1
FORMULASI TABLET KUNYAH YANG MENGANDUNG KATEKIN GAMBIR (Uncaria gambir Roxb) SEBAGAI ANTI BAKTERI (Streptococcus mutans) DALAM MULUT Ramdan Herdiansyah 1), Dwi Indriati 2), Oom Komala 3) Program Studi Farmasi, FMIPA, Universitas Pakuan
1), 2), 3)
ABSTRAK Gambir diketahui mengandung dua komponen utama yaitu katekin dan asam katekutannat yang mempunyai banyak manfaat salah satunya yaitu sebagai antibakteri sehingga tanaman ini banyak digunakan dalam berbagai bidang industri seperti industry obat-obatan, farmasi, industri penyamakan kulit dan lainlain. Penelitian ini dilakukan untuk membuat tablet kunyah yang mengandung katekin gambir sebagai antibakteri Streptococcus mutans (S.mutans) dengan kadar katekin 2, 4, dan 6 (%) dan menentukan formula yang paling efektif terhadap S.mutans kemudian melakukan uji stabilitas terhadap formula terbaik. Metode yang digunakan untuk membuat tablet kunyah katekin gambir yaitu dengan metode kempa langsung dan metode yang digunakan untuk uji antibakteri tablet kunyah yaitu dengan metode difusi cakram dengan mengukur lebar daerah hambat yang terbentuk. Hasil penelitian yang telah di lakukan diketahui bahwa katekin gambir dapat dibuat tablet kunyah dengan metode kempa langsung. Formula yang telah dibuat di uji kualitas tablet, hasil pengujian menunjukan bahwa semua formula memenuhi syarat dalam Farmakope Indonesia edisi III (DepKes RI, 1979). Tablet kemudian di ujikan terhadap bakteri S mutans. Hasil pengujian menunjukan formula 3 mempunyai aktivitas antibakteri yang paling baik. Tablet formula 3 yang paling efektif terhadap bakteri S mutans kemudian di uji stabilitas selama 8 minggu dengan pemeriksaan dilakukan setiap 2 minggu, hasilnya didapatkan tablet yang relative stabil. Kata Kunci: Katekin Gambir, Tablet kunyah, Antibakteri, Streptococcus mutans. ABSTRACT Gambir known to contain two major components, namely catechin and katekutannat acid that has many benefits one of which is antibacterial so this plant is widely used in various industrial fields such as industrial medicine, pharmaceuticals, leather tanning industry and others. This research was conducted to make a chewable tablet that contains catechins gambier as antibacterial Streptococcus mutans (S. mutans) with catechin levels 2, 4, and 6 (%) and determine the most effective formula against S. mutans and then to test its stability against the best formula. The method used to make chewable tablets catechins gambier namely by direct compression method and the method used to test antibacterial chewable tablets is by disc diffusion method to measure the width of the resistor region is formed. Results of the research that has been done is known that catechins gambier chewable tablets can be made by direct compression method. Formula that has been made in the quality test tablet, the test results showed that all formulas are qualified in Indonesia Pharmacopoeia edition III (MOH RI, 1979). Tablet later in ujikan against S mutans bacteria. The test results show the formula 3 has the most excellent antibacterial activity. 3 formula tablets are most effective against S mutans bacteria later on stability testing for 8 weeks with a check is performed every 2 weeks, the results obtained are relatively stable tablet. Keywords: Gambir catechins, chewable tablets, antibacterials, Streptococcus mutans. PENDAHULUAN Gambir adalah sari getah yang diekstraksi dari daun tanaman gambir (Uncaria gambir Roxb) dengan cara pengepresan (Amos dkk., 2004). Gambir dengan kandungan dua komponen utama yaitu katekin dan asam katekutannat mempunyai banyak manfaat, memiliki daya astringensi, antibakteri, dan antioksidan yang kuat, sehingga gambir banyak digunakan dalam berbagai bidang industri, seperti industri obat-obatan dan farmasi lainnya (Dharma, 1985). Penelitian yang berkaitan dengan aktivitas katekin gambir telah banyak dilakukan
diantaranya sebagai antioksidan (Rauf dan Umar, 2012), sebagai antibakteri gram positif (Pambayun dkk., 2008) sebagai antibakteri gram negative (Putri, 2010) dan sebagai hepatoprotektor (Hasti dkk., 2012). Penelitian lainnya dari katekin gambir yang dibuat obat kumur (Amos, 2009), tablet hisap ekstrak etanol gambir (Hana, 2010). Penelitian tentang ekstrak katekin gambir sebagai antibakteri juga sudah dilakukan oleh Pambayun R, dkk., (2008). Hasil penelitiannya menunjukan bahwa katekin gambir mempunyai sifat penghambatan bakterisidal (membunuh bakteri) terhadap bakteri
2
Strerptococcus mutans, Staphylococcus aureus dan Bacillus subtillis. Pemberian 4% katekin sudah cukup menyebabkan kematian ketiga bakteri dengan angka kematian berturut-turut 0,82, 0,76, dan 0,45%, dan penambahan ekstrak katekin 6% dapat mematikan 100% S mutans dan S aureus dalam waktu 1 jam. Pada penelitian ini serbuk katekin gambir dibuat sediaan tablet kunyah dengan kadar katekin 2, 4, dan 6% yang berkhasiat sebagai antibakteri S mutans dalam mulut. Tablet dibuat dengan metode kempa langsung, diuji terhadap bakteri S mutans dengan metode difusi cakram dan tablet dengan formula terbaik diuji stabilitasnya selama 8 minggu. METODE PENELITIAN Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah serbet kain, alat-alat gelas, oven, tanur, hardness tester, friabilator, disintegration tester, jangka sorong, timbangan digital, spatel, inkubator, autoklaf, Bunsen, ose, Laminary flow. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain serbuk katekin gambir, manitol, laktosa, Mg stearate, aerosol, SSG, stowberri flavour, bakteri Streptococcus mutans (S.mutans), aquadest, media nutrient agar, pereaksi mayer, dragendorff, bouchardat, HCl, FeCl, amil alkohol.
Penetapan Kadar Abu Serbuk Katekin Ditimbang seksama ± 2-3 g sampel, dimasukkan kedalam krus platina atau krus silikat yang telah dipijarkan dan ditara, diratakan. Dipijarkan perlahan-lahan hingga arang abis dalam tanur pada suhu 6000C, didinginkan lalu ditimbang. Jika dengan cara ini arang tidak dapat dihilangkan, tambahkan air panas, disaring dalam krus yang sama. Dimasukkan filtrat kedalam krus, diuapkan, dipijarkan hingga bobot tetap, ditimbang. Dihitung kadar abu terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara. Dilakukan pengulangan 3 kali (triplo) caranya yaitu dengan memasukkan krus kedalam tanur secara bersamaan (DepKes RI, 1989). Cara perhitungannya: Kadar abu (%) = ( ) x 100% Formulasi dan Pembuatan Tablet Kunyah Serbuk Katekin Gambir Dibuat tiga formula tablet kunyah katekin gambir dengan variasi konsentrasi serbuk katekin yang berbeda (2%, 4%, dan 6%). Berikut formula tablet kunyah yang dibuat: Tabel 1. Formula Tablet Kunyah Serbuk Katekin Gambir
Metode Penelitian Pengumpulan Bahan Katekin gambir diperoleh dari Universitas Andalas Padang, Sumatera Barat yang diolah dari gambir dengan metode pre-purifikasi. Uji Fitokimia Uji alkaloid Sesuai dengan Materia Medika Indinesia Jilid IV. 1980. Uji Saponin Sesuai dengan Materia Medika Indinesia Jilid IV. 1980. Uji Flavonoid Sesuai dengan Materia Medika Indinesia Jilid IV. 1980. Uji Tanin Sesuai dengan Materia Medika Indinesia Jilid V. 1989. Penetapan Kadar Air Serbuk Katekin Penetapan kadar air dilakukan dengan menggunakan moisture balance. Sampel dimasukan sebanyak 1 g kedalam alat yang disiapkan, pada suhu 1050C selama 10 menit, kemudian kadar yang tertera pada moisture balance dicatat dan dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali.
Tablet hisap serbuk katekin gambir yang dibuat pertabletnya memiliki bobot 250 mg, berikut tahapan pembuatan tablet. 1. Ayak dengan mesh 30 dan timbang semua bahan-bahan berikut: katekin, manitol, lactose, Mg stearat, aerosil, SSG, stowberri flavour. 2. Masukan katekin, aerosil, dan manitol ke dalam 1 wadah, dan di homogenkan (Mixing 1). 3. Tambahkan mg stearat, SSG dan stowberri flavor ke dalam mixing 1. Kemudian di homogenkan lagi, add laktosa sampai 100. 4. Evaluasi massa cetak (susut pengeringan, kerapatan nyata, kerapatan mampat, kerapatan sejati, kompresibilitas, dan daya alir). 5. Massa siap cetak. 6. Pencetakan tablet dengan metode kempa langsung. 7. Evaluasi tablet (keseragaman berat, dan keseragaman ukuran, kekerasan, friabilitass).
3
Evaluasi Massa Cetak KadarAir Massa Cetak Pemeriksaan kadar air granul dilakukan dengan menggunakan Moisture Balance pada suhu 1050C. Granul diratakan dan dicatat persentase kadar air yang tertera pada Moisture Balance. Syarat : 2-5% (Voight, 1995). Uji Alir Pengujian dilakukan dengan menimbang granul dari tiap formula sebanyak 25 g. Kemudian massa granul ditempatkan didalam corong alat uji waktu alir (Flowmeter) dalam keadaan tertutup. Dibuka penutupnya, dibiarkan granul mengalir kemudian dicatat waktu alirnya dengan menggunakan stopwatch (satuan g/detik). Pengujian dilakukan tiga kali (triplo). Tipe aliran berdasarkan daya alir menurut aulton 1988, <1,4 sangat kohesif, 1,4-4 kohesif, 4-10 mudah mengalir dan >10 bebas mengalir. Perhitungan daya aliran granul dilakukan menggunakan rumus: Keterangan: F= F = Daya alir granul (g/detik) M = Massa granul (g) T = Waktu (detik) Uji Kompresibilitas Ditimbang 25 g granul, dimasukkan ke dalam gelas ukur dari alat-alat voulting meter.dicatat volume awal. Dihidupkan motor, dihitung hingga 10 ketukan, dicatat volumenya, selanjutnya dilakukan pada volume 50, 100 dan 500 ketukan. Dihitung % kompresibilitas dengan persamaan dibawah ini dengan persyaratan % kompresibilitas menurut aulton 1988, 5-12 sangat baik sekali, 12-16 sangat baik, 18-21 baik, 23-28 sedang, 28-35 buruk, 35-38 sangat buruk dan >40 sangat buruk sekali. % kompresibilitas dihitung dengan rumus = (Vo – Vn)/Vn x 100% Evaluasi Sediaan Tablet Organoleptik Pemeriksaan meliputi warna, bentuk, bau dan rasa tablet. Keseragaman bobot. Ditimbang 20 tablet, dihitung bobot ratarata dari tiap tablet. Persyaratan dalam DepKes RI (1979) untuk tablet dengan bobot antara 151300 mg, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari yang di tetapkan yaitu 7,5% dan tidak boleh lebih dari 1 tablet-pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari 15%. Keseragaman ukuran Diameter dan ketebalan tablet diukur dengan menggunakan jangka sorong. Syarat
keseragaman ukuran tablet menurut Farmakope Indonesia Edisi III (1979) adalah kecuali dinyatakan lain diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 kali tebal tablet. Kekerasan Uji kekerasan dilakukan dengan mengambil sebanyak 20 tablet secara acak dari tiap formula, diukur kekerasannya menggunakan Hardness Tester. Friabilitas Pemeriksaan dilakukan terhadap 20 tablet yang diambil secara acak dari setiap formula, seluruh serbuk halus pada tablet di bersihkan, kemudian di timbang dan dimasukan kedalam alat fibrilator. Pengujian dilakukan dengan kecepatan 25 putaran/menit. Setelah putaran ke-100, tablet di keluarkan dan dibersihkan dari serbuk halus yang terlepas, kemudian ditimbang kembali. Hitung % friabilitass: Keterangan: = = Friabilitass x100% F W0 = Bobot awal W1 = Bobot akhir Syarat F 2%-4% (Siregar, 2008). Waktu Hancur Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, uji waktu hancur dilakukan dengan alat Disintegration Tester sebanyak 6 tablet hisap dari tiap formula. Disiapkan sebanyak 600 ml air suling dan 1 tablet dimasukan pada 1 cakram pada masing-masing tabung dan jalankan alatnya. Gunakan air bersuhu 37±20C sebagai media. Pada akhir batas waktu yang ditetapkan, angkat gelas piala dan amati semua tablet kunyah, semua tablet harus hancur sempurna. Bila 1 atau 2 tablet tak hancur sempurna maka ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya. Tidak kurang dari 16 tablet kunyah dari 18 tablet kunyah hancur sempurna. Untuk tablet tidak bersalut harus hancur sempurna dalam waktu hancur kurang dari 15 menit (Anief, 2007). Pengujian Aktivitas Antibakteri Tablet Kunyah Katekin Gambir Sterilisasi Alat dan Bahan Alat-alat yang akan digunakan terlebih dahulu dicuci bersih dan dikeringkan. Tabung reaksi , gelas ukur, dan Erlenmeyer ditutup mulutnya dengan kapas. Cawan petri dibungkus dengan kertas. Kemudian semuanya dimasukan ke dalam plastik tahan panas dan di sterilkan dengan autoklaf pada suhu 1210C selama ± 1 jam. Seluruh media pembenihan di sterilkan dengan autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit. Pengerjaan secara aseptis dilakukan di
4
bawah laminar air flow yang sebelumnya telah di bersihkan dengan larutan alkohol 70% lalu disterilkan dengan lampu UV yang dinyalakan kurang lebih 2 jam sebelum digunakan (Pertiwi, 2010) Pembuatan Media Nutrien Agar Serbuk nutrient agar sebanyak 23 gram dilarutkan dalam 1000 ml air suling, kemudian dihomogenkan dan dipanaskan hingga mendidih selama 1–2 menit sampai terbentuk larutan sempurna. Larutan disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit dengan tekanan 1 atm sebelum media digunakan, pembuatan agar miring untuk kultur stock dilakukan dengan cara menuangkan 5 ml media yang masih cair kedalam tabung reaksi steril secara aseptis yang diletakan pada posisi miring (Sudut kemiringan kurang lebih 15°) (Larassaty, 2008). Regenerasi Streptococcus mutans Sebanyak 1 ose bakteri dari isolat diambil kemudian ditanam dalam media nutrient agar miring dengan cara menggoreskan secara zig-zag. Kemudian diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam. Setelah biakan tumbuh disimpan pada lemari pendingin suhu 4°C sebagai stok. Pengenceran Bakteri Pada pengujian antibakteri ini digunakan bakteri dengan konsentrasi 10-6 - Dilakukan pengenceran dengan menyiapkan enam tabung reaksi yang berisi larutan fisiologis sebanyak 9 ml - Tabung pertama ditambahkan 1 ml sampel bakteri sehingga didapat konsentrasi bakterinya menjadi 10-1 - 1 ml sampel dari tabung pertama dimasukan kedalam tabung kedua, dan didapat konsentrasi larutan bakterinya 10-2 - Pengenceran ini dilakukan sampai konsentrasi larutan menjadi 10-6. Penyiapan Larutan Uji dan Larutan Kontrol Larutan Uji Larutan uji yang digunakan terdiri dari beberapa konsentrasi yaitu 2,4 dan 6% katekin. pembuatan larutan uji dilakukan dengan melarutkan 3 tablet dari masing-masing konsentrasi dengan aquadest hangat sebanyak 100 mL dalam labu ukur. Larutan Kontrol Kontrol positif yang digunakan adalah betadin obat kumur yang mengandung povydon iodine dengan konsentrasi 1% dan kontrol negative yang digunakan yaitu basis dari tablet (0% katekin).
Pengujian Antibakteri Sediaan Tablet Pengujian antibakteri sediaan tablet kunyah dari katekin gambir dilakukan dengan metode difusi cakram. Pada metode ini dilihat daerah atau zona bening yang dihasilkan sekitar kertas cakram. Dibuat larutan uji dengan cara melarutkan 3 tablet ke dalam 100 ml aquades, rendam kertas cakram dalam larutan yang telah dibuat selama 24 jam, keringkan di atas cawan petri steril, teteskan 20 mikro liter larutan uji dan keringkan kembali. Dibuat media perkembangbiakan bakteri dengan cara melarutkan sebanyak 15 ml nutrient agar cair dengan suhu 45°C yang telah disterilkan, dimasukkan kedalam cawan petri dengan cara aseptis, lalu ditambah 0,2 ml bakteri Streptococcus mutans hasil pengenceran yang telah memenuhi syarat 10-6. Kemudian nutrient agar dalam cawan petri digoyangkan secara melingkar untuk menyebar koloni bakteri agar merata, setelah nutrient agar mulai memadat, letakan kertas cakram yang telah dijenuhkan dengan larutan uji yang mengandung sediaan tablet kunyah katekin gambir, dan kontrol positif (Povydone Iodine) dan basis sebagai kontrol negative ke dalam media yang telah dibuat menggunakan pinset. Kemudian diinkubasi selama 24 jam pada temperatur 37°C, amati dan ukur lebar daerah hambat dari zona yang terbentuk menggunakan jangka sorong atau penggaris, sehingga diketahui lebar daerah hambat dan sediaan yang paling efektif. Pengujian ini diulang sebanyak 5 kali. Posisi pengujian ekstrak dapat dilihat pada Gambar 5. Uji Stabilitas Tablet kunyah katekin gambir yang memiliki aktivitas antibakteri paling baik diuji stabilitasnya dengan cara disimpan selama 8 minggu pada suhu kamar dan suhu 40oC. Selama penyimpanan dievaluasi mutu fisik tablet dan aktivitas. Uji mutu fisik meliputi uji organoleptik, keseragaman bobot, keseragaman ukuran, kekerasan, friabilitass dan waktu hancur. Parameter Penelitian a. Mengukur Lebar daerah hambat Formulasi Tablet Kunyah Katekin Gambir terhadap bakteri Streptococcus mutans. b. Uji stabilitas formula tablet kunyah katekin gambir pada formula terbaik yang meliputi organoleptik, keseragaman bobot, keseragaman ukuran, kekerasan, friabilitas dan waktu hancur. Analisis Data Data dari hasil uji lebar daerah hambat dianalisis dengan menggunakan statistik dengan
5
metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan yaitu dengan konsentrasi 0% (sebagai kontrol negatif), 2%, 4%, 6% dan Povidone Iodine (sebagai kontrol positif), yang akan di ulang sebanyak 5 kali ulangan. Variabel yang diamati adalah besarnya lebar daerah hambat katekin gambir terhadap bakteri Streptococcus mutans (S mutans) pada media nutrient agar (NA) diukur dengan menggunakan jagka sorong. Jika pada hasil percobaan terjadi perbedaan maka dilakukan uji lanjut (Uji Duncan) untuk membandingkan daya antibakteri diantara masing-masing perlakuan. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Serbuk Katekin Gambir (Uncaria gambir Roxb) Serbuk kering katekin gambir yang digunakan sebagai bahan baku diperoleh dari Universitas Andalas Padang, Sumatera Barat yang diolah dari gambir dengan metode prepurifikasi.
Gambar 1. Serbuk Katekin Gambir Hasil dari uji organoleptik menunjukan bahwa serbuk katekin gambir memiliki tekstur yang halus dengan warna coklat, tidak berbau dan memiliki rasa yang pahit, hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 5. Penetapan Kadar Air Serbuk Katekin Gambir Kadar air ditentukan untuk memenuhi salah satu syarat bahan baku herbal (Depkes RI, 1995). Persyaratan kadar air serbuk katekin gambir dalam Materia Medika Edisi I (DepKes RI, 1977) adalah tidak lebih dari 10%. Adapun kadar air serbuk simplisia hasil dari 3 kali pengujian diperoleh yaitu 6,53, 6,37, dan 6,76 dengan rata-rata sebesar 6,55 %. dengan demikian kadar air serbuk simplisia yang digunakan sebagai bahan baku sudah memenuhi standar. Penetapan Serbuk Kadar Abu Penentuan kadar abu dalam serbuk katekin gambir dilakukan yaitu untuk mengetahui atau mengidentifikasi kadar zat anorganik dan mineral yang ada dalam serbuk katekin gambir. Persyaratan kadar abu serbuk katekin gambir dalam Farmakope Herbal (2008) adalah sebesar ≤5%, adapun kadar abu serbuk simplisia hasil 3 kali pengujian 1-3 diperoleh kadar berturut-turut 2,58, 3,16 dan 3,14 dengan rata-rata
2,96%, dengan demikian kadar abu serbuk simplisia yang digunakan sebagai bahan baku sudah memenuhi standar. Uji Fitokimia Katekin Gambir Analisis fitokimia dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya senyawa metabolit sekunder dalam suatu bahan alam, dalam penelitian ini dilakukan terhadap serbuk katekin gambir. Senyawa yang dianalisis meliputi alkaloid, saponin, tannin dan flavonoid. Hasil pengujian serbuk katekin gambir menunjukan bahwa pada uji flavonoid, saponin dan tannin hasilnya menunjukan reaksi positif yang artinya terdapat flavonoid, tannin, dan saponin, sedangkan pada hasil uji alkaloid hasilnya menunjukan reaksi negatif yang artinya tidak terdapat alkaloid pada sampel. Formulasi Tablet Kunyah Katekin Gambir Dibuat tiga macam formula tablet kunyah dengan variasi konsentrasi zat aktif (Serbuk Katekin Gambir) yang berbeda (2%, 4%, dan 6%), formulasi tablet kunyah dibuat dengan metode kempa langsung. Evaluasi Massa Cetak Evaluasi massa cetak tablet kunyah katekin gambir meliputi kadar air, sifat alir dan kompresibilitas massa cetak tablet kunyah. Evaluasi ini dilakukan untuk mempermudah proses pencetakan dan supaya dihasilkan tablet kunyah yang baik. Pengujian Kadar Air Massa Cetak Pengujian kadar air ini bertujuan untuk mengetahui kelembaban dari granul, karena kadar yang berlebihan dapat mempengaruhi laju alir granul pada saat pencetakan. Persyaratan kadar air granul dalam Voight (1995) adalah 2-5%. Hasil pengujian kadar air yang telah di lakukan, didapatkan kadar air pada formula 1 sebesar 2,58%, formula 2 sebesar 3,25%, dan pada formula 3 sebesar 3,44%. Dari hasil pengujian yang telah dilakukan menunjukan bahwa semua formula memiliki kadar air yang memenuhi standar yaitu antara 2-5%. Laju Alir Massa Cetak Laju alir merupakan salah satu hal yang penting dalam pembuatan tablet karena aliran granul akan mempengaruhi pada proses pencetakan tablet, granul yang baik adalah granul yang mudah mengalir, laju alir granul akan mempengaruhi keseragaman bobot tablet dan bobot tablet juga akan mempengaruhi dosis dari tiap tablet. Menurut Aulton (1988) granul yang mempunyai laju alir yang baik itu adalah yang memiliki laju alir antara 4-10 g/s dengan
6
karakteristiknya seperti itu disebut mudah mengalir. Hasil dari pengujian yang telah dilakukan di dapatkan laju alir dari ketiga formula 1-3 berturut-turut sebesar 5,95, 5,61, dan 5,49. Berdasarkan data tadi maka semua granul memiliki laju alir yang baik dan memenuhi syarat yang telah ditentukan. Kompresibilitas Massa Cetak Uji komprebilitas pada massa cetak tablet penting untuk dilakukan karena kompresibilitas massa cetak tablet akan menunjukan sifat bahan yang digunakan untuk membentuk massa cetak yang stabil dan kompak jika diberikan tekanan. Kompresibilitas juga akan mempengaruhi kekerasan tablet setelah dicetak. Hasil dari uji kompresibilitas yang telah dilakukan di dapatkan data kompresibilitas dari formula 1-3 berturut-turut 13,93, 13,29 dan 13,44. Hasil data tersebut menunjukan bahwa keempat formula tablet kunyah katekin gambir semuanya memenuhi syarat yaitu pada rentang antara 12-16% dengan karakteristik sangat baik menurut Aulton (1988) dengan formula 2 sebagai formula terbaik yang memiliki nilai kompresibilitas sebesar 13,29%. Evaluasi Sediaan Tablet Evaluasi sediaan tablet kunyah katekin gambir meliputi uji organoleptik, keseragaman bobot, keseragaman ukuran, kerkerasan, friabilitas dan waktu hancur tablet kunyah katekin gambir. Organoleptik Tablet Uji organoleptik tablet dilakukan untuk mengetahui karakteristik dari tablet kunyah yang dibuat dengan parameter yang diamati meliputi bentuk, warna, bau dan rasa dari tablet kunyah katekin gambir. Pengamatan dari bentuk tablet, semua tablet kunyah yang dibuat yaitu tablet memiliki bentuk bundar dan sedikit cembung pada kedua sisinya dengan permukaan mengkilap dan pada satu sisi tablet terdapat corak berbentuk oval dengan garis pada tengahnya. Pengamatan dari segi warna, semua tablet kunyah memiliki warna coklat muda dengan bintik-bintik coklat tua. Kemungkinan warna coklat dan bintik-bintiknya dipengaruhi oleh zat aktif katekin gambir karena tablet kunyah yang mempunyai warna coklat paling gelap dengan bintik-bintik paling banyak yaitu pada formula 3 dengan kadar katekin tertinggi sebesar 6% dan sebaliknya tablet kunyah yang memiliki warna coklat paling cerah dengan bintik paling sedikit yaitu pada formula 1 dengan kadar katekin terendah sebesar 2%.
Pengamatan dari segi rasa, semua tablet kunyah yang dibuat memiliki rasa pahit dan ada sedikit manisnya dari pengisi manitol dan laktosa, formula yang memiliki rasa paling pahit yaitu pada formula 3 dengan kadar katekin tertinggi sebesar 6% dan formula yang memiliki rasa paling tidak pahit yaitu pada formula 1 dengan kadar katekin terendah sebanyak 2%. Hal ini menunjukan bahwa rasa pahit kemungkinan besar disebabkan dari zat aktif katekin gambir. Pengamatan dari segi aroma, semua tablet kunyah katekin gambir memiliki aroma yang cukup baik dengan aroma khas stroberi yang berasal dari flavor stroberi yang digunakan. Penampilan tablet dapat dilihat pada Gambar 7.
(a)
(b)
(c)
Gambar 2. (a)Tablet Formula I (b)Tablet Formula II (c)Tablet Formula III Keseragaman Bobot Tablet Uji keseragaman bobot tablet dilakukan untuk mengetahui bobot sesuai ketentuan yang diinginkan. Adapun ketentuannya yaitu sesuai dengan persyaratan yang terdapat pada Farmakope Indonesi Edisi III (DepKes RI, 1979), dimana tidak boleh lebih dari 2 tablet yang mempunyai penyimpangan lebih dari 5% dari bobot rata-rata dan tidak ada 1 tablet yang melebihi 10% dari bobot rata-rata. Hasil penimbangan didapatkan bobot tablet yang bervariasi dengan bobot rata-rata pada formula 1 sebesar 253,95 pada formula 2 sebesar 251,9 dan pada formula 3 sebesar 252,45 dan setelah dilakukan perhitungan keseragaman bobot pada semua formula, tidak ada tablet yang bobotnya menyimpang dari 7,5% dan tidak ada tablet yang bobotnya menyimpang lebih dari 15% dari bobot rata-ratanya, sehingga semua formula memenuhi keseragaman bobot yang memenuhi syarat sesuai pada Farmakope Indonesia Edisi III (1979). Keseragaman Ukuran Tablet Literatur yang digunakan untuk uji keseragaman ukuran (diameter dan tebal) tablet yaitu sesuai dengan Farmakope Indonesia Edisi III (1979), diameter tablet tidak boleh kurang dari 1 1/3 kali tebal tablet dan tidak boleh lebih dari 3 kali tebal tablet. Keseragaman ukuran diameter dan tebal tablet diukur dengan menggunakan jangka
7
sorong. Berdasarkan hasil pengukuran, tidak ada satu tablet yang mempunyai diameter kurang dari 1 1/3 kali tebal tablet dan tidak ada satu tablet yang memiliki diameter lebih dari 3 kali tebal tablet, sehingga semua formula memenuhi persyaratan keseragaman ukuran sesuai dengan Farmakope Indonesia Edisi III (1979). Kekerasan Tablet Uji kekerasan tablet penting dilakukan karena tablet harus mempunyai kekerasan tertentu untuk dapat bertahan dari berbagai guncangan mekanik pada saat pembuatan, pengepakan dan pengangkutan. Selain itu kekerasan pada tablet kunyah juga merupakan persyaratan penting bagi konsumen agar tidak menyulitkan pada saat pemakaian yakni kekerasannya harus berada diantara 4-7 kp. Hasil pengujian yang telah dilakukan didapatkan didapatkan rata-rata kekerasan pada formula 1 sebesar 6,215, formula 2 sebesar 7,855 dan pada formula 3 sebesar 8,495 kp. Dari hasil pengamatan tersebut menunjukan bahwa tablet yang memenuhi persyaratan adalah formula 1 dengan kekerasan 6,215 kp dan berada dalam rentang persyaratan kekerasan tablet kunyah.
Pengujian Aktivitas Antibakteri Pengujian Lebar Daerah Hambat (LDH). Pengujian Lebar Daerah Hambat (LDH) sediaan tablet kunyah serbuk katekin gambir ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui aktivitas daya hambat sediaan tablet kunyah yang mengandung zat aktif katekin gambir yang diketahui memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri S.mutans. Pengujian aktivitas antibakteri sediaan tablet kunyah dilakukan dengan mengukur Lebar Daerah Hambat (LDH) terhadap 5 perlakuan yaitu formula 1,2,3, kontrol positif dan kontrol negatif (basis tablet) dengan 5 kali pengulangan. Hasil data pengujian kemudian dianalisis dengan analisis statistik dengan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL), dan di lanjutkan dengan uji Duncan untuk membandingkan daya antibakteri dari masingmasing perlakuan yang memiliki perbedaan konsentrasi. F1
F2
Friabilitas Tablet Uji friabilitas dilakukan untuk mengetahui ketahanan permukaan tablet terhadap goresan saat terjadi gesekan sewaktu pengemasan dan pengiriman. Dari hasil pengujian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa friabilitas dari semua formula yang dibuat memenuhi persaratan yaitu kurang dari 1%. Formula yang memiliki friabilitas paling baik yaitu pada formula 3 yang mempunyai kadar katekin paling tinggi yaitu 6%, sama seperti pengujian kekerasan, formula yang mempunyai kekerasan paling tinggi adalah pada formula 3 karena memiliki kadar katekin paling tinggi. Waktu Hancur Tablet Uji waktu hancur dilakukan bertujuan untuk mengetahui berapa lama waktu yang diperlukan sediaan tablet untuk melarut menjadi partikel yang lebih kecil yang selanjutnya akan lebih mudah larut dalam cairan tubuh untuk dapat diabsorbsi kedalam darah sehingga dapat menimbulkan efek farmakologis. Hasil dari pengujian waktu hancur tablet kunyah katekin gambir dinyatakan semua tablet kunyah memenuhi syarat yaitu kurang dari 15 menit sesuai dengan yang tertera pada Farmakope Indonesia edisi III (DepKes RI, 1979) waktu yang dibutuhkan sampai hancurnya tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet bersalut gula dan bersalut selaput.
Kontrol Kontrol +
F3
Gambar 3. Hasil Pengujian Lebar Daerah Hambat Tablet Kunyah Katekin Gambir Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan di dapatkan data LDH kontrol negative 0, formula 1-3 berturut-turut 0, 2,2, 4,2 dan kontrol positif 8,2. Hasil dari data dapat diketahui formula yang memiliki aktivitas paling baik yaitu pada formula 3 yang memiliki kadar katekin paling tinggi yaitu 6% yang menghasilkan zona hambat paling besar jika dibandingkan denga formula lainnya, adapun pada formula 2 yang mengandung katekin 4 % setelah di uji terhadap bakteri hasilnya terdapat zona hambat akan tetapi zonanya tidak lebih besar dari formula 6% dan pada formula 2 yang memiliki konsentrasi katekin 2% hasilnya setelah di uji terhadap bakteri tidak memiliki zona hambat, hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi kadar katekinnya maka akan semakin besar aktifitas anti bakterinya. Berdasarkan hasil data yang di dapatkan, di lakukan uji statistik untuk mengetahui pengaruh antar perlakuan perbedaan konsentrasi terhadap zona hambat yang ditimbulkan. Pada tabel anova dapat kita lihat data yang dihasilkan adalah p = 0,000 (<0,05 dan 0,01 ), hasil ini menunjukan bahwa perbedaan konsentrasi katekin gambir memberikan perbedaan terhadap zona hambat yang dihasilkan. Untuk mengetahui pengaruh perbedaan
8
konsentrasi terhadap zona hambat yang dihasilkan maka di lanjutkan dengan uji lanjut yaitu uji Duncan . Dari uji Duncan dapat diketahui bahwa perbedaan zona hambat yang dihasilkan dari perbedaan konsentrasinya yaitu, perlakuan konsentrasi 2% tidak berbeda nyata dengan kontrol negative, berbeda nyata dengan konsentrasi 4%, dan berbeda sangat nyata dengan konsentrasi 6% dan kontrol positif. Perlakuan konsentrasi 4% berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi 6% dan berbeda sangat nyata dengan perlakuan kontrol positif. Perlakuan konsentrasi 6% berbeda nyata dengan perlakuan kontrol positif. Perbedaan pengaruh dari perbedaan konsentrasi katekin terhadap zona yang timbul dapat dilihat pada histogram dibawah.
Gambar 4. Histogram Hasil Uji Duncan Dari hasil pengujian diatas dapat kita ketahui bahwa tablet yang paling efektif sebagai antibakteri Streptococcus mutans (S mutans) adalah formula 3 dengan konsentrasi kadar katekin paling tinggi yaitu 6%. Formula 3 selanjutnya di uji stabilitas selama 8 minggu yang di uji pada 2 tempat berbeda yaitu pada suhu kamar (<300C) dan pada suhu panas (400C). Uji Stabilitas Sediaan Tablet Kunyah Katekin Gambir Uji stabilitas sangat penting dilakukan pada saat pembuatan tablet kunyah untuk mengetahui kualitas suatu produk yang dihasilkan. Uji stabilitas kali ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari faktor suhu dan kelembaban lingkungan tempat penyimpanan tablet terhadap parameter–parameter stabilitas diantaranya organloleptik, keseragaman bobot, keseragaman ukuran, kekerasan, friabilitas, dan waktu hancur. Uji stabilitas ini dilakukan terhadap formula yang memiliki aktivitas hambat terhadap bakteri S.mutans yang paling baik yaitu pada formula 3 dengan kandungan katekin gambir 6%. Adapun pengujian ini dilakukan selama 8 minggu dengan tempat penyimpanan yang berbeda yaitu pada suhu ruangan (<300C) dan pada suhu panas
(400C) dengan parameter yang di evaluasi setiap 2 minggu sekali. Uji Stabilitas Organoleptik Hasil evaluasi pemeriksaan organoleptik tablet kunyah serbuk katekin gambir pada formula 3, untuk warna, bau dan rasa tidak mengalami perubahan baik tablet yang disimpan di dalam suhu kamar (<300c) ataupun tablet yang disimpan pada suhu panas (400C) selama 2 bulan, warna dari tablet tetap berwarna coklat dengan bintik-bintik dan bau tablet aromatik khas buah stoberi dengan aroma yang relative sama pada setiap pengamatannya dan rasanya pahit yang dipengaruhi oleh zat aktif katekin gambir. Hasil pengamatan selama 8 minggu hasil pengujian pada setiap 2 minggu menunjukan warna, rasa dan bau dari tablet kunyah sama sekali tidak berubah, dengan demikian hasil uji organoleptik dari dari tablet kunyah katekin gambir ini relative stabil setelah di uji stabilitas selama 8 minggu. Uji Stabilitas Keseragaman Bobot Hasil dari uji keseragaman bobot tablet kunyah katekin gambir dari formula 3, semua tablet dinyatakan stabil setelah di lakukan uji stabilitas. Kestabilan keseragaman bobot tablet kunyah ini dapat diukur setelah dilakukan penimbangan dan dibandingkan setiap 2 minggunya, setelah 2 bulan tablet kunyah ini tidak mengalami kenaikan ataupun penyusutan bobot. Uji Stabilitas Keseragaman Ukuran Hasil uji stabilitas keseragaman ukuran dari formula 3 diperoleh hasil yang relatif stabil karena dari hasil dari pengamatan pada formula 3 yang disimpan di suhu kamar dan di suhu 400C, diameter dan ketebalannya tidak mengalami perubahan setelah di uji selama 8 minggu. Kestabilan keseragaman ukuran dapat dilihat setelah diukur diameter dan tebalnya tablet hisap setiap 2 minggu sekali dan dilihat perbedaannya, hasilnya setelah dibandingkan dari setiap pengukuran setelah 8 minggu hasilnya tablet kunyah yang dibuat tidak mengalami pemekaran ataupun penyusutan. Uji Stabilitas Kekerasan Hasil uji kekerasan tablet kunyah pada formula 3 diperoleh hasil yang stabil dapat diketahui dari hasil pengukuran kekerasan tablet setiap 2 minggu selama 8 minggu. Tablet formula 3 yang dibuat relatif stabil dan tidak mengalami perubahan kekerasan baik tablet yang disimpan pada suhu kamar (270C) ataupun yang disimpan pada suhu panas (400C). Dari pengamatan data
9
dapat diketahui tablet hisap tidak mengalami kerapuhan ataupun peningkatan kekerasan. Uji Stabilitas Friabilitas Hasil dari uji stabilitas friabilitass tablet kunyah katekin gambir terhadap formula 3 diperoleh hasil yang stabil setelah dilakukan uji stabilitas selama 8 minggu yang disimpan pada suhu yang berbeda yaitu pada suhu kamar dan pada suhu panas. Pengamatan friabilita menunjukan tablet tidak mengalami perubahan friabilita sehingga dikatakan stabil. Uji Stabilitas Waktu Hancur Hasil dari pengujian waktu hancur pada tablet formula 3 diperoleh hasil yang relative stabil setelah di uji stabilitasnya dengan ditempatkan pada suhu kamar (<300C) dan suhu panas (400C) selama 8 minggu dan diperiksa setiap 2 minggu sekali. Hasil pengamatan dari data menunjukan ada sedikit perubahan pada waktu hancur dari tablet setiap pengujian setelah 2 minggu, akan tetapi perbedaannya ini sangat kecil sekali dan bisa dikatakan perbedaannya tidak bermakna dan waktu hancur tablet kunyah masih tetap relative stabil. Kesimpulan 1. Katekin gambir dapat dibuat sebagai sediaan tablet kunyah yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap S mutans. 2. Formula yang paling efektif pada bakteri S mutans dan memiliki stabilitas paling baik yaitu pada formula 3 dengan kadar katekin 6%. DAFTAR PUSTAKA Amos, I. Zainuddin, A. Triputranto, B. Rusmandana, dan S. Ngudiwaluyo. 2004. Teknologi Pasca Panen Gambir. BPPT Press, Jakarta. Amos. 2009. Gambir Sebagai Antibakteri Dalam Formulasi Obat Kumur. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol.11 No.3. Anief, M. 2007. Farmaseutika.Gadjah Mada University Press.Yogyakarta. Aulton, M.E. 1988. Pharmaceutics: The Sciense Of Dosage From Design. Churvill livingstone: Edinburgh. Hal: 247-312. Badan POM RI.2010.Acuan Sediaan Herbal Volume Kelima. Jakarta. Direktorat OAI. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1977. Materi Medika Indonesia. Jilid I. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. ___________________________________.1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta.
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. ___________________________________.1980. Materi Medika Indonesia. Jilid IV. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. ___________________________________. 1989. Materia Medika Indonesia Jilid V. Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta. Hal: 549-553. ___________________________________.1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Dharma, A.P. 1985.Tanaman Obat Tradisional Indonesia. Penerbit Balai Pustaka, Jakarta. Hana, N. 2010. Formulasi Tablet Hisap Ekstrak Etanol Gambir (Uncaria gambir Roxb) Dengan Variasi Konsentrasi Polyvinyl Pyrrolidone (PVP) Sebagai Pengikat dan Pengaruhnya Terhadap Kadar CD4 Dalam Darah. [Skripsi]. Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah. Jakarta Hasti, S., H. Muchtar., dan A. Bachtia. 2012. Uji aktivitas hepatoproteksi dan toksiksitas akut dari ekstrak gambir terstandarisasi. Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia 1 (1): 34-48. Kementrian Kesehatan RI. 2008. Farmakope Herbal Indonesia, Edisi 1, Dirjen Pelayanan Farmasi dan Alat Kesehatan, Jakarta. Larassaty, D. 2008. Uji Aktifitas Ekstrak Etanol Buah Adas dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Universitas Pakuan. Bogor. Pambayun, R. G, Mudijati. S, Slamet dan R.K, Kapti. 2008. Sensitivitas Bakteri Gram Positif Terhadap Katekin yang Diekstraksi Dari Gambir (Uncaria gambir). Agritech, Vol 28, No 4. Pertiwi, N. 2010. Uji Aktivitas Antibakteri dan mekanisme Penghambatan Ekstrak Air Campuran Daun (Piper betle L) Dan Kapur Sirih (Ca(OH)2) Terhadap Beberapa Bakteri Uji. Jurusan Farmasi, Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan, Universitas Negri Syarif Hidayatullah: Jakarta Putri, M.A.H. 2010. Uji Aktivitas Antibakteri (+)Katekin Gambir (Uncaria gambir Roxb.) Terhadap Beberapa Jenis Bakteri Gram Negatif dan Mekanismenya. [Skripsi]. Jakarta. Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah. Rauf, R dan S, Umar. 2012. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Gambir yang
10
Dipurifikasi Menggunakan Kromatografi Kolom Sephandex LH-20. Agritech, Vol 32, No 2. Siregar, C.J.P. 2008. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar-Dasar Praktis. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Voight, R. 1995. Buku pelajaran Teknologi Farmasi Edisi V. Terjemahan Noerono, S. Gajah Mada University Press. Yogyakarta