran sungai yang pada musim hujan baru tampak aliran airnya seperti ; kali Dendeng yang bermuara di pantai LLBK (Teddys Bar), Kali Liliba yang bermuara di pantai Oesapa, dan Kali Merdeka yang bermuara di pantai Oeba. Kota Kupang dikenal hanya dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Pada bulan Juni - September arus angin berasal dari Australia tidak banyak mengandung uap air sehingga terjadi musim kemarau. Sebaliknya pada bulan Desember – Maret arus angin yang datang dari benua Asia dan Samudera Pasifik banyak mengandung uap air sehingga terjadi musim hujan. Keadaan seperti ini berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa peralihan Mei–Juni dan November–Desember. Suhu udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat tersebut dari permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Rata-rata suhu udara di Kota Kupang (2013) adalah 22.72OC – 31.95OC, maksimum terjadi pada bulan April (33.6OC) dan minimum terjadi pada bulan Maret dan Juli (22OC). Curah hujan dan keadaan angin di suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan topografi dan perputaran/pertemuan arus udara. Oleh karena itu, jumlah curah hujan jadi beragam menurut bulan dan letak stasiun pengamat. Rata46
rata curah hujan selama tahun 2004 tertinggi adalah pada bulan Februari (463.8 m3) dan terendah adalah bulan Mei (12.7 m3). Kecepatan angin hampir merata setiap bulan, berkisar antara 9 – 16 knot. 1.2
Demografi
Banyaknya Penduduk Kota Kupang menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin tercantum pada Tabel 2 berikut. Tabel 2. Jumlah Penduduk Kota Kupang Menurut Jenis Kelamin, 2011 Jumlah Jumlah Total Laki Perempuan Alak 26.904 25.299 52.203 Maulafa 34.577 32.786 67.363 Oebobo 41.771 39.419 81.190 Kota Raja 24.624 24.163 48.787 Kelapa Lima 32.638 29.941 62.579 Kota lama 15.528 15.242 30.770 Kota Kupang 176.042 166.850 342.892 Sumber : Berdasarkan Registrasi Penduduk BPS, 2012 Kecamatan
1.3
Rasio Jenis Kelamin 106 105 106 102 109 102 106
Potensi Sumber Daya Alam
Kota Kupang lebih didominasi oleh lahan kering 51,38% dan lahan sawah sebesar 2,69%. Tanah bukan sawah menurut penggunaan di Kota Kupang adalah berjumlah 5.159 Ha, sementara yang digunakan untuk sawah seluas 270 Ha. Secara detail tentang penggunaan lahaan menurut penggunaannya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3. Luas Lahan dan Penggunaannya di Kota Kupang Luas Ha Persentase A. Sawah 270 2,69 1 Dapat ditanamai 2x setahun 19 0,19 2 Dapat ditanami 1x setahun 251 2,50 B. Lahan kering 5.159 51,38 1 Ladang/huma/tegal/kebun 4.342 43,24 Kota Kupang 10.041 100 Sumber: Pemutahiran Data Pertanian dan Kehutanan Tahun 2011 No.
Jenis Penggunaan Lahan
Sebagian besar daratan Kota Kupang terdiri dari padang rumput, pohon lontar dan gewang. Sisanya batu karang dan sebagian kecil tanah ladang dan sawah. Fuana di wilayah Kota Kupang terdiri dari hewan/ternak besar seperti sapi, kerbau dan kuda. Ada juga hewan-hewan sedang seperti kambing, babi dan domba serta unggas dan binatang melata seperti ular. Sumber daya air di Kota Kupang terdapat di beberapa kawasan seperti tersaji dalam tabel berikut. Tabel 4. Potensi Sumber Air di Kota Kupang No Kawasan Lingkungan 1 Tenau Alak dan sekitarnya 2 Tabun Fatukoa, Sikumana dan Bello 3 Bakunase Labat dan sekitarnya 4 Penfui Bandara El tari, Undana, Lapas, Liliba 5 Kelapa Lima Balaikota, Kelapa Lima, Sasando dan Oesapa Sumber : BKPMD Kota Kupang (Potensi dan Peluang Investasi) 47
1.4
Infrastruktur Wilayah Infrastruktur transportasi yang ada di Kota Kupang terdiri dari, perhubungan darat, laut dan perhubungan udara. Jalan darat di Kupang sebagai ibukota Provinsi dan yang menghubungkan 4 kabupaten di Pulau TImor. Panjang jalan dengan status jalan kota yang pada tahun 2009 adalah 1.573,69 km meningkat menjadi 1.574, 78 km pada tahun 2011. Kelas jalan di Kota Kupang termasuk kategori kelas IIIA. Sedangkan berdasarkan jenis permukaannya, panjang jalan beraspal adalah 697.67 km, berkerikil 27,10 km, jalan tanah 423,93 km dan tidak terinci sepanjang 183,06 km. Sedangkan Jumlah angkutan/kendaraan menurut jenisnya pada tahun 2009 s/d 2011 dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Banyaknya Kendaraan Umum dan Pribadi menurut Jenisnya di Kota Kupang No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Banyaknya Kendaraan Umum dan Pribadi menurut Jenisnya Sepeda Motor Sedan dan sejenisnya Bus Mini 8/12 seat/Mikrolet Bus Mini 13/16 seat Bus sederhana 23 s/d 28 seat Bus Besar 24 s/d 40 seat Pick Up Mobil Box Truk Mini/Sedang Truk Besar Truk Gandengan Truk Tangki Kendaraan Khusus (Mobil Curah) Total
Tahun 2009 (unit) 47.586 69 5.873 4.538 228 126 659 912 621 68 18 38 60.736
Tahun 2010 (unit) 53.074 19 667 548 51 16 1.227 614 585 16 114 56.931
Tahun 2011 (unit) 122.582 56 711 562 63 49 1.427 79 1.014 248 17 197 19 127.024
Ketersedian infrastruktur pendidikan di kota Kupang mulai dari pendidikan pra sekolah hingga pendidikan tinggi dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6.
Jumlah Sekolah, Guru dan Murid menurut Tingkat Pendidikan di Kota Kupang Tahun 2011
Tingkat Pendidikan Sekolah STK 100 SD 78 SMTP 45 SMU 30 SMK 19 Jumlah 272 Sumber: Kota Kupang Dalam Angka, BPS, 2012
Guru 332 1.485 1386 1.063 818 5,084
Murid 3.077 5.402 17911 12.840 7.867 35,541
1.5
Ekonomi Wilayah Perkembangan ekonomi wilayah kota Kupang dalam empat tahun terakhir cukup signifikan dapat dilihat pada grafik pertumbuhan ekonomi kota Kupang. Secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2009 meningkat sebesar 6,97%, kemudian meningkat lagi pada tahun 2010 sebesar 8,23% Dalam tahun dua terakhir pertumbuhan ekonomi mengalami kenaikan sebesar 8,26%. Laju pertumbuhan
48
ekonomi dipicu oleh sektor jasa 29,86% dan perdagangan sebesar 28,5% dari keseluruhan pertambahan produk regional domestik bruto.
Gambar 1. Pertumbuhan ekonomi Kota Kupang Tahun 2007-2011
1.5.1. Konsumsi Domestik Pengeluaran konsumsi penduduk Kota Kuang menurut kelompok pengeluaran diperoleh dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Panel BPS tahun 2011, yang mencakup dua kelompok yaitu konsumsi makanan dan bukan makanan. Keadaan pengeluaran konsumsi makanan dan konsumsi bukan makanan dari penduduk Kota Kupang dapat dibaca pada tabel 7 berikut. Tabel 7. Persentase Penduduk Kota Kupang Menurut Golongan Pengeluaran Konsumsi perbulan No
Golongan Pengeluaran
1 2 3 4 5 6 7 8 BPS kota Kupang, 2012
< 100.000 100.000 – 149.000 150.000 – 199.000 200.000 – 299.000 300.000 – 499.999 500.000 – 749.999 750.000 – 999.000 ≥ 1.000.0000
Persentase Tahun 2010 00 0.48 0.25 8.46 21.39 69.43 00 00
Tahun 2011 00 00 1.90 5.46 27.10 26.82 14.18 25.54
1.5.2. Struktur Ekonomi Wilayah Struktur ekonomi wilayah Kota Kupang dapat dilihat pada Produk Domestik Regional Brutto(PDRB), karena PDRB menggambarkan produksi barang dan jasa dari aktivitas sektor/lapangan usaha. Perekonomian Kota Kupang berdasarkan harga konstan lebih banyak didukung oleh sektor jasa-jasa dengan sumbangan sebesar 29,86% pada tahun 2012, kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, restoran dan hotel, sebesar 28,72%, sektor pengangkutan dan komunikasi 16%; sektor bangunan 10,44%; dan sektor pertanian sebesar 4,20%. Sumbangan yang paling kecil terdapat pada sektor listrik, gas dan air minum yakni sebbesar 0,86%. Struktur ekonomi kota Kupang telihat pada tabel 8 di bawah ini. 49
Tabel 8. No
PDRB Kota Kupang Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2011
Lapangan Usaha
Persentase
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Minum Bangunan/Konstruksi/Building/Construction Perdagangan, Restoran, dan Hotel Pengangkutan & Komunikasi Keuangan,Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa – jasa Jumlah Sumber : Kota Kupang Dalam Angka, BPS, 2012
1.6
4,20 1,49 2,68 0,86 10,44 28,72 16,00 5,76 29,86 100,00
Potensi UMKM
Jumlah dan perkembangan UMKM di Kota Kupang tahun 2009-2011 dalam sektor industri dan perdagangan cenderung meningkat jumlahnya dari tahun 2009 ketahun 2011 seperti nampak pada tabel 9 di bawah ini. Tabel 9.
No
Jumlah UMKM, dalam sektor Industri dan perdagangan di Kota Kupang Tahun 2011
Sektor/Sub Sektor
A. Industri Menengah: 1 Industri minuman kemasan 2 Industri kayu bambau dan rotan B. Industri kecil: 1 Industri Makanan, minuman dan Tembakau 2 Industri tekstil pakaian jadi dan kulit 3 Industri perabot rumah tangga C. Sektor Perdagangan Sumber BPS kota Kupang 2011
Jumlah Perusahaan (unit)
Tenaga Kerja (Orang)
Nilai Investasi (Rp 000)
72 39
419 173
21.946.880 10.502.500
1.141 64 343 603
2.771 189 1225 -
244.584.375 1.793.470 24.358.032 -
Jumlah Perusahaan UKM dan nilai produksi industri kecil dan industri kerajinan rumah tangga di Kota Kupang pada Tahun 2011 berjumlah 1658 unit perusahaan, total tenaga kerja 4588 orang dan total investasi sebesar 303.190.845.000. Adapun UMKM di sektor perdagangan berjumlah 603 unit perusahaan tidak tersedia data tentang tenaga kerja dan nilai investasi. Kebijakan pemerintah kota Kupang sejalan dengan pemerintah pusat dalam peningkatan akses permodalan bagi UMKM dan koperasiyang meliputi kebijakan untuk: (1) meningkatkan kapasitas kelembagaan dan akses UMKM pada sumber pembiayaan yang meliputi program pengembangan skema kredit investasi bagi UMKM, meningkatkan efektivitas fungsi dan peran Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB), (2) memperkuat sistem penjaminan kredit bagi UMKM yang meliputi program peningkatan sertifikasi tanah untuk memperkuat penjaminan kredit UMKM, peningkatan peran Lembaga Penjaminan Kredit bagi UMKM, dan program pengembangan sistem resi gudang sebagai instrumen pembiayaan bagi UMKM, (3) mengoptimalkan pemanfaatan dana non perbankan untuk pemberdayaan UMKM yang
50
meliputi program untuk meningkatkan efektivitas pemanfaatan dana bergulir APBN untuk pemberdayaan UMKM serta restrukturisasi pengeloaan dana Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) pada BUMN. Pengembangan kewirausahaan dan sumberdaya manusia meliputi kebijakan untuk: (1) meningkatkan mobilitas dan kualitas SDM melalui program peningkatan askes UMKM pada mobilitas dan kualitas SDM, peningkatan peran Perguruan Tinggi dalam pengembangan Bussines Development Services Provider (BDS-P) dan pemberdayaan UMKM, pengembangan Koperasi Sivitas Akademika, dan peningkatan program Sarjana Pencipta Kerja Mandiri (Prospek Mandiri), (2) mendorong tumbuhnya kewirausahaan yang berbasis teknologi dengan melaksanakan program pembentukan Pusat Inovasi UMKM untuk pengembangan kewirausahaan dengan mengoptimalkan peran lembaga yang sudah ada. Peningkatan peluang pasar bagi produk UMKM terdiri atas kebijakan untuk: (1) mendorong dan berkembangnya kreasi produk UMKM melalui program pengembangan institusi promosi produk UMKM, peningkatan efektivitas pengembangan klaster sentra IKM melalui pendekatan One Village One Product, dan program pengembangan akses pasar produk UMKM melalui hotel, (2) mendorong berkembangnya pasar tradisional dan tata hubungan dagang antar pelaku pasar yang berbasis kemitraan melalui program pemberdayaan pasar tradisional dan peningkatan peran peritel modern dalam membuka akses pasar bagi produk UMKM, (3) mengembangkan sistem informasi angkutan kapal untuk UMKM dengan program fasilitasi informasi tentang angkutan kapal untuk UMKM, dan (4) mengembangkan sinergitas pasar dengan program pengembangan pasar yang terintegrasi antara pasar penunjang, pasar induk dan pasar tradisional.
1.7
Perbankan UMKM
Industri perbankan berfungsi sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat memegang peranan sentral dalam perkembangan usaha dan perekonomian termasuk didalamnya usaha UMKM. Proses penghimpunan dan penyaluran dana tersebut akan sangat berpengaruh terhadap aktivitas UMKM. Krisis moneter yang mulai terjadi tahun 1998 dan pada saat ini meskipun belum terjadi krisis namun terdepresiasinya nilai mata uang rupiah terhadap US dollar, menyebabkan meningkatnya kewajiban dalam rupiah bagi bank yang menghimpun dana dalam valuta asing. Disisi lain lesunya sektor riil menyebabkan meningkatnya kredit macet, sehingga mengakibatkan pula menurunnya kualitas aktiva produktif bank. Jumlah bank umum yang beroperasi di Kota Kupang sampai dengan akhir tahun 2012 tercatat sebanyak 17 unit kantor bank cabang dan pusat yang terdiri dari 3 bank persero bank pemerintah 3 unit, bank swasta 8 unit dan Pemda NTT 1 unit serta bank BPR 4 unit. Jumlah nasabah yang menabung uangnya di bank-bank tersebut mencapai 255.695 nasabah dengan total tabungan mencapait Rp. 2.895.084.423.000.Jumlah kredit yang telah disalurkan kepada para kreditur oleh Bank-bank tersebut berjumlah Rp. 2.289.014.384.000.-
51
BAB II HASIL PENETAPAN KPJu UNGGULAN UMKM KOTA KUPANG
2.1
Bobot Sektor-Sub Sektor KPJU Unggulan Tingkat Kota Kupang
Hasil analisis dan penetapan KPJu unggulan untuk setiap sektor usaha UMKM di setiap kecamatan di kota Kupang dilakukan dengan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) dengan berdasarkan pada 4 (empat) kriteria dan bobot kepentingannya (Lihat laporan tingkat provinsi). Berdasarkan KPJu unggulan pada setiap sektor usaha di setiap kecamatan dilakukan proses agregasi untuk menentukan calon KPJu unggulan per sektor usaha untuk tingkat Kota Kupang. Hasil proses agregasi dengan menggunakan metode Borda, ditetapkan maksimum 10 kandidat KPJu unggulan Kota Kupang yang mempunyai nilai skor tertinggi. Berdasarkan hasil FGD, analisis AHP menghasilkan skor terbobot setiap sektor ekonomi untuk setiap tujuan penetapan KPJu unggulan, serta skor terbobot total/gabungan dari masing-masing sektor usaha seperti disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Skor-terbobot Tingkat Keunggulan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan Rangking Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kota Kupang Sektor Usaha
Tujuan (Skor Terbobot) Penciptaan Pertumbuhan Lapangan Ekonomi Kerja (0.2692) (0.3615) 0.1552 0.1905 0.1052 0.1660 0.1314 0.1424 0.1578 0.1049 0.1440 0.0986 0.1022 0.0805 0.0680 0.0874
Peningkatan Daya Saing Produk (0.3694) 0.1348 0.15369 0.1410 0.1541 0.1010 0.0859 0.0862
Skor Terbobot Gabungan
Rangking
0.1604 0.1451 0.1389 0.1372 0.1117 0.0884 0.0818
1 2 3 4 5 6 7
0.0383
0.0543
0.0481
8
0.0330 0.0285 0.0302
0.0342 0.0324 0.0225
0.0323 0.0301 0.0261
9 10 11
Jasa-Jasa Perindustrian Pariwisata Perdagangan Angkutan Perikanan Peternakan Tanaman 0.0529 Pangan Kehutanan 0.0289 Perkebunan 0.0292 Pertambangan 0.0254 Sumber: Hasil Olahan Data primer
Bobot atau prioritas tertinggi untuk mencapai tujuan pertumbuhan ekonomi dalam rangka penetapan KPJu unggulan di Kota Kupang adalah sektor perdagangan, untuk tujuan penciptaan lapangan kerja adalah sektor usaha jasa, dan untuk tujuan peningkatan daya saing produk adalah sektor usaha perdagangan. Memperhatikan bobot kepentingan dari masing-masing tujuan dalam rangka mencapai tujuan penetapan KPJu unggulan UMKM maka sektor usaha jasa-jasa merupakan prioritas pertama kemudian berturut-turut adalah jasa, perindustrian, pariwisata, perdagangan, angkutan, perikanan, peternakan, tanaman pangan, kehutanan, perkebunan dan pertambangan.
52
2.2
KPJU Unggulan Per Sektor di Kota Kupang
Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan tingkat kabupaten dan pelaksanaan FGD beserta bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelumnya (Tabel 10), analisis AHP menghasilkan KPJu unggulan setiap sektor ekonomi UMKM dengan urutan dan nilai skor terbobot seperti disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha di Kota Kupang Sektor Usaha/ Skor Sektor Usaha/ Skor No No KPJu Unggulan Terbobot KPJu Unggulan Terbobot Tanaman Pangan Sayuran 1 Jagung 0.2798 1 Bawang Merah 0.3281 2 Padi Sawah 0.1845 2 Cabai 0.2040 3 Kacang Hijau 0.1438 3 Tomat 0.1506 4 Padi Ladang 0.1112 4 Kacang Panjang 0.0741 5 Ubi Jalar 0.1022 5 Sawi 0.0434 Buah-Buahan Perkebunan 1 Jeruk 0.2504 1 Kelapa 0.3087 2 Mangga 0.2206 2 Jambu Mente 0.2206 3 Pisang 0.1400 3 Pinang 0.1831 4 Alpukat 0.1015 4 Jarak Pagar 0.0902 5 Pepaya 0.0664 5 Kapuk 0.0761 Pertambangan Perikanan 1 Batu Bangunan 1 Usaha Penangkapan Ikan di laut 0.8015 2 Tanah Urukan 2 Usaha Budidaya Ikan diperairan 0.1144 Angkutan Industri 1 Angkutan Bus Antar Kota 0.1366 1 Industri Tahu 0.1398 2 b. Angkutan Sewa 0.1352 2 Industri Penjahitan dan 0.1369 Pembuatan Pakaian 3 Angkuta Barang Umum 0.1322 3 Pengolahan dan Pengawetan 0.1236 Ikan dan Produk Ikan 4 Angkutan Bus Pariwisata 0.1175 4 Industri Tempe 0.1170 5 5 Pengergajian Kayu 0.0929 Perdagangan Jasa-jasa 1 Ternak dan Hasil-hasilnya 0.1429 1 Tenda/Musik/Alat Masak, dll 2 Sembako 0.1388 2 Sewa Kos-kosan 3 Tekstil dan Perhiasan 0.1076 3 Wartel/Warnet 4 Bahan Bakar 0.0956 4 Salon 5 Elektronik 0.0916 5 Rental Komputer Kehutanan Peternakan 1 Asam 0.5960 1 Ayam Ras Pedaging 0.2644 2 Penyadapan Aren&Nira Lontar 0.2290 2 Ayam Kampung 0.1803 3 Pemungutan Madu 0.0614 3 Ayam Ras Petelur 0.1173 4 Babi 0.1159 5 Kambing 0.1022 Pariwisata 1 Jasa Boga 0.2036 2 Pondok Wisata (home stay) 0.1615 3 Hotel Melati 0.1364 4 Café 0.1214 5 Kedai Makan 0.1168 Sumber: Hasil Olahan Data primer 53
2.3
KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kota Kupang
Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan kompetensi inti daerah dilakukan penetapan KPJu unggulan Lintas sektor. Dengan mempertimbangkan bobot kepentingan atau prioritas setiap sektor usaha (Tabel11) serta hasil skor KPJu unggulan setiap sektor usaha yang telah diperoleh (Tabel 12) dilakukan analisa dengan menggunakan Metoda Bayes. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJu unggulan lintas sektor berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJu yang bersangkutan, seperti disajikan pada Tabel 12. Pada Tabel 12, dapat dilihat bahwa 5 (lima) KPJu unggulan lintas sektor di Kota Kupang adalah industri jasa tenda, musik dan alat masak, angkutan sewa, sewa kos-kosan, ternak dan hasil-hasilnya serta industry tahu. Hasil lengkap berupa rangking atau urutan KPJu unggulan lintas sektor usaha berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing KPJu dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. 10 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kota Kupang Skor No KPJu Unggulan Sektor Usaha Terbobot 1 Tenda/Musik/Alat Masak 0,0456 Jasa-Jasa 2 Angkutan sewa 0,0437 Angkutan 3 Sewa Kos-kosan 0,0432 Jasa-Jasa 4 Ternak dan Hasil-hasilnya 0,0370 Perdagangan 5 Industri Tahu 0,0336 Industri 6 Sembako 0,0299 Perdagangan 7 Industri Penjahitan dan Pembuatan Pakaian 0,0295 Industri 8 Jasa Boga 0,0293 Pariwisata Pengolahan dan Pengawetan Ikan dan Produk 9 0,0286 Industri Ikan (ikan kering, ikan asap, ikan asin) 10 Industri Tempe 0,0273 Industri Sumber: Hasil Olahan Data primer
Pada urutan ke enam dan seterusnya, sebagai KPJu unggulan lintas sektor berturut-turut adalah perdagangan sembako, penjahitan, jasa boga dan hasil olahan dan tempe. Apabila ditelaah lebih lanjut dari 10 KPJu unggulan lintas sektor, maka meskipun tidak berada pada level teratas namun sektor usaha perdagangan menempatkan 4 komoditinya, sementara industri dan jasa berada pada posisi yang lebih baik dari sektor perdagangan. 2.4
Hasil Analisis Hasil A nalisis Potensi da n P rospek KPJu U nggulan Kota Kupang
Kedudukan KPJu Unggulan di Kota Kupang berdasarkan hasil penilaian terhadap faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini adalah sebagai berikut:
54
Tabel 13. Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kota Kupang No 1 2 3 4 5 6 7 8
KPJu Unggulan Tenda/Musik/Alat Masak Angkutan sewa Sewa Kos-kosan Ternak dan Hasil-hasilnya Industri Tahu Sembako Industri Penjahitan dan Pembuatan Pakaian
Jasa Boga Pengolahan dan Pengawetan 9 Ikan dan Produk Ikan (ikan kering, ikan asap, ikan asin) 10 Industri Tempe Sumber: Hasil Olahan Data primer
Skor Potensi Prospek 4 3,5
Kriteria Potensi Prospek Baik Cukup Baik Cukup Cukup baik Baik Cukup Cukup baik Baik Baik Baik kurang Baik Baik Baik Cukup Cukup Baik Baik Cukup cukup baik
Kuadran I
3,5
3,5
I
3,5
3,5
4,5 2,5 4,0
4,3 4,0 4,0
2,7
3,2
3,5
3,5
3,5
2,5
Cukup Baik
kurang
II
2,5
3,5
kurang
Baik
III
I I III I III I
Seperti dapat dilihat pada Tabel 13 di atas, terdapat 6 KPJu Unggulan lintas Sektor, dalam anlisis kuadran KPJu tersebut berada pada Kuadran I, yaitu mempunyai Prospek dan Potensi saat ini yang sangat baik atau baik.
55
BAB III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 3.1.
Kesimpulan
3.1.1. Tujuan terpenting dalam pengembangan UMKM adalah “peningkatan daya saing produk” kemudian “penyerapan tenaga kerja” dan “pertumbuhan ekonomi. Kondisi demikian, menunjukkan bahwa para pemikir, pengambil kebijakan serta praktisi pengembangan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Timur (termasuk untuk Kota Kupang) sangat menyadari pentingnya daya saing produk dalam pengembangan UMKM di NTT, karena tanpa daya saing, output dari UMKM akan sulit bersaing di pasar. Ketidak mampuan bersaing di pasar akan berakibat pada rendahnya ketahanan dan keberlanjutan UMKM. 3.1.2. Kriteria penentuan KPJU Unggulan terpenting (ranking kepentingan) berturutturut adalah 1) ketersediaan teknologi, 2) ketersediaan pasar, 3) manegemen usaha, 4) penyerapan tenaga kerja, 5) ketrampilan tenaga kerja yang dibutuhkan, 6) ketersediaan sarana produksi, 7) aksesibilitas terhadap/ kebutuhan modal, 8) sumbangan terhadap perekonomian daerah, 9) harga/nilai tambah, 10) ketersediaan bahan baku dan yang terakhir adalah 11) aspek sosial budaya. 3.1.3. Untuk pengembangan UMKM, sektor utama di Kota Kupang adalah sektor jasa diikuti berturut-turut oleh: perindustrian, pariwisata, perdagangan, angkutan, perikanan, peternakan, tanaman pangan, kehutanan, perkebunan, dan terakhir adalah pertambangan. 3.1.4. Sepuluh KPJU Unggulan lintas sektor untuk penegmbangan UMKM di Kota Kupang berturut-turut adalah :1) Tenda/Musik/Alat Masak, 2) Angkutan sewa, 3) Sewa Kos-kosan, 4) Ternak dan Hasil-hasilnya, 5) Industri Tahu, 6) Sembako, 7) Industri Penjahitan dan Pembuatan Pakaian, 8) Jasa Boga, 9) Pengolahan dan Pengawetan Ikan dan Produk Ikan (ikan kering, ikan asap, ikan asin), dan 10) Industri Tempe. 3.1.5. Dari sudut pandang potensi dan prospek, masing-masing dengan kategori baik sampai sangat baik yaitu : 1) Perdagangan ternak dan hasil-hasilnya, dan 2) Perdagangan Sembako. 3.2.
Rekomendasi
3.2.1. Upaya berbagai pihak dalam pengembangan UMKM di NTT termasuk Kota Kupang mestinya memberi perhatian yang tinggi pada minimal 5 (lima) hal penting sebagai necessery condition (syarat keharusan) yaitu: peningkatan kemampuan teknologi usaha, pengembangan ketersediaan pasar, pembinaan menegemen usaha, penyerapan tenaga kerja (padat karya), dan peningkatan ketrampilan tenaga kerja UMKM. Faktor-faktor lainnya bukanlah tidak penting, tetapi lebih merupakan suffisien condition (syarat kecukupan) dalam pengembangan dan pembinaan UMKM di NTT. 3.2.2. Dalam ruang lingkup rekomendasi (1), diharapkan berbagai pihak termasuk perbankan yang berperan dalam pengembangan UMKM di Kota Kupang disarankan untuk mengembangkan UKM di bidang KPJU Unggulan yang secara potensi dan prospek tergolong baik dan sangat baik, yaitu: usaha perdagangan Ternak dan Hasilnya dan Usaha perdagangan sembako. 56
3.2.3. Upaya untuk mengembangan dan memberdayakan ke-5 KPJu Unggulan UMKM dapat dilaksanakan secara efektif dan berkelanjutan, sebaiknya diawali dengan identifikasi dan pemetaan masing-masing KPJu Unggulan oleh masing sektor (SKPD) yang implementasinya dilaksanakan secara terkoordinasi. Untuk menghindari terjadinya ketimpangan program, disarankan agar dibentuk sebuah forum atau kelompok kerja pengembangan dan pemberdayaan UMKM di bawah koordinasi langsung oleh Sekretaris Kota. 3.2.4. Lembaga perbankan – terutama BUMN – diharapkan partisipasi aktifnya untuk turut serta membantu membina dan mengembangkan KPJu dari aspek teknis perbankan sehingga memungkinkan para pelaku UMKM lebih mudah mengakses pembiayaan yang berasal dari perbankan. Perlu dipertimbangkan untuk membentuk sebuah badan koordinasi perbankan di tingkat lokal yang secara reguler dapat berkoordinasi langsung dengan para pelaku UMKM, yang berfungsi sebabagi forum komunikasi dan konsultasi antara pihak perbankan dengan para pelaku UMKM. Untuk itu Kantor Perwakilan BI NTT dan Walikota Kupang dapat memprakarsai terbentuknya wadah tersebut.
57
BAB I KONDISI UMUM WILAYAH KABUPATEN KUPANG 1.1
Kondisi Fisik Wilayah
Kabupaten Kupang terletak antara 9 015 - 100 22 Lintang Selatan dan antara 123016-124011 Bujur Timur. Sebelah utara dan barat berbatasan dengan Laut Sawu, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Rote Ndao dan laut Timor, dan sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Timor Tengah Utara serta Negara Timor Leste. (Kabupaten Kupang dalam angka 2012, BPS). Luas Wilayah K abupaten Kupang kurang lebih 5.298,13 Km² den gan jumlah penduduk 310.573 jiwa (Kabupaten Kupang dalam angka 2012). Penduduknya tinggal di tiga pulau y ang bepeng huni y aitu P ulau T imor, P ulau S emau, dan P ulau K era. sedangkan pulau-pulau lainnya merupakan p ulau-pulau k arang y ang di huni ol eh tumbuh-tumbuhan l iar d an sa twa l iar l ainnya. Kabupaten K upang m erupakan sa lah satu da ri 21 kabupaten di P rovinsi N usa T enggara Timur den gan i bukota Oelamasi. Luas wilayah dar atan K abupaten K upang 12, 46% di bandingkan den gan l uas wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Luas wilyah perairan lautnya mencapai 4.063 km2 atau 40,79% dari total luas wilayah deng an panjang g aris pantai 485 km. Dari kedua puluh empat pulau tersebut yang telah dihuni hingga saat ini hanya sebanyak tiga pulau yaitu Pulau Timor, Pulau Semau, dan P ulau K era. Fisiografis Kabupaten K upang u mumnya ber bukit-bukit, bergunung-gunung dan sebagian terdiri dari dataran rendah dengan tingkat kemiringan rata-rata mencapai 450, dengan perincian ; 00 - 20 = 34 462 Ha (10,15%), 30 - 150 = 197 145 Ha (26,86%), 150 – 400 = 324 771 Ha (44,26%), dan > 410 = 137 494 Ha (18,73%). Wilayah Kabupaten Kupang berada pada ketinggian dari permukaan laut 0 - 500 meter, dengan perincian ; 0 - 50 m = 47 144 H a (20,50%), 50 - 100 m = 112 126 H a (15,28%), 100 - 150 m = 98 133 Ha (13,37%), 150 - 500 m = 301 960 Ha (41,55%), dan >500 m = 74 509 H a ( 10,15%). Kabupaten Kupang m eliputi sejumlah 24 Kecamatan, sejumlah 177 Desa dan K elurahan dengan luas setiap kecamatan adalah seperti pada tabel 1 berikut. Tabel 1. Luas Kecamatan dan Jumlah Desa/Kelurahan di Kabupaten Kupang 2012 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Kecamatan
Km
2
Jumlah Desa/Kel 8 6 10 11 7 8 8 7 3 4 8
No
Kecamatan
Semau 143,42 13 Amabi Oefeto Semau Selatan 153,00 14 Sulamu Kupang Barat 149,72 15 Fatuleu Nekemese 128,44 16 Fatuleu Barat Kupang Tengah 88,64 17 Fatuleu Tengah Taebenu 106,42 18 Takari Amarasi 154,90 19 Amfoang Selatan Amarasi Barat 246,85 20 Amfoang Barat Daya Amarasi Selatan 172,81 21 Amfoang Utara Amarasi Timur 162,91 22 Amfoang Barat Laut Kupang Timur 338,60 23 Amfoang Timur Amabi Oefeto 12 236,72 10 24 Amfoang Tengah Timur Jumlah 5.298,23 Sumber : Kabupaten Kupang Dalam Angka, 2011
123,90 141,18 351,52 496,47 107,85 508,13 305,09 167,61 278,42 428,59 133,24
Jumlah Desa/Kel 7 6 9 5 4 9 6 4 5 6 5
174,21
4
Km
2
177
58
Daerah yang paling luas adalah Kecamatan Takari dengan luas 508,13 km2 (9,94% dari luas kabupaten) kemudian Kecamatan Fatuleu Barat dengan luas 496,47 km2 (8,27%) dan Kecamatan Fatuleu seluas 351,52 km2 (7%) serta Kecamatan Kupang Timur dengan l uas 338,60 km2 (2%). S edangkan kecamatan y ang l uas daerahnya pal ing k ecil adalah K ecamatan A mabi O efeto den gan l uas hanya 123 ,90 km2 (2%). Kabupaten K upang memiliki i klim tropis dengan t emperatur uda ra m inimum berkisar antara 21 OC sampai 23 OC dan temperatur maksimum sampai 34,7OC. Seperti halnya di tempat lain di Indonesia, di Kabupaten Kupang hanya dikenal 2 m usim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Rata-rata kelembaban udara di Kabupaten Kupang tahun 2006 sebesar 78,83%, arah kecepatan angin E/13 knot, tekanan udara 1.011,95 milibar, dan r ata-rata s uhu udar a di a tas 27,15oC. j umlah curah hu jan se tahun bervariasi t iap bul an. P ada t ahun 2006 j umlah cu rah huj an se tahun t ertinggi pada bulan Januari, dan terendah pada bulan Juni. 1.2.
Demografi
Jumlah pendudu k di Kabupaten K upang pada tahun 20 12 sebanyak 3 10.573 jiwa, dengan rata-rata kepadatan penduduk sebesar 59 jiwa/km2. Secara keseluruhan penduduk laki-laki 185.379 jiwa lebih banyak dari penduduk perempuan 177.411 jiwa. Lihat Tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Jumlah Rumah Tangga dan Penduduk di Kabupaten Kupang Tahun 2012 Rumah Tangga Semau 1.784 1 Semau Selatan 1.320 2 Kupang Barat 3.287 3 Nekemese 2.179 4 Kupang Tengah 9.074 5 Taebenu 3.320 6 Amarasi 3.608 7 Amarasi Barat 4.091 8 Amarasi Selatan 2.847 9 Amarasi Timur 1.780 10 8.690 11 Kupang Timur 3.582 12 Amabi Oefeto Timur 1.897 13 Amabi Oefeto 3.616 14 Sulamu 5.690 15 Fatuleu 2.101 16 Fatuleu Barat Fatuleu Tengah 1.226 17 5.160 18 Takari 1.990 19 Amfoang Selatan 919 20 Amfoang Barat Daya 1.641 21 Amfoang Utara 2.001 22 Amfoang Barat Laut 1.639 23 Amfoang Timur Amfoang Tengah 1.255 24 Jumlah 74.666 Sumber: Kabupaten Kupang Dalam Angka, 2012 No
Kecamatan
Laki-laki 3.476 2.458 8.208 4.567 18.373 7.471 7.834 7.379 5.251 3.744 21.953 6.778 4.059 7.438 12.016 4.253 2.389 10.457 4.359 2.137 3.612 4.499 3.683 2.719 185.379
Penduduk Perempuan 3.259 2.326 7.523 4.430 17.120 7.554 7.557 7.015 5.003 3.390 20.617 6.333 3.942 6.940 11.362 4.157 2.471 9.926 4.311 2.161 3.414 4.290 3.590 2.724 177.411
Jumlah 6.735 4.784 15.731 8.997 35.493 15.025 15.391 14.394 10.254 7.134 42.570 13.111 8.001 14.423 23.378 8.410 4.860 20.383 8.670 4.298 7.026 8.789 7.273 5.443 310.573
59
Berdasarkan T abel 1.2. terlihat bahwa penyebaran penduduk di Kabupaten Kupang r elatif belum merata. S ebaran penduduk t erbanyak ber ada di K ecamatan Kupang Timur (9,64%), diikuti dan Kecamatan Kupang Tengah (6,74%). Jumlah penduduk terkecil berada di Kecamatan Amfoang Barat Daya (1,19%). Laju per tumbuhan pend uduk di K abupaten K upang da ri t ahun 20 10 ke t ahun 2011 sebesar 1,9%. K ecamatan terpadat pendu duknya adal ah K upang Tengah y aitu rata-rata 236 or ang per km2 dan terjarang di Kecamatan Fatuleu Tengah dengan ratarata 11 orang per km2. Penduduk Kabupaten Kupang menurut j enis pekerjaan utama terbanyak adalah petani 73,93%, tenaga operator mesin 10% dan tenaga profesional 6,29%, tenaga usaha penjualan 5,66% dan tenaga tata usaha 1,68%. Penduduk Kabupaten Kupang m enurut t ingkat pendi dikan terbanyak adalah tidak penah Sekolah 36,10%, tidak pernah sekolah 26,17%, tamatan SD 16%, tamat SMP 13, 96%, t amatan SMA 3,37% D iploma 2, 28% se dangkan t amatan pe rguruan tinggi mencapai 2,97%. 1.3.
Potensi Sumber Daya Alam
Kabupaten Kupang memiliki beragam potensi sumber daya alam yaitu meliputi sumberdaya tambang, pertanian dan per kebunan, sumberdaya dibidang kehutan, dan sumberdaya perairan yang meliputi sungai, rawa dan laut. Kabupaten Kupang memiliki potensi su mberdaya t ambang y ang besa r, di antaranya ber bagai j enis bat uan dan mineral. Potensi bahan tambang di daerah ini diantaranya batu marmer, pasir kuarsa, batu gamping, dan batuan lainnya. B erdasarkan data tahun 2005 Kabupaten Kupang memiliki po tensi ca dangan bat u gamping t ereka se besar 3 .578.260.000 m 3 dengan sebarannya cu kup l uas. Cadangan ba tuan hi as sebanyak 47.022.000 m3, bahan tambang marmer sebesar 1.041.524.000 m3, tanah lempung 150.775.950 m3, dan cadangan bahan tambang tanah liat sebesar 112.975.000 m3. Kabupaten Kupang juga memiliki potensi sumber daya pertanian dan perkebunan. Luas areal per tanian se kitar 20 .348 ha dan l uas potensi per kebunan 32.000 ha. Hasil per tanian yang utamanya adalah jagung, padi dan ubi kayu. Hasil kebun yang utamanya adalah kelapa, kemiri, pinang, dan jambu mete. Sumberdaya hutan Kabupaten Kupang memiliki luas wilayah hutan 296.843,19 ha. Dari luasan tersebut sebahagian besar berupa hutan lindung dan hutan produksi. Produksi kehutanan berupa kayu dar i ber bagai j enis kayu dan y ang t erutama ada lah k ayu j ati dan rimba campuran. Hasil hutan bukan kayu berupa madu dan rotan. Pada bidang per ikanan, K abupaten K upang memiliki su mberdaya per airan yang l uas. K abupaten Kupang se bagai daer ah k epulauan y ang den gan 27 pul au diantaranya Pulau Timor, Pulau Semau, dan banyak pulau lainya, memiliki luas perairannya l ebih besa r dar ipada l uas daratan. Luas perairan K abupaten K upang adalah 4.086,33 km2 dan garis pantainya adalah 551,61 km2, selain itu luas perairan umumnya se kitar 1 ,75 km2. Selain su mberdaya al am t ersebut diatas, K abupaten Kupang kaya akan potensi untuk pengembangan peternakan, baik peternakan besar, kecil maupun unggas. Wilayahnya dengan hamparan padang pengembalaan yang luas (sekitar 1 5.500 ha ) kaya ak an hi jauan se bagai su mber pa kan ternak yang dapat dikembangkan. Total areal lahan di Kabupaten Kupang seluas 5.898,26 km2 atau 589.822 ha yang ber ada pada ketinggian 0 hi ngga l ebih 500 m di atas per mukaan l aut. Pemanfaatan lahan terdiri dari lahan pertanian berupa lahan sawah 20.348 ha (3,45%) 60
dan l ahan kering se luas 569.747 ha (96,55%). Lahan kering di manfaatkan se bagai lahan kebun, kawasan hutan, ladang/tegalan, pemukiman, lahan pertambangan, kolam, tambak, dan lainnya. Luas Areal hutan di Kabupaten Kupang seluas 296.843 ha diperuntukkan sebagai kawasan: Hutan Lindung, Hutan Produksi (HP), Hutan Produksi Terbatas ( HT), H utan K onversi ( HK), S uaka M argasatwa ( SM), dan Taman Wisata (TW). Pada se ktor par iwisata, K abupaten K upang j uga m emiliki su mberdaya al am sebagai ob jek w isata. T erdapat bany ak po tensi su mberdaya al am s ebagai ob jek wisata se perti danau, kolam, gua, ai r t erjun, hut an al am, pe gunungan, pant ai dan sebagainya yang sebagain besar masih alami. 1.4.
Infrastruktur Wilayah
Prasarana pen gangkutan dar at y akni jalan dan j embatan penting unt uk memperlancar kegiatan perekonomian. D engan makin m eningkatnya usaha pembangunan maka akan m enuntut peni ngkatan pe mbangunan j alan unt uk memudahkan mobilitas penduduk dan m emperlancar l alu l intas barang dar i sa tu daerah ke daerah lain. Hubungan darat dari Kabupaten Kupang ke ibukota Kecamatan se-Kabupaten K upang ham pir se luruhnya dapat di capai m elalui j alan aspal deng an sarana t ransportasi ber upa k endaran per orangan, kendaraan penu mpang um um dan kendaraan angkutan barang. Tabel 3. Jenis Permukaan dan Kondisi Jalan di Kabupaten Kupang Tahun 2012 No A 1 2 3 4 B 1 2 3 4
Jalan Menurut Tingkat Pemerintahan Jenis Permukaan Jalan Negara Provinsi Kabupaten Lainnya Jumlah Persentase Kondisi Permukaan Jalan Negara Provinsi Kabupaten Lainnya Jumlah Persentase
Jenis Permukaan Jalan (km) Diaspal 65.10 328.32 216.60
Kerikil
Tanah
80.00 280.35
243.64
610.02 50.25 Baik
360.35 29.68 Sedang
243.64 20.07 Rusak
65.10 141.90 350.26
106.88 261.76
159.54 128.57
557.26 45.90
368.64 30.37
288.11 23.73
Lainnya
-
-
Rusak Berat
Jumlah 65.10 170,88 697,47 1,214.01 100.00 Jumlah 65.10 408.32 740.59 1,214.01 100.00
Sumber: Kabupaetn Kupang Dalam Angka, 2012 Panjang jalan di se luruh w ilayah K abupaten K upang pada tahun 2012 mencapai 933, 45 km. Panjang j alan y ang be rada di baw ah wewenang ne gara sepanjang 65,10 km, dan panjang jalan dibawah wewenang provinsi 170,88 km, serta sisanya dibawah wewenang pemerintah Kabupaten sepanjang 697,47 km. Bila dilihat berdasarkan j enis permukaan jalan, pada tahun 2012 t ernyata j alan deng an permukaan a spal se banyak 50, 25% dar i t otal panj ang jalan y ang a da, dan j alan dengan permukaan kerikil 2 9,68%, serta se banyak 20,07% ber upa j alan dengan permukaan tanah. Bila di lihat ber dasarkan k ondisinya, pada t ahun 2012 t ernyata hanya sebahagian sa ja (45,90%) dal am kondisi bai k, si sanya se banyak 30, 37% dal am 61
keadaan se dang se rta sebanyak 23, 73% dal am keadaan rusak. Selain pr asarana jalan, se bagai pr asarana t ransportasi y ang pe nting l ainnya di K abupaten K upang adalah prasarana transportasi udara dan air. Prasarana angkutan laut masih merupakan p rasarana angk utan pen ting y ang menghubungkan antar i bukota kecamatan. P elabuhan dan sa rana pendar atan angkutan ai r l ainnya m asih ber peran penting dalam memperlancar angkutan perairan terutama di Pulau Semau. Kabupaten Kupang juga tersedia sekolah mulai dari jenjang taman kanak-kanak (TK) sampai SLTA. Sekolah TK di Kabupaten Kupang sebanyak 104 unit yang tersebar di 24 kecamatan, dengan jumlah murid tahun 2011 sebanyak 3.097 orang. Tabel 1.4. Jumlah S ekolah, Murid dan G uru di S ekolah N egeri da n S wasta di Kabupaten Kupang Tahun 2011 Sekolah
Jumlah Sekolah Negeri Swasta 104 243 69 81 20 28 9
Murid Negeri Swasta 3.097 39.717 12.624 13.460 2428 7656 1.815
TK SD SLTP SMU/SMK PT Jumlah 352 202 60.833 Sumber : Kabupaten Kupang Dalam Angka, 2012
19.964
Guru Negeri Swasta 367 2.359 654 1.126 231 300 171 3785
1423
Jumlah sekolah dasar (SD) sebanyak 309 unit tersebar hampir di setiap kecamatan. Tingkat se kolah m enengah pe rtama ( SMP) t erdapat sebanyak 101 uni t SMP terdiri 81 SMP Negeri dan 20 SMP Swasta. Pada tingkat sekolah lanjutan atas (SLTA) terdapat SMU 37 unit dengan jumlah siswa 9.571 orang. 1.5.
Ekonomi Wilayah
Secara umum st urktur ek onomi Kabupaten Kupang berdasarkan k elompok sektor m aka se ktor pr imer masih mendominasi ni lai P DRB k abupaten K upang meskipun secara persentase menurun. Tahun 2009 peranan sektor primer 50,69% dan pada tahun 2011 menjadi tinggal 48,47%. 1.5.1. Konsumsi Domestik. Pengeluaran konsumsi penduduk Kota Kuang menurut kelompok pengeluaran diperoleh dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Panel BPS tahun 2011, yang mencakup dua k elompok y aitu k onsumsi m akanan dan buk an m akanan. K eadaan pengeluaran konsumsi m akanan da n konsumsi buk an m akanan dar i penduduk Kabupaten Kupang dapat dibaca pada tabel 5. di bawah ini. Tabel 5.
No
Persentase Penduduk Kabupaten Kupang Menurut Golongan Pengeluaran Konsumsi perbulan Gol Pengeluaran
1 < 100.000 2 100.000 – 149.000 3 150.000 – 199.000 4 200.000 – 299.000 5 300.000 – 499.999 6 ≥ 500.000 Sumber : Kabupaten Kupang Dalam Angka, 2012
Persentase Tahun 2010 0,58 7,20 19,54 34,82 25,25 12,60
Tahun 2011 0,88 4,89 12,23 29,94 32,68 19,37
62
1.5.2. Struktur Ekonomi Wilayah Sampai dengan tahun 2012 meskipun telah terjadi perubahan peranan sektorsektor e konomi t erhadap P DRB nam un Struktur E konomi K abupaten K upang masih didominasi oleh sektor pertanian. Hal ini terlihat dari besaran kontribusi sektor pertanian terhadap pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku masih sangat besar. P eranan sektor pertanian terhadap pembentukan PDRB sejak tahun 2009 – 2011 ber ada pada kisaran 49 ,22 – 46,9 persen. Selain sektor per tanian terdapat dua sektor y ang mempunyai k ontribusi cukup dom inan dalam struktur perekonomian di Kabupaten Kupang yaitu sektor Jasa-Jasa dan sektor Perdagangan R estoran dan H otel. K edua se ktor t ersebut m empunyai kontribusi 20,05% - 21,49%, S edangkan sektor-sektor yang lain kontribusinya masih ber ada di bawah 10 persen. Sementara itu dari hasil Sensus Pertanian menunjukkan bahwa 65 ribu lebih rumah tangga atau sekitar 81% dari lebih kurang 80 ribu rumah tangga di Kabupaten Kupang berusaha di sektor pertanian. Hal m enuntut agar pe mbangunan se ktor per tanian har us menjadi pr ioritas pemerintah Kabupaten Kupang sehingga dengan maju dan berkembangnya sektor pertanian a kan menjadi m otor pen ggerak utama ( prime mover) b agi se ktor e konomi lainnya seperti sektor perdagangan, sektor industri pengolahan, sektor pengangkutan dan komunikasi sebagaimana terlihat dalam tabel berikut. Tabel 6.
Persentase Distribusi PDRB Kabupaten Kupang Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2009 – 2011 No Lapangan usaha (sektor ) 2011 1 Pertanian 46,77 2 Pertambangan dan Penggalian 1,38 3 Industri Pengolahan 1,48 4 Listrik Gas dan Air Minum 0,23 5 Bangunan/Konstruksi 7,46 6 Perdagangan,Restoran dan Hotel 15,19 7 Pengangkutan dan Komunikasi 5,17 8 Keuangan,Persewaan, Jasa Perusahaan 1,24 9 Jasa-jasa 21,08 PDRB 100,00 Sumber : BPS Kabupaten Kupang, 2012
Nilai T ambah B ruto ( NTB) y ang di hasilkan dar i keseluruhan a ktivitas ekonomi Kabupaten Kupang yang tergambar dari angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) at as dasa r har ga konstan m asih do minasi sektor per tanian yakni se besar 46,77%. Pertumbuhan Ekonomi menunjukkan pertumbuhan produksi barang dan jasa di suatu wilayah perekonomian dan dalam selang waktu tertentu. Produksi tersebut diukur dalam nilai tambah (valeu added) yang diciptakan oleh sektor-sektor ekonomi di wilayah yang bersangkutan. Laju P ertumbuhan e konomi K abupaten K upang dal am t iga tahun t erakhir cenderung meningkat meskipun belum signifikan yakni han ya pada k isaran 4%. Lihat gambar di bawah ini.
63
pertumbuhan
4.5 4.4 4.3 4.2 4.1 4 3.9
4.45
4.15
2009
4.15 4.11 4.45
4.11
2010
2011
Gambar 1. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kupang 2009-2011 Pertumbuhan e konomi K abupaten K upang pas ca kr isis ekonomi 2008 dapat dikatakan cukup menggembirakan. S elama t ahun 200 9-2011 pertumbuhan ek onomi Kabupaten Kupang m engalami per tumbuhan y ang r elatif s tabil dan berada pada kisaran 4, 15% sa mpai deng an 4, 45%. Ini menunjukkan bahw a per ekonomian di Kabupaten K upang di golongkan cu kup bai k da n st abil. Pertumbuhan setiap sektor ekonomi Kabupaten Kupang perlu diketahui mana yang sangat cepat dan mana yang lamban se hingga dal am m enentukan kebijakan pem bangunan se ktoral di bidang ekonomi dapat dilakukan secara tepat. Sektor pertanian sebagai leading sector bertumbuh masih sangat lamban tidak sejalan den gan kontribusinya yang sa ngat b esar t erhadap pem bentukan P roduk Domestik Regional Bruto. Hal ini terlihat bahwa pertumbuhan sektor pertanian dimana pada tahun 2009 mencapai 4,20%, tahun 2010 mencapai 4,45% dan sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2012. Penyebabnya antara lain karena kenaikan produksi secara r iil di se ktor p ertanian r elatif l amban di bandingkan den gan se ktor-sektor lainnya. P enyebab lain yaitu k arena se lama du a t ahun t erakhir i ni cu rah huj an y ang tidak terlalu banyak menyebabkan petani tidak m aksimal dalam mengolah lahan sehingga produksi yang dihasilkan juga tidak optimal, bahkan terjadinya gagal panen. Walaupun se ktor pe rtanian per tumbuhannya l amban, a kan tetapi be berapa sektor e konomi m enunjukkan per tumbuhan y ang m enggembirakan s eperti se ktor pertambangan dan p enggalian, se ktor l istrik gas dan ai r m inum, se ktor bangunan/konstruksi y ang m encapai per tumbuhan di atas 5% se lama l ima t ahun terakhir. S edangkan se ktor jasa y ang di dominasi ol eh j asa pem erintahan m encapai pertumbuhan yang tinggi yatu 12% selama 2 tahun terakhir. Tabel 7. No
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pertumbuhan Riil Sektor Ekonomi Kabupaten Kupang Tahun 2009 - 2011 Sektor
Pertanian Pertambangan/ penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Minum Bangunan/Konstruksi Perdagangan, Restoran & Hotel Angkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa-Jasa Pertumbuhan Ekonomi Sumber : BPS Kabupaten Kupang 2011
2009 1,56 8,04 15.96 6,39 3,52 5,19 11,18 5,42 7,22 4,15
Dalam persen 2010 20011 1,48 3,02 6,50 13,47 0,61 1,69 2,73 31,40 2,30 5,41 8,21 7,45 6,27 5,32 5,03 4,90 7,55 4,19 4,11 4,45
64
Pendapatan perkapita merupakan salah satu indikator yang dipakai untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi/ tingkat kesejahteraan penduduk. Indikator ini memberikan gambaran tentang asumsi jumlah uang yang diterima seandainya seluruh ni lai t ambah yang di hasilkan dar i t otalitas aktivitas ekonomi di su atu w ilayah didistribusikan se cara merata kepada se mua penduduk. S emakin t inggi t ingkat pendapatan perkapita penduduk, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat kesejahteraan penduduk semakin meningkat. sekalipun demikian indikator ini tidak dapat dipakai sebagai indikator tunggal untuk melihat tingkat kesejahteraan penduduk suatu w ilayah. H al i ni di sebabkan karena asu msi y ang m endasari si mpulan t ersebut, tidak akan pernah ditemukan dalam realitas kehidupan ekonomi. Pendapatan perkapita penduduk Kabupaten Kupang terus meningkat dari tahun ke t ahun. Pada t ahun 2010 pendapatan per k apita K abupaten K upang se besar R p. 6.920.727,-. Pada tahun selanjutnya angka pendapatan perkapita terus meningkat dengan percepatan yang relatif konstan. Pada tahun 2011 pendapatan perkapita meningkat menjadi Rp. 7.663.504,-. Angka Inflasi adal ah per sentase t ingkat kenaikan har ga se jumlah bar ang dan jasa y ang se cara u mum di konsumsi r umah tangga. I nflasi adal ah i ndikator y ang memgambarkan k ecenderungan um um t entang per kembangan har ga se hingga pemerintah dengan tepat dapat menentukan kebijakan harga dari berbagai komoditas yang dikonsumsi masyarakat. Inflasi Kabupaten Kupang masih mengacu pada Inflasi Kabupaten Kupang sebagai ibu kota propinsi NTT. Dimana laju Inflasi pada tahun 2010 mencapai 9,97%, sedangkan pada tahun 2011 menurun menjadi 4.32%. Anggaran pendapatan dan bel anja daerah, p emerintah menganut p rinsip anggaran ber imbang d an di namis. B erimbang ber arti har us diusahakan agar a da keseimbangan antara penerimaan dan pengeluaran. Sedangkan prinsip dinamis berarti makin meningkatnya jumlah anggaran dan tabungan pemerintah, sehingga kemampuan dal am ne geri ber tambah dan ketergantungan pada b antuan k euangan dari l uar neg eri semakin ber kurang. S elama t ahun angg aran 2009 sa mpai deng an tahun 20 11 realisasi A nggaran P endapatan dan B elanja D aerah ( APBD ) m eningkat terus dimana kalau pada tahun 2009 realisasi APBD Kabupaten Kupang sebesar Rp. 494.889.805 milyar meningkat menjadi Rp. 671.378,79 miliyar di tahun 2011. Sumber pendapatan terbesar dari tahun ke tahun adalah dari Dana Perimbangan yang proposi terbesarnya adal ah dar i D ana A lokasi U mum d engan se rapan dana t erbesar adal ah untuk bel anja A paratur. P ada t ahun 20 11 saja dana P erimbangan y ang di terima Pemerintah Kabupaten Kupang se besar R p. 601 miliar l ebih deng an pr oporsi dana Alokasi umum mencapai 568 miliar lebih atau 94.44% dari total dana perimbangan sedangkan PAD hanya 29 milyar lebih. Atau 5,56%.
1.6.
Potensi UMKM
Kabupaten K upang memiliki potensi sumber da ya y ang m enjadi day a duk ung pembagunan U MKM dan K operasi yang per lu di tumbuh kembangkan se hingga menjadi kokoh dan berakar dalam masyarakat, agar dapat mendukung perekonomian nasional deng an t etap m emperhatikan kendala dan pel uang yang ada ut nuk t erus ditingkatkan dengan tingkat efektifitas dan efisiensi yang lebih baik dari sebelumnya. Secara kuantitas terjadi peningkatan dan pe rtumbuhan y ang sa ngat si gnifikan dimana pada t ahun 20 09 jumlah koperasi berbadan huk um hany a 49 unit m eningkat dan bertumbuh menjadi 202 unit pada t ahun 2011 at au naik 312%. K operasi y ang meningkat dan bertumbuh secara sangat signifikan adalah Koperasi Peternakan, diikuti 65
Koperasi S erba U saha, Koperasi U nit D esa, Koperasi K redit, K operasi P ertanian, Koperasi ABRI dan K operasi Karyawan. Hal ini berarti bahwa adan ya k esadaran dan minat yang tinggi dari masyarakat untuk secara bersama-sama membangun diri sebagai pel aku usaha dan dapat m eningkatkan per ekonomian m elalui UMKM dan Koperasi. Jumlah dan perkembangan UMKM di Kabupaten Kupang tahun 2009-2011 dalam se ktor i ndustri dan per dagangan ce nderung m eningkat j umlahnya dar i t ahun 2009 ke tahun 2011 seperti nampak pada tabel 8. Tabel 8.
Jumlah Perusahaan, dalam sektor Industri dan perdagangan di Kabupaten Kupang 2009-2011
Sektor/sub Sektor Industri minyak kayu putih Bata dan Barang-barang dari semen Alat pertanian Pengolahan makanan Industri tenun ikat/ pakaian jadi Kerajinan anyaman bamboo rotan Air minum Bahan bangunan/kosen Kotak kertas dan karton Makanan dan tembakau Perdagangan Total
Jumlah Perusahaan Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 47 49 49 70 77 82 5 5 5 784 791 799 203 209 212 225 230 235 42 42 88 1 5 5 40 49 49 585 590 619 61 61 71 2063 2108 2214
Sumber BPS Kabupaten Kupang 2011
Jumlah Perusahaan da n n ilai pr oduksi i ndustri k ecil dan i ndustri kerajinan rumah tangga di Kabupaten Kupang mengalami peningkatan dari tahun 2009 ke tahun 2011. Pada tahun 2009 Total perusahaan Industri kecil dan industri kerajinan rumah tangga sebanyak 2063 unit dan pada Tahun 2011 meningkat menjadi 2214 unit perusahaan. P eningkatan jumlah per usahaan diikuti ol eh peni ngkatan ni lai pr oduksi sebesar 48%, yaitu dari nilai produksi Rp 44.377.635 millyar pada tahun 2009 menjadi Rp 65.761.395 milliar pada tahun 2011. Tabel 9.
Nilai Produksi Perusahaan sektor Industri dan perdagangan di Kabupaten Kupang 2009-2011 Sektor/sub Sektor
Industry minyak kayu putih Bata dan Barang-barang dari semen Alat pertanian Pengolahan makanan Industri tenun ikat/ pakaian jadi Kerajinan anyaman rotan bambu Air minum Bahan bangunan/kosen Kotak kertas dan karton Makanan dan tembakau Total Sumber BPS Kabupaten Kupang 2011
Tahun 2009 135.650 3.427.300 133.560 22.110.578 3.017.100 2.551.700 3.683.300 4.885.470 4.432.977 44.377.635
Nilai Produksi (000) Tahun 2010 Tahun 2011 141.425 141.520 3.755.927 3.762.563 134.070 134.625 22.142.831 22.156.343 3.119.302 3.212.352 2.603.552 2.704.815 3.748.000 4.285.000 6.035.000 6.431.200 18.500.000 18.500.000 4.573.809 4.432.977 62.150.390 65.761.395
66
1.7.
Perbankan dan UMKM
Industri perbankan yang berfungsi sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat memegang per anan sentral dal am su atu pe rekonomian. Proses penghimpunan dan pen yaluran dana t ersebut akan sa ngat be rpengaruh t erhadap aktivitas perekonomian. K risis moneter y ang mulai t erjadi pertengahan t ahun 1998, telah m enyebabkan terganggunya se ndi-sendi k ehidupan perbankan di Indonesia. Terdepresiasinya nilai m ata uan g rupiah terhadap US dollar, menyebabkan meningkatnya kewajiban dalam rupiah bagi bank yang menghimpun dana dalam valuta asing. Disisi lain lesunya sektor riil menyebabkan meningkatnya kredit macet, sehingga mengakibatkan pula menurunnya kualitas aktiva produktif bank. Jumlah bank umum yang beroperasi di Kabupaten Kupang sampai dengan akhir tahun 2012 tercatat sebanyak 7 unit, yang terdiri dari 3 bank persero, 4 bank pemerintah daerah. Jumlah nasabah y ang menabung uan gnya di ban k-bank tersebut mencapai 90 .293 nasa bah dengan t otal t abungan m encapait R p. 950 m iliar l ebih. Ju mlah k redit y ang t elah disalurkan kepada para kreditur oleh Bank BRI selama tahun 2007 mencapai Rp. 47 miliar lebih dengan proporsi kredit sektor pertanian mencapai Rp. 111 juta lebih, kredit sektor perindustrian mencapai Rp. 882 juta lebih, kredit sektor perdagangan mencapai Rp. 11 miliar lebih dan kredit di bidang lain-lain mencapai Rp. 35 miliar lebih. Sedangkan j umlah kredit y ang di salurkan B ank NTT di w ilayah K abupaten K upang selama tahun 2007 mencapai Rp. 135 miliar lebih dengan proporsi terbesar di salurkan kepada sektor lainnya sebesar Rp. 115 miliar lebih, disusul sektor perdagangan Rp. 11 miliar l ebih, se dangkan sektor y ang l ain t ermasuk se ktor per tanian dan per industrian dibawah Rp. 2 miliar. Sampai saat ini tahun 2013 Jumlah kantor Bank yang beroperasi di Kabupaten Kupang tercatat 6 ban k terdiri dari dua bank umum pemerintah BRI dan bank NTT dengan jumlah nasabah 21.729 orang dan besa r tabungan 91,72 milyar rupiah. Posisi pembiayaan menurut sektor usaha disajikan pada tabel 10. Tabel 10. Posisi Pembiayaan Menurut Sektor Usaha No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sektor Ekonomi
Bank BRI
Pertanian Pertambangan perIndustrian Listrik dan air Perdagangan 4.055.264 Konstruksi Angkutan 11.700 Jasa dunia usaha 334.972 Jasa Sosial 172.222 Lainnya 45.680.634 Total 50.254.792 Sumber: Indikator ekonomi Kabupaten Kupang, 2012
Bank NTT 1.150.747
2.211.464 187.241.023 190.603.234
Komposisi pemberian kredit dan pen ghimpunan dana pihak ketiga (DPK) yang beroperasi di Kabupaten Kupang mengalami perkembangan yang signifikan sampai tahun 2012. D ata komposisi pel ayanan pemberian k redit t ahun 2011 dan 2012 ban k NTT disajikan pada tabel 11 di bawah ini. 67