FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF EKSTRAK BIJI ALPUKAT (Persea americana Mill) DENGAN PERBEDAAN KONSENTRASI CARBOPOL
SKRIPSI
Oleh: JENNY ADITIYA J (066112103)
PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR 2016
FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF EKSTRAK BIJI ALPUKAT (Persea americana Mill) DENGAN PERBEDAAN KONSENTRASI CARBOPOL
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana farmasi (S.Farm) pada program studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan
Oleh: JENNY ADITIYA J (066112103)
PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR 2016
i
i
ii
• Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh • Alhamdulillahi rabbil’ alamin, wash shalatu was salamu’alaa asyrafil anbiyai wal mursalin, wa’ala aalihi wa ash-habihi ajma’in amma ba’du. Segala puji saya panjatkan untuk-Nya penggenggam semesta alam. Shalawat dan salam untuk Nabi Muhammad saw, sahabat serta para pengikut setianya. Terimakasih untuk yang tersayang, terkasih, tercinta, terhebat, terpeka, terspesial. Yakni: Mamah & Papah sebagai sosok panutan & pelimpah kasih sayang untuk saya, Kak Maharani, Noach, & Charchy sebagai saudara sekaligus Tim Hore saya, Keluarga Besar Mbah Soehardjo-Makmun & Opah Na Aman sebagai cambuk acuan untuk keberhasilan saya, Ibu Bina, Ibu Erni, & Ibu Datun sebagai contoh teladan terhebat yang pernah saya jumpai, serta salah satu pemeran dalam kesuksesan selesainya skripsi saya ini, dan... Teman-teman saya yang telah membantu dalam setiap inci pelaksanaan skripsi saya, teruntuk : Tim Transport (Ririn, Kak Ikhwan, Fani), Tim Pengayak (Desy, Yhuni, Suhayda), Tim Eksekusi Tikus (Yesi, Fitri), Tim Edukasi (Kak Shinta, Kak Rian, Zia, Fakhrudin), Tim Percetakan (Indra, Asep), Tim Mikrogranul (Irma, Sri) , Tim Pejuang & Sepenanggungan (Syarah, Annisa, Dhia), serta... Para sahabat saya, para pembagi pengalaman selama saya mengemban ilmu di Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan, teruntuk : Keluarga FarMcD serta FarmABe 2012, Six Hore (Ardiliyas, Fani, Marybet, Ine, Hana), CECEPI ku (Ayda, Miane, Toppoki), The Kampfrets (Acut, Nda, Ath, Desy), Geng 504 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, Keluarga Besar HIMAFAR, Para Asdos FARSETDAS (Nurul, Vevi, Inri, dan para asdos lainnya), & Para Wanita Zaza Home (Imas, Nuni, Dinda, Bintang, Icha, Tia), serta teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Terimakasih banyak atas kesan hebat yang saya temukan bersama kalian.
Dare To Dream, Dare To Reach It (Je, 2016)
• Hadanallahu wa iyyakum ajma’in was salaamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh • ii
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Jenny Aditiya Jialale merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Jemmy Jibrael Jialale dan Ibu Sulistiyowati yang dilahirkan di Tegal, 06 Januari 1995. Pendidikan pertama di SDN Puspanegara 03 pada tahun 20002006. Penulis melanjutkan pendidikan tingkat menengah pertama di SMP Negeri 1 Citeureup pada tahun 2006-2009 dan pendidikan menengah atas di SMK Farmasi Bhakti Kencana Bogor pada tahun 2009-2012. Pada tahun 2012 penulis diterima di Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan, Bogor. Selama kuliah penulis aktif sebagai asisten dosen untuk praktikum farmaseutika, kimia farmasi, dan farmakologi serta aktif dalam keorganisasian Himpunan Mahasiswa Farmasi. Pada bulan Februari–Mei 2016 penulis menyelesaikan penelitian tugas akhir yang berjudul “Formulasi Mikrogranul Mukoadhesif Ekstrak Biji Alpukat (Persea americana Mill) dengan Perbedaan Konsentrasi Carbopol”, dan dinyatakan lulus sebagai Sarjana Farmasi setelah melalui sidang komprehensif pada 02 Agustus 2016 dengan perdikat Sangat Memuaskan.
iii
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Formulasi Mikrogranul Mukoadhesif Ekstrak Biji Alpukat (Persea americana Mill) dengan Perbedaan Konsentrasi Carbopol”, sebagai salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi di Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan Bogor. Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan perhatian dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1.
Erni Rustiani, M.Farm., Apt. selaku pembimbing I dan Sri Wardatun, M.Farm., Apt. Selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan.
2.
Dekan dan Ketua Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan yang telah membimbing dalam penyusunan tulisan ini.
3.
Seluruh dosen beserta staf karyawan Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan Bogor.
4.
Kedua orang tuaku yang telah memberikan do’a, semangat serta dukungan baik moril maupun materil.
5.
Keluarga besar Mahasiswa Farmasi khususnya Farmasi angkatan 2012 dan semua pihak yang terlibat, terimakasih atas bantuan dan dukungannya yang selalu memberikan do’a, nasihat dan dorongan semangat serta perhatiannya. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk kesempurnaan tulisan ini sebagai bekal untuk masa yang akan datang. Bogor, September 2016
Penulis
iv
v
RINGKASAN JENNY ADITIYA J. 066112103. FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF EKSTRAK BIJI ALPUKAT (Persea americana Mill) DENGAN PERBEDAAN KONSENTRASI CARBOPOL di bawah bimbingan Erni Rustiani dan Sri Wardatun Biji
alpukat
merupakan limbah
yang memiliki
potensi
sebagai
antidiabetes, senyawa yang dapat dimanfaatkan adalah tanin yang merupakan salah satu senyawa polifenol. Tanin dapat digunakan sebagai obat karena dapat menghambat asupan glukosa dalam darah. Penelitian ini bertujuan membuat formula mikrogranul dari biji alpukat dengan sistem penghantaran mukoadhesif. Formula dibuat berdasarkan perbedaan konsentrasi carbopol sebagai polimer mukoadhesif. Konsentrasi carbopol yang digunakan Kontrol (0%), Formula I (5%), Formula II (17,5%) dan Formula III (30%). Hasil pengujian distribusi menunjukkan tiap mikrogranul terdistribusi sebanyak 100% melewati saringan mesh 40-100. Kadar polifenol total mikrogranul mukoadhesif sebelum uji wash off adalah 973,999 mg/g + 6,238. Uji wash off dilakukan selama 2 jam menggunakan alat disintegrator tester. Hasil uji wash off diperoleh formula terbaik adalah Formula II yang menggunakan konsentrasi carbopol 17,5% dengan persentasi kadar polifenol total lebih tinggi dibandingkan dengan formula yang lain sebesar 29,173% pada media usus dan 21,288% pada media lambung. Hasil pemindaian mikrogranul dengan metode SEM (Scanning Electron Microscope) terhadap Formula II menunjukkan mikrogranul memiliki bentuk morfologi amorf dan hablur agak kebulatan sedangkan ukuran berkisar 110,76-115,01 µm. Hasil pemindaian mikrogranul telah sesuai dengan ketentuan ukuran mikrogranul dan morfologi granul.
Kata Kunci : Biji alpukat, tanin, polifenol, mikrogranul, mukoadhesif, antidiabetes, wash off
v
vi
SUMMARY JENNY
ADITIYA J 066112103. FORMULATION MUCOADHESIVE MICROGRANULE AVOCADO SEED EXTRACT (Persea americana Mill) WITH DIFFERENT OF CARBOPOL CONCENTRATION Under The Guidance Of Erni Rustiani and Sri Wardatun Avocado seeds are cesspool whose have potential as an antidiabetic, a compound can be used is a tannin which is one of the polyphenolic. Tannins can be used as a drug because it can inhibit the intake of glucose in the blood. This research aims to create a formula microgranule of avocado seed with a mucoadhesive delivery system. Formula is made based on differences in concentration of Carbopol as a mucoadhesive polymer. Carbopol concentration used controls (0%), Formula I (5%), Formula II (17.5%) and Formula III (30%). The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve mesh 40-100. Total polyphenol content of the mucoadhesive microgranule before wash off test was 973.999 mg/g + 6.238. Test wash off for 2 hours using a disintegrator appliance tester. The results wash off test standard best formula is Formula II using Carbopol of 17.5%. Formula II has total polyphenol content percentage is higher than the other formula of 29.173% in the intestinal media and 21.288% in the stomach media. The scans microgranule with SEM (Scanning Electron Microscope) to Formula II shows microgranule have amorphous and crystalline morphology rather roundness while the size range 115.01-110.76 µm. The scans microgranule accordance with the provisions microgranule size and morphology of the granules.
Keywords: Avocado seeds, tannins, polyphenols, mucoadhesive, microgranule, antidiabetic, wash off
vi
vii
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................
i
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................
ii
RIWAYAT HIDUP ......................................................................................
iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................
iv
RINGKASAN ...............................................................................................
v
SUMMARY ..................................................................................................
vi
DAFTAR ISI .................................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
x
DAFTAR TABEL ........................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.......................................................................
1
1.2 Tujuan Penelitian ...................................................................
3
1.3 Hipotesis ................................................................................
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Biji Alpukat (Persea americana Mill)....................
4
2.1.1 Deskripsi Tanaman ........................................................
4
2.1.2 Kandungan Kimia .........................................................
4
2.1.2 Khasiat Biji Alpukat ......................................................
5
2.2 Ekstrak ....................................................................................
5
2.3 Ekstraksi .................................................................................
5
2.4 Tanin .......................................................................................
7
2.5 Mikrogranul ............................................................................
8
2.6 Mukoadhesif ...........................................................................
9
2.7 Granulasi Basah ......................................................................
9
2.8 Bahan Tambahan ....................................................................
10
2.9 Pengujian Mutu Mikrogranul Mukoadhesif ...........................
12
2.9.1 Pengujian Wash Off ......................................................
12
vii
viii
2.9.2 Bentuk Morfologi .........................................................
13
2.9.3 Ukuran Partikel .............................................................
13
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian................................................
14
3.2 Bahan dan Alat ......................................................................
14
3.2.1 Bahan...........................................................................
14
3.2.2 Alat ..............................................................................
14
3.3 Metode Penelitian ..................................................................
14
3.3.1 Pengumpulan dan Determinasi Bahan ........................
14
3.3.2 Pembuatan Simplisia Biji Alpukat ..............................
14
3.3.3 Pengujian Mutu Simplisia Biji Alpukat......................
15
3.3.3.1 Penetapan Kadar Air ......................................
15
3.3.3.2 Penetapan Kadar Abu ....................................
15
3.3.3.3 Perhitungan Rendemen Simplisia ...................
15
3.3.4 Pembuatan Ekstrak Kering Biji Alpukat ....................
16
3.3.5 Pengujian Mutu Ekstrak Kering Biji Alpukat .........................
16
3.3.6 Analisis Kadar Polifenol Total Ekstrak Biji Alpukat..............
16
3.3.6.1 Persiapan Larutan Blanko ...............................
16
3.3.6.2 Penentuan Panjang Gelombang Maksimal .....
16
3.3.6.3 Waktu Inkubasi ...............................................
17
3.3.6.4 Penentuan Kurva Kalibrasi .............................
17
3.3.6.5 Preparasi Sampel ............................................
17
3.3.7 Pembuatan Mikrogranul Mukoadhesif .......................
17
3.3.7.1 Formulasi Mikrogranul Mukoadhesif .............
17
3.3.7.2 Pembuatan Mikrogranul Mukoadhesif ...........
18
3.3.8 Evaluasi Mikrogranul Mukoadhesif ............................
18
3.3.8.1 Uji Kadar Air ..................................................
18
3.3.8.2 Uji Sudut Istirahat ...........................................
18
3.3.8.3 Uji Aliran ........................................................
19
3.3.8.4 Uji Distribusi Ukuran Partikel ........................
19
3.3.8.5 Uji Kadar Polifenol Total ...............................
20
viii
ix
3.3.8.6 Uji Wash Off ...................................................
20
3.3.8.7 Analisis Kadar Polifenol Total .......................
21
3.3.8.8 Uji Morfologi dan Ukuran Partikel ................
21
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Serbuk Simplisia Biji Alpukat ...............................................
22
4.2 Ekstrak Kering Biji Alpukat ..................................................
23
4.3 Hasil Pengujian Analisis Kadar Polifenol Total ....................
24
4.4 Hasil Evaluasi Mikrogranul Mukoadhesif .............................
25
4.5 Hasil Uji Wash Off .................................................................
27
4.6 Hasil Pemindaian Mikrogranul Mukoadhesif........................
30
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ............................................................................
31
5.2 Saran ......................................................................................
31
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
32
LAMPIRAN ...............................................................................................
36
ix
x
DAFTAR GAMBAR Gambar
Halaman
1.
Buah Alpukat......................................................................................
4
2.
Beberapa Struktur Senyawa Polifenol Total ......................................
8
3.
Serbuk Simplisia Biji Alpukat............................................................ 22
4.
Serbuk Ekstrak Kering Biji Alpukat .................................................. 24
5.
Sediaan Mikrogranul Mukoadhesif Biji Alpukat ............................... 25
6.
Pengujian Wash Off ............................................................................ 28
7.
Hasil Pemindaian Mikrogranul .......................................................... 30
x
xi
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Penggunaan Carbopol ........................................................................ 12 2. Formulasi Mikrogranul Mukoadhesif ................................................ 18 3. Tipe Aliran Berdasarkan Sudut Diam ................................................ 19 4. Tipe Aliran Berdasarkan Harga Daya Alir ........................................ 19 5. Data Uji Mutu Mikrogranul Mukoadhesif .......................................... 26 6. Data Distribusi Mikrogranul ................................................................ 26 7. Kadar Polifenol Total Sesudah dan Sebelum Uji Wash Off ................. 28
xi
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Prosedur Pembuatan Simplisia dan Ekstrak Biji Alpukat .................... 37 2. Perhitungan Dosis Ekstrak Biji Alpukat .............................................. 38 3. Prosedur Pembuatan Mikrogranul Mukoadhesif ................................. 39 4. Hasil Determinasi Biji Alpukat ............................................................ 40 5. Perhitungan Rendemen ........................................................................ 41 6. Data Hasil Uji Kadar Air dan Kadar Abu Serbuk Simplisia ................ 42 7. Data Hasil Uji Kadar Air dan Kadar Abu Ekstrak Kering Biji Alpukat ................................................................................................. 43 8. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum, Waktu Inkubasi dan Pembacaan Absorbansi Kurva Kalibrasi Asam Galat ................... 44 9. Hasil Pembacaan Absorbansi dan Perhitungan Kadar Polifenol Total Ekstrak Biji Alpukat............................................................................. 47 10. Data Hasil Uji Kadar Air Tiap Formula ............................................... 48 11. Hasil Pembacaan Absorbansi dan Kadar Polifenol Total Formula Sebelum dan Sesudah Uji Wash Off .................................................... 49 12. Hasil Uji Morfologi Eksternal SEM .................................................... 51
xii
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang Tanaman alpukat merupakan tanaman yang memiliki potensi besar dalam
pengobatan karena bagian-bagiannya memiliki khasiat sebagai obat, bahkan secara tradisional dan moderen bagian biji yang umumnya dianggap limbah kini dipercaya dapat mengobati penyakit. Biji alpukat mengandung beberapa senyawa polifenol yang dapat digunakan sebagai obat, salah satunya adalah tanin (Zuhrotun, 2007). Tanin merupakan golongan polifenol yang penting dalam tumbuhan selain lignin dan melanin. Tanin menyebar luas dalam tumbuhan berpembuluh, khususnya pada jaringan kayu tumbuhan angiospermae (Harborne, 1987) Penggunaan tanaman dalam sediaan obat umumnya dalam bentuk ekstrak. Ekstrak dari bahan alam umumnya memiliki kelarutan yang rendah dalam lemak, dan menyebabkan rendahnya ketersediaan hayati dalam tubuh, sehingga diperlukan pengembangan untuk meningkatkan bioavaibilitas yang lebih baik dari sediaan ekstrak bahan alam (Rajiv, 2013). Beberapa pengembangan ekstrak yang telah dilakukan dari simplisia biji alpukat yaitu, pembuatan minuman serbuk dari ekstrak biji alpukat yang dikombinasikan dengan susu dan tepung talas (Agustian, 2015), serta granul efervesen kombinasi ekstrak biji alpukat dan ekstrak kelopak bunga rosella (Mas’adah, 2015). Menurut Syamsyuni (2006) granul yang diukur dengan satuan µm yaitu granul yang dapat melewati lubang ayakan no. 20-400 atau berkisar 38-850 µm. Pengecilan ukuran granul mampu meningkatkan laju disolusi obat yang selanjutnya akan meningkatkan absorbsi dan bioavaibilitas obat di dalam tubuh (Agoes, 2008). Mukoadhesif adalah suatu sistem penghantaran obat dengan menggunakan polimer sintetik maupun alam yang dapat berinteraksi dengan mukosa dan dapat menutupi bagian permukaan mukosa dengan baik. Sistem ini mampu melokalisasi obat pada lokasi tertentu pada tubuh manusia, sehingga mampu memperlama
2
waktu kontak obat dengan mukosa (Agoes, 2008). Mukoadhesif dalam bentuk mikrogranul, mikrosfer, mikrokapsul atau mikrogranular dapat meningkatkan waktu bioavaibilitas obat dengan meningkatkan kontak sediaan dengan membran mukosa (Burges, 2007). Hasil penelitian Sutriyo, dkk., (2008) menunjukkan bahwa bentuk mikrogranul mukoadhesif furosemid dapat menghasilkan sediaan yang berinteraksi lebih lama dengan mukosa lambung dan usus. Hal ini merupakan salah satu upaya yang dapat digunakan untuk mengatasi keterbatasan waktu tinggal obat dalam lambung. Penelitian yang dilakukan oleh Ikasari, dkk., (2015) mengenai sifat fisika mikrogranul mukoadhesif ranitidin menyatakan bahwa pengecilan ukuran granul menyebabkan rantidin mudah larut dan terabsorbsi dengan baik. Polimer dalam sediaan mukoadhesif sangat penting karena dapat menjamin interaksi obat yang lebih lama dengan mukosa, oleh karena itu diperlukan pemilihan polimer yang tepat (Agoes, 2008). Salah satu contoh polimer mukoadhesif yang sering digunakan adalah carbopol. Penggunaan carbopol sebagai polimer mukoadhesif sangat baik karena carbopol dapat memberikan ikatan yang kuat dengan mukus sehingga dapat menghasilkan bioadhesi yang kuat (Hosmani, 2006). Hasil penelitian Chowdary & Rao (2003) menyatakan bahwa carbopol dapat digunakan sebagai kombinasi polimer mukoadhesif yang baik karena dapat meningkatkan daya lekat mikrogranul. PVP K30 merupakkan salah satu kombinasi yang digunakan sebagai pengikat yang baik dalam sediaan mukoadhesif. Hasil penelitian Sutriyo, dkk., (2008) menyatakan bahwa kombinasi carbopol sebagai polimer mukoadhesif dengan PVP K30 dapat meningkatkan laju disolusi obat dalam bentuk mikrogranul mukoadhesif, sedangkan hasil penelitian Ikasari, dkk., (2015) menunjukkan bahwa kombinasi carbopol dan PVP K30 dapat memperbaiki disolusi suatu obat untuk meningkatkan bioavaibilitas obat dalam bentuk mikrogranul dan bentuk serta ukuran mikrogranul ditentukan dengan pemindaian menggunakan mikroskop elektron. Penelitian ini akan mengembangkan sediaan mikrogranul mukoadhesif dari ekstrak biji alpukat dengan variasi konsentrasi carbopol sebesar 5-30% untuk
3
mengontrol pelepasan obat dan menjamin sediaan memiliki bioadhesif yang kuat pada mukus (Hosmani,2006). Polimer mukoadhesif dikombinasikan dengan PVP K30 sebesar (1:1) dengan ekstrak biji alpukat agar dapat membentuk massa sediaan yang baik. PVP K30 dapat mengembang dalam air dan mengikat dengan baik sehingga dapat membantu pencampuran ekstrak dan air selama proses pembuatan (Agoes, 2008). Biji alpukat mempunyai kemampuan sebagai adstringen yaitu dapat mengendapkan protein selaput lendir di permukaan usus halus dan membentuk suatu lapisan yang melindungi usus sehingga dapat menghambat asupan glukosa dan laju peningkatan glukosa darah di dalam tubuh (BPOM, 2004). Hasil penelitian Zuhrotun (2007) menyatakan bahwa biji alpukat mengandung senyawa polifenol berupa tanin. Tanin termasuk dalam golongan polifenol yang dapat mengendapkan protein (Parker, 1993). Hasil penelitian yang dilakukan Monica (2006) menyatakan bahwa kadar glukosa yang turun dalam darah karena adannya senyawa tanin yang terkandung dalam biji alpukat. Senyawa polifenol total dari ekstrak akan dianalisis untuk mengetahui kadar tanin dan polifenol lain yang terkandung dalam ekstrak biji alpukat. Penentuan kadar dilakukan sebelum dan sesudah dibuat sediaan. 1.2
Tujuan Penelitian 1. Menentukan konsentrasi carbopol yang paling baik untuk pembuatan sediaan mikrogranul mukoadhesif dari ekstrak biji alpukat. 2. Menentukan kadar polifenol total ekstrak biji alpukat sebelum dan sesudah dibuat mikrogranul mukoadhesif dari formula yang terbaik.
1.3
Hipotesis 1. Konsentrasi carbopol tertentu menghasilkan mikrogranul mukoadhesif yang paling baik. 2. Kadar polifenol total ekstrak biji alpukat sebelum dan sesudah dibuat sediaan diharapkan tetap.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tanaman Alpukat (Persea americana Mill)
2.1.1
Deskripsi Tanaman Alpukat (Persea americana Mill) berasal dari Amerika tengah. Tumbuh di
daerah tropik dan subtropik dengan curah hujan antara 1.800 - 4.500 mm tiap tahun. Umumnya tumbuhan ini cocok dengan iklim sejuk serta basah, dan tidak tahan terhadap suhu rendah maupun tinggi. Buah berbentuk bola lampu sampai berbentuk bulat telur, panjang 5 - 20 cm, lebar 5 - 20 cm, tanpa sisa bunga, warna hijau atau kuning kehijauan, berbintik-bintik ungu atau ungu sama sekali, gundul, harum, berbiji satu berbentuk bola, garis tengah 2,5 - 5 cm (DepKes. RI, 1978). Gambar buah alpukat dapat dilihat pada Gambar 1.
Kulit Daging Biji
Kulit Biji
Gambar 1. Buah Alpukat Biji buah alpukat berbentuk bulat seperti bola, keping biji putih kemerahan dan termasuk dalam kelas biji berkeping dua (Dicotyledoneae). Kepingan ini mudah terlihat apabila kulit biji dikuliti. Pada saat masih muda kulit biji sulit terlepas dari daging buahnya, bila sudah tua kulit biji akan terlepas dengan sendirinya (Indriani dan Suminarsih, 1997). 2.1.2
Kandungan Kimia Skrining fitokimia yang dilakukan oleh Zuhrotun (2007) terhadap
simplisia dan ekstrak etanol biji buah alpukat bentuk bulat mengandung senyawa
5
polifenol yaitu flavonoid, triterpenoid, kuinon, tanin, monoterpenoid dan seskuiterpenoid sedangkan senyawa saponin hanya terdeteksi pada ekstraknya saja. Kandungan tanin biji alpukat berbeda-beda tergantung
pada jenisnya.
Tanin total pada biji alpukat biasa kering, biji alpukat mentega kering, biji alpukat biasa segar dan biji alpukat mentega segar berturut-turut adalah 117 mg/kg, 112 mg/kg, 41,335 mg/kg, dan 41 mg/kg (Mlangngi, dkk., 2012).
2.1.3
Khasiat Biji Alpukat Biji alpukat memiliki senyawa polifenol berupa tanin yang berkhasiat
sebagai adstringen dapat mengendapkan protein selaput lendir di permukaan usus halus dan membentuk suatu lapisan pelindung usus, sehingga menghambat asupan glukosa dan laju peningkatan glukosa darah tidak terlalu tinggi (Parker,1993 & BPOM, 2004). 2.2
Ekstrak Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi
senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (DepKes.RI, 1995). Ekstrak dikelompokan atas sifatnya, yaitu (Voight, 1995) : a.
Ekstrak encer adalah sediaan yang memiliki konsentrasi semacam madu dan dapat dituang.
b. Ekstrak kental adalah sediaan yang dalam keadaan dingin dan tidak dapat dituang. Kandungan airnya sampai 30%. c. Ekstrak kering adalah sediaan yang memiliki konsentrasi kering dan mudah dituang, sebaiknya memiliki kandungan lembab tidak lebih dari 5%. d. Ekstrak cair, ekstrak yang dibuat sedemikian rupa sehingga 1 bagian simplisia setara dengan 2 bagian ekstrak cair.
6
2.3
Ekstraksi Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia yang diekstraksi mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain (DepKes.RI, 2000). Ekstraksi dengan menggunakan pelarut menjadi 2 cara, yaitu cara dingin dan cara panas. Ekstraksi cara dingin antara lain : Jenis – jenis Ekstraksi a. Cara Dingin 1. Maserasi Maserasi berasal dari bahasa latin Macerace berarti mengairi dan melunakkan. Dasar dari maserasi adalah melarutnya bahan kandungan simplisia dari sel yang rusak, yang terbentuk pada saat penghalusan, ekstraksi bahan kandungan dari sel yang utuh. Semakin besar perbandingan simplisia terhadap cairan pengekstraksi, akan semakin banyak hasil yang diperoleh (Voight, 1994). 2. Perkolasi Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna (Exhaustiva extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses perkolasi terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan atau penampungan ekstrak) terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) (DepKes. RI, 2000). b. Cara Panas 1. Refluks Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya selama waktu tertentu dan dalam jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik (DepKes.RI, 2000).
7
2. Digesti Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada temperature 40-50°C (DepKes.RI, 2000). 3. Infus Infus adalah proses penyarian yang umumnya dilakukan untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan – bahan nabati. Proses ini dilakukan pada suhu 90°C selama 15 menit (DepKes. RI, 2000). 4. Dekok Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai titik didih air, yakni 30 menit pada suhu 90-100°C (DepKes. RI, 2000). 5. Sokletasi Sokletasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru dan yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstrak kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik (DepKes.RI, 2000). 2.4
Tanin Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae
terdapat khusus dalam jaringan kayu. Tanin terletak terpisah dari protein dan enzim sitoplasma, bila jaringan tumbuhan rusak, misalnya hewan memakannya, maka dapat terjadi reaksi penyamakan. Sebagian besar tumbuhan yang banyak mengandung tanin dihindari oleh hewan pemakan tumbuhan karena rasanya sepat, sehingga mungkin mempunyai arti sebagai pertahanan bagi tumbuhan (Harborne, 1987). Secara garis besar, tanin terbagi menjadi dua golongan : tanin dapat terhidrolisiskan yang terbentuk dari esterifikasi gula (misalnya glukosa) dengan asam fenolat sederhana yang merupakan tanin turunan siklamat (misalnya asam galat), dan tidak terhidrolisis yang kadang disebut dengan tanin terkondensasi, yang berasal dari reaksi polimerisasi (kondensasi) antar flavonoid (Heinrich, dkk., 2009).
8
Tanin terkondensasi secara biosintesis dapat dianggap terbentuk dengan cara kondensasi katekin tunggal (galokatekin) yang membentuk senyawa dimer dan kemudian oligomer yang lebih tinggi. Proantosianidin merupakan nama lain dari tanin terkondensasi karena jika direaksikan dengan asam panas, beberapa ikatan karbon penghubung satuan terputus dan dibebaskalah monomer antosianidin (Harborne, 1987). Tanin terhidrolisiskan terutama terdiri atas dua kelas, yang paling sederhana ialah depsida galoiglukosa. Pada senyawa ini, inti yang berupa glukosa dikelilingi oleh lima gugus ester galoil atau lebih. Asam galat merupakan salah satu senyawa tanin terhidrolisis yang mempunyai molekul berbentuk senyawa dimer yaitu asam heksahidroksi difenat yang berikatan dengan glukosa, yang apabila dihidrolisis elagitanin ini menghasilkan asam elagat (Harborne, 1987). Struktur bebrapa senyawa tanin dapat dilihat pada Gambar 2.
2.5
Gambar 2. Beberapa struktur senyawa tanin (Parker, 1993) Mikrogranul Granul merupakan gumpalan yang terbentuk dari partikel yang kecil,
umumnya berbentuk kebulat-bulatan, tidak merata dan menjadi seperti partikel tunggal yang lebih besar. Granulasi merupakkan proses yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mengalir serbuk (Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013). Mikrogranul adalah sediaan granul yang diukur dalam satuan mikrometer, umumnya satuan mikron diberikan pada partikel berukuran kecil dengan lambang µm berkisar 100-600 mikrometer (Anonim, 2013), sedangkan menurut Syamsyuni (2006) Granul yang digolongkan dalam ukuran mikrometer berkisar antara 38-850 µm atau granul yang dapat melewati lubang pengayak no.20-400.
9
2.6
Mukoadhesif Sistem penghantaran obat mukoadhesif yang menghasilkan bentuk sediaan
berinteraksi lebih lama dengan mukosa yang terdapat dalam lambung dan usus, merupakan salah satu upaya yang dapat digunakan untuk mengatasi keterbatasan waktu tinggal obat dalam lambung. Obat akan ditahan untuk waktu yang lebih lama dalam saluran pencernaan, sehingga diharapkan proses absorpsinya menjadi lebih signifikan (Agoes, 2008). Polimer yang dapat melekat pada lapisan mukosa dapat dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu (Zate, dkk., 2010) : a.
Polimer yang menjadi lengket saat kontak dengan air.
b.
Polimer yang melekat melalui ikatan nonspesifik dan nonkovalen.
c.
Polimer yang berikatan dengan reseptor yang spesifik pada permukaan sel. Karakteristik polimer mukoadhesif yaitu molekul dengan ikatan hidrogen
yang kuat, bermuatan anionik kuat, fleksibel pada penetrasi jaringan, tegangan permukaan yang sesuai serta berbobot molekul tinggi. Sistem mukoadhesif dapat menjamin sediaan dapat tinggal pada bagian tubuh tertentu sehingga dapat meningkatkan ketersediaan hayati, sistem ini akan terjadi jika terdapat air, atau dengan kata lain polimer harus mampu mengembang dan menyebar pada mukus (Agoes, 2008). 2.7
Granulasi Basah Granulasi basah adalah aglomerasi serbuk dengan cara pengadukan
dengan penambahan cairan yang umumnya campuran dari cairan pengikat yang sudah dicampurkan dengan massa kering (Agoes, 2008). Metode ini dapat meminimalkan debu pada saat produksi, pencegahan serbuk menjadi terpisah dengan masa granul selama pemrosesan, serta dengan adannya variasi pemilihan pelarut yang tepat laju disolusi dan pelepasan sediaan dapat diperbaiki. Zat berkhasiat, pengisi, dan penghancur dicampur homogen, lalu dibasahi dengan larutan pengikat, bila perlu ditambahkan pewarna. Diayak menjadi granul dan dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 40-50°C, setelah kering diayak kembali untuk memperoleh granul dengan ukuran yang diperlukan (Anief, 2000).
10
2.8
Bahan Tambahan -
Bahan Pengisi (Filler) Bahan pengisi dapat berfungsi untuk meningkatkan dan memperoleh
massa agar mencukupi jumlah bobot yang diinginkan, bahan pengisi juga dapat berfungsi untuk memperbaiki laju alir, sehingga mudah dikempa, serta memenuhi persyaratan eksipien, meliputi inert, stabil secara fisik dan kimia, bebas mikroba perusak dan patogen, mendukung bioavaibilitas, tersedia dalam perdagangan dan harga relatif murah, contohnya seperti mikrokristalin selulosa (Avicel PH 102) (Anwar, 2012).Pada peningkatan masa ruahan, konsentrasi yang dapat digunakan dalam sediaan bergantung pada jumlah dan bentuk sediaan yang dikehendaki, umumnya penggunaan bahan pengisi dapat mencapai 80-90%. Zat yang lazim digunakan tergantung dari fungsi yang diinginkan baik bahan yang dapat larut dengan air seperti Laktosa dan bahan tidak larut air seperti mikrokristalin selulosa (Avicel PH 102) (Agoes, 2008). Mikrokristalin selulosa atau Avicel adalah sebagian depolimer selulosa berwarna putih, tidak berbau, tidak berasa, bubuk kristal terdiri dari partikel berpori. Tersedia secara komersial dalam ukuran partikel dan kelembaban yang berbeda, memiliki nilai sifat dan aplikasi yang berbeda. Bahan tambahan ini dapat digunakan sebagai pengisi dan penghancur yang baik (Rowe, dkk., 2009). Mikrokristalin memiliki sifat ikatan yang kuat, sebagian besar dalam bentuk poripori internal dan sebagian besar terikat pada unit kecil selulosa melalui ikatan hidrogen. Pada granulasi basah mikrokristalin digunakan sebagai pengisi maupun pengikat. Avicel PH 102 memiliki ukuran partikel besar (90µm) yang berguna untuk meningatkan sifat aliran (Agoes, 2008). -
Bahan Pengikat (Binder) Bahan pengikat adalah bahan yang berperan penting dalam menciptakan
sifat kohesif dan adhesif yang dapat mengaglomerasi partikel serbuk membentuk granul yang kompak, sehingga granul yang akan dibentuk dapat memiliki ukuran seragam setelah diayak (Agoes, 2008). Bahan ini juga penting peranannya dalam proses pembentukan granul dari partikel-partikel yang tidak homogen menjadi partikel-partikel sferis yang lebih besar dan lebih homogen. Bahan pengikat tidak
11
boleh menghalangi disintegrasi tablet maupun pelepasan zat aktif untuk diabsorpsi. Bahan pengikat yang dapat digunakan dalam granulasi basah contohnya seperti Poli Vinil Pirolidon K-30 dengan pelarut air atau campuran pelarut yang sesuai (Anwar, 2012). Pada penambahan pengikat dapat dilakukan secara kering atau dengan menggunakan pelarut tunggal maupun campur, pengikat dalam bentuk larutan umumnya lebih efektif (Lachman dan Liberman, 1994). Poli Vinil Pirolidon merupakan zat larut alkohol yang digunakan dalam konsentrasi 3 sampai 15%. Granulasi yang menggunakan sistem PVP-alkohol dapat diproses dengan baik, cepat kering, dan sifat kempa sangat baik (Siregar, 2010). PVP dapat digolongkan sebagai pembawa dalam obat dengan pelepasan terkendali, polimer ini termasuk dalam bahan serbaguna dapat digunakan sebagai pembawa untuk sistem dispersi padat yang baik (Agoes, 2008). -
Bahan Penghancur (Disintegrant) Bahan
penghancur
merupakan
bahan
yang
digunakan
untuk
mempermudah memecah granul menjadi partikel yang lebih halus dalam saluran cerna (Agoes, 2008). Menurut Anwar (2012), syarat suatu bahan dapat dipakai sebagai penghancur antara lain memungkinkan terjadinnya proses kapilerisasi cairan, mudah mengembang dan meningkatkan kemampuan pembasahan tablet, contohnya seperti mikrokristalin selulosa (Avicel PH 102). -
Polimer Mukoadhesif Polimer mukoadhesif merupakan bahan yang digunakan sediaan yang
ditujukan untuk pelepasan diperlambat. Polimer yang baik dapat menunjukan interaksi obat lebih lama dengan mukosa. Umumnya polimer yang ideal digunakan adalah polimer yang dapat mengembang dalam air, terdiri dari campuran yang memiliki bobot molekul tinggi sehingga mampu meningkatkan adhesi, mengandung gugus pembentuk ikatan hidrogen serta anionik kuat, contohnya seperti carbopol (Agoes, 2008). Carbopol adalah polimer mukoadhesif berbobot molekul tinggi yang terbentuk dari unit monomer asam akrilat yang berulang. Rantai polimer tersebut ditaut silang dengan alil sukrosa atau alil pantaeritritol. Mengandung antara 52%
12
dan 68 % asam karboksilat (COOH) dihitung berdasarkan bobot kering (Rowe, dkk., 2009). Carbopol dapat mengembang dan menyerap air sehingga banyak digunakan dalam komponen obat lepas terkendali. Polimer ini juga dapat meningkatkan viskositas, pensuspensi, serta bioadhesif yang kuat dengan mukus (Hosmani, 2006). Carbopol terdapat dalam bentuk halus berwarna putih, asam, higroskopis dan dengan sedikit bau yang khas (Rowe, dkk., 2009). Tabel konsentrasi penggunaan carbopol dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Penggunaan carbopol Penggunan Emulsifing agent Gelling agent Suspending agent Tablet binder Controlled-release agent Sumber : Rowe, dkk., 2009
Konsentrasi % 0,1-0,5 0,5-2.0 0,5-1,0 0,75-3,0 5,0-30,0
2.9
Pengujian Mutu Mikrogranul Mukoadhesif
2.9.1
Pengujian Wash Off Pengukuran adhesif pada sediaan mukoadhesif sangat diperlukan. Obat
dalam berbagai bentuk fisika dapat berada dalam substrat biologi dengan berbeda sifat, sehingga diperlukan uji sederhana untuk mengetahui jumlah potensial mukoadhesifnya (Agoes, 2008). Menurut Sutriyo, dkk., (2008) uji wash off bertujuan untuk mengetahui kemampuan mikrogranul melekat pada mukosa lambung dan usus, dengan menghitung jumlah mikrogranul yang masih melekat pada lambung dan usus. Menurut hasil penelitian yang dilakukan Indrawati, dkk., (2005) pengukuran daya lekat granul dengan uji wash off dihitung jumlah granul yang masih menempel setiap 30 menit selama 2 jam.
13
2.9.2 Bentuk Morfologi Sediaan farmasi obat dalam bentuk solida memiliki perbedaan dalam bentuk fisik baik dalam kristal maupun amorf yang selalu lebih larut dari bentuk kristalnya (Agoes, 2008). Menurut penelitian yg dilakukan oleh Ikasari, dkk., (2015) hasil pengujian morfologi mikrogranul sama dengan bentuk granul pada umumnya, yaitu berbentuk partikel bulat, amorf dan seragam dengan ukuran mikron. Bentuk mikrogranul yang ditunjukkan dengan mikroskop cahaya adalah amorf dan morfologi mikrogranul diperiksa dengan pemindaian mikroskop elektron, photomikrograpis dengan pembesaran 1000x. 2.9.3
Ukuran Partikel Pengecilan ukuran partikel dapat meningkatkan luas permukaan,
kecepatan disolusi dan meningkatnya absorbsi pada saluran cerna. Proses yang dapat dilakukan untuk menyeragamkan ukuran partikel dengan ukuran diperkecil antara lain penggilingan, pengayakan atau kristalisasi (Agoes, 2008). Pengujian ukuran dilakukan dengan menggunakan mikroskop elektron untuk mengetahui ukuran mikrogranul yang seragam dalam satuan mikron. Pengujian yang dilakukan oleh Szymańska dan Katarzyna (2012) ukuran mikrogranular dan analisis bentuk mikrogranular diamati dibawah perbesaran 10x menggunakan mikroskop optik dilengkapi dengan kamera (Motic BA400, Wetzlar, Jerman). Ukuran granul yang diukur dalam mikrometer berkisar 38-850 µm atau granul yang dapat
melewati
lubang pengayak
no.20-400
(Syamsyuni,
2006).
14
BAB III BAHAN DAN METODE
3.1
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilaksanakan dari bulan Februari sampai Mei 2016 di
Laboratorium Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan Bogor. 3.2
Bahan dan Alat
3.2.1
Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji alpukat
(Persea americana Mill), PVP-K30, Carbopol 934P, Avicel PH-102, akuades, potongan mukosa lambung dan usus tikus putih segar, medium cairan lambung dan usus buatan, asam galat, besi (III) ammonium disulfat, kalium besi (III) sianida, larutan gelatin, asam natrium klorida, kaolin, lem sianoakrilat, parafilm, natrium klorida P, asam korida P, natrium Hidroksida 0,2 N, kalium hidrogen fosfat. 3.2.2 Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: neraca analitik, oven, grinder, tanur (Vulcan A-55®), Moisture Balance (AND MX-50®), Vacuum Dryer, Silent Crusher (Heidolph®), Mikroskop elektron, Spektrofotometer UVVIS, Disintegrator Tester (LIJ-1®), Ayakan, dan alat-alat gelas lainnya. 3.3
Metode Penelitian
3.3.1
Pengumpulan dan Determinasi Bahan Biji alpukat yang akan digunakan diperoleh dari kawasan kampus
Universitas Pakuan Bogor. Determinasi tanaman dilakukan di Pusat Konservasi Tumbuhan (PKT) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bogor. 3.3.2
Pembuatan Simplisia Biji Alpukat Biji dari buah alpukat yang telah matang sebanyak 3 kg dibersihkan dan
dicuci dengan air mengalir sampai bersih lalu ditiriskan. Biji alpukat dipotong kecil-kecil membujur dengan tebal sekitar 1-2 mm untuk mempercepat
15
pengeringan. Potongan biji alpukat dikeringkan didalam oven pada suhu kurang lebih 50oC, simplisia kering dibersihkan kembali dari kotoran yang mungkin tercemar pada saat pengovenan (sortasi kering). Selanjutnya simplisia kering digrinder menjadi simplisia serbuk dan diayak menggunakan ayakan mesh 30 sehingga diperoleh simplisia serbuk, dan disimpan dalam wadah bersih tertutup rapat. Alur pembuatan serbuk simplisia terdapat di Lampiran 1. 3.3.3
Pengujian Mutu Simplisia Biji Alpukat
3.3.3.1 Penetapan Kadar Air Penentuan kadar air dilakukan dengan menggunakan moisture balance. Sampel sebanyak 1 gram dimasukan, disiapkan alat pada suhu 1050C selama 1 menit. Kemudian kadar yang tertera pada moisture balance dicatat. Dilakukan pengulangan 3 kali (triplo). 3.3.3.2 Penetapan Kadar Abu Ditimbang 2-3 gram sampel dengan seksama, dimasukkan ke dalam krus platina atau krus silikat yang telah dipijarkan dan ditara, diratakan. Dipijarkan dengan suhu ±600°C perlahan-lahan hingga arang habis, didinginkan lalu ditimbang hingga bobot konstan ±0,25%. Jika dengan cara ini arang tidak dapat dihilangkan, ditambahkan air panas, disaring dalam krus yang sama. Dimasukkan filtrat ke dalam krus, diuapkan, dipijarkan hingga bobot tetap, ditimbang. Dihitung kadar abu terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara. Dilakukan pengulangan 3 kali (triplo) caranya yaitu dengan memasukkan krus ke dalam tanur secara bersamaan. Kadar abu biji alpukat tidak lebih dari 5% (DepKes. RI, 1978). Cara perhitungannya: % Abu Total =
𝐁𝐨𝐛𝐨𝐭 𝐚𝐛𝐮 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐩𝐞𝐫𝐨𝐥𝐞𝐡 𝐁𝐨𝐛𝐨𝐭 𝐚𝐰𝐚𝐥 𝐬𝐚𝐦𝐩𝐞𝐥
x 100 %
3.3.3.3 Perhitungan Rendemen Simplisia Perhitungan rendemen simplisia yaitu dengan membandingkan antara bobot simplisia segar dengan bobot akhir yang diperoleh.
16
Cara Menghitung : Rendemen Simplisia =
3.3.4
𝐁𝐨𝐛𝐨𝐭 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐩𝐞𝐫𝐨𝐥𝐞𝐡 𝐁𝐨𝐛𝐨𝐭 𝐬𝐢𝐦𝐩𝐥𝐢𝐬𝐢𝐚 𝐬𝐞𝐠𝐚𝐫
x 100%
Pembuatan Ekstrak Kering Biji Alpukat Sebanyak 30 g serbuk simplisia biji alpukat dimasukkan kedalam bejana
yang berisi 1 L air dan dipanaskan diatas kompor sampai mendidih selama kurang lebih 45 menit atau sampai volume air 0,25 L lalu disaring untuk kemudian filtratnya dipisahkan (perlakuan pertama). Residu yang diperoleh kemudian ditambahkan lagi air sebanyak 1 L dan diperlakukan sama seperti perlakuan pertama sampai 4 kali perlakuan, maka didapatlah volume filtrat sebanyak 1 L dengan dosis 30 g/L (Koffi, dkk., 2009). Filtrat yang dihasilkan dibuat ekstrak kering dengan bantuan alat Vacuum dryer. Tahapan pembuatan ekstrak kering biji alpukat dapat dilihat pada Lampiran 1. 3.3.5
Pengujian Mutu Ekstrak Kering Biji Alpukat Pengujian mutu ekstrak meliputi uji fisik serta perhitungan rendemen.
Prosedurnya sama dengan pengujian mutu pada simplisia biji alpukat. 3.3.6
Analisis Kadar Polifenol Total Ekstrak Kering Biji Alpukat
3.3.6.1 Persiapan Larutan Blanko Sebanyak 1 mL akuadestilata ditambahkan 6mL besi (III) amonium disulfat 0,2 M, diaduk selama 20 menit, ditambahkan 6 mL kalium besi (III) sianida 0,01 M dan diaduk selama 20 menit. Ditambahkan akuadestilata sampai 50 mL. 3.3.6.2 Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimal Dibuat larutan induk asam galat 100 μg/mL dalam akuadestilata dan diencerkan hingga 25 μg/mL. Sebanyak 2mL larutan dipipet, ditambahkan 6 mL besi (III) amonium disulfat 0,2 M, diaduk selama 20 menit, ditambahkan 6 mL kalium besi (III) sianida 0,01 M dan diaduk selama 20 menit. Akuades ditambahkan hingga 50 mL, sehingga diperoleh konsentrasi akhir 1 μg/mL. Diukur serapannya pada panjang gelombang 600 - 800 nm (Mustikasari, 2012).
17
3.3.6.4 Penentuan Waktu Inkubasi Dipipet sebanyak 0,5 mL larutan standar asam galat 100 ppm dan ditambahkan 6 mL besi (III) amonium disulfat 0,2 M diaduk selama 20 menit, ditambahkan 6 mL kalium besi (III) sianida 0,01 M dan diaduk selama 20 menit. Akuades ditambahkan hingga 50 mL. Dihomogenkan dan diinkubasi pada suhu kamar. Ukur serapannya pada panjang gelombang maksimum pada 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40 menit hingga didapat serapan optimum yang stabil. 3.3.6.3 Penentuan Kurva Kalibrasi Dari larutan baku asam galat 100 ppm dipipet masing-masing 2, 4, 6, 8, dan 10 mL ke dalam labu ukur 50 mL. Masing-masing ditambahkan dengan 6 mL besi (III) amonium disulfat 0,2 M diaduk 20 menit, dan 6 mL kalium besi (III) sianida 0,01 M diaduk 20 menit, kemudian ditambahkan akuadestilata sampai 50 mL. Ukur serapannya pada panjang gelombang maksimal yang dihasilkan (Mustikasari, 2012). 3.3.6.4 Preparasi Sampel Sebanyak 0,06 g serbuk ekstrak kering biji alpukat dididihkan dengan 80 mL akuadestilata. Larutan disaring serta dibilas dengan 2 x 5 mL akuadestilata dan ditepatkan hingga 100 mL, diambil sebanyak 5 mL ekstrak, ditambahkan akuadestilata hingga 10 mL. Kemudian diambil 1 mL dari labu ukur 10 mL dan dimasukan dalam labu ukur 50 mL ditambahkan 6 mLbesi (III) amonium disulfat 0,2 M dan diaduk selama 20 menit. Kemudian ditambahkan 6 mL kalium besi (III) sianida 0,01 M dan diaduk selama 20 menit serta ditambahkan akuadestilata hingga 50 mL. Larutan diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum yang dihasilkan. 𝐊𝐚𝐝𝐚𝐫 =
3.3.7
𝑲𝒂𝒅𝒂𝒓 (𝒑𝒑𝒎) 𝒙 𝒗𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 (𝒎𝒍)𝒙 𝒇𝒂𝒌𝒕𝒐𝒓 𝒑𝒆𝒏𝒈𝒆𝒏𝒄𝒆𝒓𝒂𝒏 𝟏𝟎𝟎𝟎 𝒙 𝒃𝒐𝒃𝒐𝒕 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 (𝒈) − (𝒃𝒐𝒃𝒐𝒕 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 (𝒈)𝒙 𝒌𝒂𝒅𝒂𝒓 𝒂𝒊𝒓
Pembuatan Mikrogranul Mukoadhesif
3.3.7.1 Formulasi Mikrogranul Mukoadhesif Mikrogranul mukoadhesif dibuat sebanyak 4 formula dengan perbedaan konsentrasi carbopol, setiap formula dibuat sebanyak 100 gram.
18
Tabel 2. Formula Mikrogranul Mukoadhesif Bahan Ekstrak biji alpukat*
Kontrol (%) 10
Formula I (%) 10
Formula II (%) 10
Formula III (%) 10
10
10
10
10
-
5
17,5
30
PVP K30 Carbopol 934P
Avicel PH102 ditambahkan 100 100 100 hingga Keterangan * : Perhitungan dosis ekstrak dapat dilihat pada Lampiran 2.
100
3.3.7.2 Prosedur Pembuatan Mikrogranul Mukoadhesif Ekstrak kering biji alpukat dicampurkan dengan larutan PVP K30 dalam etanol 96% (1:3), kemudian diuapkan hingga bobot campuran hilang 50%. Dispersi tersebut dihomogenkan kembali dengan silent crusher (Heidolph®) dengan kecepatan 20-35 RPM (x1000). Dibuat massa suspensi campuran carbopol 934P dan Avicel PH102 dengan penambahan akuades, kemudian dicampurkan dengan campuran Ekstrak kering biji alpukat dan PVP K30, lalu dihomogenkan kembali dengan silent crusher (Heidolph®). Massa
dikeringkan dalam oven
dengan suhu 35˚C+ 0,5 ˚C, setelah kering kemudian digrinder dan diayak dengan mesh 100. Selanjutnya dilakukan evaluasi terhadap mikrogranul mukoadhesif (Ikasari, dkk., 2015). Tahapan pembuatan mikrogranul mukoadhesif dapat dilihat pada Lampiran 3. 3.3.8
Evaluasi Mikrogranul Mukoadhesif
3.3.8.1 Uji Kadar Air Penentuan kadar air mikrogranul mukoadhesif dilakukan dengan menggunakan moisture balance. 3.3.8.2 Uji Sudut Istirahat Pengujian sudut istirahat dilakukan dengan memasukkan sejumlah 50 gram granul ke dalam corong. Massa yang jatuh akan membentuk kerucut, lalu diukur tinggi dan diameter kerucut. Percobaan ini dilakukan sebanyak 3 kali. Tipe aliran berdasarkan sudut istirahat dapat dilihat pada Tabel 4.
19
Rumus : Tan-1 α =
ℎ 𝑟
Keterangan : α = Sudut diam (˚) h = Tinggi tumpukan granul (cm) d = Diameter tumpukan granul (cm)
h r
α
Tabel 3. Tipe Aliran Berdasarkan Sudut Diam.
Sudut Istirahat (α) < 250 0 25 <α<400 >400 Sumber: Aulton,1988
Keterangan Sangat Mudah Mengalir Mudah Mengalir Sukar Mengalir
3.3.8.3 Uji Aliran Uji aliran dilakukan dengan cara sebanyak 50 gram granul dilewatkan ke dalam alat granule flow tester sampai massa melewati corong, kemudian dicatat waktunya. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali. Penghitungan daya aliran dilakukan menggunakan rumus: f=
M
T
Keterangan: f = Daya aliran (gram/detik) T = Waktu (detik) M = Massa Granul (gram) Tabel 4. Tipe Aliran Berdasarkan Harga Daya Alir Harga daya alir (f) >10 4 – 10 1,4 – 4 <1,4
Keterangan Bebas mengalir Mudah mengalir Kohesif Sangat kohesif
Sumber : Aulton, 1988.
3.3.8.4 Uji Distribusi Ukuran Granul Diambil 50 gram mikrogranul tiap formula secukupnya untuk pengujian. Distribusi ukuran partikel dilakukan dengan analisis ayak menggunakan pengayak standar yaitu mesh 40, 60, 80 dan 100 dengan ukuran granul antara 150-425 µm, dihitung jumlah persentase bobot mikrogranul yang lolos dari tiap ayakan.
20
3.3.8.5 Uji Kadar Polifenol Total Ditimbang mikrogranul yang setara dengan 1 gram ekstrak kering biji alpukat. Penentuan kadar polifenol total pada mikrogranul mukoadhesif ekstrak kering biji alpukat (Persea americana Mill) ini dilakukan tahapan yang sama seperti penentuan kadar polifenol total pada ekstrak kering biji alpukat (Persea americana Mill) diukur sebanyak 3 kali pengulangan. 3.3.8.6 Uji Wash Off -
Pembuatan cairan lambung buatan tanpa enzim Dilakukan dengan cara melarutkan 2,0 gram NaCl P dalam 7,0 ml HCl P.Kemudian cairan ini ditambahkan dengan air suling hingga 1 liter dan diperiksa pada pH 1,2 + 0,1 (Suryani, dkk., 2009).
-
Pembuatan cairan usus buatan tanpa enzim Dilakukan dengan cara mencampurkan larutan 6,8 mL kalium hidrogen fosfat dalam 250 mL air suling dengan 190 mL NaOH 0,2 N yang telah diencerkan hingga 400 mL. Selanjutnya, pH campuran diatur hingga 7,5 + 0,1 dengan penambahan NaOH 0,2 N dan digenapkan dengan air suling hingga 1 liter (Suryani, dkk., 2009).
-
Penyiapan membran mukosa lambung dan usus Dilakukan melalui tahapan berikut : a) Tikus yang dipilih adalah tikus yang sehat dengan bobot 250 g. Sehari sebelumnya tikus dipuasakan terlebih dahulu, b) Tikus dimatikan dengan kloroform atau eter, c) Pembedahan dilakukan pada bagian abdomal, kemudian organ lambung dan usus diambil, d) Jaringan dicuci dengan NaCl fisiologis dan kemudian organ lambung direndam dengan cairan lambung dan organ usus direndam dengan cairan usus buatan (Suryani, dkk., 2009).
-
Cara kerja uji Wash Off Disiapkan kaca objek sebagai media pelekatan potongan jaringan lambung atau usus tikus segar dengan menggunakan lem sianoakrilat, ditempatkan secara merata mikrogranul mukoadhesif pada mukosa lambung atau usus. Kaca objek ditempatkan pada alat uji disintegrasi dan gerakan dengan kecepatan 30 kali per menit, dalam medium cairan lambung atau cairan
21
usus buatan tanpa enzim pada suhu 37˚C selama 2 jam (Indrawati, dkk., 2005), kemudian ditentukan kandungan tanin yang masih melekat pada mukosa. 3.3.8.7 Analisis Kadar Polifenol Total Diambil mikrogranul mukoadhesif yang masih menempel pada mukosa lambung dan usus setelah uji wash off. Penentuan kadar polifenol total pada mikrogranul mukoadhesif ekstrak kering biji alpukat (Persea americana Mill) ini dilakukan tahapan yang sama seperti penentuan kadar polifenol total pada ekstrak kering biji alpukat (Persea americana Mill) dilakukan sebanyak 3 kali. Dilakukan perbandingan dengan uji analisis kadar polifenol total sebelum uji wash off. 3.3.8.8 Uji Morfologi dan Ukuran Diambil secukupnya mikrogranul pada formula terbaik setelah uji wash off untuk pengujian ukuran dengan mikroskop elektron yang telah dihubungkan dengan komputer. Dicatat ukuran yang muncul dalam satuan mikron dan morfologi bentuk partikel dari mikrogranul.
22
BAB IV PEMBAHASAN
4.1
Serbuk Simplisia Biji Alpukat Hasil
determinasi
di
Pusat
Konservasi
Tumbuhan
LIPI
Bogor
menunjukkan bahwa buah alpukat yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis Persea americana Mill. Hasil determinasi dapat dilihat pada Lampiran 4. Biji alpukat diperoleh di kawasan kampus Universitas Pakuan Bogor dari pedagang es buah. Biji alpukat yang digunakan sebanyak 4 kg kemudian dipotong membujur dan dikeringkan menjadi simplisia. Simplisia kering kemudian dihaluskan dan diayak dengan mesh 30 hingga diperoleh 1,327 kg dengan rendemen 33,175 % b/b dan kadar air 2,561%. Penelitian yang dilakukan oleh Agustian (2015) diperoleh rendemen simplisia kering sebanyak 35,27 % b/b dan kadar air 3,50%. Kadar air yang diperoleh memenuhi ketentuan kadar air DepKes RI (1985) yaitu tidak lebih dari 5%. Data perhitungan rendemen selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6. Karakteristik dari serbuk simplisia biji alpukat yaitu memiliki warna coklat pucat, berbau khas dan memiliki rasa yang sedikit kelat serta pahit di lidah. Penelitian yang dilakukan oleh Agustian (2015) serbuk simplisia biji alpukat memiliki warna krem kecoklatan, berbau khas dan terasa kelat di lidah. Gambar simplisia serbuk dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Serbuk Simplisia Biji Alpukat Hasil pengujian kadar abu rata-rata yaitu 4,023%, sedangkan kadar abu yang didapat oleh Agustian (2015) sebesar 3,14%. Hal ini menunjukkan bahwa kadar abu yang diperoleh memenuhi kadar abu simplisia umum yaitu kurang dari
23
5%. Penentuan kadar abu ini bertujuan untuk mengidentifikasi kandungan zat organik dan mineral logam dalam simplisia, jika kadar abu melebihi persyaratan yang telah ditentukan maka simplisia tersebut tidak layak digunakan untuk bahan baku pembuatan jamu (Depkes, 1977). Perhitungan selengkapnya untuk uji kadar abu dapat dilihat pada Lampiran 6.
4.2
Ekstrak Kering Biji Alpukat Ekstrak kering biji alpukat diperoleh dengan cara mengesktraksi serbuk
biji alpukat menggunakan metode infundasi dengan akuades. Metode infundasi merupakan penyarian menggunakan suhu 100˚C (mendidih). Metode ini digunakan karena senyawa tanin tahan terhadap panas (Heinrich, dkk., 2009). Penggunaan akuades sebagai pelarut dikarenakan senyawa tanin dalam biji alpukat bersifat polar. Senyawa polifenol seperti tanin memiliki banyak gugus karboksil sehingga tingkat kelarutannya dalam pelarut polar cukup yang tinggi (Robinson, 2005). Hasil ekstrak kering biji alpukat yang diperloleh dari 1 L ekstrak cair yang divaccum dryer sebesar 4,75 g dengan rendemen 15,833%. Pembuatan ekstrak kering biji alpukat yang dilakukan oleh Agustian (2015) didapatkan rendemen ekstrak sebesar 17,33%. Perhitungan rendemen dapat dilihat pada Lampiran 5. Penelitian yang dilakukan oleh Koffi et al,. (2009) didapatkan dosis efektif antidiabetes dari biji alpukat yaitu 15% dari hasil ekstraksi, sehingga diperoleh 0,71 g untuk dosis kelinci. Dosis yang digunakan diperoleh dari hasil konversi dosis kelinci untuk dosis manusia yaitu 14,2 kali, sehingga diperoleh dosis sebesar 10,08 g. Karakteristik dari ekstrak serbuk biji alpukat yaitu memiliki warna coklat pekat, berbau khas dan memiliki rasa pahit di lidah. Pembuatan ekstrak serbuk biji alpukat yang dilakukan oleh Agustian (2015) memiliki karakteristik coklat pekat, berbau khas dan memiliki rasa yang sangat pahit. Gambar serbuk ekstrak kering dapat dilihat pada Gambar 4.
24
Gambar 4. Serbuk Ekstrak Kering Biji Alpukat Kadar air ekstrak kering biji alpukat yang diperoleh sebesar 3,411 % sedangkan kadar air yang diperoleh Agustian (2015) sebesar 2,87%. Kadar air yang diperoleh sesuai dengan kadar air ekstrak kering yaitu kurang dari 5% Voight (1994). Kadar abu ekstrak kering yang diperoleh sebesar 1,197 % dan kadar abu ekstrak biji alpukat yang diperoleh Agustian (2015) sebesar 1,67%. Perhitungan kadar air dan kadar abu dapat dilihat pada Lampiran 7.
4.3
Hasil Pengujian Analisis Kadar Polifenol Total Ekstrak Biji Alpukat Penetapan kadar polifenol total dilakukan untuk mengetahui kadar tanin
dan polifenol lain yang terdapat dalam ekstrak biji alpukat, dengan menggunakan pereaksi biru prussi menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis. Senyawa golongan fenolik berupa senyawa aromatik sehingga memiliki serapan yang kuat didaerah UV (Harborne, 1987). Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan menggunakan asam galat sebagai standar yang direaksikan dengan besi (III) amonium disulfat dan kalium besi (III) sianida yang menghasilkan warna biru prusi. Panjang gelombang maksimum yang didapat yaitu 738 nm dengan waktu inkubasi pada rentang 40-45 menit. Waktu inkubasi ini dapat menunjukkan waktu telah berakhirnya reaksi antara standar dengan perekasi sehingga diperoleh nilai serapan yang stabil. Penelitian yang dilakukan oleh Agustian (2015) menunjukkan panjang gelombang maksimum yang diperoleh yaitu 737 nm. Perbedaan panjang gelombang mengalami pergeseran batokromik yaitu adanya pengaruh pelarut sehingga terjadi pergeseran puncak absorbsi ke arah panjang gelombang yang lebih besar. Pergeseran ini dikarenakan senyawa fenol secara khas dapat menunjukan geseran batokrom pada spektrumnya bila ditambahkan dengan basa (Harborne, 1987). Hasil penentuan panjang gelombang dan waktu inkubasi dapat dilihat pada Lampiran 8.
25
Penentuan kadar polifenol total ekstrak biji alpukat dilakukan dengan menentukan terlebih dahulu regresi linier asam galat 100 ppm pada konsentrasi 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm dan 10 ppm. Hasil persamaan regresi linier yang didapat yaitu y= 0,0657x + 0,3202 dengan nilai koefisien R2=0,9998. Nilai linearitas mendekati satu, dapat dikatakan bahwa nilai absorban berbanding lurus dengan konsentrasi dan mengikuti persamaan regresi linear. Hasil rata-rata pembacaan kadar polifenol total dari ekstrak kering biji alpukat sebesar 992,063 mg/g. Hasil perhitungan dan pembacaan absorbansi kadar polifenol total dapat dilihat pada Lampiran 9.
4.4
Hasil Evaluasi Mikrogranul Mukoadhesif Sediaan penghantaran mukoadhesif adalah sediaan yang memiliki
kemampuan berinteaksi lebih lama dengan mukosa. Sediaan mukoadhesif menggunakan polimer yang dapat meningkatkan kontak sediaan dengan membran mukosa. Polimer mukoadhesif harus mempunyai suatu ikatan yang mampu meningkatkan interaksi tarik-menarik terhadap mukosa, salah satunya adalah ikatan hidrogen (Agoes, 2008). Polimer yang digunakan adalah carbopol. Carbopol termasuk dalam polimer yang memiliki bobot molekul tinggi dan memiliki ikatan hidrogen yang kuat (Rowe., dkk, 2009). Pengujian yang dilakukan terhadap mikrogranul mukoadhesif meliputi uji kadar air, uji laju air, uji sudut diam, uji aliran, uji distribusi granul, uji kadar tanin uji wash off dan uji morfologi serta uji ukuran partikel. Mikrogranul yang dihasilkan memiliki warna coklat pucat dan berbau khas. Gambar mikrogranul mukoadhesif dapat dilihat pada Gambar 5. Data uji mutu mikrogranul mukoadhesif dapat dilihat pada Tabel 5.
Gambar 5. Sediaan Mikrogranul Mukoadhesif Biji Alpukat
26
Tabel 5. Data Uji Mutu Mikrogranul Mukoadhesif Uji Mutu
Kontrol
Formula 1
Formula 2
4,73
3,67
3,4
(Memenuhi Syarat)
(Memenuhi Syarat)
(Memenuhi Syarat)
Laju Alir
8,88
6,60
7,52
(g/detik)
(Mudah Mengalir)
(Mudah Mengalir)
(Mudah Mengalir)
(Mudah Mengalir)
33,586
27,464
38,440
37,620
(Mudah Mengalir)
(Mudah Mengalir)
(Mudah Mengalir)
(Mudah Mengalir)
Kadar Air (%)
Sudut Istirahat (˚)
Formula 3 4,14 (Memenuhi Syarat)
6,42
Kadar air mikrogranul mukoadhesif tiap formula memenuhi persyaratan kadar air granul yaitu kurang dari 5% dan memiliki laju alir serta sudut istirahat yang mudah mengalir karena sediaan mikrogranul dipengaruhi oleh penggunaan Avicel PH-102 sebagai komponen bahan pengisi yang dapat meningkatkan sifat aliran granul dan sudut istirahat dalam formulasi granulasi basah (Agoes, 2008). Hasil pengujian distribusi granul dengan menggunakan ayakan bertingkat dengan mesh 40, 60, 100 dan 140 dengan menguji 50 gram dari tiap formula. Distribusi granul dilakukan untuk mengetahui banyaknya granul yang mampu terdistribusi dan mengetahui ukuran umum yang didapatkan salah satunya dengan cara pengayakan (Agoes, 2008). Data distribusi mikrogranul dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Data Distribusi Mikrogranul Mesh (ukuran granul) 40 (425 µm) 60 (250 µm) 100 (150 µm) 140 (105 µm)
Bobot Awal (gram)
50
Bobot Setelah Pengayakan (gram) / (%) Kontrol Formula I Formula II Formula III 50 / 100 50 / 100 50 / 100 0,43 / 0,86
50 / 100 50 / 100 50 / 100 0,22/ 0,44
50 / 100 50 / 100 50 / 100 0,3 / 0,6
50 / 100 50 / 100 50 / 100 0,2 / 0,4
Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan semua formula mampu melewati mesh 40, 60, dan 100 atau sebanyak 100% mikrogranul terdistribusi dengan ukuran < 150 µm. Hasil ini sesuai dengan ukuran mikrogranul yang akan dibuat pada penelitian yaitu < 150 µm. Mikrogranul yang melewati saringan mesh 140 hanya
27
0,4-0,8%, menunjukan hanya sedikit mikrogranul yang berukuran < 105 µm, hal ini dikarenakan adanya penambahan carbopol dalam formulasi, dimana granul yang terbentuk mengeras pada saat pengeringan akibat carbopol mengalami hidrasi (kekurangan air) akibatnya mikrogranul sulit melewati mesh 140. Granul yang terbentuk memenuhi persyaratan ukuran granul yang diukur dalam satuan mikrometer yaitu berkisar 38-850 µm (Syamsyuni, 2006).
4.5
Hasil Uji Wash Off Daya adhesif sediaan mukoadhesif pada membran mukosa ditentukan
dengan pengujian wash off. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan mukoadhesif dari suatu obat terhadap substrat biologi (Agoes, 2008). Umumnya obat akan mengalami fase distribusi pada saluran pencernaan terutama pada lambung dan usus (Priyatno, 2008). Uji wash off menggunakan potongan lambung tikus serta cairan lambung buatan tanpa enzim (pH 1,2) dan potongan usus tikus serta cairan usus buatan tanpa enzim (pH 7,5). Penggunaan mukosa yang berbeda dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan mukoadhesif dari mikrogranul, selain itu juga untuk mengetahui konsentrasi carbopol yang paling baik sebagai polimer mukoadhesif. Sebelum dilakukan pengujian wash off ditentukan kadar polifenol total sediaan mikrogranul mukoadhesif sebagai perbandingan kadar setelah uji wash off. Kadar polifenol total yang didapatkan sebelum uji wash off adalah 973,999 mg/g + 6,238. Hasil pembacaan absorbansi dan kadar polifenol total dapat dilihat pada Lampiran 11. Wash off dilakukan selama 2 jam, karena pada mukosa terdapat variabel biologi berupa musin yang akan mengalami perggantian secara alami oleh mukosa kurang lebih 2 jam, sehingga sekuat apapun polimer yang digunakan akan lepas dari permukaan mukosa karena adanya penggantian musin (Agoes, 2008). Gambar sebelum dan sesudah mukosa usus dan lambung ditempelkan mikrogranul dan proses pengujian wash off dapat dilihat pada Gambar 6.
28
(i)
(ii)
(v)
(iii)
(iv)
(vi)
Gambar 6. Pengujian Wash Off Keterangan : - (i) - (ii) - (iii) - (iv) - (v) - (vi)
= Usus sebelum ditempelkan mikrogranul = Usus sesudah ditempelkan mikrogranul = Lambung sebelum ditempelkan mikrogranul = Lambung sesudah ditempelkan mikrogranul = Penempatan objek glass pada basket alat desintegrator tester = Cairan saat alat beroperasi
Hasil analisis kadar polifenol total pada sediaan dilakukan sebelum dan sesudah uji wash off. Penentuan kadar polifenol total setelah uji wash off dilakukan untuk mendapatkan kadar polifenol yang masih menempel serta mengetahui formula dengan konsentrasi carbopol terbaik yang dapat digunakan sebagai mukoadhesif. Kadar polifenol total sebelum dan sesudah wash off dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Kadar Polifenol Total Sebelum dan Setelah Uji Wash Off Media
Usus
Formula
Kontrol Formula I Formula II Formula III
Bobot Mikrogranul
600 mg
Kadar Sebelum Uji Wash Off (mg/g)
Kadar Sesudah Uji Wash Off (mg/g)/%
975,126 973,977 965,868 981,026
0 46,881/4,813 281,777/29,173 272,492/27,770
29
Lambung
Kontrol Formula I Formula II Formula III
600 mg
975,126 973,977 965,868 981,026
0 0 205,621/21,288 0
Hasil pengujian kadar polifenol total sebelum dan sesudah wash off diperoleh formula terbaik adalah Formula II. Formula II memiliki persentasi kadar polifenol yang lebih tinggi dibandingkan dengan formula lainnya yaitu 29,173% pada media usus dan 21,288% pada media lambung. Semakin besar kadar polifenol menunjukkan bahwa konsentrasi carbopol yang digunakan baik, sedangkan nilai nol (0) menunjukkan bahwa tidak adanya polifenol yang menempel pada mukosa. Perbedaan konsentrasi carbopol mempengaruhi daya lekat, dimana carbopol merupakan polimer yang dapat membentuk sistem yang memiliki kekentalan dalam air karena carbopol dapat mengembang dengan menyerap air serta dapat membentuk ikatan hidrogen yang efektif sebagai mukoadhesif dengan adanya air (Agoes, 2008).
Contoh perhitungan kadar
polifenol total sebelum dan sesudah uji wash off dapat dilihat pada Lampiran 11. Formula I memiliki konsentrasi carbopol terendah yaitu 5% sehingga pelekatan yang diperoleh kurang baik pada usus dan lambung, sedangkan pada Formula III yang memiliki konsentrasi 30% menunjukan daya lekat yang kurang baik dilambung, hal ini ditunjukkan oleh kadar polifenol yang turun dibandingkan dengan Formula II. Konsentrasi polimer yang rendah akan membentuk interaksi tarik menarik yang lemah antara polimer dan mukosa, sedangkan konsentrasi polimer yang terlalu besar menyebabkan interaksi tarik-menarik yang kuat sehingga dapat membentuk ikatan tolak-menolak karena adanya interaksi sterik. Forsa interaksi polimer terlalu besar, maka polimer dengan konsentrasi tinggi hanya membentuk presipitasi dan interaksi hanya terbentuk pada permukaan (Agoes, 2008). Hasil penetapan kadar polifenol total setelah uji wash off pada mukosa usus lebih tinggi dibandingkan pada lambung, hal ini karena adanya interaksi yang kuat pada mukosa usus dan carbopol sebagai polimer mukoadhesif.
30
Carbopol termasuk polimer bersifat asam karena mengandung sebagian besar asam karboksilat. Keberadaan gugus karboksil tersebut membuat carbopol tidak akan terdisosiasi, tetapi akan mengalami ionisasi pada mukosa usus sehingga dapat membentuk ikatan hidrogen yang stabil (Agoes, 2008). Hasil pembacaan absorbansi kadar polifenol total sebelum dan sesudah uji wash off dapat dilihat pada Lampiran 11.
4.6
Hasil Pemindaian Mikrogranul Mukoadhesif Pemindaian dilakukan terhadap formula terbaik dari hasil pengujian kadar
setelah uji wash off, yaitu Formula II. Pemindaian dilakukan dengan menggunakan metode SEM (Scanning Electron Microscope) terhadap morfologi dan ukuran granul. Hasil pemindaian diperoleh bentuk morfologi mikrogranul berupa amorf dan hablur agak kebulatan. Hasil pengukuran mikrogranul untuk 50 kali pembesaran diperoleh 110,76 µm sampai 115,01 µm. Ukuran yang didapat sesuai dengan persyaratan granul yang diukur dalam satuan mikron yaitu berkisar 38-850
µm
(Syamsuni,
2006).
Gambar
hasil
pemindaian
mukoadhesif dapat dilihat pada Gambar 7.
(a) (b) Gambar 7. Hasil Pemindaian Mikrogranul Keterangan : - (a) : Hasil Pemindaian 50 kali - (b) : Hasil Pemindaian 5000 kali
mikrogranul
31
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan 1. Konsentrasi carbopol sebagai polimer terbaik untuk mikrogranul mukoadhesif adalah 17,5% (Formula II). 2. Kadar polifenol total ekstrak biji alpukat sebelum dibuat sediaan yaitu 992,063 mg/g, kadar polifenol total setelah dibuat sediaan pada formula terbaik yaitu 965,868 mg/g.
5.2
Saran Perlu dilakukan penelitian lanjut untuk meningkatkan persentasi adhesif sediaan mikrogranul dengan mereformulasi PVP K30 sebagai pengikat yang paling baik dibuat sediaan mukoadhesif dan mengkombinasikan carbopol dengan polimer mukoadhesif lain, seperti Gelatin dan HPMC (Hydroxylpropyl Methyl Cellulose).
32
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, G. 2008. Pengembangan Sediaan Farmasi, Penerbit ITB. Halaman : 1011, 69, 232-235. _____________. Sistem Penghantaran Obat Pelepasan Terkendali, Penerbit ITB. Halaman : 37, 99, 231-245. Agustian, R. 2015. Formulasi Minuman Serbuk Ekstrak Biji Alpukat(Persea americana Mill) dengan Variasi Pengisi Tepung Talas (Colocasia esculenta (L.) Schott) dan Susu Skim. Skripsi. Universitas Pakuan. Bogor. Akram, M., Syed B.S.N., Shanaz G. 2011. Development of Co-Processed Micro Granules For Direct Compression. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. Vol. 3 (2). ISSN-0975-1491. Anief, M. 2000. Ilmu Meracik Obat dan Praktik. Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta. Halaman : 210-216. Anwar, E. 2012. Eksipien dan Sediaan Farmasi Karakteristik dan Aplikasi. Dian Rakyat. Jakarta.Halaman : 210-216 Aulton, M.E. 1988. Pharmaceutich The Sciense of Dosage from Design. Cruvill livingstone Edinburgh. Halaman : 247-312 Burgers, D.J., Hickey, A.J. 2007. Microsphere Technology and Applications, in Encyclopedia of Pharmaceutical Technology. Swarbrick J. Ed., Informa Healthcare. Newyork. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2004. Mengenal Beberapa Tanaman yang Digunakan Masyarakat Sebagai Antidiabetik Untuk Membantu Menurunkan Kadar Gula Dalam Darah. InfoPOM. Vol. 5 (3). ISSN 1829-9334. Halaman : 6. Chowdary, K.P.R. & Rao, Y. S. 2003. Design in vitro and in vivo evaluation of mucoadhesive microcapsules of glipizide for oral controlled release : a technical note. AAPS PharmSciTech.Vol.4 (3), 1-6. Dep.Kes. 1977. Materia Medika Indonesia, Jilid I. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Halaman : 72 _______. 1978. Materia Medika Indonesia. Jilid II. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Halaman : 70 _______. 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta _______. 1995. Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Halaman :143-147.
33
_______. 2000. Parameter standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Halaman : 10-11. Hadisoewignyo, L., Fudholi, A. 2013. Sediaan Solid. Pustaka Pelajar. Jakarta. Halaman : 19. Hanani, E. 2016. Analisis Fitokimia. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta. Halaman 83. Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan, Diterjemahkan : K. Padmawinata dan I. Soediro, Terbitan kedua. Institut Teknologi Bandung. Bandung. Halaman : 102-104. Heinrich, M., Barnes, J., Gibbons, S., Williamson, E.M (2009). Farmakognosi dan Fitoterapi Terjemahan dari Fundamentals of Pharmacognosy and Phytotherapy Oleh Amalia H. Hadinata. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta. Halaman : 85. Hosmani, A. H. 2006. Carbopol and its pharmaceutical significance: a review. Desember 30, 2010. http://www.pharmainfo.net/reviews/carbopol-andits-pharmaceutical-significance-review. Ikasari, E.D., Anang Budi Utomo., Hanny.S., Salasa Ayu .T. 2015. The Effect Of Aloe Vera Powder (Aloe Vera (L.) Webb) on Physical Properties of Mucoadhesive Microgranules Containing Ranitidine Hydrochloride. World Journal of Pharmaceutical and Life Sciences (WJPLS), 2015, Vol 1 (I), Halaman : 224-234. ISSN 2454-2229. Indrawati, T., Agoes, G., Yulinah, E., Cahyati, Y. 2005. Uji daya lekat mukoadhesif secara in vitro beberapa eksipien polimer tunggal dan kombinasinya pada lambung dan usus tikus, Jurnal Matematika dan Sains, Vol. 10 ( 2), Halaman : 45-51. Indriani, Y.H.,Suminarsih, E.1997. Alpukat. Penebar Swadaya. Jakarta. Koffi, N. Ernest, A.K. Dodiomon, S. 2009. Effect Of Aqueous Extract Of Persea Americana Seeds On The Glycemia Of Diabetic Rabbits. European Journal of Scientific Research. ISSN : 1450-216X Vol.26 (3), PP.376385 Lachman, L dan Lieberman. 1994. Teori dan Praktek Sediaan Farmasi Industri. Jilid II. Diterjemahkan oleh Siti Suryanti. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Malangngi, L.P, Sangi, M.S, Paendong, J.J.E. 2012. Penentuan Kandungan Tanin dan Uji Antioksidan Ekstrak Biji Alpukat (Persea americana Mill), Junal MIPA UNSAT Online. Vol. 1 (1), Halaman : 5-10.
34
Mas’adah, I.S. 2015. Pengembangan Granul Efervesen Kombinasi Ekstrak Biji Alpukat (Persea Americana Mill) Dan Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus Sabdariffal). Skripsi Universitas Pakuan. Bogor. Monica, F. 2006. Pengaruh Pemberian Air Seduhan Serbuk Biji Alpukat (Persea Americana Mill) Terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Wistar Yang Diberi Beban Glukosa. Karya Tulis Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas Diponogoro. Semarang. Mustikasari, V, 2012. Potensi Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) Sebagai Antioksidan. Skripsi. Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Pakuan Bogor. Halaman : 14-16. Parker, S. 1993. Endclopedia of Chemistry, 2nd ed. Mc Graw Hill Book Co.,1993, p. 981. New York. Priyatno., dan Lilian, B. 2008. Farmakologi Dasaruntuk Mahasiswa Farmasi dan Keperawatan. Penerbit : Lembaga Studi dan Konsultasi Farmakologi (Leskonfi) : Jakarta. Halaman : 35-36 Rajiv, G. 2013. Bioaviability enhancers of herbal origin : An overview. Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine. 1 (3). Halaman : 32-40. Rowe, R. C., Sheskey, P.J., & Quinn, Marian. C. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th edition. London: Pharmaceutical Press and American Pharmacists Association. Robinson, T. 1995. Kandungan Senyawa Organik Tumbuhan Tinggi. Diterjemahkan oleh Prof. Dr. Kosasih Padmawinata, ITB. Bandung. Siregar,
C.J.P. 2010. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar-Dasar Praktis.Penerbit Buku Kedokteran ECG : Jakarta. Halaman : 163.
Suryani, N., Farida, S., & Astri, F. 2009. Kekuatan Gel Gelatin Tipe B Dalam Frmulasi Granul Terhadap Kemampuan Mukoadhesif. Makara Kesehatan. Vol. 13 No. 1. Juni 2009. Halaman : 1-4. Sutriyo., R, H., Rosalina, M. 2008. Pengembangan Sediaan dengan Pelepasan Dimodifikasi Mengandung Furosemid Sebagai Model Zat Aktif Menggunakan Sistem Mukoadhesif. Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol. V (1), April 2008, 01-08. ISSN : 1693-9883. Syamsyuni, H.A. 2006. Ilmu Resep. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Halaman : 44. Szymańska, E., Katarzyna, W. 2012. Preparation and In Vitro Evaluation Of Chitosan Microgranules with Clotrimazol. Acta Poloniae Pharmaceutica - Drug Research.Vol. 69 No.3 pp. 509-513. ISSN 0001-6837.
35
Vadas, E.B. 2010. Stability of Pharmaceutical Product. Dalam Remington: the Science and Practice of Pharmacy. Volume 1. Editor: Alfonso Gennaro. London: Lippincott Williams & Wilkins. Voight, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi edisi V. Penerjemah : Noerono S. Editor : Samhoedi R. Universitas Gajah Mada Press. Terjemahan dari Lehburch Der Pharmazeutichen Technology. Yogyakarta. Voight, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Penerjemah : Noerono S.. Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta. Halaman : 577-578. Zate, S.U., Kothawade, P.I., Mahale, G.H., Kapse, K.P., Anantwar, S.P. 2010. Gastro retentive bioadhesive drug delivery system: a review. International Journal of PharmTech Research, Vol. 2(2), PP. 1227-1235. Zuhrotun, A. 2007. Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Etanol Biji Buah Alpukat (Persea americana Mill.) Bentuk Bulat. Skripsi Universitas Padjadjaran, Bandung.
36
LAMPIRAN
37
Lampiran 1. Prosedur Pembuatan Simplisia dan Ekstrak Biji Alpukat Biji alpukat Dideterminasi Dilakukan sortasi basah
dengan air mengalir Dilakukan perajangan
Dicuci
Dikeringkan pada suhu
40ºC - 60ºC Dilakukan sortasi kering Digiling yang telah kering Diayak dengan mesh 30
Serbuk Simplisia
Infundasi
Serbuk Simplisia 30g/L Dilakukan perebusan dengan aquadest 1 L hingga mendapat filtrat 0,25 L, Residu diekstraksi kembali dengan 1 L sebanyak 3 kali.
Ekstrak Cair Uji Kadar Abu/Air
Perhitungan Rendemen
Dikeringkan dengan
Vacuum Dryer
Ekstrak Kering
Data Kadar : - abu - air
Data Rendemen (%)
Data Organoleptik: -
Warna Bau Bentuk Rasa
38
Lampiran 2. Perhitungan Dosis Ekstrak Biji Alpukat Ekstrak Biji Alpukat (Persea americana Mill) Dosis berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Koffi, dkk., (2009), menggunakan simplisia setara dengan 30 gram simplisia biji alpukat yang akan di ekstraksi berulang sebanyak 4 kali dengan penambahan akuades 1 L tiap pengulangan ekstraksi (tiap pengulangan ekstraksi menghasilkan 250 mL). Hasil ekstrak kental kemudian dikeringkan, lalu diuji pada kelinci. Diperoleh dosis efektif 15% dari ekstrak kering biji alpukat.
Total Ekstrak Kering 76 gram dalam 16 Liter, maka ekstrak yang dperoleh perliter adalah 4,75 gram
Konversi dosis dari dosis ekstrak kental ke dosis ekstrak kering : 15% x 4,75 gram ekstrak kering = 0,71 gram (dosis kelinci)
Konversi dosis kelinci ke manusia : 0,71 x 14,2 = 10,08 gram (dosis manusia) untuk 1 hari pemakaian. (Pembulatan dosis menjadi 10 gram)
39
Lampiran 3. Prosedur Pembuatan Mikrogranul Mukoadhesif
Ekstrak biji alpukat Ditambahkan PVP K-30 yang telah dilarutkan dengan alkohol 96% Massa kompak Ditambahkan Carbopol dan Avicel PH-102 yang sebelumnya telah dibuat massa suspensi, dicampurkan dan homogenkan dengan silent chruser 25-35 RPM (X1000) Diayak dengan mesh 40 dan 100 Mikrogranul Mukoadhesif Pengujian Mutu Mikrogranul Mukoadhesif
Uji Kuantitatif Zat Aktif
Uji Distribusi Granul
Data Distribusi Mikrogranul Tiap Formula
Data Uji Wash Off
Uji Granul
Pengujian mikrogranul : - Uji Kadar Air - Uji Sudut Istirahat - Uji Aliran - Uji Kadar Polifenol Total
Data Kadar Polifenol Total Setelah Uji Wash Off
Uji Morfologi dan Ukuran Formula Terbaik Data Morfologi dan Ukuran Granul
40
Lampiran 4. Hasil Determinasi Biji Alpukat
41
Lampiran 5. Perhitungan Rendemen 5.1
Rendemen Simplisia Bobot serbuk yang diperoleh
Rendemen =
x 100% Bobot awal simplisia 1327 g
=
x 100 % 4000 g
= 33,175 %
5.2
Rendemen Ekstrak Bobot ekstrak yang diperoleh
Rendemen =
x 100% Bobot awal serbuk simplisia 76 g
=
x 100 % 480 g
= 15,833 %
42
Lampiran 6. Data Hasil Uji Kadar Air dan Kadar Abu Serbuk Simplisia 6.1
Hasil Uji Kadar Air Serbuk Simplisia Bahan Simplisia
6.2
% kadar (%)
Rata-rata % kadar air (%)
2,512 2,550 2,622
2,561
Hasil Uji Kadar Abu Serbuk Simplisia Biji Alpukat Berat krus kosong (setelah ditanur)
Berat simplisia
Berat krus + abu
1. 39,112 g 2. 40,680 g 3. 41,201 g
1. 2,007 g 2. 2,003 g 3. 2,003 g
1. 39,193 g 2. 40,760 g 3. 41,282 g
Rumus : Kadar abu (%) = (Bobot krus+abu simplisia) – Bobot krus kosong x 100 % Bobot sampel simplisia serbuk 1.
39,193 g – 39,112 g x 100 % = 4,035 % 2,007 g
2.
40,760 g – 40,680 g x 100 % = 3,994 % 2,003 g
3.
41,282 g – 41,201 g x 100 % = 4,043 % 2,003 g
Rata-rata Kadar Abu Serbuk Simplisia Bahan
Kadar Abu (%)
Rata-rata Kadar Abu (%)
Simplisia
4,035 3,994 4,043
4,024
43
Lampiran 7. Data Hasil Uji Kadar Air dan Kadar Abu Ekstrak Kering Biji Alpukat 7.1
Hasil Uji Kadar Air Ekstrak Kering Biji Alpukat Bahan Serbuk Ekstrak
7.2
% kadar air 3,253 3,472 3,509
Rata-rata % kadar air 3,411
Hasil Uji Kadar Abu Ekstrak Kering Biji Alpukat Berat krus kosong (setelah ditanur)
Berat simplisia
Berat krus + abu
1. 42,101 g 2. 40,297 g 3. 42,198 g
1. 2,008 g 2. 2,003 g 3. 2,002 g
1. 42,125 g 2. 40,320 g 3. 42,223 g
Rumus : Kadar abu (%) = (Bobot krus+abu ekstrak) – Bobot krus kosong x 100 % Bobot sampel ekstrak serbuk 1.
42,125 g – 42,101 g x 100 % = 1,195 % 2,008 g
2.
40,320 g – 40,297 g x 100 % = 1,148 % 2,003 g
3.
42,223 g – 42,198 g x 100 % = 1,248 % 2,002 g
Rata-rata Kadar Abu Ekstrak Kering Biji Alpukat Bahan
Kadar Abu (%)
Rata-rata Kadar Abu (%)
Simplisia
1,195 1,148 1,248
1,197
44
Lampiran 8. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum, Waktu Inkubasi dan Pembacaan Absorbansi Kurva Kalibrasi Asam Galat 8.1
Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Larutan Asam Galat nm 600 700 730 731 732 733 734 735 736 737 738
absorban 0,894 0,719 0,732 0,732 0,732 0,732 0,732 0,735 0,735 0,735 0,736
739 740
0,736 0,735
Panjang Gelombang Maksimal Larutan Asam Galat 0.737
absorban
0.736 0.735 0.734 0.733 0.732 0.731 728
730
732
734
736
738
panjang gelombang (nm)
λ Maksimum
740
742
45
Penentuan Waktu Inkubasi Larutan Asam Galat Waktu (Menit)
absorban
5
0,507
10
0,559
15
0,627
20
0,687
25
0,691
30
0,729
35
0,746
40
0,742
45
0,742
50
0,740
55
0,730
60
0, 722
Waktu Inkubasi Larutan Asam Galat 0.8
absorban
8.2
0.6 0.4 0.2 0 0
10
20
30
40
waktu (menit)
Waktu Inkubasi
50
60
46
Pembacaan Absorbansi Kurva Kalibrasi Larutan Asam Galat
Konsentrasi (ppm) 2
Absorban
4
0,584
6
0,715
8
0,840
10
0,981
0,452
Kurva Kalibrasi Larutan Asam Galat 1.2 1
Absorban
8.3
y = 0,0657x + 0,3202 R² = 0,9998
0.8 0.6 0.4 0.2 0 0
5
10
Konsentrasi (ppm)
15
47
Lampiran 9. Hasil Pembacaan Absorbansi dan Perhitungan Kadar Polifenol Total Ekstrak Biji Alpukat
-
Persamaan
:
y
= 0,0657x + 0,3202
0,698
= 0,0657x + 0,3202
x -
= 5,750 ppm
Faktor Pengenceran 10
50
: ( 5 ) x( 1 ) = 100 -
Rata-rata kadar air yang didapat pada ekstrak serbuk biji alpukat sebesar 3,40%. Bobot ekstrak serbuk biji alpukat sebesar 0,0600 gram
Rumus Kadar Polifenol
=
ppm x volume larutan (mL) x faktor pengenceran 1000 x bobot sampel−(bobot sampel x kadar air) 5,750 ppm x 100 mL x
10 50 x 5 1
= 1000 x (0,060 g−(0,060 g x 3,40%) ) 57503,805 mg
= 1000 x 0,05796 g =
57503,805 mg 57,96 g
= 992,063 mg/g
48
Lampiran 10. Data Hasil Uji Kadar Air Tiap Formula 10.1
Hasil Uji Kadar Air Formula 1 Bahan Kontrol
% kadar air 3,46 % 3,34 % 3,42 %
Rata-rata % kadar air 3,406 %
Formula I
3,84 % 3,52 % 3,67 %
3,676 %
Formula II
3,36 % 3,27 % 3,57 %
3,4 %
Formula III
4,09 % 4,12 % 4,22 %
4,143 %
49
Lampiran 11. Hasil Pembacaan Absorbansi dan Kadar Polifenol Total Formula Sebelum dan Sesudah Uji Wash Off 11.1
Kadar Polifenol Total Formula Sebelum Uji Wash Off Formula
absorban
Kontrol
0,690 0,693 0,689 0,691 0,687 0,689 0,688 0,689
Formula I Formula II Formula III
11.2
Rata-rata absorban
Kadar (mg/g)
0,6915
975,126
0,690
973,977
Rata-rata kadar (mg/g)
Sd
6,238 0,688
965,868
0,6885
981,026
973,999 + 6,238
Kadar Polifenol Total Formula Sesudah uji Wash Off - Media Usus Formula
absorbansi
Rata-rata absorban
Kadar Tanin (mg/g)
% Kadar yang masih melekat
Kontrol
0,219 0,216 0,339 0,337 0,428 0,427 0,422 0,423
0,217
0
0
0,338
46,881
4,813
0,4275
281,777
29,173
0,4225
272,492
27,770
Formula I Formula II Formula III
-
Media Lambung Formula
absorbansi
Rata-rata absorban
Kadar Tanin (mg/g)
% Kadar yang masih melekat
Kontrol
0,092 0,094 0,111 0,115 0,339 0,398 0,261 0,258
0,093
0
0
0,113
0
0
0,3985
205,621
21,288
0,2595
0
0
Formula I Formula II Formula III
Keterangan : Nilai Nol (0) menunjukkan tidak adanya polifenol yang menempel atau kurang dari faktor koreksi 0,3202 pada persamaan regresi linear.
50
Keterangan - Bobot formula 0,600 gram setara dengan 0,06 gram ekstrak serbuk - Hasil kenaikan kadar dilakukan terhadap kontrol -
Persentasi kadar yang masih menempel :
(Kadar sebelum uji wash off) (Kadar sesudah uji wash off)
𝑥 100%
(Contoh perhitungan kadar) Kontrol (Sebelum Uji Wash Off ) -
-
Persamaan
:
y 0,6915 x Faktor Pengenceran 10
50
: ( 5 ) x( 1 ) -
Rumus Kadar Polifenol
= 0,0657x +,0,3202 = 0,0657x +,0,3202 = 5,651 ppm = 100
=
ppm x volume larutan (mL) x faktor pengenceran 1000 x bobot sampel−(bobot sampel x kadar air) 5,651 ppm x 100 mL x
10
x
50
5 1 = 1000 x (0,060 g−(0,060 g x 3,406%) )
56514,459 mg
= 1000 x 0,058174 g =
13896,499 mg 58,174 g
= 971,472 mg/g Kontrol (Setelah Uji Wash Off pada media usus ) -
-
Persamaan
:
y 0,093 x Faktor Pengenceran 10
50
: ( 5 ) x( 1 ) -
Rumus Kadar Polifenol
= 0,0657x +,0,3202 = 0,0657x +,0,3202 = -3,458 ppm = 100
=
ppm x volume larutan (mL) x faktor pengenceran 1000 x bobot sampel−(bobot sampel x kadar air) −3,458 ppm x 100 mL x
10 50 x 5 1
= 1000 x (0,060 g−(0,060 g x 3,406%) ) −34581,430 mg
= 1000 x 0,058174 g =
58325,722 mg 58,174 g
= -594,448 mg/g
51
Lampiran 12. Hasil Uji Morfologi Eksternal SEM