1
FREKUENSI PENGGUNAAN LENSA KONTAK DAN HARGA DIRI MAHASISWA UI FAKULTAS RUMPUN ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA Hadiah Ardiani1, Dr. Novy Helena Catharina Daulima, S.Kp, M.Sc2 1
Jurusan Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Kampus FIK UI Depok, 16424, Indonesia 2 Departemen Keperawatan Jiwa, Universitas Indonesia, Kampus FIK UI Depok, 16424, Indonesia 1
E-mail:
[email protected] ,
[email protected] 2
Abstrak Perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang kesehatan pada zaman modern ini mengalami banyak kemajuan, salah satu bentuk kemajuan tersebut adalah munculnya alternatif koreksi refraksi pada mata, yaitu lensa kontak. Penggunaan lensa kontak telah mengalami beberapa pergeseran, tidak lagi digunakan untuk alasan medis namun juga untuk alasan estetika. Beberapa karakteristik pada mahasiswa dengan tahap perkembangan remaja akhir terkait dengan kondisi fisik dapat mempengaruhi beberapa komponen konsep diri yang ada di dalam diri individu, khusunya harga diri. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan pada frekuensi penggunaan lensa kontak dengan harga diri mahasiswa UI fakultas rumpun ilmu sosial dan humaniora. Desain penelitian: deskriptif-korelatif, terdapat dua variabel, variabel independen yaitu penggunaan lensa kontak dan variabel dependen yaitu harga diri mahasiswa UI. Besar sampel sebanyak 125 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner harga diri dari Coopersmith yaitu Self Esteem Inventory (SEI). Terdapat hubungan antara frekuensi penggunaan lensa kontak harian dengan harga diri responden, P value < α, 0,004 dengan kekuatan hubungan (Odd Ratio) 3,151. Kata kunci: Lensa kontak, harga diri, mahasiswa UI Abstract The development of science, especially in the field of health in modern times were much improved, one form of progress is the emergence of alternative refractive correction of the eye, the contact lens. The use of contact lenses has undergone several shifts, especially for aesthetic reasons. Some characteristics of the student with the final stages of adolescent development related to the physical condition can affect multiple components of self-concept that lies within the individual, especially self-esteem. This research aims to look at the relationship with the frequency of use of contact lenses with students’ self-esteem in faculty of social sciences and humanities cluster, University of Indonesia. The design uses a descriptive-correlative study, where there are two variables, where the independent variable is the use of contact lenses and the dependent variable is the self-esteem of students of UI. Sample consists of 125 respondents. The instrument used is an instrument of self-esteem, Coopersmith Self Esteem Inventory Questionnaire (SEI). There is a relationship between the frequency of use of contact lenses daily with selfesteem respondents, P value <α, is 0.004 with the strength of significance (odds ratio) 3.151. Key words: contact lens, self-esteem, University of Indonesia students
Frekuensi penggunaan..., Hadiah Ardiani, FIK UI, 2014
2
Pendahuluan Menurut PERMENKES Nomor 1424/MENKES/XI/2002 lensa kontak adalah lensa yang dipasang menempel pada kornea atau sklera mata untuk memperbaiki ketajaman penglihatan atau rehabilitasi kosmetik. Anderson (2006) menyatakan bahwa lensa kontak adalah penutup dari kaca atau plastik yang melengkung digunakan langsung di atas bola mata atau kornea mata untuk memperbaiki kesalahan refraksi mata. Penggunaan lensa kontak bertujuan untuk mengatasi gangguan pada mata, dengan indikasi seperti kelainan refraksi, mempercepat penyembuhan epitel kornea, menghilangkan rasa sakit pada mata, preservasi integritas kornea dan lain sebagainya seperti pemberian obat dan penanganan ptosis yaitu posisi kelopak mata atas yang abnormal rendah, selain untuk alasan estetika (Kanski, 2007). American Optometric Association (2006) menyatakan bahwa alasan orang lebih memilih menggunakan lensa kontak daripada kacamata karena lensa kontak mengikuti pergerakan bola mata dan tidak sedikitpun mengurangi lapangan pandang mata sehingga tidak mengganggu penglihatan, memperindah penampilan, nyaman, lebih terang, tidak ada bingkai yang mengganggu pandangan mata, dan tidak menghalangi aktivitas. Ada dua tipe pengguna lensa kontak, yaitu daily wear atau pengguna secara harian dan occasional wear atau pengguna secara berkala atau pada saat tertentu (Roth, 2003). Kebanyakan pengguna lensa kontak daily wear menggunakan lensa kontak untuk rehabilitasi refraksi mata baik miopia ataupun astigmatisma (Roth, 2003). Pengguna dengan frekuensi rata-rata 5 kali dalam satu minggu dengan pemakaian rutin sepanjang jangka waktu
pemakaian lensa kontak jenis soft lens yaitu 3-6 bulan, maka pengguna tersebut masuk kedalam kategori daily wear atau pengguna harian Roth (2003). Fenomena yang terjadi di Indonesia yaitu sekitar 31% menggunakan lensa kontak harian atau daily wear (Morgan, dkk 2012). Penggunaan lensa kontak dengan tujuan kecantikan pun sedang marak dalam beberapa tahun belakangan ini (melawai.com, 2010). Pada tahun 2004 diketahui pengguna lensa kontak di Amerika Serikat sekitar 38 juta orang, dan rata-rata pengguna lensa kontak di seluruh dunia sekitar 128 juta orang. Sekitar 13,2 juta orang pengguna lensa kontak berusia antara 18 sampai 34 tahun (Barr, 2005). Peneliti melakukan studi pendahuluan terhadap 15 orang pengguna lensa kontak tersebar di 5 fakultas rumpun ilmu sosial dan humaniora (Fakultas Ilmu Budaya, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas Hukum, Fakultas Psikologi dan Fakultas Ekonomi), di Universitas Indonesia terdapat 7 orang diantaranya menggunakan lensa kontak untuk alasan rehabilitasi dengan penggunaan harian. Sedangkan 8 pengguna lainnya menggunakan lensa kontak untuk situasi dan kondisi tertentu saja. Melihat fenomena penggunaan lensa kontak pada mahasiswa rumpun ilmu sosial dan humaniora, maka peneliti memilih untuk melakukan penelitian lebih lanjut pada fakultas rumpun ilmu sosial dan humaniora. Dengan berbagai macam kemudahan serta kenyaman dan penjelasan alasan estetika di atas maka penggunaan lensa kontak pada saat ini tidak hanya sebatas penggunaan secara medis, namun sudah menjadi gaya hidup bagi berbagai macam kalangan, termasuk mahasiswa. Rentang
Frekuensi penggunaan..., Hadiah Ardiani, FIK UI, 2014
3
usia mahasiswa ada umumnya mulai dari umur 17-23 tahun, dimana rentang umur tersebut masuk kedalam kategori peralihan usia remaja akhir menurut (Depkes 2009). Karakteristik usia tersebut salah satunya adalah memikirkan mengenai ideal diri yang berkaitan dengan penerimaan terhadap lingkungan sosial (Santrock, 2002). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dias (2013) mengatakan bahwa remaja yang menggunakan lensa kontak memiliki harga diri yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang menggunakan kacamata. Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti ingin mengetahui adakah pengaruh penggunaan lensa kontak terhadap harga diri pada mahasiswa.
Metode Penelitian ini merupakan penelitian jenis kuantitatif dengan pendekatan deskriptif korelatif yang bertujuan untuk menggambarkan ada tidaknya hubungan antar variabel yang diteliti (Riyanto, 2011). Peneliti menggunakan pendekatan cross sectional, dimana penelitian ini dimana variabel independen dan dependen dikumpulkan dalam waktu yang sama (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini populasi adalah Mahasiswa UI. Sebagian dari populasi mahasiswa UI yaitu yang menggunakan lensa kontak secara harian ataupun bukan harian dijadikan sebagai sampel penelitian. Sampel yang dipilih dalam penelitian ini adalah mahasiswa UI kelompok fakultas rumpun ilmu sosial dan humaniora. Kriteria inklusi sampel dalam penelitian ini adalah: 1. Mahasiswa UI kelompok ilmu sosial yaitu Fakultas Ilmu Budaya, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas Hukum, Fakultas Psikologi, Fakultas Ekonomi,
2. Mahasiswa UI S-1 reguler dengan status akademis aktif 3. Mahasiswa UI berjenis kelamin perempuan 4. Mahasiswa UI yang pernah atau sedang menggunakan lensa kontak 5. Bersedia menjadi responden Untuk menentukan sampel pada penelitian ini, perhitungan besar sampel dengan rumus untuk analisis korelatif menjadi pilihan peneliti. Sampel bisa dihitung dengan memasukan nilai r (keofisien korelasi), r didapatkan dari penelitian sebelumnya. Peneliti tidak menemukan penelitian sejenis untuk mendapatkan nilai r sehingga menggunakan nilai r yang di dapatkan dari hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner yaitu 0,3. Selain nilai r, peneliti membutuhkan nilai deviat baku α atau tingkat signifikasi (significance level) atau kesalah tipe 1 yaitu 5% atau 0,05 dan deviat baku beta atau tingkat kekuatan uji (power of the test) yaitu 10% atau 0,1. Maka rumus yang digunakan adalah: 1,64 + 1,28 0,5 !" (1 + 0,3)/(1 − 0,3) ! = 113 ! =
!
+ 3
Peneliti mengantisipasi apabila terjadi data yang kurang lengkap atau responden berhenti di tengah jalan, maka jumlah sampel ditambah sebanyak 10%. Koreksi atau penambahan jumlah sampel berdasarkan prediksi sampel drop out dari penelitian (Kelana, 2011). Sampel minimal setelah ditambah dengan perkiraan sampel drop out sebanyak: !! =
113 = 125 1 − 0,1
Jadi, total sampel yang akan di teliti sebanyak 125 orang dari 5 fakultas rumpun ilmu sosial dan humaniora. Untuk
Frekuensi penggunaan..., Hadiah Ardiani, FIK UI, 2014
4
mendapatkan jumlah sampel yang merata, peneliti memutuskan unutk menggunakan teknik cluster sampling yang akan membagi jumlah responden pada tiap fakultas menjadi sama rata hingga mencapai jumlah sampel berdasakan perhitungan rumus diatas.
mengetahui r alpha split–half Guttman dari instrumen penelitian yang diuji. Berdasarkan uji split–half Guttman didapatkan bahwa kuesioner Self Esteem Inventory memiliki nilai 0,719 yang berarti variabel reliabel.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner yang dibagikan dibagi menjadi beberapa komponen yaitu komponen data demografi, komponen penggunaan kontak lensa, serta komponen harga diri yaitu Self Esteem Inventory. Pada kuesioner Self Esteem Inventory (SEI) terdapat 58 item pada yang terbagi menjadi dua jenis pernyataan yaitu pernyataan positif yang berjumlah 19 yaitu: item 2, 4, 5, 10, 11, 14, 18, 19, 21, 23, 24, 28, 29, 32, 36, 45, 47, 55, dan 57. Sedangkan untuk pernyataan negatif berjumlah 31 yaitu: item 3, 7, 8, 9, 12, 15, 16, 17, 22, 25, 26, 30, 31, 33, 35, 37, 38, 39, 40, 42, 43, 44, 46, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 56, dan 58. Namun kuesioner ini juga memiliki lie scale item yaitu apabila responden menjawab 3 atau lebih dengan pernyataan setuju, maka responden tersebut tidak bisa diikutserakan dalam analisis kuesioner ini. Lie scale item berjumlah 8 item, yaitu: item 1, 6, 13, 20, 27, 34, 41, dan 48.
Berdasarkan metode yang dipakai oleh peneliti, yaitu kuantitatif yang bersifat analitik maka pengolahan dan analisis data dilakukan menggunakan bantuan program analisa data yang dioperasikan melalui komputer. Peneliti melakukan pengolahan data penelitian dengan menerapkan beberapa langkah yaitu editing data, koding data, proses data, dan pembersihan data. Untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah disebutkan pada bab pendahuluan, yaitu membahas hubungan antara penggunaan lensa kontak dengan harga diri mahasiswa UI maka peneliti menggunakan uji Chi Square. Hasil uji Chi Square hanya dapat menyimpulkan ada atau tidaknya perbedaan proporsi antar kelompok atau menyimpulkan ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel katagorik (Hastono, 2007).
Peneliti terlebih dahulu melakukan konsultasi instrumen dengan dosen pembimbing, setelah dilakukan konsultasi maka uji validitas dan reliabilitas instrumen dilakukan agar membuktikan bahwa instrumen tersebut sudah lulus uji dan bisa digunakan untuk penelitian. Pernyataan kuesioner dikatakan realibel apabila crombach alpha setiap pernyataan nilainya tidak lebih dari crombach alpha total. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan program software statistik untuk
Hasil Tabel 5.1 menunjukkan bahwa rerata usia mahasiswa yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah 19,90 tahun (95% CI: 19,71 – 20,08) Tabel 5.1 Karakteristik Usia Mahasiswa pada Fakultas Rumpun Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Indonesia (n=125)
Variabel Mean Min - Maks 95% CI 19,71Usia 19,90 15-19 20,08
Frekuensi penggunaan..., Hadiah Ardiani, FIK UI, 2014
SD 1,0 54
5
Pada Tabel 5.2 menunjukan bahwa sebanyak 62 (49.6%) sedang menempuh semester 6 pada studinya di Fakultas Rumpun Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Indonesia.
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Harga Diri dan Penggunaan Lensa Kontak pada Mahasiswa Fakultas Rumpun Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Indonesia (n=125)
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi berdasarkan Semester dan Fakultas pada Mahasiswa Fakultas Rumpun Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Indonesia (n=125)
58 67 125
46.4 53.6 100
47 78 125
37.6 62.4 100
20 30 28 6 8 14 19 125
16 24 22.4 4.8 6.4 11.2 15.2 100
Karakteristik Semester 2 4 6 8 Total Fakultas FH FPsi FISIP FIB FE Total
Frekuensi
Persentase (%)
12 44 62 7 125
9.6 35.2 49.6 5.6 100
25 23 26 25 26 125
20 18.4 20.8 20 20.8 100
Harga diri mahasiswa adalah variabel independen pada penelitian ini. Analisa distribusi frekuensi harga diri mahasiswa akan menunjukan tingkat harga diri mahasiswa. Adapun analisa distribusi frekuensi penggunaan lensa kontak menunjukan seberapa sering responden menggunakan lensa kontak. Peneliti membagi menjadi dua kategori yaitu penggunaan berkala dengan rentang waktu pemakaian 1-4 kali dalam seminggu dan penggunaan harian dengan rentang waktu pemakaian 5-7 kali dalam seminggu. Pada Tabel 5.3 menunjukan bahwa 67 responden (53.6%) memiliki harga diri tinggi. Penggunaan lensa kontak secara harian mencapai 78 responden (62%), reponden paling banyak menggunkan lensa kontak 6 kali dalam seminggu yaitu 30 (24%)
Karakteristik Harga Diri Harga Diri Rendah Harga Diri Tinggi Total Penggunaan Lensa Kontak Berkala Harian Total Frekuensi Penggunaan (kali/ minggu) 7 6 5 4 3 2 1 Total
Frekuensi Persentase(%)
Analisa bivariat untuk melihat variabel independen dan variabel dependen yang berupa data kategorik dengan data kategorik yaitu frekuensi lensa kontak dengan harga diri. Analisa dilakukan dengan metode Chi-Square yang ditujukan untuk melihat hubungan antara variabel tersebut. Tabel 5.4 Tabel Hubungan Frekuensi Penggunaan Lensa Kontak dengan Harga Diri Mahasiswa pada Fakultas Rumpun Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Indonesia (n=125)
Harga Frekuensi Jumlah P OR Diri berkala harian value (95% CI) Rendah 30 28 58 0,004 3,151 1,48351,7% 48,3% 100% 6,696 Tinggi 17 50 67 25,4% 74,6% 100% Total 47 78 125 37,6% 62,4% 100%
Frekuensi penggunaan..., Hadiah Ardiani, FIK UI, 2014
6
Berdasarkan data yang dipaparkan pada tabel 6 terdapat hubungan antara variable dependen dan variabel independen. Hal tersebut terbukti dari p value yang didapatkan lebih kecil daripada alpha yaitu 0,004. Jika p value < alpha maka terdapat hubungan antara dua variabel tersebut. Nilai OR yang didapat sebesar 3,151 adalah kemungkinan harga diri mahasiswa yang menggunakan lensa kontak secara berkala lebih tinggi 3,151 kali daripada yang menggunakan secara berkala.
Pembahasan Pembahasan ini akan menganalisa keterkaitan antara karakteristik yaitu usia, semester dan fakultas dengan variabel dependen penelitian ini yaitu harga diri. Dalam penelitian ini didapatkan data bahwa rerata usia responden adalah 19,90 tahun.. Usia 20 tahun merupakan usia dengan responden paling tinggi. Pada usia 19-20 tahun merupakan usia pertengahan dalam rentang usia remaja akhir yaitu 17-26 tahun (Depkes RI, 2009). Terdapat 67 (53,6%) memiliki harga diri tinggi. Jika dilihat dari persebaran usia responden, ternyata usia 20 tahun memiliki jumlah responden paling tinggi yaitu 47 orang, 26 orang diantaranya memiliki harga diri tinggi. Sedangkan responden yang berusia 22 tahun dengan total 7 orang responden memiliki harga diri rendah. Usia 19-20 tahun masuk kedalam rentang masa transisi dari remaja akhir menuju dewasa awal mulai dijalani pada usia tersebut. Transisi yang berlangsung merupakan transisi yang kompleks dimana para remaja akhir mulai belajar untuk mandiri dari tanggung jawab sebelumnya yang masih dipegang oleh orang tua (Jekiliek dan Brown, 2005). Transisi tersebut bisa menjadi periode
petumbuhan dan pencapaian, khususnya ketika remaja menemukan potensi untuk menjelajah proses tersebut seperti komunitas sosial dan lingkungan keluarga yang mendukung (Brown, 2005). Dalam tahap ini remaja memasuki periode yang mengharuskan mereka bereksplorasi untuk mengetahui siapa dirinya dan kelak akan menjadi apa (Children Welfare Information Gateway, 2013). Pada masa ini remaja juga mangalami banyak pengalamanpengalaman baru. Pengalaman pribadi adalah salah satu sumber yang nyata dari sikap terhadap diri sendiri yang akan membentuk harga diri seseorang menjadi tinggi atau rendah (Breckler et al, 2006). Pengalaman pribadi yang menyenangkan ataupun tidak menyenangkan memegang kendali atas harga diri seseorang, misalnya seseorang yang diterima dalam masyarakat cenderung memiliki kepercayaan diri yang tinggi dan harga diri tinggi, sedangkan jika keadaan berbalik seperti penolakan sosial atau merasa kesepian maka individu tersebut cenderung meragukan siapa dirinya dan memiliki harga diri yang rendah (Leary and Baumeister, 2002 dalam Breckler et al, 2006). Tingkatan dalam menjalani proses perkuliahan atau yang biasa disebut dengan semester dinyatakan berpengaruh dalam pembentukan harga diri seorang mahasiswa, hal ini tidak terlepas dari pencapaian akademis yang telah diraih oleh mahasiswa tersebut (Iniama, 2004). Dalam penelitian ini didapatkan data bahwa semester paling tinggi dalam analisa data adalah semster 6 yaitu sebanyak 62 orang (49,6%). Perlu diketahui bahwa pada waktu pengambilan data responden dilakukan pada jadwal perkuliahan semester genap,
Frekuensi penggunaan..., Hadiah Ardiani, FIK UI, 2014
7
maka tingkat semester yang sedang dijalani oleh responden adalah semester 2, 4, 6 dan semester 8. Responden yang menjalani perkuliahan pada semester 6 yang memiliki diri tinggi sebanyak 34 responden dari total 62 atau sebanyak 54,8%. Hasil yang didapatkan dari analisis data pada semester 8 bahwa pada semester ini jumlah responden yang memiliki harga diri tinggi lebih rendah daripada yang memiliki harga diri tinggi. Namun, jika dilihat dari semester yang lebih awal yaitu semester 2 didapatkan data 12 responden dimana 6 orang memiliki harga diri tinggi dan 6 lainnya memiliki harga diri rendah. Penelitian yang dilakukan oleh Wiles (2004) mengatakan bahwa tingkat kepercayaan diri dan harga diri dapat dipengaruhi oleh level atau tingkatan dalam pendidikan, salah satunya dalam perguruan tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh pencapaian akademis yang telah diraih atau yang menjadi target para pelajar/mahasiswa. pencapaian akademis pun sebaliknya akan berpengaruh terhadap harga diri maupun kepercayaan diri mahasiswa (Kinney dan Miller, 1988 dalam Wiles, 2004). Kinney dan Miller (1988) mengatakan bahwa kejadian tersebut adalah “circular relationship”. Wiles (2004) mengatakan bahwa jika hubungan antara pencapaian akademis dengan harga diri mahasiswa memiliki kaitan maka sebaiknya para pendidik lebih memberikan motivasi bagi para mahasiswa pada tahun-tahun awal perkuliahan untuk lebih meningkakan prestasi, karena hal tersebut akan berdampak pada tingkat kepercayaan diri dan harga diri mahasiswa itu sendiri. Namun penelitian yang dilakukan oleh O’ Malley dan Bachman (1979) mengatakan bahwa level atau tingkatan dalam menjalani tahun akademis tidak memnunjukan hasil yang kuat adanya
hubungan terhadap tingkat kepercayaan diri dan harga diri, diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan antara kedua hal ini. Namun dalam penelitian yang dilakukan oleh Crocker, et al (2002) menyebutkan bahwa pencapaian akademis juga merupakan salah satu hal yang berpengaruh dalam pembentukan harga diri, khususnya dalam kehidupan seorang pelajar. Persaingan sosial yang terjadi pada lingkungan remaja yang dalam penelitian ini adalah kalangan mahasiswa bisa terjadi dalam bidang akademis. Kecenderungan mahasiswa dengan tingkat pencapaian presetasi yang tinggi akan memiliki kepercayan diri tinggi pula, hal tersebut akan mempengaruhi dalam pembentukan harga diri.
Kesimpulan Hasil penelitian menunjukan mayoritas responden memiliki harga diri tinggi dengan frekuensi penggunaan lensa kontak secara harian. Mayoritas karakteristik usia responden mewakili rentang usia remaja pada masa transisi yaitu 20 tahun. Sebagian besar responden berada pada semester 6 dan menggunakan lensa kontak secara harian, Jumlah pengguna lensa kontak harian paling banyak berasal dari Fakultas Psikologi. Hasil penelitian menunjukan terdapat hubungan antara dua variabel yaitu harga diri dan frekuensi penggunaan lensa kontak, dimana pengguna lensa kontak dengan frekuensi harian memiliki harga diri yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengguna lensa kontak berkala.
Frekuensi penggunaan..., Hadiah Ardiani, FIK UI, 2014
8
Referensi Anderson, L. D. (2012). Estimating Intelligence by means of Printed Photograph, Journal of Appliance Psychology Vol. 5. Diunduh pada: http://www.americanpsychologyasso ciation.com Barr, J.T. (2005). Contact Lens Spectrum’s Annual Reports of Major Corporate & Product: Device & Events in Contact Lenses Industry 2004 and 2005. Diunduh dari: http://www.clsprectum.com/article.as px?article=12733. Bellows, A. (2007). Your Teens Search for Identity. Psychcentral. Diunduh pada http://psychcentral/lib/yourteen-search-for-identity/0001071. Campbell, Frances A. (2002). The Developed of Perceived Scholatic Competence and Global Self Worth in African American Adolescents from Low Income Families. University of North Carolina. Chapel Hill: North Carolina. Carpenito, Linda Juall. (2002). Nursing Diagnosis: Application to Clinical Practice 9th Ed. USA: Lippincott & William Wilkins, Inc. Child Welfare Information Gateway. (2013). Help Youth Transition to Adulthood. Children Bureau: Washington DC Coopersmith, Stanley. (1967). The Antecedents of Self Esteem. San Fransisco: W. H. Freeman Erol, Yasmin Ruth (2011). Self Esteem Development from Age 14 to 30 Year, Journal of Personality and Social Psychology Vol. 101. A Longitudinal Study University of Basel. Diunduh pada: http://americanpsychologyassociatio n.com
Dahlan, M. Sopiyudin. (2013). Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel. Jakarta: Salemba Medika Damon, Anastasia E. (2012). Dress to Influence: The Effect of Experimenter Dress on Participant Compliance, Undergraduates Research Journal for Human Science, California State University of Northridge. Diunduh pada: http://www.kon.org/urc/v9/damon.ht ml Depkes RI. (2000). Keperawatan Jiwa. Jakarta Gorton, William A. (2012). The Philosophy of Social Science. Alma College Press: USA Harrison. (1995). Principle of Internal Medicine. Singapore: McGraw Hill Jekeliek, Susan & Brett Brown. (2005). The Transition to Adulthood: Characteristic of Young Age 18 to 24 in America. The Annie E Casey Foundation: US Iniama, Ero. (2004). The Relationship between Self Esteem and Academic Performanceof Freshman at The University Of The Virgin Island. Diunduh pada: http://americanpsychologyassociatio n.com Kozier B. & Erb, G. (2004). Fundamentals of Nursing Concept, Process, and Practice. London: Mosby Lang, G. (2000). Ophthalmology: A Pocket Textbook Atlas. New York: Thieme New York Lane, Stepahanie. (2009). Successful Adult Lives. Northwest Bulletin: Youth Transition, Changing Track Lautsen, Lasse. (2014). Appearance Important to Political Success. Aarhus University: Denmark Mullin, Julie Ann. (2004). Self Esteem and The Intersection of Age, Class,
Frekuensi penggunaan..., Hadiah Ardiani, FIK UI, 2014
9
and Gender. Journal of Aging Studies. University of Toronto: Dept. of Psychiatry. Diunduh pada http://americanpsychologyassociatio n.com Minchinton, G. (1994). Maximum Self Esteem. Kuala Lumpur: Golden Book Mishra, Savita. (2013). Self Concept and Scolastic Competence in Relation to Some Personal Variables, Vol 12. Diunduh pada: http://www.iosrjournal.org Oswaltz, Angela. (2008). Erik Erikson and Child Development. Diunduh pada: http://www.mentalhelp.net/erikerikson-and-child-development.html Popkins, Nathan C. (2014). Natural Characteristic that Influence Environment: How Physical Appearance Affect Personalities. Northwestern University. Diunduh pada http://www.personalityresearch.org/ papers/popkins2.html Notoatmodjo. (2003). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Riyanto, A. (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika
Santrock, John W. (2003). Adolescence: Perkembangan Remaja Terj. Shinto B Adelar. Jakarta: Erlangga Stuart & Sundeen (1998). Keperawatan Jiwa Ed.3. Alih bahasa oleh Achir Yani S. Hamid. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Sutanto (2001). Analisa Data Kesehatan. Depok: FKM UI Anderson, D.M., 2007. Dorland’s Illustrated Medical Dictionary. 31st ed. Philadelphia: Saunders. Valentini, Veronica & M. Nisfianoor. (2006). Jurnal Provitae, Vol.2 No.1 Mei 2006. Yayasan Obor Indonesia: Jakarta. Willes, Jennifer L. (2004). Understanding the Relationship between The Self Esteem and Current Grade Point Average of College Undergraduates. West Virginia University. Diunduh dalam http://americanpsychologyassociatio n.com Wong, Donna L. (2002). Wong’s Essential Of Pediatric Nursing, 6th Ed. New York: Mosby Zebrowitz, Leslie A. (2002). Looking Smart and Looking Good: Facial Cues to Intelligence. Society for Personality and Social Psychology, PSPB Vol.28.
Frekuensi penggunaan..., Hadiah Ardiani, FIK UI, 2014