NILAI KANDUNGAN KARBON DAN INDEK NILAI PENTING JENIS VEGETASI MANGROVE DI PERAIRAN DESA MANTANG BARU KECAMATAN MANTANG KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU Feonawir Winardi Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,
[email protected] Andi Zulfikar Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,
[email protected] Nancy Willian Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,
[email protected]
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui serapan karbon pada pohon setiap jenis mangrove dikawasan perairan desa Mantang Baru dengan menggunakan petakan dalam setiap 10 x 10 m pada jalur yang ditarik lurus dari pantai menuju laut. Terdapat 7 jenis mangrove di mantang baru yaitu : Rhizophora apiculata, Rhizophora stylosa, Heritiera Littoralis, Lumnitzera littorea, Scyphiphora hydrophyllacea, Xylocarpus granatum dan Avicennia marina. Analisis vegetasi untuk menentukan dominansi suatu jenis vegetasi terhadap jenis lainnya untuk masing-masing tingkat pertumbuhan dalam suatu tegakan menggunakan Indeks Nilai Penting (INP). INP untuk tingkat pohon dihitung dengan persamaan INP = KR + DR + FR, sedangkan untuk tingkat pancang, semai dan tumbuhan bawah dignakan persamaan INP = KR + FR. Untuk pengukuran biomassa mangrove penulis menggunakan metode nondestructive sampling, Persamaan allometrik yang bersifat umum untuk menduga kandungan biomassa bagian atas (aboveground biomass) adalah AGB = 0,251 p D2,46 Adapun persamaan allometrik yang bersifat umum untuk menduga kandungan biomassa bagian bawah tanah (Belowground biomass) adalah BGB = 0,199p0,899 D2,22. Pengukuran parameter fisika dan kimia juga dilakukan untuk faktor pendukung data karbon. Berdasarkan kandungan biomassa pada ekosistem mangrove jalur I dan II, Total potensi biomassa pada jalur I sebesar 209.92 ton/ha sedangkan total potensi biomassa pada jalur II sebesar 523.06 ton/ha dan potesi biomassa pada jalur I da II memiliki rata-rata sebesar 366.49 ton/ha. Total simpanan karbon pada jalur I sebesar 102.87 tonC/ha sedangkan total simpanan karbon pada jalur II sebesar 244.15 tonC/ha dan simpanan karbon pada jalur I da II memiliki rata-rata sebesar 173.51 tonC/ha. Serapan karbon CO2 diperoleh hasil bahwa ekosistem mangrove antara jalur I dan II berbeda, Total serapan CO2 pada jalur I sebesar 380.57 tonCO2/ha sedangkan total serapan CO2 pada jalur II sebesar 773.88 tonCO2/ha dan potesi CO2 pada jalur I da II memiliki rata-rata sebesar 577.225 tonCO2/ha.
Kata Kunci : Nilai Kandungan Karbon, Indeks Nilai Penting
1
VALUE OF THE CARBON CONTENT AND THE IMPORTANCE VALUE INDEX OF MANGROVE VEGETATION TYPES IN THE WATERS OF A NEW MANTANG VILLAGE DISTRICTS MANTANG DISTRICTS BINTAN ISLAN PROVINCE RIAU Feonawir Winardi Direction management of aquatic resources, FIKP UMRAH,
[email protected] Andi Zulfikar Direction management of aquatic resources, FIKP UMRAH,
[email protected] Nancy Willian Direction management of aquatic resources, FIKP UMRAH,
[email protected]
ABSTRACT The purpose of this study was to determine the carbon sequestration on any type of mangrove tree village water Mantang New territory using the plots in each 10 x 10 m in a straight line drawn from the coast towards the sea. There are 7 types of mangrove in new mantang namely: Rhizophora apiculata, Rhizophora stylosa, Heritiera Littoralis, Lumnitzera littorea, Scyphiphora hydrophyllacea, Xylocarpus granatum dan Avicennia marina. Analysis of vegetation to determine the dominance of one type of vegetation to other strains for each level of growth in the stand using importance value index (INP). INP for tree level calculated with the equation INP = KR + DR + FR, whereas for saplings, seedlings and plants under use equation INP = KR + FR. For the measurement of mangrove biomass the author using nondestructive method of sampling, allometric equation which is a common for estimating biomass content above (aboveground biomass) are AGB = 0,251 p D2,46 allometric equation common for estimating biomass content of the below (belowground biomass) is BGB = 0,199p0,899 D2,22 . Measurement of fisika and kimia parameters were also performed to factor the data supporting carbon. Based on the content of the biomass of mangrove ecosystems lines I and II, the total potential of biomass in the I line of 209.92 ton / ha while the total potential of biomass in the II line of 523.06 ton / ha and biomass potential I and II line have a average of 366, 49 ton / ha. The total of carbon deposits in the I line 102.87 tonC / ha while the total carbon in the II line 244.15 tonC / ha distribution and carbon deposits on the line I da II have a average of 173.51 tonC / ha. sequestration of CO2 carbon from the mangrove ecosystem results obtained between line I and II is different, the total absortion of CO2 in the I line of 380.57 tonCO2 / ha while the total absortion of CO2 in the II line from 773.88 tonCO2 / ha and potention of CO2 on the line I and II have a average 577.225 tonCO2 / ha.
Keywords: Carbon Content of Value, Importance Value Index
2
I.
Hairiah dan Rahayu (2007) menyatakan
PENDAHULUAN
Secara
Kabupaten
bahwa, pelestarian hutan mangrove sangat
memiliki potensi perairan laut dan
penting dilakukan dalam mitigasiperubahan
perairan umum yang sangat luas serta daratan
iklim global karena tumbuhan mangrove
yang dapat dikembangkan usaha budidaya
menyerap CO2 dari atmosfer sebagai bahan
perikanan, pariwisata, penangkapan khususnya
fotosintesis dan mengubahnya menjadi karbon
di perairan lepas pantai dan dibidang budidaya
organik
perikanan (tambak, keramba, budidaya dan
tubuhnya, seperti akar, batang, daun, dan
kolam). Selain itu, terdapat juga hutan
bagian lainnya.
Bintan
geografis
wilayah
mangrove, rumput laut dan lamun. Menurut
kecamatan yang ada di Kabupaten Bintan yang
(daerah
memiliki mangrove yang cukup luas. Hal ini
peralihan) yang unik, yang menghubungkan
di dapat dari wawancara terhadap salah satu
kehidupan biota daratan dan laut. Fungsi
masyarakat yang menyatakan bahwa luasan
ekologis ekosistem mangrove sangat khas dan
hutan mangrove di desa
kedudukannya tidak terganti oleh ekosistem
menurun.
lainnya.
(1991)
Desa Mantang Baru merupakan salah satu ekosistem
mangrove
Nugroho
yang disimpan dalam biomassa
merupakan
Misalnya,
ecoton
secara
hutan
Adapun data penutupan lahan Kecamatan
mangrove berfungsi menjaga stabilitas lahan
Mantang Baru oleh Balai Pengelolaan DAS
pantai
dari tahun 2000 – 2009 dilihat dari luas hutan
yang didudukinya
fisik
mantang baru
dan
mencegah
terjadinya instrusi air laut ke daratan. Secara
mangrove
biologis, hutan mangrove mempertahankan
Sedangkan untuk tahun 2010 -2013 belum ada
fungsi
data yang signifikan, untuk itu perlu di
dan
kekhasan
ekosistem
pantai,
termasuk kehidupan biotanya.
saat
ini
bagi
mencapai
1531,54
ha.
lakukan penelitian untuk melihat kondisi
Perdagangan karbon menjadi isu yang strategis
yang
mangrove di mantang baru dan agar dapat
negara-negara
mengetahui
berkembang dalam penanganan perubahan
kandungan
karbon
(Balai
Pengelolaan DAS Pemkab, 2011).
iklim global di mana merupakan suatu
Peran
ekosistem
mangrove
sebagai
kegiatan menjual kemampuan pohon untuk
absorber dan tempat reservoir O2 berubah
menyerap sejumlah karbon yang dikandung di
menjadi penyumbang emisi CO2 . Pengelolaan
atmosfer. Pengelola hutan bisa menjual kredit
hutan mangrove berkelanjutan cocok untuk
karbon berdasarkan akumulasi karbon yang
penyerapan dan penyimpanan karbon. Selain
terkandung dalam pepohonan di hutan yang
melindungi daerah pesisir dari abrasi, tanaman
terdapat di wilayahnya.
mangrove mampu menyerap emisi yang terlepas dari lautan dan udara. Penyerapan
3
emisi gas buang menjadi maksimal karena
dapat dicegah.
mangrove memiliki sistem akar napas dan
Peningkatan
keunikan struktur tumbuhan pantai. Menyadari
(CO2) di atmosfer, sehingga perlu dilihat indek
akan
nilai
pentingnya
hutan
mangrove
bagi
konsentrasi
penting
karbon
vegetasi
dioksida
mangrove
dan
kehidupan masyarakat baik langsung maupun
mengetahui kandungan karbon dengan luas,
tidak langsung khususnya bagi masyarakat
dan jenis mangrove di perairan Desa Mantang
pesisir, sehingga perlu dilakukan penelitian
Baru Kecamatan Mantang Kabupaten Bintan
tentang Nilai Kandungan Karbon dan Indek
Provinsi Kepulauan Riau.
Nilai Penting Jenis Vegetasi Mangrove di Desa Mantang Baru Kecamatan Mantang
III.
Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau.
METODE PENELITIAN
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Maret - Mei 2014, di wilayah pesisir Desa
Rumusan Masalah Terjadi alih fungsi
mangrove
Mantang
penurunan
Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau
kemampuan penyerapan karbon di atmosfer
dengan berdasarkan survei awal informasi
dan terurainya karbon tersimpan melalui
yang akan diperoleh.
sehingga
berdampak
hutan pada
Baru
Kecamatan
Mantang
proses dekomposisi ke atmosfer. Tujuan Tujuan
dari
penelitian
ini
untuk
mengetahui indek nilai penting vegetasi, kandungan karbon pada setiap jenis mangrove, dengan luasan tertentu dalam titik penelitian di perairan Desa Mantang Baru Kecamatan Mantang
Kabupaten
Bintan
Provinsi Metode Pengumpulan Data
Kepulauan Riau.
.
Manfaat
informasi
bagi
gambaran
dan
Baru Kecamatan Mantang Kabupaten Bintan
mangrove
Provinsi Kepulauan Riau, maka diperlukan
masyarakat
Pemerintah tentang pentingnya
memperoleh
tentang ekosistem mangrove di Desa Mantang
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
Untuk
dapat
pengumpulan berbagai data baik sekunder
digunakan sebagai acuan atau masukan untuk
maupun primer untuk menjadi bahan analisis
melakukan
lebih lanjut.
untuk penyerapan karbon sehingga
tindakan
konservasi
agar
kerusakan dan penurunan vegetasi mangrove
4
Data Primer Data primer diperoleh langsung dari
Data Badan Pusat Statistik (Propinsi dalam Angka, Kabupetan dalam Angka,
lapangan yakni Pengukuran vegetasi dilakukan
Kecamatan dalam Angka)
pada transek garis berpetak yang telah
ditentukan
dengan
Metode analisis Data
Stratified
Random
menggunakan Sampling
metode
berdasarkan
Monografi desa;
Analisis
vegetasi
untuk
menentukan
kategori: (1) Pulau Utama dengan luas
dominansi suatu jenis vegetasi terhadap jenis
mangrove 1531,54 ha (2) Kecamatan dan Desa
lainnya
yang sudah ditentukan, (3) Kondisi Pentupan
pertumbuhan
Vegetasi mangrove.
menggunakan Indeks Nilai Penting (INP). INP
Selanjutnya transek
untuk
masing-masing dalam
tingkat
suatu
tegakan
dibagi menjadi petak-petak berukuran 10 x 10 m
untuk
(pohon), 5 x 5 m (pancang), dan 1 x 1 m
persamaan INP = KR + DR + FR, sedangkan
(semai).
untuk tingkat pancang, semai dan tumbuhan
Data Sekunder
bawah dignakan persamaan INP = KR + FR .
tingkat
pohon
dihitung
dengan
Tabel 4. Kriteria baku kerusakan Data sekunder dikumpulkan melalui studi
mangrove
literatur untuk melihat hasil-hasil penelitian biofisik, dilakukan
sosial di
ekonomi, kawasan
yang
pernah
mangrove
Kriteria
Tupan
Desa
(%)
Mantang. Data sekunder diambil dari sumber-
Sangat
Baik
sumber yang terkait langsung, diantaranya
Padat
adalah:
Peta lokasi penelitian;
Citra landsat;
Hasil kajian yang terkait dengan biofisik, sosial
ekonomi,
Sedang Rusak kelembagaan
berbagai
pihak
(pemerintah,
lembaga
pendidikan,
dan
≥ 75
≥ 1500
50 –
1000
75
– 1500
< 50
< 1000
Sumber : KepMen LH No.201 Tahun 2004
dari Analisis Karbon Stok
LSM,
Secara
lembaga
garis
besar
perhitungan
dan
analisis karbon stok dilakukan dengan cara
penelitian);
Jarang
K P/ha
mengalikan
Data kebijakan dan peraturan pengelolaan
antara
kandungan
dengan
persentase
biomassa
mangrove baik di tingkat Pusat maupun
mangrove
kandungan
tingkat Daerah.
karbonnya. Nilai persentase kandungan karbon diperoleh dari hasil analisis C dari sampel kayu
5
mangrove
di
lapangan.
Tahapan
perhitungan dan analisis karbon stok sebagai
Keterangan:
berikut:
p=kerapatan kayu, D atau DBH = diameter
1.
Pengambilan sampel kayu dari setiap
setinggi dada, r2 = koefisien determinasi,
bagian pohon mangrove (akar, batang,
n=jumlah sample.
cabang) masing-masing sebanyak 250
Adapun
2.
3.
AGB=biomassa
persamaan
bagian
allometrik
atas,
yang
gram.
bersifat umum untuk menduga kandungan
Setiap sampel dianalisis kandungan C
biomassa
organiknya di laboratorium hasil hutan,
biomass) sebagai berikut:
Badan Litbang Kehutanan, Kementerian
BGB = 0,199p0,899 D2,22
Kehutanan RI.
Dmax=45 cm ( Komiyama et al, 2005)
Menghitung nilai kandungan karbon pada
Keterangan: BGB=biomassa bagian bawah,
setiap
cara
p=kerapatan kayu, D atau DBH = diameter
mengalikan nilai kandungan biomassanya
setinggi dada, r2 = koefisien determinasi,
dengan nilai persentase kandungan C
n=jumlah sample.
jenis
mangrove,
dengan
bagian
bawah
(Belowground r2=0,95,
n=26,
organiknya. 4.
Mentabulasi untuk
5.
nilai
kandungan
karbon
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
setiap bagian pohon mangrove
Struktur Komunitas Mangrove di Pesisir
(bagian akar, bagian batang, dan cabang)
Perairan Desa Mantang Baru Kecamatan
Menghitung
Mantang
potensi
karbon
stok
mangrove per hektar yang ada di desa
6.
Struktur vegetasi mangrove pada perairan
mantang baru (dengan satuan ton/ha)
pesisir desa mantang baru terdiri dari beberapa
Menghitung potensi total karbon stok
jenis
mangrove yang ada di desa mantang baru
apiculataRhizophora
dengan
luas
Littoralis, Lumnitzera littorea, Scyphiphora
kawasan hutan mangrove (hektar) dengan
hydrophyllacea, Xylocarpus granatum dan
potensi kandungan karbon stok per hektar.
Avicennia marina.
Persamaan allometrik yang bersifat umum
Kerapatan Relatif
cara
mengalikan
total
mangrove,
yaitu
:
stylosa,
Rhizophora Heritiera
untuk menduga kandungan biomassa bagian
Nilai kerapatan jenis merupakan jumlah
atas (aboveground biomass) adalah sebagai
tegakan jenis ke-i dalam suatu unit area.
berikut:
Adapun kerapatan jenis mangrove pada setiap
AGB = 0,251 p D
2,46
2
r = 0,98, n=104, Dmax
stasiun sebagai berikut :
= 49 cm (Komiyama et al, 2005) AGB = 0,168 p DBH
2,47
Jenis mangrove .di Desa Mantang Baru
2
r = 0,99, n=84,
terdiri
Dmax = 50 cm (Chave et al, 2005)
dari
Rhizophora
6
jenis stylosa,
Rhizophora
apiculata,
Heritiera
Littoralis,
Scyphiphora
salinitas 29‰ dan pH 7 serta memiliki tektur
hydrophyllacea, Xylocarpus granatum dan
tanah berlumpur dan kondisi perairan masih
Avicennia marina yang merupakan jenis
alami. Untuk tingkat kerapatan mangrove
paling dominan di kawasan pesisir perairan
terendah terdapat pada jalur I dengan jenis
Desa Mantang Baru.
Xylocarpus granatum dengan nilai 6,25%
Lumnitzera
littorea,
dengan suhu perairan 29°C, salinitas 28‰ dan
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan kerapatan relatif tertinggi untuk
pH 7 serta meiliki tekstur tanah berlumpur.
tingkat pohon (Trees) terdapat pada jalur II
Berdasarkan perhitungan total kerapatan
dengan jenis Rhizophora stylosa dengan
mangrove, untuk total kerapatan mangrove
kerapatan relatif 100% dan suhu perairan
tingkat pohon pada jalur I adalah 15 ind/ha,
30°C, salinitas 29‰ dan pH 7 dengan
dan untuk jalur II 288 ind/ha. Berdasarkan
memiliki
yang
Kriteria Baku Kerusakan Mangrove menurut
Sementara untuk nilai kerapatan terendah
KEPMEN LH No.201 Tahun 2004, pada jalur
terdapat pada jalur I dengan kerapatan relatif
I tergolong rusak, sementara untuk jalur II
1,39%
littorea
diasumsikan
dengan suhu perairan 29°C, salinitas 28‰ dan
terdegradasi
pH
mangrove tergolong rusak.
7
tektur
dengan
dengan
tanah
jenis
berlumpur
Lumnitzera
memiliki
tekstur
tanah
berlumpur.
mengalami yang
gangguan/
mengakibatkan
hutan
Frekuensi Relatif
Untuk kerapatan relatif mangrove jenis
Nilai frekuensi jenis adalah perbandingan
Pancang didominasi oleh jenis Rhizophora
antara frekuensi jenis ke-i dengan jumlah
stylosa dengan nilai kerapatan relatif 100%
frekuensi
yang terdapat pada jalur II dengan suhu
Adapun kerapatan jenis mangrove di tiap jalur
perairan 30°C,
sebagai berikut.
salinitas 29‰ dan pH 7
seluruh
jenis
(Bengen,
2000).
dengan memiliki tekstur tanah berlumpur,
Berdasarkan analisis vegetasi mangrove
sementara itu untuk kerapatan jenis Pancang
ini teridentifikasi 7 jenis dari jenis Rhizophora
terendah terdapat pada jalur I dengan jenis
apiculata,
Avicennia marina dengan nilai 0,84% serta
Littoralis, Lumnitzera littorea, Scyphiphora
memiliki suhu perairan 29°C, salinitas 28‰
hydrophyllacea, Xylocarpus granatum dan
dan pH 7 serta memiliki tekstur tanah
Avicennia marina
berlumpur.
Rhizophora
stylosa,
Heritiera
Berdasarkan dari hasil perhitungan pada
Sementara itu untuk tingkat kerapatan
setiap jalur
penelitian didapatkan frekuensi
mangrove jenis Semai didominasi oleh jenis
relatif tertinggi untuk pohon terdapat pada
Rhizophora stylosa pada jalur I dengan nilai
jalur II dengan jenis Rhizophora stylosa
kerapatan 91,67% dengan suhu perairan 30°C,
dengan nilai frekuensi 100%, sementara itu
7
untuk frekuensi terendah terdapat pada jalur I
Penutupan Relatif
dengan jenis Lumnitzera littorea dengan nilai
Penutupan
jenis
(Ci)
adalah
luas
frekuensi 3,13%. Yang mana pada jalur II
penutupan jenis ke-i dalam suatu unit area
memiliki salinitas perairan 29‰.
tertentu. Adapaun nilai penutupan masing-
Untuk
mangrove
jenis
Pancang
masing jenis mangrove pada setiap jalur,
didapatkan frekuensi relatif tertinggi pada jalur
sebagai berikut:
I dengan jenis Rhizophora stylosa dengan nilai
Hasil perhitungan penutupan jenis pada
100%. Sementara itu untuk frekuensi relatif
masing-masing jalur teridentifikasi 7 jenis
terendah terdapat pada jalur I dengan jenis
mangrove, terdiri dari Rhizophora apiculata,
Avicennia marina dengan nilai 2,94% dan
Rhizophora
memiliki salinitas 28‰
Lumnitzera
Frekuensi relatif mangrove tertinggi untuk
Rhizophora
Scyphiphora
Avicennia marina Berdasarkan hasil perhitungan yang telah
untuk
dilakukan penutupan relatif tertinggi untuk
frekuensi relatif mangrove terendah terdapat
jenis Pohon adalah Rizhopora stylosa dengan
pada jalur I jenis Xylocarpus granatum dengan
nilai dominasi 100% terdapat pada jalur II dan
nilai fekuensi 14,29%. Yang mana pada jalur I
untuk penutupan terendah terdapat pada jalur I
dan II memiliki salinitas 28‰ dan 29‰.
jenis
83,33%,
dengan
littorea,
Littoralis,
nilai
frekuensi
stylosa
Heritiera
hydrophyllacea, Xylocarpus granatum dan
tingkat Semai terdapat pada jalur II dengan jenis
stylosa,
sementara
itu
Bengen, 2001 membagi zonasi mangrove
Lumnitzera
littorea
dengan
nilai
penutupan 0,51% yang mana pada jalur II dan
menjadi 2 zona. Berdasarkan zonasi tersebut,
I memiliki tektur tanah berlumpur.
jenis mangrove pada lokasi penelitian berada
Untuk
hasil
perhitungan
tertinggi
pada kondisi lingkungan dengan kisaran
mangrove tingkat Pancang didominasi oleh
salinitas 10 - 30‰. Hal tersebut menunjukkan
jenis Rizhopora stylosa dengan nilai dominasi
mangrove jenis
Rhizophora apiculata yang
100% yang terdapat pada jalur II dan untuk
diidentifikasi, masuk dalam zona A (zona air
penutupan terendah terdapat pada jalur I jenis
payau hingga air laut).
Avicennia marina dengan nilai 0,03%. Pada
Jika
dilihat
dari
penempatan
masing – masing jalur memiliki substrat yang
lokasi
pengamatan, ke dua jalur pengamatan berada
sama yaitu berlumpur.
pada zona air payau (muara sungai, tambak)
Hasil perhitungan penutupan relatif untuk
hingga air asin (pantai). Kondisi tersebut
tingkat Semai tertinggi terdapat pada jalur II
mempertegas
jenis
jenis Rizhopora stylosa dengan nilai dominasi
Rhizophora apiculata di tiap petak/plot pada
100% dan untuk penutupan relatif terendah
setiap jalur pengamatan.
terdapat
keberadaan
mangrove
8
pada
jalur
I
jenis
Rhizphora
mucronata dengan nilai jenis 20% yang mana jalur
ini
memiliki
tekstur
tanah
Indeks Nilai Penting (Pohon)
Nilai Penting (Pohon)
pada
berlumpur. Kondisi tersebut bermakna, pada jalur I dan II lebih memberikan kondisi lingkungan yang lebih baik bagi pertumbuhan mangrove Rhizophora sp. Selain disebabkan oleh lokasi
H. L. R. R. S. X. litt litt api styl hyd gra or… or… c… osa ro… n… Jalur I
0
0
0 300 0
0
Jalur II 39,5 5,03 129 18,7 29,8 78
lebih kearah darat, faktor lainnya yang Gambar 5. Indeks Nilai Penting (Pohon)
berpengaruh adalah substrat.
Indeks nilai penting untuk tingkat pohon
Pada jalur I dan II jenis substrat yang diidentifikasi
berupa
lumpur,
tertinggi terdapat pada jalur I jenis Rhizophora
memilki
stylosa dengan nilai 300 dan untuk nilai
karakteristik antara lain : tanah kering
penting terendah strata pohon terdapat pada
menggumpal tetapi mudah pecah, basah terasa
jalur II jenis Lumnitzera littorea dengan nilai
empuk dan menepung , mudah saling melekat
5.03.
dan membentuk gumpalan-gumpalan keras
Indeks Nilai Penting (Pancang)
(Villes dan Spencer, 1995). Pendapat tersebut
Hasil pengukuran Indeks Nilai Penting
dipertegas oleh pendapat Supriharyono (2007),
(INP) untuk tingkat pancang dapat dilihat pada
menyatakan bahwa kualitas jenis tanah ini
gambar berikut ini :
paling baik karena sangat subur, kedap air dan sangat baik dibuat pematang tambak, substrat
Indeks Nilai Penting (Pancang) Nilai Indeks (Pancang)
ini juga dapat mengendalikan tata air dalam tanah berupa kecepatan infiltrasi, penetrasi dan kemampuan pengikatan air oleh tanah. Indeks Nilai Penting (Pohon)
Jalur I
Indeks Nilai Penting (INP) dihitung berdasarkan
penjumlahan
nilai
A. H. R. R. R. S. X. m… li… S… a… m… h… g… 0
0 300 0
Jalur II 3,8 16
0
0
0
0
90 84 87 18
kerapatan Gambar 6. Indeks Nilai Penting (Pancang)
relatif (KR), frekuensi relatif (FR) dan
Hasil perhitungan Indeks Nilai Penting
dominasi relatif (DR), (Soerianegara dan
(INP) untuk tingkat pancang yang tertinggi
Indrawan, 1988). Hasil perhitungan INP untuk
terdapat pada jalur I jenis Rhizophora stylosa
tingkat pohon dapat dilihat pada gambar
dengan nilai penting 300, sedangkan untuk
berikut ini :
nilai penting terendah strata pancang terdapat pada jalur II jenis Avicennia marina dengan nilai penting 3.81.
9
Hal ini ditunjukkan dengan besarnya nilai KR,
Indeks Nilai Penting (INP) Semai Hasil pengukuran Indeks Nilai Penting
FR dan DR dari mangrove jenis Rhizophora
(INP) tingkat semai di Desa Mantang Baru
stylosa dan Rhizophora apiculata pada jalur 1
Kecamatan
dan II.
Mantang
Kabupaten
Bintan
Provinsi Kepulauan Riau dapat dilihat pada
Nilai INP dari tiap jenis mangrove sangat
gambar berikut ini :
tergantung kondisi pertumbuhan mangrove. Mangrove
Nilai Penting (Semai)
Indeks Nilai Penting (Semai)
untuk
memerlukan
tumbuh
sejumlah
dengan
faktor
baik,
pendukung.
Salah satu faktor pendukung utama dalam pertumbuhan mangrove adalah ketersediaan
X. R. R. X. mollu Apicu Stylo grana censi lata sa tum s Jalur I
0
175
Jalur II 158,93 20,54
nutrien atau bahan organik (Supriharyono, 2007). Faktor
25 0
yang
menyebabkan
tingginya
bahan organik pada jalur I dan II adalah
20,54
karena serasah yang jatuh jauh lebih banyak. Gambar 7. Indeks Nilai Penting (INP) Semai
Kondisi tersebut didukung dengan keberadaan
Hasil pengukuran Indeks Nilai Penting
sejumlah mangrove dengan kerapatan relatif,
(INP) untuk tingkat semai tertinggi terdapat
frekuensi relatif dan dominasi relatif yang
pada stasiun jalur I jenis Rhizophora stylosa
tinggi pada jalur I dan II. Lebih lanjut Bengen
dengan nilai penting 175. Sementara itu untuk
(2001) menyatakan bahwa semakin tinggi
tingkat nilai penting terendah terdapat pada
kepadatan berarti semakin banyak serasah
jalur I jenis X mollucensis
yang diproduksi. Semakin banyak serasah
dengan nilai
penting 25.
yang
Tingkat dominasi (INP) antara 0-300
dihasilkan memungkinkan kondisi
lingkungan subur.
menunjukkan keterwakilan jenis mangrove
Simpanan
Karbon
yang berperan dalam ekosistem, sehingga jika
Mangrove
Di
INP 300 berarti mangrove memiliki peran
Kecamatan Mantang Kabupaten Bintan
yang
penting
dalam
lingkungan
pesisir.
Pada
Desa
Ekosistem
Mantang
Baru
Provinsi Kepulauan Riau
(Bengen, 2001).
Terjadinya peningkatan unsur karbon
Tingginya Indeks Nilai Penting (INP),
dalam bentuk gas-gas asam arang (CO2), gas
Rhizophora stylosa dijalur I pada tingkat
buang knalpot (CO), metana (CH4) serta gas
pohon dan pancang 300 dan jalur II 129.14
rumah
dan 90.42 pada skala 0 – 300, menunjukkan
mengkhawatirkan telah memicu pemanasan
Rhizpohora apiculata berperan cukup tinggi
global.Selain melindungi daerah pesisir dari
dalam menjaga keberlangsungan ekosistem.
10
kaca
dalam
jumlah
yang
abrasi, tanaman mangrove mampu menyerap
Sebaran
emisi yang terlepas dari lautan dan udara.
Ekosistem Mangrove di Desa mantang baru
Penyerapan
emisi
gas
buang
menjadi
Kandungan
Biomassa
Biomassa
didefinisikan
Pada
sebagai
total
maksimal karena mangrove memiliki sistem
jumlah materi hidup diatas permukaan pada
akar napas dan keunikan struktur tumbuhan
suatu pohon dan dinyatakan dengan satuan ton
pantai. Salah satu akibat kelebihan jumlah
berat
karbon di atmosfer adalah terganggunya
2004).Biomassa hutan dapat digunakan untuk
keseimbangan
menduga
atmosfer,
energi
sehingga
antara memicu
bumi
dan
terjadinya
kering
serapan
luas
(Brown
karbon
yang
biomassa tersusun oleh karbon (Brown 2004). Model
Jenis Mangrove Dan Kerapatan Kayu Di
persamaan
alometrik
untuk
mendugakandungan biomassa beberapa jenis
Desa Mantang Baru Jenis – jenis mangrove yang berhasil
mangrove yang digunakan sebagai rujukan
diidentifikasi pada ekosistem mangrove di
untuk
desa mantang baru dan hasil perhitungan
mangrove.
sebaran
pendugaan
biomasa
Berdasarkan data diperoleh hasil bahwa
ditemukan jenis tersebut yang telah disajikan
ada perbedaan antara kandungan biomassa
dalam bentuk tabel dibawah ini :
pada ekosistem mangrove jalur I dan II, Total
Jenis Mangrove Dan Kerapatan Kayu Di
potensi biomassa pada jalur I sebesar 209.92
Desa Mantang Baru
ton/ha sedangkan total potensi biomassa pada
Jenis H.littoralis L.littorea R.apiculata R.stylosa S.hydrophillacea X.granatum A.littoralis
serta
penghitungan
jalur
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
kayunya
potensi
satuan
tersimpan dalam vegetasi hutan karena 50%
perubahan iklim global.
kerapatan
per
3
jalur II sebesar 523.06 ton/ha dan
K.Kayu(g/cm ) 0.696 0.737 0.855 0.913 0.884 0.686 0,650
potesi
biomassa pada jalur I da II memiliki rata-rata sebesar 366.49 ton/ha. Kandungan biomassa pada Lokasi II lebih besar dibadingkan pada Lokasi I, hal ini dikarnakan pada lokasi II memiliki potensi mangrove
yang
lebih
tebal,
jauh
dari
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
pemukiman penduduk serta belum terganggu
pada jalur I dan II ditemukan hasil kerapatan
oleh aktivitas manusia dan perbedaan kondisi
kayu dan 6 jenis mangrove yaitu : Heritiera
lingkungan pada ke dua lokasi tersebut.
littoralis, Lumnitzera littorea, Rhizophora
Menurut Catur dan Sidiyasa (2001)
apiculata, Rhizophora stylosa, Scyphiphora
dimana biomassa pada setiap bagian pohon
hydrophillacea, Xylocarpus granatum
meningkat
secara
proporsional
dengan
semakin besarnya diameter pohon sehingga
11
biomassa
pada
setiap
bagian
pohon
serapan CO2
pada jalur I sebesar 380.57
mempunyai hubungan dengan diameter pohon.
tonCO2/ha sedangkan total serapan CO2 pada
Sebaran Simpanan Karbon Pada Ekosistem
jalur II sebesar 773.88 tonCO2/ha dan potesi
Mangrove di Desa Mantang Baru
CO2 pada jalur I da II memiliki rata-rata
Taotal simpanan karbon brdasarkan tabel
sebesar 577.225 tonCO2/ha.
di atas diperoleh hasil perbedaan antara jalur I
Serapan CO2 pada Lokasi II lebih besar
dan II, Total simpanan karbon pada jalur I
dibadigkan pada Lokasi I hal ini disebabkan
sebesar
oleh Presentase stok karbon meningkat sejalan
102.87
tonC/ha
sedangkan total
simpanan karbon pada jalur II sebesar 244.15
dengan
tonC/ha dan sebaran simpanan karbon pada
CO2
jalur I da II memiliki rata-rata sebesar 173.51
biomassanya.
tonC/ha.
biomassa, maka stok karbon juga akan
Simpanan karbon pada jalur II lebih besar
peningkatan di
semakin
udara
besar
biomassa.fotosintesis,
diserap
Semakin
dan
oleh
besar
akan
tanaman kandungan
mempengaruhi
dibadigkan pada jalur I, hal ini dikarnakan
serapan CO2. Hal ini disebabkan karena ada
Presentase stok karbon meningkat sejalan
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
dengan peningkatan biomassa. Stok karbon
nilai stok karbon, diantaranya faktor fisik
berbanding
kandungan
kimia lingkungan, keragaman dan kerapatan
kandungan
tumbuhan yang ada, jenis subsrat.
biomassanya.
lurus
dengan
Semakin
besar
biomassa, maka stok karbon juga akan
Melalui proses fotosintesis, CO2 di udara
semakin besar. Hasil dari penelitian ini sesuai
diserap oleh tanaman dan dengan bantuan
dengan pendapat Hairiah dan Rahayu (2007)
sinar matahari kemudian diubah menjadi
yang menyatakan bahwa potensi stok karbon
karbohidrat untuk selanjutnya didistribusikan
dapat dilihat dari biomassa tegakan yang ada.
ke seluruh tubuh tanaman dan ditimbun dalam
Besarnya stok karbon tiap bagian pohon
bentuk daun, batang, cabang, buah dan bunga
dipengaruhi oleh biomassa. Oleh karena itu
(Hairiah dan Rahayu 2007).
setiap peningkatan terhadap biomassa akan
Hasil Pengukuran Parameter Lingkungan
diikuti oleh peningkatan stok karbon. Hal ini
Suhu
menunjukkan besarnya biomassa berpengaruh
Berdasarkan hasil pengukuran didapatkan
terhadap stok karbon.
hasil suhu yang tertinggi terdapat pada jalur II
Sebaran Serapan CO2 Pada Ekosistem
(300C). Hasil yang diperoleh memperlihatkan
Mangrove di Desa Mantang Baru
tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap
Serapan karbon CO2 Berdasarkan tabel
kedua jalur, kondisi ini menunjukkan perairan
diatas dapat diperoleh hasil bahwa ekosistem
Desa Mantang Baru berada dalam kondisi
mangrove antara jalur I dan II berbeda, Total
normal. Menurut Kepmen LH. No.201 (2004),
12
bahwa kisaran suhu dianggap alami untuk 0
Substrat
0
diukur
dengan
metode
kehidupan organisme adalah 28 C - 32 C
pengamatan visual atau pengamatan langsung.
karna
suhu perairan akan
Substrat mangrove pada umunya berupa
reaksi
dan
lumpur atau lumpur berpasir, terbentuk dari
metabolisme. Suhu perairan luas terutama
akumulasi sedimen yang berasal dari sungai,
daerah
oleh
pantai atau erosi tanah yang terbawa dari
pemanasan sinar matahari yang intensitasnya
dataran tinggi sepanjang sungai atau kanal.
senantiasa berubah-ubah terhadap waktu.
Jenis pohon yang terdapat dihutan mangrove
Salinitas
berbeda-beda antara satu tempat dengan
meningkatnya
mempengaruhi
laju
permukaan
di
kimia
pengaruhi
Dari hasil pengukuran yang dilakukan
tempat
lainnya,
tergantung
pada
jenis
terdapat perbedaan terhadap jalur I dan II, hal
substratnya, intensitas genangan air laut, kadar
ini karena dipengaruhi faktor lingkungan yang
garam dan daya tahan terhadap ombak dan
berbeda pada setiap jalur. Adapun pengamatan
arus (Hardjowigeno, 1987 in Artiansah, 1993).
pada jalur
I 28‰, jalur II 29‰. Kisaran
salinitas ini masih merupakan kisaran yang
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
baik bagi kelangsungan hidup tumbuhan
Kesimpulan
mangrove.
Berdasarkan
Derajat Keasaman (pH)
hasil
penelitian
Nilai
Kandungan Karbon Dan Indek Nilai Penting
Perairan dengan nilai pH kurang dari 6,5
Jenis Vegetasi Mangrove Di Perairan Desa
merupakan perairan yang bersifat asam dan
Mantang
akan
organisme
Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau,
akuatik, sedangkan bila pH lebih dari 9,5,
dapat diketahui bahwa jenis mangrove yang
perairan tersebut kurang produktif (Wardoyo,
terdapat di Desa mantang Baru ada 7 jenis,
1981). Dari hasil pengukuran yang dilakukan
yaitu : Rhizophora apiculata, Rhizophora
di perairan Desa Mantang Baru pada setiap
stylosa,
jalur adalah 7. Hal ini menunjukkan bahwa pH
littorea,
perairan pada lokasi penelitian berada dalam
Xylocarpus granatum dan Avicennia marina.
mengakibatkan
kematian
keadaan yang produktif, masih dalam batas kewajaran
untuk
ekisistem
Baru
Heritiera
Kecamatan
Littoralis,
Scyphiphora
Mantang
Lumnitzera
hydrophyllacea,
Tingginya Indeks Nilai Penting (INP),
mangrove.
Rhizophora stylosa dijalur I pada tingkat
Menurut LPPM (1998), ekosistem mangrove
pohon dan pancang 300 dan jalur II 129.14
akan tumbuh dengan baik pada daerah dengan
dan 90.42 pada skala 0 – 300, menunjukkan
kisaran nilai pH antara 6,0 – 9,0.
Rhizpohora apiculata berperan cukup tinggi
Substrat
dalam menjaga keberlangsungan ekosistem. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya nilai KR,
13
FR dan DR dari mangrove jenis Rhizophora stylosa dan Rhizophora apiculata pada jalur 1 dan II. Total serapan CO2 pada Jalur I sebesar 380.57 tonCO2/ha sedangkan total serapan CO2 pada Jalur II sebesar 773.88 tonCO2/ha dan potesi CO2 pada Jalur I dan II memiliki rata-rata sebesar 577.227 tonCO2/ha. Saran 1.
Perlu dilakukannya reboisasi dan penanganan khusus terhadap vegetasi mangrove terutama pada jenis-jenis mangrove yang terdapat di Desa mantang
Baru,
seperti
jenis
Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata dan Bruguiera gymnoriza yang banyak mendominasi disetiap stasiun penelitian, agar keberadaanya tidak
rusak
atau
hilang
akibat
pembangunan. 2.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap
struktur
komunitas
mangrove di Desa Mantang Baru, sebagai
upaya
pengendali
pencemaran perairan. 3.
Adanya penyuluhan bagi masyarakat setempat
mengenai
ekosistem
mangrove,
memperbaiki untuk
agar
ekosistem
kandungan
mengingat
pentingnya
perhatian
dapat
mangrove
stok
karbot
masyarakat
terhadap ekosistem ini masih sangat kurang.
14
Agroforestry Cantre ICRAF Southeast
DAFTAR PUSTAKA
Asia. Bogor. Artiansyah, S. 1993. Telaah Mineral dan
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Hubungannya Dengan Sifat Kimia Tanah
Nomor 201 Tahun 2004 Tentang Kriteria
Serta Kerapatan Mangrove Di Daerah
Baku dan Pedoman Penetuan Kerusakan
Banyuwedang, Kabupaten Buleleng, Bali.
Mangrove.
Skripsi (tidak dipublikasikan). Jurusan
LPPM, 1998. Rancangan Sistem Pengelolaan
Tanah. IPB. Bogor.
Hutan Bakau Di Kawasan Segara Anakan
Balai pengelolaan DAS Pemkab Tahun 2011. Bengen,
D.G.
2000.
Pedoman
Kabupaten Daerah Tingkat II Cilacap-
Teknis
Jawa Tengah. Kerjasama PEMERINTAH
Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem
DAERAH TINGKAT II CILACAP –
Mangrove. Pusat Kajian Sumberdaya
LPPM. Jakarta. 17 h.
Pesisir dan Lautan Institut Pertanian
Nugroho,
Bogor. Bengen,
sebagai D.G.
2001.
Pengenalan
dan
Sumber Jurnal
Hayati Litbang
mangrove, diakses 26 April 2008).
IPB. 58 hal.
Soerianegara, I. dan A. Indrawan. 1988.
2004. Mangrove
Defences
Against
Environmental
:
Nature’s
Ekologi Hutan Indonesia. Laboratorium
Tsunamis.
Ekologi Hutan. Fakultas Kehutanan IPB.
JusticeFoundation.
Bogor.
London.
Supriharyono. 2007. Konservasi Ekosistem
Catur Wahyu dan Sidiyasa Kade. 2001. Model
Sumberdaya Hayati Di wilayah Pesisir
Pendugaan Biomassa Pohon Mohoni (swietenia
Pantai.
Mangrove
Pertanian, (online), (http://jurnal hutan
Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan.
D.
Konservasi
Pendukung
Perikanan
Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Pusat
Brown,
1991.
macrophylla
king)
dan
Diaras
Laut
Tropis.
Pustaka
Pelajar.
Yogyakarta.
Permukaan Tanah.
Villes, H and Spencer, T. 1995. Coastal
Hairiah, K. dan Rahayu, S. 2007. Pengukuran
Problems, Geomorphology, Ecology and
‘karbon tersimpan’ di berbagai macam
Society at The Coast. Green Britain Press
penggunaan lahan. World Agroforestry
Ltd. London.
Centre. ICRAF, SEA Regional Office,
Wardoyo, 1981. Pengelolaan Kualitas Air.
University of Brawijaya, Indonesia.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Hairiah, K, dan S. Rahayu. 2007. Petunjuk Praktis Pengukuran Karbon Tersimpan Di Bagian Macam Penggunaan Lahan.World
15