Intensitas Cahaya terhadap Bibit Gambir
PENGARUH INTENSITAS CAHAYA TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT GAMBIR (Uncaria gambir Roxb) (The Effect of Light Intensity on The Growth of Gambia (Uncaria Gambir Roxb)) Istino Ferita, Nasrez Akhir, Hamda Fauza, dan Ermi Syofyanti Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Andalas, Padang Kampus UNAND Limau Manis, Padang 25163
ABSTRACT The experiment about the effect of light intensity on the growth of gambir (Uncaria gambir Roxb) was conducted at Kelurahan Kapalo Koto, Kecamatan Pauh Padang, from October 2006 to January 2007. The objective of this experiment was to get the best light intensity on the growth of gambir. Experimental units were arranged in a Completely Randomised Design (CRD) with four treatments and three replicates. Data were analyzed with F test, and multiple comparison was performed with Duncan’s New Multiple Range Test (DNMRT) at 5% level. Treatments were : 100% light intensity, 75% light intensity, 50% light intensity, and 25% light intensity. Results showed that all light intensities had similar effects on the growth of gambier. Key words : Light intensity, gambir
PENDAHULUAN
T
anaman gambir (Uncaria gambir Roxb.) adalah komoditas perkebunan yang prospektif untuk dikembangkan, khususnya bagi Sumatera Barat. Getah dari pucuk dan ranting muda tanaman gambir kaya akan senyawa-senyawa kimia berupa katekin, tanin, kuersetin, fluoresin, lendir, lemak dan lilin yang dibutuhkan dalam industri-industri farmasi, industri kosmetik, industri batik, industri cat, industri penyamak kulit, bio pestisida, hormon pertumbuhan, pigmen dan sebagai campuran bahan pelengkap makanan (Nazir, 2000). Indonesia pengekspor gambir utama dunia, yaitu memasok kebutuhan gambir dunia hingga mencapai 90 %. Lebih dari 75 % dari gambir yang ada di Indonesia diusahakan oleh petani Sumatera Barat. Sebagai gambaran produksi gambir asal Sumatera Barat tahun 2003 sebanyak 12.436 ton dan tahun 2004 meningkat menjadi 13.561 ton. Tujuan ekspornya antara lain Singapura, India, Banglades, Malaysia, Korea, Jepang dan beberapa negara Eropa (Badan Pusat Statistik, 2004). Saat ini ada tiga tipe gambir yang ditanam di lahan petani, tipe Udang, Cubadak dan Riau. Ketiga tipe tersebut dalam budidayanya sering tercampur (Fauza, 2005).
ISSN 1979-0228
Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan tanaman gambir ini adalah produktifitas yang masih rendah. Produktifitas gambir rakyat baru berkisar antara 300 – 400 kg/ha, padahal potensi hasilnya dapat mencapai 2100 kg/ha gambir kering (Denian et al., 2004). Faktor penyebab rendahnya produktivitas tersebut adalah teknik budidaya yang masih bersifat tradisional. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memperbaiki teknik budidaya. Aspek budidaya yang penting dan perlu mendapat perhatian antara lain adalah bibit. Bibit yang baik akan menghasilkan tanaman yang berkualitas dan produksi tinggi. Untuk itu perlu dilakukan penyediaan bibit yang berkualitas baik, melalui penanganan yang serius sebelum dipindahkan ke lapangan. Keberhasilan tanaman gambir pada pembibitan sangat dipengaruhi oleh faktor pembatas pertumbuhan bibit. Intensitas cahaya yang terlalu tinggi atau terlalu rendah merupakan salah satu yang menjadi faktor pembatas pertumbuhan bibit. Menurut Purnomo (2001) intensitas cahaya dapat mempengaruhi pertumbuhan vegetatif, terutama bentuk dan ukuran (panjang, lebar, luas dan ketebalan) daun. Untuk mendapatkan bibit dengan pertumbuhan dan perkembangan yang optimal perlu diusahakan adanya
249
Jerami Volume 2 No. 2, Mei - Agustus 2009
intensitas cahaya yang sesuai dengan kebutuhan. Salah satu cara untuk mendapatkannya adalah dengan mengatur naungan, sehingga intensitas cahaya yang diterima oleh bibit akan optimal, sehingga dapat mendukung petumbuhannya. Pengaturan naungan menurut Faisal (1984) dimaksudkan untuk mengatur persentase penerimaan cahaya sesuai kebutuhan pertumbuhan tanaman. Pemberian naungan selain dapat mengurangi intensitas radiasi surya juga dapat mempengaruhi unsur iklim yang sesuai bagi pertumbuhannya. Penelitian Herdian (1994), menunjukkan bahwa intensitas cahaya yang terbaik untuk pertumbuhan bibit kayu manis adalah sekitar 40%. Sedangkan intensitas cahaya yang terbaik untuk pertumbuhan bibit kelapa sawit bermata dua adalah 50% (Sulaiman, 1997). Ismal (1984) menyatakan bahwa cahaya merupakan salah satu faktor iklim yang perlu mendapat perhatian serius, karena merupakan komponen utama dalam menghasilkan bahan untuk proses pertumbuhan dan hasil tanaman. Yuswita (1995) intensitas cahaya merupakan jumlah total cahaya yang diterima oleh tanaman. Intensitas cahaya sangat berkorelasi dengan laju fotosintesis tanaman budidaya. Tanaman suka cahaya jika diberi intensitas cahaya yang tinggi atau rendah akan menunjukkan perbedaan dan karakteristis fotosintesis tertentu. Intensitas cahaya yang terlalu tinggi dapat menjadi faktor perusak karena pengaruh tidak langsung yang berhubungan dengan peningkatan suhu udara (Sadjad, 1983). Tingginya intensitas cahaya yang diterima tanaman yang toleran naungan, maka akan mengakibatkan air tanaman menjadi berkurang. Pada daun juga terjadi defisit air yang diikuti oleh penutupan stomata akibatnya laju fotosintesis menjadi berkurang sedangkan pengeluaran air (transpirasi) menjadi tinggi. Kekurangan air pada tanaman karena transpirasi yang tinggi mengakibatkan pertumbuhan batang menjadi kerdil (Bjorkman, 1968 cit Amris, 1988). Jumin (2002) menambahkan bahwa pada intensitas cahaya yang rendah akan menyebabkan berkurangnya proses transpirasi dibandingkan dengan proses fotosintesis sehingga tanaman lebih tinggi, namun pada intensitas cahaya yang sangat rendah akan menurunkan laju fotosintesis sampai pada taraf yang cukup besar. Menurunnya laju
250
fotosintesis akan mengganggu kegiatan metabolisme dan proses-proses fisiologi lainnya pada tanaman yang akhirnya akan menurunkan laju pertumbuhan tanaman. Untuk mendapatkan intensitas matahari yang baik maka tanaman dapat diberikan naungan. Pada daerah tropis naungan berfungsi untuk mengurangi kehilangan air tanah, memelihara kelembaban, mencegah tanaman dari kerusakan yang disebabkan salah satunya oleh hama dan penyakit. Selain itu naungan juga dapat mempengaruhi iklim mikro di sekitar tanaman. Adanya naungan menyebabkan suhu tanah dan suhu udara menjadi turun, sedangkan kelembaban udara dan tanah akan meningkat (Faisal et al., 1993). Efisiensi penggunaan energi matahari sangat penting dalam menentukan hasil tanaman, dengan adanya naungan maka akan mengakibatkan perubahan pada tahap-tahap proses fotosintesis sebagai adaptasi jumlah cahaya yang tersedia (Siahaan, 1989). Jenis naungan yang dapat mengurangi intensitas cahaya matahari salah satunya adalah paranet. Paranet terbuat dari bahan polietilen dan dibuat dengan dianyam. Beberapa jenis paranet yang diperdagangkan untuk naungan antara lain 25%, 50%, dan 75%. Angka tersebut menunjukkan persentase intensitas cahaya matahari yang dapat ditahan. Hal yang menentukan besar kecilnya angka tersebut adalah kerapatan masing-masing anyaman pada paranet. Semakin besar angkanya semakin rapat anyamannya (Widyastuti, 1994). Hasil penelitian Faisal (1984) menyatakan pertumbuhan bibit tanaman lada yang baik pada tingkat naungan 50 % diikuti oleh tingkat naungan 25 %. Percobaan ini bertujuan untuk mendapatkan intensitas cahaya yang terbaik bagi pertumbuhan bibit gambir sebelum dipindahkan ke lapangan..
BAHAN DAN METODE Percobaan ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai bulan Januari 2007 di Kelurahan Kapalo Koto Kecamatan Pauh Padang. Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah bibit gambir berumur dua bulan, tanah ultisol, pupuk kotoran sapi, Curater 3G, Dithane M-45, dan pupuk buatan NPK. Alat-alat yang digunakan adalah paranet (75%, 50%, 25%), polybag ukuran 15 cm x 30
ISSN 1979-0228
Intensitas Cahaya terhadap Bibit Gambir
cm, thermometer, hygrometer, timbangan, leaf Area Meter, jangka sorong, cangkul, paku, palu, ember, meteran, handsprayer, tiang standar, gergaji, pisau, label, alat-alat tulis dan lain-lain. Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan tiga ulangan, seluruhnya terdiri dari dua belas satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari dua belas bibit dan lima diantaranya adalah sampel, Data hasil pengamatan dianalisis dengan sidik ragam, dan dilanjutkan dengan Duncan’s New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf nyata 5 %. Perlakuan yang diberikan pada percobaan ini adalah : Intensitas cahaya 100 % (tanpa naungan), intensitas cahaya 75 %, intensitas cahaya 50 %, dan intensitas cahaya 25 %. Variable pengamatan adalah : tinggi bibit, jumlah daun, lebar helaian daun terlebar, panjang daun terpanjang, panjang akar tunggang ,dan jumlah akar lateral.
HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Bibit dan Jumlah Daun Tinggi bibit dan jumlah daun tanaman gambir akibat intensitas cahaya yang berbeda dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1. Tinggi bibit dan jumlah daun gambir umur 16 minggu dengan beberapa intensitas cahaya Intensitas cahaya 50 % 25 % 75 % 100 % KK
Lebar helaian daun terlebar (cm) 18,57 24,97 27,47 24,42 28,01%
Panjang daun terpanjang (cm) 9,73 23,99 19,47 17,33 35,77%
Angka-angka pada lajur yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata pada taraf nyata 5 % menurut DNMRT
Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa pengaturan beberapa intensitas cahaya memberikan pengaruh yang relatif sama terhadap tinggi bibit dan jumlah daun tanaman gambir. Hal ini disebabkan karena daya adaptasi gambir terhadap pengaturan intensitas cahaya cukup baik sehingga respon fisiologi terhadap intensitas cahaya yang diterima sama, oleh karena itu berapa pun intensitas cahaya yang diterima akan memberikan pengaruh yang sama terhadap pertumbuhan tinggi bibit.
ISSN 1979-0228
Tidak berbedanya pengaruh beberapa intensitas cahaya terhadap tinggi bibit gambir, juga disebabkan karena tanaman gambir merupakan tanaman tahunan dan merupakan pohon perdu yang pertumbuhan vegetatifnya lambat yang tidak cenderung memacu tinggi tanaman walaupun diberi intensitas cahaya rendah maupun intensitas cahaya tinggi. Menurut Gardner et al. (1991) batang tersusun dari ruas yang merentang di antara buku-buku batang tempat melekatnya daun. Untuk pertumbuhan tinggi batang terjadi di dalam meristem interkalar (meristem yang terdapat di antara jaringan yang terdiferensisasi) dari ruas. Ruas memanjang sebagai akibat meningkatnya jumlah sel dan meluasnya sel, dan pembelahan sel terjadi pada dasar ruas ( interkalar) bukan pada meristem ujung. Suseno (1981) menyatakan bahwa pertumbuhan tinggi bibit dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor genetik. Faktor lingkungan yang kurang optimal akan mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman. Intensitas cahaya merupakan salah satu faktor lingkungan, secara tidak langsung memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tinggi bibit. Jumlah daun berhubungan dengan pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah buku yang dihasilkan. Ini sesuai dengan pendapat Harjadi (1984) bahwa daun yang muncul berada pada bagian buku batang tanaman, dengan demikian semakin banyak buku pada batang tanaman akan semakin bertambah banyak pula jumlah daun. Besar kecilnya intensitas cahaya yang masuk ke permukaan tanaman akan mempengaruhi panjang pendeknya ruas yang terbentuk. Intensitas cahaya yang tinggi menyebabkan pembentukan ruas akan lebih pendek dibandingkan dengan pemberian intensitas cahaya rendah. Dengan demikian terlihat bahwa jumlah daun yang terbentuk pada setiap buku menunjukkan hasil yang berbeda tidak nyata seiring dengan tinggi bibit yang juga berbeda tidak nyata. Menurut Gardner et al. (1991), jumlah dan ukuran daun dipengaruhi oleh genotipe dan lingkungan. Goldsworthy dan Fisher (1996), menyatakan jumlah daun yang dihasilkan adalah akibat morfogenesis, tiap-tiap buku pada batang pokok dan cabang membawa sebuah daun. Pada suhu tinggi waktu yang dibutuhkan daun dari mulai tampak sampai ukuran penuh adalah kurang lebih dua minggu. Periode ini menjadi lebih lama bila
251
Jerami Volume 2 No. 2, Mei - Agustus 2009
suhunya lebih rendah. Ukuran dan jumlah daun yang membentuk kuncup, sebelum membuka sangat bervariasi menurut jenisnya. Sementara masih dalam kuncup, daun mulai mengambil bentuk khas jenisnya. Lebar Helaian Daun Terlebar Dan Panjang Daun Terpanjang Hasil pengamatan terhadap lebar helaian daun terlebar dan panjang daun terpanjang dapat dilihat pada Tabel 3, Tabel 2. Lebar helaian daun terlebar dan panjang daun terpanjang bibit gambir pada umur 16 minggu dengan beberapa intensitas cahaya. Lebar helaian Panjang daun Intensitas daun terpanjang cahaya terlebar (cm) (cm) 50 % 25 % 75 % 100 %
7,16 a 6,74 a 6,37 a b 4,84 b
KK
13,23%
18,81 a 17,57 a 16,57 a 11,45 b
13,49%
Angka-angka pada lajur yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata pada taraf nyata 5 % menurut DNMRT
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa bibit yang ditanam pada intensitas cahaya rendah mempunyai daun yang lebih lebar dan lebih panjang dari pada bibit yang ditanam pada intensitas cahaya 100 % (tanpa naungan). Intensitas cahaya sangat mempengaruhi tanaman dalam meningkatkan pembukaan helaian daun dan pemanjangan tangkai daun. Menurut Salisbury dan Ross (1995), dan Kasim (2003), tumbuhan yang tumbuh dibawah intensitas cahaya rendah mempunyai daun yang lebih lebar dan panjang, karena jumlah selnya beberapa kali lebih banyak dibandingkan dengan daun yang tumbuh pada intensitas cahaya penuh. Wujud tanaman yang kekurangan cahaya ini dihubungkan dengan pengaruh cahaya terhadap penyebaran auksin. Pada intensitas cahaya yang rendah auksin terbentuk lebih banyak. Auksin mempunyai peranan dalam memacu pembesaran sel pada tanaman. Auksin akan bekerja secara sinergis dengan giberelin (Gardner et al., 1991). Perluasan daun sangat jelas dikendalikan oleh hormon gibbrelin (Goldsworthy dan Fisher, 1996). Intensitas cahaya yang terlalu tinggi dapat menjadi faktor perusak karena pengaruh tidak langsung yang berhubungan dengan
252
peningkatan suhu udara (Sadjad, 1983). Menurut Jumin (2002) suhu yang rendah pada permulaan vegetatif akan menyebabkan panjangnya fase vegetatif tersebut, sehingga kesempatan untuk mempertinggi batang dan pertambahan ukuran daun semakin besar. Panjang Akar Tunggang Dan Jumlah Akar Lateral Hasil pengamatan terhadap panjang akar tunggang dan jumlah akar lateral pada beberapa intensitas cahaya disajikan pada Tebl 4. Tabel 3. Panjang akar tunggang dan jumlah akar lateral bibit gambir pada umur 16 minggu dengan beberapa intensitas cahaya. Panjang akar Jumlah akar Intensitas tunggang lateral cahaya (cm) (buah) 50 % 25 % 75 % 100 %
22,90 31,13 16,87 14,33
8,33 11,33 8,00 9,67
KK
45,53%
48,82%
Angka-angka pada lajur yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata pada taraf nyata 5 % menurut DNMRT
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa berbagai intensitas cahaya memberikan pengaruh yang sama terhadap peningkatan panjang akar tunggang dan jumlah akar lateral pada bibit gambir. Akar tumbuh ke bawah dan batang tumbuh ke atas sebagai responnya terhadap gravitasi. Akar tidak selamanya tumbuh memanjang untuk mencapai unsur hara yang dibutuhkannya untuk pertumbuhan. Sebab jika pertumbuhan bagian atasnya berjalan dengan baik maka pertumbuhan akar juga akan terjadi dengan baik untuk keseimbangan bibit. Jika pertumbuhan bagian atas baik, maka jumlah hasil fotosintesis yang ditranslokasikan keseluruh bagian tubuh termasuk akar juga meningkat. Perakaran tanaman sangat dipegaruhi oleh keadaan tanah dan keadaaan air tanah. Ketersediaan air tanah ini berhubungan dengan naungan dan intensitas cahaya sampai ke permukaan tajuk tanaman dan tanah. Intensitas cahaya yang tinggi akan meningkatkan suhu tanah sehingga kehilangan air melalui evapotranspirasi menjadi semakin tinggi, sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan akar (Harjadi, 1984).
ISSN 1979-0228
Intensitas Cahaya terhadap Bibit Gambir
Wahid (1981) menyatakan bahwa intensitas cahaya yang rendah, akan menyebabkan suhu rendah, kelembaban tinggi dan laju penguapan yang rendah, sehingga keadaan air tanah dapat dipertahankan serta dapat mempengaruhi perkembangan akar. Apabila keadaan air tanah berkurang disekitar perakaran tanaman, maka akar akan cenderung untuk memanjang mencari air ke arah lapisan tanah yang lebih dalam, dengan semakin panjangnya akar tunggang ini terbentuk akan mendorong terbentuknya cabang-cabang dari akar utama. Peningkatan pertumbuhan akar di bawah kondisi cekaman, penting dalam mencari persediaan air baru bagi suatu tanaman. Perbedaan dalamnya perakaran menggambarkan perbedaan dalam laju perpanjangan dan perkembangan akar yang dipengaruhi oleh kondisi air tanah. Laju perpanjangan akar akan lebih cepat pada kondisi tanah kekurangan air (Goldsworthy dan Fisher, 1996).
KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil perobaan yang telah dilaksanakan maka dapat dirumuskan kesimpulan bahwa pengaturan persentase intensitas cahaya 100% (tanpa naungan), 75%, 50% dan 25% terhadap pertumbuhan bibit gambir memberikan pertumbuhan yang relatif sama, dan pada intensitas cahaya 50% dan 25 % dapat meningkatkan lebar helaian daun terlebar pada bibit gambir. .
DAFTAR PUSTAKA Amris.
1988. Pengaruh tingkat naungan terhadap pertumbuhan bibit kopi robusta (Coffea canephora Pierre ex Froehner). [Tesis]. Padang. Fakultas Pertanian Universitas Andalas. 98 hal.
Badan Pusat Statistik. 2004. Sumatera Barat dalam angka. Padang. 79 hal. Denian, A. , S. Taher, A. Ruhnayat, dan Yudarfis. 2004. Status teknologi produksi tanaman gambir. Seminar Sehari Ekspose Teknologi Gambir Kayumanis dan Atsiri. Solok. 29 hal.
ISSN 1979-0228
Faisal, A. 1984. Pengaruh naungan, mulsa dan pupuk terhadap pertumbuhan lada (Piper ningrum L.) var. Bulok Belatung. [Tesis]. Bogor. Pasca Sarjana. IPB. 118 hal. Faisal, A. , M. Ridwan, 1. Dwipa dan N. Syam. 1993. Pengaruh intensitas naungan dan zat pengatur tumbuh terhadap pertumbuhan vanili. Hasil Penelitian OPK. Padang. Universitas Andalas. 47 hal. Fauza, H. 2005. Gambir (Uncaria gambir (Hunter) Roxb.) Dalam : Baihaki, A. Hasanuddin., Elfis, P. Hidayat., A. Sugianto, dan Z. Syarief (Eds.). Kondisi beberapa plasma nutfah komoditi pertanian penting dewasa ini. PPS Unpad – KNPN Litbang Deptan. Hal 167 -186. Gardner, F. P. , R. B. Pearce dan R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi tanaman budidaya. Susilo, H., penerjemah. Yakarta. Universitas Indonesia (UI – Press). 428 hal. Goldsworthy, P. R dan N. M. Fisher. 1996. Fisiologi tanaman budidaya tropik. Tohari., penerjemah; Soedharoedjian, penyunting. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press. 874 hal. Harjadi, S. S. 1984. Pengantar agronomi. Jakarta. Gramedia. 197 hal. Herdian. 1994. Pengaruh naungan terhadap pertumbuhan bibit kayu manis (Cinnamomum burmanii B1.) dalam kantong plastik. [Tesis]. Padang. Fakultas Pertanian Universitas Andalas. 59 hal. Ismal, G. 1984. Ekologi tumbuhan dan tanaman pertanian. Bandung. Angkasa Raya. 191 hal. Jumin, H. B. 2002. Agroekologi: suatu pendekatan fisiologis. Jakarta. Rajawali Press. 179 hal. Kasim, M. 2003. Budiadaya tanaman pegagan (Centella asiatica L.) di sela tanaman kelapa sawit yang berguna sebagai cover crop dan bahan baku obat. Laporan Penelitian Tahun I Hibah Bersaing Perguruan Tinggi. Proyek Pengkajian dan Ilmu Pengetahuan Terapan. Fakultas Pertanian. Padang. Universitas Andalas. 38 hal.
253
Jerami Volume 2 No. 2, Mei - Agustus 2009
Nazir, N. 2000. Gambir Budidaya pengolahan dan prospek diversifikasinya. Padang. Yayasan Hutanku. 139 hal. Nurhayati. 1984. Pengaruh intensitas dan saat pemberian naungan terhadap hasil ubi jalar (Ipomea batatas (L) Lam.). [Tesis]. Bogor. Fakultas Pertanian. IPB. 69 hal. Prawiranata, W. S., Harran dan P. Tjondronegoro. 1988. Dasar-dasar fisiologi tumbuhan I. Bogor. Departemen Botani Fakultas Pertanian IPB. 75 hal. Purnomo. H. 2001. Budidaya salak pondoh. Semarang. CV Aneka Ilmu. 74 hal. Riandany, E. 2005. Pengaruh pemberian beberapa konsentrasi pupuk cair TNF (Trace Nutrient Fertilizer) terhadap pertumbuhan bibit kakao (Theobhroma cacao L). [Skripsi]. Padang. Fakultas Pertanian Universitas Andalas. Sadjad, S. 1983. Empat belas tanaman perkebunan untuk agroindustri. Jakarta. Balai Pustaka. 182 hal. Salisbury, F. B dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi tumbuhan. Jilid 3. Lukman, D. R dan Sumaryono., Bandung. ITB. 343 hal.
penerjemah.
naungan terhadap pertumbuhan bibit kopi robusta (Coffea canephora Pierre ex Frouhnerr). [Tesis]. Bogor. Fakultas Pertanian IPB. 63 hal. Sulaiman. 1997. Pengaruh intensitas cahaya terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis quineensis Jacq.) bermata dua di pembibitan awal. [Skripsi]. Padang. Fakultas Pertanian Universitas Andalas. 61 hal. Suseno, H. 1981. Fisiologi tumbuhan metabolisme dasar dan beberapa aspeknya. Departemen Botani Fakultas Pertanian IPB. Bogor. 277 hal. Wahid, P. 1981. Fisiologi tumbuhan metabolisme dasar dan beberapa aspeknya. Departemen Botani Fakultas Pertanian IPB. Bogor. Widyastuti, Y. E. 1994. Green house rumah untuk tanaman. Jakarta. Penebar Swadaya. 91 hal. Yuswita. 1995. Keragaman dan hasil tanaman jahe muda (Zingiber officinale Rose.) pada berbagai intensitas cahaya. [Tesis]. Padang. Fakultas Pertanian Universitas Andalas. 67 hal.
Siahaan, H. 1989. Pengaruh pemupukan Nitrogen, Phospor dan intensitas ------------------------------oo0oo------------------------------
254
ISSN 1979-0228