Proceeding Seminar Nasional dan Call for Paper
KETAHANAN KELUARGA SEBAGAI ASET BANGSA Family, Marriage, Parenting "Pengelolaan Mutu Keluarga dan Perkawinan untuk Persiapan Generasi Muda Berkulitas"
Prolog Dr. Fabiola"Hendrati.,S.Psi.,M' Si.,P sikolo
g.
Keynote Speaker Prof. Dr. Tina Afiatin, M.Si, Psikolog Dra. Lusia Pratidarmanatiti, M.Si, Psikolog
Editor Taufi qurrahman, S.Psi,
MA
Ardhiana Puspitacandri S.Psi., M.Psi Husnul Khotimah, S.Psi, MA Untung Manara, S.Psi, MA Desain Sampul Haris Satriawan
Cetakan Pertama
Juli2014 rsBN 97 8-97 9 -3220 -32-l
ffinrss
Diterblt\.:n oielr: f'nrller Press Lembaga Penelitian dan F engabdian l\"1as1'arakat { LPFh't) Unire rsilas h{e rdeka 1!1a Lrn g Alanrat Penerbit:
ll. Terusar Raya Dieng 52-64
tu{a1*ng
Teip"/fax' itl34l-J 5St*56
l#essife: IPP m. u nmer. ec" fd E-&daff : rlqg$€4iffqr. ar. id Dicetak o{etrr: Unn':er Print
Proceeding Seminar Nasional dan Call for paper
DUKUNGAN SOSIAL DAN STRES PADA IBU YANG MEMILIEI BERI{EBUTUHAN KHUSUS Salwa Hatifah Maizarr Diah Karmiyati Zainul Anwar Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang
ABSTRAK
Sfudi ini meneliti hubungan antara dukungan sosial dengan sms yang memiliki anak berkebutuhan khusus. penelitian ini pendekatan kuantitatif korelasional dengan teknik purposive samptt$pengambilan data dilakukan dengan sampel 130 i 6u yang mecmilfi berkebutuhan khusus dengan menggunakan skala stres dan skali d Hasil penelitian menunjukkan bahwa t&dapat hubungan negatif yang antara dukungan sosial dengan stres pada ibu dengan ritui ,igoifikan0,01) dan nilai koefisien korelasi (r) : -0,50g. Dukungan- sosial sumbangan efektif sebesar 25,Byo terhadap stres pada ibu yang n berkebutuhan khusus dan masih banyak faktor lainnya seperti tingkat usia ibu, dan penerimaan diri.
f;
Srtf rr,;r
t I
klmLr:--rl:
[nrgLu mrirrn'l lmeEr.Lt
Kata kunci: Dukungan Sosial, Stres, Ibu yang memiliki Anak
JrEiAga
Khusus.
mm,ah
This study examined the relationship between social support b.m mothers with the children having special needs. This study ii"d o ,*, quantitative approach with purposive sampling technique. Metha*fu collection was conducted.with sample of 130 mothers if children ,,nk needs using a stress and social support scales. The resulti showed tka a significant negative relationship between social support with stress a with significant value of 0.000 (p <0.01) and correlaiion cofficienr bt social support gave an effective contribution by 25.g% to stress on ntu the children having special needs and so many other foctors such as level, maternal age, and selfacceptance.
^
l'- -l
r.
di,i:m-sLls
lmnul
r$Btr] et
tr-jedaj rltllug: nni
,u;fi;
Keywords: Social support, Stress, Mothers with the children Hatiryr
Fe
Needs. it5Sctr[ot
m,mlidil
LATAR BELAKANG Indonesia memang belum mempunyai data yang akurat dan
i.lL,l
<.;1
1
berapa banyak jumlah anak berkebutuhan khusus. Menurut
lff:llg
peryrberdayaan perempuan dan perlindungan anak,
*,,nahn1
jumlah
anak
khusus yang berhasil di data ada sekitar 1,5 juta.iiwa. Namun secara
S(
,C::nna
rir:aima Keiahanan Keluarga Sebagai Aset Negara
(574) '{,dlE'ranan
ict,a,,:aiAs
Proceeding Seminar Nasional dan Call for Paper
U
memperkirakan bahwa paling sedikit ada
l0
FAKULTAS PSIKO:-OGI niversitas Merdeka Malang
persen anak usia sekolah yang
memiliki kebutuhan khusus. Di lndonesia terdapat 4z,B juta jiwa anak yang
- 14 tahun, Jika mengikuti perkiraan tersebut, kurang lebih 4,2 j uta anak Indonesia yang berkebutuhan
sekolah dengan rentangan usia 5
maka diperkirakan
khusus (Harnowo, 2013)
Dari jumlah anak berkebutuhan khusus tersebut, saat ini yang yang telah tertangani dan masuk dalam pendidikan inklusif baru 116.000anak dari total 300.000 anak, selebihnya masih di bawah asuhan orang tua, masih banyak anakanak yang belum mendapatkan pendidikan, pendidikan untuk anak berkebutuhan
khusus memiliki problem yang cukup rumit, mulai dari tingkat keluarga, lingkungan hingga sekolah. Orang tua sering merasa minder dengan kondisi anaknya yang tidak sempurna, seperti layaknya anak-anak yang lain sehingga memutuskan tidak menyekolahkan anaknya. Di sisi lain lingkungan sekitar rumah cenderung mendiskreditkan anak berkebutuhan khusus tersebut dan menganggap sebagai hal yang aneh.
(Tarmizi,2aB). Selain itu dalam kegiatan worl<shop yang
pernah dilaksanakan di Surabaya terkait dengan Individual Dffirence Education
(2013), peneliti mendapatkan infromasi bahwa pendidikan anak berkeburuhan khusus masih sulit diterapkan dikarenakan guru yang masih belum bisa menerima
sepenuhnya anak
,berkebutuhan khusus, dinas pendidikan yang belum bisa menyetujui kurikulum, kemudian orangtua yang masih bersikap acuh tak acuh terhadap program kegiatan anak yang berkebutuhan khusus, selain itu masyarakat
juga masih memiliki sudut pandang yang buruk mengenai anak berkebutuhan khusus.
Fenomena mengenai anak berkebutuhan khusus
tersorot
di
media, selama
di kota Malang yang
ini anak berkebutuhan khusus sulit mengakses
pendidikan karena mayoritas sekolah menolak siswa berkebutuhan khusus dengan alasan fasilitas. (Kompas, 20l2lApril/23). Selain
itu anak berkebutuhan
khusus
sering sekali mendapat perlakuan yang tidak baik seperti disiksa dan dipasung di rumahnya. Kasus yang terjadi di Tanggerang yaitu anak penderita autis dipasung
selama
10
t
ahun oleh keluarganya dikarenakan mereka tidak mengetahui
bagaimana harus mengasuh dan menghadapi anak tersebut. (Derby, Ketahanan Keluarga Sebagai Aset Negara
201l)
Malang,21 Juni2O14
Proceeding
FAKULTAS PSIKOLOGI Universitas Merdeka Malang
Seminar Nasional dan Call ior Paper
Kasus yang diangkat peneliti dari kota mengenai anak ADHD yang mana hal Kasus
Malang yaitu 2 bua h
kasus
ini sangat disesali oleh dokter spesialis.
Adi Saputro yang berumur l0 tahun dan Ilham yang berumur 12 tahun.
Ketidaktahuan cara menangani anak ADHD atau anak hiperaktif berdampak pada kesalahan dalam mengambil tindakan yang bisa berakibat fatal. Seperti diatami
Ilham, sebagian tubuhnya hangus karena tidak bisa lari menyelamatkan diri saat api melalap kamarnya. Ayah Ilham mengikat kaki anaknya dengan rantai, dikarenakan ilham kerap bermain
di tempat yang
membahayakan, penderitaan
juga dialami Adi saputro, bocah yang selama enam tahun dipasung. Ibunya bekerja sebagai TKI di Malaysia sementara ayahnya menderita stroke. Merantai atau memasung seolah menjadi satu-satunya cara yang dilakukan para orangfua
agar anak mereka yang hiperaktif tidak terancam bahaya atau membahayakan
orang lain. Banyak orangtua yang menganggap bahwa memiliki
anak
berkebutuhan khusus adalah sebuah aib dan perlu disembunyikan. (Adhd-Centre, i 201
l/Oktoberl2l) Anak-anak yang memiliki keterbatasan atau anak berkebutuhan khusus
(ABK) rawan ditelantarkan orang tuanya sendiri (Dodo, 2013). Mangunsong (2010) mengemukakan bahwa kelahiran seorang anak memiliki dampak yang sangat signifikan pada dinamika sebuah keluarga. Lahirnya seorang anak yang
memiliki kebutuhan khusus di tengah-tengah keluarga dapat memberikan dampak yang jauh lebih berat, terlebih lagi bila saudara yang lahir ini merupakan anak berkebutuhan ganda yang keberbakatannya sering kali tidak teridentifikasi sejak awal.
Masyarakat sering kali dapat bersikap sangat kasar terhadap anak-anak yang. berkebutuhan khusus, terutama yang secara fisik terlihat jelas. Pada posisi ini orang tua sering kali memendam reaksi terhadap perlakuan 1,ang kasar atau tidak sepatutnya dari masyarakat. Lessenberry & Rehfeldt (lvlangunsong & Semiawmj
2010) mengatakan bahwa orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusui mengalami beban stres yang jauh lebih berat dibandingkan dengan orang laimrya, dan stres
ini
merupakan konsekuensi dari tanggung jarvab sehari
dalam perawatan anak. Ketahanan Keluarga Sebagai Aset Negara
(s76)
Malang,
2'l Juni2014
Proceeding Seminar Nasional dan Call for paper
FAKULTAS PSIKOLOGI Universitas Merdeka Malang
Taylor (1986) mengatakan bahwa stres merupakan kejadian lingkungan seperti bahaya, ancaman, atau tantangan, dan respons terhadap situasi lingkungan iru dengan perubahan fisiologis, emosi, kognitif, dan behavioral.
Robert
S.
Feldman (Widury, 2003) mengatakan bahwa stres yaitu proses yang menilai suatu peristiwa sebagai sesuafu yang menganczun, menantang, ataupun membahayakan dan individu merespon peristiwa itu pada level fisiologis, emosional, kognitif dan
perilaku. Stres menuntut seseorang untuk beradaptasi dengan sumber stres atau stressor. (Maramis, 2009). Individu harus belajar mengatasi stressor agar tidak terjadi gangguan penyesuaian diri yang berlangsung lama (Nevid, Rathus & Greene, 2005). Maramis juga mengatakan bahwa sumber stres sangat bervariasi
salah satunya yaitu tekanan. Tekanaf dalam pengasuhan seorang anak yang berkebutuhan khusus dirasakan oleh orang tua yang berkebutuhan khusus, terutama seorang ibu.
Peran ibu dalam pembentukan perilaku anak sangatlah penting. Sikap ibu akan mempengaruhi perilaku anaknya, maka clari pada itu ibu memiliki peranan yang penting dalam pembentukan tingkah laku anak (Notosoedirdjo
&
Latipun,
2011). Penelitian yang ditemukan bahwa ibu memiliki peran penting dikarenakan ibulah yang hampir setiap hari berada di rumah, karena ibu memberikan pelajaran utama pada anak -agar anak dapat melakukan penyesuaian
diri dengan baik, usaha yang dilakukan ibu dalam membimbing anak retardasai mental untuk mencapai suatu penyesuaian diri sebagai landasan awal dalam menghadapi kehidupan masyarakat yang lebih luas. (Bachri, 2006)
Penelitian lainnya yang ditemukan yaitu tingkat stres pada ibu Iebih tinggi dibandingkan tingkat stres pada ayah (Sabih & Sajid. 2008). Hasil penelitian selanjutnya yaitu ada perbedaan yang signifikan antara stres pensas,-lhan pada ibu anak-anak ADHD dan ibu dari anak normal. perbedaan lang sia:n:trl;an iru terletak antara gaya pengasuhan antara ibu anak ADHD dan ibu da:,
ar:l: r-r.rnal
.
Apabila ibu yang memiliki anak ADHD semakin mera-(a -i:ri: T"r-!.i glia pengasuhan otoritatiftya akan melebihi ibu vang memiliki an:l::._:::.,. ':-- ,serasoltani & Abdolahian,20ll). Tingkat resiko depresi. s::3s. :::. i.--:::-.:i r:u yang memiliki anak autis lebih tinggi dibandingkan je:.:.-:._-_-.:i--;::::i::1-i-r Ketahanan Kefuarga Sebagai Aset Negara
(577)
!.fa^ang. 2'r
;:- 71'4
Proceeding Seminar Nasional dan Call
FAKULTAS PSIKOLOGI Universitas Merdeka Malarg
br Paper
anak dengan gangguan perkembangan lainnya seperti syndroma down dan retardasi mental. (Davis & Carter, 2008: plumb. 20ll). S elain itu terdapat perbedaan stres antara orangtua yang memiliki anak dengan gangguan Aut*
Spectrum Disorder dan Developmental Delay. Akan tetapi perbedaan stres tersebut tidak cukup signifikan dikarenakan stres pengasuhan pada ibu dengan anak yang berusia l8-30 bulan dibedakan dari keterampilan sehari-hari seorimg ibu dalam merespon stres tersebut. (Estes et a1.,2012).
Tingkat stres pada ibu yang bekerja dan ibu rumah tangga memiliki tingkat stres yang sama dalam menghadapi anak-anak sebelum sekolah (yeo & Teo,
2013). Penelitian juga sejalan dengan penelitian longitudinal yang pernah dilakukan yaitu penelitian mengenai sfies pada ibu yang memiliki anak yang mengalami gangguan perkembangan dengan melihat stres ibu dalam mengasuh
anak pada saat awal masa kanak-kanak dan masa pertengahan kanak-kanak.
Hasilnya dapat disimpulkan stres ibu tetap tinggi dan stabil hingga
masa
pertengahan kanak-kanak, stres yang dialami ibu pada saat menghadapi masa
kanak-kanak terkait dengan stres sebelumnya ketika anaknya mengalami masa pertengahan kanak-kanak yaitu perilaku dan keterampilan sosial anaknya.
(?oa|
Blacher & Marcoulides, 2013)
Cobb (Taylor, 1986) menyatakar bahwa dukungan sosial didefinisikan sebagai informasi dari orang lain, informasi bahwa seseorang dicintai dan dirawa!
terhormat dan dihargai, dan bagian dari jaringan komunikai serta hubungan saling menguntungkan. Sarafino (2011) mengatakan bahwa dukungan sosial dapat menurunkan kecenderungan munculnya kejadian yang dapat mengakibatan stres; Sarason
& Gurung (Taylor, Peplau &
Sears, z0o9) mengatakan bahwa hubungao
supportif secara sosial juga bisa meredam efek stres, membantu orang stres dan menambah kesehatan. Dukungan sosial yang diterima oleh orang tuq satu sama lain, anggota keluarga besar, kerabat yang lainnya dapat menjadi penting yang dapat menolong mereka untuk bertahan dalam menghadapi membesarkan anak yang berkebutuhan khusus. (Mangunsong, 2010)
'
Beberapa penelitian yang pernah dilakukan
di
Indonesia terkait
dukungan sosial membuktikan bahwa dukungan keluarga relatif lebih tinggi Ketahanan Keluarga Sebagai Aset Negara
(578)
Proceeding Seminar Nasional dan Call for paper
FMULTAS PSIKOLOGI Universitas Medeka Matang
ayah dan ibu yang berusia lebih muda (Mulyawati
&
Hastuti, 2009). Dukungan
suami juga memiliki pengaruh dalam mengurangi stres pada ibu, penelitian membuktikan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara dukungan suami dengan distress pada ibu yang memiliki anak retardasi mental (Arthalina, 2011)..
Penelitian yang pernah dilakukan di luar Indonesia seperti penelitian yang pernah dilakukan oleh Heiman & Berger (200g) mengatakan bahwa dukungan sosial pada orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus sangatlah penting, hasil penelitiannya terhadap 43 or ang tua yang memiliki anak dengan ketidakmampuan belajar (learning disability),33 orang tua yang memiliki anak ASD dan 45 or ang tua yang memiliki anak normal sebagai kelompok kontrol yaitu dukungan sosial pada kelompok kontrol lebih tinggi dibandingkan
dengan dukungan pada orang tua yang memiliki anak ASD dan rearning disabirity. Penelitian lintas budaya antara Taiwan dan Amerika yang pernah dilakukan oleh (Yi-Lin, orsmond, coster & Cohn, 201r) membuktikan bahwa setiap budaya
memiliki cara memberikan dukungan sosial dan coping yang berbeda. Hasil penelitian tersebut membanfu menenfukan peran dukungan sosial, adaptasi strategi coping keluarga, dan kesejahteraan ibu dalam keluarga. penelitian terakhir
yaitu penelitian yang mendukung penelitian yang telah diuraikan sebelunnya yaitu dimana dukungan sosial, serf eficacy, dan famiry hardiness merupakan konstruk yang penting untuk mengetahui serta memahami pengalaman dan stres seorang ibu dalam mengasuh anak. Dan dalam penelitian
ini diperlukan penelitian longitudinal untuk melihat family hardiness sebagai intervensi yang tepat dalam mengatasi stres pada ibu yang memiliki anak ASD dan anak berkebutuhan khusus
lainnya. (Weiss, Robinson, Fung
& Tint, 2013)
Penelitian mengenai stres dirasakan sangat penting untuk mendeskripsikan keadaan ibu yang memiliki anak berkebutuhan khusus. Beberapa fenomena yang telah diuraikan sebelumnya mendukung fakta bahwa keadaan stres yang dialami seo:ang ibu tersebut terdiri dari banyak faktor. sumber stres utama atau stressor yaitu memiliki anak berkebutuhan khusus. Kondisi stres 1,ang dialami seorang ibu yang memiliki anak berkebutuhan khusus akan mendorong ibu untuk mencari Ketahanan Keluarga Sebagai Aset Negara
(579)
Malang, 21 Juni2O14
Proceeding Seminar Nasional dan Call for paper
dukungan maupun bantuan dari orang-orang terdekatnya seperti suaml keluarganya. Dukungan atau bantuan yang diberikan tersebut dapat mengurao$ tingkat stres pada ibu yang memiliki anak berkeburuhan khusus.
TUJUAN PENELITTAN Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui hubwrgan antara sosial dengan stres pada ibu yang memiliki anak berkebutuhan khusus.
Manfaat dari
MANFAAT PENELITIAN penelitian yaitu dapat memberikan kontribusi
*tukl
melengkapi penelitian-penelitian terkait dengan stress pengasuhan yang akhir'?i akhir ini sedang banyak diteliti oleh peneliti yang bergerak dalam Ilmu psikofogi :: Perkembangan dan Klinis Anak. Selain itu manfaat penelitian yang dilaksanakan j: dapat memberikan informasi mengenai intervensi yang tepat untuk iU,,
y*g
-:jj
memiliki anak berkebutuhan khusus dan harapan yang terakhir yaitu adanya dukungan masyarakat, pemerintah terhadap orang tua serta anak berkebutuhao
=:
-j .lr::
khusus.
KAJIAN
-:
PUSTAKA
= .:
Stres
Penelitian mengenai stres sangat banyak ditemukan, sehingga definisi stres.,j pun berbeda-beda di setiap penelitian. Pandangan Selye (Brannon & Feist, 2000) mengenai stres adalah kondisi yang melibatkan emosional dan ketidakseimbangan j=
psikis sehingga mengakibatkan reaksi yang tidak nyaman. Sarahno (2011)
=
mendefinisikan stres sebagai suatu kondisi yang disebabkan oleh transaksi ; individu dengan lingkungan yang menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan- € tuntutan yang berasal dari situasi dengan sumber-sumber daya sistem biologis, :€ j psikologis, dan sosial dari seseorang. Maramis (2009) mengatakan bahu'a sres merupakan penyesuaian diri seseorang terhadap keadaan atau kondisi dinni a an-q = : i mana terjadi ketidakseimbangan pada badan serta jiwa tergan-qsu rang akhirnl'a I
apabila seseorang tidak dapat mengatasi hal sehat ataupun gangguan
"
jiwa
ini
mengakibatkan rerilaku rjdak
dan muncul gangguan badani atau
fisil:.
[:ruT'Af,Y#::" (580)
,.i
r'r;;-';
j
i
Maramis (2009) mengatakan bahwa steresor dapat menimb.i-i;ar
keadaan yang dapat menjadi sumber stres yaitu frustrasi. ktrnilii:.
I
b,...-m I
--.. * ii
i' " ='
j
Proceeding Seminar Nasional dan Call for Paper
FAKULTAS PSIKOLOGI Universitas Merdeka Malang
krisis. Frushasi akan timbul bila ada aral melintang antara individu dengan tujuan yang ingin dicapai. Frustrasi datang dari luar dan dari dalam individu. Frustrasi pada ibu yang memiliki anak berkebutuhan khusus dapat timbul dari kebutuhan harga diri yang rendah yang timbul dikarenakan perasaan bersalah dan rasa putus
asa pada saat mengetahui anaknya berkebutuhan khusus. Konflik, terjadi bila
individu tidak dapat memilih antara dua atau lebih macam kebutuhan atau tujuan.
Memiliki anak berkebutuhan khusus dapat menjadi sebuah pemicu konflik dalam hubungan perkawinan seperti pertengakaran sehari-hari dalam peran pengasuhan
anak. Adanya tekanan sehari-hari biarpun kecil, tetapi bila bertumpuk-tumpuk, dapat menyebabkan stres yang hebat. Krisis adalah suatu keadaan mendadak yang
menimbulkan stres pada seorang indivilu. Masa krisis pada ibu yang memiliki
anak berkebutuhan khusus dimulai dari saat menerima diagnosis
anak,
menghadapi perilaku anak, kelua.rga, masyarakat dan menghadapi hubungan perkawinan.
Ada beberapa faktor yang dapat mengubah pengalaman stres (Smeth, lg94)
yang meliputi kondisi individu, karakteristik kepribadian, sosial kognitif yang salah satunya yaitu dukungan sosial yang dirasakan, hubungan dengan lingkungan
sosial yang meliputi dukungan sosial yang diterima, integrasi dalam jaringan sosial, dan faktor yang terakhir yaitu strategi coping.
Dukungan Sosial Sarafino (2011) mengatakan dukungan sosial mengacu pada kesenangan yang dirasakan, penghargaan akan kepedulian, atau membantu orang menerima dari orang-orang atau kelompok-kelompok lain. Kelompok atau komunitas dapat mampu mencegah maupun meminimalisir stres. Sedangkan Gotlieb (Smeth, 1994) mengatakan bahwa dukungan sosial terdiri dari informasi atau nasehat berupa
verbal atau non v erbal, bantuan nyata, atau tindakan ).ang diberikan oleh keakraban sosial atau didapat karena kehadiran mereka dan mempunl ai rnanfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima.
House (smeth, 1994) membedakan empat jenis dukunean sosial iairu dukungan emosional meliputi ungkapan empati, kepedualian terhaiap ora:rs r anE
_
bersangkutan. Dukungan penghargaan yaitu ketika SrS3tliErr memberil,an Ketahanan Keluarga Sebagai Aset Negara
(581 )
t,t,e.zrj Z. J--. l:-r
Proceeding Seminar Nasional dan Call for Paper
FAKULTAS PSIKOLOGI Universitas Merdeka
penghargaan positif kepada orang yang mengalami stres, dukungan untuk maju,
dan persetujuaan terhadap perasaan individu yang menyebabkan individu yang menerima dukungan ini merasa percaya diri dan bernilai. Dukungan instrumental,
merupakan dukungan berupa bantuan langsung dan nyata seperti memberikao pinjaman uang kepada orang itu atau menolong pekerjaan pada waktu mengalami stres. Dukungan informasi mencakup memberikan nasehat, saran, petunjuk untuki beberapa pilihan tindakan yang tepat dilakukan oleh individu dalam mengatasi masalah yang membuatnya stres.
Hipotesis Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis penelitian
yaitu
ada
korelasi negatif antara dukungan sosial dengan stres pada ibu yang memiliki anak berkebutuhan khusus. Semakin tinggi dukungan sosial, maka semakin rendah tingkat stres pada ibu yang memiliki anak berkebutuhan khusus.
METODE PENELITIAN Subjek Penelitian Subjek penelitian berkebutuhan khusus
ini
adalah ibu sebanyak 130 orang yang memiliki anak
di SLB
dan sekolah inklusif yang ada
di koa Malang
kabupaten Malang, dan kota Batu. Teknik pengambilan sampel menggunakan
teknik sampling purposive. Karakteristik subjek penelitian, yaitu ibu
yang:
memiliki anak berkebutuhan khusus dan bukan single parent. Variabel dan Instrumen Penelitian variabel terikat dalam penelitian ini adalah stres. Stres yaitu respon berup6 kecemasan dan ketegangan yang dihadapi
ibu saat menghadapi stressor yaitrt
memiliki anak berkebutuhan khusus. Usaha penyesuaian diri terhadap sumber. sumber stres lainnya seperti frustrasi, yang mana terjadinya kecemasan akan masa depan anak, terjadi
konflik internal seperti merasa bersalah terhadap kondisi
analr,
berbagai macam tekanan dari suami, keluarga, dan mengalami masa kr-isis sad mengetahui diagnosa anak. Variabel bebas dalam penelitian
ini adalah
sosial. Dukungan sosial yaitu bantuan atau dukungan vang diberikan keltiarga, teman, tetangga serta masyarakat yang ada
(582)
oneh
di lingrunga,n ibru I
memiliki anak berkebutuhan khusus. Dukungan tersebut mensacr Ketahanan Keluarga Sebagai Aset Negara
duL-un
r:l:
je::-<-j
i.laa:,: i'
-rJrt
:
Proceeding Seminar Nasional dan Call fur paper
FAKULTAS PSIKOLOGI Universitas Merdeka Malang
dukungan sosial seperti dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dan dukungan informasi Instnrmen yang digunakan berupa skala likert, yaitu skala stress yang terdiri
dari 4 aspek yaitu frustrasi, konflik, tekanan, dan krisis. Pilihan jawaban dalam skala "ini juga terdiri dari 5 pilihan jawaban
yaitu
(I
) Sangat sesuai, (2) Sesuai, (3)
Netral, (4) Tidak sesuai, (5) dan Sangat Tidak Sesuai. Sedangkan instrumen yang
digunakan untuk mengukur dukungan sosial, yaitu skala dukungan sosial. Skala
ini terdiri dari 4 a spek yaitu dukungan emosional,
dukungan penghargaan,
dukungan instrumental, dukungan informasi. Pilihan jarvaban dalam skala ini juga sama dengan skala pertama yaitu skala.stres yang
Validitas dan Reliabilitas Instr,r*.o Berdasarkan hasil
*
terdiri dari 5 pilihan jawaban.
uji validitas item pada skala stres sebanyak 28 item
dinyatakan valid dan 20 aitem dinyatakan tidak valid (gugur) dengan indeks
validitas antara 0,306
-
0,683 Sedangkan pada skala dukungan sosial sebanyak
37 item dinyatakan valid dan indeks validitas antara 0,305
-
10
i tem dinyatakan tidak valid (gugur) dengan
0,824. Sedangkan hasil uji reliabilitas pada 2 skala
yang disebarkan yaitu skala stres memiliki nilai reliabilitas 0,870 dan skala dukungan sosial memiliki nilai reliabilitas yaitu 0,942. Dua nilai reliabilitas pada kedua skala tersebut dapat diinterpretasikan bahwa kedua skala reliabel.
Prosedur Penelitian dan Analisis Data Penelitan
Tahap persiapan penelitian yaitu menyusun instrumen penelitian dan perijinan penelitian. Melakukan try out di SLB EKA MANDIRI pada tanggal7 Januari 2014. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 Januari-l
di s DN Junrejo
I Februai
2Ol4
01 Batu, TKLB Tunas Bangsa, SDLB Kedungkandang, SLB
Putra Harapan Jaya, dan SLB Sumber Dharma. Proses
ini
dilakukan peneliti
secara bertahap dan bergantian. Waktu penelitian tidak tetap dikarenakan peneliti
harus melakukan pendekatan dan menjelaskan beberapa tujuan penyebaran skala serta instruksi skala pada subjek penelitian agar prosedur pengambilan data lebih
valid. Penelitian dilakukan dengan beberapa cara yaitu skala dititipkan kepada pihak sekolah untuk disampaikan kepada orangtua melalui anaknya dan peneliti juga bertemu, kemudian menyebarkan langsung skala pada subjek penelitian di Ketahanan Keluarga Sebagai Aset Negara
Malang,21 Juni20'14
Proceeding Seminar Nasional dan Call for Paper
FAKULTAS PSIKOLOGI Universrtas Merdeka Malang
Sekolah. Setelah 130 d ata terkumpul, maka tahap terakhir yaitu analisis data dengan perhitungan secara statistik menggunakan program SPSS
for
windows
(SPSS 17.0) dengan teknik korelasi product moment untuk melihat hubungan kedua variabel.
HASIL PENELITIAN Jumlah subjek penelitian sebanyak l30dengan rincian usia 20-30 tahun sebanyak 14orang dengan. persentase 11olo, subjek yang berusia 3140 tahun sebanyak 50 or ang dengan persentase 38o4, subjek yang berusia 41-50 tahun sebanyak 44 orang dengan persentase 34Yo,lJsia 5l-60 tahun sebanyak
22 orang
dengan persentase I 77o. 60!.i 3O'/r 4093 JO1,1
?o9i
lo?; oo,r.
Dukungu:o:ial
Gambar 1. Perhitungan T-Score Skala Stres dan Dukungan Sosial
Berdasarkan gambar
I diketahui bahwa subjek yang memiliki tingkat ste! i
tinggi lebih sedikit dibandingkan yang memiliki tingkat stres rendah. Hasil yang didapatkan
dari 130 subjek yang dijadikan sampel, sebanyak 56
l
omrg
dikategorikan memiliki tingkat stres yang tinggi dengan persentase sebesar 4370 dan yang dikategorikan memiliki tingkat stres yang rendah sebanyak 74 orangl dengan persentase sebesar 57Yo, sedangkan pada variabel dukungan sosial,
orang mendapat dukungan sosial dengan kategori tinggi dengan
or ang
m endapat dukungan sosial kategori rendah
48o%.
l
sebesar 52oh, kemudian 62 dengan persentase sebesar
Ketahanan Keluarga Sebagai Aset Negara
(584)
Malang,2l Juni
Proceeding
FAKULTAS PSIKOLOG] Universitas Merdeka Malang
Seminar Nasional dan Call br paper
l2S-9" 1oCI9t
809.i I
609t
lstre.
r
I
2ff/. 01i
Tidr& 5e&elei
TiDEgi
rSues R.edeh
I
I
J09'i
SD
I
sl
s2
6?o.i
47*6
0-!!i
i3!d
<
t+1
iffi..6
s1{P
S},L{
D}
D3
38}i'
2i%
62%
:i?it
6?}i
59.;:
3]%
53llo
4i%
6?1i,
-E
Gambar 2. Perbandingan tingkatan stres berdasarkan Tingkat Pendidikan.
Berdasarkan gambar 2 dapat dijelaskan bahwa dari 130 subjek yaitu tingkat stres ditinjau dari tingkat pendidikan, ptrsentase tingkat stres tinggi pada ibu yang
tidak sekolah sebesar 67%o, sedangkan pada tingkat stres rendah sebesar 332o. 59Yo dengan kategori stres tinggi, 4loh dengan kategori stres rendah pada subjek
dengan tingkat pendidikan SD. Selanjutnya pada tingkat pendidikan SMp, 33%
kategori stres tinggi, dan 670/o kategori stres rendah. Tingkat pendidikan SMA dengan kategori stres tinggi sebesar 38yo, kategori rendah sebesar 620/o. Pada
tingkat pendidikan
Dl, subjek yang dengan kategori stres tinggi
sebesar z5o
,
kategori stres rendah 75%. Tingkat pendidikan D3 dengan kategori stres tinggi sebesar 670/o, kategori stres rendah 33Yo. Tingkat pendidikan yang terakhir dari
130 subjek tersebut yaitu
Sl
dan 52, kategori stres tinggi sebesar 47o/o pada
subyek dengan pendidikan akhir Sl, sedangkan kategori stres rendah sebesar 53%
dan pada subyek yang memiliki pendidikan akhir 52 memiliki kategori skes rendah sebesar 100%. l5% i{)?,; 1
/)
l0ii I
i"r';
t8% ) -e
0r,L
a:pe* te}*:arz
r Jrmlah
a:pek
Lrisis
i
Pers€xltase
Gambar 3. Perbandingan jumlah nilai tiap aspek dari variabel stres
Ketahanan Keluarga Sebagai Aset Negara
(585)
Malang,21 Juni2014
Proceeding Seminar Nasional dan Call for Paper
Berdasarkan gambar 3 dapat diuraikan bahwa dari 130 subjek pada stres, maka dapat diuraikan prosentase masing-masing aspek stres sebagai
30% sumbangsih dari aspek frustasi, 22'/o aspek konflik, aspek tekanan 2004, aspek yang terakhir yaitu aspek krisis sebesar 28Yo. Dapat disimpulkan aspek yang memberikan kontribusi paling besar yaitu aspek frustasi. 2S9',0
211!n 26e/o
25%
241i 23sio 22oio
llo/o
Gambar 4. Perbandingan jumlah nilai tiap aspek dari variabel Dukungan Sosial
Berdasarkan gambar 4 dapat diketahui bahwa perbandingan nilai tiap aspek
untuk dukungan sosial yang terbagi menjadi empat aspek yaitu aspek dukungan emosional memberikan kontribusi sebesar 27o/o, aspek dukungan pengharg,mtl sebesar 260
,
aspek dukungan instrumental sebesar 23o/o, aspek dukungan
informatif sebesar 24o/o.Padakeempat aspek tersebut, aspek dukungan sosial yang paling memberikan kontribusi yaitu aspek dukungan emosional sebesar
27o/o.
Ilasil Analisa Data Tabel.1. Koefisien Korelasi antara Dukungan Sosial dengan
Nilai Koefisien (r) -0,508
0,258
Stres
'
sidp
Keterangan
0;000
Sig<0,001
Berdasarkan skor koefisien korelasi yang dihasilkan dari perhitungan SPSS,
maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara dukungan sosial dengan
tingkat stress ibu yang memiliki anak berkebutuhan khusus pada tingkat signifikansi l%. Nilai signifikansi yang ditunjukkan yaitu 0,000 lebih kecil dari
taraf signifikansi yang digunakan yaitu 0,001 ( 0,000<0,001) sehingga
dapat
dikatakan ada hubungan aegatif yang sangat signifikan antara tingkat dukungan
Ketahanan Keluarga Sebagai Aset Negara
(s86)
Malang, 21 Juni20'14
Proceeding Seminar Nasional dan Call for paper
FAKULTAS PSIKOLOGI Universitas Merdeka Malang
sosial dengan stres pada ibu yang memiliki anak berkebutuhan khusus. Hal ini
menunjukan semakin tinggi dukungan sosial seseoftulg maka akan semakin rendah pula tingkatan stres pada ibu yang
memiliki anak berkebutuhan khusus.
Koefisien determinan 1r2) variabel dukungan sosial berdasarkan hasil analisa data diatas adalah 0,258 yang berarti sumbangan efektif dari dukungan sosial terhadap
tingkat shes pada ibu yang memiliki anak berkebutuhan khusus sebesar 25,8 yo, sedangkan pengaruh faktor lain terhadap skes sebesar 74,2yo-
DISKUSI Berdasarkan hasil analisis data diperoleh koefisien korelasi sebesar -0,508
dengan
nilai signifikansi atau probabilitas (p)
sebesar 0,000<0,001 yang
menunjukkan adanya hubungan ,egufif dan sangat signifikan antara dukungan sosial dengan stres, artinya semakin tinggi dukungan sosial, maka semakin rendah
tingkat stres pada ibu yang memiliki anak berkebutuhan khusus, sebaliknya bila dukungan sosial semakin rendah, maka semakin tinggi pula stres pada ibu yang
memiliki anak berkebutuhan khusus.
Hal ini membuktikan bahwa hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa ada hubungan antara dukungan sosial dengan stres dapat diterima. Dengan terbuktinya hipotesis penelitian, maka dapat dipahami bahwa adanya dukungan sosial dapat mengurangi stres pada ibu yang memiliki anak berkebutuhan khusus.
Hasil penelitian tersebut selaras dengan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya terkait stres pengasuhan pada ibu yang memiliki anak cacat intelektual (intelectual disability) yang menghasilkan korelasi yang kuat antara dukungan keluarga dan stres orangfua, akan tetapi sebagian besar varians dalam stres pengasuhan yaitu berupa locus of control pada orang
fu4 kepuasan
orang
tua, dan kesulitan perilaku anak. Sementara hasil penelitian juga menunjukkan pentingnya potensi kognisi orang tua dalam mempengaruhi tingkat stres orang tua. (Hassal, Rose & McDonald,2005).
Kondisi anak yang berkebutuhan khusus juga sering kali dikaitkan dengan kesalahan dan ketidakmampuan orang
tua untuk mengasuh dan
mendidik
alaknya, anak berkebutuhan khusus dapat terlahir pada keluarga manapun, dalam
kondisi yang paling normal sekalipun. Orang tua dari anak-anak berkebutuhan Ketahanan Keluarga Sebagai Aset Negara
(587)
Malang,21 Juni2014
Proceeding Seminar Nasional dan Call for Paper
khusus seringkali bergelut dengan perasarm bersalah atas kondisi anaknya daa::i
tingginya tingkat rasa bersalah
di
antara para orang rua kemungkinan
U*,.j :::* ,
diakibatkan oleh kenyataan bahwa penyebab utama dari kekhususan anak tidaklahi€ diketahui (Mangunsong,
.
2010).
G
Dukungan sosial dapat mengurangi pengalaman stres seseorang. flumb.lj
r
(2011) menambahkan, penelitian mengenai penggunaan dukungan sosial pada
keluarga yang memiliki anak autis telah difokuskan kepada orang tua khususnya :
ibu. Kurangnya dukungan perhatian kepada ibu dapat berasal dari ayah, .auduni.$ kandung, atau keluarga lainnya. Orang-orang yang mengalami stres berat dao,'i mempunyai dukungan emosional dalam kehidupannya tidak menunjukkan tingkat.,.;
kematian yang lebih tinggi, dengan danya orang-orang disekitar akan membantu orang tersebut menemukan alternatif cara coping dalam menghadapi s/ressor atau sekedar memberi dukungan emosional yang dibutuhkan selama masa-masa sulit Qrlevid, Rathus
&
Greene, 2005)
Orang dapat melihat dan menerima dukungan sosial dari jaringan teman, keluarga, dan lain-lain dan dukungan sosial juga dapat datang dari public melalui berbagai media seperti facebook, dll (Lukaningsih
& Bandiyah,20ll).
Selain itu
juga kelompok pendukung juga penting diantara orang tua yang memiliki
anak
berkebutuhan khusus, kelompok tersebut dapat terdiri dari orang tua yang juga
memiliki anak berkebutuhan khusus yang berfungsi untuk menghilan**
,
*
,
terasing dan terisolasi, memberikan informasi, memberikan contoh, dan:: memberikan perbandingan yang mendasar (Mangunsong,
2010).
j
Pembuktian mengenai dukungan sosial dapat mempengaruhi kesehatan': diajukan oleh Sarafino (2011) dua teori yang diajukan yaitu hipotesis penyanggal
(buffering hypotesis) dan hipotesis efek langsung (dirrect hypotesis). Pada;
hipotesis penyangg4 dukungan sosial mempengaruhi kesehatan
dengan,..
melindungi orang itu terhadap efek negatif dari stres. Smeth (1994) mengatakan' bahwa fungsi yang bersifat melindungi ini hanya efektif ketika orang menjumpai stres yang kuat. Dalam kondisi stres rendah, pen)'angga bisa saja terjadi sedikit
:
"atau tidak ada penyangga. Studi stres kerja menemulian bahua dukungan sosial: :
memiliki banyak hubungan yang lebih kuat dengan tekanan darah rendah selama.
''.:: Ketahanan Keluarga Sebagai Aset Negara
(588)
Malano. 21 Juni2011'
:
= 2 ,4
,a 4
Proceeding Seminar Nasional dan Call frrr paper
FAKULTAS PSIKOLOGI Universitas Merdeka Malang
stres daripada rvaktu ke4a nonstres.s/u/ (Karlin, Brondolo
&
Schwart 2,2003).
Terdapat dua cara "penyangga" dapat bekerja. orang-orang dengan dukungan sosial tinggi, mungkin kurang menilai siruasi penuh stres. Apabila dihubungkan dengan penelitian, ibu dari anak berkebutuhan khusus yang memiliki
duku4gan sosial tinggi akan merubah respon mereka terhadap stres, ibu yang
memiliki dukungan sosial yang tinggi mereka tahu
bahwa mungkin ada seseorang
yang mereka kenal akan membantu mereka, seperti mereka dapat berbagi cerita dengan seorang teman mengenai permasalahan mereka dan meyakinkan mereka bahwa masalahnya tidak terlalu penting, atau menghibur mereka dengan melihat
sisi baik dari permasalahan tersebut. Pembuktian hipotesis selanjutnya yaitu hipotesis "efek langsung" berpendapa| bahwa dukungan sosial bermanfaat bagi kesehatan dan kesejahteraan terlepas dari banyaknya stres yang dialami orang-
orang. Hipotesis sebanding
di
ini
mengatakan bahwa efek dukungan sosial yang positif
bawah intensitas-intensitas stres tinggi dan rendah. Orang-orang
yang memiliki penghargaan diri yang lebih tinggi, yang membuat mereka tidak begitu mudah diserang stres.
Penelitian yang telah dilakukan membuktikan bahwa aspek yang paling dominan dalam stres yaitu frustrasi. Salah safu sumber amarah yaitu frustrasi
(Taylor, Peplau
&
Sears, 2009). Penelitian membuktikan bahwa emosi negatif
yang sering muncul pada ibu yang memiliki anak yang mengalami gangguan perkembangan yaitu marah dan frustrasi (chavira, et al., 2000). Kehidupan keluarga adalah sumber utama frustrasi. Memiliki seorang anak berkebutuhan khusus menghasilkan level frustrasi yang amat tinggi dalam sebuah keluarga. Frustrasi dapat timbul dikarenakan rasa kecewa, bersalah dan rasa kurang percaya
diri saat memiliki anak berkebutuhan khusus, selain itu memiliki anak berkebutuhan khusus dapat menjadi salah satu kendala seorang ibu dalam mencapai tujuannya. Ketika individu tidak mencapai tujuan dan individu tidak dapat mengerti secara baik mengapa tujuan itu tidak dapat dicapai, maka individu akan mengalami frustrasi atau kecewa. hal
adanya blocking
ini berarti bahrva frustasi timbul karena
dari perilaku yang disebabkan adanya kendala
yang
menghadapinya. (Irwan, 2002). Semua ibu yang memiliki anak berkebutuhan Ketahanan Keluarga Sebagai Aset Negara
(58e)
Malang, 21 Juni2014
Proceeding Seminar Nasbnal dan Call for Paper
FAKULTAS Universitas Merdeka
khusus belum tentu mengalami frustrasi yang sangat tinggi. Faktor frustrasi
pengasuhan anak dapat diprediksi oleh berbagai faktor yang terkait karakteristik anak dan sumber dukungan yang diberikan pada ibu yang anak berkebutuhan khusus. (Greenberg, Seltzer
& Greenly,
1993)
Dukungan emosional merupakan jenis dukungan yang paling diberikan pada ibu yang memiliki anak berkebutuhan khusus. Bentuk d
ini berupa perhatian dan rasa empati pada ibu yang memiliki anak berkeb khusus dalam mereduksi stres. Dukungan emosional mengacu pada keny
dan kepedulian yang disediakan dalam hubungan pribadi. Dukungan ini
semakin intens dan intim dalam sebuah hubungan pernikahan yang hr{,: hubungan antara orangtua dan anak serta persahabatan. Dikarenakan dukungan emosional
ini
merupakan dukungan tanpa syarat, maka dukungan inilah yang
lebih mudah diberikan oleh orang-orang terdekat ibu yang memiliki berkebutuhan khusus. Dukungan emosional
anak
juga mengacu pada kedekatanl
hubungan dengan keluarga maupun teman-teman dekat yang akhirnya membuat
luasnya jaringan da
ri
hubungan yang mendukung tersebut. (Dalton, Elias
Semakin tinggi tingkat pendidikan yang orang tersebut akan
dimiliki o leh
seseorang
,
&
maks'
lebih mudah menerima informasi-informasi baru dan mampu
untuk merubah perilaku yang baru, sebaliknya pendidikan yang kurang akan' menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang
dikenal. (Notoatmodjo, 2007). Pada hasil penelitian, tingkat pendidikan, memberikan pengaruh pada tingkatan stres. Saat
ibu memiliki tingkat
pendidikao,
yang tinggi maka stres dalam mengasuh anak berkebutuhan khusus akan semakin rendah. Hal ini dikarenakan semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki seorang ibu, maka semakin banyak pengetahuan yang didapat untuk mengatast permasalahannya.
Hasil perhitungan t-score dapat diketahui bahwa dari 130 subyek, sebanyak
56 orang dikategorikan memiliki tingkat stres yang tinggi dengan Sebesar
persentase
43oh danyang dikategorikan memiliki tingkat stres yang rendah sebanyak
74 orang dengan persentase Ketahanan Keluarga Sebagai Aset Negara
i
sebesar 57olo, sedangkan pada variabel duk Malang, 21 Juni
Proceeding
FAKULTAS PSIKOLOGI Universitas Merdeka Malang
Seminar Nasinnal dan Call br Paper
sosial, 68 or ang mendapat dukungan sosial dengan kategori tinggi dengan persentase sebesar 52Yo,kemudian 62
orang mendapat dukungan sosial kategori
rendah dengan persentase sebesar 48olo.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ibu yang memiliki anak berkebutuhan khusus lebih banyak berada pada tingkat stres yang rendah dengan
dukungan sosial yang tinggi, hal dipersepsikan oleh
ini
menunjukkan bahwa dukungan yang
ibu memberikan pengaruh pada pengalaman stres
yang
dialaminya, dengan stres yang rendah itu juga menunjukkan bahwa ibu masih dapat memanajemen stresnya dengan baik. Sarafino (2011) mengatakan bahwa
dukungan sosial tidak selalu mengurangi stres, walaupun dukungan mungkin ditawarkan atau tersedia. Hal ini mung?in terjadi karena bantuan tersebut bukan bantuan yang tepat atau mungkin sedang tidak ingin bantuan. Ketika kita tidak
mellganggap bantuan mendukung, sangat kecil kemungkinan dukungan sosial berdampak untuk mengurangi stres. Ketika ibu yang memiliki anak berkebutuhan khusus merasa perlu bantuan nyata atau dukungan instrumental, akan tetapi yang
diterimanya yaitu dukungan emosional, maka mereka merasa dukungan tersebut tidak membantu dan tidak efektif. Penyebab stres lainnya dapat berupa perasaan negative atau rasa bersalah terhadap kondisi anaknya, kurang.percaya diri, dan tidak dapat bergaul sehingga
kurang mendapatkan dukungan dari seorang teman (Lukaningsih
&
Bandiyah,
2011). Para orang tua anak-anak berkebutuhan khusus mengakui bahwa pengalaman memiliki anak yang berkebutuhan khusus membantu mereka untuk
banyak melakukan perubahan yang lebih positif dalam menjalani kehidupannya.
Beberapa faktor selain dukungan sosial yang dapat berpengaruh dalam mengurangi pengalaman stres yaitu karateristik individu dimana salah satunya hardiness, optimisme, dan penerimaan diri. Penerimaan orang tua atas kelahiran anaknya yang berkebutuhan khusus akan memunculkan keinginan untuk berusaha
mencari informasi tentang kebutuhan khusus. Penelitian terbaru mengenai optimisme dan kebermaknaan pada ibu yang memiliki anak berkebutuhan khusus membuktikan bahwa ibu yang mempunyai anak berkebutuhan khusus memiliki kebermaknaan hidup dan optimisme yang tinggi sehingga seorang Ketahanan Keluarga Sebagai Aset Negara
(ss1)
ibu
dapat
Malang, 2'l Juni2014
Proceeding Seminar Nasional dan Call
br
FAKULTAS Universitas Merdeka
Paper
mengisi kehidupannya dengan penuh makna, mempunyai harapan masa depaq
mampu berfikir positif dan tidak menyerah dalam mengasuh dan mr anaknya. (Nirmala, 20 I 3).
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa apabila dukungan tinggi, maka tingkat stres pada ibu yang memiliki anak berkebutuhan khusus menjadi rendah. Hasil penelitian menunjukkan sumbangan efektif dukungan sosi terhadap stres sebes ar 25,8Yo. Hal ini menunjukkan bahwa dukungan sosial b"k n
laktor utama dari stres, 74,2oh masih dipengaruhi variabel lain yang tidak ditelitli misalnya faktor yang telah dijelaskan sebelumnya yaitu usia, tingkat pendidikan, karakteristik individu berupa hardiness, optimisme, dan penerimaan diri ibu.
SIMPTILAN DAIY IMPLIKASI
:
Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa ada korelasi
negatif yang sangat signifikan antara dukungan sosial dengan tingkat stres pada:;
ibu yang memiliki anak berkebutuhan khusus dengan pembuktian hasil yang memunculkan nilai
r
sebesar -0,508 dengan nllai
analisa:
p sebesar 0,000. Semakin:
tinggi dukungan sosial, maka akan semakin rendah tingkat stres pada ibu yang,
memiliki anak berkebutuhan khusus. Selain itu sumbangan efektif dari dukungan: sosial sebesar 25,8
%o
untuk stres sedangkan untuk sisanya yaitu 7 4,2
Yi
Implikasi dari penelitian, yaitu bagi ibu yang memiliki anak berkebutuhan khusus agar tetap optimis terhadap masa depan anaknya dan diharapkan
mengurangi stres pengasuhan dengan berbagi cerita pada orang-orang serta menjadi pendorong atau motivasi bagi ibu-ibu yang juga memiliki berkebutuhan khusus.
Bagi suami dan keluarga dari ibu yang memiliki anak berkebutuhan khusui; penelitian yang telah dilaksanakan memberikan informasi bahwa dukungan sosial
yang diberikan oleh significant others atau orang-orang terdekat ibu
tinggi sehingga stres pada ibu dapat berkurang. Suami dan keluarga dapat berperan memberikan dukungan atau bantuan pada
ibu yang memiliki
berkebutuhan khusus serta anggota keluarga lainnya dapat terlibat pengasuhan anak berkebutuhan khusus tersebut. Ketahanan Keluarga Sebagai Aset Negara
Malang. 21 Juni
Proceeding
FAKULTAS PSIKoLoGI Universitas Merdeka Mahng
Seminar Nasional dan Call frcr paper
Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik dengan topik yang sama. maka dapat melanjutkan penelitian ini dengan meneliti variabel yang lain yang diduga turut berperan dan mempengaruhi stres seperti, usia, tingkat pendidikan terakhir, penerimaan diri ibu, dan karaktersitik individu berupa hardiness dan optimisme ibu yang memiliki anak berkebutuhan khusus.
REFERENSI Adhd-Centre (201l, 25 oktober ). Bocah Dipasung Terbakar dan Doher Ahli Jiwa sesalkan Anak ADHD / Anak Hiperaktd Dipasung. Retrieved November 26, 2013, from http://www.adhd-centre.com/adhd-article/l 6anak-adhd-hiperaktif-di -pasung -dok-sindo_tu. Arthalinta. (2011). Hubungan ontdra penerimaan diri dan dukungan suami dengan distres.s pada ibu yang memiliki anak retardasi mental. Skripsi (Tidak diterbitkan). Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata.
Azad, G., Blacher, J.,& Marcoulides, A.G. (2013). Mothers of children with developmental disabilities: Stress in early and middle childhood. Research in Developmental Disabilities, 34, 3449-3459. Azutar, s. (2013). Reliabilitas danvaliditas. yogyakarta: pustaka pelajar. Azsrar, S. (2013). Penyusunan skala psikologi. Edisi kedua. Yogyakarta: pustaka Pelajar.
Bachri, s. (2006).
ibu dalam pengasuhan anak retardasi mental. Skripsi
.Pr:11 (Tidak diterbitkan). Malang: Fakultas psikologi
universitas Muhammadiyah Malang. Brannon, L., & Feist, J. (2000). Health psychology. An Inroduction to behavior and health. (4th Edition). USA: Brooks atau cole publishing company. Bronimman, salomoe ( 2010) . The stress of single mothers oid it, on "ff"rt quality child care. Undergratue Research Journal For Human Siiences.
Vol. 17. chavira, Y-,Lopez, s.,R., Blacher., shapiro. (2000). Latina mother,s attribution, emotions, and reactions to the problem behaviors of their children with developmental disabilities. Journal Child psychology and psychiatry, yol 41,22,245-252 Dalton, James H., Maurice J. Elias., Abraham wandersman. (2007). Community Psychology: Lingking Individuals and communiiies '2nd. canada: Thomson.
& carter, A.s. (2008). parenting stress in mothers and fathers of toddlers with autism spectrum disorders: Associations with chitd
Davis, N.o.,
"
characteristics. Journal of Autism and Developmental Research,38. l27B-
l2gl.
Derby (2011,22F ebruai). Anak penderita autis dipasung selama l0 tahun. Retrieved April 4,2014, f rom http'//n.*..detik.com/readr 19 5
137 I I 57 66041 I 0 I anak-penderita-autis dipasung.selama- I 0-tahun
Ketahanan Keluarga Sebagai Aset Negara
Malang, 21 Juni2O14
Proceeding Seminar Nasional dan Call frcr Paper
FAKULTAS Universitas Merdeka
Dodo (2013, l2 Oktober ). Anak berkebutuhan khusus raluan ditelantarkan orang tua. Retrieved November 26,2013, f rom http :/lbatamtoday. com/berita3 4 5 7 8-Anak-Berkebutuhan-Khusus-RawanDitelantarkan-Orang-Tua. htrnl. Estes, A., Olson, 8., Sullivan, K., Greenson., J.,Winter,J.,Dawson,G.,MunsoqJ. (2013). Parenting-related stress and psychological distress in mothers of toddlers with autism spectrum disorders. Journal of the Japannese Society of Child Neurologt, 35, 133-138. Greenberg, Seltzer & Greenly. (1993). Aging parents of adults with disabilities
The gratifications and frustrations of later-life caregiving. The
gerontologist; Research of library core.Yol.33, 4, 542-550 Hallahan, D.P., & Kaufman, J.M. (2006). Exceptional Children: An Introducti to special education (lOth ed). Boston: Pearson. Harnowo, P.A. (2013, 17 Juli ). Jumlah anak berkebutuhan khusus diperkirakot 4,2 juta. Retrieved November 26, 2013. f rom http :/lhealth.detik.com/re adl 184234123061 6l I 130 I /j umlah-anakberkebutuhan-khusus-di- indone si a-diperkir akan42 -juta. Hassal, R., Rose, J., & McDonald, J. (2005). Parenting stress in mothers of children with an intellectual disabililv: the effects of parental cosnitions io relation to child characteristics and family support. Journal o_f Inrellecntal Disability Research, 49, 405-418. Heiman, T., Berger,o. (2008). Parents of children with Asperger slndroxne of
with leaming disabilities: Family Res earch
environment and sociai srirFlrr in D evelopmental Dis abilities, 29, 289 -300.
Irwanto. (2002). Psikologi umum. Jakarta : PT Prenhallindo
Karlin, W. A.,Brondolo, E.,&Schwartz, l. (2003).Workplace social sr.rpp,cr and ambulatory cardiovascular activity in New York Citv traffrc rgal:sPsychosomatic Medicine, 6 5, 167-17 6. Kompas. (2012, 23 A pril ). Anak berkebutuhan khusus masih _s.,:i;.- .,b"sr pendidikan Retrieved November 26, 201i. nrn g/Anak. http://edukasi.kompas.com/read/20 I2l 04123 I 1 5 5 I 427 Berkebutuhan.Khusus.Masih. Sulit.Akses. Pendidikan. Lukaningsih, 2.L, & Bandiyah. (2011). Psikologi kesehatan. Yogl'aka:a Medika.
i
Mangunsong, F.,
&
Semiawan, R.C. (2010). Keluarbiasaan
gan;:
:
Kencana Prenada Media Group.
&
Maramis, A.A. (2009). Catatan ilmu kedoher;c kedua. Jakarta: Airlangga University Press. -Mulyawati & Hastuti. (2009). Dukungan keluarga, pengetahuan. d:: :er serta hubungannya dengan strategi koping ibu pada anak de::,r" lrr€€latr ASD. Jurnal llmu. Keluarga. dan Konsumen,z (2),137-lJ:Nevid, J., Rathus, S., & Greene., B. (2005). Psikologi abnona;. : l.Maramis, W.F.,
Jakarta: Erlangga. Nirmala,P.A. (2013). Tingkat kebermakanaan hidup dan optimiS:ri r;rt:,r
mempunyai anak berkebufuhan khusus. Journal D:.,{.-rmLir Clini c al P sy cho I o gy, 2, 2252-63 58. Ketahanan Keluarga Sebagai Aset Negara
(5e4)
]ullllEilarq
.:.
1
Juni20fi
Proceeding
FAKI'.TAS PSIXCI..oGI
Seminar Nasional dan Call br Paper
Unilersitas l,lerdeka
letg
Notosoedirdjo.,M, Latipun. (201l)- Kesehatan mentoL Edisi keempat. Malang: UMM Press. Notoatmodjo, S. (2007) .Pendidikan dan perilaku kesehatan- Jakarta : Rineka Cipta Plumb, J.C. (2011). The impact of social support andfamily resilience on parental s/ress infamilies with a child diagnosed with an autism spectntm disorder. . Doctorate in social work dissertations. School of policy of pratice, University of Pennsylvania, Amerika. sabih.,F., & Sazid,w. (2008). There is significant stress among parents having children with autism, 2.(49), 40241 I . Sarafino, Edward P. (201l). Health Psychologt. Biopsychosocial Interaction. (7th Edition). United States of America: John wiley & Sons, Inc Smett, B. (1994). Psikologi kesehatan. Jakarta : PT Gramedia wirasarana lndonesia. S ugiyono. (20 I 3 ).
S t a t i s t i ka u nt
e n e-li ti an. Bandung : PT Alfabeta. Tarmizi, T. (2013, 12 September ). l4q nibu anak berkebutuhan khwus belum
uk p
nilsnati pendidiknn Retrieved November 26,2013,f
http ://www.antaranews. com/berit al 39 523 5 I 184-ribu-anak berkebutuhan-
lum-nikmati-pendidikan. Taylor, S.E., Peplau, A.L., & Sears, D.O. (2009). Psikologi sosial. Edisi kedua belas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Taylor, Shelley E. (1986). Health psychologt (2nd edition). Singapore: Mc Graw khus us-be
Hill. Weiss, J.A., Robinson, S., Fung, S., Tint,A. (2013). Family hardiness, social support, and self-efficacy in mothers of individuals with Autism Speckum Disorders. Research in Autism Spectrum Disorders, 7, 1310-1317 . widury, J., & Fausiah, F. (200s). Psikologi abnormal klinis dewasa. Jakarta: Universitas Indonesia. Yeo, K.J., Teo, s.L. (2013). child behavior and parenting stress between employed mothers and at home mothers of preschool children. Social and B ehavioral Sciences, 90, 895-903. Yi Lin, L., Orsmond, G.I.,Coster,W.J., Cohn.,E.S. (2011). Families of adolescents and adults with autism spectrum disorders in Taiwan: The role of social support and coping in family adaptation and maternal well-being, Research in Autism Spectrum Disorders, 5, 144-156. Yousefia, S., Soltani, A.F., & Abdolahian,E. (2011). Parenting stress and parenting styles in mothers of ADHD with mothers of normal children. Social and B ehavioral Sciences, 30, 1666-1 67 I . Zuriah, Nurul. (2009). Metode penelitian sosial dan pendidikan. lakarta: Bumi Aksara.
Ketahanan Keluarga Sebagai Aset Negara
(sss)
Malang, 21 Juni2O'14