Fokky Fuad Dr. (UI), SH (UB), M.Hum (UB)
Pendekatan Perundang-undangan (Statute Approach) Karakter utama penelitian hukum normatif berpijak pada peraturan perundangan sebagai pisau analisis utama dalam mengkaji dan membahasa masalah hukum. Dalam pendekatan ini peneliti dapat melihat adanya kekosongan hukum dalam sebuah peristiwa hukum, melihat sistematika/hirarki peraturan perundangan yang saling berbenturan (vertikal/horizontal).
Pendekatan Konsep (Conseptual Approach) Konsep berarti memahami, menangkap, atau menerima. Dalam hal ini peneliti meneliti mengenai konsep-konsep dalam hukum yang masih menimbulkan perdebatan. Contoh: peneliti hendak meneliti konsep pornografi dalam hukum. Kata “porno” menjadi perdebatan dalam hukum sehingga perlu ditelaah lebih dalam mengenai konsep pornografi dalam hukum.
Pendekatan Perbandingan (Comparative Approach) Pendekatan perbandingan merupakan kegiatan penelitian yang membandingkan sebuah aturan atau sistem hukum yang satu dengan yang lain, sebuah aturan hukum yang berlaku pada satu negara dengan negara lain. Contoh: kegiatan meneliti aturan hukum mengenai UU Penanaman Modal Asing yang berlaku di Indonesia dibandingkan dengan beberapa negara Asia lainnya
Pendekatan Historis (Historical Approach) Pendekatan ini digunakan untuk mengkaji aturanaturan hukum tertentu dari suatu masa ke masa. Contoh: penelitian terhadap tugas Presiden selaku Kepala Negara dan Pemerintahan sejak UUD 1945UUD RIS-UUDS1950-UUD NRI 1945 Hasil Amandemen
Pendekatan Kasus (Case Approach) Pendekatan kasus merupakan upaya untuk mengkaji dan meneliti rasio sebuah putusan hukum (ratio decidendi). Peneliti melihat alasan-alasan hukum yang digunakan oleh hakim hingga dijatuhkannya sebuah putusan. Pada putusan hakim dapat kita lihat pada putusan “Menimbang” pada “Pokok Perkara”. Disitu hakim memberikan pertimbanganpertimbangan hukum atas suatu kasus
Metode Penelitian Sociolegal merupakan metode penelitian hukum yang mengkaitkan hubungan antara hukum dan non hukum. Melihat bagaimana hukum bekerja (law in action) Disebut pula penelitian non dokrinal, disebut pula penelitian hukum empiris.
Masyarakat memiliki self regulation yang mengendalikan, mengatur kehidupannya. Masyarakat memiliki standar norma sebagai pengendali dalam hidupnya Hukum yang hidup dan berkembang dalam masyarakat dijadikan sebagai objek sebuah penelitian hukum
Penelitian sociolegal merupakan salah satu bentuk penelitian yang melihat hukum bekerja/bergerak dalam masyarakat. Peneliti tidak sekedar melihat hukum dalam teks-teks dan buku-buku serta dokumen hukum (law in books), melainkan melihat dengan senyatanya dalam masyarakat (law in action)
Metode Penelitian Sociolegal dapat kita lihat dalam dua pendekatan: 1. Metode pendekatan Sosiologi Hukum 2. Metode pendekatan Antropologi Hukum
Dalam Penelitian Sosiologi Hukum, peneliti melihat bagaimana hukum negara bekerja dalam masyarakat. Bagaimana persepsi, sikap, reaksi, pemahaman, penerimaan ataupun bahkan penolakan terhadap pelaksanaan hukum di tengah masyarakat. Peneliti melihat sejauhmana efektivitas hukum bekerja dalam masyarakat
Sikap dan reaksi masyarakat diteliti, sehingga pada akhirnya dapat diketahui apakah masyarakat menolak atau menerima hukum yang datang dan diterapkan padanya. Peneliti melakukan serangkaian uji dengan melakukan wawancara terhadap masyarakat. Wawancara ditentukan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dalam lembaran questioner
Masyarakat yang akan diteliti diambil sample dari jumlah total populasi masyarakat. Dapat dilakukan penelitan secara acak atau purposif (telah ditentukan sebelumnya) berdasarkan pada karakter responden yang akan diteliti. Dalam sosiologi hukum tekanan utamanya adalah pada keluasan penelitian
Disebut pula penelitian etnografi hukum (ethnometodology). Dalam etnografi hukum, Hoebel menjelaskan bahwa seorang peneliti dapat menggunakan 3 langkah penelitian: a. Ideological methods, b. descriptive methods, c. trouble cases methods
Ideological methods (metode ideologikal): Peneliti melihat bagaimana pemaknaan hukum oleh masyarakat yang diteliti. Bagaimana hukum difahami, dimengerti dan dimaknai dalam ide dan cara mereka berfikir mereka tentang hukum.
Untuk dapat mengetahui pemaknaan masyarakat atas hukum yang bekerja, maka peneliti harus hidup bersama cukup lama dengan masyarakat yang diteliti. Peneliti melakukan model partisipatoris (terlibat), sehingga peneliti mampu menjelaskan makna-makna baik dalam ide & simbol tentang hukum
Descriptive methods: Peneliti bersikap pasif menggambarkan dengan senyatanya bagaimana masyarakat berhukum atau bereaksi terhadap hukum. Dalam deskripsi ini peneliti harus mengedepankan cara berfikir yang diteliti (emic view), dan bukan cara berfikir peneliti.
Trouble cases methods: Peneliti melihat bagaimana sengketa diselesaikan dengan model-model pilihan penyelesaian. Sengketa hukum memberi banyak sumber yang kaya atas bagaimana hukum bekerja menyelesaikan sengketa dalam masyarakat
Peneliti terlibat untuk mengetahui bagaimana cara masyarakat yang diteliti menyelesaikan setiap sengketa. Kemudian diteliti pula apakah terdapat perubahan atas makna hukum akibat adanya perubahan sosial yang terjadi, sehingga merubah pula cara penyelesaian sengketanya
Dalam etnografi hukum, maka peneliti tidak perlu melakukan sebaran pertanyaan kepada responden yang diteliti berupa questioner. Peneliti melihat subjek yang diteliti secara purposif, apakah subjek dianggap mampu mewakili subjek yang diteliti secara keseluruhan. Peneliti membuat fieldnotes atas wawancara mendalam & pengamatan lapangan dalam sebuah fieldworks
Peneliti harus melakukan wawancara secara mendalam (in depth interview) untuk menggali alam berfikir subjek yang diteliti. Tidak menyodorkan lembaranlembaran pertanyaan kepada responden, tetapi wawancara dilakukan secara mengalir.
Dalam etnografi hukum validitas data tidak ditentukan oleh jumlah besaran kuantitas yang diteliti, melainkan dari keterwakilan yang diteliti. Contoh: wawancara dilakukan secara mendalam thdp tokoh masyarakat, tetua adat, tokoh agama yg dianggap mewakili masyarakatnya
Dalam etnografi hukum yang dilihat adalah ideologi, cita, gagasan, pemaknaan atas hukum, sehingga perlu diketahui simbol-simbol yang digunakan oleh masyarakat akan pemaknaan atas hukum
Beberapa kelemahan Penulis karya ilmiah antara lain: Munculnya kebingungan hendak memulai dengan kalimat apa dalam sebuah tulisan Penulis terlalu terpaku pada judul, judul dianggap sebagai patokan tulisan Terjadi jumping antar kalimat atau paragraf
Dalam menulis sebuah karya ilmiah (Skripsi, Tesis, Disertasi, dll) perlu memuat 3 hal: a. General
Statement b. Thesis Statement c. Supporting Idea
General Statement (Pernyataan Umum) Merupakan pernyataan penulis yang bersifat umum atas kajian telaah yang hendak diungkapkan. Penulis mengungkapkan ide dengan membuka gambaran mengenai objek yang diteliti Gambaran ide tersebut tidak meluas melainkan terfokus pada penulisan
Thesis Statement (Pernyataan Tesis) Dalam hal ini penulis mengungkapkan arti penting penelitian tersebut dilakukan dari sisi ilmiah Contoh: Penelitian ini menjadi penting setidaknya disebabkan oleh dua hal, yaitu: Pertama, bahwa........dst
Supporting Idea (Ide pendukung) Merupakan ide yang diungkap untuk mendukung thesis statement penulis. Ide pendukung ini dapat berupa fakta, bukti mengenai thesis stetement. Dapat diambil dari hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan mengenai topik yang dibahas
Beberapa permasalahan:
Jumping dalam penulisan Dalam tulisan ilmiah, sebuah tulisan antar kalimat, antar paragraf ataupun antar bab tidak boleh melompat. Semua tulisan harus saling terkait mendukung topik yang dibahas.
Penulis terlalu terpaku pada judul. Judul menentukan isi tulisan. Dalam penulisan ilmiah, Judul ditentukan dari hasil tulisan akhir. Judul mengikuti isi tulisan. Penulis hanya menentukan topik bahasan bukan judul.
Judul tulisan karya ilmiah hendaknya singkat dan dalam judul yang singkat tetapi dalam ini akan merangsang pembaca (reader) untuk membaca isi tulisan. Jika judul tulisan panjang, maka semua isi tulisan akan terwakili oleh judul tulisan. Menjadikan pembaca tidak tertarik untuk membaca lebih dalam
Menentukan Sistematika Penulisan
Isi dalam setiap bab tulisan ilmiah merupakan jawabanjawaban atas pertanyaan yang diungkap dalam permasalahan. Bab pertama berisi: Latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, teori dan konsep, metode penelitian, sistematika penelitian
Bab-bab selanjutnya merupakan jawaban: Bab II berisi jawaban atas rumusan permasalahan pertama Bab III berisi jawaban atas rumusan permasalahan kedua Bab IV berisi jawaban atas rumusan permasalahan ketiga Bab V berisi kesimpulan dan saran