PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SPIRITUALITAS GEMBALA BAIK DALAM PENDAMPINGAN PERSONAL PARA GURU DI SLB/G A-B HELLEN KELLER YOGYAKARTA
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh : Maria Eka Savitri NIM: 081124005
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SK*IPSI
SPIRITUALITAS GrcT&ALA BAIK I}AI,AM PE}II}A1I{PINGAN PERSOHAL PARA GI}RIJ
DI SLB/G A.B MI.,LEN KELI,EI. YOGYAKARTA
tr,=P"ffi "
."4$&rz+oo-sy
'-I&" gwF ,;,r-= -5p€fu* ,fle* Yp*ih S dg*----&* E" iq X ff,i,swq E$ur*ie\\ =iffi: sM
lfJ
rE} Ee
E*
ffi
"%W.& u=*- khg ',-d H\
*-qE }nffituf[+E{ "
-
P€lrrlbimbiag t?
"Aqil rl'r Drs. F-
X
Heryatno Wono Wulung., S.J.,Ild-Ed
7 Februari 2013
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
SPIRIT$AIITAS GE.MBALA BAIK DALAM TENDAI{PINGAN PtrRSONAL PARA GURU I}I SLB/G A.B HELLEN KELLERYOGYAKARTA Dipersiapkan dan ditulis oleh:
Maria Eka Savitri
NIM: 081124005 Telah dipedahankaa di depan panitia pen${i Pada tanggal26 Februari 2013
Daa dinyatakaa mememrhi syarat
SUSUNAN PANITIA FENGUJI
Tand+ Tangan
Nama
Ketua
:
Drs. F. X. Heryatno W- $F., S.I.;
Sekretaris
:
Y. Ikistianto,SFK
Aaggota
M.Ed. ..{*il
M.Pd
Drs. F'. X. Heryatno W. W-, S.J., M.Ed.
Dr. C. B. Putranta., S.f
FX Dapiyart4 SFIq M. Pd
Yogyakarta 26 Februari ?013 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma
fir
,
'U'/',
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada
Yesus Sang Gembala Sejati Kedua orang tuaku yang selalu mengasihi Sahabatku yang berada jauh di sana Adik-adik special yang memberikan banyak inspirasi Serta setiap orang yang mencintai sahabat kita yang berkekurangan
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
“Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak.” (Mzm 37:5)
Sebab,
“Ia melakukan perbuatan-perbuatan yang besar dan yang tak terduga, serta keajaiban-keajaiban yang tak terbilang banyaknya.” (Ay 5:9)
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERIVTATAAI\I I(EASLIAIY KARYA
Saya menyatakan deagan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis
ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka sebagaimana Iayaknya karya ikniah.
Yogyakarta" 26 Februari 2013
(tu Maria Eka Savitri
VI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERI\IYA TAAN PERS ETUJUAN
PT]BLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK PENTINGAI\ AIGDEMIS Yang bertanda tangan di baw-ah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma.
Namn NIM
.
Maria Eka Savitri
. 081124005
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
SPIRITUALITAS GEMBALA BAIK DAI.AM PENDAMPINGAN PERSONAL PARA GURU DI SEKOLAH SLB/G A-B HELLEN KELLER YOGYAI(AR'TA Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan universitas sanata Dharma hak untuk menyimpaq mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
dat4 rneadistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis
Demikian pernyataan saya saya buat deagaa sebenarya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal ?6 Februari 2013
Yang menyatakan
U-\ \-/-"
F
(Maria Eka Savitri)
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK Skripsi ini mengambil judul Spiritualitas Gembala Baik dalam Pendampingan Personal Para Guru di Sekolah SLB/G A-B Hellen Keller Yogyakarta. Penulis memilih judul ini berdasarkan kerinduan dan rasa ingin tahu penulis pada dunia pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Bagi penulis, dunia pendidikan luar biasa merupakan suatu dunia yang baru dan mengusik rasa ingin tahu penulis. Selain itu juga, dengan berefleksi dari Spiritualitas Gembala Baik, penulis dapat belajar untuk menjadi seorang guru yang baik, karena menjadi guru merupakan sebuah perziarahan yang tidak pernah habis. Berkaitan dengan hal tersebut, penulis mengambil tema Spiritualitas Gembala Baik sebagai sebuah refleksi bagi pelayanan dalam dunia pendidikan luar biasa, terutama di SLB/G A-B Hellen Keller Yogyakarta. Penulis melihat pendekatan personal akan sangat baik bila diperkaya dengan pendekatan spiritual. Alasannya dalam pendekatan spiritual, guru belajar untuk mengenal jati diri dan inti hidupnya. Dengan guru yang mengenal jati diri dan inti hidupnya, maka ia akan melayani dan mencintai anak didik dengan tulus. Hal ini pun sejalan dengan prinsip pendampingan personal yang dilaksanakan di SLB/G A-B Hellen Keller Yogyakarta ialah prinsip pelayanan dan mencintai anak-anak dengan tulus. Pelaksanaan pendampingan di sekolah ini menggunakan metode pengajaran klasikal dan individual, tetapi pada kenyataannya metode pengajaran individual lebih dominan digunakan. Karya tulis ini disusun menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologis, yaitu pendekatan yang berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya dengan orang-orang dalam situasi-situasi tertentu, melalui wawancara dan observasi partisipatif. Fokus penelitian ini terletak pada proses pendampingan personal yang dilaksanakan oleh para guru di SLB/G A-B Hellen Keller Yogyakarta dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penulis melihat bahwa pendampingan personal yang dilaksanakan di SLB/G A-B Hellen Keller Yogyakarta dapat meningkatkan hasil belajar bagi anak berkebutuhan khusus. Hal ini dapat dilihat dalam ekspresi keceriaan, relasi anakanak dengan para guru, rasa nyaman, rasa percaya diri serta keingintahuan anak untuk belajar. Selain itu juga, anak lebih mandiri dan mampu untuk berkomunikasi dengan baik, anak mampu untuk pergi berbelanja sendiri dan berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat kepada orang lain. Dengan demikian, pendampingan personal dapat menjadi sumbangan bagi dunia pendidikan luar biasa. Cara ini diharapkan dapat bermanfaat bagi orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus dan siapapun yang berkarya di dalam dunia pendidikan luar biasa.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT This thesis took Spirituality of Good Shepherd in Personal Mentoring Teacher at Sekolah SLB/G A-B Hellen Keller Yogyakarta as its title. Writer chooses this title base on her yearning and curiosity about education for children with disabilities. For writer, education for children with disabilities is a new experience and tempting the writer curiosity. Moreover, with the reflection of Spirituality of Good Shepherd, writer can learn how to become a good teacher, because become a teacher is a pilgrimage that never ends. Related with that, writer takes Spirituality of Good Shepherd as her theme as a reflection to serve the education for children with disabilities, especially at SLB/G A-B Hellen Keller Yogyakarta. Writer sees that personal approach will be better if enriched with spiritual approach. The reason in spiritual approach, teacher can learn how to know his/her identity and the point of his/her life. So he/she will serve and sincerely loves his/her student. This is also the same principle with personal approach that SLB/G A-B Hellen Keller uses and that principle is service and sincerely love children. Implementation assistance in this school use classical and individual method, but in reality individual method is predominantly used. This thesis is written using qualitative research methods with phenomenological approach. That is an approach who tried to understand the meaning of an event and the connection with people inside some situations, through some interviews and participative observation. The focus of this research base on personal assistance which is used by the teacher at SLB/G A-B Hellen Keller Yogyakarta which is can help student to study. Writer sees that personal assistance that SLB/G A-B Hellen Keller Yogyakarta use can help student to improve their knowledge for children with disabilities. This thing can be see from their expression, relation between student and teacher, sense of comfort, confidence and their curiosity to learn something. In addition of that, student become more independent and can communicated very well, student can go to the store by themselves and communicate with sign language with other people. In the end personal assistance can become a donation for the education for children with disabilities. This method is expected can be useful for parent who have children with disabilities and for anyone who work in that.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Pertama-tama, syukur dan terima kasih kepada Yesus Sang Gembala Sejati yang telah membimbing, menemani serta meneguhkan saat suka dan duka, dari awal perencanaan, penulisan hingga terselesainya penyusunan skripsi dengan judul Spiritualitas Gembala Baik dalam Pendampingan Personal Para Guru di Sekolah SLB/G A-B Hellen Keller Yogyakarta. Skripsi ini diajukan untuk memberikan sumbangan pemikiran, gagasan dan inspirasi bagi siapa saja yang mencintai anak-anak berkebutuhan khusus. Selama proses penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan, dukungan, doa dan perhatian yang meneguhkan dari banyak pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu penulis menyampaikan ungkapan terima kasih yang tulus kepada: 1. Drs. F.X Heryatno Wono Wulung., S.J., M.Ed, sebagai dosen yang telah membimbing, mengarahkan dan mengoreksi penyusunan skripsi ini. 2. Dr. C.B. Putranta. S.J. sebagai dosen wali sekaligus dosen penguji. 3. F.X Dapiyanta, SFK, M.Pd. sebagai dosen pembimbing dalam penelitian sekaligus sebagai dosen penguji. 4. Para dosen Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhusussan Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan banyak pengetahuan, keterampilan, perhatian, cinta serta pelayanan kepada penulis selama menjalani masa studi sampai selesai.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Para karyawan-karyawati di kampus IPPAK yang telah memberikan perhatian dan dukungan dengan caranya masing-masing. 6. Papa, mama dan adik-adikku tercinta yang telah memberikan banyak dukungan, baik secara moral maupun material. 7. Teman-teman seperjuangan angkatan 2008, terima kasih untuk segala persahabatan, kebersamaan, perjuangan dan persaingan dalam setiap proses perkuliahan. 8. Adik-adik asrama Serafhine yang selalu mendukung, siap menjadi tempat curhat dan penyemangat ketika penulis merasa lelah, jenuh dan putus asa. 9. Anna Titis Widosari dan Puri Wahyuni, sahabat, rival serta teman sharing dalam suka dan duka terutama dalam proses penyusunan skripsi. 10. Sahabat yang jauh berada di sana, terima kasih atas doa, dukungan dan semangat yang tidak pernah putus. 11. Adik-adik special di SLB/G A-B Hellen Keller Yogyakarta, terima kasih atas penerimaan, inspirasi, berkat dan pelajaran yang telah kalian berikan yang tidak akan pernah terlupakan selamanya. 12. Suster-suster PMY, guru-guru dan karyawan-karyawati di SLB/G A-B Hellen Keller Yogyakarta, terima kasih atas persahabatan, bantuan dan dukungan dalam setiap proses, serta bersedia untuk direpotkan. 13. Orang tua dari adik-adik special yang telah menyediakan waktu untuk diwawancarai
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14-
Akhirnya kepada siapa saja yang tidak sempat penulis sebutkan namanya di
sini satu persatu yang teiah membantu berbagai pengalaman hidup dengan perrlis selama menjalani masa studi. Penulis menyadari, skripsi
ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itr:,
penrlis membuka diri atas segala kritik yang membangua dari
pembaca.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan umbangan pemikiran atas gagasan bagi semua pembaca.
Yogyakart4 26 Februari 2013 Penulis
MariaEka Savitri
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL................................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv MOTTO ...................................................................................................................v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................................................. vii ABSTRAK .......................................................................................................... viii ABSTRACT ............................................................................................................. ix KATA PENGANTAR .............................................................................................x DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... xviii BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................................1 A. Latar Belakang ....................................................................................................1 B. Rumusan Masalah ...............................................................................................5 C. Tujuan penulisan .................................................................................................6 D. Manfaat penulisan ...............................................................................................6 E. Metode Penulisan ................................................................................................7 F. Sistematika Penulisan ..........................................................................................8 BAB II. SPIRITUALITAS GEMBALA BAIK BAGI PENDAMPINGAN PERSONAL ..........................................................................................10 A. Spiritualitas Gembala Baik ................................................................................10 1. Pengertian Spiritualitas ................................................................................10 2. Arti Kata Gembala ........................................................................................13 3. Kehidupan Seorang Gembala Pada Jaman Yesus ........................................13 4. Gambaran Seorang Gembala Baik Berdasarkan Alkitab..............................16 a. Kitab Mazmur (Mzm 23:1-6)...................................................................17 b. Kitab Yehezkiel (Yeh 34:1-31) ................................................................18 c. Injil Yohanes (Yoh 10:1-18) ....................................................................21 5. Sifat-Sifat Seorang Gembala Baik ................................................................25
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a. Kawanan adalah pusat segalanya .............................................................25 b. Selalu siap dan hadir di tengah kawanan .................................................25 c. Mengenal kawanannya.............................................................................26 d. Dapat dipercaya .......................................................................................26 e. Seorang yang pekerja keras .....................................................................26 f. Pribadi yang melindungi dan berani ........................................................27 6. Kualitas Seorang Gembala Baik ...................................................................27 7. Fungsi Pengembalaan ...................................................................................28 a. Menyembuhkan (Healing) .......................................................................29 b. Mendukung (Sustaining)..........................................................................29 c. Membimbing (Guiding) ...........................................................................29 d. Memulihkan (Reconciling) ......................................................................29 e. Memelihara atau mengasuh (Nurturing)..................................................29 B. Inspirasi Spiritualitas Gembala Baik Bagi Pendampingan Personal .................30 1. Pengertian Pendampingan Personal ..............................................................30 2. Fungsi Pendampingan Personal ....................................................................30 a. Fungsi Pemahaman ..................................................................................31 b. Fungsi Pencegahan...................................................................................31 c. Fungsi Pemeliharaan ................................................................................32 3. Teknik-Teknik dalam Pendampingan Personal ............................................35 a. Rencana studi mandiri (Independent Study Plan) ....................................35 b. Program belajar yang berpusat pada siswa (Learned Centered Program) ..................................................................................................35 c. Belajar menurut kecepatan sendiri (Self Pacing) .....................................36 d. Pengaturan instruksi oleh siswa sendiri (Student Determined Instruction)...............................................................................................37 4. Inspirasi dari Spiritualitas Gembala Baik .....................................................37 a. Pengabdian hidup .....................................................................................37 b. Menjaga dan melindungi..........................................................................38 c. Hubungan yang akrab ..............................................................................39 d. Menyediakan segalanya ...........................................................................39 BAB III. PENELITIAN TENTANG PENDAMPINGAN PERSONAL DI SLB/G A-B HELLEN KELLER YOGYAKARTA ..............................42 xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
A. Gambaran Umum Tentang SLB/G A-B Hellen Keller Yogyakarta ...............43 1. Sejarah Singkat Berdirinya SLB/G A-B Hellen Keller Yogyakarta ............43 2. Visi, Misi dan Tujuan SLB/G A-B Hellen Keller Yogyakarta .....................45 a. Visi Sekolah .............................................................................................45 b. Misi Sekolah ............................................................................................45 c. Tujuan Sekolah ........................................................................................46 3. Gambaran Singkat SLB/G A-B Hellen Keller Yogyakarta ..........................46 a. Lingkungan Fisik .....................................................................................46 b. Fasilitas Sekolah ......................................................................................47 c. Administrasi Sekolah ...............................................................................47 d. Struktur Organisasi Sekolah ....................................................................48 4. Metode Pendampingan Personal yang Digunakan oleh Sekolah .................48 a. Kegiatan Akademik dan Non Akademik .................................................49 b. Kegiatan belajar mengajar secara akademik ...........................................50 c. Kegiatan rohani........................................................................................50 d. Kegiatan ekstrakulikuler..........................................................................50 e. Kegiatan ADL (Activity Daily Living) ....................................................50 f. Kegiatan pengembangan keterampilan siswa .........................................51 5. Program Home Visit ......................................................................................51 6. Keadaan Siswa di SLB/G A-B Hellen Keller Yogyakarta ...........................51 7. Guru yang Bekerja di SLB/G A-B Hellen Keller Yogyakarta .....................53 B. Penelitian Tentang Pendampingan Personal ...................................................54 1. Metodologi Penelitian ...................................................................................54 a. Latar Belakang Penelitian .......................................................................54 b. Fokus Penelitian .......................................................................................56 c. Tujuan Penelitian .....................................................................................56 d. Jenis Penelitian.........................................................................................56 e. Setting Penelitian .....................................................................................57 f. Responden Penelitian ...............................................................................57 g. Waktu Penelitian ......................................................................................58 h. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................58
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i. Tahap Pemeriksaan Keabsahan Data .......................................................58 j. Teknik Pembahasan Data .........................................................................59 k. Definisi Konseptual .................................................................................59 l. Definisi Operasional ................................................................................60 m. Variabel Penelitian ................................................................................61 n. Kisi-Kisi Penelitian ..................................................................................61 2. Laporan Hasil Penelitian...............................................................................62 a. Laporan Hasil Penelitian melalui Observasi Partisipatif .........................62 b. Laporan Hasil Penelitian melalui Wawancara dengan Staf Guru ...........63 c. Laporan Hasil Penelitian melalui Wawancara dengan Orang Tua Murid........................................................................................................65 3. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................................66 a. Pendampingan Personal ...........................................................................67 b. Hasil Belajar Anak ..................................................................................70 4. Kesimpulan Penelitian ..................................................................................73 BAB IV. SUMBANGAN PEMIKIRAN BAGI PARA GURU DALAM PENDAMPINGAN PERSONAL DENGAN DIINSPIRASI DARI SPIRITUALITAS GEMBALA BAIK .......................................75 A. Refleksi Pelaksanaan Pendampingan Personal di SLB/G A-B Hellen Keller Yogyakarta Berdasarkan Spiritualitas Gembala Baik ...........................76 B. Program Pendampingan Para Guru ...................................................................78 1. Latar Belakang Program Pendampingan ......................................................78 2. Alasan Pemilihan Tema Pendampingan .......................................................80 3. Rumusan Tema dan Tujuan ..........................................................................80 4. Petunjuk Pelaksanaan Program.....................................................................81 5. Matriks Program Pendampingan Bagi Para Guru di SLB/G A-B Hellen Keller Yogyakarta .............................................................................82 6. Satuan Persiapan ...........................................................................................88 BAB V. PENUTUP .............................................................................................112 A. Kesimpulan ......................................................................................................112 B. Saran ................................................................................................................113 1. Bagi Pihak Sekolah SLB/G A-B Hellen Keller Yogyakarta ......................114
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Bagi Para Guru SLB/G A-B Hellen Keller Yogyakarta .............................114 3. Bagi Orang Tua Siswa-Siswi SLB/G A-B Hellen Keller Yogyakarta .......114 DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................115 LAMPIRAN .........................................................................................................117 Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian ................................................................... (1) Lampiran 2 : Tabel Sarana dan Prasarana ...................................................... (2) Lampiran 3 : Struktur Organisasi Sekolah...................................................... (5) Lampiran 4 : Data Siswa ................................................................................ (6) Lampiran 5 : Daftar Tenaga Kependidikan .................................................... (8) Lampiran 6 : Panduan Wawancara ............................................................... (10) Lampiran 7 : Contoh Hasil Wawancara ....................................................... (12) Lampiran 8 : Cergam Perbuatan Baik .......................................................... (28) Lampiran 9 : Kumpulan Permainan .............................................................. (33) Lampiran 10 : Contoh Format PPI ................................................................ (38) Lampiran 11 : Catatan Berkala ....................................................................... (48) Lampiran 12: Foto-Foto Proses Belajar Mengajar di Sekolah ....................... (61) Lampiran 13: Video Proses Belajar Mengajar di Sekolah ............................. (65) Lampiran 14 : Jadwal Acara Rekoleksi .......................................................... (66)
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci Singkatan-singkatan Kitab Suci dalam Lembaga Alkitab Indonesia. (2000). Alkitab. LAI: Jakarta. Halaman vi. B. Singkatan Lain. PMY
: Putri Maria dan Yosef
SLB/G A-B
: Sekolah Luar Biasa Ganda Buta Tuli
Sekda Prop
: Sekretaris Daerah Propinsi
Dikpora
: Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga
DIY
: Daerah Istimewa Yogyakarta
Dll
: dan lain-lain
HKI
: Hellen Keller Indonesia
TV
: Television
PPI
: Program Pembelajaran Individual.
ABK
: Anak Berkebutuhan Khusus
PLB
: Pendidikan Luar Biasa
WC
: water closet
Bdk
: bandingkan
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Menjadi seorang guru adalah sebuah seni. Seorang guru dapat diibaratkan seorang seniman yang sedang melukis di sebuah kanvas putih dengan warna yang beraneka ragam, ada warna merah, kuning, hijau, biru, emas, hitam dan lain-lain. Setiap guru memiliki pola mengajar sendiri-sendiri (Muhammad Ali, 1987: 5). Pola mengajar ini tercermin dalam tingkah laku mereka saat melaksanakan proses belajar mengajar. Menjadi seorang guru yang baik merupakan sebuah panggilan yang melibatkan kemampuan intelektual, penguasaan akan materi, karakter yang patut untuk digugu, talenta dan kemampuan dalam berkomunikasi, serta semangat untuk melayani. Dan karakter seorang guru memegang peranan yang cukup penting. Guru hadir untuk mengabdikan diri kepada umat manusia dan dalam hal ini ialah anak (Syaiful Bahri, 2005: 1). Begitu juga dengan guru-guru yang mengabdikan dirinya untuk anak-anak berkebutuhan khusus atau difabel. Difabilitas adalah suatu bentuk kesempurnaan yang diberikan oleh Tuhan kepada sekelompok makhluknya, artinya dalam kehidupan bermasyarakat sebenarnya tidak ada istilah cacat, karena semua orang diciptakan dengan kesempurnaannya masing-masing. Oleh sebab itu, anak berkebutuhan khusus wajib mendapatkan pelayanan yang baik dalam masyarakat. Begitu pun dalam dunia pendidikan, mereka berhak mendapatkan pendidikan yang layak, sesuai dengan tujuan pendidikan dalam GBHN, bahwa “Pendidikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
pada hakikatnya adalah usaha sadar, untuk mengembangkan kepribadian yang berlangsung seumur hidup baik di sekolah maupun di luar sekolah” (Suhaeri dan Edi Purwanta, 1996: 27). Anak berkebutuhan khusus berhak mendapatkan pendidikan sesuai dengan bakat, minat serta kemampuan mereka masing-masing. Dalam konteks ini, seorang guru yang mendidik anak berkebutuhan khusus fisik, mental maupun karakteristik perilaku sosialnya, tidak sama seperti mendidik anak normal, sebab selain memerlukan suatu pendekatan yang khusus, juga memerlukan strategi yang berbeda (Mohammad Efendi, 2006: 24). Hal ini disebabkan pada kondisi anak berkebutuhan khusus yang jauh berbeda dari anak normal pada umumnya. Guru harus mengetahui apa yang menjadi kebutuhan dari masing-masing anak, permasalahan mereka, cara belajar mereka serta pendekatan yang sesuai bagi setiap anak. Diharapkan guru menghargai setiap anak, karena mereka memiliki keunikannya masing-masing. Pendidikan adalah usaha membimbing anak ke arah kedewasaan sesuai dengan tujuan pendidikan (Nasution, 1982: 123). Ada kalanya guru harus menunjukkan jalan, menyuruh anak, mengatakan kepada anak apa yang harus dilakukan dan bila perlu melarang mereka jika melakukan sesuatu yang menyimpang, namun seorang guru tidak dapat mengekang perkembangan anak, sesuai dengan bakat dan minat yang mereka miliki. Seorang guru hanya dapat mengarahkan dan membimbing mereka dalam perkembangannya masing-masing. Tetapi jika seorang guru membiarkan apa saja yang ingin dilakukan oleh anak tanpa pengawasan, juga bukan sesuatu hal yang baik karena anak-anak tidak akan memiliki ukuran atau batasan bagi kelakuan mereka. Anak-anak akan melakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
apapun yang mereka sukai tanpa memikiran hal itu baik atau tidak bagi diri mereka sendiri atau orang lain. Berkaitan dengan hal tersebut, seorang guru memiliki fungsi untuk membimbing anak-anak dan membawa mereka ke arah tujuan yang jelas. Di samping menjadi seorang guru, ia pun juga menjadi orang tua kedua dan suri teladan (model) bagi anak. Dalam membimbing dan mendampingi anak berkebutuhan khusus dibutuhkan pendekatan yang bersifat personal. Alasannya karena anak-anak tidak dapat ditangani oleh beberapa guru melainkan satu guru yang mengenal mereka dengan baik. Oleh sebab itu, dalam setiap kelas hanya berisikan 4-6 siswa (Mohammad Efendi, 2006: 24). Selain itu juga, guru dengan murid memiliki hubungan yang dekat, seperti orang tua dengan anaknya. Guru mengenal karakter, kekurangan serta kelebihan yang dimiliki masing-masing anak. Dalam konteks di atas, seorang guru dapat diibaratkan sebagai seorang gembala. Ia tak hanya sekadar mengenal nama anak-anaknya saja, namun lebih dari itu guru harus mengenal kepribadian dan latar belakang mereka dengan sangat baik. Tak hanya itu, selayaknya seorang gembala, guru bertanggung jawab penuh untuk menjaga anak-anaknya. Mereka harus memiliki kepribadian penyayang, baik, hangat, sabar, namun juga tegas, tidak otoriter, apalagi untuk menangani anak-anak berkebutuhan khusus, yang tentu saja permasalahan mereka lebih kompleks daripada anak-anak pada umumnya. Sebagai seorang guru, ia harus menjadi seorang gembala yang memiliki Spiritualitas Gembala yang Baik. Sang gembala yang mengenal dengan baik kawanannya. Seorang gembala yang baik adalah seorang gembala yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
memberikan nyawanya bagi kawanan. Memberikan nyawa berarti tidak setengahsetengah dalam mendampingi namun secara penuh dan serius. Ia yang memimpin di tengah kawanan dan tidak takut untuk berjalan sendiri serta tanpa rasa takut akan bahaya yang akan ia alami di kemudian harinya. Selain itu juga, menjadi seorang gembala pun harus mengenal Tuhan (Bapa), memiliki hubungan (relasi) yang akrab dengan Tuhan, sebab sumber kekuatan yang terbesar berasal dari doa kepada Tuhan. Setiap tindakan yang dilakukan atas dasar mengandalkan Tuhan akan mampu membuahkan sukacita yang berlimpah. Sehubungan dengan hal di atas, melalui skripsi ini penulis ingin mengetahui, mengapa para guru di SLB/G A-B Hellen Keller Yogyakarta memilih bergelut dalam bidang ini? Semangat apa yang mendasari para guru tetap memilih bergelut dalam bidang ini? Mengapa guru-guru tetap setia mendampingi anak-anak berkebutuhan khusus ini? Alasan apa yang membuat para guru tetap bertahan dalam mendampingi anak-anak? Penulis melihat bahwa guru dengan penuh cinta mengajar sekaligus membimbing mereka, meskipun secara fisik dan mental anakanak tidak mampu untuk berbuat sesuatu yang besar, paling sedikit anak-anak mampu untuk mengurus diri mereka sendiri dengan baik. Penulis pun merefleksikan bahwa menjadi seorang guru, apalagi yang khusus menangani anak berkebutuhan khusus, bukan sebuah profesi biasa, namun juga sebuah panggilan yang mulia. Jika menjadi seorang guru hanya dianggap sebagai sebuah pekerjaan biasa, maka penulis sangat meyakini para guru akan merasa bosan dan jenuh dalam mendidik anak-anak dan dengan mudahnya para guru akan mengganti profesi mereka dengan suatu profesi yang lebih menjanjikan dalam hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
materi. Namun jika suatu profesi ini dipandang sebagai sebuah panggilan yang berarti, maka meskipun mereka merasa jenuh, bosan, kesulitan dan lelah dalam menjalaninya, apalagi harus menghadapi anak berkebutuhan khusus yang tentu tidak mudah untuk dihadapi, para guru tetap menjalaninya dengan penuh sukacita dan penuh syukur. Maka dari itu berdasarkan pemaparan di atas, penulis terpanggil untuk mengambil topik ini sebagai topik dalam skripsi penulis dengan judul “Spiritualitas Gembala Baik dalam Pendampingan Personal Para Guru di Sekolah SLB/G A-B Hellen Keller Yogyakarta”. Dengan karya ilmiah ini, penulis ingin menggugah, mengetuk sekaligus menguatkan hati guru-guru yang memang secara khusus mendampingi anak berkebutuhan khusus dengan penuh semangat. Selain itu juga, bahan ini dapat menjadi bahan refleksi bagi penulis sendiri, bahwa menjadi seorang guru merupakan suatu panggilan yang mulia dan tidak dapat tergantikan. Menjadi seorang guru bukanlah suatu profesi biasa dan menjanjikan dalam hal materi, namun sebuah panggilan yang dimiliki oleh setiap pribadi, seperti sabda Yesus yang berkata, "Mari, ikutlah Aku dan kamu akan
Kujadikan penjala manusia." (Mrk 1:17)
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, penulis merumuskan pokok permasalahan sebagai berikut; 1. Apa yang dapat digali dari Spiritualitas Gembala Baik untuk pendampingan personal?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
2. Sejauh mana pendampingan personal yang dilaksanakan oleh para guru di SLB/G A-B Hellen Keller Yogyakarta dapat meningkatkan hasil belajar anakanak? 3. Bagaimana Spiritualitas Gembala Baik dapat memperkaya pendampingan personal yang dilakukan oleh para guru di SLB/G A-B Hellen Keller Yogyakarta?
C. Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah di atas, penulis menyusun beberapa tujuan penulisan skripsi ini, sebagai berikut: 1. Menggali Spiritualitas Gembala Baik untuk pendampingan personal 2. Pengaruh pendampingan personal yang dilaksanakan oleh para guru di SLB/G A-B Hellen Keller Yogyakarta terhadap hasil belajar anak-anak 3. Menemukan kekayaan Spiritualitas Gembala
Baik bagi pendampingan
personal yang dilakukan oleh para guru di SLB/G A-B Hellen Keller Yogyakarta
D. Manfaat Penulisan Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan skripsi ini mengenai “Spiritualitas Gembala Baik dalam Pendampingan Personal Para Guru di Sekolah SLB/G A-B Hellen Keller Yogyakarta”, antara lain: 1. Akademis Tulisan ini diharapkan mampu memperkaya khazanah tentang sumbangan pemikiran yang dapat diberikan dari Spiritualitas Gembala Baik bagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
pendampingan personal yang dilakukan oleh para guru di SLB/G A-B Hellen Keller.
2. Praktis Tulisan ini diharapkan dapat membantu pembaca dalam memberikan suatu pemahaman tentang pemaknaan Spiritualitas Gembala Baik dalam panggilan sebagai seorang guru, terutama guru yang mendampingi anak berkebutuhan khusus. Selain itu juga, diharapkan tulisan ini mampu untuk membantu pembaca dalam mencari dan menggali informasi untuk mengadakan penelitian serupa dan menjadi tambahan bahan kajian dalam rangka penelitian yang lebih lanjut, khususnya pada Spiritualitas Gembala Baik dalam panggilan sebagai seorang guru, terutama guru yang mendampingi anak berkebutuhan khusus.
3. Bagi penulis Menjadi bahan refleksi dan permenungan penulis sendiri, bahwa menjadi seorang guru merupakan suatu panggilan yang mulia dan tidak dapat tergantikan serta mampu mencintai sebuah profesi dengan semangat Yesus Sang Gembala Baik.
E. Metode Penelitian Memperhatikan fokus skripsi, penulis akan menggunakan metode deskriptif analitis. Metode ini berusaha untuk menggambarkan suatu masalah berdasarkan data-data, kemudian menganalisisnya dan menginterpretasikannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Sedangkan untuk memperoleh data, penulis memanfaatkan studi lapangan kualitatif dengan survei, observasi partisipatif dan wawancara, serta ada suatu sumbangan pemikiran yang dapat diberikan kepada pihak sekolah. Selain itu juga, penulis juga memanfaatkan studi pustaka dari berbagai buku dan literatur yang relevan serta mendukung bahan penelitian.
F. Sistematika Penulisan Di bawah ini, penulis akan menguraikan secara garis besar tentang sistematika yang penulis gunakan dalam skripsi ini; Pada bab I, penulis mengawali pendahuluan dengan membicarakan latar belakang penulisan dan rumusan masalah yang penulis gunakan, sehingga menemukan tujuan dan manfaat serta metode yang akan dipakai dalam penulisan skripsi ini. Sebagai akhir dari bagian ini, penulis menguraikan secara singkat tentang isi dari keseluruhan skripsi dalam sistematika penelitian. Pada bab II, penulis akan memaparkan secara jelas tentang Spiritualitas Gembala Baik, yang dimaksud dengan pendampingan personal dan inspirasi yang dapat diambil dari Spiritualitas Gembala Baik bagi pendampingan personal, Pada bab III, penulis akan menjelaskan gambaran umum tentang SLB/G A-B Hellen Keller, metodologi penelitian yang penulis gunakan, laporan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian serta kesimpulan dari penelitian. Pada bab IV, penulis akan merefleksikan hasil observasi partisipatif dan wawancara serta memberikan sumbangan pemikiran yang dapat bermanfaat. Salah satu bentuk sumbangan pemikiran yang dapat penulis berikan dalam bentuk program serial rekoleksi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Dan sebagai penutup dari skripsi ini, pada bab V, penulis akan menarik kesimpulan berdasarkan pemikiran yang telah tertuang dalam beberapa bab sebelumnya serta saran apa yang dapat penulis berikan untuk semakin berkembangnya pendampingan personal di SLB/G A-B Hellen Keller.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10 10
BAB II SPIRITUALITAS GEMBALA BAIK BAGI PENDAMPINGAN PERSONAL
Pada bab sebelumnya, penulis telah menjelaskan tentang latar belakang memilih topik ini, rumusan masalah yang digunakan, tujuan penulisan karya ilmiah, manfaat penulisan dari berbagai sudut pandang, metode penelitian yang digunakan dan sistematika penulisan. Sehubungan dengan hal di atas, bab ini akan mengulas secara rinci tentang Spiritualitas Gembala Baik. Spiritualitas Gembala Baik menggambarkan bagaimana seorang gembala yang menyerahkan seluruh hidupnya bagi kawanan domba miliknya. Bagi seorang gembala, kawanan miliknya adalah bagian dari dirinya sendiri dan ia adalah bagian dari kawanannya. Ia memiliki hubungan yang akrab dengan kawanannya dan kawanannya mengenal suaranya. Ia selalu mencukupi segala kebutuhan dari kawanannya. Bagi seorang gembala, kebahagiaan dan kesejahteraan kawanannya merupakan prioritas utamanya. Hal di atas akan diuraikan lebih jelas pada bab dua ini. Bab ini terdiri dari dua bagian, yaitu Spiritualitas Gembala Baik dan inspirasi yang dapat diambil dari Spiritualitas Gembala Baik bagi pendampingan personal. Secara lengkap hal-hal di atas akan diuraikan dalam penjelasan sebagai berikut;
A. Spiritualitas Gembala Baik 1. Pengertian Spiritualitas Spiritualitas berasal dari bahasa Latin yaitu spiritus yang berarti roh, jiwa dan semangat, yang dalam bahasa Indonesia dikenal kata spiritualitas (Hardjana,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
2005: 64). Dalam bahasa Latin, kata spiritualitas merupakan sebuah kata benda abstrak, dihubungkan dengan dua kata sifat lain spiritus dan spiritualis (Yan Olla, 2010: 19). Spiritualitas sebagai konsep, telah digunakan oleh Paulus (Yan Olla, 2010: 18), terutama dalam pengajaran-pengajaran Paulus. Dalam refleksinya, Paulus lebih banyak menggunakan istilah roh untuk menerangkan tentang spiritualitas. Dalam pemikiran Paulus, roh sering disejajarkan dengan Roh Allah (bdk 2Kor 3;17) dan kesatuan manusia dengan diri Yesus sendiri (1Kor 6:17). Dalam prespektif Paulus, spiritualitas adalah hidup setiap orang Kristiani yang bertumbuh dan diharapkan menjadi matang secara antropologis-psikologis menurut irama dan dorongan misteri rahmat Allah (Yan Olla, 2010: 20). Spiritualitas yang bersifat rohani sering dilawankan dengan materialitas yang bersifat tubuh atau duniawi. Spiritualitas kerap kali dikaitkan dengan usaha orang atau kelompok tertentu untuk mencari dan mencapai kesempurnaan hidup (Heryatno, 2008b: 95). Selain itu juga, spiritualitas dapat diartikan sebagai cara hidup yang lebih saleh dan berbakti kepada Allah (Agus Hardjana, 2005: 64). Berdasarkan hal di atas, penulis menyimpulkan bahwa spiritualitas adalah hidup yang didasarkan pada pengaruh dan bimbingan Roh Allah. Dengan spiritualitas, manusia bermaksud membuat diri dan hidupnya dibentuk sesuai dengan semangat dan cita-cita Allah. Karena segala hal yang berhubungan dengan spiritualitas tidak jauh dari realitas hidup umat dan relasinya dengan Allah. Selain itu juga, ada empat kelompok yang memberikan arti kata spiritualitas secara beda meskipun sesungguhnya saling berkaitan (Heryatno, 2008b: 94).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Kelompok pertama berpendapat bahwa spiritualitas berkaitan erat dengan hidup doa seseorang dan memberikan tempat pada latihan rohani seperti doa, meditasi kontemplasi dan segala praktek devosi (Heryatno, 2008b: 94). Kelompok kedua berpendapat bahwa spiritualitas berkaitan erat dengan tindakan orang yang sungguh menghayati imannya di dalam pergulatan hidup sehari-hari (Heryatno, 2008b: 94). Sedangkan kelompok ketiga berpendapat spiritualitas berhubungan dengan seluruh pengalaman hidup manusia. Kelompok ini mengatakan bahwa orang berspiritualitas adalah orang yang mampu membangun segala daya kehidupan di dalam kesatuan dan keharmonian sehingga hidup menjadi lebih bermakna (Heryatno, 2008b: 94). Dan kelompok keempat mengatakan bahwa orang yang sungguh hidup di dalam roh atau menghayati spiritualitas Kristiani tidak akan pernah mengabaikan dimensi sosial politik (Heryatno, 2008b:94). Bagi mereka segala perjuangan demi keadilan dan perdamaian merupakan salah satu bagian yang integral dari spiritualitas. Inti dari keempat pandangan tersebut jika disatukan akan mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Namun jika keempat pandangan tersebut diartikan secara terpisah, maka arti spiritualitas akan berkesan berat sebelah. Oleh sebab itu, pandangan dari keempat kelompok tersebut tidak dapat dipisahkan dan dapat dikatakan bahwa arti kata spiritualitas dapat ditemukan di tengah-tengah hidup orang beriman (Heryatno, 2008b: 93).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
2.
Arti Kata Gembala Berdasarkan Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, kata gembala, dalam bahasa
Ibrani dengan bentuk partisipium ialah ro’eh, sedangkan dalam bahasa Yunani ialah poimên (1995:330). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:350), gembala adalah penjaga atau pemelihara binatang (ternak); penjaga keselamatan orang banyak (dalam pemahaman kaum Nasrani). Sedangkan Kamus Alkitab yang ditulis oleh Herbert Haag (1989: 133-134) mengatakan bahwa gembala dijadikan lambang untuk seorang penguasa karena kesetiaan dan pemeliharaannya terhadap binatangnya. Gembala adalah orang-orang yang menuntun orang-orang yang diserahkan kepadanya menuju pada kebebasan batin (Vanier, 2009: 254). Kebebasan batin ialah kemerdekaan untuk menentukan pilihan yang baik, mengambil inisiatif dan berkembang semakin matang serta mampu untuk mengasihi orang lain. Jadi dapat diartikan, bahwa gembala merupakan seseorang yang mengemban tanggung jawab untuk membimbing dan menjaga kawanannya, entah secara metaforis ataupun secara konkret.
3.
Kehidupan Seorang Gembala Pada Jaman Yesus Seorang gembala hidup di alam bebas dan luas berkolong langit, berselimut
perdu, hidup dalam perjuangan, sekaligus di tengah kekeringan padang rumput. Mereka adalah orang-orang alam, yang dekat dengan Pencipta alam semesta (St.Darmawijaya, 1987: 122). Tetapi banyak orang yang tidak menyukai mereka, karena pekerjaan kasar mereka, tidak mengindahkan sopan santun, tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
mengindahkan peraturan dalam masyarakat, misalnya mereka tidak mencuci tangannya terlebih dahulu sebelum makan. Alasannya karena pada zaman Yesus, mencuci tangan merupakan salah satu ritual yang wajib dilakukan seseorang sebelum makan dan dimaksudkan untuk menghilangkan kenajisan. Namun bukan hal itu yang ditekankan pada pribadi seorang gembala, tetapi sifat-sifat dari gembala itu sendiri. Seorang gembala yang baik tentu memiliki sifat sebagai seorang pekerja keras, jujur, rela berkorban, gigih, pemberani, sabar dan dapat dipercaya. Seorang gembala berpakaian bulu domba dengan kain-kain pemanas di dalamnya (St.Darmawijaya, 1987: 122). Perlengkapan seorang gembala itu sangat sederhana yang terdiri dari sebuah tas dari kulit binatang untuk membawa roti, buah-buahan kering, zaitun dan keju (St.Darmawijaya, 1987: 120). Seorang gembala selalu membawa gada atau tongkat pemukul. Alat ini biasanya digunakan untuk melindungi kawanan dan dirinya sendiri dari bahaya anjing hutan, puma, singa dan binatang buas lainnya. Selain itu, alat ini digunakan juga untuk mendisplinkan kawanannyayang bersikeras mengambil jalannya sendiri atau bertengkar satu sama lain. Tanah Palestina, terutama di dekat Betlehem, merupakan daerah dengan tanah tandus yang kering, kecoklat-coklatan dan gersang (Keller, 2001: 48). Daerah ini merupakan daerah yang cukup baik untuk kawanan domba, karena pada saat musim panas domba-domba akan terbebas dari lalat dan parasit yang menggangu mereka. Oleh sebab itu, banyak peternakan domba yang berhasil di daerah yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
semi gersang, tetapi di daerah ini jarang sekali ditemukan padang rumput yang hijau. Padang rumput yang hijau merupakan tempat yang baik untuk domba-domba dan tumbuh secara alami. Dengan padang rumput yang hijau dan subur, segala kebutuhan yang diperlukan oleh kawanan domba akan terpenuhi dengan baik. Tetapi seorang gembala tidak hanya mengandalkan satu padang rumput saja, mereka selalu mencari padang rumput yang baru dan segar untuk menjaga kebutuhan domba-kawanannya. Secara berkala, kawanan domba harus digiring dari padang satu ke padang rumput yang lain. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari habisnya rumput di satu tempat, rusaknya kesuburan tanah dan mencegah domba-domba terjangkit parasit atau penyakit (Keller, 2001: 77). Oleh sebab itu dibutuhkan keterampilan, kecermatan dan pengalaman dari seorang gembala dalam mencari padang rumput bagi kawanannya. Kebiasaan
para
gembala
menggembalakan
kawanannya
ditentukan
berdasarkan pembagian musim selama satu tahun, sama seperti yang dikatakan oleh Keller (2004: 88); Di Palestina maupun di negara barat, kebiasaan gembala disesuaikan dengan pembagian musim dalam satu tahun. Kebanyakan gembala yang efisien berusaha membawa kawanan kawanannya ke padang rumput musim panas yang jauh letaknya, yang berarti mereka harus berjalan jauh. Kawanan domba bergerak lambat sambil menikmati rerumputan menuju ke pegunungan yang saljunya kian mencair. Di penghujung musim panas, mereka telah berada di padang rumput pegunungan tinggi nun jauh di sana. Menjelang musim gugur, salju yang datang terlalu dini bertaburan di lereng pegunungan, memaksa kawanan domba turun ke lereng yang lebih rendah. Akhirnya, menjelang akhir tahun, sesudah musim gugur berlalu, kawanan domba itu digiring pulang ke peternakan di gembala. Di situlah mereka melewati musim dingin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat dikatakan bahwa kebiasaan seorang gembala dalam menggembalakan domba sangat ditentukan dari kecermatan dirinya dalam mengatur kebutuhan makanan kawanan berdasarkan musim yang berlangsung. Seorang gembala yang cermat akan memperhatikan pergantian musim. Pada musim semi, ia akan diam di ladang miliknya sendiri, tetapi jika mulai memasuki musim panas, seorang gembala akan membawa kawanannya berjalan ke arah padang rumput di gunung yang tinggi. Hal ini dimaksud agar tetap menjaga kebutuhan makanan bagi kawanan dan memberikan waktu bagi padang rumput miliknya berkembang kembali untuk persediaan di musim dingin ke depan. Selama perjalanan menuju padang rumput di gunung yang tinggi, para kawanan dapat menikmati rumput yang tersedia di sepanjang jalan dan meminum air hasil salju yang mencair dari gunung, serta mereka akan berjalan dengan tidak tergesa-gesa. Begitu menjelang musim gugur, kawanan akan terpaksa turun karena suhu yang mulai menurun dan badai salju. Akhirnya ketika memasuki musim dingin, kawanan telah sampai di ladang mereka sendiri dan mereka akan melewati musim dingin dengan rumput yang telah tersedia.
4. Gambaran Seorang Gembala Baik Berdasarkan Alkitab Dalam Alkitab ada beberapa perikop yang menggambarkan tentang bagaimana seorang gembala yang baik itu, seperti Surat kepada Orang Ibrani (Ibr 13:20) atau Surat Pertama Rasul Petrus (1 Ptr 2:25; 1 Ptr 5:2-5). Namun yang secara jelas membahas tentang Gembala yang baik ialah Kitab Mazmur (Mzm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
23:1-6), Kitab Yehezkiel (Yeh 34: 1-31) dan Injil Yohanes (Yoh 10:1-18). Di bawah ini, penulis menjelaskan gambaran Gembala yang baik berdasarkan: a. Kitab Mazmur (Mzm 23:1-6) Mazmur ini merupakan sebuah Mazmur yang paling disukai dalam Kitab Mazmur, sejalan dengan yang disampaikan oleh Towns (2002: 7), yang mengatakan Mazmur 23 jelas merupakan salah satu bagian Alkitab yang paling disenangi karena bagian tersebut telah melekat dalam hati dan pikiran kita. Kita sering mendengarnya dibacakan di saat pemakaman, baptisan dan pelayananpelayanan keagamaan lainnya. Banyak orang bisa mengucapkannya kata demi kata, sementara banyak yang lain (di dalam dan di luar Gereja) yang tidak menghafalkannya tetapi mengenalinya ketika mereka mendengarnya. Mazmur ini berisi tentang ungkapan kepercayaan pemazmur sebagai domba yang digembalakan oleh gembala yang baik. Pada perikop ini, pemazmur menggambarkan Tuhan (Yahwe) sebagai seorang gembala, sebutan yang sangat lazim digunakan bagi dewa atau raja di dunia Timur Kuno terutama oleh bangsa Yahudi (Bergant dan Karris, 2002: 434). Sebutan ini mengungkapkan perhatian dan pimpinan Tuhan (Yahwe) kepada umat Israel saat lepas dari perbudakan di Mesir, serta perlindungan selama 40 tahun di padang gurun. Selama 40 tahun, walaupun harus mengembara di padang gurun, bangsa Israel tidak merasakan kelaparan maupun kehausan karena Tuhan (Yahwe) telah menyediakan semuanya. Bagi pemazmur, di dalam Allah hidupnya menjadi terjamin, sejahtera, selamat dan tidak kekurangan sesuatupun, bahkan sampai pada soal makanan dan minuman (Heryatno, 2008a: 120). Tuhan yang sangat setia dan penuh dengan kasih akan memenuhi segala yang dibutuhkan oleh domba-Nya. Pemazmur merasa sangat yakin akan pimpinan ilahi sebagai gembala, meskipun harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
melalui perjalanan yang sulit (lembah kekelaman) karena ia dalam lindungan Tuhan (Mzm 23:4a). Tongkat dan gada Sang Gembala selalu teracung untuk melindungi kawanannya (Mzm 23:4b). Tongkat dan gada merupakan lambang dari kekuatan Allah sendiri yang mampu memberikan sebuah kepastian dan penghiburan bagi kawanannya dalam masa sulit. Bagi pemazmur, Tuhan (Yahwe) sebagai gembala adalah segalanya. Ia adalah pelindungnya, pemeliharanya, tuannya, damai sejahteranya, penyembuhnya, kebenarannya, hadirat ilahi, pahlawannya, pembela, penghibur dan kekekalannya. Tanpa sang gembala maka domba akan kehilangan segalanya. Pendek kata, kesejahteraan kawanan domba bergantung sepenuhnya kepada pemilik yang memeliharanya (Keller, 2004: 29).
b. Kitab Yehezkiel (Yeh 34:1-31) Dalam perikop ini, pembahasan tentang seorang gembala dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu; pengantar (Yeh 34:1-2), peringatan kepada gembala yang lalai (Yeh 34:7-10), Allah digambarkan sebagai gembala yang baik (Yeh 34:1116), Allah sebagai Hakim yang adil atas domba-domba (Yeh 34:17-21), gambaran pemenuhan janji Allah (Yeh 34:22-29) dan penutup sebagai penegasan atas kekuasaan Allah sebagai penguasa Israel (Yeh 34:30-31). Bagian pertama (Yeh 34:1-2), yaitu pengantar menceritakan tentang Allah (Yahwe) yang bersabda kepada Nabi Yehezkiel untuk mengatakan pada para gembala masa lalu yang telah gagal dalam memikul tanggung jawab atas kawanan-Nya (Bergant dan Karris, 2002: 607). Para gembala masa lalu dalam hal ini adalah para pemimpin bangsa Yahudi yang telah berkhianat dari Yahwe.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Berkhianat dalam hal ini berarti penyembahan kepada berhala saat mereka berada di pembuangan Babel (Bergant dan Karris, 2002: 595). Allah (Yahwe) memerintahkan Nabi Yehezkiel untuk menceritakan tentang apa saja yang dilakukan oleh para gembala masa lalu (Yeh 34:2-4) dan apa yang saja yang terjadi pada kawanan domba gembalaannya (Yeh 34:5-6). Selain itu juga, Allah (Yahwe) memerintah Nabi Yehezkiel untuk memberitahu akhir dari gembalagembala tersebut karena mereka telah gagal memikul tanggung jawab mereka atas kawanan-Nya. Bagian kedua adalah teguran Allah kepada para gembala yang lalai (Yeh 34:7-10). Allah menegur mereka yang telah gagal menggembalakan kawanannya dan akan mengambil alih tugas kegembalaannya. Alasan mengapa Allah mengambil alih tugas tersebut karena domba milik-Nya menjadi mangsa dan makanan binatang di hutan serta para gembala menggembalakan dirinya sendiri (Yeh 34:8-9). Padahal tugas utama para gembala adalah menggembalakan kawanan domba milik-Nya. Oleh sebab itu, Tuhan (Yahwe) menegur mereka dengan menyebutkan semua kesalahan para gembala melalui Nabi Yehezkiel. Bagian ketiga berisi tentang gambaran Allah sebagai Gembala Baik (Yeh 34:11-16). Gembala yang baik selalu memperhatikan kawanan-Nya (Yeh 34:11), mencari yang hilang (Yeh 34:12a), membawa mereka keluar dari kegelapan (Yeh 34:12b), mengumpulkan mereka dari segala penjuru negeri dan mengembalikan ke tanah airnya (Yeh 34:13), serta memberikan segala yang terbaik bagi kawananNya (Yeh 34:14). Ia akan menggembalakan mereka sebagaimana seharusnya mereka digembalakan (Yeh 34:16). Di bagian yang menjadi inti dari perikop ini,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
bagian yang menggambarkan bagaimana gambaran seorang gembala baik yang pantas dan sesuai untuk melayani dan membimbing umat Allah sendiri. Bagian keempat berisi tentang Allah sebagai hakim atas kawanan domba-Nya (Yeh 34:17-21). Pada awalnya, Allah menyapa kawanan domba-Nya dengan mengatakan bahwa Ia akan menjadi hakim atas mereka. Ia akan menjadi hakim antara domba dengan domba dan domba dengan kambing (Yeh 34:17). Allah sendiri yang akan membuka penghakiman terhadap domba-domba yang menyalahgunakan
kekuasaan
mereka
dengan
mengatakan
bahwa
yang
mementingkan dirinya sendiri akan dihukum dan Allah sendiri yang akan menghakimi mereka (Yeh 34:19;22). Bagian kelima berisi tentang gambaran akan pemenuhan janji Allah (Yeh 34:23-29). Ia akan menjadi pemimpin atas kawanan-Nya namun juga mengangkat seseorang yang menjadi wakil atasnya. Orang tersebut adalah keturunan Daud sendiri, gembala manusia dan seorang Mesias dari keturunan Daud. Dalam pemerintahan Mesias tersebut, digambarkan bagaimana suasana negeri yang dipimpin oleh orang tersebut. Suasana negeri yang tenteram, damai dan bebas dari segala bahaya. Setiap orang dapat hidup dengan tenang dan berdampingan satu dengan yang lainnya. Allah akan memberikan berkat dan kelimpahan yang besar atas umat-Nya serta Allah menjanjikan sebuah negeri bagi umat-Nya. Kemudian perikop ini ditutup dengan penegasan bahwa Allah, Yahwe, akan selalu menyertai mereka karena mereka adalah umat-Nya (Yeh 34:30). Ia menegaskan bahwa Israel adalah kawanan domba milik-Nya dan Ia adalah Allah mereka (Yeh 34:31).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
c. Injil Yohanes (Yoh 10:1-18) Dalam perikop ini, yang menjadi penekanan ialah gambaran gembala yang baik ada dalam pribadi Yesus sendiri. Yesus digambarkan sebagai Sang Gembala Baik yang memberikan nyawa-Nya, mengenal kawanan-Nya serta mau merangkul domba yang tersesat. Di bawah ini, penulis memberikan penjelasan tentang gambaran Yesus sebagai Sang Gembala Baik menurut injil Yohanes 1) Yesus selalu memimpin di depan kawanan dan kawanan mengikuti Dia (Yoh 10:4) Seorang gembala yang baik selalu berjalan di depan kawanannya dan menuntun mereka ke padang rumput dan sumber air yang segar (D‟Souza, 2007: 31). Di Palestina, gembala tidak menggiring domba dari belakang. Gembala berjalan
di
depan,
sedang
domba-domba
mengikutinya
dari
belakang
(St.Darmawijaya, 1987: 122). Biasanya seorang gembala memanggil kawanannya dengan siulan tertentu atau seruan khusus dan dengan sendirinya kawanan domba mengikuti suara atau siulan tersebut. Kawanan domba sangat mengenal suara gembalanya dan jika ada domba yang kurang memperhatikan, acungan tongkat gembala akan menyadarkan domba tersebut. Begitu pun gambaran seorang gembala dalam diri Yesus, Ia selalu berjalan di depan kawanan dan kawanan selalu mengikuti diri-Nya. Yesus tidak menuntun kawanan-Nya dari belakang namun ia selalu berjalan di depan kawanan untuk menunjukkan jalan yang benar. Yesus selalu mengingatkan kawanan-Nya, ketika kawanan melupakan diri-Nya. Ketika diri-Nya memanggil, kawanan-Nya tahu kalau itu adalah suara milik-Nya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
2) Yesus adalah pintu dan orang yang tidak masuk melewati Dia adalah pencuri (Yoh 10:7-8) Hal ini tidak dapat diartikan secara harafiah sebagai sebuah pintu, namun sebagai batas antara luar kandang dengan dalam kandang. Karena pada jaman Yesus, tidak ada sebuah pintu yang membatasi antara dalam kandang dengan luar kandang dan bentuk kandang domba hanya sebuah ladang luas yang dipagari dengan batu yang dibuat oleh gembala sendiri atau berada dalam gua-gua yang ada di tengah padang gurun. Biasanya seorang gembala selalu berjaga dan tidur di depan kandang untuk menjaga kawanannya, sehingga domba aman dari para pencuri atau binatang liar. Oleh sebab itu, dapat digambarkan bahwa Yesus sebagai batas (pintu) antara bagian luar dengan dalam dan bagi yang tidak masuk melewati dirinya (pintu) adalah seorang pencuri. Hal ini pun, memberikan rasa aman dan tenang bagi kawanan domba, karena sang gembala selalu berjaga di dekat mereka.
3) Yesus adalah pintu dan orang yang melewati Dia sampai pada keselamatan Allah (Yoh 10:9) Biasanya pada masa dahulu, jika domba-domba ingin masuk atau keluar ke kandang, mereka harus melewati gembala yang telah bersiap dengan gada atau tongkat di depan pintu, untuk menghitung apakah kawanannya telah terkumpul semua atau belum. Dari pernyataan inilah, diartikan bahwa siapa yang melewati Yesus
(pintu)
akan
mendapatkan
keselamatan
(kandang)
dan
yang
mendapatkannya tentu saja adalah kawanan domba-Nya (umat-Nya). Selain itu juga, biasanya seorang gembala selalu membukakan pintu bagi kawanannya saat akan masuk ke padang rumput yang baru. Jika hal itu terjadi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
kawanan domba akan segera berdiri dan berlari berdesakan menuju ke pintu, karena mereka tahu bahwa mereka akan dibawa kepada padang rumput yang lebih segar, subur dan menenteramkan mereka. Pada saat itu, perasaan bahagia luar biasa akan dirasakan oleh seluruh anggota kawanan. Perasaan di mana mereka selalu merasa bahagia saat bersama sang gembala.
4) Yesus rela memberikan nyawa bagi kawanan-Nya (Yoh 10:11) Sebagai seorang gembala, Yesus rela memberikan nyawa bagi kawanan-Nya. Ia memberikan diri-Nya dengan benar-benar total, karena domba-domba (pengikut-Nya) hanya percaya kepada-Nya saja. Bagi domba, sang gembala adalah pemimpin yang dapat memberikan kebahagian dan kesejahteraan sejati. Bukti nyata atas totalitas Yesus dalam mencintai pengikut-Nya (domba) ditunjukkan dengan kematian-Nya di kayu salib dan kebangkitan-Nya, serta selalu menyertai mereka hingga akhir jaman.
5) Yesus mengenal dan dikenal kawanan-Nya (Yoh 10: 14) Maksudnya ialah seorang gembala mengenal siapa yang dia gembalakan dan dikenal oleh mereka yang dia gembalai. Hubungan antara gembala dengan kawanan, bahkan dengan setiap domba, amat akrab. Mereka mengenal satu per satu, bahkan sering memberi nama pada mereka (St.Darmawijaya, 1987: 122). Gembala mengenal bagaimana pribadi dari domba gembalaannya, kekurangan yang dimiliknya, kelebihan yang ada padanya dan bagaimana cara mendekatinya. Seorang gembala tahu akan hal ini dan inilah yang menjadi inti kedekatannya dengan domba milikinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Begitu juga dengan domba, mengenal suara pemiliknya, bukan berarti hanya sekedar tahu, tetapi memiliki hubungan yang akrab dan dekat dengan pemiliknya. Mereka tidak akan pernah jauh dari gembalanya dan selalu berada di samping gembalanya. Jika gembala miliknya memanggil dirinya, ia akan segera meloncat dan berlari ke arah suara tersebut. Domba memang binatang yang bodoh dan mudah tersesat tetapi mereka mempunyai sebuah kelebihan yaitu mampu mengenali suara dari gembalanya. Biasanya domba-domba dewasalah yang mampu mengenali suara gembalanya dengan baik. Sedangkan domba-domba yang belum dewasa kurang mampu mengenali suara gembalanya dengan baik. Anakanak domba yang masih muda mengikuti domba yang telah dewasa untuk bisa mengenali suara gembala mereka. Ketika gembala memanggil maka dombadomba yang dewasa akan mengenali suara tersebut, lalu domba-domba yang lebih muda akan mengikuti mereka. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa mengenali suara bukan berarti hanya sekedar mengenal saja, namun mengenal keseluruhan pribadi dari setiap anggota serta mengasihinya.
6) Yesus mengenal dan dikenal oleh Bapa (Yoh 10:15) Seorang gembala pun harus mengenal Tuhan (Bapa), mempunyai hubungan yang erat dan akrab dengan Tuhan. Sebab sumber kekuatan seorang gembala adalah kepercayaan dan doa kepada Tuhan. Segala tindakan yang dilakukan oleh sang gembala harus mengandalkan Tuhan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
7) Yesus mau menerima domba-domba yang tersesat menjadi satu kawanan (Yoh 10:16) Sebagai seorang gembala, ia harus terbuka dan mau menerima domba-domba yang tersesat dan menjadikannya satu kawanan dengan miliknya. Ia tidak boleh menelantarkan domba lain yang tersesat, namun ia harus merangkul, menggendong dan menjadikan domba tersebut milik kepunyaannya sendiri.
5. Sifat-Sifat Seorang Gembala Baik Seorang gembala yang baik memiliki banyak sifat yang baik dan dapat ditiru oleh setiap orang. Sifat-sifat itu, antara lain; a. Kawanan adalah pusat segalanya Bagi seorang gembala yang baik, kawanan merupakan segalanya baginya. Mereka adalah fokus dari keberhasilan dirinya dalam mengelola sebuah peternakan. Segala pikiran dan hidupnya hanya dipenuhi dengan domba gembalaannya. Ketika kawanannya menghadapi berbagai bahaya dalam perjalanan, ketika mereka bertambah kuat, gembala dengan setia menunaikan tugasnya (D‟Souza, 2007: 28).
b. Selalu siap dan hadir di tengah kawanan Gembala selalu bersama kawanannya dan senantiasa siap apabila mereka membutuhkan dirinya (D‟Souza, 2007: 30). Ia membimbing kawanan dengan sabar dan dengan kehadiran dirinya kawanan merasa tenang, meskipun kawanan harus melewati lembah kekelaman, di mana setiap saat bahaya mengintai mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Namun dengan sosok gembala yang hadir dan selalu siap melindungi mereka, kawanan akan merasa tenang.
c. Mengenal kawanannya Gembala mengetahui nama setiap kawanannya dan secara pribadi memanggil masing-masing dengan namanya (D‟Souza, 2007: 29). Ia memanggil kawanannya dengan kekhasan yang masing-masing anggota miliki. Ia mengetahui segala kekurangan dan kelebihan yang dimiliki mereka, namun ia tetap mencintai mereka dengan penuh. Ia tidak membeda-bedakan mereka, namun mencintai mereka dengan cara yang sama dan kasih yang sama besar. Bagi seorang gembala, kawanan merupakan subyek, bukan obyek.
d. Dapat dipercaya. Sang tuan akan merasa aman menyerahkan ternaknya kepada seorang gembala yang jujur, tekun dan pekerja keras, bukan karena pendidikannya yang tinggi atau pengalamannya yang banyak. Selain tuan yang percaya kepada gembala, kawanan pun akan sangat percaya kepada seorang gembala yang mampu dipercaya. Mereka akan mengikuti seorang gembala yang dapat mereka percaya.
e. Seorang yang pekerja keras Gembala yang baik akan mencarikan rumput terbaik, padang rumput yang subur dan sungai yang tenang bagi kawanan gembalanya. Gunung tinggi nan terjal tidak akan menjadi halangan baginya untuk mendapatkan rumput dan air yang segar bagi domba gembalaannya. Tetapi seorang gembala yang malas dan egois,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
sering memotong jatah makanan ternaknya, menyuruh ternaknya mencari makanan sendiri serta meninggalkan mereka sendirian saat ada bahaya datang.
f. Pribadi yang melindungi dan berani Gembala yang baik akan menjaga kawanannya dari kemungkinan gangguan yang mengancam, entah itu singa, serigala atau beruang. Upaya memberikan perlindungan dan rasa aman pada ternak menjadi tanggung jawab yang besar. Penggembala akan menghalau segala kemungkinan serangan yang mengancam keselamatan ternaknya walaupun itu harus mengorbankan nyawanya sendiri. Ia berani mengorbankan nyawa menghadapi bahaya apapun yang menyerang, asalkan kawanannya selamat. Biasanya saat seorang gembala menggembalakan kawanannya, ia selalu membawa tongkat atau gada untuk melindungi kawanan dan dirinya sendiri. Selain itu juga, seorang gembala yang baik akan menghalau dan mencegah ternaknya melakukan kesalahan, tidak membiarkan ternaknya berbuat salah, contohnya ketika ternaknya mendekati pagar tanaman segera penggembala menghalaunya. Jika ada rumput beracun, sang gembala segera mencabutnya atau saat salah satu kawanannya hilang, ia akan segera mencari dan berusaha menemukannya.
6. Kualitas Seorang Gembala Baik Menurut Vanier (2009: 255) untuk menjadi seorang gembala yang baik orang tidak harus sempurna karena tidak ada yang sempurna. Menjadi seorang gembala yang baik, berarti menjadi seorang yang rendah hati, terbuka, mampu mengakui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
kesalahannya dan mengenal setiap kekurangan yang ia miliki, serta mampu untuk meminta maaf jika memiliki kesalahan. Selain itu juga, seorang gembala diharapkan dapat menjadi seorang pemimpin yang baik karena kawanan domba sangat mengandalkan dirinya. Ia harus menjadi seorang pribadi yang kuat, tekun, pekerja keras dan selalu sabar dalam membimbing domba-kawanannya. Kepercayaan dari kawanannya merupakan dasar dari segala penggembalaan (Vanier, 2009: 254). Kepercayaan dapat dimiliki seorang gembala jika ia mampu untuk menjadi pemimpin yang baik. Bagi Vanier, menjadi seorang gembala yang baik adalah berani keluar dari kungkungan egoisme agar dapat memberikan perhatian kepada kawanannya, menyatakan kepada mereka keindahan dan arti mereka, serta membantu mereka untuk berkembang dan menjadi hidup sepenuhnya (Vanier, 2009: 257).
7. Fungsi Penggembalaan Dalam mendampingi domba-kawanannya, tentu seorang gembala melalui proses pengembalaan yang tidak mudah dan lama. Ia harus memahami, mengerti, menyembuhkan serta mendorong kawanannya untuk tetap maju. Proses penggembalaan ini pun memiliki fungsi yang cukup penting, seperti yang dikutip oleh Howard Clinebeel dari William A. Clebsch dan Charles R. Jaekle dalam ringkasan sumber-sumber dari Sejarah Gereja (2002: 53-54), mengungkapkan bahwa ada lima fungsi penggembalaan:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
a. Menyembuhkan (Healing) Adalah suatu fungsi penggembalaan yang terarah untuk mengatasi kerusakan yang dialami orang dengan memperbaiki orang itu menuju keutuhan dan membimbingnya ke arah kemajuan di luar kondisinya terdahulu. b. Mendukung (Sustaining) Adalah suatu fungsi di mana menolong orang yang sakit (terluka) agar dapat bertahan dan mengatasi suatu kejadian yang terjadi pada waktu yang lampau, di mana perbaikan atau penyembuhan atas penyakitnya tidak mungkin lagi diusahakan atas kemungkinannya sangat tipis sehingga tidak mungkin lagi diharapkan. c. Membimbing (Guiding) Adalah suatu fungsi di mana dapat membantu orang yang berada dalam kebingunan dalam mengambil pilihan yang pasti (meyakinkan di antara berbagai pikiran dan tindakan alternatif atau pilihan), pilihan yang dipandang mempengaruhi keadaan jiwa mereka sekarang dan pada waktu yang akan datang. d. Memulihkan (Reconciling) Adalah suatu fungsi di mana adanya usaha untuk membangun hubungan yang rusak kembali di antara manusia dan sesamanya dan di antara manusia dengan Allah. e. Memelihara atau mengasuh (Nurturing) Fungsi ini merupakan suatu sifat yang mendasar dan motif yang tetap ada dalam sejarah Gereja. Fungsi ini merupakan suatu fungsi yang memampukan orang untuk mengembangkan potensi-potensi yang diberikan Allah kepada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
mereka, di sepanjang perjalanan mereka dengan segala lembah-lembah, puncakpuncak dan dataran-datarannya.
B. Inspirasi Spiritualitas Gembala Baik Bagi Pendampingan Personal Sebelum mengulas lebih dalam tentang inspirasi apa saja yang dapat diambil dari Spiritualitas Gembala Baik bagi pendampingan personal, terlebih dahulu, penulis akan mengulas tentang pendampingan personal itu sendiri. Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada uraian di bawah ini;
1. Pengertian Pendampingan Personal Berdasarkan kamus Besar Bahasa Indonesia, pendampingan (2005: 234) adalah proses, cara, perbuatan mendampingi, sedangkan personal (2005: 863) adalah bersifat pribadi atau perseorangan. Dari kedua hal ini, penulis menarik kesimpulan bahwa pendampingan personal adalah proses, cara atau perbuatan seseorang mendampingi orang lain secara pribadi.
2. Fungsi Pendampingan Personal Dalam mendampingi tentu setiap guru harus melalui proses yang panjang, namun setiap proses yang dilalui memiliki tujuan yang jelas, yaitu semakin berkembangnya dan menjadi lebih baik dari sebelumnya. Setiap proses pendampingan diciptakan untuk memberikan dampak positif serta memperlancar berjalannya proses pendampingan, terutama untuk proses pendampingan personal. Hal ini tentu sejalan dengan pendapat dari Prayitno dan Erman Amti (2004: 196) yang mengatakan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Dalam kelangsungan perkembangan dan kehidupan manusia, berbagai pelayanan diciptakan dan diselenggarakan. Masing-masing pelayanan itu berguna dan memberikan manfaat untuk memperlancar dan memberikan dampak positif sebesar-besanya terhadap kelangsungan perkembangan dan kehidupan itu, khususnya dalam bidang tertentu yang menjadi fokus pelayanan yang dimaksud. Sejalan dengan hal tersebut, pendampingan personal memiliki berbagai macam fungsi dalam dunia pendidikan ditinjau dari kegunaan, manfaat atau keuntungan yang diperoleh, antara lain: a. Fungsi Pemahaman Fungsi pemahaman dalam pendampingan personal, tidak hanya sekadar mengenal diri siswa, melainkan lebih jauh lagi, yaitu pemahaman yang menyangkut latar belakang pribadi siswa, kekuatan dan kelemahannya, serta kondisi lingkungan siswa sendiri (Prayitno dan Erman Amti, 2004: 197). Pemahaman guru tentang siswa akan menjadi bahan acuan baginya dan pihak lain, terutama orang tua, untuk memahami siswa lebih baik. Tanpa pemahaman terhadap masalah, penanganan terhadap masalah itu tidak mungkin dilakukan. Oleh sebab itu, fungsi pemahaman menjadi tugas yang paling awal dalam setiap penyelenggaraan proses pendampingan personal bagi setiap anak.
b. Fungsi Pencegahan Jika siswa dalam proses perkembangnya tidak mengalami suatu masalah, maka besar kemungkinan ia dapat berkembang dengan baik dalam setiap tahap perkembangannya. Akan tetapi, bila anak mengalami suatu masalah pada salah satu masa perkembangan, tentu ia akan mengalami kesulitan dalam menempuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
tahap perkembangan selanjutnya. Oleh sebab itu, diharapkan anak dapat melalui setiap tahap perkembangannya dengan baik. Sehubungan dengan hal di atas, pendidikan pun memiliki fungsi pencegahan. Fungsi ini berguna untuk mencegah sesuatu hal yang tidak diharapkan di masa depan dan mengurangi kemungkinan yang buruk. Upaya pencegahan memang telah disebut orang sejak puluhan tahun yang lalu. Pencegahan diterima sebagai sesuatu yang baik dan perlu untuk dilaksanakan (Prayitno dan Erman Amti, 2004: 202). Berkaitan dengan hal di atas, dalam pendidikan luar biasa, fungsi pencegahan ini kurang begitu berperan terutama untuk fisik, karena sebagian besar telah mengalami kecacatan, sebelum atau setelah dilahirkan. Namun jika fungsi ini diterapkan dalam suatu proses pendidikan dengan tujuan untuk pencegahan di masa depan, terutama untuk proses interaksi mereka dengan orang lain, tentu akan sangat membantu. Misalnya saja, anak yang tunarungu yang sulit untuk berkomunikasi dengan orang lain. Jika diajarkan bahasa isyarat dengan baik dan benar, seperti mengucapkan selamat pagi atau bertanya siapa nama dan dari mana asalnya, tentu anak akan mengalami perkembangan. Perkembangan dalam hal ini bukan hanya berkembang secara kognitif, namun afektif dan psikomotoriknya mereka juga.
c. Fungsi Pemeliharaan Apabila berbicara tentang “pemeliharaan” maka pemeliharaan yang baik bukanlah sekedar mempertahankan agar hal-hal yang dimaksudkan tetap utuh, tidak rusak dan tetap dalam keadaan semula, melainkan juga mengusahakan agar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
hal-hal tersebut bertambah baik, kalau dapat lebih indah, lebih menyenangkan, memiliki nilai tambah daripada waktu-waktu sebelumnya (Prayitno dan Erman, 2004: 215). Hal-hal yang dapat dinyatakan dalam fungsi ini, antara lain; intelegensi, bakat, minat seseorang, sikap atau kebiasaan yang baik, cita-cita, kesehatan rohani dan jasmani, hubungan dengan orang lain, serta lingkungan kehidupan seseorang. Fungsi pemeliharaan berarti memelihara segala sesuatu yang baik yang ada dalam diri setiap individu, baik hal itu merupakan pembawaan maupun hasil-hasil perkembangan yang telah dicapai selama ini (Prayitno dan Erman, 2004: 215). Seperti seorang petani yang selalu menjaga tanaman padinya dengan baik. Ia selalu menjaga apakah kebutuhan air sudah terpenuhi, apakah ada hama yang menggangu tanaman atau adakah tanaman liar yang menggangu. Begitu pun dalam dunia pendidikan, guru bertugas menjaga anak-anaknya. Ia selalu memperhatikan apakah perkembangan anak terhambat atau tidak. Jika ada hambatan, apakah yang penyebab hambatan tersebut dan mencari cara untuk menyelesaikannya dengan baik. Hal ini pun tidak jauh beda dengan pendidikan luar biasa, guru pun selalu memantau perkembangan anak. Guru selalu melihat perkembangan anak setiap hari, apa saja yang sudah dipelajarinya, apa yang sudah ia kuasai dan belum dikuasainya, dan kalau mengalami suatu kemunduran pada diri anak, apa penyebabnya dan bagaimana cara mengatasinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
d. Fungsi Pengembangan Berbicara tentang fungsi pemeliharaan, tentu saja akan berbicara juga tentang fungsi pengembangan. Alasannya karena fungsi pemeliharaan dan fungsi pengembangan tidak dapat dipisahkan, ibarat dua sisi mata uang logam. Jika satu sisi cacat, maka sisi yang lain tidak bernilai (Prayitno dan Erman, 2004: 215). Dalam kamus bahasa Indonesia (2007: 538), pengembangan adalah proses, cara, perbuatan mengembangkan; pembangunan secara bertahap dan teratur yang menjurus ke sasaran yang dikehendaki. Fungsi pengembangan pada dasarnya merupakan tujuan umum dari seluruh upaya pelayanan pemuliaan manusia (Prayitno dan Erman, 2004: 217). Selain itu juga, fungsi ini pun dilaksanakan melalui berbagai pengaturan, kegiatan dan program yang ada. Dalam dunia pendidikan, fungsi ini sangat berperan penting di dalamnya. Guru berperan memelihara apa yang baik di dalam diri setiap anak. Seperti halnya fungsi pemeliharaan, fungsi pengembangan pun bertujuan untuk menjaga intelegensi yang dimiliki anak, bakat yang ada di dalam diri seseorang, minat seseorang, sikap atau kebiasaan yang baik, cita-cita, kesehatan rohani dan jasmani, hubungan dengan orang lain, serta lingkungan kehidupan seseorang. Guru berusaha sebaik mungkin untuk mengembangkan hal baik yang sudah terbentuk atau telah ada sebelumnya, sehingga anak semakin berkembang ke arah yang lebih baik. Selain itu juga, fungsi pengembangan pun tidak dapat dipisahkan dari fungsifungsi sebelumnya, karena fungsi ini merupakan salah satu kunci agar proses pendampingan berjalan dengan baik. Setiap proses tentu memiliki suatu tujuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
dan tujuan tersebut tentu menuju ke arah perkembangan anak. Oleh sebab itu, fungsi pengembangan tidak dapat dipisahkan dari fungsi-fungsi lain dalam konteks pendampingan personal.
3. Teknik-Teknik dalam Pendampingan Personal Dalam pendampingan personal, ada bermacam-macam teknik yang dapat dilakukan oleh guru untuk mendampingi siswa (Winkel, 1987: 263), antara lain: a. Rencana studi mandiri (Independent Study Plan) Dalam pendampingan personal, pertama-tama guru membuat suatu rencana mengenai apa yang akan dipelajari dan pencapaian apa yang ingin didapatkan selama proses. Dalam hal ini, guru hanya berperan sebagai motivator bagi anak, namun segala keberhasilan dalam proses pembelajaran yang menentukan adalah anak sendiri. Untuk membuat suatu rencana mengenai apa yang ingin dicapai, guru harus terlebih dahulu melihat daya penangkapan dan kekurangan yang dimiliki oleh anak, agar tujuan pembelajaran lebih jelas dan hasil lebih optimal. Begitu pun dalam membimbing anak yang berkebutuhan khusus, setiap guru terlebih dahulu memahami latar belakang, kekuatan dan kekurangan dari setiap anak. Baru kemudian membuat rencana atau program yang ingin dicapai oleh mereka.
b. Program belajar yang berpusat pada siswa (Learned Centered Program) Dalam pendampingan personal, yang menjadi pusat dan inti dari proses belajar mengajar, bukanlah guru melainkan anak sendiri. Segala proses berjalannya suatu pendampingan serta keberhasilan proses pendampingan bukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
guru yang menentukannya, namun anak sendiri. Tujuan dari program ini ialah keberhasilan anak dalam mencapai target sesuai dengan tingkat kemampuan anak. Dalam membimbing anak berkebutuhan khusus, yang menjadi pusat dan inti dalam proses adalah anak sendiri. Guru tidak dapat memaksakan anak untuk menguasai bahan atau suatu materi melebihi dari kemampuan anak. Guru harus mengikuti dan menyesuaikan dengan kemampuan dan daya penangkapan anak sendiri.
c. Belajar menurut kecepatan sendiri (Self Pacing) Dalam pendampingan personal, setiap anak diberikan kebebasan untuk mengatur kecepatan penangkapan mereka pada suatu materi. Guru tidak dapat memaksa anak untuk menguasai suatu materi sesuai dengan target, namun harus mengikuti perkembangan setiap anak. Begitu pun dalam membimbing anak berkebutuhan khusus, guru harus mengikuti perkembangan anak. Jika anak hanya mampu memegang sendok makan, guru tidak mungkin menuntut anak untuk menggunakan sendok makan dan garpu secara bersamaan. Tetapi guru dapat menuntut anak menggunakan sendok makan untuk mengambil nasi dalam piring dan menyuapkan dalam mulutnya. Kalaupun guru ingin menuntut lebih dari anak harus melewati proses yang cukup panjang dan tidak mudah serta butuh kesabaran yang tinggi. Oleh sebab itu, guru tidak dapat menuntut lebih dari apa yang mampu ditangkap oleh siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
d. Pengaturan instruksi oleh siswa sendiri (Student Determined Instruction) Dalam pendampingan personal, pengaturan instruksi ditentukan oleh anak sendiri. Maksudnya ialah guru harus terlebih dahulu melihat daya penangkapan dan kekurangan yang dimiliki oleh anak. Pengaturan instruksi ini menyangkut tujuan instruksional, pilihan media pengajaran dan narasumber, alokasi waktu mempelajari suatu topik, laju kemampuan, evaluasi pribadi dan kebebasan menentukan materi yang menjadi prioritas.
4. Inspirasi dari Spiritualitas Gembala Baik Dalam Spiritualitas Gembala Baik ada banyak inpirasi yang dapat diambil maknanya untuk pendampingan personal, antara lain: a. Pengabdian hidup Seorang gembala merupakan seseorang yang menyerahkan nyawanya bagi kawanannya (St.Darmawijaya, 1987: 123). Ia mengabdikan seluruh hidupnya demi kawanannya, entah waktu, tenaga dan pikirannya, semua tercurah bagi kawanannya tersebut. Kawanannya merupakan hal yang paling berharga bagi seorang gembala dan ia terus-menerus mempersembahkan hidupnya (Keller, 2001: 21). Ia tidak akan menukarkan kawanannya tersebut dengan harga apapun, namun jika kawanannya hilang, ia rela untuk membeli dengan harga yang mahal. Bagi seorang gembala, kawanan domba yang dimilikinya adalah bagian dari dirinya sendiri dan dirinya sendiri adalah bagian dari kawanannya tersebut (Keller 2001: 20). Dalam pendampingan personal, para pendamping mendampingi dan membimbing serta mencurahkan seluruh hidupnya bagi perkembangan anak-anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Ia mencurahkan pikiran dan memberikan perhatian yang penuh untuk anak-anak yang didampingi. Bagi para pendamping, keberhasilan dalam proses belajar dari anaknya merupakan yang utama. Pendamping akan selalu mengontrol dan mengecek bagaimana perkembangan anak. Apakah anak berkembang atau malah menurun. Jika menurun pendamping akan mencari apa penyebabnya sekaligus berusaha menemukan solusi untuk anak tersebut. Tetapi jika anak mengalami perkembangan yang baik, maka ia akan memberikan dorongan atau motivasi pada anak tersebut, agar mempertahakan dan semakin meningkatkan prestasinya.
b. Menjaga dan melindungi Ketika kawanan kawanannya dalam bahaya, entah itu berasal dari anjing hutan, singa, puma, serigala ataupun ular di dalam padang, ia akan selalu membela kawanan kawanannya dengan seluruh kekuatan. Seorang gembala selalu berjaga melindungi kawanan kawanannya, baik siang maupun malam. Sebuah gada atau tongkat, selalu ada di tangannya untuk melindungi kawanannya. Bagi kawanan domba, tidak ada hal yang lebih menenangkan dan menenteramkan selain melihat gembalanya di sekitarnya (Keller, 2001: 39). Dalam pendampingan personal bukan berarti pendamping mengekang apa yang ingin dilakukan dan diperbuat oleh anak, tetapi pendamping hanya bertugas mengawasi dan memberikan arahan yang benar kepada anak. Pendamping memberikan arahan yang benar kepada anak tentang apa yang harus dilakukan dan apa yang perlu ia perbuat. Setelah itu anak diberikan kebebasan untuk menjalankan sendiri berdasarkan penangkapan dan kemampuan serta teknik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
belajar mereka masing-masing, sedangkan guru hanya bertindak sebagai seorang pengawas.
c. Hubungan yang akrab Seorang gembala memiliki hubungan yang akrab dengan kawanannya serta mengenal kawanannya tersebut. Kerap kali seorang gembala bercanda dengan kawanannya. Seorang gembala memanggil domba menurut namanya masingmasing (St.Darmawijaya, 1987: 122). Begitu juga dengan kawanan domba, mereka mengenal suara dari gembala. Jika ada suara asing yang memanggil, maka kawanan tersebut tidak akan mengikutinya dan tentu akan pergi menghindari suara tersebut, karena mereka tidak mengenalinya (Yoh 10:5). Dalam pendampingan personal, para pendamping tentu memiliki hubungan yang akrab dengan anak. Pendamping tentu saja mengenal karakter, kepribadian, kekurangan serta kelebihan yang dimiliki setiap anak. Mereka tentu tahu apa yang menjadi kendala dalam proses belajar mengajar, namun pendamping juga mengetahui apa yang menjadi kekuatan anak dalam belajarnya. Biasanya dalam pendampingan personal, pendamping menyesuaikan teknik bimbingan sesuai dengan kemampuan penangkapan dari anak tersebut. Oleh sebab itu, dalam pendampingan personal, hubungan antara pendamping dengan anak sangat dekat.
d. Menyediakan segalanya Seorang gembala selalu menyediakan segalanya bagi kawanannya. Ia tidak putus-putusnya berjerih payah menyediakan rumput terbaik, ladang tersubur, banyak makanan selama musim dingin dan air bersih bagi kawanannya (Keller,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
2001: 32). Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa, seorang gembala yang baik sangat mengasihi kawanannya dan bersuka hati atas kesejahteraan kawanannya (Keller, 2001: 32). Meskipun seorang gembala menyediakan apa yang dibutuhkan oleh kawanannya, tetapi yang menentukan apa yang disukai dan ingin dimakan oleh kawanannya adalah kawanan tersebut. Seorang gembala tidak dapat memaksa kawanannya untuk makan apa yang tidak disukai, ia hanya membimbing dan memberikan arahan yang baik bagi domba-kawanannya. Dalam pendampingan personal, pendamping selalu mempersiapkan apa yang ingin dipelajari, misalnya tujuan instruksional, materi yang harus dikuasai, daftar buku yang dapat digunakan dan media apa yang akan digunakan. Tetapi guru tidak dapat menentukan jalan proses pendampingan dan anak diberikan kebebasan dan kepercayaan untuk mengelola proses belajarnya sendiri dan mengatur kecepatan penangkapan mereka pada suatu materi. Guru tidak dapat memaksa anak untuk menguasai suatu materi sesuai dengan target, namun harus mengikuti perkembangan anak. Keberhasilan proses pendampingan dalam pendampingan personal bukan guru yang menentukannya, namun anak sendiri. Dalam pendampingan personal, yang mendapat tekanan paling besar adalah perkembangan anak. Segalanya mulai dari proses dan cara mendampingi anak yang dilakukan secara pribadi. Guru hanya sebagai motivator bagi anak, namun segala keberhasilan dalam proses pembelajaran yang menentukan adalah anak sendiri. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa Spiritualitas Gembala Baik memiliki kesamaan dengan pendampingan personal, karena dalam pendampingan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
personal dan Spiritualitas Gembala Baik yang menjadi fokus utamanya adalah keberhasilan pada yang didampingi. Dalam hal ini, Spiritualitas Gembala Baik dapat menjadi jiwa atau semangat bagi para pendamping dalam mendampingi anak berkebutuhan khusus dalam pendampingan personal, sehingga pendampingan bukan hanya dianggap sebagai pendampingan semata saja, namun memiliki jiwa dan semangat berdasarkan Spiritualitas Gembala Baik. Semangat yang akan membantu mereka semakin mencintai dan menguatkan panggilan sebagai seorang guru, bukan sebagai sebuah profesi atau kewajiban semata saja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4242
BAB III PENELITIAN TENTANG PENDAMPINGAN PERSONAL DI SLB/G A-B HELLEN KELLER YOGYAKARTA
Bab sebelumnya telah mengulas tentang Spiritualitas Gembala Baik yang berisi gambaran seorang gembala yang menyerahkan seluruh hidupnya bagi kawanan domba miliknya dan inspirasi yang dapat diambil dari Spiritualitas Gembala Baik bagi pendampingan personal. Sehubungan dengan hal di atas, bab ini akan membahas penelitian terhadap pendampingan personal yang dilaksanakan oleh para guru di SLB/G A-B Hellen Keller dan akan diuraikan dalam dua bagian. Bagian A membahas gambaran umum SLB/G A-B Hellen Keller Yogyakarta. Bagian ini akan menjelaskan tentang sejarah singkat berdirinya SLB/G A-B Hellen Keller Yogyakarta, visi, misi dan tujuan sekolah. Selain itu juga, bagian ini juga mengungkapkan metode pendampingan yang digunakan sekolah, kegiatan yang dilakukan, keadaan siswa, guru yang bekerja di sekolah hingga program yang dilaksanakan sekolah. Bagian ini akan memberikan gambaran secara umum sebelum mengadakan penelitian, sehingga mempermudahkan penulis untuk masuk ke dalam subyek penelitian. Pada bagian B, penulis akan membahas penelitian pendampingan personal, yang terdiri dari empat bagian, yaitu metodologi penelitian, laporan dan pembahasan hasil penelitian, serta kesimpulan penelitian. Bagian metodologi penelitian akan mengulas secara rinci latar belakang penelitian, fokus penelitian, tujuan penelitian, jenis penelitian, metode pengumpulan data yang akan digunakan penulis, definisi konseptual dan operasional, serta responden pada penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Sedangkan, bagian laporan dan pembahasan hasil penelitian akan melaporkan serta membahas tentang apa saja yang didapat dalam proses pengambilan data, baik melalui observasi partisipatif maupun melalui wawancara. Lalu penulis akan menarik kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis dapatkan selama proses penelitian.
A. Gambaran Umum Tentang SLB/G A-B Hellen Keller Yogyakarta SLB/G A-B Hellen Keller Yogyakarta merupakan pengembangan karya dari Yayasan Dena Upakara Wonosobo yang dikelola oleh suster-suster PMY yang terdapat di Jl RE Martadinata 88 A Wirobrajan, Yogyakarta. Sekolah ini merupakan sekolah yang dikhususkan untuk anak-anak berkebutuhan khusus, yaitu anak-anak tunarungu-wicara, tunarungu-netra dan tunarungu-low vision.
1. Sejarah Singkat Berdirinya SLB/G A-B Hellen Keller Yogyakarta Kehadiran anak berkebutuhan khusus ganda di tengah keluarga bukanlah aib bagi keluarga melainkan merupakan sebuah batu ujian cinta kasih bagi keluarga itu (http://www.jogjakota.go.id/). Begitu pula kehadiran anak berkebutuhan khusus di masyarakat bukanlah beban melainkan sebuah tantangan bagi para suster dari tarekat PMY. Oleh sebab itu, para suster dari tarekat PMY, pendiri Yayasan Dena Upakara, terketuk untuk mengembangkan sayapnya dengan membuka cabang yang lebih sulit, yaitu: sekolah yang mendidik anak-anak cacat ganda buta-tuli dan anak-anak yang menderita multiple handicapped lainnya. Cabang ini diberi nama SLB/G AB Helen Keller, yang didirikan pada tahun 1995 dan asrama pada tahun 1997
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
untuk membantu anak-anak cacat di Yogyakarta. Nama SLB/G A-B Hellen Keller Indonesia diambil dari sejarah anak yang menderita buta-tuli asal Amerika, yaitu Hellen Keller, yang berhasil memperoleh gelar kesarjanaan di bidang ilmu bahasa dan menjadi penulis berkat ketekunannya, di bawah bimbingan gurunya, Anne Sulievan, yang juga menderita low-vision. Sebelumnya, sekolah ini telah ada, namun gedung sekolah dan asrama belum ada. Yayasan masih menyewa sebuah rumah penduduk yang berada di sekitar daerah Sleman. Setelah melihat perkembangan dan semakin banyaknya anak yang bersekolah, yayasan memutuskan untuk mencari tempat baru, yaitu berlokasi di Jl RE Martadinata 88 A Wirobrajan. Bangunan sekolah dan asrama SLB/G A-B Hellen Keller yang baru diresmikan oleh Asisten Fasilitas dan Investasi Sekda Prop DIY, Dra. Suhartuti Soetopo mewakili Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, pada hari Kamis, 14 Februari 2008, ditandai dengan penandatangan prasasti. Bangunan sekolah yang menghabiskan Rp 2,1 miliar, yang berdiri di atas tanah seluas 1.139 meter persegi dan berlokasi di Jl RE Martadinata 88 A Wirobrajan Yogyakarta ini, merupakan pengembangan dari SLB Dena Upakara yang mendidik anak tunarungu di Wonosobo, Jawa Tengah. Selama ini tarekat PMY telah memiliki pengalaman selama 70 tahun mengelola pendidikan bagi penyandang cacat tunarungu di Wonosobo. Pendirian SLB/G A-B Hellen Keller di Yogyakarta ini merupakan pengembangan pendidikan untuk penyandang tunaganda: tunarungu-tunanetra, tunarungu-low vision
dan
tunarungu-tunawicara.
Pemilihan
lokasi
di
Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
dipertimbangkan dari banyaknya perguruan tinggi yang memiliki program Pengabdian kepada Masyarakat, dan akan dikembangkan kerjasama dengan PT (Perguruan Tinggi) untuk pengembangan pendidikan anak berkebutuhan khusus ganda tersebut. Selain itu, sekolah SLB/G A-B Hellen Keller ini mendapatkan banyak dukungan dana dari berbagai pihak, baik dari dalam negeri maupun luar negeri (http://www.jogjakota.go.id/).
2. Visi, Misi dan Tujuan SLB/G A-B Hellen Keller Indonesia Dalam mendidik dan mendampingi anak-anak berkebutuhan khusus, sekolah memiliki visi, misi dan tujuan, sebagai berikut; a. Visi Sekolah Berdasarkan nilai-nilai Kristiani, SLB/G A-B Hellen Keller Indonesia mengaktualisasikan Kerajaan Allah dalam pelayanan cinta kasih kepada sesama yang miskin dan lemah khususnya kepada yang tunarungu-netra.
b. Misi Sekolah 1) SLB/G A-B Hellen Keller Indonesia siap sedia menanggapi kebutuhan aktual Gereja dan masyarakat dalam pelayanan pendidikan bagi anak tunarungu-netra secara profesional dan dalam suasana kekeluargaan. 2) Meningkatkan martabat anak tunarungu-netra seperti manusia lain sehingga mampu berkembang secara utuh dan hidup secara mandiri. 3) Meningkatkan dan mengembangkan komunikasi secara formal dan informal dengan semua pihak terkait untuk mendukung penyelenggaraan pendidikan bagi anak-anak tunarungu-netra.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
c. Tujuan Sekolah 1) Meningkatkan martabat anak tunarungu ganda atau anak tunarungu-netra seperti manusia lain sehingga mampu berkembang secara utuh dan hidup secara mandiri. 2) Meningkatkan dan mengembangkan potensi komunikasi anak tunarungu-netra secara optimal, sehingga anak tunarungu-netra mampu menangkap informasi dari orang lain. Dengan demikian dunia anak tunarungu-netra semakin diperluas.
3. Gambaran Singkat SLB/G A-B Hellen Keller Yogyakarta Bagian ini akan membahas secara singkat tentang gambaran SLB/G A-B Hellen Keller, yaitu lingkungan fisik, fasilitas, administrasi dan struktur organisasi yang dimiliki sekolah. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan di bawah ini: a. Lingkungan fisik SLB/G A-B Hellen Keller, yang berada di atas tanah seluas 1.139 meter persegi dan berlokasi di Jl RE Martadinata 88 A Wirobrajan dengan dua lantai ini, berada di lingkungan kota yang cukup strategis dan dapat dijangkau dengan bis atau angkutan umum dari tengah kota tetapi kebanyakan untuk mencapai sekolah ini lebih mudah dengan menggunakan motor. Selain itu juga, sekolah dan asrama berada dalam satu kompleks, sehingga mempermudahkan siswa yang berasal dari luar kota untuk tinggal dan bersekolah di sekolah ini. Secara fisik, sekolah ini memiliki fasilitas yang cukup memadai bagi kegiatan belajar mengajar, antara lain; Ruang kelas yang nyaman berjumlah 8 kelas dengan nama dari beberapa ahli, seperti Abraham Graham Bell, Anne Sulievan, Hellen Keller, Laura Bridgman, Louis Braille dan Zeegers Huls. Selain itu juga, ada beberapa ruangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
yang mendukung kegiatan belajar mengajar, seperti ruang olahraga, perpustakaan, ruang keterampilan, ruang komputer, ruang doa dan ruang serbaguna (aula).
b. Fasilitas Sekolah SLB/G A-B Hellen Keller memiliki fasilitas yang cukup memadai serta mendukung kegiatan belajar mengajar yang terdiri dari dua jenis, yaitu berdasarkan penggunaannya dan berdasarkan ruangan. Fasilitas berdasarkan penggunaanya dibagi menjadi tujuh jenis, yaitu fasilitas umum, fasilitas tunanetra, fasilitas tunarungu, fasilitas tunagrahita, fasilitas tunadaksa, fasilitas tunalaras dan fasilitas untuk autis. Fasilitas yang tersedia masih kurang memadai dan peralatan untuk tunadaksa serta tunalaras tidak tersedia, namun hal ini tidak menggangu dalam setiap proses belajar mengajar. Sedangkan untuk fasilitas berdasarkan ruangan dibagi menjadi empat ruangan, yaitu ruang kantor, ruang kelas, ruang keterampilan, dan fasilitas lainnya. Sebagian besar fasilitas dalam keadaan yang cukup baik dan tidak mengalami kerusakan yang cukup berat, hanya ada beberapa kerusakan ringan. Namun fasilitas yang tersedia cukup memadai untuk proses belajar mengajar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam lampiran 2.
c. Administrasi Sekolah Tenaga administrasi di SLB/G A-B Hellen Keller adalah mereka yang secara khusus menangani bidang tata usaha, perpustakaan, keuangan, kebersihan kelas dan kompleks sekolah serta menyiapkan minum bagi para guru di sekolah ini. Tenaga administrasi yang ada di SLB/G A-B Hellen Keller ini memang tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
banyak. Namun mereka bekerja dengan semangat dan usaha yang tinggi dan professional di bidangnya masing-masing. Secara struktural, tenaga administrasi yang ada di SLB/G A-B Hellen Keller ialah Yohanes Hery sebagai staf tata usaha, Antonius Eko Prabowo sebagai ketua asrama kelompok 1 dan Petrus Dwi Harjono ketua asrama kelompok 2.
d. Struktur Organisasi Sekolah SLB/G A-B Hellen Keller memiliki struktur organisasi yang baik. Kehidupan di sekolah ini tidak dapat lepas dari naungan Yayasan Dena Upakara dan pihak Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta serta Dinas Dikpora DIY. Struktur organisasi yang ada di SLB/G A-B Hellen Keller bagaikan mata rantai yang tidak dapat dipisahkan, meskipun setiap anggota berada dalam bidangnya masing-masing. Namun bukan berarti mereka bekerja secara sendiri-sendiri tetapi sangat diharapkan mereka dapat bekerja secara baik dan kekeluargaan. SLB/G A-B Hellen Keller diketuai oleh Sr. Magdalena S. PMY sebagai kepala sekolah dan F. Rina Wigati S.Pd sebagai wakil kepala sekolah. Untuk lebih jelasnya, struktur organisasi di SLB/G A-B Hellen Keller dapat dilihat dalam lampiran 3.
4. Metode Pendampingan Personal yang Digunakan oleh Sekolah Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Syaiful Bahri, 2005: 19). Dalam proses pembelajaran, metode yang digunakan oleh para pengajar di sekolah adalah metode pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
klasikal (kelompok) dan individual. Dalam proses pendampingan, metode-metode ini digunakan secara bergantian menurut kebutuhan dari masing-masing anak. Metode pengajaran klasikal selalu digunakan saat kumpul pagi, indentifikasi diri, cerita bersama dan mendikte. Metode pendampingan klasikal ini dimaksudkan agar anak dapat bersosialisasi dengan rekan-rekannya dan mengenali satu dengan yang lain. Sedangkan metode pengajaran individual digunakan saat masing-masing anak mengerjakan tugas, menulis, bercerita, motorik halus dan motorik kasar. Metode ini digunakan dalam bentuk pengulangan kata dan pertanyaan dari pihak guru kepada setiap anak di kelas. Metode ini dimaksudkan agar menjangkau setiap anak dengan kendala, kekurangan dan kekhasan yang berbeda pada masing-masing anak. Selain itu juga mengoptimalisasi apa yang telah mereka kuasai. Namun meskipun dalam proses pembelajaran ada dua metode yang digunakan oleh para pengajar di sekolah ini, tetapi pada kenyataannya metode pengajaran individual lebih dominan digunakan. Alasannya, dalam satu kelas setiap anak memiliki kekurangan dan kekhasan yang berbeda-beda, sehingga mereka harus ditangani secara berbeda, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh pendamping.
5. Kegiatan Akademik dan Non Akademik Dalam proses pendampingan anak, pihak sekolah memberikan banyak kegiatan, baik bidang akademik maupun non akademik. Hal ini dimaksudkan agar anak berkembang bukan hanya dalam bidang akademik saja namun juga berkembang secara non akademik, antara lainnya;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
a. Kegiatan belajar mengajar secara akademik Kegiatan belajar mengajar bidang akademik diberikan sesuai jenjang kelas masing-masing anak. Jenjang pendidikan tersebut mulai dari kelas observasi, assesment, motorik, bahasa hingga kelas keterampilan. b. Kegiatan rohani Kegiatan rohani yang diadakan oleh sekolah meliputi; doa pagi yang selalu dilaksanakan setiap pagi sebelum memulai pelajaran dan dipimpin oleh anak yang telah dewasa. Selain itu juga, ibadat sabda yang dilaksanakan pada setiap senin dan ibadat ekaristi setiap pembukaan dan penutupan semester. c. Kegiatan ekstrakulikuler Kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan di sekolah, antara lain; menari, olahraga, kesenian, kerumahtangan dan wiraswasta. Biasanya kegiatan ini diadakan pada sore hari setelah tidur siang dan snaks sore. Kegiatan diisi oleh anak-anak yang telah dewasa dan dibimbing oleh pendamping asrama, namun ada juga yang diisi oleh guru luar, misalnya kegiatan menari pada setiap hari senin jam 17.00 WIB. d. Kegiatan ADL (Activity Daily Living) Kegiatan ini merupakan kegiatan pembiasaan yang diberikan kepada anakanak, agar anak terbiasa melakukan tugas sehari-harinya tanpa bergantung kepada orang lain. Kegiatan ini biasa dilakukan bagi kelas yang bertugas piket pada hari tersebut dan setelah jam makan snaks.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
e. Kegiatan pengembangan keterampilan siswa Keterampilan adalah bekal yang diberikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus agar dapat bertahan hidup tanpa bergantung pada orang lain. Keterampilan yang diberikan antara lain membuat pernak-pernik hiasan, keterampilan memasak, keterampilan bercocok tanam, dll.
6. Program Home Visit Ada satu program yang selalu dilaksanakan pihak sekolah, yaitu Home Visit atau biasa mereka sebut precare. Program ini hanya diperuntukkan bagi anakanak yang tinggal di sekitar kota Yogyakarta. Program ini dilakukan oleh guru dan pengasuh asrama. Program ditujukan untuk anak buta-tuli dan anggota keluarganya. Setiap bulan mereka mengunjungi orang tua murid, untuk melatih orang tua di rumah. Tujuan dari program ini juga untuk mempersiapkan anakanak buta tuli dan keluarganya supaya siap untuk belajar di sekolah. Program ini bukan bertujuan untuk menjaring atau mencari calon siswa baru yang akan bersekolah di SLB/G A-B Hellen Keller, tetapi program ini hanya salah satu dari karya yayasan suster PMY dalam melayani anak-anak berkebutuhan khusus. Jadi meskipun anak dan keluarga yang mendapatkan program ini dan tidak ingin bersekolah di SLB/G A-B Hellen Keller, yayasan akan sangat terbuka.
7. Keadaan Siswa di SLB/G A-B Hellen Keller Yogyakarta Para siswa di SLB/G A-B Hellen Keller berasal dari berbagai latar belakang keluarga dan lingkungan yang berbeda-beda. Ada yang berasal dari keluarga baik, dalam arti sungguh memperhatikan dan menyayangi anak-anak dengan sepenuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
hati serta ada yang berasal dari keluarga yang kurang memperhatikan perkembangan masing-masing anak. Terhadap lingkungan sekitarnya, anak-anak ini sangat peka pada setiap perubahan yang ada. Mereka sangat peka dengan segala hal yang ada di sekitarnya, misalnya cahaya matahari, hembusan angin, bau tanah, suara kendaraan, termasuk dengan kekurangan yang mereka miliki. Mereka akan menangkap semuanya lalu mengolahnya dalam diri mereka. Begitu pun dengan interaksi mereka dengan sesama. Mereka akan mengetahui mana orang yang tulus dan menyayangi mereka dengan sepenuh hati atau dengan terpaksa. Mereka akan dengan mudah menangkapnya. Berdasarkan data yang penulis dapatkan dari bagian administrasi sekolah, murid yang bersekolah di sekolah ini berjumlah 29 siswa yang terdiri dari 14 lakilaki dan 13 perempuan dengan batasan umur yang beragam, mulai dari 5 sampai 20 tahun. Kelainan yang dimiliki oleh setiap anak pun memiliki sebab yang berbeda-beda. Ada anak yang cacat karena pengaruh obat-obatan yang sengaja dikonsumsi oleh orang tuanya (aborsi), maupun ketidaktahuan orang tua saat hamil meminum obat tertentu yang sebenarnya tidak boleh diminum saat hamil, ibu yang sakit saat mengandung atau saat kecil anak menderita panas yang sangat tinggi. Ada berbagai macam penyebab dari kecacatan yang anak-anak miliki, namun semua sangat berpengaruh pada anak terhadap kecacatan yang dimilikinya dan juga berpengaruh pada perkembangan masing-masing anak. Untuk lebih jelasnya, data anak-anak yang berada di SLB/G A-B Hellen Keller ini dapat dilihat dalam lampiran 4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
8. Guru yang bekerja di SLB/G A-B Hellen Keller Yogyakarta Guru-guru yang berada di sekolah ini bekerja dengan cinta dan ketulusan hati bagi anak-anak. Dengan sabar mereka membimbing, mengarahkan serta mengajarkan apa yang anak-anak perlu ketahui. Mereka juga mengajarkan tentang kedisplinan, hal yang baik dan buruk serta hukuman ketika anak-anak berbuat salah, namun juga pengampunan ketika anak mengakui kesalahannya. Mereka mengajarkan segala hal yang anak-anak perlukan bagi hidup mereka, misalnya ketika anak menumpahkan air atau makan berantakan saat waktunya makan snaks. Guru menegur anak secara tegas, agar anak tahu bahwa yang mereka lakukan adalah sesuatu yang salah dan tidak diulangi kembali. Selain itu, anak juga diajar untuk mengerjakan pekerjaan sehari-hari, seperti meletakkan perlengkapan makan di wastafel sehabis makan dan mencuci perlengkapan makannya masing-masing atau mencuci bersama-sama saat bertugas. Dalan hal ini guru mengajar mereka tentang tanggung jawab dan kerja sama. Selain itu juga, guru-guru yang berada di sekolah ini, berasal dari latar belakang yang berbeda-beda dan masa pengabdian mereka pada sekolah pun berbeda-beda. Ada guru yang telah mengabdi lebih dari 10 tahun, tetapi ada juga yang baru beberapa bulan. Mereka mengabdi dengan ketulusan dan kesungguhan hati. Untuk lebih jelasnya, data para guru yang berkarya dan bekerja di SLB/G AB Hellen Keller ini dapat dilihat dalam lampiran 5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
B. Penelitian Tentang Pendampingan Personal Pada bagian sebelumnya, penulis telah mengemukakan gambaran umum tentang SLB/G A-B Hellen Keller Yogyakarta. Bagian tersebut menguraikan tentang latar belakang berdirinya sekolah, visi, misi dan tujuan sekolah, metode pendampingan dari para guru, kegiatan akademik maupun non akademik, program Home Visit dilaksanakan sekolah, serta keadaan siswa dan guru yang bekerja di sekolah ini. Sehubungan dengan hal di atas, pada bagian berikut ini, penulis akan mengemukakan tentang metodologi penelitian, laporan dan pembahasan hasil penelitian serta kesimpulan penelitian. Bagian pertama berisi latar belakang penelitian, tujuan penelitian, jenis penelitian, setting atau tempat penelitian, subyek atau responden dalam penelitian, waktu penelitian, teknik pengumpulan data, konseptual, definisi operasional, variabel penelitian dan yang terakhir, kisikisi penelitian. Kemudian bagian kedua akan menguraikan laporan dan bagian ketiga berisi tentang pembahasan hasil penelitian. Lalu yang terakhir, penulis akan menyimpulkan penelitian berdasarkan hasil penelitian yang penulis dapatkan.
1. Metodologi Penelitian a. Latar Belakang Penelitian Spiritualitas adalah hidup yang didasarkan pada pengaruh dan bimbingan Roh Allah. Dengan spiritualitas, manusia bermaksud membuat diri dan hidupnya dibentuk sesuai dengan semangat dan cita-cita Allah. Karena segala hal yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
berhubungan dengan spiritualitas tidak jauh dari realitas hidup umat dan relasinya dengan Allah. Begitu pun dalam Spiritualitas Gembala Baik, ada gambaran seorang gembala yang hidup dan relasinya selalu dekat dengan Allah. Ia digambarkan sebagai seorang gembala yang dekat dengan kawanannya serta mampu memberikan nyawanya bagi kawanannya. Segala tindakan yang ia lakukan selalu berdasarkan kehendak Tuhan, karena setiap tindakan yang dilakukan atas dasar mengandalkan Tuhan akan membuahkan sukacita yang berlimpah. Berkaitan dengan hal di atas dalam mendampingi anak berkebutuhan khusus, seorang guru dapat diibaratkan sebagai seorang gembala. Ia tak hanya sekadar mengenal nama anak-anaknya saja, namun lebih dari itu guru harus mengenal kepribadian dan latar belakang mereka dengan sangat baik. Tak hanya itu, selayaknya seorang gembala, guru bertanggung jawab penuh untuk menjaga anakanaknya. Mereka harus memiliki kepribadian penyayang, baik, hangat, sabar, namun juga tegas, tidak otoriter, apalagi untuk menangani anak-anak berkebutuhan khusus, yang tentu saja permasalahan mereka lebih kompleks daripada anak-anak pada umumnya. Pada bagian inilah, pendampingan personal berperan di dalamnya. Guru tidak hanya mendampingi dalam aspek kognitif saja, namun secara keseluruhan aspek yang dimiliki oleh anak. Karena mendidik anak berkebutuhan khusus, tidak sama seperti mendidik anak normal serta memerlukan suatu pendekatan dan strategi yang khusus juga (Mohammad Efendi, 2006:23).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Berkaitan dengan hal di atas, proses pendampingan personal bagi anak berkebutuhan khusus di SLB/G A-B Hellen Keller Yogyakarta, tentu membutuhkan suatu ketekunan dan kerja sama yang baik dari berbagai pihak, entah itu guru maupun orang tuanya sendiri.
b. Fokus Penelitian Pada penelitian kali ini, penulis membatasi permasalah dan memberikan perhatian pada proses pendampingan personal yang dilaksanakan oleh para guru di SLB/G A-B Hellen Keller Yogyakarta sesuai bagi hasil belajar siswa.
c. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, tujuan penelitian ialah; 1) Mengetahui sejauh mana pendampingan personal tepat bagi hasil belajar siswa di SLB/G A-B Hellen Keller 2) Mengetahui hasil belajar siswa dalam proses pendampingan personal.
d. Jenis Penelitian Jika dilihat dari jenis penelitian dan judul skripsi, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 1989:3). Sedangkan pendekatan fenomenologi adalah pendekatan yang berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi-situasi tertentu (Moleong, 1989:10). Alasan penulis menggunakan pendekatan ini ialah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
agar dapat memahami serta masuk dalam situasi penelitian yang ada, tanpa mengubah keadaan yang sudah tercipta dalam lapangan.
e. Setting Penelitian Pemilihan setting dalam penelitian ini adalah SLB/G A-B Hellen Keller, Yogyakarta. SLB/G A-B ini merupakan salah satu sekolah untuk anak-anak berkebutuhan khusus dan satu-satunya sekolah berasrama yang khusus menangani anak cacat ganda. Sekolah ini didirikan oleh Yayasan Dena Upakara yang berpusat di Wonosobo serta dikelola sendiri oleh suster-suster PMY. Sekolah ini sangat terbuka untuk menerima anak-anak berkebutuhan khusus dari setiap kalangan dan yang berada dimanapun di wilayah Indonesia.
f. Responden Penelitian Melihat dari jenis penelitian dan fokus penelitian, maka yang akan menjadi responden dalam penelitian ini adalah para guru, suster-suster PMY di sekolah SLB/G A-B Hellen Keller dan orang tua siswa. Hasil wawancara dengan orang tua siswa akan menambahkan dan memperteguh hasil wawancara dengan para guru. Alasannya penulis menjadikan orang tua sebagai salah satu responden agar sumber atau bahan lebih obyektif dan tidak berat sebelah. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis mengambil 8 responden untuk penelitian, antara lain; tiga orang staf pengajar inti, satu kepala sekolah, seorang suster PMY sekaligus staf pengajar dan tiga orang tua murid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
g. Waktu Penelitian Dalam proses penelitian ini, penulis melakukan observasi partisipatif di sekolah pada tanggal 3-12 September 2012, serta wawancara selama proses observasi dan di luar waktu observasi.
h. Teknik Pengumpulan Data Dalam suatu penelitian, kualitas data sangat ditentukan oleh kualitas alat pengumpulan datanya dan harus memperhatikan teknik mana yang tepat untuk mengambil data tertentu yang diharapkan (Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, 2008:64). Berdasarkan jenis penelitian dalam penelitian kali ini, metode yang penulis gunakan adalah metode observasi partisipatif dan wawancara. Untuk metode observasi partisipatif, penulis akan menggunakan catatan berkala dan mechanical devices. Mechanical devices adalah observasi yang menggunakan alat-alat mekanik, seperti kamera (Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, 2008: 73). Sedangkan untuk metode wawancara, penulis akan menggunakan interview guide. Interview guide adalah panduan wawancara berdasarkan pokok-pokok masalah yang akan diteliti (Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, 2008: 84) dan penolong penulis dalam proses wawancara yang sebenarnya (Sutrisno Hadi, 2000:227).
i. Tahap Pemeriksaan Keabsahan Data Validitas: ditunjukkan dengan jalan membandingkan hasil wawancara responden satu dengan yang lain, apakah memiliki kesamaan atau tidak. Hasil dapat dilihat pada lembaran hasil wawancara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Reliabilitas: ditunjukkan dengan jalan membandingkan hasil wawancara penulis dengan hasil pengamatan dalam jangka waktu tertentu dan dalam situasi yang sama. Hasil dapat dilihat pada lembaran hasil wawancara dan lembar hasil observasi. Obyektivitas: dalam hal ini penulis mengambil responden yang dekat dengan siswa, yaitu staf guru dan orang tua. Hasil wawancara dengan orang tua siswa akan menambahkan dan memperteguh hasil wawancara dengan para guru.
j. Teknik Pembahasan Data Proses pengolahan data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara secara informal maupun formal, pengamatan langsung, catatan berkala, dan hasil rekaman. Setelah dibaca, dipelajari dan ditelaah, maka langkah berikutnya adalah reduksi data. Reduksi adalah proses penyaringan segala bentuk data yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan (script). Setelah data dipilih berdasarkan instrumen pengumpulan data, temanya masing-masing serta telah membentuk tulisan (script), yang dapat disebut sebagai kategorisasi, langkah selanjutnya adalah pemahaman data. Pada bagian ini, penulis akan mendekripsikan data yang telah diolah secara rinci dan terakhir menyimpulkannnya.
k. Definisi Konseptual Definisi konseptual adalah jenis batasan yang lebih formal, dimana suatu istilah diberi batasan dengan menggunakan istilah-istilah lain (Arief Furchan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
2005:43). Sehubungan dengan itu, di bawah ini dijelaskan secara rinci definisi konseptual yang digunakan pada penelitian kali ini: 1) Pendampingan personal adalah proses, cara atau perbuatan seseorang mendampingi orang lain secara pribadi. Dalam hal ini pendampingan yang dihidupi dengan Spiritualitas Gembala Baik. 2) Hasil belajar anak adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Nana, 1989:22). Hasil belajar anak dipengaruhi oleh pengalaman pelajar sebagai hasil interaksi dengan dunia fisik dan lingkungannya (Suyono dan Hariyanto, 2011:127).
l. Definisi Operasional Definisi operasional variabel dapat menjadi pegangan penulis hingga penelitianselesai. Definisi operasional merupakan rumusan secara operasional tentang variabel penelitian (Bahdin Nur Tanjung dan Ardial, 2005: 41). Perbedaan antara definisi operasional dan konseptual ialah definisi konseptual lebih menekankan pada sifat-sifat umum gejala atau konsep yang menjadi perhatian penulis, sedangan operasional lebih menekankan pada kejadian-kejadian yang dapat diamati dan diukur (operasi) oleh penulis. Sehubungan dengan itu, di bawah ini dijelaskan secara rinci definisi operasional yang digunakan pada penelitian kali ini: 1) Pendampingan personal adalah proses pendampingan yang dilaksanakan oleh guru kepada siswa di SLB/G A-B Hellen Keller, yang meliputi: pengenalan guru tentang latar belakang anak secara pribadi, terciptanya komunikasi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
baik antara guru dengan murid, murid merasa nyaman dengan guru, serta media yang digunakan sesuai dengan daya penangkapan anak. 2) Hasil belajar adalah suatu perubahan yang terjadi pada individu yang belajar, bukan hanya perubahan mengenai pengetahuan, tetapi juga untuk membentuk kecakapan, kebiasaan, pengertian, penguasan bahasa dan penghargaan dalam diri seseorang yang belajar. Dan dalam penelitian ini akan difokuskan para ranah afektif yaitu anak dapat berkomunikasi dengan baik, tidak merasa minder dan lebih mandiri.
m. Variabel Penelitian Pada penelitian ini terdapat 2 variabel yaitu pendampingan personal dan hasil belajar siswa.
n. Kisi-Kisi Penelitian Berdasarkan variabel penelitian di atas, di bawah ini akan diuraikan secara jelas tentang kisi-kisi penelitian; Aspek Indikator Pendampingan Personal (PP) Proses - Guru mengenal latar belakang siswa yang didampingi Pendampingan - Ada komunikasi yang baik antara siswa dengan pendamping - Siswa merasa nyaman dengan pendamping - Media pembelajaran yang digunakan sesuai dengan daya penangkapan anak Hasil Belajar Anak (HBA) Ranah Efektif - Anak dapat berkomunikasi dengan baik - Anak tidak merasa minder - Anak lebih mandiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
2. Laporan Hasil Penelitian Pada bagian ini, penulis akan melaporkan hasil penelitian yang terdiri dari dua bagian. Bagian pertama, penulis akan melaporkan hasil pengamatan ketika mengadakan observasi partisipatif. Penulis mengikuti seluruh rangkaian kegiatan belajar mengajar mulai dari masuk sekolah sampai semua siswa-siswi pulang sekolah atau kembali ke asrama. Sedangkan pada bagian kedua, penulis akan melaporkan hasil wawancara yang dilakukan selama proses penelitian dan pengambilan data. Laporan dan pembahasan hasil penelitian tersebut akan disajikan secara lengkap dalam uraian di bawah ini: a. Laporan Hasil Penelitian melalui Observasi Partisipatif Penulis melakukan observasi di sekolah pada tanggal 3-12 September 2012. Selama proses observasi, penulis mengikuti seluruh rangkaian kegiatan belajar mengajar mulai dari masuk sekolah sampai semua siswa-siswi pulang sekolah atau pulang ke asrama. Selain itu juga, selama proses pengambilan data, penulis selalu mendokumentasikan setiap proses belajar mengajar dalam bentuk foto dan video yang mendukung untuk penelitian. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat dalam lampiran 12 dan 13. Selama proses penelitian, penulis berada dalam beberapa kelas yang berbeda, yaitu kelas observasi yang diisi oleh Bu Rina dan Sr. Yosefa PMY, bahasa yang diisi oleh Bu Christina, dan motorik yang diisi oleh Bu Tanti. Masing-masing kelas memiliki jumlah siswa yang berbeda, namun tidak lebih dari 3-4 siswa. Siswa yang ada pada setiap kelas, ketika penulis masuk antara lain; kelas observasi yaitu Eka, Handoko dan Dira, lalu kelas bahasa yaitu Angga, Tama,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Albert dan Gilbert. Kemudian yang terakhir kelas motorik yaitu Dava, Raka, Firman dan Oky. Dalam setiap kelas, penulis mengikuti seluruh rangkaian kegiatan belajar mengajar, mulai dari kumpul pagi, percakapan, motorik halus, motorik kasar, keterampilan mengenal suara dan getaran hingga pulang sekolah. Selama proses observasi, penulis hanya berperan mendampingi dan membantu guru kelas dalam membimbing anak. Jika guru kelas memberikan materi pada satu anak, maka penulis mendampingi dan membantu anak dalam mengerjakan tugasnya. Misalnya dalam kelas motorik, saat Bu Tanti mendampingi Firman untuk belajar bahasa isyarat, “Saya minta buku Bobo.” Penulis berperan mendampingi Oky memasukkan manik-manik besar ke dalam tali sepatu, Dava menjepitkan jepitan baju ke kotak dan Raka menyusun mainan. Begitu pun dalam kelas observasi, saat Sr. Yosefa PMY mengajarkan Eka untuk memakai sepatu, penulis mendampingi Handoko dan Dira bermain puzzle, serta berdialog dengan menggunakan bahasa isyarat, meskipun bahasa isyarat yang penulis kuasai masih sangat terbatas.
b. Laporan Hasil Penelitian melalui Wawancara dengan Staf Guru Wawancara dilaksanakan selama proses observasi dan di luar proses observasi. Dalam proses pengumpulan data, penulis telah menentukan siapa yang akan penulis wawancarai, dengan mempertimbangkan mereka yang banyak berhubungan dengan siswa atau memiliki posisi penting dengan siswa, yaitu Staf guru dan Kepala Sekolah. Dalam pengambilan sampel wawancara kepada staf guru, penulis menggunakan teknik pengambilan non-random sampling dengan jenis purposive sampel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Dari pertanyaan yang pertama, penulis mendapatkan hasil wawancara staf guru tentang lama berkarya di SLB/G A-B Hellen Keller, sebagai berikut: “Saya berkarya disini tuh baru 4 tahun. Sejak tahun 2009” (B.C, W1, 3 Sept 12, 5 dan 8) “13 tahun 10 bulan. Sejak tahun 98. Hampir 14 tahun. Nanti Oktober pas 14 tahun” (B.R, W2, 5 Sept 2012, 4 dan 7-8) “hampir 8 th, sejak tahun 2004” (B.P, W3, 7 Sept 12, 3 dan 6) Untuk yang kedua, penulis mendapatkan hasil wawancara dari staf guru tentang alasan memilih berkarya di SLB/G A-B Hellen Keller, sebagai berikut: “Alasannya ternyata senanglah dengan anak ini. Bisa bahasa isyarat, saya tuh senang, ada yang beda dari orang lain kan.” (B.R, W2, 5 Sept 2012, 28-29) “Rasanya kok tantangan itu lebih tertantang, ketika dengan anak-anak ini. Kayaknya ada sesuatu yang menarik gitu loh. Dibandingkan dengan anakanak yang umum.” (B.P, W3, 7 Sept 12, 21-24) “Ini karya pelayanan kami (Tarekat PMY), pelayanan terhadap anak yang berkebutuhan khusus. Memang visualisasi kami begitu melayani anak berkebutuhan khusus.” (Sr.E, W4, 7 Sept 12, 13-16) Untuk yang ketiga, penulis mendapatkan hasil wawancara dari staf guru tentang pergulatan atau masalah terbesar selama berkarya, sebagai berikut: “Lebih-lebih kalau saya itu bertemu dengan anak yang bagi saya itu dalam arti tertentu menantang.” (B.C, W1, 3 Sept 12, 64-66) “kadang merasa lelah ketika anak nakal, ee-an, ngompolan. Kadang-kadang kita merasa cape aja. Kadang-kadang kita udah istilahnya, dari pagi siang dengan anak trus.” (B.R, W2, 5 Sept 2012, 44-48) “Ga enaknya itu ketika kita harus beradaptasi, ketika kita sudah mencapai tahap tertentu tiba-tiba kita sudah harus mendekati waktu, ketika kita harus ganti dengan anak lain.” (B.P, W3, 7 Sept 12, 70-74) Untuk yang ketiga, penulis mendapatkan hasil wawancara dari staf guru tentang kriteria yang baik bagi sebuah pendampingan, sebagai berikut: “Pendampingan khususnya untuk anak seperti ini lebih-lebih ke pendampingan dengan cara hati ke hati. Menurut saya, saya harus mengenal anak, mengenal latar belakangnya, mengenal apa kemampuannya, mengenal kekurangannya lalu dari situ saya bisa tahu kekurangnya.” (B.C, W1, 3 Sept 12, 130-135)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65 “Pertama jelas mesti punya hati. Punya hati untuk anak seperti ini. Bahwa selalu memahami mereka bahwa mereka harus diberi perhatian ataupun stategi yang khusus, yang istimewa. Lalu harus sabar. Berpikir positif bahwa anak itu ada sesuatu yang harus dikembangakan. Karena kadang-kadang tidak semua orang berpikir bahwa anak-anak seperti ini bisa berkembang. Jadi guru harus selalu berpikir positif.” (B.R, W2, 5 Sept 2012, 67-76) “Orang bisa berkembang kalo orang merasa aman. Merasa aman lalu dia save untuk belajar.” (Sr.E, W4, 7 Sept 12, 216-218) Untuk yang keempat, penulis mendapatkan hasil wawancara dari staf guru tentang faktor-faktor yang mendukung untuk proses pendampingan, sebagai berikut: “Pertama psikologi anak berkebutuhan khusus, lalu yang kedua harus mengenal itu tadi mengenal latar belakang anak.” (B.C, W1, 3 Sept 12, 260264) “Jelas sarana dan prasarana harus sesuai dengan anak yang berkebutuhan khusus. Kemudian guru-guru yang kompeten. Punya hati sabar. Kerjasama antar guru. Kemampuan anak sendiri juga sangat mempengaruhi keberhasilan. Mungkin trus stategi tadi, kalau bisa individu akan lebih berhasil. Tenaga ya juga harus cukup.” (B.R, W2, 5 Sept 2012, 129-136) “Pertama hati yang mencintai karya-karya seperti ini. Kedua background pendidikan paling tidak dunia pendidikan untuk anak cacat ganda seperti ini. Guru harus punya basic meskipun tidak dari PLB (Pendidikan Luar Biasa). Tetapi mengingat untuk belajar. Belajarkan tidak harus secara formal, tapi kan tetap tau perkembangan diri. Itu faktor penting.” (Sr.E, W4, 7 Sept 12, 392-401) c. Laporan Hasil Penelitian melalui Wawancara dengan Otang Tua Murid Selain staf guru dan kepala sekolah, penulis juga mengambil pihak orang tua sebagai responden. Alasannya agar hasil penelitian lebih bersifat objektif dan tidak berat sebelah. Untuk orang tua, teknik pengambilan sampel yang penulis gunakan ialah teknik incidental sampling. Untuk yang pertama, penulis mendapatkan hasil wawancara dari orang tua tentang informasi SLB/G A-B Hellen Keller, sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66 “Dulu waktu kita pas buka restorant, waktu itu ada pengunjung restorant yang datang trus ngomong tentang Hellen Keller di Jogja” (P.S, W7, 13 Sept 2012, 13-15) “Ya dari Wonosobo (suster PMY)” (P.D, W9, 17 Sept 12, 12) “Kalo saya dulu dari sardjito mba.” (B.T, W8, 15 Sept 2012, 20) Untuk yang kedua, penulis mendapatkan hasil wawancara dari orang tua tentang alasan mempercayakan anak bersekolah di SLB/G A-B Hellen Keller, sebagai berikut: “.. saya pinginya anak saya lebih baik dari yang kemarin.” (P.S, W7, 13 Sept 2012, 3-4) “..belum berani di tinggal…” (P.D, W9, 17 Sept 12, 24-5) “Jadi kalo di sekolah lain itu kayaknya gak cocok. Angga cocok memang disitu (di sekolah). Kan dia masalah mata sama pendengaran. Itu juga rekomendasi dari dokter.” (B.T, W8, 15 Sept 2012, 7-12) Untuk yang ketiga, penulis mendapatkan hasil wawancara dari orang tua tentang hasil pendampingan, sebagai berikut: “….perubahan Tama banyak sekali. Dari anak yang gak bisa diem sekarang mau diem, bisa lihat TV. Bisa menulis, bisa berkata „Papi Mami‟” (P.S, W7, 13 Sept 2012, 21-23) “...Dulu kemana-mana harus diantar, sekarang sudah berani…” (P.D, W9, 17 Sept 12, 32-33) “…sekarang udah naik sepeda roda dua saya gak ngerti belajar kapan. Tautau udah naik sepeda…” (B.T, W8, 15 Sept 2012, 96-100)
3. Pembahasan Hasil Penelitian Pada bagian ini, penulis akan membahas hasil penelitian berdasarkan dua variabel, yaitu pendampingan personal dan hasil belajar anak. Pada bagian pertama,
penulis
akan
menggambarkan
pendampingan
personal
yang
dilaksanakan di SLB/G A-B Hellen Keller. Sedangkan pada bagian kedua, penulis akan mendeskripsikan hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa berdasarkan hasil wawancara yang penulis dapatkan dari para staf guru dan orang tua siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
a. Pendampingan Personal Setiap proses pendampingan memiliki kriteria yang baik antara lain; harus diciptakan situasi belajar yang menyenangkan dan menarik perhatian siswa (Suyono dan Hariyanto, 2011: 212). Namun sebelum mencapai semuanya ini, terlebih dahulu seorang pendamping harus mengenal terlebih dahulu siapa yang didampingi dengan baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari tiga responden yang menyatakan; “Dalam mendidik anak-anak itu saya harus melihat latar belakang. Setiap anak kan berbeda latar belakangannya.” (B.C, W1, 3 Sept 12, 102-104) “Mengetahui latar belakang anak itu sendiri, mengetahui perilaku anak itu sendiri, karakter anak itu sendiri, lalu mengetahui pola tingkah laku yang dominan dari anak itu sendiri.” (B.P, W3, 7 Sept 12, 99-102) “…sungguh mengenal karakter anak, impian anak, keinginan anak lalu kita bisa mendampingi secara fisik….”(Sr.E, W4, 7 Sept 12, 264-267) Dalam hal ini mengenal latar belakang anak, bukan hanya sekedar mengenal saja, namun harus mengenal anak secara penuh. Mengenal bagaimana latar belakangnya dan permasalahan serta kebutuhan dari anak, sehingga suatu proses pendampingan dapat lebih obyektif dan sesuai dengan yang dibutuhkan anak. Terutama dalam pendidikan luar biasa, seorang guru tidak dapat memberikan materi berdasarkan pemikirannya, tetapi harus terlebih dahulu disesuaikan dengan yang dibutuhkan oleh anak. Hal ini sejalan dengan prinsip Spiritualitas Gembala Baik yang menyatakan bahwa seorang gembala mengenal kawanannya dan domba pun mengenal siapa gembalanya. Selain mengenal latar belakang siswa, seorang pendamping pun harus memiliki hati. Maksudnya ialah ia memiliki cinta dan kasih dalam membimbing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
anak, terutama anak berkebutuhan khusus. Hal ini sesuai dengan penyataan dari tiga responden yang menyatakan; “Lebih-lebih ke pendampingan dengan cara hati ke hati.” (B.C, W1, 3 Sept 12, 135) “Pertama prinsipnya hati dan mau mengenal anak. Itu nomor satu. Kalau tidak punya hati, tidak bisa mengenal anak.” (Sr.M, W6, 12 Sept 12, 85-87) “Pertama jelas mesti punya hati. Punya hati untuk anak seperti ini” (B.R, W2, 5 Sept 2012, 54,55) Dalam diri seorang pendamping yang memiliki hati untuk anak luar biasa tentu memiliki prinsip kasih sayang. Dalam pendidikan luar biasa, prinsip kasih sayang merupakan salah satu prinsip yang khusus, karena prinsip kasih sayang pada dasarnya adalah menerima mereka apa adanya, mengupayakan agar mereka menjalani hidup dengan wajar, seperti layaknya anak normal lainnya (Muhammad Ali, 1987:24). Selain itu dengan prinsip ini, seorang pendamping selalu memiliki dasar pemikiran, bahwa anak luar biasa dapat berkembang ke arah yang lebih baik. Hal ini pun sejalan dengan prinsip Spiritualitas Gembala Baik yang menyatakan bahwa seorang gembala rela untuk memberikan nyawanya bagi kawanannya. Seorang gembala tentu menyerahkan diri seutuhnya untuk kawanannya dan baginya dirinya kawanan merupakan yang utama. Sehubungan dengan hal di atas, salah satu kriteria yang baik dalam proses pendampingan ialah harus diciptakan situasi atau suasana belajar yang menyenangkan. Dalam situasi atau suasana belajar yang menyenangkan, maka tujuan instruksional akan dengan mudah dicapai. Namun jika suasana pendampingan menegangkan, maka akan sangat sulit siswa untuk mempelajari suatu materi, begitu pun dengan guru, akan sangat sulit masuk ke dalam dunia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
anak. Oleh sebab itu, suasana pendampingan merupakan salah satu unsur yang penting, meskipun tidak tertulis dalam suatu rencana pembelajaran. Hal ini sesuai dengan penyataan dari satu responden yang menyatakan; “Anak merasa at home ketika belajar, merasa at home ketika berelasi dengan saya, artinya ada semangat untuk belajar itu, bukan sesuatu yang membosankan.” (Sr.E, W4, 7 Sept 12, 285-289) Dengan anak merasa nyaman ketika belajar tentu akan terjalin kedekatan dengan guru. Bukan hanya kedekatan sebagai guru dan murid tetapi lebih sebagai orang tua dengan anak. Anak akan merasa nyaman dengan guru yang mendampinginya. Apalagi untuk anak berkebutuhan khusus yang membutuhkan rasa nyaman, terutama untuk orang baru. Sama seperti dalam Spiritualitas Gembala Baik, ada kedekatan antara sang gembala dengan kawanannya. Dekat bukan hanya sekedar dekat, tetapi juga mengenal secara utuh. Sang domba mengetahui siapa sang gembala sejatinya dan sang gembala mengenal setiap kawanannya dengan baik. Dengan saling mengenal dan kedekatan yang kuat, maka akan tercipta komunikasi yang tidak hanya satu arah saja, namun komunikasi yang timbal balik. Ketika guru menjelaskan pada anak, anak akan memperhatikan guru dan guru selalu mendengarkan ketika anak menyampaikan pendapatnya. Sebab yang menjadi pusat pendampingan bukan hanya guru, tetapi anak. Sehubungan dengan hal di atas, yang menyatakan bahwa kriteria yang baik bagi suatu pendampingan harus diciptakan situasi belajar yang menyenangkan dan menarik perhatian siswa (Suyono dan Hariyanto, 2011:212). Untuk menciptakan situasi belajar yang menyenangkan dan menarik, tentu seorang pendamping akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
menggunakan media pembelajaran yang sesuai dan tepat dengan daya penangkapan anak. Media pembelajaran yang sesuai akan mempermudahkan guru dalam mengajarkan dan menyampaikan materi. Siswa pun akan mudah untuk menangkap maksud guru. Apalagi untuk anak berkebutuhan khusus yang selalu menekankan pada benda-benda yang konkret dan mudah dilihat. Karena untuk pendidikan luar biasa, kelancaran pembelajaran pada anak berkebutuhan khusus sangat didukung oleh penggunaan alat peraga sebagai medianya (Mohammad Efendi, 2006:25). Alat peraga yang digunakan pun sebaiknya menggunakan benda atau situasi aslinya. Misalnya saja, ketika guru ingin memperkenalkan tempe, guru harus membawa tempe mentah dan matang, untuk memberitahukan anak tentang perbedaannya, rasanya, warnanya, aromanya dan bentuknya. Namun apabila hal itu sulit dilakukan, guru dapat mempergunakan benda tiruan atau minimal gambarnya (Mohammad Efendi, 2006:25). Misalnya saja, ketika guru ingin mengajarkan anggota tubuh, guru dapat memberikan boneka kepada anak dan menunjukkan setiap anggota tubuhnya.
b. Hasil Belajar Anak Suatu proses pendampingan tentu mengharapkan suatu hasil yang memuaskan,
karena
setiap
usaha
pendidikan
selalu
dikaitkan
dengan
perkembangan. Namun hal tersebut harus didukung dengan berbagai macam segi, salah satunya adalah daya penangkapan anak. Jika daya penangkapan anak cukup baik, maka hasil yang diperoleh pun akan memuaskan. Tetapi jika daya penangkapan anak lemah, maka hasil yang diharapkan tentu tidak sesuai. Namun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
yang terutama bukanlah hasil atau target yang ingin dicapai, tetapi proses dimana anak mampu untuk berkembang menjadi lebih baik. Karena keberhasilan pengajaran tidak hanya dilihat dari hasil belajar yang dicapai siswa, tetapi juga dari segi prosesnya (Nana, 1989:65). Begitu pun dalam mendampingi anak berkebutuhan khusus, bukan pencapaian hasil belajar yang menjadi utama, tetapi bagaimana anak dapat belajar dalam setiap proses. Guru tidak dapat menuntut anak sesuai dengan apa yang diharapkannya, tetapi seorang guru harus mengikuti perkembangan anak dan daya tangkapnya pada masing-masing. Hal ini sesuai dengan penyataan dari dua responden yang menyatakan; “Kalau hasil itu tergantung anaknya. Kalau anaknya memang mampu…” (B.R, W2, 5 Sept 2012,84-85) “Kemajuan anak tertentu kan berbeda-beda. Kalau perkembangan itu relatif tergantung anak.” (B.P, W3, 7 Sept 12, 155-157) Selain itu juga, pada awal proses tentu anak mengalami beberapa macam kendala dan masalah, entah itu dari pihak luar atau dari diri anak sendiri, seperti yang diungkapkan oleh beberapa responden yang menyatakan: “Dulu Gilbert itu minder sekali. Anaknya sangat minder dibandingkan yang lain-lain, dibandingkan Albert. Karena Albert terlalu mendominir.” (B.C, W1, 3 Sept 12, 136-139) “Kita mengajarkan Oky makan aja sampe 4 tahun.” (Sr.M, W6, 12 Sept 12, 106) “seperti Dava, Oky. Itu low fungction.” (B.R, W2, 5 Sept 2012,116) Namun hal itu tidak membuat para pendamping menjadi “patah semangat”, tetapi memicu mereka untuk selalu mengembangkan anak ke arah yang lebih baik serta selalu mencari cara agar anak semakin berkembang. Karena belajar adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
proses perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan lingkungan (Muhammad Ali, 1987:14). Selain itu juga, untuk menerima suatu pelajaran tertentu diperlukan suatu kesiapan (Mohammad Efendi, 2004:24). Kesiapan ini berhubungan dengan pengetahuan yang telah dimiliki anak, kesiapan mental serta fisik anak. Setiap anak harus dipersiapkan untuk mendapatkan pelajaran yang akan diajarkan. Oleh sebab itu, mengapa setiap guru harus mengenal anak secara dalam dan jelas, melihat apa kekurangan, kelebihan dan apa yang telah anak kuasai secara objektif. Meskipun suatu proses pendampingan dibutuhkan sebuah kesiapan, daya penangkapan anak, serta adanya kendala dalam diri masing-masing anak. Namun melihat dari proses pendampingan personal yang telah dilakukan oleh para guru, tentu ada anak yang telah menampakkan hasil memuaskan, seperti yang diungkapkan oleh tiga responden dari pihak orang tua, antara lain; “….perubahan Tama banyak sekali. Dari anak yang gak bisa diem sekarang mau diem, bisa lihat TV. Bisa menulis, bisa berkata „Papi Mami‟” (P.S, W7, 13 Sept 2012, 21-23) “...Dulu kemana-mana harus diantar, sekarang sudah berani…” (P.D, W9, 17 Sept 12, 32-33) “…sekarang udah naik sepeda roda dua saya gak ngerti belajar kapan. Tautau udah naik sepeda…” (B.T, W8, 15 Sept 2012, 96-100) Berdasarkan hasil wawancara di atas, penulis melihat bahwa anak-anak dengan pendampingan personal dilakukan oleh para guru mengalami suatu perkembangan yang baik. Meskipun pada awalnya membutuhkan waktu yang lama dan kesulitan, namun guru dapat mengatasinya dengan baik. Misalnya saja Tama, awalnya adalah anak yang hiperaktif dan sulit untuk duduk tenang, namun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
dengan sabar dan didikan yang tegas, Tama mau untuk duduk tenang walau tidak lebih dari tiga menit. Namun bukan hasil yang utama dalam proses mendidik anak berkebutuhan khusus (ABK), tetapi lebih ditekankan proses mendidik anak. Dalam proses ini dilihat perkembangan setiap anak dan apa saja yang telah dicapai dalam proses. Dari apa yang telah dicapai inilah, guru dapat melihat hasil dari proses pendampingan. Oleh sebab itu, guru tidak dapat memaksa siswa untuk menguasai suatu materi sesuai dengan target, namun harus mengikuti perkembangan siswa.
4. Kesimpulan Penelitian Berdasarkan hasil penelitian, pada bagian ini penulis memperoleh kesimpulan bahwa pendampingan personal sesuai bagi proses pendampingan untuk anak berkebutuhan khusus di SLB/G A-B Hellen Keller, Yogyakarta. Alasannya dalam satu kelas setiap anak memiliki kekurangan dan kekhasan yang berbeda-beda serta tidak dapat ditangani dengan metode yang sama persis, meskipun memiliki kecacatan yang sama. Mereka semua harus ditangani secara personal dan tidak dapat didampingi oleh banyak guru, agar perkembangan dan hasil belajar anak semakin baik. Selain itu juga, dalam dunia pendidikan luar biasa pelayanan individual anak berkebutuhan khusus perlu mendapatkan porsi yang lebih besar, sebab setiap anak berkebutuhan khusus dalam jenis dan derajat yang sama sering kali memiliki keunikan masalah yang berbeda antara satu dengan yang lainnya (Mohammad Efendi, 2006:24). Hal ini sesuai dengan penyataan dari empat responden yang menyatakan;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74 “Bentuk pendampingannya kalau disini meskipun proses pembelajarannya secara klasikal tetapi harus individual.” (B.C, W1, 3 Sept 12,305-307) “…Individu akan sangat bagus…” (B.R, W2, 5 Sept 2012, 109-110) “…sempurnanya itu kalo kita individu, satu guru satu anak…”(B.P, W3, 7 Sept 12, 75-76) “Bukan hanya pendampingan yang berkualitas tetapi pendampingan personal.” (Sr.E, W4, 7 Sept 12, 447-449) Selain itu juga, berdasarkan hasil penelitian, penulis mendapatkan bahwa adanya perkembangan pada hasil belajar anak, terutama untuk ranah efektifnya. Penulis melihat anak lebih mandiri dan mampu untuk berkomunikasi dengan baik. Anak mampu untuk pergi berbelanja sendiri dan berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat kepada orang lain. Selain itu juga, selama proses observasi, ketika penulis bertemu anak-anak, mereka selalu mengucapkan “selamat pagi” kepada penulis dengan bahasa isyarat dan ada anak yang selalu membantu membawakan tas penulis ke kelas. Selain hal di atas, ada alasan secara psikologis mengapa pendampingan personal sangat mendukung dalam meningkatkan hasil belajar siswa, seperti yang diungkapkan oleh Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi (1995:17), antara lain: 1. Setiap individu mempunyai sifat-sifat, bakat dan kemampuan yang berbeda 2. Setiap individu mempunyai cara belajar menurut caranya sendiri 3. Setiap individu mempunyai minat khusus 4. Setiap individu mempunyai latar belakang (keluarga) yang berbeda 5. Setiap individu mempunyai irama pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda-beda. 6. Setiap individu membutuhkan bimbingan khusus dalam menerima pelajaran yang diajarkan guru sesuai dengan perbedaan individual.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75 75
BAB IV SUMBANGAN PEMIKIRAN BAGI PARA GURU DALAM PENDAMPINGAN PERSONAL DENGAN DIINSPIRASI DARI SPIRITUALITAS GEMBALA YANG BAIK
Pada bab sebelumnya, penulis memaparkan bagaimana proses pelaksanaan pendampingan personal bagi anak-anak di SLB G/A-B Hellen Keller Yogyakarta. Berdasarkan hasil observasi partisipantif dan wawancara yang telah penulis laksanakan, penulis mendapatkan hasil bahwa pelaksanaan pendampingan personal di SLB G/A-B Hellen Keller Yogyakarta telah terlaksana dengan cukup baik, karena memiliki situasi belajar yang menyenangkan namun mendalam, murid yang merasa nyaman pada setiap proses maupun guru yang mendampingi, ada komunikasi yang timbal balik antara guru dan murid, guru dan murid memiliki hubungan yang dekat dan media belajar yang cocok dengan murid, serta guru mengenal latar belakang setiap murid yang didampinginya. Selain itu juga, berdasarkan pengamatan yang penulis dapatkan adanya suatu perkembangan hasil belajar yang cukup baik, di antaranya anak menjadi lebih mandiri, mampu berkomunikasi dengan baik meskipun menggunakan bahasa isyarat, serta mau untuk menyapa siapapun yang datang di sekolahnya. Berdasarkan hal tersebut, pada bab ini, penulis mencoba merefleksikan hasil observasi partisipatif dan wawancara tersebut serta memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi pihak sekolah. Sumbangan pemikiran ini, penulis berikan agar semakin memperkaya pendampingan personal yang telah para guru laksanakan dengan refleksi Spiritualitas Gembala Baik. Sehubungan dengan hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
tersebut, bab ini terbagi dalam 2 bagian yaitu refleksi atas pelaksanaan pendampingan personal dan program pendampingan bagi para guru.
A. Refleksi Pelaksanaan Pendampingan Personal di SLB G/A-B Hellen Keller Yogyakarta Berdasarkan Spiritualitas Gembala Baik Pendampingan personal yang dilakukan oleh para guru di SLB/G A-B Hellen Keller Yogyakarta merupakan proses yang tidak mudah, karena setiap guru perlu memahami latar belakang, kekurangan, kelebihan, bakat, minat dan apa yang disenangi maupun yang tidak disukai oleh setiap anak. Dalam proses pendampingan, guru memiliki peran yang sangat penting dan berpengaruh bagi perkembangan hasil belajar setiap anak. Teknik yang digunakan oleh guru pada setiap anak tidak sama, meskipun anak memiliki kecacatan yang sama. Selain itu juga, guru tidak hanya berperan sebagai sumber belajar, namun ia juga berperan sebagai motivator, fasilitator, pembimbing sekaligus orang tua bagi anak. Guru berperan untuk memberikan bimbingan sekaligus motivasi kepada anak, agar anak mau dan terus maju untuk belajar, meskipun sulit. Begitu pun dalam Spiritualitas Gembala Baik, bagi seorang gembala yang baik, kawanan merupakan segalanya baginya. Segala pikiran dan hidupnya, hanya dipenuhi oleh kepentingan hidup kawanannya. Seorang gembala selalu bersama kawanannya dan senantiasa siap apabila mereka membutuhkan dirinya (D‟Souza, 2007: 30). Selain itu juga, ia memanggil kawanannya dengan kekhasan yang masing-masing anggota miliki. Ia mengetahui segala kekurangan dan kelebihan yang dimiliki kawanan, namun ia tetap mencintai mereka, tanpa membedabedakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Dalam hal ini, Spiritualitas Gembala Baik dapat menjadi jiwa atau semangat bagi para pendamping dalam mendampingan anak-anak luar biasa di SLB/G A-B Hellen Keller Yogyakarta, sehingga pendamping memiliki jiwa dan semangat berdasarkan Spiritualitas Gembala Baik. Spiritualitas Gembala Baik akan membantu mereka semakin mencintai dan menguatkan panggilan mereka sebagai seorang guru, bukan hanya sebagai sebuah profesi atau kewajiban semata saja. Sehubungan dengan hal di atas, agar semakin memperkaya penghayatan sekaligus semakin menguatkan panggilan para staf guru dan pendamping di sekolah, penulis mengusulkan suatu sumbangan pemikiran bagi pihak sekolah. Sumbangan pemikiran ini ditujukan untuk staf guru dan pengurus asrama yang berkarya di sekolah ini. Ada berbagai macam sumbangan pemikiran yang dapat penulis berikan bagi pihak sekolah, antara lain retret, pendalaman iman, gladi rohani, weekend, out bound, seminar dan sebagainya, tetapi untuk karya ilmiah ini, penulis mengusulkan dalam bentuk serial rekoleksi. Alasannya, pertama, program rekoleksi ini merupakan program awal yang telah direncanakan sebelumnya oleh penulis. Kedua, di sekolah setiap tahun ada training yang diberikan oleh pihak sekolah bagi para staf guru dan karyawan. Ketiga, penulis ingin memberikan gambaran kepada staf guru dan pengurus asrama tentang Spiritualitas Gembala Baik sehingga memiliki semangat berdasarkan Spiritualitas Gembala Baik, agar semakin mencintai panggilannya dalam mendampingi anak berkebutuhan khusus. Dan yang terakhir, bagi penulis program rekoleksi merupakan program yang cocok bagi staf guru dan pendamping yang ada di sekolah SLB/G A-B Hellen Keller Yogyakarta. Dengan program ini, setiap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
peserta diajak untuk belajar bersama, mengali bersama dan akhirnya mereka dapat menemukan sendiri dari setiap proses yang dijalani selama rekoleksi sehingga mereka dapat menjadikan Spiritualitas Gembala Baik sebagai bagian dari diri mereka. Karena menjadi guru bukan hanya perziarahan intelektual dan emosional saja namun lebih-lebih merupakan perziarahan spiritual.
B. Program Pendampingan Para Guru 1. Latar Belakang Program Pendampingan Menjadi guru merupakan perziarahan intelektual, emosional dan spiritual. Alasannya karena panggilan untuk menjadi seorang guru yang baik merupakan sebuah panggilan yang melibatkan kemampuan intelektual, penguasaan akan materi, karakter yang patut untuk digugu, talenta dan kemampuan dalam berkomunikasi, serta semangat untuk melayani dengan tulus. Begitu juga dengan guru-guru yang mengabdikan dirinya untuk anak-anak yang berkebutuhan khusus, terutama di sekolah SLB/G A-B Hellen Keller Yogyakarta. Dalam membimbing dan mendampingi setiap anak, guru membutuhkan pendekatan yang bersifat personal. Karena anak tidak dapat ditangani oleh beberapa guru melainkan satu guru yang mengenal mereka dengan baik dan mau mencintai mereka dengan tuulus. Selain itu juga, untuk memaksimalkan hasil belajar bagi anak berkebutuhan khusus, lebih baik menggunakan metode pendampingan personal. Alasannya dengan metode ini, anak lebih tersentuh secara fisik, emosional dan kognitif. Dengan tersentuhnya seluruh aspek yang ada dalam diri anak, maka hasil belajar dari setiap anak dapat lebih dimaksimalkan. Dan juga, guru dengan murid memiliki hubungan yang dekat, seperti orang tua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
dengan anaknya. Guru mengenal karakter, kekurangan serta kelebihan yang dimiliki masing-masing anak. Begitu pun dengan anak, anak mengenali dengan baik siap gurunya. Dalam konteks di atas, seorang guru dapat diibaratkan sepereti seorang gembala. Ia tak hanya sekadar mengenal nama murid-muridnya saja, namun lebih dari itu guru mengenal kepribadian dan latar belakang anak dengan sangat baik. Tak hanya itu, selayaknya seorang gembala, guru bertanggung jawab penuh untuk menjaga anak-anaknya. Mereka tentu memiliki kepribadian penyayang, hangat, sabar, namun juga tegas, tidak otoriter. Sebagai seorang guru, ia harus menjadi seorang gembala yang memiliki Spiritualitas Gembala Baik. Sang gembala yang mengenal dengan baik kawanannya. Seorang gembala yang baik adalah seorang gembala yang memberikan nyawanya bagi kawanannya. Memberikan nyawa berarti tidak setengah-setengah dalam mendampingi namun secara penuh dan serius. Berdasarkan hal di atas, program pendampingan ini bertujuan memaparkan tentang Spiritualitas Gembala Baik dalam pendampingan personal. Program pendampingan ini merupakan program yang sesuai bagi staf guru dan pengurus asrama sebagai salah satu bentuk refleksi atas apa yang telah mereka laksanakan dalam mendampingi anak berkebutuhan khusus. Melalui program ini, staf guru dan pengurus asrama diharapkan dapat menemukan inspirasi dari Spiritualitas Gembala Baik bagi pendampingan personal sehingga memiliki semangat pelayanan berdasarkan Spiritualitas Gembala Baik dan semakin mencintai panggilannya dalam mendampingi anak berkebutuhan khusus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
2. Alasan Pemilihan Tema Pendampingan Sesuai
dengan
judul
skripsi
“Spiritualitas
Gembala
Baik
dalam
Pendampingan Personal Para Guru di Sekolah SLB/G A-B Hellen Keller Yogyakarta”, tema program pendampingan dalam bentuk rekoleksi kepada staf guru dan pengurus asrama adalah “Rekoleksi Spiritualitas Gembala Baik dalam Pendampingan Personal”. Sumbangan pemikiran ini dalam bentuk serial rekoleksi dibagi menjadi dua subtema, yaitu: Aku Pendamping Berspiritualitas Gembala Baik dan Aku Dipanggil untuk Menjadi Seorang Gembala. Melalui subtema ini, staf guru dan pengurus asrama diharapkan menemukan inspirasi dari Spiritualitas Gembala Baik bagi pendampingan personal sehingga mereka memiliki semangat pelayanan berdasarkan Spiritualitas Gembala Baik dan semakin mencintai panggilannya dalam mendampingi anak berkebutuhan khusus.
3. Rumusan Tema dan Tujuan Tema umum dan tujuan umum akan dijabarkan dalam dua subtema dengan rumusan sebagai berikut; Tema
: “Rekoleksi Spiritualitas Gembala Baik dalam Pendampingan
Personal” Tujuan
: Peserta menemukan inspirasi dari Spiritualitas Gembala Baik bagi
pendampingan personal sehingga memiliki semangat berdasarkan Spiritualitas Gembala Baik dan semakin mencintai panggilannya sebagai pendamping anak kebutuhan khusus. Subtema 1 : Aku Pendamping BerSpiritualitas Gembala Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Tujuan
: Peserta menemukan inspirasi Spiritualitas Gembala Baik bagi
gambaran guru pendidikan luar biasa sehingga memiliki semangat berdasarkan Spiritualitas Gembala Baik Subtema 2 : Aku Dipanggil untuk Menjadi Seorang Gembala Baik Tujuan
: Peserta menggali inspirasi Spiritualitas Gembala Baik dalam
pendampingan personal sehingga semakin mencintai panggilannya sebagai pendamping anak kebutuhan khusus.
4. Petunjuk Pelaksanaan Program Program rekoleksi ini dibagi menjadi dua subtema dengan masing-masing enam sesi pertemuan, yaitu sesi pembukaan, empat sesi inti dan penutup. Kedua subtema tersebut merupakan satu rangkaian materi yang saling melengkapi untuk memahami
tema
yaitu,
“Rekoleksi
Spiritualitas
Gembala
Baik
dalam
Pendampingan Personal”. Setiap subtema ini yang penulis sajikan dibagi berdasarkan waktu libur yang dimiliki sekolah, antara lain libur tahun ajaran baru, Natal dan tahun baru. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada matriks di bawah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
5. Matriks Program Pendampingan Bagi Para Guru di SLB G/A-B Hellen Keller Yogyakarta Rekoleksi Pertama: a. Program Rekoleksi: 1) Tema Umum : Rekoleksi Spiritualitas Gembala Baik dalam Pendampingan Personal 2) Tujuan Umum : Peserta menemukan inspirasi dari Spiritualitas Gembala Baik bagi pendampingan personal sehingga memiliki semangat berdasarkan Spiritualitas Gembala Baik dan semakin mencintai panggilannya sebagai pendamping anak kebutuhan khusus. 3) Tema Rekoleksi 1 : Aku Pendamping Berspiritualitas Gembala Baik 4) Tujuan Khusus 1 : Peserta menemukan inspirasi Spiritualitas Gembala baik bagi gambaran guru pendidikan luar biasa sehingga memiliki semangat berdasarkan Spiritualitas Gembala Baik.
No 1 1
2
Judul Pertemuan 2 Pembukaan dan perkenalan
Tujuan Pertemuan
3 Menciptakan suasana yang hidup dan akrab sehingga mendukung proses selanjutnya dan mendekatkan kebersamaan antara pendampingan dengan peserta dan peserta dengan peserta. Sesi 1: Peserta dapat Aku Mengenal merefleksikan
Uraian Materi 4 - Pengantar - Doa pembukaan - Perkenalan dengan pendamping (Perkenalan dengan ekspresi) - Penjelasan tentang susunan acara - Games pembuka (Kuis-Kuisan) 1. Games 1 Aku Kenal Siapa Dia
Metode
-
-
Sarana
Sumber Bahan
5 6 Permainan Games pembukaan: Gerak dan - Daftar ekspresi pertanyaan - Daftar peraturan permainan - Tepung kanji - Permen
Permainan Ceramah
Games 1: - Pulpen
7 Pengalaman pendamping
Pengalaman atau peserta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Siapa Dirinya
3
4
5
kembali proses 2. Refleksi permainan pendampingan dalam 3. Sharing tentang proses mendampingi pendampingan sekaligus mendidik personal di sekolah anak berkebutuhan khusus.
Sesi 2: Aku Peserta merefleksikan Seorang kembali panggilan Pendamping dan pelayanan dirinya sebagai seorang pendamping bagi anak berkebutuhan khusus
Sesi 3: Aku Peserta dapat Seorang menemukan makna Gembala dan penghayatan Spiritualitas Gembala Baik dalam pendampingan personal bagi anak berkebutuhan khusus
Sesi 4: Peserta semakin Aku Dipanggil menghayati dan
1. Menyanyi lagu “Jangan Lelah” 2. Membaca kitab suci dari 1 Petrus 5:1-11 3. Merenungkan kitab suci 4. Mensyaringkan apa yang didapatkan dalam kelompok besar 1. Games 2 Pesawat dan Bandara 2. Refleksi permainan 3. Diskusi kelompok dari Yohanes 10:1-18 4. Mensyaringkan dalam kelompok besar
Tanya jawab Diskusi Sharing
-
-
pensil potongan Kertas bentuk hati Laptop LCD Proyektor Pengalaman peserta Kitab suci Laptop LCD Proyektor Pengalaman peserta
-
Ceramah Tanya jawab Diskusi Sharing
-
-
Permainan Ceramah Tanya jawab Diskusi Sharing
Games 2: - Slayer - Bangku
1. Menyanyi lagu “Dengar Dia Panggil -
Ceramah Tanya jawab
-
-
Kitab suci Kertas flep Spidol Laptop LCD Proyektor Pengalaman peserta Kitab suci Laptop
-
-
-
Pengalaman peserta 1 Petrus 5:1-11
Pengalaman peserta Yohanes 10:118
Pengalaman peserta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
untuk Melayani mencintai panggilannya sebagai guru pendidikan berkebutuhan khusus.
6
Penutup
Peserta dapat memberikan evaluasi tentang proses pendampingan sehingga evaluasi dapat digunakan untuk memperbaiki kekurangan dan mempertahankan hal yang sudah baik bagi proses rekoleksi selanjutnya.
Nama Saya” 2. Membaca Yohanes 21:15-19 3. Merenungkan kitab suci 4. Mensyaringkan apa yang didapatkan dalam kelompok besar 1. Kesan umum 2. Apa yang dirasa sudah baik 3. Apa yang dirasa belum baik 4. Sejauh mana tujuan terasa jelas 5. Sejauh mana tujuan tercapai 6. Gagasan perbaikan
-
Diskusi Sharing
-
LCD Proyektor Pengalaman peserta
-
Yohanes 21:15-19
-
Menulis Diskusi Tanya jawab Sharing
-
Alat tulis LCD proyektor
-
Pengalaman peserta selama mengikuti proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Rekoleksi Kedua: b. Program Rekoleksi: 1) Tema Umum : Rekoleksi Spiritualitas Gembala Baik dalam Pendampingan Personal 2) Tujuan Umum : Melalui pendampingan ini peserta diharapkan menemukan inspirasi dari Spiritualitas Gembala Baik bagi pendampingan personal sehingga memiliki semangat berdasarkan Spiritualitas Gembala Baik dan semakin mencintai panggilannya sebagai pendamping anak kebutuhan khusus. 3) Tema Rekoleksi 2 : Aku Dipanggil untuk Menjadi Seorang Gembala Baik 4) Tujuan Khusus 2 : Peserta mengali inspirasi Spiritualitas Gembala Baik dalam pendampingan personal sehingga semakin mencintai panggilannya sebagai pendamping anak kebutuhan khusus..
No 1 1
2
Judul Pertemuan 2 Pembukaan
Tujuan Pertemuan
Uraian Materi
Metode
3 4 Membuka rekoleksi 1. Ucapan selamat datang sekaligus dari pendamping memberitahukan hal- 2. Menyanyi “Hey Hey hal teknis yang Selamat Datang” diperlukan selama 3. Hal-hal teknis dan proses pendampingan susunan acara
Sesi 1: Apa Peserta dapat yang hilang? merefleksikan kembali proses pendampingan yang telah dilaksanakan sehingga peserta
1. Games Apa yang Hilang? 2. Refleksi permainan 3. Sharing dalam kelompok kecil 4. Pleno
-
5 Gerak lagu
Sarana
dan -
Permainan Ceramah Tanya jawab Diskusi Sharing
6 laptop LCD proyektor Pengalaman peserta Speaker
Sumber Bahan 7 Pengalaman pedanmping peserta
Games: Pengalaman - Amplop peserta berwarna merah, putih, kuning dan biru
dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
menyadari 5. Rangkuman kekurangan serta pendamping kelebihan dari pendampingan yang dilaksanakan selama ini
3
4
5
dari
Sesi 2: Gembala Peserta menemukan 1. Membaca dari yang Baik dan gambaran seorang Yehezkiel 34: 1-31 Buruk gembala yang baik 2. Merenungkan dengan gembala yang 3. Mendiskusikan dalam buruk kelompok kecil 4. Pleno 5. Rangkuman Sesi 3: Aku Peserta menyadari 1. Menyanyi “Selamat Mengasihi cinta dan kasih dalam Pagi Bapa” Mereka setiap pelayanan 2. Membaca kitab suci yang dilakukan dari Markus 1:40-45 dalam mendampingi 3. Merenungkan secara anak berkebutuhan pribadi khusus, sehingga 4. Sharing kelompok semakin mencintai 5. Pleno tugas pelayanannya masing-masing. Sesi 4: Aku Ada Peserta menyadari 1. Menyanyi lagu
-
Potongan kertas berbentuk hati, bintang, segitiga, segiempat
-
Kertas flep Spidol Laptop LCD proyektor Pengalaman peserta Kitab suci Kertas flep Spidol Laptop LCD proyektor Pengalaman peserta Kertas flep Spidol Kitab suci Laptop LCD proyektor Pengalaman peserta
-
Diskusi Membaca Sharing Ceramah
-
-
Menyanyi Diskusi Membaca Sharing Ceramah
-
-
Gerak
dan -
Cergam
-
Yehezkiel 34: 1-31
-
Pengalaman peserta Markus 1:4045
-
-
Pengalaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
6
Untuk Melayani tentang tugas dan Mereka tanggung jawabnya sebagai pendamping anak berkebutuhan khusus bukan sebagai sebuah profesi tetapi sebagai sebuah pelayanan yang tulus. Penutup Peserta menemukan inspirasi Spiritualitas Gembala Baik dalam pendampingan personal sehingga mereka semakin menghayati panggilannya.
“Kudaki-Daki” 2. Membaca cergam “Perbuatan Baik” 3. Diskusi kelompok 4. Pleno
1. Materi yang dirasa jelas maupun kurang jelas 2. Metode yang digunakan 3. Makna yang dapat diperoleh 4. Usulan/kritik/saran
-
lagu Diskusi Membaca Sharing Ceramah
-
Laptop LCD proyektor Pengalaman peserta
-
Menulis Diskusi Tanya jawab Sharing
-
Lembar evaluasi Alat tulis LCD Proyektor
-
-
-
peserta cergam “Perbuatan Baik” dari Chicken Soup for The SoulGraphic Novel Pengalaman peserta selama mengikuti proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
6. Satuan Persiapan Subtema Pertama Aku Pendamping Berspiritualitas Gembala Baik a. Sesi Pembukaan 1) Identitas Pertemuan : Judul Pertemuan
: Pembukaan dan Perkenalan
Tujuan Pertemuan : Menciptakan suasana yang hidup dan akrab sehingga mendukung proses selanjutnya dan mendekatkan kebersamaan antara pendampingan dengan peserta dan peserta dengan peserta. Waktu
: 16.30-17.00
Pemikiran Dasar
:
Perkenalan merupakan suatu hal dasar yang memampukan kita untuk berelasi dengan orang lain, khususnya mereka yang belum dikenal. Ada sebuah pepatah mengatakan “tak kenal maka tak sayang” maka acara pembukaan dengan perkenalan mutlak harus ada. Melalui perkenalan ini, peserta maupun pendamping akan menemukan semangat dari sebuah acara yang akan diselenggarakan selama proses pendampingan berlangsung. Langkah awal berupa perkenalan ini diharapkan menjadi dasar yang mampu menciptakan semangat bagi para peserta maupun pendamping. Dengan kata lain langkah awal ini merupakan dasar untuk melanjutkan ke langkah-langkah berikutnya, yaitu sesi-sesi. Oleh karena itu, untuk dapat mewujudkan suasana ini dibutuhkan kerja sama yang baik dan kekompakan dari semua pihak baik peserta maupun pendamping.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
2) Proses Pertemuan : a) Pendamping memberikan ucapan selamat datang dan selamat mengikuti acara ini. b) Untuk pembukaan, pendamping mengawai acara ini dengan doa pembukaan yang telah disiapkan. “Selamat datang Yesus, Sang Gembala Baik. Kami semua mengucapkan terima kasih atas perlindungan dan berkatmu yang begitu melimpah atas kami semua. Berkatilah semoga rekoleksi ini dapat berjalan dengan lancar dan kami semua semakin belajar menjadi seorang gembala baik seperti diri-Mu. Gembala yang rela untuk mengorbankan hidupnya bagi kawanannya. Ajarilah kami hati yang lemah lembut dan ketekunanmu membimbing. Bantulah kami semua agar semakin menghayati dan mencintai pangilan kami masing-masing. Doa ini kami serahkan ke dalam tangan kasih-Mu sebab kami percaya Engkaulah sumber semangat kami kini dan sepanjang masa. Amin.” c) Pendamping mengajak peserta berdiri dan saling memperkenalkan dirinya masing-masing dalam bentuk ekspresi. Instruksi “Perkenalan Ekspresi” sebagai berikut:
Siapkan
sebuah
gerakan
yang
akan
kalian
pakai
untuk
memperkenalkan diri kalian! (Para peserta secara berurutan menyebutkan nama dengan gerakan dan teman-teman yang lain mengikuti, tetapi sebelumnya pemandu memberikan contoh.) d) Pendamping memberikan penjelasan tentang susunan acara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
e) Pendamping mengajak peserta untuk bermain games pembuka (Kuis-Kuisan) dengan membagi peserta menjadi beberapa kelompok yang berisi 5 sampai 7 orang. f) Sebelum memulai permainan, terlebih dahulu pendamping membacakan peraturan pada permainan ini (pada lampiran 9). Setelah itu pendamping membagikan lembaran kuis-kuisan. g) Setelahnya, pendamping mengarahkan peserta ke sesi berikutnya.
b. Sesi Pertama 1) Identitas Pertemuan : Judul Pertemuan
: Aku Mengenal Siapa Dirinya
Tujuan Pertemuan :Peserta
dapat
merefleksikan
kembali
proses
pendampingan dalam mendampingi sekaligus mendidik anak berkebutuhan khusus. Waktu
: 17.00-18.30
Pemikiran Dasar
:
Pengalaman yang dimiliki oleh setiap pendamping dalam mendampingi anak berkebutuhan khusus tentu berbeda satu dengan yang lainnya. Kesamaan yang dapat dilihat ialah keinginan dan kemauan untuk mendampingi anak dengan hati. Namun tentu dalam proses mendampingi, ada saat dimana pendamping merasakan rasa jenuh, bosan, kesal serta lelah. Oleh sebab itu dibutuhkan waktu, dimana pendamping dapat menyepi dan merefleksi setiap pengalaman yang dimiliki serta mensyaringkan pengalamannya. Dari sharing inilah, setiap pendamping dapat merefleksikan pengalamannya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
saling meneguhkan, serta saling membantu untuk mencarikan solusi yang terhadap masalah yang dihadapi. Melalui sesi ini, diharapkan pendamping dapat merefleksi setiap pengalaman yang dimiliki serta mensharingkan pengalamannya, serta merasakan kehadiran Yesus Sang Gembala Baik dalam setiap tugas pelayanannya.
2) Proses Pertemuan
:
a) Untuk pembukaan dan pengantar pada materi, pendamping mengajak peserta untuk bermain games yaitu “Aku Kenal Siapa Dia”, dengan penjelasan di bawah ini; Penjelasan tentang permainan: i) Pendamping membagikan kepada setiap peserta kertas berbentuk hati ii) Pendamping meminta setiap peserta untuk menuliskan namanya masingmasing ke dalam kertas tersebut dan membagi kertas itu menjadi dua (tidak dirobek) bagian kiri bersimbol minus (-) dan bagian kanan bersimbol positif (+) iii)Pendamping meminta kepada peserta untuk mengedarkan kertas tersebut kepada peserta lain untuk menuliskan kekurangan dan kelebihan yang dimiliki dan diwajibkan untuk menuliskan 1 hal pada setiap bagiannya. b) Setelahnya, pendamping mengajak peserta untuk merefleksikan permainan di atas dengan panduan pertanyaan sebagai berikut: i) Bagaimana perasaan anda ketika melakukan permainan tersebut? ii) Apa makna yang anda dapatkan dari permainan tersebut?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
iii)Apa hubungan permainan tersebut dengan proses pendampingan yang selama ini telah anda lakukan? iv) Apa makna yang dapat anda ambil untuk memperteguh panggilan anda? c) Setiap peserta diajak untuk merefleksikan secara pribadi selama 10 menit, lalu mesharingkan dalam kelompok kecil, kemudian dalam kelompok besar. d) Pendamping menyimpulkan semua hal yang disharingkan dalam pleno.
c. Sesi Kedua 1) Identitas Pertemuan : Judul Pertemuan
: Aku Seorang Pendamping
Tujuan Pertemuan : Peserta merefleksikan kembali panggilan dan pelayanan dirinya sebagai seorang pendamping bagi anak berkebutuhan khusus Waktu
: 19.00-20.30
Pemikiran Dasar
:
Menjadi pendamping terutama pendamping anak berkebutuhan khusus merupakan sebuah panggilan. Jika profesi ini hanya dianggap sebagai sebuah pekerjaan biasa, tentu akan merasa bosan dan jenuh dan dengan mudahnya mengganti profesi mereka dengan suatu profesi yang lebih menjanjikan dalam hal materi. Namun jika suatu profesi ini dipandang sebagai sebuah panggilan yang berarti, maka meskipun mereka merasa jenuh, bosan, kesulitan dan lelah dalam menjalaninya, mereka akan tetap menjalaninya dengan penuh suka cita dan penuh syukur. Untuk mampu menghayati tugas panggilannya, para pendamping perlu menghayati spiritualitas yang mendalam dalam bimbingan Roh Allah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Atas dasar inilah kesadaran akan tugas panggilan dan perutusan mereka menjadi sumber penghayatan spiritualitas sebagai seorang guru. Oleh karena itu, spiritualitas mereka haruslah juga mencakup suatu motivasi yang baru dan khusus, terutama dalam tugas panggilan.
2) Proses Pertemuan
:
a) Pendamping mengajak peserta untuk menyanyi “Jangan Lelah” b) Pendamping mengajak peserta untuk membaca kitab suci dari “1Petrus 5:1-11” dan merefeksikan secara pribadi selama 10 menit dengan panduan pertanyaan di bawah ini; i) Apa yang anda rasakan setelah merenungkan perikop tersebut? ii) Apa makna yang dapat anda ambil dari perikop ini? iii)Apa hubungan antara perikop tersebut dengan pendampingan yang selama ini telah anda laksanakan? iv) Ayat mana yang dapat anda jadikan pegangan untuk pelayanan ke depan? c) Setelah peserta merenung, peserta diajak untuk mensharingkan dalam kelompok kecil, selanjutnya dapat disharingkan dalam kelompok besar (pleno) d) Pendamping menyimpulkan semua hal yang disyaringkan dalam pleno.
d. Sesi Ketiga 1) Identitas Pertemuan : Judul Pertemuan
: Aku Seorang Gembala
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Tujuan Pertemuan : Peserta dapat menemukan makna dan penghayatan Spiritualitas Gembala Baik dalam pendampingan personal bagi
anak
berkebutuhan khusus Waktu
: 07.00-08.30
Pemikiran Dasar
:
Seorang pendamping dapat diibaratkan sebagai seorang gembala. Ia tak hanya sekadar mengenal nama yang didampinginya saja, namun lebih dari itu ia harus mengenal kepribadian dan latar belakang mereka dengan sangat baik. Tak hanya itu, selayaknya seorang gembala, ia pun bertanggung jawab penuh untuk menjaga yang didampinginya. Mereka harus memiliki kepribadian penyayang, baik, hangat, sabar, namun juga tegas, tidak otoriter, apalagi untuk menangani anak-anak yang berkebutuhan khusus, yang tentu saja permasalahan mereka lebih kompleks daripada anak-anak pada umumnya. Ia harus menjadi seorang gembala yang memiliki Spiritualitas Gembala Baik. Sang gembala yang mengenal dengan baik kawanannya. Seorang gembala yang baik adalah seorang gembala yang memberikan nyawanya bagi kawanannya. Selain itu juga, menjadi seorang gembala pun harus mengenal Tuhan (Bapa), memiliki hubungan (relasi) yang akrab dengan Tuhan, sebab sumber kekuatan yang terbesar berasal dari doa kepada Tuhan. Setiap tindakan yang dilakukan atas dasar mengandalkan Tuhan, akan mampu membuahkan sukacita yang berlimpah. Melalui sesi ini, para pendamping diharapkan dapat menemukan persamaan antara Spiritualitas Gembala Baik dengan proses pendampingan yang telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
dilaksanakan dan semakin diperteguh serta menghayati makna Spiritualitas Gembala Baik dalam setiap tugas pelayanannya.
2) Proses Pertemuan
:
a) Untuk membangun suasana dan menyegarkan peserta setelah ibadat pagi dan sarapan, pendamping mengajak peserta bermain yaitu “Pesawat dan Bandara”. Penjelasan tentang permainan: i) Sebelumnya pendamping telah mempersiapkan tempat yang telah berisi bangku dan peralatan yang menghalangi mereka sampai ke tujuan. ii) Pada setiap kelompok, pendamping meminta perwakilan dari setiap kelompok 2 orang. iii) Dari setiap dua anggota, pendamping meminta salah satu dari mereka menjadi pesawatnya dan bandaranya. iv) Untuk anggota yang menjadi pesawat, dirinya diminta untuk menutup matanya dengan slayer. Dirinya dilarang keras untuk menyentuh bangku atau benda yang menghalangi. Jika menyentuh harus mengulangi dari awal. v) Untuk anggota yang menjadi bandara diminta untuk memberikan instruksi kepada temannya untuk sampai ke tujuan yang telah dipersiapkan sebelumnya. vi) Sedangkan untuk anggota yang tidak bermain. Mereka diberikan kesempatan untuk menggangu lawan mereka atau memberikan support atau dukungan kepada anggota kelompoknya. b) Setelahnya, pendamping mengajak peserta untuk merefleksikan permainan di atas dengan panduan pertanyaan sebagai berikut: i) Bagaimana perasaan anda ketika melakukan permainan tersebut?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
ii) Apa makna yang anda dapatkan dari permainan tersebut? c) Peserta dalam kelompok kecil diajak untuk mendiskusi dan mencari gambaran seorang gembala yang baik dalam perikop Yohanes 10:1-18 dengan panduang pertanyaan sebagai berikut; i) Bagaimana gambaran kehidupan seorang gembala dalam dalam perikop tersebut? ii) Bagaimana gambaran pribadi seorang gembala dalam perikop tersebut? iii)Bagaimana hubungan antara gembala dengan kawanan dalam perikop tersebut? iv) Makna apa yang dapat anda ambil untuk tugas pelayanan anda dari perikop tersebut? d) Setiap perwakilan kelompok mensyaringkan hasil diskusinya dalam pleno e) Pendamping menyimpulkan semua hal yang disyaringkan dalam pleno dengan menambahkan beberapa point di bawah ini; i) Pengabdian Hidup Seorang gembala merupakan seseorang yang menyerahkan nyawanya bagi kawanannya (St.Darmawijaya, 1987:123). Ia mengabdikan seluruh hidupnya demi kawanannya, entah waktu, tenaga dan pikirannya, semua tercurah bagi kawanannya tersebut. Kawanannya tersebut merupakan hal yang paling berharga bagi seorang gembala dan ia terus-menerus mempersembahkan hidupnya (Keller, 2001:21). Bagi seorang gembala, kawanan yang dimilikinya adalah bagian dari dirinya sendiri dan dirinya sendiri adalah bagian dari kawanannya tersebut (Keller 2001: 20).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
ii) Menjaga dan melindungi Ketika kawanannya dalam bahaya, entah itu anjing hutan, singa, puma, serigala ataupun ular di dalam padang, ia akan selalu membela kawanannya dengan seluruh kekuatan. Seorang gembala selalu berjaga melindungi kawanannya, baik siang maupun malam. Sebuah gada atau tongkat, selalu ada di tangannya untuk melindungi kawanannya. Bagi kawanan domba, tidak ada hal yang lebih menenangkan dan menenteramkan selain melihat gembalanya di sekitarnya (Keller, 2001: 39). iii)Hubungan yang akrab Seorang gembala memiliki hubungan yang akrab dengan kawanannya serta mengenal kawanannya tersebut. Kerap kali seorang gembala bercanda dengan kawanannya. Seorang gembala memanggil kawanan menurut namanya masingmasing (St.Darmawijaya, 1987: 122). Begitu juga dengan kawanannya, mereka mengenal suara dari gembala. Jika ada suara asing yang memanggil, maka kawanan tersebut tidak akan mengikutinya dan tentu akan pergi menghindari suara tersebut, karena mereka tidak mengenalinya (Yoh 10:5). iv) Menyediakan segalanya Seorang gembala selalu menyediakan segalanya bagi kawanannya. Ia tidak putus-putusnya berjerih lelah menyediakan rumput terbaik, ladang tersubur, banyak makanan selama musim dingin dan air bersih bagi kawanannya (Keller, 2001: 32). Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa, seorang gembala yang baik sangat mengasihi kawanannya dan bersuka hati atas kesejahteraan kawanannya (Keller, 2001:32).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
e. Sesi Keempat 1) Identitas Pertemuan Judul Pertemuan
: : Aku Dipanggil Untuk Melayani
Tujuan Pertemuan : Peserta semakin menghayati dan mencintai panggilannya sebagai guru pendidikan berkebutuhan khusus Waktu
: 08.30-10.00
Pemikiran Dasar
:
Menjadi seorang guru yang baik bukanlah sesuatu yang mudah dan terjadi secara tiba-tiba, namun harus memlalui proses dan waktu yang panjang. Setiap guru harus siap dan mampu menghadapi anak-anak yang sulit. Guru harus selalu siap untuk menjadi tempat bersandarnya anak ketika mengalami masalah. Menjadi seorang guru bukanlah suatu profesi biasa dan menjanjikan dalam hal materi, namun sebuah panggilan yang dimiliki oleh setiap pribadi, seperti sabda Yesus yang berkata, "Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia." (Markus 1:17). Dalam sesi ini diharapkan para guru semakin mampu menghayati panggilannya sebagai seorang guru. Dengan cara siap untuk diutus dalam menjalani tugas panggilannya dengan menghayati spiritualitas Yesus Sang Gembala Baik. Karena dengan menghayati spiritualitas ini, para guru semakin siap dan mantap dalam menjalani panggilannya tanpa rasa ragu dan takut.
2) Proses Pertemuan
:
a) Pendamping mengajak peserta untuk menyanyikan lagu “Dengar Dia Panggil Nama Saya”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
b) Pendamping mengajak peserta untuk membaca kitab suci dari perikop “Yohanes 21:15-19” c) Pendamping mengajak peserta untuk merenungkan dengan panduan, sebagai berikut; i) Ayat mana yang menunjukan tentang panggilan untuk melayani? ii) Berdasarkan ayat tersebut makna apa yang dapat anda ambil untuk tugas pelayanan sebagai seorang guru? iii)Niat apa yang akan anda bangun agar semakin memperkuat tugas pelayanan anda? d) Peserta mensharingkan dalam kelompok kecil selama 30 menit dan setelahnya perwakilan dari setiap kelompok mensyaringkan dalam kelompok besar. Setelahnya pendamping merangkum jawaban dari setiap peserta.
f. Sesi Penutup 1) Identitas Pertemuan : Judul Pertemuan
: Penutup
Tujuan Pertemuan : Peserta dapat memberikan evaluasi tentang proses pendampingan sehingga evaluasi dapat digunakan untuk memperbaiki kekurangan dan mempertahankan hal yang sudah baik bagi proses rekoleksi selanjutnya. Waktu
: 10.30-11.30
Pemikiran Dasar
:
Dalam suatu kegiatan yang melibatkan banyak orang, penting diadakan evaluasi dengan maksud melihat kembali rangkaian proses kegiatan dari awal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
hingga akhir pertemuan yang disajikan. Perlu diperhatikan bagi pendamping untuk mengetahui tujuan evaluasi umum yaitu supaya kesalahan dalam proses pelaksanaaan tidak terulang kembali, misalnya: penyampaian materi, isi materi, kegiatan dinamika kelompok, dan metode yang diberikan. Sebaliknya hal-hal yang sudah mendukung dan baik dalam proses pelaksanaan pendampingan tetap dipertahankan dan kalau memungkinkan dapat diusahakan untuk ke arah yang lebih baik lagi. Maka apabila ada kesempatan untuk memberikan kegiatan dalam rangka rekoleksi sudah memperkecil kemungkinan untuk kesalahan yang sama. Pendamping selain mengevaluasi materi dan metode, diharapkan mengetahui tanggapan peserta mengenai makna yang diperoleh dari pertemuan yang sudah dilaksanakan, manfaat apa yang sudah diterima dari pertemuan tersebut dan tidak kalah pentingnya mereka juga harus memberikan usulan, kritik, maupun saran, sebagai bahan perbandingan dalam mempersiapkan pendampingan ke depan kearah lebih bermakna dan kreatif.
2) Proses pertemuan : a) Pendamping mengajak para peserta untuk menyampaikan usulan, kritik maupun saran untuk mempersiapkan bahan pendampingan ke depan, dengan panduan pertanyaan sebagai berikut; i) Bagaimana kesan peserta tentang proses pendampingan? ii) Apakah yang dirasa sudah baik? iii) Apakah yang dirasa belum baik? iv) Sejauh mana tujuan pertemuan dapat tersampaikan dengan baik? v) Apa gagasan perbaikan yang dapat diberikan untuk pertemuan selanjutnya?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
b) Peserta mensharingkan kesan dan pesanya secara lisan dan pendamping merangkum semuanya dalam bentuk tulisan. c) Setelahnya pendamping mengucapkan selamat jalan sekaligus peneguhan atas proses pendampingan.
Subtema Kedua Aku Dipanggil untuk Menjadi Seorang Gembala Baik a. Sesi Pembukaan 1) Identitas Pertemuan : Judul Pertemuan
: Pembukaan
Tujuan Pertemuan : Membuka rekoleksi sekaligus memberitahukan hal-hal teknis yang diperlukan selama proses pendampingan Waktu
: 16.30-17.00.
Pemikiran Dasar
:
Sesi pembukaan pada setiap proses pertemuan mutlak untuk dilaksanakan. Dalam sesi ini, selain untuk mendekatkan pendamping dan peserta, serta memberitahukan hal-hal teknis selama proses, tetapi dapat digunakan untuk mengingat kembali tema dari pendampingan rekoleksi sebelumnya. Pada proses pendampingan sebelumnya yang berjudul “Aku Pendamping BerSpiritualitas Gembala Baik”, pendamping dan peserta bersama-sama menemukan menemukan inspirasi Spiritualitas Gembala Baik bagi gambaran guru pendidikan luar biasa. Sehubungan dengan hal diatas, pada pertemuan ini, pendamping maupun peserta diajak untuk mengenal sekaligus belajar mengenai makna dan penghayatan Spiritualitas
Gembala
Baik
dalam
pendampingan
personal
bagi
berkebutuhan khusus, sehingga mereka semakin menghayati panggilannya.
anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
2) Proses Pertemuan
:
a) Pendamping mengucapkan selamat datang kepada para peserta b) Pendamping meminta salah satu dari peserta untuk memimpin doa pembukaan c) Pendamping mengajak peserta untuk berdiri dan bernyanyi “Hey Hey Selamat Datang” dengan gerakan d) Pendamping memberikan
keterangan
singkat
tentang tema
rekoleksi
sebelumnya. e) Pendamping menjelaskan hal-hal teknis selama proses pendampingan dan susunan acara f) Pendamping memberikan pengantar singkat untuk melanjutkan ke sesi berikutnya
b. Sesi Pertama 1) Identitas Pertemuan : Judul Pertemuan
: Apa yang Hilang?
Tujuan Pertemuan :
Peserta
pendampingan
telah
yang
dapat
merefleksikan
dilaksanakan
sehingga
kembali peserta
proses
menyadari
kekurangan serta kelebihan dari pendampingan yang dilaksanakan selama ini. Waktu
: 17.00-18.30
Pemikiran Dasar
:
Seperti gading yang tak retak, begitupun dengan pendampingan yang dilaksanakan selama ini oleh para pendamping, Pasti setiap pendampingan memiliki kekurangan maupun kelebihan, meskipun begitu, setiap pendamping diharapkan untuk terus menerus memperbaiki kualitasnya masing-masing. Oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
sebab itu, dibutuhkan waktu, dimana para pendamping dapat merefleksikan apa yang telah dilakukan dan menyadari kekurangan serta kelebihan dari dirinya masing-masing, sehingga mereka mampu dan mau untuk terus menerus memperbaiki diri serta belajar dari setiap proses. Dari kesadaran untuk memperbaiki diri inilah, mereka diharapkan merasakan kehadiran Yesus Sang Gembala Baik dalam setiap tugas pelayanan, bahwa Yesus selalu membimbing dan menyertai mereka dalam setiap langkahnya, serta terus-menerus menimba dari sumber inspirasi yang tidak pernah habis-habisnya.
2) Proses Pertemuan
:
a) Untuk semakin menyegarkan peserta sekaligus mendekatkan pendamping dengan peserta, pendamping mengajak peserta untuk bermain games yang berjudul “Apa yang Hilang?”, dengan instruksi sebagai berikut: i) Pendamping menyiapkan amplop berwarna merah, putih, kuning dan biru yang di dalamnya telah berisi potongan kertas berbentuk hati, bintang, segitiga, segi empat secara acak. ii) Setiap peserta diminta untuk memperhatikan setiap amplop dan potongan kertas tersebut dengan seksama iii) Kemudian pendamping memasukan kembali potongan kertas tersebut dalam amplopnya masing-masing iv) Lalu pendamping mengacak amplop tersebut dan mengambil satu amplop v) Kemudian pendamping mengeluarkan isinya dan peserta diminta untuk memperhatikan, lalu menyebutkan potongan mana yang hilang vi) Dan hal ini di ulang terus hingga peserta dapat menebak dengan baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
b) Setelahnya pendamping mengajak peserta untuk merefleksikan permainan di atas dengan panduan pertanyan sebagai berikut; i) Bagaimana perasaan anda saat menebak isi yang ada di setiap amplop yang hilang? ii) Apa makna yang dapat anda ambil dari permainan tersebut? iii) Apa hubungan permainan tersebut dengan proses pendampingan yang selama ini telah anda lakukan? iv) Menurut anda, apa kelebihan dan kekurangan dari pendampingan yang dilaksanakan selama ini? c) Setiap peserta diajak untuk merefleksikan secara pribadi selama 10 menit, lalu mesyaringkan dalam kelompok kecil, kemudian dalam kelompok besar. d) Pendamping menyimpulkan semua hal yang disyaringkan dalam pleno.
c. Sesi Kedua 1) Identitas Pertemuan : Judul Pertemuan
: Gembala yang Baik dan Buruk.
Tujuan Pertemuan : Peserta menemukan gambaran seorang gembala yang baik dengan gembala yang buruk Waktu
: 19.00-20.30
Pemikiran Dasar
:
Dalam Kitab Suci ada banyak gambaran tentang gembala baik yang dapat digali oleh setiap orang, begitu pun dengan sebaliknya. Gambaran gembala baik yang diperbandingkan dengan gembala buruk, seperti dalam Yehezkiel 34:1-31, di dalam perikop ini, diperlihatkan secara jelas bagaimana seorang gembala yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
dapat menjadi teladan maupun tidak. Seorang gembala yang pekerja keras, cinta pada kawanannya maupun kesedian untuk berkorban. Tetapi dalam perikop ini juga, digambarkan sosok gembala yang buruk, seorang gembala yang malas, tidak memperdulikan kawanan saat ada masalah, bahkan menyiksa kawanannya. Oleh sebab itu, dengan mengetahui dan memahami gambaran tentang gembala yang baik maupun yang buruk, pendamping maupun peserta dapat belajar dari sosok gembala yang baik dan tidak terjerumus dalam sosok gembala yang buruk.
2) Proses Pertemuan
:
a) Pendamping mengajak peserta untuk membaca dari Yehezkiel 34:1-31 b) Pendamping meminta peserta untuk merenungkan perikop tersebut kemudian mendiskusikan kelompok kecil dengan panduan pertanyaan sebagai berikut: i) Bagaimana gambaran pribadi gembala yang baik berdasarkan perikop tersebut? ii) Bagaimana gambaran pribadi gembala yang buruk berdasarkan perikop tersebut? iii) Bagaimana perbandingan keadaan antara domba yang dijaga oleh gembala yang baik dengan gembala yang buruk? iv) Makna apa yang dapat anda ambil dalam perikop tersebut? c) Setiap perwakilan kelompok mensharingkan hasil diskusinya dalam pleno d) Pendamping menyimpulkan semua hal yang disyaringkan dalam pleno dengan menambahkan beberapa point di bawah ini;
-
Gambaran Gembala Gembala yang baik Gembala yang buruk Memperhatikan dan mencarikan - Membiarkan kawanan sendiri anggota kawanan yang hilang - Menikmati susu, bulu dan daging
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
-
-
Menyelamatkan mereka dari kawanannya kegelapan - Membiarkan kawanannya terceraiMengumpulkan mereka dari segala berai negeri Keadaan Kawanan Gembala yang baik Gembala yang buruk Yang sakit akan dikuatkan - Tercerai-berai Yang luka akan dibalut - Mencari makan sendiri Yang tersesat dan hilang akan dicari - Menginjak dengan kekerasan dan dan dibawa pulang kekejaman Yang gemuk dan kuat akan - Membiarkan kawanan menjadi dilindungi makanan binatang di hutan Menunjuk seorang raja bagi kawanannya
d. Sesi Ketiga 1) Identitas Pertemuan : Judul Pertemuan
: Aku Mengasihi Mereka
Tujuan Pertemuan : Peserta menyadari cinta dan kasih dalam setiap pelayanan yang dilakukan dalam mendampingi anak berkebutuhan khusus, sehingga semakin tugas pelayanannya masing-masing. Waktu
: 07.00-08.30
Pemikiran Dasar
:
Inti ajaran Yesus adalah cinta kasih: cinta kasih kepada Allah dan cinta kasih terhadap manusia. “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu”. Itulah hukum terutama dan pertama. Dan hukum yang kedua sama dengan yaitu kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Yesus senantiasa menandaskan bahwa mengasihi Allah adalah wajar dan tuntutan dasar dalam memenuhi kehendak Allah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Dalam perikop Markus 1:40-45, Yesus pun tergerak dengan belas kasihan ketika orang sakit kusta yang berteriak-teriak memanggilnya. Dirinya pun datang mendekat dan mengulurkan tangan-Nya, maka sembuhlah orang tersebut. Dari perikop ini pun, peserta diajak untuk menyadari cinta dan kasih dalam setiap pelayanan yang dilakukan dalam mendampingi anak berkebutuhan khusus, sehingga semakin tugas pelayanannya masing-masing.
2) Proses Pertemuan
:
a) Pendamping mengajak peserta untuk gerak dan lagu dengan menyanyi “Selamat Pagi Bapa” b) Pendamping mengajak peserta untuk membaca perikop dari Markus 1:40-45. c) Setelahnya pendamping meminta peserta untuk merenungkan secara pribadi selama 15 menit dengan panduan, sebagai berikut; i) Menurut anda, bagaimana gambaran Yesus dalam perikop tersebut? ii) Menurut anda, bagaimana gambaran orang sakit kusta dalam perikop tersebut iii) Makna pelayanan dan perjuangan apa yang anda dapat dari ayat tersebut? d) Setelah merenung, pendamping meminta peserta untuk mensharingkan ke dalam kelompok kecil selama 30 menit. e) Setiap perwakilan kelompok mensyaringkan hasil diskusinya dalam pleno f) Pendamping menyimpulkan semua hal yang disharingkan dalam pleno
e. Sesi Keempat 1) Identitas Pertemuan Judul Pertemuan
: : Aku Ada untuk Melayani Mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Tujuan Pertemuan
: Peserta menyadari tentang tugas dan tanggung
jawabnya sebagai pendamping anak berkebutuhan khusus bukan sebagai sebuah profesi tetapi sebagai sebuah pelayanan yang tulus. Waktu
: 08.30-10.00
Pemikiran Dasar
:
Pelayanan bagi setiap orang merupakan sesuatu yang positif, karena di dalam adanya pengembangan diri, baik itu yang dilayani maunpun yang melayani. Dengan pelayanan pun orang semakin menyadari kelebihan maupun kekurangan yang dimiikinya. Namun melakukan suatu pelayanan yang benar-benar tulus dan sepenuh hati, merupakan suatu yang sulit, karena setiap orang lebih memilih untuk melayani daripada dilayani dan dalam pelayanan dibutuhkan suatu ketekunan dan kerelaan untuk berkorban bagi orang lain. Begitupun dengan pendampingan yang dilakukan para peserta kepada anak berkebutuhan khusus. Profesi yang mereka lakukan bukan hanya dipandang sebagai sebuah pekerjaan saja, namun dapat dipandang sebagai sebuah pelayanan. Di dalamnya dibutuhkan semangat melayani dengan tulus dan kerelaan untuk berkorban, entah itu pikiran maupun materi bagi yang didampinginya. Dengan penyadaran inilah, diharapkan para peserta dapat semakin menyadari dan mencintai tugas pelayanannya.
2) Proses Pertemuan
:
a) Untuk menyegarkan suasana, pendamping mengajak peserta untuk gerak dan lagu dengan menyanyi “Kudaki-Daki”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109 b) Pendamping membagikan kepada peserta cergam dengan judul “Perbuatan Baik” c) Setelahnya, pendamping meminta para peserta untuk mendiskusi cergam tersebut dalam kelompok kecil, dengan panduan pertanyaan sebagai berikut; i) Bagaimana gambaran tokoh utama dalam cerita tersebut? ii) Gambaran pelayanan apa yang dapat anda tangkap dalam cerita tersebut? iii) Tuliskan ayat kitab suci yang dapat mengambarkan pelayanan yang sesuai dengan cerita tersebut? iv) Berdasarkan cergam tersebut makna apa yang dapat anda ambil untuk tugas pelayanan sebagai seorang guru? v) Niat apa yang akan anda bangun agar semakin memperkuat tugas pelayanan anda? d) Peserta mensyaringkan dalam kelompok kecil selama 30 menit dan setelahnya perwakilan dari setiap kelompok mensyaringkan dalam kelompok besar. Setelahnya pendamping merangkum jawaban dari setiap peserta.
f. Sesi Penutup 1) Identitas Pertemuan : Judul Pertemuan
: Penutup
Tujuan Pertemuan : Peserta menemukan inspirasi Spiritualitas Gembala Baik bagi
pendampingan
personal
panggilannya. Waktu
: 10.30-11.30
sehingga
mereka
semakin
menghayati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Pemikiran Dasar
:
Dalam setiap kegiatan, diharapkan selalu adanya waktu untuk evaluasi bersama. Evaluasi ini bukan hanya dianggap sebagai rangka untuk memperbaiki atau mempertahankan hal baik dari proses yang sudah berlangsung, tetapi juga sebagai saat untuk syaring bersama, agar semakin memperteguhkan satu dengan yang lainnya, baik itu pendampingan maupun peserta. Dari sharing bersama inilah, pendamping maupun peserta dapat saling memperteguhkan satu dengan yang lainnya sehingga semakin memahami Yesus Sang Gembala Baik selalu ada menemani mereka dalam setiap tugas pelayanannya.
2) Proses Pertemuan
:
a) Setiap peserta diberikan lembar evaluasi yang berisi sebagai berikut ; Lembar Evaluasi 1. a. Materi-materi mana yang dirasa Jelas? ................................................................................ b. Materi-materi mana yang dirasa kurang jelas? ................................................................................ 2. Materi-materi yang dirasa: a. Sangat bermanfaat b. Bermanfaat c. Cukup bermanfaat d. Kurang bermanfaat Alasannya: ............................................................................................................................. ............................................................................................................................. 3. Metode yang digunakan: a. Sangat menarik b. Menarik c. Cukup menarik d. Kurang menarik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Alasannya: ............................................................................................................................. ............................................................................................................................. 4.Makna yang dapat diperoleh dalam kegiatan ini: ............................................................................................................................. ............................................................................................................................. 5.Usulan/kritik/saran ............................................................................................................................. ............................................................................................................................. b) Pendamping meminta kepada setiap peserta untuk mensyaringkan kesan dan pesannya selama mengikuti proses pendampingan c) Pendamping merangkum hasil syaring dan memberikan pesan serta kesannya atas proses pendampingan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112 112
BAB V PENUTUP
Pada bab ini, penulis akan menyampaikan kesimpulan sesuai dengan rumusan pemasalahan dalam skripsi ini dan saran sebagai tindak lanjutnya. Kesimpulan dan saran yang penulis berikan bertolak dari beberapa hal yang menjadi dasar pemikiran seperti yang telah tertuang dalam beberapa bagian terdahulu dari skripsi ini.
A. Kesimpulan Pada bagian ini, penulis akan menyampaikan beberapa kesimpulan sesuai dengan rumusan masalah dalam skripsi ini, dengan rincian sebagai berikut: 1. Dalam Spiritualitas Gembala Baik ada banyak inspirasi yang dapat digali dan diambil maknanya bagi pendampingan personal, antara lainnya; pengabdian hidupnya kepada kawanannya, hubungan yang dekat dengan kawanannya, semangat pekerja keras dan pantang menyerah, mencintai panggilan hidupnya, rela berkorban bagi kawanannya dan yang paling utama, fokus keberhasilan dari proses adalah pada keberhasilan pada yang didampingi. Oleh sebab itu dapat dikatakan, bahwa Spiritualitas Gembala Baik dapat menjadi sumber inspirasi yang tidak pernah habis-habisnya digali bagi pendampingan personal, karena menjadi guru merupakan sebuah perziarahan batin yang tidak pernah habisnya. 2. Dari observasi partisipatif dan wawancara yang telah penulis lakukan, penulis melihat bahwa pendampingan personal sesuai bagi proses pendampingan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
untuk anak berkebutuhan khusus di SLB/G A-B Hellen Keller, Yogyakarta. Alasannya dalam satu kelas setiap anak memiliki kekurangan dan kekhasan yang berbeda-beda serta tidak dapat ditangani dengan metode yang sama persis, meskipun memiliki kecacatan yang sama. Anak-anak pun ditangani secara personal oleh setiap guru kelas, agar perkembangan dan hasil belajar anak semakin baik. Selain itu juga, penulis melihat adanya perkembangan pada hasil belajar anak, terutama untuk ranah afektifnya. Penulis melihat anak lebih mandiri dan mampu untuk berkomunikasi dengan baik. Anak mampu untuk pergi berbelanja sendiri dan berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat kepada orang lain. 3. Prinsip pendampingan personal yang dilaksanakan di SLB/G A-B Hellen Keller Yogyakarta ialah prinsip pelayanan dan mencintai anak-anak dengan tulus. Sehubungan dengan hal ini, untuk semakin memperkaya dan menguatkan panggilan staf guru, penulis mengusulkan suatu sumbangan pemikiran dalam bentuk serial rekoleksi. Dari serial rekoleksi ini, penulis mengharapkan sumbangan pemikiran ini dapat bermanfaat bagi pihak sekolah, terutama staf guru, agar dapat menemukan kekayaan dari Spiritualitas Gembala Baik dalam setiap tugas pelayanannya.
B. Saran Sebagai tindak lanjut berdasarkan beberapa kesimpulan di atas, penulis menyampaikan beberapa saran sebagai buah refleksi penulis selama ini, antara lain:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
1. Bagi Pihak Sekolah SLB/G A-B Hellen Keller Yogyakarta Penulis melihat bahwa pendampingan personal yang telah dijalankan selama ini sudah cukup baik bagi perkembangan anak-anak, sehingga anak dapat lebih berkembang dan mandiri. Selain itu juga, kiranya pihak sekolah perlu menjalin kerja sama dengan orang tua atau wali murid dalam setiap proses belajar anak, agar tidak tumpang tindih dan hanya berhenti pada proses belajar mengajar di sekolah saja, tetapi ada kelanjutan ketika anak tidak berada di lingkungan sekolah.
2. Bagi Para Guru SLB/G A-B Hellen Keller Yogyakarta Cinta dan ketulusan anda dalam melayani anak-anak telah menyentuh hati setiap orang yang melihat. Penulis mengharapkan cinta dan ketulusan terus dikembangkan agar semakin banyak orang yang tergerak hatinya untuk mencintai anak-anak istimewa tersebut. Selain itu juga, penulis menyarankan para guru untuk terus belajar dan menggali diri dalam setiap kesempatan, terutama belajar dari sumber yang tidak pernah habis, yaitu Yesus Sang Gembala Baik.
3. Bagi Orang Tua Siswa-Siswi SLB/G A-B Hellen Keller Yogyakarta Anak adalah anugrah dan hadiah dari Tuhan kepada setiap orang tua. Sebagai orang tua sudah sepantasnya bersyukur dan merawat anugrah tersebut dengan sebaik mungkin, meskipun mereka berbeda dari anak-anak normal pada umum. Dengan tidak membedakan mereka dengan saudaranya yang normal, namun mencintai dan memperlakukan mereka dengan sewajarnya. Selalu berpikir bahwa mereka dapat berkembang dengan kekurangan dan kelebihan yang mereka miliki, karena semua yang diciptakan oleh Tuhan itu baik adanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
DAFTAR PUSTAKA Agus. M Hardjana. 2005. Religiositas, Agama dan Spiritualitas. Yogyakarta: Kanisius. Ahmad Rohani. HM dan H. Abu Ahmadi. 1995. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Arief Furchan. 2005. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bahdin Nur Tanjung dan Ardial. 2005. Pedoman Penelitian Karya Ilmiah (Proposal, Skripsi, dan Tesis) dan Mempersiapkan Diri Menjadi Penulis Artikel Ilmiah. Jakarta: Kencana. Bergant, Dianne dan Robert J. Karris (ed). 2002. Tafsir Alkitab Perjanjian Lama. Yogyakarta: Kanisius. Cholid Narbuko dan Abu Achmadi. 2008. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara. Clinebell, Howard. 2002. Tipe-Tipe Dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral. Yogyakarta: Kanisius. St.Darmawijaya. 1987. Gelar-Gelar Yesus. Yogyakarta: Kanisius. __________. 1988. Pesan Injil Yohanes. Yogyakarta: Kanisius. D‟Souza, Anthony. 2007. Proactive Visionary Leadership. Jakarta: Trisewu Nagaswara. Haris Herdiansyah. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika. Hasil Karya Sidang Lengkap Ke-V Dewan Geredja-Geredja di Indonesia. 1964. Jesus Kristus Gembala Jang Baik. Djojakarta: Dewan Geredja-Geredja di Indonesia. Heryatno Wono Wulung. 2008a. Kitab Kebijaksanaan: Buku Ajar Mahasiswa IPPAK USD. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. __________. 2008b. Pokok-Pokok Pendidikan Agama Katolik Di Sekolah: Buku Ajar Mahasiswa IPPAK USD. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. http://ppg-pgsd.blogspot.com/2012/04/pengertian-hasil-belajar.html akses 08/27/2012. at 09:20 http://www.jogjakota.go.id/index/extra.detail/1811/peresmian-slb-g-a-b-helenkeller-indonesia.html. akses 08/11/2012. at 21:21. Keller, W. Phillip. 2006. Gembala yang Baik. Jakarta: Nafiri Gabriel. Mohammad Efendi. 2006. Pengantar Psikopedagogik Anak berkebutuhan khusus. Jakarta: Bumi Aksara. Moleong, Lexy J. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remadja Karya. Muhammad Ali. 1987. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Nana Sudjana. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Nasution. 1982. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Dan Mengajar. Bandung: Bina Aksara Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta. Suhaeri HN dan Edi Purwanta. 1996. Bimbingan Konseling Anak Luar Biasa. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sutjihati Somatri. 2006. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama. Sutrisno Hadi. 2000. Metodologi Research 2. Yogyakarta: Andi. Suyono dan Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep Dasar. Bandung: Remaja Rosdakarja. Syaiful Bahri Bahri Djamarah. 2005. Guru dan Anak Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta. Towns, Elmer L. 2002. Mendoakan Mazmur 23. Jakarta: Yayasan Pekabaran Injil Immanuel. Wina Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standart Proses Pendidikan. Cet. Keenam. Jakarta: Kencana. Winkel, W. S. 1987. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia. Vanier, Jean. 2009. Tenggelam ke Dalam Misteri Yesus. Yogyakarta: Kanisius. Yan Olla, Paulinus. 2010. Teologi Spiritualitas: Pengantar pada Teologi Spiritualitas, Tema-Tema dan Strukturalisasi Pengajarannya. Yogyakarta: Kanisius.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DARMA Jl. Ahmad Jazuli 02 Tromolpos 75, Yogyakarta 55002 Telp. (0274) 589035, 541642 – Fax. (0274) 541641 Hal Lampiran
: Permohonan Izin Penelitian : 1 (satu) berkas Proposal Penelitian
Kepada Yth, Kepala Sekolah SLB/G Hellen Keller Jln. R. E. Martadinata 88 A Wirobrajan. ditempat, Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan dibawah ini; Nama : Maria Eka Savitri NIM : 081124005 Semester/ Tahun Akademik : VIII (delapan)/ 2011-2012 Universitas : Sanata Dharma Yogyakarta Menyatakan bahwa saya sedang dalam penelitian untuk menyelesaikan skripsi dengan judul: Spiritualitas Gembala Baik dalam Pendampingan Personal Para Guru di Sekolah SLB/G A-B Hellen Keller Yogyakarta Demikianlah surat permohonan ijin penelitian ini saya buat dengan sebenarnya agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Atas perhatian dan ijin yang diberikan saya mengucapkan terima kasih. Yogyakarta,____ Maret 2012 Dosen Pembimbing Skripsi
Hormat saya Peneliti,
Drs. FX. Heryatno Wono Wulung, SJ, MEd.
Maria Eka Savitri
Menyetujui, Kepala Prodi IPPAK-USD
Drs. H. J. Suhardiyanto, SJ (1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 2 : Tabel Sarana
SARANA 1. No A 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 B 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 10 11 C 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 C 1 2 3
Jumlah Fasilitas Khusus Berdasarkan Penggunaan Jenis Fasilitas Umum Peraga PMP Peraga IPA Peraga IPS Peraga Matematika Peraga Bahasa Indonesia Alat Olahraga Umum Kolam renang Projector Hitaci Compo Philips Lcd Projector White Board 120 x 240 Laptop Tunanetra Riglet dan pen Globe timbul Peta timbul Mesin tik Braille Thermoform Miniatur benda Miniatur binatang Alat penjilid Alat Olahraga Khusus Tongkat Lipat Komputer Braille Komputer berakses suara Tunarungu Audiometer Alat bantu dengan perorangan Alat bantu dengan kelompok Alat olahraga khusus Artikulasi Pias huruf/kata/kalimat Persepsi bunyi Fosion ppt ST312 Saund Level Otoskop Tunagrahita Latihan motorik Keseimbangan Pias huruf/kata/kalimat
Baik
Rusak Ringan
Rusak Berat
Jumlah
2 6 4 9 10 15 1 2 1 1 1 3
2 -
-
2 6 4 9 10 17 1 2 1 1 1 3
Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Cukup Baik Baik Baik Baik Baik
26 3 5 3 1 8 20 1
1 -
-
26 3 6 3 1 8 -
Cukup Kurang Kurang Kurang Cukup Kurang Baik Cukup
1 5 4 1 6 1 3 1 1
-
-
4 1 6 1 3 1 1
Baik Kurang Kurang Kurang Kurang Baik Baik Baik Baik
10 -
-
-
10 -
Kurang Kurang
(2)
Keterangan (cukup/kurang)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Alat olahraga khusus
D 1 2 3 E 1 F 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tunadaksa Alat gerak/sensomotorik Alat perbaikan gerak Alat olahraga khusus Tunalaras Alat olahraga Autis Latihan motorik Keseimbangan Olat olahraga khusus Alat terapi musik Alat terapi wicara Alat terapi okupasi Alat terapi air Cermin Meja belajar khusus
4
-
-
4
Kurang
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
20 3 4 1 4
-
-
20 3 4 1 4
2. No A 1 2 3 4 5 6 7 8
Jumlah Fasilitas Khusus Berdasarkan Ruangan Jenis Fasilitas Baik Rusak Ringan Ruang Kantor Meja guru 8 Kursi guru 8 Rak buku administrasi 2 Almari/filling cabinet 3 Papan data 2 Mesin ketik 1 Mesin stensil Komputer 6 -
B 1 2 3 4 5 6
Ruang Kelas Meja murid Kursi murid Papan tulis Papan absen Almari kelas Ruang perpustakaan
5 23 6 6 6 1
C 1 2 3 4 5 6
Ruang Kesehatan Tempat tidur Meja Kursi Almari obat Timbangan Kartu kesehatan
D 1
Fasilitas Ketrampilan Gerinda listrik
Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Cukup Kurang
Rusak Berat
Jumlah
-
8 8 2 3 2 1 6
2 5 -
-
7 28 6 1
1 -
-
-
-
1
-
-
1
(3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Mesin las listrik Pelindung mata Sarung tangan las Mesin bor listrik Kompresor Spet ¼ liter Spet ½ liter Gerinda tangan Kunci-kunci bengkel Kompor gas Tabung gas 15 Kg Blender Oven gas
1 5 10 1 1 4 2 1 30 1 1 1 1
-
-
1 5 10 1 1 4 2 1 30 1 1 1 1
E 1 2
Fasilitas Lain Kendaraan roda dua Kendaraan roda empat
1 1
-
-
1 1
(4)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 3 : Struktur Organisasi Sekolah
YAYASAN DENA UPAKARA PUSAT YAYASAN DENA UPAKARA CABANG YOGYAKARTA
TIM PEMBINA : IBU RINA IBU TANTI KEPALA IBU MARIA SEKOLAH
TATA USAHA
DEWAN PENDIDIKAN KEPALA SEKOLAH WAKIL KEPALA SEKOLAH KETUA KELOMPOK 1 ASRAMA KETUA KELOMPOK 2 ASRAMA
KEPALA SEKOLAH
KEPALA ASRAMA
KETUA KELOMPOK 1
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
BU RINA BU DANI BU TANTI BU PENI BU CHRIS BU YAYUK SR. ESTER SR. STANIS SR. YOSEPHA PAK YOHANES
1. 2. 3. 4.
KETUA KELOMPOK 2
PAK EKO PAK ANTON BU SARI BU RINI
1. 2. 3. 4.
PAK PETRUS PAK JOKO BU MARIA BU HARTINI
CLEANING SERVIS 1. BU WASTI 2. BU TINAH 3. BU TINI
(5)
KEPALA DAPUR
IBU KIRDI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 4 : Data Siswa
DATA SISWA SLB / G-AB HELEN KELLER INDONESIA TAHUN PELAJARAN 2011 / 2012
NO.
NO INDUK
NAMA SISWA
L/P
TEMPAT LAHIR
TGL. LAHIR
AGAMA
JENJAN G
KELAS
KETUNAAN
NAMA ORANG TUA
ALAMAT ORANG TUA
PEKERJAAN ORANG TUA
1
010
Anastasia Priska Wijaya
P
Wonosobo
9/7/1992
Katolik
Dasar
III
G-AB
Antonius Darmadi
Wonokromo RT 1/RW 1 No. 3 Mojotengah
Sopir
Wonosobo 2
012
Maria Nosilia
P
Purwokerto
10/10/1996
Katolik
Dasar
II
G-AC
Yohanes Mulyono
JL. Karangjengkol no 583 Wangon
3
015
Sigit Aris Prasetyo
L
Bantul
7/12/1998
Islam
Dasar
II
Low Vision
Rasidal
Jalakan RT 04 Pandak
Swasta
Purwokerto 53176 Buruh
Bantul 4
018
Angga Aditya Febriansyah
L
Sleman
23/2/2001
Islam
Dasar
I
G-AB
Sugiyatno
5
019
Syauqi Koso Daifullah
L
Yogyakarta
15/9/2001
Islam
Dasar
I
G-AB
Sukoso Maksum
6
021
Imam Solahudin
L
Bekasi
24/9/2001
Islam
Dasar
I
G-AB
Solihin
G-AB
Totok Tri Haryanto
Murangan RT 08/RW 23 Triharjo Sleman JL. Kradenan Raya, Lapangan Bedrek Sembigo D3 RT 18 RW 14 Maguwoharjo, Depok, Sleman Tempel RT 03, Sidomulyo, Bambanglipuro
Sopir
TNI AD
Buruh
Bantul 7
022
Fernanda Dafa Wardana
L
Sragen
5/9/2001
Islam
Dasar
I
Tileng RT 7, Kaloran, Gumolong
Guru SMP
Sragen 8
023
Salma Putri Oktaviani
P
Surakarta
17/10/2001
Islam
Dasar
I
G-AB
Murnianto
Kerten RT 03/RW 08 Kec. Laweyan
Mega Raya X/50, Ngaliyan
Sendangsari, Terong, Dlingo
Buruh
Surakarta 9
024
Firman Agung Wiguna
L
Pemalang
16/4/2002
Islam
Dasar
I
G-AB
Eko Sasono Edi P.
10
025
Herman Susanto
L
Bantul
27/6/1994
Islam
Dasar
III
G-BC
Budi Susanto
Karyawan
Semarang Tani
Bantul 11
027
Dwi Prasetyo Hutomo
L
Bantul
7/7/1998
Islam
Dasar
III
G-BC
Abu Khamid
Gesikan, Dukuh Titang RT 80
Tani
Desa Sumberagung, Jetis, Bantul 12
028
Albert Barret Purba
L
Yogyakarta
4/9/2004
Kristen
Dasar
II
G-AB
Bernard Purba
Perum Pusa Indah P.14 Bangunjiwo
Wirausaha
Kasihan Bantul 13
029
Gilbert Barry Purba
L
Yogyakarta
4/9/2004
Kristen
Dasar
II
G-AB
Bernard Purba
Perum Pusa Indah P.14 Bangunjiwo
Wirausaha
Kasihan Bantul 14
030
Suwarningsih
P
Kulonprogo
3/3/1996
Islam
Dasar
II
(6)
G-AC
Sri Wuryanti
Dukuh Ngaseman, Desa Hargorejo
Buruh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Kec. Kokap, Kulonprogo 15
031
Mohammad Hanif Bagaskara
L
Mataram
11/3/2001
Islam
Dasar
I
G-AB
Adji Prihananto
G-BC
Stephanus Geroda
JL. Tegal Melati RT 07/RW 36 Jongkang
Swasta
Sleman 16
032
Maria Teresa Setyowati T.A.
P
Yogyakarta
12/6/1992
Katolik
Dasar
II
Perum Tarakanita III, Ngebel, Tamantirto,
Guru SMA
Kasihan, Bantul 17
033
Mohammad Yuda Pratama
L
Sleman
24/7/1999
Islam
Dasar
I
G-AB
Wahyudi
Candi Gebang, Wedomartani, Ngemplak
Sopir
Sleman 18
19
034
Dwiki Handoko
L
Sleman
13/11/2004
Islam
Dasar
I
G-AB
Sumarno
Tumut RT II RW 12 Sumbersari Moyudan
Petani
Swasta
Buruh
035
Nur Hasna Oktavianti
P
Bekasi
14/10/2000
Islam
Dasar
I
G-AB
Sutarko
Sleman Perum Bekasi Timur Regency Blok 08 No 21 RT 01/36 Desa Burangkeng Kec. Setu Bekasi
037
Nurul Heni Erawati
P
Sleman
19/10/1994
Islam
Dasar
II
G-AC
Wagiran
Rogoyudan, Sinduadi, Mlati
P 20
Sleman 21
039
Rini Dewi Kristiyati
P
Temanggung
9/1/2005
Islam
Dasar
I
G-BC
Sarimun
Kledung RT 01/RW 01, Kec. Kledung,
Tani
Kab. Temanggung 22
040
Fatimah Az - Zahra
P
Yogyakarta
31/08/2006
Islam
Dasar
I
G-BC
Dwi Purnomo
Jl.Kapas no.12 CT depok sleman
TNI-AU
23
041
Nikens Pratama
L
Sleman
22/07/
Islam
Dasar
I
G-BC
Wawan
Swasta
24
042
Reny Melita Dewi
P
Depok
30/05/2001
Islam
Dasar
I
G-BC
Susilo
25
043
Hesti Artiyanto Saputri
P
Wonogiri
22/08/2001
Islam
Dasar
I
G-BC
Sugiyanto
Jl.Pangkuhan rt 02 rw 09 sleman Ngepong rt3 rw 14 karnag mojo gunung kidul Jegoh Rejosari rt 3 rw 4 Jatisrono Wonogiri
26
044
Rakha Taufiqur Rahman
L
Yogyakarta
13/04/2005
Islam
Dasar
I
G-AC
Totot Sumartoyo
Jl.Nyi Ageng Niskg I/515A Rejowinangun
Swasta
27
045
Mohammad Rafly Pasha
L
Yogyakarta
14/11/2006
Islam
28
046
Benedicta Sadhana Premanasari
P
Semarang
23/08/2000
Khatolik
29
047
Agnesia Brigita Christi
P
Balikpapan
24/07/2005
Katolik
Dasar
I
G-BC G-BC
Dasar
I
G-BC
Ujang Rusdiana FX.Ardan niyanto Medy Soesetyo Martinus
Yogyakarta Komp.Griya Avita ED 11 jl.Wates km 3 Bayeman
Buruh
Swasta
Mugas Dalam no.5 Semarang
Karyawan
Perum.WIKA BR 5 / 2 Balikpapan
Karyawan
Yogyakarta, 30 April 2012 Kepala Sekolah
Sr. Magdalena Sukijam PMY
(7)
Buruh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 5 : Daftar Tenaga Kependidikan DAFTAR TENAGA KEPENDIDIKAN 1.
Kepala Sekolah dan Guru Masa Kerja (Tahun)
No
Nama Kepala Sekolah/ Guru
Jenis Kelamin
Jabatan Seluruhnya
Sesuai SK
Ijazah Tertinggi
Status KepeGawaian
Gol/ Ruang
Spesialisasi Mengajar TK
Jurusan
Tahun
Judul Karya Tulis Berkaitan Dengan PLB
Mata Pelajaran Yang Diajarkan/ Guru Kelas
1.
Sr. Magdalena Sukiyam PMY
P
Kep. Sek.
2
2
GTY
IId
SG PLB
B
1991
G-AB
Guru kelas
2.
Sr. Stanisla Kurnianingsih PMY
P
Waka. Sek.
7
6
GTY
IIb
Dipl.
2005
G-AB
Guru kelas
3.
Sr. Antonie Ardatin PMY
P
Guru
10
10
GTY
IIIa
1974
B
4.
Crescentiana Dani Hartanti, S.Pd.
P
Guru
1
-
GTT
IId
SG PLB S1
Deaf blind (India) B AP
2005
G-AB
Guru kelas
5.
Fransiska Krismartanti, S.Pd.
P
Guru
1
-
GTT
IId
S1
PLB
2003
G-AC dan Low Vision
Guru kelas
6.
Angela Oktaviani Muji Rahayu, S.Pd Sr. Agnesh Santi Kadaryati PMY
P
Guru
-
-
GTT
IId
S1
Sejarah
2007
G-AB
Guru kelas
P
Guru
9
5
GTY
IIc
Dipl.
Deaf blind (India)
2005
G-AB
Guru kelas
7.
(8)
Guru wicara
Penataran PLB Terakhir Yang Pernah Diikuti Nama Penataran
Tahun
Diklat Guru Anak Tunaganda (Jakarta) Diklat KTSP PLB (Yogyakarta) -
2008
Diklat Guru Anak Tunaganda (Jakarta) Diklat KTSP PLB (Yogyakarta) -
2008
Deafblind Course (India)
2005
2007 -
2007 -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8.
Fransisca Rina Wigati, S.Pd
P
Guru
7
6
GTY
IIb
S1
Pend. Bahasa Inggris
2007
G-AB
Guru kelas
9
Florentina Peni Laras
P
Guru
4
-
GTY
IIa
SMK
Busana
1993
G-AB
Guru kelas
(9)
Educational Leadership Program for Deafblindness (USA) Diklat Terapi Musik dan Gerak (Yogyakarta)
2007
2007
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 6 : Panduan Wawancara Panduan wawancara untuk staf guru: 1. Sudah berapa lama anda berkarya di sekolah ini? 2. Apa alasan anda memilih berkarya di sekolah ini? 3. Apa yang melatarbelakangi anda tetap berkarya menjadi guru di sekolah ini? 4. Apa pergulatan atau masalah terbesar anda selama berkarya di sekolah ini? 5. Apakah pendampingan yang dilaksanakan selama ini sudah cukup efektif bagi perkembangan siswa sendiri? 6. Apa kriteria yang baik bagi sebuah pendampingan, terutama bagi pendampingan anak yang berkekurangan seperti di sekolah ini? 7. Menurut pendapat anda, apa kekurangan dan kelebihan dari pendampingan yang telah dilaksanakan di sekolah ini? 8. Berdasarkan pengamatan anda, apakah pendampingan yang laksanakan di sekolah ini telah menampakkan hasil yang memuaskan atas hasil belajar siswa, baik secara kognitif, afektif psikomotoris? Alasannya? 9. Berdasarkan pendapat anda, faktor-faktor apa saja yang dapat mendukung pendampingan yang selama ini dilaksanakan demi meningkatkan hasil belajar? 10. Menurut anda, bagaimana bentuk pendampingan yang sungguh membantu anak-anak, terutama untuk hasil belajarnya?
(10)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Panduan wawancara untuk orang tua atau wali murid 1. Apa alasan anda mempercayakan anak-anaknya bersekolah di sekolah ini? 2. Darimana anda mendapat informasi tentang sekolah ini? 3. Berdasarkan pengamatan anda, apakah pendampingan yang dilaksanakan di sekolah ini sudah cukup efektif atau tidak bagi hasil belajar anak anda? Alasannya? 4. Menurut anda, apakah pendampingan yang dilaksanakan di sekolah ini sudah menampakkan hasil yang memuaskan atas hasil belajar anak anda masingmasing? Alasannya? 5. Kritik, saran atau usulan apa saja yang dapat anda berikan untuk sekolah agar pelayanan di sekolah ini semakin baik?
(11)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 7 : Contoh Hasil Wawancara
Wawancara
: Pertama (W1)
Observe
: Bu Christina (B.C)
Lokasi
: Ruang Tamu SLB/G A-B Hellen Keller
Tanggal
: Senin, 3 sept 2012 (3 Sept 12)
Waktu
: 12.30-selesai
Kode
: B.C, W1, 3 Sept 12
Baris Pelaku Uraian wawancara 1 Peneliti Makasi ya bu sudah mau diwawancarai. Saya wawancaranya hanya seputar pendampingan saja. Pertama saya mau Tanya, ibu sudah berapa lama berkarya di sini? 5 Subjek Saya berkarya disini tuh baru 4 tahun Peneliti Itu semenjak tahun berapa kalau boleh saya tahu? Subjek Sejak tahun 2009 Peneliti Kalau boleh tahu, alasan ibu memilih berkarya 10 disini apa ya? Subjek Saya dulu latar belakangnya kan biarawati. Saya dulu Biarawati PMY juga. Terus selama menjadi biarawati dikaryakan mengajar anakanak tunarungu di Wonosobo. Lalu juga pernah 15 juga berkarya disini, selama satu tahun selama masih menjadi suster, lalu tahun 2006, saya mengundurkan diri dari biarawati. Terus saya kuliah di semarang, lalu setelah selesai kuliah saya ditawari oleh Sr. Wahyu PMY yang 20 menjadi pembimbing yayasan untuk mengajar disini. Ya saya senang, karena dekat dengan rumah dan di samping itu juga saya memang merasa saya selama bekerja lagi di sini itu seperti saya merasa… 25 Peneliti Menemukan rumah baru??? Subjek Ini dunia saya yang kutemukan kembali karena ternyata saya itu bekerja disini istilahnya kayak ikan itu kembali ke akuariumnya. Jadi merasa inilah hidup ku inilah habitat ku… 30 Peneliti Menyenangkan sekali ya bu… Subjek Memang. Beda kalau waktu saya berkerja di Semarang. Selama kuliah, saya juga nyambi bekerja mengajar TK di Semarang. Itu juga
(12)
Tema
Alasan memilih berkarya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
40
45
50
55
60
65
70
75
saya sebagai guru staf, saya gak begitu srek dengan pengajaran di sana dengan. Mungkin juga meskipun di sana ada TK dengan di Play group juga ada anak-anak berkebutuhan khusus, ada yang menurut saya juga, autis juga ada, hiperaktif juga ada. Tetapi saya gak tahu mungkin panggilan saya memang di sini. Peneliti Trus yang melatarbelakangi tetap berkarya disini juga karena itu? (panggilan bekerja) Subjek Ya karena itu. Saya merasa karena panggilan hidup saya ya mendampingi anak, anak berkebutuhan khusus ini. Dan saya merasa senang dan selalu enjoy. Meskipun kadangkadang juga ada godaan untuk keluar. Tetapi setiap kali saya memutuskan untuk keluar rasanya kok berat. Ada sesuatu yang sepertinya membuat saya. Tuhan itu sepertinya membuat saya. Saya merenungkan kembali “jangan gitu loh” tetapi begitu saya lalu tidak lagi menulis kata pengunduran diri, saya kok merasa senang, ada merasa lega. Oooo.. berarti memang kalo saya memutuskan mengundurkan diri sesuatu keputusan yang tidak tepat untukku. Karena itu tadi bahwa setiap kali saya mau mengambil keputusan penting itu saya bawa dalam doa. Supaya keputusanku ini bener ato enggak. saya komunikasikan dengan Tuhan… Peneliti Em.. begitu bu.. hm.. kalo boleh saya tahu, pergulatan atau masalah terbesar ketika anda berkarya disini apa toh bu? Subjek Lebih-lebih kalau saya itu bertemu dengan anak yang bagi saya itu dalam arti tertentu menantang. Itu berat juga… seperti saya itu… Peneliti Tama? Subjek Tama.. karena apa ya? Ehm…kacacatannya itu saya rasa. Kenakalannya atau ehem.. latar belakangnya itu bagi saya itu. Apa yach..? Menyulitkan untuk saya karena lain dengan anak lain. Karena anak-anak yang lain itu diatur begitu mudah. Lalu tidak begitu apa ya? Seusil dia, tidak begitu serewel dia. Dalam arti Tama dulu kan kalau diberi tahu gitu tidak pernah dong gitu loh. Selalu ga pernah dong (paham) dengan bahasa yang kasar, dengan bahasa lembut. Selembut apapun. Tetap dia ga bisa. Sampai akhirnya memilih teknik bahasa kasar (13)
Latar belakang berkarya
Masalah dalam berkarya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
85
90
95
100
105
110
115
120
125
keras sampai diiket kakinya itu juga gak donk. Sampai katakanlah bukan saya tok (saja) tetapi guru yang lain, bu Rina sampai juga kewalahan. Sr Magda juga kewalahan. Akhirnya beberapa bulan yang lalu, Sr Wahyu PMY itukan psikologi toh. Kebetulan dia mengambil S2 dan meneliti anak-anak disini. Dan saya meminta Tama secara khusus untuk mendampingi. Yah itu tadi, ternyata di situ banyak ditemukan bahwa latar belakang si Tama ini yang membuat anak ini berbeda dengan yang lain. Jadi harus membutuhkan penanganan yang khusus, dibandingkan anak yang lain. Peneliti Menurut anda sendiri, apa pendampingan yang Efektifitas dilaksanakan di sini sudah cukup efektif untuk pendampingan perkembangan anak atau perkembangan siswa sendiri? Subjek Secara efektif atau tidak saya rasa juga akhirnya melihat bagaimana, apakah dalam pendampingan itu membuat anak berkembang atau tidak. Bisa dikatakan, bisa dilihat efektifnya atau tidak. Nek selama ini saya merasa dalam mendidik anak-anak. Dalam mendidik anak-anak itu saya harus melihat latar belakang. Setiap anak kan berbeda latar belakangannya. Kayak Albert Gilbert itu latar belakangnya, dari segi kecacatannya, dari segi pendampingan orang tuanya, itu kan berbeda dengan Tama. Tama kecacatan yang hanya tuli, juga latar belakangnya diasuh oleh orang tua yang bukan orang tua kandung tetapi anak pungut (anak angkat). Itu kan sangat berbeda karena perlakuan orang tua angkatnya sangat penuh perhatian. Peneliti Beda dengan kalo orang tua asuh atau orang tua kandung. Subjek Meskipun nek Albert Gilbert juga pun penuh perhatian tapi beda karena nek Tama itu penuh perhatiannya terlalu penuh. Jadi seperti tidak mendidik, karena segala sesuatu dituruti. Jadi tidak ada didikan disitu. Dan orang tua kurang begitu tegas di dalam mendidik anaknya. Sementara kalo Albert Gilbert kan orang tuanya tegas di dalam mendidik anak. Seperti itu kan mempengaruhi bagaimana saya harus masuk kedunianya Tama. Saya harus masuk
(14)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
135
140
145
150
155
160
165
170
kedunianya Albert Gilbert. Saya harus masuk kedunianya Angga. Peneliti Menurut ibu sendiri sih Kriteria yang baik Kriteria untuk pendampingan? pendampingan Subjek Pendampingan khususnya untuk anak seperti ini lebih-lebih ke pendampingan dengan cara hati ke hati. Menurut saya, saya harus mengenal anak, mengenal latar belakangnya, mengenal apa kemampuannya, mengenal kekurangannya lalu dari situ saya bisa tahu kekurangnya, seperti contohnya Gilbert. Dulu Gilbert itu minder sekali. Anaknya sangat minder dibandingkan yang lain-lain, dibandingkan Albert. Karena Albert terlalu mendominir. Kenapa toh jadi seperti itu? Saya lalu cari-cari informasi. Oh ternyata di rumah dia diperlakukan berbeda dengan Albert. Orang tuanya, mamanya, lebih cenderung dan lebih sayang ke Albert dibanding ke Gilbert. Di situ membuat Gilbert itu merasa minder merasa selalu kalah dibandingkan Albert. Lalu disini (sekolah) kami, Saya dengan temen guru lebihlebih. Bagaimana memberikan dukungan kepada Gilbert yang selama ini segala sesuatu Albert selalu mendominasi. Minta ini minta itu selalu dipenuhi. Sekarang gak kalo, di sekolah Gilbert yang diutamakan. Minta sepeda. Misalnya bermain minta sepeda, trus yang selalu merebut Albert. Tidak sekarang gilirannya Gilbert. Menulis. misalnya menulis. Menulis di papan tulis, yang selalu minta spidol selama ini Albert. Tidak ganti Gilbert. Selalu Gilbert. Karena ia punya kemampuan dalam segi menghapalkan isyarat, menghapalkan tulisan, lalu dia dengan seperti itu, katakanlah diberi gurunya mendukung. Gurunya memberikan lahan, memberikan kesempatan, memberikan perhatiannya, lalu otomatis anak itu berkembang. Lalu menjadi percaya diri, lalu tumbuh rasa percaya dirinya, lalu sekarang menjadi pinter isyarat, sekarang pinter tulisan. Karena dia itu tadi, diberikan kesempatan dan perhatian yang lebih untuk dia tumbuh. Sekarang dirumah Albert tidak begitu mendominir lagi. Gilbert sudah mulai berani merebut misalnya saat remote TVnya dikuasai
(15)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
180
Peneliti
Subjek 185
190
195
Peneliti 200 Subjek Peneliti Subjek 205
210
215
Peneliti Subjek Peneliti Subjek
oleh Albert. Dulu ga berani, selalu takut dengan Albert, sekarang berani.. Nah disitu berarti Gilbert punya kepercayaan diri. Bahwa aku (Gilbert) juga harus diperlakukan sama seperti Albert. Itukan menumbuhkan.. apa ya? Sesuatu ya.. watak.. bukan hanya secara kognitif.. tetapi secara prilaku juga kan perlu berubah. Hem.. begitu. Kalo menurut anda sendiri, dari pendampingan Albert dan Gilbert, apakah ada kekurangan atau kelebihannya ga bu? Kekurangnya selama ini apa ya? Nek saya kalau menurut dari kaca mata Albert Gilbert. Saya sudah merasa dalam arti sama-sama lah. dalam arti sama bahwa dua-duanya sama mulai berkembang. Albert sudah sama seperti Gilbert. Dalam arti dalam pendidikan kognitifnya sudah sama-sama. Yang dulu Albert terlalu mendominir sekarang sudah mulai tidak. Itu dalam arti tertentu sebagai keberhasilan. Tetapi dalam hal tertentu memang kita perlu menjalin kerja sama dengan orang tua, supaya orang tua pun menjadi berubah perilakunya untuk tidak mengutamakan Albert, tetapi dua-duanya. Yow Gilbert perlu diutamakan. Kita juga perlu diberikan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang. Hm.. begitu dari kekuranganya menurut kacamata ibu sendiri Kekurangannya… apa ya? Kayak nya gak ada.. Ga ada…? Cuma sedikit saya melihat itu orang tua lemah, pilih kasih dengan Albert. Albert dibelikan alat bantu dengar sementara Gilbert enggak. Padahal Gilbert juga sebenarnya butuh.. kacamata kalo guru-guru gak ngerecokin setiap hari waktu itu gak akan segera itu dibelikan.. Jadi hanya.. seperti di anak emaskan yach seperti itu masih ada sampai sekarang… Terus… juga gini kalo Gilbert juga. Tidak bisa seaktif seperti Albert. Orangnya Albert mau tampil, mau ini, mau itu. Secara komunikasi dia bisa, secara artikulasi juga bisa. Secara kalo Gilbert karena kendala lebih parah kan, kecacatannya kan lebih parah daripada Albert. Kan matanya lebih parah daripada Albert. Itu yang membuat (16)
Kelebihan pendampingan
Kekurangan pendampingan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
220 Peneliti
225
Subjek 230
235
240 Peneliti Subjek Peneliti 245 Subjek 250 Peneliti Subjek 255
260
265
dia artikulasinya ga begitu jelas. Itu yang mungkin membuat orang tua. Kenapa lebih cenderung ke Albert. Oh gitu. Berarti karena kecenderungannya. Nah berdasarkan pengamatan anda sendiri. Apakah pendampingan yang dilaksanakan sekolah sudah menampakkan yang memuaskan bagi hasil belajar terutama kognitif, afektif dan psikomotoriknya? Menurut saya, pendidikan lebih2 di sekolah ini sudah cocok. Karena apa? Karena apa lagi dengan dikelompokkan berdasarkan jenis kecacatan masing-masing. Anak inikan samasama kecacatan sama. Albert gilbert juga sama pendengaran sama penglihatan, lalu juga Angga juga dia pengliatan juga pendengaran. Meskipun Tama hanya sedikit hanya pendengaran saja. Itu saya rasa apalagi mereka hampir seusia. Itu sangat cocok pendidikannya. Lebih-lebih dia juga secara kognitif juga mampu dituntut untuk tulisan untuk bahasa isyarat. Jadi saya merasa cocok juga sesuai dengan kebutuhan anak. Jadi sudah merasa cocok sesuai dengan sesuai dengan kebutuhan anak. Berdasarkan pendapat anda sendiri, apa sih faktor-faktor yang bisa mendukung untuk pendampingan di sini? Faktor-faktor…. (diam sejenak).. faktor yang cocok untuk pendampingan anak yang seperti ini yach. Yang pertama guru harus tahu tentang psikologi anak berkebutuhan khusus. Psikologinya dulu…. Psikologinya dulu. Karena anak-anak berkebutuhan khusus terutama lebih-lebih tunarungu ganda, tunarungu netra itu berbeda dengan psikologi anak yang lain. Lebih2 berbeda dengan psikologi anak-anak normal. Itu sangat berbeda jadi yang faktor utama untuk mendampingi mereka harus tau dulu eh. psikologi anak, yach psikologi anak berkebutuhan khusus. Trus yang kedua harus mengenal itu tadi mengenal latar belakang anak. Karena supaya untuk pengajaran. Karena supaya bisa memberikan suatu materi kepada anak. Membuat program pengajaran kepada (17)
Hasil Pendampingan
Faktor Pendukung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
270
275
280
285
290
295
300
305
310
anak. Guru harus Wawancara dulu, yang namanya assesment. Peneliti Ow berarti kelasnya bu Rina dengan kelas sr Ester itu ya? Subjek Ya.. Kami setiap hari… Yang pertama kali memang kelasnya Bu Rina. Kami setiap hari juga harus membuat program setiap tahun itu. Membuat assesment anak itu, tahun ini belum bisa. Lalu kami membuat program. Seperti tahun ini kami membuat programnya untuk Albert dan Gilbert lalu juga Angga. Itu sebenarnya pake jadwal tidak bergambar lagi. Nek disinikan ada jadwal gambar dan tulisan. Sekarang hanya tulisan. Seharusnya untuk semester ini hanya tulisan, sudah tidak dibantu gambar. Cuma saya memang belum sempat buat. Jadi sekarang tuntutannya buka gambar lagi. Anak tidak dibantu gambar lagi, tidak dengan media gambar harus dengan media tulis. Lalu juga sekarang membaca harus perkalimat. Setiap kalimat. Kemarin-kemarin masih satu kata misalnya membaca dengan “ini tempe. Ini kursi. Ini buku. ini apa?” Tapi sekarang sudah mulai membaca percakapan. Dalam percakapan dikelas kan tulisan sudah lengkap. Itu membuat anak dirasa sudah mampu secara sudah banyak kosakata. Jadi dengan sebuah cerita seperti itu diharapkan anak semakin banyak kosakata. Semakin membuat anak, sudah mulai katakanlah yow itu tadi menambahkan kosakata. Peneliti Jadi menambah kosakata dari anaknya sendiri. Kalo ibaratnya bahasa ibu konsepnya..? Subjek Konsepnya semakin banyak gitu.. Peneliti Ooow ya.. untuk yang terakhir, menurut anda Bentuk sendiri, bagaimana sih bentuk pendampingan Pendampingan yang dapat membantu anak-anak terutama untuk hasil belajarnya? Bentuk pendampingan yang sesuai Subjek Bentuk pendampingannya kalo disini meskipun proses pembelajarannya secara klasikal tetapi harus individual. Karena seperti dikelas saya itu selama percakapan tetapi tetap saya dengan Albert, saya dengan Gilbert. Saya dengan tanya-tanya secara individu juga. Yang satu melihat sana, yang satu melihat kesana, “apa (18)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
315
320
325
itu?”. Itu sudah membuat memecah kosentrasi. Jadi konsepnya harus perindividu. Peneliti Seperti tadi pagi ditanya, “ini apa? Ini apa?” terus ditanya berulang-ulang. Subjek Ya ya.. Klo sekolah normal kan tidak, misalnya klasikal, satu kelas semuanya. Dalam arti satu kelas semua anak kan bisa melihat langsung tetapi kalau dengan anak-anak seperti ini tetap ga bisa. Meskipun klasikal tetapi tetap individu diutama. Peneliti Jadi dari sekitar 100%, sekitar 80% nya individu dan 20% klasikal. Berarti metodenya ada dua, metode individual dan metode klasikal Subjek Ya.. ya.. Peneliti Terima kasih yach bu.. terima kasih banyak atas waktunya.. Subjek Ya sama-sama..
(19)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Wawancara
: kedua (W2)
Observe
: Bu Rina (B.R)
Lokasi
: Ruang Tamu SLB/G A-B Hellen Keller
Tanggal
: Rabu, 5 sept 2012 (5 Sept 2012)
Waktu
: 12.30-12.45
Kode
: B.R, W2, 5 Sept 2012
Baris Pelaku Uraian wawancara Tema 1 Peneliti Selamat siang bu. Terima ksih atas waktunya. Gini bu pertama-tama, ibu sudah berapa lama berkarya di sekolah ini? Subjek 13 tahun 10 bulan 5 Peneliti 13 tahun 10 bulan. Itu dari tahun berapa ya kalo boleh tahu? Subjek Tahun 98. Hampir 14 tahun. Nanti oktober pas 14 th. Peneliti Oktober pas 14 tahun 10 Subjek Per September-Oktober saya dulu bekerjanya Peneliti e.. kalo boleh tahu, apa sih alasan anda memilih berkarya di sekolah ini? Subjek Cerita aja ya. Sebab ga punya alasan disini. Alasan Pokoknya ceritanya dulu diajak. Lulus SMEA berkarya 15 karena orang tua ga punya biaya. Pokoknya ga punya biaya untuk kuliah, intinya gitu. Waktu itu saya SMEA berpikir nek lulus saya ingin kerja tetapi gak jauh dari orang tua. Ya disekitar Jogja ato Klaten. Karena kalo di luar ee.. di 20 yang jauh itu kan kaka-kaka saya udah jauh. Jadi biar ada yang ngawasi orang tua. Biar ada yang jaga. Jadi saya ingin kerja yang dekat. Waktu itu diajak Sr.Antoni untuk lihat-lihat sini. Trus ditawarkan disini ada apa namanya? 25 Ada lowongan jadi guru sama ibu asrama, trus akhirnya… Intinya waktu itu, alasannya ternyata senanglah dengan anak ini. Bisa bahasa isyarat, saya tuh senang. Ada yang beda dari orang lain kan. Suatu pekerjaan yang apa ya 30 namanya..? Eh sosial. Saya anggap ini pekerjaan sosial Peneliti Apa yang melatarbelakangi anda tetap berkarya di sekolah ini apa?
(20)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Subjek 35
Peneliti 40 Subjek 45
50
55
Peneliti Subjek Peneliti
Subjek
60 Peneliti
65 Subjek 70
75 Peneliti
Yach…. Selain karena emang udah mungkin cinta dengan anak-anak. Udah gimana ya? Udah nyaman disini.. Nyaman seneng dengan pekerjaan ini, dengan anak-anak juga seneng. Mungkin karena itu. Ow.. karena cinta dengan anak-anak. Terus kalau boleh tau, apa pergulatan atau masalah terbesar anda ketika berkarya di sekolah ini? Masalah.. Apa ya? Ga terlalu berat juga sih karena kadang-kadang merasa lelah. Anaknya ngompolan, ee-an. Itu saja.. kadang merasa lelah ketika anak nakal, ee-an, ngompolan. Kadang-kadang kita merasa cape aja. Kadangkadang kita udah istilahnya, dari pagi siang dengan anak trus. Gak ada masalah yg terlalu kursial. Ga ada masalah yang terlalu…? Terlalu berat Menurut anda sendiri, apakah pendampingan yang dilaksanakan selama ini sudah cukup baik bagi perkembangan anak-anak? Masih belum cukup. Tidak ada kata cukup. Kita trus belajar. Trur belajar. Pokoknya belajar. Tetap gak ada akhir. Tetap ada anak baru, selalu ada tantangan baru. Jadi saya tidak pernah merasa sudah bagus, sudah cukup. Pasti masih ada yg harus dikembangkan. Jadi menurut ibu, harus terus belajar. Dari pengalaman anda sendiri atau ibu sendiri. Menurut ibu, kriteria yang baik bagi sebuah pendampingan yang baik terutama untuk pendampingan anak-anak disini yang memiliki kebutuhan khusus? Pertama jelas mesti punya hati. Punya hati untuk anak seperti ini. Bahwa selalu memahami mereka bahwa mereka harus diberi perhatian ataupun stategi yang khusus, yang istimewa. Lalu harus sabar. Lalu Berpikir positif bahwa anak itu ada sesuatu yg harus dikembangakan. Karena kadang-kadang tidak semua orang berpikir bahwa anak-anak seperti ini bisa berkembang. Jadi guru harus selalu berpikir positif. Jadi pertama punya hati dulu, terus juga sabar, berpikir positif bahwa mereka pasti bisa berkembang (21)
Latar belakang berkarya
Pergulatan selama berkarya
Efektivitas pendampingan
Kriteria yang baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
85
90
95
100
105
110
115
120
125
Subjek
Terus juga telaten. Juga mungkin ini meskipun sepele tetapi harus orang yang ga jijik-an. Anak-anak seperti ini kan… Anak yg bersih ga bisa bekerja disini. Orang dikit-dikit jijik. Dikitdikit jijik. Pasti akan sulit bekerja disini.. Peneliti Terus menurut anda sendiri, apa kekurangan dan kelebihan dari pendampingan yang anda laksanakan selama ini? Subjek Kekurangannya..? Eh mungkin sebetulnya. Kalo anak-anak deafblind ini kan sebetulnya individu yah? Ini yang membuat sering kali kita ga merasa efektif. Krn kita dengan satu guru dengan 3, 4 anak. Efektif memang 1 guru 1 anak, agar tentu anak lebih maju dan berkembang kalo kita 1 guru ia anak kan eh..1 guru banyak anak. Pasti apa ya..? Tentu anaknya berkembangan sedikit ketika 1 guru 1 anak. Lalu kelebihannya kita di sini, menurut saya yah luar biasa dengan anak seperti ini. Diluar sana tentu ada, pasti di luar sana ada anak yang lebih mudah ditangani, tetapi kita tetap bertahan di sekolah ini mendampingi anak-anak seperti ini. Itu yang menurut saya kelebihan kita yach disini. Peneliti Sip sip bu.. boleh boleh.. kalo berdasarkan pengamatan anda, apakah pendampingan yang selama ini telah menunjukan hasil yang memuaskan untuk kognitif, afektif dan psikomotoriknya? Subjek Kalo itu tergantung anaknya. Iya tergantung anaknya. Klo anaknya memang mampu. Sudah ada yang menunjukkan seperti Friska, Herman. Yah tapi kalo anak yang tidak mampu. Karena kadang faktornya, kadang bukan dari pendidik, bukan dari guru. Tetapi dari anak sendiri, karena memang anaknya memang tidak mampu untuk diajak berkembang kearah kognitif. Memang tidak bisa. Tetapi ada yang bisa, nyatanya kayak Friksa baca tulis lancar. Penampilan bagus, yach kayak bagus, pasti ya berkembang. Dan itu juga karna anakya begitu, bukan pendidiknya semata-mata. Peneliti Tetapi berdasarkan pengamatan sudah ada perkembangan? Subjek Yach pasti.. sudah anak yang mampu sudah ada perkembangan misalnya. (22)
Kelebihan dan kekurangan pendampingan
Hasil pendampingan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
135
140
145
150
155
Peneliti Berdasarkan pengamatan, faktor-faktor apa sih yang mendukung dari pendampingan yang selama ini dilakukan? Subjek Jelas sarana dan prasarana harus sesuai dengan anak yang berkebutuhan khusus. Kemudian guru-guru yang kompeten. Punya hati sabar. Kerjasama antar guru. Kemampuan anak sendiri juga sangat mempengaruhi keberhasilan. Mungkin trus stategi tadi, kalau bisa individu akan lebih berhasil. Tenaga ya juga harus cukup.. Peneliti Jadi itu menurut anda, sarana, guru terus kemampuan anak sendiri. Kalau menurut anda, bagaimana bentuk pendampingan yang sungguh membantu untuk anak di sekolah ini? Subjek Masih individu tadi. Individu itu tadi yah. Individu akan sangat bagus. Khususnya terlebih-lebih untuk anak yang non-akademik. Kalo mungkin untuk anak yg akademik, yang secara apa namanya IQ diatas normal keatas, rata normal keatas, gak harus individu. Tapi untuk anak yang harus kita lebih mengatakan low fungsion. Peneliti Low vision? Subjek Low fungsion. Kyk Dava, Oky. Itu low fungsion. Itu yang high fungsion, itu kelasnya bu Christina itu, kayak Angga, Friska, Herman. Itu yang high fungsion. Maksudnya kan intinya akademik dan non kademik. Peneliti Ya makasi bu. Saya rasa sudah cukup.
(23)
Faktor-faktor pendukung pendampingan
Bentuk pendampingan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Wawancara
: ketujuh (W7)
Observe
: Pak Suryawan (orang tua Tama) (P.S)
Lokasi
: Via telepon
Tanggal
: Kamis, 13 September 2012 (13 Sept 2012)
Kode
: P.S, W7, 13 Sept 2012
Baris Pelaku Uraian wawancara 1 Peneliti Alasan bapa mempercayakan Tama ke sekolah HKI? Subjek Yach.. saya pinginya anak saya lebih ini. Lebiiiih… baik dari yang kemarin.. 5 Peneliti Selain itu, ada alasan lain pak? Subjek yach karena intinya… yach kalo anak kayak gitu.. kalo kita ga sekolahin. Mau gimana kan kedepannya kita tambah tua.. kalo kita gak sekolah gak bisa apa-apa otomatis gimana 10 kebelakangan tambah tua.. Peneliti Oy.. kalau boleh tahu bapa dapat informasi tentang sekolahini, tentang HKI ini? Subjek Dulu waktu kita pas buka restorant yach.. waktu itu ada pengunjung restrant yang datang 15 trus ngomong itu hellen keller di jogja.. kita cari-cari ternyata ketemu disitu Peneliti Dari pengunjung restorant yach. Subjek Iya waktu masih buka restorant, pengunjung restorant 20 Peneliti Terus kalau berdasarkan pengamatan anda sendiri, selama Tama sekolah di HKI sampai hari ini, apakah menurut bapa sendiri pendampingan dan pengajaran yang dilakukan oleh guru disekolah ini sudah cukup efektif 25 atau tidak untuk hasil belajarnya si Tama sendiri? Subjek Sangat efektif yach.. masalahnya perubahan tama banyak sekali.. dari anak yang gak bisa diem sekarang mau diem, bisa lihat TV. Bisa 30 menulis bisa “papi mami” banyak sih perubahannya. Peneliti Selain itu apakah ada lagi? Subjek Banyak mba. Ada makannya dia juga. Peneliti Oh jadi dia bisa makan sendiri..? 35 Subjek Iya dia bisa makan sendiri tida manja
(24)
Tema
Alasan menyekolahkan
Info tentang sekolah
Efektivitas pendampingan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Peneliti Apakah.. sudah menampakan hasil yang memuaskan pendampingan yang dilaksanakan oleh guru-guru di sekolah Subjek Memuaskan mba.. Peneliti Apakah bapa ada kritik atau saran untuk sekolah? Subjek Saya sudah bagus semua… saya sudah sangat percaya dengan sekolah
(25)
Hasil pendampingan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Wawancara
: kesembilan (W9)
Observe
: Pak darmadi (orang tua Friska) (P.D)
Lokasi
: Ruang Tamu SLB/G A-B Hellen Keller
Tanggal
: Senin, 17 September 2012 (17 Sept 12)
Waktu
: 13.45-selesai
Kode
: P.D, W9, 17 Sept 12
Baris 1
Pelaku Peneliti
Subjek 5
10 Peneliti Subjek 15 Peneliti 20
Subjek Peneliti Subjek
25
30
Peneliti Subjek
Peneliti
Uraian wawancara Makasi yah pak. Terima kasih atas waktunya. Eh saya mau Tanya, apa sih yang melatarbelakangi menitipkan Friska di sini? Ya dulu, memang kalo di sekolah umumkan ga ada. Trus memang ada SLB di Wonosobo. Tapi kalo Friska itu, di Wonosobo ga diterima karena memang.. apa namanya ya buta tuli. Maksudnya penglihatannya ga jelas. Akhirnya di sekolahkan di Hellen Keller di Jogja ini. Tau juga dari suster juga? Ya dari Wonosobo. Dulu ini disekolah kan di Hellen Keller. Dulu tuh SLB A-B. Maksudnya ini SLB yang A dan B, kalo ini yang C, D. Trus akhirnya ketempat di sini dari tahu berapa yach..? Kalo bapa melihat ini, selama Friska di dampingin, apakah sudah cukup efektif untuk…? Sudah.. Alasannya kenapa? Ya memang dulu kan… gimana yah dulu..? dulu waktunya di sini memang sudah mandiri. Maksudnya belum berani di tinggal. Waktu itu, selama satu tahun itu lah libur, trus kesini kan lama. Mungkin karena dia belum cocok dengan… Belum kekrasan.. Ia mungkin sama pendampingnya sama susternya. Sesudah itu ada pengantian suster sama ibu asrama, ya sampai sekarang. Apakah sudah menampakan hasil yang memuaskan untuk Friska?
(26)
Tema
Latarbekang menyekolahkan
Info sekolah
Efektivitas pendampingan
Hasil pendampingan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Subjek 35 Peneliti Subjek 40 Peneliti Subjek 45
Peneliti 50 Subjek Peneliti
Sudah. Sudah ada dibandingkan yang dulu. Kemana-mana harus di anter. Sekarang dia beli… Sudah berani Ya.. pokoknya kalo kemana-mana, dia bawa uang 10 ribu, dia tahu dia bawa 10 ribu. Belinya yah 10 ribu. Belinya ya itu. Sudah ngerti. Ow sudah ngerti tentang harga.. Ya.. tapi belinya di supermarket itu tahunya. Karena kalo di supermarket kan tinggal ambil. Kalo diwarung biasakan, pake tulisan, jadi ribetnya di warung biasa. Kalo di supermarket, yang kita mau. Jauh-jauh kita bisa ambil. Hm.. jadi begitu berarti sudah bagus. Hm.. bapa apa ada kritik, saran atau usulan untuk sekolah? Enggak.. sebab saya sudah pasrah.. Ow.. sudah melihat hasilnya juga..
(27)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 8 : Cergam Perbuatan Baik
(28) (28)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(29)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(30)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(31)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(32)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 9 : Kumpulan Permainan
Rekoleksi Petama Peraturan kuis-kuisan; 1. Tuliskan nama kelompok dan anggota kelompok. Jangan lupa…. 2. Pikirkan setiap jawaban dengan sebaik mungkin 3. Apa yang sudah ditulis tidak boleh dihapus, dicoret apalagi diganti 4. Setiap jawaban menjadi tanggung jawab setiap anggota kelompok 5. Jika jawaban benar akan mendapat hadiah dan jika salah akan menerima hukuman 6. Dilarang untuk protes. 7. Boleh protes dengan kopensasi Rp 50.000. 8. Peraturan ini bersifat mutlak dan tidak dapat digangu gugat
Pertanyaan kuis-kuisan: Bagian Psikologis: 1. Ketika dunia dimusnahkan dengan air bah, ada banyak binatang yang dikumpulkan sepasang demi sepasang. Menurut anda, ada berapa banyak binatang yang dimasukkan ke dalam bahtera musa? 2. Ketika anda akan masuk ke dalam sebuah gudang yang gelap. Tidak ada lampu dan listrik mati. Di tempat itu anda menemukan korek api yang tinggal satu batang. Di sekitar gudang ada kertas yang basah, kayu triplek yang tipis dan potongan kayu. Mana yang dinyalakan terlebih dahulu? 3. Di asrama HKI (Hellen Keller Indonesia) ada tikus yang beranak lima ekor dalam sebulan. Berapa jumlah tikus di asrama HKI dalam setahun?
(33)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Ketika anda berkunjung ke suatu daerah dan tiba kemalaman, yaitu pukul 19.00. Pada saat itu, anda merasa sangat capai dan ingin langsung tidur. Sebelum tidur, anda menyetel alarm jam beker analognya agar dapat bangun keesokan harinya puku 08.00. Berapa jam anda tidur ketika bel alarm berbunyi? 5. Seorang anggota gereja yang juga seorang pengusaha sukses di Yogyakarta, suatu saat mengajak rekan-rekan bisnisnya yang akan membangun perusahaan di daerah asalnya di dekat Danau Toba, Sumatra Utara. Ketika tiba di dekat Danau toba, ada orang setengah baya bercelana jins robek, kaos lusuh dan rambut yang tidak rapi tiba-tiba mendekati sambil menyapa: “Hei Abang! Bagaimana khabar Kau?” pengusaha tadi dengan muka ketus menimpali: “Jangan panggil saya abang!” mengapa???? Bagian Kognitif: 1. Gambar apa yang ada dalam uang koin kuning Rp.50? 2. Apa nama Buku Best Seller sepanjang masa yang tidak pernah berganti isi dan selalu ada di pasaran? 3. Pohon apa yang bisa digunakan dari akar sampai daunnya? 4. Apa alat yang dibawa oleh Dewa Rama di tangan kananNya? 5. Dalam buku cerita yang berjudul “The Three Musketeers” dua Musketeer bernama Athos dan Porthos, sedangkan yang satu bernama?
(34)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kunci Jawaban: Bagian Psikologis: 1. Tidak ada. Bukan Musa tetapi Nuh 2. Korek api 3. Tidak Tahu 4. 1 jam 5. Karena pengusaha itu wanita Bagian Kognitif: 1. Komodo 2. Alkitab 3. Kelapa 4. Busur dan panah 5. D’Artagna.
Games 1 (Aku Kenal Siapa dia) 1. Pendamping membagikan kepada setiap peserta kertas berbentuk hati 2. Pendamping meminta setiap peserta untuk menuliskan namanya masingmasing ke dalam kertas tersebut dan membagi kertas itu menjadi dua (tidak dirobek) bagian kiri bersimbol minus (-) dan bagian kanan bersimbol positif (+) 3. Pendamping meminta kepada peserta untuk mengedarkan kertas tersebut kepada peserta lain untuk menuliskan kekurangan dan kelebihan yang dimiliki dan diwajibkan untuk menuliskan 1 hal pada setiap bagiannya.
(35)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Games 2 (Pesawat dan Bandara) 1. Sebelumnya pendamping telah mempersiapkan tempat yang telah berisi bangku dan peralatan yang menghalangimereka sampai ke tujuan. 2. Pada setiap kelompok, pendamping meminta perwakilan dari setiap kelompok 2 orang. 3. Dari setiap dua anggota, pendamping meminta salah satu dari mereka menjadi pesawatnya dan bandaranya. 4. Untuk anggota yang menjadi pesawat, dirinya diminta untuk menutup matanya dengan slayer. Dirinya dilarang keras untuk menyentuh bangku atau benda yang menghalangi. Jika menyentuh harus mengulangi dari awal. 5. Untuk anggota yang menjadi bandara diminta untuk memberikan instruksi kepada temannya untuk sampai ke tujuan yang telah dipersiapkan sebelumnya. 6. Sedangkan untuk anggota yang tidak bermain. Mereka diberikan kesempatan untuk menggangu lawan mereka atau memberikan support kepada anggotanya.
(36)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Rekoleksi Kedua Games (Apa yang Hilang?) 1. Pendamping menyiapkan amplop berwarna merah, putih, kuning dan biru yang di dalam telah berisi potongan kertas berbentuk hati, bintang, segitiga, segi empat secara acak. 2. Setiap peserta diminta untuk memperhatikan setiap amplop dan potongan kertas tersebut dengan seksama 3. Kemudian pendamping memasukan kembali potongan kertas tersebut dalam amplopnya masing-masing 4. Lalu pendamping mengacak amplop tersebut dan mengambil satu amplop 5. Kemudian pendamping mengeluarkan isinya dan peserta diminta untuk memperhatikan, lalu menyebutkan potongan mana yang hilang 6. Dan hal ini di ulang terus hingga peserta dapat menebak dengan baik
(37)
Format PPI 10 Contoh Lampiran PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PROGRAM PEMBELAJATmTU tNDlvtDU ( pp!
l\lANlp.
:
Albert Ltarret purba
KEI-AS
:
Alexander Graham tsell
GURU KELAS : Christina Sutanti
f lf:Lf;F.'l ir" [: Ll.E R
ll*lnftNtr $tA
$LB/G,.AB HELEIN rfi.Hl,r"mR INnoNIrstA, Jl. RE. Martadinata l\o. gBA Wirobrajan yogyakarta 55253 Te
I
p./
Fa
x. (0274)
61 80
89
e- m a i I :
(38)
btfySgya@g1rratl"eqn
)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI SEKOI,AI.I I,TJAR T]I,\SA GANDA T'UNARUNC U-N Iil'R,,\ ( DE.,\ F I}L I N D)
t.(EhtER IN DOhIE$t/L
FIETENT
.lalan Il,F;. frlartarlinata Nlo 88A si irobra.ian Yogyakarra.55253'i'elp./l:'ax. (0274) 6lg0gq
e-rnait: hkiyogya@gmait conr
'l'lilM ITORMAT
I'['I
z\
:
l_l
L/\ N (; 'l'A
I-l Ll N
SLB/G-AB IiEI-EFJ KELLEII INDOT{TiSJI,A
llagian /r lJr:ma
Albert Baret PLrrtra
Keias ses.rai
Kelas
LrsiiL
2
Kelas kernalrpuan
Ke las 2
Tanggal lahir (usia)
4
Se
pternber 2004
Tanggal penyusunan Jenis Kelarnirr
l..rk i-l.rki
A lanrat Bantu
l.
Pc'r'unt.['uspa
lndah pll4
B a n gu lt.i
irr
o.
I,,;l: iha rr.
I
Bahasa Iou yarrq digunaknn
anak
:
- lsyalat loliar - Isyarat SIBI :;elama
bersel
is'/arat pelranya r nrenrbeo ).
?-. Inibrttletr;i
pentilr6l tetttang
arrali
(rnisall
orang tuanya. atau anak perr.ah tirrggal kelas di kelas
-
I selarna
bc:rsit11i1
2 thn. clll)
Anak tinggal bersanra orang tua.
st'ial< tahun ?009, setiap h;rri antar .jenrput ke sel
Punya saudarrr l<ernba' yanq sama-sanra tuna rungu clan lolv vision. ['ttt1)'it seoratlr.], lial
thn ( 20 Sc;rte
nrtrcrr'
2003 ), Lclas
(3e)
_]
nonral bernarna llerlrelt
SD,
[)ur.tra,
t]sia ll
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
l'
Korrdisi laitl'7irng burhttbungan clenga. anal< (rlisalkan epilepsi atau pernah terjatuh sehingga harus crirawat
Berdasarkan resLutr nredis, Albert
-
pernah ,rcn*.lar,i di RS. dr) :
:
Mengaranri rnasar-rrr paila pe,grirratan dan nendengaran. Clbsor licrnbrrr ( I).13.2070 gr ) l)cnglilratan.i:ruh Ot)S
2tt/4,5 Obyek
Pcnglihatan cic.liat ODS
Lrola.
:.iarak 20 ol ukurarr I meter diketahui sejak usia 2 bln
Riwayat pcnyal. it mata Dipercaya akitrat
ob'yr:1.. lrolir
Virus Rubella
Pernah operasi katar.ak rnata konclisin.va
disaranl
Ops. Cat.OD sedang ),ang OS masih bail< ( kataral< tipis ),ncnLtrut clolitr:r arral< oper.asi lanjutan untuk tanarl lensa tetapi rnenunggu
ukuran ; : pupil mencukupi. Tarrggal operasi
L,ayanan
4.
lain
1,3119
terapi rvical.a, dst)
5.
8 Marer 2005
seba.iltnya cliberihan (rnisal
:
anak sebaikny,a nrengikLrti
:
Dilayanidi sekolah.
1'ujuan.iangl
- lv{arnpu berl
crcrgarr orar.)g
rnasyar.akal.
6.
rrr.rr.rrAr
Marnpu berbic:rra / berl
'fujLran jangka
-
pendek:( t tahLrn ): Anali l'llilllll)l'l tlct'baltirslr / bct'l<.rrrunil
di:ngarr l
-
clcrrgi.rrr
pertal,aan
.,,.)
Anak marnpu nrenuliskan:
(40)
)
F.;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI t.
N:.rrn.-narr.rrr benda y rng ada
di sekitar (,eja,r
Lrur
pensir. pirr)arl
tulis. liiptrs arrgin. kclas. clll.) 2,
N.rnr.-nama terrl^. schelas, nalna-nama teman di sel
-1
.
4.
Nar,a-,a.ru \var,A: ,re'.rr. riu.ing. bir.. rrijau. rritarrr. putih.,ran1,c. Me,gekspresil.an rir:inginln dan rnerlahanri kei,gi,an orar)g railr. sepr:rt i:
-
Mlarnp.rrrrenriliir.
Manrpir nreniawab pertanyaan dengan bahasa isyarat suclarlr r sclcsa i, bc I unl,ntlu, t icla k rlau ).
(41)
( ya, tirJak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Blgian B
l{o. [,Pl 'l'lrrgga 'l'rrrrlip,rr
Ntrrrrrr
vL
I
rrln
l)cn1,r rslr
I I rvrrlrrrrsi
('ltlislirrrr Srrlrrrrti li,l,tl
trlrrr,rr
Ar.ea/aspek
Bekeria
(
[Vlentasak
/ nrerntruat
teh celup )
2.
Tugas
3'
/
Ketrar,rpilan
Bcla-f ar llerrrasak
/ Kegiaran
:
/ ruerrt,Lrat teh nranis untLrk sajiarr pesta urang tahu..
T'ingl
/'r-irrgkat
r<enranrpuan saat
ini
:
4.
Belum bi:,a
'I'Lrjuan
a.
l
rnernbLrert rnirtrnt,rrr telr manis
/ Tujuan pentbelajar.arr
:
Kondisi
l)
Pacla saat guru menyi.pr
tutup cangl(ir. serrdo[<. terntos air panas).
2) Pada saat guru nrenyiapkan peraratan untul< mernbuat terr marris 3) Pada saat gurlt lrrentbul(a kotak teh 4) l)ada saat g,-tru lrcnLtang trir panas 5) Padti saat grlru tnen)/endok / nrenakar gula 6) Pacla saat grrru lnerrasLrkkan girla ke cangkir 7)
B)
lracla saat guru mencelulrl
Pacla serat guru rnengangriat teh dan sendok dan ,reretar
9) Pada saat guru rnengaduk teh I0)Pada saar gurlt rnenghidangkan
b. Peril.rku
l)
;
Albcrt bisa rrrcrryi,pr<arr r:urrgl
barrarr (tcrr ccrup, gura pasir, cangriir. tLrtul:
air panai;),
(42\
/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2) Albcrt bisa rrrerlgarnbil pcrartrran untuk rner,bu^t tch r,arris 3) Albert bisl rnenrbuka l.otak teh
4) AIberr bisa nrenuang air panas ke dararn cangrcir.crengan rernos peilcel,
5) z\llr,:rt hisa
/ rrentrkar gula (r) l\lhe'r't [risir nrclrrirstrkkarr grrlir lic cirrrgl
7) Albcrt bist rncrrt:clupkurr tclr kc carrgkil 8) Albcrt bisa rrrcrrgangkat tcrh clarr sendok clan rneletaltkanrrya terrrpat lain
9) Albert bisa rtrengacluk
tc,h
I0) Alberr bisa menglridangl
(43)
ke:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI .\NAI-,ISA ]'TJGAS Nanra Anak: lrlarlar
Alhcrt Baret Purba
Ke las
r.rsiir 7
Kelas scsuli usia
ke
Kegiata z\
relt
n
lls
tlrn, Llsia l
2
Merna;ali. ( Merl,ruat teh rlarr is) : Relieria
(44)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI K
IJTiISANEAN_I'
ri
Nll,A I AN :
r.
( LIF ) [Jrrntuan rrisik. corrtorr:.r'angan cri barvah tangan '2. ( BV ) Bantuan Ve.bar, contoh : Berupa
risarr arau isyar.at
.1. (D)Dcrnonstrasi
tt,
( p ) [)ctuniuk, corrtojr : bcrupa gesture. crue sedehana/sentuhan +'/ ( - ) Kadang kacilng. crapat rnerakukan tanpa bantsi* apaprrl
5. 6.(+)Mrndiri
.
EUUI]E PENCA PAIAN
,asil
Evaruasi terakhir X r00 (zr : Jumra' Anarisa Tugas
Evaluasi peltemuan terakhir
:
l0/10 X 10096
:
Artinyit siswa telah mc'ncapai l0 dari l0langkah anarisa tugas kegiatan nrenrbrrat the manis. t-rasirrrya rebitr dari g0oz pencapaian dari targer yang dihar.pr
(4s)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Bulliurr
li
l)[)l l'irtrg6llrl l)cityrrstrrrrrn 'l'ltrrggirl lir,,rltrirsi Nanra gtlru No,
l. ,
2.
/
:
:
:
: Christina Sutarrti S"l)d
Area /
as;pek
: Bekeria ( Berbelan ja
Trrgas
/ hetrarlpil:rrr / l(egiatan
:
-
Belajar berbelarr.ia baharr untuk
)
rnernbLrat telr manis untuk sa.iiarl pesta
ulang tahun.
3. Tingkat ketnetmpuln yang tlinriliki /'fingkat Kcrnarnpuan dasar saal ini
-
kema1npuan saar
ini I
:
Belunl bisa belanja senrliri untuk membeli balran merrbuat rlrinunran teh nranis
4.
Tirjuan klrusus / Tujuan l)errbelajaran
a. Kondisi
:
:
Pada saat guru menerangkan barang yang alcan clibeli
Pada saat guru .rendarnpingi anal< membeli bar.arrg yang iikan
dibeli l)ucla saat guru tnctrpcrlienalkan uang 1.000
b,
Perilaku
-
:
Albr:rt lrisa men -rlislian trarang yang
al
dibeli di kertas teh cclup
).
Albert bisa nrembeli barang yang dibutuhl
di
warung dekat sekolah (teh celup ) clengan membawa catatan lalu mernb'erikannya [.epacla penjual, menyerahkan uang sL'rta menerirna barang ( menerima uang l<embalian bila acla
-
Alberl bisa rnengenal uang
c. Pencapain : 30 % d, Wal
(46)
1.000.
).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ANAI-ISA TUGAS Nurnrr A rrll,.: Nlrrrir
: r\lbcrt Biu'ct
l(:lls
:
Kclas scsrrai Kegiatan
l
[]iil 7 tlr..tlsin lierrrlrrrlttrurr liclus 2
: l(clar;
usii,r
[)ur[-rir
2
: Bt:rbelanja bahan mernbuat teh celup
rea
: Bcl<eria
URUTAN
[No
l_ Ir I
IKECIATi\N
barani-,
_\,arr11
ak arr
dibeli( telr celup, gula pasir ).
Membeli barang yang dibutuhkarr
t'
Mengenal
uallg
t.000
l. ( BF ) Irlantuan Fisik, contoh:1-angan cli bawah tangan 2. ( BV ) Banruan Verbal, crntoh : Berupa lisan atau isyaral 3. (D)Derrronstrasi 4. ( I'' ) Petunjul<, contoh : berupa gesture. c ue sedehana/sentuhan 5. ( + /- ) Kadarrg kachrrgdapar rnelaliukan tanpa barrtLlan apal)un I
(r. (+)Mandiri Ilun4us PBNCAPA{AN tlasil tivaluasi terakhir X I00 r)(, : ,lumlah Analisa Tugas Evaltrasi pertcn'luan tcralllrir = li.l X l00Vo = 100%o Artinya sisrva telah t:rencetpai 3 dari
3
langl
l-lasilnya siswa telah rnencapa' 80 %
{47)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 11: Catatan Berkala
1.
Identitas
Tanggal
: Senin, 3 September 2012
Kelas
: Alexander Graham Bell
Guru
: Bu Christina
Siswa
: Albert, Gilbert, Tama dan Angga.
2. Jadwal hari ini Waktu 07.30-08.00 08.00-08.15 08.15-09.00 09.00-09.30 09.30-10.30 10.30-11.30 11.30-12.30 12.30
3.
Suasana kelas
Kegiatan Doa pagi Kumpul pagi Dialog atau percakapan dan mencatat Snaks Berenang Istirahat Mencatat Doa penutup
:
Suasana cukup tenang dan tidak banyak kegaduhan. Hanya anak-anak sulit terkendali saat guru pergi untuk mengambil alat peraga di dapur asrama, tetapi terkendali kembali setelah guru datang membawakan alat peraga.
4.
Khusus Guru:
a. Sikap guru : sikap guru tegas dan mendisplinkan saat anak-anak tidak memberikan perhatian pada proses, menggangu teman atau saat anak tidak mengikuti apa yang dikatakan oleh guru b. Usaha membangkitkan suasana belajar : guru cukup mampu membangkitkan Suasana belajar. Guru mampu untuk menggunakan bahan yang ada di sekitarnya dan memakai apa yang dikatakan oleh anak.
(48)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c. Penguasaan bahan : guru cukup terampil hanya guru pada awal agak kesulitan untuk mencari bahan yang kontekstual dengan anak dan bahasa isyarat yang dapat digunakan untuk kata baru baru yaitu “Mentah” d. Penyajian materi : materi yang disajikan cukup sesuai dengan anak karena bahan yang digunakan pada hari ini adalah dialog e. Media yang digunakan : sesuai karena media yang digunakan adalah media yang ada dan berada di sekitar anak, yaitu tempe
5.
Khusus Anak:
a. Sikap anak : pada awalnya perhatian, hanya setelah mereka bosan dan jenuh. Anak mencari kesibukan lain dan menghidar dari yang dijelaskan oleh guru b. Keterlibatan anak dalam proses: pada awal cukup terlibat hanya semakin lama semakin bosan dan akhirnya tidak konsentrasi namun denan ketegasan guru. Anak kembali memperhatikan penjelasan guru.
(49)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Identitas : Tanggal
: Rabu 3 September 2012
Kelas
: Alexander Graham Bell
Guru
: Bu Christina
Murid
: Tama, Angga, Albert dan Gilbert
2. Jadwal Hari ini : Waktu 07.30-08.00 08.00-08.15 08.15-09.00 09.00-09.30 09.30-10.30 10.30-11.00 11.00-12.00 12.00-12.30 12.30
Kegiatan Doa pagi Kumpul pagi Dialog atau percakapan dan mencatat Snaks Mencatat Istirahat Mendikte Bermain bebas Doa penutup dan pulang
3. Suasana Kelas Pada hari ini, suasana kelas cukup kondusif. Hanya ada peristiwa yang menjadi pelajaran bagi saya, yaitu pelajaran karakter. Guru mengajarkan anak untuk meminta maaf dan memberikan maaf kepada temannya. Pelajaran ini diberikan kepada Angga dan Gilbert.
4. Khusus Guru: a. Sikap guru : tegas saat anak berbuat sesuai yang „Nakal” namun mampu memberikan pengertian kepada anak. b. Usaha membangkitkan suasana belajar : guru selalu berusaha untuk memberikan apresiasi dan semangat kepada anak dalam setiap proses belajar
(50)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c. Penguasaan Bahan : guru selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi anak. Contohnya guru tidak tahu bagaimana bahasa isyarat “mentah”. Pertama-tama beliau berjalan untuk mencari siapa yang dapat ditanyakan, namun setelah tidak menemukan beliau membuat bahasa isyarat sendiri. d. Penyajian Materi : Sesuai dengan kontek yang akan dialami oleh anak. Yaitu benda yang ada di sekitar mereka (tempe mentah dan matang, tempe matang rasanya enak dan tempe mentah rasanya tidak enak) e. Media yang digunakan : Tempe mentah dan matang
5. Khusus Anak: a. Sikap anak : anak cukup terlibat dalam setiap proses dan berusaha sebaik mungkin untuk memperhatikan guru saat menerangkan mereka. b. Keterlibatan anak dalam proses: dalam setiap proses anak terlibat, sehingga guru tidak kesulitan dalam mengajar mereka.
6. Peristiwa tidak terduga: Pada hari ini, guru mengajarkan anak-anak untuk meminta maaf. Peristiwa ini terjadi saat guru mengorek hasil mendikte anak satu persatu. Saat guru mendikte, anak-anak berdesakan untuk melihat koreksian guru dan kebetulan Gibert berada di depan Angga, Angga ingin melihat lebih dekat. Namun cara ia melihatnya dengan mendorong kepala Gilbert kebelakang. Tentu saja guru melihat peristiwa itu, langsung menegur Angga dengan memukul kepalanya menggunakan pulpen. Angga menjadi terkejut dan menangis saat itu juga. Guru hanya membiarkan dan mengatakan mengunakan bahasa isyarat, bahwa apa yang ia lakukan itu salah dan
(51)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
harus meminta maaf kepada Gilbert. Pada awalnya Angga enggan untuk meminta maaf namun setelah diberikan pengertian dari guru, akhirnya ia mau meminta maaf. Namun Gilbert yang keras dan marah sulit untuk memberikan maaf kepada Angga. Di sinilah pendidikan karekater diberikan, mengajarkan anak untuk meminta dan memberikan maaf. Guru secara halus dan lembut memberikan pengertian kepada Gilbert untuk memberikan maaf, bahwa kalau ia mau memberikan maaf adalah anak yang baik dan pintar. Dengan sedikit enggan dan menangis, akhirnya mau memberikan maaf. Melihat hal itu guru memberikan apresiasi kepada anak. Dalam hal ini, penulis melihat bahwa anak-anak jika diberikan pengertian mereka akan mengerti apa yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh anak.
(52)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Identitas : Tanggal
: Jumat 7 September 2012
Kelas
: Hellen Keller
Guru
: Bu Peni
Murid
: Firman dan Dava (murid dari kelas Bu Tanti karena guru pre care), Brigita, Raka.
2. Jadwal hari ini : Waktu 07.30-08.00 08.00-08.15 08.15-08.30 08.30-09.30 09.00-09.30 09.30-10.30 10.30-11.00 11.00-12.30 12.30
Kegiatan Doa pagi Kumpul pagi Dialog atau percakapan Motorik halus (Dava, Firman, Brigita) dan identifikasi (Raka) Snaks Kesenian atau musik Istirahat Bermain bebas Doa penutup dan pulang
3. Suasana Kelas Suasana hari ini kurang kondusif, karena cara mengajar yang beragam dan kekurangan yang berbeda-beda, sehingga perhatian dari guru terpecah pada setiap anak.
4. Khusus Guru: a. Sikap Guru : berusaha sebaik mungkin untuk memberikan yang terbaik kepada setiap anak. Guru berusaha untuk menyamakan bahsanya dengan bahasa anak.
(53)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Usaha membangkitkan suasana Belajar : Guru membangkitkan suasan dengan menyanyi bersama. Setiap anak di minta untuk menyanyi. Misalnya brigita meskipun menyahut hanya denga “baba” atau “mama”, firman menggunakan bahas iyarat dan raka yang diajak untuk menyanyi. c. Penguasaan Bahan : Guru cukup menguasi bahan yang ada diajak pada setiap anak. d. Penyajian Materi : Materi cukup konteks dan sesuai dengan apa yang ingin dicapai dari seiap anak e. Media yang digunakan : Sesuai dengan daya penangkapan anak
5.
Khusus Anak:
a. Sikap anak : awalnya anak yang kurang memperhatikan, namun guru terus berusaha untuk mengajak anak. Sehingga anak ikut dan mau terlibat dalam proses, meskipun anak agak ngeyel dan sulit diajak. b. Keterlibatan anak dalam proses : secara keseluruhan anak cukup terlibatan dalam proses belajar mengajar. Meskipun ada anak yang sulit untuk duduk diam dan mengerjakan tugas yang diberikan. Firman yang tidak mau mengejakan motorik halusnya tetapi mencari buku Bobo untuk di lihat, Dava yang kalau tidak disentuh tidak bergerak. Raka yang sering berjalan-jalan dan Brigita yang hanya mau mendengarkan musik.
(54)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Identitas : Tanggal
: Senin,10 september 2012
Kelas
: Alexander Graham Bell
Guru
: Bu Christina
Murid
: Angga, Tama, Albert dan Gilbert
2. Jadwal hari ini : Waktu 07.30-08.00 08.00-08.15 08.15-09.00 09.00-09.30 09.30-10.30 10.30-11.00 11.00-12.00 12.00-12.30 12.30
Kegiatan Doa pagi Kumpul pagi Dialog atau percakapan dan mencatat Snaks Berenang Istirahat Mencatat dan mendikte Bermain bebas Doa penutup dan pulang
3. Suasana Kelas: Pada hari ini, kelas cukup baik dan terkendali, meskipun ada tamu yang berkunjung (SMP PL Wedi), anak tetap perhatian pada setiap proses yang diberikan guru.
4. Khusus Guru: a. Sikap guru : guru cukup tegas dalam proses. Guru mengajar setiap anak untuk terlibat dalam setiap proses belajar mengajar, sehingga setiap anak tersentuh. b. Usaha membangkitkan suasana belajar : guru berusaha menstimulus anak agar mampu untuk mengungkapkan pendapatnya masing-masing, misalnya wortel berwarna oranye, cabe berwarna oranye dan hijau.
(55)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c. Penguasaan bahan : guru berusaha sebaik mungkin untuk bertanya dan mencari bahasa isyarat yang belum beliau ketahui, misalnya wortel. Selain itu juga, guru menulis percakapan sesuai dengan apa yang dikatakn oleh anak. Misalnya “Albert berkata cabe berwarna Hijau dan Oranye” d. Penyajian materi : sesuai dengan konteks anak yaitu benda yang ada di sekitar mereka e. Media yang digunakan : Wortel, Tomat, Cabe dan Labu Siam
5. Khusus Anak: a. Sikap anak : anak memperhatikan apa yang diberikan oleh guru. Mereka sangat aktif dalam setiap proses, mungkin karena guru yang sedang dalam keadaan cukup fit. Sehinga ank pun ikut terlibat dan merasakan senang dalam prose. Tidak seperti tempo hari saat guru sedang tidak enak badan, anak pun kurang bersemangat dalam prose belajar mengajar. b. Keterlibatan anak dalam proses : mereka mau terlibat dalam setiap proses. Jika guru bertanya, mereka berusaha untuk menjawab dengan sebaik mungkin.
(56)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Identitas : Tanggal
: Selasa, 11 September 2012
Kelas
: George Zeeger
Guru
: Bu Tanti
Murid
: Dava, Oky, Firman dan Raka
2. Jadwal hari ini: Waktu 07.30-08.00 08.00-08.15 08.15-08.30 08.30-09.30 09.00-09.30 09.30-10.30 10.30-11.00 11.00-12.30 12.30
Kegiatan Doa pagi Kumpul pagi Dialog atau percakapan Motorik halus dan bahasa isyarat Snaks Menyanyi dan menari Istirahat Motorik halus dan bahasa isyarat Doa penutup dan pulang
3. Suasana Kelas : Suasana pada hari ini, cukup baik dan menyenangkan bagi setiap anak. Anak-anak tidak begitu rewel. Firman yang biasa jalan-jalan sedikit demi sedikit berkurang. Dava bersemangat dalam kegiatan motorik halusnya, yang biasanya hanya bisa memasang 3 jepitan baju sekarang dapat 7 buah. Oky sedikit memukul dirinya dan mau memasukkan manik-manik kedalam tali lebih dari 7 buah, yang biasanya 3 saja harus di suruh. Raka yang mau berbicara dan bernyanyi.
(57)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Khusus Guru : a. Sikap guru : mendampingi satu persatu setiap proses dan selalu mengawasi peneliti. b. Usaha membangkitkan suasana belajar : guru berusaha sebaik mungkin memberikan apa yang dapat mereka lakukan dan sesuai dengan kebutuhan masing-masing c. Penguasaan bahan : dalam hal ini, tidak ada bahan. Namun tujuan yang ingin dicapai oleh guru, karena tuntutan pada setiap anak berbeda-beda. Untuk Firman ia harus bisa memperhatikan orang bicara, minimal bisa duduk dengan tenang. Untuk Dava dan Oky, memperkuat motorik halusnya dan Raka pada kebulatan dalam pengucapan karena lidah pendek dan langit-langit mulut yang tidak ada d. Penyajian materi : sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh guru dan sesuai dengan kebutuhan anak e. Media yang digunakan : manik-manik besar dan kecil, Majalah Bobo, jepitan baju dan buku gambar
5. Khusus Anak : a. Sikap anak : pada hari ini anak cukup menurut dan tidak serewel, sperti tempo hari saya mauk kedalam kelas ini. b. Keterlibatan anak dalam proses : dalam proses anak-anak terlibat didalamnya, meskipun anak agak malas melakukan apa yang diminta oleh guru, misalnya Dava yang agak malas memasukkan manik-manik.
(58)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Identitas : Tanggal
: Rabu, 12 September 2012
Kelas
: George Zeeger
Guru
: Bu tanti
Murid
: Dava, Oky, Firman dan Raka
2. Susunan Proses Belajar Mengajar Waktu 07.30-08.00 08.00-08.15 08.15-08.30 08.30-09.30 09.00-09.30 09.30-10.30 10.30-11.00 11.00-12.30 12.30
Kegiatan Doa pagi Kumpul pagi Motorik halus dan bahasa isyarat ADL (Activity Daily Living) Snaks ADL (Activity Daily Living) Istirahat Motorik halus dan bahasa isyarat Doa penutup dan pulang
3. Suasana Kelas Suasana kelas pada hari ini, kurang mendukung. Karena pada hari ini, anak-anak agak rewel. Dava yang tidak ingin melakukan pekerjaan motorik halusnya, jadi ia dihukum oleh guru berdiri di sudut dan dibiarkan menangis hingga puas. Sedangkan Oky yang mulai malas mengerjakan pekerjaan motoriknya. Ia malah memakan tali motoriknya. Lalu ada acara ADL (Activity Daily Living), Firman tidak mau melakukan tugasnya tetapi malah pergi dan ingin bermain. Akhirnya ia malah menangis dan marah-marah. Raka yang ketika diminta duduk dilantai malah ngeyel untuk tiduran. Karena kalau dia tiduran maka ia akan buang air besar di celana. 4. Khusus Guru:
(59)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a. Sikap Guru : Pada hari ini sikap guru tegas dalam mendidik anak. b. Usaha membangkitkan suasana belajar: guru berusaha sebaik mungkin, terutama saat berusaha mengalikan perhatian Raka agar tidak tiduran dengan membacakan cerita dari majalah Bobo. Selain itu juga, guru mengajarkan Firman untuk belajar bahasa isyarat yaitu “saya minta buku bobo” atau “Firman minjam buku bobo”. Jika pengamatan memperhatikan sangat lucu dilihat. Karena ia menggunakan bahasa isyaat saja berulangulang dan terlihat sulit sekali. Tetapi guru berusaha sebaik mungkin dan sekuat mungkin untuk mendorng anak mengungkapkan apa yang diinginkan dirinya. c. Penguasaan bahan: guru berusaha sebaik mungkin menyampaikan bahasa dapat ditangkap oleh anak dengan baik. d. Penyajian materi : mengucapakan “saya minta majalan Bobo” e. Media yang digunakan: manik-manik, majalah bobo, puzzle, buku tulis, jepitan baju.
5. Khusus Anak: c. Sikap anak: pada hari ini ada agak rewel dan kurang terlibat d. Keterlibatan anak dalam proses: anak sibuk dan sulit diatur. Mereka lebih cenderung mengikuti kemauanya daripada menuruti apa yang gurunya katakan.
(60)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 12 : Foto-Foto Proses Belajar Mengajar di Sekolah
Metode Pengajaran Klasikal
Metode Pengajaran Individual
(61)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Motorik Halus
Hasil Karya Anak
(62)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Bermain Musik
Pelajaran Menari
(63)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kegiatan ADL (Activity Daily Living)
Snaks Bareng
(64)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 13 : Video Proses Belajar Mengajar di Sekolah
(65)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 14 : Jadwal Acara Rekoleksi
Rekoleksi Pertama Aku Pendamping Berspiritualitas Gembala Baik
No
Waktu
Susunan Acara
1
14.00-16.00
Datang Ke Tempat Tujuan
2
16.00-16.30
Snaks Sore
3
16.30-17.00
Pembukaan Dan Perkenalan
4
17.00-18.30
Sesi 1: Aku Mengenal Siapa Dirinya
5
18.30-19.00
Makan Malam
6
19.00-20.30
Sesi 2: Aku Seorang Pendamping
7
20.30-21.00
Ibadat Malam
8
21.00-05.00
Istrirahat Malam
9
06.00-06.30
Ibadat Pagi
10
06.30-07.00
Makan Pagi
11
07.00-08.30
Sesi 3: Aku Seorang Gembala
12
08.30-10.00
Sesi 4: Aku Dipanggil Untuk Melayani
13
10.00-10.30
Snaks Pagi
14
10.30-11.30
Penutup
15
11.30-12.00
Ibadat Siang
16
12.00
Sayonara
(66)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Rekoleksi Kedua Aku Dipanggil untuk Menjadi Seorang Gembala Baik
No
Waktu
Susunan Acara
1
14.00-16.00
Datang ke tempat tujuan
2
16.00-16.30
Snaks sore
3
16.30-17.00
Pembukaan
4
17.00-18.30
Sesi 1: Apa yang hilang?
5
18.30-19.00
Makan malam
6
19.00-20.30
Sesi 2: Gembala yang Baik dan Buruk
7
20.30-21.00
Ibadat malam
8
21.00-05.00
Istrirahat malam
9
06.00-06.30
Ibadat pagi
10
06.30-07.00
Makan pagi
11
07.00-08.30
Sesi 3: Aku Mengasihi Mereka
12
08.30-10.00
Sesi 4: Aku Ada Untuk Melayani Mereka
13
10.00-10.30
Snaks pagi
14
10.30-11.30
Penutup
15
11.30-12.00
Ibadat siang
16
12.00
Sayonara
(67)