Franciscan Sisters Congregational JPIC New Vol. 2, No. 1 January 2017 Perancis: Sortir du Nucléaire —Tahap Lanjutan Upaya Penanganan Nuklir Oleh S. Françoise Weber Pada bulan Desember 6, 2016, pada tertemuan di Biara BAN St. Martin, kami mengundang ketua Assosiasi , "Sortir du Nucléaire" untuk memberi masukan atas usaha-usaha yang telah dilakukan untuk memberhentikan penggunaan tenaga nuklir dan segala limbahnya di sekitar Metz serta bagaimana tindak lanjutnya. Sortir du Nucléaire akhir-akhir ini telah mempunyai anggota sekitar 27.000 di daerah timur. Semakin banyak orang yang terlibat bahu membahu untuk menyelamatkan bumi ini dari bahaya. Perancis mempunyai 58 reaktor; 14 telah ditutup karena masalah generator. Situasi nuklir di Perancis sangat memprihatinkan. Di bulan Januari 2017 akan diadakan pertemuan tentang penanganan akan masalah reactor nuklir di Perancis yang semakin berumur\ tua. Apakah reactor itu ditambal? Tidak! Akan sangat membahayakan pekerja, terlalu mahal, tinggi risiko. Perancis perlu memikirkan alternative yang lain yang tidak membahayakan lingkungan. Map showing Metz, in the heart of the struggle to end nuclear energy production in France. It is a struggle to save our “common home” from nuclear waste contamination. The city of Metz is circled in red.
Di samping itu, kami menentang COGEO proyek, yang menggali pembuangan limbah 500 meter di bawah tanah. Poyek ini akan menelan biaya 25 billion euro. Siapa yang mau membayar kelalaian ini? Hukum di sini melarang membuang limbah radioaktif. Limbah radioaktif telah dihasilkan terutama oleh tenaga nuklir Perancis dan proses ulang bahan bakar nuklir. Limbah ini akan terus diproduksi sampai saat purnakarya. Itulah sebabnya, sangat penting,Perancis berhenti beroperasi pembangkit listrik tenaga nuklir jika ancaman yang ditimbulkan tidak berhenti. Berhenti memproduksi nuklir adalah kebutuhan mendesak. Itu juga adalah tujuan para demonstran yang terus meminta perhatian akan situasi yang semakin menggila ini. Para pegunjuk rasa mendiami hutan yang indah di Madres di Bure, Perancis. Mereka berjuang melawan fasilitas pembuangan limbah radioaktif yang direncanakan di bawah tanah oleh perusahaan Andra. Setelah setelah enam bulan berprotes, mereka berhasil melalui pengadilan untuk memberhentikan penebangan hutan oleh perusahaan Andra, karena mereka tidak mempunyai ijin dari semula. Pengadilan terus berjuang. Sementara itu, hutan mungkin terancam hancur karena kontaminasi nuklir. Merawat bumi, rumah kita bersama, membutuhkan perubahan dari fossil dan bahan bakar nuklir, menuju bersih, energi yang dapat diperbaharui untuk masa depan. Para suster di Perancis sangat tertarik dengan semua informasi ini! Tidak terasa setengan hari telah berlalu begitu cepat. Mr. Drapier dan istrinya berkenan makan siang bersama kami. Pertemuan yang sangat menyenangkan.
Belanda: Mendengar dan Menanggapi Jeritan Orang Miskin Dan Terlantar Oleh Mirjam Wolthuis Kami para suster di sini yang sudah semakin tua dan tidak sanggup lagi untuk bepergian seperti dulu. Namun keterlibatan kami dengan orang-orang yang rentan dan diabaikan akan terus berlanjut. Bila perlu dan memungkinkan, kami pun bertindak melalui aksi kami. Karena masalah pengungsi masih menjadi topik besar akibat perang yang terus berlanjut di Siria, kami juga berusaha untuk dapat menjangkau mereka para pengungsi dan juga mereka yang miskin. Pada penutupan tahun Kerahiman , kami diundang ke rumah Jeannette Noel di Amsterdam. Rumah ini merupakan kediaman untuk para pengungsi yang sengsara dan yang berakhir masa tinggal di Nederland menurut proses hukum. Kelompok inti yang terdiri dari 15 orang ini terinpirasi oleh karya Dorothy Day dari Katolik worker. Pendiri dari rumah Jeannette Noel ini menyebut bagian itu sebagai kamar- Kristus. Dia terbuka menerima siapa saja yang membutuhkan kamar hangat untuk sementara. Satu dari para suster kami sangat tersentuh dengan cerita ini, dan bergegas mengambil sebuah lukisan yang ia lukis tentang anak pengembara yang memikul tas kotor di pundaknya. Dia menghadiahkannya untuk rumah Jeannette Noel. Suatu saat pemilik rumah ini menulisi kami, bagaimana ia terus bekerja untuk kehidupan dan bagaimana dia selalu dapat merasakan dukungan dari para suster. Memang hati kami, semangat kami, kami berikan demi perkembangan proyek-proyek yang ada di dunia. Pertama, ketika Proyek Harapan Jaya merayakan tahun Jubileum yang ke 35 yang dimulai Sr. Jeannette Van Paasen di Indonesia. Tujuan dari proyek ini adalah membantu mereka yang menderita cheiloschisis (sumbing), luka bakar, dan congenital anomalies, dengan tujuan memanusiakan manusia. Lebih dari 7.531 pasien telah mendapat perawatan dengan sukses di Harapan Sister Nicolette gifts her painting to Jaya. Sekaligus jubileum ini adalah perpisahan dengan Sr. Jeannette representatives of the Jeannette Noel setelah berada di Indonesia begitu lama. Adalah suatu pesta perpisahan House in Amsterdam. dan rasa syukur yang luar biasa hebat. Suster berencana akan melanjutkan keterlibatannya lewat doa dan sokongan lain.
Sister Jeannette and some of the staff at Harapan Jaya.
Some of the patients and families treated at Harapan Jaya.
Selain itu, kami mengikuti informasi tahunan akan perkembangan proyek rumah sakit yang ada di yang di Malawi. Tahun ini beberapa orang dari Malawi datang berkunjung ke Nederland persis ketika hari pemilihan Donal Trump sebagai Presiden Amerika Serikat. Betapa menggembirakan bahwa kami bisa memberi perhatian ke proyek Malawi ini dengan belaskasih.
Pada kesempatan hari terakhir dari Kapitel Propinsi ( perubahan dari Propinsi ke Regio sejak Oktober) sekitar 120 waka waka lampu tenaga surya disumbangkan ke proyek- proyek yang dibantu Kongregasi di seluruh dunia. Adalah inisiatif yang sangat indah (www.waka-waka.com). Ketika membeli satu lampu, otomatis satu akan disumbangkan ke proyek yang membutuhkan. Lampu senter ini akan menolong anak-anak untuk tetap dapat belajar, untuk ibu-ibu dalam perjalanan pulang dalam Sister Magdalena with waka- kegelapan, mengindari pemakain lampu teplok yang yang membahayakan karena minyak lampu. Kami mohonkan setiap orang memberi cahaya yang waka solar lamp to the right. menginspirasi kepada generasi penerus dengan jalan ini.
Malawi: Mewartakan Damai Natal ke Dunia Oleh S. Raynelda Saragih Para suster di Malawi tetap menimba kekuatan dan damai melalui sembah sujud di komunitas. Berdoa di depan Sakramen mengisi hidup mereka dengan perasaan damai dan cinta yang menguatkan mereka untuk dapat membawanya ke tengah-tengah masyarakat di mana mereka berada. Di sekolah , para siswa ikut berpartisipasi dalam merayakan perayaan Natal. Belajar lagu –lagu natal dan memperlombakannya. Demikian juga drama menampilkan kebolehan mereka serta club tari tidak ketinggalan menambah kemeriahan pesta.
Dancing clubs performing during the Christmas festival.
Singing practices for the children.
Drama club performing the Christmas story.
Selama musim sekolahan, sarapan pagi untuk para murid tidak pernah ketinggalan, demikian juga diberi kepada orang-orang miskin yang datang meminta sedekah. Akhir tahun ini setelah tahun ajaran berakhir,
para suster mengundang para pegawai, PTA members( Parents Teachers Association), anggota polisi yang ada di lingkungan susteran, diundang untuk merayakan natal bersama sebagai satu keluarga besar sekolah Sr. Fransiskus. Para suster juga menyiapkan beberapa paket hadiah natal untuk para miskin yang ada di sekitar area Madisi, dan sungguh membawa kegembiraan di hari spesial ini yaitu hari sukacita dan damai.
Sisters sharing Christmas with the St. Francis school staff and with the local neighbors who are in need.
Rumania: Membawa Sukacita Natal Bagi Mereka Yang Miskin dan Sakit Oleh S. Lydia Fecheta Ketika aku sakit, kamu mengunjungi Aku! Ini adalah motto para perawat dan para pengasuh di Pusat Perawatan Medis yang ada di Caransebes. Ke 5 pegawai yang ada, mengunjungi sekitar 60 pasien dalam sebulan dengan perawatan paling mendasar yang paling mereka butuhkan. Banyak dari klien ini hidup dalam keuangan yang sangat sulit. Banyak yang hidup sendiri dan telah tua. Beberapa harus diberi perawatan setiap hari, ada yang dikunjungi2 kali seminggu. Sponsor utama untuk mengatasi kesulitan finansial ini adalah Jerman, dan sebagian oleh pemerintah kota. Sebagai tambahan perwatan yang adapat diberikan adalah cinta, perhatian, dan pengharapan. Juga tahun ini, terimakasih kepada para penyumbang dari Jerman, dan para suster serta pagawai yang ada di Rumania yang memulai in Romania “shoe box action”( aksi kotak sepatu) kotak sepatu yang di isi dengan cinta besar, yang membawa sukacita besar kepada banyak orang. Bingkisan ini yang dibagikan oleh para perawat kepada orang miskin dan sakit sungguh membawa kegembiraan yang besar. Sebagian besar hanya pada waktu natallah mereka pernah menerima hadiah. Biarlah hadiah ini sebagai tanda cinta dan kehadiran Tuhan di antara umatNya. Terimakasih kepada mereka yang membantu kami melanjutkan kegembiraan ini; anak-anka, orang dewasa, famili, dan kelompok pemerhati, Kita tau bahwa saat memberi dan menerima hadiah ini, bahwa hadiah yang terbesar adalah karunia cahaya, cinta, dan pengharapan!
A gift is presented to a sick, elderly lady.
Another client receives love along with her gift.
USA: Doa lintas Agama Dan Solidaritas Yang Memperkuat Tali Pengharapan. Oleh S. Beatrice Hernandez Desember , 2016 adalah hari AIDS se dunia yang ke 28. Wabah AIDS tetap diklaim sebagai penyakit yang mematikan, ini adalah hari untuk peringatan, berdoa dan berharap. Para suster bergabung dengan para umat yang lain di kapel rumah induk untuk merayakan perayaan tahunan ini. Sebuah karya seni seorang ibu yang anaknya meninggal karena AIDS digantung di depan altar, disertai dengan photo berbingkai anaknya. Doa ini mengingatkan kita bahwa sudah lebih dari 70 juta manusia meninggal karena AIDS terhitung sejak mewabah di tahun 1981, saudara, saudari, anak, orangtua, pasangan hidup, teman. Beberapa orang kehilangan semuanya, mereka yang sangat dicintai, teman, dan bahkan seluruh kampung. Biar bagaimanapun marilah kita tetap berharap di tengah- tengah rasa kehilangan ini. Di sana ada pengharapan sekalipun World AIDS Day prayer service in the Motherhouse menderita HIV/AIDS akan bisa tetap hidup dengan martabat chapel in Wheaton. yang tetap dijunjung tinggi di semua negara di bumi ini. Pengobatan akan semakin berkembang sampai penyembuhan; semua penderita akan memperoleh pengobatan, perkembangan ilmu pengetahuan akan mampu mengurangi infeksi ini dan vaksin yang efektif akan segera ditemukan. Pada bulan Januari 1, 2017, Hari Perdamaian Dunia, tepat di tahun baru. Di sini di Amerika, kami di sadarkan oleh bertumbuhnya sikap sentiment – anti imigran, bahkan lebih lagi karena kampanye presiden baru-baru ini. Seiring dengan ini, diskriminasi agama terus meningkat terlebih terhadap muslim. Menanggapi ini, Koalisi doa lintas agama Du Page County menjadi tuan rumah pertemuan lintas agama. Tema Breaking Down Walls—Stories of Hope. Sr. Bea Hernandez, Sylvia Wehlisch and Mary Lou Wirtz hadir dalam doa ini bersama dengan 300 lainnya yang datang dari berbagai kepercayaan. Kami bergabung dengan hati dan melambungkan lagu bersama, berdoa untuk pengharapan dan perdamaian, dengan penuh pengertian, rasa hormat, , dan solider satu sama lain. Kesaksian dan kata- kata yang menginspirasi dibawakan oleh Kongregasi Beth Shalom( Yahudi , New Life Covenant Church, Baha’i community of Naperville, Sikh Coalition, Hindu Temple of Aurora, Buddhist Meditation Center dan Islamic Center of Naperville. Pidato Utama disampaikan oleh Rev. Dr. JoAnne Marie Terrell,seorang penatua gereja yang tahbiskan oleh Episkopal Metodis Afrika di Michigan. Dia adalah seorang professor Teologi, etika dan seni di Chicago Theological Seminary. Dalam sambutannya, Rev. Terrell mengajak kita semua untuk sungguh hidup dalam cinta sebagai jiwa dari iman kita. Dia mengatakan bahwa tidak ada keadilan kalau tidak berdasarkan cinta. Dia mengajak kita untuk membuka hati untuk kekuatan cinta dan membawa kekuatan itu kepada dunia , dengan demikian terciptalah pengharapan yang sesungguhnya.
Affan Affan Farid-Islamic Center of Naperville
Julie Glen-Congregation of Beth Shalom
Indonesia: Saling Memperhatikan dan Hangat Terhadap Tamu Oleh S. Klementina Sinaga Di Indonesia, setiap 2 kali seminggu para suster mengadakan senam yang dipimpin Sr. Grasela Sitanggang. TSenam ini bertujuan untuk tetap dapat melakukan gerak dan meningkatkan kesehatan khususnya bagi para suster yang tua. Di samping itu aktivitas ini meningkatkan hubungan komunikasi di antara mereka dan mereka mengikutinya dengan penuh semangat. Dan mereka juga semakin dapat menerima situasinya yang sudah tua, semakin relaks, dan tali persaudaran dengan suster muda semakin erat. Sudah menjadi kebiasaan, bahwa Provinsi Indonesia selalu menerima tamu Voluter setiap tahun dari Jerman melalui Sr. Angela. Sekitar 2 minggu mereka tinggal di Rumah Induk untu kbelajar Bahasa Indonesia. Setelah itu mereka dibagi ke komunitas- komunitas di mana dibutuhkan. Bersama anak-anak di tempat pelayanan mereka berkesempatatan memperbaiki bahasanya. Mereka senang dengan kesuksesan yang dapat mereka capai. Mereka senang dapat menimba pengalaman yang Sisters in Indonesia lead some of the older Sisters in daily exercises.
sangat menggembirakan. Pada akhir masa pelayanan, mereka berkumpul kembali untuk perpisahan sebelum berangkat ke negaranya. Kegiatan ini diisi oleh aspiran, para suster, dan yang lain, menari gaya Timor juga tidak ketinggalan . Hubungan yang baik terjalin sebagai saudara dan saudari.. Dalam rangka menyambut Hari Natal, para suster sibuk dengan aktivitas masing- masing seperti kebersihan, dan memangkas bunga-bungaan dan mendauninya. Banyak dari bunga- bunga kami yang yang tidak jelas lagi warna daunnya karena debu apalagi dengan bunga yang bernama Agape. Maka Sr. Imeldine dan Sr. Klementina mencoba membersihan dan membuat daun bunga itu bersinar kembali. Para suster yang lain tentu ikut juga membantu. Sekarang bunga itu nampak indah dan berseri.. Dua suster muda (Sr. Coni Orien dan Sr. Leosinta), satu anak gadis, dan tiga postulant juga nampak sibuk mendekorasi Kapel dan Komunitas dengan pohon natal cantik, gua, merangkai bunga oleh Sr. Natasha dan membuat hiasan lainnya. Kami semua senang dan bahagia; usaha mereka sungguh membantu kami dapat berdoa lebih kusuk dan menggembirakan. Semua suster ikut berpartisipasi dalam mempersiapkan kegembiraan natal. Selamat Hari Natal 25 Desember 2016.
Brasil: Menghadapi Kekerasan Terhadap Bumi Dan Penduduknya. Oleh S. Raimunda Barbosa Pada bulan November, 2016 Sr. Diana Silva mengikuti seminar “IN DEFENSE OF THE AMAZON”, membahas kegiatan Gereja dengan konteks Amazon. Keuskupan setuju bahwa dimensi keadilan sosial merupakan prioritas utama sebagai aksi pastoral gereja. Namun, banyak pemimpin tidak mengembangkan studi dan refleksi yang berhubungan dengan tema ini. Uskup Flávio Giovenalei menekankan bahwa demensi sosial terkait dengan iamn kita. maka gereja hendaknya lebih terlibat dengan isu-isu sosial. Selama sesi pleso, para peserta menyadari akan kebutuhan untuk memperkuat persatuan antara gereja dan masyarakat dan mengembangkan komitment spiritualalitas dengan segala dimensinya. Sr. Gesiane Passion mengikuti Pre-Pan Amazon Social Forum, yang membahas alternative-alternatif perlawanan terhadap penghancuran wilayah nasional Amazon. Pertemuan ini diadakan di Aula federal University, UFOPA, Desember 2016. Program diskusi termasuk mendiskusikan The Brazil's political climate, government reforms and PEC 55. (Dalam waktu singkat setelah terpilih jadi Presiden, President Michel Temer mencoba membuat langkah-langka progresif terhadap langkah yang dilakukan oleh Worker’s Party leaders. Senat Brasil telah dipilih dari 65 ke 14 for PEC 55, sebuah ukuran penghematan yang akan membatasi belanja sosial untuk 20 tahun ke depan. PEC 55 bertujuan membekukan belanja publik di negara itu untuk dua decade berikutnya. Dengan mencoba menaikkan program bantuan sosial untuk tingkat inflasi tahun sebelumnya dari pada tariff GDP, ini sangat efektif sehingga dapat digunakan untuk kesehatan, pendidikan , dan kesejahteraan sosial. Para politikus berargumen bahwa orang miskin dan yang terpinggirkan yang ada di Brasil tidak proporsional dari pemotongan yang signifikan dan akan melemahkan hak yang diabadikan dalam konstitusi. Dialog jelas yaitu menyerukan pemahaman yang lebi baik akan dan lhgkah langkah pemerintah dalam penghematan tersebut. Kedua, inti dialog ini adalah untuk menganalisis bahwa tarif rendah akan mempengaruhi Amazon kalau nanti ada perdebatan dalam pertemuan Pan- Amazon yang akan diadakan April 2017 ini di Peru. Juga dibahas soal artikulasi dari seminar ini soal pembelaan Amazon dan minggu sosial Keuskupan. Refleksi membahas konsep kapitalisme, neoliberalisme, artikulasi, dan konfrontasi gerakan sosial. Sebagai tindakan nyata, para peserta menulis surat penolakan kepada Dewan yang mendukung pembangunan pelabuhan di Santarém. Peserta juga memutuskan untuk mendukung mahasiswa Universitas Federal. Longmarch untuk perdamaian(WALK FOR PEACE DAY) January 1 berlangsung di sepanjang jalan Santarém. Sr. Gesiane, Sr. Romilda and Sr. Raimunda ikut berpartisipasi. Semua peserta dari berbagai gereja turun dan memprotes kenaikan pajak, , kekerasan fisik dan psikologis, efek sosial dalam bidang ekonomi. Selama pawai kami mendengar tentang realitas kekerasan di negara ini. Terutama sistim yang ada di penjara, di mana banyak kasus kebrutalan terhadap para tahanan. Di Manaus , misalnya, polisi memenggal rata-rata 50 tahanan yang memberontak. Semua kekerasan ini berdampak negatif terhadap keamanan masyarakat. Longmarch diakhiri dengan Perayaan Ekaristi di Gereja.
Sisters Raimunda, Romilda and Gesiane at the Walk For Peace in Santarem.