r.
~
,
,l.,,,! !., ;
i
"".. !",f
Bul. Agron. (29) (3) 78 - 84 (2001)
,jJi
Perakitan Kultivar Kentang Unggul Indonesia secara Cepat dengan Metode Turunan Klonal Biji Tunggal daD Pra - Evaluasi Secara In Vitro The Breeding 0/ New Potato Cultivar through Single Seed in Vitro Clonal Descent
, -:t: "LC
G. A. Wattimenal),AgusPurwitol),H. M. Machmud2) daDSamanhudV) ~
ABSTRACT At least ten years neededto abtain newpotato cultivar through sexual hybridization, somatic hybridization or through genetic transformation,To short cut this process,Laboratory of Biotechnology,Departmentof Agronomy,IPB employeda strategyso called single seedin vitro clonal decent(SSICD)by Usingselectedparental linesfor TPS(True Potato Seed)production. This breedingconsistof in vitro pre evaluationfor resistancewilt, fusarium wilt, black leg, rot knot nematodeand maturity. Using the samenumberof bacterial cel/ (lif cel/lml), there werepositive correlation betweenin vitro testfor diseaseresistancethrough dripping test or dripping test with greenhousetest through direct inoculation of Ralstonia solanancearum. Resistantclones to fusarium wilt and verticil/ium were also resistant to bacterial wilt. In vitro tuberizationcould be useto evaluatematurity of potato cultivar. Key words.. Potato, SSICD ...
PENDAHULUAN
Indonesiasaat ini belum mampumenghasilkan kultivar kentang unggul Indonesia. Kultivar kentang unggul Indonesia pada saat ini adalah Granola yang dikonsumsisebagaisayur dan kultivar Atlantic sebagai keripik (chip) dan fries, kultivar Granola dirakit di Jermantahun 1975 sedangkankultivar Atlantic dirakit di Amerika Serikat tahun 1976 (Joosten, 1991). Keunggulan kultivar Granola adalah berumur genjah, produksi tinggi, bentuk umbi bagus, tahan penyakit virus PYY, PYX, agak tahn hawar daun (Phytophtora infestans) dan tahan bakeri layu (Ralstonia solanacearum)tetapi kelemahannyaadalah kadar air yang tinggi (Joosten, 1991; Hakim, 1999; Suliansyah, 1999). Sebaliknya kultivar Atlantic mempunyai keunggulan dalam kadar bahan kering yang tinggi, berumur genjah, kualitas umbinya sangat baik, tahan penyakit virus PYX tetapi pekah terhadaphawar daun dan peny~it layu bakteri (Joosten,1991;Hakim, 1999; Samanhudl,200I). Kultivar kentang unggul Indonesiaharusmemiliki keunggulan dari kultivar Granola daD Atlantic serta hawar daun,
layu bakteri,busuk lunak (Erwina, spp), layu dan busuk kering urnbi (Fusarium, spp) daD nematodabengkak
akar (Meloido~ne, app). Dengan dimulainya
perbanyakankentahg di Indonesia dengan umbi mini bebas penyakit (Wattimena, 2000) maka ketahanan terhadap penyakit virus tidak merupakan masalah karena penyakit virus mempunyai pengaruh pada generasiklonal berikutnya bukan pada tanaman yang diserang(Suliansyah,1999). Pemuliaankentang mulai dari tara konvensional selulerdaDmolekulermemakanwaktu yang cukup lama kurang lebih 10 tahun, kecuali metode somaklonal. Metoda rekayasagenetik memang cepat dalam proses introgresi gen tetapi pengujian keamananhayati daD keamananpanganmemakanwaktu yang cukup lama. Diperlukan suatu metoda pemuliaan kentang yang memerlukanwaktu tidak lebih dari lima tahun. Kami mengusulkansuatu metoda pemuliaan tanaman yang kami beri nama Turunan Klonal Biji Tunggal (TKBT) bahaaIn~g~isnya: SingleSeed~lo~al D~scent(~SCD). Metoda ml merupakan kombmasl darl seleksl masa positif, modifikasi metodaSingle SeedDescent (SSD) dan pra evaluasi vitro penyakit terhadapbusuk penyakit layu bakteri, penyakit secara busukin lunak, kering,
I) StafPengajarJurusanBudi Daya Pertanian-Faperta IPB 2)Star Peneliti Baiai PenelitianBioteknologi TanarnanPangan,11TentaraPelajarNo 3A, Bogor 3)MahasiswaProgramPascasarjana Agronomi IPB
~ :, 'L
;
c~
, 11
~1
~i
;~
.J#
~
78
.
J
f !
Bul. Agron. (29) (3) 78 - 84 (2001)
ne~~to~~ ben;kak. akar dan ke~epatanpembentukan
um .,. ISeleksl ml o.se masa agal posltlf, pe~?ah karena kegenJahan seleksi tanaman. masaitu pada blJI dengan ukuran lebih besar dari 1.6 mm. Pada tanaman kentang terdapat 4 struktur embrio dalahyang satu disebut tipe A yan~ menghasilkan daya kecambah .
..
cepat, tanaman Jagur clan unggul
(Thakur,1987).
Te~dapatkoleksi ositif dan antara biji yang berukuran leblh besar dari 1.55 mm dengan embrio tipe A (Upadhya I et al., 1981; Day et al., 1984; Thakur, 1987). Metoda SSD adalah metoda pemuliaanuntuk tanam~npenyerbuk sendiri (Snape clan Riggs, 1976), sepertlpadatomat (Pierce, 1977)clankedela(Martin et al., I ?87). SSD.ini dimulai dengan~eleksibuiji tunggal mulal F I sampal F5 atau F6 (padatlap generasidiambil I biji dari tanaman yang terpilih). Kentang adalah tanamantetraploid heterozigotdan diperbanyaksecara klonal. ~u~nan biji tunggal yang terpilih diperbanyak s~cara mvltro klonal. Tetua betina maupun jantan dlgunakantetua-tetuayang telah terseleksiuntuk TPS (True Potato Seed) yang dikembangkanuntuk India Bangladesh,Srilangka,Vietnam, Filipina clanIndonesia: Tetua-tetuaaitu adalah dua tetua jantan (TPS-13 clan TPS-67) clan delapantetua betina (Atzimba, Achirina, Serrana, Lt8, MF.I, MF.II, TPS 7 clan TPS 25) (Upadhya, 2000). Metoda pra-evaluasi semua mulai deng~ penelitianpenjajakankecuali untuk pra-evaluasi kegenJahanmelalui kecepatan pembentukan umbi mikro. . Wattimena (1995) telah mengembangkan berbagalcarapengambilanin vitro (cair, padat,cai-cair, padat-cair),daDberbagaikombonasijenis sitokinin clan retardan yang dapat diverfikasi. Pada seminar akan dilaporkan hasil pra-evaluasi secara in vitro pada penyakit
layu bakteri
pembentukan
umbi
dan kegenjahan
melalui
kecepatan
mikro.
diberi perlakuan.Kultur ini diinkubasi padasuhu25 °c denganintensitas cahaya2000 luks. PecobaanKetahananBakteri Layu . Perco~aan ketahan bakteri dilakukan secara in vitro clan dl rumah kaca dengan polibag. Percobaan di
rumah kaca merupakanveriflkasi percobaanin vitro. Untuk perc.ob~an in vitro.patogenR. solanacearumyang firulen darl blakan muml yang ditumbuhkanpada SPA (Sukro:e ~~ptone Agar) yang berumur 48 jam, kemudlandlmkubasikanselama48 jam dikocok dengan meng~nakan shaker berkecepatan 150 rpm. SelanJutny~di~akukanpe~genceransampai mencapai konsentrasl 10 gel/mI. Dllakukan dua metode untuk perc?baanin vitro yaitu metoda siram clan metoda ~untmg pucuk. Pada metoda siram digunakan I ml mok~lum per botol, kemudian diratakan ke seluruh ~edla. Sedangkan untuk metoda gunting pucuk dl!akukan dengancara mencelupkangunting ke dalam suspensibakteri setiapkali akanmenggunting. . Pada percobaandi rumah kaca inokulasi bakteri dl!~ukan pada saat tanaman berumur 21 hari di pollba~. Inokulasi dilakukan dengancara melukai akar, k~m.udlansuspensibakteri dengankepekatan109sel/ml dlselramkan sebanyak 50 ml per polibag (Yursida, 1994). Pengamatan yang dilakukan untuk percobaan ~aborato.rium .m~upun ru~ah kaca ialah : periode mkubasl, keJadlanpenyaklt, clan ketahanantanaman. Sedangkan percobaan rumah kaca ditambahkan pengamatan:jumlah umbi, bobot umbi, umbi terinfeksi clankehilanganhasil. .
Pengamatan.
dl rumah
kaca
peri ode dl!akukan
inkubasi setiap
hari,
dilaboratorium dimulai
clan
satu hari
setelahinkubasihinggatimbul gejalahawal. Sedangkan kejadian pepyakit dihitung dengan rumus sebagai berikut :
BAHAN DAN METODE
KP=nXIOO%
N
BahanTanamanin Vitro Bahantana~an in vitro kentang untuk pengujian
~P = kejadianpenyaki~,n =.jumlah tanamanlayu, N =
ketahananbakten layu terdiri dari 12 klon hasil fusi BF
Jumlahtanamanyang dlamatl
15 (2 x) dengan Solanum (2 x) yaituBS53, klon BSI2, Bs23, BS34, BS38,stenotonum BS43, BS49, BS51, B854, BS55, BS73, clan BS75. Kultivar Nooksack sebagaikontrol tahanclanAtlantic sebagaikontrol peka. . Bahantanamanuntuk pengujiankegenjahansecara In ~itr~:erdiri d~ri 156 klon turunanklonal biji tunggal dar~blJI yang dlseleksi denganukuran biji lebih besar dan 1.55mm. Biji ini berasaldari silangantetua betina MF. II dengantetuajantan TPS-76. Klon turunanklonal biji tunggal .ini diberi singkatan TSS dengan nomor TSSI sampal dengan TSS156. Kultivar premiere daD
. ~etahanan.penyakitdihitung dari nilai persentase ~eJadlanpenyaklt padapengamatanterakhir clandinilai tmgkat ketahananmenurut Thaveechai et al (1998) (Tabel 1.). Pada percobaanrumah kaca dilakukan peng.amata~t~bah~ berupa:.jumlah umbi, bobot umbl, umbl tennfek~1daD kehl!anganhasil pactasaat paneD.PengamatanJumlah umbi terinfeksi dilakukan denganmetodaMGDU (Melihat Gejalah Dalam Umbi) (Hutagalung,.198~).Kehilanganhasil dihitung dengan rumussebagalbenkut :
Red. Kontiac . sebagai kontrol umur genjah sedangkan kultlvar Kamlco, Kardal, clan S. Stoloniverum sebagai kontrolumur dalam.
KH = ~
Semua tanaman in vitro diperbanyak dengan stek buku tunggal pacta mediainiMSO (Murashige daD Skoog tanpa zat pengatur tumbuh). Empat minggu setelahsub kultur tanamanin vitro tersebutsudahsiap
.. KH = kehl!angan.hasl! a: bobotumb~tanaman~anpain~kulasi(kontrol) b - bobotumbl tanamanmokulasl
G.A. Wattimena, AgusPurwito,H. M. Machmud clanSamanhudi ,
x 100% a
79
"
T,,~-
./
lJ
!
-
Bol. Agron. (29) (3) 78 84 (2001)
...,. -
. "'
Tabel 1. Tingkat ketahanankentangterhadapseranganBakteri layo menorutklasifiksi Thaveechaiet ai, 1989. Persentase kejadianpenyakit(%) 0 20 21 40 41 60 61 - 100 n
Tingkat ketahanan Tahan(T) Agak tahan(AT) Agak rentan(AR) Rentan(R)
-
_n
--
PengujianKegenjahanSecarain Vitro
? ..
...
HASIL DAN PEMBAHASAN
.
pengujian pengumbian in vitro adalah . Metoda d . ' 1995) d . slstempa at calf (Wattlmena, Imanastek ml.kr0 buku tunggal ditanam pada media MSO padat dengan sukrosa40 g/L clandiinkubasi padasuhu 250C dengan intensitascahaya2000 luks. Setelahplanlet berumur 4 minggu maka ditambahkan media pengumbian cair, setinggi kurang lebih satu sentimeter di atas media parlatoMedia cair terdiri dari dari media MS, sukrosa90 g/L, BA 5 mg/L, Alar 0.5 mg/L, Caumarine25 mg/L
Hasil pengamatan terhadap periode inkubasi disajikan pada Tabel 2 yang menunjukkan rata-rata periode inkubasi masing-masingklon pada berbagai cara inokulasi (in vitro siram, in vitro gunting, uji di rumah kaca). Periode inkubasi merupakan periode waktu yang dibutuhkan oleh patogen sejak penetrasi hingga timbul infeksi yang diekspresikan melalui
:j:i il!ii
(Wattimena, 1995). Setelah itu diinubasi pada suhu 20oCtanpacahaya. Pengamatandilakukan terhadap waktu terbentuknya umbi clan lamanya pembentukan umbi. Pengamatandilakukan setiap minggu sampai minggu
gejalah yang dapat dilihat pada tanaman atau bagian tanaman. Periode inkubasi dipengaruhi oleh umur tanaman,konsentrasiclan virulensi inokulum genotipe tanamansertafaktor lingkungan.Perbedaanlama waktu inkubasi di lapang dengan in vitro tentu dipengaruhi
ke-16 sesudah pemberian media pengumbian. Secara
oleh
ijfi!
tentatifdipergunakan waktu inisiasiumbi dari kultivar
Lingkunganini adalahperbedaan antaramediatumbuh
'"
~
PerlO . de1nkubasl.
besar
tanaman
clan
lingkungan
tumbuh.
i::"
Premiere clan Red Pontiac sebagai kriteria genjah dan
1 :";" ~
waktu inisiasi umbi dariumur Kamico, Kardal, S. ,\'toloniferum ~ebagai kriter.i.a dala.m.Pada saat in~
agar (un sur hara, vitamin, sukrosa) dengan media tanah (unur hara,bahan organik). Waktu inkubasi lapang dua sam.pai ~igakali lebih lama dari.pada w~ktudiinkuba.si
'ii
belum sampalpada pengujlan korelasl dengandata dl lapang.
secara In vltro,sedangkanwaktu Inkubasl yang leblh c~pat antara sistem in vitro. gunting clan siram
!11:1 I
~
dlsebabkan oleh
pelukaan. Slram tanpa pelukaan
t~
sedangkangunting melalui pelukaan. Sequeira(1992)
iI!~ !:~
menyatakan bahwa ada tidaknya pelukaan pacta perakaran tanaman mempengaruhi proses injeksi bakteri patogen tersebut.
Tabel2.
-
Periode inkubasi penyakit layu bakteri pada 12 klon kentang basil fusi protoplas antara BFI5(2X) dengan S. stenotomum dengan metoda inokulasi in vitro (Siram danGunting) clan metoda inokulasi di rumah kaca.
KIon K entang
,
S. stenotomum(2X) Nooksack
Ii
S. Iram 14.63 14.60
Periode lnkubasi(Hari Setelahlnkubasi) G . untlng Rurnah K aca 9.83 26.00 9.40 27.17
:1;:
BS-23
13.87
9.17
29.33
',-1
:'" ""
BS-73
13.67
9.13
25.50
:;: I;!; ~:; ii:;':
8S-75 8S-43 8S-54 8S-53
13.23 13.00 12.07 11.83
9.03 8.87 7.47 6.83
26.17 28.17 23.30 23.57
'!
6.73
17.40
';7
6.47 6.33 5.83 5.50
17.60 17.30 16.93 16.40
J
iI'"
BS-38
10.77
! :;": :11\
8S49 8S-51 8S-55 8S-34
10.97 10.43 10.57 10.53
'Ilii
8S-21
10.17
,r
Atlantik Rataan
10.00 11.91
iCI
j"
I
~I
~::!
8F15 (2X)
10.17
I
5.33
15.63
5.27
11.47
4.97 7.26
15.23 21.07
I 80
PerakitanKultivar KentangUnggul Indonesiasecara...
,
: "
~
Bul. Agron. (29) (3) 78 - 84 (2001)
~
.
Pada S. stenotomumdan Nooksack yang tahan sertaklon 88-23, 88-73, 88-75 dan 88-43 mempunyai waktu inkubasiyang lebih lama dari padakultivar peka Atlantic dan 8F15 (2X) serta klon 88-49, 88-51, 8855, daD 88-21. Hal ini berlaku baik pada inokulasi secarain vitro (siram dan gunting)maupuninoklasi di rumah kaca. Jadi terdapat korelasi yang positif antara metoda in vitro dan metoda rumah kaca (hubungan kejadian penyakit antara pengujian in vitro siram
pada Tabel 3. Tabel 3.. bahwa pengujian in vitro. terutama metode gunting terdapat kultivar dan klon tahan sehinggakejadian penyakit menjadi Dol persen, tetapi terlihat hal ini tidak terjadi pada uji di rumah kaca. 8esarnya kejadian penyakit berkorelasi dengan periode inkubasi yaitu makin lama periode inkubasi makin rendahkejadianpenyakit.Padakejadianpenyakit terdapat hubunganyang nyata antara metoda in vitro siram daD metoda in vitro gunting dengan metoda
dengan lapang adalah Y = 14.2755 + 0.9633 X
pengujian di rumah kaca. Persamaan regresi untuk
(r
=
0.9241**). 8edangkanuntuk in vitro gunting dengan lapangadalahY= 15.7458+ 0.8140X (r2=0.9575**).
metoda in vitro siram dengan metoda rumah kaca adalah Y = 14.2755 + 0.9633 X (r = 0.9241**). 8edangkanuntuk metodagunting denganmetodarumah
Kejadian dan Ketahanan Penyakit
kaca adalah Y = 15.7458 + 0.8140 X
(r = 0.9575**).
Kejadian daDketahananpenyakit baik pada uji in vitro (siram dan gunting) maupunpadauji rumah kaca Tabel3. Hubunganantarapengujianbakteri layu Ralstoniasolanacearumsecarain vitro daDrumahkaca In Vitro siram Kl
K t on en ang
8. stenotomum (2X)
Nooksack
Kejadian Penyakit
Kejadian Penyakit
Ketahanan
(%)
(o/~
-
0.00
T
0.00
88-23
In Vitro gunting
T
6.67
T
!
\ ;
--
Ketahanan ~
(O~o~
Ketahanan
r"T
T
T
T
16.67
T T
13.33 20.00 20.00 33.33 36.67 56.67 50.00 70.00 83.00 76.67 90.00 96.67 100.00
T
T
0.00
T
88-43
10.0
T
0.00
88-73
10.0
T
0.00
88-75 88-53 88-54 88-38 88-49 88-55 88-51
10.0 23.33 26.67 33.33 36.67 36.67 76.67
T AT AT AT AT AT R
0.00" 36.67" 33.33' 43.33 46.67 73.33 63.33
T T T AT AT AR AR R R
88-34
66.67
R
83.33
R
8F15(2x)
76.67
R
93.33
R
88-21
80.00
R
100.00
R
100.00
R
100.00
R
Atlantik (R)
Kejadian Penyakit 16.67
0.00
'0.00
Lapang
10.00
T T AT AT AR AR R R
R R
R R
Keterangan: T = tahan,AT = agaktahan,R = rentan,AR = agakrentan Tabel4. Hubunganantaraketahanandengankehilanganhasil daDpersentase umbi terinfeksi. 88-23Klon Kentang
Ketahanan '.--T
88-43 8. stenotomum(2X) Nooksack 88- 75 88- 73 88-53 88-54 88-38 88-49 88-55
T T T T T AT AT AR AR R
L~LVL'
..
~
L~"L.'"..b
88-34
R
88-51 8F15 Atlantik (R) 88-21
R R R R
%- Umbi 4~89aTerinfeksi 8.54abc 9.34 abc 8.81ab 10.87abcd 12.67abcd 14.86abcde 15.82abcde 27.50abcde 33.33abcde 42.55bcdef 40.00bcdef 42.30bcdef 46.08def 51.91ef 60.71f
Kehilangan Hasil - 3.31 a Umbi (%)6.64 ab 7.61 ab 9.92 ab 10.87abc 11.46abc 33.49abcd 35.70abcd 47.33bcde 55.16cde 58.01de
63.29de 69.83de 74.79de 78.45de 88.49e
taraf 5 %.
G. A. Wattimena,Agus Purwito, H. M. Machmuddan Samanhudi
,
81
::
~~--
~-
Bul. Agron. (29) (3) 78 - 84 (2001)
1
rJ
Tabel5. Waktu pembentukanumbi mikro sebagaipendugaanumur p~en dari 15~ klon turuna~ klonal bij~ tunggal
rU!1
hasil silanganMF. II X TPS67, dibandingkan ~engankultI~arred PontIacdaDPremIeresebagalkontrol
I':il
genjahdaDkultivar Kamico, Kardal danS. Stoloniferumsebagalkontrol umur dalam. Waktu pembentukanumbi (MSPMP)
Nomor klon/kultivar
1-3 minggu
RedPontiac,Premiere,TSSI7, TSS23, TSS28,TSS94,TSSI 02, TSS114, TSSI17, TSSI19, TSS140
Genjah(75-100hari) 9 klon TSS
Kamico,
Tengahan (100-125)
4 - 7 minggu
8 -* danlebih
Kardal,
TSS30,
Pendugaanumur pallen(Tentatit)
TSS35,
TSS40,TSS45,TSS48,TSS65,TSS82, TSS88, TSS89, TSSI23, TSSI24, TSSI32
..:,..
..
12 klon TSS
Belum berumbiS. StoloniferumdaD
Dalam(125-150hari)
nomor TSSyang sisa
135klon TSS
i ;
Keterangan: MSPMP = minggu setelahpemberianmediapengumbian .. ., * = pengamatanbarn sarnpaipadaminggu ke-8 daDakandIamat!sampalmmggu ke-16.
Pada Tabel 3 terlihat juga bahwa ada kesarnaan padaketiga metodauji ketahananitu baik padakultivar tahan(S. stenotomum,NooksackBS-23, BS-43, BS-73, BS-75) maupun pada kultivar rentan (BS-21, BS-34, BS-51, BFI5 (2X) daDAtlantic). Padahasil hibridisasi somatik antara BFI5 (2X) (tetua peka) dengan
pola pewarisangen-gentahanbaik secarakonvensional maupun molekuler. Apakah ~. ~tenotomum~1 234013 dapat mewariskankeempatjem~ ge~ ~h~n Itu s.ecara bersama kepada turunan~ya. J1k~ mI dImungkmkan maka aka~ memudahkanmtrogresl gen secaraseksual daDsomatik.
S.stenotomum (tetua tahan) terlihat segregasi atas 4 klon tahan (BS-23, BS-43, BS- 73 daD BS- 75), 5 klon agak tahan daD agak rentan (BS-53, BS-54, BS-38, BS-49, BS-55) dan 3 klon rentan (BS-51, BS-34, BS-21).
. ' .. . . Persentase Umbl Te~mfeksldan Kehuangan Hasu Gejalah umbi terinfeksi tidak se~alu?arnp~ pada bagian luar umbi. Pengamatan umbI termfeksl haru~
Bebt;rapa jumlah gen yang mengontrol ketahanan bakteri layu tersebuttidak terdap~tkesepaka~. Row et al (1972) mengatakan3 gen domman,Sequena(1.979~4 gen daD Schmiedische (1986, 1988) polIgemk, tergantungdari diploid ~olanumspp yang menyumbang gen tahantersebut.~an su~ber plasmanutfah kentang di SturgeonBay (Wlsconsm, USA), S. stenotomum.p~ 234013 yang dipergunakan dalam percobaan ml didiskripsikantahanpenyakittular tanahlayu Fusariu~~ layu Verticillium daDnematodabengkakakar. PadaUjl bakteri layu S. stenotomum(PI 234013) temyata tahan juga bakteri layu daDturunannyapun.~da yang tahan:
dilakukan denganmembelahumbi. Dari belahanumbI tersebut dapat terlihat pembulu xilem yang berwama coklat daDsetelahdidiarnkanbeberapalama maka ak~ keluar exudat yang berwama putih kecoklatan. UmbI daTitanamanlayu tidak semua.terinfeksidaDseb.aliknya tanarnansehattidak menghasIlkansemua umbI sehat, pada 12 klon basil fusi BF 15 ~2~) d~ng~n.S. stenotomummenunjukkanbahwamakm tmggl kejadlan penyakit makin banyak umbi terinfeksi, terlihat pada persamaanregresi Y = -0.7081 + 0.5519 X (r = 0.19877**). Pada Tabel 4.0. terlihat klon tahan mempunyaipersentaseumbi terinfeksi berk~saran~ara
Demikian pula II klon turunan bljl tunggal d~~
4.89% sarnpai12.67%daDkehilanganbasIl berklsar
S.chacoense.Pl 175415dan 8 klon turunan klonal.bljl tunggal dart S.chacoense PI 203580 yang t!d~ dideskripsikan tahan bakteri layu, te~yata pada. U~I lapangsemuaklon tersebuttahan bakten layu (Yullat!, 2001). S.chacoensePI 203580 didiskripsikan seb.agai tahan layu nematoda bengkak ak.~,. layu kak hltam (Erwinia spp) dan layu vertlculum. Sedangkan S.chacoensePI 175415didiskripsikan tahan nematoda
antara3.31 % sampai 11..46~o. Se~alikny~pada klon rentan persentase umbl tennfeksl berkls~r an~ara 42.55% sarnpai60.71% daDkehilanganbasIl berklsar antara 58.01% sampai 88.49%. Kehilangan basil pada kultivar Atlantic memcapai 78.45%, hal ini yang menyebabkan Atlantic di Indonesia hanya mampu berproduksisekitar 10 ton per hektar, sedangkanUSA rata-rata40 ton per hektar. Data menunjukkanbahwa
bengkakakar, dan layu kaki hitam (B~mber~et al.,
kultivarkentangtahanlayubakterisangatpentin~ba~i
1994). Keempat penyakt tular tanah ltu yaltu layu bakteri, layu Fusarium, I~yu Vert~cil/iumdaDNematoda . bengkakakar mempunyalmekanlsmeyan~ sarnadal~ mnyebabkankelayuan yaitu meng.halangItransfortasl unsurharadaTiakartanaman~~bagl~ pucu.ktanarnan. Menarik untuk menellt! leblh lanjut tentang hubungankeempat penyakit tular tanah tersebut serta
Indonesia.Bibit bebaspenyakit tidak dapat menjamm basil yang tinggi jika lahan yang di~nam tel~ terkontaminasibakteri layu. Padapenyakrtlayu bakten kehilangan basil terjadi langsung pa~a ~naman.yang terserang berbeda dengan penyaklt VI~S ~Imana kehilanganbasil barn muncul pada generaslbenkutnya (Hakim, 1999;Suliansyah,1999).
Perakitan KultivarKentangUnggullndonesia secara...
82 .
, " 11
Ii '~II
ii Ii ~!
.,
f¥1;!
~;~... '
T i
/Ii
Bul. Agron. (29) (3) 78 - 84 (2001) U .. v IJI
r.egenja
.
h
resistance
an
.
Inter-Regional
..
Potato
Introduction
StationSturgeonBay, WisconSInUSA. Day, T. R., M. D. Upadhya, S. N. Chaturv~di. 1984. Correlationstudieson 1000true seedweight tuber yield and other morphologicaltraits in PotatoRes. 27 : 185- 188.
-;
DatapadaTabel 5 adalahsebagiandatapraktikum mahasiswa SI Program stu.di Pemuliaan Tanaman JurusanBDP Fakultas Pertaman(AGR 430) Semester Genaptahun2000/200I. . Dari penelitian penjajagantersebutterllhat bahwa 1576klon TSS yang diuji 9 klon TSS berumurgenjah, 12 TSS berumurtengahandari 135klon berumurdalam
--
didasarkanpada kes~aan respon i~isiasi u~bi mikro dengan kultivar Kardal genJah (RED Pontiac,yang Premiere) atau dalam(Karnico, S.st%niferum) digunakan
pr~ductionin Indonesia: Its promotion and ~urrent research hal and 79-110. Da/am K. O. True Fuglle (ed) Performance Prospects of :Hybrid Potato
sebagai kontrol. Kamico clan Kardal pada Tabel .5 termasuk tenghan mungkin karena.umur ~lanet lablh dari 8 minggu pada waktu pembenanmedia pengumbian. Sedangkanpadaklon TSS padawaktu pem?erian media pengumbian umur planlet adalah 4 mmggu. Umur planlet ini berpengaruh dalam ke.cepatan pembentukanumbi, makin tua umur planlet makl~.cep~t inisiasi umbi (Wattimena, 1983, 1~~9). Peng~Jlan~n vitro dapatdiperbaiki denganpenguJlanberbagalmedia pengumbianin vitro, carapengumbiaanclanpenam?~an peubahyang diamati seperti!am~ya waktu penglsla~ imbi. Kentang berumur genJahdl lapang mempunya~ sifat waktu inisiasi umbi cepatclanwaktu pengsianumbl singkat,sebaliknyakentangberumurdalam ~.empuny~i waktu inisiasi umbi lambat clanwaktu penglslanumblo
Seed in South and SoutheastAsia. Proc. CIP ADP Symp.Bogor.
..
,
Gunadi N. 2000. the use of true potato seedfor potato
Hakim, L. 1999. Kajian komponen pengendalian terpadu penyakit layu bakteri Ra/stonia (Pseudomonas) so/anacearum.Yabuchi et a/ ~ada kentang. Disertasi Doktor program PascasarJana IPB, Bogor. Hutagalung,L. 1983.Beberapacaradeteksibakteri layu padaumbi kentang.Bull. Penel.Hort. Vol. X. No. 2. Joosten,A. 1991. Geniteurlyst voor aardappelrassen. CPRO.Wageningen,Nederland.
panjang. SilanganTPS - 7 X TPS-67 clanMFII X TPS-67 adalah silangan untuk menghasilkan biji kentang komersial yang dikenal denagn nama HPS 7/67 clan HPS 11/67 (HPS = Hybrid Potato Seed). Karena tanamanyang berasal dari biji berumur panjang clan tidak seragm maka biji dapat dipakai u~tu~ .meng~ hasilkan generasiumbi C1 clan Cz sebagal.blblt. DI Vietnam generasiumbi bibit C1 clanCz darl HPS 7/67 dan HPS 11/67dikenal dengannama Hong Ha 7 clan Hong Ha 2 dengan produksi umbi rata-rata 20 - 25 ton/ha (Pham Xuang Tung et a/.,2000). Di Indonesia bibit C1 clan C3 dari HPS 7/67 clanHPS 11/67dikenal dengan nama Lembang I clan Lemb~g 2 denga~ produksi antara 25-26 ton/ha (Gunadl, 2000). DI Filipina (Tabbada at a/., 2000) dilaporkan bahwa produksi generasiumbi bibit C1 clanCz dari HPS 7/67 dan HPS 11/67 di Bukidnon adalah 25-29 .ton~a dibandingkandenganGranola 27-30 ton/ha. Hsil Chl~ HPS7/67 clanHPS11/67 adalah29.1% clan26.6% clan bobot basahdibandingkandenganGranolahanya 17 % berdasarkan laporan tersebut penggunaan tetua terseleksiuntuk TPS terutamasilanganTPS-6 X TPS67 clanMF II X TPS-67melalui seleksiTurunanKlonal Biji Tunggal akan didapat kultivar kentang unggul Indonesiadalam waktu yang relatif singkat yang telah dirintis dengan156klon TSS(MF II X TPS-67).
Martin, R. J., J. R. Wilcox, F. A. Laviolette. 1978. Variability in soybean progenies developed by single seeddescentat two plant population. Crop Sci. 18: 359 - 363. Pham,X. T., C. T. Lam, T. C. Tuyen. 2000. Hybrid true potato seedproductionin Dalat. Vietnam. Hal. 6978. Da/am : K. O. Fuglie (ed) Performanceand prospcctsof Hybrid True PotatoSeedin Southand SoutheastAsia. Proc.CIP - ADP Symp.Bogor. Pierce, L. C. 1977. Impact of single seed desc.ent~n selectivy for fruit size, earlinessand total Yield m tomato.J. Am. Soc.Hort. Sci. 102: 520 - 522. Rowe, P. R., L. Sequeira, L. C. Gonzales. 1972. Additional genes for resistanceto Pseudomonas so/anacearum in So/anum phureja.
Phytopathology 62,1093-1094. Samanhudi.200I. Identifikasi ketahananklon kentang terhadap hasil fusi protoplas BF 15 dengan So/anum stenotomum terhadap penyakit layu bakteri (Ra/stoniaso/anacearum).Tesis Program Pascasarjana IPB, Bogor. Schmiediche,P. 1986.Breedingpotatoesfor resistance to bacterial wilt caused by Pseudomonas so/anacearum.Hal: 105-111.Da/am : persley(ed). Bacterial Wilt Diseasesin Asia and SouthPacific. ACIAR Proceeding13,Los BanosPhilippines.
DAFT AR PUSTAKA I
Bamberg,J. B., M. W. Martin, J. J. Schartner.1~94. Elite selectionsof tuber bearingSolanumspesles: Basedon evaluation for disease,pest and stress
h G.
A.
Wattimena,
Agus
Purwito,
H.
M.
Machmud
dan
,
Saman
U
d . I
83
1.Bul. Agron. (29) (3) 78 - 84 (2001)
i
Sequeira, L.
] 979. Development wilt
derived
bacterial
Iii!!:'
Dalam : Report of a PlanningConferenceon
~~~l
D~velopments
1:4 1
Disease. CIP, Lima, Peru. Hal: 55 - 62.
.in
from
of resistance to
I;]
Solanum
Control
of
Thakur, K.C. ]987. Studies on the development of true
phureja.
Potato
potato
true potato of
~;
2]] -2]9.
:'( :fi
single
Suliansyah,
seed
]999.
kentang
protein
Kecepatan non
selubung
Pascasarjana Tabbada,
Heredity
PVY.
IPB,
degenerasi
transformasi
35
.
Hybrid
M.
E.
Introducing
Disertasi
seed technology.
True
oleh
virus
Wattimena,
transformasi
Doktor
program
J. T. Paradero, Z.
alternative
N.
Ganga.
M. A.
Potato
and
Prospects
Potato Seed in South and CIP - ADP Symp. Bogor.
Wattimena,
N.,
Bacterial Course r
G. L.
on
Hartman,
wilt resistance Bacteral Wilt
University,
H.
P.
G.
Report Wattimena,
A.
]995.
and
potato
:
, -
Southeast
as
~
an
production
University
In
G.
A.
Project
2000.
bermutu
Southeast
Asia.
Proc.
dalam mendukung di Indonesia. Orasi
Vitro
in
of Wisconsin,
microtuber
for potato
PSTC-USAID
kentang
screening Laboratory of Tomato. Kasetsart
for
technology
True
]989.
in South
Micropropagation
PH. D. Thesis,
Hybrid
Kosittratana.
9 - 34. Dalam
Symp. Bogor.
]983.
of
W.
Thesis,
USA.
alternative
techno]ogy:
A.
Hortiku]tura Taveechai,
Hal:
Seed
technology
Indonesia.
2000.
of the true ptato seed project in the Hal: ]]] - ] 36. Dalam : K. O. Fuglie
Performance
G.
alternative
Madison
Escaba,
an
achievements Philippines.
dan
Bogor.
A. U., B. E. Gumayayay,
Rosillo,
(ed)
population
D.
K. O. Fug]ie(ed) Performance and prospectsof Asia. Proc. CIP-ADP
I.
pada
descent
PH.
Upadhya, M. D. 2000. Present and future research for
Snape,J. W., T. J. Riggs.]975.Geneticalconsequences
:~f
technology.
Bacterial
m(
~f
seed
University,Shim]a,India.
No.6.
kultivar
peningkatan Ilmiah Guru
Fakultas
an
Final
0509.
Pengembangan
dan
as
production.
propagaul
kentang
unggul
produksi kentang Besar Tetap IImu
Pertanian
Institut
Pertanian
Bogor. Yursida.
Thailand.
] 994.
Pengujian
kentang
ketahanan
(Solanum
l
penyakit
:
IPB, Bogor.
layu
bbeberapa
tuberosum
bakteri.
Tesis
L.)
Program
varietas terhadap
Pascasarjana
~
~
~:~
i
iO
$!" ii':,~;" C:;"c
",
"
~
:
'
~';:~~~~~:i~:!';
i:
'.
;,:i~~~
:
:j"
;-
84
Perakitan Kultivar
.
Kentang
Unggul
Indonesia
secara...