HUBUNGAN ANTARA SHIFT KERJA DAN KELELAHAN KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM MONOMPIA KOTAMOBAGU Regina Fegi Ali*, Rahayu H. Akili*, Woodford B.S Joseph* *Fakultas Kesehatan Masyarakat ABSTRAK Produktivitas kerja yang tinggi diperoleh dengan kondisi kesehatan prima. Keadaan sakit atau gangguan kesehatan menyebabkan perawat tidak atau kurang produktif. Perawat kerja shift harus bertugas melampaui akhir pekan, pada kesempatan yang lain diupayakan pemberian dua hari libur diakhir pekan dan tiap jadwal shift kerja diberikan satu kali waktu istirahat yang cukup agar tidak menimbulkan kelelahan kerja yang menyebabkan badan terasa tidak enak, semangat kerja menurun, serta prestasi kerja menurun yang terjadi pada perawat. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis adanya hubungan antara shift kerja dan kelelahan kerja dengan produktivitas kerja pada perawat di ruang rawat inap RSU Monompia Kotamobagu. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik, melalui cross sectional study. Populasi 69 perawat. Sampel yang digunakan adalah total populasi yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pengumpulan data pada penelitian ini yaitu dengan melakukan pengambilan data melalui kuesioner produktivitas kerja dan mengukur kelelahan pada perawat dengan menggunakan alat pengukur waktu reaksi. Analisis statistik yang digunakan adalah uji chi-square. (α = 0,05 ; C1 95%) Hasil penelitian menyatakan terdapat hubungan antara shift kerja dengan produktivitas kerja dengan nilai (p= 0,038) dan terdapat hubungan antara kelelahan kerja dengan produktivitas kerja dengan nilai (p= 0,005). Terdapat hubungan antara shift kerja dan kelelahan kerja dengan produktivtas kerja pada perawat di RSU Monompia Kotamobagu. Kata Kunci: Shift, Kelelahan, Produktivitas Kerja ABSTRACT Higher work productivity is affected by health conditions. A state of illness or a health disorder causes the nurse to be less productive. Shift work nurses should be on duty beyond the weekend, on other occasions a two day weekend is endeavored, and each shift work schedule is given one sufficient rest time so as not to cause fatigue of work that causes the body to feel uncomfortable, decreased work morale and decreased work performance that happens to nurse. Purpose of this study is to analyze the correlation between work shift and occupational fatigue with work productivity on nurse at impatent room at Monopia Kotamobagu General Hospital. Types of research is observational analytical research, through design cross sectional. Population 69 nurses and sample are in use is total population that has been fulfilled inklusi and eksklusi criteria. Data collection in this research taking by data through questionnaire of work productivity and measure fatigue on the nurse by using the measuring instrument of reaction timer. Statistical analysis in use is chi-square test (α = 0,05 ; C1 95%). The result of the research are there is a relationship between work productivity with value (p= 0,038) and there is relationship between occupational fatigue and work productivity with value ( p= 0,005). There is relationship between shift work and occupational fatigue with work productivity on nurse at the Impatent room at Monompia Kotamobagu General Hospital. Keyword : Shift, Fatigue, Work Productivity
1
PENDAHULUAN
sistem shift kerja tiga rotasi biasanya pada
Produktivitas dinilai dari perbandingan antara
pukul 06.00-14.00, pukul 14.00-22.00, dan
keluaran (output) terhadap masukan (input).
pukul 22.00-06.00. perencanaan shift kerja
Idealnya
yaitu
yang baik adalah apabila harus bertugas
penilaian yang bersifat parsial misalnya
melampaui akhir pekan, pada kesempatan
keluaran dalam bentuk hasil pelaksanaan
yang lain diupayakan pemberian dua hari
kerja per unit waktu terhadap masukan yang
libur diakhir pekan dan tiap jadwal shift kerja
diperuntukan
kesehatan.
diberikan satu kali waktu istirahat yang
Kesehatan adalah faktor yang sangat penting
cukup menurut Maurits (2012), hal ini dapat
bagi
menimbulkan kelelahan kerja pada perawat.
penilaian
bagi
yang
dipakai
intervensi
produtivitas
dan
peningkatan
produktivitas sumber daya manusia. Kondisi
Kelelahan kerja hanya dapat dirasakan
kesehatan yang baik merupakan potensi
sebagai perasaan kelelahan kerja disertai
untuk meraih produktivitas kerja yang baik
adanya perubahan waktu yang menonjol
pula, sebaliknya keadaan sakit atau gangguan
maka indikator perasaan kelelahan kerja dan
kesehatan menyebabkan tenaga kerja tidak
waktu reaksi dapat dipergunakan untuk
atau kurang produktif (Suma’mur, 2014).
mengetahui adanya kelelahan kerja. (Maurits,
Faktor-faktor
menyebabkan
2012). Kelelahan adalah suatu mekanisme
menurunnya produktivitas kerja adalah shift
perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari
kerja dan kelelahan kerja.
kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi
yang
Shift kerja merupakan seseorang yang
pemulihan setelah istirahat. (Tarwaka, 2014).
bekerja diluar jam kerja normal selama kurun
Istilah
kelelahan
waktu tertentu. Pekerja dapat bekerja pada
kondisi
yang
pagi hari, siang hari, malam hari, bahkan
individu, tetapi semua bertujuan kepada
pekerja dapat bekerja pada jam-jam yang
kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas
tidak lazim seperti bekerja pada hari minggu.
kerja serta ketahanan tubuh. Kelelahan kerja
(Grandjean,1995) dalam (Maurits, 2012)
dapat menimbulkan beberapa keadaan seperti
mengemukakan teori Schwartzenau yang
prestasi kerja menurun, fungsi fisiologi
menyebutkan ada beberapa saran yang harus
motorik dan neural yang menurun, badan
diperhartikan dalam penyusunan jadwal shift
terasa tidak enak, semangat kerja menurun.
kerja, yaitu bahwa pekerja yang berumur
Dengan adanya perubahan jam kerja dari
dibawah 25 tahun dan diatas 50 tahun dan
siang ke malam menyebabkan perubahnya
pekerja yang memiliki kecenderungan mudah
sirkadian yang mengakibatkan gangguan
sakit perut, serta memiliki emosi yang labil
fungsi
disarankan untuk tidak dopekerjakan pada
kelelahan kerja dan penurunan tekanan darah
shift kerja malam. Pekerja yang bertempat
terutama pada pekerja shift malam (Maulana
tinggal
dkk, 2010).
jauh
dari
tempat
kerja
tidak
dipekerjakan pada shift malam. Pergantian 2
tubuh,
biasanya
berbeda-beda
termasuk
menunjukan dari
setiap
menimbulkan
Rumah
Monompia
mendapati keluhan dari perawat kerja shift
Kotamobagu adalah sebagai tempat kerja
yaitu pola tidur yang tidak teratur, kurangnya
yang bergerak dibidang pelayanan kesehatan
bersosialisasi dengan orang-orang terdekat,
yang beroperasi 24 jam setiap hari. Rumah
pada shift siang pekerjaan lebih banyak dan
sakit
Kotamobagu
pada shift malam mengalami rasa ngantuk
memiliki 8 ruang inap dengan jumlah
dan adanya perasaan lelah dan badan menjadi
perawat 69 orang. Setiap ruang rawat inap
pegal-pegal
ditempatkan 7 orang perawat pada shift pagi,
produktivitas kerja menurun. Berdasarkan
dan 3 orang pada shift sore, dan shift malam.
uraian
RSU Monompia menerapkan tiga shift kerja
mengambil penelitian dengan melihat apakah
setiap harinya yaitu shift pagi pada jam
ada hubungan antara shift kerja dengan
08.00-14.00, shift sore dari 14.00-20.00 dan
kelelahan kerja terhadap produktivitas kerja
shift malam mulai dari 20.00-08.00 Wita.
pada perawat di ruang rawat inap di RSU
Dengan demikian berdasarkan survei awal di
Monompia Kotamobagu.
RSU
Sakit
umum
umum
Monompia
Monompia
Kotamobagu
penelitian
untuk
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pengumpulan data menggunakan alat ukur
observasional analitik melalui cross sectional
kelelahan kerja reaction timer dan kuesioner
study. Penelitian ini dilakukan di ruang rawat
produktivitas kerja, analisis yang digunakan
inap
Kotamobagu
adalah
tertarik
penelitian
Rumah
ini
penulis
kemungkinan
penulis
METODE PENELITIAN Jenis
diatas
sehingga
Sakit
Umum
Monompia
adalah
uji stasistik chi square dengan CI
sejak
bulan
November-
95% dan nilai α = 0,05
desember 2016. Populasi penelitian ini HASIL DAN PEMBAHASAN
adalah seluruh perawat kerja shift yang
Karakteristik responden pada penelitian ini
berjumlah 69 orang perawat. Sampel yang
dilihat pada tabel 1 sebagai berikut ;
digunakan adalah total populasi yang telah
3
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden Karakteristik Responden
N
%
Jenis Kelamin Laki-laki
31
44,9
Perempuan
38
55,1
20-25
4
5,8
26-30
50
72,5
31-40
15
21,7
DIII
38
55,1
DIV
10
14,5
S1
21
30,4
Umur
Tingkat Pendidikan
Tabel 1. Menyatakan bahwa berdasarkan jenis kelamin yang paling dominan adalah perawat perempuan dengan jumlah 38 orang (55,1%). Karakteristik responden berdasarkan umur menunjukan bahwa jumlah responden yang paling banyak adalah pada usia 26-30 tahun yaitu berjumlah
50
orang
(72,5%).
Berdasarkan
tingkat
pendidikan
yang paling banyak adalah perawat DIII dengan jumlah 38 orang (55,1). Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Penelitian Distribusi Responden
n
%
Teratur
14
20,3
Tidak Teratur
55
79,7
Kelelahan Ringan
11
15,9
Kelelahan Berat
58
84,1
Baik
51
73,9
Cukup Baik
18
26,1
Shift Kerja
Kelelahan Kerja
Produktivitas Kerja
Berdasarkan tabel 2. Menunjukan bahwa
orang (79,7). Berdasarkan kelelahan kerja
yang paling banyak adalah perawat dengan
yang paling dominan adalah kelelahan kerja
kerja shift tidak teratur yaitu berjumlah 55
berat yaitu 58 orang (84,1). Berdasarkan 4
produktivitas kerja yang paling banyak
jumlah 51 orang (73,9).
adalah produktivitas kerja baik dengan
Tabel 3. Hubungan Antara Shift Kerja dan Kelelahan Kerja Dengan Produktivita Kerja Produktivitas Kerja Hubungan Antara Variabel
Baik
%
Cukup
%
Total
p
OR
value
CI
0,038
4,000
0,005
7,400
%
Baik Shift Kerja Teratur
7
10,1
7
10,2
14
20,3
Tidak Teratur
44
63,7
11
16
55
79,7
Total
51
73,8
18
26,2
69
100
Kelelahan Sedang
4
5,7
7
10,2
11
15,9
Kelelahan Berat
47
68,1
11
16
58
84,1
Total
51
73,8
18
26,2
69
100
Kelelahan Kerja
Hasil hubungan antara shift kerja dengan
Berdasarkan analisis tersebut menunjukan
produktivitas
bahwa
bahwa terdapat hubungan antara shift kerja
responden dengan kategori shift kerja teratur
dengan produktivitas kerja pada perawat di
dengan
RSU monompia kotamobagu.
kerja
menujukan
produktivitas
kerja
yang
baik
berjumlah 7 (10,15%) orang. Sedangkan kategori
shift
produktivitas
kerja kerja
teratur
yang
Penelitian
dengan
cukup
ini
serupa
dengan
penelitian dari (Nareswari, 2011) dengan
baik
judul
pengaruh
kerja
produktivitas
halnya dengan shift kerja tidak teratur yang
perempuan bagian pemotongan di PT.
berjumlah
Perkebunan Nisantara X Jelbuk Kabupaten
banyak
dibandingkan
tenaga
Jember
tidak teratur dengan produktivitas kerja baik
hubungan
berjumlah 44 (63,7%) orang, dan shift kerja
produktivitas kerja dengan kerja gilir yaitu
tidak teratur dengan produktivitas kerja
dengan perolehan nilai (p value=0,028).
baik
Perhitungan statistic
chi
berjumlah dengan square
11
(16%).
menggunakan diperoleh
menyatakan
kerja
dengan shift kerja teratur dimana shift kerja
cukup
yang
pada
terhadap
berjumlah 7 (10,15%) orang. Berbeda
lebih
kerja
gilir
yang
Berdasarkan
uji
tempat
nilai
penelitian
bahwa
signifikan
hasil
ada antara
observasi
yang
di
dilakukan
menggunakan kuesioner pada 69 perawat di
probabilitas (p-value) sebesar 0,038 dengan
RSU
tingkat kesalahan 0,05 (p-value < 0,05)
jadwal pembagian shift yang sudah di susun 5
Monompia
Kotamobagu
terdapat
oleh kepala perawat akan tetapi shift kerja
kerja sedang dengan produktivitas cukup baik
yang dijalankan tidak sesuai dengan jadwal
berjumlah 7 (10,15%) orang. Berbeda halnya
yang
masih
dengan kelelahan kerja berat yang jumlahnya
minimnya perawat di RSU Monompia
lebih banyak dibandingkan dengan kelelahan
Kotamobagu
harus
kerja sedang dimana kelelahan kerja berat
bekerja dua atau tiga kali shift dalam sehari,
dengan produktivitas kerja baik berjumlah 47
adapun beberapa perawat mendapatkan
(68,1%) orang dan kelelahan kerja berat
waktu libur dan ada juga perawat yang tidak
dengan
pernah ada waktu libur dalam kurun waktu
berjumlah 11 (16%) orang. Perhitungan
satu
tetapi
dengan menggunakan uji statistic chi square
produktivitas kerja perawat tergolong baik
diperoleh nilai probabilitas (p-value) sebesar
karena
selalu mengikuti
0,005 (p-value <0.05). analisis tersebut
pelatihan-pelatihan yang dilaksanakan oleh
menunjukan bahwa terdapat hubungan antara
rumah sakit dan selalu bersikap loyal
kelelahan kerja dengan produktivitas kerja
terhadap pekerjaan.
pada
telah
ditetapkan
karena
sehingga
minggu
para
perawat
bekerja.
perawat
Menurut
Akan
Mauritz
(2012)
produktivitas
perawat
di
kerja
cukup baik
RSU
monompia
kotamobagu.
mengutarakan bahwa rotasi yang pendek
Penelitian
ini
serupa
dengan
lebih baik daripada rotasi yang panjang dan
penelitian yang dilakukan oleh (Hengky,
sebaiknya dihindarkan kerja malam terus
2015) dengan judul hubungan kelelahan kerja
menerus. Rotasi yang baik adalah 2-2-2,
dengan produktivitas kerja pada pekerja
yaitu kerja di pagi hari dua kali dilanjutkan
bagian produksi tulangan beton di PT.
kerja di siang hari dua kali dan malam hari
Wijaya Karya Beton Medan tahun 2015
dua kalu. Shift kerja malam selama tiga hari
menyatakan bahwa jumlah pekerja yang
berturut-turut harus diikuti istirahat lebih
merasakan kelelahan kerja ringan sebanyak
dari 24 jam atau istirahat dua hari berturut-
14 orang (58,3%) dan kelelahan sedang
turut. Akan tetapi yang di dapati di lapangan
sebanyak 10 orang (41,7%). Kemudian
perawat harus bekerja dengan shift malam
pekerja
secara terus menerus setiap hari tanpa
individu sesuai sebanyak 16 orang (66,7%)
mendapati libur hanya satu hari. Dengan
dan produktivitas individu tidak sesuai
demikian rotasi kerja yang tidak teratur.
sebanyak (33,3%). Dan berdasarkan uji
yang
mempunyai
produktivitas
statistic diperoleh nilai p=0,034 (p<0.05) Berdasarkan tabel diatas dapat pula dilihat
artinya ada hubungan antara kelelahan kerja
bahwa variabel kelelahan kerja dengan produktivitas
kerja
menunjukan
dengan produktivitas kerja.
bahwa
Adapun
dengan kategori kelelahan kerja sedang
penelitian
lain
yang
dilakukan oleh (Inderani, 2014) dengan judul
dengan produktivitas yang baik berjumlah 4
hubungan
(5,75%) orang, sedangkan kategori kelelahan
kelelahan
kerja
dengan
produktivitas kerja pada pemetik teh di PT 6
Perkebunan Nusantara IV Bah Kabupaten
Simalangun
Butong
tahun
perawat
2014
di
RSU
Monompia
Kotamobagu.
menyatakan bahwa untuk menguji ada
2. Ada hubungan antara kelelahan kerja
tidaknya hubungan antara kelelahan kerja
dengan
produktivitas
dengan produktivitas kerja maka dilakukan
perawat
uji Exact Fisher. Dan hasil yang diperoleh
Kotamobagu.
di
RSU
kerja
pada
Monompia
adalah p= 0,002 dimana p<0,05 artinya ada hubungan
antara
keelahan
SARAN
dengan
1. Pembagian shift kerja yang teratur
produktivitas kerja pada pemetik teh di PT
sebaiknya dilakukan dua kali pada
Perkebunan Nisantara IV Bah Butong Berdasarkan lapangan
para
hasil
penelitian
perawat
pagi hari, dua hari pada sore hari dan
di
dua kali pada malam hari dalam
mempunyai
kurun waktu satu minggu dan adanya
produktivitas kerja yang baik karena perawat
libur 24 jam untuk beristirahat agar
selalu mengikuti pelatihan-pelatihan yang
pulih
dilaksanakan oleh rumah sakit dan selalu
2. Melakukan
perawat dengan menggunakan alat ukur reaction
timer
terjadinya
terdapat
dengan
Perawat terlihat kurang bertenaga serta
berpikir
istirahat.
Karena
dan menurunya produktivitas kerja. 3. Kepada kepala perawat diharapkan
kesiagaan dan perhatian, penurunan dan cara
waktu
mempengaruhi aktivitas kerja fisik
mungkin
berakibat pada pekerjaan seperti penurunan
presepsi,
pada
tidak tepat atau tidak seimbang dapat
rangsangan dari alat ukur reaction timer.
hambatan
kerja
apabila waktu kerja dan istirahat
lambat dalam memberikan reaksi terhadap
yang
kelelahan
pencegahan
antara jam kerja atau shift kerja
kerja berat karena kurangnya waktu istirahat.
–gejala
upaya
perawat dengan cara mengimbangi
perawat yang tergolong dalam kelelahan
Gejala
serta
baik.
pada saat mengukur kelelahan kerja pada
atau
kelelahan
menciptakan produktivitas kerja yang
bersikap loyal terhadap pekerjaan. Tetapi
kelelahan
dari
perlu
atau
shift
perbuatan anti sosial, tidak cocok dengan
memperhatikan malam
menerus
lingkungan, depresi kurang tenaga, dan
yang
pada
pembagian secara
perawat
terus untuk
diminimalisir agar dapat menghindari
kehilangan insisiatif (Maurits, 2012).
terjadinya gangguan irama circadian. KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
Hengky. P, 2015. Hubungan Kelelahan Kerja
dapat diambil kesimpulan bahwa:
Dengan Produktivitas Kerja Pada
1. Ada hubungan antara shift kerja dengan
produktivitas
kerja
Pekerja Bagian Produksi Tulangan
pada
Beton Di PT Wijaya Karya Beton 7
Suma’mur, 2014. Higiene Perusahaan Dan
Medan. (jurnal.usu.ac.id/index.php/ikk/article
Kesehatan Kerja (Hiperkes). Sagung
/download/12295/5791 diakses 27
Seto. Jakarta
januari 2017) Tarwaka, 2015. Ergonomi Industri. Harapan Press. Surakarta
Inderani. I, 2014. Hubungan Kelelahan Kerja Dengan Produktivitas Kerja Pada Pemetik
Teh
Di
Perkebunan
Nusantara IV Bah Butong Kabupaten Simalungun.
.
(http://jurnal.usu.ac.id/index.php/lkk/ article/view/10782 diakses 28 januari 2017) Maulana, Harry Cahya dan Sitorus, Rico Hanuar dan Hasyim, Hamzah, 2010. Hubungan
Shift
Kerja
Dengan
Kelelahan Kerja Dan Perubahan Tekanan Darah Pada Perawat Unit Rawat Inap Rumah Sakit Bukit Asam Tanjung
Enim.
(http://www.jikm.unsri.ac.id diakases 4 september 2016) Maurits, 2012. Selintas Tentang Kelelahan Kerja. Amara Books. Yogyakarta Nareswari, A. 2011. Pengaruh Kerja Gilir Terhadap Produktivitas Kerja Pada Tenaga Kerja Perempuan Bagian Pemotongan Nusantara
Di X
PT
Jelbuk
Perkebunan Kabupaten
Jember (http://library.unej.ac.id/client/en_US /default/search/results?qu=UNEJFKM&ps=300
diakses
pada
25
januari 2017)
8