Forum Komunikasi Gizi dan Kesehatan (FKGK)
[email protected]
Diskusi dan Sarasehan tentang POSYANDU (Pos Pelayanan Terpadu) 31 Juli 2009, Gedung SEAMEO-TROPMED RCCN UI Salemba, Jakarta
SEAMEO-TROPMED Regional Center for Community Nutrition, University of Indonesia
RINGKASAN KEGIATAN
Latar belakang Permasalah gizi balita merupakan permasalahan klasik di Indonesia. Sebanyak 21 propinsi masih memiliki prevalensi gizi kurang dan buruk diatas prevalensi nasional. Tingginya prevalensi ini mengindikasikan adanya faktor-faktor yang harus segera dibenahi yang berhubungan dengan status gizi dan kesehatan balita, misalnya faktor ketersediaan dan pemanfaatan fasilitas kesehatan, praktek pola asuh, praktek pemberian makan, dan lainnya. Posyandu merupakan kegiatan berbasis masyarakat (dikelola oleh dan untuk masyarakat) yang digunakan sebagai sarana peningkatan kesehatan serta tumbuh kembang anak. Posyandu sebagai sarana kesehatan dasar yang paling dekat keberadaannya dengan masyarakat adalah wadah komunikasi dan pendidikan informal untuk meningkatkan ketrampilan praktis dalam kehidupan diberbagai bidang, utamanya pada masalah KIA, KB, gizi, imunisasi dan penggulangan diare. Sebelum krisis ekonomi tahun 1997, posyandu berhasil digunakan sebagai wadah yang sangat efektif untuk edukasi gizi dan kesehatan masyarakat. Materi seperti praktek pola asuh dan praktek pemberian makan; 2 hal yang sangat berhubungan denga gizi dan kesehatan balita; berhasil disampaikan melalui posyandu. Selain itu, kegiatan penimbangan diposyandu berhasil menscreening kondisi gizi balita sehingga kasus gizi kurang terlebih buruk dapat dicegah sejak awal.
Page 2 of 28
Sayangnya semenjak terjadinya krisis di tahun 1997, kegiatan posyandu menurun drastis. Penurunan bukan hanya dari segi kuantitas tetapi juga kualitas, terutama kualitas kader. Berdasarkan hasil penelitian dari Akademi Gizi Surabaya (2009), menujukkan hal sebagai berikut: Hampir 60% posyandu di Surabaya belum dapat menjalankan fungsinya secara paripurna (5 fungsi pelayanan : pemantauan pertumbuhan, imunisasi, KB, pelayanan kesh dasar dan penyuluhan kesehatan dan gizi). Jumlah dan kualitas kader posyandu yang kurang (lebih dari 30% kader belum terlatih), terutama dalam interpretasi hasil penimbangan . Hampir 90% kader posyandu belum mampu melakukan penyuluhan gizi dan kesehatan Cakupan posyandu masih rendah (balita < 50%, bumil baru 20%, WUS <<) Posyandu belum dijadikan sebagai tempat informasi gizi dan kesehatan bagi ibu balita (Universitas Terbuka bagi ibu) Dukungan dari lintas sektor (Depkes, Depdagri, BKKBN) dan toma masih kurang. Maraknya kembali kasus gizi kurang dan gizi buruk di Indonesia, mendorong adanya revitalisasi posyandu. Untuk meningkatkan kegiatan Posyandu kembali telah diterbitkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor :411.3/536/SJ tanggal 3 Maret 1999 tentang Revitalisasi Posyandu. Tetapi dalam pelaksanaannya dan menghadapi era otonomi dan desentralisasi dianggap penting bahwa pedoman tersebut perlu diperbarui dan disesuaikan dengan tuntutan perkembangan. Oleh karena itu telah diterbitkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor :411.3/1116/SJ tanggal 13 Juni 2001 tentang Pedoman Umum Revitalisasi Posyandu yang ditujukan kepada Gubernur dan
Page 3 of 28
Bupati/Walikota di seluruh Indonesia, yang merupakan pembaharuan atau surat edaran Menteri Dalam Negeri yang lalu. Hanya saja sampai seberapa jauh keberhasilan dari revitalisasi ini masih dipertanyakan. Karenanya FKGK berinisiatif untuk mengadakan sarasehan dan diskusi untuk membahas topik ini. Diharapkan FKGK dapat memberikan sumbangsih dalam pengembangan posyandu yang merupakan ujung tombak peningkatan SDM Indonesia di masa depan. Tujuan 1. Melakukan tukar informasi mengenai posyandu. 2. Mengumpulkan data mengenai hal-hal yang sudah dikerjakan yng berkaitan dengan kegiatan posyandu yang dilakukan oleh anggota FKGK. 3. Membuat rencana tindak lanjut dari data yang terkumpul. Waktu dan tempat Kegiatan diselenggarakan di Gedung SEAMEO-TROPMED RCCN Universitas Indonesia Jl. Salemba Raya no. 4 Jakarta Pusat pada tanggal 31 Juli 2009. Agenda acara 12.30-13.15 13.15-13.45
Registrasi dan lunch Pembukaan dan update FKGK Oleh Drupadi HS Dillon, MD., MSc., PhD.
Page 4 of 28
13,45-14.45
14.45-16.30 16.30-17.00
Presentasi 1. ”Pekembangan Tingkat Kemandirian Posyandu Terkini di Kota Surabaya” Annas Buanasita, M.Gizi - Akademi Gizi Surabaya 2. ”Posyandu yang Berkelanjutan dan Berbasis Community” M. Taufan - Plan International Indonesia Aceh Diskusi Fasilitator: Lapangan kecil dan SEAMEO Penutup dan rencana kegiatan FKGK selanjutnya
Peserta Peserta berjumlah 43 orang terdiri dari 41 orang peserta dari Jakarta dan 2 orang peserta dari luar Jakarta yang umumnya bekerja di institusi gizi dan kesehatan dan juga sebagai pengajar bidang gizi dan kesehatan serta peminat komunikasi juga perorangan. Keseluruhan komposisi peserta adalah berikut: 1. Pendidikan (SEAMEO-TROPMED RCCN UI, Bagian Gizi FKUI, FKM UI, Akademi Gizi Surabaya 2. Pemerintah (Badan POM, Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta) 3. LSM (Yayasan Balita Sehat, YEH Indonesia, YBI, WVI, ACT, Plan Indonesia, Lapangan Kecil, ASA IM, UNDP) 4. Industri (Bintang Toejoe, Nestle Indonesia)
Page 5 of 28
Kesimpulan: 1. Akan diinisiasi dokumentasi informasi tentang posyandu dan menyusun publikasi yang informative tentang posyandu 2. Perlunya menggiatkan peran peserta FKGK yang lain sebagai tuan rumah acara FKGK berikutnya
Page 6 of 28
Pekembangan Tingkat Kemandirian Posyandu Terkini di Kota Surabaya* Annas Buanasita Akademi Gizi Surabaya * Hasil kolaborasi antara WAVI ADP Surabaya dan Akademi Gizi Surabaya
Penurunan peran dan fungsi Posyandu menjadi fenomena umum di Indonesia semenjak krisis dan utamanya semenjak runtuhnya rezim Orde Baru. Hal ini juga terjadi di Surabaya. Posyandu yang semestinya dapat menjadi tempat screening awal terjadinya permasalahan gizi dimasyarakat terutama gizi balita tidak dapat melakukan perannya dengan semestinya sehingga angka gizi kurang balita meningkat. Di Jawa Timur pada tahun 2006 terdapat 17.5% balita yang mengalami gizi kurang. Untuk itu dirasakan perlu adanya kegiatan pendampingan bagi posyandu agar posyandu dapat berfungsi secara maksimal. Wahana Visi Indonesia (WAVI) ADP Surabaya bekerjasama dengan Akademi Gizi Surabaya melakukan kegiatan pendampingan posyandu selama 9 bulan mulai dari Desember 2008 hingga Agustus 2009. Sebagai kegiatan awal dilakukan survey dasar guna menganalisa kondisi manajerial, sumber daya, kegiatan dan pengembangan posyandu. Survey dilakukan terhadap 314 posyandu di 3 kecamatan, yaitu
Page 7 of 28
Kecamatan Sawahan, Kecamatan Gendeng dan Kecamatan Tegalsari. Dari hasil survey diketahui bahwa target Dinas Kesehatan Surabaya untuk memiliki posyandu purnama dan mandiri sebesar 40% dan 20% pada tahun 2010 masih jauh dari harapan karena baru 18.2% posyandu masuk dalam kategori purnama dan hanya 1.5% posyandu masuk dalam katagori mandiri. Juga diketahui bahwa lebih dari setengah posyandu yang disurvey belum memiliki rencana kerja, SK mengenai posyandu, struktur organisasi dan agenda pertemuan rutin. Hanya 54.4% posyandu memiliki tempat pelaksanaan yang tetap dan khusus selainnya masih menumpang dan dilaksanakan tidak berdasarkan jadwal yang tetap. Disamping itu, masih terdapat 38.6% posyandu yang tidak memiliki alat yang lengkap untuk pelaksanaan posyandu. Hal tersebut tentu sangat tidak menunjang kinerja posyandu. Ditinjau dari kegiatannya, 54.2% posyandu tidak lengkap dalam melakukan pelayanan meja 1-4. Kurang lebih 40% posyandu belum melaksanakan kegiatan penyuluhan yang merupakan salah satu komponen penting kegiatan posyandu untuk meningkatkan gizi dan kesehatan balita. Hal ini tidak mengherankan karena lebih dari separuh kader merasakan penyuluhan adalah kegiatan yang sulit untuk mereka. Dalam kegiatan penyuluhan ini diharapkan terjadi komunikasi dan pertukaran pengetahuan antar anggota masyarakat. Sehingga posyandu dapat menjadi universitas terbuka untuk masyarakat guna memperoleh practical life skill. Sayangnya posyandu belum dapat menjadi forum komunikasi dan pendidikan informal bagi masyarakat. Berdasarkan karakteristik kader, rata-rata jumlah kader disetiap posyandu sudah mencukupi, hanya saja tingkat pendidikan mereka masih rendah begitu juga dengan tingkat kemampuan mereka. Kurang dari 50% kader dapat menginterpretasikan hasil penimbangan secara tepat. Hal ini sangat berbahaya mengingat fungsi posyandu sebagai screening awal terjadinya malnutrisi pada balita. Apabila kader tidak dapat menginterpretasikan hasil penimbangan dengan benar proses pemantauan tumbuh
Page 8 of 28
kembang anak tidak akan efektif dan penanganan pertumbuhan balita menjadi tidak tepat. Akibatnya, penyimpangan pertumbuhan pada balita terus terjadi. Disamping itu, data yang terkumpul kurang akurat yang akhirnya apabila terdapat program/intervensi, program/ intervensi tersebut menjadi kurang tepat. Hal lain yang perlu dicermati adalah motivasi masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan posyandu yang masih perlu ditingkatkan. Kelengkapan administrasi organisasi posyandu juga perlu segara dilengkapi untuk menciptakan eksistensi posyandu. Ketidaklengkapan ini juga menujukkan kurang efektifnya pembinaan Pokjanal terhadap posyandu. Posyandu juga masih belum memiliki inisiatif untuk menjalin kemitraan dengan pihak luar guna meningkatkan performanya. Kegiatan pendampingan dilakukan oleh seorang tenaga pendamping yang memiliki kewajiban untuk membina 5 posyandu. Aktivitas pendampingan meliputi mengaktifkan kegiatan H- dan H+ posyandu, mendampingi kader saat hari H posyandu, meningkatkan koordinasi lintas sektor dan toma, meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kader posyandu, meningkatkan eksistensi dan fungsi posyandu (tidak hanya sekedar sebagai pemantauan pertumbuhan tetapi juga pusat info gizi dan kesehatan), serta menjalin jejaring/mitra/bapak asuh posyandu. Selain survey dasar, juga telah dilakukan evaluasi sementara terhadap kegiatan pendampingan. Dari evaluasi ini diketahui bahwa 90% posyandu telah mampu melakukan kegiatan H- posyandu dan semua posyandu telah melakukan H+ posyandu. Kegiatan H+ posyandu ini dirasakan sangat efektif dan berguna untuk koordinasi dan evaluasi posyadu oleh 99.9%kader. Dan diketahui hampir semua posyandu memiliki kader yang mampu interpretasi hasil penimbangan dengan tepat sehingga keakuratan data posyandu dapat ditingkatkan dan akhirnya diharapkan intervensi yang dilakukan nantinya akan tepat sasaran.
Page 9 of 28
Posyandu yang Berkelanjutan dan Berbasis Community M. Taufan Plan International Indonesia-Aceh
Plan International Indonesia memiliki dua pertimbangan utama untuk bekerja di Kabupaten Aceh Besar yaitu karena daerah ini terkena dampak gempa dan tsunami yang besar sert karena daerah ini merupakan daerah konflik. Salah satu fokus kegiatan Plan diKabupaten Aceh Besar adalah pembinaan posyandu. Plan menerapkan 4 strategi pengembangan posyandu, yaitu dengan peningkatan kapasitas kader posyandu, penguatan peran pokjanal dan pokja, peningkatan partisipasi masyarakat dan pemerintah melalui ADG (Alokasi Dana Gampoeng ) dan adavokasi untuk pendampingan berkelanjutan. Pelatihan untuk kader posyandu meliputi pelatihan parenting (pengasuhan), pelatihan pembuatan makanan bergizi, pelatihan penanganan gizi kurang dan gizi buruk, pelatihan administrasi posyandu, pelatihan pembuatan media sosialisasi lokal, pelatihan tentang Hak Anak, pelatihan Trauma Healing, pelatihan taman posyandu (DDTK – deteksi dini tumbuh kembang, KMS, Tumbuh Kembang
Page 10 of 28
Anak), pelatihan pencegahan infeksi, pelatihanpembuatan APE lokal dan pelatihan penyusunan program posyandu. Keseluruhan pelatihan ini disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dikabupaten tersebut. Dan untuk pelatihan Hak Anak dan trauma healing sangat terasa diperlukan mengingat didaerah tersebut terdapat banyak anak yang menjadi korban konflik. Dan kesemua program pelatihan tersebut dilaksanakan berdasarkan standart pelatihan yang dikeluarkan oleh dinas kesehatan setempat. Hingga saat ini Plan telah membangun sebanyak 39 posyandu dan telah melatih 390 kader posyandu dikabupaten tersebut dengan omposisi kader adalah 95% adalah perempuan dan 5% adalah laki-laki. Posyandu diarahkan juga sebagai media informasi, pembelajaran,bermain, pengembangan kelompok dan interaksi sosial.
Page 11 of 28
Sesi Diskusi
Pada SESI ini SEMUA ADALAH NARASUMBER!! Proses diskusi kelompok Sampel topik diskusi yang disediakan panitia: - Apa yang sudah dilakukan? - Apa potensi yang belum dikembangkan? - Apa kendala yang dihadapi?
Page 12 of 28
Usulan dari peserta: 1 peserta memberikan 1 topik diskusi pada kartu, kemudian masing-masing peserta memberikan pilihan pada topic-topik tersebut, lalu 3 topik dengan pilihan terbanyak menjadi topik yang didiskusikan lebih lanjut dalam kelompok kecil. Topik pilihan adalah sebagai berikut: No Topik Penggagas (institusi) 1 Keberlanjutan posyandu, bertahan dengan keadaan sekarang saat Steny (WVI) ditinggalkan 2 Pemberdayaan dan meningkatkan efektifikas kader – kader cukup Ines (Nestle) ilmu, ada insetif kader 3 Posyandu sebagai ddtkb (deteksi dini tumbuh kembang bayi) – Ibu Tum (IBI Pusat) posyandu paripurna, kegiatan tidak monoton 4 Peran serta masyarakat Vera (WVI) Dari keempat topik yang dipilih, lalu dirasakan bahwa topik 2 dan 3 mengarah pada hal yang sama tentang kapasitas kader sehingga kegiatan posyandu menjadi menarik. Oleh karena itu 3 topik berikut dibahas lebih lanjut dalam kelompok kecil difasilitasi oleh penggagas masing-masing topik tersebut: 1. Bagaimana agar posyandu berkelanjutan? 2. Bagimana caranya meningkatkan keterampilan kader? 3. Bagaimana meningkatkan peran serta masyarakat untuk pengembangan Posyandu
Page 13 of 28
Topik 1: Ide-ide agar Posyandu berkelanjutan? 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Pendamping dari lembaga lokal Koordinasi dan komunikasi yang intensif antara stakeholder terkait Perlu keterlibatan masyarakat/stakeholder dari awal pembentukan posyandu Perlu advokasi yang menghasilkan kebijakan lokal untuk posyandu (output kebijakan dapat berupa terbentuknya pokja dan struktur Pemberdayaan ekonomi untuk posyandu misalnya koperasi simpan pinjam yang dikelola oleh kader, dana bergulir semisal dari NGO dan pengguna dana adalah ibu balita Pemberdayaan ekonomi untuk posyandu cara lain misalnya menumbuhkan variasi posyandu Regenerasi kader dan transfer ilmu; dibuat batasan usia pensiun misalnya 60 tahun; ada AD/ART yang mengatur regenerasi kader Reward system untuk kader dan posyandu Peningkatan kapasitas kader dan tenaga kesehatan Publikasi tentang kegiatan posyandu misalnya dalam Bulletin Posyandu, atau membuat mading di posyandu Kemampuan untuk mengakses informasi karenanya diperlukan data yang terkoordinir dan training peningkatan kapasitas untk mampu membaca data tersebut Kemampuan analisa terhadap perkembangan posyandu dari Dinas yang terkait Advokasi terhadap tokoh masyarakat (RT/RW) dan tokoh agama
Page 14 of 28
14. Sosialisasi tentang posyandu yang lebih gencar untuk meningkatkan public awareness Topik 2: Bagimana caranya meningkatan keterampilan kader? 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Aktifitas pelatihan – pelatihan ketrampilan. Pelatihan dan pendampingan Studi banding Rolling tugas berkala Membentuk tim pelatihan tingkat kecamatan Perlu diadakan temu ilmiah kader dengan mengundang guest speakers
Topik-topik pelatihan yang diperlukan kader: Materi dasar tentang gizi dan 1. Kadarzi dan kesehatan Æ penyuluhan umum gejala-gejala kesehatan untuk membuat rujukan dan masalah lokal 2. Gizi dasar 3. ASI eksklusif Metode pengukuran dan follow 4. Pelatihan dasar terutama penimbangan dan plotting hasil up timbangan di KMS 5. Reporting dan recording (tujuannya agar kader dapat
Page 15 of 28
Communication skill dan leadership
melakukan interpretasi hasil pengukuran) Metode home visit Motivasional dan leadership training untuk kader Communication skill Kemampuan memberi penyuluhan dan membuat materi KIE yang sederhana 10. Kemampuan untuk menggalang dana misalnya dengan melatih kader membuat proposal sederhana untuk fund raising ke perusahaan/industri
6. 7. 8. 9.
Topik 3: Bagaimana meningkatkan peran serta masyarakat untuk pengembangan Posyandu? Masyarakat dalam hal ini adalah kelompok berikut: 1. Tokoh masyarakat (Ustad/Tokoh adat), public figure, diharapkan mereka dapat memberikan image yang baik tentang posyandu karena mereka adalah kelompok berpengaruh dalam masyarakat contoh misalnya ustad memberikan ceramah tentang posyandu vs mitos negatif kunjungan ke posyandu
Page 16 of 28
2.
3. 4. 5. 6.
Aparat (Lurah, RT/RW, Camat, PKK), utamanya kelompok ini diharapkan dapat memberi dukungan dana dan administrasi struktur posyandu yang stabil dalam organisasi kemasyarakatan setempat Ibu balita Keluarga (suami) Karang taruna dapat berperan dengan cara rutin mengumumkan kegiatan posyandu Donatur/sponsor (Perusahaan, dll)
Peran serta masyarakat yang dimaksud adalah berupa: 1. Fisik: sarana, prasarana, dana 2. Non fisik Langkah awal untuk meningkatkan peran serta masyarakat demi pengembangan posyandu: 1. Menyadarkan tokoh masyarakat dan aparat sebagai stakeholder posyandu 2. Mengkomunikasikan pentingnya Posyandu (informasi) ‐ Kampanye oleh public figure ‐ Mulut ke mulut Æ pertemuan PKK ‐ Formal Æ rapat koordinasi ‐ Panggung boneka (edutainment)
Page 17 of 28
3.
Study banding (implementasi melihat posyandu berhasil) baik di dalam wilayah atau di luar wilayah
Secara umum hal-hal berikut dapat dilakukan untuk menggalang peran serta masyarakat untuk pengembangan posyandu: 1. Untuk force awal diperlukan fasilitator eksternal (di luar stakeholder) agar para stakeholder mau mendengarkan dan berkomitment untuk turut serta terlibat 2. Publikasi terus menerus oleh media 3. Penggalian sumber daya masyarakat lokal 4. Studi kualitatif untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap posyandu 5. Mengangkat nilai tambah posyandu
Page 18 of 28
Pembelajaran 1.
2.
3.
4.
Fungsi posyandu sangat potensial untuk menjadi semacam “universitas terbuka” bagi ibu balita dan kadernya. Namun sayangnya, cakupan posyandu masih rendah. Hal ini mungkin disebabkan karena kegiatan posyandu yang monoton, ditambah lagi kader-kadernya kurang mempunyai ketrampilan. Kader harus ditingkatkan kapasitasnya terutama dalam mengukur dan mengintepretasi hasil pengukuran, juga dalam memberikan penyuluhan. Selain itu, posyandu dibentuk berdasarkan SK 3 menteri, namun pada akhirnya hanya menitikberatkan peran Departemen Kesehatan, karenanya dukungan dan komitmen dari departemen terkait lainnya menjadi minim padahal sangat diperlukan. Institusi pendidikan dan NGO/LSM dapat turut berperan aktif dalam pengembangan posyandu. Pendampingan terhadap posyandu oleh institusi-institusi ini terbukti dapat meningkatkan kapasitas kader dan posyandu. Dengan semangat desentralisasi, NGO/LSM bahkan dapat berperan lebih aktif dalam mengadvokasi diberlakukannya 2 peraturan daerah yang berhubungan dengan struktur dan pengembangan posyandu. Dalam hal ini, diperlukan ketrampilan untuk dapat melakukan lobby dan advokasi terhadap para pengambil keputusan. Dalam kebuntuan mencari jalan untuk menggiatkan kembali posyandu sebagai ujung tombak peningkatan gizi masyarakat, proses belajar dalam pertemuan FKGK ini di mana kelompok yang terdiri dari hampir seluruh elemen masyarakat dipertemukan dan mendiskusikannya dengan lebih menyeluruh, dapat menghasilkan daftar panjang tentang apa yang potensial untuk dilakukan bagi posyandu.
Page 19 of 28
5.
Pembelajaran lebih lanjut adalah fakta bahwa masing-masing peserta diskusi FKGK ini telah melakukan sesuatu tentang posyandu, namun sayangnya informasi tentang apa yang sudah dilakukan dan apa hasilnya masih terserak. FKGK berencana untuk dapat mendokumentasikan seluruh kegiatan yang berkaitan dengan posyandu yang sudah dilaksanakan oleh anggotanya, terutama hasilhasil studi. Diharapkan dengan hal tersebut akan ada evidence based yang kuat yang dapat menunjang policy ataupun kegiatan-kegiatan selanjutnya.
Page 20 of 28
LAMPIRAN 1: Kader Posyandu dan Visi Kita* Oleh: Iman Jaladri** Indonesia yang diimpikan dalam bidang kesehatan adalah masyarkat yang mandiri untuk hidup sehat. Mulai dari sekarang boleh dirancang berapa tahun lagi hal itu bisa terwujud. Lima, sepuluh, limabelas atau duapuluh tahun lagi. Atau berapapun dan boleh lebih dari itu. Untuk selanjutnya mari kita bayangkan jika visi ini menjadi kenyataan. Pada saat itu, mestinya akan ada perubahan kurikulum dalam pendidikan kesehatan. Akan ada perombakan dalam kerangka konsep penelitian para mahasiswa. Terjadi perubahan struktur dalam birokrasi dan ortala di departemen kesehatan. Terjadi perubahan dalam sistem pelayanan di rumah sakit, puskesmas dan klinik. Bahkan ada kemungkinan, ketika terwujud kemandirian dalam bidang kesehatan maka akan ada kemandirian dalam bidang-bidang yang lain. Bisa terjadi bersama-sama atau susul menyusul. Kemudian pada saat itu, apa yang akan terjadi dengan Posyandu kita? Logika tersebut mungkin benar, tapi kayaknya terbalik. Akan sama dengan seorang pelajar yang membayangkan jika sudah selesai kuliah kemudian menjadi GM dan memikirkan keadaanya jika sudah kaya raya. Yang sebenarnya harus dilakukan oleh seorang pelajar adalah belajar dengan benar maka akan sukses apa yang menjadi cita-citanya. Dalam hal ini ingin dikatakan bahwa posyandu adalah jalan (walau bukan satu-satunya) untuk menuju masyarakat yang mandiri dalam hidup sehat. Posyandu bukan tujuan. Kalau pada roket ulang-alik, posyandu adalah mesin pendorong, yang akan dilepas ketika pesawat sudah tidak lagi terpengaruh dengan gravitasi bumi.
Page 21 of 28
Jika posyandu adalah jalan, maka dalam mengoptimalkan fungsi ia harus bebas hambatan. Sangat rumit jika harus diuraikan hambatan-hambatan dalam posyandu. Berbeda posyandu berbeda masalah. Masalah posyandu di kota akan berbeda dengan yang di desa. Satu posyandu dalam waktu yang berbeda masalahnya akan berbeda. Sungguh beruntung jika ada generasi yang mampu menjadi kader ideal. Tetapi hal itu tidak menjamin akan muncul kader baru yang kualitasnya sama dengan pendahulunya. Kader posyandu bukan hasil kaderisasi, tapi lebih banyak pada faktor kebetulan. Untunguntungan suatu posyandu mempunyai kader yang baik. Bahkan beberapa posyandu ada yang “untung masih ada kadernya”. Beberapa yang lain malah “sangat tidak beruntung”. Nafas posyandu adalah kader. Dan rupa-rupanya sosok kader adalah gambaran yang lebih tepat dan paling ideal untuk menjelaskan visi “masyarakat yang mandiri dalam hidup sehat”. Dengan senang hati ia berkeliling dari pintu ke pintu untuk mengingatkan ibu balita yang tidak datang ke posyandu atau belum mendapat kapsul vitamin A. Bisa dibanyangkan, jika seluruh masyarakat mempunyai sepersepuluh sifat dan semangat kader. Maka setiap pintu akan mengingatkan dirinya sendiri untuk menimbangkan anaknya, imunisasi, minum tablet Fe, pemeriksaan kehamilan, KB, makanan bergizi dan lain-lain. Posyandu akan digerakan oleh masyarakat dan menjadi jalan yang bebas hambatan. Meminjam istilah metodologi penelitian, bahwa sesuatu yang kebetulan jika dikumpulkan kemudian dianalisis maka ia akan menjadi persamaan matematik. Ketika persamaan matematik dibahasakan maka akan menjadi sebuah pernyataan. Atau sebuah obyektifitas sebenarnya bisa berasal dari kumpulan subyektifitas. Ketika banyak orang mengatakan bahwa bubur dengan bumbu tertentu adalah enak, maka bisa disimpulkan bahwa bubur tersebut benar-benar enak. Dengan demikian, mudahmudahan kita sepakat bahwa para ahli sudah sepantasnya untuk membuat suatu metode pendidikan
Page 22 of 28
sehingga menjadikan masyarakat mempunyai semangat sebagaimana semangat kader posyandu. Jika terlalu berat dan tidak bisa dilakukan: cukup sepersepuluhnya saja. Jika ini terlalu berat, mulailah dengan apa yang bisa kita kerjakan. * Tulisan ini serta ide-ide lain tentang posyandu beredar di milis FKGK saat sebelum sarasehan dilakukan dan menginspirasi dilakukannya sarasehan ini dengan topik posyandu, kemudian tulisan ini dimuat di http://www.gizi.net/makalah/Kader%20Posyandu%20dan%20Visi%20Kita.pdf ** Iman Jaladri, S.SiT, MKes, adalah Dosen pada Poltekkes Depkes di Pontianak dan anggota milis FKGK.
Page 23 of 28
LAMPIRAN 2: Achieving child survival goals: Potential contribution of community health workers** Andy Haines, David Sanders, Uta Lehmann, Alexander K Rowe, Joy E Lawn, Steve Jan, Damian G Walker, Zulfiqar Bhutta
Abstract: There is renewed interest in the potential contribution of community health workers to child survival. Community health workers can undertake various tasks, including case management of childhood illnesses (eg, pneumonia, malaria, and neonatal sepsis) and delivery of preventive interventions such as immunization, promotion of healthy behavior, and mobilization of communities. Several trials show substantial reductions in child mortality, particularly through case management of ill children by these types of community interventions. However, community health workers are not a panacea for weak health systems and will need focused tasks, adequate remuneration, training, supervision, and the active involvement of the communities in which they work. The introduction of large-scale programs for community health workers requires evaluation to document the impact on child survival and cost effectiveness and to elucidate factors associated with success and sustainability. www.thelancet.com. Published online March 6, 2007 DOI:10.1016/S0140-6736(07)60325-0 **Artikel lengkap telah dishare di milis fkgk oleh salah seorang anggota milis - Wahdini Hakim (Plan International Indonesia) sebagai tambahan bahan rujukan saat mendiskusikan posyandu di sarasehan.
Page 24 of 28
LAMPIRAN 3: Assessment of Posyandu’s Health and Nutrition Program for Children Underfive years old in Plan Program Unit Lembata Working Areas, East Nusa Tenggara Province** A baseline survey was conducted to assess and map performance of posyandu in order to enhance posyandu capacity in delivering child health and nutrition services within Plan Program Unit Lembata area on October to December 2008. Six main variables were accessed i.e. infrastructure, human resources, program in posyandu, program coverage, access to posyandu, and support from government and other sectors. Data were collected from 171 posyandu in 72 villages. Overall, the number of target beneficiaries in each surveyed posyandu was less than 100 children which meant it was still manageable by posyandu who has 5 kaders to run the activity. In term of accessibility was also good. It was indicated by the distance of the posyandu which was reached by walking distance (<20 minutes) and its location which was in flat or combination of flat and hilly. There was a gaps in knowledge on health and nutrition between senior and junior kader, whereas senior kader slightly better than junior kader. The infrastructure of surveyed posyandus in general was poor. Permanent venue for posyandu activities was rarely exist in all sub-districts and the essential equipment and tools were inadequate. Posyandu program mainly was mainly performing the basic posyandu service such as growth monitoring program, maternal and child health, family planning, immunization, nutrition program and diarrhea management. However, some activities related to maternal health such as additional food for pregnant
Page 25 of 28
women with CEM, iron folate supplementation for pregnant women and vitamin A supplementation for lactating mother were rarely implemented. Another program such as BKB, surveilans KLB, PAUD, UKGMD, clean water supply and livelihood, alert village program, posmaldes, UP2K, Tabulin, Tabuma, Dana Sehat and TOGA were also rarely implemented. Growth monitoring and promotion program coverage (D/S) was good, though, the effectiveness was still poor, indicated by average of growth monitoring and promotion coverage by sub-district was still low. This result shows that high coverage was not reflecting the high effectiveness. Home visit and referral system were rarely done by kader in Lembata. Posyandu mainly got support from puskesmas, health district office, family planning office (BKKBN), and NGO. The support received mostly in term of health services, provision of infrastructure and equipments, financial and supervision.
**Laporan Hasil Evaluasi Posyandu (Baseline Survey Report) di Lembata oleh Plan International Indonesia, dishare oleh Wahdini Hakim yang semula akan menjadi salah satu narasumber namun berhalangan hadir.
Page 26 of 28
Prepared by: Andi Mariyasari Septiari Judhiastuty Februhartanty
Contact Address
Consultancy and Community Service Unit SEAMEO-TROPMED RCCN-UI P.O. Box 3852 Jakarta 10038 INDONESIA Phone: +62-21-31930205; 31902739 Fax: +62-21-31902739 E-mail:
[email protected] Website: http://www.seameo-rccn.org
Visiting Address SEAMEO-TROPMED RCCN Building Campus of UI Salemba Jl. Salemba Raya No. 6 Central Jakarta, INDONESIA