Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 2 No. 1 (2015) 41-49
FENOMENA SOSIAL DALAM NOVEL DAN RANCANGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI PERGURUAN TINGGIleh Yoga Irawan1, Munaris2, Edi Suyanto2 1
Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Lampung 2 Dosen Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Lampung
Email:
[email protected] Abstract: The problem in this research is social phenomenon in the novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur by Muhidin M. Dahlan and literature teaching model in college. The purpose of this study is to describe social phenomena in a novel representation of Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur by Muhidin M. Dahlan and literature teaching model in college. The results showed a social phenomenon found in this novel is a religious phenomenon, the phenomenon of friendship, friendship phenomenon, the phenomenon of the organization, pendoktrinan phenomenon, the phenomenon of hostility, romance phenomenon, the phenomenon of poverty, educational phenomena, and immoral phenomenon. The data of this study can be used as a model of learning by preparing a syllabus and SAP. Keywords: learning design, novel, social phenomena.
PENDAHULUAN Kegiatan komunikasi hadir mengelilingi kehidupan manusia seharihari. Kegiatan ini mendorong manusia untuk terus berhadapan langsung dengan bahasa. Mau tidak mau bahasalah yang menjadi ujung tombak dalam kegiatan berkomunikasi antarmanusia. Dengan menggunakan bahasa manusia dapat berinteraksi dengan manusia lain dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup seharihari. Dikaitkan dengan komunikasi, ada dua macam jenis komunikasi jika dilihat dari prosesnya. Komunikasi yang pertama adalah komunikasi secara langsung, sebagai contoh adalah ketika berdialog, berdiskusi, bersenda gurau, mengobrol, dan banyak lagi. Komunikasi yang kedua adalah komunikasi secara tidak langsung, sebagai contoh surat, sms, faximile, karya sastra, dan lain-lain. Khusus yang disebutkan terakhir, akan dibicarakan lebih lanjut pada bab ini dan bab-bab selanjutnya. Karya
sastra merupakan salah satu produk yang dihasilkan dari pola pikir manusia. Karya sastra dibuat dengan pelbagai interaksi yang dialami oleh pengarang dan kemudian dikonstrusikan sehingga menjadi sebuah karya sastra. Karya sastra menjadi alat pelepas rasa gundah, rasa gelisah, rasa marah, rasa cinta, rasa benci, dan lain-lain. Fungsi yang seperti itu dipakai ketika pencipta karya sastra ingin mengungkapkan sesuatu yang langsung bersinggungan dengan kehidupan duniawinya. Cukup banyak karya sastra yang mengandung unsur realitas kehidupan duniawi di dalamnya. Karya sastra yang seperti inilah yang sering dianggap representasi dari social yang mengelilingi pencipta karya sastra. Akan tetapi, anggapan itu tidak selamanya benar, karya sastra tersebut bisa saja menjadi kamuflase terhadap diri yang sesungguhnya dari sang pencipta karya sastra. Walaupun begitu,anggapan-anggapan itu akan
41
Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 2 No. 1 (2015) 41-49
menjadi nilai jual lebih terhadap karya sastra. Ada tiga macam karya sastra yang menjadi sarana pengungkapan relung jiwa pengarang. Ketiganya, yaitu puisi, prosa, dan drama. Khusus prosa ada beberapa macam, yaitu cerpen dan novel. Novel belakangan ini menjadi komoditi yang bagus bagi penggiat karya sastra untuk berkreasi. Novel menjadi satu-satunya karya sastra yang banyak dibaca baik dari kalangan muda maupun kalangan tua. Hal ini dapat dibuktikan dengan melimpahnya novel yang beredar di toko-toko buku, bandingkan dengan puisi atau drama yang kurang diperhitungkan keberadaannya. Novel belakangan ini menjadi sasaran empuk pengarang dalam rangka meningkatkan eksistensinya dalam dunia sastra. Selain itu, seperti yang diungkapkan sebelumnya novel menjadi alat untuk mengungkapan fenomena sosial yang ada di sekeliling seorang pengarang. Berkaitan dengan fenomena, novel menawarkan fenomena-fenomena sosial. Damono (2013: 2) menyatakan bahwa karya sastra menampilkan gambaran kehidupan, dan kehidupan merupakan kenyataan sosial. Di dalam sebuah novel kenyataan sosial tersebut diwakili oleh hadirnya tokoh-tokoh yang ada di dalamnya. Tokoh membawa suasana novel menjadi lebih hidup. Tokoh menyajikan fenomenafenomena sosial yang bisa membuat pembaca seakan-akan ikut mengalami apa yang terjadi di dalam novel. Tokohtokoh yang disajikan di dalam novel tentunya sangat beragam mengikuti alur cerita dan tema cerita yang ingin ditampilkan. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa novel yang notabene
merupakan karya sastra dipakai oleh pengarang untuk menungkan fenomena sosial yang ada di sekelilingnya. Selain itu, novel dapat dikatakan sebagai representasi fenomena sosial manusia dalam kehidupannya. Dengan kata lain, novel merupakan salah satu karya sastra yang menerjemahkan perjalanan hidup manusia ketika manusia tersebut berhubungan langsung dengan peritiwa-peristiwa yang terjadi di dalam hidupnya. Pendidikan menjadi salah satu perjalanan hidup yang berhubungan langsung dengan fenomena sosial. Fenomena sosial yang berkaitan dengan dunia pendidikan salah satunya adalah perkuliahan. Perkuliahan adalah salah satu bentuk fenomena sosial yang terjadi di dalam dunia akademik. Perkuliahan berisi interaksi manusia dengan manusia yang lain dalam rangka pemenuhan kebutuhan kognitif. Hal itu menyebabkan manusia dengan manusia yang lain saling bersinggungan, berselisih paham, dan tidak menutup kemungkinan bertengkar. Seperti yang kita tahu bahwa interaksi sosial dapat dilakukan di berbagai tempat terutama ditempat pembelajaran seperti di kampus. Komunikasi di kampus dapat saling membuat manusia mengenal manusia yang lain. Di kampus bahkan bisa mempererat hubungan pertemanan karena tanpa suatu komunikasi seseorang tidak akan bisa mengenal orang-orang disekitarnya dikarenakan interaksi sangat berperan penting bagi makhluk sosial orang pun sangat merasakan betapa pentingnya interaksi. Karena tanpa berinteraksi biasanya manusia sulit untuk mengenali lingkungan dan sekitarnya terutama
42
Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 2 No. 1 (2015) 41-49
orang-orang yang sering mereka temui dan orang pun mengalami pengalaman tersebut ketika pertama kali orang kuliah memang orang rasa sulit untuk berinteraksi dengan teman-teman karena rata-rata belum saling mengenal satu sama lain. Namun, ketika orang mulai membuka topik pembicaraan dan mulai mengenalkan diri akhirnya mereka pun bisa berinteraksi dengan orang pentingnya komunikasi dan interaksi dapat orang rasakan. Di manapun seperti di tempat umum yang menurut orang interaksi itu sangat diperlukan dan memang harus dilakukan. Namun, orang pun merasa orang harus bisa berinteraksi dengan orang lain lebih baik lagi,karena orang ingin memberkati seseorang melalui banyak hal yang dibicarakan terutama soal kehidupan sehari-hari dan permasalahan-permasalahan hidup. Hal tersebut karena dahulu pertama orang memasuki dunia kampus orang merasa canggung berinteraksi. Namun, ketika orang mulai memberanikan diri akhirnya orang bisa mengenal orangorang disekitarnya. Orang yang belum dikenal berpikir bahwa mereka tidak mau berinteraksi dengan orang lain. Padahal interaksi di dalam dunia pendidikan menjadi hal yang sangat diperlukan agar orang bisa survive dalam rangka pemenuhan kebutuhan kognitif. Interaksi sosial di kampus merupakan hal yang sangat utama karena dengan begitu orang bisa mengenal teman-teman di kampus satu sama lain sehingga orang pun tidak merasa sendiri. Kampus tidak hanya menjadi lembaga pendidikan, melainkan juga menjadi lembaga sosial yang bermanfaat dalam pemenuhan
kebutuhan hidup dalam bermasyarakat. Soekanto (1988: 177) mengungkapkan bahwa di dalam lembaga sosial terdapat pranata sosial. Pranata sosial merupakan suatu sistem tata kelakuan dan norma-norma untuk memenuhi kebutuhan dalam kehidupan masyarakat. Orang-orang yang bersentuhan langsung dengan kampus harus menyadari bahwa dia sedang berada di lingkungan yang berisi norma-norma sosial. Kampus tersebut menjadi tempat formal ditegakkannya norma-norma sosial yang akan berujung pada meningkatnya moralmoral rakyat bangsa. Tentunya novel menjadi sarana yang bagus untuk memuat fenomena-fenomena yang ada di dalam dunia pendidikan tinggi. Novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur karya Muhidin M. Dahlan menawarkan bacaan yang berkenaan dengan fenomena sosial di lingkungan kampus. Novel ini memuat dilema seorang wanita yang hidup di dalam asrama kampus. Dia seorang muslimah yang taat. Tubuhnya dihijabi oleh jubah dan jilbab besar. Hampir semua waktunya dihabiskan untuk sholat, baca Al-Qur’an dan berzikir. Dia memilih hidup yang sufistik yang demi ghirah kezuhudannya kerap dia hanya mengkonsumsi roti ala kadarnya di sebuah pesantren mahasiswa. Citacitanya hanya satu : untuk menjadi muslimah yang beragama secara kaffah. Tapi di tengah jalan ia diterpa badai kekecewaan. Organisasi garis keras yang mencita-citakan tegaknya syariat Islam di Indonesia yang di idealkannya bisa mengantarkannya berIslam secara kaffah ternyata malah merampas nalar kritis sekaligus imannya. Setiap tanya
43
Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 2 No. 1 (2015) 41-49
yang dia ajukan dijawab dengan dogma yang tertutup. Berkali-kali digugatnya kondisi itu tapi hanya kehampaan yang hadir.Akhirnya kekecewaan pun hadir dalam benaknya. Banyak sekali kejanggalan yang ditemukan pada saat menjalani proses sufinya. Rekan-rekan seorganisasianya tidak ada yang bisa menjawab semua yang ada di dalam pikirannya. Tuhan yang selama ini dia agung-agungkan seperti “lari dari tanggung jawab” dan “emoh” menjawab keluhannya. Dalam keadaan kosong itulah dia terjerembab dalam dunia hitam. Ia lampiaskan frustasinya dengan free sex dan mengonsumsi obat-obat terlarang. “Aku hanya ingin Tuhan melihatku. Lihat aku Tuhan! Kan kutuntaskan pemberontakanku pada-Mu!” katanya setiap kali usai bercinta yang dilakukannya tanpa ada secuilpun rasa sesal. Dari petualangan seksnya itu tersingkap topeng-topeng kemunafikan dari para aktivis yang meniduri dan ditidurinya – baik aktivis sayap kiri maupun sayap kanan (Islam) – yang selama ini lantang meneriakkan tegaknya moralitas. Selain itu, terkuak pula sisi gelap seorang dosen kampus matahari terbit Yogyakarta yang bersedia menjadi germonya dalam dunia remang pelacuran yang ternyata anggota DPRD dari fraksi yang selama ini bersikukuh memperjuangkan tegaknya syariat Islam di Indonesia. Dengan penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa kejadian yang dialami tokoh merupakan representasi dari banyaknya fenomena sosial yang ada di dalam masyarakat. Banyaknya kejadian yang bersifat sosial menimbulkan kecurigaan bahwa novel ini memuat representasi fenomena sosial yang
mungkin ada kemiripannya dengan realita sosial. Representasi tersebut memberikan gambaran kepada pembaca sebuah realita kehidupan yang terjadi di Indonesia. Novel ini tidaklah beda dengan novel yang lainnya, yaitu novel yang memiliki struktur secara otonom yang mengikat unsur yang satu dengan unsur yang lainnya. Berkaitan dengan struktur, studi (kajian) sastra struktural tidak memperlakukan sebuah karya sastra tertentu sebagai objek kajiannya. Di sini yang menjadi objek kajiannya adalah sistem sastra, yaitu seperangkat konvensi yang abstrak dan umum yang mengatur hubungan berbagai unsur dalam teks sastra sehingga unsur-unsur tersebut berkaitan satu sama lain dalam keseluruhan yang utuh. Meskipun konvensi yang membentuk sistem sastra itu bersifat sosial dan ada dalam kesadaran masyarakat tertentu, namun studi sastra struktural beranggapan bahwa konvensi tersebut dapat dilacak dan dideskripsikan dari analisis struktur teks sastra itu sendiri secara otonom, terpisah dari pengarang ataupun realitas sosial. Analisis yang seksama dan menyeluruh terhadap relasi-relasi berbagai unsur yang membangun teks sastra dianggap akan menghasilkan suatu pengetahuan tentang sistem sastra. Novel (karya sastra) merupakan sebuah struktur, sehingga karya sastra itu merupakan susunan unsur-unsur yang bersistem, yang antara unsurunsurnya terjadi hubungan yang timbal balik dan saling menentukan.Menurut pemikiran strukturalisme, dunia karya sastra merupakan susunan hubungan daripada benda-benda. Sebuah struktur dapat dipahami makna keseluruhannya bila diketahui unsur-unsur
44
Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 2 No. 1 (2015) 41-49
pembentuknya dan saling hubungan di antaranya dengan keseluruhannya. Unsur-unsur karya sebagai bagian dari struktur tidak mempunyai makna sendiri. Analisis struktural sajak adalah analisis sajak ke dalam unsur-unsurnya dan fungsinya bahwa setiap unsur itu mempunyai makna hanya dalam kaitannya dengan unsur-unsur lainnya, bahkan juga berdasarkan tempatnya dalam struktur. Studi yang berkaitan tentang hal tersebut menjadi studi wajib yang ada di dalam perguruan tinggi, khususnya dalam Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Di dalam program studi ini, objek kajian tersebut memiliki peran yang cukup vital karena kajian prosa fiksi membawa mahasiswa menjalani perannya sebagai analis karya sastra. Mata kuliah yang mengampu masalah ini adalah Kajian Prosa Fiksi dan Drama Indonesia. Kajian Prosa Fiksi dan Drama Indonesia merupakan salah satu mata kuliah pokok. Dalam struktur program yang disebut mata kuliah bidang studi (MKBS) di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia program S-1. Mata kuliah ini memberikan pengalaman kepada mahasiswa untuk melakukan kajian terhadap prosa fiksi Indonesia (dalam hal ini cerpen atau novel Indonesia) berdasarkan disiplin ilmu sastra.Mata kuliah ini bertujuan agar setelah mahasiswa mengikuti mata kuliah ini memiliki kemampuan mengkaji teks naratif (prosa fiksi) Indonesia berdasarkan disiplin ilmu sastra. Tujuan mata kuliah ini lebih menitikberatkan pada aspek keterampilan mengkaji sebagai bekal
untuk menjadi sarjana Bahasa dan Sastra Indonesia yang mumpuni. Dengan adanya mata kuliah tersebut apapun karya sastranya (khususnya prosa fiksi) menjadi menarik untuk dianalisis. Selain bertujuan seperti yang dibahas sebelumnya, mata kuliah ini berguna untuk membantu mahasiswa memperdalam wawasan kesastraan, mengembangkan kemampuan dalam memahami dan menghayati karya sastra, menguasai berbagai teori dan pendekatan kesastraan yang relevan dengan pengkajian prosa fiksi dan drama, yang ditunjukkan dengan penulisan prosa fiksi dan drama sebagai fenomena sastra. Tentunya yang menjadi titik akhir dalam mata kuliah ini adalah mengaplikasikannya dan juga membagikan ilmunya kepada siswa-siswa jika kelak menjadi seorang guru. Penelitian sosiologi sastra bukanlah sebuah penelitian yang baru. Penelitian ini sudah dilakukan dari munculnya tentangan terhadap strukturalisme. Oleh karena itu, sebelumnya ada beberapa penelitian sosiologi sastra yang telah terlebih dahulu muncul, salah satunya yaitu W. R. Sihombing mahasiswa USU yang meneliti karya-karya Putu Wijaya dengan menggunakan pendekatan sosiologi dan struktural. Perbedaan penelitian ini dengan yang dilakukan W. R. Sihombing adalah objek dan muatan fenomenanya. Penelitian ini berobjek pada sebuah novel karya Muhidin M. Dahlan, sedangkan penelitian W. R. Sihombing berobjek pada karya Putu Wijaya. Berdasarkan penjelasan tersebut, permasalahan yang akan dibahas kali
45
Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 2 No. 1 (2015) 41-49
ini adalah “Representasi Fenomena Sosial dalam Novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur Karya Muhidin M. Dahlan dan Model Pembelajaran Sastra di Perguruan Tinggi ”. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif kualitatif, sebuah rancangan yang sering dianggap lebih sebagai suatu seni daripada sebuah ilmu. Walaupun demikian, ada langkah-langkah analisis yang biasanya dilakukan peneliti kualitatif yang dapat dijadikan acuan dalam upaya untuk memahami dan menginterpretasikan data yang diperoleh (Anggoro, 2007: 618). Dalam penelitian kualitatif, peneliti merasa “tidak tahu mengenal apa yang tidak diketahuinya” sehingga metode penelitian yang dikembangkan selalu merupakan kemungkinan yang terbuka akan berbagai perubahan yang diperlukan dan lentur terhadap kondii yang ada di lapangan pengamatannya (Margono, 2010: 35). Penelitian kualitatif lebih menekankan segu proses daripada hasil. Data yang diperoleh (berupa kata-kata, gambar, perilaku) tidak dituangkan dalam bentuk bilangan atau angka statistik, melainkan tetap dalam bentuk kualitatif yang memiliki arti lebih kaya dari sekadar angka atau frekuensi (Margono, 2010: 39). Penelitian menggunakan desain deskriptif kualitatif artinya desain yang dilakukan dengan maksud memuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis. Desain metode kualitatif antara lain bersifat deskriptif, data yang dikumpulkan lebih banyak berupa kata-kata atau gambar daripada
angka-angka (Moleong, 2010: 5). Desain metode deskriptif kualitatif merupakan metode yang bermaksud untuk membuat deskripsi atau gambaran untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain (Moleong, 2010: 6). Anggoro (2007: 6) mengatakan penelitian kualitatif memulai kegiatan penelitiannya dengan suatu fokus, pertanyaan, permasalahan, maupun teknik pengumpulan data yang tertentu yang dapat diantisipasinya, pada kenyataannya selalu berubah sesuai dengan umpan balik yang diperoleh di lapangan. Oleh sebab itu, proses analisis pada penelitian kualitatif sering dianggap lebih sebagai suatu seni daripada suatu ilmu. Dalam mengumpulkan dan menganalisis data peneliti melakukan tahapan-tahapan. Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2014: 246) mengatakan ada tiga metode dalam analisis data kualitatif, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan/verifikasi kesimpulan. TEMUAN PENELITIAN Pada bab ini dijabarkan semua data yang diperoleh. Data tersebut berkaitan dengan representasi fenomena sosial yang ada di dalam novel dan kemudian dianalisis dengan menggunakan dua dimensi. Dimensi yang dimaksud ialah dimensi sosial novel dan juga dimensi unsur pembangun novel. Novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur karya Muhidin M. Dahlan dipecah ke dalam sebelas pengakuan dan data temuan terdapat di dalam sembilan pengakuan saja. Hal ini dikarenakan pada pengakuan kesepuluh dan pengakuan
46
Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 2 No. 1 (2015) 41-49
kesebelas hanya berisi ratapan kehidupan hasil dari kekecewaan yang terus-menerus menghantui Nidah Kirani. Dari temuan yang didapat, novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur karya Muhidin M. Dahlan memuat banyak sekali fenomena sosial. Pembahasan tentang fenomena sosial tersebut memuat tentang keagamaan, pertemanan, persahabatan, permusuhan, pendoktrinan, organisasi, asusila, kemiskinan, percintaan, dan pendidikan. Selanjutnya, hasil temuan terhadap fenomena sosial dalam novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur karya Muhidin M. Dahlan dibahas secara komprehensif termasuk model pembelajaran sastra di perguruan tinggi. Dari hasil temuan menunjukkan bahwa fenomena keagamaan menjadi fenomena sosial yang paling banyak ditemukan. Hal ini berkaitan dengan tema besar dari novel ini, yaitu kekecewaan terhadap Tuhan. Selanjutnya fenomena pertemanan, fenomena asusila, fenomena organisasi, fenomena pendoktrinan, fenomena pendidikan, fenomena kemiskinan, fenomena percintaan, fenomena permusuhan, dan fenomena persahabatan. Novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur karya Muhidin M terdiri atas 12 pengakuan. Namun, datadata yang diperoleh berkaitan dengan fenomena sosial tersebut terangkum ke dalam 10 pengakuan. Hal ini dikarenakan pada pengakuan kesebelas dan keduabelas hanya memuat tentang ratapan apa yang telah terjadi terhadap diri Nidah Kirani sebagai wanita yang muslimah menjadi wanita yang tidak bermoral. Berikut pembahasan mengenai fenomena sosial yang
ditemukan dalam novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur karya Muhidin M. Dahlan. SIMPULAN DAN REKOMENDASI Simpulan 1. fenomena keagamaan yang terkandung dalam novel ini mengisyaratkan tentang tiga elemen penting agama Islam, yaitu hidayah, tausiyah, dan dakwah. Ketiga elemen tersebut dipakai karena pada dasarnya novel ini bercerita tentang perubahan sikap seorang gadis muslimah. Perubahan sikap tersebut didasari oleh masuknya ia ke dalam gerakan yang menyerukan tegaknya syariat Islam di Indonesia. Akan tetapi, keinginannya tersebut kandas karena gerakan tersebut tidak memenuhi apa yang diekspektasi atau diidam-idamkannya. 2. Fenomena pertemanan dalam novel ini mengisyaratkan adanya kebaikan dan keburukan. Kebaikan terjalin antara Nidah Kirani dan Rahmi. Rahmi yang merupakan muslimah sejati mengajak Nidah Kirani untuk melaksanakan tuntunan Islam secara utuh. Keburukan terjalin antara Nidah Kirani dan Raniman. Keburukan ini ditandai dengan ajakan Raniman memperkenalkan kehidupan malam kepada Nidah Kirani. Ini merupakan dasar yang menjadikan Nidah Kirani seorang wanita tak bermoral. 3. Fenomena persahabatan dalam novel ini mengajarkan sebuah kepedulian. Kepedulian ini terjalin antara Nidah Kirani dan Yushdi. Yushdi sebagai sahabat Nidah Kirani tidak mempermasalahkan apa
47
Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 2 No. 1 (2015) 41-49
4.
5.
6.
7.
yang terjadi dengan Nidah Kirani. Yushdi tetap peduli dengan menyuruh Nidah Kirani untuk mengecek apakah ia hamil atau tidak. Fenomena permusuhan dalam novel ini memuat tentang gunjingan. Gunjingan di alamatkan kepada Nidah Kirani. Teman-teman sekamar Nidah Kirani selalu ketus dan tidak ramah terhadapnya. Ini diakibatkan Nidah Kirai yang ikut ke dalam gerakan yang menyerukan tegaknya syariat Islam di Indonesia. Fenomena pendoktrinan dalam novel ini memuat tentang tidak hadirnya prinsip hidup Nidah Kirani. Nidah Kirani merupakan sosok wanita yang polos, dengan mudahnya terpengaruh oleh doktrin Mas Dahiri. Kejadian inilah yang nantinya akan memunculkan kekecewaan yang amat mendalam bagi Nidah Kirani. Fenomena organisasi dalam novel ini memuat tentang penentangan. Organisasi dalam novel ini adalah gerakan yang menyerukan agar tegaknya syariat Islam di bumi Indonesia. Gerakan ini menentang apa saja yang telah didesain dan diamalkan dalam membangun Indonesia yang majemuk. Gerakan ini ingin membangun sebuah negara di dalam sebuah negara. Fenomena asusila dalam novel ini memuat tentang hawa nafsu kekecewaan dan siasat. Hawa nafsu kekecewaan muncul ketika Nidah Kirani kabur dari gerakan yang menyerukan syariat Islam. Kekecewaan tersebut diwujudkan dalam hubungan suami istri antara Nidah Kirani, Daarul, dan Fuad.
Siasat dipakai Nidah Kirani ketik berhadapan dengan pembimbingnya, yaitu Pak Tomo. Nidah Kirani mengajak kencan Pak Tomo agar urusan dalam menyelesaikan studinya berjalan dengan lancar. 8. Fenomena kemiskinan dalam novel ini mengisyaratkan sebuah penderitaan lahir dan batin. Penderitaan ini muncul ketika warga kampung mengalami kekeringan. Mereka hanya bisa memakan belalang sebagai lauk. Sayangnya, keadaan yang seperti itu tidak mengubah mereka untuk menjauh dari ilmu-ilmu gaib. Warga kampung tetap menjalani ritual gaib untuk mendapatkan rezeki. 9. Fenomena percintaan dalam novel ini mengisyaratkan sebuah ketidaktulusan. Ketidaktulusan ini bermula ketika Nidah Kirani melakukan hubungan suami istri dengan Daarul. Namun, rasa cinta Nidah Kirani tidak terbalas. Daarul meninggalkan Nidah Kirani tanpa kabar. 10. Fenomena pendidikan dalam novel ini mengisyaratkan dua hal, yaitu kegigihan dan siasat. Kegigihan muncul ketika Nidah Kirani sedang terpuruk. Setelah ayahnya mengalami sakit yang parah, Nidah Kirani memutuskan untuk melanjutkan studinya demi mewujudkan cita-citanya. Siasat dipakai Nidah Kirani ketik berhadapan dengan pembimbingnya, yaitu Pak Tomo. Nidah Kirani mengajak kencan Pak Tomo agar urusan dalam menyelesaikan studinya berjalan dengan lancar. 11. Fenomena-fenomena sosial dalam novel tersebut dapat dijadikan
48
Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 2 No. 1 (2015) 41-49
bahan ajar dalam perkuliahan Kajian Prosa Fiksi dan Drama. Hal ini dikarenakan novel ini menyajikan fenomena-fenomena sosial yang berkaitan dengan apa yang ada di dalam dunia perkuliahan. Saran Berdasarkan hasil analisis terhadap novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur karya Muhidin M. Dahlan peneliti menyarankan sebagai berikut 1. dalam pembelajaran mata kuliah Kajian Prosa Fiksi dan Drama khususnya menggunakan pendekatan sosiologi sastra dan struktural sastra dapat menggunakan fenomena-fenomena sosial yang ada di dalam novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur karya Muhidin M. Dahlan. Hal itu dikarenakan novel ini menyajikan fenomena-fenomena sosial yang berkaitan dengan apa yang ada di dalam dunia perkuliahan. 2. Novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur karya Muhidin M. Dahlan dapat digunakan sebagai bahan ajar untuk meningkatkan kepekaan mahasiswa terhadap karya sastra. kepekaan tersebut dapat diwujudkan dengan menganalisis dan mengapresiasi karya sastra khususnya novel.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Margono, S. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Moleong, J. Lexy. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Soekanto, Soerjono. 1988. Sosiologi. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
DAFTAR PUSTAKA Anggoro, M. Toha. 2007. Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Terbuka. Damono, Sapardi Djoko. 2013. Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Singkat. Jakarta:
49