FENOMENA OPERASI PLASTIK YANG DILAKUKAN INDIVIDU TERKAIT TREN BUDAYA KOREA YANG SEDANG BERKEMBANG (Studi Kasus Individu Brazil yang Mengubah Wajahnya menjadi Wajah Pria Korea)
Makalah Non-Seminar
Oleh Indiara Karina Nerissaputri 1106085163
Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia 2014
Fenomena operasi…, Indiara Karina Nerissaputri, FISIP UI, 2014
Fenomena operasi…, Indiara Karina Nerissaputri, FISIP UI, 2014
FORM PERSETUJUAN Fenomena operasi…, Indiara Karina Nerissaputri, FISIP UI, 2014
Fenomena operasi…, Indiara Karina Nerissaputri, FISIP UI, 2014
Fenomena Operasi Plastik yang Dilakukan Individu terkait Tren Budaya Korea yang sedang Berkembang (Studi Kasus Individu Brazil yang Mengubah Wajahnya menjadi Wajah Pria Korea) Indiara Karina Nerissaputri dan Askariani Kartono Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia
[email protected] [email protected] Abstrak Jurnal ini akan membahas tentang sejauh mana social influence dan person perception dapat mempengaruhi keputusan individu untuk mengubah wajahnya melalui sejumlah prosedur operasi plastik. Selain itu juga akan dibahas mengenai keterkaitan budaya Korea Selatan yang sedang menjadi fenomena di dunia dengan keputusan individu untuk mengubah wajahnya agar mirip dengan pria Korea melalui operasi plastik. Di Korea Selatan, penampilan fisik merupakan hal yang penting, sehingga membuat banyak individu memutuskan untuk melakukan operasi plastik agar terlihat lebih menarik. Metode pengumpulan data yang penulis gunakan adalah dengan mengumpulkan data sekunder dari akun Facebook yang bersangkutan dan media online. Berdasarkan keseluruhan analisis, dapat disimpulkan bahwa peran lingkungan sosial mempengaruhi keputusan individu untuk melakukan operasi plastik dan ketertarikan fisik sebagai latar belakang dan alasan untuk melakukan hal tersebut. Kata Kunci Operasi plastik; Korea Selatan; pengaruh sosial; konsep diri Plastic Surgery Conducted by Individuals Regarding the Growing Korean Trend (Study Case: Brazilian Individuals doing Plastic Surgery to Look Like Korean Men) Abstract This journal discusses about how social influence and person perception can affect individual’s decision to change his face by going under several amounts of plastic surgeries. This journal also discusses about the relationship between South Korean culture that is currently a worldwide phenomenon with individual’s decision to change his face to Korean man face through plastic surgeries. In South Korea, physical appearance is a very important thing, and that makes a lot of people decides to do a plastic surgery to make their face more attractive. The data collection method I used was by collecting secondary data from the person involved in this case’s Facebook account and online media. Based on overall analysis, I concluded that social environment affects individual’s decision to go under plastic surgery procedure and physical attraction as the background and the reason for doing such thing. Keywords Plastic surgery; South Korea; social influence; self concept
Fenomena operasi…, Indiara Karina Nerissaputri, FISIP UI, 2014
1
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang dan Perumusan Masalah Mendunianya kebudayaan Korea Selatan merupakan sebuah fenomena besar yang
terjadi saat ini. Fenomena ini lebih dikenal sebagai Korean Wave, dimana hampir seluruh dunia menggemari budaya Korea Selatan. Korean Wave juga dikenal dengan istilah Hallyu yang berarti telah terjadi ekspansi yang cepat dari budaya populer Korea di berbagai belahan dunia sejak akhir 1990-an, dan baru-baru ini memasuki leksikon budaya popular di dunia global1. Di Korsel sendiri, para penggemar K-Pop berada dalam usia remaja, yakni usia 13-15 tahun, dan untuk penggemar dengan usia yang lebihh tua juga ditemukan di Cina, Thailand, Jepang, Malaysia, Indonesia, dan Amerika Selatan2. Mayoritas penggemar budaya Korea Selatan ini adalah anak usia remaja. Budaya yang terkenal di kalangan remaja tersebut adalah Korean Pop atau K-Pop yang merupakan aliran musik yang dipopulerkan oleh idol groups yang terbagi menjadi boyband dan girlband. Musik yang ditawarkan adalah musik yang enerjik dan diiringi dengan tarian yang menarik sehingga musik K-Pop digemari oleh kalangan remaja. Tidak hanya K-Pop saja yang digemari oleh para remaja, adapula Korean Drama atau K-Drama yang memiliki popularitas tinggi. Popularitas K-Drama ini didorong oleh alur ceritanya yang menarik emosi para penggemarnya serta paras para aktor dan aktrisnya tampan dan cantik. Korean Wave tidak hanya menyebabkan orang-orang tergila-gila dengan apapun yang berbau Korsel. Bahkan, bagi orang yang bukan merupakan penggemar K-Pop saja, jika ditanyakan untuk menyebutkan satu boyband atau girlband pasti dapat menyebutkan. Mendunianya Korean Wave tidak hanya mengubah gaya hidup individu, tetapi juga mempengaruhi media. Saat ini banyak saluran media elektronik yang memiliki segmen khusus untuk K-Pop. Di Indonesia misalnya, saluran radio 104.4 TraxFM Jakarta memiliki segmen khusus K-Pop, yaitu “K’s Corner” setiap hari Sabtu, pukul 14.00-16.00. Pada segmen ini, lagu-lagu yang diputar adalah lagu khusus K-Pop dan dilengkapi dengan perbincangan ringan seputar K-Pop itu sendiri3. Tidak hanya dalam negeri saja, stasiun TV berbayar yang siaran di lingkup regional juga menyediakan segmen khusus K-Pop. Contohnya adalah kanal 1
JungBong Choi, Roald Maliangkay. K-Pop – The International Rise of the Korean Music Industry. (Oxon: Routledge, 2015). Hal 1. 2 Emma Reynolds, “The Dark Side of K-Pop: What Lurks Beneath the Surface o this Perfect Plastic World”, 8 November 2014 (http://www.news.com.au/entertainment/music/the-dark-side-of-kpop-what-lurksbeneath-the-surface-of-this-perfect-plastic-world/story-e6frfn09-1227116617713), diakses tgl 13 November 2014 pkl 20.40. 3 Arried, “K’s Corner”, 6 Januari 2013 (http://www.traxonsky.com/k-s-corner/), diakses tgl 14 November 2014 pkl 20.00. Universitas Indonesia
Fenomena operasi…, Indiara Karina Nerissaputri, FISIP UI, 2014
2
MTV Asia yang memiliki segmen “K-Wave”. Segmen ini menayangkan lagu-lagu yang sedang naik daun dan bekerja sama dengan Imagine your Korea4. Selain mempengaruhi media elektronik, Korean Wave ini juga memberikan dampak yang cukup besar terhadap jumlah turis yang datang ke Korsel. Banyak wisatawan dari Indonesia yang datang ke Jeju Island karena tingkat popularitas K-Pop yang tinggi di Indonesia. Kebanyakan turis Indonesia yang mengunjungi Jeju Island adalah anak muda, sesuai dengan rata-rata usia penggemar K-Pop5. Bukti lain bahwa K-Pop memang mendunia adalah kerja sama antara SM Entertainment dengan Korea Tourism Organization (KTO) untuk mempromosikan wisata Korsel di Perancis6. Selain wisata alam, operasi plastik di Korsel juga menjadi daya tarik bagi wisatawan. Operasi plastik bukanlah hal yang asing di Korsel, baik bagi warga negaranya sendiri, maupun untuk wisatawan asing. Bagi warga negaranya sendiri, penampilan fisik yang menarik merupakan kebutuhan. Tidak jarang remaja di Korsel yang menganggap berwajah cantik dapat membuat hidupnya menjadi lebih baik. Operasi plastik ini tidak hanya dilakukan oleh perempuan, laki-lakipun banyak yang berlomba-lomba untuk memperbaiki penampilan fisiknya. Kebanyakan orang Korea melakukan operasi plastik untuk memperlebar mata dan membuat wajah lebih tirus7 . Akan tetapi, saat ini operasi plastik juga marak bagi turis Indonesia, bahkan adapula orang yang khusus datang dari Los Angeles, Amerika Serikat untuk melakukan operasi plastik di Seoul. Di Korsel sendiri, tidak sedikit idol yang melakukan operasi plastik, karena pada kenyataannya talenta seorang idol tidak begitu penting di industri musik Korsel. Menurut Wook Chung, CEO JYP Entertainment, para trainee yang masih terbilang muda diminta untuk melakukan pemeriksaan medis untuk mengetahui seberapa tinggi ia bisa tumbuh. Begitu pula yang disampaikan oleh Sukhyun Kim, manajer SM Entertainment, para bintang itu dibuat, bukan dilahirkan8. Oleh karena itu, bukan hal baru jika banyak idol yang lipsync dan hanya menari ketika tampil di panggung. 4
“K-Wave”, (http://www.mtvasia.com/shows/k-wave/#showSummary), diakses tgl 14 November 2014
pkl 20.14. 5
Ken Yunita, “KPop Jadi Magnet Turis Indonesia Kunjungi Jeju”, 12 September 2013 (http://travel.detik.com/read/2013/09/12/134944/2356888/1382/kpop-jadi-magnet-turis-indonesia-kunjungi-jeju, diakses tgl 14 November 2012, pkl. 20.55. 6 “K-Pop Jadi Andalan Korea Gaet Wisatawan”, 18 April 2012 (http://www.beritasatu.com/foodtravel/43201-k-pop-jadi-andalan-korea-gaet-wisatawan.html), diakses tgl 14 November 2014 pkl 21.15. 7 Regina Rukmorini, “Operasi Plastik untuk Hidup Lebih Baik”, 14 Desember 2012 (http://health.kompas.com/read/2012/12/14/02234852/Operasi.Plastik.untuk.Hidup.Lebih.Baik) diakses tgl 14 November 2014, pkl 21.25. 8 JungBong Choi, Roald Maliangkay, Op. Cit, hal. 59. Universitas Indonesia
Fenomena operasi…, Indiara Karina Nerissaputri, FISIP UI, 2014
3
Hal ini dikarenakan kepentingan agensi yang mementingkan penampilan fisik saja, tanpa mempertimbangkan talenta yang dimiliki sang idol. Beralih dari tertariknya wisatawan untuk operasi plastik di Korsel, popularitas K-Pop juga dipergunakan pemerintah Korsel untuk menarik pelajar asing ke Korsel. KTO bekerjasama dengan National Institute for International Education (NIIED) untuk menarik pelajar asing untuk belajar di Korsel dengan pengaruh Korean Wave ini. KTO dan NIIED akan mempertimbangkan paket tur dan edukasi untuk para pelajar asing yang bertujuan agar mereka dapat merasakan bagaimana hangatnya penduduk Korea9. Salah satu contoh ketertarikan pelajar asing untuk belajar di Korsel karena dampak dari mendunianya Korean Wave adalah Max yang berasal dari Brazil. Max merupakan penggemar K-Pop dan K-Drama sejak ia berusia 19 tahun. Max yang kini berusia 25 tahun pernah menjadi pelajar di Dongseo University di Busan selama satu tahun dalam rangka pertukaran pelajar. Selama proses belajarnya tersebut membuat ia semakin jatuh cinta kepada budaya Korea. Ia bahkan telah melewati sepuluh kali operasi plastik agar wajahnya mirip dengan wajah pria Korea. Berdasarkan latar belakang di atas tersebut, hal yang menjadi permasalahan dalam makalah ilmiah ini adalah sejauh mana social influence dan person perception yang dimiliki individu, yakni Max sebagai warga negara Brazil untuk mengubah wajahnya agar menyerupai wajah pria Korea yang dipengaruhi oleh budaya Korea melalui operasi plastik. 1.2
Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulisan jurnal ini adalah untuk mengkaji keterkaitan tren budaya
Korea yang sedang berkembang dengan keputusan individu untuk melakukan operasi plastik agar menyerupai wajah pria Korea. 1.3
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam jurnal ini adalah dengan menggunakan data
sekunder berdasarkan wawancara yang ada pada media online. Di samping wawancara pada media online, penulis juga melakukan pengamatan kepada akun sosial media yang bersangkutan, yaitu akun Facebook dengan nama 니시샨 (Xiahn). 9
Yun Suh-young, “Korea to Attract More Foreign Students”, 10 Mei 2014 (http://www.koreatimes.co.kr/www/news/nation/2012/05/117_110729.html), diakses tgl 14 November 2014 pkl 22.00. Universitas Indonesia
Fenomena operasi…, Indiara Karina Nerissaputri, FISIP UI, 2014
4
II.
KERANGKA PEMIKIRAN
2.1
Budaya Secara umum, terdapat tiga kategori dalam mendefinisikan budaya10. Ketiga kategori
tersebut, yaitu: a.
Kategori ideal, di mana budaya adalah sebuah proses kesempurnaan manusia, dalam nilai-nilai mutlak ataupun universal.
b.
Kategori dokumenter, di mana budaya merupakan tubuh dari intelektual dan tempat imajinasi bekerja, yang mana, secara lebih rinci, pikiran manusia dan pengalamannya telah terekam.
c.
Kategori sosial, di mana budaya adalah sebuah deskripsi dari cara hidup tertentu, yang menggambarkan arti dan nilai tertentu. Dalam hal ini, tidak hanya seni dan pengetahuan, tetapi juga di kehidupan biasa.
2.2
Konsep Diri Sebagai individu, selain menanggapi orang lain, kita juga mempersepsikan diri kita
sendiri, di mana kita menjadi subjek sekaligus objek persepsi. Penilaian yang kita berikan pada diri kita disebut sebagai konsep diri. Konsep diri merupakan pandangan dan perasaan kita tentang diri kita11. Persepsi ini dapat berbentuk persepsi psikologis, sosial, maupun fisik. Pikiran yang kita miliki terhadap diri kita sendiri juga akan mempengaruhi bagaimana kita bersikap. Misalnya, kita hendak berkenalan dengan teman baru, kita mungkin akan berpikir bahwa kita adalah seorang individu yang ramah dan mudah bergaul. Dan jika kita berpikir bahwa kita adalah orang yang ramah, hal tersebut akan mempermudah kita mendapatkan teman baru12. Konsep diri seseorang dapat juga dibentuk. Contoh pembentukkan konsep diri adalah dengan melihat bagaimana cara orangtua membesarkan dan mendidik anaknya. Namun, orangtua bukanlah satu-satunya pihak yang dapat membentuk konsep diri seseorang. Orangorang terdekat, seperti teman-teman, orangtua teman, pemimpin agama, guru, dan bahkan lingkungan tempat kita tinggal juga merupakan pihak yang dapat membentuk konsep diri kita.
10
Oliver Boyd-Barrett, Chris Newbold. Approaches to MediaL A Reader. (New York, Arnold: 1995).
Hal. 332.
11
Jalaluddin Rakhmat. Psikologi Komunikasi. (Bandung: PT Remaja Rosda Karya: 2005). Hal. 99. Richard L. Weaver II. Understanding Interpersonal Communication, Sixth Edition. (New York: HarperCollins College Publisher: 1993). Hal. 104. 12
Universitas Indonesia
Fenomena operasi…, Indiara Karina Nerissaputri, FISIP UI, 2014
5
Pembentukkan konsep diri tersebut akan mempengaruhi bagaimana kita berhubungan dengan teman sekelas, pasangan, saudara, dan juga ke media13. Konsep diri memiliki dua komponen, yaitu komponen kognitif yang berarti citra diri (self-image), dan komponen afektif yang berarti harga diri (self-esteem). 2.3
Self-Esteem Self-esteem adalah kepercayaan diri dan kepuasan terhadap diri sendiri, sesuai dengan
pengertian kata “esteem” yang berarti mengapresiasi sebuah nilai tertentu14. Self-esteem merupakan salah satu bagian dari konsep diri untuk mengevaluasi diri kita sendiri15. Oleh sebab itu, self-esteem penting dalam diri seseorang, di mana dengan self-esteem seseorang dapat menerima kondisi dirinya saat ini. Dengan self-esteem yang tinggi, akan mempermudah seseorang untuk mencapai segala sesuatu yang menjadi tujuan hidupnya. Dengan self-esteem pula, seseorang akan memiliki kepercayaan diri dalam menghadapi tantangan-tantangan dalam hidup. Self-esteem seseorang dapat dilihat berdasarkan dua kategori, yaitu: a.
Self-esteem rendah, di mana orang dengan self-esteem yang rendah ini cenderung melihat segala sesuatu dari sisi negatifnya. Seseorang dengan self-esteem yang rendah akan selalu merasa bahwa dirinya tidak dapat melakukan apa-apa, sehingga ia akan terus mencari cara untuk menghindari masalah yang sedang ia hadapi. Mereka yang memiliki self-esteem rendah, akan selalu merasa bahwa mereka tidak berharga dan hidupnya tidak akan bahagia.
b.
Self-esteem tinggi, di mana orang dengan self-esteem tinggi akan cenderung membuat pilihan yang positif. Semakin seseorang memiliki self-esteem yang tinggi, maka ia tidak akan merasa bahwa ia adalah korban dari segala kesempatan. Bahkan, dengan selfesteem yang tinggi, seseorang akan melihat dirinya sebagai individu yang kuat dan dapat menghadapi apapun. Dengan self-esteem yang tinggi, seseorang akan lebih dapat menghargai dirinya dan menerima dirinya. Adapun ciri-ciri individu dengan self-esteem tinggi: -
Ia dapat berbicara jujur mengenai pencapaian atau kekurangannya.
13
Ibid. Hal. 106. Denis Waitley. Psychology of Success: Developing Your Self-Esteem (Third Edition). (Westerville, Glencoe/McGraw-Hill: 1997). Hal. 76. 15 Richard L. Weaver II. Op. Cit. Hal. 119. 14
Universitas Indonesia
Fenomena operasi…, Indiara Karina Nerissaputri, FISIP UI, 2014
6
-
Ia merasa nyaman ketika menerima pujian dan memberikan kasih saying.
-
Ia dapat menerima kritik dan mengakui kesalahannya.
-
Ia menerima ide dan pengalaman baru.
-
Ia memiliki selera humor yang baik.
-
Ia dapat memperjuangkan dirinya sendiri.
-
Ia dapat menangani stres dengan baik. Individu dapat dikatakan memiliki self-esteem tinggi jika real self individu semakin
mendekati ideal self individu tersebut. Real self adalah diri yang kita perlihatkan sehari-hari, sementara ideal self adalah diri yang kita inginkan16. Diri sendiri dapat dinilai berdasarkan lima
kategori.
Pertama,
atribut
fisik,
yaitu
karakteristik
tubuh
(usia,
tinggi
rata-rata, rata-rata, di bawah rata-rata). Kedua, atribut emosi, yaitu emosi dasar (optimis, murung, sinis, ceria). Ketiga, atribut mental, yaitu karakteristik intelektual (di atas rata-rata, rata-rata, atau di bawah rata-rata). Keempat, peran, yaitu bagaimana hubungan orang lain (kelas di sekolah, lajang atau sudah menikah, profesi, dan lain-lain). Dan kelima, hubungan dengan orang lain, yaitu sikap yang ditunjukkan kepada orang lain (terbuka, tertutup, netral atau memihak)17. 2.4
Social Influence Pengaruh sosial (social influence) mengacu kepada perubahan sikap (attitude) dan
perilaku (behavior) karena adanya interaksi dengan orang lain18. Dalam pengaruh sosial ini terdapat dua tingkatan dari, yaitu acceptance atau penerimaan dan compliance atau pemenuhan. Penerimaan adalah perubahan yang terjadi di dalam diri/batin kita sebagai hasil dari pengaruh sosial. Terdapat dua bentuk dalam penerimaan, keduanya adalah identifikasi, yaitu dimana seseorang mau berubah karena ada kemauan dari diri sendiri, dan internalisasi. Dalam internalisasi, seseorang mendapat keyakinan baru, menerima makna dan bentuk sosial. Jadi, keadaan sosial mengubah cara pandang seseorang terhadap sesuatu. Tingkatan pengaruh sosial yang kedua adalah compliance, dimana seseorang mau berubah bukan karena keinginan, akan tetapi karena keadaan di sekitarnya. Compliance memiliki dua bentuk pula, yaitu konformitas (conformity) dan kepatuhan (obedience). Konformitas secara umum adalah perubahan yang terjadi karena adanya tekanan dari kelompok. Sedangkan kepatuhan adalah perubahan yang terjadi karena adanya perintah dari seseorang yang powerful. 16
Ibid. Ibid. Hal. 120. 18 Ann L. Weber. Social Psychology. (New York: : HarperCollins Publisher, Inc, 2006). Hal. 157. 17
Universitas Indonesia
Fenomena operasi…, Indiara Karina Nerissaputri, FISIP UI, 2014
7
Di samping tingkatan pengaruh sosial, ada pula bentuk-bentuk dari kekuatan sosial yang dapat mempengaruhi seseorang. Bentuk dari kekuatan sosial ini diantaranya: -
Reward power, sebuah pengaruh yang berdasarkan oleh kemampuan untuk memberikan sesuatu yang diinginkan, atau mengambil sesuatu yang tidak disukai. Contohnya, target diberikan sejumlah uang. Namun, perilaku dari target harus selalu diperhatikan, apakah ia patuh atau tidak.
-
Legitimate power, sebuah pengaruh yang diberikan oleh seseorang yang kita anggap dapat dipercaya, baik karena wewenang, status, atau posisi sosialnya.
-
Referent power, sebuah pengaruh yang diberikan oleh seseorang yang dapat dijadikan sebagai rujukan. Untuk mendapatkan perubahan seperti yang diharapkan, seperti hal-hal lain, pengaruh
sosial harus melalui beberapa proses. Menurut Weber, terdapat enam proses pengaruh sosial. Proses-proses tersebut adalah proses authority, social proof, scarcity, liking, reciprocity, dan commitment-consistency19. Akan tetapi, untuk menelaah kasus yang akan penulis tekankan pada makalah ilmiah ini, hanya beberapa proses yang sesuai dengan kasus tersebut. Proses yang dimaksud adalah proses kesukaan (liking) dan komitmen-konsistensi (commitmentconsistency). 2.5
Person Perception Kontak dengan orang lain, meskipun tidak secara langsung, misalnya melalui telepon
juga sudah termasuk pengalaman dalam bersosialisasi. Melalui pengalaman, kita dapat menyimpulkan sesuatu meskipun hanya dari data yang sedikit. Contohnya hanya dengan mendengar aksen dari seseorang, kita dapat mengetahui tempat asal orang tersebut, serta watak dan nilai yang ia anut. Ada empat sumber dugaan sosial, yaitu informasi mengenai orang lain, penampilan fisik, petunjuk dari komunikasi nonverbal, dan implikasi dari tindakan orang lain20. -
Penampilan fisik Menurut peneliti, penampilan yang diterima di kehidupan sosial biasanya menambah
daya tarik bagi orang lain. Namun sebaliknya, fitur penampilan yang diinginkan secara sosial
19 20
Ibid. Hal. 168 Ibid. Hal. 69. Universitas Indonesia
Fenomena operasi…, Indiara Karina Nerissaputri, FISIP UI, 2014
8
dapat menurunkan daya tarik. Oleh karena itu, penampilan fisik merupakan fitur penting dalam memperoleh data sosial ketika pertama kali bertemu. Dalam daya tarik fisik, perbedaan individu dan budaya dalam fitur dan kombinasi tertentu sudah dianggap berpenampilan baik, ditambah lagi dengan penampilan fisik yang baik. Daya tarik terhadap penampilan berpengaruh kepada persepsi terhadap orang lain. Dua bentuk efek ini adalah efek halo dan stereotip daya tarik fisik. Menurut efek halo, deteksi dari karakteristik penting dapat membiaskan informasi mengenai interpretasi seseorang. Misalnya, ketika bertemu dengan kenalan, kita akan memiliki ekspektasi lain terhadap orang tersebut. Kita akan menerka-nerka bagaimana sikapnya, apa hobinya, interaksi, dan lain-lain. Penelitian mengenai efek halo ini mengatakan bahwa biasanya orang dengan penampilan baik akan dihakimi secara lebih baik dan diberikan hukuman yang tidak terlalu berat ketika melanggar peraturan. Berbeda dengan orang yang berpenampilan baik, orang yang dianggap kurang menarik akan diberikan hukuman yang cenderung lebih berat. Oleh karena itu, efek halo memiliki pengaruh kuat dalam hal penampilan fisik yang baik, berhubung informasi sedikit mengenai individu sangat mempengaruhi persepsi orang lain. Di samping efek halo, ada pula stereotip ketertarikan fisik. Menurut penelitian mengenai steoreotip ini, individu yang memiliki penampilan fisik yang menarik akan lebih sukses, cerdas, dan baik dibandingkan dengan individu yang penampilan fisiknya kurang menarik. Karena orang akan lebih tertarik dengan individu yang berpenampilan menarik, individu yang bersangkutan cenderung akan mengalami kesuksesan sosial, misalnya pernikahan, atau penilaian yang positif. III.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
3.1
Analisis Selain menarik wisatawan untuk mengunjungi dan menikmati wisata di Korea Selatan,
Korean Wave juga menarik pelajar asing untuk belajar di Korsel. Hal ini terlihat dari adanya seorang pelajar dari Brazil yang pergi ke Korsel untuk melakukan pertukaran pelajar, ia bernama Max, seorang pria yang kini berusia 25 tahun yang berasal dari kota Novo Hamburgo, Brazil bagian selatan. Sebelum menjalani program pertukaran pelajar ke Korea,
Universitas Indonesia
Fenomena operasi…, Indiara Karina Nerissaputri, FISIP UI, 2014
9
Max bersekolah di Universidade Feevale di Rio Grande do Sul, Brazil bagian Selatan21. Sejak kecil, Max sudah terbiasa menjadi seorang model, namun ia berhenti menjadi model sejak ia berusia 15 tahun. Pada tahun 2011, Max melakukan pertukaran pelajar ke Korsel sebagai pelajar saat ia berusia 22 tahun. Ia menjadi pelajar di Dongseo University yang bertempat di kota Busan22. Sebelum ia memutuskan untuk menjadi anggota pertukaran pelajar ke Korea, ia memang sudah menggemari budaya Korea yang sedang mendunia, yaitu K-Pop dan K-Drama sejak tahun 2008 yakni saat ia berusia 19 tahun23. Kecintaan Max kepada Korea bertambah sejak ia menjadi pelajar di Dongseo University tersebut. Ia sangat menyukai nilai-nilai dan budaya yang dianut oleh penduduk Korea. Selain menikmati industri musik dan drama di Korea, ia juga sangat menyukai makanan-makanan asli Korea. Max berpendapat bahwa Korea sangat menarik dan merupakan negara dengan pertumbuhan ekonomi yang cepat24. Selain budaya, industri musik dan drama, serta makanan yang membuat Max jatuh cinta kepada Korsel, hal umum yang dilakukan orang-orang Korea untuk memperbaiki penampilannya, yakni operasi plastik. Max merasa terkesan melihat bagaimana orang-orang di Korea begitu santai dan biasa saja melihat oknum yang melakukan operasi plastik. Dalam sebuah wawancara yang dilakukan oleh Metro, sebuah tabloid asal Inggris, Max mengatakan, “Orang Korea melakukan banyak operasi plastik untuk memodifikasi bentuk mata mereka agar mirip orang-orang barat”25 Rasa cinta yang dimiliki Max kepada budaya Korea, menyebabkan ia memiliki ketertarikan atas penampilan fisik yang dimiliki orang Korea. Berdasarkan data yang penulis dapatkan dari portal berita online asal Korsel yang telah diterjemahkan, seorang jurnalis
21
Krista Rogers, “Brazilian Man Spends Over $3,000 on Plastic Surgery to Look ‘Korean’”, 4 Juni 2014 (http://en.rocketnews24.com/2014/06/04/brazilian-man-spends-over-3000-on-plastic-surgery-to-lookkorean/), diakses tgl 29 November 2014 pkl 15.45. 22 Taylor Auerbach, “Interesting Korea Choice! Blonde Brazilian Man Obsessed with South Korea Undergoes 10 Rounds of Surgery to Look ‘More Asian’”, 2 Juni 2014 (http://www.dailymail.co.uk/news/article2645950/I-fun-bein-Korean-Blonde-Brazilian-man-undergoes-extraordinary-surgery-achieve-convincingOriental-look.html) , diakses tgl 27 November 2014 pkl 16.15. 23 Ibid. 24 Kim Young-hyun, “Max, Brazilian Man Who Went Under Plastic Surgery, ‘I love Korean eyes, it's cute’”, 6 Juni 2014 (http://www.yonhapnews.co.kr/bulletin/2014/06/04/0200000000AKR20140604058400005.HTML?from=search ), diakses tgl 27 November 2014 pkl 17.15. 25 Krista Rogers, “Brazilian Man Spends Over $3,000 on Plastic Surgery to Look ‘Korean’”, 4 Juni 2014 (http://en.rocketnews24.com/2014/06/04/brazilian-man-spends-over-3000-on-plastic-surgery-to-lookkorean/), diakses tgl 29 November 2014 pkl 16.00. Universitas Indonesia
Fenomena operasi…, Indiara Karina Nerissaputri, FISIP UI, 2014
10
bernama Kim Young-hyun melakukan wawancara kepada Max. Dalam wawancara tersebut, Max mengatakan, “Saya menyukai mata Korea, bentuknya lucu.”26 Disamping ketertarikan Max kepada bentuk mata orang Korea, Max juga merasa ukuran seseorang untuk menjadi laki-laki yang tampan adalah dengan memiliki wajah seperti wajah orang Korea27. Keyakinan Max tersebut mengantarkan Max untuk melakukan hal yang dianggap banyak orang hal yang nekat. Orang Korea yang melakukan operasi bedah plastik agar mirip orang barat merupakan hal yang tidak asing ditemukan, namun tindakan yang dilakukan Max ini merupakan hal yang baru pertama kali ditemukan. Max ingin mengubah wajahnya agar menyerupai wajah pria Korea. Setelah Max usai menjalankan pendidikannya di Dongseo University selama satu tahunnya itu, ia menemui beberapa dokter bedah plastik di Brazil untuk memodifikasi wajahnya, terutama bentuk matanya agar menyerupai wajah orang Korea. Banyak dokter bedah plastik yang menolak permintaan Max dan mengatakan bahwa operasi untuk mengubah mata itu tidak bisa dilakukan 28 . Sampai hingga akhirnya ia menemukan seorang dokter bedah plastik yang bersedia mengoperasi wajahnya. Untuk menunjukkan bentuk mata yang Max inginkan kepada dokter bedah plastik yang akan mengoperasinya, pada jurnalis koran Zero Hora, Max mengatakan bahwa ia meletakkan dua jarinya di samping kelopak matanya, dan menarik kedua matanya agar matanya menjadi lebih sipit29. Tindakan Max ini tidak hanya ditolak oleh dokter bedah plastik yang ia minta jasanya, ternyata dukungan kedua orangtuanya tidak ia dapatkan. Setelah Max melakukan operasi plastik tersebut, ibu Max masih tidak setuju dengan keputusan Max, sedangkan ayah Max akhirnya mendukung tindakan Max tersebut30.
26
Kim Young-hyun, “Max, Brazilian Man Who Went Under Plastic Surgery, ‘I love Korean eyes, it's cute’”, 6 Juni 2014 (http://www.yonhapnews.co.kr/bulletin/2014/06/04/0200000000AKR20140604058400005.HTML?from=search ), diakses tgl 27 November 2014 pkl 16.05. 27 Krista Rogers, “Brazilian Man Spends Over $3,000 on Plastic Surgery to Look ‘Korean’”, 4 Juni 2014 (http://en.rocketnews24.com/2014/06/04/brazilian-man-spends-over-3000-on-plastic-surgery-to-lookkorean/), diakses tgl 29 November 2014 pkl 16.00. 28 Amanda Hoh, “Brazilian Man Undergoes Surgery to Look Asian”, 2 Juni 2014 (http://www.smh.com.au/lifestyle/brazilian-man-undergoes-surgery-to-look-asian-20140602-zrv8n.html), diakses tgl 29 November 2014 pkl. 16.59. 29 Taylor Auerbach, “Interesting Korea Choice! Blonde Brazilian Man Obsessed with South Korea Undergoes 10 Rounds of Surgery to Look ‘More Asian’”, 2 Juni 2014 (http://www.dailymail.co.uk/news/article2645950/I-fun-bein-Korean-Blonde-Brazilian-man-undergoes-extraordinary-surgery-achieve-convincingOriental-look.html) , diakses tgl 29 November 2014 pkl 17.10. 30 Ibid. Universitas Indonesia
Fenomena operasi…, Indiara Karina Nerissaputri, FISIP UI, 2014
11
Pada proses operasi plastik ini, sang dokter bedah plastik menambahkan cairan hyaluronic acid pada kelopak mata Max agar terlihat lebih penuh, sehingga mata Max tampak lebih kecil. Cairan tersebut merupakan cairan yang biasa digunakan untuk menghilangkan keriput pada mata, dan Max mengakui hal tersebut31. “Itu dilakukan pada saat pertama kali prosedur dilakukan.” Di samping menambahkan cairan, Max juga rela bagian dalam di pinggir matanya untuk dijahit oleh sang dokter32. Selanjutnya, selain melakukan operasi pada matanya, Max juga melakukan implan silikon dan operasi pada bibirnya33. Namun, usaha tersebut memang tidak sebesar usahanya untuk mengubah bentuk matanya, sebab, hasil operasi plastik yang dilakukan Max tidak bertahan terlalu lama. Setelah dua tahun pasca operasi, material yang dimasukkan ke dalam wajah Max mencair, sehingga wajah Max kembali seperti semula34. Karena kembalinya wajah Max seperti semula tersebut, Max kembali melakukan operasi plastik untuk memuaskan keinginannya hingga 10 kali operasi. Tindakan yang dilakukan Max ini tentu memakan biaya yang tidak kecil. Max setidaknya mengeluarkan biaya kurang lebih sebanyak US$3,10035. Selain melakukan modifikasi pada matanya, untuk menunjang “penampilan Asia”, Max juga mengubah warna rambutnya, sebab warna rambut asli Max adalah pirang. Max pernah mengubah warna rambutnya menjadi warna merah jambu permen karet, dan sekarang ia mewarnai rambutnya menjadi cokelat tua36. Tidak hanya itu, karena warna bola mata aslinya adalah berwarna biru, dan hal tersebut sangat tidak menggambarkan warna bola mata
31
Amanda Hoh, “Brazilian Man Undergoes Surgery to Look Asian”, 2 Juni 2014 (http://www.smh.com.au/lifestyle/brazilian-man-undergoes-surgery-to-look-asian-20140602-zrv8n.html), diakses tgl 29 November 2014 pkl. 17.15. 32 Li Hao. “Brazilian Man Becomes Korean After 10 Plastic Surgeries”, 7 Juni 2014 (http://www.chinasmack.com/2014/pictures/brazilian-man-becomes-korean-after-10-plastic-surgeries.html), diakses tgl 30 November 2014 pkl. 22.15. 33 Sumitra, “Brazilian Man Has 10 Surgeries to Look Korean”, 3 Juni 2014 (http://www.odditycentral.com/news/brazilian-man-has-10-plastic-surgeries-to-look-korean.html) , diakses tgl 29 November 2014 pkl 23.34. 34 Kim Young-hyun, “Max, Brazilian Man Who Went Under Plastic Surgery, ‘I love Korean eyes, it's cute’”, 6 Juni 2014 (http://www.yonhapnews.co.kr/bulletin/2014/06/04/0200000000AKR20140604058400005.HTML?from=search ), diakses tgl 29 November 2014 pkl 23.50. 35 Krista Rogers, “Brazilian Man Spends Over $3,000 on Plastic Surgery to Look ‘Korean’”, 4 Juni 2014 (http://en.rocketnews24.com/2014/06/04/brazilian-man-spends-over-3000-on-plastic-surgery-to-lookkorean/), diakses tgl 29 November 2014 pkl 23.57. 36 Amanda Hoh, “Brazilian Man Undergoes Surgery to Look Asian”, 2 Juni 2014 (http://www.smh.com.au/lifestyle/brazilian-man-undergoes-surgery-to-look-asian-20140602-zrv8n.html), diakses tgl 30 November 2014 pkl. 00.05. Universitas Indonesia
Fenomena operasi…, Indiara Karina Nerissaputri, FISIP UI, 2014
12
orang Asia, Max hingga saat ini menggunakan lensa kontak dengan warna gelap37. Disamping perubahan fisik yang ia tonjolkan tersebut, Max mengubah namanya menjadi Xiahn Nishi, terutama pada akun-akun sosial medianya. Hal ini ia lakukan untuk menghindari kecaman dari orang-orang yang berpandangan negatif atas apa yang ia lakukan pada wajahnya dan juga untuk melindungi identitas keluarganya dari pengamatan para pengguna internet38. Selain pandangan Max terhadap mata orang Korea yang ia anggap terlihat lucu, pada dasarnya ia terdorong untuk melakukan operasi plastik karena selama satu tahun ia menetap di Korsel ia melihat betapa mudahnya seseorang dapat menjalankan prosedur operasi plastik. Hal ini juga merupakan salah satu dampak dari fenomena Korean Wave yang hingga kini masih berkembang. Max yang terus menerus menonton K-Drama dan secara konstan mendengarkan musik K-Pop membuat ia berkeinginan untuk berpenampilan seperti layaknya orang Korea asli. Oleh sebab itu, tujuan Max melakukan operasi plastik sebanyak 10 kali tersebut adalah untuk memperoleh mata hasil kombinasi dari banyak selebriti Korsel. Max juga mengaku ia terinspirasi dari orang-orang dengan mata yang tidak terlalu sipit, namun tidak selebar mata aslinya39. Berdasarkan data yang penulis dapatkan dari sebuah artikel online, Max berkata, “Saya tidak khawatir akan terjadi sesuatu yang buruk, tetapi saya khawatir mata saya akan terluka dan saya terlihat seperti plastik, tetapi semuanya berjalan dengan lancar. Penglihatan saya sempurna.”40 Setelah Max merasa puas dengan perubahan pada wajahnya pasca operasi plastik, Max merasa bahwa ia terlihat lebih tampan, sesuai dengan ukuran tampan yang ia yakini, yaitu seperti wajah selebriti Korea. “Saya pikir saya lebih tampan seperti ini. Mungkin bagi beberapa orang tidak sependapat dengan saya, tetapi menurut saya demikian.”41 37
Krista Rogers, “Brazilian Man Spends Over $3,000 on Plastic Surgery to Look ‘Korean’”, 4 Juni 2014 (http://en.rocketnews24.com/2014/06/04/brazilian-man-spends-over-3000-on-plastic-surgery-to-lookkorean/), diakses tgl 30 November 2014 pkl 00.08. 38 Sumitra, “Brazilian Man Has 10 Surgeries to Look Korean”, 3 Juni 2014 (http://www.odditycentral.com/news/brazilian-man-has-10-plastic-surgeries-to-look-korean.html) , diakses tgl 30 November 2014 pkl 14.00. 39 Eddie Kim, “Brazilian Gets “Korean” Eye Modification”, 3 Juni 2014 (http://www.jstudentboard.com/reporter/korea-and-abroad/brazilian-gets-korean-eye-modification/), diakses tgl 30 November 2014 pkl 14.15. 40 Taylor Auerbach, “Interesting Korea Choice! Blonde Brazilian Man Obsessed with South Korea Undergoes 10 Rounds of Surgery to Look ‘More Asian’”, 2 Juni 2014 (http://www.dailymail.co.uk/news/article2645950/I-fun-bein-Korean-Blonde-Brazilian-man-undergoes-extraordinary-surgery-achieve-convincingOriental-look.html), diakses tgl 30 November 2014 pkl 14.20. 41 Ibid. Universitas Indonesia
Fenomena operasi…, Indiara Karina Nerissaputri, FISIP UI, 2014
13
Karena puas dengan hasil operasi plastik yang ia dapatkan, ia juga merasa lebih percaya diri untuk tampil di muka umum. “Dulu saya selalu merasa malu, tetapi sekarang saya merasa lebih bahagia, lebih merasa percaya diri.” Bagi Max, tindakan seseorang untuk melakukan operasi plastik adalah hal yang biasa dan normal, sesuai dengan pernyataan Max dalam wawancara dengan The Sydney Morning Herald, “Banyak orang mengubah penampilan aslinya dengan makeup dan terlihat sangat berbeda, jadi menurut saya hal itu sama dengan operasi plastik.” “Bagi saya, melakukan perubahan pada penampilan merupakan hal yang biasa.” Hasil operasi plastik yang didapat oleh Max memang mencengangkan, karena wajah Max tidak lagi seperti wajah pria yang berasal dari Amerika Selatan. Karena hal tersebut, Max memperoleh ketenaran di mana ia diundang untuk menjadi narasumber di beberapa acara televisi dan memperlihatkan penampilan barunya tersebut. Max juga mengaku telah banyak orang yang menghubungi Max dan ingin meniru penampilan Asianya yang baru tersebut. Penampilan Asia yang ditonjolkan Max ini, berhasil menarik sebuah perusahaan garmen dengan gaya Asia asal Amerika Selatan untuk mempekerjakan Max yang saat ini sedang tidak memiliki pekerjaan sebagai model dan mempertimbangkan untuk kembalinya Max ke peragaan busana. Selain itu, Max juga memperoleh likes yang banyak pada akun Facebooknya. Max juga menerima permohonan untuk menjadi teman di Facebook dari banyak orang asing. Orang-orang yang mengirimkan permohonan untuk menjadi teman tersebut bertujuan untuk mencari tahu Max berasal dari negara mana, apakah Cina atau Korea. Namun, berbeda dengan perlakuan para orang-orang asing tersebut, di negara asalnya, yakni Brazil, Max mengaku ia tidak menerima perlakuan yang berbeda. Hal ini dikarenakan, kampung halaman Max memiliki populasi yang multikultural42. Setelah perubahan besar pada wajahnya tersebut, Max masih dan tetap akan menganggap dirinya sebagai orang Brazil. “Saya tidak melihat diri saya sebagai orang Asia. Saya melihat diri saya sebagai sesuatu di antara Asia dan Brazil.” 42
Amanda Hoh, “Brazilian Man Undergoes Surgery to Look Asian”, 2 Juni 2014 (http://www.smh.com.au/lifestyle/brazilian-man-undergoes-surgery-to-look-asian-20140602-zrv8n.html), diakses tgl 30 November 2014 pkl. 14.33. Universitas Indonesia
Fenomena operasi…, Indiara Karina Nerissaputri, FISIP UI, 2014
14
“Saya hanya menginginkan mata saya terlihat demikian. Saya tidak merasa saya telah berubah menjadi orang Asia ataupun orang Korea.” “Jadi, meskipun saya mengubah bentuk mata saya, saya tetap orang Brazil.” Max hanya berniat untuk mengubah wajahnya saja, tanpa mengubah etnisitas karena ia merasa jika ia melakukan hal tersebut, ia mengabaikan para leluhurnya yang merupakan orang Brazil. Di samping itu, Max tetap merasa dirinya sebagai orang Brazil karena keberagaman yang ada di Brazil. “Ada banyak orang campuran Brazil. Bagi saya, orang Korea terlihat seperti orang Brazil sebanyak orang Jerman yang terlahir di sini (Brazil).” Meskipun demikian, saat ini Max mempertimbangkan untuk pindah dan menetap secara permanen di Korsel secepat mungkin. Tindakan nekat Max ini, selain meningkatkan popularitasnya ke seluruh belahan dunia, Max juga menerima kecaman dan komentar negatif, terlebih dari orang-orang yang tidak dikenal. Seperti contoh, Max menerima kritik kerena ia rela mengubah wajah aslinya dan ia menerima ratusan e-mail dari banyak orang yang mengatakan bahwa transformasi yang ia lakukan adalah salah dan lebih baik terlihat sesuai dengan apa yang didapat saat dilahirkan. Untuk memberikan respon terhadap kritik-kritik yang diberikan oleh banyak orang, Max menuliskan sebuah pernyataan di profil Facebooknya, “Tanpa memandang agama apapun yang dianut seseorang, percaya atau tidaknya seseorang terhadap kehidupan masa lalu, Anda hanya memiliki kehidupan ini, Anda harus menjadi diri yang Anda inginkan.” Komentar negatif tidak hanya Max terima dari dunia maya saja. Pada saat Max bekerja sebagai intern di sebuah perusahaan IT, banyak koleganya yang bertanya-tanya dan khawatir apakah prosedur operasi yang dilakukan dapat menimbulkan dampak yang berbahaya untuk Max kelak43. Untuk menghindari pertanyaan dan perhatian yang banyak, Max sempat menyembunyikan dirinya dengan mengenakan kacamata hitam.44 Meskipun ia telah mengeluarkan jumlah uang yang tidak sedikit untuk mengubah penampilannya tersebut, Max tidak merasa menyesal atas apa yang telah ia lakukan. “Saya tidak merasa menyesal, dan saya tidak berniat untuk melakukan operasi lagi.” 43
Sumitra, “Brazilian Man Has 10 Surgeries to Look Korean”, 3 Juni 2014 (http://www.odditycentral.com/news/brazilian-man-has-10-plastic-surgeries-to-look-korean.html) , diakses tgl 30 November 2014 pkl 15.00. 44 Ibid. Universitas Indonesia
Fenomena operasi…, Indiara Karina Nerissaputri, FISIP UI, 2014
15
Rasa puas ini Max dapatkan dari hasil operasi plastik sebanyak 10 kali tersebut dan ia merasa bahwa ia telah mendapatkan penampilan sesuai dengan apa yang telah ia dambakan sebelumnya. 3.2
Pembahasan Berdasarkan data yang penulis dapatkan melalui media dan portal berita online,
praktik operasi plastik saat ini dilakukan banyak orang, terlebih lagi di Korea Selatan karena telah terbentuk sebuah budaya, di mana penampilan cantik atau tampan telah dianggap sebagai kebutuhan agar dapat bersaing dengan orang lain di berbagai bidang. Kebanyakan orang di Korsel dinilai dari seberapa baik ia berpenampilan secara fisik, mulai dari wajah yang menarik, hingga ukuran tubuh, sehingga banyak orang yang merasa dirinya tidak sesuai dengan kriteria cantik dan tampan di Korsel memutuskan untuk melakukan operasi plastik. Padahal, tidak semua orang yang dapat menerima praktik operasi plastik, karena operasi plastik masih dianggap sesuatu yang tabu. Sesuai dengan definisi budaya yang ideal, yakni proses untuk menyempurnakan manusia, usaha individu untuk melakukan operasi plastik lama kelamaan akan membentuk budaya. Seperti yang dilakukan oleh Max yang pernah menempuh pendidikan di Dongseo University, Korsel, ia mengalami perubahan pola pikir di mana untuk menjadi individu yang tampan, ia harus memiliki mata seperti mata orang Asia. Prosedur operasi plastik ia lakukan untuk menyempurnakan penampilannya yang sebelumnya ia anggap tidak sempurna, padahal belum tentu semua orang berpikiran sama dengan dia. Karena tindakannya tersebut, ia menerima kritik dan komentar dari banyak orang, seperti halnya definisi budaya kategori dokumenter, dimana orang-orang, terutama pengguna internet mempertanyakan mengapa Max rela mengubah total wajahnya. Pihak-pihak yang mempertanyakan keputusan Max tersebut hanya bertujuan dan bermaksud untuk mengklarifikasi cara hidup tertentu, serta mempelajari arti dan nilai tertentu. Dalam berkeputusan untuk mengubah wajahnya tersebut, Max sama sekali tidak dipengaruhi oleh orang-orang terdekatnya. Tindakan tersebut murni berasal dari dirinya sendiri, di mana ia belajar bahwa untuk terlihat tampan, maka ia harus memiliki fitur wajah seperti selebriti Korsel setelah ia menonton K-Drama, mendengarkan K-Pop, dan tinggal di Korsel selama satu tahun. Hal ini menggambarkan definisi sosial dari budaya memiliki pengaruh besar terhadap keputusan yang diambil Max, di mana Max mempelajari cara hidup tertentu, yakni hidup di Korsel yang berbeda dengan cara hidup di tempat atau negara lain, dan ia merasa bahwa ia harus mengikuti cara hidup di Korsel tersebut. Universitas Indonesia
Fenomena operasi…, Indiara Karina Nerissaputri, FISIP UI, 2014
16
Budaya yang membawa Max untuk melakukan operasi plastik tersebut, ternyata juga memiliki pengaruh yang positif bagi Max. Pada sebuah wawancara, Max mengaku bahwa dulu sebelum ia melakukan operasi plastik itu, ia merupakan seorang pribadi yang pemalu. Namun, setelah proses operasi plastik, ia menjadi lebih percaya diri, dan kepercayaan diri tersebut merupakan salah satu karakteristik diri Max untuk menggambarkan konsep dirinya. Hal ini terlihat dari bagaimana Max berani menyampaikan bagaimana kondisi dirinya sebelum dan setelah operasi plastik. Dengan ia menyatakan bahwa ia merasa lebih percaya diri, sudah menggambarkan bahwa ia memenuhi salah satu komponen konsep diri, yaitu komponen kognitif, dimana ia telah menganggap ia adalah seseorang dengan penuh percaya diri. Komponen afektif dalam kasus Max ini juga terlihat, dimana ia dapat mengatakan bahwa ia merasa lebih bahagia karena ia lebih percaya diri dengan penampilan fisiknya pasca operasi. Meskipun orang lain juga memiliki peran dalam pembentukkan konsep diri, namun pada kasus ini, orang lain tidak memiliki pengaruh apa-apa terhadap Max. Padahal, jumlah komentar negatif yang diterima Max dapat dikatakan tidak sedikit. Namun, hal tersebut sama sekali tidak menimbulkan perubahan pada pikiran dan pendirian Max. Ia tetap menganggap ia sudah terlihat tampan, ia lebih bahagia, dan ia lebih percaya diri. Hal ini berkaitan erat dengan self-esteem. Berdasarkan data yang penulis dapatkan memang tidak ada data yang menunjukkan secara gamblang bahwa sebelum melakukan operasi plastik, Max memiliki self-esteem yang rendah, namun pernyataan-pernyataan yang disampaikan oleh Max dalam wawancara yang dilakukan oleh media menunjukkan bahwa adanya peningkatan self-esteem Max dari yang lebih rendah ke lebih tinggi. Akan tetapi, jika memang self-esteem Max tinggi, ia tidak akan mengambil keputusan untuk mengoperasi wajahnya. Sebelum ia melakukan operasi plastik, real self yang dimiliki Max tidak mendekati ideal self yang diharapkan oleh Max. Data yang penulis dapatkan menunjukkan bahwa Max tidak puas dengan apa yang ia miliki, ia cenderung meniru apa yang ia lihat dari pengalaman yang ia dapat selama ia di Korea. Ia juga cenderung memaksa untuk melakukan operasi plastik, karena setelah ia meminta jasa seorang dokter bedah plastik dan ditolak, ia tetap gigih untuk mencari dokter bedah plastik yang bersedia untuk memodifikasi matanya. Ditambah lagi dengan ia melakukan kembali operasi plastik agar ia mendapatkan penampilan yang ia dambakan sebanyak 10 kali tanpa memikirkan akibat dari prosedur operasi plastik tersebut. Max bahkan bersedia kelopak matanya disuntik cairan kimia untuk memperkecil matanya. Rendahnya real self Max terhadap ideal self, menyebabkan Max merasa tidak puas dengan hasil operasi plastic yang pertama kali dilakukan. Ia merasa hasil operasi tersebut Universitas Indonesia
Fenomena operasi…, Indiara Karina Nerissaputri, FISIP UI, 2014
17
belum menggambarkan ideal self-nya sehingga ia rela mengeluarkan uang kurang lebih US$3,100 hanya untuk operasi plastik. Padahal, Max sendiri hanya seorang karyawan perusahaan IT di Brazil, bukan seorang tokoh masyarakat atau selebriti yang notabene memiliki kewajiban untuk terlihat tampan. Sehingga, dapat dikatakan bahwa Max melakukan 10 kali operasi plastik ini murni semata-mata hanya karena untuk memenuhi ego yang ia miliki saja. Ia merasa memiliki kewajiban untuk terlihat dengan sepasang mata yang sipit agar ia lebih tampan dan rasa percaya dirinya meningkat. Namun, saat ini Max mengaku bahwa ia tidak berencana untuk melakukan prosedur operasi plastik kembali, karena ia sudah merasa puas dengan hasilnya dan real self Max sudah mendekati ideal self yang ia harapkan, sehingga self-esteemnya semakin tinggi. Tingginya self-esteem dan rasa percaya diri Max terbukti dengan banyaknya data yang penulis temukan dari akun Facebook Max. Dalam akun Facebooknya tersebut, Max banyak mengunggah foto dirinya yang berpose seperti di dalam studio. Salah satu dari sekian foto yang Max unggah memiliki judul yang mengatakan bahwa ia merasa tampan. Foto-foto yang diunggah Max tersebut menarik beberapa perusahaan untuk memberikan tawaran menjadi model untuk Max, terlebih lagi karena wajah Asia yang ia miliki saat ini. Tawaran-tawaran yang diterima Max ini dapat ia gunakan sebagai kesempatan untuk kembali ke industri modeling yang telah ia tinggalkan sejak ia berusia 15 tahun. Di samping rendahnya self-esteem yang dimiliki Max sehigga ia memutuskan untuk melakukan operasi plastik, lingkungan sosial Max juga mempengaruhi keputusan Max tersebut. Adanya perubahan sikap Max dari yang hanya mengagumi wajah Korea menjadi terobsesi untuk memiliki wajah demikian adalah sebuah hasil dari sebuah interaksi dengan orang lain. Berdasarkan wawancara oleh media, Max mengaku bahwa ia terinspirasi dari betapa mudahnya seseorang dapat melakukan operasi plastik di Korsel. Selain itu, ia juga melihat bagaimana orang-orang di sekitarnya ketika ia berada di Korsel selama satu tahun tersebut bersikap sangat santai melihat orang-orang yang telah melakukan operasi plastik. Max melihat bahwa praktik operasi plastik merupakan hal yang biasa dilakukan di Korsel. Perubahan sikap Max karena pengaruh eksternal ini termasuk ke dalam tahap acceptance dalam pengaruh sosial dalam bentuk internalization. Seusai Max menjalankan studi di Korsel, Max memiliki keyakinan baru bahwa untuk memiliki wajah tampan, seseorang harus memiliki mata yang sipit dan tidak selebar mata alami Max, atau menyerupai mata yang dimiliki para selebriti Korsel. Sehingga dapat dikatakan bahwa kebudayaan Korsel sangat mempengaruhi pola pikir dan sikap Max. Sedangkan bentuk perubahan perilaku yang dialami Universitas Indonesia
Fenomena operasi…, Indiara Karina Nerissaputri, FISIP UI, 2014
18
Max, adalah pada akhirnya ia memutuskan untuk mengubah wajahnya tersebut dengan prosedur operasi plastik. Perubahan sikap yang dialami Max merupakan salah satu contoh perubahan sikap karena pengaruh sosial pada bentuk konformitas. Berdasarkan wawancara media, memang tidak ada data yang menunjukkan bahwa ia melakukan operasi plastik karena adanya tekanan dari sebuah kelompok. Namun, pengalaman Max di Korsel di mana ia banyak melihat orang yang melakukan operasi plastik membuat Max terinspirasi untuk melakuan hal serupa. Tidak ada pula pihak yang menyarankan Max untuk mengubah wajahnya tersebut. Hal ini murni karena mayoritas orang di lingkungannya selama setahun di Korsel sudah pernah melakukan operasi plastik, sehingga ia berpendapat bahwa operasi plastik adalah hal yang umum dilakukan. Selain itu, meskipun di Korsel kebanyakan pasien operasi plastik adalah perempuan, Max tidak menganggap hal tersebut sebuah masalah, karena ia menganggap bahwa jika kita melakukan usaha untuk mengubah penampilan adalah hal yang biasa, dan dapat dilakukan semua orang tanpa memandang jenis kelamin dan gender. Dalam proses pengaruh sosial, tidak semua orang dapat mempengaruhi orang lain. Dalam kasus Max ini, ada beberapa pihak yang dianggap dapat mempengaruhi Max sehingga ia mengalami perubahan sikap dan perilaku. Salah satu pihak yang mempengaruhi Max ini memiliki referent power, karena Max hanya terpengaruh oleh orang-orang yang pernah melakukan operasi plastik untuk memperbaiki atau memodifikasi wajahnya. Meskipun orangorang tersebut belum tentu kredibel dan dipercaya informasinya, namun mereka dapat meyakinkan Max bahwa tidak apa-apa melakukan operasi plastik. Adapula pihak yang memiliki reward power, yakni dokter bedah plastik yang bersedia mengoperasi wajah Max. Walaupun hasil operasi plastik yang pertama tidak bertahan lama, Max kembali lagi ke dokter tersebut untuk mengulangi lagi prosedur yang sama. Dengan tindakan yang diberikan dokter bedah plastik tersebut kepada Max, menunjukkan bahwa dokter tersebut dapat memberikan apa yang Max inginkan, yaitu mata yang lebih kecil dan modifikasi kecil pada bibirnya. Pada kasus Max ini, lingkungan sosial memiliki pengaruh besar terhadap Max karena adanya proses kesukaan (liking). Max yang sejak berusia 19 tahun menggemari budaya Korea karena Korean Wave membuat ia semakin terobsesi dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan Korea Selatan. Para selebriti Korsel dan orang-orang Asia dengan mata yang sipit memiliki pengaruh besar kepada Max, karena orang-orang tersebutlah yang disukai oleh Max. Orang-orang lain yang tidak Max sukai tidak didengar sarannya, seperti saat Ibu Max tidak Universitas Indonesia
Fenomena operasi…, Indiara Karina Nerissaputri, FISIP UI, 2014
19
memberikan dukungan atas apa yang ingin Max lakukan. Namun, pendapat ibunya tidak didengar karena ia lebih menyukai orang-orang Asia yang memiliki mata sipit yang ia inginkan tersebut. Selain proses liking, Max juga telah mencapai proses consistencycommitment (konsistensi-komitmen), di mana Max secara berulang kali melakukan prosedur operasi plastik agar bentuk wajahnya tetap seperti wajah orang Asia. Tidak hanya itu, konsistensi Max juga terlihat dari bagaimana ia memutuskan untuk mengganti identitasnya dari Max menjadi Xiahn Nishi di setiap akun media sosialnya. Perubahan nama yang ia lakukan adalah untuk mengimbangi penampilannya yang sangat Asia. Pemilihan nama yang “Xiahn Nishi” ini juga dipengaruhi oleh pengalamannya selama di Korea. Dalam mencapai perubahan sikap dan perilaku Max, sosok dan peran dari seseorang terpengaruh oleh budaya Korsel, Max memang sudah memiliki ketertarikan fisik kepada penampilan fisik orang-orang Asia, khususnya Korea Selatan. Hal ini menyebabkan Max memiliki persepsi tertentu terhadap orang Korsel. Setelah ia tinggal di Korsel selama setahun, ia merasa ia harus mengikuti bagaimana penduduk setempat berpenampilan. Apa yang Max lakukan, tercermin dalam konsep efek halo. Setelah Max mengubah wajahnya tersebut, iapun kerap kali meniru cara orang Korea bergaya dalam sebuah foto, untuk menunjukkan sisi Asia yang tertanam dalam diri Max. Pose-pose dalam foto tersebut ia lakukan karena adanya persepsi bahwa demikianlah cara dan gaya orang Asia ketika berpose di depan kamera. Dan itulah yang orang-orang harapkan ketika melihat orang Korea. Selain itu, Max juga memiliki stereotip tertentu terhadap penampilan fisik seseorang. Karena pengaruh budaya Korea yang mengharuskan setiap orang untuk berpenampilan menarik, Maxpun juga berpikiran demikian. Akan tetapi yang membedakan adalah, Max beranggapan bahwa untuk menjadi tampan, seseorang harus memiliki mata yang tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar. Sedangkan stereotip orang Korea yang tampan atau cantik adalah dengan memiliki mata yang besar dengan kelopak yang berlapis. Oleh sebab itu, karena adanya stereotip demikian, Max berani melakukan operasi plastik hingga 10 kali tersebut untuk memenuhi stereotip yang ada di mata banyak orang. IV.
KESIMPULAN Berdasarkan keseluruhan analisis terhadap kasus Max yang rela mengeluarkan uang
sebanyak $3,100 untuk melakukan 10 kali operasi plastik untuk mengubah wajahnya menjadi wajah pria Korea dan pembahasannya, dapat penulis simpulkan beberapa hal sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Fenomena operasi…, Indiara Karina Nerissaputri, FISIP UI, 2014
20
1. Budaya dan pengalaman seseorang yang dialami selama kurun waktu tertentu dapat mempengaruhi pola pikir dan keyakinan seseorang. Dalam kasus ini dapat dilihat bahwa hal-hal yang dilihat setiap hari dalam kurun waktu tertentu dapat menciptakan dan mengubah persepsi individu terhadap sesuatu. Terlihat dari bagaimana Max berpikir bahwa praktik operasi plastik di Korea merupakan hal yang umum dilakukan oleh orang banyak, sehingga ia berani melakukan hal serupa. 2. Konsep diri yang baik akan mempengaruhi tingkat self-esteem. Penilaian Max terhadap dirinya sendiri berubah ke arah yang positif setelah ia melakukan operasi plastik untuk mengubah wajahnya. Salah satu hal yang membentuk konsep diri Max adalah perubahan wajahnya yang ia anggap sebagai wajah orang yang tampan. Karena ia menilai dirinya sebagai individu yang memiliki ketampanan, maka semakin tinggi pula selfesteemnya, di mana ia sudah mencapai ideal self yang ia harapkan. 3. Lingkungan sosial dan persepsi terhadap orang lain mempengaruhi perilaku individu. Keinginan Max untuk menjadi tampan, dalam artian berwajah seperti orang Asia asli disebabkan karena Max memiliki ketertarikan fisik dengan orang Asia. Dengan pengalamannya yang tinggal di Korea selama satu tahun tersebut, ia berpikir bahwa solusi untuk mendapatkan keinginannya tersebut adalah dengan melakukan operasi plastik, tanpa memikirkan solusi lain. Sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan dalam permasalahan jurnal ini, maka dapat disimpulkan bahwa lingkungan sosial memiliki pengaruh besar terhadap keputusan Max untuk mengubah wajahnya melalui prosedur operasi plastik. Sedangkan ketertarikan fisik dan persepsi terhadap orang lain merupakan alasan mengapa ia melakukan operasi plastik sebanyak 10 kali.
Universitas Indonesia
Fenomena operasi…, Indiara Karina Nerissaputri, FISIP UI, 2014
21
DAFTAR PUSTAKA Buku Barret, Oliver Boyd dan Newbold, Chris. 1995. Approaches to Media A Reader. Great Britain: Arnold. Choi, JungBong dan Maliangkay, Roald. 2015. K-Pop – The International Rise of the Korean Music Industry. Oxon: Routledge. Rahkmat, Jalaluddin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Weaver II, Richard L. 1993. Understanding Interpersonal Communication, Sixth Edition. New York: HarperCollins College. Waitley, Denis. 1997. Psychology of Success: Developing Your Self-Esteem, Third Edition. Westerville: Glencoe/McGraw-Hill. Weber, Ann L. 2006. Social Pcychology. New York: HarperCollins Publisher, Inc. Internet https://www.facebook.com/xiahn.nishi http://www.news.com.au/entertainment/music/the-dark-side-of-kpop-what-lurks-beneath-thesurface-of-this-perfect-plastic-world/story-e6frfn09-1227116617713 http://www.traxonsky.com/k-s-corner/ http://www.mtvasia.com/shows/k-wave/#showSummary http://travel.detik.com/read/2013/09/12/134944/2356888/1382/kpop-jadi-magnet-turisindonesia-kunjungi-jeju http://www.beritasatu.com/food-travel/43201-k-pop-jadi-andalan-korea-gaet-wisatawan.html http://health.kompas.com/read/2012/12/14/02234852/Operasi.Plastik.untuk.Hidup.Lebih.Baik http://en.rocketnews24.com/2014/06/04/brazilian-man-spends-over-3000-on-plastic-surgeryto-look-korean/ http://www.chinasmack.com/2014/pictures/brazilian-man-becomes-korean-after-10-plasticsurgeries.html http://www.dailymail.co.uk/news/article-2645950/I-fun-bein-Korean-Blonde-Brazilian-manundergoes-extraordinary-surgery-achieve-convincing-Oriental-look.html http://www.huffingtonpost.com/2014/06/04/xiahn-nishi-plastic-surgery_n_5447600.html Universitas Indonesia
Fenomena operasi…, Indiara Karina Nerissaputri, FISIP UI, 2014
22
http://101jakfm.com/details/3318/pria-brazil-operasi-plastik-supaya-mirip-artis-korea http://health.liputan6.com/read/2057494/pria-brasil-operasi-plastik-biar-mirip-orang-korea http://world.time.com/2012/03/07/south-koreas-greatest-export-how-k-pops-rocking-theworld/ http://www.radiolive.co.nz/Gangnam-Smile-Brazilian-man-Xiahn-has-surgery-to-lookAsian/tabid/815/articleID/46941/Default.aspx http://metro.co.uk/2014/06/02/brazilian-man-has-10-operations-so-he-can-look-asian4747511/ http://www.coloradonewsday.com/news/regional/60945-blonde-brazilian-man-xiahnundergoes-surgery-to-achieve-oriental-look.html http://www.shoesanddrama.com/blonde-brazilian-man-undergoes-more-than-10-rounds-ofplastic-surgery-to-look-more-asian/ http://www.jstudentboard.com/reporter/korea-and-abroad/brazilian-gets-korean-eyemodification/ http://www.smh.com.au/lifestyle/brazilian-man-undergoes-surgery-to-look-asian-20140602zrv8n.html http://www.odditycentral.com/news/brazilian-man-has-10-plastic-surgeries-to-lookkorean.html http://www.koreaherald.com/view.php?ud=20140528001500 http://www.koreatimes.co.kr/www/news/nation/2012/05/117_110729.html
Universitas Indonesia
Fenomena operasi…, Indiara Karina Nerissaputri, FISIP UI, 2014