PENGARUH TEPUNG TULANG IKAN TUNA MADIDIHANG (Thunnus albacares) TERHADAP KADAR KALSIUM DAN FOSFOR DALAM DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) MODEL OVARIEKTOMI EFFECT OF YELLOWFIN TUNA (Thunnus albacares) FISH BONE MEAL CALCIUM AND PHOSPHATE LEVELS OF BLOOD IN WHITE RAT (Rattus norvegicus) MODEL OVARIECTOMY Paura Rangga Zobda1, Agung Pramana W.M2, Masdiana C. Padaga1. 1 Program Studi Pendidikan Dokter Hewan, Program Kedokteran Hewan, Universitas Brawijaya 2 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya
[email protected]
ABSTRAK Tepung tulang ikan tuna madidihang (Thunnus albacares) memiliki kandungan mineral yang tinggi yaitu sebesar 13,19% kalsium, 0,81% fosfor, 0,36% natrium dan 0,03% zat besi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung tulang ikan tuna madidihang (Thunnus albacares) terhadap kadar kalsium dan fosfor dalam darah tikus putih (Rattus norvegicus) model ovariektomi. Penelitian ini menggunakan 16 tikus betina (Rattus norvegicus) yang dilakukan ovariektomi untuk mendapatkan kondisi osteoporosis, kemudian dibagi menjadi 4 kelompok. Kelompok I sebagai kontrol, kelompok II, III, IV diberikan tepung tulang ikan tuna madidihang (Thunnus albacares) dosis bervariasi, berturut-turut 400; 800; dan 1600 mg/kg BB/hari yang diberikan satu kali sehari secara sonde pada hari ke-1 sampai 30. Pada hari ke-31 semua tikus dilakukan euthanasi dan pengambilan darah melalui apex jantung. Analisis kadar kalsium menggunakan spektofotometri serapan atom dan kadar fosfor menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa dosis 1600 mg/kg BB/hari tepung tulang ikan tuna madidihang (Thunnus albacares) memiliki presentase peningkatan kalsium dalam darah dan menurunkan kadar fosfor dalam darah mendekati keadaan normal. Kata kunci
:
Ovariektomi, Osteoporosis, Kadar Kalsium (Ca) dan Fosfor (P) Dalam Darah.
ABSTRACT Yellowfin tuna (Thunnus albacares) fish bone meal has a high mineral content that is equal to 13,19% calcium, 0,81% phosphate, 0,36% sodium and 0,03% iron. This study aimed to determine the effect of yellowfin tuna (Thunnus albacares) fish bone meal to the levels of calcium and phosphate in the blood of white rats (Rattus norvegicus) model of ovariectomy. This study using 16 female white rats (Rattus norvegicus) were done ovariectomy to obtain the condition of osteoporosis, then divided into 4 groups. Control as group I, group II, III, IV given yellowfin tuna (Thunnus albacares) fish bone meal each different doses, 400, 800, and 1600 mg / kg / day given once daily as sonde on days 1 to 30. On day 31, all mice performed euthanasi and blood sampling done through the apex of the heart. Calcium content analysis using Atomic Absorbance spectrophotometry (AAS) and phosphate levels using spectrophotometry UV-Vis. The results showed that a dose of 1600 mg / kg bw / day yellowfin tuna (Thunnus albacares) fish bone meal have a percentage increase in blood calcium and lowering blood levels of phosphorus in approaching normal circumstances. Keywords
: Ovariectomy, Osteoporosis, Calcium (Ca) and Phosphate (P) Levels In The Blood.
PENDAHULUAN Tubuh memiliki banyak unsur makromineral seperti kalsium dan fosfor yang digunakan untuk hidup, kesehatan dan pertumbuhan tulang. Kalsium dan fosfor merupakan makromineral yang paling banyak terdapat di semua jaringan tubuh dan terlibat dalam proses biologi dan metabolisme tubuh (Suarsana, 2011). Sekitar 99% kalsium dalam tubuh ditemukan pada tulang dan gigi dan sekitar 1% terdapat pada cairan ekstra sel (Nabil, 2005). Fosfor merupakan makromineral terbanyak kedua yang ada di dalam tubuh setelah kalsium, 85% fosfor terdapat dalam tulang. Kalsium dan fosfor membentuk kalsium fosfat atau kristal kalsium hidroksiapatit [3Ca3(P04)2Ca(OH)2] sebagai penyusun utama pembentuk tulang (Sabri, 2011). Menurut Suarsana (2011), selain kalsium dan fosfor proses pembentukan tulang juga dipengaruhi oleh kalsitriol (1,25-(OH)2D3), bone morphogenic protein (BMP) dan hormon estrogen. Hormon estrogen merupakan inhibitor resorpsi kalsium di dalam tulang, bekerja pada ginjal untuk reabsorbsi kalsium di dalam tubulus ginjal dan melakukan penyerapan kalsium di dalam duodenum (Xu et al., 2003).
Turunnya hormon estrogen mengakibatkan terjadinya peningkatan absorbsi kalsium dan fosfor dalam tulang, penurunan absorbsi kalsium di duodenum dan peningkatan ekskresi kalsium melalui ginjal (Van Abel et al., 2002) serta menurunkan ekskresi fosfor (Dick dan Price, 2001), hal ini yang mengakibatkan kadar kalsium dalam darah turun dan pelepasan fosfor dari tulang ke dalam darah menyebabkan kadar fosfor dalam darah meningkat (Lamer, 2006). Rendahnya kadar kalsium dalam darah akan direspon oleh hipofisa dengan cara melakukan stimulus pada kelenjar paratiroid untuk menghasilkan hormon paratiroid (PTH). Hormon paratiroid merangsang pembentukan sitokin (IL-1, IL-6, dan TNF) di dalam tulang. Sitokin mengaktivasi osteoklas untuk merangsang absorbsi kalsium dan fosfor di dalam tulang dan melepaskan ke dalam darah (Siki, 2009). Adanya penyerapan kalsium dan fosfor dari tulang akan menimbulkan suatu kondisi penurunan kepadatan tulang yang disebut osteoporosis. PTH juga berpengaruh pada ginjal untuk melakukan reabsorsi kalsium dan ekskresi fosfor, selain itu ginjal juga membentuk protein 1,25 dihidroksikalsiferol di jejunum untuk meningkatkan penyerapan
kalsium (Sabri, 2011).Sehingga osteoporosis ditandai dengan penurunan kadar kalsium dalam darah dan diikuti naiknya kadar fosfor dalam darah. Diharapkan dengan adanya pemberian asupan mineral melalui makanan dapat meningkatkan kadar kalsium dalam darah. Salah satu bahan yang mengandung mineral yang tinggi adalah tepung tulang ikan. Tepung tulang ikan tuna madidihang (Thunnus albacares) merupakan sumber mineral yang memiliki kandungan kalsium dan fosfor yang tinggi. Menurut Orias (2008), selain memiliki kandungan mineral yang tinggi kandungan kalsium pada ikan terutama pada tulang ikan membentuk kompleks dengan fosfor dalam bentuk apatit atau trikalsiumfosfat. Bentuk ini yang menyebabkan tepung tulang ikan mudah diserap oleh tubuh yaitu berkisar antara 6070%. Tepung tulang ikan tuna madidihang (Thunnus albacares) merupakan pemanfaatan limbah industri pengolahan ikan (Maulida, 2005). Kandungan mineral dari tepung tulang ikan tuna madidihang (Thunnus albacares) adalah kalsium 13,19%, fosfor 0,81%, natrium 0,36% dan zat besi 0,03% (Ismanadji et al., 2000). Pemberian tepung tulang ikan tuna madidihang (Thunnus albacares) diharapkan dapat memenuhi kebutuhan kalsium dan fosfor di dalam tubuh dan dapat dijadikan bahan terapi alternatif terhadap penyakit osteoporosis. Tikus putih (Rattus norvegicus) model ovariektomi diasumsikan menyerupai kondisi menopause. Tikus yang telah dilakukan ovariektomi akan mengalami penurunan hormon estrogen sehingga kondisi tersebut menyerupai keadaan defisiensi estrogen pada manusia yang telah menopause. Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini sangat penting dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung tulang ikan tuna madidihang (Thunnus albacares) terhadap kadar kalsium dan fosfor dalam darah
tikus putih ovariektomi.
(Rattus
norvegicus)
model
MATERI DAN METODE Persiapan Hewan Coba Sampel penelitian ini menggunakan hewan coba berupa tikus putih (Rattus norvegicus) betina strain Wistar berumur 8-12 minggu. Berat badan tikus berkisar antara 180200 gram. Hewan coba diaklimatisasi dengan pemberian makanan berupa ransum basal dan minum air suling secara ad libitum pada semua tikus. Komposisi ransum basal disusun berdasarkan standar AIN 93. Pembuatan Tepung Tulang Ikan Tuna Madidihang (Thunnus albacares) Tahap pembuatan tepung tulang ikan dilakukan sesuai dengan metode Thalib (2009), yaitu tulang ikan segar yang terdiri dari bagian tulang punggung sampai tulang ekor kemudian dicuci dengan air mengalir. Tulang dibersihkan dari sisa daging yang menempel, sirip ekor, dan sirip punggung kemudian dicuci dengan air mengalir. Tulang ikan tersebut kemudian dipotong-potong untuk mendapatkan ukuran yang lebih kecil. Tulang ikan yang telah dibersihkan dimasukkan dalam air mendidih dan direbus selama 12 jam (4 jam pertahap) pada suhu 100°C. Perebusan ini dilakukan untuk mempermudah pembersihan tulang dari daging, darah dan lemak yang menempel pada tulang. Tulang yang telah bersih direndam dengan asam asetat 4% selama 30 menit untuk mengurangi lemak dan protein dalam tulang. Kemudian tulang dicuci dengan air untuk menetralkan kandungan dari tulang. Proses selanjutnya tulang ikan dimasukkan ke dalam autoklaf selama 1 jam pada suhu 121˚C. Fungsi dari proses ini untuk mensterilkan tulang dari mikroba dan menghilangkan lemak yang terdapat pada tulang. Pengeringan tulang dilakukan menggunakan oven dengan suhu 60°C selama 8 jam. Tahap terakhir pada proses
pembuatan tepung tulang ikan adalah penepungan dan pengayakan. Tulang ikan ditepungkan menggunakan disk mill. Tepung yang dihasilkan diayak menggunakan ayakan dengan ukuran 100 mesh (100 lubang setiap inchi) sehingga didapatkan tepung tulang ikan yang halus dan homogen. Pembuatan Hewan Model Ovariektomi Proses pembuatan hewan model ovariektomi dilakukan sesuai dengan metode Hartiningsih (2005), yaitu tikus putih strain Wistar betina sejumlah 20 ekor umur 8-12 minggu diadaptasikan selama 1 minggu dalam kondisi laboratorium. Setelah dilakukan aklimatisasi dilakukan operasi ovariektomi (pengambilan ovarium) yaitu dengan membuat sayatan pada daerah flank bagian kiri dan kanan. Tikus dianastesi mengunakan ketamine dengan dosis 1-4 mg/kg BB dengan lama anastesi sekitar 15-20 menit yang disuntikkan melalui vena coccygea secara intravena (IV). Setelah tikus teranastesi, rambut dibagian flank dicukur dan dibersihkan menggunakan alkohol 70%. Incisi dilakukan pada bagian abdomen dengan panjang lebih kurang 1-1,5 cm. Jaringan subkutan dikuakkan, lalu dinding abdomen disayat, sehingga ovarium beserta saluran tuba fallopii (tuba uterina) dan ovarium ikut terbawa keluar dari rongga abdomen. Saluran tuba fallopii (tuba uterina) dijepit dengan arteri klem kemudian bagian saluran tuba fallopii (tuba uterina) diikat dengan benang cat gut setelah itu dilakukan pemotongan di atas arteri klem untuk memisahkan antara ovarium dengan tuba fallopii. Tuba fallopii yang tersisa dikembalikan ke dalam rongga abdomen. Musculus dijahit dengan cat gut chromik 3-0 dengan tipe jahitan sederhana terputus dan kulit dijahit dengan benang silk ukuran 4 dengan tipe jahitan sederhana terputus. Setelah musculus dan kulit sudah tertutup, diberi iodine sebagai antiseptik. Penyembuhan luka akibat ovariektomi selama 10 hari, kemudian dilakukan rontgen
setelah satu bulan, dua bulan dan tiga bulan setelah dilakukan ovariektomi untuk memastikan tulang telah mengalami osteoporosis. Hasil foto rontgen menunjukan pada 3 bulan setelah ovariektomi tulang telah mengalami penurunan masa tulang yang ditunjukkan dengan gambar rontgen pada bagian tulang vertebrae yang terlihat radiolucent (gambar tulang lebih gelap yang menunjukkan adanya penipisan tulang) Pengambilan Sampel Darah Sampel darah didapatkan setelah tikus dilakukan dislokasi pada leher, darah langsung diambil dari jantung melalui bagian apex sebanyak 3 ml dengan menggunakan disposable syringe 5 ml. Sampel darah tikus yang diambil dari jantung dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditunggu selama 3 jam hingga keluar serumnya. Kemudian disentrifugasi (Hettich Zentrifugen) dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit. Analisis Kadar Kalsium Darah Sampel serum dipipet sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 4 ml TCA 5%. Larutan divortex (dihomogenkan), kemudian disentrifuse dengan kecepatan 3000 rpm selama 30 menit. Supernatan yang dihasilkan dipipet masing-masing sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan larutan Stronsium (Sr) 5% sebanyak 1 ml dan ditambahkan aquades sebanyak 8 ml. Setelah itu dianalisis dengan alat Spektofotometer serapan atom (SSA) pada panjang gelombang 422,4 nm. Larutan standar kalsium yaitu Kalsium Karbonat (CaCO3) dibuat dengan konsentrasi 0, 0,5, 1, 3 dan 5 ppm. Hasil pembacaan kemudian dibandingkan dengan kurva standar, sehingga diperoleh kadar kalsium dalam satuan mg/dl atau ppm (Suarsana, 2011).
Analisis Kadar Fosfor Darah Larutan standar fosfor dibuat dengan konsentrasi 0,01, 0,25, dan 0,5 ppm. Sebanyak 2 ml larutan KH2PO4 ditambah 6 ml aquades dan 2 ml reagen campuran molibdovanadat dan HCl. Kemudian serapannya dianalisis dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 400 nm. Data yang diperoleh dibuat kurva standarnya. Sampel serum 1 ml ditambahkan 4 ml TCA 5%. Larutan divortex (dihomogenkan), kemudian disentrifuse pada dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit. Supernatan yang terbentuk diambil sebanyak 2 ml lalu ditambahkan 6 ml aquades dan ditambah reagen campuran molibdovanadat dan HCl sebanyak 2 ml. Serapannya dianalisis dengan spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang 400 nm (Suarsana, 2011). Analisis Data Kadar kalsium dan fosfor yang diperoleh dari hasil perlakuan dianalisis dengan analisis ragam ANOVA. Apabila terdapat perbedaan nyata uji dilanjutkan uji BNJ pada
taraf 5% untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan (Kusriningrum, 2008). HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Pemberian Tepung Tulang Ikan Tuna Madidihang (Thunnus albacares) Terhadap Kadar Kalsium Dalam Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) Model Ovariektomi Hasil penelitian pengaruh pemberian tepung tulang ikan tuna madidihang (Thunnus albacares) terhadap kadar kalsium dalam darah tikus putih (Rattus norvegicus) model ovariektomi pada 4 kelompok yaitu tikus kontrol (ovariektomi), ovariektomi dengan terapi dosis 400 mg/kg BB/hari, ovariektomi dengan terapi dosis 800 mg/kg BB/hari dan ovariektomi dengan terapi dosis 1600 mg/kg BB/hari, menunjukkan adanya beda nyata antar perlakuan (Tabel 1).
Tabel 1. Rata-rata nilai kadar kalsium darah pada masing-masing kelompok perlakuan Kelompok Kadar Kalsium Darah (mg/dl) Kontrol (A)
7,5 ± 0,11 a
Dosis 400 mg/kg BB (B)
8,4 ± 0,13 b
Dosis 800 mg/kg BB (C)
9,3 ± 0,08 c
Dosis 1600 mg/kg BB (D)
10,1 ± 0,15 d
Keterangan: Perbedaan notasi menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antar perlakuan terhadap nilai kadar kalsium darah (p<0.05).
Kadar kalsium dalam darah pada kelompok A (tikus ovariektomi) memiliki nilai terendah yaitu sebesar 7,5 ± 0,11 mg/dl (Tabel 1). Hasil ini menunjukkan bahwa tikus yang dilakukan ovariektomi telah mengalami penurunan kadar kalsium dalam darah. Kadar kalsium dalam darah pada tikus normal adalah
sebesar 11-13 mg/dl (Johnson-Delaney, 1996). Penurunan kadar kalsium dalam darah ini dikarenakan adanya penurunan hormon estrogen akibat perlakuan ovariektomi sehingga penyerapan kalsium pada duodenum menurun dan ekskresi kalsium melalui ginjal meningkat (Van Abel et al., 2002).
Kelompok tikus ovariektomi yang diberi tepung tulang ikan tuna madidihang (Thunnus albacares) mengalami kenaikan kadar kalsium dalam darah secara signifikan (Tabel 1). Kelompok D memiliki peningkatan yang paling tinggi yaitu 10,1 ± 0,15 mg/dl diikuti dengan kelompok C sebesar 9,3 ± 0,08 mg/dl dan kelompok B sebesar 8,4 ± 0,13 mg/dl. Kenaikan kadar kalsium dalam darah pada kelompok B, kelompok C dan kelompok D (tikus ovariektomi dengan terapi), disebabkan karena tepung tulang ikan tuna madidihang (Thunnus albacares) memiliki kandungan kalsium yang tinggi yaitu sebesar 13,19 % (Ismanadji et al., 2000), sehingga adanya perbedaan dosis terapi yang diberikan dapat meningkatkan kadar kalsium dalam darah. Kelompok D memiliki dosis terapi yang paling tinggi yaitu 1600 mg/gram BB/hari sehingga pada kelompok D memiliki kadar kalsium yang paling tinggi jika dibandingkan dengan kelompok C dan kelompok B. Perlakuan ovariektomi mengakibatkan terjadinya penurunan hormon estrogen. Hormon estrogen mempengaruhi proses penyerapan kalsium duodenum secara transelluler dan melakukan reabsorbsi kalsium di dalam ginjal (Van Abel et al., 2002). Turunnya hormon estrogen mengakibatkan penyerapan kalsium di duodenum menurun dan meningkatkan ekskresi kalsium di ginjal, hal ini mengakibatkan turunnya kadar kalsium dalam darah. Rendahnya kadar kalsium dalam darah akan direspon tubuh dengan menghasilkan hormon paratiroid. PTH menstimulasi ginjal untuk melakukan reabsorbsi kalsium dan juga menghasilkan vitamin D spesifik berupa protein 1,25 dehidroksikalsiferol di jejunum untuk meningkatkan absorbsi kalsium secara transport aktif (Murray et.al., 2003). Protein 1,25 dihidroksikalsiferol menyebabkan terbentuknya protein pengikat kalsium di sel-sel epitel jejunum. Protein di selsel epitel usus berfungsi untuk menyerap
kalsium dalam bentuk apatit atau trikalsiumfosfat dari tepung tulang ikan tuna madidihang (Thunnus albacares) kemudian protein tersebut mengangkut kalsium ke dalam sitoplasma sel (intrasel), selanjutnya kalsium dikeluarkan ke dalam darah melewati membran basolateral yang ada pada sel epitel usus dengan cara difusi terfasilitasi. Kalsium dalam bentuk apatit atau trikalsiumfosfat mudah diserap usus secara maksimal yaitu sebesar 6070% (Orias, 2008), sehingga mampu meningkatkan kadar kalsium dalam darah pada tikus kelompok B, kelompok C dan kelompok D. Hasil terapi tepung tulang ikan tuna madidihang (Thunus albacores) menunjukkan kadar kalsium dalam darah pada kelompok D hampir mendekati kadar kalsium darah normal. Peningkatan kadar kalsium dalam darah ini akan direspon oleh tubuh untuk menghasilkan hormon kalsitonin oleh organ tiroid. Hormon kalsitonin merangsang pembentukan osteoblas di tulang. Osteoblas menghasilkan osteonektin untuk mengikat kalsium dalam darah dalam bentuk bentuk hidroksiapatid. Kemudian menghasilkan osteokalsin untuk proses mineralisasi dalam tulang. Hasil penelitian ini telah sesuai dengan penelitian Nursofah (2012), yang menggunakan tepung tulang ikan teri sebagai bahan terapi pada tikus putih yang mengalami osteodistrofi fibrosa. Kadar kalsium tepung ikan teri tawar adalah sebesar 0,6 %. Penelitian tersebut menerangkan bahwa pemberian ikan teri tawar dengan rasio pemberian Ca:P yaitu sebesar 1.5:1 selama 5 minggu dapat meningkatkan kadar kalsium dalam darah dan diikuti adanya perbaikan tulang pada gambaran mikroskopik tulang femur yang mengalami osteodistrofi fibrosa.
Pengaruh Pemberian Tepung Tulang Ikan Tuna Madidihang (Thunnus albacares) Terhadap Kadar Fosfor Dalam Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) Model Ovariektomi Hasil penelitian pengaruh pemberian tepung tulang ikan tuna madidihang (Thunnus albacares) terhadap kadar fosfor dalam darah
tikus putih (Rattus norvegicus) model ovariektomi pada 4 kelompok yaitu tikus kontrol (ovariektomi), ovariektomi dengan terapi dosis 400 mg/kg BB/hari, ovariektomi dengan terapi dosis 800 mg/kg BB/hari dan ovariektomi dengan terapi dosis 1600 mg/kg BB/hari, menunjukkan adanya beda nyata antar perlakuan (Tabel 2).
Tabel 2. Rata-rata nilai kadar fosfor darah pada masing-masing kelompok perlakuan Kelompok Kadar Fosfor Darah (mg/dl) Kontrol (A)
12,7 ± 0,13 d
Dosis 400 mg/kg BB (B)
10,4 ± 0,26 c
Dosis 800 mg/kg BB (C)
7,3 ± 0,13 b
Dosis 1600 mg/kg BB (D)
6,3 ± 0,05 a
Keterangan: Perbedaan notasi menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antar perlakuan terhadap nilai kadar fosfor darah (p<0.05).
Kadar fosfor dalam darah pada kelompok A (tikus ovariektomi) memiliki nilai tertinggi yaitu sebesar 12,7 ± 0,13 mg/dl (Tabel 2). Hasil ini menunjukkan bahwa tikus yang dilakukan ovariektomi telah mengalami kenaikan kadar fosfor dalam darah. Kadar fosfor dalam darah pada tikus normal adalah sebesar 7 mg/dl (Johnson-Delaney, 1996). Tingginya kadar fosfor dalam darah pada kelompok A diakibatkan karena adanya pengaruh turunnya hormon estrogen. Hormon estrogen memiliki fungsi untuk merangsang pembentukan osteoblas dan menghambat terbentuknya osteoklas di dalam tulang. Turunnya hormon estrogen meningkatkan pertumbuhan osteoklas di dalam tulang. Peningkatan pembentukan osteoklas dalam tulang mengakibatkan meningkatnya penyerapan kalsium dan fosfor pada tulang secara fagositosis. Hasil penyerapan kalsium dan fosfor di tulang kemudian dikeluarkan ke dalam darah. Kasium dan fosfor dalam darah kemudian disaring oleh ginjal pada tubulus distalis. Turunnya hormon estrogen
mengakibatkan ginjal mengekskresikan kalsium dan mereabsorbsi fosfor melalui tubulus distal sehingga terjadi peningkatan fosfor dalam darah (Lamer, 2006). Kelompok tikus ovariektomi yang diberi tepung tulang ikan tuna madidihang (Thunnus albacares) memberikan hasil penurunan kadar fosfor dalam darah secara signifikan (Tabel 1). Kadar fosfor pada kelompok D adalah yang terendah yaitu 6,3 ± 0,05 mg/dl diikuti dengan kelompok C sebesar 7,3 ± 0,13 mg/dl dan kelompok B sebesar 10,4 ± 0,26 mg/dl. Penurunan kadar fosfor dalam darah pada kelompok B, kelompok C dan kelompok D (tikus ovariektomi dengan terapi), disebabkan karena pemberian tepung tulang ikan tuna madidihang (Thunnus albacares) yang memiliki kandungan kalsium yang tinggi yaitu sebesar 13,19 % (Ismanadji et al., 2000), dapat meningkatkan kadar kalsium dalam darah. Tingginya kadar kalsium dalam darah dapat menurunkan kadar fosfor dalam darah. Pemberian kalsium dalam jumlah tinggi akan menghambat absorbsi fosfor dalam usus akibat
terbentuknya kompleks kalsium fosfat (hidroksiapatit) yang tidak larut dalam lumen intestinal sehingga menyebabkan turunnya kadar fosfor dalam darah. Sisa fosfor dalam makanan yang tidak dapat terserap oleh usus dan dikeluarkan melalui feses (Brink et al., 1992). Menurut Kawiyana (2009) Tingginya kadar kalsium dalam darah akan di deposit ke dalam tulang sehingga menyebabkan terjadinya ikatan antara kalsium dengan estrogen reseptor α (ER-α) yang terdapat pada sel osteoblas. Ikatan tersebut menginduksi feedback positif pada korteks adrenal. Adanya feedback positif pada korteks adrenal merangsang terbentuknya hormon estrogen sehingga kadar hormon estrogen meningkat. Meningkatnya hormon estrogen akan meningkatkan penyerapan kalsium di dalam dedunum, melakukan reabsorbsi kalsium dan mengekskresi fosfor melalui tubulus distal ginjal dan mengekskresi kan fosfor melalui urin. Hal ini yang menyebabkan naiknya kadar kalsium dan menurunkan kadar fosfor dalam darah. Di dalam pembentukan tulang perbandingan absorbsi Ca:P yang baik adalah 2:1 (Nabil, 2005). Hasil analisis kadar fosfor dalam darah pada kelompok D hampir mendekati kadar fosfor dalam darah normal yaitu sebesar 6,3 ± 0,129 mg/dl. Selain itu perbandingan kalsium dan fosfor (Ca:P) pada kelompok D adalah sekitar 1,6:1 (tabel 1 dan 2). Hasil penelitian ini telah sesuai dengan penelitian Nursofah (2012), yang menggunakan tepung tulang ikan teri sebagai bahan terapi pada tikus putih yang mengalami osteodistrofi fibrosa. Penelitian tersebut menerangkan bahwa pemberian tepung ikan teri tawar yang memiliki kandungan kalsium 0,6 % dengan pemberian tepung ikan teri dengan rasio Ca:P yaitu sebesar 1.5:1 selama 5 minggu dapat meningkatkan kadar kalsium dalam darah dan menurunkan kadar fosfor dengan perbandingan 1,2 :1 pada tikus yang mengalami osteodistrofi fibrosa.
KESIMPULAN Berdasarkan penelitian dilakukan, dapat disimpulkan:
yang
telah
1. Pemberian tepung tulang ikan tuna madidihang (Thunnus albacares) dengan dosis 1600 mg/kg BB/hari mempunyai pengaruh meningkatkan kadar kalsium dalam darah mendekati kondisi normal. 2. Pemberian tepung tulang ikan tuna madidihang (Thunnus albacares) dengan dosis 1600 mg/kg BB/hari mempunyai pengaruh menurunkan kadar fosfor dalam darah mendekati kondisi normal. Ucapan Terimakasih Terimakasih kepada supervisor dan staff Laboratorium Biokimia FMIPA Universitas Brawijaya yang memfasilitasi pelaksanaan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Armitage, D. 2004. Rattus Norvegicus. Animal Diversity Web. University of Michigan of Zoology. Baylink. 2000. The Diagnosis and Management Of Osteoporosis. J Rheumatol Suppl 1 59:42S- 44S. Baylink, D.J., R.D. Finkelman, and S. Mohan. 1993. Growth Factors To Stimulate Bone Formation. J. Bone Miner. Res. 8:56572. Brink, E.J., Beynen, A.C., Decker, P.R., Van Beresteijn, E.C.H., Van der Meer R. 1992. Interaction of Calcium and Phospate Decreases Ileal Magnesium Solubility and Apparent Magnesium Absorption In Rat. J Nutr 122:580-586 Banks WJ. 1993. Applied Veterinary Histology. 3rd Ed. Mosby Year Book. Toronto: hlm.107-126. Cunningham JG. 1992. Textbook of veterinary physiology. Philadelphia : W.B. Saunders Company. hlm.416-423.
Dick, I.M., Price, R.L. 2001. The Effect of Estrogen On Renal Phosporus Handling In The Rat. Am J Nephrol. 21 : 323-330 Dirjen Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan. 1990. Buku Pedoman Hasil Perikanan Laut (Jenis-jenis Ikan Ekonomis Penting). Jakarta: Departemen Pertanian. Johnson-Delaney, C. 1996. Exotic Companion Medicine Handbook for Veterinarians (2 Vol. Set). Lake Worth, FL: Zoological Education Network. Drapper, C.R. 1997 Phytoestrogens Reduce Bone Loss and Bone Resorption in Oopharectomized Rats. J. of Nutr. 127 : 1795 -1799 Guyton AC. 1996. Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit (Human physiology and mechanism of disease). Terjemahan. Ed ke-3 Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Hartiningsih. 2005. Pengaruh Pemberian Teri Asin Terhadap Ekskresi Kalsium Urin Dan Mineralisasi Tulang Femur Tikus Penderita Osteodistrofia Fibrosa. Jurnal Sain Vet. Vol. 23 No.5 Th. 2005. Ismanadji, I., Djazuli N, Widarto, Istihastuti T, Herawati N, Ismarsudi, Lasmono. 2000. Laporan Perekayasaan Teknologi Pengolahan Limbah. Jakarta : Balai Bimbingan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan. Jayanti, A. 2009. Pemanfaatan Flavor Kepala Udang Windu (Peneus monodon) Dalam Pembuatan Kerupuk Berkalsium Dari Cangkang Rajungan (Portunus sp.). [Skripsi]. Bogor: Jurusan Teknologi Hasil Perikanan, Institut Pertanian Bogor. Kathleen, S. 2000. Food, Nutrition and Diet Therapy.Pensylvania. Saunders. Kusriningrum. 2008. Dasar Perancangan Percobaan dan Rancangan Acak Lengkap. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga. Surabaya.
Lerner, U. 2006. Bone remodeling in post menopausal osteoporosis. J. Dent Res.85(7): 584-94 Lestari, S. 2001. Pemanfaatan Tulang Ikan Tuna (Limbah) Untuk Pembuatan Tepung Tulang [Skripsi]. Bogor : Jurusan Teknologi Hasil Perikanan, Institut Pertanian Bogor. Maulida, N. 2005. Pemanfaatan Tepung Tulang Ikan Madidihang (Thunnus albacares) Sebagaik Suplemen Dalam Pembuatan Biscuit (CRACKERS). [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Malole, M.BM.,C.S.U. Pramono. 1989. Penggunaan Hewan-hewan Percobaan di Laboratorium. PAU Bioteknologi IPB. Bogor. Murray RK, Granner DK, Mayes, PA, Rodwell VW. 2003. Harper’s Review of Biochemistry. Dalam Andry Hartono: Biokimia, EGC. Penerbit Kedokteran, Jakarta. Nabil, M. 2005. Pemanfaatan Limbah Tulang Ikan tuna(Thunus sp.) Sebagai Sumber Kalsium Dengan Metode Hidrolisis Protein. [Skripsi].Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Nurdin, S. 2002. Pengaruh Pemberian Tepung Tahu dan Tempe Kedelai Dalam Ransum Terhadap Massa dan Densitas Tulang Tikus Betina Ovariektomi. [Thesis]. Pascasarjana IPB, Bogor. Nursofah. 2012. Pengaruh Pemberian Teri Asin Terhadap Ekspresi Kalsium Urin dan Mineralisasi Tulang Femur Tikus Penderita Osteodistrofia Fibrosa. [Skripsi]. Institud Agama Islam Negeri (IAIN) Stekh Nurjati Cirebon. Nieves. 2005. Osteoporosis: the role of micronutrients. AM J Clin Nutr 81:1232S-1239S. Nurlena. 2005. Tampilan Kalsium dan Fosfor Darah, Produksi Susu, Ion Kalium dan Jumlah Bakteri Susu Sapi Perah Friesian Holstein Akibat Pemberian Aras
Sauropus androgynus (L) Mer (Katu). [Tesis]. Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Orias, A. 2008. Pemanfaatan Tepung Tulang Ikan Patin (Pangianus Sp) Sebagai Sumber Kalsium Dan Fosfor Dalam Pembuatan Biskuit. [Thesis]. Pascasarjana IPB, Bogor. Potu, BK, Bhat, K.M., Rao, M.S., Nampurath, G.K., Chamallamudi, M.R., Nayak, S.R., Muttigi MS. 2009. Evidence-Based Assessment Of Petroleum Ether Extract Of Cissus Quadrangularis Linn. On: Ovariectomy induced osteoporosis. J Medical Sci 114(3):140–148. Rachman IA. 1999. Paparan Sinar UV Beta Terhadap Remodeling Tulang: Studi Eksperiment Pada M.fascicularis Yang Hipoestrogenis. [Disertasi]. Program Pasca Sarjana UI. Jakarta. Rivaldi, D. 2011. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Pegagan (Centella asiatica) Terhadap Kadar Fosfor Dalam Darah Pada Tikus (Rattus norvegicus) Ovariektomi.Artikel Ilmiah. Surabaya: Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga. Setyorini, A, Suandi, I Sidiartha, dan Suryawan. 2009. Pencegahan Osteoporosis dengan Suplementasi Kalsium dan Vitamin D pada Penggunaan KortikosteroidJangkaPanjang. Jurnal Sari Pediatri, Vol. 11, No. 1. Suarsana, N., I Dharmawan, I Gorda,B Pontjo Priosoeryanto. 2011. Tepung Tempe Kaya Isoflavon MeningkatkanKadar Kalsium, Posfor dan Estrogen Plasma Tikus Betina Normal. Jurnal Veteriner Vol. 12 No. 3: 229-234, September 2011. Siki, K. 2009. Osteoporosis Patogenesis Diagnosis Dan Penanganan Terkini.J Peny Dalam, Vol 10 Nomor 2 Mei 2009. Sabri, M. 2011. Aktivitas etanol batang sipatah-patah (Cissus quadrangula
Salisb) sebagai antiosteoporosis pada tikus (Rattus norvegicus). [Thesis]. Pascasarjana IPB, Bogor. Shirwaikar, Khan S, Malini S. 2003. Antiosteoporotic Effect Of Ethanol Extract Of Cissus Quadrangularis .Linn. on ovariectomized rat. J Ethnopharmacol 89: 245-250. Thalib, A. 2009. Pemanfaatan Tepung Tulang Ikan Madidihang (Thunnus albacares) Sebagai Sumber Kalsium dan Fosfor Untuk Meningkatkan Nilai Gizi Makron Kenari. [Thesis]. Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor. Van Abel, M., J.G.J. Hoenderop, O. Dardenne, R. St Arnaud, C.H. Van Os, H.J.P.T.M. Van Leeuwen, and R.J.M. Bindels. 2002. 1,25-Dihydroxyvitamin D3-independent Stimulatory Effect Of Estrogen On The Expression Of ECAC1 In The Kidney. J. Am. Nephrol. 13:2102-2109. Xu, H., J.K. Uno, M. Inouye, L. Xu, J.B. Dress, J.F. Collin, and F.K. Ghishan. 2003. Regulation of intestinal NaPi-IIb cotransporter gene expression by estrogen. J. Am. Physiol. Gastrointest. 285:1317-1324.