Baiq Setiani - Fungsi Dan Peran Wanita Dalam Masyarakat Baduy
FUNGSI DAN PERAN WANITA DALAM MASYARAKAT BADUY Oleh: BAIQ SETIANI Dosen Fakultas Hukum Universitas Suryadarma, Jakarta
[email protected]
ABSTRAK Seperti masyarakat pada umumnya, sesungguhnya dalam masyarakat Baduy pun pria memegang peran penting, baik bidang sosial maupun religi. Pimpinan keluarga, kelompok, kampung, dan suku, serta pemimpin upacara selamatan, inisiasi, perkawinan, kematian, penanaman padi, pemanenan padi, dan pemujaan leluhur di pegang oleh pria. Walau demikian, bukan berarti pria Baduy menguasai segala sendi kehidupan masyarakat. Wanita Baduy, selain mempunyai fungsi dan peran yang sama dengan pria, juga memiliki fungsi dan peran yang khas serta tidak boleh dilakukan oleh pria. Dengan kata lain, pria dan wanita Baduy sama-sama memiliki fungsi dan peran yang penting. Pria Baduy tidak bersifat mendominasi dan wanita Baduy tidak tersubordinasi. Keluarga Baduy sangat mengharapkan anak pertama wanita. Anak wanita dianggap memiliki nilai lebih dibanding anak pria karena anak wanita mempunyai sifat memelihara, mengayomi, dan melindungi (seperti hanya konsep ambu), terutama untuk adik-adiknya. Anak wanita usia sekitar lima tahun keatas telah diberi tanggung jawab menjaga dan mengasuh adik-adiknya. Upacara-upacara yang berkaitan dengan padi diatas harus dilakukan oleh wanita dan tidak boleh dilaksanakan oleh pria. Menurut keyakinan orang Baduy, upacara seperti ngaseuk, mipit, nganyaran dan ngalaksa merupakan kegiatan yang terpenting dan bermakna paling sakral. Oleh karena itu, para pelaksanaannya yang hanya oleh para wanita merupakan suatu kehormatan dan ketinggian derajat wanita Baduy disamping adat kesopanan karena berhubungan langsung dengan Nyi Pohaci. Kata Kunci: Fungsi dan Peran, Wanita, Baduy.
Pendahuluan
berdayakan, dan saling memberi kesem-
A. Latar Belakang
patan untuk tumbuh kembang dan me-
tikan
Kesetaraan gender dapat diar-
ngembangkan diri secara optimal terus
sebagai
menerus secara bebas dan bertanggung
perwujudan
jaminan
sehari-hari yang ditandai oleh sikap pria
jawab.
dan wanita dalam hubungan mereka satu
Pada tingkat masyarakat dunia,
sama lain, baik dalam keluarga maupun
kesetaraan pria dan wanita dijamin oleh
dalam masyarakat, yang saling peduli,
Piagam
saling menghargai, saling membantu,
(PBB) dan sejumlah Dekralasi, Kon-
saling
vensi,
mendukung,
saling
mem-
perserikatan
Komitmen,
Lex Jurnalica Vol.3 No. 3 Agustus 2006
Bangsa-Bangsa
dan
kesepakatan
153
Baiq Setiani - Fungsi Dan Peran Wanita Dalam Masyarakat Baduy
antara anggota PBB. Disamping itu,
Jauh sebelum dicanangkannya
Indonesia juga telah meningkatkan diri
konsep “kesetaraan gender”, atau dalam
dengan sejumlah instrumen interna-
konsep lain disebut juga “kemitra-
sional yang menjamin kesetaraan pria
sejajaran pria dan wanita” di Indonesia,
dan wanita dibidang politik, pendidikan,
dipedalaman Jawa Barat pada masya-
dan ketenagakerjaan, Bahkan Indonesia
rakat penghuni “inti jagad”, yakni
sudah
“Konvensi
masyarakat Baduy, telah mengenal dan
penghapusan segala bentuk deskriminasi
menerapkan konsep kesetaraan antara
terhadap wanita.”
pria
dalam
pula
meratifikasi
dan
wanita.
Pertanyaan
yang
Konsep “Kesetaraan” tersebut
kemudian timbul adalah “Sejak kapan
kenyataan
Masyarakat Baduy menerapkan konsep
sehari-hari
belum
seperti yang diharapkan. Wanita dalam
kesetaraan antara pria dan wanita?”
masyarakat pada umumnya, digariskan untuk menjadi istri dan ibu. Sejalan dengan hal itu, stereotip yang dikenakan pada wanita (istri) adalah makhluk yang emosional, dekoratif,
pasif,
lemah,
tidak
asertif,
dependen,
Umum
Masya-
rakat Baduy Masyarakat Baduy menganggap diri sebagai penghuni dan peme-
tidak
lihara pancer bumi atau pusat dunia atau
kompeten, kecuali untuk tugas rumah
inti jagad. Mereka menjalankan kehi-
tangga. Sementara itu, pria (suami)
dupan secara bersahaja dengan meng-
harus menanggung keluarga sehingga
gantungkan hidup terutama dari ber-
status mereka lebih tinggi, dan bahkan
cocok tanam padi sederhana di ladang.
mempunyai hak lebih untuk mengen-
Dalam masyarakat Baduy wanita me-
dalikan wanita. Hubungan semacam itu
miliki kesetaraan dengan pria. Bahkan,
dalam
misalnya,
dalam beberapa hal, wanita memiliki
memunculkan ungkapan bahwa wanita
berbagai keunggulan dalam berkehi-
merupakan
dupan bermasyarakat.
masyarakat
belakang)
kanca
Jawa,
wingking
malah
ada
(teman pemeo
Secara administratif, wilayah
“swarga nuntut neraka katut” „kesurga
Baduy meliputi luas sekitar 5.101,85
ataupun keneraka, istri hanya mengikuti
hektar, sekarang termasuk kedalam desa
suami‟. Masyarakat Melayu pun sering
Kanekas,
menyebut orang belakang atau orang
Kabupaten Lebak, Propinsi Banten.
rumah untuk mengganti kata istri.
Sementara
154
dan
dan
B. Gambaran
Kecamatan
Lex Jurnalica Vol.3 No. 3 Agustus 2006
itu
Leuwidamar,
Judhistira
Garna
Baiq Setiani - Fungsi Dan Peran Wanita Dalam Masyarakat Baduy
memperkirakan luas wilayah Baduy
Marengo, Gajeboh, Cikakal Muara,
meliputi beberapa kecamatan, seperti
Cipaler, Babakan Eurih, Cisagu Lan-
Muncang,
deuh,
Sajira,
Cimarga,
Maja,
Cibitung,
Cihulu,
Cijengkol,
Bojongmanik, dan Leuwidamar. Hal ini
Cikadu, Ciranji, Cisagu Pasir, Cibongo,
didasarkan atas kesamaan kepercayaan
Batubeulah,
lama
Karahkal,
Sunda
dan
pertalian
kerabat
Cikulingseng, Cibongkok,
Cigula
Cisaban
I,
masyarakat yang menempati daerah-
Cisaban II, Cicakal Girang, Kadukohak,
daerah
Leuwihgandam, Cisadane, Kanengay,
tersebut.
semakin
Wilayah
dipersempit
Kesultanan
Banten
pada dalam
Baduy masa rangka
Batara,
Binglu
Cicangkudu,
1993a:124-135)
Cihalang, Baduy
berbatasan
dengan daerah-daerah lain: disebelah
Cireanda
Konang, Cipiit, Cijanar, Pamoeyan,
penyebarluasan agama Islam (Garna,
Wilayah
Gembok,
Ciwaringin, Cikopeng,
Cicatang, Sorohkokod,
Panyeurangan, dan Kaduketer (Profil Desa Kanekes, 1994).
utara berbatasan dengan Desa Cibungur
Sebutan orang Baduy atau urang
dan Desa Cisemeut (Kecamatan Leu-
Baduy pada awalnya bukanlah dari
widamar), disebelah timur berbatasan
orang-orang
dengan
(Kecamatan
Baduy diberikan oleh orang-orang luar
Cipanas), disebelah selatan berbatasan
wilayah Baduy dan kemudian digunakan
dengan Desa Karangnunggal (Keca-
dalam laporan-laporan etnografi pertama
matan Bojongma-nik).
oleh
Desa
Sobang
Baduy
orang-orang
sendiri.
Belanda.
Istilah
Dalam
Sebagai suatu desa, Baduy atau
laporan tersebut disebut istilah “badoei”,
Kanekes terdiri atas beberapa kampung
dan “badoewi” (Hovell, 1845; Jacob dan
yang terbagi menjadi dua kelompok
Meijer,
besar, yaitu Baduy Dalam dan Baduy
akhirnya istilah “Baduy” kemudian lebih
Luar.
dikenal.
1891;
Pleyte,
1909),
dan
Kampung-kampung yang terma-
Bahkan pada tahun 1980, ketika
suk kelompok Baduy Dalam meliputi
Kartu Tanda Penduduk (KTP) diper-
kampung-kampung Cibeo, Cikartawana,
kenalkan di daerah itu, hampir semua
dan Cikeusik. Adapun kampung-kam-
penduduk itu menolak sebutan orang
pung yang termasuk dalam kelompok
Baduy. Sebutan diri yang biasa mereka
Baduy Luar berjumlah 43 kampung,
gunakan adalah urang kanekes atau
masing-masing Kaduketug, Kadujang-
biasa pula dengan sebutan asal wilayah
kung, Babakan Balimbing, Babakan
kampung mereka, seperti urang cibeo
Lex Jurnalica Vol.3 No. 3 Agustus 2006
155
Baiq Setiani - Fungsi Dan Peran Wanita Dalam Masyarakat Baduy
(nama salah satu kampung), urang
disamakan dengan cara hidup kelompok
tangtu (Baduy Dalam), dan urang
masyarakat
panamping (Baduy Luar). Sebutan diri
sebagai Baduy. Disamping dianggap
lain
sebagai masyarakat yang masih rendah
dalam
memberi
tekanan
atas
yang
kemudian
kehadiran mereka sebagai orang sunda
peradabannya
pertama adalah Sunda Wiwitan „Sunda
Isalam. Itu pula sebabnya mereka pada
Awal‟. Istilah ini sekarang jarang dan
awalnya enggan disebut sebagai urang
bahkan tidak digunakan lagi, kecuali
Baduy (Danasasmita dan Djaisunda,
untuk menyebut nama agama mereka.
1986:2; Djoewisno, 1986:6).
Kini mereka lebih terbiasa menyebut diri
sebagai
urang
Baduy
(Garna,
1993:120).
dan
disebut
belum beragama
Pada dasarnya orang baduy bertutur dalam bahasa Sunda. Bahasa mereka termasuk dalam katagori dialek
Istilah Baduy juga muncul dari
Sunda-Banten,
subdialek
nama sebuah bukit bernama Gunung
Berbeda
Baduy, yang didekatnya mengalir sungai
bahasa Baduy tidak dipengaruhi bahasa
kecil
Beberapa
Jawa. Bahasa Baduy tidak mengenal
pendapat menyebutkan bahwa sebenar-
tingkat tutur bahasa dan memiliki aksen
nya hanya penduduk didaerah inilah
tinggi dalam lagu kalimat. Selain itu,
yang disebut urang Baduy karena daerah
Bahasa Baduy memiliki kosa kata
Baduy merupakan pintu gerbang untuk
sendiri dan beberapa jenis struktur
masuk ke daerah ini. Disamping itu,
kalimat. Orang Baduy tidak mengenal
penduduk disekitarnya dan orang luar
tulisan,
lebih luas (Danasasmita dan Djatisunda,
(alfabetis
1986:1)
menghitung hari baik. Oleh karena itu
bernama
Cibaduy.
Ada pula pendapat yang meng-
adat
dengan
Baduy.
kecuali
subdialek
abjad
Jawa/Sunda
istiadat, dan
agama,
Banten,
hanacaraka kuno)
cerita
sebagainya
untuk
nenek
hubungkan istilah Baduy dengan nama
moyang,
tersimpan
Badwi-berasal dari kata badu atau
dalam tradisi tutur (Garna, 1993: 120-
badaw yang berarti “lautan pasir” yakni
121).
salah satu suku Arab yang hidup
Sekarang ini subdialek Baduy
mengembara didaerah padang pasir,
makin jauh dari bahasa Sunda Lulugu
yang pada zaman Nabi Muhammad
yang dianggap baku. Pemakaian perti-
SAW
menyebut
kel, bentukan kata, aksen kata, dan
masyarakat yang tidak mau mengikuti
pemakaian fonem yang semakin berbeda
digunakan
untuk
agama Rasulullah. Sikap semacam itu
156
Lex Jurnalica Vol.3 No. 3 Agustus 2006
Baiq Setiani - Fungsi Dan Peran Wanita Dalam Masyarakat Baduy
menyebabkan subdialek Baduy diang-
bagi para pelanggar adat. Wewenang
gap sebagai Bahasa.
kepuunan Cibeo menyangkut pelayanan
Masyarakat Baduy mengenal
kepada warga dan tamu dikawasan
dua sistem pemerintahan, yaitu sistem
Baduy, termasuk pada urusan adminis-
nasional dan sistem tradisional. Dalam
trasi tertib wilayah, pelintas batas, dan
sistem tradisional masyarakat Baduy
berhubungan
termasuk dalam wilayah desa Kanekes,
Adapun wewenang kapuunan Cikar-
Kecamatan
Kabupaten
tawana menyangkut urusan pembinaan
Lebak, Propinsi Banten. Seperti halnya
warga, kesejahteraan, keamanan dan
dengan daerah lain di Indonesia, setiap
sebagai badan pelaksana langsung yang
desa terdiri atas sejumlah kampung. Di
memonitor permasalahan yang berhubu-
daerah Baduy kampung tersebut terbagi
ngan dengan kawasan Baduy.
Leuwidamar,
menjadi kampung Tangtu, kampung Panamping
dan
kampung
Dangka.
dengan
Pada orang
daerah
dasarnya
Baduy
adalah
luar.
kepercayaan penghormatan
Selain kampung Tangtu juga terdapat
kepada roh nenek moyang. Menurut
Rukun Kampung (RK) yang disebut
Bupati
kakolotan lembur.
keterangan
Secara
(1908)
dari
kakolot
berdasarkan kampung
pemerin-
Cikeusik bernama Naseni orang Baduy
tahan pada masyarakat Baduy bercorak
bukanlah penganut Hindu, Budha, atau
kesukuan dan disebut kapuunan, karena
pun
puun menjadi pimpinan tertinggi. Ada
Animisme,
tiga orang puun diwilayah Baduy,
memuja roh atau arwah nenek moyang.
masing-masing puun Cikeusik, puun
Pusat pemujaan mereka berada dipuncak
Cibeo dan puun Cikartawana. Puun-
gunuing yang disebut Sasaka Domas
puun tersebut merupakan tritunggal,
atau Sasaka Pusaka Buana. Objek
selain berkuasa di wilayah masing-
pemujaan
masing
juga
merupakan sisa kompleks peninggalan
pemerintahan
Megalitikum berupa bangunan berundak
Tradisional masyarakat Baduy. Wewe-
atau berteras-teras dengan sejumlah
nang kepuunan Cikeusik menyangkut
menhir dan area diatasnya. Tempat ini
urusan keagamaan dan ketua pengadilan
dianggap oleh orang Baduy sebagai
adat
tempat berkumpulnya para karuhun,
mereka
memegang
yang
Tradisional
Serang
bersama-sama
kekuasaan
menentukan pelaksanaan
upacara-upacara (seren tahun, kawalu,
Islam
melainkan yaitu
penganut
kepercayaan
mereka
pada
yang
dasarnya
nenek moyang mereka.
dan seba) serta memutuskan hukuman
Lex Jurnalica Vol.3 No. 3 Agustus 2006
157
Baiq Setiani - Fungsi Dan Peran Wanita Dalam Masyarakat Baduy
Mata pencaharian orang Baduy bertumpu pada berladang dengan mena-
sedangkan untuk sehari-hari mereka makan ikan asin.
nam padi. Padi merupakan hal yang tak terpisahkan dari dunia mereka yang dilambangkan
sebagai
Nyi
Pohaci
C. Peran Wanita Badui Seperti
masyarakat
pada
Sanghyang Asri atau Dewi Padi. Padi
umumnya, sesungguhnya dalam masya-
harus ditanam menurut ketentuan karu-
rakat Baduy pun pria memegang peran
hun, yaitu seperti cara yang dilakukan
penting, baik bidang sosial maupun
oleh para nenek moyang mereka. Padi
religi. Pimpinan keluarga, kelompok,
hanya boleh ditanam di ladang kering
kampung, dan suku, serta pemimpin
tanpa pengairan yang disebut huma.
upacara selamatan, inisiasi, perkawinan,
Padi tidak boleh dijual harus disimpan
kematian, penanaman padi, pemanenan
dengan baik untuk keperluan sehari-hari,
padi, dan pemujaan leluhur di pegang
bahkan sebagaian besar upacara ke-
oleh pria. Walau demikian, bukan
agamaan orang Baduy tidak terlepas dari
berarti pria Baduy menguasai segala
hubungannya dari padi dan perlada-
sendi kehidupan masyarakat. Wanita
ngannya. Sistem kalender atau penang-
Baduy, selain mempunyai fungsi dan
galan orang Baduy pun sangat berkaitan
peran yang sama dengan pria, juga
erat
kegiatan
memiliki fungsi dan peran yang khas
perladangan mereka. Awal penyiapan
serta tidak boleh dilakukan oleh pria.
ladang, yang dikenal dengan kegiatan
Dengan kata lain, pria dan wanita Baduy
narawas dan nyacar, berlangsung pada
sama-sama memiliki fungsi dan peran
bulan kapat juga merupakan awal
yang penting. Pria Baduy tidak bersifat
masuknya tahun baru bagi orang Baduy.
mendominasi dan wanita Baduy tidak
dengan
tata
urutan
Selain tumbuh-tumbuhan orang Baduy
pangan
Ide atau gagasan yang melatar
hewani. Hanya saja pangan hewani ini
belakangi atau menjadi dasar acuan dan
tidak dikonsumsi setiap hari dan jenis
prilaku kesetaraan antara pria dan
yang diperbolehkan pun sangat terbatas.
wanita Baduy terutama Konsep ambu,
Orang Baduy dilarang memakan pangan
Konsep Nyi Pohaci, dan Konsep
hewani mamalia besar seperti Kambing,
Keseimbangan. Ketiga konsep tersebut
Sapi, dan Kerbau. Sumber pangan
lebih lanjut akan diuraikan satu per satu
hewani yang sering disajikan dalam
berikut ini:
upacara
158
juga
mengkonsumsi
tersubordinasi.
selamatan
adalah
Ayam,
Lex Jurnalica Vol.3 No. 3 Agustus 2006
Baiq Setiani - Fungsi Dan Peran Wanita Dalam Masyarakat Baduy
Bumi tempat manusia berpijak
1. Konsep Ambu Kata ambu dalam bahasa Baduy
berada pada dunia tengah. Dunia tengah
dapat diartikan sebagai Ibu (wanita).
merupakan
tempat
Konsep Ambu digunakan baik dalam
makhluk lain, seperti tumbuh-tumbuhan,
tataran mikrokosmos (rumah tangga)
hewan, makhluk-makhluk halus, batu,
sebagai sebutan orang tua wanita (ibu)
air, dan udara. Dunia tengah juga
maupun dalam tataran makrokosmos
dipercayai
(alam semesta). Fungsi dan peran ambu
sementara, yakni tempat menjalankan
dalam kedua tataran tersebut mirip,
kehidupan fana. Penguasa dan penga-
yakni sebagai pemelihara, pengayom,
yom dunia tengah disebut ambu tengah.
dan pelindung. Oleh karena itu, sosok
Dialah yang menjaga dan melindungi
ambu dalam masyarakat Baduy sangat
kehidupan manusia dimuka bumi.
hanya
manusia
dan
sebagai
tempat
Dunia bawah, menurut keper-
dihormati. Dalam kehidupan sehari-hari,
cayaan orang Baduy, terletak di dalam
ambu dapat dikatakan memiliki peran
tanah dan juga digambarkan sebagai
ganda: dirumah tangga dan diladang.
neraka. Manusia yang meninggal dunia
Dirumah tangga, ambu sebagai ibu dan
selama 40 hari berada di dunia tengah,
istri dengan seluruh kerendahan
dan
kecuali bagi roh manusia yang kotor
hari-harinya
akan tetap tinggal selama belum bersih.
kerelaan untuk
mengabadikan keluarga.
Diladang,
ambu
Penguasa dan pengayom dunia bawah
memegang peran penting dalam men-
disebut
jaga dan memelihara padi.
manusia yang suci, setelah 40 hari akan
Ambu, dalam tataran makrokosmos, merupakan penguasa dan penga-
Ambu
Handap.
Bagi
roh
diserahkan oleh Ambu Handap kepada Ambu Luhur. Peran, tugas, dan fungsi ambu
yom dunia. Konsepsi orang Baduy mengenai alam semesta adalah dunia ini
baik
terdiri atas “dunia atas” yang disebut
maupun makrokosmos tersebut men-
dengan
dudukkan wanita pada posisi yang
buana
luhur
atau
buana
dalam
tataran
mikrokosmos
ngungcung, “dunia tengah” yang disebut
penting.
buana tengah atau buana panca tengah,
“bawahan” pria, tetapi berada dalam
dan “dunia bawah” yang disebut juga
posisi yang lebih terhormat. Menghor-
dengan buana handap atau buana
mati wanita berarti pula menghormati
rarang.
ambu.
Wanita
Berbuat
tidak
kebajikan
menjadi
sesama
makhluk dan lingkungan serta mentaati
Lex Jurnalica Vol.3 No. 3 Agustus 2006
159
Baiq Setiani - Fungsi Dan Peran Wanita Dalam Masyarakat Baduy
adat berarti juga menjunjung dan meng-
penghormatan Nyi Pohaci. Hanya kata-
hargai ambu.
kata, ungkapan-ungkapan, dan mantramantra yang indah dan suci saja dilantunkan dan diucapkan saat rang-
2. Konsep Nyi Pohaci Nyi Pohaci sebutan lengkapnya
kaian ritual bercocok tanam padi. Musik
Nyi Pohaci Sang Hyang Asri, atau
angklung yang ada pada masyarakat
kadang disingkat pula dengan Nyi Sri
hanya boleh dimainkan untuk menyan-
pada dasarnya hampir sama dengan
jung Nyi Pohaci. Masyarakat
konsep Dewi Sri pada masyarakat Jawa.
Baduy
percaya
Nyi Pohaci atau Dewi Sri berkaitan erat
bahwa Nyi Pohaci tinggal di dunia atas
dengan kegiatan pertanian sawah (padi).
pada suatu lapisan yang disebut “Buana
Dia dianggap sebagai sumber atau pem-
suci alam padang” yakni suatu lapisan
bawa kehidupan. Dalam kaitan dengan
dunia yang suci tak ternoda yang terang
hal ini, ada ungkapan Baduy yang
benderang bermandikan cahaya.
menyebutkan “hirup turun tinu rahayu,
Nyi Pohaci dan roh manusia
hurip lalarn pohaci” yang artinya
yang suci tinggal di suatu tempat yang
kurang lebih “hidup berasal dari Tuhan,
disebut mandala hyang ataukahiyangan.
kehidupan berasal dari Pohaci”.
Manusia di bumi, menurut keyakinan
Sebagai sumber kehidupan, Nyi
orang Baduy, harus berbuat baik dan
Pohaci menjadi pusat dan fokus pemu-
banyak
jaan
sehari-hari
“tetangga” Nyi Pohaci di mandala
masyarakat Baduy yang bermata penca-
hyang dan mendapat kehidupan yang
harian utama berladang menanam padi.
baik darinya.
dalam
kehidupan
beribadah
agar
menjadi
berkaitan
Padi yang melambangkan Nyi
dengan aktivitas perladangan tersebut
Pohaci tersebut menyiratkan bahwa
dianggap sebagai ibadah.
wanita merupakan sosok yang harus di
Rangkaian
kegiatan
yang
Menanam padi di ladang bagi
hormati, di junjung, dan diperlakukan
masyarakat Baduy pada hakikatnya
dengan sebaik-baiknya. Wanita diang-
adalah ngareremokeun „menjodohkan
gap sebagai sumber kehidupan, sehingga
atau mengawikan‟ antara Nyi Pohaci
tidak akan ada kekuatan dan kecerahan
(padi) dengan pasangannya: bumi. Peri-
kehidupan tanpa adanya wanita.
laku yang terbaik dan terpuji harus
Bentuk aktivitas lain sebagai
diberikan terhadap kegiatan menanam,
penghormatan dan penghargaan yang
memelihara dan memanen padi sebagai
sangat tinggi kepada Nyi Pohaci adalah
160
Lex Jurnalica Vol.3 No. 3 Agustus 2006
Baiq Setiani - Fungsi Dan Peran Wanita Dalam Masyarakat Baduy
ngawalu. Istilah ini berarti mengadakan kawalu
„baik‟:
nisan merupakan suatu hal yang dijun-
kawalu=kabali „kembali‟). Upacara ini
jung tinggi oleh masyarakat bersahaja
memang diadakan setelah padi dari
dimana
ladang “kembali‟ ke lumbung setelah
Baduy.
upacara
sekian
lama
(walu=bali
wanita. Keseimbangan atau keharmo-
berada
termasuk
masyarakat
“rumah
Keseimbangan tersebut berlaku
suaminya”, yaitu di weweng sampeg
dalam segala sendi kehidupan, baik
mandala
(bumi=ladang).
dalam hubungan antara manusia dan
Upacara kawaluh diselenggarakan tiga
manusia, manusia dan hewan, manusia
kali setahun, yaitu kawalu tembey
dan
(kawalu awal) setiap tanggal 17 kasa
manusia dan lingkungan alam sekitar-
(bulan ke-10 menurut kalender tradi-
nya.
pageuh
di
pun,
makhluk lain,
sional Baduy), kawalu tengah setiap
Adat
Baduy
maupun
antara
mengajarkan
tanggal 18 karo (bulan ke-11), dan
“lonjor teu meunang dipotong, pondok
kawalu tutung (kawalu akhir) setiap
teu meunang disambung” „panjang tidak
tanggal 17 katiga (bulan ke-12).
boleh dipotong, pendek tidak boleh
Orang
Baduy
yang
melak-
disambung‟. Pikukuh „aturan adat‟ tersebut
sanakan puasa setiap tanggal tersebut sebagai
penghormatan,
penghargaan,
menyiratkan bahwa segala sesuatu harus
dan rasa syukur kepada Nyi Pohaci.
dijaga sebagaimana adanya, tidak boleh
Selain itu, tamu atau pengunjung luar
terjadi
dilarang
menyebabkan sesuatu berubah dari yang
memasuki
wilayah
Baduy
“rekayasa”
akhirnya
selama bulan kawalu. Barang, peralatan,
sesungguhnya.
atau segala sesuatu yang dilarang oleh
menurut keyakinan mereka, adalah yang
adat pada bulan kawalu harus dising-
telah ada sebaik-baiknya dan yang
kirkan dan dimusnahkan. Ada satu tim
secocok-cocoknya. Terjadinya penam-
khusus yang dibentuk pemerintah adat
bahan dan pengurangan akan mengaki-
kapuunnan untuk mengadakan “operasi
batkan ketidak harmonisan atau ketidak-
bersih”, agar tidak menodai kesucian
seimbangan.
bulan penghormatan Nyi Pohaci.
Yang
yang
seadanya
itu,
Dalam hubungan antara sesama
Bila kedua konsep diatas lebih
manusia, orang Baduy sangat menjun-
menonjolkan atau meninggikan derajat
jung tinggi harkat dan martabat. Sebagai
wanita, dalam konsep yang ketiga ini
suatu masyarakat yang pada dasarnya
lebih bersifat penyetaraan pria dan
masih berciri masyarakat egalitarian,
Lex Jurnalica Vol.3 No. 3 Agustus 2006
161
Baiq Setiani - Fungsi Dan Peran Wanita Dalam Masyarakat Baduy
kesetaraan sesama sangat terasa. Rumah,
dalam kehidupan “politik” kesukuan
pakaian,
mereka, wanita (istri) menjadi syarat
dan
menunjukan
peralatan
Tidak
ada
mutlak seorang pemimpin. Seorang
“penguasa”
dan
(pria) puun, jaro, girang, seurat, dan
“rakyat biasa” dan tidak ada perbedaan
pimpinan lain dalam birokasi kesukuan
pula antara yang “kaya” dan yang
Baduy akan turun secara otomatis dari
“miskin”. Tidak ada perselisihan dan
jabatannya
permusuhan.
dunia. Wanita (istri) dianggap sebagai
perbedaan
kesama-an.
sehari-hari
antara
Perilaku
antar
sesama
sangat dijaga sesuai dengan aturan. Dalam
istrinya
meninggal
stabilisator dan dinamisator seorang
keluarga
pemimpin kesukuan. Bila fungsi dan
sehari-hari orang Baduy penuh rasa
peran ini tidak dinamis. Fungsi-fungsi
kasih dan tolong menolong. Pria dan
sosial, budaya, dan religi dalam kehi-
wanita memiliki tanggung jawab yang
dupan kesukuan akan timpang dan bah-
dipikul
kan tidak dapat berjalan
secara
kehidupan
bila
bersama-sama,
baik
pekerjaan rumah maupun diladang. Bagi
Seperti telah dijelaskan diatas,
orang Baduy, bekerja pada hakikatnya
sebagai besar aktivitas kehidupan orang
melaksanakan ibadah atau menjalankan
Baduy tercurah pada kegiatan yang
ajaran dan anjuran “agama” dan adat.
berkaitan dengan padi. Setiap warga
Oleh karena itu, menurut mereka,
Baduy,
bekerja “beribadah” dan bukan dilihat
diwajibkan bekerja diladang. Tidak ada
dari jenis kelamin apa, tetapi perbuatan
pembedaan yng tegas antara pria dan
atau pekerjaan yang bagaimana dila-
wanita dalam melaksanakan ibadah itu
kukan. Dengan demikian, pemisahan
diladang.
secara ketat atau deskriminasi pekerjaan
baik
maupun
wanita,
Bahkan kaum wanita memiliki
bagi si pria dan wanita Baduy pada
fungsi
dasarnya tidak dikenal.
khususnya
Sebagai pengejawantahan Kon-
pria
dan
peran dalam
yang rangkaian
penting, ritual
ngaseuk, mipit, nganyar, dan ngalaksa.
sep ambu, Konsep Nyi Pohaci, dan
Upacara
Konsep keseimbangan, pria dan wanita
menurunkan benih dari lumbung dan
Baduy selalu hidup secara sejajar dan
mengolah benih. Pelaku upacara ini
harmonis. Tidak ada yang mendominasi
harus terdiri atas wanita dengan menge-
dan tidak ada pula yang tersubordinasi.
nakan selendang putih, sabuk putih dan
Kesetaraan
dalam
gelung malang tau sanggul melintang.
Bahkan
Warga lain mengikuti upacara dengan
berbagai
162
tersebut sendi
terlihat
kehidupan.
ngaseuk
Lex Jurnalica Vol.3 No. 3 Agustus 2006
dimulai
dengan
Baiq Setiani - Fungsi Dan Peran Wanita Dalam Masyarakat Baduy
seksama untuk mengantarkan kepergian
berada dipupuhunnan „pusat ladang
Nyi Pohaci yang akan melangsungkan
kapuunnan‟
perkawinan dengan bumi.
karena
Kegiatan ini diakhiri dengan penanaman benih pria membuat lubang
terhimpun
“sakti
upacara, para wanita itu harus berpuasa. Upacara-upacara yang berkaitan dengan padi diatas harus dilakukan oleh
tersebut. Ketika padi telah berisi dan
wanita dan tidak boleh dilaksanakan
menguning, dilaksanakan upacara mipit
oleh pria. Menurut keyakinan orang
„memetik hasil pertama kali‟. Upacara
Baduy, upacara seperti ngaseuk, mipit,
ini dilakukan oleh istri girang seurat.
nganyaran dan ngalaksa merupakan
Padi yang dituai pada upacara ini adalah
kegiatan yang terpenting dan bermakna
padi
paling sakral. Oleh karena itu, para
berada
kedalam
terbaik
lubang
yang
benih
disanalah
dianggap
bumi”. Selama melaksanakan tugas
dengan alat tunggal, sedangkan wanita memasukan
yang
dipusat
ladang
kapuunnan yang disebut pupuhunnan.
pelaksanaannya yang hanya oleh para
Dalam upacara ngayaran atau
wanita merupakan suatu kehormatan dan
makan nasi hasil panen terbaru, semua
ketinggian derajat wanita Baduy disam-
pelakunya wanita terpilih dalam tiap
ping adat kesopanan karena berhu-
kapuunnan. Mereka adalah istri puun,
bungan langsung dengan Nyi Pohaci.
istri girang seurat, istri jaro tangtu, istri
Penghormatan pada wanita juga
baresan, dan istri mantan puun. Para
terlihat dalam upacara lamaran „mela-
wanita tersebut melakukan kegiatan
mar‟.
upacara menumbuk padi dan memasak
“mengabdi” terlebih dahulu kepada
nasi. Nasi baru yang sudah dimasak
keluarga wanita. Pada lamaran pertama,
dibagikan kepada seluruh warga.
bila
Pria
calon
diterima
oleh
pengantin
pihak
harus
wanita,
Sementara itu, upacara ngalaksa
keesokan harinya calon pengantin pria
„membuat laksa‟ – makanan semacam
harus bekerja diladang keluarga wanita
mie dari tepung beras – merupakan
selama satu hari.
rangkaian
upacara
syukuran
atas
Pada lamaran kedua, si pria
keberhasilan panen dan sekaligus seba-
harus bekerja diladang wanita selama
gai penutup tahun dan penutup kegiatan
tiga hari berturut-turut. Bagi masyarakat
perladangan. Pembuat laksa juga para
Baduy, perkawinan bersifat momogami,
wanita terpilih, terutama yang memiliki
seorang pria tidak boleh beristri lebih
perilaku baik dan berpengalaman. Bahan
dari satu orang (nyandung).
pembuat laksa ini diambil dari padi yang
Lex Jurnalica Vol.3 No. 3 Agustus 2006
163
Baiq Setiani - Fungsi Dan Peran Wanita Dalam Masyarakat Baduy
Dalam
kehidupan
keluarga,
Prinsip ini berlaku pula pada adat
misalnya, pekerjaan “rumahan” tidak
menetap setelah menikah pada pengan-
melulu menjadi tugas dan beban wanita
tin baru Baduy. Pasangan baru bebas
(istri/ibu), tetapi dipikul bersama-sama.
memilih tempat tinggal menetap.
Aktivitas rumah tangga seperti mema-
Anak, seperti juga keluarga-
sak, membersihkan rumah, dan menga-
keluarga lain, merupakan anugrah yang
suh anak yang biasanya menjadi tugas
paling besar dan diharapkan. Keluarga
khas dan pokok bagi wanita merupakan
Baduy sangat mengharapkan anak per-
pekerjaan biasa bagi pria Baduy, tidak
tama wanita. Anak wanita dianggap
tabu, dan tidak malu melakukannya.
memiliki nilai lebih dibanding anak pria
Namun khusus untuk pekerjaan yang
karena anak wanita mempunyai sifat
berhubungan langsung dengan padi,
memelihara, mengayomi, dan melin-
seperti menumbuk padi, mencuci beras,
dungi (seperti hanya konsep ambu),
dan memasak nasi harus dilakukan oleh
terutama untuk adik-adiknya. Anak
wanita.
wanita usia sekitar lima tahun keatas Menurut
Baduy,
kepercayaan
pekerjaan
tersebut
orang ”teu
telah diberi tanggung jawab menjaga dan mengasuh adik-adiknya.
meunang” tidak boleh atau tidak baik‟
Bila terjadi kematian pada istri
dikerjakan oleh pria karena berkaitan
(ibu), anak-anak ikut bersama suami
dengan adat kesopanan pada Nyi Pohaci.
(ayah). Berkeluarga atau menikah lagi,
Sementara itu, sudah menjadi peman-
anak-anak pun tinggal bersama keluarga
dangan biasa di kampung Baduy bila
baru ayahnya. Demikian pula bila terjadi
pria (suami atau ayah) menggendong
sebaliknya.
atau momong anak balita (bawah tiga
Prinsip keadilan dan kesamaan
tahun) sambil ronda (dilakukan siang
juga berlaku pada sistem pewarisan
hari) atau melakukan pekerjaan lain
tanah dalam satu umpi „keluarga‟.
dilingkungan perkampungan.
Apabila
Prinsip
kekerabatan
orang
meninggal
seorang dunia,
kepala hak
keluarga
atas
tanah
Baduy pun menunjukan suatu hal yang
diwariskan kepada anak-anaknya. Setiap
demokratis. Prinsip kekerabatan mereka
anak pria ataupun wanita mempunyai
pada dasarnya bersifat bilateral (biteral
hak dan pembagian yang sama atas
descent), yakni memperhitungkan hubu-
warisan tanah tersebut.
ngan kekrabatan melalui baik garis pria (ayah) maupun garis wanita (ibu).
164
Lex Jurnalica Vol.3 No. 3 Agustus 2006
Baiq Setiani - Fungsi Dan Peran Wanita Dalam Masyarakat Baduy
D. Penutup
ambu, konsep Nyi Pohaci, dan konsep
Kesimpulan
keseimbangan. berdiam
Konsep Ambu pada dasarnya
disekitar pegunungan kendeng (Banten
merupakan konsep yang bersifat dan
Selatan), merupakan masyarakat pela-
berlaku secara umum, baik dalam kehi-
dang yang masih bersifat egaliter.
dupan sebelum turun kedunia, kehi-
Masyarakat Baduy, terutama Baduy
dupan di dunia, kehidupan di dalam
Dalam, percaya bahwa diri mereka
kubur, maupun kehidupan di akhirat
masih memegang teguh ajaran leluhur
kelak. Ambu yang mempersonifikasikan
nenek moyang hingga sekarang. Apa
sosok wanita (ibu) digambarkan memi-
yang masih dapat dijumpai, dilihat, dan
liki sifat melindungi, memelihara, dan
diamati sekarang merupakan cerminan
mengayomi seeorang atau manusia,
keadaan masyarakat Baduy sejak dahulu
mulai dari sebelum turun ke dunia,
kala. Hal ini sesuai dengan pikukuh
hidup diatas dunia, setelah mati (dalam
Masyarakat
Baduy
yang
Baduy,
terkenal
“lonjor
teu
meunang dipotong, pondok teu meunang
alam kubur), dan sampai di akhirat kelak (kahyangan).
Dengan demikian, gam-
Khusus dalam kaitan dengan
baran tersebut menampilkan salah satu
Konsep Ambu di dunia, terdapat dua
sosok kekayaan warisan budaya leluhur
mantra,
Nusantara, terutama yang berkaitan
sebagai ibu yang memelihara, serta
dengan kesetaraan pria dan wanita.
melindungi dan melayani anak-anaknya
disambung”.
Pria pada masyarakat Baduy,
dan
yakni
mikrokosmos
keluarga),
serta
(ambu
makrokosmos
seperti juga masyarakat lain umumnya,
(ambu sebagai suatu kuasa yang meme-
“menguasai” berbagai sendi kehidupan,
lihara, melindungi, dan mengayomi
mulai dari kegiatan sehari-hari hingga
hidup dan kehidupan manusia selama di
kegiatan upacara yang sangat besar, atau
dunia).
mulai
dari
rumah
tangga
hingga
Konsep
Nyi
Pohaci
pada
“Negara”. Meskipun demikian “kekua-
dasarnya lebih bersifat khusus, yakni
saan” tersebut tidak sampai menim-
berkaitan erat dengan kegiatan perla-
bulkan dominasi pria dan tersubor-
dangan (menanam padi). Orang Baduy
dinasinya wanita. Hal ini disebabkan ada
menganggap
beberapa konsep budaya dalam masya-
khususnya menanam padi, merupakan
rakat Baduy yang mampu “menetralisir
kewajiaban bagi setiap keluarga Baduy.
kekuasaan” pria tersebut, yakni konsep
Menanam
kegiatan
padi,
Lex Jurnalica Vol.3 No. 3 Agustus 2006
perladangan,
menurut
konsepsi
165
Baiq Setiani - Fungsi Dan Peran Wanita Dalam Masyarakat Baduy
masyarakat Baduy, adalah menjodohkan
pada pria. Konsep ini terutama dilandasi
atau mengawinkan Nyi Pohaci dengan
oleh pikukuh „aturan adat‟ dan keadaan
bumi putra pertiwi. Baik buruk dan
lingkungan sekitar. Tujuan atas ke-
seorang
semuanya, terutama, menciptakan kehi-
Baduy lebih ditentukan pada aktivitas
dupan yang seimbang dan harmonis,
bercocok tanam padi. Dalam kaitan ini,
baik dalam hubungan manusia dan
Nyi Pohaci dipersonifiksikan sebagai
manusia, manusia dan makhluk lain,
padi yang harus diperlakukan secara
maupun manusia dan alam lingkungan-
baik dan sungguh-sungguh agar dapat
nya. Tidak ada perbedaan yang tegas
memberikan penghidupan.
adan ketat antara pekerjaan pria dan
tinggi
rendah
Kedua
“keimanan”
konsep
diatas,
jika
wanita
dalam
masyarakat
Baduy.
dicermati lebih jauh, sesungguhnya
Berbagai pekerjaan, baik dalam kaitan-
menggambarkan stereotip wanita. Ambu
nya
menggambarkan streotip wanita yang
misalnya
memelihara, melindungi, dan melayani
pekerjaan diluar rumah tangga, misalnya
anak-anak dan keluarga. Hal ini menyi-
kegiatan perladangan, dilakukan secara
ratkan pentingnya fungsi dan peran
bersama.
dengan
kaitan
mengasuh
rumah
tangga,
anak,
maupun
wanita dalam keluarga. Adapun Nyi
Dalam kaitan dengan konsep
Pohaci menggambarkan streotip wanita
keseimbangan ini, wanita tidak hanya
yang
menjadi stabilisator dan dinamisator pria
berkaitan
dengan
kesuburan,
terutama reproduksi. Dalam
sebagai pemimpin. Oleh karena itu,
rangkaian
proses
aturan adat Baduy mensyaratkan bahwa
penanaman padi, tahap-tahap paling
seorang pemimpin, baik rumah tangga,
penting, seperti pengambilan padi untuk
kelompok
bibit, menanam, memetik, dan menum-
maupun kelompok politik harus memi-
buk padi untuk membuat nasi, dilakukan
liki seorang istri. Seorang jaro, baresan,
upacara khusus yang dilaksanakan oleh
girang seurat, dan bahkan puun harus
wanita.
menyiratkan
memiliki seorang istri sebagai syarat
proses penting yang dilalui wanita mulai
menduduki jabatan tersebut. Hal ini
dari perkawinan, hamil, melahirkan,
berkaitan dengan, antara lain, pelak-
sampai membesarkan anak.
sanaan bagi upacara adat dan faktor
Rangkaian
ini
sosial
kemasyarakatan,
Sementara itu, Konsep Keseim-
emosional. Seandainya dalam masa
bangan tidak hanya fokus pada wanita,
jabatan tersebut istrinya meninggal,
seperti kedua konsep lainnya, tetapi juga
166
Lex Jurnalica Vol.3 No. 3 Agustus 2006
Baiq Setiani - Fungsi Dan Peran Wanita Dalam Masyarakat Baduy
secara otomatis ia harus turun atau
Kanekes”, Alumni, Bandung,
melepaskan jabatannya.
1986.
Keadaan
lingkungan
sekitar
Djoewisno MS., ”Potret Kehidupan
juga menjadi faktor lahirnya Konsep
Masyarakat
Baduy”,
Keseimbangan lingkungan. Sementara
Studio, Jakarta, 1987.
Khas
sumber daya manusia dan teknologi
Johan Iskandar, ”Ekologi Perladangan
masih terbatas, menciptakan kondisi pria
Di Indonesia”, Study Kasus
dan wanita harus bekerja bersama-sama.
Dari Daerah Baduy, 1992. Koentjaraningrat, ”Masyarakat Baduy Di Banten Edisi Masyarakat
Daftar Pustaka Bagian
Proyek
Penelitian
dan
Pengkajian Kebudayaan Sunda
Terasing Di Indonesia”, Pelita Ilmu, Jakarta, 1993.
(Sundanologi). Cecep Eka Permana, ”Peran Wanita Dalam
Masyarakat
Baduy”,
Djambatan, Jakarta, 2001. Darasasmita, Saleh dan Djatisunda, Anis, ”Kehidupan Masyarakat
Lex Jurnalica Vol.3 No. 3 Agustus 2006
167