Studi Retrospektif Faktor Risiko Perokok pada Penderita Hipertensi……… 14
STUDI RETROSPEKTIF FAKTOR RISIKO PEROKOK PADA PENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEUKAN BADA KABUPATEN ACEH BESAR TAHUN 2014 RETROSPECTIVE STUDY OF SMOKER RISK FACTORS ON HYPERTENSION PATIENTS AT HEALTH CENTER PEUKAN BADA GREAT ACEH IN 2014 Fitria*, Ghazali M. Amin**, Nuswatul Khaira*** Fakultas Kesehatan Masyarakat Univ. Muhammadiyah Aceh
[email protected] Abstrak: Prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31.7%, sedangkan di Aceh prevalensinya mencapai 30.2%. Puskesmas Peukan Bada mencatat 515 kasus hipertensi (2011). Tujuan studi ini adalah untuk mengetahui faktor risiko perokok pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar Tahun 2014. Penelitian ini merupakan survey deskriptif analitik dengan pendekatan case control study. Populasi dan sampel penelitian berjumlah 84 orang yang terdiri dari 42 orang penderita hipertensi sebagai kasus dan 42 orang bukan penderita hipertensi sebagai kontrol. Pengumpulan data dilakukan pada Tanggal 16 April-16 Mei 2014. Data dianalisis secara univariat dan bivariat. Pengujian hipotesis penelitian menggunakan chi-square dengan ketentuan bermakna jika p<0.05. Tingkat asosiasi pervariabel penelitian diperhitungkan dengan nilai odds ratio (OR). Distribusi responden berumur ≥ 40 tahun (85.7%); status merokok (69%); perokok berat (46.6%); jenis rokok non filter(58,6%); dan lama merokok ≥ 10-20 tahun (98.3%). Perolehan p value dan OR berturut-turut: untuk umur (0.029, 6.25); status merokok (0.001, 15.74); klasifikasi perokok (0.001, ~); jenis rokok (0.001, 12.5); dan lama merokok (0.328, 0). Penelitian menemukan bahwa umur, status merokok, klasifikasi perokok dan jenis rokok yang dikonsumsi oleh penderita hipertensi signifikan berhubungan dengan kejadian hipertensi dan teridentifkasi sebagai faktor risiko hipertensi. Sedangkan lama merokok merupakan faktor protektif pada risiko hipertensi. Untuk itu disarankan kepada pihak Puskesmas setempat untuk memberikan informasi tambahan tentang bahaya merokok kepada pasien hipertensi, guna mengurangi angka kesakitan dan angka kematian akibat hipertensi.
d i .
c
a . h
e
c a s
e
k a w
u
s na
Kata Kunci: risiko perokok, hipertensi, retrospektif, case control, odds ratio Abstract: Prevelancy Hypertion in indonesia reached 31,7%, while in Aceh, prevalence reached 30.2 %. PHC Peukan Bada recorded 515 cases of hypertension (2011). The objective of this study is to find out smoker risk factor on hypertension patient at work area of health center Peukan Bada Great Aceh in 2014. This study is descriptive Analytic Survey with case control study approach. Population and sample of this study is 84 people that comprise of 42 people are hypertension patients as case and 42 people are not hypertension patients as control. Data collected on April 16 until may 16, 2014. The data is analyzed through univariate and bivariate. The Research hypothesis testing uses chi-square with provision of meaningful if P <0.05. Level association pervariabel calculated by the value of the odds ratio (OR). Distribution of respondents aged ≥ 40 years (85.7 %); smoking status (69 %) ; heavy smooker (46.6%); types of non- filter cigarettes (58.6 %) ; and Smoking duration ≥ 10-20 years old (98.3 %) . Acquisition p value and OR respectively; for age (0029, 6:25); smoking status (0001, 15.74); classification of smokers (0001, ~); types of cigarettes (0001, 12.5); and duration of smoking (0328,0). The study found that age, smoking status, classification and types of cigarette consumed by hypertension patient significantly associated with the incidence of hypertension. While the smoking duration is protective factor on hypertension risk. Therefore, it is recommended for local health center to to provide additional information about the danger of smooking for hypertension patient, to reduce morbidity and mortality due to hypertension. Key word : smooking risk, hypertension, retrosfective, case control, rati odds.
14
15 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol.8 No.1, April 2015, 14 – 22
faktor risiko seperti kebiasaan merokok,
PENDAHULUAN Mewujudkan
kesehatan
hipertensi, displidemia, diabetes mellitus,
untuk
obesitas, usia lanjut dan riwayat keluarga.
meningkatkan keadaan kesehatan yang
Dari faktor di atas yang sangat erat
lebih
Derajat
kaitanya dengan gizi adalah hipertensi,
kesehatan yang setinggi-tingginya mungkin
obesitas, displidemia dan diabetes mellitus
dapat dicapai pada suatu saat sesuai dengan
(Ridwan, 2007). 3
kondisi dan situasi serta kemampuan yang
Data
masyarakat
derajat
adalah
baik
dari
upaya
sebelumnya.
Riskesdas
(2007)4
juga
nyata dari setiap orang atau masyarakat.
menyebutkan hipertensi sebagai penyebab
Upaya kesehatan harus selalu diusahakan
kematian ketiga di Indonesia setelah stroke
peningkatannya secara terus menerus agar
dan tuberkulosis. Jumlah angka kematian
masyarakat yang sehat sebagai investasi
akibat hipertensi mencapai 6.8% dari
dalam pembangunan dapat hidup produktif
proporsi penyebab kematian pada semua
secara sosial dan ekonomis. 1
umur di Indonesia (Rahajeng E., 2009). Prevalensi hipertensi di Aceh mencapai id
Dengan kondisi alam dan masyarakat
.
c 30.2%a(Riskesdas, 2007). Pada tahun 2008
saat ini yang sangat kompleks, semakin
.
banyak bermunculan berbagai masalah.
jumlah eh penderita hipertensi pada unit rawat
Masalah kesehatan yang cukup dominan
c a s jalan
khususnya di negara-negara maju salah a
Aceh
satunya
penderita
sedangkan pada unit rawat inap sebanyak
hipertensi atau tekanan darah tinggi. Di
98 kasus. Jumlah ini tidak mengalami
negara-negara
Amerika
perubahan pada tahun 2009. Sementara
Serikat diperkirakan 20% atau satu diantara
data kasus hipertensi diseluruh wilayah
lima
menderita
kerja puskesmas se-Provinsi Aceh (2010)
hipertensi. Keadaan ini mencerminkan
mencatat sebanyak 71.217 kasus hipertensi
bahwa penyakit hipertensi di negara maju
pada unit rawat jalan dan 2.933 kasus pada
menjadi masalah kesehatan paling dominan
unit rawat inap (Dinkes, 2011). 5
dan
semakin
orang
banyak
s na
maju
seperti
penduduknya
memerlukan
uw
ke
penanganan
serius
(Setiawan, 2012).2 Peningkatan
di Rumah Sakit rujukan Provinsi tercatat
sebanyak
309
kasus,
Data Kabupaten Aceh Besar mencatat jumlah kasus hipertensi pada puskesmas se-
prevalensi
penyakit
kabupaten ini (2008) sebanyak 9.340 kasus
kardiovaskuler yang menyolok sebagai
pada unit rawat jalandan 49 kasus pada unit
penyebab kematian dan sejak tahun 1993
rawat
diduga sebagai penyebab kematian utama.
rujukan
Penyakit tersebut timbul karena berbagai
sebanyak 11 kasus pada unit rawat inap.
inap.
Sementara
kabupaten
Rumah
setempat
Sakit
mencatat
Studi Retrospektif Faktor Risiko Perokok pada Penderita Hipertensi……… 16
Jumlah kasus di puskesmas se-Kabupaten
dewasa di dunia. Diperkirakan satu dari
Aceh Besar tersebut drastis menurun pada
seluruh perokok dunia meninggal setiap 6.5
tahun 2009 menjadi 5.996 kasus. Kemudian
detik dengan berbagai penyakit akibat
pada tahun 2010 meningkat lagi menjadi
rokok. Kematian akibat konsumsi rokok
6.596 kasus hipertensi pada puskesmas se-
rata-rata 4.9 juta orang pertahun dan jika
Kabupaten
Aceh
Besar8.
Salah
satu
tidak diambil tindakan untuk mengurangi
puskesmas di kawasan Kabupaten Aceh
jumlah perokok, maka kematian tahunan
Besar adalah Puskesmas Peukan Bada.
akan terus meningkat. Angka kematian
Gambar dibawah ini memperlihatkan grafik
diperkirakan mencapai 8.3 juta orang pada
jumlah kasus hipertensi di puskesmas ini
tahun 2030 dan diperkirakan 80% kematian
pada tahun 2009 - 2011.
terjadi di negara berkembang (WHO, 2007). 7
Gambar 1. Distribusi penderita hipertensi pada Puskesmas Peukan Bada tahun 2009-2011 600 400 200 0
Indonesia merupakan salah satu dari negara
berkembang
dengan
tingkat
konsumsi rokok id yang tinggi (Alamsyah dan
.
c 8 Jumlah konsumsi rokok di Rika, a 2009).
Jumlah kasus Hipertensi
.
Indonesia, menurut Tobacco Atlas 2002, eh
c a s menempati posisi kelima tertinggi di dunia,
ke a w Dari gambar1 diketahui bahwa terjadi u s penurunan jumlah kasus dari a ntahun 2009 sampai 2010, sedangkan pada tahun 2011 jumlah penderita hipertensi
meningkat
drastis hingga dua kali lipat bahkan lebih jika
dibandingkan
dengan
tahun
sebelumnya (Puskesmas Peukan Bada, 2011). 6 Lonjakan jumlah kasus diberbagai tempat, sesuai dengan laporan banyak hasil penelitian terkait, disinyalir merupakan dampak dari konsumsi rokok secara global. Data dunia menyebutkan rokok menjadi penyebab kematian kedua di dunia, yang menimbulkan kematian 1 dari 10 orang
yaitu sebesar 215 milyar batang. Mengikuti Cina
sebanyak
1.634
triliun
batang,
Amerika Serikat sebanyak 451 milyar batang, Jepang sebanyak 328 milyar batang dan Rusia sebanyak 258 milyar batang (Muhammad, 2009). 9
METODE PENELITIAN Penelitian
ini
merupakan
survey
deskriptif analitik dengan pendekatan case control
study.
Populasi
dan
sampel
penelitian berjumlah 84 orang yang terdiri dari 42 orang penderita hipertensi sebagai kasus dan 42 orang bukan penderita hipertensi sebagai kontrol. Data dianalisis secara univariat dan bivariat. Pengujian
17 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol.8 No.1, April 2015, 14 – 22
hipotesis menggunakan chi-square dengan
PEMBAHASAN
ketentuan bermakna jika p<0.05. Tingkat
Tabel-tabel berikut ini memperlihat
asosiasi pervariabel penelitian diperhitung-
kan distribusi responden berikut hasil
kan dengan nilai odds ratio (OR).
analisis secara statistik dalam penelitian.
Tabel 1.
Hasil analisis univariat ( n=84) Variabel Pekerjaan
Penyakit Hipertensi
Umur Status Merokok
Klasifikasi Perokok
Katagori PNS Pedagang Pensiunan Wiraswasta Nelayan Hipertensi Bukan Hipertensi ≥ 40 tahun < 40 tahun Merokok Tidak Merokok Perokok Berat Perokok Sedang Perokok Ringan Non Filter Filter ≥ 10-20 tahun < 10 tahun
% 8.33 10.71 13.10 30.95 36.90 50 50 85.7 14.3 69
c
a . h
e
c a s
Jenis Rokok
e ak
w u s
Lama Merokok
Tabel 2.
31
d i . 46.6 37.9 15.5 58.6 41.4 98.3 1.7
na
Hasil analisis bivariat Variabel Umur Status Merokok Klasifikasi Perokok
Jenis Rokok Lama Merokok
Katagori ≥ 40 tahun < 40 tahun Merokok Tidak Merokok Perokok Berat Perokok Sedang Perokok Ringan Non Filter Filter ≥ 10-20 tahun <10 Tahun
Kasus % 95.24 4.76 92.86 7.14 66.67 30.77 2.56 76.92 23.08 100 0
Kontrol % 76.19 23.81 45.24 54.76 5.26 52.63 42.11 21.05 78.95 94.74 5.26
p Value
OR
0.029
6.25
0.001
15.74
0.001
~
0.001
12.5
0.328
0
Hubungan umur dengan kejadian
hubungan signifikan antara umur dengan
hipertensi.
penderita hipertensi di wilayah kerja
Berdasarkan table 2, pada kelompok
Puskesmas Peukan Bada Kabupaten Aceh
kasus, 95.24% responden berumur ≥ 40
Besar Tahun 2012. Ini menunjukkan
tahun. Uji chi square menunjukkan nilai p-
bahwa semakin tua umur seseorang maka
value sebesar 0.029. Hasil ini menyatakan
akan semakin cenderung berisiko terhadap
Studi Retrospektif Faktor Risiko Perokok pada Penderita Hipertensi……… 18
hipertensi. Hasil perhitungan nilai OR =
menopause. Seseorang perempuan relatif
6.25 (OR>1), mengindikasikan bahwa
terlindung dari penyakit kardiovaskular
seseorang yang berumur ≥ 40 tahun
seperti
memiliki risiko 6.25 kali untuk menderita
estrogen. Kondisi ini akan berbalik ketika
penyakit hipertensi dibandingkan dengan
seseorang
perempuan
yang berumur lebih muda.
menopause
dimana
Hasil penelitian juga mendapatkan
hipertensi
karena
kandungan
memasuki terjadi
usia
penurunan
kadar estrogen (Ridwan, 2009).
bahwa ada responden yang berumur < 40
Hubungan status merokok dengan
tahun menderita hipertensi (4.76%). Hal
kejadian hipertensi.
ini terjadi karena mereka berada pada
Berdasarkan
tabel
kelompok
dikemukakan oleh Ridwan (2009) penyakit
dengan status merokok. Uji chi square
hipertensi berbanding lurus dengan usia
menunjukkan nilai p-value sebesar 0.001.
seseorang,
usia
Hasil ini menyatakan hubungan signifikan
seseorang semakin meningkat juga tekanan
antara status idmerokok dengan penderita
meningkat
responden
.
hipertensidi ac
darahnya. Usia rawan hipertensi biasanya
h.
wilayah
kerja
Puskesmas
e ac
berada pada kisaran 31 tahun-55 tahun.
s ke
Menurut data penelitian, tekanan darah
92.86%
pada
kisaran umur rawan hipertensi, sesuai yang
semakin
kasus,
diatas,
Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012. Ini menunjukkan bahwa
pria mulai bergerak naik ketika usianya a
status merokok pada seseorang maka akan
berada
semakin
pada
rentang
uw
35-50s tahun.
na
cenderung
berisiko
terhadap
Perempuan agak lambat terkena hipertensi
hipertensi. Hasil perhitungan nilai OR =
kecuali perempuan tersebut memasuki usia
15.74 (OR>1), mengindikasikan bahwa
menopause.
seorang
seseorang dengan status merokok memiliki
perempuan terkena hipertensi pada saat
risiko 15.74 kali untuk menderita penyakit
menopause diakibatkan penurunan hormon
hipertensi
seks (Ridwan, 2009). Tekanan darah
berstatus tidak merokok.
Kecendrungan
dibandingkan
dengan
yang
meningkat sesuai umur, dimulai dari sejak
Namun disisi lain, penelitian juga
umur 40 tahun (Bustan, 2007). Bahkan
menemukan bahwa ada responden yang
dapat berlanjut sampai usia lebih dari 60
tidak merokok tercatat sebagai penderita
tahun apabila tidak ditanggulangi sedini
hipertensi. Hal ini terjadi kemungkinan
mungkin. Namun kemungkinan terkena
karena faktor-faktor lain yang memicu
penyakit kardiovaskular pada laki-laki jauh
hipertensi seperti faktor genetik. Sesuai
lebih
dengan
dengan yang dikemukakan oleh Anies
perempuan yang belum memasuki usia
(2006), bahwa seseorang memiliki potensi
banyak
dibandingkan
19 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol.8 No.1, April 2015, 14 – 22
untuk mengidap hipertensi jika orang
mempengaruhi
tuanya adalah penderita hipertensi (Anies,
satunya adalah kebiasaan hidup yang tidak
2006).
baik seperti merokok (Suheni, 2007).
Namun
memasukkan
penelitian
faktor
ini
belum
genetik
Hubungan
Faktor lainnya adalah jenis kelamin, Ridwan
(2009)
darah.
Salah
sebagai
variable pengamatan.
menurut
tekanan
klasifikasi
perokok
dengan kejadian hipertensi.
hipertensi
Berdasarkan
tabel
kelompok
cenderung mengalami tekanan darah tinggi
terdeteksi sebagai perokok berat. Uji chi
dibandingkan
perempuan.
square menunjukkan nilai p-value sebesar
of
0.001. Hasil ini menyatakan hubungan
Berdasarkan
The
Center
Disease
antara
66.67%
pada
dipengaruhi oleh jenis kelamin. Laki-laki
dengan
kasus,
diatas,
responden
Control and Prevention and National
signifikan
klasifikasi
perokok
Center for Health Statistic didapatkan
dengan penderita hipertensidi wilayah
25.3% penderita hipertensi adalah laki-laki
kerja Puskesmas Peukan Bada Kabupaten
dan 20.8% adalah perempuan (Setyowati,
d 2012. Ini menunjukkan Aceh BesariTahun .
bahwaac semakin berat klasifikasi perokok
2005).
.
Fakta lainnya menunjukkan bahwa merokok
menyebabkan
efek
ac
s ke
terhadap
pada eh
seseorang
maka
akan
semakin
cenderung berisiko terhadap hipertensi.
penyakit kardiovaskular seperti hipertensi a
Kondisi ini kemungkinan disebabkan oleh
dan dislipedemia yang akan meningkatkan s
indikator jumlah rokok yang dihisap per
risiko penyakit jantung koroner. Merokok
hari. Ini
menyebabkan peningkatan akut tekanan
kumulatif
darah dan denyut nadi, merokok juga
terkandung dalam rokok. Adanya efek
berhubungan
kumulatif dari bahan berbahaya yang
na
hipertensi
erat
maligna
dengan
uw
terjadinya
dari
bahan
beracun
yang
berat).
terkandung dalam rokok kemungkinan zat
Penelitian lain (pemantauan darah dalam
beracun yang ada dalam rokok tertimbun
24 jam) menunjukkan bahwa merokok
dalam darah. Telah diketahui bahwa rokok
menyebabkan Tekanan Darah Sistolik
mengandung lebih dari 4000 jenis bahan
(TDS)
kimia termasuk bahan-bahan yang aktif
pada
(hipertensi
lebih menggambarkan efek
perokok
lebih
tinggi
dibandingkan non perokok (Primatesta et
secara
al., 2001). Tekanan darah dipengaruhi oleh
sitotoksik, mutagenik dan karsinogenik
curah
perifer.
(Martini, 2006). Perokok berat cenderung
Berbagai faktor yang mempengaruhi curah
merasakan dampak yang ditimbulkan lebih
jantung
cepat dibandingkan perokok ringan. Bila
jantung
dan
dan
tahanan
tahanan
perifer
akan
farmakologis,
antigenetik,
Studi Retrospektif Faktor Risiko Perokok pada Penderita Hipertensi……… 20
sebatang rokok dihabiskan dalam sepuluh
penyaring pada pangkal rokok, maka
kali hisapan asap rokok maka dalam tempo
potensi masuknya nikotin dan tar ke dalam
setahun bagi perokok sejumlah 20 batang
paru-paru dari rokok non filter akan lebih
(satu bungkus) per hari akan mengalami
besar dari pada rokok filter. Nikotin dan
70.000 hisapan asap rokok. Beberapa zat
tar dari rokok non filter yang masuk
kimia dalam rokok yang berbahaya bagi
kedalam tubuh dalam jumlah besar akan
kesehatan bersifat kumulatif (ditimbun),
berakibat
suatu saat dosis racunnya akan mencapai
meningkatkan risiko hipertensi (Suheni,
titik toksis sehingga akan mulai kelihatan
2007). Hasil penelitian ini juga sejalan
gejala yang ditimbulkan (Suheni, 2007).
dengan penelitian Aisyiyah (2009) yang
Hubungan
jenis
rokok
kelompok
kasus,
tabel
salah
satunya
akan
menyatakan bahwa jenis rokok yang
dengan
dihisap diduga mempengaruhi efek yang
kejadian hipertensi. Berdasarkan
buruk,
diatas,
76.92%
ditimbulkan. Orang yang mengkonsumsi
pada
rokok tanpa filter akan memasukkan
responden
nikotin
mengkonsumsi rokok berjenis non filter.
yang id
lebih
c.
banyak
tubuhnya. a
Uji chi square menunjukkan nilai p-value
. h e
c a s
sebesar 0.001. Hasil ini menyatakan
Hubungan lama merokok dengan
hubungan signifikan antara jenis rokok e
kejadian hipertensi.
dengan penderita hipertensi di wilayah w
Berdasarkan
su
ak
dalam
tabel
100%
pada
kerja Puskesmas Peukan Bada a Kabupaten
kelompok
Aceh Besar Tahun 2012. Ini menunjukkan
merokok selama ≥ 10-20 tahun. Uji chi
bahwa jenis rokok yang dikonsumsi
square menunjukkan nilai p-value sebesar
seseorang memicu risiko hipertensi. Hasil
0.328. Hasil ini menyatakan hubungan
perhitungan nilai OR = 12.5 (OR>1),
signifikan antara lama merokok dengan
mengindikasikan bahwa jenis rokok non-
penderita
filter memiliki risiko 12.5 kali untuk
Puskesmas Peukan Bada Kabupaten Aceh
memicu penyakit hipertensi dibandingkan
Besar Tahun 2012. Ini menunjukkan
dengan rokok jenis berfilter.
bahwa lamanya merokok pada seseorang
n
kasus,
diatas,
hipertensidi
responden
wilayahkerja
Penelitian ini sejalan dengan pendapat
tidak memicu risiko hipertensi. Hasil
Suheni (2007) yang menyatakan rokok non
perhitungan nilai OR = 0, mengindikasi
filter memiliki kandungan nikotin dan tar
kan
lebih besar. Dengan kandungan nikotin
sebagai
dan tar yang lebih tinggi serta tidak adanya
bahwa
lama
faktor
merokok
risiko
pada
bukanlah penderita
21 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol.8 No.1, April 2015, 14 – 22
hipertensi, namun variabel ini berpotensi
antara lama merokok dengan kejadian
sebagai salah satu faktor protektif.
hipertensi.
Hasil penelitian ini tidak sejalan
KESIMPULAN
dengan pendapat Mangku Sitepoe (1997),
Penelitian menemukan bahwa umur,
yang dikutip dari Suheni (2007) yang
status merokok, klasifikasi perokok dan
menyatakan bahwa beberapa zat kimia
jenis
dalam rokok bersifat kumulatif, sehingga
penderita
pada kurun waktu yang lama dosis racun
berhubungan dengan kejadian hipertensi
akan mencapai
dan teridentifkasi sebagai faktor risiko
titik toksin sehingga
rokok
yang
dikonsumsi
hipertensi
oleh
signifikan
kelihatan gejala yang ditimbulkan. Hal ini
hipertensi.
juga berbeda dengan pendapat Mustafa
merupakan faktor protektif pada risiko
(2005) yang dikutip dari Suheni (2007)
hipertensi.
Sedangkan
lama
merokok
yang menyatakan bahwa dampak rokok SARAN
akan terasa setelah 10-20 tahun pasca
Untuk itu d disarankan kepada pihak
i
digunakan. Hasil ini juga tidak mendukung
Puskesmas c. setempat untuk memberikan
a
hasil penelitian Martini (2006), yang
informasi h.
e cmerokok
menunjukkan bahwa penderita hipertensi
a s e
terbanyak terdapat pada responden yang telah menghisap rokok dalam jangka ak
w
u waktu yang lama. Hasil penelitianstersebut menunjukkan bahwa
tahun; 40% telah merokok selama 18-32 tahun dan 42.7% penderita hipertensi telah merokok selama 33-58 tahun. Bertolak belakangnya penelitian ini dengan teori yang ada tidak berarti lama kebiasaan merokok < 10 tahun dan ≥ 1020 tahun tidak berhubungan dengan penyakit hipertensi, dikarenakan tidak adanya responden yang merokok selama < tahun
sehingga
menunjukkan
tidak
tentang
bahaya
kepada pasien hipertensi, guna
mengurangi angka kesakitan dan angka kematian akibat hipertensi.
a
n penderita 17.3%
hipertensi telah merokok selama 1-17
10
tambahan
nilai adanya
P
(0,328) hubungan
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada
Kepala
Kabupaten
Aceh
Puskesmas
Peukan
mengizinkan
Dinas Besar
Kesehatan cq.
Bada
sebagai
Kepala
yang telah
lahan
penelitian
sekaligus
terima
kasih
yang
tidak
terhingga
kepada
pasien
yang
telah
bersedia menjadi responden dan semua pihak yang telah membantu kelancaran pelaksanaan penelitian
Studi Retrospektif Faktor Risiko Perokok pada Penderita Hipertensi……… 22 15.
DAFTAR PUSTAKA 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Dinkes, 2010, Profil Kesehatan Provinsi Aceh 2010, Banda Aceh, 2010. Martini S, Hendrati LY., Usia merokok pertama kali merupakan faktor risiko yang meningkatkan risiko kejadian hipertensi: Besar risiko kejadian hipertensi menurut pola merokok. Jurnal Kedokteran Yarsi, 2006. Amiruddin, Ridwan, Hipertensi dan faktor resikonya dalam kajian epidemiologi.2007 (Dinkes, 2011), Profil Kesehatan Provinsi Aceh 2011, Banda Aceh, 2011. Aisyiyah FN, Faktor resiko hipertensi pada empat kabupaten/kota dengan prevalensi hipertensi tertinggi di Jawa dan Sumatera. Skripsi. Departemen Gizi Masyarakat. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor. Jaya, Muhammad, Pembunuh berbahaya itu bernama rokok. Yogyakarta: Riz’ma, 2009. Anies, Waspada ancaman penyakit tidak menular, Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2006. Cahyo N., Mengenal penyakit hipertensi, 2008. Dalimartha, Setiawan, Efektifitas masase kaki dengan minyak esensial, Dinkes, Profil Kesehatan Provinsi Aceh 2009, Banda Aceh, 2009. ______, Profil Kesehatan Provinsi Aceh 2010, Banda Aceh, 2010. ______, Undang-Undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Rahajeng E., Masalah Hipertensi di Indonesia. Puslitbang Biomedis dan Farmasi, 2009. Setyowati S., Faktor-faktor yang berperan terhadap kejadian retinopati hipertensi pada pasien hipertensi esensial non diabetik. Tesis. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Rumah Sakit DR. Kariadi Semarang. Suheni, Yuliana, Hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi pada laki-laki usia 40 tahun ke atas di Rumah Sakit Daerah Cepu. Skripsi. Fakultas Ilmu Keolahragaan Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Negeri Semarang, 2007.
10.
11.
12.
13.
14.
d i .
c
a . h
e
c a s
e
k a w
u
s na
16.
Primatesta P, Falascheti E, Gupta S, Marmot MG, Poulter NR., Association between smoking and blood presure evidence from the health survey for England. Journal of the American Hearth Association. WHO, A WHO/the union monograph on t6 and tobacco control, 2007.WHO Library cataloguing-inpublications/t6_tobacco_ monograph.pdf