ANALISIS KESESUAIAN KAWASAN TERUMBU KARANG UNTUK PEMANFAATAN EKOWISATA SNORKLING DI KAMPUNG TELUK DALAM DESA MALANG RAPAT KECAMATAN GUNUNG KIJANG KABUPATEN BINTAN KEPULAUAN RIAU Faudila Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,
[email protected]
Winny Retna Melani Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,
[email protected]
Andi Zulfikar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,
[email protected]
ABSTRAK Kabupaten Bintan merupakan salah satu kawasan wisata yang tengah berkembang. Potensi sumberdayanya beragam salah satunya potensi terumbu karang yang terdapat di Kampung Teluk Dalam Desa Malang Rapat. kawasan ini merupakan salah satu kawasan wisata umum yang sering dikunjungi namun ekowisata masih sangat jarang dilakukan. salah satu ekowisata yang dapat dilakukan adalah ekowisata snorkling. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan melihat kesesuaian kawasan terumbu karang dan melihat daya dukung kawasan untuk pengembangan yang bekelanjutan. Metode yang digunakan adalah metode survey lapangan. Untuk melihat tutupan karang digunakan line intercept transec (LIT) dengan 10 titik yang telah diacak menggunakan sampling plan. Analisis kesesuaian kawasan terumbu karang mengacu pada metode indeks kesesuaian wisata menurut Yulianda (2007) untuk ekowisata snorkling. Hasil pengukuran tiap parameter oseanografi seperti kecerahan, jenis life form, kecepatan arus, kedalaman, dan luas hamparan karang termasuk kategori sangat sesuai namun tutupan karang dan jumlah jenis ikan karang masing masing termasuk dalam kategori sesuai dan sesuai bersyarat. Hasil yang dihitung secara keseluruhan bahwa kawasan terumbu karang pada kampung teluk dalam termasuk dalam kategori sesuai yaitu IKW = 67 %. Hasil perhitungan daya dukung kawasan adalah 1526 orang per hari, daya dukung pemanfaatannya adalah 10 % dari nilai daya dukung kawasan yaitu 153 orang per hari. Kata Kunci : Ekowisata Snorkling, Terumbu Karang, Daya Dukung Kawasan, Kampung Teluk Dalam
1
ANALYSIS ON THE SUITABILITY FOR USE AREA REEF IN ECOTOURISM SNORKLING AT KAMPUNG TELUK DALAM DESA MALANG RAPAT KECAMATAN GUNUNG KIJANG KABUPATEN BINTAN KEPULAUAN RIAU
Faudila Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,
[email protected]
Winny Retna Melani Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,
[email protected]
Andi Zulfikar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,
[email protected]
ABSTRACT Bintan is a growing tourist area. Potential resources are diverse coral reefs one potential contained in Kampung Teluk Dalam Desa Malang Rapat. This region is one of the common tourist areas frequented but ecotourism is still very rarely done. one that can be done is ecotourism ecotourism snorkeling. This study with the aim of seeing the suitability dilaukan reefs and see carrying capacity region for a sustainable development. The method used is the method of field survey. To see coral cover used line intercept transec (LIT) with 10 points using a randomized sampling plan. Analysis of the suitability of the reef area refers to the tourist suitability index method according Yulianda (2007) for ecotourism snorkeling. The results of each measurement oceanographic parameters such as brightness, type of life form, current velocity, depth, and wide stretch of coral including very appropriate category but coral cover and the number of each type of reef fish including the appropriate and corresponding conditional category. Results were calculated as a whole that the coral reef area at Kampung Teluk Dalam is in suitable category as IKW = 67%. The results of the calculation of the carrying capacity of the region is 1526 person per day, the carrying capacity utilization is 10% of the value of the carrying capacity of the area is 153 person per day. Keywords: Ecotourism Snorkling, Coral Reef, Capability Area, Kampung Teluk Dalam
2
I.
ekowisata snorkling, namun perlu analisis
PENDAHULUAN Kabupaten
Bintan
kesesuaian lahan untuk dijadikan salah satu
merupakan
ekowisata
kabupaten yang terdapat di kepulauan Riau
memiliki
luas
perairan
melihat
dukung
kawasan
agar
secara lestari dan tujuan konservasi juga
dan hutan
tercapai.
mangrove seluas 8.895,87 ha, serta menurut
Adapun tujuan penelitian ini yaitu
Cappenberg dan Salatalohi (2009) tutupan
untuk
karang hidup pada kawasan bagian timur
mengetahui
kesesuaian
terumbu
karang yang terdapat di Kampung Teluk
Bintan dalam kondisi “sedang” hingga
Dalam Desa Malang Rapat untuk kegiatan
“baik” oleh karena itu Kabupaten Bintan
ekowisata snorkeling, Serta Mengetahui
memiliki potensi wisata yang sangat besar.
daya dukung kawasan Kampung Teluk
Letak daerah yang strategis, Kabupaten
Dalam Desa Malang Rapat untuk ekowisata
Bintan memiliki sumberdaya hayati yang
snorkling.
sangat potensial untuk dimanfaatkan sebagai
Manfaat dari penelitian ini adalah
kawasan wisata.
diharapkan dapat memberikan informasi
Kawasan yang memiliki sumberdaya
mengenai kesesuaian ekowisata snorkling
terumbu karang yaitu pada Kampung Teluk DalamDesa Malang Rapat, merupakan tempat
wisata
daerah
pada lahan terumbu karang yang terdapat di
ini
Kampung Dalam Desa Malang Rapat.
yang sering
Penelitian ini juga diharapkan dapat berguna
dikunjungi, namun belum banyak yang
bagi masyarakat, pemerintah, dan sektor lain
memanfaatkan ekosistem yang ada untuk kegiatan
daya
pengembangan wisata kedepan dilakukan
kabupaten bintan memiliki kawasan padang ha
di
snorkling yang berkelanjutan maka perlu
(2007) dalam COREMAP II Bintan (2011),
seluas 2.918,36
terdapat
dan untuk dapat menganalisis ekowisata
sekitar
8.369.832,85 ha, dan menurut data Beppeda
lamun
yang
kampung Teluk Dalam Desa Malang Rapat,
dan merupakan wilayah pesisir. Kabupaten Bintan
snorkling
ekowisata.Peluang
yang membutuhkan dan dapat menjadi
ekowisata
acuan untuk kegiatan ekowisata snorkling
snorkling pada kawasan ini merupakan salah
yang ramah lingkungan.
satu solusi yang dapat dipertimbangkan. Kegiatan konservasi yang dilakukan tidak
II.
hanya membiarkan terumbu karang tumbuh dialam secara alami pada ekosistemnya, namun
karang
merupakan
sumberdaya yang khas pada wilayah pesisir
ekosistem karang dapat lebih konservatif
dan laut daerah tropis. Terumbu merupakan
dan menghasilkan keuntungan yang lainnya.
bentukan endapan - endapan masif kalsium
Potensi sumberdaya terumbu karang
karbonat yang dihasilkan oleh organisme
kamunitas
sekitarnya
dapat
ekowisata
Terumbu
pemanfaatan
serta
dengan
TINJAUAN PUSTAKA
biota
yang
di
jadikan
hidup
di
karang pembentuk terumbu yang hidup
kawasan
bersimbiosis
3
dengan
zooxantellae
dan
sedikit tambahan dari algae berkapur serta
Dalam, Desa Malang Rapat Kabupaten
organisme lain yang menyereksi kalsium
Bintan.
karbonat (Bengen, 2001).
Pengambilan data dilakukan dengan
Terumbu karang memiliki nilai estetika
cara survey lapangan pada 10 titik yang
yang tinggi untuk dijadikan lokasi wisata
telah diacak menggunakan sampling plan.
bahari dan merupakan sumberdaya yang khas pada daerah tropis yang memiliki
Tabel 1. Alat dan Bahan yang Digunakan
produktifitas dan keanekaragaman yang
No 1.
Alat GPS
2.
Roll Meter
3.
Snorkle
4.
Scuba
5. 6.
Tonggak kayu Pelampung
perairan dangkal yang pemandangannya
7.
Life Form
dapat dinikmati secara jelas, selain itu
8.
Lembar Identifikasi
9.
Alat Tulis
10.
Kamera
11.
Buku identifikasi ikan karang Allen et al (2003) Literaturliteratur yang mendukung penelitian
tinggi, siklus energi yang sangat efisien, unik dan indah (Nontji, 1984; Nyibakken, 1988; dalam Guntur 2011). Ecotourism adalah kegiatan perjalanan wisata yang dikemas secara profesional, terlatih, dan memuat unsur pendidikan, sebagai suatu sektor/usaha ekonomi, yang mempertimbangkan
warisan
budaya,
partisipasi dan kesejahteraan penduduk lokal serta upaya-upaya konservasi sumberdaya alam dan lingkungan (Nugroho, 2004 dalam Kurnianto, 2008). Snorkling dilakukan pada
penjelasan
dan
pengawasan
diberikan
kepada pengunjung secara efektif sehingga kerusakan terhadap komunitas biota dan ekosistem
dapat
dicegah
mungkin.
Kegiatan
semaksimal
snorkling
dapat
dilakukan disekitar pinggiran teluk dan pulau kecil sepanjang hamparan datar (flat) hingga tubir (Irwanto, 2008 dalam Imron, 12.
2012).
III. METODE PENELITIAN Waktu penelitian akan dilakukan pada
yaitu
pada
kampung
Data skunder
Pengukuran tiap parameter kesesuaian
bulan Mei hingga Juni 2014, dan tempat penelitian
Kegunaan Menentukan Titik Koordinat Penyamplingan (Titik Sampling) Mengukur Luasan Hamparan Karang Snorkling, Menentukan Titik Sampling Serta Mengumpulkan Data Pengambilan Data Melihat Kondisi Karang Mengukur kedalaman perairan Untuk Mengukur Kecepatan Arus Perairan Melihat Bentuk pertumbuhan karang Mengidentifikasi ikan Karang Dan Biota Assosiasi Mencatat Hasil Pengukuran/ Pengambilan Data Dokumentasi penelitian Acuan identifikasi ikan karang
atau kriteria kesesuaian seperti kecerahan,
Teluk
tutupan karang, jenis life form, jenis ikan
4
karang, keceparan arus , kedalaman, luas
Ni = nilai parameter ke-i (bobot x skor)
hamparan datar karang dilakukan pada tiap
N maks = nilai maksimum dari suatu
titik tersebut.
kategori wisata
Pengukuran tutupan karang dan jenis
Jumlah = Skor x Bobot
life form menggunakan metode LIT yang
Nilai maksimum = 57
digunakan metode dalam Cappenberg dan
S1 = Sangat sesuai, dengan nilai 75 – 100 %
Salatotohi (2009), yaitu mengikuti English
S2 = Cukup Sesuai, dengan nilai 50 - < 75 %
et
S3 = Sesuai bersyarat, dengan nilai 25 - <
al
(1997)
dengan
beberapa
modifikasi.Data jumlah jenis ikan karang
50 %
menggunakan metode survey visual.
N = Tidak sesuai, dengan nilai < 25 %
Pengolahan
data
tutupan
karang
Daya Dukung Kawasan (DDK). DDK
dihitung menggunakan rumus (English et al.,
adalah jumlah maksimum pengunjung yang
1997)
secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa
C = a / A x 100% Dimana :
menimbulkan gangguan pada alam dan
C = Presentase penutupan life form i
manusia. Perhitungan DDK dalam bentuk
a = Panjang transek life form i
rumus:
A = Panjang total transek Analisis
DDK
Kesesuaian
ekowisata
= K x Lp/Lt x Wt/Wp
Dimana :
snorkling mengacu pada Yulianda (2007).
DDK
= Daya dukung kawasan
Berdasarkan
K
= Potensi ekologis pengunjung per
matrik
analisis
kesesuaian
ekowisata snorkling. Pada matriks analisis
satuan unit area
kesesuaian ekowisata snorkling terdapat
Lp
= Luas area atau panjang area yang
beberapa kriteria yang harus diukur yaitu
dapat dimanfaatkan
kecerahan, tutupan karang, jenis life form,
Lt
jenis
Wt
ikan
karang,
kecepatan
arus,
kedalaman, dan luas hamparan datar karang.
Waktu yang disediakan oleh untuk
kegiatan
wisata
perhari
snorking menurut Yulianda (2007) dapat
Wp
dilihat pada Tabel 2.
=
Waktu yang dihabiskan oleh
pengunjung untuk setiap kegiatan
Perhitungan Indeks Kesesuaian Wisata
tertentu
berdasarkan Yulianda (2007) Rumus yang untuk
=
kawasan
Matriks analisis kesesuaian ekowisata
digunakan
= Unit area untuk kategori tertentu
menghitung
Pada perhitungan DDK terdapat angka
indeks
yang telah ditentukan untuk tiap kategori
kesesuaian wisata adalah sebagai berikut :
wisata seperti K = 1, Wp = 3, Wt = 6, dan Lt
IKW = (∑ Ni / N max) x 100%
= 500 m². Sedangkan Lp dihitung luas area
Keterangan :
atau panjang area yang dapat dimanfaatkan
IKW = indeks kesesuaian wisata
5
untuk ekowisata
snorkling
pada
suatu
diizinkan untuk dikembangkan adalah 10 %
kawasan.
dari luas zona pemanfaatan. Sehingga daya
Pengusahaan kegiatan wisata dalam konservasi
diatur
oleh
ketentuan
dukung kawasan dalam kawasan konservasi perlu
PP
dibatasi
dengan
“Daya
Dukung
(DDP)
dengan
No.18/1994 tentang Pengusahaan Pariwisata
Pemanfaatan”
rumus
Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional
(Yulianda, 2007) : DDP = 0.1 x DDK
dan taman wisata alam, maka areal yang
Tabel 2.Matrik Analisis Kesesuaian Ekowisata Snorkling Kriteria/ parameter
No 1
Bobot
Kategori S1
Skor
5
100
3
5
>75
3
3
>12
3
3
>50
3
Kecerahan (%) Tutupan karang (%) Bentuk pertumbuhan karang/ life form Jenis ikan karang Kecepatan arus (cm/dtk) Kedalaman (m) Lebar hamparan datar karang (m)
2 3 4 5 6 7
1
0 – 15
3
1
1–3
3
1
> 500
3
Kategori S2 80 <100 >50 – 75
Skor
Kategori S3
Skor
Kategori N
Skor
2
20 - < 80
1
< 20
0
2
25 - 50
1
<25
0
>7 – 12
2
4-7
1
<4
0
30 – 50
2
10 - < 30
1
<10
0
2
>30 - 50
1
> 50
0
2
>6 - 10
1
>10 , <1
0
2
20 - 100
1
< 20
0
>15 – 30 >3 – 6 > 100 – 500
Sumber : Yulianda (2007) parameter – parameter yaitu kecerahan,
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
tutupan karang, jumlah jenis life form a.
Analisis Kesesuaian Kawasan
karang, jumlah jenis ikan karang, kecepatan
Terumbu Karang
arus,
Analisis kesesuaian suatu kawasan dihitung
berdasarkan
hasil
kedalaman
perairan,
hamparan
dan
datar
lebar karang.
perhitungan
Tabel 3. Hasil Analisis kesesuaian Kawasan No
Parameter
Hasil Hasil Rata-Rata 100
Bobot
Kategori
Bobot
S1
S2
S3
N
Skor Kategori
1.
Kecerahan Perairan (%)
S1
5
3
2
1
0
15
2.
Tutupan Komunitas Karang (%)
47
S3
5
3
2
1
0
5
3.
Jenis Life Form
10
S2
3
3
2
1
0
9
4.
Jenis Ikan Karang
23
S3
3
3
2
1
0
3
5.
Kecepatan Arus (Cm/Dt)
7
S1
1
3
2
1
0
3
6.
Kedalaman Terumbu Karang (m) 3 S1 Lebar Hamparan Datar Karang 563 S1 (m) Total Hasil Bobot X Skor
1
3
2
1
0
3
1
3
2
1
0
3
7.
Sumber :Data Primer (2014)
6
38
IKW = (n / Ni) x 100 %
persentase ketiganya26 %, tutupan karang
IKW = (38 / 57) x 100%
hidup masih tegolong besar, namun jika
IKW = 67 %
terumbu
Indeks kesesuaian wisata snorkling kawasan
terumbu
karang
karang
dijaga
dan
diperbaiki
dengan baik maka peluang tutupan karang
merupakan
tumbuh
baik
akan
semakin
besar.
perhitungan seluruh kriteria terkait dengan
Keterangan lengkap mengenai rata – rata
ekowisata snorkling terumbu karang dengan
tutupan karang padaseluruh tiktik
kriteria yang telah di tentukan. Dalam
Pada titik pengambilan data didapat
perhitungan indeks kesesuaian yang dipakai
megabentos yaitu kima yang merupakan
menurut Yulianda (2007). Total keseluruhan
hewan yang dilindungi. Hal ini akan
penjumlahan bobot x skorkriteria dibagi
menambah nilai keindahan serta keunikan
dengan nilai maksimun yaitu 57 dan
ekowisata snorkling pada Kampung Teluk
kemudian dikalikan 100%, sehingga didapat
Dalam. Selain itu terdapat anemon dengan
hasil persentase kesesuaian wisata. Pada
selubung mantel berwarna ungu, merah,
penelitian ini persentase
hijau dan coklat. Warna
IKW
(indeks
anemon yang
kesesuaian kawasan) yaitu 67 % yang
beragam membuat keindahan dan anemon
merupakan persentase yang sesuai (S2).
juga sering di jadikan tempat hidup ikan
Hasil pengukuran yang didapat masih
badut dan ikan lainnya. Jika dilihat dari
menunjukkan angka penutupan karang yang
pengertiannya
masih tergolong sedang selain itu jumlah
kunjungan alam yang juga memperhatikan
jenis ikan karang juga menunjukkan angka
keberlanjutan sumberdaya sehingga dengan
yang dikategorikan sesuai bersyarat. Hal
keadaan terumbu karang tersebut perlu
tersebut berkaitan erat, jika tutupan karang
dilakukan
sedang maka jenis ikan karang yang
meningkatkan
dijumpai kurang. Angka tutupan terumbu
transplantasi atau pengembangan teknologi
karang hidup 47% dibandingkan dengan
lainnya.
penjumlahan karang mati, karang mati yang
ekowisata
program ekosistem
yang
merupakan
bertujuan
karang
seperti
Ekowisata pada desa malang rapat memiliki peluang untuk dikembangkan.
di tumbuhi alga dan pecahan karang dengan
7
Menurut Pratomo et al (2010) Desa Malang
adalah Luas area atau panjang area yang
Rapat
produk
dapat dimanfaatkan (LP) adalah 381400 m²,
diving,
sedangkan kriteria lain telah di tentukan
untuk
yaitu potensi ekologis pengunjung per
dan
satuan unit area (K) adalah 1, unit area untuk
pengetahuan masyarakat yang masih rendah
kategori tertentu (Lt) adalah 500 m², waktu
mengenai ekowisata dapat menjadi masalah
yang
yang
memperlambat
kegiatan wisata dalam satu hari (Wt) adalah
pengembangannya. Selain itu lebih banyak
6 jam, dan waktu yang dihabiskan oleh
investor
untuk
pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu
pada kawasan
(Wp) adalah 3 jam. kriteria yang didapat
memiliki
ekowisata
peluang
seperti
bagi
snorkling,
pemancingan,
dan
sebagainya
dikembangkan.
Namun
pendidikan
dapat
luar
yang
tertarik
pengembangan ekowisata
disediakan
oleh
kawasan
untuk
dihitung dengan rumus :
ini.
DDK = K x Lp/Lt x Wt/Wp DDK = 1 x (381400 m²/500 m²) x (6 jam/3
b. Analisis Daya Dukung Kawasan
jam)
Ekowisata Snorkling Menurut Pratomo
et
al
DDK = 1526orang/hari
(2010)
Yulianda
kabupaten Bintan merupakan salah satu kawasan
yang
digemari
(2007)
menyatakan
Pengembangan kawasan yang diizinkan
masyarakat
adalah 10 % dari luas zona pemanfaatan.
domestik maupun manca negara. Khususnya
Sehingga daya dukung kawasan dalam
Desa Malang Rapat merupakan kawasan
kawasan konservasi perlu dibatasi dengan
wisata pantai yang memiliki daya tarik
“Daya Dukung Pemanfaatan” (DDP) dengan
keindahan alam dengan kegiatan wisata
rumus:
mancing, renang, snorkling, dan selam. Pada
DDP
= 0.1 x DDK
yang
DDP
= 0.1 x 1526
berdomisili pada kota Tanjungpinang. Hal
DDP
= 153 orang/hari
kawasan
pantai
terbanyak
trikora
yaitu
pengunjung
pengunjung
tersebut dikarenakan kawasan kota yang Menurut Pratomo et al (2010) potensi
relatif dekat.
ekonomi wisata pada kabupaten bintan terus
Suatu kawasan yang berkembang perlu
berkembang
mempertimbangkan aspek pengembangan yang
berkelanjutan.
Sehingga
nilai tambah bagi kawasan ini. Kondisi ini merupakan peluang baik bagi masyarakat,
dukung kawasan ekowisata snorkling pada Dalam
berdasarkan
metode
Yulianda
Peluang
dalam pengembangan ekowisata merupakan
untuk membatasi pengunjung dan Daya
Teluk
tahunnya.
ekonomi untuk mensejahterakan masyarakat
perlu
dilakukan perhitungan daya dukung kawasan
Kampung
setiap
namun
dihitung
pemerintah
harus
serius
untuk
mengembangkan masyarakatnya. Selain itu
(2007).
Pengembangan ekowisata yang dilakukan
Diketahuikriteria daya dukung kawasan
8
haruslah berdasarkan pembangunan yang
2.
Nilai daya dukung kawasan terumbu
berkelanjutan. Lim (1998) dalam Johan et al
karang di Kampung Teluk Dalam Desa
(2011) daya dukung suatu kawasan adalah
Malang Rapat yakni sebesar 1526
jumlah wisatawan suatu kawasan yang dapat
orang/haridan
diakomodasi
kepuasan
pengembangan kawasan yaitu 10 %
wisatawan yang tertinggi dan berdampak
dari luas zona pemanfaatan sehingga
minimal
didapat
dengan
pada
tingkat
sumberdaya.Sumberdaya
seperti terumbu karang membutuhkan waktu
perlu
daya
pembatasan
dukung
pemanfaatan
adalah 153orang/hari.
pemulihan yang lama, jika pemanfaatan ekowisata terlalu berlebihan maka akan
B.
Saran
berdampak buruk bagi ekosistem sehingga
Saran kedepan untuk menghasilkan
perlu dibatasi pemanfaatan kawasan terumbu
sebuah program ekowisata yang optimal
karang.
yaitu:
Daya
dukung
merupakan
cara
1.
Perlu
dilakukan
penelitian
untuk
wilayah
untuk
menerapkan konsep dimana ada pembatasan
menentukan
dalam pemanfaatan sumberdaya. Pentingnya
mempermudah pengelolaan.
mengetahui daya dukung suatu kawasan terkait
dengan
lingkungan
atau
konsep
2.
kelestarian
pengembangan
peran
yang
amat
Perlu dilakukan peninjauan musim yang sesuai untuk eowisata snorkling,
yang
karena terdapat variasi musim yang
berkelanjutan.Dalam hal ini sumberdaya memiliki
zonasi
terjadi sepanjang tahun.
penting
3.
keberadaannya.
Selain itu perlu dilakukan program pendukung kegiatan
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
seperti
fasilitas
alternatif
lain
dan perlu
dikembangkan,
dengan
mempertimbangkan bentang alam yang terdapat pada kawasan kampung Teluk
Kesimpulan dari penelitian ini : 1.
Indeks
kesesuaian
wisata
Dalam desa Malang Rapat. (IKW)
snorkling di Kampung Teluk Dalam
DAFTAR PUSTAKA
Desa Malang Rapat yakni sebesar67 % Bengen,
atau tergolong sesuai (S2). Namun
Dietriech,
parameter tutupan karang dan jumlah
Ekosistem
jenis
Pesisir
ikan
karang
menunjukkan
2001,
dan
dan
Sinopsis
Sumberdaya
Laut.
Pusat
Alam Kajian
kategorisesuai bersyarat (S3), sehingga
Sumberdaya Pesisir dan Laut. Institut
perlu
Pertanian Bogor.
upaya
konservasi
terumbu
karang. Cappenberg, H., dan Salatohi, A, 2009, Monitoring 9
Kesehatan
Terumbu
Karang
Kabupaten
Bintan
(Bintan
Ekowisata
Bahari
Sebagai
Timur dan Numbing), COREMAP-
Pencaharian
LIPI. Jakarta.
Masyarakat (Studi Kasus Kab Bintan, Kepulauan
Guntur,
2011,
Terumbu
Ekologi Karang
Karang Buatan,
Alternatif
Mata
Riau)
Bagi
Fakultas
Ilmu
Pada
Kelautan Dan Perikanan Universitas
Ghalia
Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang.
Indonesia. Bogor.
Kepri.
Johan, Y., Yulianda, Fredinan ., Siregar,
Yulianda,
F,
2007,
Ekowisata
Vincentius P ,. dan Karlina, Ita, 2011,
Sebagai
Pengembangan Wisata Baharidalam
Sumberdaya
Pengelolaan Sumberdaya Pulau-Pulau
Konservasi,
Kecil Berbasis Kesesuaian Dan Daya
Seminar Sain pada Departemen MSP,
Dukung – Studi Kasus Pulau Sebesi
FPIK IPB.
Provinsi Lampung, (Prossiding seminar nasional),Departemen Pesisir
dan
Pengelolaan
Lautan
Sekolah
Pascasarjana IPB, Bogor.
Ketjulan, Romi, 2010, Analisis Kesesuaian Dan Daya Dukung Ekowisata Bahari Pulau
Hari
Kecamatan
Laonti
Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara, (Tesis), Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Kurnianto,
Imam
Pengembangan (Ecotourism)
Rudy,
2008, Ekowisata
Di
Kawasan
Waduk
Cacaban Kabupaten Tegal, (Tesis), Program
Studi
Magister
Ilmu
Lingkungan Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang.
Pratomo, Arief., Apdillah, Dony., Dan Yandri, Falmi, 2010, Potensi Ekonomi Dan
Kelayakan
Pengembangan
10
Alternatif
Bahari
Pemanfaatan
Pesisir Disampaikan
Berbasis pada