FORMULASI SEDIAAN MASKER GEL WAJAH YANG MENGANDUNG KATEKIN GAMBIR (Uncaria gambir (Hunter Roxb)) SEBAGAI ANTIOKSIDAN
1,2,3
Yunita Solihin1, Dwi Indriati 2, Bina Lohita Sari 3 Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pakuan
Abstrak Radikal bebas dapat berdampak buruk terhadap kulit, hal tersebut dapat diatasi dengan pemberian antioksidan, seperti vitamin A, C, E, dan flavonoid. Beberapa tanaman juga diketahui memiliki aktivitas antioksidan salah satunya gambir (Uncaria gambir (Hunter) Roxb). Penelitian ini bertujuan untuk membuat 6 formula sediaan masker gel wajah yang mengandung katekin gambir (Uncaria gambir (Hunter Roxb)) serta menentukan aktivitas antioksidan dengan metode DPPH dan mengetahui kestabilan sediaan masker gel yang disimpan pada suhu kamar (25⁰C - 30°C) dan suhu dipercepat (40°C) pada formula terbaik berdasarkan aktivitas antioksidan. Pada formula I (FI) sampai formula III (FIII) dan formula V (FV) sampai formula VI (FVI) dibuat sediaan masker gel dengan konsentrasi katekin gambir yang sama yaitu 3%, dengan perbedaan bahan tambahan natrium metabisulfit dan Butil Hidroksi Toluen (BHT) terdapat pada F I, F II, F III dan F V. Pada F VI mengandung natrium metabisulfit, Butil Hidroksi Toluen (BHT) dan vitamin C, sedangkan pada F IV mengandung bahan tambahan yang sama dengan F VI tanpa zat aktif katekin gambir. Hasil pengujian aktivitas antioksidan pada serbuk katekin gambir diperoleh nilai IC50 sebesar 1,1 g/mL (sangat aktif) dan dibuat sediaan masker gel yang mengandung katekin gambir dengan metode DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) menunjukkan bahwa nilai IC50 F I, F II, F III, F IV, F V, dan F VI berturut – turut adalah 3,21 µg/mL, 4,32 µg/mL, 2,337 µg/mL, 2,862 µg/mL, 4,05 µg/mL, 2,003 µg/mL. Maka hasil formula menunjukkan bahwa seluruh sediaan memiliki aktivitas antioksidan yang tergolong sangat aktif dan formula VI yang mengandung 3% katekin gambir dengan kombinasi natrium metabisulfit, BHT, dan vitamin C merupakan formula yang memiliki aktivitas antioksidan tertinggi serta relatif stabil pada suhu kamar namun tidak pada suhu dipercepat. Kata kunci : Katekin gambir, antioksidan, masker gel wajah Abstract Free radical can cause bad effect to the skin, it can overcome by antioxidant, such as vitamin A, C, E, and flavonoids. Some plants known has antioxidant activity one of gambir (Uncaria gambir (Hunter)Roxb). The research objectives were to make 6 formulations of face gel masks that contain Gambier catechins (Uncaria Gambier(Hunter Roxb)), to determine the antioxidant activities using the DPPH method, and determine the stability of the stocks of gel masks storedat the room temperature (25⁰C - 30°C) and accelerate the temperature (40°C) at the best formula based the antioxidant activities. formula I (FI) to formula III (FIII) and formula V (FV) to formula VI (FVI), mask gel stocks were made with the same concentration of Gambier catechinsi.e. 3%, with the differences in sodium additives of metabisulfite and Butyl hydroxyl toluene (BHT) which were added in FI, FII, FIII and FV. FVI contains metabisulfite sodium, Butyl Hydroxyl Toluene and vitamin C, while FIV contains the same additives as those in FVI but without the active substance of Gambier catechins. The test resulton the antioxidant activity of Gambier catechins powder obtainedan IC50 value of 1.1 g/mL (very active) and gel mask stocks containing Gambier catechins were made with DPPH method (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) and produced the IC50 values of FI, FII, FIII, FIV, FV, and FVI i.e. 3.21 mg/mL, 4.32 mg/mL, 2.337 mg/mL, 2.862 mg/mL, 4.05 mg/mL, and 2.003 mg/mL respectively. The results of the formulas indicate that all stocks have very active antioxidant activities and formula VI containing 3% Gambier catechins with a combination of metabisulfite sodium, BHT, and vitamin C is a formula that has the highest antioxidant activity and is relatively stable at the room temperature but not at the accelerated temperature. Keywords : Gambier catechins, antioxidant, face gel masks
2
PENDAHULUAN Kosmetik adalah bahan yang di aplikasikan secara topikal yang digunakan untuk menghilangkan kotoran kulit, mempertahankan komposisi cairan kulit, melindungi kulit dari paparan sinar ultraviolet, memperlambat timbulnya kerutan, memperbaiki penampilan, dan meningkatkan rasa percaya diri Pemeliharaan kulit wajah memerlukan perhatian yang khusus karena kulit wajah merupakan organ yang sensitif terhadap perlakuan dan rangsangan. Salah satu masalah saat ini yang berkaitan dengan kulit wajah yaitu penuaan dini. Antioksidan berfungsi untuk melindungi tubuh dari radikal bebas, baik secara endogen maupun eksogen. Bagian tubuh yang sering terpapar oleh radikal bebas secara eksogen adalah kulit, seperti sinar radiasi ultraviolet, dan asap rokok. Tingginya paparan radikal bebas pada kulit dapat menyebabkan stress pada kulit. Sters pada kulit ini, akan mengakibatkan penyakit kanker kulit dan penuaan dini (Barrel et al., 2001). Sediaan masker gel dengan berbagai macam basis yang ada dipasaran umumnya dikombinasi dengan bahan alam. Katekin merupakan komponen utama dari tanaman gambir yang bersifat sebagai antioksidan sangat kuat sehingga memiliki berbagai macam khasiat baik pemakaian secara peroral maupun topikal. Penelitian yang berkaitan dengan aktivitas ekstrak gambir telah banyak dilakukan diantaranya aktivitas antioksidan dan antibakteri dari turunan metil ekstrak etanol daun gambir (Kresnawaty dan Zainudin, 2009), sebagai antiseptik mulut (Lucida et al, 2013). Penggunaan katekin gambir sebagai kosmetik telah dilakukan uji diantaranya sebagai antiaging (Maurya dan Risvi, 2009), sebagai anti jerawat dengan daya hambat terbesar konsentrasi ekstrak etil asetat gambir 6% (Anggraini D., et al., 2013). Selain itu katekin gambir juga dapat mengurangi penguapan air pada kulit dengan konsentrasi gambir 3% (Bakhtiar, A., et al., 2011). Sebagian besar aktivitas ekstrak gambir diatas disebabkan oleh katekin yang terkandung di dalam gambir. METODE PENELITIAN Bahan Bahan-bahan yang digunakan terdiri dari isolat kering katekin gambir (Uncaria
gambir (Hunter) Roxb), minyak esensial kulit jeruk nipis, karbomer, trietanolamin, propil etilen glikol 6000, gliserin, etanol 96%, natrium metabisulfit, Na2EDTA, metil paraben, propil paraben, pereaksi Mayer (KI dan HgCl2), pereaksi Dragendorf (Bi(NO3) dalam HNO3 dan KI), pereaksi Bouchardat (asam asetat anhidrat dalam H2SO4 pekat), Aquadest Alat Neraca analitik, oven, ayakan mesh 30, batang pengaduk, thermometer, stopwatch, homogenizer (IKA RW® digital), plat tetes, tabung reaksi, pH meter (Hana Instrumen®), piknometer, viscometer Brookfield (DVIPrime®),Spektrofotometer UV-Vis (Optizen POP), dan alat-alat gelas yang biasa digunakan di laboratorium. Lingkup penelitian meliputi pengumpulan dan penyediaan bahan, uji fitokimia katekin gambir, formulasi sediaan masker gel, pembuatan masker gel, evaluasi sediaan masker gel, dan uji antioksidan sediaan masker gel, uji stabilitas sediaan masker gel. Pengumpulan Katekin gambir Katekin gambir diperoleh dari Universitas Andalas Padang, Sumatra Barat yang diolah dari gambir dengan metode prepurifikasi (Rahmawati dkk., 2012). Pembuatan Minyak Esensial Kulit Buah Jeruk Nipis Kulit buah jeruk nipis 20kg dibersihkan dari kotoran - kotoran dan dikupas untuk mendapatkan kulit buah jeruk nipis. Kulit buah jeruk nipis segar dipotongpotong dan dimasukan dalam alat destilasi dengan menambahkan air sebagai pelarut. Dilakukan penyulingan selama 6 jam sampai minyak tidak lagi menetes pada labu penampung. Minyak esensial hasil penyulingan dipindahkan ke dalam labu erlenmeyer dan ditambahkan Natrium Sulfat Anhidrat untuk menjernihkan dan menyerap air yang tersisa. Dihitung rendemen minyak esensial jeruk nipis yang didapatkan. Pengujian Fitokimia Katekin Gambir Uji fitokimia yang dilakukan meliputi identifikasi saponin, tanin, flavonoid dan alkaloid secara kualitatif a) Cara Identifikasi Flavonoid Beberapa tetes larutan asam asetat 10% ditambahkan kedalam beberapa bagian ekstrak. Endapan kuning menandakan adanya flavonoid. (Rajendral et al, 2011).
3
penangas air selama 2 menit, didinginkan b) Cara Identifikasi Saponin Dimasukan 0,5 gram ekstrak kedalam lalu disaring. Filtrat dibagi kedalam tiga tabung reaksi, ditambahkan 10 mL air panas, tabung reaksi. Tabung pertama ditambahkan didinginkan dan kemudian dikocok kuatpereaksi Mayer, tabung kedua ditambahkan kuat selama 10 detik. Jika terbentuk buih pereaksi Wagner dan tabung ketiga yang mantap tidak kurang dari 10 menit ditambahkan pereaksi Dragendorff. Hasil setinggi 1cm – 10cm pada penambahan 1 positif apabila terjadi endapan paling sedikit tetes HCl 2 N buih tidak hilang (Depkes RI, dua dari tiga percobaan diatas, maka positif 1989). (+) mengandung senyawa alkaloid, akan tetapi apabila endapan tersebut tidak c) Cara Identifikasi Tanin Sebanyak 0,5 gram ekstrak dididihkan muncul, maka sampel menunjukan hasil dalam 10 mL air dalam tabung reaksi, lalu negative (-) untuk senyawa alkaloid. difiltrat. Ditambahkan beberapa tetes FeCl3 Formulasi Sediaan Masker Gel 0,1%. Warna hijau kecoklatan atau birua) Formula hitam menandakan positif. Formula masker gel dibuat dengan basis sesuai dengan formula Standar d) Cara Identifikasi Alkaloid Sebanyak 0,5 gram ekstrak di timbang sediaan masker gel menurut Rustiani, dkk kemudian ditambahkan 1mL asam klorida 2 2013 N dan 9 mL air suling, dipanaskan di atas Formula sediaan masker gel (Sumber : Rustiani dkk, 2013) F1 F2 F3 F4 F5 F6 Komposisi Bahan (%) (%) (%) (%) (%) (%) Katekin Gambir Karbomer TEA PEG 6000 Gliserin Etanol 96% Metil Paraben Propil Paraben Minyak esensial kulit Jeruk Nipis (ml) Na2EDTA Natrium Metabisulfit BHT Vitamin C Aquadest add
3 0,75 1 10 10 20 0,03 0,01
3 0,75 1 10 10 20 0,03 0,01
3 0,75 1 10 10 20 0,03 0,01
0,75 1 10 10 20 0,03 0,01
3 0,75 1 10 10 20 0,03 0,01
3 0,75 1 10 10 20 0,03 0,01
2
2
2
2
2
2
0,05 0,1 100
0,05 0,1 100
0,05 0,1 0,1 100
0,05 0,1 0,1 3 100
0,05 0,2 0,1 100
0,05 0,2 0,1 3 100
b) Pembuatan Masker Gel Isolat Katekin Gambir Karbomer dikembangkan dengan akuades, tambahkan gliserin + TEA hingga mengembang (Campuran 1). Dilarutkan metil paraben dan propil paraben dalam etanol 96% (Campuran 2). Dimasukan natrium metabisulfit dan Na2EDTA yang dilarutkan dengan air. PEG 6000 dilarutkan dalam air dan dimasukan kedalam campuran. Dimasukkan minyak esensial jeruk nipis kedalam campuran. Katekin gambir dimasukan sedikit demi sedikit pada basis. Dihomogenkan dengan homogenizer dengan kecepatan 300 rpm selama 10
menit. Dilakukan evaluasi sediaan masker gel. Evaluasi sediaan Masker Gel Evaluasi Mutu masker gel dilakukan setelah sediaan terbentuk (minggu ke-0), evaluasi meliputi: 1. Uji Penampilan Fisik (Organoleptik) Uji penampilan Fisik (organoleptik) sediaan dengan melihat kehomogenan masker wajah, bau, dan warna sediaan selama penyimpanan. 2. pH Pengukuran pH dilakukan dengan cara electrode dicuci dan dibilas dengan air suling kemudian dilakukan kalibrasi pH
4
meter dengan menggunakan larutan dapar pH 4 kalium bifalat da pH 7 fosfat ekimolal, lalu ditentukan pH masker dari masingmasing formula. 3. Viskositas Sebanyak 2 gram sediaan masker gel ditempatkan pada Viskotester Brookfield, kemudian diatur spindle dan kecepatan yang akan digunakan, dan Viskotester Brookfield dijalankan, kemudian viskositas dari masker gel akan terbaca. 4. Pengujian Waktu Sediaan Mengering Pengujian waktu sediaan mengering dilakukan dengan mengamati waktu yang diperlukan sediaan untuk mengering, yaitu waktu dari saat mulai dioleskannya masker wajah gel pada kaca hingga benar-benar terbentuk lapisan yang kering (Vieira et al., 2009). Uji Aktivitas Antioksidan (Rusli, 2013) Persiapan Larutan 1mM DPPH Ditimbang tepat 39,432 mg serbuk DPPH, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml yang sudah dilapisi alumunium foil dan ditambahkan metanol hingga batas lalu dihomogenkan. Persiapan Larutan Blangko Dipipet sebanyak 1 ml larutan DPPH 1mM, ditambahkan metanol sampai 10 ml kemudian dihomogenkan. Larutan blangko diinkubasi pada suhu kamar selama 30 menit. Persiapan Larutan Standar Induk Vitamin C 100 ppm Di timbang tepat 50 mg vitamin C, dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml dan dilarutkan dengan metanol sampai batas sehingga didapatkan larutan vitamin C 1000 ppm. Dilakukan pengenceran untuk mendapatkan larutan induk vitamin C 100 ppm. Pengenceran dilakukan dengan cara memipet 5 ml larutan induk vitamin C 1000 ppm, dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml dan dilarutkan dengan metanol sampai tanda batas, sehingga didapatkan larutan induk vitamin C kedua dengan konsentrasi 100 ppm. Penetapan Panjang Gelombang Maksimum DPPH Dipipet sebanyak 1 ml larutan induk 100 ppm kemudian ditepatkan dengan metanol sampai tanda batas 10 ml lalu dihomogenkan. Ditambahkan 1 ml larutan DPPH 1 mM dan diinkubasi pada suhu kamar selama 30 menit. Kemudian diukur
serapannya pada panjang gelombang 700 – 780 nm. Panjang gelombang maksimum ditetapkan berdasarkan nilai serapan maksimum. Optimasi Waktu Inkubasi Dipipet sebanyak 1 ml larutan induk 100 ppm kemudian ditepatkan dengan metanol sampai tanda batas 10 ml lalu dihomogenkan. Ditambahkan 1 ml larutan DPPH 1mM, kemudian didiamkan selama waktu optimum pada suhu kamar. Serapan diukur pada panjang gelombang maksimum pada menit ke-0, 10, 20, 30, 40, 50, dan 60 sehingga didapat waktu serapan optimum yang stabil. Pembuatan Deret Larutan Vitamin C Sebagai Kontrol Positif Larutan deret vitamin C dibuat dalam beberapa konsentrasi, yaitu 0, 2, 4, 6, dan 8 ppm. Pembuatan larutan deret dapat dilihat pada Lampiran .Pada masing-masing labu ditambahkan 1 mL larutan DPPH 1 mM, lalu dihomogenkan dan didiamkan selama waktu optimum pada suhu kamar. Pembuatan Larutan Uji Ditimbang sediaan masker gel setara dengan 100 mg zat aktif. Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL yang telah dilapisi dengan alumunium foil dan dilarutkan dengan metanol sampai tanda batas, sehingga didapatkan larutan stok 1000 ppm. Diambil sebanyak 5 ml larutan uji 1000 ppm, dimasukan ke dalam labu ukur 50 ml dan dilarutkan dengan metanol sampai tanda batas, sehingga didapatkan larutan induk uji dengan konsentrasi 100 ppm. Larutan uji dibuat dalam beberapa konsentrasi. Pembuatan deret larutan uji dapat dilihat pada Lampiran 9. Pada masing-masing labu ditambahkan 1 mL larutan DPPH 1 mM lalu diencerkan menggunakan metanol dan dihomogenkan. Deret larutan uji didiamkan selama waktu optimum pada suhu kamar. Pengujian Antioksidan Dengan Metode DPPH Deret larutan uji, deret larutan kontrol positif, dan larutan blanko diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum yang telah ditentukan dengan spektrofotometer. Nilai persentase hambatan terhadap DPPH dihitung menggunakan rumus berikut:
5
% inhibisi =
absorbansi DPPH − (absorbansi sampel − absorbansi vitamin C) x 100 % absorbansi DPPH
Nilai IC50 (Inhibition Concentration sediaan ini dilakukan setiap 1 minggu 50) diperoleh dari perpotongan garis antara selama 4 minggu penyimpanan pada suhu 50% daya hambat dengan sumbu konsentrasi ruang (25o-30oC) dan pada suhu stabilita menggunakan persamaan linear (y = bx + a), dipercepat 40oC. Masker wajah gel dimana y = 50 dan x menunjukkan IC50. ditempatkan dan dikondisikan sesuai dengan suhu tersebut. Kemudian diamati secara Uji Stabilita Pada uji stabilitas dilakukan terhadap berkala pada minggu ke 0, 1, 2, 3, 4, dengan formula masker gel wajah terbaik, yaitu parameter dan metode yang sama seperti sediaan masker gel yang mempunyai nilai yang dilakukan pada evaluasi sediaan IC50 yang paling rendah. Uji stabilitas masker gel wajah. buah jeruk yang kuat. Rendemen minyak HASIL DAN PEMBAHASAN yang didapat adalah 0,13435%. Pengumpulan Bahan Katekin gambir didapatkan dari Uji Fitokimia Universitas Andalas. Gambir diperoleh dari Pengujian fitokimia dilakukan untuk kabupaten Siguntur, Sumatera Barat. mengetahui golongan senyawa yang Katekin gambir tersebut telah dimurnikan terkandung dalam katekin gambir. Hasil uji dengan metode prepurifikasi, untuk fitokimia ini menunjukkan katekin gambir menghilangkan pengotor yang ada pada memiliki kandungan kimia senyawa gambir, sumber masuknya pengotor metabolit sekunder pada katekin gambir, diantaranya pada tahap pemetikan daun, pengujian ini dilakukan meliputi pengujian perebusan, pengendapan dan pengeringan senyawa flavonoid, saponin, tanin dan (Rahmawati dkk., 2012). Serbuk katekin alkaloid. Berdasarkan hasil pengujian yang didapat berupa serbuk kering yang fitokimia menunjukkan bahwa katekin berwarna coklat muda dan tidak berbau. gambir tidak mengandung alkaloid karena katekin gambir telah mengalami proses Pembuatan Minyak Esensial kulit buah prepurifikasi yang secara tidak langsung jeruk nipis Minyak esensial diperoleh dengan telah menghilangkan kandungan metode destilasi uap air menggunakan kulit alkaloidnya. Pengujian golongan senyawa buah jeruk nipis sebanyak 20 kg. Minyak lain yaitu flavonoid, tanin, dan saponin, esensial yang diperoleh sebanyak 25,87 ml sampel menunjukkan hasil positif. Hasil uji berwarna kekuningan dengan aroma kulit fitokimia dapat dilihat pada Tabel 2 Tabel 2. Hasil Uji Fitokimia
.
Senyawa Golongan Alkaloid : Bouchardat Dragendorff Mayer Flavonoid Tanin Saponin
Hasil positif pada pengujian senyawa golongan flavonoid dapat menguatkan hasil pengujian pada penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa tanaman gambir dapat berperan sebagai antioksidan akibat adanya kandungan katekin yang merupakan salah satu senyawa golongan flavonoid (Bakhtiar, 2012). Pada pengujian tanin, hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna biru
Katekin Gambir + + +
Warna Tidak terjadi endapan Endapan kuning Biru - hitam Terbentuk buih
kehitaman serta terbentuknya endapan pada penambahan gelatin serta gelatin dan NaCl. Tanin akan mengendapkan protein pada gelatin, karena tanin dan gelatin membentuk kopolimer mantap yang tidak larut dalam air (Harborne, 1996). Pengujian saponin dilakukan dengan uji Forth, hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya busa pada saat pengocokan. Busa atau buih yang
6
terbentuk menunjukkan adanya glikosida pengujian organoleptik, pH, viskositas, dan yang mempunyai kemampuan membentuk pengujian waktu sediaan mengering. Hasil buih dalam air yang terhidrolisis menjadi evaluasi dapat dilihat pada Tabel 3. glukosa dan senyawa lainnya (Rusdi, 1990) Evaluasi sediaan masker gel Evaluasi sediaan masker gel dilakukan terhadap 6 formula sediaan yang terdiri dari Tabel 3. Hasil Uji Evaluasi Masker Gel Parameter Uji Organoleptik Warna Aroma Homogenitas pH Viskositas (Cp) Waktu mengering (menit)
Formula I
II
III
IV
V
VI
Cokelat Jeruk nipis Homogen 6,26 5513
Cokelat Jeruk nipis Homogen 6,32 5645
Cokelat Jeruk nipis Homogen 6,48 5549
Putih Jeruk nipis Homogen 4,80 4467
Cokelat Jeruk nipis Homogen 6,59 5547
Cokelat Jeruk nipis Homogen 5,64 5759
15
15
15
15
15
15
Hasil Pengamatan Organoleptik Hasil pengamatan organoleptis menunjukkan bahwa masker gel wajah pada formula I (FI), formula II (FII), formula III (FIII), formula V (FV) dan formula VI (FVI) menghasilkan sediaan yang berwarna coklat. Intensitas warna yang dihasilkan dari kelima formula dengan penambahan katekin gambir pada konsentrasi yang sama yaitu masing– masing 3%. Sedangkan hasil formula IV (FIV) menunjukkan bahwa tanpa penambahan katekin gambir berwarna putih. Sediaan masker gel ini memiliki aroma yang kuat dan sama tiap formula karena penambahan minyak esensial kulit buah jeruk nipis yang sama banyak yaitu 2 ml. Pada pengujian homogenitas dilakukan dengan mengoleskan sediaan pada kaca obyek lain. Berdasarkan hasil yang didapatkan dari pengujian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa semua formula sediaan masker gel homogen. Hasil pengujian pH Berdasarkan hasil pengamatan pH dilakukan menggunakan pH meter terhadap keenam formula, dimana hasil pH diperoleh nilai berkisar 4,80 – 6,59. Perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaan tingkat keasaman bahan aktif yang ditambahkan sebagai kombinasi formula seperti BHT, natrium metabisulfit, dan vitamin C. Semua formula memiliki pH yang sesuai dengan rentang pH kulit yaitu 4,5 – 7,0 (Wasiaatmadja, 1997) apabila terlalu basa dapat menyebabkan kulit kering dan bersisik, sedangkan jika terlalu asam dapat
menyebabkan iritasi pada kulit (Naibaho dkk., 2013). Hasil pengukuran viskositas Uji viskositas untuk tiap formula cukup baik. Pengujian viskositas dilakukan menggunakan Viscometer Brookfield dengan spindle 4 pada kecepatan putar 100 RPM. Pemilihan spindle dan kecepatan yang digunakan bedasarkan besarnya nilai viskositas yang dapat terukur. Viskositas sebagai suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir, semakin tinggi viskositas maka semakin besar tahanannya. Hasil pengukuran viskositas tersebut berdasarkan data yang didapat viskositas sediaan masker gel berada pada rentang 4467 – 5759 cP. Hasil uji waktu sediaan mengering Hasil pengujian waktu sediaan masker gel mengering membutuhkan waktu 15 menit. Maka hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa waktu kering dari semua formula masih berada pada rentang waktu kering dari produk masker yang ada dipasaran yaitu antara 10 -20 menit (Septiani, dkk 2011). Hasil pengujian Aktivitas Antioksidan sediaan masker gel Uji aktivitas antioksidan dilakukan pada sediaan masker gel, dengan menggunakan metode penangkapan radikal bebas DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil). Metode DPPH dipilih karena memerlukan sedikit sampel, sederhana mudah, cepat, dan peka untuk mengevaluasi aktivitas antioksidan dari senyawa bahan alam
7
(Hanani, Mun’im, & Sekarini, 2005). Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui besarnya aktivitas antioksidan pada masing – masing sediaan tersebut dalam meredam radikal bebas DPPH, yang dapat dilihat dari nilai IC50 yang diperoleh. Penentuan aktivitas antioksidan ini menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Pengujian secara kuantitatif ini dilakukan untuk mengetahui absorbansi DPPH yang tersisa setelah ditambahkan sampel. Dari hasil pengukuran panjang gelombang maksimal didapat pada panjang gelombang 517 nm dengan absorbansi sebesar 0,565. Penurunan absorbansi DPPH diukur terhadap absorbansi kontrol yaitu absorbansi DPPH dalam metanol p.a tanpa penambahan bahan uji. Kurva panjang maksimum dapat dilihat pada Lampiran 5. Pengujian juga dilakukan pada serbuk katekin gambir untuk menegtahui proses pembuatan terhadap aktivitas antioksidan. Sedangkan vitamin C digunakan sebagai pembanding karena vitamin C berfungsi sebagai antioksidan sekunder yaitu menangkap radikal bebas dan mencegah terjadinya reaksi berantai (Praptiwi, dkk. 2006). Nilai IC50 vitamin C diperoleh sebesar 2,41 g/ml. Kemudian pengujian dilakukan pada serbuk katekin
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SEDIAAN MASKER GEL
IC 50
6 4
gambir dan diperoleh nilai IC50 sebesar 1,1 g/ml. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui, bahwa serbuk katekin gambir memiliki potensi sebagai antioksidan yang sangat baik dan lebih baik dibandingkan antioksidan vitamin C. Sediaan masker gel dibuat 6 formula, hal ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kandungan didalam masker gel tersebut. Pada formula I (FI), formula II (FII), formula III (FIII), formula V (FV) dan formula VI (FVI) dibuat sediaan masker gel dengan konsentrasi katekin gambir yang sama yaitu 3%, dengan perbedaan bahan tambahan natrium metabisulfit dan Butil Hidroksi Toluen (BHT) terdapat pada F I, F II, F III dan F V. Pada F VI mengandung natrium metabisulfit, Butil Hidroksi Toluen (BHT) dan vitamin C, sedangkan pada F IV mengandung bahan tambahan yang sama dengan F VI tanpa zat aktif katekin gambir. Berdasarkan hasil pengujian, dapat disimpulkan bahwa nilai IC50 F I, F II, F III, F IV, F V, dan F VI berturut – turut adalah 3,21 µg/mL, 4,32 µg/mL, 2,337 µg/mL, 2,862 µg/mL, 4,05 µg/mL, 2,003 µg/mL. Hasil pengujian aktivitas antioksidan pada sediaan masker gel yang mengandung katekin gambir dapat dilihat pada gambar 5.
4,32 3,21
4,05 2,337
2,862
2,003
2 0
I
II
III
IV
V
VI
FORMULA
Gambar 5. Histogram Aktivitas Antioksidan Data tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat perubahan yang signifikan antara nilai IC50 yang dihitung dari serbuk katekin gambir dengan IC50 yang dihitung dari katekin gambir dalam sediaan masker gel. Besarnya konsentrasi sampel berbanding lurus dengan persen inhibisi DPPH, semakin tinggi konsentrasi maka semakin tinggi persen inhibisi, artinya semakin banyak pula
radikal DPPH yang dapat diikat oleh antioksidan. Parameter pengukuran antioksidan adalah nilai IC50 yaitu konsentrasi sampel yang mampu menangkap 50% radikal DPPH yang ditentukan melalui persamaan regresi linier. Semakin rendah nilai IC50 maka semakin tinggi aktivitas antioksidannya (Tarigan, dkk, 2008). Tabel antioksidan dapat dilihat pada tabel 5.
8
Tabel 5. Tingkat Keaktifan Aktivitas Antioksidan ( Yen, et al, 2001 ) IC50 (ppm) Tingkat Keaktifan < 50 Sangat aktif 50 – 100 Aktif 100 – 1000 Kurang aktif >1000 Tidak aktif Hasil uji aktivitas antioksidan menunjukkan bahwa seluruh sediaan memiliki aktifitas antioksidan yang tergolong sangat aktif, dimana nilai IC50 seluruh sediaan kurang dari 50 ppm. Pada F I memiliki nilai IC50 sebesar 3,21 µg/mL dengan kandungan utama katekin gambir dan banyak terdapat dalam spesies Uncaria. Yang selain mengandung flavonoid, juga katekin (sampai 51%), zat penyamak (2250%), serta sejumlah alkaloid (seperti gambir tannin dan turunan dihidro dan oksonya) (Anonim, 2011). Aktivitas antioksidan telah menemukan bahwa senyawa fenolik adalah salah satu antioksidan yang paling efektif. Total kandungan fenolik yang tinggi di gambir di sebabkan karena adanya katekin. Sifat antioksidan katekin yang di manifestasikan terutama oleh kemampuan mereka untuk menghambat dan mengikat radikal bebas (Tuti Anggraini, dkk, 2011). Penambahan natrium metabisulfit sebagai senyawa antioksidan ditentukan berdasarkan kemapuan indeks perubahan warna cokelat (Browning index). Konsentrasi natrium metabisulfit 15 dan 30 ppm menurunkan indeks perubahan warna pada Green coconuts water (GCW), (Tan, T.C, et all, 2015) Pada FII dengan IC50 sebesar 4,32 µg/mL ditambahkan BHT yang merupakan suatu antioksidan golongan fenolik (Wageeh A, et all, 2012)
Gambar 6. Struktur BHT gugus Tertbutyl Pada F III memiliki nilai IC50 2,337 µg/mL dengan kandungan natrium metabisulfit dan BHT sebagai pelindung antioksidan pada katekin memiliki aktivitas antioksidan lebih baik dibandingkan FI dan FII karena kemampuan antioksidan bertambah dari dua senyawa sehingga aktivitas antioksidan lebih aktif.
Pada F IV memiliki nilai IC50 2,862 µg/mL dengan penambahan vitamin C tanpa menggunakan zat aktif katekin gambir, hal ini disebabkan efektivitas vitamin C memliki suatu oxygen, superoksida hidroksil, radikal peroksil larut dalam air dan asam hipoklorit. Hal ini dilaporkan juga menjadi sumber elektron dan oleh sebab itu dapat menyumbangkan elektron radikal bebas seperti hidroksil dan super oksida radikal dan memuaskan aktivitas mereka. Vitamn C merupakan kofaktor penting yang terlibat dalam banyak fungsi biokimia dan bertindak sebagai donor elektron atau reduktor (Adikwu dan Deo, 2013).
Gambar 8. Struktur umum vitamin C Pada F V dengan nilai IC50 4,05 µg/mL kenaikan konsentrasi natrium metabisulfit tidak membuat efektivitas antioksidan meningkat karena bila dibandingkan dengan F III yang nilai IC50 nya lebih kuat. Pada F VI dengan nilai IC50 2,003 µg/mL hal ini menunjukkan bahwa nilai konsentrasinya lebih aktif dibandngkan FI sampai dengan FV dengan penambahan natrium metabisufit dua kali dosis menjadi 0,2%, BHT dan vitamin C yang mampu melindungi katekin sebagai antioksidan terbaik. Aktivitas antioksidan sediaan masker gel yang paling kuat dari ke-6 formula adalah pada formula VI dengan aktivitas antioksidan sediaan masker gel yang mengandung katekin gambir dengan kombinasi natrium metabisulfit, BHT, dan vitamin C lebih rendah dibandingkan dengan formula lainnya. Hal ini disebabkan oleh bahan yang dikombinasikan pada formula VI dapat mempengaruhi tingkat keaktifan antioksidannya.
9
dilakukan setiap 1 minggu selama 4 minggu Uji Stabilita Pengujian stabilita masker gel penyimpana pada suhu ruang (25°C - 30°C) merupakan parameter yang penting dalam dan suhu dipercepat (40°). Parameter yang suatu produk masker gel. Tingkat kestabilan diperhatikan dalam uji stabilita adalah uji sediaan gel menunjukkan daya tahan suatu penampilan fisik (Organoleptik), uji pH, uji produk masker gel terhadap kondisi tertentu viskositas, uji waktu Sediaan Mengering dan dan dalam waktu rentang tertentu. Uji aktivitas antioksidan. stabilita dilakukan terhadap formula masker Hasil Pengamatan Organoleptik gel yang memiliki antioksidan yang Hasil pengamatan organoleptik pada tertinggi. Formula yang memiliki aktivitas formula VI dengan dua kondisi antioksidan tertinggi berdasarkan pengujian penyimpanan yaitu pada suhu kamar (25⁰Csebelumnya adalah formula VI kombinasi 30⁰C) dan suhu dipercepat (40⁰) dapat katekin gambir dengan natrium metabisulfit, dilihat pada tabel 6. Butil Hidroksi Toluen (BHT), dan vitamin C dengan nilai IC50 2,003 µg/ml. Pengujian Tabel 6. Hasil pengamatan organoleptik Minggu ke0 1 2 3 4
Suhu Penyimpanan Suhu kamar (25°C - 30°C) Suhu dipercepat (40°C) Warna Aroma Homogen Warna Aroma Homogen Aroma cokelat Homogen cokelat Aroma kuat Homogen kuat Aroma Cokelat Tidak cokelat Homogen Aroma kuat kuat kehitaman Homogen Aroma Cokelat Tidak cokelat Homogen Aroma kuat kuat kehitaman Homogen Aroma Cokelat Aroma Tidak cokelat Homogen kuat kehitaman sedang Homogen Aroma Cokelat Aroma Tidak cokelat Homogen kuat kehitaman sedang Homogen
pH
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa warna sediaan masker gel pada suhu kamar relatif stabil selama 4 minggu penyimpanan, namun hasil sediaan masker gel pada suhu dipercepat terjadi perubahan warna menjadi cokelat kehitaman dan terjadi pemisahan sediaan gel pada minggu ke-1 sampai minggu ke- 4. Hal ini disebabkan
teroksidasinya sediaan pada suhu dipercepat (40⁰). Hasil Pengujian pH Hasil pengujian pH sediaan masker gel wajah dari minggu ke- 0 sampai minggu ke4 pada suhu kamar (25⁰C - 30⁰C) dan suhu dipercepat(40⁰C).
Pengujian pH
5,8 5,6 5,4 5,2 5 4,8 4,6 4,4
0
1
2
Suhu kamar Suhu dipercepat
3
4 Waktu penyimpanan (minggu)
Gambar 9. Grafik Hasil Pengujian pH
10
Viskositas (Cp)
Berdasarkan hasil pengujian sediaan masker gel wajah formula VI, pada penyimpanan suhu kamar dan suhu panas mengalami penurunan selama 4 minggu. Hal ini disebabkan sediaan bersifat asam (Lucida et al., 2007) selain itu juga karena dari sifat zat aktif yang mudah terokisadasi namun masih dalam ambang normal dan tidak mengalami penurunan secara cepat. Nilai pH yang diperoleh formula VI pada penyimpanan suhu kamar berkisar antara 5,64 - 5,14 dan pada suhu dipercepat berkisar antara 5,64 - 4,93. Sediaan formula VI memiliki pH yang sesuai dengan rentang
pH kulit yaitu 4,5 – 7,0 (Wasiaatmadja, 1997), sehingga pH formula VI memenuhi syarat pada penyimpanan pada suhu kamar dan suhu dipercepat. Apabila terlalu basa dapat menyebabkan kulit kering dan bersisik, sedangkan jika terlalu asam dapat menyebabkan iritasi pada kulit (Naibaho dkk., 2013). Hasil pengukuran viskositas Hasil pengukuran viskositas sediaan masker gel wajah dari minggu ke- 0 sampai minggu ke- 4 pada suhu kamar (25⁰C 30⁰C) dan suhu dipercepat (40⁰C).
Pengujian viskositas
7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0
0
1
2
3
4
Suhu kamar Suhu dipercepat
waktu penyimpanan (minggu)
Gambar 10. Grafik Hasil Pengujian Viskositas
IC50 ( ppm)
Berdasarkan hasil pengukuran viskositas sediaan masker gel wajah dari minggu ke- 0 sampai minggu ke-4, pada suhu kamar memiliki nilai viskositas berkisar 5759 – 3197, pada suhu dipercepat berkisar 5759 – 2375. Hasil pengamatan viskositas selama 4 minggu, masker gel wajah mengalami penurunan viskositas baik pada penyimpanan suhu kamar maupun suhu dipercepat. Hal ini bisa disebabkan karena terjadinya faktor suhu, semakin tinggi suhunya maka nilai viskositasnya semakin turun. Selain itu waktu penyimpanan 8 6 4 2 0
berpengaruh terhadap viskositas, semakin lama waktu penyimpanan, maka semakin menurun pula viskositas sediaan. Penurunan ini terjadi karena semakin lama waktu penyimpanan, maka semakin lama juga sediaan terpengaruh oleh lingkungan, misalnya udara (Septiani, dkk 2011) . Uji Aktivitas Antioksidan Hasil pengujian aktivitas antioksidan sediaan masker gel dilakukan dengan menggunakan metode DPPH setiap 1 minggu selama 4 minggu penyimpanan pada suhu kamar dan suhu dipercepat.
Pengujian Aktivitas Antioksidan
0
1
2
Suhu kamar Suhu dipercepat
3
4
waktu penyimpanan (minggu)
Gambar 11. Grafik Hasil Pengujian Aktivitas Antioksidan
11
Hasil pengujian aktivitas antioksidan sediaan masker gel wajah pada uji stabilitas sediaan 4 minggu mengalami penurunan yang ditandai dengan meningkatnya nilai inhibitory concentration 50 (IC50) dari minggu ke- 0 sampai minggu ke- 4 berturut – turut pada suhu kamar adalah 2,003 µg/mL, 2,4593 µg/mL, 2,5277 µg/mL, 2,6275 µg/mL, 2,7664 µg/mL dan suhu dipercepat adalah 2,003 µg/mL, 4,0988 µg/mL, 5,7473 µg/mL, 5,9363 µg/mL, 6,3463 µg/mL. Hal ini dapat disebabkan oleh pengaruh waktu dan suhu penyimpanan, namun tingkat keaktifan aktivitas antiokidan masih tergolong sangat aktif yaitu < 50 ppm (Yen, et al., 2001). Kesimpulan Berdasarkan hasil pada penelitian ini, kesimpulan yang dapat diambil sebagai berikut : 1. Aktivitas antioksidan seluruh formula berkisar antara 4,32 µg/mL sampai dengan 2,003 µg/mL dan termasuk golongan antioksidan yang sangat kuat. 2. Formula VI memiliki aktivitas antioksidan terbaik yang mengandung 3% katekin gambir. 3. Formula VI stabil pada suhu kamar (25⁰C - 30⁰C) selama penyimpanan. Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lagi untuk mengetahui aktivitas antioksidan dengan kadar katekin gambir kurang dari 3 % sehingga mengurangi intensitas warna coklat. 2. Perlu dilakukan penelitian penambahan antioksidan yang optimal untuk melindungi katekin gambir. DAFTAR PUSTAKA Adikwu Elias, Deo Oputiri. 2013. Hepatoprotective Effect of Vitamin C (Ascorbic Acid). Journal University College of Health Technology Nigeria. Anggraini, D., Rahmawati, N. dan Hafsah, S. 2013. Formulasi gel antijerawat dari ekstrak etil asetat gambir. Jurnal penelitian farmasi Indonesia. 1 (2); 6266 Anggraini Tuty, Tai Akihiro, Yoshino Tomoyuki & Itani Tomio. 2011. Antioxidative Activity and Cathecin Content of four Kindsof Uncaria gambir Extracts from West Sumatra, Indonesia. African Journal of
Biochemistry Research Vol. 5 (1), 3338 Anonim. 2011. Catechin. http://en.wikipedia.org/wiki/Catechin. Diakses tanggal 28 November 2015 Bakhtiar, A., Rahmawati, N., Putra.,P.D., Isolasi katekin dari gambir (Uncaria gambir (Hunter). Roxb) untuk sediaan farmasi dan kosmetik. Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia, 2012 Vol. 1(1): 6-10 Barrel, A. O., M. Paye, dan H. I. Maibach. 2009. Handbook of Cosmetic Science and Technology. Thrid Edition. New York:Informa Healthcare USA, Inc. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Materi Medika Indonesia. Jilid V. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan; 1989. Hal.137-9. Hanani, E., Mun’im, A. & Sekarini, R. (2005). Identifikasi senyawa antioksidan dalam spons Callyspongia sp. dari Kepulauan Seribu. Majalah Ilmu Kefarmasian. ISSN : 1693-9883. Vol. II. No.3 : 127. Harborne, J., 1996. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Cetakan Kedua. Penerjemah: Padmawinata, K. dan I. Soediro. Bandung. Penerbit: ITB Kresnawaty, I. Dan Zainudin, A. 2009. Aktivitas antioksidan dan antibakteri dari derivat metil ekstrak etanol daun gambir (Uncaria gambir), Jurnal Littri, 15(4): 145-151 Lucida, H., Bakhtiar, A. dan Putri, A.W. 2007. Formulasi Sediaan Antiseptic Mulut dan Katekin Gambir, Padang: Universitas Andalas Maurya, PK., Rizvi, S. 2009. Protective Role of gambier catechins on Erythrocytes Subjected to Oxidative Stress During Human Aging, Departemen of Biochemistry Universitas of Allahabad, India Naibaho, O. H., P. V. Y. Yamlean., dan W. Wiyona. 2013. Pengaruh Basis Salep Terhadap Formulasi Sediaan Salep Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum sanctum L.) Pada Kulit Punggung Kelinci Yang Dibuat Infeksi Staphylococcus aureus. Jurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT.
12
Praptiwi, Dewi, P, & Harapini, M. (2006). Nilai peroksida dan aktivitas anti radikal bebas diphenyl picril hydrazil hydrate (DPPH) ekstrak methanol Knema Laurina. Majalah Farmasi Indonesia. 17(1): 32-36. (Online). (11 Juli 2012, 13:34). Rahmawati, N., A. Bakhtiar,. D. P. Putri., 2012. Isolasi Katekin Dari Gambir (Uncaria gambir (Hunter) Roxb.) Untuk Sediaan Farmasi dan Kosmetik. Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia. 1: 6-10 Rajendra CE., Magadum, G.S., Nadaf, M.A., Yashoda, S.V., Manjula M., 2011. Phytochemical Screening of The Rhizoma of Kaemferia galanga. International Journal of Pharmacognosy and Phytochemical Research : 3(3): 61-63. Rusdi. 1990. Tetumbuhan Sebagai Sumber Bahan Obat. Padang: Pusat Penelitian Universitas Andalas Rustiani, E., Almasyhuri., Ningtyas, P.S., Fiebrilia, D., 2013. Pemanfaatan Herba Kemangi (Ocimum basilicum L.) Sebagai Antioksidan Dalam Sediaan Tablet dan Masker Gel. Jurnal Ilmiah Farmasi Fitofarmaka. Universitas Pakuan. Bogor Septiani, S., Wathoni, N., Mita, S.R., 2011. Formulasi Sediaan Masker Gel Antioksidan Dari Ekstrak Etanol Biji Melinjo (Gnetun gnemon Linn). Jurnal Farmasi Universitas Padjajaran. Bandung. Tan, T. C., Cheng, L. H., Bhat, R., Rusul, G. And Easa, A. M. 2015. Effectiveness of Ascorbic Acid and Sodium Metabisulfite as Anti-browning Agent and Antioxidant on Green Coconut Water (Cocos nucifera) Subjected to Elevated Thermal Processing. Journal International Food Research. University Sains Malaysia. Tarigan, J., Zuhra, C. F., & Sitohang, H. (2008). Skrining fitokimia tumbuhan yang digunakan oleh pedagang jamu gendong untuk merawat kulit wajah di kecamatan Medan Baru. Jurnal Biologi Sumatera. ISSN : 1907 – 5537. Vieira, R.P. 2009. Physical and Physicochemical Stability Evaluation of Cosmetic Formulations Containing Soybean Extract Fermented by
Bifidobacterium animalis. Brazilian Journal of Pharmaceutical Sciences. 45(3): 515-525. Wasiaatmadja, S. M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press): Jakarta. Waggeh A. Yehye, Noorsaadah Abdul Rahman, Abeer A. Alhadi, Hamid Khaledi, Seik Weng Ng and Azhar Ariffin. 2012. Butylated Hydroxytoluen Analogs: Synthesis and Evaluation of Their Multipotent Antioxidant Activities. Journal University of Malaya, Kuala Lumpur. Yen. G.C., and H. Y. Chen. 2001. Antioksidan Activity of Carius Tea Extract In Relation To Their Antimutangeneticity. Journal of Agricultural and Food Chemistry. 2732