PENGEMBANGAN GRANUL EFERVESEN KOMBINASI EKSTRAK BIJI ALPUKAT (Persea americana Mill) DAN KELOPAK BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L) Imas Sintha Mas’adah1), Mira Miranti2) dan Erni Rustianti3) dan 3) Program Studi Farmasi FMIPA Universitas pakuan Bogor Universitas Pakuan, Bogor.
1), 2)
ABSTRAK Biji alpukat mengandung senyawa tanin yang memiliki kemampuan sebagai astringen sehingga dapat menghambat asupan glukosa. Kelopak Bunga rosella mengandung senyawa flavonoid yang dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah. Penelitian ini bertujuan membuat formula granul efervesen kombinasi biji alpukat dan kelopak bunga rosella. Dasar formula sediaan granul efervesen yaitu senyawa asam berupa asam sitrat, asam tartat dan natrium bikarbonat menghasilkan karbondioksida (CO2). Berdasarkan hasil pengujian mutu granul efervesen memiliki laju alir (4,75-5,56 g/detik), sudut istirahat (29,52º30,96º), tinggi buih (48,67%-86,24%) dan terdispersi dalam air (49- 59 detik). Sediaan granul efervesen mengandung kadar tanin 0,0171mg/g dan kadar antosianin 0,2263%. Berdasarkan hasil uji hedonik dengan metode Uji Friedman menunjukkan bahwa formula yang disukai adalah formula 2 dengan perbandingan asam tartrat 13,67%, asam sitrat 6,9% dan Natrium bikarbonat 22,98%. Pada uji stabilita penyimpanan suhu sejuk (5°-15°C) lebih stabil dibandingkan pada penyimpanan suhu kamar (15°-25°C) dan penyimpanan suhu dipercepat (40°45°C. Kata Kunci : biji alpukat, rosella, granul efervesen, tanin, antosianin, antidiabetes. ABSTRACT Avocado seed tannin-containing compounds that have the ability as an astringent that can inhibit the glucose intake. Rosella flower petals contains flavonoids that can reduce levels of glucose in the blood. This study aims to create a combination of effervescent granule formula avocado seed and rosella flower petals. Basic formula effervescent granule preparations are acidic compounds such as citric acid and acid tartat with carbonate or bicarbonate such as sodium bicarbonate to produce carbon dioxide (CO2). Based on the results of testing the quality of the effervescent granules have a flow rate (from 4.75 to 5.56 g / sec), the angle 29,52º break-30,96º), high foam (48.67% -86.24%) and dispersed in water (49- 59 seconds). The preparation of effervescent granules contain high levels of tannin 0,0171mg / g and anthocyanin content of 0.2263%. Based on the test results hedonic method Friedman test showed that the formula is the preferred formula 2. In the test storage stabilita cool temperatures (5 ° -15 ° C) is more stable than in the storage room temperature (15 ° -25 ° C) and accelerated temperature storage (40 ° -45 ° C) Keywords: avocado seed, rosella, effervescent granules, tannin, anthocyanin, antidiabetic.
PENDAHULUAN Obat tradisional dari bahan alam dapat menjadi salah satu alternatif pengobatan apalagi di tengah situasi perekonomian di mana salah satu konsekuensinya adalah harga obat sintetik yang tinggi. Meskipun banyak senyawa kimia organik sintetik telah tersedia untuk penggunaan pengobatan berbagai penyakit, tetapi sangatlah penting untuk mencari alternatif obat baru yang memungkinkan efektivitas pengobatan yang lebih baik dan diharapkan mempunyai efek samping minimal, salah satunya obat yang diekstrak dari tumbuhan. Biji alpukat mengandung tanin yang mempunyai kemampuan sebagai astringen. Astringen dapat mengendapkan protein selaput lendir di permukaan usus halus dan membentuk suatu lapisan yang melindungi usus, sehingga menghambat asupan glukosa dan laju peningkatan glukosa darah tidak terlalu tinggi (Monica, 2006). Dosis 30 g/L yang diambil 150 ml dan diberikan kepada kelinci menunjukkan efek yang paling baik dalam menurunkan kadar gula pada kelinci (Koffi et al, 2009) Kandungan penting yang terdapat pada kelopak bunga rosella adalah pigmen antosianin yang termasuk golongan flavonoid yang berperan sebagai antioksidan. Senyawa flavonoid pada kelopak bunga rosella diduga berkhasiat dapat meningkatkan serum insulin dan komponen insulin pancreas sehingga dapat menurunkan kadar glukosa darah. Rebusan kelopak bunga rosella memiliki aktifitas menurunkan kadar gula darah tikus dengan dosis 62,5 mg/200gBB (Atiqoh dkk, 2011). Biji alpukat dan kelopak bunga rosella memiliki khasiat yang sama untuk pengobatan penyakit diabetes maka dari itu dibuatlah produk granul efervesen. Dibuat produk granul efervesen bertujuan untuk menutupi rasa pahit dari biji alpukat dan mengingat sediaan granul efervesen cukup diminati oleh masyarakat karena rasanya. Dasar formula sediaan granul efervesen adalah reaksi antara senyawa asam dengan karbonat atau bikarbonat menghasilkan karbondioksida, bila granul dimasukan dalam air maka akan terjadi reaksi kimia secara spontan antara asam dan natrium membentuk garam natrium, menghasilkan CO2. Larutan karbonat yang dihasilkan akan menutupi rasa yang tidak diinginkan dari zat obat.( Hindun dkk, 2004 ). METODE PENELITIAN BAHAN DAN ALAT
Bahan - Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Biji alpukat (Persea americana Mill), Serbuk simplisia Kelopak Bunga Rosella ( Hibiscus sabdariffa ) yang diperoleh dari Laboratorium Farmasi, sukralosa, Natrium Bicarbonate, Asam Sitrat, Asam Tartat, Laktosa, Maltodekstrin. Alat - Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: Tanur, Moisture Balance (AND MX-50®), Freeze dryer, vaccum dry (OGAWA®), spektrofotometerUV-VIS (Optizen POP®). Pembuatan Serbuk Simplisia Biji Alpukat Biji alpukat (Persea americana Mill) dari pasar Bogor yang merupakan limbah pedagang es buah yang berjualan dibelakang kampus Universitas Pakuan. Biji buah alpukat yang telah matang sebanyak 3,8 kg dibersihkan dan dicuci dengan air yang mengalir sampai bersih lalu ditiriskan, Biji alpukat dipotong kecil - kecil dengan alat pemotong membujur dengan tebal sekitar 2 mm untuk mepercepat pengeringan. Potongan biji alpukat dikeringkan dengan oven pada suhu kurang lebih 50°C sampai kering, simplisia yang telah dikeringkan kemudian dibersihkan kembali dari kotoran yang mungkin tercemar pada saat proses pengovenan (sortasi kering). Simplisia digrinder menjadi simplisia serbuk dan diayak menggunakan ayakan mesh 30 sehingga diperoleh serbuk. Simplisia disimpan dalam wadah tertutup rapat. Karakteristik Serbuk Simplisia Biji Alpukat Dan Kelopak Bunga Rosella a). Penetapan Kadar air Penetapan kadar air simplisia dilakukan dengan menggunakan alat Moisture Balance. sebanyak 5 g simplisia kering biji alpukat dimasukan ke dalam alat yang telah disiapkan. kemudian dicatat kadar yang tertera pada alat. kadar air simplisia pada umumnya yaitu tidak boleh lebih dari 5%. Penetapan kadar air ini dilakukan duplo. b) Penetapan Kadar Abu Sebanyak 2 gram simplisia dimasukan ke dalam krus platina atau silika yang sudah ditara, kemudian dipijarkan sampai arangnya habis dalam tanur pada suhu 700ºC, dinginkan, ditimbang, bila arang tidak hilang, ditambahkan air panas dan disaring dengan kertas saring, dipijarkan kertas saring bebas abu dalam krus yang sama, dimasukan filtrat dalam krus dan diuapkan, dipijarkan hingga bobot tetap (DepKes RI, 1979). Ditimbang sampai berat
konstan dua kali penimbangan berturut - turut kurang dari 0,25%. Uji Fitokimia Serbuk Simplisia Biji Alpukat Dan kelopak Bunga Rosel Senyawa Golongan alkaloid Sebanyak 500 mg serbuk simplisia ditambah dengan 1 ml asam klorida 2 N dan 9 ml air suling, panaskan diatas penangas air selama 2 menit, dinginkan kemudian disaring. Dipindahkan 3 tetes filtrat pada kaca arloji, ditambahkan 2 tetes pereaksi Bouchardat LP. Jika pada kedua percobaan tidak terjadi endapan, maka serbuk tidak mengandung alkaloid. Jika dengan pereaksi Mayer LP terbentuk endapan menggumpal berwarna putih atau kuning yang larut dalam metanol dan dengan pereaksi Bouchardat LP terbentuk endapan berwarna coklat sampai hitam, maka ada kemungkinan terdapat alkaloid. Percobaan dilanjutkan dengan mengocok sisa filtrat dengan 3 ml amonia pekat P dan 10 ml campuran 3 bagian volume eter p dan 1 bagian volume kloroform P. Ambil fase organik, tambahkan natrium sulfat anhidrat P, saring. Uapkan filtrat diatas penangas air, larutkan sisa dalam sedikit asam klorida 2 N. Lakukan percobaan dengan keempat golongan larutan percobaan, serbuk me ngandung alkaloid jika sekurang-kurangnya terbentuk endapan dengan menggunakan dua golongan larutan percobaan yang digunakan. (DepKes RI, 1995).
etanol 95% P, ditambahkan 100 mg serbuk magnesium P dan ditambahkan 10 ml asam klorida pekat P, jika terjadi warna merah jingga sampai merah ungu, menunjukan adanya flavonoid. Jika terjadi warna kuning, jingga, menunjukan adanya flavon, kalkon dan auron. 3. Diuapkan hingga kering 1 ml larutan percobaan, dibasahkan sisa dengan aseton P, ditambahkan sedikit serbuk halus asam borat P dan serbuk halus asam oksalat P, dipanaskan hati-hati di atas tangas air dan hindari pemanasan yang berlebihan. Dicampur sisa yang diperoleh dengan 10 ml eter P. Diamati dengan sinar ultraviolet 364 nm, larutan berfluoresensi kuning intensif menunjukan adanya flavonoid (DepKes RI, 1979). Senyawa Golongan Saponin Sebanyak 500 mg serbuk simplisia dimasukan kedalam tabung reaksi, ditambahkan 10 ml air panas, didinginkan dan kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 detik, terbentuk buih yang mantap selama tidak kurang dari 10 menit, setinggi 1 cm sampai 10 cm. Pada penambahan 1 tetes asam klorida 2 N buih tidak hilang. (DepKes RI, 1979).
Senyawa Golongan Tanin Sebanyak 20 mg serbuk simplisia ditambah etanol sampai sempel terendam semuanya. Kemudian sebanyak 1 mL larutan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 2-3 tetes larutan FeCl3 1%. Hasil Senyawa Golongan Flavonoid positif ditunjukkan dengan timbulnya warna Sebanyak 0,5 gram serbuk simplisia hijau kebiruan (Sangi, dkk., 2008). disari dengan 10 ml metanol P, menggunakan alat pendingin balik selama 10 menit. Disaring Pembuatan Ekstrak Kering Biji Alpukat panas melalui kertas saring berlipat, diencerkan Sebanyak 30 g serbuk simplisia biji filtrat dengan 10 ml air. Setelah dingin alpukat dimasukkan kedalam bejana yang berisi ditambahkan 5 ml eter minyak tanah P, dikocok 1 L air dan dipanaskan diatas kompor sampai hati-hati, didiamkan, diambil lapisan metanol, mendidih selama kurang lebih 45 menit atau diuapkan pada suhu 40oC dibawah tekanan. Sisa sampai volume air 0,25 L lalu disaring untuk dilarutkan dalam 5 ml etil asetat P, disaring. kemudian filtratnya dipisahkan (perlakuan 1. Diuapkan hingga kering 1 ml larutan pertama), kemudian residu yang didapat percobaan, sisa dilarutkan dalam 1 ml kemudian ditambahkan lagi air sebanyak 1 L sampai 2 ml etanol 95% P, ditambahkan dan diperlakukan sama seperti perlakuan 500 mg serbuk seng P dan 2 ml asam pertama sampai 4 kali perlakuan, maka klorida 2 N, didiamkan selama 1 menit. didapatlah volume filtrat sebanyal 1 L dengan Ditambahkan 10 ml asam klorida pekat P, dosis 30 g/L (Koffi, et,al., 2009). Filtrat jika dalam waktu 2 sampai 5 menit terjadi kemudian dibuat ekstrak kering dengan Vakum warna merah intensif, menunjukan adanya dry dengan suhu 60ºC. flavonoid. 2. Diuapkan hingga kering 1 ml larutan Pembuatan Ekstrak Kering Kelopak Bunga percobaan, sisa dilarutkan dalam 1 ml Rosella
Infusa dibuat dengan cara perebusan sederhana. Serbuk simplisia kelopak bunga rosella dengan derajat halus yang cocok dalam panci direbus dalam air dengan suhu 70-90°C (15 menit). Diserkai selagi panas melalui kainbatis (Hanik, dkk 2011). Sebanyak 35 g serbuk simplisia kelopak bunga rosella dibungkus oleh kain batis lalu dimasukkan kedalam bejana yang berisi 100 ml air dan direbus diatas kompor selama 30 menit lalu diambil filtratnya, kemudian filtrat yang diperoleh kemudian dikeringkan menggunakan freeze dryer dengan penambahan maltodekstrin 15%, kemudian dimasukan kedalam loyang freeze dryer dan dimasukkan kedalam freezer sampai membeku ± 3 hari setelah itu dimasukan ke dalam freeze dryer. Setelah 1 minggu ekstrak dikeluarkan dari alat freeze dryer kemudian ekstrak dimasukan kedalam sebuah wadah dan kemudian dimasukan silika gel kedalam wadah agar ekstrak tetap baik. Analisis Kadar Tanin Ekstrak Kering Biji Alpukat 1. Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimal Dibuat larutan induk asam tanat 500 μg/mL dalam akuadestilata dan diencerkan hingga 25 μg/mL. Sebanyak 2 mL larutan dipipet, ditambahkan 6 mL besi (III) amonium disulfat, diaduk selama 20 menit, ditambahkan 6 mL kalium besi (III) sianida dan diaduk selama 20 menit. Akuades ditambahkan hingga 50 mL, sehingga diperoleh konsentrasi akhir 1 μg/mL. Diukur serapannya pada panjang gelombang 600 - 800 nm. 2. Penentuan kurva kalibrasi Dari larutan baku asam tanat 25 μg/mL dipipet masing-masing 4, 6, 8, 10 dan 12 mL ke dalam labu ukur 50 mL. Masing-masing ditambahkan dengan 6 mL besi (III) amonium disulfat diaduk 20 menit, dan 6 mL kalium besi (III) sianida diaduk 20 menit, kemudian ditambahkan akuadesilata sampai 50 mL. Ukur serapannya pada panjang gelombang maksimal yang hasilkan. 3. Preparasi Sampel a. Sebanyak 1 g serbuk ekstrak kering biji alpukat dididihkan dengan 80 mL akuadestilata selama 1 jam dengan suhu 80°C. Larutan disaring serta dibilas dengan 2 x 5 mL akuadestilata dan ditepatkan hingga 100 mL. diambil sebanyak 5 mL ekstrak, ditambahkan akuadestilata hingga 10 mL.
b. Kemudian diambil 1 mL dari labu ukur 10 mL dan disalam labu ukur 500 mL ditambahkan 60 mL besi (III) amonium disulfat dan diaduk selama 20 menit. Kemudian ditambahkan 60 mL kalium besi (III) sianida dan diaduk selama 20 menit serta ditambahkan akuadestilata hingga 500 mL. Larutan diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum yang dihasilkan. 4. Pembuatan Larutan Blanko Sampel Sebanyak 1 mL larutan sampel ( a ) dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 100 mL, ditambahkan dengan 5 mL larutan gelatin, 10 mL asam natrium klorida dan 2 g kaolin, dikocok 10 menit, kemudian ditepatkan hingga 50 mL dan dibiarkan mengendap. Campuran disaring segera, sebanyak 10 mL filtrat dimasukkan kedalam erlenmeyer, ditambahkan 6 mL akuadestilata, 3 mL gelatin, 6 mL larutan asam natrium klorida dan 2 g kaolin, kemudian dipindahkan ke dalam labu ukur 50 mL, lalu erlenmeyer dibilas dengan akuadestilata. Labu ukur ditepatkan sampai 50 mL dengan akuadestilata lalu dikocok selama 10 menit, dibiarkan mengendap dan disaring segera. Sebanyak 10 mL filtrate dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL, ditambahkan 6 mL besi (III) amonium disulfat, diaduk selama 20 menit, ditambahkan 6 mL kalium besi (III) sianida dan diaduk selama 20 menit serta ditambahkan akuades hingga 50 mL. Serapan diukur pada panjang gelombang maksimum yang dihasilkan. 5. Pengukuran Blanko Sampel dan Blanko Gelatin Sebanyak 1 mL akuadestilata dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 100 mL, ditambahkan dengan 5 mL larutan gelatin, 10 mL asam natrim klorida dan 2 g kaolin, dikocok 10 menit, kemudian ditepatkan hingga 50 mL dan dibiarkan mengendap. Campuran disaring segera, sebanyak 10 mL filtrat dimasukkan kedalam erlenmeyer, ditambahkan 6 mL akuadesilata, 3 mL gelatin, 6 mL larutan asam natrium klorida dan 2 g kaolin, kemudian dipindahkan ke dalam labu ukur 50 mL, lalu erlenmeyer dibilas dengan akuadestilata. Labu ukur ditepatkan sampai 50 mL dengan akuadestilata lalu dikocok selama 10 menit, dibiarkan mengendap dan disaring segera. Sebanyak 10 mL filtrate dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL, ditambahkan 6 mL besi (III) amonium disulfat, diaduk selama 20 menit, ditambahkan 6 mL kalium besi (III) sianida dan diaduk selama 20 menit serta ditambahkan
akuades hingga 50 mL. Serapan diukur pada panjang gelombang maksimum yang dihasilkan. Serapan Tanin Total dapat dihitung dengan menggunakan persamaan : AT = AS – (Abs – Abg)xFp Keterangan : AT : Serapan tanin total Abs : Serapan blanko sampel AS : Serapan polifenol Abg : Serapan blanko gelatin Fp : Faktor pengenceran
dilarutkan dengan 50 mL metanol, kemudian dihomogenkan menggunakan alat sentrifugasi 6000 rpm, selama 20 menit. Masing-masing Filtrat kemudian dimasukkan kedalam 2 buah tabung reaksi. Tabung reaksi pertama ditambah larutan buffer potasium klorida (0,025 M) pH 1 sebanyak 8 mL dan tabung reaksi kedua ditambahkan larutan buffer sodium asetat (0,4 M) pH 4,5 sebanyak 8 mL, pengaturan pH dalam pembuatan buffer potasium klorida dan sodium asetat menggunakan HCl pekat. 𝑲𝒂𝒅𝒂𝒓 (𝒑𝒑𝒎)𝒙 𝒗𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 (𝒎𝒍)𝒙 𝒇𝒂𝒌𝒕𝒐𝒓 𝒑𝒆𝒏𝒈𝒆𝒏𝒄𝒆𝒓𝒂𝒏 Absorbansi dari kedua perlakuan pH diukur % 𝐊𝐚𝐝𝐚𝐫 = 𝟏𝟎𝟎𝟎 𝒙 𝒃𝒐𝒃𝒐𝒕 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 (𝒈) dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 516 nm dan 700 nm setelah Penetapan Kadar Antosianin Kelopak Bunga didiamkan selama 15 menit. Nilai absorbansi Rosella sampel dihitung dengan menggunakan Pengukuran konsentrasi antosianin ini persamaan : diukur dengan menggunakan metode pH A = [(A516-A700)pH1-(A516-A700)pH4,5]. differential. Total antosianin ini dihitung dari Perhitungan konsentrasi antosianin : selisih pengukuran absorbansi sampel pada panjang gelombang maksimum yang dilarutkan masing-masing dalam dua macam larutan buffer 𝐀 yang memiliki nilai pH yang berbeda. Pada pH 𝐂= 𝐚. 𝐛 1, antosianin berada dalam bentuk kation flavilium yang menunnjukan jumlah antosianin Keterangan : dan senyawa-senyawa pengganggu. Sedangkan A= absorbansi pada pH 4,5, antosianin berada dalam bentuk karbinol yang menunjukkan jumlah senyawa a = 29600 L cm1pengganggu. Selisih dari kedua pengukuran b=1 akan menunjukkan jumlah antosianin (Francis, 1982). Perhitungan % kadar antosianin : Ditimbang dengan seksama 0,5 gsampel Keterangan: ( C 𝐱 𝐁𝐌 𝐱 𝐕𝐨𝐥𝐮𝐦𝐞 𝐚𝐰𝐚𝐥 x 𝟏𝟎 ) kemudian ditambahkan 8 mL larutan 0,1% HCl % 𝐊𝐚𝐝𝐚𝐫 (𝐦𝐠⁄𝐠) = 𝒙𝟏𝟎𝟎% (𝐛𝐨𝐛𝐨𝐭 𝐬𝐚𝐦𝐩𝐞𝐥 − 𝐤𝐚𝐝𝐚𝐫 𝐚𝐢𝐫) dalam metanol. Larutan diultrasonik pada suhu BM = berat molekul (448,8) 25º C selama 1 jam. Larutan disaring dengan C = Konsentrasi kertas saring Whatmann no. 1 pelarutnya diuapkan dengan menggunakan rotary evaporator pada suhu 30-35º C. Hasil ekstrak −𝟑
Tabel 2. Formulasi Granul Efervesen Biji Alpukat dan Kelopak Bunga Rosella Bahan Formula 1 Formula 2 Formula 3 % % % Ekstrak kering biji alpukat Ekstrak kering bunga rosella Sukralosa Natrium bikarbonat Asam sitrat Asam tartrat Laktosa
35 8 1 18,59 6,9 10,29 20,21
35 8 1 22,98 6,9 13,67 12,32
35 8 1 27,3 6,9 17,19 5,7
Keterangan : Setiap formula dibuat sebanyak 10 gram 1 sachet Pembuatan Granul Efervesen Pembuatan granul efervesen dilakukan dengan metode granulasi basah.
Metode ini menggunakan granulasi terpisah antara komponen asam dan komponen basa. Masing-masing bahan yang berbentuk
kristal seperti asam sitrat dan asam tartrat diserbukkan terlebih dahulu dengan cara digerus. Selanjutnya diayak dengan ayakan no.30, kemudian ditimbang. Serbuk natrium bikarbonat yang telah diayak kemudian ditambahkan dengan ekstrak kering biji alpukat dan kelopak bunga rosella serta pengisi laktosa kemudian dicampur dan sesekali disemprot dengan alkohol 70% keringkan dalam oven pada suhu 50 oC, setelah kering diayak kembali dengan menggunakan ayakan mesh.12 (camp. 1). Asam sitrat, asam tartrat dan sukralosa dicampur dan sesekali disemprot dengan alkohol 70%, keringkan dalam oven suhu 50 o C, setelah kering diayak dengan ayakan mesh.12 (camp. 2). Campuran 1 ditambahkan ke dalam campuran 2, lalu diaduk hingga campuran homogen kemudian diayak dengan pengayak mesh.8 untuk membuat granul, setelah menjadi granul lakukan evaluasi granul efervesen Evaluasi Granul Efervesen Evaluasi granul everfesen meliputi : Uji aliran granul, Uji sudut istirahat, uji kadar air, dan uji hedonik. Uji Alir Granul Uji aliran granul dilakukan dengan cara sebanyak 100 g granul dilewatkan ke dalam alat granule flow tester sampai masa granul melewati corong, kemudian dicatat waktunya. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali. Penghitungan daya aliran granul dilakukan menggunakan rumus: F=M/T Keterangan: f= Daya aliran (gram/detik) T = Waktu (detik) M = Massa Granul (gram) Tabel 3.Tipe Aliran Berdasarkan Harga Daya Alir Harga daya alir (f) >10 4-10 1,4 – 4 < 1,4 (Aulton, 1988) Uji Sudut Istirahat
Keterangan Bebas mengalir Mudah mengalir Kohesif Sangat kohesif
Penentuan sudut istirahat dilakukan dengan memasukkan sejumlah massa granul kedalam corong. Massa yang jatuh akan membentuk kerucut, lalu diukur tinggi dan diameter kerucut. Percobaan ini dilakukan sebanyak 3 kali. Rumus yang digunakan menentukan sudut diam : ℎ Tan-1 α = 𝑟
untuk
Tabel 4.Tipe Aliran Berdasarkan Sudut Diam. Sudut Istirahat (α)
Keterangan Sangat Mudah < 25 Mengalir 250<α<400 Mudah Mengalir >400 Sukar Mengalir (Sumber: Aulton,1988). 0
3.3.10.2 Uji Kadar Air Granul Pemeriksaan kadar air granul dilakukan dengan menggunakan Moisture Balance.Setiap formula dimasukkan 1 g granul instan ekstrak herba pegagan ke dalam alat yang telah disiapkan, pada suhu 1050C selama 10 menit. Kemudian catat kadar yang tertera pada Moisture Balance. Uji Kemampuan Terdispersi Sediaan granul efervesen di uji kemampuan terdispersi di dalam gelas yang berisi air 200ml, granu dalam air diaduk selama 1 menit lalu diamati kemampuan terdispersinya. Uji ketinggian buih yang Terbentuk Tahapan pertama diisi 200 ml air ditambahkan granul (tinggi A), tinggi air dari granul efervesen setelah buihnya menghilang (tinggi B) maka akan diketahui CO2 yang terbentuk. Perhitungan kandungan CO2. Uji Kesukaan (Hedonic test). Uji kesukaan dilakukan terhadap 20 orang panelis dengan usia 20 tahun ke atas dan sebelumnya para panelis tidak mengkonsumsi makanan atau minuman yang dapat mempengaruhi penilaian. Para panelis diminta mencicipi dan menilai warna, rasa, dan aroma dari sampel granul efervesen yang telah dilarutkan dengan
air.Para panelis diharapkan untuk mengisi form penilaian yang telah disediakan. Waktu selang untuk mencicipi formula 1 dengan yang lain kurang lebih 1 menit dan setelah mencicipi granul efervesen diharapkan panelis minum air putih atau berkumur sebelum mencicipi formula lainnya. Uji Stabilita Sampel dimasukan ke dalam sachet dalam keadaan kering kemudian disimpan pada suhu penyimpanan yaitu suhu sejuk, suhu ruang, suhu oven didiamkan selama 2 bulan dan setiap 2 minggu sekali dilakukan pengamatan yang meliputi penampilan fisik secara organoleptik, antosiani dan tanin. Evaluasi dilakukan pada 3 suhu yang berbeda, yaitu 15°-30°C (suhu kamar), 5°15°C (suhu sejuk) dan 40°- 45°C (suhu dipercepat) selama delapan minggu dengan pengambilan sampel untuk uji setiap 2 minggu. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil determinasi tanaman yang dilakukan di Herbarium Bogoriense Bidang Botani Pusat Lembaga Penelitian Biologi-LIPI, bahwa buah alpukat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Persea americana Mill dan kelopak bunga rosella yang diperolah dari Laboratorium Farmasi adalah Hibiscus sabdariffa L. Penentuan kadar air bertujuan untuk memperkecil pertumbuhan mikroorganisme dalam serbuk simplisia. Hal ini terkait dengan kemurnian dan adanya kontaminan dalam simplisia tersebut. Dengan demikian, penghilangan kadar air hingga jumlah tertentu berguna untuk memperpanjang daya tahan bahan selama penyimpanan. Kadar air yang terdapat pada simplisia harus memenuhi syarat secara umum pada (DepKes RI 1985) tidak lebih dari 5%. Hasil pengujian kadar air pada serbuk simplisia biji alpukat adalah 4,085 % dan pada serbuk kelopak bunga rosella 4,415% hasil ini menunjukan bahwa kedua serbuk simplisia memenuhi syarat. Penentuan kadar abu bertujuan untuk mengetahui atau mengidentifikasi kadar zat anorganik dan mineral dalam simplisia. Parameter kadar abu merupakan pernyataan dari jumlah abu fisiologik bila
simplisia dipijar hingga seluruh unsur organik hilang. Prinsipnya adalah bahan dipanaskan pada temperatur 700ºC dimana senyawa organik dan turunanya terdekstrusi dan menguap hingga tersisa unsur mineral organik dari serbuk simplisia biji alpukat adalah 1,86% menurut literature syarat kadar abu biji alpukat tidak boleh lebih dari 5%. sedangkan pada serbuk simplisia kelopak bunga rosella 1,91% menurut literature kadar abu simplisia kelopak bunga rosella tidak boleh lebih dari 7,9%. Hasil keduanya menunjukan nilai kadar abu yang sangat kecil ini berarti bahwa cemaran yang terkandung dalam simplisia sangat kecil dan memenuhi persyaratan. Data hasil kadar abu serbuk simplisia biji alpukat dan kelopak bunga rosella. Hasil Pembuatan Ekstrak Kering Biji Alpukat Dan Kelopak Bunga Rosella Biji alpukat yang digunakan Sebanyak 5000 g yang menghasilkan serbuk simplisia 1812 g. Ekstrak kering biji alpukat yang didapat yaitu 297 g dari 1800 g serbuk simplisia hasil dari rebusan filtrat biji alpukat 30 gram/L sebanyak 50 kali dalam 50 L. Dimana Setiap 30 g/L biji alpukat menghasilkan 5 g ekstrak kering biji alpukat. Dengan hasil rendemen 16,5%. Hasil dari pengujian kadar air ekstrak kering biji alpukat mangandung kadar air 3,11% ini menunjukan bahwa ekstrak kering biji alpukat memenuhi syarat. Dan kadar abu 1,62%. Kelopak bunga rosella yang digunakan sebanyak 700 g simplisia dibungkus kain batis yang kemudian direbus dalam 2 L air selama 30 menit pada suhu 70º-80ºC kemudian hasil filtrate yang dicampur dengan maltodektrin 139 g dimasukan kedalam freeze dry sehingga diperoleh perolah ekstrak kering 238 g, Dengan hasil rendemen 26,14%. Hasil dari pengujian kadar air ekstrak kering kelopak bunga rosella mengandung kadar 2,89% dan kadar abu 1,75% ini menunjukan bahwa ekstrak kering kelopak bunga rosella memenuhi syarat <5%.
Hasil Pengujian Fitokimia Pengujian fitokimia dilakukan secara kualitatif untuk menentukan kandungan metabolit sekunder yang terkandung dalam sampel. Hasil pengujian fitokimia terhadap
serbuk simplisia Biji Alpukat dan kelopak bunga rosella positif alkaloid, flavonoid, saponin dan tanin. Hasil Pengujian Analisis Kadar Tanin Penetapan kadar tanin dilakukan dengan pereaksi biru prussi menggunakan metode spektrofotometer UV-Vis. Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan menggunakan asam tanat sebagai standar yang direaksikan dengan besi (III) amonium disulfat dan kalium besi (III) sianida yang menghasilkan warna biru prussi. Prinsipnya yaitu reaksi reduksi senyawa besi (III) menjadi senyawa besi (II) oleh tanin membentuk warna biru-hitam selanjutnya dengan penambahan biru prusia akan membentuk suatu kompleks berwarna biru tinta yang dapat dikukur menggukana spektrofotometer pada daerah sinar tampak. Panjang gelombang maksimum yang didapat yaitu 736 nm. Penentuan kadar tanin biji alpukat dilakukan dengan ditentukan dahulu regresi linier asam tanat 25mg/100 ml pada konsentrasi 2 ppm, 3 ppm, 4 ppm, 5 ppm dan 6 ppm. Hasil persamaan regresi linier yang didapat yaitu y= 0,1337x + 0,0948 dengan nilai koefisien R2=0,9993. Hasil pembacaan absorbansi kadar tanin ekstrak kering biji alpukat yaitu 0,474 Tabel 8.Hasil Uji Mutu Granul Efervesen Uji Mutu Formula 1 Laju alir (g/detik) 4,75 Sudut istirahat (derajat) 29,52º Uji Tinggi buih (%) 48,67% Uji Terdispersi 49 detik
Hasil Uji Kesukaan (Hedonic Test) Hasil uji kesukaan setelah dianalisis dengan SPSS.17 metode friedman test, parameter warna memiliki nilai sig 0.905, menunjukkan bahwa sig > 0,05 sehingga warna tidak memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata. Sedangkan pada parameter rasa nilai sig < 0,01 menunjukkan nilai sig < 0,05 dan parameter aroma menunjukan nilai sig 0,04 menunjukkan bahwa sig < 0,05 ini berarti rasa dan aroma memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Hasil uji kesukaan SPSS.17 menunjukan bahwa sediaan granul efervesen untuk
dari perhitungan regresi linier kurva kalibrasi asam tanat yaitu y= 0,1337 + 0,0948 maka diperoleh kadar tanin yang didapat dari ekstrak kering adalah 0,0178 mg/g dari 1 g biji alpukat. Hasil Pengujian Analisis Kadar Antosianin Penentuan kadar antosianin kelopak bunga rosella dilakukan dengan metode pH differential dengan menggunakan larutan buffer yang dibuat dua macam yaitu pH 1 dan pH 4,5 yang keduanya diukur pada panjang gelombang 516 dan 700 untuk kemudian hasil ansorbansi yang didapat dihitung selisihnya. Pengujian kadar antosianin sampel menunjukan bahwa pada pH 1 absorbansi yang dihasilkan lebih besar dibandingkan nilai absorbansi pada pH 4,5. Pada pH rendah sebagian besar antosianin terdapat dalam bentuk kation flavilium yang berwarna merah, sedangkan senyawa basa karbinol yang tidak berwarna relatif kecil jumlahnya. Hasil pengujian % kadar tanin dari esktrak kering kelopak bunga rosella yaitu 0,2263%.
Formula 2 5,56 30,53º 78,30% 59 detik
Formula 3 4,75 30,96º 86,24% 59 detik
parameter aroma dan rasa panelis lebih menyukai formula 2. Dari hasil diagram batang yang diperoleh juga dapat dilihat pada uji hedonik parameter warna tidak ada yang lebih unggul, pada parameter rasa formula 2 lebih disukai oleh panelis disbanding formula 1 dan formula 3, dan pada parameter aroma formula 2 menunjukan lebih disukai disbanding formula 1 dan formula 3. Hasil Uji Stabilita Uji stabilita pada produk ini bertujuan untuk mengetahui kadar zat aktif dan ketahanan produk obat berubah waktu dan penyimpanan yang ditentukan dibawah
pengaruh suhu temperatur dan kelembaban. Pengujian stabilita dilakukan selama 2 bulan dimana pengujian dilakukan setiap 2 minggu yaitu minggu ke-0, munggu ke-2, minggu ke-4, minggu ke-6 dan minggu ke-8. Produk granul efervesen dibuat sebanyak 75 sachet untuk dipenyimpan 3 suhu yaitu suhu sejuk (5°C-15°C), suhu kamar (15°C-30°C) dan suhu stabilitas dipercepat (40°C-45°C). Setiap suhu disimpan 20 sachet dimana 1 sachet mengandung 10gram granul efervesen. Selama pengujian stabilita dilakukan pengamatan organoleptik setiap 2 minggu. Pengujian kadar tannin dan antosianin granul efervesen pada minggu ke0, minggu ke-6 dan minggu ke-8. Formula yang digunakan uji stabilita adalah formula 2 berdasarkan hasil uji hedonik. Hasil Uji Organoleptik Pengujian organoleptik pada produk granul efervesen dilakukan untuk melihat perubahan warna, rasa dan bau. Pada penyimpanan suhu dipercepat mengalami perubahan warna, rasa dan bau mulai minggu ke-4 sedangkan pada penyimpanan suhu kamar mulai terjadi perubahan pada minggu ke-6 meliputi perubahan warna, rasa dan bau. granul efervesen pada suhu dipercepat warna granul menjadi coklat pekat dan beraroma gosong. Pada penyimpanan suhu sejuk tidak terjadi perubahan warna, rasa dan bau. Tidak terjadinya perubahan warna, rasa dan bau seperti pada penyimpanan suhu dipercepat dan suhu kamar dikarenakan kandungan antosianin yang mempengaruhi warna dan kandungan karbon yang mempengaruhi rasa pada produk granul efervesen stabil disuhu rendah. Hasil Uji Kadar Air Pengujian kadar air pada produk granul efervesen dilakukan dengan menggukan alat moisture balance, hasil pengujian kadar air pada penyimpanan suhu dipercepat, suhu kamar dan suhu dipercepat semua memenuhi syarat yaitu < 5%. Kadar air pada penyimpanan suhu dipercepat mengalami penurunan semakin lama semakin rendah hal ini disebabkan oleh suhu oven 40°-45°C. Hasil dari uji kadar air granul efervesen menunjukkan bahwa pada semua suhu memenuhi persyaratan yaitu kurang dari 5%. Dimana kadar air pada suhu kamar paling tinggi yaitu 4,49% hal ini mungkin
disebabkan oleh keadaan suhu yang tidak stabil sedangkan pada suhu sejuk diperoleh kadar air 3,02% dan kadar air paling rendah pada penyimpanan suhu dipercepat yaitu 2,85% hal ini dikarenakan pemanasan/oven disuhu 40°-45°C membuat granul jadi menggumpal karena terjadi penyerapan air pada granul efervesen sehingga kadar air yang didapat semakin kecil. Kadar air pada suhu kamar memenuhi syarat namun mengalami kenaikan hal ini disebakan oleh keadaan ruangan penyimpanan suhu kamar yang lembab menyerap air sehingga mempengaruhi kadar air, pada produk granul efervesen. Dan pada penyimpanan suhu sejuk kadar air stabil. Hasil Uji Laju Alir Pengujian uji alir pada produk granul efervesen dilakukan dengan menggunakan alat Flowmeter , hasil uji alir pada penyimpanan suhu dipercepat dan suhu kamar uji alir minggu ke-8 menunjukkan sifat yang kohesif karena kurang dari 4. Sedangkan pada penyimpanan suhu sejuk hasil uji alir menunjukkan sifat mudah mengalir karena lebih dari 4. Pada penyimpanan suhu kamar kondisi sediaan menjadi lembab dapat dilihat dari hasil kadar air yang semakin meingkat dan sediaan menggembung lalu mengempis hal ini disebabkan oleh Na Bikarbonat yang telah bereaksi lama-lama menjadi habis menyebabkan granul menggumpal dan lengket serta keras sehingga menjadi sukar mengalir dan bersifat kohesif. Pada penyimpanan suhu dipercepat wadah juga menggembung hal ini disebabkan oleh reaksi Natrium bikarbonat dengan air yang terkandung dalam sediaan ditandai dengan penurunan kadar air pada sediaan, air terjerat dalam granul sehingga granul menggumpal dan keras mengakibatkan hasil uji alir kohesif. Hasil Uji Sudut Istirahat Sudut istirahat yaitu sudut tetap yang terjadi antara timbunan partikel bentuk kerucut dengan bidang horizontal. granul akan mengalir dengan baik apabila sudut istirahat yang terbentuk 25o-40o. Besar kecilnya sudut istirahat sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya gaya tarik dan gaya gesek antar partikel. Jika gaya tarik dan gaya gesek kecil, maka granul akan lebih cepat dan mudah mengalir. Selain itu sudut
istirahat juga dipengaruhi oleh ukuran partikel, semakin kecil ukuran partikel maka kohesivitas partikel makin tinggi yang akan mengurangi kecepatan alirnya sehingga sudut istirahat yang terbentuk semakin besar. Hasil uji sudut istirahat pada penyimpanan suhu kamar dan suhu dipercepat pada minggu ke-8 uji sudut istirahat lebih dari 40° ini berarti granul efervesen sukar mengalir hal ini disebabkan oleh partikel granul yang pada penyimpanan setiap minggunya mengalami kerusakan granul semakin lama semakin besar ukuran partikelnya dan granul menjadi agak lengket kerena kandungan Natrium bikarbonat yang terdapat pada sedian telah bereaksi dengan air sehingga menyebabkan partikel granul mengeras, lengket yang kemudian sukar mengalir. Pada penyimpanan suhu sejuk granul efervesen sampai minggu ke-8 menunjukan bahawa granul mudah mengalir dengan hasil uji sudut istirahat 35,03°. Hasil Uji Terdispersi Sediaan granul efervesen diuji dalam gelas yang berisi air dengan volume 200 ml, ditentukan waktunya mulai dari granul dimasukkan ke dalam gelas hingga terdispersi dengan baik. Waktu terdispersi granul efervesen yang baik kurang dari 1 atau 2 menit. Pada pengujian waktu dispersi digunakan air untuk melarutkan granul efervesen menyebabkan terjadinya reaksi pada asam dan basa yang kemudian menghasilkan CO2 dan mengakibatkan hancurnya granul efervesen. Waktu larut merupakan salah satu sifat fisik sediaan efervesen yang khas. Hasil uji terdispersi granul efervesen pada suhu sejuk di minggu ke-0 sampai minggu ke-8 menunjukan bahwa sediaan dapat terdispersi dalam waktu tidak lebih dari 2 menit, tetapi pada suhu Kamar waktu terdispersi sediaan pada minggu ke-8 lebih dari 2 menit dan pada penyimpanan suhu dipercepat dari minggu ke-6 lebih dari 2 menit yaitu 3 menit 56 menunjukkan bahwa tidak memenuhi syarat waktu terdispersi hal ini dikarenakan Natrium bikarbonat yang sudah mengalami reaksi pada saat penyimpanan, Natrium bikarbonat yang semakin lama semakin habis mempengaruhi waktu terdispersi karena sudah semakin sedikit kandungan Natrium bikarbonat maka semakin lama pula
waktu terdispersi sediaan produk granul efervesen. Hasil Uji Ketinggian Buih Pada pengujian uji buih ini dilakukan dengan cara melarutkan 1 sachet granul efervesen kedalam air dengan volume 200 ml, pengujian ini bertujuan untuk mengetahui CO2 yang terbentuk dalam sediaan produk granul efervesen. Hasil pengujian yang didapat kandungan CO2 pada penyimpanan suhu sejuk stabil tidak mengalami penurunan yang signifikan minggu ke-0 80,15%, minggu ke-8 75,39%. Sedangkan pada suhu kamar buih yang dihasilkan diminggu ke-0 80,15% dan minggu ke-8 58% dan pada suhu dipercepat buih yang dihasilkan minggu ke-0 79,6% dan diminggu ke-8 semakin menurun yaitu 36,50% . Hasil uji tinggi buih pada penyimpanan suhu dipercepat dan suhu kamar mengalami penurunan tinggi buih yang dihasilkan hal ini disebabkan oleh Natrium bikarbonat yang telah bereaksi dengan air sehingga kadar air yang didapat semakin lama semakin turun membuat terjadinya penggumpalan granul yang semakin besar dan lengket didalam wadah, Natrium bikarbonat tidak stabil disuhu tinggi terutama pada penyimpanan suhu dipercepat Natrium bikarbonat yang terdapat pada produk mengalami kerusakan dan bereaksi sehingga semakin lama semakin habis. Hasil Uji Kadar Tanin Pengujian kadar tanin pada sediaan produk granul efervesen dilakukan 3 kali pengujian pada minggu ke0, minggu ke-6 dan minggu ke-8. Hasil kadar tanin tanin yang didapat berbeda disetiap suhu penyimpanan. Semakin tinggi suhu semakin rendah kadar tanin yang diperoleh, pada minggu ke-0 kadar tanin yang diperoleh yaitu 0,0171 mg/g sedangkan pada minggu ke-8 penyimpanan suhu dipercepat kadar tanin menurun jadi 0,0135 mg/g. pada penyimpanan suhu kamar kadar tanin 0,0154 mg/g. Kadar tanin yang paling tinggi pada penyimpanan suhu sejuk yaitu 0,0160 mg/g. Hasil Uji Kadar Antosianin Pengujian kadar antosianin dilakukan dengan menggunakan alat spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 516 dan 700 dengan buffer pH 1 dan pH 4,5. Hasil kadar antosianin yang diperoleh mengalami
penurunan kadar antosianin pada suhu kamar minggu ke-0 0,0160 mg/g dan pada minggu ke-8 0,0136 mg/g. sedangkan pada suhu dipercepat kadar antosianin mengalamin penurunan kadar antosianin paling tinggi pada minggu ke-8 menjadi 0,0087. Pengujian kadar antosianin pada penyimpanan suhu sejuk mengalami penurunan kadar antosianin dari ekstrak kering kelopak bunga rosella pada minggu ke-0 0,0160 mg/g dan minggu ke-8 0,0146 mg/g kadar antosianin yang stabil dikarenakan antosianin stabil pada suhu rendah sedangkan pada suhu tinggi antosianin mengalami kerusakan pada temperatur yang dapat menggerser kesetimbangan antosianin, perlakuan panas dapat menyebabkan kesetimbangan antosianin cenderung menuju bentuk yang tidak berwarna yaitu basa karbinol dan kalkon. Kerusakan akibat pemanasan ini dapat terjadi melalui 2 tahap. Pertama hidrolisis terjadi pada ikatan glikosidik antosianin sehingga menghasilkan aglikon – aglikon yang tidak stabil. Kedua, cincin aglikon terbuka membentuk gugus karbinol dan kalkon. Degradasi ini dapat terjadi lebih lanjut jika terdapat oksidator sehingga terbentuk senyawa yang berwarna coklat dapat dilihat pada hasil uji organoleptik granul efervesen warnanya menjadi coklat pekat. Kesimpulan 1. Kombinasi ekstrak kering biji alpukat dan ekstrak kering kelopak bunga rosella dapat dibuat sediaan produk granul efervesen. 2. Formula yang disukai oleh panelis adalah formula 2 dengan kandungan Asam tartat 1,029 g, asam sitrat 0,69 g dan Na bikarbonat 2,054 g. 3. Formula sediaan granul efervesen yang disimpan pada suhu sejuk (5°C-15°C) lebih stabil dibandingkan dengan sediaan sirup yang disimpan pada suhu kamar (15°C-25°C) dan suhu stabilita dipercepat (40°C -45°C) Saran 1.
Perlu dilakukan uji in vivo untuk sediaan granul efervesen pada hewan coba sebagai obat antidiabetes
DAFTAR PUSTAKA Ansel. H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi IV Jakarta : UI Press Aulton, M. E. 1988. The Science of Dosage from Design. Churvil Livingstone. Edinburgh Atiqoh, H., R.S Wardani, dan W.Meikawati. 2011. Uji Antideiabetik Infusa Kelopak Bunga Rosella ( Hibiscus sabdariffa Linn.) Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Glukosa. Semarang. Univesitas muhammadiyah. DepKes RI, 1979. Material Medika Indonesia. Jilid III. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta ______. 1985. Farmakope Indonesia, Edisi III. Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta ______. 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta ______. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV. Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta ______. 2000. Parameter standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta. ______. 2011. Farmakope Herbal Indonesia, Edisi I. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Desmiaty, Y. Ratih, H. Dewi, M.A. Agustin, R. 2008. Penentuan Jumlah Tanin Total pada Daun Jati Belanda (Guazumae ulmifolia Lamk) dan Daun Sambang Darah (Excoecaria blcolor Hassk) Secara kolorimetri dengan Pereaksi Biru Prusia. Farmasi Universitas Jendral Achmad Yani. Bandung. Francis, F.J. 1982. Analysis of Anthocyanins. Di dalam P. Markakis (ed). Anthocyanins as Food Colors. Academis Press, New York. Harborne, J.B. 1996. Metode Fitokimia. Terbitan Ke-II. a.b. Kosasih Padmawinata. Penerbit ITB.Bandung
Hindun, P, M., Suprayagi dan B. Yudha. 2004. Membuat Effervescent, Tekno Pangan. Surabaya. Koffi, N. Ernest, A.K. Dodiomon, S. 2009. Effect Of Aqueous Extract Of Persea Americana Seeds On The Glycemia Of Diabetic Rabbits. European Journal of Scientific Research. ISSN : 1450-216X Vol.26 No. 3 (2009). Indriani, Y. Hetty. Suminarsih, E. 1997. "Alpukat". Penebar Swadaya. Jakarta Lachman, Herber dan Joseph L.K. 1994,Teori dan Praktek Farmasi Industri Terjemahan dari The Teory ad Practice of Industrial Pharmacy Oleh Siti Suyatmi, J. Kawira, Lis Aisyah. Jakarta. UI Press. Mardiah, dkk. 2009. Budidaya Dan pengolahan Rosella Si Merah Segudang Manfaat. Agromedia. Jakarta. Monica, F.2006. Pengaruh Pemberian Air Seduhan Serbuk Biji Alpukat ( Persea americana Mill) Terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Wistar Yang Diberi Beban Glukosa. Fakultas Kedokteran Universitas Dipoenogoro, Semarang. Owolabi, M.A., Coker and S.I. Jaja. 2010. Bioactivity of the phytoconstituents of the leaves of Persea americana. Journal of Medicinal Plants Research Vol. 4(12), pp. 1130-1135, 18 Juni, 2010. Reynolds, J.E.F. 1982. Martindale The Extra Pharmacopolia, 28thEdition. The Pharmacentical Press. London. Robinson, T., 1991, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, Penerbit ITB: Bandung Sangi, M., Max R. J. R., Herny E. I., dan Veronica M. A. M. 2008. Analisis Fitokimia Tumbuhan Obat di Kabupaten Minahasa Utara. Chem. Prog. Vol 1 (1). :47-53. Santoso, U. 2006. Antioksidan. Sekolah Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta.
Suyono,
S. 2005. Kecenderungan Peningkatan Jumlah Penyandang Diabetes. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Vadas, E.B. (2010) Stability of Pharmaceutical Products. Dalam Remington: The Science and practice of Phamacy. Volume 1. Editor Alfonso Gennaro. London: Lippincott Williams & Wilkins. Halaman 988-989. Waluyo. 2009. 100 Question & Answer Diabetes. Jakarta : Elex Media Komputindo hal : 110 Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia, Jakarta Zuhrotun, A. 2007. Aktifitas Anti Diabetes Ekstrak Etanol Biji Buah Alpukat ( Persea Americana Mill ) Bentuk Bulat. Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran. Jatinangor, Bandung.