ANAUSIS HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN PENERAPAN KESETAMATAN PASIEN DI RS ISTAM IBNU SINA YARSI PADANG TAHUN 2013 Zulham efendi*
ABSTRAK Beban kerja perawat pelaksana yang adekuat diperlukan agar perawat pelaksana dapat memberikan pelayanan yang sesuai dengan standar pelayanan keperawatan dan meminimalkan terjadinya masalah keselamatan pasien. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan beban kerja dan karakteristik individu dengan penerapan keselamatan pasien dengan desain cross sectionol pada 52 orang perawat di RS Ibnu Sina Yarsi Padang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beban kerja (p =0,002), usia (p-0,0001), lama kerja (p=Q,913) berhubungan signifikan dengan penerapan keselamatan pasien, dengan faktor yang paling berpengaruh adalah usia (p=g,gg01). RSI lbnu Sina Padang diharapkan dapat mengupayakan perencanaan tenaga pada usia produktif di ruangan yang berhubungan dengan penerapan keselamatan pasien yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu pelayananan keperawatan. Koto Kunci: bebon kerjo perowot peloksono, peneropon keselomaton posien.
Alamat Korespondensi Zulham Efendi Dosen Program Studi 51 Keperawatan STIKes M ERCU BAKTUAYA Pada ng Jln. Jamal Jamil Pondok Kopi Siteba Padang
MNM Volume 5 Nomor 2, Olrtober 2013
[fl
yang aman, lingkungan yang
PENDAHULUAN
Pelayanan kesehatan yang diberikan di rumah sakit merupakan pelayanan kesehatan yang bersifat integratif dengan melibatkan
sejumlah tenaga kesehatan yang secara bersama-sama memberikan pelayanan kepada
pasien sebagai konsumen dalam pelayanan. Masalah kesehatan yang dihadapi semakin kompleks sehingga perlu direspon berbagai multi disiplin ilmu.Tujuan pelayanan kesehatan adalah tercapai nya kepuasan, harapan dan terpenuhinya
kebutuhan pasien, tenaga pemberi pelayanan dan institusi. Rumah sakit sebagai organisasi padat modal, teknologi dan karya dihadapkan pada tantangan untuk meningkatkan kualitas pelayanannya yang bersifat multi dimensi dengan berbagai kompleksitas masalah yang menyertai, termasuk masalah keselamatan pasien (Komisi Disiplin Ilmu Kesehatan, 2002).
Rumah sakit menjalankan perannya sebagai institusi pelayanan kesehatan dengan
tetap memperhatikan seluruh fungsi
yang
melekat pada rumah sakit selaku organisasi. Fungsi rumah sakit sebagai lembaga yang memberikan pelayanan kesehatan melalui penerapan dan pengembangan IPTEK di bidang kesehatan juga disertai dengan kewajiban untuk harus menjalankan fungsi sbbialriya dalam
mendukung
perawatan, pembentukan sebuah badan/ tim yang mengelola keselamatan pasien serta menyediakan infrastruktur penunjang untuk mendukung perkembangannya. The lnstitue Of Medicine (lOM) tahun 2009,
mendefinisikan keselamatan pasien sebagai Freedom From Accidental Injury. Keselamatan pasien dinyatakan sebagai ranah pertama dari mutu dan defenisi mengenai keselamatan ini merupakan pernyataan dari perspektif pasien.(Kohn, Corrigan & Donaldson, 2000 hal 18). Pengertian lainnya menurut CNA (2009), menyatakan bahwa keselamatan pasien adalah
mengurangi dan meringankan tindakantindakan yang tidak aman dalam sistem pelayanan kesehatan dengan sebaik mungkin melalui penggunaan penampilan praktek yang
baik untuk mengoptimalkan outcome
pasien.
Senada dengan hal ini Hughes (2008).
Kejadian yang Tidak Diinginkan (odverse event) merupakan suatu bentuk kegagalan dalam memberikan pelayanan yang beroiientasi pada keselamatan pasien. Kajian yang dilakukan di beberapa negara menunjukkan bahwa kejadian yang tidak diiginkan (odverse event) masih relatif tinggi. Hasil audit pada rumah sakit di beberapa rumah sakit yaitu Amerika, Australia, Denmark,
New Zealand, Canada dan Prancis dari tahun
memberikan pelayanan. Sebagai lembaga yang
1975 sampaitahun 2002 ditemukan rata-rata KTD
menghasilkan produk jasa berupa pelayanan kesehatan, rumah sakit seharusnya tidak hanya memberikan pelayanan kesehatan akan tetapi rumah sakit juga seharusnya mampu memberikan peningkatan derajat kesehatan dengan tetap memperhatikan perlindungan dan keselamatan pasien melalui keseimbangan dari
sebanyak 38,2o/o (Emslie,2005). Hasil penelitian
berbagai fu ngsi diatas (llyas,2004).
Keselamatan pasien merupakan dasar yang fundamental dalam peningkatan mutu
pelayanan kesehatan dan pelayanan keperawatan. ICN (20L2), yakin bahwa
Forster dan Rose (2007)
di UGD
RS Pendidikan
Ottawa Kanada terhadap 399 pasien, didapatkan KTD sebanyak 24 kasus (6%), KTD dapat dicegah sebanyak 5 kasus (25%), serta perpanjangan masa perawatan sebanyak 15 kasus (62a/o).
Laporan insiden keselamatan pasien di Indonesia berdasarkan propinsi dilaporkan bahwa dari 145 insiden dilaporkan terdapat 55 kasus (37,9%) terjadi di wilayah DKI Jakarta. Sedangkan berdasarkan jenisnya dari 145 insiden
yang dilaporkan tersebut didapatkan
69
KNC
peningkatan keselamatan pasien melibatkan
(Kejadian nyaris cedera)sebanyak
berbagai hal antara lain perekrutan, pelatihan dan retensi dari pelayanan kesehatan profesional,
(47,6/"), KTD sebanyak 67 kasus (46,20/o), dan lain-
peningkatan kinerja, lingkungan yang aman dan manajemen resiko, termasuk pengendalian
infeksi, pengunaan obat-obatan yang aman, penggunaan alat pelindung diri, praktek klinis
@
MNM Volume 5 Nomor 2, oktober 2013
kasus
lain sebanyak 9 kasus (6,20/o) (Lumenta,2008). Walaupun data ini telah ada secara umum di
Indonesia, kejadian atau catatan yang berhubungan dengan keselamatan pasien di rumah sakit belum dikembangkan secara
menyeluruh oleh semua rumah sakit sehingga perhitungan kejadian yang berhubungan dengan
setiap tahunnya. Klien yang dirawat belum
keselamatan pasien masih sangat terbatas.
klien dalam pemberian pengobatan untuk menghindari kesalahan medis atau kejadian
Vincent (2003, dalam Cahyono, 2008) menuliskan faktor kontribusi yang turut mempengaruhi terjadinya kejadian tidak diiharapkan (KTD) yaitu (1) organisasi dan manajemen: kepemimpinan dan komitmen terhadap keselamatan pasien lemah, penempatan staf mutu/safety belum ada, dukungan finasial untuk mendukung kebijakan mutu tidak memadai. (2) lingkungan kerja : lingkungan kerja yang bersifat menyalahkan, motivasi kerja, beban kerja berlebihan, pengaturan pergantian pengaturan jaga tidak berjalan, jumlah staf yang kurang, banyak interupsi dalam bekerja, tekanan waktu dan psikologis (3) team work : komunikasi kurang terbina dengan baik, supervisi tidak berjalan (4) faktor individu: pengetahuan, keterampilan, sikap dan prilaku, kondisi fisik dan mental (5) faktor
tugas : ketersediaan SOB belum ada petunjuk, pedoman (guideline).
Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang
memiliki gelang identitas untuk mengidentifikasi
yang tidak diharapkan.
Hasil wawancara dengan
5
perawat pelaksana pada bulan februari 2013 didapatkan data bahwa 4 orang perawat mengatakan alasan beban kerja yang tinggi saat ada peningkatan BOR menjadi kendala untuk optimal terlibat dalam upaya penerapan keselamatan pasien, misalnya cuci tangan dan pencegahan pasien cederajatuh. Perawat sering kali harus di motivasi untuk melaporkan insiden yang mereka temukan. Pada saat observasijuga ditemukan data bahwa komunikasi antar tim pada saat timbang terima pasien belum optimal melakukan pengecekan terhadap keselamatan pasien.
Berdasarkan dengan hal diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Adakah hubungan antara beban kerja dan karakteristik individu dengan penerapan keselamatan pasien oleh perawat pelaksana di RS Islam lbnu Sina Yarsi Padang ?
merupakan salah satu dari 6 (enam ) Rumah Sakit
dibawah nauni;an Yayasan Rumah Sakit Islam
YARSI
)
(
Sumatera Barat. Dalam rangka
meningkatkan pelayanan yang berorientasi pada Customer Sotisfaction salah satunya Posien Sofety,
pada tanggal 29 Oktober 2007 RSI "lbnu Sina" Padang dengan tipe madya terdaftar sebagai Rumah Sakit Terakreditasi Penuh Tingkat Dasar. Rumah sakit ini memiliki kapasitas 99 tempat tidur dengan jumlah ruang rawat inap sebanyak 8 ruangan dan 4 unit rawat jalan. Saat ini R umah Sakit Islam Ibnu Sina Yarsi Padang memiliki 99 orang tenaga keperawatan. Bed occuponcy rate (BOR) pada 2 tahun terakhir (201L-2012) adalah 79,32o/o dan75,35o/o.
Berdasarkan studi awal yang dilakukan oleh peneliti di RS Islam Yarsi Padang didapatkan data angka infeksi nosokimial pada tahun 20L1
didapatkan tingginya ongka decubitus dan plebitis yaitu 10%, sedangkan standar nasional 12o/o
(Data Mutu Pelayanan Rumah Sakit Ibnu Sina
Yarsi Padang 20LL-2012) sedangkan angka kejadian KTD antara lain dari 2 dari L0 pasien yang terpasang restroin mengalami cedera/lecet pada
kulit serta adanya insiden jatuh pada
pasien
SUBJEK DAN METODE PENEUTI,AN
Jenis penelitian Anolitik dengan desain Cross Sectionol yaitu variabel independen (karakteristik individu dan beban kerja) dan variabel dependen (penerapan keselamatan pasien) diambilsecara bersamaan di ruang rawat inap
RS
Ibnu Sina Yarsi Padang.
Penelitian telah dilakukan diruang rawat inap RS lbnu Sina Yarsi Padang pada tanggal 20 mei sampai tanggal 20 juni 2013.
ini adalah seluruh perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap RS Islam lbnu Sina Yarsi Padang yang berjumlah 60 orang. Teknik pengambilan sampel dengan Populasi dalam penelitian
rancangan Proportionol Rondom Sompling, karena dibedakan atas masing-masing ruang rawat inap tempat responden bertugas yang berjumlah 52 orang yang terdiri dari 4 ruangan yaitu ruangan Safa, Marwa, Zam-zam dan Arafah. Kriteria sampel meliputi :
1. 2.
Bersediamenjadiresponden. Bekerja minimal
L
tahun.
MNM Volume 5 Nomor 2, Oktober
2013
@
variabel independent mana yarlg
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan langkah editing, koding, entry cleoning.Data diolah secara univariat untuk mengetahui gambaran distribusi frekuensi variabel ( beban kerja dan tingkat pendidikan) sementara usia, lama kerja dan penerapan keselamatan pasien ditampilkan dalam bentuk rata-rata hitung. Analisa bivariat untuk
Gondo.
HASIT PEN EUTIAN DAN PEMBAI{/IS/III Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Islam Ibnu Sina Yarsi Padang.
mengetahui hubungan karakteristik ind ividu dan
a.
beban kerja dengan penerapan keselamatan pasien. Analisa multivarat untuk mengetahui Tabel
l
Meon ronk
p volue 0,002
Rendah
36
30,78
Tinqqi
16
16,88
dlS
keselanEt-
Rffi
Tabel 1 menunjukkan bahwa mean rank perawat pelaksana dengan beban kerja rendah
pasien pada rentang 30 hari masa hari rawat dan
adalah 30,78, sedangkan untuk perawat pelaksana dengan beban kerja tinggi mean ranknya adalah 16,88. Hasil uji statistik
pertolongan (failure to rescue).
didapatkan nilai p = 0,002, berartiada hubungan yang bermakna antara penerapan keselamatan pasien dengan beban kerja perawat pelaksana.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Prawitasri (2008) yaitu terdapat perbedaan proporsi insiden keselamatan pasien antara perawat pelaksana yang beban kerjanya tinggi dengan perawat pelaksana yang beban kerjanya adekuat (ada hubungan yang signifikan antara beban kerja perawat pelaksana dengan insiden keselamatan pasien.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan studiyang dilakukan oleh Aiken, et al (2002) yang mengemukakan adanya pengaruh jumlah staf perawat yang tidak adekuat terhadap kematian Voriobel
Studi yang dilakukan oleh Tappen, et al
(2004) menyoroti ketidakseimbangan antara jumlah tenaga perawat dengan jumlah pasien (understoffing) terutama pada beban kerja puncak, dari studi ini adanya hubungan antara jumlah tenaga perawat dengan peningkatan insiden yang merugikan (odverse event) baik pada pasien maupun perawat.
Menurut analisa peneliti bahwa beban kerja yang tinggi dan melampaui batas kemampuan seseorang dapat membahayakan jiwa pasien dan juga menimbulkan citra buruk bagi rumah sakit. Hal ini bisa berdampak terhadap mutu layanan rumah sakit Islam Ibnu Sina Yarsi Padang. meningkatkan pelayanan yang berorientasi pada customer sotisfoction salah satunya posien safety.
R squore
Usia
0,583
0,0001*
Tingkat pendidikan
0,435
0,004*
yang memilki hubungan yang bermakna dengan penerapan keselamatan pasien yaitu usia dan tingkat pendidikan (p < 0,05;q 0,05). Pada R Squore menunjukkan nilai 0,507 artinya bahwa model regresi yang diperoleh dapat menjelaskan
[[
kegagalan untuk melakukan tindakan
Beta
Dari hasil menunjukkan bahwa variabel
h
Beban kerja dan peneraPan pasien
Analisis Hubungan Beban Kerja Dengan Penerapan Keselamatan Pasien di Ruang Inap RS Islam lbnu Sina Yarsi Padang
Bebon kerio
FEI!
berpengaruh terhadap variabel aepenh f statistik yang digunakan adalah Uii Regrcil--
MNM volume 5 Nomor 2, oktober 2013
0,507
variasi variabel dependen penerapan keselamatan pasien. Maka persamaan garis 5O,7o/o
liniernya adalah: Penerapan keselamatan pasien = 88,2 + 1,3 usia + 16,9 tingkat pendidikan
dengan tingkat pendidikan SPK dan perawat pelaksana dengan Tingkat pendidikan D III
Setiap kenaikan usia perawat pelaksana 1 tahun maka penerapan keselamatan akan naik sebesar88,2 kali. Pada perawat pelaksana dengan tingkat pendidikan D III Keperawatan maka penerapan keselamatan pasien akan naik sebesar 16,9 kali.
Kep.
9.
Usia perawat pelaksana merupakan faktor
yang paling berpengaruh terhadap penerapan keselamatan pasien
Pada kolom coeffisien befa terlihat bahwa
ternyata variabel usia mempunyai nilai yang paling besar yaitu 0,583. Sehingga disimpulkan bahwa variabel usia perawat pelaksana paling besar pengaruhnya (dominan) terhadap
Saran yang dapat diberikan penulis tentang penelitian iniadalah:
1.
penerapan keselamatan pasien.
Untuk manajemen rumah sakit
a.
Manajemen rumah sakit lbnu Sina Yarsi
,
Padang mengupayakan pendidikan lanjut keperawatan minimal sampai dengan SI Keperawatan. Hal ini karena
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai
dilihat dari hasil penelitian bahwa terjadi
analisi hubungan antara beban kerja dan karakteristik individu dengan penerapan
peningkatan keselamatan pasien memiliki kecendrungan untuk semakin meningkat seiring dengan peningkatan pendidikin.
keselamatan pasien di ruang rawat inap RS Islam Ibnu Sina Yarsi Padang kesimpulan bahwa:
1.
. 2.
b.
. Gambaran rata-rata penerapan keselamatan pasien perawat pelaksana 158,83 dengan penerapan keselamatan pasien terendah 131dan peeerapan tertinggi 175.
Staf terkait dengan usia perawat di ruangan-yang langsung berhubungan dengan penerapan keselamatan pasien. Hal ini karena dilihat dari hasil penelitian
Sebagian besar beban kerja perawat pelaksana perawat rendah yaitu sebanyak
adan kecendrungan semakin bertambah usia akan semakin
69,2"/o.
3. 4.
Gambaran rata-rata usia perawat 28,9 tahun, dengan usia terendah 23 tahun dan usia tertinggi 40 tahun.
5.
meningkatnya penerapan keselamatan pasien.
c.
Gambaran rata-rata lama kerja perawat pelaksana 5,23 tahun dengan lama kerja terendah tahun.
l
tahun dan lama kerja tertinggi 20
penerapan keselamatan pasien dalam
Terdapat hubungan yang bermakna
pemberian asuhan kePerawatan sehingga menjamin mutu PelaYanan keperawatan. Manajemen Perlu melakukan kegiatan monitoring terhadap penerapan keselamatan
pelaksana dengan beban kerja rendah dan
perawat pelaksana dengan beban kerja tinggi.
berpola positif antara usia perawat
pasien pada komponen norum obat, pengendalian cairan dan elektrolit dan
pelaksana dengan penerapan keselamatan
penerapan kebersihan tangan perawat.
Terdapat hubungan yang sangat lemah dan
pasien.
7.
Manajemen rumah sakit RS Islam Yarsi Padang agar menggerakkan Perawat pelaksana untuk lebih meningkatkan
upaya pengendalian terhadaP
penerapan keselamatan pasien perawat
6.
Manajemen rumah sakit Ibnu Sina Yarsi Padang agar melakukan perencanaan
Terdapat hubungan sedang dan berpola positif antara lama kerja perawat pelaksana dengan penerapan keselamatan pasien.
8. Tidak ada hubungan
penerapan pelaksana pasien perawat keselamatan
2.
Bagiperawat.
Perawat diharapkan dapat menigkatkan penerapan keselamatan pasien dalam pemberian asuhan keperawatan dengan melaksanakan serirbilan solusi keselamatan paslen
MNM Volume 5 Nomor 2, Oktober 2013
EEI
3.
Saunders.
Untukpenelitiselanjutnya. a.
Peneliti selanjutnya disarankan untuk melakuak penelitian lebih lanjut
10.
Henriksen,
K, Drytn L qE
e@. Fc
mengenai faktor-faktor yang
Carayon, P.,Huglrcs P odverse event A Hunwt
mempengaruhi penerapan keselamatan
Dalam Hughes RG (EdI
pasien dengan menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif.
Quolity:
Mengembangkan penelitian dengan pendekatan eksperimen dengan memberikan pelatihan terahadap pemahaman dengan mengukur aspek psikomotor skill, manajerial skil dan
and human services.
ffi
An eviderre-Ad nurses. Rockville: US Deprmul
d
Nurrs otllp't*ryd of potient core. Dalam htrgls R.G El,
11. Hughes, R.G. (2008).
patient sofety o nd quolitl6 on
hondbook
for
qifue t
nurses. Rockvill,e:
Department Of health and hurnan
socialskill.
L2. Hughes, G. R., & Clancy, M. C. (20Ot-
DAFTAR PUSTAKA
condition that support potien sofety.
Aditama, T.Y (2002). Manojemen odministrosi rumah sokit (edisi 2). Jakarta: Penerbit U niversitas Indonesia. 2.
3.
nu rsi
13.
g ca re Qua I ity, 20(4), 289 -29z-
Hastono, S.P. (2007).Anolisis doto Jakarta:FKM-UI.
kffir-
L4. Huber D.L. (2006). Leodership ond nusirry
Anugrahini (2010), Hubungon Tingkot kepotuhon perowot dengon penerapan
15. Institute of medicine:-(2000). To drr
manogement. (3rd ed). Philadelphia saunders Elsevier.
keselomoton pasien dalam praktik
Corrigan, J.M Donaldson, M.S 16.
Clancy. M.C.,& Coliins, B A. (2005). Focus on
:
potient sofety in nursing practice. Journal of nursing care quality. 20
Dunn, K.L et al (2006). Medicol record review
of deoth, unexpected
intensive care unit
odmission, orchives of diseose
Februari http://ad
c. b
L7,
in Chilhood.
mj.com/content/90/1
20L0. 1
/1 148.a b
stract.
9.
Giliien, D.A (2000). Monojemen keperowatan suotu pendekaton sistem. (E.d 4) illinois: WB
s[
MNM volume 5 Nomor 2, oktober 2013
of
nurses, (2002).
foct sheet. http://www.icn.ch/diunduh
25
februari 2011.
sofety). )akarta: Depkes RI.
keperawatan.
International council
Potient safety: worl heolth professions ollionce
Depkes RI (2008). Ponduon nosionol keselamotan pasien rumah sokit (potien Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan. (2008). Pedoman indikotor mutu peloyonon keperowoton klinik di sorono kesehoton. Jakarta: Direktorat bina pelayanan
$
Institute of medicine. Committe on quolity health core in americo (2001). Crossing rhe quotity chosm: o new heolth system for the 21st century. Washington DC: National academy press.
L7,
(3),193-194.
(Ed).
Washington DC: National academy Press.
kedokteran.Yogyakarta: Penerbit Kanisius
potient sofety
k hunpr
building s sofer heolth system. Kohn, LT.
Cahyono, B. (2008). Membangun budoyo
7.
ttttilJqrd
Ariawan, I (1998). Besor dan metode sompel podo penelition kesehatan. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
pedomon posien sofety.
5.
n
lE
serui-.
18.
International council of nurses. (2002). Position ond stotement:Potient safety. http://www.icn.chld
19. JCAHO.
iu
nduh 7 April 2013.
(2005). JCAHO Notionol patient
safety gools. Diperoleh pada22februari 2013.
Dari htto://www.odfchaser.com/JCAHONational-oatient safetv-ooals-for-2005.htm1 20. KEPK-BPPK. (2003). Pedoman nosionol etik peneltio n kesehoto n. Departemen Kesehatan
RI. www. Knepk. Litbang.depkes.go.id. diunduh tanggal tanggal 4 maret 2013.