Pengaruh Audit Tenure, Debt Default, Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014).
Frenky Hutasoit, Hj. Asmaul Husna, Jack Febriand Adel Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji Tajungpinang, Kepulauan Riau Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh audit tenure, debt default, mekanisme good corporate governance terhadap penerimaan opini audit going concern. Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif yang berupa laporan keuangan perusahaan manufaktur periode 2010-2014 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sumber data menggunakan data sekunder. Sampel menggunakan metode purposive sampling, dengan jumlah sampel 17 perusahaan. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi logistik (logistic regression), dikarenakan variabel dependen menggunakan variabel dummy. Hasil penelitian ini menunjukkan audit tenure berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Sedangkan debt default, good corporate governance tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Kata kunci: Audit tenure, debt default, good corporate governance, opini going concern.
PENDAHULUAN Di Indonesia perkembangan entitas saat ini sangat pesat mulai dari entitas yang kecil sampai ke entitas yang besar, untuk itu perlu adanya pengendalian dari pihak manajemen untuk bisa bersaing demi keberlangsungan usahanya dimasa yang akan datang, serta untuk memberikan kepercayaan kepada pihak investor sebagai pemasuk
modal dan saham di perusahaan tersebut. Oleh karena itu pihak manajemen ditugaskan untuk memaksimalkan kinerja dan juga mendapatkan laba demi menghindari resiko kesulitan keuangan dan dapat mempertahankan hidupnya terus menerus serta menerima pendapat audit non going concern yang diberikan oleh auditor. Untuk menanamkan modal pastinya pihak investor akan memperhatikan laporan keuangan yang di sajikan oleh perusahaan yang sudah di audit dan di berikan pendapat oleh pihak auditor. Peran Auditor sangat berpengaruh terhadap laporan keuangan untuk menghindari kecurangan dan penyajian laporan keuangan yang menyesatkan, sehingga dengan demikian para pemakai laporan keuangan dan investor dapat mengambil keputusan dengan baik dan benar. Pemberian opini going concern oleh auditor juga tidak terlepas dari opini yang diberikan dari opini tahun sebelumnya, karena kegiatan usaha pada suatu perusahaan untuk tahun tertentu tidak terlepas dari keadaan yang terjadi dari tahun sebelumnya (Tamba, 2009). O’Reilly dalam (Sari, 2012) meyatakan asumsi dasar bahwa opini audit going concern haruslah berguna bagi investor sebagai sinyal negatif tentang kelangsungan hidup perusahaan. Sebaliknya opini non going concern dianggap sebagai sinyal positif bagi investor sebagai penanda bahwa perusahaan dalam kondisi yang baik. Auditor yang baik dianggap memiliki kemampuan untuk menyediakan sinyal-sinyal kepada pasar. Kemampuan menyediakan sinyal ini diperoleh dari kewenangan auditor mengakses informasi perusahaan dan kemampuan auditor dalam menilai isu going concern.
KAJIAN PUSTAKA Teori Agensi Menurut Jensen dan Meckling 1976 dalam menggambarkan adanya hubungan kontrak antara agen (manajemen) dengan pemilik (principal). Agen diberi wewenang oleh pemilik untuk melakukan operasional perusahaan, sehingga agen lebih banyak mempunyai informasi dibandingkan pemilik. Berkaitan dengan auditing, baik principal maupun agen diasumsikan sebagai orang yang memiliki rasionalitas ekonomi, dimana setiap tindakan yang dilakukan termotivasi oleh kepentingan pribadi atau akan memenuhi kepentingannya terlebih dahulu sebelum memenuhi kepentingan orang lain. Teori keagenan mengatakan sulit untuk mempercayai bahwa manajemen (agent) akan selalu bertindak berdasarkan kepentingan pemegang saham (principal), sehingga diperlukan monitoring dari pemegang saham Copeland dan Weston (dalam Linoputri, 2010). Dalam hal ini perlu adanya pihak ketiga yang independen untuk menjembatani kepentingan antara agen dan principal. Auditor adalah pihak yang dianggap mampu menejmbatani kepentingan principal dengan pihak agen dalam mengelola keuangan perusahaan Setiawan (dalam Irfana, 2012). Auditor disini tugasnya adalalah melakukan penilaian atas laporan keuangan yang dibuat agen yaitu dengan cara memberikan opini audit dan mempertimbangkan kelangsungan hidup perusahaan (Irfana, 2012). Hubungan antara teori agensi dengan penerimaan opini audit going concern dalam hal ini adalah agent bertugas dalam menjalankan perusahaan dan menghasilkan laporan keuangan sebagai bentuk dari pertanggung jawaban manajemen.
Opini Audit Auditor
akan bertanggung jawab apabila laporan audit yang diberikannya
tidaklah tepat (Herry, 2013). Opini Audit diberikan oleh auditor melalui beberapa tahap audit sehingga auditor dapat memberikan simpulan atas opini yang harus diberikan atas laporan keuangan yang diauditnya (Solikah, 2007). Auditor dapat memilih tipe pendapat yang akan dinyatakan atas laporan keuangan auditan (Mulyadi, 2008), yaitu : 1. 2. 3. 4. 5.
Pendapat Wajar tanpa Pengecualian Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelasan yang Ditambah dalam laporan Audit Baku Pendapat Wajar dengan Pengecualian Pendapat tidak Wajar Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat
Going Concern Going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha dan merupakan asumsi dalam pelaporan keuangan suatu entitas sehingga jika suatu entitas mengalami kondisi yang sebaliknya, entitas tersebut menjadi bermasalah. Dengan adanya going concern maka suatu usaha dianggap akan mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka waktu panjang, tidak akan dilikuidasi dalam jangka waktu pendek (Diyanti, 2010) Audit Tenure Audit tenure merupakan jangka waktu perikatan yang terjalin antara Kantor Akuntansi Publik dengan auditee yang sama. Ketika auditor memiliki jangka waktu hubungan yang lama dengan kliennya, hal ini akan mendorong pemahaman yang lebih atas kondisi keuangan klien dan oleh karena itu mereka akan dapat mendeteksi masalah going concern.
Debt Default Debt default diasumsikan sebagai kegagalan perusahaan dalam membayar hutang pokok dan bunganya pada waktu jatuh tempo
Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manajerial meliputi pemegang saham yang memiliki kedudukan dalam perusahaan sebagai kreditur maupun sebagai dewan komisaris, atau bisa juga dikatakan kepemilikan manajerial merupakan saham yang dimiliki manajer dan direktur perusahaan. Kepemilkan Institusional Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektik sehingga dapat mengurangi manajemen laba. Dengan adanya monitoring ini, pihak manajemen akan selalu berupaya untuk mengawasi supaya tidak terjadi tindakan manipulasi. Jika manipulasi dalam suatu perusahaan dapat diminimalisir, maka perusahaan akan bisa terhindar dari opini going concern yang akan diberikan oleh auditor (Irfana, 2012). Hipotesis HI :
Audit tenure berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern
H2 :
Debt
default
going concern.
berpengaruh
terhadap
penerimaan
opini
audit
H3 :
Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.
H4 : Kepemilikan Intitusional berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.
METEDOLOGI PENELITIAN Objek dan Ruang Lingkup Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2010 – 2014. Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel Dependen Dalam penelitian ini,yang menjadi variabel Dependenya adalah Opini Going Concern. Variabel ini diukur dengan menggunakan variabel dummy. Untuk perusahaan dengan opini going concern diberikan nilai 1 dan untuk perusahaan yang non going concern diberikan nilai 0. 2. Variabel Independen Terdapat empat variabel independen dalam penelitian ini yaitu: 1. Audit Tenure Audit tenure diukur dengan menghitung jumlah tahun dimana KAP yang sama telah melakukan perikatan audit terhadap auditee. Tahun perikatan pertama perikatan dimulai dengan angka 1 dan ditambah dengan satu untuk tahun tahun berikutnya.
2. Debt default Debt default diukur dengan menggunakan variabel Dummy yang di berikan score 1 dengan status Debt Default dan score 0 untuk status tidak debt default. Apakah perusahaan debt default dan tidak debt default sebelum pengeluaran opini audit.
3. Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manajerial adalah jumlah kepemilikan saham oleh manajer, direktur, dan komisaris dari seluruh modal saham perusahaan yang beredar. Kepemilikan manajerial diukur dengan persentase jumlah saham dalam perusahaan yang dimiliki manajer, direktur, dan komisaris dari seluruh modal saham yang beredar. 4. Kepemilkan Institusional Kepemilikan institusional diukur dengan menggunakan persentase jumlah saham yang dimiliki seluruh institusi pemegang saham perusahaan dari seluruh modal saham yang beredar. Teknik Penentuan Populasi dan Sampel Populasi dari penelitian adalah perusahaan Manufaktur yang go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010 – 2014. Sampel adalah sebagian data yang merupakan objek yang diambil dari populasi (Sunyoto, 2012). .Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Purposive Sampling yaitu sampel dipilih dengan pertimbangan kriteria - kriteria tertentu.
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam periode penelitian 2010 – 2014. 1
Penyajian laporan keuangan dengan menggunakan kurs rupiah.
2
Perusahaan menerbitkan laporan keuangan lengkap sesuai dengan kurun waktu penelitian 2010 – 2014.
3
Perusahaan mengungkapkan Tata Kelola Perusahaan dalam annual report, yaitu Kepemilikan Manjerial.
4
Perusahaan mengungkapkan Tata Kelola Perusahaan dalam annual report, yaitu Metode Analisis Analisis data mempunyai tujuan untuk menyampaikan dan membatasi penemuan-penemuan hingga menjadi data yang teratur. Regresi logistik adalah regresi yang digunakan untuk menguji apakah probibalitas terjadinya variabel dependen dapat diprediksi dengan variabel independen. Pada teknik analisis regresi logistik tidak memerlukan lagi uji normalitas dan uji asumsi klasik pada variabel bebasnya (Ghozali, 2013). Model regresi logistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah : GC
=
α + b1 DEF + b2 ATN + b3 Man + b4 Ins
GC
=
opini
going
concern
(variabel
dummy,
1
jika
opini
going
concern, 0 jika opini non going concern) α
= konstanta
DEF =
debt default (variabel dummy, 1 jika perusahaan dalam keadaan default, dan 0 jika tidak)
ATN =
audit tenure
Man
= kepemilikan manajer (rasio)
Ins
=
kepemilikan institusional (rasio)
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Statistik deskriptif Tabel 4.2 Hasil statistik deskriptif N
Minimum
AT
85
1
KM
85
.0000051
KI
85
.0011048
Valid N (listwise)
85
Maximum 5
Mean
2.39 .05101504 .2776322 2 .41625702 .9124321 8
Std. Deviation 1.346 .0704101208 .2816889020
(Sumber : Data sekunder yang diolah)
Sedang kan utuk variabel opini going concern, debt default yang merupakan variabel dummy, maka dapat diketahui dengan melihat tinggkat frekuensi yaitu jumlah persentase, tingkat kevalitan persentase, dan kumulatifnya seperti pada tabel dibawah ini:
Distribusi Frekuensi Frequency Percent Debt default Tidak default Default Valid Total Going concern NGC GC Total
Valid Percent
Cumulative Percent
76
89.4
89.4
89.4
9 85
10.6 100.0
10.6 100.0
100.0
43 42 85
506 49.4 100.0
50.6 494 100.0
50.6 100
Regresi Logistik Menguji kelayakan model regresi Menguji kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Hasil pengujian pada tabel menunjukkan bahwa nilai Chi – square sebesar 10.428 dengan tingkat signnifikansi sebesar 0,166. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai signifikannya lebih besar dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa model mampu memprediksi nilai observasinya. Menilai keseluruhan model (overall model fit) Dalam menilai model fit ditunjukan dengan Log Likehood value. Output SPSS memberikan dua nilai -2 LogL yaitu satu untuk model yang hanya memasukkan konstanta saja dan satu model dengan konstanta serta tambahan bebas. Dari hasil OUT PUT SPSS pada tabel 4.5 dan 4.6 menunjukan bahwa nilai -2 Log awal 117.823 lebih besar dari -2 Log berikutnya 93.541. Penurunan likelihood (-2LL) ini menunjukkan model regresi yang lebih baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data.
Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square) Koefisensi Determinasi (Nagelkerke R Square) mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisiensi determinasi adalah anatara nol (0) dan satu (1). Nilai yang mendekati 1 berarti variabel variabel dependen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Tabel 4.7 Model Summary Step -2 Log Cox & Snell Nagelkerke R Square likelihood R Square a 1 93.541 .248 .331 a. Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations has been reached. Final solution cannot be found. Tabel 4.7 menjelaskan bahwa nilai Nagelkerke R Square adalah sebesar 0.331 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen adalah sebesar 33,1%, sedangkan sisanya sebesar 66,9% dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model penelitian. Pegujian Hipotesis Hiptesis I Berdasarkan tabel 4.8, diperoleh hasil Audit Tenure (A.T) memiliki koefisien 0.587 dengan tingkat signifikansi 0.004 (p <0,05). Hasil ini membuktikan hipotesis I diterima, hal ini terlihat dari tingkat signifikansi yang lebih kecil dari 0,05. Hasil
pengujian hipotesis I Audit Tenure berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan opini going concern . Hipotesis II Berdasarkan tabel 4.8, diperoleh hasil Debt Default (D.F) memiliki koefisien 21.113 dengan tingkat signifikan 0.999 (p >0,05). Hasil ini membuktikan hipotesis II ditolak, hal ini terlihat dari tingkat signifikansi yang lebih besar dari 0,05. Hasil pengujian hipotesis II Debt Default tidak
berpengaruh terhadap kemungkinan
penerimaan opini going concern. Hipotesis III Berdasarkan tabel 4.8, diperoleh hasil Kepemilikan Managerial (K.M) memiliki koefisien -3.223 dengan tingkat signifikan 0.374 (p >0,05). Hasil ini membuktikan hipotesis III ditolak, hal ini terlihat dari tingkat signifikansi yang lebih besar dari 0,05. Hasil pengujian hipotesis III Kepemilikan Managerial tidak
berpengaruh terhadap
kemungkinan penerimaan opini going concern Hipotesis IV Berdasarkan tabel 4.8, diperoleh hasil Kepemilikan Institusional (K.I) memiliki koefisien -0.456 dengan tingkat signigikan 0.601 (p >0,05). Hasil ini membuktikan hipotesis IV ditolak, hal ini terlihat dari tingkat signifikansi yang lebih besar dari 0,05. Hasil pengujian hipotesis IV Kepemilikan Institusional tidak kemungkinan penerimaan opini going concern Pembahasan Hasil Penelitian
berpengaruh terhadap
Pengaruh Audit Tenure terhdap Peneriman Opini Audit Going Concern Berdasarkan hasil statistik, maka dapat disimpulkan bahwa Audit Tenure berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going cocern. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Kumala Sari (2012), dimana Audit Tenure tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.
Pengaruh Debt Default terhdap Peneriman Opini Audit Going Concern Bedasarkan hasil statistik, maka dapat disimpulkan bahwa debt default tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going cocern. Hasil ini sejalan dengan penelitan yang dilakukan oleh Kumala Sari (2012), Irfana (2012), Handayani (2015). bahwa perusahaan yang mempuyai indikasi kesulitan untuk membayar hutang pokok dan bunganya tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Januarti (2007), Tamba (2009), Mada (2013), dimana Debt Default berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Hal ini mungkin dikarenakan perusahaan yang berskala besar seperti pada sampel peneletian ini yang dibukktikan dengan hasil statistik pada tabel 4.3 debt default pada penelitian sebanyak
9 perusahaan dengan tingkat persentase sebesar 10,6
perusahaan yang mengalami status debt default yaitu dari subsektor Tekstil dan Garmen, sedangkan untuk tidak debt default pada penelitian sebanyak 76 dengan tingkat persentase sebesar 89,4. Berdasarkan data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang lebih mayoritas dalam penelitian adalah status tidak default. Hal ini menunjukkan bahwa auditor dalam memberikan status going concern pada perusahaan
tidak berdasarkan kegagalan perusahaan dalam membayar hutang pokok dan bunganya pada saat jatuh tempo, akan tetapi auditor lebih cenderung melihat kondisi keuangan perusahaaan secara keseluruhan seperti yang diatur dalam SA seksi 341 bahwa uditor mempertimbangkan kondisi perusahaan secara keseluruhan, misalnya kerugian operasi yang
berulang
kali
terjadi
sejak
tahun-tahun
sebelumnya,
defisit, dan juga dipengaruhi oleh signifikan atau tidaknya kondisi tersebut tergantung atas keadaan, misalnya kondisi yang terjadi mengakibatkan pembangunan perusahaan terbatas atau kegiatan usahanya terhambat, kesulitan merealisasikan aktiva dan menyelesaikan kewajibannya. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhdap Peneriman Opini Audit Going Concern Berdasarkan hasil perhitungan statistik, dapat disimpulkan bahwa Kepemilikan Managerial tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern . Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Amin (2011), Irfana (2012) bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern, berbeda dengan penelitian yang dilakukan Linoputri (2010), Andjani (2013) yang mengatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap penermaan opini going cocern.Dari hasil diatas dapat dikatakan bahwa kepemilikan saham oleh dewan direksi dan komisaris tidak mempengaruhi penerimaan opini audit going concern dari auditor, dalam hal ini dewan direksi dan komisaris memiliki saham dalam jumlah yang kecil sehingga pengeloloaan dan pengawasan terhadap kinerja perusahan tidak baik. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhdap Peneriman Opini Audit Going Concern
Berdasarkan hasil perhitungan statistik, dapat disimpulkan bahwa Kepemilikan Institusional tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern . Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Andjani (2013) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern, berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Irfana (2012) yang mengatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Berdasarkan hasil diatas dapat dikatakan bahwa kepemilikan saham oleh institusi untuk memonitoring kinerja manjemen untuk bertindak sesuai dengan kepentingannya tidak mejamin bahwa perusahaan akan menerima opini going concern oleh auditor independen. karena untuk meningkatkan kinerja perusahaan dipengaruhi banyak faktor, baik internal maupun eksternal. Hal ini ditunjukkan pada analisis statistik deskriptif, yaitu perusahaan manufaktur dengan opini audit going concern sebesar 49,4. sedangkan non going concern 50,56 ,berarti dapat di nyatakan bahwa dalam penelitian perusahaan yang mendapat opini going concern dan tidak going concern hanya mempunyai tingkat perbandingan yang kecil, Perusahaan dengan kepemilikan saham institusi dalam proporsi besar dan kecil kemungkinannya sama sama bisa menerima opinni going concern dari auditor.
KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Penelitian ini dimaksudkan unntuk menguji secara impiris pengaruh audit tenure, debt default, good corvorate governance yang diwakili oleh kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 20120-2014, sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 17 perusahaan dengan kurun waktu selama 5 tahun sehingga diperoleh data sebanyak 85. Dari hasil data yang telah di kumpulkan dan diolah serta hasil analisis data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka diambil kesimpulan sebagai berikut: 1
Audit Tenure berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern.
2
Debt Default tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern .
3
Kepemilkan Managerial tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern
4
Kepemilikan Institusinal tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern.
Keterbatasan Penelitian Berikut ini beberapa keterbatasan penelitian sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya: 1
Perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian dibatasi hanya perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2
Penelitian ini hanya menganalisis 1 variabel dependen yaitu opini going concern dan 4 variabel indevenden yaitu audit tenure, debt default, kepemilikan manajerial, dan kepemilkan institusional.
3
Proksi yang digunakan untuk mengukur Good Corporate Governance hanya menggunakan dua proporsi yaitu kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional. SARAN Berdasarkan simpulan dan keterbatasan diatas maka saran yang dapat diberikan peneliti adalah sebagai berikut:
1
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas sampel penelitian dengan memasukkan seluruh jenis industri, baik industri manufaktur, perdagangan, jasa, maupun keuangan sebagai obyek penelitian.
2
Penelitian berikutnya diharapkan dapat menggunakan hubungan antara Auditor dengan Auditee yang sama atau dengan menggunakan KAP big four dan non big four.
3
Penelitian berikutnya diharapkan untuk menggunakan semua elemen good corvorate governance yaitu kepemilikan terpusat, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan asing dan kepemilikan keluarga.
Daftar Pustaka Andjani, Ema Diandra. 2013. Analisis Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kemungkinan Pemberian Audit Going Concern oleh Auditor Indenpenden. Skripsi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. Diyanti, Fitri Tri. 2010. Pengaruh Debt Default, Pergantian Auditor dan Ukuran Perusahaan Terhadap Penerimaan Audit Going Concern. E-Jurnal Universitas Gunadarma. Fajrin, Febrika. 2015. Pengaruh Diferensiasi Kualitas Audit, Kesulitan Keuangan Perusahaan, Opini Audit, Kepemilikan Institusional dan Fee Audit Terhadap Pergantian KAP. Faculty of Economic Riau University,Pekanbaru, vol.2 no.2, p.1-13 Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 21. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Handayani, Fitri. 2015. Pengaruh Audit, Debt Default, Pertumbuhan Perusahaan dan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI . Jurnal Ekonomi. Herry. 2013. Setiab Auditor Harus Baca Buku Ini. Jakarta: PT Grasindo,anggota Ikatan Akuntansi Indonesia. 2011. Standar Profesional Akuntansi Publik. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Indra Surya, dan Ivan Yustiavanda, 2006. Penerapan good corporate governance. Jakarta: prenada media group. Irfana, Muhammad Jauhan. 2012. Analisis Pengaruh Debt Default, Kualitas Audit, Opinion Shopping, dan Kemepilikan Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern . Skripsi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Januarti, Indira. 2009. Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor, Kepemilikan Perusahaan terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern. SIAE, sitim informasi, auditing dan etika profesi. Junaidi, Hartono. 2010. Faktor Non Keuangan terhadap Opini Going Concern. Jurnal Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Linoputri, Ferima Purmateti. 2010. Pengaruh Corporate Governance terhadapa Penerimaan Opini Audit Going Concern . Skripsi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Mada, Brilina Elita 2013. Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance, Reputasi KAP, Debt Default, Finacial Distress, terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern. SKRIPSI, fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas Diponegoro. Semarang. Mulyadi. 2008. Auditing. Jakarta: salemba Empat. Naja, H.R.Daeng. 2007. Good Corporate Governance pada Lemabaga Perbankan. Yogyakarta: PT.BUKU KITA. Nanda, Fini Rizki. 2015. Pengaruh Audit Tenure, Disclosure, Ukuran KAP, Debt Default, Opinion Shopping dan Kondisi Keuangan terhadap Penerimaan Audit Going Concern . Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi I vol 24. Praptitorini, Mirna Dyah. 2007. Analisis Pengaruh Kualitas Audit, Debt Default, Dan Opinion Shopping Terhadap Penerimaan Opini Going Concern. Republik Indonesia. 2008. Peraturan Menteri Keuangan NOMOR: 17/PMK.01/2008 Tentang Jasa Akuntan Publik. Sari, Kumala. 2012. Analisis Pengaruh Audit Tenure, Reputasi KAP, Disclosure, Ukuran Perusahaan Dan Likuiditas terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern. Skripsi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Setiawan, Teguh Heri. 2011. Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Audit dan Mekanisme good Governance Terhadap Penerimaan Audit Going Concern. Skripsi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. Sunyoto, Danang. 2012. Dasar Dasar Statistik Untuk Ekonomi. Yogyakarta: G A P S. Solikah, Badingatus. 2007. Pengaruh Kondisi Keuangan Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Opini Audit tahun Sebelumnya terhadap Penerimaan Opini Going Concern, Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang Tamba, Revol Ulung. 2009. Pengaruh Debt Default, Kualitas Audit, dan Opini Audit terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concen. Skripsi.Universitas Sumatera Utara
Werastuti, Desak Nyoman. 2013. Pengaruh Auditor Clent Tenure, Debt Default, Reputasi Auditor, Ukuran Klien dan Kondisi Keuangan terhadap Kualitas Audit melalui Opini Audit Going Concern. Vokasi Jurnal Riset Akuntansi.