Jurnal Skripsi Prodi Ilmu Komunikasi ©2015 Noldi Paranaya Arbie. Zulaeha Laisa. Noval Sufriyanto Talani
Fungsi Komunikasi Pimpinan Dalam Meningkatkan Disiplin Kerja PNS 1
Noldi Paranaya Arbie, 2Zulaeha Laisa, 3Noval S. Talani Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi, 2Dosen Program Studi Ilmu Komuniksi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo 1 e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Komunikasi pimpinan dalam setiap instansi pemerintahan sangat dibutuhkan terkait dengan disiplin setiap pegawai yang ada di lingkungannya. Tujuan penelitian untuk mengetahui; (1) Fungsi komunikasi pimpinan dalam meningkatkan disiplin kerja PNS di DKAD dan BAPPEDA Provinsi Gorontalo; (2) Hambatan komunikasi pimpinan dalam meningkatkan disiplin kerja PNS di DKAD dan BAPPEDA Provinsi Gorontalo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan memberikan gambaran tentang komunikasi yang dilakukan oleh pimpinan yang ada di DKAD dan BAPPEDA Provinsi Gorontalo. Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa wawancara, observasi aktivitas serta dokumen tambahan untuk melengkapi data yang dibutuhkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (1) Pimpinan di DKAD Provinsi Gorontalo membangun jalinan komunikasi dengan baik terhadap bawahannya terkait dengan masalah disiplin yang dihadapi oleh masing-masing pegawainya. Sedangkan di BAPPEDA Provinsi Gorontalo, pimpinan selalu memberikan informasi yang bersifat instruksi kepada bawahan yang melakukan pelanggaran tentang masalah kedisiplinan melalui media tertentu seperti surat teguran; (2) Hambatan yang dihadapi oleh pimpinan di DKADA Provinsi Gorontalo dalam melakukan komunikasi yakni, informasi yang disampaikan oleh pimpinan tidak tepat sasaran kepada bawahan yang melakukan pelanggaran disiplin. Sedangkan hambatan komunikasi pimpinan yang ada di BAPPEDA Provinsi Gorontalo adalah adanya pegawai atau bawahan yang tidak menghiraukan teguran yang disampaikan oleh pimpinan terkait dengan pelanggaran yang dia lakaukan terutama masalah disiplin kerja kantor. Kata Kunci : Komunikasi Pimpinan, Disiplin Kerja, PNS 1
Abstract Chief of agency’s communication in each government agencies is needed, especially in implementing the supervision of discipline of each of the employee in his/her agency. This research was designed to (1) find out the function of chief of agencies’ communication in improving the civil servants’ work discipline at Provincial Planning Agency (BAPPEDA) and the Provincial Financial and Accounting Agency (DKAD); (2) to find out the chief of agencies’ communication obstacles in improving the work discipline of the civil servants at DKAD and BAPPEDA Province. The method applied in this research was qualitative method with the systematic and factual description of communication carried by the chiefs in both agencies. The data in this research were collected through interview. The data were also collected through observation of chiefs and employees activities in both agencies, and through the observation of office hour’s discipline, as well as document study for additional data needed to address the research problems. The research showed that: (1) the chief in DKADGorontalo Province has developed a good communication with his employees related
Fakultas Ilmu Sosial UNG | 1
Jurnal Skripsi Prodi Ilmu Komunikasi ©2015 Noldi Paranaya Arbie. Zulaeha Laisa. Noval Sufriyanto Talani
to the each of the employee’s discipline issue. Whereas in BAPPEDAGorontalo province, the chief has always given instruction to his employees that committed discipline offense through warning letter; (2) the obstacles faced by the chief of DKAD in communication was that the information given to those committed the discipline offense was misplaced. In the case of BAPPEDAGorontalo, the obstacle was from the employees that did not heed the warnings given for their offenses especially offenses related to work discipline. Keywords: Chief of Agencies Communication, Work Discipline, Civil Servants. Pendahuluan Teknologiinfromasidankomunikasisaatinisudahmemasukiranah formal maupun non formal.Dalamranah formal dapat dilihat padasistembirokrasi pemerintahan dan ranah non formal seperti jejaring sosial.Sistem birokrasi pemerintahan tentunya memiliki prinsip dan aturan yang benar-benar di taati oleh orang-orang yang ada di dalamnya. Karena pada dasarnya birokrasi pemerintahan terbentuk untuk mengatur suatu pekerjaan. Kita memandang bahwa, hal yang sering ditekankan kepada setiap pegawai adalah tentang kedisiplinan dalam melakukan tugas dan tanggung jawab terutama persoalan disiplin terhadap waktu masuk kantor sesuai dengan keputusan dan aturan yang diberlakukan. Hal ini bisa dilihat pada Pegawai Negeri Sipil yang mengabdi kepada negara melalui daerah masing-masing. Pegawai Negeri Sipil memiliki disiplin berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam mewujudkan Pegawai Negeri Sipil yang disiplin, tidak hanya membutuhkan peraturan-peraturan yang telah berlaku melainkan juga membutuhkan seorang pimpinan yang akan memberikan motivasi maupun ganjaran terhadap setiap pegawai yang tidak disiplin sesuai dengan aturan yang berlaku. Sebagi seorang pimpinan, memiliki tanggung jawab untuk melakukan komunikasi dengan bawahan terkait dengan masalah disiplin. Kenyataan saat ini masihadapegawai yang kurang disiplin dengan tanggungjawabnya, terutamadisiplinwaktukerja. Hal initerjadi di kantor BAPPEDA dan DKAD Provinsi Gorontalo. Padahalkantordinassudah menerapkanabsensifinger print berbasisweb. Denganadanyapenerapanabsensi sidik jari berbasisweb inidiharapkan para pegawaimenjadikonsistenterhadap jam kerja yang sudahmenjadiketentuansebelumnya, karena data-data kehadiran yang adadalamabsensiinitidakbisadimanipulasiolehsiapa pun selain operator yang diberika hak akses untuk menangani absensi ini. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik mengadakan penelitian tentang“Fungsi Komunikasi Pimpinan Dalam Meningkatkan Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil (Studi Kasus Penerapan Sidik Jari Berbasis Web Di BAPPEDA Dan DKAD Provinsi Gorontalo”. Kajian Teori Komunikasi Organisasi Banyak para ahli termasuk Pace dan Faules mengklasifikasikan definisi komunikasi organisasi menjadi dua, yakni definisi fungsional dan interpretative. Definisi fungsional komunikasi organisasi adalah sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan-hubungan hierarkis antara yang satu dengan
Fakultas Ilmu Sosial UNG | 2
Jurnal Skripsi Prodi Ilmu Komunikasi ©2015 Noldi Paranaya Arbie. Zulaeha Laisa. Noval Sufriyanto Talani
yang lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan. Sedangkan definisi interpretative komunikasi organisasi cenderung menekankan pada kegiatan penanganan pesan yang terkandung dalam suatu batas organisasional (organization boundary). Dengan kata lain definisi interpretative komunikasi organisasi adalah proses penciptaan makna atas interaksi yang menciptakan, memelihara, dan mengubah organisasi. Jadi, perspektif interpretative menekankan peranan “orang-orang“ dan “proses” dalam menciptakan makna. Makna tersebut tidak hanya pada orang, namun juga dalam “transaksi” itu sendiri. Sifat terpenting komunikasi organisasi adalah penciptaan pesan, penafsiran, dan penanganan kegiatan anggota organisasi. Bagaimana komunikasi berlangsung dalam organisasi dan apa maknanya bergantung pada konsepsi seseorang mengenai organisasi (Masmuh, 2010:5-6). Komunikasi ke Bawah (Downward Comumunication) Komunikasi ke bawah berisikan instruksi atau arahan dari pimpinan sebuah organisasi terhadap anggota atau pegawai yang ada di dalamnya. Menurut Devito (2011 : 386) bahwa “Komunikasi ke bawah merupakan pesan yang dikirim dari tingkat hierarki yang lebih tinggi ke tingkat yang lebih rendah”. Komunikasi ke bawah mempunyai fungsi pengarahan, perintah, indoktrinasi, inspirasi, dan evaluasi. Perintah atau instruksi biasanya menjadi lebih terperinci dan spesifik karena diinterpretasikan oleh tingkat manajemen yang lebih rendah. Manajer-manajer pada setiap tingkatan bertindak sebagai penyaring dalam menentukan seberapa banyak informasi yang mereka terima dari pimpinan yang lebih tinggi yang akan diteruskan kepada bawahannya. Komunikasi ke Atas (Upward Communication) Komunikasi itu juga membuat bawahan memiliki rasa dan merasa bagian dari organisasi. Di samping itu juga memungkinkan manajemen memiliki kesempatan untuk memperoleh berbagai gagasan baru dari para pegawainya. Komunikasi ke atas merujuk pada pesan yang mengalir dari bawahan pada supervisor. Komunikasi ke atas biasanya untuk tujuan menanyakan pertanyaan, menyediakan umpan balik dan membuat saran. Komunikasi ke atas memiliki efek pada peningkatan moral dan perilaku karyawan. Tipe komunikasi ini adalah laporan kemajuan, saran, penjelasan, dan permintaan bantuan atau keputusan. Fungsi utama komunikasi ke atas adalah memberikan informasi kepada tingkat yang lebih atas mengenai apa yang terjadi di tingkat yang lebih rendah (dalam Milindiri, 2007:13).
Hambatan Komunikasi Berikut adalah hambatan komunikasi menurut Effendy (dalam Rosmawaty, 2010:53-54) : (1) Hambatan yang bersifat objektif, yaitu gangguan dan halangan terhadap jalannya komunikasi yang tidak disengaja dibuat olehpihak lain, tapi mungkin disebabkan oleh keadaan yang tidak menguntungkan, misalnya gangguan cuaca. Namun, rintangan atau hambatan objektif ini juga dapat dikarenakan kurangnya kemampuan berkomunikasi (field of experience) yang tidak “in tune”antara komunikator dengan komunikan, pendekatan yang kurang baik, waktu yang tidak tepat, penggunan media yang keliru, dan sebagainya; (2) Hambatan yang bersifat subjektif, ialah gangguan yang sengaja dibuat
Fakultas Ilmu Sosial UNG | 3
Jurnal Skripsi Prodi Ilmu Komunikasi ©2015 Noldi Paranaya Arbie. Zulaeha Laisa. Noval Sufriyanto Talani
oleh orang lain, sehingga merupakan gangguan, penentangan terhadap suatu usaha komunikasi dan dasar gangguan ini biasanya bersifat tamak, iri hati, pertentangan kepentingan dan sebagainya. Disiplin Kerja Pegawai Disiplin yang dimiliki oleh setiap orang termasuk pegawai akan tercermin pada pekerjaan akan di alukan dengan cara mematuhi aturan yang telah ditetapkan oleh sebuah instansi pekerjaan termasuk birokrasi pemerintahan. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Sinungan (2003:145) berikut :”Disiplin adalah sebagai sikap mental yang tercermin dalam perbuatan dan tingkah laku perorangan, kelompok atau masyarakat berupa ketaatan (obedience) terhadap peraturan-peraturan yang ditetapkan pemerintah atau etika, norma, dan kaidah yang berlaku dalam masyarakat untuk tujuan tertentu”. Disiplin merupakan tindakan manajemen yang mendorong karyawan untuk memenuhi berbagai ketentuan standar yang harus dipenuhi oleh karyawan. Ravianto mengartikan disiplin kerja adalah ketaatan melaksanakan aturan yang diwajibkan atau yang diharapakan oleh organisasi agar setiap tenaga kerja dapat melaksanakan pekerjaan secara tertib dan lancar. Disiplin kerja yang diterapkan dalam organisasi dimaksudkan agar` semua karyawan yang ada di dalamnya bersedia dan sukarela menaati seluruh peraturan yang berlaku, sehingga dapat menjadi modal utama untuk mencapai tujuan organisasi, (Sarwanto, 2007:2-3). Absensi Finger Print (Sidik Jari) Berikut ini beberapa faktor mengapa memilih mesin absensi menggunakan mesin absensi sidik jari sebagai pilihan yang tepat dengan berbagai keunggulannya (Maeyasari, 2012:25) : (1) Sidik jari setiap individu adalah unik, belum pernah ditemukan persamaannya; (2) tidak ada titip dan rapel absen; (3) objektif (jam masuk dan pilang tercatat); (4) kenyamanan, dimulai dari registrasi yang simpel, pegawai tidak perlu repot membawa kartu pagwai maupun kertas atau kartu. Setiap pegawai tidak akan lupa membawa alat absensinya atau sidik jari yang telah diregistrasi. Dalam absensi kita tidak perlu menekan password atau pin yang merepotkan. Yang dilakukan hanya menaruh jari pegawai tepat di atas sensor sidik jari; (5) keamanan, dengan menggunakan mesin absensi sidik jari tingkat keamanan sangat tinggi dikarenakan setiap sidik jari setiap pengguna berbeda-beda atau unik. Jadi pengguna tidak bisa saling menitipkan absensi seperti yang dilakukan ketika kita menggunakan absensi tanda tangan, amano atau menggunakan kartu; (6) menghindari penyalah gunaan daftar hadir, mengurangi pekerjaan administratif secara manual, pegawai lebih teap waktu, mendukung peningkatan produktivitas, mendukung pembinaan kepegawaian, efektivitas waktu dan efisiensi biaya”. Metodelogi Penelitan Penelitian ini dilaksanakan di kantor BAPPEDA dan DKAD ProvinsiGorontalo. Penelitian ini Untuk memperoleh jawaban permasalahan yang ada dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Menurut Creswell (dalam Satori danKomariah, 2009:24) bahwa penelitian kualitatif adalah suatu proses inquiry tentang pemahaman berdasar pada tradisi-tradisi metodologis terpisah, jelas
Fakultas Ilmu Sosial UNG | 4
Jurnal Skripsi Prodi Ilmu Komunikasi ©2015 Noldi Paranaya Arbie. Zulaeha Laisa. Noval Sufriyanto Talani
pemeriksaan bahwa menjelajah suatu masalah sosial atau manusia. Peneliti membangun suatu kompleks, gambaran holistik, menata kata-kata, laporan-laporan merinci pandangan-pandangan dari penutur asli, dan melakukan studi di suatu pengaturan yang alami.Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan sekunder yang masing-masing adalahSumber primer merupakan sumber yang secara langsung memberikan data atau keterangan terhadap peneliti. Olehnya itu, yang menjadi sumber data primer dalam penelitian ini adalah pimpinandanpegawai yang ada di kantor BAPPEDA dan DKAD ProvinsiGorontalo.Sumber sekunder merupakan kebalikan dari sumber primer yaitu sumber yang tidak langsung memberikan data atau keterangan terhadap peneliti. Jadi yang menjadisumber sekunde rdalam penelitian ini adalah dokumen dan catatan penting lainnya yang mendukung sumber data primer atau yang berhubungan dengan judul penelitian. Sesuai dengan penelitian kualitatif dan dan sumber data yang dimanfaatkan, maka pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif model Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2013:92-99) yaitu sebagai berikut :Reduksi data, mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan dicari tema dan polanya. Jadi peneliti akan memilih data yang penting berdasarkan hasil penelitian melalui wawancara maupun pengamatan langsung terhadap aktivitas yang berlangsung pada lokasi penelitian.Penyajian data, dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya. Setelah data di reduksi, maka peneliti akan menyajikan data penelitian dalam sebuah pembahasan. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peneliti maupun pembaca mengerti dan mengetahui maksud dan tujuan penelitian dilaksanakan.Penarikan kesimpulan, kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas. Peneliti akan mengulas inti atau penemuan-penemuan yang sifatnya baru berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan.Wiersema (1986) mengemukakan bahwa triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan kata lain bahwa triangulasi adalah pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pemanding terhadap data yang ada. Triangulasi dapat dilakukan terhadap sumber data, teknik pengumpulan data dan waktu. Hasil Dan Pembahasan Fungsi KomunikasiPimpinanDalam Meningkatkan Disiplin KerjaPNS Di BAPPEDA ProvinsiGorontalo Komunikasi ke Bawah (downward communication) Komunikasi ke bawah berisikan instruksi atau arahan dari pimpinan sebuah organisasi terhadap anggota atau pegawai yang ada di dalamnya. Komunikasi ke bawah mempunyai fungsi pengarahan, perintah, indoktrinasi, inspirasi, dan evaluasi. Perintah atau instruksi biasanya menjadi lebih terperinci dan spesifik karena diinterpretasikan oleh tingkat
Fakultas Ilmu Sosial UNG | 5
Jurnal Skripsi Prodi Ilmu Komunikasi ©2015 Noldi Paranaya Arbie. Zulaeha Laisa. Noval Sufriyanto Talani
manajemen yang lebih rendah. Manajer-manajer pada setiap tingkatan bertindak sebagai penyaring dalam menentukan seberapa banyak informasi yang mereka terima dari pimpinan yang lebih tinggi yang akan diteruskan kepada bawahannya. Dengan terciptanya komunikasi yang baik antara pimpinan ke bawahan maka tujuan organisasi akan terwujud. Salah satu tujuan organisasi yang ada berada di BAPPEDA Provinsi Gorontalo terciptanya disiplin kerja pegawai. Mengutip pendapat Sendjanja 2002 (dalam Rosmawaty, 2010:101-102) terdapat empat fungsi komunikasi pimpinan dalam sebuah organisasi yakni sebagai berikut : Fungsi informatif, Komunikasi digunakan sebagai upaya untuk menyampaikan informasi sebanyak mungkin kepada semua anggota organisasi, agar semua anggota tahu dan dapat melaksanakan pekerjaannya masing-masing, dan sebagai informasi untuk membuat suatu kebijakan dan putusan organisasi. Fungsi regulatif, Pesan-pesan regulatif lebih berfungsi sebagai upaya untuk mengatur dan mengendaikan semua anggota organisasi, mulai dari level pimpinan sampai level bawahan serta sebagai upaya untuk memberikan instruksi atau perintah maupun larangan yang semuanya berorientasi pada tugas atau pekerjaan. Oleh karena itu, pesan-pesan regulatif sangat berkaitan dengan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan dan diberakukan dalam organisasi. Fungsi persuasif, Dalam mengatur, mengendalikan dan mengoperasionalkan organisasi bukan hanya dibutuhkan jabatan dan kekuasaan atau kewenangan. Juga dibutuhkan kemampuan dalam mempersuasif, sehingga setiap anggota organisasi tidak hanya menjadi seorang pekerja rutinitas biasa, tetapi juga akan menjadi anggota organisasi yang memiliki sentiment keanggotaan dan loyalitas yang tinggi. Teknik komunikasi persuasif ini bukan hanya digunakan oleh para pimpinan organisasi, tetapi juga digunakan oleh semua anggota organiasi, tentunya dengan latar belakang kepentingan masing-masing. Fungsi integratif, Fungsi ini mengupayakan adanya jalinan komunikasi formal maupun informal di antara anggotaanggota organisasi, lewat berbagai kegiatan komunikasi, seperti kegiatan darmawisata yang diikuti oleh semua anggota organisasi, pertandingan olahraga bersama antar anggota organisasi, menyediakan buletin atau newsletter organisasi sebagai media komunikasi dan informasi yang resmi, dan lain sebagainya yang memungkinkan setiap anggota organiasi dapat berkomunikasi, baik secara formal maupun informal. Komunikasi ke atas (upward communication) Dalam menciptakan komunikasi yang baik antara pimpinan dan bawahan pada sebuah organisasi atau instansi untuk mewujudkan suatu tujuan organisasi di perlukan juga komunikasi antara bawahan ke pimpinan,atau komunikasi ke atas (upward communication). Komunikasi ke atas merupakan pesan yang dikirim dari tingkat hierarki yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi komunikasi ke atas penting untuk mempertahankan dan bagi pertumbuhan organisasi. Komunikasi itu memberikan manajemen umpan balik yang diperlukan mengenai semangat kerja para karyawannya dan berbagai ketidakpuasan. Setiap kehadiran pegawai selalu di evaluasi oleh pimpinan untuk mengetahui seberapa tingkat kedisiplinan yang dimiliki masing-masing bawahannya. Dilingkungan BAPPEDA Provinsi Gorontalo, komunikasi ini di bangun pada saat apel kerja, rapat kerja dan kunjungan evaluasi pimpinan pada masing-masing bidang pada kesempatan ini bawahan dapat mengkomunikasikan kepada pimpinan
Fakultas Ilmu Sosial UNG | 6
Jurnal Skripsi Prodi Ilmu Komunikasi ©2015 Noldi Paranaya Arbie. Zulaeha Laisa. Noval Sufriyanto Talani
hambatan apa yang mereka alami dalam bekerja dan hambatan mereka dalam menjalankan disiplin kerja, serta memberikan masukan kepada pimpinan untuk terciptanya kenyamanan dalam bekerja. Oleh karena itu dengan adanya komunikasi yang baik antara pimpinan dan bawahan serta bawahan ke pimpinan dapat menciptakan suatu tujuan organisasi dalam mewujudkan disiplin kerja sebaliknya jika komunikasi yang dibangun tidak baik maka tujuan suatu organisasi tidak akan tercipta. Dari uraian diatas dapat dilihat komunikasi pimpinan antara bawahan terlaksana dengan baik. Komunikasi pimpinan yang efektif pada lingkungan BAPPEDA Provinsi Gorontalo dapat menciptakan pegawai-pegawai yang disiplin dan mematuhi aturan disiplin kerja yang berlaku. Disiplin Kerja Disiplin yang dimiliki oleh setiap orang termasuk pegawai akan tercermin pada ketepatan waktu untuk datang ke kantor dan pekerjaan akan dilalukan dengan cara mematuhi aturan yang telah ditetapkan oleh sebuah instansi pekerjaan termasuk birokrasi pemerintahan. Dilingkungan BAPPEDA Provinsi Gorontalo aturan disiplin kerja mengacu pada Peraturan Pemerintah NO 53 dan Peraturan Gubernur NO 04 Tahun 2014 dimana seorang pegawai harus mematuhi aturan tersebut untuk mencapai point kerja yang tinggi. Absensi finger print berbasis web adalah alat absensi elektonik yang digunakan dilingkungan BAPPEDA Provinsi Gorontalo dalam mengukur disiplin kerja pegawai dalam ketepatan waktu masuk kerja dan pulang kerja yang di rekap setiap bulannya untuk menghasilkan point penilaian disiplin pegawai Selain absensi elektronik di BAPPEDA Provinsi Gorontalo juga menerapkan absensi manual yang terapkan pada setiap apel pagi. absensi ini dilakukan untuk menjaring pegawai yang hanya datang melakukan absensi elektronik dan tidak mengikuti apel pagi. Berdasarkan point serta rekapan absensi manual tersebut pimpinan dapat memberikan sanksi pada pegawai yang tidak disiplin sesuai aturan yang berlaku dan laporan tersebut menjadi evaluasi pimpinan dalam meningkatkan disiplin kerja pegawai. Fungsi KomunikasiPimpinanDalam Meningkatkan Disiplin KerjaPNS Di DKAD ProvinsiGorontalo Komunikasi ke Bawah (downward communication) Dalam menjalan roda organisasi, pimpinan dan bawahan harus saling melakukan komunikasi seperti melakukan instruksi dan memberikan informasi. Rivai dan Mulyadi (2013:34-35) mengatakan bahwa fungsi instruksi bersifat komunikasi satu arah. Pimpinan sebagai komunikator merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana, bilamana dan di mana perintah itu dikerjakan agar keputusan dapat dilaksanakan secara efektif. Pada lingkungan Dinas Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Gorontalo pimpinan maupun sekertaris selalu melakukan instruksi terhadap bawahan (pegawai) termasuk kepalakepala bidang untuk tidak terlambat dalam masuk kantor melalui apel kerja. Komunikasi ini bersifat instruksi, untuk lebih mendetailkan informasi pimpinan membagikan surat edaran kepada masing-masing bidang yang diteruskan kepada seluruh pegawai. Selain itu komunikasi yang bersifat motivasi juga perlu dilakukan dalam sebuah organisasi atau sebuah instansi kerja untuk membangkitkan semangat kerja para pegawai yang berada
Fakultas Ilmu Sosial UNG | 7
Jurnal Skripsi Prodi Ilmu Komunikasi ©2015 Noldi Paranaya Arbie. Zulaeha Laisa. Noval Sufriyanto Talani
dilingkungan tersebut. Hal ini pula dilakukan oleh pimpinan yang berada di DKAD agar lebih memaksimalkan sebuah informasi dalam mencapai suatu tujuan yaitu menciptakan pegawai yang taat terhadap aturan khususnya aturan tentang disiplin.
Komunikasi ke Atas (Upward Communication) Komunikasi keatas juga perlu dilakukan dalam sebuah organisasi atau instansi ini dilakukan untuk menciptakan feedback informasi yang disampaikan oleh pimpinan. Bawahan juga berhak melakukan klarifikasi atau meminta keringanan aturan yang diterapkan oleh pimpinan pada instansi tersebut. Dilingkungan DKAD ketika seorang pegawai tidak dapat datang tepat waktu atau tidak dapat hadir di kantor, pegawai tersebut dapat memberitahu kepada pimpinannya langsung baik melalui surat, berupa surat izin, surat sakit maupun komunikasi melalui telepon dan pesan singkat seluler. Hal ini menunjukan pimpinan memiliki sikap terbuka dalam berkomunikasi dengan bawahannya dan aturan disiplin pegawai yang diberlakukan ini tidak bersifat menekan atau memberatkan pegawai yang berada di lingkungan DKAD sehingga ada toleransi untuk beberapa halangan yang menjadi alasan pegawai dengan terbangunnya komunikasi yang baik antara bawahan dan pimpinan akan mampu menciptakan pegawai yang taat terhadap peraturan khususnya peraturan tentang disiplin. HambatanKomunikasiPimpinan Faktor –Faktor yang MenghambatKomunikasiPimpinanDalam Meningkatkan Disiplin PNS Di BAPPEDA ProvinsiGorontalo Pimpinan Dalam menjalankan komunikasi kebawahan terkadang mengalami hambatan hal ini akan berimbas pada sasaran yang diinginkan oleh pimpinan yaitu untuk meningkatkan disiplin kerja. Di lingkungan BAPPEDA Provinsi Gorontalo faktor yang menghambatan komunikasi Pimpinan adalah : Masalah dalam menyampaikan informasi Setiap pagi di BAPPEDA Provinsi Gorontalo selalu melaksanakan apel kerja. Apel pagi merupakan sarana yang sering digunakan oleh pimpinan untuk memberikan informasi dan arahan termasuk informasi dan arahan tentang kedisiplinan namun, informasi tersebut menjadi tidak efektif dikarenakan pegawai yang seharusnya menerima informasi tersebut belum hadir pada saat apel kerja berlangsung. Kurangnya kesadaran pegawai untuk mentaati peraturan Salah satu kendala dalam menegakkan peraturan disiplin pegawai dilingkungan BAPPEDA Provinsi Gorontalo adalah kesadaran pada pegawai. Sebanyak apapun informasi dan arahan yang disampaikan oleh pimpinan namun tidak dibarengi kesadaran pada diri pegawai maka informasi tersebut tidak akan efektif. Pegawai yang sering melakukan pelanggaran mendapat pembinaan tersendiri dari pimpinan. Apabila pendekatan ini tidak memiliki hasil sesuai dengan harapan, maka pimpinan akan mengundang pegawai yang bersangkutan untuk diproses sesuai dengan konsekuensi yang telah ditentukan. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa, standar penilaian kedisiplinan setiap pegawai adalah sesuai dengan data rekapan yang diberikan oleh
Fakultas Ilmu Sosial UNG | 8
Jurnal Skripsi Prodi Ilmu Komunikasi ©2015 Noldi Paranaya Arbie. Zulaeha Laisa. Noval Sufriyanto Talani
absensi finger print. Selain absensi finger terdapat pula absensi mingguan yang sifatnya manual untuk pegawai yang melakukan apel pagi. Akan tetapi ini bukan merupakan standar penilaian kedisiplinan pegawai. Hal ini yang menyebabkan para pegawai untuk tidak mengikuti apel pagi, karena pegawai menganggap bahwa indikator penilaian kedisiplinan pegawai adalah terdapat pada absensi finger print. Pegawai yang ada di BAPPEDA Provinsi Gorontalo mengisi kehadiran pada absensi finger print yang merupakan indikator penialain kedisiplinan para pegawai. Hal ini tentunya memberikan peluang untuk setiap pegawai hanya melakukan absensi datang dan pulan kantor. Pimpinan memiliki hak untuk memberikan sanki terhadap setiap pegawai yang tidak disiplin dengan waktu kerja. Akan tetapi, hal ini tidak begitu efektif oleh pimpinan. Sehingga pimpinan memberikan teguran secara lisan terhadap pegawai yang bersangkutan HambatanKomunikasiPimpinanDalam Meningkatkan Disiplin PNS Di DKAD ProvinsiGorontalo Di kantor DKAD terdapat pegawai yang tidak menghiraukan teguran atas ketidak disiplinannya dari pimpinan. ada pegawai yang tidak mengakui kesalahan-kesalahannya terutama ketidak disiplinanya untuk masuk kerja seperti datang terlambat dan tidak mengikuti apel kerja. Akan tetapi, pimpinan tidak menghiraukan alasan-alasan yang dipaparkan oleh pegawai yang bersangkutan. Karena pimpinan mengacu pada data yang diperoleh dari absensi online. Ini menunjukan bahwa pimpinan mengalami hambatan ketika melakukan komunikasi dengan bawahan terutama masalah kehadiran. Dinas Keuangan Daerah Provinsi Gorontalo menggunakan absensi online finger print untuk mengetahui tingkat kehadiran pegawai yang ada di kantor tersebut. Ketika pimpinan melakukan interogasi terhadap pegawai yang melakukan pelanggaran, berbagai macam alasan yang dikemukakan oleh pegawai tersebut. terlihat bahwa penyebab atau faktor mempengaruhi pegawai yang terlambat adalah ketika kantor DKAD melakukan kegiatan-kegiatan seperti olah raga, maka para pegawai akan datang terlambat. Selain itu, ketika para pegawai melakukan apel kerja di tempat lain, maka mereka pasti akan terlambat untuk masuk kantor. untuk para teknisi pekerjaan yang begitu banyak membuat mereka menambah waktu kerja di kantor sehingga saat pagi hari mereka yang di tuntut untuk datang pagi pun menjadi sesuatu hal yang sulit karena faktor kelelahan bekerja ini membutuhkan waktu lebih untuk beristirahat. Salah satu tujuan penggunaan absensi online finger print adalah untuk meningkatkan produktivitas pegawai terhadap organisasi yang berawal dari kedisiplinan atas kehadiran pegawai di tempat kerja. pegawai yang ada di DKAD memandang bahwa penerapan absensi finger print online sudah baik. Akan tetapi masih perlu di kembangkan lagi dengan menambahkan beberapa item yang berkaitan dengan absensi online finger print. Kesimpulan
Pimpinan yang berada di BAPPEDA Provinsi Gorontalo membangun jalinan komunikasi yang baik dengan bawahannya atau pegawai yang berada dilingkungan tersebut. Apel pagi menjadi media utama yang digunakan oleh pimpinan dalam menyampaikan suatu informasi.Komunikasi yang di bangun pada Fakultas Ilmu Sosial UNG | 9
Jurnal Skripsi Prodi Ilmu Komunikasi ©2015 Noldi Paranaya Arbie. Zulaeha Laisa. Noval Sufriyanto Talani
Dinas Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Gorontalo terlihat berbeda di Bappeda Provinsi Gorontalo, pimpinan dilingkungan DKAD dalam menyampaikan suatu informasi, intruksi atau arahan kepada bawahan menggunakan ragam media diantaranya melalui surat berupa surat edaran dan surat teguran dan tatap muka langsung pada apel pagi dan pada rapat kerja. Selain itu juga, pimpinan membuka ruang yang tidak terbatas bagi para bawahannya untuk berkomunikasi dengan pimpinan DKAD. Di dalam berkomunikasi seringkali terjadi hambatan komunikasi dimana sebuah informasi yang disampaikan oleh pimpinan tidak tepat sasaran pada pegawai yang seharusnya menerima informasi tersebut hal ini di karenakan, semua informasi khususnya informasi tentang kedisiplinan disampaikan melalui apel pagi tentunya yang menerima informasi tersebut adalah pegawai-pegawai yang disiplin. Di kantor DKAD terdapat pegawai yang tidak menghiraukan teguran atas ketidak disiplinannya dari pimpinan. ada pegawai yang tidak mengakui kesalahankesalahannya terutama ketidak disiplinanya untuk masuk kerja seperti datang terlambat dan tidak mengikuti apel kerja. Saran Dalam melakukan komunikasi dengan bawahan, pimpinan di DKAD Provinsi Gorontalo untuk lebih menekankan aturan terkait dengan kedisiplinan pegawai pada apel-apel kerja yang dilaksanakan. Disarankan kepada BAPPEDA Provinsi Gorontalo untuk melakukan penilaian terhadap kinerja yang dilakukan oleh setiap pegawai yang ada di kantor BAPPEDA Provinsi Gorontalo. Sehingga semangat kerja yang dimiliki oleh setiap pegawai akan tumbuh dengan sendirinya. Daftar Pustaka
Devito, J. 2011. Komunikasi Antar Manusia. Tangerang Selatan : Karisma Publising Group. Masmuh, A. 2010. Komunikasi Organisasi Dalam Perspektif Teori Dan Praktek. Malang: UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang. Milindiri, Askaria.2007. Efektivitas Komunikasi Pimpinan Dan Pegawai Dalam Mendukung Kinerja Organisasi. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Rosmawaty. 2010. Mengenal Ilmu Komunikasi. Bandung : Widya Padjadjaran. Satori. Komariah. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta Maeyasari, Eka. 2012. Skripsi Pengaruh Efektivitas Penerapan Absensi Finger PrintTerhadap Disiplin Pegawai Negeri Sipil Di Sekretariat Daerah
Fakultas Ilmu Sosial UNG | 10
Jurnal Skripsi Prodi Ilmu Komunikasi ©2015 Noldi Paranaya Arbie. Zulaeha Laisa. Noval Sufriyanto Talani
Kabupaten Lebak. Serang: Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang. Sarwanto, Joko.2007. Skripsi Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Di Kantor Departemen Agama Kabupaten Karanganyar. Yogyakarta : Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Sinungan.2003.http://mrs-vera-disiplinkerja.blogspot.com/diakses-17-042013/pukul-02:41. Wiersema, Wiliam http://bambang-rustanto.blogspot.com/2011/03/teknikpemeriksaan-keabsahan-data.html. 09 September 2014 (14:57)
Fakultas Ilmu Sosial UNG | 11