FILTRAT Syzygium polyanthum DAN MONOSIT PADA DARAH TEPI TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) STRAIN WISTAR DENGAN HIPERLIPIDEMIA 1
Lina Sundayani1, Farida1, Maruni Wiwin Diarti1 Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram Jurusan Analis Kesehatan
Abstrak Syzygium polyanthum mengandung senyawa yang mampu menurunkan kadar kolesterol sehingga dapat menghambat terbentuknya radikal bebas dan menekan respon inflamasi dari cedera endotel. Hitung jenis monosit merupakan parameter progresivitas dari aterosklerosis. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui potensi dari sediaan filtrate Syzygium polyanthum terhadap jumlah monosit pada darah tepi hewan coba tikus putih (Rattus norvegicus) strain wistar yang mengalami hiperlipidemia. Penelitian ini bersifat eksperimental di laboratorium dengan rancangan penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Besar sampel dalam penelitian ini 30 ekor, dibagi manjadi 6 kelompok perlakuan K1: Kelompok I (kontrol negatif), K2: Kelompok 2 (kontrol positif), K3,K4,K5 dan K6 merupakan kelompok perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan rerata kadar kolesterol total 87.5 ± 13.9 mg/dl dan jumlah monosit 6 pada darah tepi hewan coba tikus putih (Rattus norvegicus) strain wistar sebelum mengalami hiperlipidemia. Rerata kadar kolesterol total 199.7 ± 22.1 mg/dl dan jumlah monosit 4 pada darah tepi hewan coba tikus putih (Rattus norvegicus) strain wistar setelah mengalami hiperlipidemia. Rerata kadar kolesterol total 91.6 ± 11.8 mg/dl dan jumlah monosit 3 pada darah tepi hewan coba tikus putih (Rattus norvegicus) strain wistar yang mengalami hiperlipidemia setelah pemberian filtrate Syzygium polyanthum konsentrasi 25%, 50%, 75%, 100 %. Hasil uji statistik One Way Anova menghasilkan nilai p=0.000<α0.05. Kesimpulan terdapat efek pemberian sediaan filtrate Syzygium polyanthum terhadap jumlah monosit pada darah tepi hewan coba tikus putih (Rattus norvegicus) strain wistar yang mengalami hiperlipidemia. Kata Kunci : Hyperlipidemia, Monosit, Syzygium polyanthum
FILTRATE Syzygium polyanthum AND MONOCYTES OF PERIPHERAL BLOOD WHITE RAT (Rattus norvegicus) WISTAR’S STRAIN WITH HYPERLIPIDEMIA
Abstract Syzygium polyanthu) contain cumpounds that can lower cholesterol leavels and then inhibit the formation of free radicals and suppress the inflammatory response of injured endotel. In this study, monocyte count is the parameter of progression of atherosclerosis. The purpose of this study is to determine the potential of the leaves preparation filtrate (Syzygium polyanthum) to the number of monocytes in the blood wistar strain (Rattus norvegicus) rat with hyperlipidemia. This research design using a completely randomized design. The sample size in this study were 30 mice and devided into 6 treatment groups, K1: negatif control,K2: positive control, K3,K4,K5 and K6 is the treatment group. The result shown the average cholesterol level 87.5 ± 13.9 mg/dl and the number of monocytes 6 in peripheral blood of white rat wistar strain (Rattus norvegicus) before having hyperlipidemia. The mean cholesterol level 199.7 ± 22.1 mg/dl and the number of monocytest 4 in peripheral blood of white rat wistar strain (Rattus norvegicus) after hyperlipidemia. The mean cholesterol 91.6 ± 72
11.8 mg/dl and the number of monocytes 3 in peripheral blood of white rat wistar strain (Rattus norvegicus) in hyperlipidemia and after had treated with preparation filtrate concentration 25%, 50%, 75%, 100 %. The One Way Anova statistic result generate value p=0.000<α0.05. The conclution of this study is filtrate of Syzygium polyanthum has effect to the number of peripheral blood monocytes in experimental animals wistar strain white (Rattus norvegicus) rat with hyperlipidemia. Key woods : Hyperlipidemia, Monocytes, Syzygium polyanthum
73
meningkatnya permeabilitas endotel dinding arteri menyebabkan terjadinya oksidasi LDL-C, yang berperan dan mempercepat timbulnya plak ateromatosa. Kolesterol total merupakan salah satu profil lipid yang berpengaruh besar terhadap lipid plasma. Penelitian menunjukkan bahwa setiap penurunan kolesterol 1% dapat menurunkan resiko penyakit kardiovaskuler sebesar 2%, sehingga pemantauan dan penurunan kadar kolesterol total adalah penting.1;19 Pengobatan hyperkolesternemia biasanya menggunakan bahan kimia sintetik golongan Statin atau inhibitor HMG-CoA reduktase merupakan salah satu obat golongan hipolipidemik yang bersifat menurunkan kadar kolesterol, terutama pada kasus penyakit jantung koroner (PJK). Kadar kolesterol diturunkan dengan cara penghambatan enzim HMGCoA reduktase, yang merupakan enzim kunci dalam sintesis kolesterol melalui jalur mevalonat. Penghambatan enzim tersebut di hepar akan menstimulasi reseptor LDL (low density lipoprotein), sehingga akan meningkatkan ambilan LDL dari sirkulasi. Statin mampu menurunkan kadar kolesterol-LDL hingga 30-50%, namun kemampuan statin dalam menurunkan trigliserida dan meningkatkan kolesterol-HDL, masih rendah bila dibandingkan dengan golongan fibrat. Efek samping penggunaan statin telah banyak dilaporkan antara lain myalgia, muscle cramps, gangguan gastrointestinal, gangguan enzimatik hepar. Dari semua efek samping pemberian statin, yang paling diwaspadai adalah terjadinya myositis, miopati dan rhabdomiolisis (kerusakan patologis otot rangka) yang selanjutnya dapat menghasilkan berbagai produk yang mampu merusak ginjal. Pemanfaatan tumbuhan sebagai alternatif bahan obat merupakan warisan nenek moyang, pada saat ini pengembangan produksi tanaman obat semakin pesat, hal ini dipengaruhi oleh kesadaran masyarakat yang tinggi akan arti pentingnya menjaga kesehatan dan
Pendahuluan Pola makan masyarakat yang sebelumnya tinggi karbohidrat, tinggi serat kasar dan rendah lemak berubah ke pola makan baru yakni rendah karbohidrat, rendah serat dan tinggi lemak, sehingga menggeser mutu makanan menjadi tidak seimbang. Perubahan pola makan berakibat semakin banyaknya masyarakat golongan tertentu mengalami peningkatan kadar lipid dalam darah atau hyperlipidemia. Hyperlipidemia yang salah satu cirinya adalah terjadinya peningkatan kadar kolesterol total di dalam darah. Hyperlipidemia dapat menyebabkan penyempitan pada pembuluh darah.14 Kadar kolesterol yang tinggi di dalam darah mempunyai peran penting dalam proses arteriosklerosis yang selanjutnya akan menyebabkan kelainan kardiovaskuler. Dari banyak penelitian kasus kohort menunjukkan bahwa makin tinggi kadar kolesterol darah, makin tinggi angka kejadian kelainan kardiovaskuler. Hiperlipidemia merupakan salah satu faktor resiko penyebab penyakit jantung koroner. Di Indonesia saja, terdapat sekitar 36 juta penduduk dan sekitar 18% dari total penduduk Indonesia menderita penyakit karena hyperlipidemia.16 Diet tinggi lemak akan meningkatkan profil lipid seperti lipoprotein yang dapat menyebabkan cedera endotel karena peningkatan infiltrasi, retensi dan oksidasi dari lipoprotein.18 Salah satu hyperlipidemia yaitu hyperkolesterolemia adalah salah satu keadaan dimana kadar lemak dalam darah terjadi peningkatan (dislipidemia) yang mana kadar kolesteorol dalam darah lebih dari 240 mg/dl. Hiperkolesterolemia berhubungan erat dengan kadar kolesterol LDL di dalam darah. Hiperkolesterolemia diyakini mengganggu fungsi endotel dengan meningkatkan produksi radikal bebas oksigen. Radikal bebas ini menonaktifkan oksida nitrat, yaitu faktor endhotelialrelaxing utama. Apabila terjadi hyperlipidemia kronis, lipoprotein tertimbun di dalam lapisan intima ditempat 74
meningkatkan sistim immun untuk mencegah tubuh terkena infeksi dari luar. Pada saat ini upaya pengobatan dan pencegahan penyakit diarahkan pada pemanfaatan tanaman herbal berkhasiat obat, salah satunya adalah tanaman daun salam (Syzygium polyanthum.) Daun salam (Syzygium polyanthum, selain dikenal sebagai campuran pada bumbu masakan ternyata memiliki khasiat yang besar dalam dunia kedokteran seperti bagian akar digunakan untuk obat gatal dan daun digunakan untuk menurunkan kolestrol tinggi, kencing manis (diabetes), gastritis, diare dan asam urat.21 Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui kandungan sebenarnya dari daun salam (Syzygium polyanthum) secara ilmiah yaitu telah ditemukannya beberapa kandungan pada daun salam seperti minyak atsiri, flavonoid, tannin, seskuiterpen, triterpenoid, fenol, steroid, sitral, lakton, vitamin C, vitamin A, thiamin, Riboflavin, Niacin, vitamin B6, vitamin B12, folat dan selenium. Diduga kandungan flavonoid ini berkontribusi pada kemampuannya untuk melindungi tubuh terhadap penyakit jantung.10 Hasil penelitian Utami Ni Luh, 2008 dan Riansari A,2008, membuktikan pemberian ekstrak daun salam dengan dosis 0,18 gr/hari, 0,36 gr/hari dan 0,75 gram/hari selama 15 hari pada hewan coba tikus putih strain wistar hyperlipidemia dapat menurunkan kadar LDL-kolesterol dan kolesterol total secara bermakana.20;15 Penelitian Rushaliyati putri (2011), membuktikan bahwa rata – rata penurunan kadar kolesterol sebelum dan setelah pemberian Filtrat daun salam (Syzygium polyanthum) pada hewan coba tikus putih (Rattus norvegicus) strain wistar selama 9 hari adalah 64,6 mg/dl.17 Dari hasil penelitian – penelitian tersebut hanya melihat efek penurunan kadar kolesterol, tidak melihat efeknya terhadap jumlah monosit sebagai sel imun yang sangat berperan dalam peristiwa cedera endotel sebagai akibat dari oksidasi lipoprotein LDL, yang mengakibatkan infiltrasi dan
akumulasi monosit ke bawah jaringan subendotel dan kemudian berubah menjadi sel makrofag. Makrofag dan LDL terakumulasi di daerah injuri dinama LDL teroksidasi dimakan oleh makrofag atau makrofag sendiri juga teroksidasi membentuk sel busa (foam cell) yang dapat berkembang menjadi plak aterosklerosis. Hitung jenis monosit merupakan parameter progresivitas dari aterosklerosis. Monosit adalah kelompok sel darah putih yang menjadi bagian dari sistim kekebalan. Monosit diproduksi di dalam sumsum tulang dari sistim RES. ungsi normal monosit adalah sebagai kemotaksis (mobilisasi dan migrasi sel) diamana fagosit ditarik ke bakteri atau tempat peradangan oleh zat kemotaktik yang dilepaskan dari jaringan rusak atau oleh komponen komplemen, monosit berguna juga sebagai fagositosis zat asing (jamur, bakteri, virus, protozoa dll) atau sel tubuh hospes yang mati atau rusak. Pengenalan partikel asing dibantu oleh opsonisasi dengan immunoglobulin atau komplemen melalui reseptor pada monosit, dalam membunuh dan mencerna benda asing. 7 Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka untuk mengetahui efek dari sediaan filtrat daun salam (Syzygium polyanthum) terhadap jumlah monosit pada darah tepi hewan coba tikus putih (Rattus norvegicus) strain wistar yang mengalami hiperlipidemia maka perlu dilakukan penelitian mengenai pemanfaatan sediaan filtrat daun salam (Syzygium polyanthum) terhadap jumlah monosit pada darah tepi hewan coba tikus putih (Rattus norvegicus) strain wistar yang mengalami hiperlipidemia. Metode Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimental di laboratorium dengan rancangan penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) . Variabel bebas: filtrat daun salam. Variabel terikat : Jumlah sel Monosit darah tepi hewan coba tikus putih. Populasi dalam penelitian ini adalah hewan coba tikus putih. Sampel 75
dalam penelitian ini adalah darah hewan coba tikus putih. Besar sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan pendapat Weill bahwa sampel minimal untuk pemakaian hewan coba adalah 4 ekor dan dengan faktor koreksi 25% dari unit eksperiment, maka pada penelitian ini digunakan (6 x 4 = 24 ekor), faktor koreksi 24 x 25% = 6 ekor. Total hewan coba yang digunakan adalah 24 ekor + 6 ekor = 30 ekor.6 Hewan coba tersebut ditempatkan pada kandang terpisah, masing – masing kandang berisi 4 ekor tikus, sesuai dengan pembagian perlakuannya. Cara pengambilan sampel purposive sampling dengan kriteria hewan coba adalah tikus jantan, umur 2-3 bulan, berat badan 200250 gram dengan kondisi sehat. Instrumentasi : kandang tikus putih, alat pemeriksaan kolesterol Nesco Multicheck blood cholesterol test strips, timbangan kualitatif, timbangan kuantitatif, blender kecil (blender untuk bumbu), kain nylon, beaker glass, dispenser 100-1000 mikron, blue tip, gunting, pinset, objek glass, cover glass, bak pewarnaan, pipet Pasteur dan mikroskop. Bahan penelitian : Aquadest, alkohol 70%, methanol, giemsa 1 %, oil emersi, pakan tikus standar, kuning telur puyuh (pakan tikus hyperlipidemia), daun salam dan pewarna cepat Hematologi. Cara Pengumpulan data : 1. Persiapan dan aklimatisasi hewan coba tikus putih (Rattus norvegicus) strain wistar Penelitian ini menggunakan tikus putih (Rattus norvegicus) strain wistar karena beberapa alasan antara lain, mudah dikembang biakan, mudah diperlihara, mudah diambil darahnya cukup melalui ekor untuk mendapatkan darah kapiler, fisiologinya diperkirakan identik dengan manusia (Harmita & Maksum 2008). Aklimatasi hewan coba selama 7 hari terhadap air, makanan, udara, dan kondisi laboratorium. Pakan yang diberikan selama aklimatasi adalah pakan standar tikus putih (Rattus norvegicus) dan Aquadest untuk air minum.
2. Pembagian hewan coba berdasarkan kelompok perlakuan dan faktor koreksi. Hewan coba tikus putih (Rattus norvegicus) strain wistar yang sudah diaklimatisasi, dan sesuai dengan kriteria penelitian dimasukkan dalam kandang sesuai dengan kelompok perlakuannya. Jumlah hewan coba yang digunakan setiap perlakuan sesuai dengan pendapat Weill yaitu 4 ekor dan ditambah masing – masing 1 ekor untuk faktor koreksinya, sehingga masing – masing perlakuan menggunakan 5 ekor hewan coba. Adapun rincian 6 kelompok perlakuan dalam penelitian ini adalah : 1. K1 Kelompok I (kontrol negatif) sebanyak 5 ekor : pemberian hanya pakan standart rata – rata sebanyak 5 gram/hari/ekor + Aguadest. 2. K2 Kelompok 2 (kontrol positif) sebanyak 5 ekor : pemberian diet kuning telur puyuh 500 ul/1,5 gram sebanyak 3 x sehari selama 30 hari (membuat kondisi hyperlipid) + pakan standart rata – rata 5 gram / hari + Aquadest. 3. K3 Kelompok 3 (perlakuan 25%) sebanyak 5 ekor : pemberian pemberian diet kuning telur puyuh 500 ul/1,5 gram sebanyak 3 x sehari selama 30 hari (membuat kondisi hyperlipid) + pakan standart rata – rata 5 gram / hari + Aquadest dan dilanjutkan dengan pemberian filtrat daun salam konsentrasi 25% selama 9 hari ad labitium. 4. K4 Kelompok 4 (perlakuan 50%) sebanyak 5 ekor : pemberian pemberian diet kuning telur puyuh 500 ul/1,5 gram sebanyak 3 x sehari selama 30 hari (membuat kondisi hyperlipid) + pakan standart rata – rata 5 gram / hari + Aquadest dan dilanjutkan dengan pemberian filtrat daun salam konsentrasi 50% selama 9 hari ad labitium. 5. K5 Kelompok 5 (perlakuan 75%) sebanyak 5 ekor : pemberian 76
pemberian diet kuning telur puyuh 500 ul/1,5 gram sebanyak 3 x sehari selama 30 hari (membuat kondisi hyperlipid) + pakan standart rata – rata 5 gram / hari + Aquadest dan dilanjutkan dengan pemberian filtrat daun salam konsentrasi 75% selama 9 hari ad labitium. 6. K6 Kelompok 6 (perlakuan100%) sebanyak 5 ekor : pemberian pemberian diet kuning telur puyuh 500 ul/1,5 gram sebanyak 3 x sehari selama 30 hari (membuat kondisi hyperlipid) + pakan standart rata – rata 5 gram / hari + Aquadest dan dilanjutkan dengan pemberian filtrat daun salam konsentrasi 100% selama 9 hari ad labitium. 3. Penimbangan berat badan, pengukuran kadar kolesterol total dan jumlah monosit hewan coba tikus putih (Rattus norvegicus) strain wistar sebelum kondisi hyperlipidemia. Masing – masing hewan coba yang telah dikelompokkan berdasarkan kelompok perlakuan dilakukan penimbangan berat badan, pengukuran kadar kolesterol total dan perhitungan jumlah monosit sebelum pemberian kuning telur puyuh untuk membuat kondisi hiperlipidemia. Adapun cara kerja perhitungan jumlah monosit adalah : 1. Membuat hapusan darah tepi dari hewan coba mencit. 2. Memfiksasi dengan metanol 90% selama 10 menit, menggenangi preparat dengan larutan Giemsa 1 % selama 15 menit, setelah itu mencuci dengan air mengalir dan mengeringkan sediaan tersebut di udara. 3. Preparat atau sediaan yang telah kering diperiksa dibawah mikroskop dengan perbesaran lensa obyektif 40 X. 4. Dihitung jumlah monosit dalam 100 sel leukosit.
Sedangkan pemeriksaan kadar kolesterol total menggunakan alat Nesco multicheck blood cholesterol test strips. 4. Pembuatan kondisi hyperlipidemia pada hewan coba tikus putih (Rattus norvegicus) strain wistar Hasil pemeriksaan kadar kolesterol hewan coba sebelum kondisi hyperlipidemia dengan kadar dibawah 75 mg/dl diambil 5 ekor untuk kelompok kontrol negatif, selanjutnya 25 ekor sisanya dibuat kondisi hiperlipidemia. Pembuatan kondisi hyperlipidemia pada hewan coba tikus putih (Rattus norvegicus) strain wistar dengan cara memberi makanan kaya akan lemak yaitu kuning telur puyuh. Dasar pemberian kuning telur puyuh sesuai dengan pendapat Adik, 2009 bahwa kuning telur puyuh memiliki kadar kolesterol terbesar dari makanan yaitu 3640 mg / 10 gr. Setiap ekor tikus putih (Rattus norvegicus) strain wistar diberi makanan kuning telur burung puyuh 500 ul/1,5 gram sebanyak 3 x sehari (pagi, siang, dan sore) selama 30 hari (membuat kondisi hyperlipid) + pakan standart rata – rata 5 gram / hari + Aquadest . Setelah 30 hari diambil darah tikus putih untuk diukur kadar kolesterol darahnya. Tikus putih (Rattus norvegicus) strain wistar dipuasakan selama 12 jam sebelum dilakukan pemeriksaan kadar kolesterol darahnya. Kriteria hyperlipidemia pada hewan coba tikus putih (Rattus norvegicus) strain wistar dengan kolesterolnya diatas 100 mg / dl. 5. Penimbangan berat badan, pengukuran kadar kolesterol total dan jumlah monosit hewan coba tikus putih (Rattus norvegicus) strain wistar setelah kondisi hyperlipidemia. Masing – masing hewan coba yang telah mengalami hyperlipidemia sesuai dengan kelompok perlakuan dilakukan penimbangan berat badan, pengukuran 77
kadar kolesterol total dan perhitungan jumlah monosit. Hewan coba yang menunjukkan kadar kolesterol lebih dari 100 mg/dl selanjutnya diberikan filtrat daun salam. 6. Persiapan dan pembuatan Filtrat daun salam Daun salam yang digunakan dalam penelitian ini dalah daun salam yang baru dipetik di daerah pegunungan Desa Kekait Kecamatan Gunung Sari Lombok Barat dan masih segar dan dicuci bersih menggunakan aquadest. Daun yang digunakan ialah daun nomer 5 dan seterusnya yang dihitung dari atas pucuk tangkai tanaman salam dengan kriteria tidak cacat (robek, kering, ditumbuhi hama). Kemudian ditimbang sebanyak 100 gram dan diblender dengan blender bumbu. Hasil blender kemudian diperas menggunakan kain nylon. Ditampung dalam wadah menggunakan beaker glass. Filtrat daun salam tersebut di asumsikan merupakan filtrat daun salam dengan konsentarsi 100 % b/v, dari konsentrasi stok di buat pengnceran filtrat daun salam 25%,50%, dan 75% . 7. Penentuan volume pemberian Filtrat daun salam (Syzygium polyanthum) Volume pemberian Filtrat daun salam konsentrasi 100%, 75%,50%,25%,
kontrol positif dan kontrol negatif pada masing – masing hewan coba berbeda tergantung dari berat badan hewan coba. Untuk mengetahui volume efektif filtrat daun salam terhadap kadar kolesterol darah tikus putih maka digunakan perhitungan sebagai berikut : BB (s) x V BB (std) F Keterangan : BB(s) : berat badan tikus yang sebenarnya BB (std): berat badan standar (200 gram) V : volume maksimum yang diberikan (5 ml) F : frekuensi pemberian Filtrat daun salam (2x sehari) Pemberian filtrat daun salam pada hewan coba sesuai kelompoknya diberikan selama 9 hari (Utami,Ni Luh, 2008). Data hasil perhitungan jumlah monosit pada kelompok K1, K2, K3,K4,K5 dan K6 dianalisa menggunakan uji statistik One Way anova pada tingkat kepercayaan 95% Pα = 0.05. Hasil Data kadar kolesterol hewan coba tikus putih (Rattus norvegicus) strain wistar.
Tabel 1. Deskripsi data kadar kolesterol dalam darah tepi hewan coba tikus putih (Rattus norvegicus) strain wistar. Kadar kolesterol (mg/dl) Kelompok No Perlakuan N Standar Perlakuan Rerata deviasi 1. Sebelum kondisi K1 5 67.4 4.8 hyperlipid K2 5 93.4 12.4 (diet kuning telur) K3 5 93.0 10.1 K4 5 98.4 8.5 K5 5 91.6 14.5 K6 5 81.2 5.7 Total 30 87.5 13.9 2. Setelah kondisi hyperlipid K1 5 71.2 1.7 (pemberian diet K2 5 129.8 1.4 kuning telur) K3 5 128.8 2.5 K4 5 128.8 2.0 K5 5 130.2 1.1 78
K6 3.
Total Setelah kondisi Hyperlipid dan setelah pemberian filtrat daun salam
K1 K2 K3 K4 K5 K6
Total Keterangan : K1 : kontrol negatif pemberian hanya pakan standart rata – rata sebanyak 5 gram/ hari/ekor + Aguadest. K2 : kontrol positif pemberian diet kuning telur puyuh 500 ul/1,5 gram sebanyak 3 x sehari selama 30 hari (membuat kondisi hyperlipid) + pakan standart rata – rata 5 gram / hari + Aquadest. K3 : perlakuan 25% pemberian pemberian diet kuning telur puyuh 500 ul/1,5 gram sebanyak 3 x sehari selama 30 hari (membuat kondisi hyperlipid) + pakan standart rata – rata 5 gram / hari + Aquadest dan dilanjutkan dengan pemberian filtrat daun salam konsentrasi 25% selama 9 hari ad labitium. K4 : perlakuan 50% pemberian pemberian diet kuning telur puyuh 500 ul/1,5 gram sebanyak 3 x sehari selama 30 hari (membuat kondisi hyperlipid) + pakan standart rata – rata 5 gram / hari + Aquadest dan dilanjutkan dengan pemberian filtrat daun salam konsentrasi 50% selama 9 hari ad labitium. K5 : perlakuan 75% pemberian pemberian diet kuning telur puyuh 500 ul/1,5 gram sebanyak 3 x sehari selama 30 hari (membuat kondisi hyperlipid) + pakan standart rata – rata 5 gram / hari + Aquadest dan dilanjutkan dengan pemberian filtrat daun salam konsentrasi 75% selama 9 hari ad labitium. K6 : perlakuan100% pemberian pemberian diet kuning telur puyuh 500 ul/1,5 gram sebanyak 3 x sehari selama 30 hari (membuat kondisi hyperlipid) + pakan standart rata – rata 5 gram / hari + Aquadest dan dilanjutkan dengan
5 30 5 5 5 5 5 5 30
130.2 199.7 70.8 100.0 90.0 98.0 98.0 92.2 91.6
1.7 22.1 1.7 7.9 5.6 10.3 5.7 7.6 11.8
pemberian filtrat daun salam konsentrasi 100% selama 9 hari ad labitium. Tabel 1 menunjukkan bahwa rerata masing – masing kadar kolesterol darah tepi hewan coba tikus putih sebelum pemberian kuning telur puyuh (kondisi hyperlipidemia) adalah K1 kontrol negatif 67.4±4.8 mg/dl, K2 kontrol positif 93.4± 12.4 mg/dl, K3 93.0± 10.1 mg/dl, K4 98.4± 8.5 mg/dl, K5 91.6± 14.5 mg/dl, dan K6 81.2±5.7 mg/dl. Total rerata kadar kolesterol hewan coba tikus putih pada perlakuan sebelum kondisi hyperlipid adalah 87.5± 13.9 mg/dl. Rerata masing – masing kadar kolesterol darah tepi hewan coba tikus putih setelah pemberian kuning telur puyuh (kondisi hyperlipidemia) adalah K1 kontrol negatif 71.2±1.7 mg/dl, K2 kontrol positif 129.8± 1.4 mg/dl, K3 128.8± 2.5 mg/dl, K4 128.8±2.0 mg/dl, K5 130.2± 1.1 mg/dl, dan K6 130.2±1.7mg/dl. Total rerata kadar kolesterol hewan coba tikus putih pada perlakuan setelah kondisi hyperlipid adalah 199.7 ± 22.1 mg/dl. Rerata masing – masing kadar kolesterol darah tepi hewan coba tikus putih setelah pemberian kuning telur puyuh (kondisi hyperlipidemia) dan setelah pemberian filtrat daun salam adalah K1 kontrol negatif 70.8±1.7 mg/dl, K2 kontrol positif 100.0 ±7.9 mg/dl, K3 90.0± 5.6 mg/dl, K4 98.0± 10.3 mg/dl, K5 98.0± 5.7 mg/dl, dan K6 92.2±7.6 mg/dl. Total rerata kadar kolesterol hewan coba tikus putih pada perlakuan setelah kondisi hyperlipid dan setelah pemberian filtrat daun salam 91.6± 11.8 mg/dl. 1. Data jumlah Monosit dalam darah tepi hewan coba tikus putih (Rattus norvegicus) strain wistar 79
Tabel 2
Deskripsi jumlah Monosit dalam darah tepi hewan coba tikus putih (Rattus norvegicus) strain wistar No Perlakuan Kelompok N Jumlah Monosit Perlakuan Rerata Standar deviasi 1. Sebelum kondisi K1 5 8 1.9 hyperlipid (diet kuning K2 5 8 2.5 telur) K3 5 7 2.4 K4 5 4 2.2 K5 5 4 0.8 K6 5 5 1.6 Total 30 6 2.3 2. Setelah kondisi K1 5 9 1.3 hyperlipid (pemberian K2 5 4 1.5 diet kuning telur) K3 5 3 1.5 K4 5 3 1.3 K5 5 2 0.5 K6 5 3 1.0 Total 30 4 2.6 3. Setelah kondisi K1 5 8 1.9 Hyperlipid dan setelah K2 5 2 1.8 pemberian filtrat daun K3 5 2 1.1 salam K4 5 2 1.3 K5 5 2 0.7 K6 5 2 1.3 Total 30 3 2.6 Keterangan : K1 : kontrol negatif pemberian hanya pakan standart rata – rata sebanyak 5 gram/ hari/ekor + Aguadest. K2 : kontrol positif pemberian diet kuning telur puyuh 500 ul/1,5 gram sebanyak 3 x sehari selama 30 hari (membuat kondisi hyperlipid) + pakan standart rata – rata 5 gram / hari + Aquadest. K3 : perlakuan 25% pemberian pemberian diet kuning telur puyuh 500 ul/1,5 gram sebanyak 3 x sehari selama 30 hari (membuat kondisi hyperlipid) + pakan standart rata – rata 5 gram / hari + Aquadest dan dilanjutkan dengan pemberian filtrat daun salam konsentrasi 25% selama 9 hari ad labitium. K4 : perlakuan 50% pemberian pemberian diet kuning telur puyuh 500 ul/1,5 gram sebanyak 3 x sehari selama 30 hari (membuat kondisi hyperlipid)
+ pakan standart rata – rata 5 gram / hari + Aquadest dan dilanjutkan dengan pemberian filtrat daun salam konsentrasi 50% selama 9 hari ad labitium. K5 : perlakuan 75% pemberian pemberian diet kuning telur puyuh 500 ul/1,5 gram sebanyak 3 x sehari selama 30 hari (membuat kondisi hyperlipid) + pakan standart rata – rata 5 gram / hari + Aquadest dan dilanjutkan dengan pemberian filtrat daun salam konsentrasi 75% selama 9 hari ad labitium. K6 : perlakuan100% pemberian pemberian diet kuning telur puyuh 500 ul/1,5 gram sebanyak 3 x sehari selama 30 hari (membuat kondisi hyperlipid) + pakan standart rata – rata 5 gram / hari + Aquadest dan dilanjutkan dengan pemberian filtrat daun salam konsentrasi 100% selama 9 hari ad labitium. 80
Rerata masing – masing jumlah monosit darah tepi hewan coba tikus putih setelah pemberian kuning telur puyuh (kondisi hyperlipidemia) dan setelah pemberian filtrat daun salam adalah K1 kontrol negatif 8 ±1.9 , K2 kontrol positif 2 ±1.8, K3 2 ± 1.1, K4 2 ± 1.3, K5 2 ± 0.7 mg/dl, dan K6 2 ±1.3. Total rerata jumlah monosit darah tepi hewan coba tikus putih pada perlakuan setelah kondisi hyperlipid dan setelah pemberian filtrat daun salam 3.4± 2.6 mg/dl. 2. Analisis hasil penelitian Hasil uji One Way Anova untuk data kadar kolesterol dan jumlah monosit dari hewan coba tikus putih (Rattus norvegicus) strain wistar dapat dilihat pada tabel 3
Tabel 2 menunjukkan bahwa rerata masing – masing jumlah monosit darah tepi hewan coba tikus putih sebelum pemberian kuning telur puyuh (kondisi hyperlipidemia) adalah K1 kontrol negatif 8 ±1.9, K2 kontrol positif 6 ± 2.5, K3 7.0± 2.4, K4 4 ± 2.2 , K5 4 ± 0.8 , dan K6 5 ±1.6. Total rerata jumlah monosit hewan coba tikus putih pada perlakuan sebelum kondisi hyperlipid adalah 6 ± 2.3. Rerata masing – masing jumlah monosit darah tepi hewan coba tikus putih setelah pemberian kuning telur puyuh (kondisi hyperlipidemia) adalah K1 kontrol negatif 9 ±1.3 , K2 kontrol positif 4 ± 1.5l, K3 3 ± 1.5 , K4 3 ±1.3, K5 2 ± 0.5, dan K6 3 ±1.0. Total rerata jumlah monosit darah tepi hewan coba tikus putih pada perlakuan setelah kondisi hyperlipid adalah 4± 2.6.
Tabel 3. Hasil uji One Way Anova data kadar kolesterol total darah tepi hewan coba tikus putih (Rattus norvegicus) strain wistar Sum of df Mean F Sig Squares Square . Kadar kolesterol Between 3221.900 5 644.38 6.47 .00 sebelum hyperlipid Groups 0 7 1 Within 2387.600 2 99.483 Groups 4 Total 5609.500 2 9 Kadar kolesterol Between 14166.16 5 2833.2 817. .00 setelah hyperlipidemia Groups 7 33 279 0 Within 83.200 2 3.467 Groups 4 Total 14249.36 2 7 9 Kadar kolesterol Between 2932.400 5 586.48 12.0 .00 setelah hyperlipidemia Groups 0 63 0 dan pemberian filtrat Within 1166.800 2 48.617 daun salam Groups 4 Total 4099.200 2 9 Tabel 3 menunjukkan Hasil uji One Way Anova kadar kolesterol hewan coba tikus putih (Rattus norvegicus) strain wistar sebelum hyperlipid antar perlakuan berbeda bermakna yang dibuktikan dengan nilai p=0.001>α 0.05, kadar kolesterol hewan coba tikus putih (Rattus
norvegicus) strain wistar setelah hyperlipid antar perlakuan berbeda bermakna yang dibuktikan dengan nilai p=0.000<α 0.05 dan kadar kolesterol hewan coba tikus putih (Rattus norvegicus) strain wistar setelah hyperlipid dan setelah pemberian filtrat daun salam antar perlakuan berbeda 81
bermakna yang dibuktikan dengan nilai p=0.000>α 0.05. Hasil uji One Way Anova untuk data kadar kolesterol dan jumlah monosit dari hewan coba tikus putih (Rattus norvegicus) strain wistar dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4 menunjukkan Hasil uji One Way Anova data jumlah monosit hewan coba tikus putih (Rattus norvegicus) strain wistar sebelum hyperlipid
antar perlakuan berbeda bermakna yang dibuktikan dengan nilai p=0.033>α 0.05,jumlah monosit hewan coba tikus putih (Rattus norvegicus) strain wistar setelah hyperlipid antar perlakuan berbeda bermakna yang dibuktikan dengan nilai p=0.000<α 0.05 dan jumlah monosit hewan coba tikus putih (Rattus norvegicus) strain wistar setelah hyperlipid dan setelah pemberian filtrat daun salam antar perlakuan berbeda bermakna yang dibuktikan dengan nilai p=0.000>α 0.05
Tabel 4 . Hasil uji One Way Anova data jumlah monosit hewan coba tikus putih (Rattus norvegicus) strain wistar Sum of Squares Jumlah Monosit darah tepi hewan coba sebelum hyperlipid
Between Groups Within Groups Total Jumlah Monosit Between darah tepi hewan Groups coba setelah Within hyperlipidemia Groups Total Jumlah Monosit Between darah tepi hewan Groups coba setelah Within hyperlipidemia dan Groups pemberian filtrat Total daun salam
61.100 99.600 160.700 159.867 38.800 198.667 159.867
df
Mean Squar e 5 12.220
24
24
209.467
29
2.945
.03 3
19.77 7
.00 0
15.47 1
.00 0
1.617
29 5 31.973
49.600
Sig.
4.150
29 5 31.973 24
F
2.067
pembentukan sel busa (Foam cells) dan apoptosis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata masing – masing kadar kolesterol darah tepi hewan coba tikus putih sebelum pemberian kuning telur puyuh (kondisi hyperlipidemia) adalah K1 kontrol negatif 67.4±4.8 mg/dl, K2 kontrol positif 93.4± 12.4 mg/dl, K3 93.0± 10.1 mg/dl, K4 98.4± 8.5 mg/dl, K5 91.6± 14.5 mg/dl, dan K6 81.2±5.7 mg/dl. Total rerata kadar kolesterol hewan coba tikus putih pada perlakuan sebelum kondisi hyperlipid adalah 87.5± 13.9 mg/dl. Rerata
Pembahasan Lipid memiliki banyak peran yang berguna bagi tubuh antara lain pembentuk struktur membran sel, bantalan organ – organ tubuh dan sebagai cadangan energi jangka panjang, namun bila kadar lipid berlebihan, akan menimbulkan kerusakan membran sel endotel pembuluh darah. Kolesterol bebas di dalam tubuh akan mengatifkan jalur stress oksidatif melalui retikulum endoplasma dari makrofag dan mencetuskan apoptosis, sedangkan radikal bebas dan nitrit oksida memodulasi 82
masing – masing kadar kolesterol darah tepi hewan coba tikus putih setelah pemberian kuning telur puyuh (kondisi hyperlipidemia) adalah K1 kontrol negatif 71.2±1.7 mg/dl, K2 kontrol positif 129.8± 1.4 mg/dl, K3 128.8± 2.5 mg/dl, K4 128.8±2.0 mg/dl, K5 130.2± 1.1 mg/dl, dan K6 130.2±1.7mg/dl. Total rerata kadar kolesterol hewan coba tikus putih pada perlakuan setelah kondisi hyperlipid adalah 199.7± 22.1 mg/dl., hasil ini menunjukkan bahwa pemberian diet kuning telur puyuh 500 ul/ 1.5 gram sebanyak 3 x sehari selama 30 hari pada hewan coba tikus putih pada kelompok kontrol positif dan kelompok perlakuan sebelum diberikan filtrat daun salam dapat meningkatkan kadar kolesterol total pada darah tepi hewan coba, hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian.20;15 Utami Ni Luh, 2008 dan Riansari A,2008 yang menyatakan bahwa pemberian diet kuning telur selama 15 hari pada tikus putih terjadi kenaikkan kadar kolesterol total rerata 35.74 ±4.7 mg/dl. Kenaikkan kolesterol total pada hewan coba yang diberi diet kuning telur disebabkan karena kuning telur merupakan bagian dari telur dengan komposisi kimia lengkap dengan kandungan tinggi lemak. Lemak dari kuning telur menaikkan profil lipid terutama kolesterol total dan trigliserida.13 Hasil penelitian juga menunjukkan Rerata masing – masing kadar kolesterol darah tepi hewan coba tikus putih setelah pemberian kuning telur puyuh (kondisi hyperlipidemia) dan setelah pemberian filtrat daun salam adalah K1 kontrol negatif 70.8±1.7 mg/dl, K2 kontrol positif 100.0±7.9 mg/dl, K3 90.0± 5.6 mg/dl, K4 98.0± 10.3 mg/dl, K5 98.0± 5.7 mg/dl, dan K6 92.2±7.6 mg/dl. Total rerata kadar kolesterol hewan coba tikus putih pada perlakuan setelah kondisi hyperlipid dan setelah pemberian filtrat daun salam 91.6± 11.8 mg/dl. Terdapat perbedaan kadar kolesterol total setelah pemberian filtrat daun salam pada kelompok kontrol positif (K2) hyperlipidemia dengan kelompok perlakuan K3 (filtrat daun salam 25%), K4
(filtrat daun salam 50%), K5 (filtrat daun salam 75%) dan K6 (filtrat daun salam 100%). Pada kelompok kontrol positif tidak terjadi penurunan kadar kolesterol sedangkan pada kelompok perlakuan yang diberikan filtrat daun salam terdapat penurunan kadar kolesterol total darah tepi hewan coba antara 22 -42 mg/dl. Hasil ini dibuktikan juga dengan hasil uji One Way Anova menunjukkan hasil p=0.000 (p<α0.05), hal ini membuktikan terdapat efek filtrat daun salam terhadap kadar kolesterol pada hewan coba tikus putih. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Riansari A, 2008 yang membuktikan pemberian ekstrak daun salam dengan dosis 0,18 gram, 0,36 gram dan 0,72 gram menggunakan daun segar mampu menurunkan kadar kolesterol total serum secara bermakna, dan terdapat hubungan antara besar dosis ekstrak daun segar daun salam dengan penurunan kadar kolesterol total.15 Penelitian Utami Ni Luh 2008 juga membuktikan pemberian diet ekstrak daun salam peroral pada tikus putih strain wistar yang mengalami hyperlipidemia dengan dosis 0.18 gr daun salam segar/hari; 0,36 gram daun salam segar/hari;dan 0,72 gram daun salam segar/hari selama 15 hari dapat menurunkan kadar LDL kolesterol serum tikus secara bermakna.20 Semakin tinggi dosis yang diberikan semakin tinggi penurunan kadar LDL kolesterol serum tikus. Penurunan kadar kolesterol dalam darah tepi hewan coba tikus putih yang hyperlipid dengan pemberian filtrat daun salam diduga karena daun salam mengandung flavonoid yang berfungsi sebagai antioksidan. Flavonoid mempunyai efek terhadap perbaikan lipid serum dan modifikasi LDL teroksidasi. Salah satu kandungan flavonoid pada filtrat daun salam adalah Quercetin, yang dapat menghambat oksidasi LDL yang telah dimodifikasi makrofag. Selain itu filtrat daun salam mengandung tannin yang berfungsi sebagai antioksidan, astringent, dan hipokolesterolemi. Tanin bekerja dengan cara bereaksi dengan protein 83
mukosa dan sel epitel usus sehingga menghambat penyerapan lemak. Daun salam mengandung saponin yang berfungsi mengikat kolesterol dengan asam empedu sehingga dapat menurunkan kadar kolesterol. Kandungan serat dalam daun salam bermanfaat untuk menghambat absorbsi kolesterol di usus sehingga berpotensi menurunkan kadar kolesterol. Kandungan vitamin C dalam daun salam mempunyai efek membantu reaksi hidroksilasi dalam pembentukan asam empedu sehingga meningkatkan ekskresi kolesterol dan sebagai antioksidan. Kandungan vitamin B3 (niacin) dalam daun salam menurunkan produksi VLDL, sehingga kadar IDL dan LDL menurun. Kandungan vitamin A dan selenium berfungsi sebagai antioksidan.15 Hasil penelitian terhadap hitung jumlah monosit menunjukkan bahwa rerata masing – masing jumlah monosit darah tepi hewan coba tikus putih sebelum pemberian kuning telur puyuh (kondisi hyperlipidemia) adalah K1 kontrol negatif 8±1.9, K2 kontrol positif 6± 2.5, K3 7± 2.4, K4 4± 2.2 , K5 4± 0.8 , dan K6 5±1.6. Total rerata jumlah monosit hewan coba tikus putih pada perlakuan sebelum kondisi hyperlipid adalah 6± 2.3. Rerata masing – masing jumlah monosit darah tepi hewan coba tikus putih setelah pemberian kuning telur puyuh (kondisi hyperlipidemia) adalah K1 kontrol negatif 9±1.3 , K2 kontrol positif 4± 1.5l, K3 3± 1.5 , K4 3±1.3, K5 2± 0.5, dan K6 3±1.0. Total rerata jumlah monosit darah tepi hewan coba tikus putih pada perlakuan setelah kondisi hyperlipid adalah 4± 2.6. Rerata masing – masing jumlah monosit darah tepi hewan coba tikus putih setelah pemberian kuning telur puyuh (kondisi hyperlipidemia) dan setelah pemberian filtrat daun salam adalah K1 kontrol negatif 8±1.9 , K2 kontrol positif 2±1.8, K3 2± 1.1, K4 2± 1.3, K5 2± 0.7 , dan K6 2±1.3. Total rerata jumlah monosit darah tepi hewan coba tikus putih pada perlakuan setelah kondisi hyperlipid dan setelah
pemberian filtrat daun salam 3± 2.6 mg/dl. Hasil ini membuktikan bahwa jumlah monosit antara kelompok kontrol negatif (K1) dengan kelompok kontrol positif (K2) yang hyperlipid terjadi penurunan. Ini mengindikasikan bahwa pemberian diet kuning telur puyuh 500 ul/ 1.5 gram sebanyak 3 x sehari selama 30 hari pada hewan coba tikus putih untuk membuat kondisi hyperlipid dapat menurunkan jumlah monosit. Hasil dari penelitian ini di dukung oleh teori bahwa pemberian diet kolesterol kepada hewan coba ditujukan agar terjadi peningkatan LDL yang memicu peningkatan radikal bebas anion superoksida oleh endotel. Dampak negatif radikal bebas membran sel terutama endotel pembuluh darah akan meningkatkan ekspresi Intercellullar Adhesion Molecule-1 (ICAM-1) dan molekul adhesi lainnya yang akan menarik monosit dari sirkulasi darah menuju lesi.12 Monosit merupakan parameter progresivitas dari arteroskeloris, yang berawal dari cedera endotel karena hyperlipid. Cedera endotel terjadi karena infiltrasi dan retensi dari lipoprotein plasma, terutama LDL di dalam celah subendotel dari dinding pembuluh darah. Cedera endotel akan meningkatkan perlekatan leukosit dan platelet pada endotel, permeabilitas endotel, produksi sitokin, perubahan antikoagulan menjadi prokoagulan dan vasodilator menjadi vasokonstriktor. Retensi LDL di subendotel akan menghasilkan proses oksidasi dan selanjutnya internalisasi oleh makrofag melalui reseptor scavenger. Internalisasi LDL oleh makrofag akan merangsang pembentukan lipid peroksid dan akumulasi kolesterol ester di dalam makrofag. LDL termodifikasi juga merupakan kemotatik bagi monosit lain dan dapat meningkatkan ekspresi gen dari macrophage colony-stimulating factor (MCSF) pada sel endotel yang meningkatkan replikasi monosit menjadi makrofag dan monocyte chemotactic protein (MCP) yang menarik monosit baru pada darah tepi menuju lesi. 12;16 84
Hasil penelitian antara kelompok kontrol positif (K2) dengan kelompok perlakuan K3,K4,K5 dan K6, serta antara masing – masing kelompok perlakuan K3,K4,K5 dan K6 cenderung tetap atau terdapat sedikit penurunan, ini membuktikan bahwa pemberian filtrat daun salam konsentrasi 25%,50%,75% dan 75% belum dapat meningkatkan jumlah monosit secara bermakna seperti yang diharapkan, artinya jumlah sel monosit pada darah tepi hewan coba tikus putih pada kelompok K2 kontrol positif yang hyperlipid dengan perlakuan yang diberikan filtrat daun salam selama 9 hari tetap menurun. Walaupun secara uji statistik antara perlakuan menggunakan uji statistik One Way Anova menghasilkan nilai p=0.000<α0.05 yang membuktikan bahwa Ho ditolak Ha diterima, artinya terdapat efek filtrat daun salam (Syzygium polyanthum) terhadap jumlah monosit pada darah tepi hewan coba tikus putih (Rattus norvegicus) strain wistar yang mengalami hiperlipidemia, dan hasil uji lanjut LSD menunjukkan bahwa jumlah monosit antara kelompok kontrol negatif (K1) dengan kontrol positif (K2) dan kelompok perlakuan K3.K4,K5 dan K6 nilai p=0.000<α0.05, hal ini menunjukkan terdapat perbedaan bermakna jumlah monosit antara kelompok kontrol negatif (K1) dengan kelompok kontrol positif (K2) dan perlakuan (K3,K4,K5 dan K6). Sedangkan jumlah monosit antara kelompok kontrol positif (K2) dengan masing – masing kelompok perlakuan dan jumlah monosit antara masing – masing kelompok perlakuan menunjukkan tidak berbeda bermakna hal ini dibuktikan dengan nilai p>α0.05. Faktor yang mempengaruhi hasil penelitian belum dapat meningkatkan jumlah monosit secara bermakna seperti yang diharapkan, diduga terdapat respon inflamasi dari endotel pembuluh darah membuat endotel mengekspresikan mediator inflamasi seperti Intercellular Adhesion Molecule – 1 (ICAM-1). Ekspresi ICAM banyak terjadi pada
endotel dan makrofag pada proses pembentukan aterosklerosis. Peningkatan ICAM-I akan mengundang monosit, leukosit dan bioaktif darah lainnya menuju lesi. Faktor kemoatraktan maupun molekul adhesi seperti ICAM-I dan MCP –I memicu terjadinya akumulasi monosit pada endotel pembuluh darah . 12 Faktor lainnya adalah adanya mediator selain MCP-1 dan ICAM-1 yaitu MCSF yang menginduksi replikasi monosit, walaupun proses inflamasi sudah ditekan dengan adanya zat – zat aktif yang terdapat dalam filtrat daun salam dengan berbagai mekanismenya yang dapat menurunkan kadar kolesterol total darah tepi hewan coba, namun pada tempat lesi dimana monosit telah tertarik tetap akan bereplikasi dan mengeluarkan sinyal – sinyal kemoatraktan yang lain untuk menarik monosit dari sirkulasi darah ke tempat lesi. 3 Tanin yang dikandung dalam filtrat daun salam yang berfungsi sebagai antioksidan, astringent, dan hipokolesterolnemia. Tanin bekerja dengan cara bereaksi dengan protein mukosa dan sel epitel usus sehingga menghambat penyerapan lemak. Efek hipokolesterolnemia dengan menghambat enzim sterol 4α-methyl oksidase. Diperkirakan efek hipokolesterolnemia tidak berpengaruh banyak terhadap penurunan jumlah LDL sehingga LDL teroksidasi tetap ada mengakibatkan proses inflamasi terus berlanjut yang mengakibatkan terus berlangsungnya akumulasi monosit dan replikasi monosit menjadi makrofag. Faktor lainnya yang mempengaruhi hasil penelitian pada kelompok perlakuan yang diberikan filtrat daun salam pada hewan coba yang hyperlipidemia tetap mengalami penurunan adalah diduga antioksidan dalam filtrat daun salam walaupun memiliki kemampuan dalam menurunkan kadar kolesterol, namun antioksidan tersebut hanya mengurangi dampak negatif dari radikal bebas dan menurunkan kemungkinan sel untuk teroksidasi. 85
Antioksidan tersebut tidak mampu menahan LDL yang terlanjur teroksidasi, sehingga cedera endotel yang memicu ekspresi MCP-1 sehingga proses akumulasi monosit terus berlanjut. Kandungan daun salam (Syzygium polyanthum) seperti minyak atsiri, flavonoid, tannin, seskuiterpen, triterpenoid, fenol, steroid, sitral, lakton, vitamin C, vitamin A, thiamin, Riboflavin, Niacin, vitamin B6, vitamin B12, folat dan selenium sebenarnya cukup potensial untuk menurunkan progresivitas aterosklerosis melalui efek antioksidan dan hipokolesternemia, namun dalam penelitiaan ini pernyataan tersebut belum bisa dibuktikan pada kelompok perlakuan yang diberikan filtrat daun salam konsentrasi 25%,50%,75% dan 100%, hasil ini diperkirakan karena waktu pemberian filtrat daun salam yang relatif singkat hanya 9 hari, sehingga belum cukup lama dalam mengendalikan kondisi hyperlipid pada hewan coba.
(Rattus norvegicus) strain wistar yang mengalami hiperlipidemia. Hasil uji lanjut LSD menunjukkan bahwa jumlah monosit antara kelompok kontrol negatif (K1) dengan kontrol positif (K2),K3.K4,K5 dan K6 nilai p=0.000<α0.05, menunjukkan terdapat perbedaan bermakna jumlah monosit antara perlakuan, sedangkan jumlah monosit antara kelompok kontrol positif (K2) dengan masing – masing kelompok perlakuan dan jumlah monosit antara masing – masing kelompok perlakuan menunjukkan tidak berbeda bermakna hal ini dibuktikan dengan nilai p>α0.05. Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan efek pemberian daun salam dengan waktu yang lebih lama untuk membuktikan terdapatnya peningkatan jumlah monosit pada sirkulasi darah untuk menekan peran monosit dalam progresivitas terjadinya aterosklerosis pada kondisi hyperlipid, dengan variabel penelitian yang lebih lengkap terutama terhadap efek kenaikan semua profil lipid. 2. Untuk melihat efek langsung pemberian fltrat daun salam sebagai antihyperlipidemia pada cedera endotel pembuluh darah perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan pemeriksaan histopatologi pada pembuluh darah dan pemeriksaan molekuler untuk melihat peningkatan ekspresi dari ICAM-1, MCSF dan MCP pada sel endotel pembuluh darah dalam kondisi hyperlipidemia. 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang manfaat daun salam sebagai antikoagulan, antioksidan dan aggregasi platelet.
Kesimpulan 1. Rerata kadar kolesterol total 87.5 ± 13.9 mg/dl dan jumlah monosit 6.1±2.3 pada darah tepi hewan coba tikus putih (Rattus norvegicus) strain wistar sebelum mengalami hiperlipidemia. 2. Rerata kadar kolesterol total 199.7 ± 22.1 mg/dl dan jumlah monosit 4.3±2.6 pada darah tepi hewan coba tikus putih (Rattus norvegicus) strain wistar setelah mengalami hiperlipidemia. 3. Rerata kadar kolesterol total 91.6 ± 11.8 mg/dl dan jumlah monosit 3.4±2.6 pada darah tepi hewan coba tikus putih (Rattus norvegicus) strain wistar yang mengalami hiperlipidemia setelah pemberian filtrat daun salam (Syzygium polyanthum) konsentrasi 25%, 50%, 75%, 100 %. 4. Hasil uji statistik One Way Anova menghasilkan nilai p=0.000<α0.05 yang membuktikan terdapat efek pemberian sediaan filtrat daun salam (Syzygium polyanthum) terhadap jumlah monosit pada darah tepi hewan coba tikus putih
Daftar Pustaka 1. Adam JM, Soegondo S, Soemiardji G, Adriansyah H, 2004. Petunjuk praktis penatalaksanaan dislipidemia. Jakarta:PB.PERKENI. 86
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Departemen Kesehatan R.I , 1996. Informasi tentang penyakit Kardiovaskuler. Pusat penyuluhan Kesehatan Masyarakat Gestana Andru.2009. Efek minyak atsiri Bawang Putih (Allium sativum) terhadap jumlah Monosit pada darah tepi tikus wistar yang diberi diet kuning telur. KTI Fakultas Kedokteran Universitas Diponogoro Semarang. Goodman & Gillman, 2008. Dasar farmakologi terapi edisi 10. Kedokteran EGC. Jakarta. Guyton & Hall, 2007. Buku ajar fisiologi kedokteran edisi 11. Kedokteran EGC. Jakar Harmita & Maksum Radji, 2008. Buku ajar analisis hayati. Kedokteran EGC. Jakarta Hoffbrand AV, Pettti JE 1996. Kapita Selekta Hematologi (Essensial Hematologi) Edisi Kedua Jakarta EGC. Khomsan, Ali, 2004. Pangan dan gizi untuk kesehatan . Rajagrafindo Persada. Jakarta Lanang, Gusti, 2006. Tekhnik pemilihan alat analisis dan interpretasi hasil uji statistika. Metode Statistik. Universitas Nusa Tenggara Barat. Mataram. Mangoting, Daniel, Irawan Imang, Abdullah Said, 2005 . Tanaman lalap berkhasiat obat . Penebar Swadaya . Jakarta. Maryani, Herti & Suharmiati, 2003 . Tanaman obat untuk mengatasi penyakit pada usia lanjut . Agromedia pusataka. Jakarta. Purnomo Suryohudoyo,2000. Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler.CV. Sagung Seto.Jakarta Prasetyo A, Sadhana U, Miranti IP,2000. Profil lipid dan ketebalan dinding arteri abdominalis tikus wistar pada injeksi inisial adrenalin intra vena (IV) dan diet kuning telur intermitten. Media Medika Indonesiana.
14. Price, Sylvia A,Wilson Lorraine M, 2005. Patofisiologi konsep klinis proses – proses penyakit edisi 6 . Kedokteran EGC . Jakarta . 15. Riansari Anugrah. 2008. Pengaruh pemberian ekstrak daun salam (Eugenia polyantha) terhadap kadar kolesterol total serum tikus jantan galur wistar hiperlipidemia.KTI Fakultas Kedokteran Universitas Diponogoro Semarang. 16. Robert K.Murray, Daryl K.Granner,Peter A.Mayes dan Victor W.Rodwell,2003. Biokimia Harper Edisi 25. Penerbit EGC.Jakarta. 17. Rushaliyati putri, 2011. Perbedaan kadar kolesterol pada darah hewan coba tikus putih (Rattus norvegius) strain wistar sebelum dan setelah pemberian Filtrat daun salam (Syzgium polyanthum). Dalam KTI Jurusan Analis Kesehatan Mataram. 18. Siswono.2003. Peran Gizi untuk cegah penyakit cardiovaskuler. URL: http://www.kompas.com/kompascetak/0307/08/iptek/425079.htm 19. Soeharto I,2004. Penyakit jantung korener dan serangan jantung, edisi ketiga. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 20. Utami, Ni Luh, 2008. Pengaruh pemberian ekstark daun salam (Eugenia polyantha) terhadap kadar LDL kolesterol serum tikus jantan galur wistar hiperlipidemia. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang. 21. Wahyu, Indah Utami, 2008. Efek fraksi air ekstra etanol daun salam (Syzygium polyanthum) terhadap penurunan kadar asam urat pada mencit putih (Mus musculus) jantan galur BALB-C yang diinduksi dengan kalium oksanat. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta .
87
88