FORMULASI GRANUL EFERVESEN EKSTRAK BIJI ALPUKAT DAN DAUN SALAM DENGAN PERBEDAAN KONSENTRASI ASAM DAN BASA 1.2.3
Vevi Helpida1, Erni Rustiani2, Mira Miranti3 Program Studi Farmasi, FMIPA, Universitas Pakuan Bogor
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan formula granul efervesen ekstrak biji alpukat dan daun salam yang memiliki kombinasi asam dan basa terbaik sehingga dapat memberikan sensasi yang menyegarkan. Tanin dan flavonoid yang terkandung berkhasiat sebagai antioksidan alami yang dapat untuk mengontrol dan menurunkan kadar glukosa darah serta menstimulasi seksresi insulin sehingga menghambat absobsi glukosa. Formula yang digunakan dengan komposisi asam sitrat, asam tartrat dan natrium bikarbonat adalah F1 (0,57g:1,68g:3,75g), F2 (1,71g:1,68g:2,62g) dan F3 (2,28g:1,68g:2,1g). Pengujian stabilita dilakukan untuk formula 3, menunjukkan penyimpanan suhu stabilita sejuk lebih dapat menjaga kualitas sediaan obat dibanding suhu kamar dan suhu dipercepat. Kadar tanin suhu stabilita dipercepat, suhu kamar, dan suhu sejuk berturut – turut 1,3376 mg/g , 1,3460 mg/g , 1,3592 mg/g. Kadar flavonoid pada suhu stabilita sejuk 0,1531 %, suhu kamar 0,1523 % dan dipercepat 0,1519 %. Kata kunci : Biji alpukat, daun salam, granul efervesen, tanin, flavonoid. ABSTRACT This research aims to develop effervescent granule formula avocado seed extract and bay leaf that has the best combination of acids and bases that can provide a refreshing sensation. Tannins and flavonoids contained efficacious as a natural antioxidant that can control and lower blood glucose levels and stimulates insulin seksresi thereby inhibiting glucose absobsi. The formula used by the composition of citric acid, tartaric acid and sodium bicarbonate are the F1 (0,57g: 1,68g: 3.75 G), F2 (1,71g: 1,68g: 2,62g) and F3 (2,28g: 1,68g: 2,1g). Stabilita testing performed to formula 3, showing more cool stabilita temperature storage can maintain the quality of drug dosage than room temperature and accelerated temperature. Tannin levels stabilita accelerated temperature, room temperature, and cool temperatures succession - were 1.3376 mg / g, 1.3460 mg / g, 1.3592 mg / g. Flavonoid levels at temperatures cool stabilita 0.1531%, 0.1523% room temperature and accelerated 0.1519%. Keywords: avocado seeds, bay leaves, effervescent granules, tannins, flavonoids. PENDAHULUAN Biji alpukat (Persea Americana Mill) yang hanya dianggap sebagai ampas, limbah atau bagian yang kurang berguna karena biji dari tanaman alpukat ini memiliki rasa yang pahit. Biji alpukat memiliki kandungan tanin sebagai antioksidan alami. Antioksidan
alami dapat mengontrol kadar glukosa darah melalui mekanisme perbaikan fungsi pankreas dalam memproduksi insulin (Widowati, 2008), dan Kandungan tanin biji alpukat mempunyai kemampuan sebagai astringen (Imroatossalihah, 2002), yaitu dapat mempresipitasikan protein selaput
2
lendir usus dan membentuk suatu lapisan yang melindungi usus, sehingga menghambat penyerapan glukosa sehingga laju peningkatan glukosa darah tidak terlalu tinggi (Suryawinoto, 2005). Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya, diketahui bahwa ekstrak biji alpukat dengan dosis 30 g/L yang diambil dari 150 ml dan diberikan kepada kelinci menunjukkan efek yang paling baik dalam menurunkan kadar glukosa pada kelinci (Koffi et al, 2009). Pemberian infusa biji alpukat (Persea americana Mill) 0,315 g/kg BB dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus wistar yang diberi beban glukosa 6,75 g/kg BB (Anggraeni, 2006). Pemberian air seduhan serbuk biji alpukat menurunkan kadar glukosa darah tikus wistar yang diberi beban glukosa (Monica, 2006). Pemberian ekstrak biji alpukat (Persea americana Mill) dengan dosis optimal 1200 mg/kg BB yaitu menurunkan sampai kadar rata rata 134,8±27,2 mg/dL (Ebrilianti et al, 2013) Selain biji alpukat, yang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi obat antidiabetes yaitu, daun salam (Syzygium polyanthum (wight) Walp) yang biasanya hanya digunakan sebagai bumbu masak dapat berguna sebagai untuk menurunkan gula darah, dengan dosis 1,36 mg/kg BB ekstrak air daun salam dilaporkan mempunyai efek penurunan kadar gula darah pada tikus yang diinduksi dengan glukosa sebesar 5,582% (Musyrifah dkk., 2012). Ekstrak etanol daun salam dengan dosis 312,5mg/kg BB dapat menurunkan kadar glukosa darah pada tikus galur wistar yang di induksi aloksan (Lutfiana, 2013). Ekstrak daun salam dengan dosis 2,62 mg/20 g BB dapat menurunkan kadar glukosa darah pada mencit yang diinduksi aloksan (Studiawan dan Santosa., 2005).
Kandungan kimia yang terdapat dalam daun salam adalah minyak atsiri (0,05%) yang mengandung sitral dan eugenol, tanin, dan flavonoid. Flavonoid inilah yang diduga sebagai agen antidiabetes, dengan cara menstimulasi sekresi insulin dan menghambat absorbansi glukosa sehingga laju glukosa darah tidak terlalu tinggi (Jack, 2012). Kandungan kadar senyawa tanin dan flavonoid dari tumbuhan ini memiliki kemampuan antioksidatifnya yang cukup tinggi sebagai pengobatan diabetes, sehingga menjadi suatu pertimbangan peneliti untuk menggabungkan dua jenis bahan alam tersebut. Granul efervesen dipilih sebagai alternatif mengingat sediaan obat ini memiliki beberapa keuntungan, dapat menutupi rasa pahit pada biji alpukat dan rasa sepat pada daun salam karena dapat memberikan sensasi yang menyegarkan dan efek mengigit dilidah sehingga memiliki rasa yang lebih nikmat. Menurut Ansel (1989), formulasi standar resmi garam efervesen adalah asam sitrat 19%, asam tartrat 28%, dan natrium bikarbonat 53%. Formulasi sediaan granul efervesen ekstrak etil asetat buah sirsak menghasilkan granul yang kurang stabil secara fisika dan kimia selama penyimpanan 8 minggu dengan formula komposisi natrium bikarbonat 1,5 gram (Wathi, 2014). Kombinasi asam sitrat dan asam tartrat dapat mempercepat waktu pelepasan CO2 dibandingkan kombinasi asam sitrat dan asam malat serta asam malat dan asam tartrat (Setiawan, 2013). Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan evaluasi mengenai formulasi granul efervesen dengan perbedaan konsentrasi asam dan basa sehingga didapat perbandingan yang tepat dan baik.
3
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret - Mei 2016 bertempat di Laboratorium Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pakuan. Pengumpulan Bahan Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian adalah biji alpukat yang diperoleh dari penjual jus di daerah Depok, daun salam segar yang diperoleh dari salah satu pasar yang berada di Bogor, sukralosa, natrium bikarbonat, asam sitrat, asam tartrat, dan laktosa. Pembuatan Serbuk Simplisia Biji alpukat dan daun salam dibersihkan dari pengotor yang menempel kemudian dicuci bersih, biji alpukat di potong membujur dan dikeringkan dengan oven sampai kering pada suhu 60ºC, setelah kering digiling dan diayak dengan ayakan mesh 30. Pembuatan Ekstrak Biji Alpukat dan Daun Salam Sebanyak 30 gram serbuk simplisia biji alpukat dimasukkan kedalam bejana yang berisi 1 L air kemudian dipanaskan diatas kompor sampai mendidih selama kurang lebih 45 menit atau sampai volume air 0,25 L, lalu disaring untuk kemudian filtratnya dipisahkan (perlakuan pertama), residu yang didapat kemudian ditambahkan lagi air sebanyak 1 L dan diperlakukan sama seperti perlakuan pertama sampai 4 kali perlakuan, maka didapatlah volume filtrat sebanyal 1 L dengan dosis 30 g/L (Koffi, et al., 2009). Filtrat kemudian dibuat ekstrak kering dengan Vaccum dry sehingga didapat ekstrak kering. Sebanyak 50 gram serbuk simplisia daun salam dimasukkan ke dalam panci
dengan air 200 ml, dipanaskan di atas tangas air selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai 900C sambil sesekali diaduk atau sampai akuades tersisa setengah bagian. Diserkai selagi panas melalui kain batis dimasukkan kedalam labu (perlakuan pertama), residu daun salam ditambah lagi dengan 200 ml akuades dilakukan sama seperti perlakuan awal, maka di dapatlah volume filtrat (Musyrifah dkk., 2012). Filtrat cair yang diperoleh dipekatkan dengan vaccum dry sehingga didapatkan ekstrak kering. Uji Fitokimia 1. Uji Flavonoid Sebanyak 0,5 g ekstrak ditambah 100 ml air panas kemudian dididihkan selama 5 menit, disaring sehingga diperoleh filtrat yang digunakan sebagai larutan percobaan. 5 ml larutan percobaan ditambahkan serbuk Mg dan 1 mL HCl pekat. Selanjutnya ditambahkan amil alkohol dikocok dengan kuat dan dibiarkan memisah. Terbentuknya warna merah, kuning atau jingga dalam larutan amil alkohol menunjukkan adanya senyawa golongan flavonoid (DepKes, 1995). 2. Uji Alkaloid Sebanyak ± 0,5 g ekstrak biji alpukat dan daun salam masing-masing ditambah dengan 1 mL HCl 2 N, dan 9 ml air suling, kemudian dipanaskan selama 2 menit, dinginkan dan disaring (Filtrat). Filtrat sebanyak 1 mL ditambahkan dengan 2 tetes pereaksi Bouchardat, reaksi positif ditandai dengan terbentuknya endapan berwarna coklat sampai hitam. Filtrat sebanyak 1 mL ditambah dengan 2 tetes pereaksi Dragendorff, reaksi positif ditandai dengan terbentuknya warna merah atau jingga.
4
Filtrat sebanyak 1 mL ditambahkan dengan 2 tetes larutan pereaksi Mayer, reaksi positif ditandai dengan terbentuknya endapan menggumpal berwarna putih atau kuning (DepKes, 1995). 3. Uji Saponin Sebanyak 0,5 gram ekstrak kering masing – masing simplisia dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 10 mL air panas, didinginkan dan kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 detik. Reaksi positif jika terbentuk buih yang mantap selama tidak kurang dari 10 menit, setinggi 1 cm sampai 10 cm. Pada penambahan 1 tetes asam klorida 2 N buih tidak hilang (DepKes RI, 1995). 4.Uji Tanin Dilarutkan sebanyak 0,2 gram masing - masing ekstrak kering simplisia dalam 5 ml air suling panas dan diaduk, setelah dingin disentrifugasi dan bagian cairan didekantisir dan diberi larutan natrium klorida 10% kemudian saring. Filtrat sebanyak masing-masing 1 mL dikerjakan sebagai berikut : a. Ditambahkan 3 ml larutan gelatin 10% dan diperhatikan adanya endapan. b. Ditambahkan 3 ml larutan FeCl 3% dan diperhatikan terjadi perubahan warna menjadi hijau coklat atau biru hitam. c. Ditambahkan 3 ml larutan NaCl gelatin (larutan gelatin 1% dalam larutan NaCl 10% dan di perhatikan adanya endapan. (Fransworth, 1996). Penetapan Kadar Tanin Total Penentuan Panjang Gelombang Maksimal Asam Galat Dipipet sebanyak 2 mL larutan standar asam galat 25 ppm dan
ditambahkan 6 mL besi (III) amonium disulfat, diaduk selama 20 menit, ditambahkan 6 mL kalium besi (III) sianida dan diaduk selama 20 menit. Akua demineralisata ditambahkan sampai 50 mL kemudiaan dihomogenkan. Serapan di ukur pada panjang gelombang 600-800 nm (Mustikasari, 2012). Penentuan Waktu Inkubasi Optimum Asam Galat Dipipet sebanyak 2 mL larutan standar asam galat 25 ppm dan ditambahkan 6 mL besi (III) amonium disulfat dan 6 mL kalium besi (III) sianida. Ditambahkan aqua demineralisata sampai tanda batas 50 mL, kemudian dihomogenkan dan diinkubasi pada suhu kamar. Serapan diukur pada panjang gelombang maksimum pada 5, 10, 15, 20, 25 dan 30 menit, sehingga didapat waktu serapan optimum yang stabil. Penentuan Kurva Kalibrasi Asam Galat Dari larutan standar asam galat 25 ppm diencerkan dan dibuat menjadi beberapa deret konsentrasi. Dipipet masing-masing 2, 4, 6, 8, 10 mL ke dalam labu ukur 50 mL. Masing-masing ditambahkan dengan 6 mL besi (III) amonium disulfat dan 6 mL kalium besi (III) sianida, kemudian ditambahkan aqua demineralisata sampai 50 mL. Lalu disimpan pada suhu kamar selama waktu optimum dan diukur serapannya pada panjang gelombang maksimal yang didapatkan (Mustikasari, 2012). Preparasi Sampel Tanin Total Sebanyak 3,25 gram serbuk ekstrak kering biji alpukat ditambahkan akua demineralisata dan ditepatkan hingga 100 mL kemudian dikocok. Dipipet sebanyak 5 mL, ditambahkan akua demineralisata hingga 10 mL.
5
Kemudian diambil 0,1 mL dari labu ukur 10 mL dan di dalam labu ukur 500 mL ditambahkan 6 mL besi (III) amonium disulfat dan diaduk selama 20 menit. Kemudian ditambahkan 6 ml kalium besi (III) sianida dan diaduk selama 20 menit serta ditambahkan akua demineralisata hingga 500 mL. Larutan diukur serapannya pada panjang gelombang maksimal yang didapatkan (Mustikasari, 2012). Pembuatan Larutan Blangko Sampel Sebanyak 1 mL larutan sampel dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100 mL, ditambahkan dengan 5 mL larutan gelatin, 10 mL natrium klorida dan 2 gram kaolin, dikocok 10 menit, kemudian ditepatkan hingga 50 mL dan dibiarkan mengendap. Campuran disaring segera, sebanyak 10 mL filtrat dimasukkan ke dalam erlenmeyer, ditambahkan 6 mL akua demineralisata, 3 mL gelatin, 6 mL larutan natrium klorida dan 2 gram kaolin, kemudian dipindahkan ke dalam labu ukur 50 mL, lalu erlenmeyer dibilas dengan akua demineralisata. Labu ukur ditepatkan sampai 50 mL dengan akua demineralisata lalu dikocok selama 10 menit, dibiarkan mengendap dan disaring segera. Sebanyak 10 mL filtrat dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL, ditambahkan 6 mL besi (III) amonium disulfat, diaduk selama 20 menit, ditambahkan 6 mL kalium besi (III) sianida dan diaduk selama 20 menit serta ditambahkan akua demineralisata hingga 50 mL. Serapan diukur pada panjang gelombang maksimal yang didapatkan (Mustikasari, 2012). Pembuatan Larutan Blangko Gelatin Sebanyak 1 mL akua demineralisata dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100 mL, ditambahkan dengan 5 mL larutan gelatin, 10 mL natrium klorida dan 2 gram kaolin, dikocok 10 menit,
kemudian ditepatkan hingga 50 mL dan dibiarkan mengendap. Campuran disaring segera, sebanyak 10 mL filtrat dimasukkan ke dalam erlenmeyer, ditambahkan 6 mL akua demineralisata, 3 mL gelatin, 6 mL larutan natriun klorida dan 2 g kaolin, kemudian dipindahkan ke dalam labu ukur 50 mL, lalu erlenmeyer dibilas dengan akua demineralisata. Labu ukur ditepatkan sampai 50 mL dengan akua demineralisata lalu dikocok selama 10 menit, dibiarkan mengendap dan disaring segera. Sebanyak 10 mL filtrat dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL, ditambahkan 6 mL besi (III) amonium disulfat, diaduk selama 20 menit, ditambahkan 6 mL kalium besi (III) sianida dan diaduk selama 20 menit serta ditambahkan akua demineralisata hingga 50 mL. Serapan diukur pada panjang gelombang maksimal yang didapatkan (Mustikasari, 2012). Serapan Tanin Total dapat dihitung dengan menggunakan persamaan : AT = AS – (Abs – Abg) Keterangan : AT: Serapan tanin total Abs: Serapan senyawa polifenol selain tanin AS : Serapan polifenol total Abg: Serapan blanko tanin Penetapan Kadar Flavonoid Total Penentuan Panjang Gelombang Maksimal Kuersetin Sebanyak 10 mL larutan standar kuersetin dalam metanol konsentrasi 10 ppm dimasukkan dalam labu ukur 50 mL, ditambahkan kira-kira 30 mL akuades lalu ditambah 1 mL almunium klorida 10%, 1 mL natrium asetat 1 M dan air suling sampai batas. Dikocok homogen lalu dibiarkan selama 30 menit, diukur absorbannya pada panjang gelombang 380-780 nm dengan menggunakan spektrofotometer.
6
Penentuan Waktu Inkubasi Optimum Kuersetin Sebanyak 10 ml larutan standar kuersetin konsentasi 10 ppm dimasukkan dalam labu ukur 50 mL, ditambahkan kira-kira 30 mL akuades lalu ditambah 1 mL almunium klorida 10%, 1 mL natrium asetat 1 M dan air suling sampai batas. Kemudian dihomogenkan dan diinkubasi pada suhu kamar. Serapan diukur pada panjang gelombang maksimum pada 5, 10, 15, 20, 25 dan 30 menit, sehingga didapat waktu optimum yang stabil. Pembuatan Kurva Standar Kuersetin Deret standar kuersetin 2, 4, 6, 8, dan 10 ppm dibuat dari larutan 100 ppm, Sebanyak 1, 2, 3, 4, 5 mL larutan standar 100 ppm dipipet ke dalam labu ukur 50 mL. Selanjutnya ditambahkan akuades kira-kira 30 mL, 1 mL almunium klorida 10%, 1 mL natrium asetat 1 M dan diencerkan dengan air suling sampai batas. Dikocok homogen lalu dibiarkan selama waktu optimum, diukur absorbannya pada panjang gelombang maksimal. Pengukuran absorban diatas dibuat kurva antara konsentrasi larutan standar kuersetin dengan nilai absorban yang diperoleh dan akan dihasilkan persamaan regresi linier . Persamaan regresi ini untuk menghitung kadar ekstrak (ppm) dengan memasukkan absorban ekstrak sebagai nilai y ke dalam persamaan. Penentuan Kadar Sampel Flavonoid Total Sebanyak 50 mg ekstrak daun salam ditimbang lalu dilarutkan dengan metanol sampai 50 mL. Dipipet sebanyak 10 mL dari larutan ekstrak ke dalam labu ukur 50 mL lalu ditambahkan akuades kira-kira 20 mL, 1 mL almunium klorida 10%, 1 mL natrium asetat 1 M dan air suling
sampai batas. Dikocok homogen lalu dibiarkan selama waktu optimum, lalu serapan diukur pada panjang gelombang maksimal. Absorban yang dihasilkan dimasukkan kedalam persamaan regresi dari kurva standar kuersetin. Pembuatan Sediaan Granul Efervesen Ekstrak Kering Biji Alpukat dan Daun Salam Formulasi Granul Efervesen Bahan F1 F2 F3 Gr gr Gr Ekstrak kering 3,25 3,25 3,25 biji alpukat Ekstrak kering 0,01 0,01 0,01 daun salam 0,05 0,05 0,05 Sukralosa 0,69 0,69 0,69 Laktosa 3,75 2,62 2,1 Natrium bikarbonat 0,57 1,71 2,28 Asam sitrat 1,68 1,68 1,68 Asam tartrat Pembuatan Granul Efervesen Pembuatan granul efervesen dilakukan dengan metode granulasi basah. Metode ini menggunakan granulasi terpisah antara komponen asam dan komponen basa. Ekstrak biji alpukat dan daun salam dihomogenkan, masing - masing bahan yang berbentuk kristal seperti asam sitrat dan asam tartrat diserbukkan terlebih dahulu dengan cara digerus. Selanjutnya diayak dengan ayakan no.30, kemudian ditambahkan dengan sebagian ekstrak kering biji alpukat dan daun salam yang sebelumnya tadi sudah dihomogenkan dan digerus sampai homogen, keringkan dioven lalu diayak ( bagian asam ). Setelah itu natrium karbonat, sukralosa dan pengisi laktosa dicampur dan ditambahkan sebagian sisa ekstrak yang sudah dihomogenkan dan sesekali disemprot dengan alkohol 70%, keringkan dalam oven pada suhu 50 oC, setelah kering diayak kembali dengan
7
menggunakan ayakan mesh.12 ( bagian basa ). Campuran 1 ditambahkan ke dalam campuran 2, lalu diaduk hingga campuran homogen kemudian diayak dengan pengayak mesh 20 untuk membuat granul, setelah menjadi granul dilakukan evaluasi granul efervesen. Evaluasi Granul Efervesen Uji Alir Granul Granul efervesen ditimbang sebanyak 25 gram, kemudian dilewatkan kedalam alat granule flow tester sampai seluruh masa granul habis melewati corong, dicatat waktunya. Pengukuran dilakukan sebanyak 2 kali (duplo). Uji Kadar Air Pemeriksaan kadar air granul dilakukan dengan menggunakan Moisture Balance. Setiap formula dimasukkan sebanyak 1 gram granul efervesen ke dalam alat yang telah disiapkan, pada suhu 1050C selama 10 menit atau sampai konstan. Persen kadar granul efervesen akan otomatis tertera pada alat, kemudian catat kadar yang tertera pada Moisture Balance. Kriteria penerimaan kadar air untuk granul berada pada kisaran 2-5 % (Lachman et al, 1994). Uji Kemampuan Terdispersi dan Tinggi Buih yang Terbentuk Sediaan granul efervesen diuji kemampuan terdispersi sebanyak 1 sachet didalam gelas yang berisi air 200 ml, granul dalam air diaduk selama 10 detik lalu diamati kemampuan terdispersinya, sambil diamati dilihat juga granul (tinggi A), tinggi air dari granul efervesen setelah buihnya menghilang (tinggi B) maka akan diketahui CO2 yang terbentuk untuk mengamati tinggi buih yang dihasilkan (Siregar dan Wikarsa, 2010).
Uji Stabilita Sediaan granul efervesen dimasukan ke dalam sachet dan disimpan pada suhu sejuk (5-15ºC), suhu ruang (2530ºC), suhu dipercepat (40-45ºC). Setiap suhu pengujian memerlukan 23 sachet. Seluruh sachet didiamkan selama 2 bulan dan setiap 2 minggu sekali dilakukan pengamatan. Minggu 0 2 4 6 8 keSuhu kamar ** * ** * ** (25˚30˚C) Suhu Sejuk ** * ** * ** (5°-15°) Suhu dipercepat ** * ** * ** (40˚45˚C) Keterangan * uji organoleptik, uji kadar air, dan uji kemampuan terdispersi dan ketinggian buih yang terbentuk ** uji organoleptik, uji kadar air, uji kemampuan terdispersi dan ketinggian buih yang terbentuk, kadar tanin dan kadar flavonoid total HASIL PENELITIAN Karakteristik Serbuk Simplisia Biji Alpukat dan Daun Salam
a b Gambar (a) dan (b) adalah serbuk simplisia biji alpukat dan daun salam Serbuk simplisia biji alpukat yang diperoleh memiliki warna coklat muda, aroma yang khas dan rasa yang pahit. Serbuk simplisia daun salam memiliki warna hijau, aroma khas, serta memiliki
8
rasa yang agak kelat dan getir. Serbuk biji alpukat dan daun salam memiliki rendemen masing masing 35% dan 14,33%. Kadar air simplisia biji alpukat dan daun salam masing- masing 3,86% dan 4,28%. Kadar abu simplisia daun biji alpukat dan daun salam masingmasing 1,49% dan 2,62%. Ekstrak Kering Biji Daun Salam
Alpukat dan
a b Gambar (a) dan (b) adalah ekstrak kering biji alpukat dan daun salam Rendemen ekstrak kering biji alpukat dan daun salam yang diperoleh dari metode dekok dan infusa sebanyak 16,94% dan 11,184%. Rendemen ekstrak menunjukkan banyaknya jumlah senyawa aktif yang terekstraksi oleh pelarut yang digunakan. Metode yang dilakukan pada ekstraksi ini karena metabolit sekunder yang akan diambil adalah tanin dan flavonoid yang bersifat polar. Kadar air ekstrak kering biji alpukat dan daun salam berturut- turut 1,83% dan 2,28%. Kadar abu eksrak kering biji alpukat dan daun salam berturut- turut sebesar 1,3% dan 2,46%. Hasil Uji Fitokimia Ekstrak kering daun salam dan biji alpukat menunjukkan hasil positif pada uji fitokimia untuk senyawa golongan alkaloid, flavonoid, saponin dan tanin. Analisis Kadar Tanin Total Ekstrak Kering Biji Alpukat dan Daun Salam Serapan maksimum yang dihasilkan dari larutan asam galat menunjukkan absorbansi tertinggi 0,577 dengan
panjang gelombang 735nm, waktu serapan yang stabil ditunjukkan diwaktu ke-50 menit. Dengan persamaan garis y= 0,06975x – 0,2237 dengan koefisien korelasi 0,9997. Hasil kadar yang didapat dari ekstrak kering biji alpukat, daun salam dan campuran ekstrak kering biji alpukat dan daun salam berturut – turut 1,3148 mg/g; 0 mg/g ; 1,3658 mg/g simplisia kering. Analisis Kadar Flavonoid Total Ekstrak Kering Biji Alpukat dan Daun Salam Panjang gelombang dari standar kuarsetin yang dihasilkan memberikan serapan maksimum pada panjang gelombang 430nm dengan absorbansi 0,159, dengan waktu inkubasi optimum pada menit ke-20, dengan persamaan garis y = 0,0782 x – 0,0056 dengan koefisian korelasi 0,9999. Kadar flavonoid total ekstrak kering biji alpukat, daun salam, dan campuran ekstrak kering biji alpukat dan daun salam berturut- turut 0,0974% ; 1,5048% ; dan 0,1543%. Hasil Mutu Sediaan Granul Efervesen Hasil Pengujian Organoleptik Evaluasi Organoleptik Warna Aroma Rasa F1
Coklat
Khas
Pahit
Agak manis sedikit segar Manis asam Khas F 3 Coklat segar Granul efervesen sebayak 1 sachet dilarutkan kedalam air matang 200mL, kemudian dilakukan pengujian evaluasi organoleptik warna, aroma dan rasa pada ketiga formula. Sediaan efervesen yang dihasilkan memiliki warna yang seragam yaitu berwarna kuning F2
Coklat
Khas
9
a b Sediaan Granul Efervesen (a) dan Granul Efervesen yang sudah dilarutkan (b) Hasil Pengujian Laju Alir, Buih Terbentuk, dan Waktu Terdispersi Granul Efervesen Buih Waktu Daya Terbentuk Terdispers Alir (%) i 6,098 F 1 menit 9 Mudah 96,15 detik mengali 1 r 5,741 F 1 menit 6 Mudah 82,85 detik mengali 2 r 5,974 F 1 menit 4 Mudah 73,07 detik mengali 3 r Uji daya alir tiap formula memenuhi syarat dengan daya alir mudah mengalir. Hal ini sesuai dengan Aulton (1988) yang menyatakan nilai harga daya alir 4 -10. kemampuan terdispersi dan buih terbentuk di lakukan untuk
masing – masing formula, sebanyak 1 sachet dilarutkan dengan air matang 200 mL, pengukuran kemampuan terdispersi dan tinggi buih dimulai ketika granul dimasukkan kedalam wadah, sampai buih yang timbul tidak terbentuk buih lagi. Tinggi buih dan waktu terdispersi terbaik terdapat pada formula ketiga dengan waktu terdispersi terendah dan buih yang tidak terlalu tinggi. Hasil Uji Stabilita Granul Efervesen Pengujian stabilita dilakukan untuk formula 3, karena hasil orientasi formula yang dilakukan menunjukkan formula 3 menghasilkan granul efervesen yang baik bila dibandingkan formula lainnya, dilihat dari pengujian evaluasi organoleptik, laju alir, buih terbentuk serta waktu terdispersi. Kadar Air Stabilita Granul Efervesen
Kadar air (%)
kecoklatan, aroma khas dari biji alpukat dan daun salam namum memiliki rasa yang berbeda, hal ini dikarenakan perbandingan dari asam dan basa dari tiap formula yang berbeda sehingga rasa yang dihasilkan juga berbeda, formula 3 lebih dapat diterima karena dapat menimbulkan rasa yang lebih menyegarkan.
Kadar Air Granul Efervesen
6 5 4 3 2 1 0
Suhu Dipercepat
0
2
4
6
8
Waktu Penyimpana ( Minggu Ke - )
Suhu Kamar Suhu Sejuk
Penyimpanan suhu dipercepat 40ºC terjadi penurunan kadar air karena pada suhu ini penyimpanan cenderung kering sehingga tidak menambah dari kadar air, lain hal nya dengan suhu sejuk yang cenderung stabil walau adanya peningkatan kadar air karena kandungan lembab akan mempengaruhi sifat alir granul efervesen yang dihasilkan (Wake dkk, 1980). sedangkan pada penyimpanan suhu ruang menghasilkan peningkatan kadar air pada setiap minggu nya hal ini kemungkinan terjadi akibat kelembaban dari suhu ruang yang tidak stabil serta pengaruh dari beberapa bahan yang terkandung didalam granul efervesen seperti asam sitrat, menurut
10
daya Alir
pendapat (Lachman et al, 1989) asam sitrat merupakan salah satu asam yang sangat higroskopis sehingga serbuk granul efervesen dengan suhu yang tidak stabil dapat menyebabkan asam sitrat rentan menyerap air dan cenderung meningkatnya kadar air. Menurut Lachman et al (1989) kriteria penerimaan kadar air granul berada pada kisaran 2 – 5 %, sehingga pada penerimaan kadar air granul efervesen pada uji stabilita selama 8 minggu memenuhi syarat. Daya Alir Stabilita Granul Efervesen Daya Alir Granul Efervesen
8 6 4 2 0
Suhu Dipercepat Suhu Kamar
0
2
4
6
Perlakuan Minggu Ke-
8
Suhu Sejuk
Pengujian daya alir pada suhu dipercepat dan suhu sejuk memenuhi syarat dengan daya alir mudah mengalir dan tidak lebih dari 10 gram/detik (Guyot,cit.,Fudholi, 1983). Tetapi pada suhu kamar terjadi penurunan daya alir menjadi kohesif, kemungkinan terjadi perbedaan kelembaban yang menyebabkan gaya tarik serta gaya gesek antar partikel yang tinggi sehingga partikel granul melekat satu sama lain Uji Tinggi Buih Stabilita Granul Efervesen Uji Buih Granul Efervesen Buih Terbentuk (%)
80 60 40
Suhu Dipercepat Suhu Kamar
20 0
Suhu Sejuk
0 Penyimpanan 2 4 6Minggu 8 KeWaktu
Uji buih yang dihasilkan oleh suhu kamar menghasilkan buih yang paling rendah, hal ini berkaitan dengan kadar
air dan daya alir. Apabila kelembaban tinggi menghasilkan daya alir yang rendah dan akan menghasilkan tinggi buih yang rendah pula, begitupun sebaliknya. Karbondioksida yang keluar akan mempengaruhi dari kesegaran dari mnuman berkhasiat yang dibuat. Hasil uji buih mengatakan bahwa penambahan konsentrasi asam dan basa akan mempengaruhi dari jumlah buih atau karbondioksida yang dihasilkan. Natrium bikarbonat apabila direaksikan dengan air akan menimbulkan buih, semakin tinggi konsentrasi natrium bikarbonat yang dihasilkan maka akan semakin tinggi pula buih. Uji Kemampuan Terdispersi Stabilita Granul Efervesen Waktu larut kemampuan terdispersi yang dihasilkan dari ketiga suhu berkisar antara 1 menit 10 detik sampai 94 detik. Hasil ini memenuhi syarat dengan waktu yang diperlukan oleh granul terdispersi kurang dari 2 menit, waktu larut granul efervesen merupakan salah satu karakteristik yang sangat penting karena menghasilkan waktu larut yang cepat, yaitu kurang dari 120 detik (Mohrle, 1980). Granul efervesen ekstrak biji alpukat dan daun salam selama penyimpanan 8 minggu memenuhi syarat waktu larut granul efervesen. Hasil Stabilita Kadar Tanin Total Granul Efervesen Kadar tanin total pada granul efervesen minggu ke-0 di dapat kadar 1,3613 mg/g ekstrak simplisia kering. Hasil kadar yang di dapat minggu ke-8 pada suhu dipercepat 1,3376 mg/g, suhu kamar 1,3460 mg/g, dan suhu sejuk 1,3592 mg/g. kadar granul efervesen relafif stabil selama 8 minggu penyimpanan suhu sejuk, suhu kamar dan suhu dipercepat.
11
15°C), suhu kamar (25°C-30°C) dan suhu dipercepat (40°C -45°C).
Kadar stabilita tanin total 1.45 1.3 1.15 1
Stabilita Kadar Tanin Total Granul Efervesen
minggu ke-0
minggu ke-4
minggu ke-8
suhu dipercepat suhu kamar suhu sejuk
Hasil Stabilita Kadar Flavonoid Total Granul Efervesen Hasil kadar flavonoid total pada granul efervesen minggu ke-0 didapat kadar 0,1540%. Hasil kadar granul yang didapat minggu ke-8 pada suhu dipercepat 0,1519%, suhu kamar 0,1523 %, dan suhu sejuk 0,1531 %. Pembacaan absorban pada masing – masing cenderung stabil namun sedikit terjadi penurunan pada setiap minggu nya hal ini terjadi karena flavonoid tidak mudah rusak pada suhu ˂ 70ºC (Pramono, 2006), kemungkinan kadar yang turun dikarenakan pemakaian alat pada peneliti yang bersifat manual Kadar stabilita flavonoid total Stabilita Kadar Flavonoid Total Granul Efervesen 0.2 Kadar
0.15 0.1
0.05 minggu minggu minggu ke-0 ke-4 ke-8
suhu dipercepat suhu kamar suhu sejuk
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Granul efervesen ekstrak biji alpukat dan daun salam memiliki kombinasi asam dan basa dengan mutu yang baik dengan kombinasi natrium bikarbonat 2 gram, asam sitrat 2,3 gram dan asam tartrat 1,7 gram. 2. Formula granul efervesen yang disimpan selama 8 minggu stabil pada penyimpanan suhu stabilita sejuk (5°C-
Saran 1. Perlu dilakukan penambahan peningkat kelarutan untuk membantu ekstrak zat tidak terlarut agar terlarut sempurna di sediaan granul efervesen. 2. Perlu dilakukan uji invivo untuk menentukan efektifitasnya sebagai antidiabetes pada hewan coba. 3. Metode penentuan kadar tanin diubah menjadi metode dengan reagen Folin.
DAFTAR PUSTAKA Anggraeni, A. D. 2006. Pengaruh Pemberian Infusa Biji Alpukat (Persea Americana Mil) Terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Wistar Yang Diberi Beban Glukosa. Karya Tulis Ilmiah. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang. Aprizayansyah, A. 2015. Aktivitas Penurunan Kadar Glukosa Ekstrak Daun Sukun (Artocarpus artilis (Park.) Fosberg) Secara In Vitro dan Korelasinya Terhadap Kandungan Flavonoid. Skripsi. Universita Pakuan : Bogor. Ansel HC. 1989. Introduction to Pharmaceutical Dosage Forms. Georgia: Lea and Febiger. Aulton, M. E.1988. Pharmaceutics: The Science of Dosage Form Design.Churchill Livingstone Inc : New York, Halaman : 600-615, 647-667 Ebrilianti,yunita Em Sutrisna, Tanti Azizah.2013. Uji Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Etanol Biji Alpukat (Persea Americana Mill.)
12
Terhadap Tikus Galur Wistar Yang Diinduksi Aloksan.Skripsi.Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta. Fransworth, N.R. 1996. Biological and Phytochemical Screening of Plants. Journal of Pharmaceutical Science, 1996 55 (3). Fudholi, A, dan Guyot. 1983. Metode Formulasi dalam Kompresi Direk. Majalah Medika no.7. Imroatossalihah. 2002. Daging Buah, Daun dan Biji Alpukat sebagai Bahan Obat Ditinjau dari Segi kedokteran. Skripsi. Program Sarjana Fakultas Kedokteran : Universitas Yarsi Jakarta Jack. 2012. Synthesis of Antidiabetic Flavonoids and Their Derivative. Medical Research page 180. Koffi, N. Ernest, A.K. Dodiomon, S. 2009. Effect Of Aqueous Extract Of Persea americana Seeds On The Glycemia Of Diabetic Rabbits. European Journal of Scientific Research. ISSN : 1450-216X Vol.26 No. 3 (2009). Lachman L., Lieberman H.A., Kanig J.L. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Penterjemah: Suyatni S. Edisi II. Jakarta: UI Press. Lutfiana, Dewi Ita, EM sutristna, Tanti Azizah.2013.Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Etanol Daun Salam (Eugenia polyantha) Terhadap Tikus Galur Wistar yang Diinduksi Aloksan. Skripsi.Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta
Monica, F. 2006. Pengaruh Pemberian Air Seduhan Serbuk Biji Alpukat (Persea Americana Mill) Terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Wistar Yang Diberi Beban Glukosa. Karya Tulis Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas Diponogoro. Semarang. Musyrifah S, Bekti, dan Fauzia. 2012. Pastiles Daun Salam (Eugenia polyantha W). Yogyakarta :Universitas Gajah Mada Setiawan, RD. 2013. Kajian Karakteristik Fisik dan Sensori Serta Aktivitas Antioksidan Dari Granul Effervescent Buah Beet (Beta Vulgaris) Dengan Perbedaan Metode Granulasi dan Kombinasi Sumber Asam. Skripsi. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret : Surakarta Siregar, C., dan W, Soleh. 2010. Teknologi farmasi sediaan tablet dasar-dasar praktis. Buku kedokteran EGC:Jakarta Studiawan, dan Santosa. 2005. Uji Aktifitas Penurunan Kadar Glukosa Darah Ekstrak Daun Eugenia polyantha pada Mencit yang Diinduksi Aloksan. Jurnal Media Kedokteran Vol 21 No.2. Universitas Airlangga : Surabaya. Wadke, H.A., and Jacobson, H. 1980. Preformulation Testing. Pharmaceutical Dosage Forms: Tablets, Vol I. Marcel Dekker Inc., New York. 45 Wathi, N.L. 2014. Formulasi Sediaan Granul Efervesen Ekstrak Etil Asetat Buah Sirsak.Skripsi.Universitas Pakuan :Bogor.
13